penerapan model pembelajaran kooperatif...
TRANSCRIPT
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE “TEAMS
GAMES TOURNAMENT (TGT) BERBASIS KEGIATAN PRAKTIKUM UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM
PEMBELAJARAN KIMIA PADA MATERI POKOK HIDROLISIS GARAM
KELAS XI MA MANBAUL ULUM DEMAK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Ilmu Pendidikan Kimia
Oleh
Dwi Purwanto
NIM: 063711022
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab penulis menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang lain, kecuali
informasi dalam referensi yang penulis jadikan bahan rujukan.
Semarang, 16 Desember 2011
Deklarator,
Dwi Purwanto
NIM. 063711022
iii
iv
NOTA PEMBIMBIBNG Semarang, 08 Desember 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERTATIF
TIPE TEAMS GAMES TOURNAMAENT (TGT) BERBASIS
KEGIATAN PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN KIMIA
PADA MATERI POKOK HIDROLISIS GARAM KELAS XI MA
MANBAUL ULUM DEMAK.
Nama : Dwi Purwanto
NIM : 063711022
Jurusan : Tadris Kimia
Program Studi : Tadris Kimia
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam siding munaqosah.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pembimbing I
Atik Rahmawati, S.Pd, M.
NIP. 19750516 20060
v
NOTA PEMBIMBING Semarang, 08 Desember 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERTATIF
TIPE TEAMS GAMES TOURNAMAENT (TGT) BERBASIS
KEGIATAN PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM
PEMBELAJARAN KIMIA PADA MATERI POKOK
HIDROLISIS GARAM KELAS XI MA MANBAUL ULUM
DEMAK.
Nama : Dwi Purwanto
NIM : 063711022
Jurusan : Tadris Kimia
Program Studi : Tadris Kimia
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam siding munaqosah.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pembimbing II
` Syamsul Ma’arif, M.Ag
NIP. 19671030 200212 2 0
vi
ABSTRAK
Dwi Purwanto (NIM: 063711022), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe “Teams Games Tournament (TGT) Berbasis Kegiatan Praktikum Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Dalam Pembelajaran Kimia Pada Materi
Pokok Hidrolisis Garam Kelas XI MA Manbaul Ulum Demak”.
Mata pelajaran kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam atau
sains (physical science) yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis. Salah satu alternatif mengatasi permasalahannya dengan
menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe “Teams Games Tournament (TGT).
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya
meningkatkan hasil belajar peserta didik mata pelajaran kimia menggunakan
Pembelajaran Kooperatif Tipe “Teams Games Tournament (TGT) Pada Materi Pokok
Hidrolisis Garam dapat meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik dalam
mencapai ketuntasan belajar individual maupun kelompok.
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research). Adapun pengumpulan datanya dengan cara: observasi, dokumentasi
dan tes. Sedangkan analisisnya menggunakan deskriptif analitis.
Penelitian dilaksanakan di kelas Kelas XI MA Manbaul Ulum Demak.
Semester Gasal tahun pelajaran 2011-2012. Penelitian terdiri atas dua siklus
meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Pada tahap
perencanaan disusun skenario pembelajaran dan menyiapkan perangkat
pembelajaran. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan
Pembelajaran Kooperatif Tipe “Teams Games Tournament (TGT). Pada tahap
observasi, dilakukan pengamatan aktifitas peserta didik dan tes hasil akhir belajar.
Indikator kinerja pada penelitian berupa tercapainya ketuntasan belajar secara
individual dan klasikal sebesar 85%.
Hasil pelaksanaan siklus I menunjukkan bahwa indikator kinerja belum
tercapai karena hasil belajar peserta didik hanya mencapai rerata nilai 62,69 dan
61,53% peserta didik yang tuntas belajar. Perbaikan pada peningkatan hasil
belajar kognitf peserta didik pada siklus II menunjukkan ketuntasan hasil belajar
peserta didik yaitu dengan nilai rerata 71,73 dan ketuntasan hasil belajar 88,46%.
vii
MOTTO
﴾6﴾ إن مع العسر يسرا ﴿5فإن مع العسر يسرا ﴿
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(Q.S. Al-Insyiroh : 5-6)1
1 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: Jum’anatul ’Ali-Art,
2004), hlm. 596
viii
PERSEMBAHAN
Dengan penuh kerendahan hati dan iringan doa, sebuah karya sederhana
ini penulis persembahkan kepada:
Bapak Mulyono dan Ibu Tuminah hatur nuwun atas perhatian, ketulusan
kasih sayang, nasehat dan tak henti-hentinya do’a untuk keberhasilan saya,
yang selalu membangkitkan semangat saya di saat saya lemah.
Adik-adikku yang selalu memberikan semangat, do’a, dan dukungannya.
Teman-teman kimia ’06 terima kasih atas persahabatan dan persaudaraan
kita yang tak akan terlupakan
Yang tak akan terlupakan, adik Afit terima kasih atas kasih sayang,
motivasi dan hari-hari indah dalam hidupku.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT. Karena
dengan izin dan ridhanya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
Tak lupa sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa kedamaian dan rahmat untuk semesta
alam, yang kepada beliau diturunkan wahyu illahi Al-Quran, dan ditugasi untuk
menjelaskan serta menauladaninya. Semoga tercurah pula kepada keluarga dan
sahabat-sahabat beliau serta seluruh umatnya yang setia.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi yang berjudul ”
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES
TOURNAMENT (TGT) BERBASIS KEGIATAN PRAKTIKUM UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM
PEMBELAJARAN KIMIA PADA MATERI POKOK HIDROLISIS GARAM KELAS
XI MA MANBAUL ULUM DEMAK”, tidak mampu peneliti selesaikan dengan
baik tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Tanpa mengurangi
rasa hormat, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Sudja’i, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang
2. Atik Rahmawati, S.Pd, M.Si, selaku pembimbing I, Syamsul Ma’arif, M.
Ag selaku pembimbing II, yang dengan keikhlasan hati telah banyak
meluangkan waktu untuk peneliti guna kepentingan skripsi ini.
3. Segenap dosen beserta karyawan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang, yang telah membekali ilmu pengetahuan sehingga penulis
dapat menyelesaikan perkuliahan dengan baik.
4. Kepala MA Manbaul Ulum Demak beserta seluruh tenaga pengajar,
karyawan, dan peserta didik MA Manbaul Ulum Demak yang telah
membantu pengumpulan data penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Mulyono dan Ibu Tuminah atas segala doa, pengorbanan,
motivasi, cinta, dan kasih sayangnya.
x
6. Adik-adikku yang selalu hadir disaat penulis membutuhkan bantuan.
7. Semua saudara yang ada di Pati yang tidak mungkin penulis sebutkan satu
persatu.
8. Teman, sahabat, terima kasih atas cinta, kasih sayang, motivasi dan hari-
hari yang indah.
9. Teman-teman tadris kimia 2006, semoga kebersamaan dan kekeluargaan
kita tetap terjaga selamanya.
10. Keluarga besar kos BMC yang telah menemani perjalananku selama ini.
11. Teman-teman PPL SMA 5, KKN Desa Teluk, bersama kalian, kenangan
terindah yang tak pernah ku lupakan.
Kepada semua pihak yang telah penulis sebutkan di atas, penulis merasa
tidak dapat memberikan apa-apa kecuali ucapan terima kasih yang tulus debgan
diiringi do’a semoga allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan
sebaik-baiknya balasan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, baik dari segi bahasa, isi, maupun analisisnya. Kritik dan saran sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya.
Semarang, 16 Desember 2011
Penulis,
Dwi Purwanto
NIM. 063711022
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................. ...... iii
HALAMAN DEKLARASI ........................................................................ iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................ ........... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................ vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI…………………. ................................................................. x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................... 3
C. Pembatasan Masalah .......................................................... 4
D. Rumusan Masalah .............................................................. 6
E. Tujuan ................................................................................ 6
F. Manfaat Penelitian ............................................................. 6
xii
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Landasan Teori .................................................................. 8
1. Model Pembelajaran ................................................... 8
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games tournament
(TGT) ........................................................................... 9
3. Belajar ......................................................................... 12
a. Pengertian Belajar .................................................... 12
b. Hasil Belajar ............................................................. 14
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar.... 17
4. Hidrolisis Garam ......................................................... 18
1. Garam dari Asam Kuat dan Basa Kuat .................... 20
2. Garam dari Asam Kuat dan Basa Lemah ................. 20
3. Garam dari Asam Lemah dan Basa Kuat ................. 22
4. Garam dari Asam Kuat dan Basa Lemah ................. 23
5. Pembelajaran dengan Metode Teams Games
toutnament (TGT) dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Peserta Didik ................................................................ 25
6. Penelitian yang Relevan .............................................. 27
B. Hipotesis Tindakan ............................................................. 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian .............................................................. 29
B. Lokasi Penelitian ................................................................ 29
C. Kolaborator ........................................................................ 29
D. Jadwal Pelaksanaan Penelitian .......................................... 30
E. Desain Penelitian ............................................................... 31
F. Metode Pengumpulan Data ................................................ 36
G. Analisis Data ..................................................................... 37
H. Indikator Keberhasilan ...................................................... 38
xiii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ......................................... 39
1. Persiapan Penelitian ....................................................... 39
2. Kondisi Sebelum Penelitian ........................................... 39
3. Perlakuan Penelitian ....................................................... 41
B. Hasil Penelitian .................................................................. 42
C. Pembahasan ....................................................................... 47
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 57
B. Saran .................................................................................. 57
C. Penutup .............................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 59
LAMPIRAN ...............................................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Jadwal Pelaksanaan Penelitian ............................................... 30
Tabel 4.1 : Hasil Belajar Kognitif Siklus I ............................................... 43
Tabel 4.2 : Hasil Belajar Kognitif Siklus II ............................................. 45
Tabel 4.3 : Hasil Belajar Siklus I ............................................................. 50
Tabel 4.4 : Hasil Belajar Siklus II ............................................................ 52
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 : Bagan Prosedur Kerja Penelitian Tindakan Kelas ............... .. 33
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Nama Peserta Didik .................................................... 61
Lampiran 2 : Silabus Pembelajaran ............................................................. 62
Lampiran 3 : RPP Siklus I ........................................................................... 63
Lampiran 4 : RPP Siklus II .......................................................................... 67
Lampiran 5 : Petunjuk Praktikum I ............................................................. 71
Lampiran 6 : Petunjuk Praktikum II ............................................................ 73
Lampiran 7 : Soal Evaluasi Siklus I ............................................................ 75
Lampiran 8 : Soal Evaluasi Siklus II ........................................................... 76
Lampiran 9 : Jawaban Soal Siklus I ............................................................ 77
Lampiran 10 : Jawaban Soal Siklus II ........................................................... 80
Lampiran 11 : Laporan Praktikum ................................................................. 83
Lampiran 12 : Daftar Nilai Hasil Ulangan Siklus I ....................................... 95
Lampiran 13 : Daftar Nilai Hasil Ulangan Siklus II ...................................... 96
Lampiran 14 : Daftar Kelompok Praktikum .................................................. 97
Lampiran 15 : Dokumentasi .......................................................................... 98
Lampiran 16 : Laporan Observasi Siklus I .................................................... 99
Lampiran 17 : Laporan Observasi Siklus II ................................................... 101
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri
setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya
interaksi antara seseorang dengan lingkungan.1 Dalam keseluruhan proses
pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling
pokok. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang
dialami oleh peserta didik sebagai peserta didik.2 Penggunaan metode dan
strategi pembelajaran yang kurang tepat dan menonton dalam proses
belajar mengajar membuat materi pelajaran yang disampaikan oleh guru
sulit untuk dicerna oleh peserta didik. Sehingga peserta didik menganggap
materi yang disampaikan hanya sekedar informasi, akibatnya pengetahuan
itu tidak bermakna dalam kehidupan sehari-hari.3 .
Guru merupakan komponen pengajar yang memegang peranan
penting dan utama, karena keberhasilan proses belajar mengajar sangat
ditentukan oleh faktor guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa melalui interaksi komunikasi dalam proses belajar
mengajar yang dilakukannya. Keberhasilan guru dalam menyampaikan
materi sangat tergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antara guru
dengan peserta didiknya. Ketidak lancaran komunikasi membawa akibat
terhadap pesan yang diberikan guru.4 Belajar merupakan usaha untuk
mengubah tingkah laku dalam berpikir, bersikap dan berbuat. Supaya
tujuan belajar dapat optimal, maka diperlukan penerapan strategi belajar
mengajar yang tepat. Agar proses pembelajaran dapat berjalan secara
1 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2009), hlm.1 2 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), Edisi Revisi, hlm.1 3 Coni Semiawan, dkk, Pendekatan Keterampilan Proses, (Jakarta: Grasindo, 1992), hlm.
6 4 Asnawir, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm.1
2
optimal, maka guru perlu membuat strategi, yaitu “strategi belajar
mengajar”. Kata strategi sendiri dapat diartikan sebagai suatu rencana
kegiatan yang dirancang secara seksama untuk mencapai tujuan. Strategi
belajar mengajar atau strategi pembelajaran adalah suatu rencana kegiatan
pembelajaran yang dirancang secara seksama sesuai dengan tuntutan
kurikulum sekolah untuk mencapai hasil belajar peserta didik yang
optimal.5
Belajar mengajar adalah suatu istilah yang mengandung makna
kegiatan interaksi antara guru dan peserta didik untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dikatakan belajar mengajar karena dalam interaksi
tersebut akan terjadi pengaruh timbal balik, artinya bukan hanya peserta
didik yang belajar dari gurunya tetapi guru juga akan banyak belajar dari
kegiatan itu. Dengan kata lain guru dan peserta didik adalah dua
komponen yang menetukan dalam kegiatan belajar mengajar.6 Di dalam
proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar peserta didik
dapat belajar secara efektif dan efisisen, mengena pada tujuan yang
diharapkan.7 Metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat
menumbuhkan kegiatan belajar peserta didik.8
Oleh karena itu berdasarkan permasalahan tersebut peneliti merasa
tertantang untuk mencari alternatif model pembelajaran yang melibatkan
siswa secara keseluruhan dan dapat menimbulkan motivasi mereka dalam
belajar kimia khususnya pada materi Hidrolisis Garam. Bertolak dari
karakteristik masalah dan akar masalah yang perlu diatasi tampaknya
penetapan model pembelajaran yang berfokus pada pengembangan
pemahaman konsep, pengembangan interaksi kelompok dengan
kerjasama, dan latihan memecahkan masalah merupakan pilihan yang
5 Nuryani Y, Rustaman, dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi (Jurusan Pendidikan
Biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), (Universitas Pendidikan Indonesia), hlm.3
6 Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum, (Ciputat: PT. Ciputat Press Group, 2005), hlm. 52
7 Roestijah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001), hlm.1 8Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2009), Cet.10, hlm.76
3
terbaik. Model pembelajaran yang memenuhi kriteria ini adalah model
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang dipadukan dengan
permainan secara berkelompok yang berbasis kegiatan praktikum.
Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk
sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai
tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan
memanfaatkan kenyataan itu, belajar kooperatif, siswa dilatih dan
dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman,
tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi-
komunikasi-sosialisasi karena kooperatif adalah miniatur dari hidup
bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-
masing.
Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games
Tournament (TGT) secar positif mengandung unsur model kompetisi yang
dapat menimbulkan rasa cemas yang justru bisa memotivasi siswa untuk
meningkatkan kegiatan belajar mereka. Sedikit rasa cemas memang
mempinyai korelasi positif dengan motivasi belajar.9
Berdasarkan permasalahan di atas maka dalam penelitian ini
peneliti mengambil judul PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE “TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
BERBASIS KEGIATAN PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN
KIMIA PADA MATERI POKOK HIDROLISIS GARAM KELAS XI
MA MANBAUL ULUM DEMAK” .
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan dalam
penelitian ini sebagai berikut :
9 Anita Lie, Cooperative Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas), (Jakarta:PT Grasindo Widia Sarana Indonesia, 2004), hlm. 24
4
1. Rendahnya motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar
mengajar pada pembelajaran kimia materi pokok hidrolisis garam karena
seringnya guru mengajar secara konvensional.
2. Nilai tes yang masih di bawah standar ketuntasan minimal MA Manbaul
Ulum Demak yakni 6,5.
C. Pembatasan Masalah
Untuk mengetahui perbedaan penafsiran istilah terhadap judul skripsi
ini, maka berikut ini akan penulis paparkan maksud dari judul skripsi ini:
1. Upaya
Upaya adalah sebagai usaha, akal, ihtiar (untuk mencapai suatu
maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dan sebagainya.10
2. Peningkatan
Peningkatan adalah sebagai proses, cara perbuatan meningkatkan
(usaha kegiatan dan sebagainya). Meningkatkan adalah menaikkan,
mempertinggi, memperhebat (derajat, tarap dan sebagainya).11
3. Teams Games Tournament
Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT) menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan
sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil
tim mereka dengan anggota lain yang bekerja.12
10 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 1250. 11 Ibid, hlm.1198. 12 Robert E.Slavin, Cooverative Learning Teory, Riset dan Praktik, Diterjemahkan
dariCooverative Learning: Theory, research and practice (London : Allymand Bacon :2005) penerjemah Nurulita Nasron, (Bandung: Nusa Media,2008), cit-1, hal.163.
5
4. Hasil belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan belajar.13 Hasil belajar merupakan hasil proses belajar.
Pelaku aktif dalam belajar adalah peserta didik. Hasil belajar juga
merupakan hasil proses belajar, atau proses pembelajaran. Pelaku aktif
pembelajaran adalah guru.14 Hasil belajar yang dinilai dalam penelitian ini
adalah aspek kognitif.
5. Praktikum
Praktikum adalah bagian dari pengajaran yang bertujuan agar siswa
mendapat kesempatan untuk menguji dan melaksanakan di keadaan nyata
apa yang diperoleh dari teori.15
6. Hidrolisis garam
Semua garam adalah senyawa ion yang mengandung paling sedikit
satu kation dan satua anion. Secara teori, garam dapat terbentuk dengan
menggantikan satu atau lebih ion hidrogen suatu asam dengan dengan
satu atau lebih kation lain. Hidrolisis merupakan reaksi kimia suatu
senyawa dengan air, membentuk senyawa lain.16
Contoh: NH4Cl
NH4Cl(aq) → NH4+
(aq) + Cl-(aq)
NH4+
(aq) + H2O(ℓ) → NH4OH(aq) + H+(aq) (terhidrolisis bersifat asam)
Cl-(aq) + H2O(ℓ) → HCl(aq) + OH-(aq) (terhidrolisis bersifat basa)
13 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003), Cet.2, hlm.37. 14 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999),
hlm.200. 15 Departemen pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), hlm . 892 16 Jane Wherteim, dkk, Kamus Kimia Bergambar, Jakarta: Erlangga, 2000, hlm. 39-40
6
. Jadi maksud judul skripsi ini adalah usaha untuk meningkatkan
hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran kimia dengan menggunakan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament
(TGT) berbasis kegiatan praktikum pada materi pokok hidrolisis garam.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Bagaimana penerapan Model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT) berbasis kegiatan praktikum pada materi
pokok Hidrolisis Garam kelas XI MA MANBAUL ULUM DEMAK
tahun ajaran 2010/2011?
