penerapan klausula eksonerasi terhadap jasa laundry perspektif fiqh muamalah...

84
PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH (Studi Kasus Kelurahan Dasan Agung Mataram) Oleh: Santi NIM. 152141075 JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM MATARAM 2019

Upload: others

Post on 02-Jan-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH

(Studi Kasus Kelurahan Dasan Agung Mataram)

Oleh:

Santi NIM. 152141075

JURUSAN MUAMALAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM

2019

Page 2: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH

(Studi Kasus Kelurahan Dasan Agung Mataram)

Skripsi diajukan kepada Universitas Islam Negeri

Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum

Oleh:

Santi

NIM. 152141075

JURUSAN MUAMALAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM

2019

Page 3: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075 dengan judul, “Penerapan Klausula

Eksonerasi Terhadap Jasa Laundry Perspektif Fiqh Muamalah (Studi Kasus

Kelurahan Dasan Agung Mataram)” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk

dimunaqasyahkan.

Disetujui pada tanggal, 03 Januari 2019

Pembimbing I

Drs. H. M. Fachrir Rahman, MA. NIP: 195605021983031004

Pembimbing II

Saprudin, M.Si. NIP: 197812312006041003

Page 4: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

iv

Nota Dinas Pembimbing

Mataram, 04 Januari 2019

Hal: Munaqasyah Skripsi

Yang Terhormat

Rector UIN Mataram

di Mataram

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan

koreksi maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama Mahasiswa : Santi

Nim : 152141075

Jurusan/Prodii : Muamalah

Judul :Penerapan Klausula Eksonerasi Terhadap Jasa Laundry Perspektif Fiqih Muamalah (Studi Kasus Kelurahan Dasan Agung Mataram)

Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam siding munaqasyah skripsi

Fakultas Syariah UIN Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar skripsi ini

dapat segera dimunaqosyahkan.

Wassalamu‟alaikum, Wr. Wb

Pembimbing I

Drs. H. M. Fachrir Rahman, MA. NIP: 195605021983031004

Pembimbing II

Saprudin, M.Si. NIP: 197812312006041003

Page 5: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

vi

PENGESAHAN

kripsi oleh: Santi, NIM: 152141075 dengan judul “Penerapan Klausula Eksonerasi

terhadap Jasa Laundry Perspektif Fiqh Muamalah (Studi Kasus Kelurahan Dasan

Agung Mataram)” telah dipertahankan di depan dewan penguji Jurusan Muamalah

Fakultas Syariah UIN Mataram pada tanggal 10 Januari 2019.

Dewan Penguji

Drs. H. M. Fachrir Rahman, MA. (Ketua Sidang/Pemb. I) Saprudin, M.Si. (Sekretaris Sidang/Pemb II) Drs. Moh. Tamimi, MA. (Penguji I) H. M. Taufiq, Lc., M.HI. (Penguji II)

Mengetahui, Dekan Fakultas Syariah

Dr. H. Musawar, M.Ag. NIP. 196912311998031008

Page 6: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

vii

MOTTO

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak

menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia

supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran

yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi

Maha melihat”. (QS. An-Nisaa : 58)

Page 7: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

viii

PERSEMBAHAN

“Kupersembahkan skripsi ini untuk Allahku, bapakku (Idrus)

dan ibunda ku (Faridah) tercinta yang tak pernah lelah

membesarkan dan mendidikku dengan penuh kasih sayang,

serta memberi dukungan, perjuangan, motivasi dan

pengorbanan dalam hidup ini, Nenekku tercinta (Siti Hawa)

yang selalu memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat

dan kasih sayang serta pengorbanan dalam hidup ini, Untuk

semangat hidupku, adik-adikku tersayang (Igonsyah, Rohana,

Dinda Gusti Aisyah, dan Nur Alisah), Keluarga besarku,

Teman-teman MUA/C angkatan 2014, Kepada sahabat-

sahabatku Irma Istihara Zain, Cecy Alfiyani, Laenia Mar‟atul

Hasanah, Marisa Sansao, Syahrina, dan yang lain yang tidak

bisa ku sebut satu persatu terima kasih sudah membantu,

mensuport, dan mendokan sehingga skripsi ini bisa

terselesaikan, dan pada almamater tercinta UIN Mataram”.

Page 8: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

Nabi kita Muhammad SAW. juga kepada keluraga, sahabat, dan semua pengikutnya.

Aamiin.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak dapat terwujud

tanpa bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan

segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. H. M. Fachrir Rahman, M.A. Sebagai Pembimbing I dan Saprudin, M.Si

sebagai Pembimbing II yang selalu sabar memberikan bimbingan, arahan dan

motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini;

2. Drs. H. Moh. Tamimi, MA. sebagai penguji I dan H. M. Taufiq, Lc., M.HI.

sebagai penguji II yang telah memberikan saran konstruktif bagi penyemprnaan

skripsi ini;

3. Saprudin, M.Si selaku Ketua Jurusan Muamalah;

4. Dr. H. Musawar, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri

Mataram;

5. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri Mataram;

6. Guru besar dan seluruh dosen UIN Mataram yang telah memberikan banyak ilmu dan

wawasan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Page 9: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

x

7. Kedua orang tuaku, bapak Idrus dan ibundaku Faridah yang telah memberikan

doa, cinta dan kasih sayang, semangat batin dan fisik, banyak memberikan

motivasi, sumbangan moril dan materiil selama sekolah hingga perkuliahan

berlangsung pada saat ini.

8. Segenap keluargaku yang telah mendukung terselesainya skripsi ini baik moril

maupun spiritual.

9. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu.

Demikian sekilas kata pengantar dari penulis. Penulis menyadari bahwa dalam

skripsi ini masih terdapat kekurangan. Akhirnya, hanya kepada Allah segala kebaikan

dikembalikan, karena dialah yang Maha Luas ilmu-Nya lagi Maha sempurna. Semoga

skripsi inisenantiasa bermanfaat bagi para pembaca, Aamiin

Mataram, 10 Januari 2019

Penulis,

Santi 152141075

Page 10: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................................... iii

NOTA DINAS PEMBIMBING ............................................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................ v

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ................................................................... vi

HALAMAN MOTTO ............................................................................................vii

HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................ viii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ix

ABSTRAK ............................................................................................................... x

DAFTAR ISI ........................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Konteks Penelitian ............................................................................ 1

B. Fokus Kajian ..................................................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 6

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian .............................................. 7

E. Telaah Pustaka .................................................................................. 8

F. Kerangka Teori................................................................................. 13

G. Metode Penelitian............................................................................. 36

H. Sistematika Pembahasan .................................................................. 41

BAB II PRAKTIK PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI DI

KELURAHAN DASAN AGUNG MATARAM ............................... 43

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................................... 43

Page 11: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

xii

1. Letak Geografis ........................................................................ 43

2. Kependudukan .......................................................................... 44

3. Perangkat Kelurahan Dasan Agung .......................................... 44

4. Struktur Organisasi Kelurahan Dasan Agung Mataram ........... 45

B. Praktik Penerapan Klausula Eksonerasi terhadap Jasa Laundry

Kelurahan Dasan Agung Mataram ................................................. 46

BAB III ANALISIS PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI DI

JASA LAUNDRY KELURAHAN DASAN AGUNG

MATARAM PERSPEKTIF FIQIH MUAMALAH ...................... 52

A. Analisis Penerapan Klausula Eksonerasi terhadap Jasa

Laundry Kelurahan Dasan Agung Mataram ................................. 52

B. Tinjauan Fiqh Muamalah dalam Penerapan Klausula

Eksonerasi terhadap Jasa Laundry Kelurahan Dasan Agung

Mataram ........................................................................................ 56

BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 64

A. Kesimpulan ................................................................................... 64

B. Saran-saran .................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 67

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

iii

PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH

(Studi Kasus Kelurahan Dasan Agung Mataram)

Oleh Santi

NIM. 152141075

ABSTRAK

Perjanjian baku (klausula eksonerasi) adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh dua pihak di mana salah satu pihak menstandarkan klausul-klausulnya kepada pihak lain yang tidak mempunyai kebebasan untuk melakukan tawar-menawar dan tidak mempunyai pilihan kecuali menerimanya. Klausula eksonerasi termasuk ke dalam klausula yang sangat merugikan konsumen yang umumnya memiliki posisi lemah jika dibandingkan dengan pelaku usaha, karena beban yang seharusnya dipikul oleh pelaku usaha, karena beban yang seharusnya dipikul oleh pelaku usaha, dengan adanya klausula tersebut menjadi beban konsumen. Tujuan dari penelitian ini ialah; (1) Mengetahui penerapan klausula eksonerasi terhadap jasa Laundry Kelurahan Dasan Agung Mataram. (2) Mengetahui analisis fiqh muamalah tentang klausula eksonerasi dalam jasa Laundry Kelurahan Dasan Agung Mataram.

Metode penelitian yang digunakan ialah empiris dengan pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang telah diamati. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ialah primer, yaitu informan dan responden. Sekunder, yaitu buku, jurnal dan skripsi. Selanjutnya, prosedur pengumpulan data yang digunakan ialah observasi dan wawancara.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1. Penerapan klausula eksonerasi terhadap jasa Laundry Kelurahan Dasan Agung Mataram, dilakukan oleh pelaku usaha Laundry secara tertulis dalam nota pembayaran kepada konsumen. Tentu hal tersebut menimbulkan kerugian sepihak yaitu hanya pada pihak kosnumen saja. Berkaitan dengan hal tersebut maka jelas telah melanggar konsep UUPK serta konsumen yang ingin melakukan complain tidak diterima dikarenakan klausula-klausula yang telah di buat oleh pelaku usaha bersifat mutlak dan tidak bisa dirubah. 2. Penerapan klausula eksonerasi berdasarkan konsep fiqh muamalah harus mempertimbangkan adanya kebebasan berkontrak yang mengutamakan adanya kerelaan kepada para pihak khususnya konsumen. Selain itu, terdapat pula hak khiyar yang dengannya apabila hak khiyar diterapkan dengan benar dan adil, maka tidak mungkin akan adanya kerugian di satu pihak saja. Karena konsep penerapan klausula baku ini adanya pengalihan ganti kerugian kepada satu pihak saja dan pengalihan tanggung jawab kepada konsumen, sehingga jelas hal tersebut dianggap tidak sah dan tidak di perbolehkan dalam konsep syariat Islam.

