pengaruh model pembelajaran kooperatif …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal...

13
Jurnal Pendidikan Fisika 1 1 Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Fisika PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA KELAS VII SMP NEGERI LUBUK TUA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh Priyadi 1 Ahmad Amin, M.Si. 2 Hj. Nurhayati, M.Pd. 3 Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, STKIP-PGRI Lubuklinggau. Jl. Mayor Toha Lubuklinggau, Indonesia. ABSTRACT This thesis entitled "The Effect of Cooperative Learning Model Against Jigsaw Learning Outcomes Physics Class VII SMP Negeri Lubuk Tua in the school year 2015/2016". The problem in this study is whether there is the influence of cooperative learning model Jigsaw on learning outcomes physics class VII SMP Negeri Lubuk Tua 2015/2016 Academic Year ?. The aim of this study was to determine the effect of interest cooperative learning model Jigsaw on learning outcomes physics class VII SMP Negeri Lubuk Tua in academic year 2015/2016. This research method is to use an experimental method with pretest-posttest design shaped control group design or experimental control group design. The population in this study were all students of class VII SMP Negeri Lubuk Tua 2015/2016 school year totaling 121 students. Two classes as samples taken by simple random sampling by a draw which is the class as a class experiment VII.2 and VII.3 class as the control class. Data collection technique used form of essay test techniques amounted to five points. Data were analyzed by using the value of student t test. Based on the analysis of post-test experimental class and control class with a level of 0.05% indicates thitung (3.16)> t table (2,021) and the average value of the final test results on the students' learning physics class experiment at 76.17, the control class is 69.67. It can be concluded that there is influence of cooperative learning model Jigsaw on learning outcomes physics class VII SMP Negeri Lubuk Tua in academic year 2015/2016. Keywords: Cooperative Learning Model Jigsaw, Learning Outcomes, Physics. A. PENDAHULUAN Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu ditunjang oleh adanya pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas serta mampu bersaing di era globalisasi. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam membentuk karakter, perkembangan ilmu dan mental seorang anak yang nantinya akan tumbuh menjadi seorang manusia dewasa yang akan berinteraksi dan melakukan banyak hal terhadap lingkungannya, baik secara individu maupun sebagai makhluk sosial. Pada observasi awal penulis hasil dari wawancara singkat dengan Guru fisika di SMP Negeri Lubuk Tua diperoleh informasi bahwa rata-rata nilai ulangan harian

Upload: others

Post on 29-Dec-2019

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL JIGSAW.pdfhanya ceramah sambil memberikan catatan ringkas dan mengerjakan soal di Lembar Kerja

Jurnal Pendidikan Fisika

1 1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Fisika

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA KELAS VII SMP NEGERI LUBUK

TUA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh

Priyadi1

Ahmad Amin, M.Si.2

Hj. Nurhayati, M.Pd.3

Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Jl. Mayor Toha Lubuklinggau, Indonesia.

ABSTRACT

This thesis entitled "The Effect of Cooperative Learning Model Against Jigsaw

Learning Outcomes Physics Class VII SMP Negeri Lubuk Tua in the school year

2015/2016". The problem in this study is whether there is the influence of cooperative

learning model Jigsaw on learning outcomes physics class VII SMP Negeri Lubuk Tua

2015/2016 Academic Year ?. The aim of this study was to determine the effect of

interest cooperative learning model Jigsaw on learning outcomes physics class VII SMP

Negeri Lubuk Tua in academic year 2015/2016. This research method is to use an

experimental method with pretest-posttest design shaped control group design or

experimental control group design. The population in this study were all students of

class VII SMP Negeri Lubuk Tua 2015/2016 school year totaling 121 students. Two

classes as samples taken by simple random sampling by a draw which is the class as a

class experiment VII.2 and VII.3 class as the control class. Data collection technique

used form of essay test techniques amounted to five points. Data were analyzed by

using the value of student t test. Based on the analysis of post-test experimental class

and control class with a level of 0.05% indicates thitung (3.16)> t table (2,021) and the

average value of the final test results on the students' learning physics class experiment

at 76.17, the control class is 69.67. It can be concluded that there is influence of

cooperative learning model Jigsaw on learning outcomes physics class VII SMP Negeri

Lubuk Tua in academic year 2015/2016.

Keywords: Cooperative Learning Model Jigsaw, Learning Outcomes, Physics.

A. PENDAHULUAN

Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu ditunjang oleh adanya

pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu sangat diperlukan untuk

mendukung terciptanya manusia yang cerdas serta mampu bersaing di era globalisasi.