2) Adakah peningkatan hasil belajar siswa dengan penggunaan penerapan
Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)
berbasis kegiatan praktikum pada materi pokok hidrolisis garam kelas XI
MA MANBAUL ULUM DEMAK tahun ajaran 2010/2011
E. Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar peserta didik kelas XI MA MANBAUL ULUM
DEMAK dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe teams
games tournament (TGT) berbasis kegiatan praktikum pada materi pokok
hidrolisis garam.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi peserta didik
a. Dapat meningkatkan peran aktif peserta didik dalam pembelajaran
dengan menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif
TGT berbasis kegiatan praktikum.
b. Memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik dalam
menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan
7
pH larutan garam serta menumbuhkan sikap positif mereka
terhadap bidang studi kimia yang terkesan sulit.
2. Bagi guru
a. Memberikan wacana tentang model pembelajaran kooperatif TGT
berbasis kegiatan praktikum.
b. Sebagai bahan pertimbangan guru dalam pembuatan program
pembelajaran
c. Dapat memberikan gambaran proses pembelajaran sains sehingga
dapat merangsang dan mengembangkan pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif TGT berbasis kegiatan praktikum
3. Bagi sekolah
Penelitian ini akan menjadi sumbangan yang baik dalam rangka
perbaikan pembelajaran di MA Manbaul Ulum Demak.
8
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Landasan Teori
1. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu rencana tentang cara-cara
pendayagunaan dan penggunaan potensi dan sarana yang ada untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi (pengajaran). Dalam pendekatan
terdapat metode belajar mengajar, yaitu cara atau jalan untuk mencapai
tujuan pengajaran.17 Antara metode dan pendekatan dibedakan,
pendekatan lebih menekankan pada strategi dalam perencanaan,
sedangkan metode lebih menekankan pada teknik pelaksanaannya.
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang
saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran juga
berarti meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan
keterampilan peserta didik. Dengan menghadapi sejumlah pembelajar,
berbagai pesan yang terkandung dalam bahan ajar, peningkatan
kemampuan pembelajar, dan pemerolehan pengalaman, maka setiap guru
memerlukan pengetahuan tentang pendekatan pembelajaran.18
Proses belajar mengajar dengan metode praktikum memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendiri atau melakukan
sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis,
membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek,
keadaan, atau proses sesuatu. Mempelajari sains kurang berhasil bila
tidak ditunjang dengan kegiatan laboratorium. Fungsi dari metode
praktikum merupakan penunjang kegiatan belajar untuk menemukan
17 Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam System Kredit Semester (SKS), (Jakarta: Rineka
Cipta, 1991), Cet.1, hlm.90. 18 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm.
159.
9
prinsip tertentu atau menjelaskan tentang prinsip-prinsip yang
dikembangkan.
Melalui kegiatan praktikum siswa akan membuktikan konsep atau
teori yang sudah ada dan dapat mengalami proses atau percobaan itu
sendiri, kemudian mengambil kesimpulan, sehingga dapat menunjang
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Dalam hal ini jika siswa
lebih paham terhadap materi pelajaran diharapkan hasil belajarnya dapat
meningkat. Praktikum merupakan salah satu kegiatan laboratorium yang
sangat berperanan dalam menunjang keberhasilan proses belajar
mengajar kimia. Dengan praktikum, maka siswa akan dapat mem-
pelajari kimia melalui pengamatan langsung terhadap gejala-gejala
maupun proses-proses kimia, dapat melatih keterampilan berfikir ilmiah,
dapat menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, dapat menemukan
dan memecahkan berbagai masalah baru melalui metode ilmiah, dan lain
sebagainya
Pembelajaran dapat berarti anutan pembelajaran yang berusaha
meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik peserta didik dalam pengolahan pesan sehingga tercapai
sasaran belajar. Penerapan metode dalam proses belajar mengajar
diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar dalam
diri peserta didik supaya mampu menemukan dan mengelola
perolehannya.
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk
meningkatkan partisipasi peserta didik, memfasilitasi peserta didik dengan
pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam
kelompok, serta memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
10
berinteraksi dan belajar bersama – sama siswa yang berbeda latar
belakangnya.19
Pembelajaran kooperatif menjadi sangat efektif jika materi
pembelajaran tersedia lengkap di kelas, ruang guru, perpustakaan, ataupun
di pusat media. Apabila diperhatikan secara sesama, maka pembelajaran
kooperatif ini mempunyai cirri-ciri tertentu dibandingkan dengan model
lainnya yaitu sebagai berikut:
a) Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajar.
b) Kelompok dibentuk dari peserta didik yang mempunyai kemampuan
tinggi, sedang dan rendah.
c) Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,
jenis kelamin yang beragam.
d) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Dalam uraian tinjauan tentang pembelajaran kooperatif ini, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tersebut memerlukan
kerjasama antar siswa dan saling ketergantungan dalam struktur
pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan. Keberhasilan pembelajaran
ini tergantung dari keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok,
dimana keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan
yang positif dalam belajar kelompok.
Moedel pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament
(TGT) menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis
dan system skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai
wakil tim mereka dengan anggota lain yang bekerja.20
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam
pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar
19 Trianto, Mode-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hal.42
20 Robert E.Slavin, Cooverative Learning Teory, Riset dan Praktik, Diterjemahkan dariCooverative Learning: Theory, research and practice (London : Allymand Bacon :2005) penerjemah Nurulita Nasron, (Bandung: Nusa Media,2008), cit-1, hal.163
11
lebih rileks disamping menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerjasama,
persaingan sehat dan keterlibatan belajar, setidaknya terdapat lima
komponen dalam TGT yaitu:
a. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam
penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau
dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian
kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami
materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja
lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor
game akan menentukan skor kelompok.
b. Kelompok (Teams)
Kelompok biasanya terdiri dari 5 sampai 7 orang siswa yang
anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan
ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi
bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan
anggota kelompok agar bekerja lebih baik dan optimal pada saat game.
c. Permainan (Game)
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk
menguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari penyajian kelas
dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-
pertanyaan sederhana bernomor. Peserta didik memilih kartu bernomor
dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu.
Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor
ini yang nantinya dikumpulkan untuk menentukan tim mana yang
mendapat skor tertinggi dan akan diberi penghargaan sebagai
pemenang dari game ini.
d. Turnamen
Turnamen adalah sebagai struktur dimana game berlangsung.
Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah
guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja
12
kelompok terhadap lembar kegiatan. Bagi tim yang telah
menyelesaikan soal-soal game terlebih dahulu, diminta untuk
mempresentasikan hasilnya dengan diwakili oleh masing-masing
anggota regunya yang menjawab. Kompetisi yang seimbang ini,
memungkinkan pada para siswa dari semua tingkatan kinerja
sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka
jika mereka melakukan yang terbaik.
e. Penghargaan kelompok (teams recognize)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-
masing tim akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor
memenuhi kriteria yang ditentukan. Suatu kelompok akan mendapat
julukan “Super Teams” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Teams”
apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Teams” apabila rata-
ratanya 30-40.
3. Belajar
a. Pengertian Belajar
Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud
dengan belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi:
1) Skinner berpendapat bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada
saat orang belajar, maka responnya akan menjadi lebih baik.
Sebaliknya, bila ia tak belajar maka responnya menurun.21
2) Gagne, dalam buku The Conditions of Learning (1977)
menyatakan bahwa: “Belajar terjadi apabila suatu situasi
stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi peserta
didik sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari
waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia
mengalami situasi tadi.”22
21 Dimyati dan Mudjiono, op. cit., hlm.9. 22 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, ( Bandung: Remaja Rosda Karya, 1997),
hlm.84.
13
3) Menurut Piaget, pengetahuan dibentuk oleh individu, sebab
individu melakukan interaksi terus menerus dengan
lingkungan.23
Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan
nyata, proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang
mengalami belajar.24 Belajar juga merupakan suatu kegiatan dan
bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan
tetapi lebih luas lagi dari itu, yakni mengalami.25
Salah satu prinsip psikologi pendidikan adalah bahwa guru
tidak begitu saja memberikan pengetahuan kepada peserta didik,
tetapi peserta didiklah yang harus aktif membangun pengetahuan
dalam pikiran mereka sendiri. Belajar menurut teori konstruktivisme
adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep, atau kaidah yang
siap untuk diambil atau diingat. Manusia harus mengkonstruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.26
Belajar merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha
untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif
menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol
yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional,
tujuan belajar telah ditetapkan lebih dahulu oleh guru. Anak yang
berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional.27
Proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai suatu rangkaian
interaksi antara peserta didik dan guru dalam rangka mencapai
23 Dimyati, Mudjiono, op. cit., hlm. 13. 24 Ngalim Purwanto, op. cit., hlm.85. 25 Oemar Hamalik, op. cit., hlm 27.
26 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: Arruz Media, 2008), hlm 116.
27 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm.37-38.
14
tujuan.28 Peserta didik perlu dibiasakan untuk memcahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya. Guru tidak akan
mampu memberikan semua pengetahuan kepada peserta didik.
Peserta didik harus mengkostruksikan pengetahuan di benak mereka
sendiri.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa,
belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Dan dalam keagamaan pun (dalam hal ini
Islam), belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam
rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupannya
meningkat. Hal ini dinyatakan dalam surat al Mujadilah ayat 11:
Æìsùö� tƒ ª!$# tÏ% ©!$# (#θãΖtΒ# u öΝä3Ζ ÏΒ tÏ% ©!$# uρ (#θè?ρé& zΟù= Ïèø9 $# ;M≈y_u‘ yŠ 4
Yang artinya: Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orang-orang beriman dan berilmu29
Sebelum melakukan proses belajar mengajar seorang guru
menentukan pendekatan yang akan digunakan agar tujuan
pembelajaran yang telah disusun dapat tercapai. Pemilihan suatu
pendekatan tentu harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran
dengan sifat materi yang akan menjadi objek pembelajaran.
b. Hasil Belajar
Menurut Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia hasil
belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
28 Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002), Cet.5, hlm.156. 29 Departemen Agama, Al-Qur`an dan Terjemahnya, (Kudus: Mubarokatan Toyyibah,
2006), hlm.543.
15
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan
nilai tes atau angka yang diberikan guru.30 Berikut ini beberapa
pengertian tentang hasil belajar atau prestasi belajar, antara lain:
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, hasil belajar merupakan
realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau
kapasitas yang dimiliki seseorang.31
Menurut Nana Sudjana, hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima
pengalaman belajarnya.32 Hasil belajar merupakan kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.33 Hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar.
Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi
hasil belajar. Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan
berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk
sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan
pengajaran.34
Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku
pada peserta didik. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik.35
Hasil belajar merupakan suatu parameter yang dapat digunakan
dalam menentukan berhasil atau tidaknya tujuan suatu pendidikan
yang telah dilaksanakan dalam satuan pendidikan. Dalam sistem
pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik kurikuler
30 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2005), hlm.895. 31 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003), Cet. I, hlm. 102. 32 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1991), Cet. 6., hlm. 22. 33 Mulyono Abdurrahman, op. cit., hlm.37. 34 Dimyati, Mudjiono, op. cit., hlm.3-4. 35 Nana Sudjana, Penilaian, op. cit., hlm. 3.
16
maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar
dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi
tiga ranah, yaitu:
1) Ranah kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2) Ranah afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Pada ranah afektif
terdapat beberapa jenis kategori, yaitu: penerimaan, jawaban atau
reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3) Ranah psikomotorik
Ranah psikomotorik ini merupakan ranah yang berkenaan
dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.
Ada enam aspek ranak psikomotorik, yakni gerakan refleks,
keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,
keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks,
dan gerakan ekspresif dan interpretatif.36
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar.
Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak
dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan
para peserta didik dalam menguasai bahan pengajaran.
Jadi, hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang
diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Tingkah
laku sebagai pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Perubahan sebagai hasil proses dapat ditunjukkan
dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengertian, pemahaman,
keterampilan, kecakapan serta aspek-aspek lain yang ada pada
individu yang belajar.
36 Ibid, hlm.22-23.
17
Hasil belajar yang dinilai dalam penelitian ini adalah ranah
kognitif. Hasil belajar kognitif diperoleh dari tes evaluasi tiap akhir
siklus.
Ranah kognitif (Bloom, dkk) terdiri dari enam jenis
perilaku sebagai berikut:
1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang
telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu
berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori,
prinsip, atau metode.
2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan
makna tentang hal yang dipelajari.
3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan
kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke
dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat
dipahami dengan baik.
5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang
beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.37
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
dibedakan atas dua kategori yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 38
1) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari
dalam individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu,
seperti:
a) Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang
berhubungan dengan kondisi fisik individu.
37 Dimyati, Mudjiono, op. cit., hlm.26-27. 38 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, op. cit., hlm.19-28.
18
b) Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang
yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor
psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah
motivasi, minat, dan sikap.
Faktor fisiologis seperti kondisi fisik yang sehat dan
bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan
belajar individu. Sebaliknya, jika kondisi lemah akan
menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Maka
perlu ada usaha untuk menjaga kondisi fisik, karena di dalam
tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Faktor psikologis
seperti motivasi, minat, dan sikap juga sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar. Motivasi sebagai proses di dalam diri
individu yang aktif, motivasilah yang mendorong peserta
didik ingin melakukan kegiatan belajar. Minat juga memberi
pengaruh terhadap hasil belajar, karena jika peserta didik
tidak mempunyai minat, maka tidak semangat belajar. Dalam
proses belajar, sikap juga mempengaruhi hasil belajar karena
sikap gejala internal yang bereaksi relatif tetap terhadap objek
baik positif maupun negatif
2) Faktor-faktor eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar dapat
digolongkan menjadi dua golongan yaitu:
a) Lingkungan sosial
(1) Lingkungan sosial sekolah seperti guru, administrasi, dan
teman-teman sekelas.
(2) Lingkungan sosial masyarakat, kondisi lingkungan sosial
masyarakat tempat tinggal peserta didik akan
mempengaruhi belajar peserta didik.
(3) Lingkungan sosial keluarga, hubungan antara anggota
keluarga, orang tua, kakak, atau adik yang harmonis akan
19
membantu peserta didik melakukan aktivitas belajar
dengan baik.
b) Lingkungan non sosial
(1) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara disekitarnya.
(2) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat
digolongkan dua macam, pertama, hardware, seperti
gedung sekolah, alat-alat belajar. Kedua, software seperti
kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah.
(3) Faktor materi pelajaran, guru dapat memberikan kontribusi
yang positif terhadap aktivitas belajar peserta didik.
Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi hasil belajar
peserta didik, karena pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan
adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Lingkungan
sosial seperti sosial sekolah, sosial masyarakat, dan juga keluarga
dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar. Hubungan yang
harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi peserta
didik untuk belajar lebih baik di sekolah, begitupun juga
lingkungan nonsosial seperti kondisi lingkungan yang tidak
mendukung juga akan mempengaruhi proses belajar peserta didik.
4. Hidrolisis Garam
Komunikasi diantara para ilmuwan adalah hal yang esensial. Tanpa
komunikasi tidak ada artinya sama sekali penelitian-penelitian yang telah
dilakukan. Untuk ahli kimia, komunikasi yang terpenting adalah
penjelasan tentang penggunaan bahan kimia dalam penelitian-penelitian
dan untuk ini kita membutuhkan suatu cara supaya memperoleh hasil
yang memuaskan
Semua garam adalah senyawa ion yang mengandung paling sedikit
satu kation dan satua anion. Secara teori, garam dapat terbentuk dengan
menggantikan satu atau lebih ion hidrogen suatu asam dengan dengan
20
satu atau lebih kation lain. Hidrolisis merupakan reaksi kimia suatu
senyawa dengan air, membentuk senyawa lain.39
Contoh: NH4Cl
NH4Cl(aq) → NH4+
(aq) + Cl-(aq)
NH4+
(aq) + H2O(ℓ) → NH4OH(aq) + H+(aq) (terhidrolisis bersifat asam)
Cl-(aq) + H2O(ℓ) → HCl(aq) + OH-(aq) (terhidrolisis bersifat basa)
Dari contoh reaksi hidrolisis tersebut dapat dinyatakan bahwa
reaksi hidrolisis merupakan reaksi pembentukan aam-basa konjugasi dari
Bronsted Lowry. Garam-garam menurut proses terjadinya dapat dibedakan
menjadi empat jenis, yaitu:40
1. Garam dari Asam Kuat dan Basa Kuat
Garam yangterbentuk dari asam kuat dan basa kuat atau kation dan
anionnya berasal dari elektrolit kuat, tidak terhidrolisis. Larutannya bersifat
netral (pH=7) atau yang disebut reaksi netralisasi.41
Contoh:
Dalam larutan air, netralisasi yang terjadi antara suatu asam kuat
dan basa kuat akan menghasilkan hasil akhir persamaan ion sebagai
berikut:
H3O+
(aq) + OH-(aq) → 2H2O
Bila diteliti persamaan molekuler dari reaksi asam-basa yang umum
yaitu reaksi antara natriumhidroksida dan asam klorida,
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O
Akan didapat suatu kesimpulan bahwa hasil akhir reaksi netralisasi
dalam larutan air adalah suatu garam dan air.42
2. Garam dari Asam Kuat dan Basa Lemah
Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah
mengalami hidrolisis parsial sebagiandan bersifat asam. Garam ini di
39 Jane Wherteim, dkk, Kamus Kimia Bergambar, Jakarta: Erlangga, 2000, hlm. 39-40 40 Crys Fajar Pratama, dkk, Kimia Dasar 2, Yogyakarta: UNY, 2003, hlm.23 41 Ibid, hlm. 23 42 James E. Brady, Op. Cit, hlm. 185
21
dalam air terionisasi menghasilkan ion-ion. Kation berasal dari basa lemah
dan Anion berasal dari asam kuat, contoh: NH4Cl, Al2(SO4)3
Contoh : garam NH4Cl.
Dalam air, NH4Cl. terionisasi sempurna membentuk ion Cl-dan NH4+
NH4Cl NH4+ + Cl-
Kation (NH4+) dari basa lemah akan terhidrolisis, sedangkan anion
(Cl-) yang berasal dari asam kuat, tidak bereaksi dengan air (tidak
terhidrolisis) sehingga terjadi hidrolisis parsial.
Persamaan reaksi:
Reaksi Hidrolisis
NH4+(aq) + H2O(aq) NH3(aq) + H3O
+(aq)
Na+(aq) + H2O(l) (tidak ada reaksi)
Hidrolisis menghasilkan ion H3O+sehingga larutan bersifat asam
(pH<7). Jika diuji keasamannya dengan menggunakan kertas lakmus biru ,
maka warna kertas akan berubah menjadi merah.
Penentuan pH
Bagaimana menghitung pH larutan garam yang bersifat Asam?
Contoh larutan garam yang bersifat asam adalah NH4Cl, NH4Br,
Al 2(SO4)3.
Perhatikan reaksi hidrolisis berikut ini!