Kata Kunci: Akad, Klausula Eksonerasi, Laundry

Page 13: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Islam adalah agama yang komperehensip (rahmatan li al-„alamin) yang

mengatur semua aspek kehidupan manusia yang telah disampaikan oleh

Rasulullah, Muhammad saw. salah satu bidang yang diatur adalah masalah

muamalah. Sehingga Islam memberikan warna pada setiap dimensi kehidupan

manusia, tak terkecuali pada dunia ekonomi, bisnis dan masalah sosial. Sistem

Islam ini mencoba mendialektikan nilai-nilai ekonomi dengan nilai-nilai akidah

atau etika.1

Manusia sebagai objek sasaran dan makhluk sosial (zoon politicon) di

mana mereka saling membutuhkan satu sama lain. Sehingga tidak menutup

kemungkinan akan adanya hubungan dan interaksi yang nantinya menimbulkan

hak dan kewajiban antara mereka. Hak dan kewajiban timbul dikarenakan kedua

belah pihak membuat kesepakatan dalam rangka memenuhi kebutuhannya, hal

ini lazim disebut dengan proses berakad atau melakukan kontrak.2Kontrak atau

perikatan dalam Islam disebut dengan “akad”. Kata akad berasal dari kata al-

„aqd, yang berarti mengikat, menyambung atau menghubungkan (ar-rabt).3Akad

1 Ismail Nawawi, Fiqih Muamalah Klasik dan Kontemporer(Bogor: Ghalia Indonesia, 2012),

h. 10. 2 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqih Muamalah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008). h.

47. 3 Syamsul Anwar, Hukum Perjanjiaan Syariah (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 68.

Page 14: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

2

memfasilitasi setiap orang dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingannya yang

tidak dapat dipenuhinya sendiri tanpa bantuan dari jasa orang lain.4

Dalam Hukum Islam terdapat beberapa syarat sahnya suatu perjanjian

atau akad, yaitu dalam perjanjian yang diadakan oleh para pihak haruslah

didasarkan pada kesepakatan kedua belah pihak, yaitu masing-masing rela atas

isi perjanjian (akad) tersebut. Dengan kata lain perjanjian (akad) harus

merupakan kehendak bebas masing-masing pihak, tidak boleh ada paksaan dari

pihak yang satu kepada pihak lain. Perjanjian yang dilakukan oleh kedua belah

pihak tidak boleh bertentangan dengan hukum syara‟ sebab perjanjian yang

bertentangan dengan hukum syara‟ adalah tidak sah.5

Oleh karena itu ketika para pihak melakukan kesepakatan dalam akad

(perjanjian) hendaknya memperhatikan tentang apa yang menjadi isi perjanjian,

tujuan diadakannya perjanjian sehingga tidak menimbulkan kesalah pahaman dan

kelalaian dalam tanggung jawab yang diberikan oleh pelaku usaha.

Terkait dengan hal tersebut, maka dengan berkembangnya teknologi dan

informasi menjadikan kebutuhan masyarakat semakin mengalami peningkatan

dan bahkan beraneka ragam. Hal ini mendorong pelaku usaha lebih

meningkatkan pelayanan dan kualitas pemasarannya. Konsumen dalam hal ini

tentu menjadi objek dari aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesar-

4Ibid., h. 1. 5Jauhari Kustianah, “Pencantuman Klausula Eksonerasi dalam Perjanjian Jual Beli Perspektif

Hukum Islam dan Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Studi Kasus di Jembatan Baru Supermarket Cab. Dasan Agung Mataram”, (Skripsi, FSEI IAIN Mataram, Mataram, 2014), h. 2.

Page 15: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

3

besarnya dan sebanyak-banyaknya melalui promosi serta cara penjualan

menggunakan perjanjian standar yang merugikan konsumen. Perjanjian standar

merupakan perjanjian yang telah dibakukan oleh salah satu pihak yang memiliki

kekuasaan lebih tinggi, perjanjian standar yang telah dibakukan dapat dituangkan

dalam bentuk dokumen perjanjian atau dalam bentuk persyaratan-persyaratan.

Adapun perjanjian standar yang merugikan konsumen tersebut adalah

pencantuman klausula eksonerasi atau perjanjian baku dalam jual beli.6

Terkait dengan klausula eksonerasi dalam Undang-Undang No. 8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen masih belum dapat dilihat secara

signifikan. Pembentuk Undang-Undang sendiri tidak memberikan definisi

mengenai klausula eksonerasi. Sehingga untuk membedakan kedua istilah baku

dan eksonerasi sebagai berikut. Perjanjian yang mengandung syarat-syarat baku

adalah meniadakan pembicaraan terlebih dahulu dari isi suatu perjanjian,

sedangkan dalam perjanjian dengan syarat-syarat eksonerasi adalah

menghilangkan tanggung jawab seseorang atas suatu akibat dari persetujuan.7

Salah satu contoh yang masih terlihat jelas banyak terjadi pelanggaran

terkait dengan penerapan klausula baku berklausula eksonerasi, yaitu adanya

syarat-syarat mengecualikan tanggung jawab, yaitu jasa laundry yang

mengabaikan pelayanan dan hak-hak konsumen. Jasa laundry sering melakukan

kelalaian berupa cacat pada pakaian yang dikerjakan seperti pakaian yang rusak,

6C.S.T Kansil dan Christine, Kitab Undang-Undang Hukum Perusahaan Jilid I (Jakarta: PT.

Pradnya Paramita, 2003), h. 311. 7Az. Nasution, Hukum Perlindunagn Konsumen (Jakarta: Diadit Media, 2001), h. 94.

Page 16: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

4

pudar warna pakaian, kelunturan, tertukar dengan konsumen yang lain, bahkan

hilang.8

Pelaku usaha Laundry lazimnya mencantumkan perjanjian sebagai upaya

dalam menghilangkan tanggung jawabnya kepada konsumen.Klausula eksonerasi

ini banyak digunakan dalam setiap perjanjian yang bersifat sepihak, salah

satunya adalah jasa Lundry. Perjanjian sepihak atau klausula eksonerasi yang

terdapat dalam jasa Laundry dapat terlihat dalam kuitansi Laundry tersebut, yang

menyatakan:

1. Luntur, kusut dan rusak karena lapuk diluar tanggung jawab kami;

2. Barang yang rusak dan hilang karena kesalahan kami akan kami ganti

maksimal 10x ongkos cuci;

3. Kami tidak bertanggung jawab atas kehilangan/kerusakan barang yang tidak

diambil lebih dari 30 hari;

4. Claim berlaku maksimal 12 jam setelah barang diambil;

5. Apabila tidak dikomplain pada saat transaksi maka semua persyaratan di atas

telah disetujui.9

Perjanjian eksonerasi yang terdapat dalam Laundry tersebut membuat

konsumen tidak mempunyai banyak pilihan, sehingga konsumen terpaksa

menerima segala ketentuan yang ada. Dari segi isinya, pada kontrak

standar/klausula baku (eksonerasi) memungkinkan terjadi ketidak seimbangan

8Observasi di beberapa Laundry Kelurahan Dasan Agung Mataram, Mataram, 02 Mei 2018. 9 Dokumentasi Nota Laundry Rumah Binatu Khumara, Dasan Agung, di ambil pada 17

Oktober 2017.

Page 17: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

5

hak dan kewajiban antara pelaku usaha dan konsumen. Artinya, pihak pelaku

usaha akan cenderung melindungi kepentingannya sedemikian rupa sehingga

jauh dari risiko. Begitupula sebaliknya, konsumen dalam klausula eksonerasi

selalu diposisikan sebagai pihak yang lemah. Kekhawatiran tersebut selama ini

telah banyak terjadi dalam dunia ekonomi/bisnis yang disebabkan praktiknya

jauh dari tuntunan nilai-nilai syariat.

Berdasarkan permasalahan di atas kenyataannya konsumen mempunyai

daya tawar jauh dibawah pelaku usaha. Di Indonesia, insiden merugikan yang

dialami konsumen sudah biasa terjadi ketika menggunakan suatu jasa, sedangkan

pelaku usaha lepas tangan seandainya pelayanan jasa yang diberikan tidak sesuai

dengan apa yang diharapkan oleh konsumen. Hal ini juga terjadi di pelayanan

jasa laundry yang ada di Dasan Agung Mataram.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah di paparkan, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian skripsi dengan judul “Penerapan Klausula

Eksonerasi Terhadap Jasa Laundry Perspektif Fiqih Muamalah (Studi

Kasus Kelurahan Dasan Agung Mataram).”

Page 18: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

6

B. Fokus Kajian

Berdasarkan konteks penlitian di atas, maka fokus kajian dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan klausula eksonerasi terhadap jasa laundry di

Kelurahan Dasan Agung Mataram?

2. Bagaimana analisis fiqih muamalah terhadap klausula eksonerasi dalam jasa

Laundry di Kelurahan Dasan Agung Mataram?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus kajianyang telah disebutkan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui penerapan klausula eksonerasi terhadap jasa laundry

Kelurahan Dasan Agung Mataram.

b. Untuk mengetahui analisis fiqih muamalah tentang klausula eksonerasi

dalam jasa laundry Kelurahan Dasan Agung Mataram.

