hubungan antara kecerdasan emosional dengan...

15
1 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MA AL-MUHAJIRIN TUGUMULYO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 JURNAL OLEH FADILLA SALMAWATI NIM. 4111040 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU 2014

Upload: nguyenquynh

Post on 13-Aug-2019

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR

FISIKA SISWA KELAS X MA AL-MUHAJIRIN TUGUMULYO TAHUN PELAJARAN

2014/2015

JURNAL

OLEH

FADILLA SALMAWATI

NIM. 4111040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU

2014

2

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR

FISIKA SISWA KELAS X MA AL-MUHAJIRIN TUGUMULYO TAHUN PELAJARAN

2014/2015

Oleh

Fadilla Salmawati1, Ahmad Amin2, Tri Ariani3

Program Study Pendidikan Fisika

(STKIP-PGRI) Lubuklinggau

Abstrak

This thesis titled "The Relationship Between Emotional Intelligence in Physics Learning

Achievement Class X MA Al-immigrants Tugumulyo academic year 2014/2015".

Problems in the study (1) Is there a relationship between emotional intelligence and

academic achievement physics class X MA Al-immigrants Tugumulyo ?, (2) How big is

the relationship between emotional intelligence and academic achievement physics class X

MA Al-Muhajirin Tugumulyo?. This research is a correlation study. The sampling was

done by using simple random sampling of the population of the entire class X MA Al-

Muhajirin, and X2 class elected to the sample. Questionnaire data collection techniques

and documentation of the value of report cards. Based on data analysis technique using

product moment correlation obtained by the magnitude of the correlation between

emotional intelligence and academic achievement Class X student of physics at 0.5799,

this figure includes the correlation being. Based on the results of t-test analysis at

significance level α = 0.05, obtained T (count) (3.77)> T (table) (2.048), so that it can be

concluded that there is a positive and significant correlation between emotional

intelligence and academic achievement physics class X MA Al-Muhajirin Tugumulyo the

school year 2014/2015. The coefficient of determination obtained the relationship between

emotional intelligence and learning achievement is 33.63%.

Keywords: Emotional intelligence, learning achievement

I. PENDAHULUAN

Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu

proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai

hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk, seperti berubah

pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, serta aspek-aspek lain

yang ada pada individu (Sudjana, 2009:3). Untuk mengetahui sampai seberapa jauh

3

perubahan yang terjadi perlu adanya penilaian. Penilaian terhadap hasil belajar seorang

siswa untuk mengetahui sejauh mana telah mencapai sasaran atau tujuan belajar yang

disebut dengan prestasi belajar.

Proses belajar mengajar di sekolah merupakan salah satu proses belajar yang

bersifat kompleks dan menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat, bahwa untuk

meraih prestasi yang tinggi dalam belajar seseorang harus memiliki intelegence

Quontient (IQ) yang tinggi, karena intelegensi merupakan bekal potensial yang akan

memudahkan dalam belajar sehingga hasil belajar akan optimal (Azwar, 2013:163).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di MA Al-Muhajirin

Tugumulyo, dan juga melalui wawancara didapatkan penjelasan dari guru fisika bahwa

siswa yang dianggap oleh guru memiliki intelegensi tinggi, ternyata masih belum

mampu mencapai prestasi belajar yang optimal dalam mata pelajaran fisika. Hal ini

terlihat dari nilai raport kelas X semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 dari salah

satu siswa yang dianggap pintar, namun nilai mata pelajaran fisikanya masih lebih kecil

dari siswa lain yang dianggap kurang pintar.

Pada kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan

siswa yang tidak dapat` meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan

intelegesinya. Beberapa siswa yang terlihat mempunyai kemampuan yang relatif tinggi,

tetapi justru memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun beberapa siswa

yang walaupun kemampuan intelegesinya tidak terlalu tinggi, dapat meraih prestasi

belajar yang relatif tinggi. Oleh sebab itu taraf intelegensi bukan merupakan satu-

satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang karena ada faktor lain yang

mempengaruhinya (Slameto, 2010:56). Faktor tersebut diantaranya faktor yang berasal

dari dalam diri sendiri maupun dari luar seperti faktor lingkungan.

Menurut Goleman (2006:44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang

20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan

lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quontient (EQ).