NH4+(aq) +H2O (l) NH4OH(aq) + H+(aq)
Reaksi hidrolisis merupakan reaksi kesetimbangan. Meskipun
hanya sedikit dari garam yang mengalami reaksi hidrolisis, tapi cukup
untuk mengubah pH larutan. Tetapan kesetimbangan dari reaksi hidrolisis
disebut tetapan hidrolisis dan dilambangkan dengan Kh.
�� � ������������
H2O diabaikan karena H2O adalah konstan. NH4OH selalu sama
dengan [ H+] sehingga:
�� � �������� � �������
22
��� � �� ���� �� � ���. �
�� � ����
Maka Untuk hidrolisis garam yang bersifat asam berlaku hubungan:
�� � ����� �
Keterangan:
Kh = tetapan hidrolisis
Kw = tetapan kesetimbangan air = 10-14
Kb = tetapan kesetimbangan basa
M = kemolaran kation dari garam
3. Garam dari Asam Lemah dan Basa Kuat
Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat
mengalami hidrolisis parsial dan bersifat asam . Garam ini terionisasi dalam
air menghasilkan ion-ion. Kation berasal dari basa kuat dan Anion berasal
dari asam lemah. Contoh: (CH3COO)2Ba, NaF, CH3COOK, HCOOK
Contoh : garam (CH3COO)2Ba
Dalam air, (CH3COO)2Ba terionisasi sempurna membentuk ion
CH3COO- dan Ba2+
(CH3COO)2Ba CH3COO-(aq) + Ba2+(aq)
Perhatikan reaksi hidrolisis yang terjadi pada garam diatas!
CH3COO- + H2O CH3COOH + OH-
Ba2+(aq) + H2O(l) (tidak ada reaksi)
Adanya ion OH-dalam hasil reaksi menunjukkan bahwa larutan
garam di atas bersifat basa. Ion Ba2+ yang berasal dari basa kuat tidak
bereaksi dengan air, artinya tidak mengalami hidrolisis.
Penentuan pH
Bagaimana menghitung pH larutan garam yang bersifat Basa?
Perhatikan reaksi hidrolisis CH3COO� dari garam (CH3COO)2Ba berikut!
CH3COO- + H2O CH3COOH + OH-
23
Konstanta kesetimbangan reaksi hidrolisis disebut konstanta
hidrolisis yang dinotasikan dengan Kh.
�� � ��������������������
Oleh karena [CH3COOH] selalu sama dengan [OH-], maka
�� � ���������������� � ������������� ����� � �� �������� ���� � ���. �
Selanjutnya, harga tetapan hidrolisis Kh dapat dikaitkan dengan
tetapan ionisasi asam lemah Ka dan tetapan kesetimbangan air Kw
�� �� � ��
�� � ����
���� � ����� �
Keterangan:
Kh = tetapan hidrolisis
Kw = tetapan kesetimbangan air = 10-14
Ka = tetapan kesetimbangan asam
M = kemolaran anion dari garam
4. Garam dari Asam Lemah dan Basa Lemah
Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah mengalami
hidrolisis sempurna. Garam ini terionisasi dalam air menghasilkan ion-ion.
Kation dan Anion keduanya berasal dari asam lemah dan basa lemah.
Kedua ion tersebut mengalami hidrolisis sempurna. Garam yang termasuk
jenis ini antara lain:CH3COONH4, (NH4)2CO3. CH3COONH4 dalam air
akan terionisasi sebagai berikut:
CH3COONH4 CH3COO- + NH4+
Perhatikan reaksi hidrolisis yang terjadi pada garam CH3COONH4!
24
CH3COO- + H2O CH3COOH + OH-
NH4+(aq) + H2O(aq) NH3(aq) + H3O
+(aq)
Pada hasil reaksi terdapat ion OH- dan H+. Jadi garam ini mungkin
bersifat basa, asam, atau netral. Konsentrasi ion OH- dan H+ bergantung
pada harga Ka (konstanta ionisasi asam lemah) dan Kb(konstanta ionisasi
basa lemah).
Penentuan pH
Bagaimana hubungan antara Kadan Kb?
1. Jika harga Ka > Kb, berarti konsentrasi ion H+ lebih banyak dari ion OH-
sehingga garam bersifat asam.
2. Jika harga Ka < Kb, berarti konsentrasi ion H+ lebih sedikit dari ion OH-
sehingga garam bersifat basa.
3. Jika harga Ka= Kb, berarti konsentrasi ion H+ sama dengani ion OH- sehingga
garam bersifat netral.
Bagaimana menghitung pH larutan garam ini?
pH larutan garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah
secara kuantitatif sukar dikaitkan dengan harga Ka dan Kb maupun dengan
konsentrasi garam. pH larutan hanya dapat ditentukan secara tepat melalui
pengukuran. Untuk menentukan [H+] garam yang berasal dari asam lemah
dan basa lemah tentukan dahulu harga Kh.
�� � ����� ��
�� � ���� ��
Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah mengalami
hidrolisis sempurna (total) dalam air. Kation dan anion dari garam ini
bereaksi dengan air. Garam ini terhidrolisis total dan larutannya dapat
bersifat asam, basa, atau netral. Hal itu bergantung pada perbandingan
kekuatan kation terhadap anion dalam bereaksi dengan air.
CH3COOH(aq) + NH4OH(aq) → CH3COONH4(aq) + H2O
25
Untuk menghitung pH larutan garam ini dapat dirumuskan sebagai
berikut.
[ ] [ ]
( ) wb
aha
wb
aha
ba
wh
KK
KpHatauKKpH
KK
KHatauKKH
KK
KK
×−=−=
×==
×=
++
loglog
Dapat dilihat bahwa harga pH tidak bergantung pada konsentrasi
garam, tapi bergantung pada nilai Ka dan Kb sehingga dapat disimpulkan:
Jika Ka = Kb, maka larutan bersifat netral (pH = 7)
Jika Ka > Kb, maka larutan bersifat asam (pH > 7)
Jika Ka < Kb, maka larutan bersifat basa (pH < 7).
5. Pembelajaran dengan metode team games tournament dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik
Salah satu komponen dalam proses pembelajaran kimia adalah
penerapan suatu metode dalam pembelajaran sehingga pembelajaran dapat
berlangsung secara efektif dan efisien. Pembelajaran yang efektif adalah
pembelajaran yang dapat memberikan nilai tambah pengetahuan atau
informasi baru pada peserta didik, sedangkan pembelajaran yang efisien
adalah pembelajaran yang dengan pemanfaatan daya yang tidak terlalu
boros tetapi mendapatkan hasil yang maksimal.
Dengan menggunakan metode pembelajaran team games
tournament, diharapkan peserta didik sendiri yang harus aktif menemukan
dan mentransfer atau membangun pengetahuan yang akan menjadi
miliknya. Peran guru dalam mengajar lebih sebagai mediator dan
fasilitator. Sehingga pembelajaran dengan metode team games
tournament akan lebih membekas dalam ingatan peserta didik.
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk
meningkatkan partisipasi peserta didik, memfasilitasi peserta didik dengan
26
pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam
kelompok, serta memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
berinteraksi dan belajar bersama – sama siswa yang berbeda latar
belakangnya.43
Pembelajaran kooperatif menjadi sangat efektif jika materi
pembelajaran tersedia lengkap di kelas, ruang guru, perpustakaan, ataupun
di pusat media. Apabila diperhatikan secara sesama, maka pembelajaran
kooperatif ini mempunyai cirri-ciri tertentu dibandingkan dengan model
lainnya yaitu sebagai berikut:
a) Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar.
b) Kelompok dibentuk dari peserta didik yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c) Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam.
d) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Dalam uraian tinjauan tentang pembelajaran kooperatif ini, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tersebut memerlukan
kerjasama antar siswa dan saling ketergantungan dalam struktur
pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan. Keberhasilan pembelajaran
ini tergantung dari keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok,
dimana keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan
yang positif dalam belajar kelompok.
Moedel pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament
(TGT) menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan
system skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai
wakil tim mereka dengan anggota lain yang bekerja.44
43 Trianto, Mode-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hal.42
44 Robert E.Slavin, Cooverative Learning Teory, Riset dan Praktik, Diterjemahkan dariCooverative Learning: Theory, research and practice (London : Allymand Bacon :2005) penerjemah Nurulita Nasron, (Bandung: Nusa Media,2008), cit-1, hal.163
27
6. Penelitian yang Relevan
Kajian penelitian yang relevan merupakan deskripsi hubungan
antara masalah yang diteliti dengan kerangka teoritik yang dipakai, serta
hubungannya dengan penelitian terdahulu yang relevan.45
a. Skripsi yang disusun oleh Rosa Civiliani Widyastuti mahasiswi
UNNES, tahun 2008 dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Peserta didik Melalui Pembelajaran kooperatif Tipe TGT (
Team Games Tournament) Pada Peserta didik KelacVIII di SMP
Negeri 37 Semarang”.
Hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 6,78 dengan
ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 67,80% sedangkan pada
siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan rata-rata
sebesar 7,82 dengan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 78,40%.
b. Skripsi yang disusun oleh Titin Istiqomqh mahasiswi Universitas Islam
Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogjakarta dengan judul “Pembelajaran
Kooperataif Tipe Team Games Tournament (TGT) Untuk
Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Matematika Siswa di MTs
Hasyim Asy’ari Piyungan Yogyakarta”.
Berdasarkan hasil observasi dimana rata-rata motivasi
siswa pada siklus I sebesar 84,72% dengan kriteria sangat tinggi
sedangkan pada siklus II sebesar 95,83% dengan kriteria sangat tinggi.
c. Skripsi yang disusun oleh Setyowati mahasiswi Universitas Negeri
Semarang (UNNES) dengan judul “Pengaruh Motivasi Belajar
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN 13 Semarang”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa dan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi belajar terhadap hasil
belajar siswa kelas VII SMPN 13 Semarang. Berdasarkan penelitian
ini, dapat disimpulkan bahwa secara nyata motivasi belajar
45 Nasirudin, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo,(Semarang:Tarbiyah Press,2008),Cet.4,hlm.41
28
berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas VII
siswa SMP Negeri 13 Semarang. Dari hasil penelitian diperoleh rata-
rata skor motivasi belajar pada siswa kelas VII di SMP Negeri 13
Semarang sebesar 57,30% dengan presentase skor 75,30% yang masuk
dalam kategori tinggi.
B. HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban
yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan
pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi,
hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoretis terhadap rumusan
masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.46
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah
yang diteliti yang dirumuskan atas dasar terkaan atau conjecture peneliti.
Jawaban sementara ini selanjutnya akan diuji dengan data yang
dikumpulkan melalui penelitian, dan hasil pengujian itu adalah kesimpulan
dan/atau generalisasi yang juga merupakan temuan-temuan penelitian
yang bersangkutan.47
Berdasarkan pada paparan di atas, maka hipotesis dalam penelitian
ini adalah: Melalui pembelajaran kimia dengan model TGT maka hasil
belajar peserta didik kelas XI IPA MA Manba’ul Ulum Demak pada
materi pokok Hidrolisis Garam dapat ditingkatkan.
46 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), Cet.4, hlm.64.
47 Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), hlm.31.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Penelitian ini di lakukan di MA Manba’ul Ulum Demak. Subjek
pelaku tindakan adalah guru kimia kelas XI IPA MA Manba’ul Ulum Demak
dan peneliti menjadi pengamat. Sedangkan subjek penerima tindakan adalah
peserta didik kelas XI IPA MA Manba’ul Ulum Demak yang berjumlah 26
peserta didik.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti adalah MA Manba’ul
Ulum Demak yang berada di kabupaten Demak.
C. Kolaborator
Salah satu ciri PTK adalah kolaborasi (kerja sama) antara praktisi dan
peneliti dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan
keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan. Dalam pelaksanan
tindakan di dalam kelas, maka kerjasama (kolaborasi) antara guru dengan
peneliti menjadi hal yang sangat penting. Melalui kerjasama, mereka secara
bersama menggali dan mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi guru dan
peserta didik di sekolah.48
Dalam pelaksanaannya peneliti akan berkolaborasi dengan guru mata
pelajaran kimia. Guru mata pelajaran sebagai pelaku penelitian dan peneliti
menjadi pengamat. Pada pelaksanaannya terdapat beberapa kegiatan yang
terangkum dalam beberapa siklus.
48 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
hlm. 63
30
D. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 06 Nopember –
20 November 2011. Rancangan jadwal pelaksanaan penelitian tindakan kelas
tertera dalam Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Rencana Kegiatan Waktu (Minggu) ke -
2 3 4 5 1 2 3 4
1 Observasi Awal X
2 Persiapan
a. Menyusun konsep pelaksanaan
pembelajaran X
b. Menyusun instrument
penelitian X
c. Menyepakati jadwal dan tugas
penelitian X
d. Diskusi konsep pelaksaan
penelitian X X
3 Pelaksanaan
a. Mempersiapkan bahan
pembelajaran X
b. Pelaksanaan Siklus I
X X
c. Melakukan refleksi tindakan
siklus I X
d. Pelaksanaan Siklus II X X
e. Melakukan refleksi tidakan
siklus II X
4 Pembuatan Laporan
a. Menyusun konsep laporan
prenelitian X
b. Penyelesaian laporan X
31
E. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
dalam bahasa Inggris sering disebut Classroom Action Research, disingkat
CAR 49 Penelitian tindakan kelas adalah riset tindakan (action research)
yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di
kelasnya. PTK merupakan proses pengkajian berdaur dari berbagai
kegiatan pembelajaran. PTK menawarkan peluang sebagai strategi
pengembangan kinerja melalui pemecahan masalah-masalah pembelajaran
(teaching-learning problems solving), sebab pendekatan penelitian ini
menempatkan guru sebagai peneliti sekaligus sebagai agen perubahan.50
Penelitian tindakan kelas ini didasarkan atas empat konsep pokok yaitu
perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan
refleksi (reflection).
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan yaitu merencanakan waktu penelitian dan
menyusun instrumen penelitian yang meliputi kisi-kisi dan butir soal.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS)
dan observasi kerja peserta didik.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan yaitu melakukan penelitian tindakan kelas
sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan dan prosedur yang
akan diterapkan. Pada tahap ini dilaksanakan model pembelajaran
TGT berbasis kegiatan praktikum dalam pembelajaran kimia dengan
langkah-langkah yang sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), dan para peserta didik mengikuti pembelajaran
dengan panduan petunjuk prraktikum.
49 Ibid, hlm. 58. 50 Masnur Muslih, Melaksanakan PTK itu Mudah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet.3,
hlm.6
32
3. Pengamatan
Pengamatan yaitu urutan tentang hasil pengamatan dan
penafsiran data mengenai proses dan hasil tindakan yang telah
diperoleh. Pengamatan dilaksanakan pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Tujuan pengamatan ini adalah untuk mengamati dan
menilai kinerja peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran
di kelas.
4. Analisis dan refleksi
Tahap ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh
tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah
terkumpul, dan kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan
tindakan berikutnya.51 Dalam tahap ini diuraikan tentang hasil
observasi dan evaluasi yang berkaitan dengan proses pelaksanaan.
Data yang berupa hasil belajar dan kinerja peserta didik dalam
mengikuti proses ini dianalisis. Hasil refleksi kegiatan digunakan
untuk mengkaji pencapaian tujuan penelitian, yakni mengetahui
peningkatan hasil belajar peserta didik.
Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan
penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan.
Jika terdapat masalah dari proses refleksi, maka dilakukan proses
pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan
perencanaan ulang, tindakan ulang dan pengamatan ulang sehingga
permasalahan dapat teratasi.
51 Suharsimi Arikunto, dkk, op. cit., hlm. 80.
33
Prosedur penelitian tersebut secara garis besar dapat dijelaskan
dengan Gambar 3.1 berikut.52
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Kerja Penelitian Tindakan Kelas
Dalam pelaksanaannya peneliti akan berkolaborasi dengan guru
mata pelajaran. Guru mata pelajaran sebagai pelaku penelitian dan peneliti
menjadi pengamat. Pada pelaksanaannya terdapat beberapa kegiatan yang
terangkum dalam beberapa siklus.
Adapun siklus yang akan dilaksanakan adalah siklus I, dan siklus II
yang akan dijabarkan sebagai berikut.
1. Siklus I
a. Perencanaan (Planning)
Dalam tahap perancanaan peneliti bersama kolaborator
mempersiapkan.
1) Peneliti mempersiapkan materi yang akan diajarkan.
2) Peneliti menyiapkan RPP yang akan dipakai dalam proses
penelitian.
52 Ibid, hlm. 16.
Permasalahan Rencana Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I
Pengamatan Pengumpulan Data I
Refleksi I
Permasalahan Baru hasil Refleksi
Rencana Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II
Pengamatan Pengumpulan Data
Refleksi II Permasalahan Terselesaikan
34
3) Peneliti menyiapkan materi yang akan dipraktikkan sebagai
sumber belajar dan petunjuk praktikum.
4) Peneliti menyiapkan instrument penelitian, lembar observasi,
pendokumentasian, dan evaluasi.
b. Pelaksanaan (Action)
Tahap pelaksanaan dilaksanakan didalam laboratorium
dengan melakukan kegiatan praktikum sesuai dengan RPP yang
telah disusun. Adapun pembelajaran pada materi hidrolisis garam
adalah sebagai berikut.
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran hidrolisis garam,
dalam aktivitas kegiatan praktikum.
2) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok praktikum
dimana masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 siswa.
3) Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi tentang sifat larutan garam melalui praktikum yang
telah disiapkan untuk melaksanakan penemuan dan
pemecahan masalahnya.
4) Guru membantu peserta didik merencanakan dan menyiapkan
laporan praktikum tentang hasil praktikum sifat larutan
garam.
5) Guru dan peserta didik melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang
mereka lakukan.
c. Pengamatan ( Observing )
Peneliti dan kolaborator melakukan pengamatan.
1) Selama proses pembelajaran untuk mengetahui keaktifan siswa
dalam melakukan kegiatan .
2) Pemahaman konsep dan hasil/ tes akhir.
3) Keberhasilan dan hambatan yang dialami dalam proses
praktikum yang belum sesuai dengan harapan penelitian.
35
d. Refleksi ( Reflecting )
Dalam tahap ini merupakan kegiatan menganalisa,
mensintesa dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran
pada siklus I berlangsung dan diadakan ulangan harian yang
digunakan untuk mengetahui hasil belajar baik secara individu
maupun klasikal.
Bila ternyata pada tahap ini seluruh peserta didik belum
mencapai standar ketuntasan minimal, maka langsung dilanjutkan
dengan siklus II.
2. Siklus II
Pada siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus I dengan
memperhatikan hasil observasi, hasil diskusi dengan kolaborator, serta
hasil belajar peserta didik juga mengetahui ketuntasan belajar peserta
didik secara individu maupun klasikal, maka peneliti bersama
kolaborator merencanakan proses pembelajaran selanjutnya. Adapun
langkah – langkah pada siklus II adalah sebagai berikut.
a. Perencanaan
Meninjau kembali rancangan pembelajaran yang disiapkan
untuk siklus II dengan melakukan revisi sesuai dengan hasil
refleksi siklus I.
b. Pelaksanaan Tindakan
Peserta didik melaksanakan kegiatan belajar sesuai dengan
perencanaan pembelajaran yang telah ditentukan. Pada siklus II
pelaksanaan pembelajaran perlu dimodifikasi, sehingga diharapkan
akan lebih memberi motivasi dan semangat peserta didik dalam
belajar.
c. Pengamatan ( Observasi )
Guru dan kolaborator melakukan pengamatan yang sama
pada siklus I.