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini maka manfaat yang dapat di angkat

ialah dalam aspek:

a. Manfaat secara teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah khazanah keilmuan

dalam disiplin pengetahuan fiqh muamalah khususnya pembahasan terkait

Page 19: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

7

dengan perjanjian (akad) dalam klausula eksonerasi yang diterapkan oleh

jasa laundry.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini memiliki manfaat secara praktis dalam kehidupan

masyarakat yang memiliki peran secara kongkret ialah:

1) Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan bisa menjadi pedoman dalam

melakukan penelitian dimasa yang akan datang terutama pada

masyarakat dengan tema yang sama.

2) Bagi pelaku usaha laundry penelitian ini berguna bagi pengembangan

khasanah dan pendalaman ilmu pengetahuan hukum terutama

mengenai standar perjanjian yang mengandung klausula eksonerasi

sehingga pelaku usaha laundry tidak melepaskan tanggung jawabnya

terhadap konsumen.

3) Masyarakat atau konsumen penelitian ini menjadi edukasi agar

nantinya dalam melakukan perjanjian (akad) harus lebih

memperhatikan dampak positif ataupun negatif yang terjadi di

kemudian hari agar tidak menimbulkan kerugian di salah satu pihak.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

1. Ruang Lingkup

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih

banyak keterbatasan, baik itu dari aspek ilmu pengetahuan, referensi, ruang

dan waktu, serta tenaga untuk bisa melaksanakan penelitian dengan baik dan

Page 20: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

8

benar. Oleh karena itu, dirasakan perlu untuk membatasi ruang lingkup

penelitian.

Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu hanya

terbatas dan terfokus pada bagaimana penerapan klausula eksonerasai

terhadap jasa laundry dalam perspektif fiqih muamalah.

2. Setting Penelitian

Peneliti mengambil lokasi dalam penelitian ini adalah di laundry

Kelurahan Dasan Agung Mataram. Alasan peneliti mengambil lokasi

penelitian ini dikarenakan menjamurnya usaha laundry di Dasan Agung.

E. Telaah Pustaka

Penelitian ini menggunakan telaah pustaka ke dalam judul penelitian

terdahulu yang relevan, yaitu:

1. Skripsi karya Alfan Fairuz Syifa‟, dengan judul “Perlindungan Konsumen

Terhadap Klausula Eksonerasi Dalam Perjanjian Baku Jasa Laundry di

Papringan, Sleman Yogyakarta”.10 Dalam skripsi ini, fokus kajian yang

dibahas tentang perlindungan konsumen dan penerapan klausula eksonerasi

dalam perjanjian baku jasa laundry di Papringan Sleman Yogyakarta.

Berdasarkan fokus kajian yang diangkat oleh peneliti dalam skripsi terdahulu,

maka kesimpulannya ialah:

10Alfan Fairuz Syifa‟, “Perlindungan Konsumen Terhadap Klausula Eksonerasi dalam

Perjanjian Baku Jasa Lundry di Papringan Sleman Yogyakarta”, (Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2016).

Page 21: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

9

a. Dalam nota jasa laundry di Papringan Sleman Yogyakarta berisi

perjanjian baku yang mengandung klausula eksonerasi. Dalam

penerapannya setidaknya terdapat 4 (empat) bentuk klausula eksonerasi,

yaitu:

1) Penyusutan pakaian, kelunturan, atau hilangnya barang ketika proses

pencucian bukan sepenuhnya tanggung jawab pihak laundry;

2) Pihak pelaku usaha laundry melakukan ganti rugi kepada konsumen

jika terjadi murni kesalahan dari pihak laundry sebagai bentuk

tanggung jawab dengan penggantian rata-rata 5-10 kali dari biaya

pencucian di nota laundry konsumen;

3) Pelaku usaha laundry tidak bertanggungjawab atas risiko dari

barang/pakaian karena suatu hal yang luar biasa dan tidak diperkirakan

sebelumnya;

4) Pelaku usaha laundry tidak bertanggungjawab atas segala keluhan dan

permintaan ganti rugi setelah meninggalkan outlet laundry.

b. Perjanjian baku yang tercantum dalam nota pembayaran laundry di

Papringan Sleman Yogyakarta mengandung klausula eksonerasi, isinya

bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen.

Penelitian Alfan Fairuz Syifa‟ dengan penelitian yang diteliti ini tentu

memiliki persamaan dan perbedaan. Adapun Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti yaitu penelitian Alfan

Page 22: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

10

Fairuz Syifa‟ membahas tentang perlindungan konsumen jasa laundry

terhadap klausula eksonerasi dalam perjanjian baku dari sudut pandang

hukum positif sedangkan penelitian yang akan peneliti teliti ini membahas

tentang penerapan klausula eksonerasi terhadap jasa laundry dari sudut

pandang hukum Islam khususnya fiqh muamalah. Sedangkan persamaan

dalam penelitian ini adalah sama-sama menerapkan klausula baku

(eksonerasi) pada jasa laundry.

2. Skripsi Mustika Andriani, dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Praktek Pelaku Usaha Jasa Laundry di Kelurahan Kekalik Jaya Kecamatan

Sekarbela Kota Mataram.”11 Dalam skripsi ini, fokus kajian yang dibahas

tentang praktik pelaku usaha jasa laundry dalam tinjauan hukum Islam.

Berdasarkan fokus kajian yang diangkat oleh peneliti dalam skripsi terdahulu,

maka kesimpulannya ialah:

a. Mengenai barang konsumen yang rusak atau hilang maka dari pelaku

usaha laundry memberikan ganti rugi baik secara penuh, setengah harga,

ganti sesuai dengan barang yang hilang, ganti dengan gratis 5 (lima) kali

cuci. Untuk penyelesaian permasalahan mengenai pakaian yang bau apek

dan setrika kurang rapi maka dari pelaku usaha jasa laundry meminta

kepada pelanggan untuk membawa kembali barangnya agar dijemur serta

11 Mustika Andriani, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Pelaku Usaha Jasa Laundry

di Kelurahan Kekalik Jaya Kecamatan Sekarbela Kota Mataram”, (Skripsi, Fakultas Syari‟ah dan Ekonomi Islam IAIN Mataram: 2014).

Page 23: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

11

diberi pewangi agar bau apeknya hilang serta disetrika ulang sampai rapi

hingga tidak ada keluhan lagi dari pelanggan.

b. Praktek pelaku usaha jasa laundry di Kelurahan Kekalik Jaya Kecamatan

Sekarbela Kota Mataram dalam menjalankan usahanya sudah memenuhi

ketentuan-ketentuan hukum Islam karena praktik pelaku usaha jasa

laundry jujur dalam menjalankan usahanya yaitu mereka mampu

memberikan alasan yang dapat diterima, menjelaskan keadaan yang

sebenarnya terkait dengan ketidak tepatan waktu, sehingga memberikan

rasa kepercayaan dan rasa nyaman bagi konsumennya. Selain itu, pelaku

usaha jasa laundry di Kelurahan Kekalik Jaya Kecamatan Sekarbela Kota

Mataram juga memiliki sifat amanah, Amanah dalam bertanggung jawab

atas kerusakan barang, ketidak tepatan waktu yang diperjanjikan, hasil

mencucinya yang bau apek atau kurang rapi, sehingga hubungan dengan

pengguna jasa (konsumen) mereka akan terus terjaga bahkan akan

bertambah.

Penelitian yang dilakukan oleh Mustika Andriani dengan penelitian

yang ini tentu memiliki perbedaan dan persamaan. Adapapun perbedaannya

yaitu, penelitian Mustika Andriani pembahasannya lebih fokus pada praktik

pelaku usaha jasa laundry. Sedangkan penelitian yang akan peneliti teliti ini

lebih fokus pada bagaimana penerapan klausula baku (eksonerasi). Sedangkan

persamaan dalam penelitian ini sama-sama memakai obyek jasa laundry.

Page 24: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

12

3. Skripsi karya Jauhari Kustianah, dengan judul “Pencantuman Klausula

Eksonerasi dalam Perjanjian Jual Beli dalam Perspektif Hukum Islam dan

Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.”12

Dalam skripsi ini, focus kajian yang dibahas tentang praktik pencantuman

klausula eksonerasi dalam perjanjian jual beli di Jembatan Baru Supermarket

Dasan Agung, penyelesaian tuntutan ganti rugi oleh Jembatan Baru

Supermarket kepada konsumen dan tinjauan hukum Islam serta Undang-

Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen terhadap

pencantuman klaususa eksonerasi di Jembatan Baru Supermarket Dasan

Agung. Berdasarkan focus kajian yang diangkat oleh peneliti dalam penelitian

terdahulu, maka kesimpulannya ialah:

a. Pada dasarnya praktik pencantuman klausula eksonerasi oleh Jembatan

Baru Supermarket berebentuk tertulis tidak secara lisan. Namu,

pencantuman klausula eksonerasi semacam ini tidak banyak diketahui

oleh konsumen sehingga hal tersebut hanya dapat menguntungkan pelaku

usaha saja.

b. Terkait dengan tuntutan ganti rugi oleh konsumen, sejauh ini Jembatan

Baru Supermarket belum pernah mengalami kasus terkait dengan tuntutan

ganti rugi, namun tidak dipungkiri terdapat beberapa konsumen yang

melakukan complain terhadap adanya klausula tersebut.

12Jauhari Kustianah, “Pencantuman Klausula Eksonerasi dalam Perjanjian Jual Beli Perspektif

Hukum Islam dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen”, (Skripsi, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Mataram: 2014).

Page 25: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

13

c. Pencantuman klausula eksonerasi berdasarkan konsep hukum Islam

dianggap tidak sah, dikarenakan pada perjanjian jual beli tersebut tidak

memenuhi syarat-syarat sahnya suatu akad (perjanjian) jual beli.

melainkan aakad yang digunakan dalam perjanjian tersebut menggunakan

perjanjian sepihak tanpa ada kesepakatan terlebih dahulu. Lain halnya

dengan konsep UUPK adanya klausula eksonerasi yang dilakukan oleh

pihak Jembatan Baru supermarket dapat dikaitkan dengan dua hal, yaitu

isi dan bentuk penulisannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Jauhari Kustianah dengan penelitian

yang ini tentu memiliki perbedaan dan persamaan. Adapun perbedaannya

yaitu, penelitian Jauhari Kustianah pembahasannya lebih fokus pada praktik

penerapan klausula eksonerasi di supermarket Dasan Agung Mataram,

bagaimana bentuk ganti rugi yang diberikan pelaku usaha serta, penerapan

klausula eksonerasi dari aspek hukum Islam dan Undang-undang. Sedangkan

penelitian yang akan peneliti teliti ini lebih fokus pada bagaimana penerapan

klausula baku (eksonerasi). Sedangkan persamaan dalam penelitian ini sama-

sama memakai obyek jasa laundry. Daerah dengan wilayahnya sama-sama di

daerah Dasan Agung Mataram.