Kecerdasan emosional memiliki lima kemampuan utama yaitu kemampuan untuk

mengelola emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi

orang lain, dan juga membina hubungan (Goleman, 2006:58).

Dalam proses belajar siswa kedua intelegensi itu sangat diperlukan. IQ tidak

dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata

pelajaran yang disampaikan di sekolah. Cooper dan Sawaf (dalam Uno, 2008:69)

menegaskan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan-kecerdasan lain sebetulnya

4

saling menyempurnakan dan saling melengkapi. Emosi menyulut kreativitas,

kolaborasi, inisiatif, dan transformasi, sedangkan penalaran logis berfungsi mengatasi

dorongan yang keliru dan menyelaraskan tujuan dengan proses.

Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan beberapa pihak menunjukan

bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar. Hasil

penelitian Bahtiar (2009), menyatakan bahwa ada hubungan antara kecerdasan

emosional dan prestasi belajar siswa pada kelas II SMA Negeri 2 Mataram, dengan

besarnya korelasi (𝑅𝑥𝑦) sebesar 0,284. Selanjutnya Defila et al. (2014) juga

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dan hasil belajar

IPA siswa SMP Negeri 1 Palu, dengan nilai korelasi sebesar 0,559 dan persamaan

regresi yang diperoleh Y=0,2319 X + 68,709, serta pengaruh kecerdasan emosional

terhadap hasil belajar sebesar 31,25%.

Kegiatan pembelajaran di sekolah yang dianggap sulit oleh siswa adalah

pelajaran fisika. Fisika merupakan salah satu cabang dari IPA, dan merupakan ilmu

yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah,

penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan,

serta penemuan teori dan konsep (dalam Trianto, 2010:173). Dalam pembelajaran

fisika, kemampuan pemahaman konsep merupakan syarat dalam keberhasilan belajar

fisika. Kenyataan ini membuat mata pelajaran fisika menjadi mata pelajaran yang

dianggap sulit dan tidak disukai oleh siswa. Dalam hal ini, kondisi psikologis siswa

yaitu emosi memainkan peranan yang sangat fundamental untuk berhadapan dengan

hambatan-hambatan yang sering terjadi dalam proses pembelajaran.

Bila emosi mengalahkan konsentrasi yang dilumpuhkan adalah ingatan kerja,

yaitu kemampuan untuk menyimpan dalam benak semua informasi yang relevan

dengan tugas yang dihadapinya (Goleman, 2006:110). Oleh sebab itu kecerdasan

emosional bisa mempengaruhi keinginannya untuk belajar, mencari informasi baru dan

mendapatkan keterampilan serta pengalaman baru. Hal ini tentu akan berpengaruh

terhadap prestasi belajar siswa.

Dalam kaitan pentingnya kecerdasan emosional pada diri siswa sebagai salah

satu faktor penting untuk meraih prestasi belajar fisika, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional

dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas X di MA Al-Muhajirin Tugumulyo

Tahun Pelajaran 2014/2015”.

5

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang

diajukan pada penelitian ini adalah : (1) Apakah ada hubungan antara kecerdasan

emosional dengan prestasi belajar fisika siswa kelas X di MA Al-Muhajirin

Tugumulyo?, (2) Seberapa besar hubungan antara kecerdasan emosional dengan

prestasi belajar fisika siswa kelas X di MA Al-Muhajirin Tugumulyo?

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui

ada tidaknya hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar fisika

siswa kelas X di MA Al-Muhajirin Tugumulyo, (2) Untuk mengetahui seberapa besar

hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar fisika siswa kelas X di

MA Al-Muhajirin Tugumulyo.

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini, sebagai berikut: (1)

Bagi siswa dapat mengetahui tentang kecerdasan emosional sehingga dapat lebih

mengenal, emosi pada dirinya yang sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran

selain kecerdasan akademik, (2) bagi guru, sebagai bahan perbandingan sehingga dapat

menanggulangi perbedaan kecerdasan emosional pada siswa agar mendapatkan prestasi

belajar yang lebih baik, (3) bagi peneliti dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan

pengalaman tentang aspek kecerdasan emosional pada prestasi belajar siswa, (4) Untuk

pembaca lainnya dapat memberikan pemahaman akan pentingnya kecerdasan

emosional.