36
d. Refleksi
Refleksi pada siklus kedua ini dilakukan untuk melakukan
penyempurnaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran TGT berbasis kegiatan praktikum yang diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi pokok
hidrolisis garam kelas XI IPA MA Manba’ul Ulum Demak tahun
ajaran 2011/2012
F. Metode Pengumpulan Data
1. Tes
Instrumen yang berupa tes dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi.53 Metode ini digunakan
untuk memperoleh data hasil belajar peserta didik yang bersumber dari
serentetan pernyataan-pernyataan atau latihan soal. Tes yang digunakan
adalah ulangan dengan bentuk soal essay dengan jumlah soalnya 10 butir
yang diberikan setiap akhir siklus. Tes ini bertujuan untuk mengetahui
hasil belajar peserta didik setelah dilakukan pembelajaran dengan model
pembelajaran TGT berbasis kegiatan praktikum.
2. Metode dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-
barang tertulis. Dalam metode dokumentasi peneliti menyelidiki benda-
benda tertulis.54 Metode ini digunakan untuk mendapatkan daftar peserta
didik dan nilai mata pelajaran kimia pada kelas XI IPA.
3. Metode observasi
Observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu
objek dengan menggunakan alat indra.55 Metode ini digunakan dalam
rangka mengamati proses belajar mengajar, termasuk sistem dan metode
pembelajaran yang digunakan dan kelengkapan sarana prasarana serta
pengaturan kelas dan hal-hal lain yang berkaitan dengan penelitian.
53 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik), Edisi Revisi,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet.13, hlm.223 54 Ibid.158 55 Ibid.156
37
G. Analisis Data
Penelitian ini mengunakan metode deskriptif analitis dengan
menggunakan daftar nilai kognitif peserta didik. Selanjutnya, data tersebut
diperoleh pada tiap siklus dianalisis secara deskriptif dengan menghitung
percentages correction. Menurut Sugiyono deskriptif analitis adalah statistik
yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi.56 Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, digunakan daftar
nilai kognitif. Dalam menganalisis data digunakan rumus sebagai berikut:
Hasil belajar kognitif peserta didik dihitung sebagai berikut
Nilai = ∑
∑soal
arjawabanbenx 100%
Rata-rata hasil belajar peserta didik dihitung sebagai berikut:
X = N
X∑
Keterangan:
X = Nilai rata-rata hasil belajar
∑X = Jumlah nilai seluruh peserta didik
N = Banyaknya peserta didik 57
Ketuntasan belajar klasikal peserta didik dihitung sebagai berikut:
P = ∑∑
n
ni x 100%
Keterangan:
P = Prosentase ketuntasan belajar klasikal
∑ni = Jumlah peserta didik yang tuntas belajar (nilai ≥ 6,5)
∑n = Jumlah seluruh peserta didik
56 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2008), hlm.147 57 Sudjana, Metoda Statistik, (Bandung: Tarsito, 2005), edisi ke-6, hlm.423
38
H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:
1. Meningkatnya hasil belajar peserta didik kelas XI IPA MA Manba’ul
Ulum Demak pada materi pokok hidrolisis garam.
2. Tercapainya ketuntasan belajar klasikal yang dapat dilihat pada nilai
belajar peserta didik minimal 85% peserta didik mendapat nilai lebih
besar atau sama dengan 65.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
1. Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian dilakukan, peneliti mengadakan persiapan
penelitian sebagai berikut:
a. Peneliti meminta persetujuan Kepala MA Manba’ul Ulum Demak
untuk mengadakan penelitian.
b. Peneliti melakukan kunjungan ke sekolah, melihat kondisi langsung
peserta didik di dalam kelas pada saat proses belajar mengajar
berlangsung.
c. Menentukan kelas XI IPA yang dipilih sebagai subyek penelitian
berdasarkan pertimbangan dari guru kimia di kelas XI MA Manba’ul
Ulum Demak.
d. Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebagai pedoman
dalam proses pembelajaran di kelas.
e. Menyusun soal tes siklus I, beserta kunci jawaban dan kisi-kisinya.
f. Menyusun soal tes siklus II, beserta kunci jawaban dan kisi-kisinya.
2. Kondisi Sebelum Penelitian
MA Manba’ul Ulum Demak merupakan salah satu Madrasah
Aliyah Swasta yang ada di Demak. Dari hasil observasi, peserta didik
MA Manba’ul Ulum Demak dalam kegiatan pembelajaran kimia
sebelum tindakan menunjukkan bahwa guru lebih aktif sebagai pemberi
pengetahuan kepada peserta didik. Keaktifan guru ini tidak diimbangi
dengan aktifnya peserta didik, akibatnya peserta didik memiliki banyak
pengetahuan tetapi tidak dilatih untuk menemukan pengetahuan dan
konsep sendiri. Metode yang digunakan dalam pembelajaran kimia
kebanyakan adalah metode ceramah sehingga peserta didik dalam
kegiatan belajar menjadi bosan dan cenderung pasif. Disamping itu,
40
peserta didik akan lebih cepat lupa dengan materi yang diajarkan dan
aktivitas peserta didik seakan terbatasi, akhirnya potensi peserta didik
kurang tergali secara optimal.
Berdasarkan hasil nilai ulangan harian materi kimia peserta didik
kelas XI IPA MA Manba’ul Ulum Demak sebelum penelitian diperoleh
bahwa peserta didik yang mencapai standar ketuntasan hanya sekitar 7-
15 dari masing-masing kelas dengan jumlah rata-rata peserta didik tiap
kelas = 30 peserta didik yaitu dengan nilai 65. Banyaknya peserta didik
yang belum mencapai standar ketuntasan menunjukkan rendahnya
pemahaman peserta didik terhadap materi kimia. Ini diakibatkan
kurangnya kesiapan peserta didik dalam menghadapi ulangan.
Mencermati masalah di atas, peserta didik memerlukan suatu
model pembelajaran yang dianggap cocok dengan materi hidrolisis
garam. Model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik dalam
memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila peserta
didik mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam
kehidupannya. Model pembelajaran dapat berarti anutan pembelajaran
yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotorik peserta didik dalam kegiatan praktikum sehingga
tercapai sasaran belajar. Penerapan model pembelajaran dalam proses
belajar mengajar diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-
kemampuan dasar dalam diri peserta didik supaya mampu menemukan
dan mengelola perolehannya.
Berdasarkan kondisi peserta didik sebelum penelitian maka
peneliti tertarik meningkatkan keaktifan peserta didik, membuat
pembelajaran menjadi tidak membosankan dan meningkatkan hasil
belajar yaitu ranah kognitif dengan model pembelajaran TGT berbasis
kegiatan praktikum.
Langkah yang diambil peneliti yaitu menerapkan model
pembelajaran yang efektif, yang dapat membantu para peserta didik
untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta (data)
41
yang benar yaitu dengan model pembelajaran TGT berbasis kegiatan
praktikum. Strategi dalam pembelajaran TGT berbasis kegiatan
praktikum adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berfikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Proses berfikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara
guru dan peserta didik. Sedangkan peranan guru dalam kegitan ini
adalah sebagai pembimbing dan fasilitator.
Tujuan diterapkannya model pembelajaran TGT berbasis
kegiatan praktikum dalam pembelajaran adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis, kritis dan aplikatif atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental. Dengan demikian, dalam model pembelajaran TGT berbasis
kegiatan praktikum peserta didik tidak hanya dituntut untuk menguasai
materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan
potensi yang dimilikinya serta dapat menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Perlakuan Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
dalam bahasa Inggris sering disebut Classroom Action Research,
disingkat CAR.58 Penelitian tindakan kelas adalah riset tindakan (action
research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik
pembelajaran di kelasnya.
Strategi pembelajaran dengan model pembelajaran TGT berbasis
kegiatan praktikum bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
berfikir secara sistematis, logis, kritis dan aplikatif atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Strategi
58 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm.
58.
42
pembelajaran dengan model pembelajaran TGT berbasis kegiatan
praktikum tidak hanya menuntut peserta didik agar menguasai materi
pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi
yang dimilikinya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran
TGT berbasis kegiatan praktikum, karena peserta didik di MA Manba’ul
Ulum Demak belum berpengalaman melakukan pembelajaran dengan
model pembelajaran TGT berbasis kegiatan praktikum, sehingga peserta
didik masih memerlukan bimbingan dari guru selama dalam
pembelajarannya. Dalam tahap awal pembelajaran bimbingan lebih
banyak diberikan, dan sedikit demi sedikit dikurangi.
Karena penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), bila setelah dilakukan perlakuan pada siklus I dan hasil belajar
peserta didik belum mencapai standar ketuntasan minimal, maka
kegiatan pembelajaran dapat dilanjutkan dengan siklus selanjutnya.
B. Hasil Penelitian
Penelitian penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran
TGT berbasis kegiatan praktikum telah dilaksanakan untuk meningkatkan
hasil belajar peserta didik kelas XI IPA materi pokok hidrolisis garam
pada MA Manba’ul Ulum DEMAK semester gasal tahun ajaran
2011/2012. Penelitian ini dilaksanakan melalui model penelitian tindakan
kelas menggunakan dua siklus tindakan. Setiap siklus terdiri atas tahap
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
1. Siklus I
Penelitian tindakan kelas siklus I dilaksanakan oleh peneliti dengan
bapak Muhamad Shofi sebagai guru mitra atau kolaborator peneliti
sekaligus sebagai pengampu mata pelajaran kimia di kelas XI IPA. Materi
pembelajaran pada siklus I meliputi Garam dari Asam Kuat dan Basa Kuat
dan Garam dari Asam Kuat dan Basa Lemah.
43
Adapun rincian hasil tes siklus I adalah:
a. Hasil belajar kognitif peserta didik
Hasil belajar kognitif peserta didik dihitung sebagai berikut
Nilai = ∑
∑soal
arjawabanben x 100%
Sesuai dengan cara perhitungan di atas didapatkan hasil belajar
kognitif peserta didik pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Belajar Kognitif Siklus I
No. Nama Nilai 1 Abdul Latif 80 2 Abdul Rosid 65 3 Agung Wibisono 60 4 Agus Umar Said 70 5 Ahmad Fuad 65 6 Ahmad Nadliron 65 7 Ambar Mila 55 8 Anik Puji Astutik 65 9 Darwanti 60 10 Duwi Setyaningrum 50 11 Elli Windawati 65 12 Endang Susi Susanti 65 13 Fone Lulis Setyowati 50 14 Muhammad Afif Qomari 70 15 Muhammad Arif Ruzakki 65 16 Muhammad Lazib Aminin 55 17 Muhammad Syaiful Anam 65 18 Reza Alfera 70 19 Rudi Purnomo 60 20 Sa’adah Agustinah 65 21 Sadam Kusen 60 22 Saidatun Niswah 60 23 Shofi Nur Rohmah 65 24 Siti Khoiriyah 65 25 Siti Muslikah 50 26 Slamet Romadhon 65
Jumlah 1630
b. Rata-rata hasil belajar kognitif peserta didik
Rata-rata hasil belajar peserta didik dihitung sebagai berikut:
44
X = N
X∑
Keterangan:
X = Nilai rata-rata hasil belajar
∑X = Jumlah nilai seluruh peserta didik
N = Banyaknya peserta didik
Sesuai dengan cara perhitungan di atas didapatkan rata-rata
hasil belajar kognitif peserta didik didapatkan hasil:
X = 26
1630 = 62,69
c. Ketuntasan belajar klasikal peserta didik
Ketuntasan belajar klasikal peserta didik dihitung sebagai berikut:
P = ∑∑
n
n1 x 100%
Keterangan:
P = Prosentase ketuntasan belajar klasikal
∑n1 = Jumlah peserta didik yang tuntas belajar (nilai ≥ 6,5)
∑n = Jumlah seluruh peserta didik
Sesuai dengan cara perhitungan di atas didapatkan ketuntasan
belajar klasikal peserta didik didapatkan hasil:
P = 26
16 x 100% = 61,53 %
Setelah melakukan pembelajaran pada siklus I didapatkan hasil
bahwa jumlah ketuntasan belajar klasikal peserta didik dengan nilai ≥ 6,5
hanya 16 peserta didik. Jumlah ini belum memenuhi indikator
keberhasilan karena hanya mencapai ketuntasan belajar klasikal sebesar
61,53%.
2. Siklus II
Siklus II merupakan kelanjutan dari siklus I, pembelajaran pada
siklus II masih mencakup materi hidrolisis garam dengan pokok bahasan
45
Garam dari Asam Lemah dan Basa Kuat dan Garam dari Asam Lemah dan
Basa Lemah
. Adapun rincian dari hasil pembelajaran pada siklus II adalah:
a. Hasil belajar kognitif peserta didik
Hasil belajar kognitif peserta didik dihitung sebagai berikut
Nilai = ∑
∑soal
arjawabanben x 100%
Sesuai dengan cara perhitungan di atas didapatkan hasil belajar
kognitif peserta didik pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil Belajar Kognitif Siklus II
No. Nama Nilai 1 Abdul Latif 90 2 Abdul Rosid 75 3 Agung Wibisono 65 4 Agus Umar Said 75 5 Ahmad Fuad 70 6 Ahmad Nadliron 65 7 Ambar Mila 75 8 Anik Puji Astutik 85 9 Darwanti 60 10 Duwi Setyaningrum 80 11 Elli Windawati 75 12 Endang Susi Susanti 75 13 Fone Lulis Setyowati 65 14 Muhammad Afif Qomari 80 15 Muhammad Arif Ruzakki 75 16 Muhammad Lazib Aminin 80 17 Muhammad Syaiful Anam 85 18 Reza Alfera 75 19 Rudi Purnomo 60 20 Sa’adah Agustinah 65 21 Sadam Kusen 65 22 Saidatun Niswah 70 23 Shofi Nur Rohmah 65 24 Siti Khoiriyah 60 25 Siti Muslikah 65 26 Slamet Romadhon 65
Jumlah 1865
46
b. Rata-rata hasil belajar kognitif peserta didik
Rata-rata hasil belajar peserta didik dihitung sebagai berikut:
X = N
X∑
Keterangan:
X = Nilai rata-rata hasil belajar
∑X = Jumlah nilai seluruh peserta didik
N = Banyaknya peserta didik
Sesuai dengan cara perhitungan di atas didapatkan rata-rata
hasil belajar kognitif peserta didik didapatkan hasil:
X = 26
1865 = 71,73
c. Ketuntasan belajar klasikal peserta didik
Ketuntasan belajar klasikal peserta didik dihitung sebagai berikut:
P = ∑∑
n
n1 x 100%
Keterangan:
P = Prosentase ketuntasan belajar klasikal
∑n1 = Jumlah peserta didik yang tuntas belajar (nilai ≥ 6,5)
∑n = Jumlah seluruh peserta didik
Sesuai dengan cara perhitungan di atas didapatkan ketuntasan
belajar klasikal peserta didik didapatkan hasil:
P = 26
23 x 100% = 88,46 %
Berdasarkan hasil pelaksanaan dan pengamatan yang diperoleh
dari penelitian menunjukkan bahwa pada siklus II pembelajaran sudah
cukup baik dari siklus sebelumnya. Meningkatnya hasil belajar peserta
didik yang ditandai dengan rata-rata hasil belajar peserta didik dan
ketuntasan belajar klasikal peserta didik sudah mencapai indikator
keberhasilan yang dicapai yaitu mendapatkan nilai ≥ 6,5. Sehingga
peneliti dan guru memutuskan tidak perlu diadakan siklus berikutnya.
47
C. Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, dengan subjek satu
kelas yang berjumlah 26 peserta didik. Penelitian dilakukan dalam dua siklus
yaitu siklus I dan siklus II. Sebelum penelitian, terlebih dahulu diadakan
observasi untuk mengetahui kondisi awal peserta didik sebelum memperoleh
penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran TGT berbasis kegiatan
praktikum. Pada observasi tersebut didapati peserta didik kurang antusias
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kimia karena guru masih
menggunakan metode ceramah yang membosankan dan hasil belajar kimia
peserta didik belum mencapai KKM. Hasil pengamatan pada tiap siklusnya
didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Siklus I
Proses pembelajaran pada siklus I merupakan pembelajaran dengan
materi pokok garam dari asam kuat dan basa kuat garam dari asam kuat
dan basa lemah. Model pembelajaran TGT berbasis kegiatan praktikum
mulai diperkenalkan pada peserta didik dalam pembelajaran ini.
Penerapan model pembelajaran TGT berbasis kegiatan praktikum
pada kegiatan pembelajaran siklus I kurang optimal. Kegiatan
pembelajaran hanya didominasi oleh beberapa peserta didik. Keaktifan
peserta didik dalam melakukan kegiatan praktikum belum merata hanya
sebagian peserta didik saja yang mau mengembangkan kemampuan-
kemampuan dasar dalam diri mereka.
Dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I, peserta didik
mempraktikkan pembelajaran dengan model pembelajaran TGT berbasis
kegiatan praktikum pada materi pokok hidrolisis garam yang meliputi
garam dari asam kuat dan basa kuat serta garam dari asam kuat dan basa
lemah. Akan tetapi keaktifan peserta didik dalam melakukan kegiatan
praktikum belum terlihat dalam kegiatan pembelajaran dengan model
pembelajaran TGT berbasis kegiatan praktikum.
Karena ini adalah pengalaman pertama peserta didik dalam
menggunakan model pembelajaran TGT berbasis kegiatan praktikum,
48
sehingga guru lebih banyak memberikan bimbingan dan pengarahan yang
cukup luas. Pada tahap awal bimbingan lebih banyak diberikan, dan
sedikit demi sedikit dikurangi, sesuai dengan perkembangan pengalaman
peserta didik. Pembelajaran dalam siklus I, pelaksanaannya sebagian besar
perencanaan dibuat oleh guru. Peserta didik tidak merumuskan
permasalahan. Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun
dan mencatat data diberikan oleh guru dalam kegiatan praktikum.
Selain memberikan bimbingan pengarahan yang cukup luas, dalam
kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran TGT berbasis kegiatan
praktikum pada siklus I ini, guru juga memperhatikan kriteria sebagai
berikut:
a. Membentuk kelompok-kelompok dengan memperhatikan
keseimbangan aspek akademik dan aspek sosial.
b. Menjelaskan tugas kepada masing-masing kelompok sesuai dengan
petunjuk praktikum.
c. Intervensi untuk meyakinkan terjadinya interaksi antara pribadi secara
sehat dan terdapat dalam kemajuan pelaksanaan tugas.
d. Melakukan evaluasi dengan berbagai cara untuk menilai kemajuan
berbagai kelompok dan hasil yang dicapai.59
Walaupun guru sudah berusaha semaksimal mungkin, akan tetapi
kegiatan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran TGT
berbasis kegiatan praktikum pada siklus I dengan materi pokok hidrolisis
garam yang meliputi garam dari asam kuat dan basa kuat garam dari asam
kuat dan basa lemah berjalan kurang lancar, hal ini dikarenakan dalam
proses kegiatan praktikum dengan model pembelajaran TGT dalam satu
kelompok hanya satu peserta didik yang aktif dalam melakukan sesuai
petunjuk praktikum dan mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar
dalam diri mereka. Pada pembelajaran siklus I peserta didik belum dapat
mengkondisikan waktu dengan baik, sehingga peserta didik merasa batas
waktu yang diberikan oleh guru dalam kegiatan praktikum masih kurang.