F. Kerangka Teoritik

1. Perjanjian (Akad)

a. Pengertian Perjanjian (Akad) dalam Hukum Positif dan Hukum

Islam

Page 26: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

14

Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata, adalah

“suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan

dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.

Kata akad berasal dari bahasa Arab al-aqd yang secara etimologi

berarti perikatan, perjanjian, dan permufakatan (al-ittifaq). Secara

terminologi fiqih, akad didefinisikan dengan:

“Pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan kabul (pernyataan

penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh

kepada objek perikatan”.13

b. Asas Berakad dalam Islam

Ada tujuh asas berakad dalam Islam, yaitu asas kebebasan, asas

persamaan atau kesetaraan, asas keadilan, asas kerelaan, asas kejujuran

dan kebenaran, dan asas tertulis.

1) Asas Ilahiah

Setiap tingkah laku dan perbuatan manusia tidak akan luput dari

ketentuan Allah SWT. Seperti yang diseebutkan dalam Alquran:

“Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha

melihat apa yang kamu kerjakan”14

13 Abdul Rahman Ghazaly, dkk. Fiqh Muamalah (Jakarta: Prenadamedia Group, 2010), h. 50. 14 QS. al-Hadid [57]: 4.

Page 27: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

15

Kegiatan muamalah, termasuk perbuatan perikatan, tidak akan

pernah lepas dari nilai-nilai ketuhanan (ketauhidan). Dengan

demikian, manusia memiliki tanggung jawab akan hal ini.

Tanggung jawab kepada masyarakat, tanggung jawab kepada pihak

kedua, tanggung jawab kepada diri sendiri, dan tanggung jawab

kepada Allah SWT. Akibatnya, manusia tidak akan berbuat

sekehendak hatinya, karena segala perbuatannya akan mendapatkan

balasan dari Allah SWT.15

2) Asas Kebebasan (Al-Hurriyah)

Asas ini merupakan prinsip dasar dalam bermuamalah

(berakad). Pihak-pihak yang melakukan akad mempunyai

kebebasan untuk membuat perjanjian, baik dari segi objek

perjanjian maupun menentukan persyaratan-persyaratan lain,

termasuk mnetapkan cara-cara penyelesaian bila terjadi sengketa.

3) Asas Persamaan atau Kesetaraan (Al-Musawah)

Suatu perbuatan muamalah merupakan salah satu jalan untuk

memenuhi kebutuhan hidup manusia. Seringkali terjadi, bahwa

seseorang memiliki kelebihan dari yang lainnya. Hal ini

menunjukkan, bahwa di antara sesama manusia masing-masing

memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk itu, antara manusia satu

dan yang lain hendaknya saling melengkapi atas kekurangan yang

15 Gemala Dewi, dkk. Hukum Perikataan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2006), h. 31.

Page 28: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

16

lain dari kelebihan yang dimilikinya. Oleh karena itu, setiap

manusia memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan suatu

perikatan. Dalam melakukan perikatan ini, para pihak menentukan

hak dan kesetaraan ini. Tidak boleh ada suatu kezaliman yang

dilakukan dalam perikatan tersebut.

4) Asas Keadilan (Al-„Adalah)

Keadilan adalah tujuan yang hendak diwujudkan oleh semua

hukum. Keadilan merupakan sendi setiap perjanjian yang dibuat

oleh para pihak. Dalam hukum Islam kontemporer telah diterima

suatu asas bahwa demi keadilan syarat baku itu dapat diubah oleh

pengadilan apabila memang ada alasan untuk itu.16

5) Asas Kerelaan (Al-Ridha)

Segala transaksi yang dilakukan harus atas dasar suka sama

suka atau kerelaan antara masing-masing pihak, tidak boleh ada

tekanan, paksaan, penipuan, dan mis-statement. Jika hal ini tidak

terpenuhi, maka transaksi tersebut dilakukan dengan cara yang batil

(al-aqdu bil bathil). Berikut isi dari QS. an-Nisaa‟ (4): 29.

16 Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian…, h. 92.

Page 29: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

17

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”17

Ayat di atas menunjukkan, bahwa dalam melakukan suatu

perdagangan hendaklah atas dasar suka sama suka atau sukarela.

Tidaklah dibenarkan bahwa suatu perbuatan muamalah,

perdagangan misalnya, dilakukan dengan pemaksaan ataupun

penipuan. Jika hal ini terjadi, dapat membatalkanperbuatan tersebut.

unsure sukarela ini menunjukkan keikhlasan dan iktikad baik dari

para pihak.18

6) Asas Kejujuran dan Kebenaran (Ash-Shidq)

Kejujuran merupakan hal yang harus dilakukan oleh manusia

dalam segala bidang kehidupan, termasuk dalam pelaksanaan

muamalah. Jika kejujuran ini tidak diterapkan dalam perikatan,

maka akan merusak legalitas perikatan itu sendiri. Selain itu, jika

17QS. an-Nisaa [4]: 29. 18Mardani, Fiqih…, h. 97.

Page 30: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

18

terdapat ketidakjujuran dalam perikatan, akan menimbulkan

perselisihan di antara para pihak.19

7) Asas tertulis (Al-Kitabah)

Allah SWT menganjurkan kepada manusia hendaknya suatu

perikan dilakukan secara tertulis, dihadiri oleh saksi-saksi, dan

diberikan tanggung jawab individu yang melakukan perikatan, dan

yang menjadi saksi. Selain itu, dianjurkan pula bahwa apabila suatu

perikatan dilaksanakan tidak secara tunai, maka dapat dipegang

suatu benda sebagai jaminannya. Adanya tulisan, saksi, dan/atau

benda jaminan ini menjadi alat bukti atas terjadinya perikatan

tersebut.20

Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, bahwa akad

dilakukan berdasarkan asas sebagai berikut:

a) Ikhtiyari atau sukarela; setiap akad dilakukan atas kehendak

para pihak, terhindar dari keterpaksan karena tekanan salah satu

pihak atau pihak lain.

b) Amanah atau menepati janji. Setiap akad wajib dilaksanakan

oleh para pihak sesuai kesepakatan yang ditetapkan oleh yang

bersangkutan dan pada saat yang sama terhindar dari cedera

janji.

19Ibid. 20Ibid.

Page 31: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

19

c) Ikhtiyati atau kehati-hatian. Setiap akad dilakukan ddengan

pertimbangan yang matang dan dilakukan dengan tepat dan

cermat.

d) Luzum atau tidak berubah. Setiap akad dilakukan dengan tujuan

yang jelas dan perhitungan yang cermat, sehingga terhindar

dari spekulasi atau maisir.

e) Saling menguntungkan. Setiap akad dilakukan untuk memenuhi

kepentingan para pihak sehingga tercegah dari praktik

manipulasi dan merugikan salah satu pihak.

f) Taswiyah atau kesetaraan. Para pihak dalam setiap akad

memiliki kedudukan yang setara, dan mempunyai hak dan

kewajiban yang seimbang.

g) Transparansi. Setiap akad dilakukan dengan

pertanggungjawaban para pihak secara terbuka.

h) Kemampuan. Setiap akad dilakukan sesuai dengan kemampuan

para pihak, sehingga tidak menjadi beban yang berlebihan bagi

yang bersangkutan.

i) Taisir atau kemudahan. Setiap akad dilakukan dengan cara

saling member kemudahan kepada masing-masing pihak untuk

dapat melaksanakannya sesuai dengan kesepakatan.

Page 32: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

20

j) Itikad baik. Akad dilakukan dalam rangka mengakkan

kemaslahatan, tidak mengandung unsur jebakan dan perbuatan

buruk lainnya.

k) Sebab yang halal. Tidak bertentangan dengan hukum, tidak

dilarang oleh hukum dan tidak haram.

c. Sumber-sumber Hukum Perikatan Islam

Sumber hukum Islam berasal dari tiga sumber hukum, yaitu Al-

Qur‟an dan Hadits (sebagai dua sumber utama), serta ar-ra‟yu atau akal

pikiran manusia yang terhimpun dalam ijtihad. Hal ini berdasarka pada

hadis Mu‟az.21Bahwa sumber hukum Islam adalah Al-Qur‟an. Al-

Hadits, dan Ijtihad.

Dalam tulisan ini, diuraikan sumber Hukum Perikatan Islam berasal

dari Al-Qur‟an dan Al-Hadits.

1) Al-Qur‟an

a) QS. al-Baqarah (2): 188.

“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang

lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui”

21Gemala Dewi, dkk. Hukum Perikatan…, h. 38.

Page 33: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

21

b) QS. al-Maidah (5): 1

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.”

2) Hadits

“Allah SWT telah berfirman (dalam Hadits Qudsi-Nya), „Aku adalah yang ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah seorang di antaranya tidak berkhianat terhadap temannya. Apabila salah seorang di antara keduanya berkhianat, maka aku keluar dari perserikatan keduanya.”22 (HR. Abu Dawud dan Hakim).

2. Pengertian Klausula Baku (Klausula Eksonerasi)

Perjanjian baku adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh dua pihak

di mana salah satu pihak menstandarkan klausul-klausulnya kepada pihak

lain yang tidak mempunyai kebebasan untuk melakukan tawar-menawar dan

tidak mempunyai pilihan kecuali menerimanya.23 Sedangkan menurut Pasal

1 angka 10 Undang-Undang Perlindungan konsumen, pengertian klausula

baku yaitu:

22Gemala Dewi, dkk. Hukum Perikatan…, h. 41. 23Samsul Anwar, Hukum Perjanjian…,h. 318.