II. LANDASAN TEORI

Menurut Binet (dalam Uno, 2008:60), kecerdasan terdiri dari tiga komponen

yaitu (a) kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan; (b)

kemampuan untuk mengubah arah tindakan apabila tindakan tersebut telah

dilaksanakan; (c) Kemampuan untuk mengubah diri sendiri.Kecerdasan semula berarti

penggunaan kekuatan intelektual secara nyata, tetapi kemudian diartikan sebagai

kekuatan lain. Dalam perkembangan selanjutnya, pengertian kecerdasan banyak

mengalami perubahan, namun selalu mengandung pengertian bahwa intelegensi

merupakan kekuatan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu.

Setiap manusia pasti dianugrahi akal dan emosi. Emosi menurut Goleman

(2006:7) pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk

mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur oleh evolusi. Akar

kata emosi adalah movere, kata kerja bahasa latin yang berarti menggerakan atau

6

bergerak, ditambah awala “e-“ untuk memberi arti bergerak menjauh, menyiratkan

bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.

Chaplin dalam (Asrori, 2008:82) mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan

yang merangsang dari suatu organisme mencakup perubahan yang disadari, yang

mendalam sifatnya dari perubahan perilaku, Ia membedakan emosi dengan perasaan,

menurutnya perasaan adalah pengalaman yang disadari yang diaktifkan oleh

perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah.

Setiap individu memiliki emosi. Emosi banyak berpengaruh terhadap fungsi-

fungsi psikis lainnya seperti, pengamatan, tanggapan, pemikiran, dan kehendak.

Individu akan mampu melakukan pengamatan atau pemikiran dengan baik disertai

dengan emosi yang baik pula. Individu yang dapat mengelola emosinya dengan baik

artinya emosinya cerdas, hal ini dikenal dengan suatu istilah yang disebut kecerdasan

emosional.

Savoley dan Mayer (dalam Mubayidh, 2006:15) mendefinisikan kecerdasan

emosional sebagai suatu kecerdasan sosial yang berkaitan dengan kemampaun

seseorang dalam memantau, baik emosi dirinya maupun emosi orang lain, dan juga

kemampuannya dalam membedakan emosi dirinya dengan emosi orang lain, dimana

kemampuan ini digunakannya untuk mengarahkan pola pikir dan perilakunya.

Menurut Gardner (dalam suparno, 2007:21) kecerdasan bukan hanya

kemampuan untuk memecahkan persoalan teoritis, tetapi juga dalam pengalaman

nyata dan dalam berbagai situasi. Dapat terjadi seseorang yang kecerdasan

intelektualnya tinggi tidak berhasil dalam pekerjaannya dalam situasi yang lebih

kompleks. Ia mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik

yang penting untuk meraih sukses, melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar

dengan tujuh varietas utama, yaitu linguistik, matematika/logika, spasial, kinestetik,

musik, interpersonal, dan intrapersonal. Kecerdasan intrapesonal dan interpersonal ini

dinamakan kecerdasan pribadi oleh Gardner dan selanjutnya disebut sebagai

kecerdasan emosional.

Menurut Stein dan Howard (dalam Uno, 2008:69) mengatakan bahwa

kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan

membangkitkan perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara

mendalam, sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual. Dari beberapa

definisi yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

emosional adalah kemampuan merasakan, memahami diri sendiri dan orang lain,

7

kemampuan memotivasi diri sendiri, dan secara efektif menerapkan daya dan

kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, dan koneksi dalam bersosialisasi

dengan orang lain.

Savoley (dalam Goleman, 2006:57) menempatkan kecerdasan pribadi Gardner

dalam definisi dasar kecerdasan emosional yang dicetuskannya, seraya memperluas

kemampuan kemampuan ini menjadi lima wilayah utama, yaitu: (1) mengenali emosi

diri, (2) Mengelola emosi diri sendiri, (3) memotivasi diri sendiri, (4) Mengenali

emosi orang lain, dan (5) membina hubungan.

Prestasi belajar adalah pengungkapan hasil belajar meliputi segenap ranah yang

berubah sebagai akibat pengalaman dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan

yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun

yang berdimensi karsa (Syah, 2010:216). Hal ini senada dengan yang dikatakan

Marsun dan Martaniah (dalam Tjundjing, 2001:71) berpendapat bahwa prestasi belajar

merupakan hasil kegiatan belajar yaitu, sejauh mana peserta didik menguasai bahan

pelajaran yang diajarkan, yang diikuti munculnya perasaan puas bahwa ia telah

melakukan sesuatu yang baik.