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam membentuk karakter,

perkembangan ilmu dan mental seorang anak yang nantinya akan tumbuh menjadi

seorang manusia dewasa yang akan berinteraksi dan melakukan banyak hal terhadap

lingkungannya, baik secara individu maupun sebagai makhluk sosial.

Pada observasi awal penulis hasil dari wawancara singkat dengan Guru fisika

di SMP Negeri Lubuk Tua diperoleh informasi bahwa rata-rata nilai ulangan harian

Page 2: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL JIGSAW.pdfhanya ceramah sambil memberikan catatan ringkas dan mengerjakan soal di Lembar Kerja

Jurnal Pendidikan Fisika

2 1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Fisika

fisika siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini terlihat dari

nilai ulangan harian pada semester I tahun pelajaran 2015/2016 disalah satu kelas VII

berjumlah 30 siswa, dari 30 siswa yang belum mampu mencapai ketuntasan (KKM)

berjumlah 14 siswa yang apabila dipersentasikan 46,67% dengan rata-rata nilai hanya

66,7 dan 16 siswa (53,33%) yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) belajar

yang ditetapkan yaitu sebesar 75. Selama ini masih banyak kegiatan belajar mengajar

hanya ceramah sambil memberikan catatan ringkas dan mengerjakan soal di Lembar

Kerja Siswa (LKS) tanpa memahami konsep yang mendalam, hal ini yang

menyebabkan kurang terlihatnya siswa untuk mengembangkan daya nalarnya dalam

memecahkan masalah mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam

kehidupan sehari-hari sehingga kemampuan berpikir siswa kurang dapat berkembang

dengan baik dan kurang maksimal.

Kurang maksimalnya kegiatan belajar mengajar di atas karena penggunaan

model pembelajaran yang tidak tepat dengan waktu dan sasaran yang terbatas serta

materi yang disampaikan dengan ceramah dan memberikan catatan singkat, kemudian

siswa diberi tugas untuk mengerjakan LKS dari kegiatan itu yang menimbulkan sikap

kejenuhan siswa dan kebosanan siswa terhadap pelajaran fisika sehingga menciptakan

anggapan dari siswa bahwa pelajaran fisika itu sulit dan mebosankan karena hanya

rumus-rumus yang selalu ditemui dalam pembelajaran. Salah satu model yang

diharapkan dapat mengatasi tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Menurut Rusman (2011:218) model pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah

sebuah model pembelajaran kooperatif yang menitik beratkan pada kerja kelompok

siswa dalam bentuk kelompok kecil. Setiap siswa akan bekerja secara kelompok,

anggota kelompok lain dengan materi yang sama bertemu dalam kelompok baru

(kelompok ahli) untuk mendiskusikan materi mereka dan kemudian kembali

kekelompok inti. Dengan model pembelajaran yang seperti ini, maka siswa tidak akan

merasa jenuh dan bosan dalam kegiatan belajar yang sedang berlangsung.

Berdasarkan hasil uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil

Belajar Fisika Kelas VII SMP Negeri Lubuk Tua Tahun Pelajaran 2015/2016”.

B. LANDASAN TEORI

1. Model Pembelajaran Kooperatif TIPE Jigsaw

Model Pembelajaran Jigsaw dikembangkan oleh Aloson, Blaney, Stephen,

Sikes, dan Snap pada tahun 1978. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengambil

pola cara berkerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan

belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk tujuan bersama.

Menurut Rusman (2011:218), model pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah

sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan pada kerja kelompok

siswa dalam bentuk kelompok kecil. Sedangkan menurut (Uno dan Mohamad,

2011:110). Jigsaw adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran kooperatif di

mana dalam penerapannya siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok, tiap

kelompok terdiri atas tim ahli sesuai dengan pertanyaan yang disiapkan guru

sesuai dengan jumlah tim ahli. Menurut Slavin (2005:237), dalam tekhnik ini

siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama, yaitu empat sampai lima

siswa, dengan latar belakang kemampuan yang berbeda. Setelah itu guru

memberikan penjelasan secara ringkas para siswa ditugaskan untuk memahami

materi yang telah diberikan. Tiap anggota tim ditugaskan secara acak untuk

Page 3: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL JIGSAW.pdfhanya ceramah sambil memberikan catatan ringkas dan mengerjakan soal di Lembar Kerja

Jurnal Pendidikan Fisika

3 1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Fisika

menjadi tim ahli dalam aspek tertentu dari tugas pemahaman tersebut. Setelah

mempelajari materinya para ahli dari masing-masing tim bertemu untuk

mendiskusikan topik yang mereka bahas, lalu mereka kembali kepada timnya

untuk mengajarkan topik mereka kepada teman satu timnya.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Jigsaw

adalah sebuah model pembelajaran kooperatif dimana siswa bekerja dalam

anggota kelompok yang sama yaitu empat sampai lima orang dalam satu

kelompok, dimana tiap kelompok terdiri atas tim ahli. Dengan langkah-langkah

pembelajaran yang dilakukan peneliti dalam model kooperatif tipe Jigsaw adalah

sebagai berikut;

1) Siswa dikelompokkan ke dalam 5 anggota tim.

2) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.

3) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.

4) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang

sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan

subbab mereka.

5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, setiap anggota kembali ke kelompok

asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang

mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-

sungguh.

6) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.

7) Guru memberi evaluasi.

8) Penutup.

2. Hasil Belajar

1. Materi Kalor

a. Pengertian Kalor

1) Kuantitas Kalor

Menurut Young dan Freedman (2004:467) kuantitas panas (kalor)

adalah energi panas yang berpindah dari suatu tempat ketempat lain

sebagai akibat perbedaan suhu, contohnya yaitu air yang dipanaskan

melalui api maka lama kelamaan suhu air tersebut akan bertambah.

2) Kapasitas Kalor Spesifik

Kapasitas kalor adalah panas yang dibutuhkan untuk perubahan

suhu pada massa m (Young dan Freedman, 2004:467). Kita

menggunakan simbol Q sebagai kuantitas panas. Ketika dihubungkan

dengan perubahan suhu yang sangat kecil dT, kita menyebutnya dQ.

Kuantitas panas Q yang dibutuhkan untuk menaikan suhu suatu massa m

dari bahan tertentu dari T1 menjadi T2 kira-kira setara dengan perubahan

suhu ∆𝑇 = T1- T2. Kuantitas panas juga berbanding lurus dengan massa

bahan m.

Q = dQ, Q ~ ∆𝑇, Q ~ m

dQ ~ ∆𝑇.m.c

Q = m.c. ∆𝑇

Panas yang dibutuhkan untuk perubahan suhu pada massa m adalah

Q = m.c. ∆𝑇 (Young dan Freedman, 2004:467)

Page 4: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL JIGSAW.pdfhanya ceramah sambil memberikan catatan ringkas dan mengerjakan soal di Lembar Kerja

Jurnal Pendidikan Fisika

4 1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Fisika

Dimana c adalah kuantitas, yang berbeda untuk setiap bahan yang

berlainan, dan disebut sebagai kapasitas panas spesifik (specific heat

capacity) bahan tersebut. Untuk perubahan suhu yang sangat kecil dT dan

kuantitas panas dQ yang berkaitan:

dQ = mc dT,

c = m

1

dT

dQ (Young dan Freedman, 2004:468)

Q dan ∆𝑇 dapat bernilai positif maupun negatif. Jika positif, panas

memasuki benda dan suhunya naik; jika negatif, panas keluar dari benda

dan suhunya turun.

3) Kapasitas Kalor Molar

Massa total m dari suatu bahan setara dengan massa per mol M

dikalikan dengan jumlah mol n:

m = nM…………………(1)

Q = mc ∆𝑇……………….(2)

Dari persamaan 1 dan 2 didapat:

Q = nMc ∆𝑇….................(3) (Young dan Freedman, 2004:469)

Hasil kali Mc disebut kapasitas panas molar (molar heat capacity)

dan dilambangkan dengan C.

C = Mc ……………….(4)

Dari persamaan 3 dan 4 didapat persamaan untuk panas yang

dibutuhkan untuk mengubah suhu dari n mol.:

Q = nC ∆𝑇 (Young dan Freedman, 2004:469)

Kita dapat menyatakan kapasitas panas molar C (panas per mol per

perubahan suhu) dalam kapasitas panas spesifik c (panas per massa per

perubahan suhu) dan massa molar M (massa per mol):

C = m

1

dT

dQ= Mc (Young dan Freedman, 2004:469)

b. Perpindahan Kalor

Menurut Young dan Freedman (2004:475-479) mekanisme

perpindahan kalor adalah sebagai berikut:

1) Konduksi

Konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu benda tanpa

disertai perpindahan partikel benda itu. Ketika kuantitas panas dQ

dipindahkan melalui batang dalam waktu dt, laju aliran panas adalah

dQ/dt. Laju ini sebagai arus panas (heat current) dilambangkan dengan

H, arus panas berbanding lurus dengan luas penampang A dan perbedaan

suhu (TH-TC) dan berbanding terbalik dengan panjang batang L,

konduktivitas termal k:

H = dQ/dt,

H = dQ/dt ~ A

H = dQ/dt ~ (TH-TC)

H = dQ/dt →m

1

Page 5: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL JIGSAW.pdfhanya ceramah sambil memberikan catatan ringkas dan mengerjakan soal di Lembar Kerja