Page 34: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

22

“Setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen”.24

Sehubungan dengan perlindungan konsumen, yang perlu mendapat

perhatian utama dalam perjanjian baku adalah mengenai klausula eksonerasi.

Klausula eksonerasi yaitu klausula yang berisi pembebasan atau pembatasan

pertanggung jawaban dari pihak pelaku usaha yang lazimnya terdapatdalam

jenis perjanjian tersebut.

Klausula eksonerasi yang biasanya dimuat dalam perjanjian sebagai

klausula tambahan atas unsur esensial dari suatu perjanjian, pada umumnya

ditemukan dalam perjanjian baku. Klausula tersebut merupakan klausula

yang sangat merugikan konsumen yang umumnya memiliki posisi lemah

jika dibandingkan dengan pelaku usaha, karena beban yang seharusnya

dipikul oleh pelaku usaha, karena beban yang seharusnya dipikul oleh pelaku

usaha, dengan adanya klausula tersebut menjadi beban konsumen.

Klausula eksonerasi ini dapat terjadi atas kehendak satu pihak yang

dituangkan dalam perjanjian secara individual atau secara massal. Perjanjian

yang bersifat missal ini telah dipersiapkan terlebih dahulu dan diperbanyak

dalam bentuk formulir, yang dinamakan perjanjian baku. Uraian di atas

24Burhanuddin, Pemikiran Hukum …,h. 24.

Page 35: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

23

menunjukkan bahwa perjanjian baku adalah perjanjian yang didalamnya

dibakukan syarat eksonerasi dan dituangkan dalam bentuk formulir.25

Undang-undang perlindungan konsumen membuat sejumlah

larangan terkait penggunaan klausula baku (eksonerasi). Larangan ini

dimaksudkan untuk menempatkan kedudukan konsumen setara dengan

pelaku usaha berdasarkan asas kebebasan berkontrak (hurriyyah at-Ta‟aqud).

Kebebasan berkontrak untuk menentukan hak dan kewajiban dapat

dibenarkan dalam transaksi ekonomi/bisnis selama syarat-syarat yang

dikemukakannya tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syara‟.26

Pasal 18 UUPK membuat sejumlah larangan penggunaan klausula

baku dalam standar kontrak sebagaimana termuat dalam 4 (empat) ayat,

yaitu:

1. Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk dipedagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila: a. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha; b. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan

kembali barang yang dibeli konsumen; c. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan

kembali uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen;

d. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran;

25Putri Adekutajeng Jumsa, “Implementasi Pasal 18 Undang-undang Perlindungan Konsumen

tentang Klausula Eksonerasi di Kota Mataram” (Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Mataram, Mataram 2012), h. 30.

26Ibid.

Page 36: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

24

e. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;

f. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa;

g. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya;

2. Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti.

3. Setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan batal demi hukum.

4. Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan dengan undang-undang ini.27

Pasal 18 ayat 1 UUPK membatasi pelaku usaha dalam pencantuman

klausula baku yang mengarah kepada klausula eksonerasi. Artinya, klausula

baku adalah klausula yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha, tetapi isinya

tidak boleh mengarah pada klausula eksonerasi dalam perjanjian standar

antara pelaku usaha dan konsumen yaitu pembatasan dan penghapusan

tanggung jawab.

Dari ketentuan Pasal 18 UUPK di atas, larangan penggunaan

standar kontrak dikaitkan dengan dua hal, yaitu isi dan bentuk penulisannya.

Dari segi isinya, dilarang menggunakan standar kontrak yang memuat

klausula-klausula yang tidak adil. Sedangkan dari segi bentuk penulisannya,

klausula-klausula itu harus dituliskan dengan sederhana, jelas, dan terang

sehingga dapat dibaca dan dimengerti dengan baik oeh konsumen.

27Ibid., h. 25-27.

Page 37: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

25

Mengingat perjanjian baku, tetap mengikat para pihak dan pada

umumnya beban tanggung gugat para pihak adalah berat sebelah, maka

langkah yang harus dilakukan bukan melarang atau membatasi penggunaan

perjanjian baku melainkan melarang atau membatasi penggunaan klausula-

klausula tertentu dalam perjanjian tersebut.

Dari ketentuan pasal tersebut, larangan penggunaan kalusula baku

(eksonerasi) dikaitkan dengan dua hal, yaitu isi/materi dan bentuk

penulisannya. Dari segi materinya, pada saat pembuatan klausula baku

dilarang memuat ketentuan yang tidak adil, sehingga hanya menguntungkan

satu pihak dan merugikan pihak lain. Sedangkan dari segi penulisannya,

klausula itu harus dinyatakan secara jelas sehingga dapat dipahami oleh

konsumen.

Disamping itu, undang-undang tersebut juga mewajibkan pelaku

usaha untuk mengikuti ketentuan yang berlaku dalam menyusun klausula

baku (eksonerasi). Apabila dalam kenyataan pelaku usaha menyalahi

ketentuan yang berlaku, maka klausula baku dinyatakan batal demi hukum.

Artinya, klausula baku yang telah dibuat secara sepihak itu akan dianggap

tidak ada karena belum mempunyai kekuatan hukum. Berdasarkan asas

kebebasan berkontrak (hurriyyah at-Ta‟uqud), larangan tersebut

dimaksudkan untuk menempatkan kedudukan konsumen setara dengan

pelaku usaha agar tidak mengalami kerugian.

Page 38: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

26

3. Konsumen

a. Pengertian Konsumen

Konsumen adalah setiap orang, kelompok, atau badan hukum

pemakai suatu harta benda atau jasa karena ada hak yang sah, baik

dipakai untuk pemakaian akhir maupun proses produksi selanjutnya.28

Sedangkan menurut UU No. 8 Tahun 1999 tentang Hukum

Perlindungan Konsumen dalam Pasal 1 ayat (2) yakni: “Konsumen

adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,

maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.29

Berdasarkan pengertian di atas, subjek yang disebut konsumen

berarti setiap orang yang berstatus sebagai pengguna suatu produk

tertentu. Istilah “orang” sebagaimana dinyatakan, sebenarnya masih

menimbulkan pertanyaan apakah manusia dalam pengertian hakiki

(syakhshiyah thabi‟iyah) ataukah termasuk badan hukum (syakhshiyah

i‟tibariyah hukmiyah). Namun jika merujuk definisi konsumen menurut

undang-undang, istilah “orang” berarti manusia yang hakiki.

Dalam literatur ekonomi, secara umum dikenal dua macam

konsumen, yaitu:

28Ibid., h. 6. 29 Celina Tri Siwi, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), h. 27.

Page 39: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

27

1) Konsumen antara, yaitu konsumen yang menggunakan suatu

produk sebagai bagian dari proses produksi lainnya.

2) Konsumen akhir, yaitu pengguna atau pemanfaatan akhir dari suatu

produk.

Dari kedua pembagian tersebut, berarti istialah konsumen dapat

diartikan secara luas, yaitu semua pemakai maupun pengguna barang

dan/atau jasa untuk tujuan tertentu. Sedangkan menurut undang-undang

yang dimaksud konsumen adalah hanya pengguna terakhir (end user)

dari barang dan/atau jasa untuk memenuhi kebutuhan.30

b. Hak-Hak Konsumen

Menurut hukum Islam ada enam hak konsumen yang membutuhkan

perhatian serius dari pelaku usaha, yaitu;31

1) Hak untuk mendapatkan informasi yang benar, jujur, adil, dan

terhindar dari pemalsuan;

2) Hak untuk mendapatkan kemanan produk dan lingkungan sehat;

3) Hak untuk mendapatkan advokasi dan penyelesaian sengketa;

4) Hak untuk mendapatkan perlindungan dari penyalahgunaan

keadaan;

5) Hak untuk mendapatkan ganti rugi akibat negatif dari suatu produk;

30Burhanuddin, Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen…,h. 7. 31Muhammad & Alimin, Etika dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi

Islam(Yogyakarta: BPFE, 2004), h. 195.

Page 40: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

28

6) Hak untuk memilih dan memperoleh nilai tukar yang wajar.

Dalam hukum Islam, kerugian atau bahaya fisik yang diderita oleh

konsumen karena cacat produk atau penipuan adalah perbuatan yang

tidak dibenarkan, oleh karena itu pelaku usaha/produsen harus

bertanggung jawab atas perbuatannta itu. Tanggung jawab jika

dihubungkan dengan penyebab adanya ganti rugi (dhaman) dapat

dibedakan menjadi lima, yaitu:32

1) Ganti Rugi Karena Perusakan (Dhaman Itlaf) 2) Ganti Rugi Karena Transaksi (Dhaman „Aqdin) 3) Ganti Rugi Karena Perbuatan (Dhaman Wadh‟u Yadin) 4) Ganti Rugi Karena Penahanan (Dhaman al-Hailulah) 5) Ganti Rugi Karena Tipu Daya (Dhaman al-Maghrur)

Dhaman Itlaf adalah ganti rugi akibat dari perusakan barang. Ganti

rugi itlaf tidak hanya berhubungan dengan kerusakan harta benda saja,

tetapi juga menyangkut jiwa dan anggota tubuh manusia. Dhaman

„Aqdin adalah terjadinya suatu aqad atau transaksi sebagai penyebab

adanya ganti rugi atau tanggung jawab. Ganti rugi wadh‟u yadin adalah

ganti rugi akibat dari kerusakan barang yang masih berada di tangan

penjual apabila barang belum diserahkan dalam sebuah aqad yang sah

dang anti rugi karena perbuatan mengambil harta orang lain tanpa izin.

Dhaman al-hailulah adalah ganti rugi pada jasa penitipan barang (al-

wadi) jika terjadi kerusakan atau hilang, baik kerusakan atau hilangnya

32Ibid., h. 235-239.