Azwar (2013:164) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah suatu

keberhasilan belajar yang dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator

berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan, dan

semacamnya.

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tersebut dapat dirumuskan pengertian

prestasi belajar adalah penilaian pendidikan terhadap perubahan yang dicapai

seseorang setelah proses belajar, yang meliputi perubahan tingkah laku secara

menyeluruh dalam sikap, keterampilan, dan pengetahuan, yang dinyatakan dalam

bentuk angka, sehingga dapat mengetahui kemajuan-kemajuan belajar yang telah

dicapainya.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di MA Al-Muhajirin Tugumulyo kelas X Semester I

Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian dilakukan selama bulan mei tahun 2015.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester MA Al-Muhajirin

Tugumulyo yang terdiri dari 8 kelas dengan jumlah siswa 246 siswa yang terdiri dari

105 siswa laki-laki dan 141 siswa perempuan.. Sampel dalam penelitian ini diambil

8

dengan teknik acak. Sampel yang diambil yakni kelas X2.Penelitian ini termasuk jenis

penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode korelasi.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket kecerdasan

emosional yang sebelumnya telah di uji cobakan terlebih dahulu dan divalidasi oleh

psikolog serta nilai rapot semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 siswa kelas X MA

Al-Muhajirin Tugumulyo.

Langkah-Langkah Penelitian

Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Melakukan validasi angket kepada dua psikolog

Melakukan uji coba instrumen angket kepada siswa kelas XII IPA 2 MA Al-

Muhajirin

Melaksanakan pemberian angket kecerdasan emosional di kelas X2 yang telah

terpilih sebagai sampel

Melakukan analisa data angket yaitu uji normalitas,

Mengambil nilai rapot semester ganjil siswa kelas X2 dari pihak staf Tata Usaha MA

Al-Muhajirin Tugumulyo

Melakukan analisis data nilai rapot yaitu uji normalitas

Melakukan analisis data angket kecerdasan emosional dan data nilai rapot yaitu uji

korelasi rxy ,mencari koefisien determinasi,uji linieritas, dan analisis regresi.

Untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan uji-Rxy digunakan untuk

mengetahui hubungan antara data angket kecerdasan emosional dengan prestasi

belajar fisika dan koefisien determinasi untuk mengetahui besarnya hubungan antara

kecerdasan emosional dengan prestasi belajar fisika.

Hipotesis yang diuji berbentuk:

𝐻𝑜 : Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan

emosional dengan prestasi belajar fisika siswa kelas X MA Al-Muhajirin

Tugumulyo (𝐻𝑜: ρ = 0)

𝐻𝑎 : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional

dengan prestasi belajar fisika siswa kelas X MA Al-Muhajirin Tugumulyo

(𝐻𝑎: ρ ≠ 0 )

Menghitung koefisien korelasi antara angket kecerdasan emosional dengan

data prestasi belajar fisika siswa

𝑟𝑥𝑦=𝑛 ∑ 𝑋𝑌𝑖 )−( ∑ 𝑋𝑖) ( ∑ 𝑌𝑖 )

√{𝑛 ∑ 𝑋𝑖2− (𝑋𝑖)2}− {𝑛 ∑ 𝑌𝑖

2)−(𝑌𝑖)2}

9

Dimana 𝑟𝑥𝑦 adalah koofisien korelasi, N adalah banyaknya subjek pemilik nilai, X

adalah nilai variabel (X), dan Y adalah nilai variabel (Y).

Untuk menginterpretasikan besaran koofisien korelasi digunakan acuan

menurut Sugiyono (2013b:231) yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,000 – 0,199

0,200 – 0,399

0,400 – 0,599

0,600 – 0,799

0,800 - 1,000

sangat rendah

rendah

sedang

kuat

sangat kuat

Selanjutnya koefisien determinasi Untuk mengetahui besarnya persentase

pengaruh variable bebas terhadap variabel terikat dinyatakan dengan koefisien

determinasi yaitu :

KD = r2 x 100%

Keterangan :

KD = Koefisien Determinasi

r = Koefisien korelasi product-moment

Pengujian signifikan terhadap koefisien korelasi menggunakan rumus:

t = 𝑟𝑥𝑦 √𝑛−2

√1−𝑟𝑥𝑦2

Di mana t adalah distribusi nilai siswa, n adalah banyak data, dan 𝑟𝑥𝑦 adalah

Korelasi antar variabel.