Jurnal Pendidikan Fisika

5 1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Fisika

H =dt

dQ = KA

L

TT CH

2) Konveksi

Konveksi (convection) adalah perpindahan panas oleh gerakan

massa pada fluida dari satu daerah ke daerah lainnya. Contoh umum

meliputi sistem pemanas udara panas dan air panas, sistem pendingin

pada mobil, dan aliran darah dalam tubuh. Jika fluida tersirkulasi oleh

blower atau pompa, proses disebut konveksi paksa; jika aliran

disebabkan karena perbedaan densitas akibat ekspansi termal, seperti

udara panas yang unik, maka proses disebut konveksi alami atau

konveksi bebas.

3) Radiasi

Radiasi (radiation) adalah perpindahan panas oleh gelombang

elektromagnetik seperti cahaya tampak, infra merah, dan radiasi ultra

ungu. Kebanyakan panas dari benda yang sangat panas tersebut mencapai

tubuh anda tidak dengan konduksi atau konveksi melalui udara

melainkan dengan radiasi.

C. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode

penelitian eksperimen. Pada penelitian ini menggunakan desain berbentuk pretest-

postest control group design atau desain kelompok kontrol eksperimen. Dalam

penelitian ini, membandingkan antara model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

sebagai kelas eksperimen dan metode pembelajaran konvesional sebagai kelas

kontrol. Menurut Sugiyono (2013:112) desain penelitian dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.

Pretest-postest Control Group Design

Grou

p

Pr

e-test

Trea

tment

Post-test

Eksp

erimen

O1 X O2

Kontr

ol

O3 - O4

Sumber: Sugiyono (2013:112)

Keterangan:

O1 = Pre-test kelas eksperimen

O2 = Post-test kelas eksperimen

O3 = Pre-test kelas kontrol

O4 = Post-test kelas kontrol

X = Treatment (pengajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw

Menurut Arikunto (2010:159), bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu

yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian. Dalam penelitian ini terdapat

dua variabel (Arikunto, 2010:162) yaitu :

1. Variabel bebas (X) adalah variabel yang bersifat mempengaruhi. Variabel bebas

dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran Jigsaw.

Page 6: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL JIGSAW.pdfhanya ceramah sambil memberikan catatan ringkas dan mengerjakan soal di Lembar Kerja

Jurnal Pendidikan Fisika

6 1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Fisika

2. Variabel terikat (Y) adalah variabel yang bersifat dipengaruhi. Variabel terikat

dalam penelitian ini yaitu hasil belajar fisika pada materi kalor.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Analisis Data Tes Hasil Belajar

a. Kemampuan Awal Siswa

Kemampuan awal siswa sebelum mengikuti pembelajaran materi kalor

adalah merupakan data penelitian yang didapat dari tes awal yang diberikan

kepada siswa atau yang diberikan sebelum siswa mendapatkan pembelajaran

dari guru dengan model pembelajaran yang akan diterapkan pada kelas

tersebut. Tes awal berfungsi untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada

kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol sebelum dilakukan

pembelajaran pada kedua kelas sehingga dapat diketahui data hasil kemampuan

siswa menjawab soal sebelum pembelajaran. Soal tes awal diambil dari materi

kalor dengan menggunakan lima butir soal berbentuk essay.

Dari hasil perhitungan pre-test dapat dikemukakan rekapitulasi rata-rata (

x ) dan simpangan baku (s) yang terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2.

Rekapitulasi Hasil Pre-Test

No Uraian Eksperimen Kontrol

1 Jumlah siswa 30 30

2 Nilai rata-rata 21,83 20,67

3 Nilai terendah 5 8

4 Nilai tertinggi 33 36

5 Rentang nilai 28 28

6 Simpangan baku 7,13 6,40

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen 21,83

dan nilai rata-rata kelas kontrol 20,67. Sedangkan simpangan baku kelas

eksperimen 7,13 dan simpangan baku kelas kontrol 6,40. Hal ini berarti

kemampuan awal antara kelas ekperimen dan kelas kontrol dapat dikatakan relatif

sama.

b. Kemampuan Akhir Siswa

Kemampuan akhir siswa diukur dengan memberikan post-test (tes akhir)

dengan soal yang sama diberikan pada tes awal setelah siswa mengikuti proses

belajar mengajar, tes ini diberikan untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar

siswa setelah mengikuti pembelajaran yang diterapkan baik pada kelas

eksperimen maupun kelas kontrol.