59 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bina Aksara, 2009), Cet.2, hlm.274
49
Dalam pembelajaran siklus I ada beberapa faktor dari dalam guru
dan peserta didik yang mempengaruhi proses kegiatan praktikum ini
berlangsung, yaitu:
a. Faktor Guru
Kinerja guru selama pembelajaran berlangsung sangat
membantu peserta didik dalam kegiatan praktikum. Catatan
kekurangan guru dalam pembelajaran siklus I adalah kurang
menguasai rencana pelaksanaan pembelajaran dengan maksimal. Guru
juga kurang bisa mengkondisikan peserta didik sehingga peserta didik
merasa waktu yang diberikan kurang.
b. Faktor Pesera Didik
Hasil pengamatan pada peserta didik siklus I menunjukkan
kurang kerjasama peserta didik dalam kegiatan praktikum. Masih
banyak peserta didik yang tidak melakukan kegiatan praktikum, yaitu
hanya satu kelompok satu orang peserta didik yang melakukan
kegiatan praktikum. Hasil belajar peserta didik siklus I diperoleh dari
tes akhir siklus I. Hasil pengamatan yang dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran pada siklus I dengan materi pokok hidrolisis garam yang
meliputi garam dari asam kuat dan basa kuat garam dari asam kuat dan
basa lemah menunjukkan keberhasilan pembelajaran dengan model
pembelajaran TGT berbasis kegiatan praktikum, hal ini ditunjukkan
dengan meningkatnya hasil belajar peserta didik. Namun peningkatan
hasil belajar ini belum memenuhi indikator keberhasilan yang peneliti
inginkan karena ketuntasan belajar peserta didik pada siklus I hanya
mencapai 61,53%. Hasil belajar dari siklus I dapat dilihat pada Tabel
4.3.
50
Tabel 4.3. Hasil Belajar Siklus I
No Pencapaian Hasil
1 Jumlah nilai 1630
2 Rata-rata skor 62,69
3 Nilai minimum 50
4 Nilai maksimum 80
5 Jumlah peserta didik tuntas belajar 16
6 Jumlah peserta didik tidak tuntas belajar 10
7 Ketuntasan belajar klasikal 61,53%
Hasil belajar peserta didik pada siklus I diperoleh nilai rata-rata
62,69. Peserta didik yang tuntas belajar sebanyak 16 peserta didik dan
tidak tuntas belajar sebanyak 10 peserta didik. Sesuai dengan indikator
keberhasilan yang diharapkan nilai rata–rata yang diperoleh belum
memenuhi nilai rata-rata yang diharapkan yaitu ≥65. Sedangkan
ketuntasan belajar secara klasikal juga belum belum terpenuhi. Suatu kelas
dikatakan tuntas belajar bila kelas tersebut telah 85 % dari 26 peserta
didik yang memperoleh nilai ≥65. Sehingga perlu perbaikan-perbaikan
dalam pembelajaran berikutnya (Siklus II) agar indikator keberhasilan
peserta didik tercapai.
Dari proses pembelajaran yang terjadi, hasil belajar peserta didik
pada siklus I belum berhasil, masih banyak yang harus dibenahi. Setelah
melakukan pengamatan terhadap semua tindakan pada pembelajaran siklus
I, diperoleh hasil refleksi sebagai berikut :
a. Kerjasama peserta didik dalam kelompok masih kurang, sehingga
kegiatan praktikum belum berjalan sebagaimana mestinya.
b. Kegiatan praktikum masih kurang maksimal, yaitu hanya satu
kelompok satu peserta didik yang melakukan kegiatan praktikum.
c. Masih banyak peserta didik yang tidak melakukan kegiatan praktikum.
51
d. Pengkondisian waktu belum tertata dengan baik, sehingga peserta
didik merasa batas waktu yang diberikan kurang.
e. Penjelasan yang diberikan oleh guru kepada peserta didik masih
kurang, sehingga peserta didik belum cukup paham dengan materi
yang diberikan.
Dari hasil evaluasi pembelajaran tersebut, ada suatu tindakan yang
dilakukan pada tahap berikutnya yaitu siklus II. Upaya untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik agar pembelajaran berhasil adalah
dengan meningkatkan motivasi peserta didik yang tidak berpartisipasi
dalam kegiatan praktikum dengan cara memberikan pengarahan yang lebih
maksimal sehingga dapat meningkatkan partisipasi anggota kelompok
kegiatan praktikum.
2. Siklus II
Proses pembelajaran pada siklus II merupakan kelanjutan dari
siklus I. Dalam pembelajaran pada siklus II, guru berusaha semaksimal
mungkin membantu peserta didik dalam kegiatan praktikum dengan
memberikan pengarahan yang maksimal. Dalam kegiatan pembelajaran
siklus II peserta didik sudah dapat memanfaatkan waktu dengan lebih
baik, sehingga kegiatan praktikum dapat berjalan dengan lancar. Peserta
didik juga sudah ikut berpartisipasi dalam kegiatan praktikum sehingga
kegiatan praktikum dapat berjalan dengan baik.
Dalam kegiatan pembelajaran pada siklus II, peserta didik
mempraktikkan pembelajaran dengan model pembelajaran TGT berbasis
kegiatan praktikum pada materi pokok hidrolisis garam yang meliputi
garam dari asam lemah dan basa kuat dan garam dari asam lemah dan basa
lemah. Materi ini merupakan kelanjutan dari materi pembelajran pada
siklus I. Kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran TGT berbasis
kegiatan praktikum pada siklus II peserta didik mulai aktif dalam kegiatan
praktikum dan mau mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar
dalam diri mereka.
52
Karena ini adalah kelanjutan dari kegiatan pembelajaran pada
siklus I, dalam kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran TGT
berbasis kegiatan praktikum pada siklus II ini bimbingan dan pengarahan
yang guru berikan sedikit demi sedikit dikurangi sesuai dengan
perkembangan pengalaman peserta didik. Namun dalam pelaksanaannya
sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru. Peserta didik tidak
merumuskan permasalahan. Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana
menyusun dan mencatat data masih diberikan oleh guru dalam kegiatan
praktikum.
Dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan model
pembelajaran TGT berbasis kegiatan praktikum pada siklus II dengan
materi pokok hidrolisis garam yang meliputi garam dari asam lemah dan
basa kuat serta garam dari asam lemah dan basa lemah berjalan dengan
lancar. Hal ini dikarenakan pada kegiatan praktikum dengan model
pembelajaran TGT dalam satu kelompok peserta didik sudah lebih aktif
melakukan kegiatan praktikum. Sebagian peserta didik tidak lagi malu-
malu untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan praktikum. Pada
pembelajaran siklus II peserta didik sudah dapat mengkondisikan waktu
dengan baik, sehingga peserta didik dapat memanfaatkan waktu yang
diberikan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran dengan baik.
Hasil belajar peserta didik siklus II diperoleh dari tes akhir siklus
II. Hasil belajar dari siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hasil Belajar Siklus II
No Pencapaian Hasil
1 Jumlah nilai 1865
2 Rata-rata skor 71,73
3 Nilai minimum 60
4 Nilai maksimum 90
5 Jumlah peserta didik tuntas belajar 23
6 Jumlah peserta didik tidak tuntas belajar 3
53
7 Ketuntasan belajar klasikal 88,46%
Hasil tes akhir peserta didik pada siklus II diperoleh nilai rata-rata
71,73. Peserta didik yang tuntas belajar sebanyak 23 peserta didik dan
tidak tuntas belajar sebanyak 3 peserta didik. Sesuai dengan indikator
keberhasilan yang diharapkan nilai rata–rata yang diperoleh sudah
terpenuhi. Dari Tabel 4.4 menunjukan bahwa rata-rata hasil belajar siklus
II mencapai 71,73 menunjukan peningkatan dari siklus I yaitu 62,69.
ketuntasan hasil belajar pada siklus II mencapai 88,46% menunjukan
peningkatan sebesar 26,93% dari siklus I yaitu 61,53%. Pada tes akhir
siklus II telah tercapai ketuntasan belajar klasikal sebesar 88,46%.
Sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan nilai rata–
rata yang diperoleh sudah terpenuhi. Sedangkan ketuntasan belajar secara
klasikal juga sudah terpenuhi.
Hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus I dan siklus II
menunjukkan keberhasilan penerapan pembelajaran dengan model
pembelajaran TGT berbasis kegiatan praktikum. Keberhasilan
pembelajaran ditentukan oleh peserta didik dan guru. Ada beberapa faktor
dari dalam peserta didik dan guru yang mempengaruhi proses
pembelajaran ini. Yaitu:
a. Faktor Guru
Faktor guru yang dimaksud yaitu kinerja guru pada saat proses
belajar mengajar menggunakan model pembelajaran TGT berbasis
kegiatan praktikum. Kinerja guru selama pembelajaran berlangsung
sangat membantu peserta didik dalam memecahkan permasalahan
dalam kegiatan praktikum.
Catatan kekurangan guru pada saat pembelajaran siklus I
dievaluasi agar pada siklus II lebih baik dari siklus I dengan
menguasai rencana pelaksanaan pembelajaran dengan maksimal. Hasil
pelaksanaan pembelajaran pada siklus II menunjukkan kekurangan
yang dilakukan pada siklus I sudah dapat diatasi dengan baik.
54
b. Faktor Peserta Didik
Faktor peserta didik dalam pembelajaran yang dimaksud yaitu
keberhasilan peserta didik terhadap pembelajaran kimia dengan model
pembelajaran TGT berbasis kegiatan praktikum sehingga membantu
peserta didik dalam meningkatkan hasil belajarnya.
Hasil pengamatan pada peserta didik siklus I menunjukkan
kurangnya kerjasama peserta didik dalam kelompok praktikum. Hal ini
mengakibatkan tidak semua anggota kelompok yang aktif dalam
kegiatan praktikum. Selain itu banyak peserta didik yang kurang
antusias mengikuti kegiatan praktikum. Keberhasilan proses
pembelajaran pada siklus I yang dilihat dari hasil belajar peserta didik
memperoleh persentase 61,53% sehingga pembelajaran belum
berhasil.
Hasil kegiatan praktikum peserta didik pada siklus I
direfleksikan pada siklus II. Kekurangan pada siklus I dijadikan
evaluasi untuk perbaikan pada siklus II . Hasil kegiatan praktikum
peserta didik pada siklus II menunjukkan peran serta peserta didik
dalam kelompoknya lebih aktif, kerjasama peserta didik dalam
kelompoknya meningkat sehingga banyak ide–ide yang diungkapkan
untuk menyelesaikan permasalahan, hal ini ditunjang dengan baiknya
hasil kegiatan praktikum. Hasil kegiatan praktikum yang dilakukan
peserta didik dianalisis dengan baik oleh guru sehingga peserta didik
mampu menyimpulkan materi dengan baik dan benar. Keberhasilan
proses pembelajaran pada siklus II yang dilihat dari hasil belajar
peserta didik memperoleh prosentase keberhasilan sebesar 88,46%
sehingga hasil belajar peserta didik meningkat dengan nilai yang
memuaskan.
Setelah melakukan pengamatan terhadap semua tindakan
pembelajaran pada siklus II diperoleh hasil refleksi sebagai berikut.
a. Kerjasama peserta didik dalam kelompok sudah baik, sehingga
kegiatan praktikum bisa berjalan sebagaimana mestinya.
55
b. Tidak ada peserta didik yang ramai sendiri dan sudah banyak peserta
didik yang berani melakukan kegiatan praktikum dengan mandiri.
c. Pengkondisian waktu sudah tertata dengan baik.
d. Hasil belajar peserta didik sudah mencapai indikator keberhasilan yang
ditetapkan.
Proses pembelajaran pada materi pokok hidrolisis garam berjalan
dengan lancar. Meski materi ini sulit untuk dikaitkan dengan kehidupan
sekitar dan harus mendapatkan penjelasan yang jelas dari guru. Guru
harus pintar menarik perhatian peserta didik, sehingga peserta didik aktif
dalam melaksanakan kegiatan praktikum dan mau mengungkapkan
ketidaktahuannya mengenai materi tersebut. Karena didukung dengan
peran aktif peserta didik yang baik sehingga proses pembelajaran berjalan
dengan lancar.
Meskipun penelitian ini sudah dikatakan seoptimal mungkin, akan
tetapi peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari adanya
kesalahan dan kekurangan, hal itu karena keterbatasan–keterbatasan di
bawah ini:
1. Keterbatasan Waktu
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti terpancang oleh waktu,
karena waktu yang digunakan sangat terbatas. Dalam penelitian ini masih
terdapat kekurangan waktu kegiatan praktikum karena peserta didik
membutuhkan waktu yang lebih lama, sehingga mengakibatkan
pelaksanaan skenario pembelajaran tidak sesuai dengan waktu yang sudah
ditentukan.
2. Keterbatasan Kemampuan
Penelitian tidak lepas dari teori, oleh karena itu peneliti menyadari
sebagai manusia biasa masih mempunyai banyak kekurangan-kekurangan
dalam penelitian ini, baik keterbatasan tenaga dan kemampuan berfikir,
khususnya pengetahuan ilmiah. Tetapi peneliti sudah berusaha semaksimal
mungkin untuk menjalankan penelitian sesuai dengan kemampuan
keilmuan serta bimbingan dari dosen pembimbing.
56
3. Keterbatasan Tempat
Penelitian yang penulis lakukan hanya terbatas pada satu tempat,
yaitu MA Manba’ul Ulum Demak untuk dijadikan tempat penelitian.
Apabila ada hasil penelitian di tempat lain yang berbeda, tetapi
kemungkinannya tidak jauh menyimpang dari hasil penelitian yang penulis
lakukan.
4. Keterbatasan dalam Objek Penelitian
Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti tentang pembelajaran
dengan model pembelajaran TGT berbasis kegiatan praktikum pada materi
pokok hidrolisis garam.
Dari berbagai keterbatasan yang penulis paparkan di atas maka
dapat dikatakan bahwa inilah kekurangan dari penelitian ini yang penulis
lakukan di MA Manba’ul Ulum Demak. Meskipun banyak hambatan dan
tantangan yang dihadapi dalam melakukan penelitian ini, penulis
bersyukur bahwa penelitian ini dapat terselesaikan dengan lancar.
57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut. Penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran TGT berbasis
kegiatan praktikum dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada
materi pokok hidrolisis garam di MA Manba’ul Ulum Demak. Keberhasilan
penerapan pendekatan pembelajaran melalui model pembelajaran TGT
berbasis kegiatan praktikum sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar
peserta didik di kelas XI IPA MA Manba’ul Ulum Demak ditunjukkan
dengan adanya perubahan dalam proses pembelajaran yaitu keaktifan pada
saat proses pembelajaran, juga ditunjukkan adanya peningkatan nilai skor tes
akhir dari masing-masing siklus. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai
hasil belajar yang didapatkan dari tes pada tiap akhir siklus yang mengalami
peningkatan. Rata-rata hasil belajar pada siklus I adalah 62,69 dan peserta
didik yang tuntas belajar sebanyak 16 peserta didik dengan prosentase
ketuntasan belajar klasikal sebesar 61,53%. Pembelajaran dengan model
pembelajaran TGT berbasis kegiatan praktikum dapat dikatakan berhasil jika
ketuntasan belajar klasikal peserta didik memperoleh persentase ≥ 85 %.
Pada siklus I, ketuntasan belajar klasikal peserta didik hanya sebesar 61,53 %,
sehingga pembelajaran dengan model pembelajaran TGT berbasis kegiatan
praktikum harus dilanjutkan pada siklus II. Rata-rata hasil belajar pada siklus
II adalah 71,73, peserta didik yang tuntas belajar sebanyak 23 dengan
prosentase ketuntasan belajar klasikal peserta didik sebesar 88,46 %.
B. Saran
Mengingat pentingnya penerapan pembelajaran dengan model
pembelajaran TGT berbasis kegiatan praktikum sebagai pembelajaran yang
mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis, kritis dan
aplikatif atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari
proses mental, merupakan salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar
58
peserta didik. Dengan ini maka penulis menyarankan beberapa hal yang
berhubungan dengan masalah tersebut:
1. Pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran TGT
berbasis kegiatan praktikum agar tetap dilakukan sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang pembelajaran dengan model
pembelajaran TGT berbasis kegiatan praktikum ini agar tidak hanya pada
materi pokok hidrolisis garam untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik.
C. Penutup
Puji syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan anugerah berupa rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan dalam proses maupun hasilnya, sehingga diharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua khususnya penulis. Amin.
59
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta:
Rineka Cipta, 1999 Ali, Mohammad, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1993 _____________, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2002 Arikunto, Suharsimi, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2008 ________________, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik), Edisi
Revisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2006 Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers, 2009 Asnawir, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat pers, 2002 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta:
Arruz Media, 2008 Brady, James E, Kimia Universitas Asas & Unsur, Terj. Sukmariah Maun dkk,
Jakarta: Binarupa Aksara, 1999 Coni, semiawan, dkk, Pendekatan Keterampilan Proses, Jakarta: Grasindo, 1992 Departemen Agama, Al-Qur`an dan Terjemahnya, Kudus: Mubarokatan
Toyyibah, 2006 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1999 Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bina Aksara, 2009 Hafni, Ladjid, Makmun, Abin Syamsuddin, Psikologi Kependidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002 Morgan, Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, New York: The
University Of Wisconsin, 1961 Muchtaridi, Sandri Justiana, Kimia 1, Jakarta: Yudhistira, 2006 Mulyasa, E., Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005
60
Muslih, Masnur, Melaksanakan PTK itu Mudah, Jakarta: Bumi Aksara, 2009 Nuryani Y, Rustaman, Strategi Belajar Mengajar Biologi, Bandung: UPI Parning, Horale, Tiopan, Kimia SMA Kelas X Semester Pertama, Jakarta:
Yudhistira, 2006 Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1997 Roestijah N.K, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2001 Sadiman, Arief S., Media Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2007 Semiawan, Conny, dkk, Pendekatan Keterampilan Proses, Jakarta: Gramedia,
1990 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka
Cipta, 2003 _______, Proses Belajar Mengajar dalam System Kredit Semester (SKS), Jakarta:
Rineka Cipta, 1991 Sudjana, Metoda Statistik, Bandung: Tarsito, 2005 Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2009 ____________, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1991 Sugiyarto, Kristian H., Kimia Anorganik I, Yogyakarta: UNY, edisi revisi, 2004 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2008 Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2003 Sutresna, Nana, Cerdas Belajar Kimia untuk Kelas X, Bandung: Grafindo Media
Pratama, 2007 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 2005 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,
Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007
61
Usman M, Basyiruddin, Asnawir, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers,
2002
61
LAMPIRAN I
DAFTAR NAMA SISWA KELAS XI IPA MA Manbaul Ulum
1 1321 ABDUL LATIF
2 1322 ABDUL ROSID
3 1323 AGUNG WIBISONO
4 1324 AGUS UMAR SAID
5 1325 AHMAD FUAD
6 1326 AHMAD NADLIRON
7 1328 AMBAR MILA
8 1329 ANIK PUJI ASTUTIK
9 1331 DARWANTI
10 1332 DUWI SETYANINGRUM
11 1333 ELLI WINDAWATI
12 1334 ENDANG SUSI SUSANTI
13 1335 FONE LULIS SETYOWATI
14 1351 MUHAMMAD AFIF QOMARI
15 1352 MUHAMMAD ARIF FUZAKKI
16 1355 MUHAMMAD LAZIB AMININ
17 1358 MUHAMMAD SYAIFUL ANAM
18 1360 REZA ALFERA
19 1364 RUDI PURNOMO
20 1366 SA'ADAH AGUSTINAH
21 1367 SADAM KUSEN
22 1368 SAIDATUN NISWAH
23 1369 SHOFI NUR ROHMAH
24 1371 SITI KHOIRIYAH
25 1372 SITI MUSLIKAH
26 1373 SLAMET ROMADHON
62
SILABUS Satuan Pendidikan : MA Manbaul Ulum Kelas/Semester : XI/II Mata Pelajaran : Kimia Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.