𝐻0 diterima jika nilai t hitung < t tabel pada taraf nyata 𝛼 = 0,05, dalam hal

lainnya 𝐻𝑎 ditolak. Hasil 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan

𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN

Setelah melalui serangkaian proses penelitian yang telah dilakukan, pada

akhirnya peneliti mendapatkan hasil penelitian dari apa yang telah diteliti. Data-data

yang telah peneliti peroleh melalui penelitian ini dapat dianalisis dan dibahas secara

mendalam sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang hendak

10

peneliti capai. Pada bagian ini dibahas hasil penelitian dengan analisis data yang

diperoleh dan pemaparan mengenai temuan-temuan pada penelitian yang dilakukan.

Data hasil penelitian ini berupa data angket kecerdasan emosional dan nilairapot

semester ganjil. Hasil uji normalitas dengan rumus chi kuadrat data angket

kecerdasan emosional dan data rapot semester ganjil siswa kelas X disajikan pada

tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Tes Kecerdasan Majemuk Dan Presatasi Belajar

Jenis Data 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

Dk 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

Kesimpulan

Data Kecerdasan Emosional 2,1033 5 11,070 Normal

Data Nilai Raport 3,5935 4 9,4888 Normal

Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan bahwa nilai

𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

< 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

. Hal ini menunjukkan bahwa data angket kecerdasan emosional

dan prestasi belajar fisika siswa berdistribusi normal.

Uji Korelasi

Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan koefisien korelasi kecerdasan

emosional dengan prestasi belajar fisika, yaitu 𝑟𝑥𝑦=0,5799. Angka ini menunjukan

hubungan yang positif antara kecerdasan emosional engan prestasi belajar. Untuk

melihat tingkat hubungan dikonsultasikan pada tabel 1 pedoman interpretasi koefisien

korelasi. Berdasarkan tabel tersebut, maka nilai 𝑟𝑥𝑦= 0,5799 berada pada koefisien

korelasi 0,400 – 0,599 yang berarti hubungan kedua variabel tergolong pada kategori

sedang.

Koefisien Determinasi

Hasil perhitungan diperoleh koefisien determinasi antara kecerdasan emosional

dengan prestasi belajar fisika sebesar 33,63%. Hal ini dapat diartikan bahwa

kecerdasan emosional memberikan kontribusi positif terhadap prestasi belajar fisika

sebesar 33,63%, sedangkan 66,37% ditentukan oleh faktor lain yang tidak teliti.

Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar

Fisika

Berdasarkan hasil perhitungan 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan menggunakan uji t, maka

diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 3,77, sedangkan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 untuk dk= 28, dengan 𝛼 = 0,05 diperoleh

𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙= 2,048. Jadi 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, hal ini berarti 𝐻𝑜 ditolak dan 𝐻𝑎 diterima. Dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan

emosional dengan prestasi belajar fisika siswa kelas X MA Al-Muhajirin Tugumulyo.

11

Analisis Regresi

Setelah dianalisis menggunakan regresi linier didapatkan hasil sebesar a=47,31

dan b=0,424. Sehingga persamaan regresi linier sederhana antara kecerdasan

emosional terhadap prestasi belajar fisika yaitu �̂�=47,31 + 0,424 X.

Uji Linieritas

Tabel 3

Tabel ANAVA untuk Regresi Linier Sederhana

Sumber

Variasi

Dk JK KT F

Total 30 187146

Koefisien

(a)

Regresi

(b/a)

Sis

1

1

28

186598,53

184,13

363,34

184,13

12,98

14,99

Tuna Cocok

Galat

18

10

278,87

84,47

15,49

8,45

1,83

Berdasarkan tabel 3, dari hasil perhitungan diketahui 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 1,83. Dengan

dk pembilang = 18 dan dk penyebut = 10, diperoleh 𝐹0,05(18,10) = 2,82 dan pada

𝐹0,01(18,10) = 4,52, sehingga 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Jadi hipotesa bahwa model regresi

linier diterima, ini menunjukan bahwa kecerdasan emsoional memiliki hubungan yang

linier dengan prestasi belajar fisika siswa

PEMBAHASAN

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah hubungan antara

kecerdasan emosional dengan prestasi belajar fisika siswa kelas X MA Al-Muhajirin

Tugumulyo.