Page 7: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL JIGSAW.pdfhanya ceramah sambil memberikan catatan ringkas dan mengerjakan soal di Lembar Kerja

Jurnal Pendidikan Fisika

7 1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Fisika

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Pre-test Post-test

Ra

ta-r

ata

Eksperimen

Kontrol

Dari hasil perhitungan data yang diperoleh dari tes akhir dapat dilakukan

rekapitulasi perhitungan rata-rata ( x ) dan simpangan baku (s) dari hasil post-test

yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.

Rekapitulasi Hasil Post-Test

No Uraian Eksperimen Kontrol

1 Jumlah siswa 30 30

2 Nilai rata-rata 76,17 69,67

3 Nilai terendah 51 56

4 Nilai tertinggi 92 85

5 Rentang nilai 41 29

6 Simpangan baku 8,83 6,86

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen

76,17 dengan simpangan baku 8,83 sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol 69,67

dengan simpangan baku 6,86. Jika hasil tes akhir dibandingkan hasil tes awal,

maka terjadi peningkatan hasil belajar setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Nilai rata-rata tes awal kelas eksperimen adalah 21,83 sedangkan nilai rata-

rata tes akhir 76,17. Berarti terjadi peningkatan rata-rata nilai sebesar 54,34. Nilai

rata-rata ( x ) tes awal pada kelas kontrol adalah 20,67, sedangkan nilai rata-rata (

x ) tes akhir adalah 69,67. Hal ini berarti terjadi peningkatan rata-rata sebesar

49,00. Peningkatan rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada

gambar 1.

Gambar 1 Grafik Rata-rata Pre-test dan Post-test siswa

c. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil belajar siswa

berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik

69,67 76,17

20,67 21,83

Page 8: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL JIGSAW.pdfhanya ceramah sambil memberikan catatan ringkas dan mengerjakan soal di Lembar Kerja

Jurnal Pendidikan Fisika

8 1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Fisika

(lampiran C) mengenai uji normalitas data dengan taraf kepercayaan = 0,05,

jika 2 hitung <

2 tabel, maka data berdistribusi normal. Hasil normalitas tes awal

dan tes akhir untuk kedua kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.

Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas

Kelas 2

hitung dk

2 tabel Kesimpulan

Kelas

Eksperimen

1. Tes Awal

2. Tes Akhir

4,2522

4,6628

5

5

11,070

11,070

Normal

Normal

Kelas Kontrol

1. Tes Awal

2. Tes Akhir

1,4156

0,7695

5

5

11,070

11,070

Normal

Normal

Dari Tabel 4 di atas menunjukkan nilai 2 hitung data tes awal maupun tes akhir

untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih kecil dari pada 2 tabel.

Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan uji kecocokan 2 (chi-kuadrat) dapat disimpulkan bahwa masing-masing kelas untuk data tes

awal maupun tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi

normal pada taraf kepercayaan = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k-1 = 5.

d. Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini bertujuan untuk melihat apakah data pada kedua kelas

sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Berdasarkan perhitungan

statistik (lampiran C), jika Fhitung < Ftabel maka varians dari kedua kelas tersebut

adalah homogen, varians tes awal dan tes akhir pada taraf kepercayaan = 0,05

dengan menggunakan dk = 29:29, dikarenakan pada tabel distribusi F untuk

dk = 29 pada pembilang tidak ada, maka digunakan dk = 24:29 yang mendekati

dk = 29, dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5.

Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas

Kelas Fhitung dk Ftabel Kesimpulan

Tes Awal 1,24 24:29 1,90 Homogen

Tes Akhir 1,66 24:29 1,90 Homogen

Dari Tabel 5 diperoleh Fhitung < Ftabel yang berarti menunjukkan bahwa varians

kedua kelompok pada data tes awal dan tes akhir adalah homogen.

e. Pengujian Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ada pengaruh model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri

Lubuk Tua Tahun Pelajaran 2015/2016”. Hipotesis yang akan diuji pada tes

awal adalah:

Page 9: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL JIGSAW.pdfhanya ceramah sambil memberikan catatan ringkas dan mengerjakan soal di Lembar Kerja

Jurnal Pendidikan Fisika

9 1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Fisika

H0 = Rata-rata nilai kelas eksperimen sama dengan rata-rata nilai kelas

kontrol (µ1 = µ2).

Ha = Rata-rata nilai kelas eksperimen tidak sama dengan rata-rata nilai

kelas kontrol (µ1 ≠ µ2).

Sedangkan hipotesis yang akan diuji pada tes akhir adalah:

H0 = Rata-rata nilai kelas eksperimen lebih kecil atau sama dengan rata-rata

nilai kelas kontrol (µ1 < µ2).

Ha = Rata-rata nilai kelas eksperimen lebih besar dari rata-rata nilai kelas

kontrol (µ1 > µ2).

Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas, maka kedua kelompok

data tes awal dan tes akhir adalah normal dan homogen. Dengan demikian uji

kesamaan dua rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk data tes

awal dan tes akhir menggunakan rumus uji-t, dapat dilihat di Tabel 6.

Tabel 6.

Rekapitulasi Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Kelas thitung ttabel Kesimpulan

Tes Awal 0,66 1,684 thitung < ttabel H0 diterima

Tes Akhir 3,16 2,021 thitung > ttabel Ha diterima

Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil analisis uji-t mengenai kemampuan

awal siswa (lampiran C) menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas

kontrol mempunyai kemampuan awal yang sama dengan taraf kepercayaan =

0,05, karena thitung = 0,66 lebih kecil dari ttabel = 1,684.

Setelah diberikan pembelajaran yang berbeda pada kedua kelas sampel

terjadi peningkatan nilai hasil belajar siswa. Kelas eksperimen diberikan

pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw,

sedangkan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran dengan metode

konvensional.

Berdasarkan hasil perhitungan uji-t tentang kemampuan akhir menunjukkan

thitung = 3,16 lebih besar dari ttabel = 2,021 yang menunjukkan bahwa hipotesis H0

ditolak dan Ha diterima. Hal ini menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw meningkat lebih baik

daripada hasil belajar siswa yang menerapkan pembelajaran konvensional.

Dengan kata lain, ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri Lubuk Tua Tahun

Pelajaran 2015/2016.

2. PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri Lubuk Tua Tahun Pelajaran

2015/2016 dengan menggunakan dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen yaitu VII.2 berjumlah 30

siswa dengan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw sedangkan pada kelas kontrol yaitu kelas VII.3 berjumlah 30

menggunakan metode ceramah bervariasi. Kedua kelas tersebut diajarkan dengan

materi yang sama yaitu tentang kalor. Setelah diberikan pembelajaran sebanyak

tiga pertemuan selanjutnya peneliti memberi tes dalam bentuk soal essay

berjumlah lima butir soal. Dari hasil tes tersebut maka didapatkan hasil belajar

Page 10: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL JIGSAW.pdfhanya ceramah sambil memberikan catatan ringkas dan mengerjakan soal di Lembar Kerja

Jurnal Pendidikan Fisika

10 1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Fisika

siswa dalam bentuk aspek kognitif. Pada pelaksanaan pembelajaran peneliti

bertindak sebagai pengajar.

Pembelajaran kelompok eksperimen diterapkan dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Model ini merupakan sebuah model

pembelajaran kooperatif dimana siswa bekerja dalam anggota kelompok yang

sama yaitu empat sampai lima orang dalam satu kelompok, dimana tiap kelompok

terdiri atas tim ahli.

Pada saat pertemuan pertama, pembelajaran dimulai dengan membentuk

siswa menjadi kelompok yang terdiri dari 5 anggota tim. Tiap orang dalam tim

diberi bagian materi yang berbeda. Kemudian setiap orang dalam tim tersebut

diberi bagian materi yang ditugaskan. Anggota dari tim yang berbeda yang telah

mempelajari bagian/subbab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok

ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka. Setelah selesai diskusi sebagai tim

ahli, setiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman

satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya

mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Lalu, tiap tim ahli mempresentasikan

hasil diskusi. Diakhir pembelajaran guru memberi evaluasi dan menutup

pelajaran. Pada pertemuan ini kegiatan pembelajaran masih belum maksimal

dikarenakan siswa belum terbiasa dan memahami pembelajaran dengan model

Jigsaw ini. Dari enam kelompok tim yang terbentuk hanya ada satu tim yang

dapat mempresentasikan hasil diskusinya. Hal ini disebabkan waktu yang terbatas

dan kelompok lain belum siap untuk melakukan presentasi.

Pada saat pertemuan kedua, pembelajaran masih sama pada pertemuan

sebelumnya yaitu siswa dikelompokan menjadi 5 anggota tim. Tiap orang dalam

tim diberi bagian materi yang berbeda. Kemudian setiap orang dalam tim tersebut

diberi bagian materi yang ditugaskan. Anggota dari tim yang berbeda yang telah

mempelajari bagian/subbab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok

ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka. Setelah selesai diskusi sebagai tim

ahli, setiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman

satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya

mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Lalu, tiap tim ahli mempresentasikan

hasil diskusi. Diakhir pembelajaran guru melakukan evaluasi dan menutup

pelajaran. Pada pertemuan ini ada tiga kelompok yang dapat mempresentasikan

hasil diskusinya sedangkan 3 tim lainnya belum. Hal ini dikarenakan mereka

belum menyelesaikan tugas di dalam timnya dan belum siap untuk melakukan

presentasi.