Kompetensi Dasar
Materi Pokok/ Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator Penilaian Alokasi Waktu (menit)
Sumber belajar Teknik Bentuk
Instrumen 1. Menjelaskan
perubahan harga pH pada titrasi garam untuk menjelaskan Hidrolisis
2. Menentukan
jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan pH larutan garam tersebut.
Sifat larutan garam dan konsep hidrolisis Menghitung pH larutan garam
• Mengidentifikasi tujuan, manfaat dan dasar-dasar hidrolisis garam
• Mengidentifikasi sifat larutan garam melalui percobaan
• Mengidentifikasi pH larutan garam
• Menentukan pH pada larutan garam
• Mendiskripsikan tujuan, manfaat dan macam hidrolisis garam
• Mendiskripsikan berbagai sifat garam dan konsep hidrolisis
• Membedakan pH larutan garam
• Menghitung pH larutan garam
Tes Tertulis Tes Tertulis
Praktikum Laporan Praktikum
Tes Tertulis Kuis
2x45
2x45
Buku paket kimia, Petunjuk Praktikum
LAMPIRAN II
63
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I
Satuan Pendidikan : MA Manbaul Ulum Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/Semester : XI.IA/1I (dua) Metode : TGT Standar Kompetensi : 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran,
dan terapannya.
I. Kompetensi Dasar
1.3. Menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan pH larutan garam tersebut.
II. Indikator Pertemuan 1 (2 jp) 1. Menentukan sifat garam yang terhidrolisis dari persamaan reaksi ionisasi. 2. Menghitung pH larutan garam yang terhidrolisis .Pertemuan 2 ( jp) Menentukan ciri-ciri beberapa jenis garam yang dapat terhidrolisis dalam air melalui percobaan
III. Tujuan Pembelajaran Siswa diharapkan mampu � Pertemuan 1 1. Menuliskan reaksi ionisasi garam yang terhidrolisis. 2. Menentukan sifat garam yang terhidrolisis dari reaksi ionisasi garamnya. 3. Mengukur dan menghitung pH larutan garam yang terhidrolisis Pertemuan 2 Menentukan ciri-ciri beberapa jenis garam yang dapat terhidrolisis dalam air melalui percobaan
IV. Materi Ajar • Hidrolisis garam
Adalah reaksi kation atau anion dari suatu garam dengan air. Kation dan anion yang dapat mengalami reaksi hidrolisis adalah kation dan anion garam yang termasuk elektrolit lemah. Sementara kation dan anion garam yang termasuk elektrolit kuat tidak terhidrolisis.
• Sifat garam yang terhidrolisis Garam yang dihasilkan suatu reaksi antara asam dan basa apat bersifat asam, basa atau netral. Sifat tersebut bergantung pada jumlah serta jenis senyawa asam dan basa yang direaksikan.
• pH larutan garam yang terhidrolisis 1. pH Garam yang tersusun dari Asam Kuat dan Basa Kuat
LAMPIRAN III
64
Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat bersifat netral dan mempunyai pH = 7. NaCl(aq) Na+
(aq) + Cl-(aq) 2. pH Garam yang tersusun dari Asam Kuat dan Basa Lemah
Salah satu senyawa yang dapat digunakan dalam pembuatan pupuk adalah amonium nitrat ((NH4)2NO3) yang berbentuk butiran padat. Pupuk ini sering dipakai oleh petani untuk menyesuaikan pH tanah dengan pH tanaman yang akan ditanam. Amonium nitrat merupakan salah satu garam yang apabila disebar di tanah pertanian akan larut dan terhidrolisis oleh air yang ada di dalam tanah. Amonium nitrat akan terionisasi sempurna menjadi ion-ionnya. (NH4)2NO3(aq) NH4
+(aq) + NO3-(aq)
garam basa konjugasi asam konjugasi kuat lemah Ion NH4+ merupakan asam konjugasi dari basa lemah NH3 dan akan mengalami hidrolisis, sedangkan ion NO3
- merupakan basa konjugasi dari asam kuat HNO3 dan tidak akan mengalami hidrolisis. H2O NH4
+ NH3 + H+ Secara umum dapat dituliskan H+(aq) B(aq) + H+(aq) Tetapan kesetimbangan yang terjadi dinamakan dengan tetapan hidrolisis dan diberi simbol Kh.
Berdasarkan reaksi di atas, [B] = [H+]. Maka Kh dapat ditulis menjadi :
atau , dari rumus
tersebut dapat dicari pHnya.
3. pH Garam yang tersusun dari Asam Lemah dan Basa Kuat Jika asam lemah yang digunakan diberi simbol HA, maka basa konjugasinya punya simbol A-, sehingga dapat ditulis: A- HA + OH-, dan tetapan kesetimbangannya adalah :
Berdasarkan reaksi di atas, [HA] = [OH-], maka
atau , dari rumus
tersebut dapat dicari pOH dan pHnya.
65
V. Metode Pembelajaran TGT
VI. Strategi Pembelajaran Pertemuan
Ke Strategi Pembelajaran Waktu
1
1. Pendahuluan Memberi salam Mengabsen Guru memberikan pre test.
2. Kegiatan Inti � Melalui pembelajaran di kelas menentukan
sifat garam yang terhidrolisis dari persamaan reaksi ionisasi. (eksplorasi)
� Berlatih menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di buku kimia kelas XI penerbit pemkot Semarang. (elaborasi)
� Guru memberikan penguatan untuk menyamakan persepsi dan memberikan latihan soal untuk merefleksi pemahaman siswa. (konfirmasi)
3. Penutup Guru memberikan post test.
10 menit 70 menit 10 menit
2 1. Pendahuluan � Prasyarat
Rumus mencari pH � Motivasi
Guru bertanya mengenai contoh garam 2. Kegiatan Inti
• Merancang dan melakukan percobaan menggunakan metode TGT untuk menentukan ciri-ciri beberapa jenis garam yang dapat terhidrolisis dalam air melalui kerja kelompok di laboratorium. (eksplorasi)
• Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di petunjuk praktikum. (elaborasi)
• Dengan dipandu guru, menyimpulkan hasil diskusi untuk menyamakan persepsi. (konfirmasi)
3. Penutup
Guru memberikan tugas untuk membuat laporan praktikum.
5 menit 80 menit 5 menit
66
VII. Alat/Bahan/Sumber Belajar Alat dan Bahan : - Sumber : Buku Kimia Kelas XI Penerbit Pemkot Semarang
Buku Kimia Kelas XI Penerbit Erlangga VIII. Penilaian
• Jenis tagihan Ulangan harian
• Bentuk Instrumen Tes tertulis, performans.
Soal Evaluasi
No Soal skor 1 1. Diketahui garam-garam sebagai berikut.
a. Na2CO3 b. NH4NO3 c. BaSO4 d. NH4Cl Tentukan sifat garam tersebut…
10
2 Larutan garam CH3COONa 0,1 M mengalami hidrolisis. Jika tetapan hidrolisis (Kh) = 10−9, maka pH larutan garam adalah ...
10
3 Bila 50 mL larutan CH3COOH 0,2 M direaksikan dengan 100 mL larutan NaOH 0,1M, Ka CH3COOH = 10−5, maka pH campuran larutan tersebut adalah ...
10
4 Tentukan nilai pH Ca(CH3COO)2 0,1 M. Ka CH3COOH: 1,0 x 10-5 adalah.. 10 5 Tentukan pH larutan dari 100 mL asam sulfat 0,4 M dan 400 mL larutan
amonia 0,2 M jika diketahui Kb : 10-5 10
6 Larutan NH4Br 0,1 M diencerkan sebanyak 10 kalinya. Berapa pH larutan tersebut (Kb : 10-5)..
10
7 Berapakah pH larutan 100 mL KOH 0,4 M direaksikan dengan 400 mL asam asetat 0,1 M Jika Ka : 1,6 . 10-4
10
8 Berapa pH larutan natrium asetat 0,1 M jika Ka asam asetat = 1,8 . 10-10.. 10 .9 Hitung pH larutan yang terjadi jika 2,675 gram amonium klorida dilarutkan
dalam air hingga volumenya 250mL (Ar N=14, H=1, Cl=35,5, Kb=2.10-5) 10
10 Berapakah derajat hidrolisis larutan amonium nitrat 0,1 M jika Kb NH3=10-5.. 10
Demak, Oktober 2011
Mengetahui,
Guru Kimia Praktikan
Muhamad Shofi, S.Pd Dwi Purwanto NIM. 063711022
67
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II
Satuan Pendidikan : MA Manbaul Ulum Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/Semester : XI.IA/1I (dua) Metode : TGT Standar Kompetensi : 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran,
dan terapannya.
I. Kompetensi Dasar
1.4. Menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan pH larutan garam tersebut.
II. Indikator Pertemuan 1 (2 jp) 1. Menentukan sifat garam yang terhidrolisis dari persamaan reaksi ionisasi. 2. Menghitung pH larutan garam yang terhidrolisis Pertemuan 2 (2 jp) Menentukan ciri-ciri beberapa jenis garam yang dapat terhidrolisis dalam air melalui percobaan
III. Tujuan Pembelajaran
Siswa diharapkan mampu � Pertemuan 1 1. Menuliskan reaksi ionisasi garam yang terhidrolisis. 2. Menentukan sifat garam yang terhidrolisis dari reaksi ionisasi garamnya. 3. Mengukur dan menghitung pH larutan garam yang terhidrolisis Pertemuan 2 Menentukan ciri-ciri beberapa jenis garam yang dapat terhidrolisis dalam air melalui percobaan
IV. Materi Ajar • Hidrolisis garam
Adalah reaksi kation atau anion dari suatu garam dengan air. Kation dan anion yang dapat mengalami reaksi hidrolisis adalah kation dan anion garam yang termasuk elektrolit lemah. Sementara kation dan anion garam yang termasuk elektrolit kuat tidak terhidrolisis.
• Sifat garam yang terhidrolisis Garam yang dihasilkan suatu reaksi antara asam dan basa apat bersifat asam, basa atau netral. Sifat tersebut bergantung pada jumlah serta jenis senyawa asam dan basa yang direaksikan.
LAMPIRAN IV
68
• pH larutan garam yang terhidrolisis 1. pH Garam yang tersusun dari Asam Lemah dan Basa Kuat
Jika asam lemah yang digunakan diberi simbol HA, maka basa konjugasinya punya simbol A-, sehingga dapat ditulis: A- HA + OH-, dan tetapan kesetimbangannya adalah :
Berdasarkan reaksi di atas, [HA] = [OH-], maka
atau , dari rumus
tersebut dapat dicari pOH dan pHnya.
2. pH Garam yang tersusun dari Asam Lemah dan Basa Lemah Dari penjelasan beberapa jenis garam di atas, tentunya dapat dipahami bahwa hidrolisis garam akan terjadi apabila paling tidak salah satu dari penyusunnya asam lemah atau basa lemah. Jika penyusun garam berasal dari asam lemah dan basa lemah, maka kedua ionnya akan mengalami hidrolisis. Hidrolisis semacam itu dinamakan hidrolisis total. Perhitungan pH dari garam yang mengalami hidrolisis total dapat diperkirakan dengan rumus.
Kw = 10-14 Dari rumus di atas, dapat dicari pHnya.
V. Metode Pembelajaran TGT
VI. Strategi Pembelajaran Pertemuan
Ke Strategi Pembelajaran Waktu
1
1. Pendahuluan Memberi salam Mengabsen Guru memberikan pre test.
2. Kegiatan Inti � Melalui pembelajran dikelas Menentukan
sifat garam yang terhidrolisis dari persamaan reaksi ionisasi. (eksplorasi)
� Berlatih menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di buku kimia kelas XI penerbit Erlangga. (elaborasi)
� Guru memberikan penguatan untuk menyamakan persepsi dan memberikan
10 menit 70 menit
69
latihan soal untuk merefleksi pemahaman siswa. (konfirmasi)
3. Penutup Guru memberikan post test.
10 menit
2 1. Pendahuluan � Prasyarat
Rumus mencari pH � Motivasi
Guru bertanya mengenai contoh garam 2. Kegiatan Inti
• Merancang dan melakukan percobaan menggunakan metode TGT untuk menentukan ciri-ciri beberapa jenis garam yang dapat terhidrolisis dalam air melalui kerja kelompok di laboratorium. (eksplorasi)
• Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di lembar kerja melalui diskusi kelompok. (elaborasi)
• Dengan dipandu guru, menyimpulkan hasil percobaan untuk menyamakan persepsi. (konfirmasi)
3. Penutup
Guru memberikan tugas membuat laporan praktikum
5 menit 80 menit 5 menit
VII. Alat/Bahan/Sumber Belajar Alat dan Bahan : Alat dan bahan praktikum Sumber : Buku Kimia Kelas XI Penerbit Pemkot Semarang
Buku Kimia Kelas XI Penerbit Erlangga
VIII. Penilaian • Jenis tagihan
Kuis, Ulangan harian • Bentuk Instrumen Tes tertulis, performans.
70
Soal Evaluasi No Soal Skor 1 Larutan garam CH3COONa 0,1 M mengalami hidrolisis. Jika tetapan
hidrolisis (Kh) = 10−9, maka pH larutan garam adalah ... 10
2 Larutan NH4Br 0,1 M diencerkan sebanyak 10 kalinya. Berapa pH larutan tersebut (Kb : 10-5)..
10
3 Berapakah pH larutan 100 mL KOH 0,4 M direaksikan dengan 400 mL asam asetat 0,1 M Jika Ka : 1,6 . 10-4
10
4 Hitung pH larutan yang terjadi jika 2,675 gram amonium klorida dilarutkan dalam air hingga volumenya 250 mL (Ar N=14, H=1, Cl=35,5, Kb=2.10-5)
10
5 Berapakah derajat hidrolisis larutan amonium nitrat 0,1 M jika Kb NH3=10-5
10
6 Berapa pH larutan natrium asetat 0,1 M jika Ka asam asetat = 1,8 . 10-10.. 10 7 Bila 50 mL larutan CH3COOH 0,2 M direaksikan dengan 100 mL larutan
NaOH 0,1M, Ka CH3COOH = 10−5, maka pH campuran larutan tersebut adalah ...
10
8 Diketahui garam-garam sebagai berikut. i. Na2CO3
ii. NH4NO3 iii. BaSO4 iv. NH4Cl
Tentukan sifat garam tersebut…
10
9 Tentukan nilai pH Ca(CH3COO)2 0,1 M. Ka CH3COOH: 1,0 x 10-5 adalah..
10
10 Tentukan pH larutan dari 100 mL asam sulfat 0,4 M dan 400 mL larutan amonia 0,2 M jika diketahui Kb : 10-5
10
Demak, Oktober 2011
Mengetahui,
Guru Kimia Praktikan
Muhamad Shofi, S.Pd Dwi Purwanto NIM. 063711022
71
PETUNJUK PRAKTIKUM I
Sifat Larutan Garam
I. Tujuan
Siswa dapat mengetahui sifat larutn garam
II. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
B. Bahan
1. Larutan natrium hidroksida 5. Larutan asam sulfat
2. Larutan barium hidroksida 6. Larutan asam klorida
3. Larutan amonium hidroksida 7. Asam asetat
4. Larutan Alumunium hidroksida 8. Asam sianida
5. Kertas lakmus
III. Cara Kerja
1. Buatlah potongan-potongan kertas laksmus kira-kira panjangnya 2 cm
2. Reaksikan bahan-bahan yang tersedia berdasarkan table.
3. Catat gejala yang terjadi dan sifat larutannya.
IV. Hasil Pengamatan
A.
Basa/asam CH3COOH HCl
Ba(OH)2
NH4OH
B.
Basa/asam H2SO4 HCN
NaOH
Al(OH)3
LAMPIRAN V
72
C.
Basa/asam H2SO4 HCl
Ba(OH)2
NaOH
D.
Basa/asam CH3COOH HCN
NH4OH
Al(OH)3
V. Pertanyaan
1. Berdasarkan data pengamatan tulislah reaksi yang terjadi!
2. Tentukan sifat garam hasil reaksi!
3. Mengapa garam-garam tersebut mempunyai sifat yang berbeda!
73
PETUNJUK PRAKTIKUM II
Sifat Larutan Garam
I. Tujuan
Siswa dapat mengetahui sifat larutan garam
II. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
B. Bahan
1. Larutan natrium hidroksida 5. Larutan asam sulfat
2. Larutan barium hidroksida 6. Larutan asam klorida
3. Larutan amonium hidroksida 7. Asam asetat
4. Larutan Alumunium hidroksida 8. Asam sianida
9. Kertas lakmus
III. Cara Kerja
1. Buatlah potongan-potongan kertas laksmus kira-kira panjangnya 2 cm
2. Reaksikan bahan-bahan yang tersedia berdasarkan table.
3. Catat gejala yang terjadi dan sifat larutannya.
IV. Hasil Pengamatan
A.
Basa/asam H2SO4 HCN
NaOH
Al(OH)3
B.
Basa/asam H2SO4 HCl
Ba(OH)2
NaOH
C.
Basa/asam CH3COOH HCl
Ba(OH)2
NH4OH
LAMPIRAN VI
74
D.