Dari pemberian angket tersebut, diperoleh data yang menunjukan kecerdasan

emosional yang dimiliki cenderung berbeda-beda. Berdasarkan analisis data angket

kecerdasan emosional siswa didapatkan siswa dengan kategori kecerdasan emosional

sangat tinggi sebanyak 1 orang (3,33%), pada kategori kecerdasan emosional tinggi

sebanyak 17 orang (56,67%), dan pada kategori sedang sebanyak 12 orang (40%).

Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional siswa rata-rata pada kateggori tinggi,

dan tidak ada siswa yang berada pada kategori rendah dan sangat rendah.

12

Hasil penelitian kecerdasan emosional siswa menunjukan bahwa aspek-aspek

kecerdasan esmoional siswa telah menunjukan gambaran kecerdasan emosional yang

dimiliki siswa. Persentase ketercapaian tertinggi pada aspek memotivasi diri sendiri

mencapai 79,9 %. Hal ini menunjukan bahwa dalam proses pembelajaran kemampuan

untuk menumbuhkan motivasi positif dalam diri sendiri untuk dapat berhadapan

dengan hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses belajar, sehingga lebih

bersemangat dan lebih giat belajar. Persentase ketercapaian yang paling rendah pada

aspek mengelola emosi diri yaitu 68,25%. Hal ini menunjukan bahwa siswa yang

kurang mampu dalam mengelola emosinya, terkadang lebih cepat marah dan dalam

belajar selalu terpengaruh oleh suasana hati, jika sedang marah atau takut, maka akan

malas dalam belajar.

Hasil analisis korelasi product moment terhadap hubungan antara kecerdasan

emosional dan prestasi belajar fisika yaitu sebesar 0,5799. Nilai tersebut menunjukan

bahwa variabel kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar memiliki

hubungan yang positif dan hubungan antara dua variabel dalam kategori sedang.

Dengan menggunakan uji t di peroleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,77, sedangkan untuk 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan

taraf kepercayaan 𝛼=0,05 dan derajat kebebasan (dk = 28), diperoleh 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙=2,048,

sehingga 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Hal ini menunjukan bahwa kecerdasan emosional

memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa.

besarnya kontribusi kecerdasan emosional siswa terhadap prestasi belajar

koefisien Determinasi (KD) sebesar 33,63%. Hal ini berarti bahwa kecerdasan

emosional memberikan kontribusi yang positif terhadap prestasi belajar fisika sebesar

33,63%,sedangkan sisanya 66,37% ditentukan oleh faktor lain yang tidak diteliti.

Faktor-faktor tersebut antara lain berupa pengaruh lingkungan, pola asuh orang tua,

interaksi dengan teman sebaya, kinerja mengajar guru, dan pemanfaatan fasilitas

belajar juga akan berpengaruh terhadap prestasi belajar.

Pernyataan tersebut didukung dengan hasil penelitian yang diperoleh kelinieran

antara dua variabel berdasarkan perhitungan analisis regresi. Dari regresi linier

menunjukan bahwa jika kecerdasan emosional siswa ditingkatkan sampai 100, maka

prestasi belajar fisika akan menjadi 89,71. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika

kecerdasan emosional ditingkatkan maka prestasi belajar fisika siswa akan meningkat

juga. Hal ini menunjukan bahwa kecerdasan emosional memberikan pengaruh yang

positif pada prestasi belajar fisika.

13

Penelitian ini memberikan gambaran bahwa, jika siswa memiliki kecerdasan

emosional tinggi, maka prestasi belajar siswa akan menjadi tinggi pula, dan begitu

juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tjundjing (2001:69) yang

menyatakan bahwa tingkat kecerdasan emsoional yang rendah akan mengakibatkan

seseorang tidak dapat menggunakan kemampuan kognitifnya dengan potensi yang

maksimal dan cenderung lebih mudah putus asa. Kecerdasan emosional yang tinggi

membuat siswa bersemangat dalam belajar, mampu mengontrol dan mengenali

emosinya, dan disukai oleh teman-temannya. Sebaliknya siswa yang tidak mampu

untuk mengendalikan emosinya, akan mengalami kesulitan dalam belajar yang secara

langsung akan berimplikasi pada perolehan prestasi belajar siswa.