Page 41: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

29

itu disebabkan karena kelalaian atau kesengajaan orang yang dititipi.

Dhaman al-maghrur adalah ganti rugi akibat tipu daya. Dhaman al-

maghrur sangat efektif diterapkan dalam perlindungan konsumen,

karena segala bentuk perbuatan yang dapat merugikan orang lain

pelakunya harus membayar ganti rugi sebagai akibat dari perbuatannya

itu.

4. Pelaku Usaha (Produsen)

Pengertian Pelaku Usaha diatur dalam pasal 1 angka 3 UU No. 8

Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen disebutkan bahwa pelaku

usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk

badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan

atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Republik Indonesia, baik

sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan

kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.33

Tercapainya kesepakatan (ijab qabul) diantara masing-masing pihak

dalam penyusunan kontrak (transaksi bisnis) adalah berlakunya hak dan

kewajiban (al-haqq wa al-iltizam). Hak dan kewajiban merupakan syarat

penyerta (asy-syurut al-muqtarinah bi al-„aqd) hasil kesepakatan yang wajib

dilaksanakan. Untuk mencapai kesepakatn diperlukan adanya perikatan

(akad) yang ketentuan rukun dan syaratnya bersumber dari syariat (syuruth

33 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum…, h. 41.

Page 42: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

30

asy syar‟i li al-‟aqd). Dalam hukum perlindungan konsumen, pelaku usaha

sebagai salah satu pihak yang terlibat dalam transaksi mempunyai hak

sebagai berikut:

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan

mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

b. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen

yang beritikad tidak baik;

c. Hak untuk melakukan pembeaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian

hukum sengketa konsumen;

d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa

kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.34

Disamping hak yang harus dilindungi, pelaku usaha juga mempunyai

kewajiban sebagai berikut:

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

34Burhanuddin, pemikiran hukum…, h. 11

Page 43: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

31

b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,

perbaikan, dan pemeliharaan;

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta

tidak diskriminatif;

d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau

jasa yang berlaku;

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau

mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau

garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;

f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian

akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa

yang diperdagangkan;

g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang

dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan

perjanjian.35

5. Barang dan/atau Jasa

Dalam kegiatan bisnis, sesuatu yang dijadikan sebagai objek

perikatan secara umum selalu terkait dengan pemenuhan barang dan/atau

jasa. Namun agar dapat menjadi objek perikatan, barang dan/atau jasa harus

35Ibid., h. 11-12.

Page 44: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

32

memenuhi syarat syar‟i untuk mencegah keharaman, baik ditinjau dari segi

zatnya maupun selain zatnya. Menurut tinjauan syariat, sesungguhnya yang

halal dan haram itu sudah jelas hukumnya, namun diantara keduanya masih

ada perkara meragukan (musytabihat) sehingga perlu dijauhi oleh konsumen

agar tidak terjerumus didalamnya. Adapun yang menjadi dasar hukum

pentingnya selalu memperhatikan aspek halal haram ketika mengkonsumsi

barang dan/atau jasa adalah sebagai berikut:

“Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya ada perkara yang musytabihat yang kebanyakan manusia tidak mengetahui. Karena itu barang siapa yang menjaga dirinya dari perkara syubhat, maka ia telah membersihkan agamanya dan kehormatannya. Namun barang siapa jatuh dalam perkara syubhat, maka ia jatuh dalam perkara yang haram”36 (HR. Bukhari-Muslim).

Dalam hukum perlindungan konsumen, yang dimaksud barang

adalah setiap benda baik berwujud maupun yang tidak berwujud, baik

bergerak maupun yang tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat

dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau

dimanfaatkan oleh konsumen. Sedangkan yang dimaksud jasa adalah setiap

layanan yang berbentuk pekerjaaan atau prestasi yang disediakan bagi

masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.37

36Ibid. 37Ibid., h. 14-15

Page 45: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

33

6. Sistem Kerja Laundry

a. Pengertian Laundry

Menurut Bagyono, laundry adalah bagian dari housekeeping yang bertanggung jawab atas pencucian, baik pencucian pakaian tamu (laundry, dry cleaning and pressing), seragam karyawan maupun linen-linen hotel (house laundry) dan pencucian pakaina datu linen dari luar hotel (outside laundry).

Menurut Agustinus Darsono, laundry adalah bagian hotel yang

bertanggung jawab terhadap pencucian, baik pencucian tamu, seragam

karyawan maupun linen hotel.

Sedangkan menurut Rumekso SE, laundry adalah seksi yang

bertanggung jawab atas semua cucian yang dikirim kepadanya.

Secara umum laundry adalah bagian yang bertanggung jawab atas

semua cucian yang diterima kepadanya, baik dari house laundry

maupun dari tamu atau guest laundry.38

b. Peralatan dan Perlengkapan yang Digunakan di Bagian Laundry

Semua peralatan dan perlengkapan yang ada di laundry mempuntai

peran yang sangat penting. Oleh sebab itu peralatan dan perlengkapan

yang ada di dalamnya yang dipergunakan setiap hari harus selalu

38https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.usu.ac.id/bitsre

am/handle/123456789/54562/Chapter%2520II.pdf%3Fsequence%3D3&VED=2ahUKEwiKj4GSjbrfAhVMQo8KHf4AAQAQjABegQIAhAB&usg=AOvVaw2qwVX81sQ-aB-W4M7glYX5, diambil tanggal 16 Desember 2018, pukul 12.00.

Page 46: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

34

diperhatikan dan dirawat agar tiak mudah rusak. Adapun alat dan

perlengkapan tersebut, yaitu:39

1) Marking Machine adalah mesin pemberi tanda pada semua cucian

sebelum dicuci.

2) Washing machine adalah mesin untuk mencuci semua cucian, baik

mesin untuk keperluan house laundy ataupun mesin untuk pakaian

tamu (guest laundry).

3) Extractor adalah mesin pemeras cucian sehabis dicuci.

4) Drying tumbler adalah mesin pengering cucian sehabis diperas.

5) Pressing machine adalah mesin setrika.

6) Dry cleaning machine adalah mesin yang hanya mencuci pakaian

yang tidak dapat dicuci dengan air. Seperti wol, sutera, saten dan

nylon.

7) Spot removing table adalah meja untuk melakukan spoting atau

membersihkan noda-noda pada cucian di bagian kerah, lengan,

saku, ketiak serta bagian-bagian lainnya.

39Ibid, h. 8.

Page 47: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

35

c. Siklus Pencucian

Menurut Bagyono, proses pencucian mempunyai 9 langkah,

yaitu:40

1) Flash, merupakan langkah pertama yaitu mengeluarkan dan mneghilangkan kotoran yang larut dalam air agar dapat mengurangi beban kotoran untuk langkah pencucian berikutnya.

2) Break, pada tahap ini produk pelarut beralkalin tnggi ditambahkan untuk melarutkan kotoran.

3) Suds, ini merupakan siklus pencucian yang sebenarnya, dimana deterjen ditambahkan.

4) Carryover suds, tahap ini dinamakan dengan pembilasan menengah. Langkah pembilasan ini merupakan proses menghilangkan kotoran dan kandungan alkalin untuk membantu pemutih bekerja lebih aktif.

5) Bleach, merupakan tahap untuk menggunakan dan menambahkan pemutih sebagai pembunuh bakteri, memutihkan kain, atau menghilangkan noda.

6) Rinse, merupakan tahap pembilasan yang ke dua kalinya atau bahkan lebih, dimana pembilasan ini digunakan untuk menghilangkan deterjen dan kotoran dari linen.

7) Intermediate extract, tahap ini menyertai pembilasan pertama. Dalam hal ini perlu pemutaran dengan kecepatan tinggi untuk menghilangkan deterjen dan kotoran dari linen.

8) Asam atau softener atau kanji atau sizing, tahap ini merupakan tahap penambahan softener dan asam pada kain tertentu. Kenji ditambahkan untuk membuat kain katun kaku, kemudian sizing ditambahkan untuk campuran polyster.

9) Extract, merupakan tahap pemutaran dengan menggunakan kecepatan tinggi untuk menghilangkan kadar air dan menambah kelembutan dari linen. Lama putaran tergantung pada jenis kain, kapasitas, dan kecepatan extractor.

40https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.nscpolteksby.a

c.id/110/5/5%2520Bab%2520II.pdf&ved=2ahUKEwjC1ZkbrfAhVJso8KHbCCI0QFjADegQIChAB&usg=AOvVaw1FVmKncJFo4ntqrWJ1MRI- , diambil tanggal 12 Desember 2018, pukul 11.00.

Page 48: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

36

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Sebagai upaya dalam memperoleh data dan pengetahuan mengenai

Penerapan Klausula Eksonerasi terhadap Jasa Laundry Perspektif Fiqh

Muamalah Studi Kasus di Kelurahan Dasan Agung, maka dalam hal ini

pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang telah diamati.41

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti di sini berperan untuk mengumpulkan data. Oleh

karena itu, peneliti berusaha secara langsung untuk dapat melibatkan diri

dalam kehidupan obyek penelitian. Dalam hal ini, kehadiran peneliti di

lapangan bukan bertujuan untuk memberikan nilai, mempengaruhi subyek

penelitian atau manipulasi data dan informasi, tetapi lebih pada usaha untuk

mengetahui secara langsung tentang Penerapan Klausula Eksonerasi

Terhadap Jasa Laundry Perspektif Fiqih Muamalah di Kelurahan Dasan

Agung Mataram, sehingga penelitian ini bersifat non partisipatoris.

41 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi (Jakarta: PT.

Bumi Aksara, 2006), h. 92.

Page 49: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

37

3. Lokasi Penelitian

Terkait dengan lokasi penelitian, maka penelitian ini dilakukan di

daerah Kota Mataram Kelurahan Dasan Agung. Adapun pertimbangan

mengambil lokasi tersebut dikarenakan, lokasi tersebut memiliki fokus yang

sangat mudah di jangkau oleh peneliti. Serta memiliki permasalahn sosial

yang terkait dengan penelitian peneliti.