Basa/asam CH3COOH HCN
NH4OH
Al(OH)3
V. Pertanyaan
1. Berdasarkan data pengamatan tulislah reaksi yang terjadi!
2. Tentukan sifat garam hasil reaksi!
3. Mengapa garam-garam tersebut mempunyai sifat yang berbeda!
75
LAMPIRAN VII Nama : No : Hari/Tanggal :
SIKLUS I 1. Diketahui garam-garam sebagai berikut.
a. Na2CO3 b. NH4NO3 c. BaSO4 d. NH4Cl
Tentukan sifat garam tersebut… 2. Larutan garam CH3COONa 0,1 M mengalami hidrolisis. Jika tetapan hidrolisis (Kh)
= 10−9, maka pH larutan garam adalah ... 3. Bila 50 mL larutan CH3COOH 0,2 M direaksikan dengan 100 mL larutan NaOH
0,1M, Ka CH3COOH = 10−5, maka pH campuran larutan tersebut adalah ... 4. Tentukan nilai pH Ca(CH3COO)2 0,1 M. Ka CH3COOH: 1,0 x 10-5 adalah.. 5. Tentukan pH larutan dari 100 mL asam sulfat 0,4 M dan 400 mL larutan amonia 0,2
M jika diketahui Kb : 10-5 6. Larutan NH4Br 0,1 M diencerkan sebanyak 10 kalinya. Berapa pH larutan tersebut
(Kb : 10-5).. 7. Berapakah pH larutan 100 mL KOH 0,4 M direaksikan dengan 400 mL asam asetat
0,1 M Jika Ka : 1,6 . 10-4 8. Berapa pH larutan natrium asetat 0,1 M jika Ka asam asetat = 1,8 . 10-10.. 9. Hitung pH larutan yang terjadi jika 2,675 gram amonium klorida dilarutkan dalam air
hingga volumenya 250mL (Ar N=14, H=1, Cl=35,5, Kb=2.10-5) 10. Berapakah derajat hidrolisis larutan amonium nitrat 0,1 M jika Kb NH3=10-5..
76
LAMPIRAN VIII Nama : No : Hari/Tanggal :
SIKLUS II 1. Larutan garam CH3COONa 0,1 M mengalami hidrolisis. Jika tetapan hidrolisis (Kh) =
10−9, maka pH larutan garam adalah ... 2. Larutan NH4Br 0,1 M diencerkan sebanyak 10 kalinya. Berapa pH larutan tersebut (Kb :
10-5).. 3. Berapakah pH larutan 100 mL KOH 0,4 M direaksikan dengan 400 mL asam asetat 0,1
M Jika Ka : 1,6 . 10-4 4. Hitung pH larutan yang terjadi jika 2,675 gram amonium klorida dilarutkan dalam air
hingga volumenya 250 mL (Ar N=14, H=1, Cl=35,5, Kb=2.10-5) 5. Berapakah derajat hidrolisis larutan amonium nitrat 0,1 M jika Kb NH3=10-5 6. Berapa pH larutan natrium asetat 0,1 M jika Ka asam asetat = 1,8 . 10-10.. 7. Bila 50 mL larutan CH3COOH 0,2 M direaksikan dengan 100 mL larutan NaOH 0,1M,
Ka CH3COOH = 10−5, maka pH campuran larutan tersebut adalah ... 8. Diketahui garam-garam sebagai berikut.
i. Na2CO3 ii. NH4NO3
iii. BaSO4 iv. NH4Cl
Tentukan sifat garam tersebut… 9. Tentukan nilai pH Ca(CH3COO)2 0,1 M. Ka CH3COOH: 1,0 x 10-5 adalah.. 10. Tentukan pH larutan dari 100 mL asam sulfat 0,4 M dan 400 mL larutan amonia 0,2 M
jika diketahui Kb : 10-5
77
Lampiran IX JAWABAN SOAL SIKLUS I
1. Jawabanya a. Na2CO3 berasal dari basa kuat dan asam lemah sehingga bersifat basa. b. NH4NO3 berasal dari basa lemah dan asam kuat sehingga bersifat asam. c. BaSO4 berasal dari basa kuat dan asam kuat sehingga bersifat netral. d. NH4Cl berasal dari basa lemah dan asam kuat sehingga bersifat asam.
2. Jawaban
95-14
510log510log][OH log-
10101,0
10
][][
5-
5109
==
=−=−==
====
−
−−
−
−
pH
pOH
garam
KOH h
3. Jawaban
log1,69log1,6)-(5-14
6,1log5log1,6.10-
10.6,106,0
01,010
][
][][
06,015,0
01,0
01,00,1L
0,1MNaOH
01,005,0
2,0CH
5-
55
3
3
+==
−==
===
==
==
==
−−−
pH
pOH
garam
asamKOH
COONamolCH
molmol
molL
MCOOHmol
a
4. Jawaban :
Ca(CH3COO)2 → Ca+ + 2CH3COO- 0,1 M 0,1 M 0,2 M
Skor 10
Skor 10
Skor 10
Skor 10
78
[ ]
[ ]
1,8 log - 5
1,8.10 log -
OH log-
1,05.10
1,11.10
2,010.8,1
1.10
5-
-
5-
10-
5
14-
=
=
=
=
=
+=
=
−
−
pOH
Ka
KwOH
9,02
1,8 log 9
1,8) log-(5 - 14
pOH - 14 pH
=
+=
=
=
5. Jawaban Mol H2SO4 = 0,1 L x 0,4 M = 0,04 mol Mol NH3 = 0,4 L x 0,2 M = 0,08 mol H2SO4 + 2NH3 → (NH4)2SO4 0,04 0,08 0,08
= 1,3.10-5 M pH = -log 1,3.10-5 = 5 – log 1,3 = 5 – 0,41 = 4,89
6. Jawaban Sebelum diencerkan [NH4
+] = 0,1 M
Setelah di encerkan 10 kali sehingga konsentrasi [NH4
+] menjadi 0,01 M
Skor 10
Skor 10
79
7. Jawaban Mol KOH = 0,1L x 0,4 M = 0,04 mol Mol CH3COOH = 0,4 L x 0,1 M = 0,04 mol CH3COOH + KOH → CH3COOK + H2O
Molaritas CH3COOK =
pOH = 6 – log 2,24 pH = 14 – (6-log 2,24) = 8 + log 2,24 = 8,32
8. Jawaban Tetapan hidrolisis
Derajat hidrolisis
9. Jawaban
10. Jawaban : e
Skor 10
Skor 10
Skor 10
Skor 10
80
LAMPIRAN X JAWABAN SOAL SIKLUS II
1. Jawaban
95-14
510log510log][OH log-
10101,0
10
][][
5-
5109
==
=−=−==
====
−
−−
−
−
pH
pOH
garam
KOH h
2. Jawaban Sebelum diencerkan [NH4
+] = 0,1 M
Setelah di encerkan 10 kali sehingga konsentrasi [NH4
+] menjadi 0,01 M
3. Jawaban Mol KOH = 0,1L x 0,4 M = 0,04 mol Mol CH3COOH = 0,4 L x 0,1 M = 0,04 mol CH3COOH + KOH → CH3COOK + H2O
Molaritas CH3COOK =
pOH = 6 – log 2,24 pH = 14 – (6-log 2,24) = 8 + log 2,24 = 8,32
4. Jawaban
Skor 10
Skor 10
Skor 10
Skor 10
81
5. Jawaban :
6. Jawaban
Tetapan hidrolisis
Derajat hidrolisis
7. Jawaban
log1,69log1,6)-(5-14
6,1log5log1,6.10-
10.6,106,0
01,010
][
][][
06,015,0
01,0
01,00,1L
0,1MNaOH
01,005,0
2,0CH
5-
55
3
3
+==
−==
===
==
==
==
−−−
pH
pOH
garam
asamKOH
COONamolCH
molmol
molL
MCOOHmol
a
8. Jawabanya
e. Na2CO3 berasal dari basa kuat dan asam lemah sehingga bersifat basa. f. NH4NO3 berasal dari basa lemah dan asam kuat sehingga bersifat asam. g. BaSO4 berasal dari basa kuat dan asam kuat sehingga bersifat netral. h. NH4Cl berasal dari basa lemah dan asam kuat sehingga bersifat asam.
9. Jawaban : Ca(CH3COO)2 → Ca+ + 2CH3COO- 0,1 M 0,1 M 0,2 M
Skor 10
Skor 10
Skor 10
Skor 10
Skor 10
82
[ ]
[ ]
1,8 log - 5
1,8.10 log -
OH log-
1,05.10
1,11.10
2,010.8,1
1.10
5-
-
5-
10-
5
14-
=
=
=
=
=
+=
=
−
−
pOH
Ka
KwOH
9,02
1,8 log 9
1,8) log-(5 - 14
pOH - 14 pH
=
+=
=
=
10. Jawaban Mol H2SO4 = 0,1 L x 0,4 M = 0,04 mol Mol NH3 = 0,4 L x 0,2 M = 0,08 mol H2SO4 + 2NH3 → (NH4)2SO4 0,04 0,08 0,08
= 1,3.10-5 M pH = -log 1,3.10-5 = 5 – log 1,3 = 5 – 0,41 = 4,89
Skor 10
83
Lampiran XII Daftar nilai siklus I
No. Nama Nilai 1 Abdul Latif 80 2 Abdul Rosid 65 3 Agung Wibisono 60 4 Agus Umar Said 70 5 Ahmad Fuad 65 6 Ahmad Nadliron 65 7 Ambar Mila 55 8 Anik Puji Astutik 65 9 Darwanti 60 10 Duwi Setyaningrum 50 11 Elli Windawati 65 12 Endang Susi Susanti 65 13 Fone Lulis Setyowati 50 14 Muhammad Afif Qomari 70 15 Muhammad Arif Ruzakki 65 16 Muhammad Lazib Aminin 55 17 Muhammad Syaiful Anam 65 18 Reza Alfera 70 19 Rudi Purnomo 60 20 Sa’adah Agustinah 65 21 Sadam Kusen 60 22 Saidatun Niswah 60 23 Shofi Nur Rohmah 65 24 Siti Khoiriyah 65 25 Siti Muslikah 50 26 Slamet Romadhon 65
Jumlah 1630
84
LAMPIRAN XIII
Daftar Nilai Siklus II
No. Nama Nilai 1 Abdul Latif 90 2 Abdul Rosid 75 3 Agung Wibisono 65 4 Agus Umar Said 75 5 Ahmad Fuad 70 6 Ahmad Nadliron 65 7 Ambar Mila 75 8 Anik Puji Astutik 85 9 Darwanti 60 10 Duwi Setyaningrum 80 11 Elli Windawati 75 12 Endang Susi Susanti 75 13 Fone Lulis Setyowati 65 14 Muhammad Afif Qomari 80 15 Muhammad Arif Ruzakki 75 16 Muhammad Lazib Aminin 80 17 Muhammad Syaiful Anam 85 18 Reza Alfera 75 19 Rudi Purnomo 60 20 Sa’adah Agustinah 65 21 Sadam Kusen 65 22 Saidatun Niswah 70 23 Shofi Nur Rohmah 65 24 Siti Khoiriyah 60 25 Siti Muslikah 65 26 Slamet Romadhon 65
Jumlah 1865
85
Lampiran XIV DAFTAR KELOMPOK PRAKTIKUM
Kelompok I
1. Abdul Latif 2. Abdul Rosyid 3. Agung Wibisono 4. Ahmad fuad 5. Ahmad Nadliron 6. Agus Umar Said
Kelompok II 1. Ambar Mila 2. Anik Puji Astutik 3. Darwanti 4. Dwi setyaningrum 5. Elli Windawati 6. Endang susi susanti 7. Fone Lulis Setyowati
Kelompok III 1. M. Afif Qomari 2. M. Arif Fuzakki 3. M. Lazib Aminin 4. M. syaiful Anam 5. Reza Alfera 6. Rudi Purnomo 7. Sa’adah Ahustinah
Kelompok IV 1. Sadam Kusen 2. Saidatun Niswah 3. Shofi Nurrohmah 4. Siti Khoiriyah 5. Siti Muslikah 6. Slamet Romadhon
86
LAMPIRAN XV
Nilai siklus I
No. Nama Nilai
1 ABDUL LATIF 80
2 ABDUL ROSID 65
3 AGUNG WIBISONO 60
4 AGUS UMAR SAID 70
5 AHMAD FUAD 65
6 AHMAD NADLIRON 65
7 AMBAR MILA 55
8 ANIK PUJI ASTUTIK 65
9 DARWANTI 60
10 DUWI SETYANINGRUM 50
11 ELLI WINDAWATI 65
12 ENDANG SUSI SUSANTI 65
13 FONE LULIS SETYOWATI 50
14 MUHAMMAD AFIF QOMARI 70
15 MUHAMMAD ARIF FUZAKKI 65
16 MUHAMMAD LAZIB AMININ 55
17 MUHAMMAD SYAIFUL ANAM 65
18 REZA ALFERA 70
19 RUDI PURNOMO 60
20 SA'ADAH AGUSTINAH 65
21 SADAM KUSEN 60
22 SAIDATUN NISWAH 60
23 SHOFI NUR ROHMAH 65
24 SITI KHOIRIYAH 65
25 SITI MUSLIKAH 50
26 SLAMET ROMADHON 65
Jumlah 1630
Nilai siklus II
No. Nama Nilai
1 ABDUL LATIF 90
2 ABDUL ROSID 75
3 AGUNG WIBISONO 65
4 AGUS UMAR SAID 75
5 AHMAD FUAD 70
6 AHMAD NADLIRON 65
7 AMBAR MILA 75
8 ANIK PUJI ASTUTIK 85
9 DARWANTI 60
10 DUWI SETYANINGRUM 80
11 ELLI WINDAWATI 75
12 ENDANG SUSI SUSANTI 75
13 FONE LULIS SETYOWATI 65
14 MUHAMMAD AFIF QOMARI 80
15 MUHAMMAD ARIF FUZAKKI 75
16 MUHAMMAD LAZIB AMININ 80
17 MUHAMMAD SYAIFUL ANAM 85
18 REZA ALFERA 75
19 RUDI PURNOMO 60
20 SA'ADAH AGUSTINAH 65
21 SADAM KUSEN 65
22 SAIDATUN NISWAH 70
23 SHOFI NUR ROHMAH 65
24 SITI KHOIRIYAH 60
25 SITI MUSLIKAH 65
26 SLAMET ROMADHON 65
Jumlah 1865
99
LEMBAR OBSERVASI
KEGIATAN PRAKTIKUM SIKLUS I
No KEGIATAN SISWA KEGIATAN GURU
1. Siswa mempersiapkan materi yang
akan di praktikkan dengan cara
diskusi dengan kelompok masing-
masing.
Guru memantau dari masing-
masing kelompok untuk
memastikan bahwa setiap anggota
melakukan diskusi unttuk
persiapan sebelum praktikum
dimulai.
2. Masing-masing kelompok melakukan
praktikum untuk menentukan sifat
larutan garam sesuai petunjuk
praktikum yang telah diberikan oleh
guru.
Guru mengamati apakah
praktikum sudah sesuai dengan
arahan yang telah diberikan atau
belum?
3. Siswa membuat laporan praktikum
sebagai tugas yang telah di berikan
oleh guru mengenai hsil yang
diperoleh dari hasil praktikum
Guru mengoreksi hasil
kesimpulan dari praktikum yang
telah siswa lakukan.
4. Dalam siklus I ini siswa masih bnyak
yang belum serius dalam
menjalankan praktikum dikarenakan :
Siswa kurang memahami
materi yang telah
disampaikan oleh guru.
Siswa jarang diberikan model
belajar langsung yaitu dengan
cara praktikum.
Siswa merasa waktu yang
diberikan guru kurang
banyak.
Dari data yang diperoleh akhirnya
guru melakukan evaluasi karena
pada siklus I kegiatan praktikum
tidak sesuai yang diharapkan
yaitu masih banyak siswa yang
belum bisa membuat persamaan
reaksi hidrolisis garam.
5. Siswa masih banyak yang melakukan
praktikum yang tidak sesuai dengan
petunjuk praktikum, antara lain:
Kekeliruan dalam
pengambilan bahan.
Penggunaan alat praktikum
yang tidak sesuai fungsinya.
Kurang memahami dari segi
keamanan praktikum dalam
Kurangnya pemahaman yang
diberikan guru sehingga banyak
prosedur yang sebenarnya harus
di lakukan siswa tetapi masih
banyak yang tidak dilakukan.
Lampiran XVI
100
pelaksanaannya.
6. Masing-masing kelompok belum bisa
bekerja-sama dengan timework yang
baik, yang melakukan praktikum
kebanyakan 1 sampai 2 orang dari
masing-masing kelompok yang
melakukan praktikum dikarenakan
banyak siswa yang belum faham
tentang materi yang akan
dipraktikkan.
Pemberian materi serta penjelasan
yang kurang dari guru sehingga
menyebabkan banyak siswa yang
kurang aktif dalam melakukan
kegiatan praktikum.
7. Dengan alat yang seadanya, banyak
siswa yang kurang maksimal dalam
melakukan praktikum.
Dengan alat yang seadanya guru
mengkoordinir siswa supaya alat
yang sudah tidak dipakai bisa
secepatnya untuk dibersihkan biar
bisa dipakai oleh kelompok
sendiri atau kelompok lain.
101
LEMBAR OBSERVASI
KEGIATAN PRAKTIKUM SIKLUS II
No KEGIATAN SISWA KEGIATAN GURU
1. Siswa mempersiapkan materi yang
akan di praktikkan dengan cara
diskusi dengan kelompok masing-
masing.
Guru memantau dari masing-
masing kelompok untuk
memastikan bahwa setiap anggota
melakukan diskusi unttuk
persiapan sebelum praktikum
dimulai.
2. Masing-masing kelompok melakukan
praktikum untuk menentukan sifat
larutan garam sesuai petunjuk
praktikum yang telah diberikan oleh
guru.
Guru mengamati apakah
praktikum sudah sesuai dengan
arahan yang telah diberikan atau
belum?
4. Dalam siklus II ini siswa bnyak yang
mulai serius dalam menjalankan
praktikum dikarenakan :
Siswa sudah memahami
materi yang telah
disampaikan oleh guru.
Siswa sudah mempunyai
pengalaman dari siklus I yang
telah diberikan guru.
Siswa sudah efisien dari segi
pengaturan waktu.
Dari data yang diperoleh akhirnya
guru melakukan evaluasi karena
pada siklus I kegiatan praktikum
tidak sesuai yang diharapkan
yaitu masih banyak siswa yang
belum bisa membuat persamaan
reaksi hidrolisis garam. Maka
pada siklus II ini guru sudah
memperbaiki yaitu dengan cara
evaluasi dari siklus sebelumnya.
5. Siswa sudah banyak yang melakukan
praktikum sesuai dengan petunjuk
praktikum, antara lain:
Tidak ada kekeliruan dalam
pengambilan bahan.
Penggunaan alat praktikum
yang sesuai fungsinya.
Siswa sudah mulai
memahami dari segi
keamanan praktikum dalam
pelaksanaannya.
Jelasnya pemahaman yang
diberikan guru sehingga banyak
siswa yang sudah melakukan
praktikum sesuai deengan
prosedur yang diberikan.
6. Masing-masing kelompok sudah bisa
bekerja-sama dengan timework yang
Pemberian materi serta penjelasan
yang sangat jelas dari guru
Lampiran XVII
102
baik, yang melakukan praktikum
sudah hampir semua dari setiap
anggota kelompok mulai bisa
membantu kelompoknya serta bisa
melakukan praktikum sendiri.
sehingga menyebabkan banyak
siswa yang aktif dalam
melakukan kegiatan praktikum.
7. Dengan alat yang seadanya, banyak
siswa yang kurang maksimal dalam
melakukan praktikum.