Doud Lennick (dalam Uno, 2008:69) menyatakan bahwa diperlukan kecakapan

emosi untuk memanfaatkan potensi dan bakat secara penuh. Penyebab seseorang tidak

mencapai potensi yang maksimum adalah ketidakterampilan emosi. Ini menjadi lebih

penting saat mengetahui bahwa setiap siswa mempunyai karakter emosi yang berbeda,

dengan begitu setiap siswa harus diperlakukan dengan karakter emosi dan

perasaannya. Untuk mencapai keberhasilan belajar yang optimal, seorang guru harus

peka terhadap siswa apabila ada kejanggalan dalam diri siswa seperti tidak

bersemangat dalam pembelajaran. Untuk itu guru harus mencari solusi bagaimana

caranya dalam pembelajaran nya siswa dapat bersemangat, misalnya diubah

metode/model pembelajaran agar siswa tidak jenuh, dan mengubah situasi kelas agar

menyenangkan.

Kecerdasan emosional memegang peranan yang cukup signifikan dalam

pencapaian prestasi belajar siswa karena dapat meningkatkan motivasi dan kesadaran

diri, sehingga siswa dapat lebih mudah untuk memusatkan perhatian, mengatasi stres,

dan tekun dalam menyelesaikan tugas. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi

kecerdasan emosional siswa maka semakin tinggi prestasi belajar yang akan diperoleh.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan pembahasan serta pengujian

hipotesis yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan yaitu :

1. Koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0,5799, hal ini menunjukan bahwa

terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan

prestasi belajar fisika siswa kelas X MA Al-Muhajirin Tugumulyo tahun pelajaran

2015/2015. Persamaan regresi linier yang diperoleh adalah �̂�=47,31 + 0,424 X, ini

14

menujukan kecerdasan emosional memiliki hubungan yang positif pada prestasi

belajar fisika.

2. Kontribusi kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar fisika yang ditunjukan

oleh hasil perhitungan dari koefisien determinasi sebesar 0,3363. Ini berarti

kecerdasan emosional mempunyai kontribusi 33,63% terhadap prestasi belajar fisika,

dan 66,37% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain atau faktor lain yang bukan objek

kajian dalam penelitian ini.

VI. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas maka saran yang dapat

diberikan oleh peneliti sebagai berikut:

1. Hendaknya pendidik memilih dan mengembangkan pendekatan dan metode

pembelajaran yang dapat mengembangkan kecerdasan emosional siswa.

2. Penelitian ini tidak hanya sampai di sini, sehingga masih perlu dilakukan penelitian

lain terkait kecerdasan emosional dengan variabel selain prestasi belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka

Cipta.

Asrori, Mohammad. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

Azwar, Syaifuddin. 2013. Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bahtiar. 2009. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Siswa

kelas II SMA Negeri 2 Mataram. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan, Vol 14

(12), 254-268

Dalyono, M. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar Edisi II. Jakarta: Rineka Cipta

Darmansyah. 2011. Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor. Jakarta: Bumi

Aksara.

Defila, dkk. 2014. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar IPA

Siswa SMP Negeri 1 Palu. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFK) Vol. 12 No.

2 ISSN 2338 3240

Dimyanti dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

15

Goleman, Daniel. 2006. Emotional Intelegence, Kecerdasan Emosional “Mengapa EI

Lebih Penting dari IQ”. Terjemahan oleh T Hermaya. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama

Mubayidh, Makmun. 2006. Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak. Jakarta: Pustaka

Alkautsar

STKIP PGRI Lubuklinggau. 2012. Pedoman Penulisan Makalah dan SkripsiMahasiswa

STKIP-PGRI Lubuklinggau. Lubuklinggau

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta

Sugiyono. 2013a. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R

& D. Bandung: Alfabeta.

. 2013b. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Tjundjing, Sia. 2001. Hubungan Antara IQ, EQ, dan AQ dengan Prestasi Studi Siswa

SMU. Indonesian Physichological Journal, 17 (1),69-87

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan Implementasinya

dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara

Uno, B Hamzah. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi

Aksara.