4. Sumber Data

Adapun sumber data yang peneliti gunakan, ialah:

a. Sumber data primer, merupakan data utama yang diperlukan dalam

penelitian ini. Yaitu data yang diperoleh langsung dilapangan, meliputi

data dan informasi melalui wawancara yang dilakukan terhadap pihak

jasa laundry dan pengguna jasa laundry yaitu konsumen.

b. Sumber data sekunder, merupakan data yang diperoleh secara tidak

langsung atau data yang diperoleh dari sumber-sumber yang sudah

ada. Dalam penelitian ini yang dijadikan data sekunder oleh penulis

adalah berbagai data tertulis atau dokumentasi baik dalam bentuk

gambar/foto, hasil belajar, buku-buku, literatur lainnya yang

berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.

5. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti

tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Page 50: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

38

Dalam penelitian ini, data adalah bahan keterangan suatu objek

penelitian yang diperoleh di lokasi penelitian dengan teknik yang digunakan

dalam pengumpulan data-data yang dibutuhkan adalah:

a. Metode Interview (Wawancara)

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dimana

pewancara (peneliti atau yang diberi tugas melakukan pengumpulan

data) dalam mengumpulkan data mengajukan suatu pertanyaan kepada

yang diwawancarai.42

Adapaun pihak-pihak yang diwawancarai dalam melakukan

penelitian ini adalah pihak jasa laundry (pemilik landry dan pegawai-

pegawainya). Serta konsumen pengguna jasa laundry di Kelurahan

Dasan Agung Mataram.

b. Metode Observasi

Metode adalah cara atau prosedur yang dipergunakan untuk

memecahkan masalah penelitian. Sedangkan observasi adalah salah

satu teknik pengumpulan data dengan mengamati dan mencatat secara

sistematik akan fenomena yang diteliti.43 “Observasi merupakan cara

yang penting untuk mendapatkan informasi yang pasti tentang orang,

42 Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen (Bandung: Alfabeta, 2014), h.224. 43 M. Amin Abdullah, Metodologi Penelitian Agama pendekatan Multidisipliner (Yogyakarta:

Kurnia Kalam Semesta, 2006), h. 205.

Page 51: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

39

karena apa yang dikatakan orang belum tentu sama dengan apa yang

dikerjakan”.44

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.45

Sedangkan dalam penelitian ini sendiri, peneliti menggunakan analisis

data berupa analisis deduktif. Dimana analisis deduktif yaitu berangkat dari

kata-kata yang bersifat umum selanjutnya ditarik kesimpulan yang berlaku

khusus. Di mana peneliti akan menyamaratakan hasil wawancara dan hasil

observasi.

7. Uji Kesahihan Data

Uji kesahihan data merupakan derajat kecepatan antara data yang

terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat diperoleh oleh

peneliti.46 Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda

antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya

terjadi pada obyek penelitian.

44Sugiyono, Metode Penelitian…, h. 235. 45Ibid., h. 402. 46 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 363.

Page 52: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

40

Sedangkan uji kesahihan data yang dilakukan peneliti dalam penelitian

ini adalah:

a. Perpanjangan Penelitian, merupakan bukti untuk menggali lebih dalam

data-data dari lapangan apabila data yang dibutuhkan masih kurang. Hal

ini untuk menghindari kesalahpahaman baik bersumber dari peneliti itu

sendiri. Hal ini penting untuk menjaga tingkat validitas data yang

dikumpulkan sebelumnya.

b. Pemeriksaan Sejawat, teknik ini dilakukan denga cara mengekspos hasil

sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan

rekan-rekan sejawat. Maksudnya rekan-rekan sejawat di sini adalah

rekan-rekan yang mempunyai kompetensi di bidang hal yang diteliti,

dengan maksud untuk memperoleh masukan-masukan yang menambah

kevalidan data dan kesempurnaan hasil penelitian.

c. Kecukupan Referensi, adalah alat untuk menampung dan menyesuaikan

dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi bahan-bahan yang

tercatat yang dapat digunakan sebagai patokan untuk menguji sewaktu-

waktu diadakan analisis dan penafsiran data. Dengan referensi yang

cukup, hal ini dipandang perlu guna kevalidan dan kesempurnaan

penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti selalu berupaya untuk

memperbanyak referensi yang diperoleh sehingga dapat

dipertanggungjawabkan secara cerdas dan ilmiah.

Page 53: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

41

H. Sistematika Pembahasan

Dalam sistematika pembahasan skripsi ini terdiri dari 3 (Tiga) bagian,

yaitu:

1. Bagian Awal

Pada bagian awal semua jenis skripsi sama, setiap skripsi harus memuat

sekurang-kurangnya dua belas item seperti: Sampul depan, Halaman judul,

Persetujuan pembimbing, Nota dinas pembimbing, Pernyataan keaslian skripsi,

Pengesahan, halaman motto, Halaman persembahan, Pedoman transliterasi

(bila perlu), Kata pengantar, Daftar isi, dan Abstrak.

2. Bagian Isi

Pada Bagian Isi, sistematika laporan dari setiap skripsi secara umum

berbeda bergantung pada jenis penelitiannya. Namun jenis penelitian yang

sedang diteliti saat ini adalah penelitian kualitatif, maka sistematika

penulisannya sebagai berikut :

Bab pertama, merupakan pendahuluan. Bab ini terdiri dari beberapa

sub yang meliputi konteks penelitian, fokus kajian, tujuan dan manfaat

penelitian, ruang lingkup dan setting penelitian, telaah pustaka, kerangka

teoritik, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua,Bagian ini diungkapkan seluruh data dan temuan penelitian.

Dalam hal ini peneliti sebisa mungkin menjaga jarak dan memahami diri untuk

tidak mencampuri fakta terlebih dahulu.

Page 54: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

42

Bab ketiga,Dalam bab ini diungkapkan proses analisis terhadap temuan

penelitian sebagaiman dipaparkan pada bab II berdasarkan pada perspektif

penelitian atau kerangka teoritik yang diungkap dalam pendahuluan.

Bab keempat, adalah bab penutup yang berisi kesimpulan dari hasil

pembahasan penelitian dan saran-saran kepada pihak-pihak terkait mengenai

dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

3. Bagian Akhir

Pada bagian akhir, setiap skripsi mencantumkan daftar pustaka, riwayat

hidup peneliti, dan sejumlah lampiran. Untuk lampiran, hal-hal yang

dilampirkan tentu menyesuaikan dengan jenis penelitiannya sepertipedoman

wawancara, pedoman observasi, catatan lapangan (field note), dan seterusnya47

47Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, (Mataram: Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Mataram, 2017), hlm. 40-43.

Page 55: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

43

BAB II

PRAKTIK PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI DI KELURAHAN

DASAN AGUNG MATARAM

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Dasan Agung, Kecamatan Selaparang merupakan salah satu

dari 50 (lima puluh) dari Kota Mataram, yang berjarak 1 Km dari pusat

pemerintahan Kota Mataram. Awal mula terbentuknya Kelurahan Dasan Agung

pada Tahun 1980 yang terdiri dari 15 Lingkungan dengan keragaman etnis da

suku. Pada Tahun 2007 terjadi pemekaran Kecamatan dan Kelurahan

berdasarkan Perda Kota Mataram No. 3 Tahun 2007 yang membagi Kelurahan

Dasan Agung menjadi 2 (dua) Kelurahan.48

Seiring berjalannya waktu dan pertimbangan kepadatan penduduk

pada salah satu wilayah lingkungan Dasan Agung, maka pada Tahun 2010

kembali terjadi pemekaran Lingkungan yang awalnya 12 Lingkungan menjadi 13

Lingkungan sampai dengan sekarang.

1. Letak Geografis

Sebelah Utara : Kelurahan Kebun Sari

Sebelah Timur : Kelurahan Monjok Barat

Sebelah Selatan : Kelurahan Gomong

Sebelah Barat : Kelurahan Dasan Agung Baru.

48 Profil Desa, Dokumentasi, 15 Desember 2018.

Page 56: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

44

2. Kependudukan

Penduduk di Kelurahan Dasan Agung sejumlah 8.517 jiwa terdiri atas:

Laki-laki : 4.198 Jiwa

Perempuan : 4.319 Jiwa

Kepadatan : 8.517 Jiwa

3. Perangkat Kelurahan Dasan Agung

Kelurahan Dasan Agung dalam melayani masyarakat atau pelayanan

publik memiliki perangkat Kelurahan terdiri dari:

Lurah : Hambali, S.Sos.

Sekretaris : Drs. Budi Sudarsono

Kasi Pemerintahan : Lalu Mumbul, SH.

Kasi Sosial dan Pemberdayaan Perempuan : Arif Rahman, S.Sos.

Kasi Ekonomi dan Fisik : Irwan Hidayat, SE.

Selain nama tercantum di atas, perangkat Kelurahan Dasan Agung,

dibantu oleh beberapa staff dengan total perangkat sejumlah 10 (sepuluh)

orang. Selain tersebut di atas Kelurahan Dasan Agung juga di bantu oleh

Koramil dan Polsek yang di wakili oleh Babinsa dan Bimaspol, untuk

mengatasi gangguan keamanan.

Page 57: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

45

Page 58: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

46

B. Praktik Penerapann Klausula Eksonerasi terhadap Jasa Laundry

Kelurahan Dasan Agung Mataram.

Perkembangan perekonomian sangat banyak mempengaruhi budaya

hukum masyarakat, khususnya pelaku usaha sebagai pihak yang memproduksi

barang dan jasa yang masih menerapkan dan mencantumkan klausula eksonerasi

yang dilarang meskipun sudah terdapat instrumen hukum yang mengatur. Hal ini

dikarenakan oleh banyaknya kebutuhan akan sistem administrasi yang cepat, dan

efisien.