Dengan alat yang seadanya guru
mengkoordinir siswa supaya alat
yang sudah tidak dipakai bisa
secepatnya untuk dibersihkan biar
bisa dipakai oleh kelompok
sendiri atau kelompok lain.
3. Siswa membuat laporan praktikum
sebagai tugas yang telah di berikan
oleh guru mengenai hsil yang
diperoleh dari hasil praktikum
Guru mengoreksi hasil
kesimpulan dari praktikum yang
telah siswa lakukan.
103
PETUNJUK PRAKTIKUM I
Sifat Larutan Garam
I. Tujuan
Siswa dapat mengetahui sifat larutn garam
II. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
B. Bahan
1. Larutan natrium hidroksida 5. Larutan asam sulfat
2. Larutan barium hidroksida 6. Larutan asam klorida
3. Larutan amonium hidroksida 7. Asam asetat
4. Larutan Alumunium hidroksida 8. Asam sianida
5. Kertas lakmus
III. Cara Kerja
1. Buatlah potongan-potongan kertas laksmus kira-kira panjangnya 2 cm
2. Reaksikan bahan-bahan yang tersedia berdasarkan table.
3. Catat gejala yang terjadi dan sifat larutannya.
IV. Hasil Pengamatan
A.
Basa/asam CH3COOH HCl
Ba(OH)2
NH4OH
B.
Basa/asam H2SO4 HCN
NaOH
Al(OH)3
C.
Basa/asam H2SO4 HCl
Ba(OH)2
NaOH
D.
Basa/asam CH3COOH HCN
NH4OH
Al(OH)3
V. Pertanyaan
1. Berdasarkan data pengamatan tulislah reaksi yang terjadi!
2. Tentukan sifat garam hasil reaksi!
3. Mengapa garam-garam tersebut mempunyai sifat yang berbeda!
PETUNJUK PRAKTIKUM II
Sifat Larutan Garam
I. Tujuan
Siswa dapat mengetahui sifat larutan garam
II. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
B. Bahan
1. Larutan natrium hidroksida 5. Larutan asam sulfat
2. Larutan barium hidroksida 6. Larutan asam klorida
3. Larutan amonium hidroksida 7. Asam asetat
4. Larutan Alumunium hidroksida 8. Asam sianida
5. Kertas lakmus
III. Cara Kerja
1. Buatlah potongan-potongan kertas laksmus kira-kira panjangnya 2 cm
2. Reaksikan bahan-bahan yang tersedia berdasarkan table.
3. Catat gejala yang terjadi dan sifat larutannya.
IV. Hasil Pengamatan
A.
Basa/asam H2SO4 HCN
NaOH
Al(OH)3
B.
Basa/asam H2SO4 HCl
Ba(OH)2
NaOH
C.
Basa/asam CH3COOH HCl
Ba(OH)2
NH4OH
D.
Basa/asam CH3COOH HCN
NH4OH
Al(OH)3
V. Pertanyaan
1. Berdasarkan data pengamatan tulislah reaksi yang terjadi!
2. Tentukan sifat garam hasil reaksi!
3. Mengapa garam-garam tersebut mempunyai sifat yang berbeda!
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I
Satuan Pendidikan : MA Manbaul Ulum Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/Semester : XI.IA/1I (dua) Metode : TGT Standar Kompetensi : 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran,
dan terapannya.
I. Kompetensi Dasar
1.3.Menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan pH larutan garam tersebut.
II. Indikator Pertemuan 1 (2 jp) 1. Menentukan sifat garam yang terhidrolisis dari persamaan reaksi ionisasi. 2. Menghitung pH larutan garam yang terhidrolisis .Pertemuan 2 ( jp) Menentukan ciri-ciri beberapa jenis garam yang dapat terhidrolisis dalam air melalui percobaan
III. Tujuan Pembelajaran
Siswa diharapkan mampu : Pertemuan 1 1. Menuliskan reaksi ionisasi garam yang terhidrolisis. 2. Menentukan sifat garam yang terhidrolisis dari reaksi ionisasi garamnya. 3. Mengukur dan menghitung pH larutan garam yang terhidrolisis Pertemuan 2 Menentukan ciri-ciri beberapa jenis garam yang dapat terhidrolisis dalam air melalui percobaan
IV. Materi Ajar • Hidrolisis garam
Adalah reaksi kation atau anion dari suatu garam dengan air. Kation dan anion yang dapat mengalami reaksi hidrolisis adalah kation dan anion garam yang termasuk elektrolit lemah. Sementara kation dan anion garam yang termasuk elektrolit kuat tidak terhidrolisis.
• Sifat garam yang terhidrolisis Garam yang dihasilkan suatu reaksi antara asam dan basa apat bersifat asam, basa atau netral. Sifat tersebut bergantung pada jumlah serta jenis senyawa asam dan basa yang direaksikan.
• pH larutan garam yang terhidrolisis 1. pH Garam yang tersusun dari Asam Kuat dan Basa Kuat
Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat bersifat netral dan mempunyai pH = 7. NaCl(aq) Na+
(aq) + Cl-(aq) 2. pH Garam yang tersusun dari Asam Kuat dan Basa Lemah
Salah satu senyawa yang dapat digunakan dalam pembuatan pupuk adalah amonium nitrat ((NH4)2NO3) yang berbentuk butiran padat. Pupuk ini sering dipakai oleh petani untuk menyesuaikan pH tanah dengan pH tanaman yang akan ditanam. Amonium nitrat merupakan salah satu garam yang apabila disebar di tanah pertanian akan larut dan terhidrolisis oleh air yang ada di dalam tanah. Amonium nitrat akan terionisasi sempurna menjadi ion-ionnya. (NH4)2NO3(aq) NH4
+(aq) + NO3-(aq)
garam basa konjugasi asam konjugasi kuat lemah Ion NH4+ merupakan asam konjugasi dari basa lemah NH3 dan akan mengalami hidrolisis, sedangkan ion NO3
- merupakan basa konjugasi dari asam kuat HNO3 dan tidak akan mengalami hidrolisis. H2O NH4
+ NH3 + H+ Secara umum dapat dituliskan H+(aq) B(aq) + H+(aq) Tetapan kesetimbangan yang terjadi dinamakan dengan tetapan hidrolisis dan diberi simbol Kh.
�� � ������������
Berdasarkan reaksi di atas, [B] = [H+]. Maka Kh dapat ditulis menjadi :
�� � �������������
���� � ������� atau ���� � ����� ���, dari rumus tersebut dapat dicari pHnya.
3. pH Garam yang tersusun dari Asam Lemah dan Basa Kuat Jika asam lemah yang digunakan diberi simbol HA, maka basa konjugasinya punya simbol A-, sehingga dapat ditulis: A- HA + OH-, dan tetapan kesetimbangannya adalah :
�� � �������������
Berdasarkan reaksi di atas, [HA] = [OH-], maka �� � �������〱������
����� � ������ atau ����� � ����� ���, dari rumus tersebut dapat dicari pOH dan pHnya.
V. Metode Pembelajaran TGT
VI. Strategi Pembelajaran Pertemuan
Ke Strategi Pembelajaran Waktu
1
1. Pendahuluan Memberi salam Mengabsen Guru memberikan pre test.
2. Kegiatan Inti � Melalui pembelajaran di kelas menentukan
sifat garam yang terhidrolisis dari persamaan reaksi ionisasi. (eksplorasi)
� Berlatih menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di buku kimia kelas XI penerbit pemkot Semarang. (elaborasi)
� Guru memberikan penguatan untuk menyamakan persepsi dan memberikan latihan soal untuk merefleksi pemahaman siswa. (konfirmasi)
3. Penutup Guru memberikan post test.
10 menit 70 menit 10 menit
2 1. Pendahuluan � Prasyarat
Rumus mencari pH � Motivasi
Guru bertanya mengenai contoh garam 2. Kegiatan Inti
• Merancang dan melakukan percobaan menggunakan metode TGT untuk menentukan ciri-ciri beberapa jenis garam yang dapat terhidrolisis dalam air melalui kerja kelompok di laboratorium. (eksplorasi)
• Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di petunjuk praktikum. (elaborasi)
• Dengan dipandu guru, menyimpulkan hasil diskusi untuk menyamakan persepsi. (konfirmasi)
3. Penutup
Guru memberikan tugas untuk membuat laporan praktikum.
5 menit 80 menit 5 menit
VII. Alat/Bahan/Sumber Belajar Alat dan Bahan : - Sumber : Buku Kimia Kelas XI Penerbit Pemkot Semarang
Buku Kimia Kelas XI Penerbit Erlangga VIII. Penilaian
• Jenis tagihan Ulangan harian
• Bentuk Instrumen Tes tertulis, performans.
Soal Evaluasi
No Soal skor 1 1. Diketahui garam-garam sebagai berikut.
a. Na2CO3 b. NH4NO3 c. BaSO4 d. NH4Cl Tentukan sifat garam tersebut…
10
2 Larutan garam CH3COONa 0,1 M mengalami hidrolisis. Jika tetapan hidrolisis (Kh) = 10−9, maka pH larutan garam adalah ...
10
3 Bila 50 mL larutan CH3COOH 0,2 M direaksikan dengan 100 mL larutan NaOH 0,1M, Ka CH3COOH = 10−5, maka pH campuran larutan tersebut adalah ...
10
4 Tentukan nilai pH Ca(CH3COO)2 0,1 M. Ka CH3COOH: 1,0 x 10-5 adalah.. 10 5 Tentukan pH larutan dari 100 mL asam sulfat 0,4 M dan 400 mL larutan
amonia 0,2 M jika diketahui Kb : 10-5 10
6 Larutan NH4Br 0,1 M diencerkan sebanyak 10 kalinya. Berapa pH larutan tersebut (Kb : 10-5)..
10
7 Berapakah pH larutan 100 mL KOH 0,4 M direaksikan dengan 400 mL asam asetat 0,1 M Jika Ka : 1,6 . 10-4
10
8 Berapa pH larutan natrium asetat 0,1 M jika Ka asam asetat = 1,8 . 10-10.. 10 .9 Hitung pH larutan yang terjadi jika 2,675 gram amonium klorida dilarutkan
dalam air hingga volumenya 250mL (Ar N=14, H=1, Cl=35,5, Kb=2.10-5) 10
10 Berapakah derajat hidrolisis larutan amonium nitrat 0,1 M jika Kb NH3=10-5.. 10
Demak, Oktober 2011
Mengetahui,
Guru Kimia Praktikan
Muhamad Shofi, S.Pd Dwi Purwanto NIM. 063711022
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II
Satuan Pendidikan : MA Manbaul Ulum Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/Semester : XI.IA/1I (dua) Metode : TGT Standar Kompetensi : 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran,
dan terapannya.
I. Kompetensi Dasar
1.4.Menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan pH larutan garam tersebut.
II. Indikator Pertemuan 1 (2 jp) 1. Menentukan sifat garam yang terhidrolisis dari persamaan reaksi ionisasi. 2. Menghitung pH larutan garam yang terhidrolisis Pertemuan 2 (2 jp) Menentukan ciri-ciri beberapa jenis garam yang dapat terhidrolisis dalam air melalui percobaan
III. Tujuan Pembelajaran
Siswa diharapkan mampu : Pertemuan 1 1. Menuliskan reaksi ionisasi garam yang terhidrolisis. 2. Menentukan sifat garam yang terhidrolisis dari reaksi ionisasi garamnya. 3. Mengukur dan menghitung pH larutan garam yang terhidrolisis Pertemuan 2 Menentukan ciri-ciri beberapa jenis garam yang dapat terhidrolisis dalam air melalui percobaan
IV. Materi Ajar • Hidrolisis garam
Adalah reaksi kation atau anion dari suatu garam dengan air. Kation dan anion yang dapat mengalami reaksi hidrolisis adalah kation dan anion garam yang termasuk elektrolit lemah. Sementara kation dan anion garam yang termasuk elektrolit kuat tidak terhidrolisis.
• Sifat garam yang terhidrolisis Garam yang dihasilkan suatu reaksi antara asam dan basa apat bersifat asam, basa atau netral. Sifat tersebut bergantung pada jumlah serta jenis senyawa asam dan basa yang direaksikan.
• pH larutan garam yang terhidrolisis 1. pH Garam yang tersusun dari Asam Lemah dan Basa Kuat
Jika asam lemah yang digunakan diberi simbol HA, maka basa konjugasinya punya simbol A-, sehingga dapat ditulis: A- HA + OH-, dan tetapan kesetimbangannya adalah :
�� � �������������
Berdasarkan reaksi di atas, [HA] = [OH-], maka �� � �������Ↄ������
����� � ������ atau ����� � ����� ���, dari rumus tersebut dapat dicari pOH dan pHnya.
2. pH Garam yang tersusun dari Asam Lemah dan Basa Lemah
Dari penjelasan beberapa jenis garam di atas, tentunya dapat dipahami bahwa hidrolisis garam akan terjadi apabila paling tidak salah satu dari penyusunnya asam lemah atau basa lemah. Jika penyusun garam berasal dari asam lemah dan basa lemah, maka kedua ionnya akan mengalami hidrolisis. Hidrolisis semacam itu dinamakan hidrolisis total. Perhitungan pH dari garam yang mengalami hidrolisis total dapat diperkirakan dengan rumus.
���� � ������� Kw = 10-14 Dari rumus di atas, dapat dicari pHnya.
V. Metode Pembelajaran TGT
VI. Strategi Pembelajaran Pertemuan
Ke Strategi Pembelajaran Waktu
1
1. Pendahuluan Memberi salam Mengabsen Guru memberikan pre test.
2. Kegiatan Inti � Melalui pembelajran dikelas Menentukan
sifat garam yang terhidrolisis dari persamaan reaksi ionisasi. (eksplorasi)
� Berlatih menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di buku kimia kelas XI penerbit Erlangga. (elaborasi)
� Guru memberikan penguatan untuk menyamakan persepsi dan memberikan
10 menit 70 menit
latihan soal untuk merefleksi pemahaman siswa. (konfirmasi)
3. Penutup Guru memberikan post test.
10 menit
2 1. Pendahuluan � Prasyarat
Rumus mencari pH � Motivasi
Guru bertanya mengenai contoh garam 2. Kegiatan Inti
• Merancang dan melakukan percobaan menggunakan metode TGT untuk menentukan ciri-ciri beberapa jenis garam yang dapat terhidrolisis dalam air melalui kerja kelompok di laboratorium. (eksplorasi)
• Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di lembar kerja melalui diskusi kelompok. (elaborasi)
• Dengan dipandu guru, menyimpulkan hasil percobaan untuk menyamakan persepsi. (konfirmasi)
3. Penutup
Guru memberikan tugas membuat laporan praktikum
5 menit 80 menit 5 menit
VII. Alat/Bahan/Sumber Belajar Alat dan Bahan : Alat dan bahan praktikum Sumber : Buku Kimia Kelas XI Penerbit Pemkot Semarang
Buku Kimia Kelas XI Penerbit Erlangga
VIII. Penilaian • Jenis tagihan
Kuis, Ulangan harian • Bentuk Instrumen Tes tertulis, performans.
Soal Evaluasi No Soal Skor 1 Larutan garam CH3COONa 0,1 M mengalami hidrolisis. Jika tetapan
hidrolisis (Kh) = 10−9, maka pH larutan garam adalah ... 10
2 Larutan NH4Br 0,1 M diencerkan sebanyak 10 kalinya. Berapa pH larutan tersebut (Kb : 10-5)..
10
3 Berapakah pH larutan 100 mL KOH 0,4 M direaksikan dengan 400 mL asam asetat 0,1 M Jika Ka : 1,6 . 10-4
10
4 Hitung pH larutan yang terjadi jika 2,675 gram amonium klorida dilarutkan dalam air hingga volumenya 250 mL (Ar N=14, H=1, Cl=35,5, Kb=2.10-5)
10
5 Berapakah derajat hidrolisis larutan amonium nitrat 0,1 M jika Kb NH3=10-5
10
6 Berapa pH larutan natrium asetat 0,1 M jika Ka asam asetat = 1,8 . 10-10.. 10 7 Bila 50 mL larutan CH3COOH 0,2 M direaksikan dengan 100 mL larutan
NaOH 0,1M, Ka CH3COOH = 10−5, maka pH campuran larutan tersebut adalah ...
10
8 Diketahui garam-garam sebagai berikut. i. Na2CO3
ii. NH4NO3 iii. BaSO4 iv. NH4Cl
Tentukan sifat garam tersebut…
10
9 Tentukan nilai pH Ca(CH3COO)2 0,1 M. Ka CH3COOH: 1,0 x 10-5 adalah..
10
10 Tentukan pH larutan dari 100 mL asam sulfat 0,4 M dan 400 mL larutan amonia 0,2 M jika diketahui Kb : 10-5
10
Demak, Oktober 2011
Mengetahui,
Guru Kimia Praktikan
Muhamad Shofi, S.Pd Dwi Purwanto NIM. 063711022
64
SILABUS
Satuan Pendidikan : MA Roudlotul Ulum
Kelas/Semester : XI/II
Mata Pelajaran : Kimia
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.
Kompetensi
Dasar
Materi Pokok/
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator Penilaian Alokasi
Waktu
(menit)
Sumber
belajar Teknik Bentuk
Instrumen
1. Menjelaskan
perubahan
harga pH pada
titrasi garam
untuk
menjelaskan
Hidrolisis
2. Menentukan
jenis garam
yang
mengalami
hidrolisis dalam
air dan pH
larutan garam
tersebut.
Sifat larutan
garam dan
konsep
hidrolisis
Menghitung pH
larutan garam
Mengidentifikasi
tujuan, manfaat
dan dasar-dasar
hidrolisis garam
Mengidentifikasi
sifat larutan
garam melalui
percobaan
Mengidentifikasi
pH larutan
garam
Menentukan pH
pada larutan
garam
Mendiskripsikan
tujuan, manfaat
dan macam
hidrolisis garam
Mendiskripsikan
berbagai sifat
garam dan
konsep
hidrolisis
Membedakan
pH larutan
garam
Menghitung pH
larutan garam
Tes
Tertulis
Tes
Tertulis
Praktikum
Laporan
Praktikum
Tes Tertulis
Kuis
2x45
2x45
Buku
paket
kimia,
Petunjuk
Praktikum
65
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dwi Purwanto
Tempat /Tanggal Lahir : Pati, 23 Desember 1987
NIM : 063711022
Alamat : Rejoagung 02/03 Trangkil Kabupaten Pati
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Jenjang Pendidikan Formal
1. Taman Kanak-kanak Minhajul Huda Kec.Trangkil Kab.Pati Lulus Tahun
1994
2. SDN 02 Rejoagung Kec.Trangkil Kab.Pati Lulus Tahun 2000
3. Madrasah Ibtida’iyyah Raudlatul Athfal Kec.Trangkil Kab.Pati Lulus
Tahun 2000
4. Madrasah Tsanawiyyah Raudlatul Ulum Kec.Trangkil Kab.Pati Lulus
Tahun 2003
5. Madrasah Aliyah Raudlatul Ulum Kec.Trangkil Kab.Pati Lulus Tahun
2006
6. Masuk Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Tahun 2006
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya dan semoga
dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, 29 Desember 2010
Penulis
Dwi Purwanto
063711022