Pada pertemuan ketiga, pembelajaran yang sama yaitu mengunakan model

Jigsaw. Pada pertemuan ini siswa mulai terbiasa dan lebih menikmati

pembelajaran dengan penuh rasa percaya diri dalam mempresentasikan hasil

diskusinya. Pada pertemuan ini semua kelompok dapat menyelesaikan tugasnya

dan mempresentasikan di depan kelas. Dari 6 kelompok hanya ada satu kelompok

yang masih belum maksimal dalam menyelesaikan tugasnya. Namun hal ini sudah

mengalami peningkatan dari setiap pertemuannya dan kemampuan dalam

menyelesaikan tugasnya sudah cukup baik.

Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas kontrol adalah pembelajaran

konvensional. Metode yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab serta

pemberian tugas. Pertemuan pertama pada kontrol pembelajaran diawali dengan

guru menjelaskan materi kalor dan siswa lebih difokuskan untuk menyimak serta

Page 11: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL JIGSAW.pdfhanya ceramah sambil memberikan catatan ringkas dan mengerjakan soal di Lembar Kerja

Jurnal Pendidikan Fisika

11 1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Fisika

mendengarkan penjelasan guru. Siswa tampak diam dan tidak ada yang bertanya

atau menanggapi materi yang sudah disampaikan.

Pertemuan kedua pada kelas kontrol, pembelajaran berlangsung siswa

terlihat memperhatikan guru dalam menerangkan materi pelajaran dan tampak

sudah memahami materi. Kemudian guru bertanya kepada semua siswa tentang

materi yang sudah disampaikan tidak ada satu pun siswa yang bisa menjawab. Hal

ini membuat guru menjadi tidak memahami kehendak dari siswa.

Pada pertemuan ketiga, pembelajaran masih sama pada pertemuan

sebelumnya. Pada pertemuan ini siswa diberi waktu untuk mengerjakan soal yang

diberikan oleh guru sedangkan yang lain lebih asyik bercerita dengan temannya.

Dan sampai di akhir pembelajaran hampir semua siswa tidak ada yang

memberikan komentar ataupun pertanyaan kepada guru tentang materi yang sudah

disampaikan.

Setelah diberi pembelajaran yang berbeda, untuk kelas eksperimen yang

diberi pembelajaran Jigsaw sedangkan pada kelas kontrol menggunakan

pembelajaran konvensional. Selanjutnya kedua kelas tersebut diberikan tes akhir

(post-test) maka terjadi peningkatan hasil belajar. Kelas eksperimen memperoleh

rata-rata nilai sebesar 76,17 dibandingkan dengan nilai tes awal sebesar 21,83,

dengan peningkatan sebesar 54,34. Untuk kelas kontrol memperoleh rata-rata nilai

sebesar 69,67 dibandingkan dengan nilai tes awal sebesar 20,67, maka terjadi

peningkatan sebesar 49,00. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan nilai tes

kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan nilai tes kelas

kontrol. Hasil dari tes hasil belajar kedua kelompok dilakukan uji normalitas, uji

homogenitas, dan uji hipotesis.

Hasil analisis data tes awal menunjukkan bahwa kedua kelas memiliki

kemampuan awal yang sama sebelum dilaksanakan kegiatan belajar mengajar

dengan memberikan perlakuan berbeda. Pada tahap selanjutnya, dilaksanakan

pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol,

kemudian diberi tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa kedua kelas.

Kemudian berdasarkan analisis data tes akhir menunjukkan bahwa nilai

rata-rata kelas eksperimen lebih besar dari nilai rata-rata kelas kontrol. Ini berarti

bahwa hasil belajar kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkat lebih baik daripada hasil belajar kelas

kontrol dengan menerapkan metode konvensional.

Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa ketuntasan nilai mata

pelajaran fisika siswa pada materi kalor dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih banyak bila dibandingkan dengan kelas

kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan nilai KKM

sebesar 75, siswa kelas eksperimen yang tuntas sebanyak 24 siswa dan yang tidak

tuntas hanya 6 siswa dari 30 siswa artinya siswa yang tuntas mencapai 80%.

Sedangkan pada kelas kontrol siswa yang tuntas hanya 6 siswa dan yang tidak

tuntas sebanyak 24 siswa dari total keseluruhan sebanyak 30 siswa artinya siswa

yang tuntas mencapai 20%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw lebih baik daripada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran

konvensional.

Page 12: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL JIGSAW.pdfhanya ceramah sambil memberikan catatan ringkas dan mengerjakan soal di Lembar Kerja

Jurnal Pendidikan Fisika

12 1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Fisika

Kemudian hasil uji hipotesis post-test menggunakan uji-t menunjukkan

bahwa thitung = 3,16 lebih besar dari ttabel = 2,021 yang berarti hipotesis H0 ditolak

dan Ha diterima. Hal ini menyatakan bahwa nilai rata-rata siswa yang diterapkan

model pembelajaran Jigsaw lebih besar daripada nilai rata-rata siswa yang

menerapkan pembelajaran konvensional. Dengan kata lain, ada pengaruh model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VII

SMP Negeri Lubuk Tua Tahun Pelajaran 2015/2016.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada kelas VII SMP Negeri

Lubuk Tua, menunjukkan bahwa hasil belajar fisika pada pembelajaran

konvensional lebih rendah jika dibandingkan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw. Hal ini dikarenakan kelemahan pembelajaran

konvensional yaitu kegiatan belajar terpusat pada guru dan siswa hanya menerima

materi yang guru jelaskan. Ini sangat membuat siswa bosan, mengantuk dan tidak

semangat belajar. Berbeda dengan kelas yang diajarkan dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, siswa dituntut aktif untuk menguasai

materi yang diberikan serta siswa diajak untuk mendisiplinkan waktu, ini terlihat

dari peningkatan siswa dalam menyelesaikan tugas di dalam kelompok.

Pada model pembelajaran Jigsaw guru hanya sebagai fasilitator dan motivator,

karena siswa dianggap sudah memiliki kemampuan dan pengetahuan. Oleh karena

itu, terdapat perbedaan hasil belajar pada dua kelas sampel.

Pada kelas kontrol yang mana proses belajar diterapkan model pembelajaran

konvensional yang dalam proses pembelajarannya hanya terpusat pada guru,

sehingga membuat siswa hanya menerima apa yang dijelaskan oleh guru. Ketika

diberikan kesempatan untuk bertanya, siswa lebih memilih untuk diam padahal

mereka belum mengerti dengan materi yang dijelaskan guru dan perbedaannya

lebih terlihat pada tes akhir (pos-test) yang dilakukan pada kedua kelas tersebut.

Hal ini dapat dilihat nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih

tinggi bila dibandingkan dengan nilai rata-rata pada kelas kontrol.

E. PENUTUP

1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data diperoleh thitung (3,16) > ttabel

(2,021) dan nilai rata-rata tes akhir hasil belajar fisika siswa pada kelas ekperimen

sebesar 76,17, pada kelas kontrol sebesar 69,67. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri Lubuk Tua Tahun

Pelajaran 2015/2016.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, penulis memandang

perlu untuk memberikan saran khsususnya kepada:

a. Guru, agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebaiknya model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif

untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Sekolah, dalam mengoptimalkannya kualitas pendidikan hendaknya

menyediakan sarana penunjang model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di

dalam proses belajar mengajar.

Page 13: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL JIGSAW.pdfhanya ceramah sambil memberikan catatan ringkas dan mengerjakan soal di Lembar Kerja

Jurnal Pendidikan Fisika

13 1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Fisika

c. Siswa, hendaknya dapat mengaitkan proses pembelajaran yang sedang

berlangsung dengan fenomena kehidupan sehari-hari dengan demikian

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta

Aqib, Zainal. 2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Konstektual

(Inovatif). Bandung: CV Yrama Widya.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Giancoli, Douglas. 2001. Fisika Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Musfiqon. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: PT.

Prestasi Pustakaraya.

Musthofa, Khoirul. 2013. Pembelajaran Fisika dengan Cooperative Learning Tipe

Jigsaw untuk Mengoptimalkan Aktivitas dan Kemampuan Kognitif Siswa Kelas

X-6 SMA MTA Surakarta. Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan

MIPA FKIP UNS. Vol.1 No.1 halaman 55.

Nurhaeni, Yani. 2011. Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Konsep Listrik melalui

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas IX SMPN 43 Bandung.

Jurnal Penelitian Pendidikan. Vol. 12 No. 1, April 2011. Bandung.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Slavin, Robert, E. 2005. Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktik. Bandung:

Nusa Media.

Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung: Tarsinto.

Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

________. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suherman dan Sukjaya. 1990. Petunjuk Praktik untuk Melaksanakan Evaluasi

Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusuma.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Uno, B. Hamzah dan Nurdin Mohamad. 2011. Belajar Dengan Pendekatan

PAIKEM, Jakarta: Bumi Aksara.

Yamin, Martinis. 2012. Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik. Jakarta: Ciputat

Mega Mall

Young, Hugh D dan Freedman, Roger A. 2004. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh

Jilid II. Jakarta: Erlangga.