Sehingga berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi perhatian

penting dan harus menjadi perhatian utama dalam perlindungan konsumen

mengenai klausula eksonerai. Klausula eksonerasi adalah klausula yang berisi

pembebasan atau pembatasan pertanggungjawaban dari pihak pelaku usaha yang

lazimnya terdapat dalam jenis perjanjian tersebut. Perjanjian eksonerasi yang

membebaskan tanggung jawab seseorang pada akibat-akibat hukum yang terjadi

karena kurangnya pelaksanaan kewajiban-kewajiban yang diharuskan oleh

perundang-undangan, antara lain tentang masalah ganti rugi dalam hal perbuatan

ingkar janji.

Terkait dengan praktik pencantuman klausula eksonerasi hingga saat

ini mengalami peningkatan yang sangat pesat. Hal ini disebabkan karena

maraknya jenis usaha yang digeluti masyarakat, bahkan pencantuman klausula-

klausula yang menimbulkan kerugian di salah satu pihak tidak hanya pada

pembelian barang-barang kebutuhan masyarakat. Akan tetapi, saat ini telah

Page 59: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

47

merambah pada jual beli jasa dalam hal ini ialah usaha Laundry. Dimana usaha

laundry ini telah banyak di geluti oleh masyarakat dikarenakan meningkatnya

permintaan dan kebutuhan. Tentu ini disebabkan karena tingkat kesibukan yang

di alami oleh setiap orang, menyebabkan masyarakat mengambil alternatif

dengan membayar jasa laundry yang notabene memberi fasilitas berupa adanya

kemudahan dalam melakukan pencucian terhadap pakaian dan lain sebagainya.

Setelah penulis melakukan penelitian ini, bahwa praktek tentang

penerapan klausula eksonerasi terhadap jasa laundry di Keluraha Dasan Agung

Mataram yaitu dengan cara:

1. Klausula eksonerasi berupa: kain luntur, rusak, dan berkerut diluar

tanggung jawab pihak laundry.

Seperti yang diutarakan oleh pemilik Pink Laundry yang menyatakan ”bahwa pencantuman klausula dalam nota pembayarannya bertujuan untuk memberitahukan serta mempermudah konsumennya untuk dapat memahami ketentuan terkait aturan dalam jasa Laundry miliknya. Dan memberikan ketegasan bahwa apabila dikemudian hari terjadi luntur, rusak, maupun berkerut maka semua hal tersebut bukan merupakan tanggung jawab pihak Laundry pink. Sehingga semua hal tersebut merupakan tanggung jawab konsumen”49

Begitu juga yang diutarakan pemilik Laundry Tiga Ratu ‟bahwa ketika terjadi pakaian luntur, kusut dan rusak diluar tanggung jawab kami pihak laundry. Menurutnya ketika konsumen memilih untuk menggunakan jasa laundry miliknya maka konsumen harus siap menerima segala resiko yang sudah ditetapkan”.50

Sama halnya yang diutarakan oleh pemilik Laundry Rumah Binatu Khumara ”bahwa ketika terjadi pakaian luntur, kusut dan rusak bukan tanggung jawab kami” karna menurutnya ketentuan dalam nota pembayaran

49 Nurul, Wawancar, Dasan Agung, 14 Desember 2018. 50 Siska,Wawancara, Dasan Agung, 3 Desember 2018.

Page 60: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

48

yang sudah dibuatnya sudah menjadi kesepakatan antara laundry miliknya dengan konsumen.51 Lain halnya yang ungkapkan oleh pemilik Vita Laundry ”bahwa ketika terjadi kusut, kerut dan rusak pada pakaian tidak sepenuhnya resiko dibebankan kepada konsumen”.52

2. Klausula eksonerasi berupa: ”kancing terlepas” diluar tanggung jawab

pihak Laundry.

Seperti yang diutarakan pemilik Laundry Tiga Ratu yang menyatakan ”bahwa ketika terjadi disaat proses pencuncian kancing terlepas maka itu bukan tanggung jawab kami, karna menurutnya jika setiap kali terjadi komplain seperti kancing terlepas itu akan sangat merugikan bagi kami sebagai pelaku usaha, ujarnya”53

3. Klausula eksonerasi berupa: ”cucian yang tidak diambil dalam waktu 1

bulan”bukan tanggung jawab pihak laundry.

Seperti yang diutarakan pemilik Pink Laundry yang menyatakan ”bahwa ketika terjadi cucian yang tidak diambil dalam waktu 1 bulan bukan tanggung jawab kami, sebab ujarnya pakaian yang sudah tersimpan lama lambat laun akan hilang dan kami sebagai pelaku usaha tidak bertanggung jawab atas kehilangan barang tersebut akibat kelalaian konsumen itu sendiri”.54 Begitu juga yang diutarakan pemilik Laundry Rumah Binatu Khumara yang menyakan ”bahwa ketika terjadi kehilangan atau kerusakan barang yang tidak diambil dalam jangka waktu lebih dari 30 hari bukan tanggung jawab kami. Alasan adanya batas waktu pengambilan yang di laundry semata-mata agar nantinya konsumen tidak lalai dan memiliki tanggung jawab dalam pengambilan pakaian laundry yang telah ditentukan jangka waktunya”.55

51 M, Wawancara, Dasan Agung, 14 Desember 2018. 52 Salwiah, Wawancara, Dasan Agung, 15 Desember 2018.

53 Siska, Wawancara, Dasan Agung, 13Desember 2018. 54 Nurul, Wawancara, Dasan Agung, 14 Desember 2018. 55 M, Wawancara, Dasan Agung, 14 Desember 2018.

Page 61: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

49

Penerapan klausula eksonerasi yang diterapkan oleh beberapa jasa

Laundry, tentu banyak mengalami pro dan kontra di kalangan konsumen,

salah satu contoh yang dikemukakan oleh Nurul salah seorang mahasiswa di

perguruan tinggi Mataram mengatakan bahwa:

“Nurul menyatakan bahwa terdapat beberapa hak-haknya sebagai konsumen tidak di penuhi oleh pelaku usaha dalam hal ini ialah salah satu jasa Laundry di daerah Dasan Agung Mataram. Nurul merasa bahwa ketika melakukan komplain ke pihak Laundry, ia tidak di tanggapi dan bahkan pihak Laundry mengatakan hal tersebut merupakan bukan tanggung jawab pihaknya. Nurul menambahkan bahwa pernah ketika melakukan Laundry, pakaian miliknya hilang kemudian saat di konfirmasi kepada pihak laundry, pihak laundry tidak bertanggung jawab karena beranggapan pakaian sudah diambil”.56

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka tentu hal ini telah

melanggar ketentuan sebagaimana Pasal 18 Undang-undang Perlindungan

Konsumen. Mengingat pihak pelaku usaha tidak bertanggung jawab atas

adanya kerugian yang di alami oleh konsumen.

Dari beberapa uraian wawancara di atas terkait dengan penerapana

klausula Eksonerasi terhadap jasa Laundry di Kelurahan Dasan Agung

Mataram, dapat dilihat dalam tabel berikut:

56 Nurul, Wawancara, Mataram, 22 Maret 2018.

Page 62: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

50

Tabel 1.1 Bentuk Klausula Baku di beberapa Jasa Laundry

Kelurahan Dasan Agung Mataram

No. Jenis Klausula Baku Pelaku Usaha

1

1) Kain luntur, berkerut karena sifat kain diluar tanggung jawab kami

2) Cucian yang tidak diambil dalam waktu 1 bulan bila rusak atau hilangbukan tanggung jawab kami

Laundru Pink

2

1) Luntur susut karena sifat barang diluar tanggung jawab kami

2) Kancing lepas diluar tanggung jawab kami

3) Barang rusak karena lapuk diluar tanggung jawab kami

Laundry Tiga Ratu

3

1) Kerusakan atau kelunturan yang disebabkan sifat bahan pakaian adalah resiko konsumen

2) Benda berharga atau barang yang tertinggal dalam cucian apabila hilang atau rusak bukan tanggung jawab kami

3) Dengan mencuci di vita Laundry berarti menyetujui ketentuan di atas

Laundry Vita

4

1) Luntur susut dan rusak diluar tanggung jawab kami

2) Barang yang rusak dan hilang karena kesalahan kami akan kami ganti maksimal 10x ongkos cuci

3) Kami tidak bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan barang yang tidak diambil lebih dari 30 hari

Laundry Rumah Binatu Khumara

Dari tabel 1.1 di atas, maka dapat diuraikan bahwa beberapa jasa

Lundry yang ada di Kelurahan Dasan Agung Mataram dalam nota pembayaran

menerapkan klausula eksonerasi. Dimana klausula yang diterapkan bertentangan

Page 63: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

51

dengan aturan yang terdapat dalam Pasal 18 Undang-undang Perlindungan

konsumen serta beberapa definisi teori terkait dengan klausula eksonerasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan terhadap penerapan

klausula eksonerasi dalam jasa Laundry, bahwa antara pelaku usaha dan

konsumen yang terikat dalam perjanjian tertulis berbentuk nota pembayran, dapat

disimpulkan bahwa pelaku usaha sebagian besar memberlakukan klausula

eksonerasi di luar ketentuan per undang-undangan. Salah satu bentuk

pelanggaran tersebut dapat dilihat pada beberapa klausula eksonerasi yang ada

pada butir nota pembayaran.

Selain itu, pengaturan terkait dengan klausula eksonerasi seringkali di

buat dalam bentuk dan letak yang sulit terllihat dan terbaca, serta dalam kalimat

mengandung makna yang sulit untuk dipahami oleh konsumen. Bahkan pelaku

usaha tidak memberikan penjelsan terkait pencantuman klausula-klausula yang

menimbulkan kerugian pada konsumen.

Page 64: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

52

BAB III

ANALISIS PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI DI JASA LAUNDRY

KELURAHAN DASAN AGUNG PERSPEKTIH FIQIH MUAMLAH

A. Analisis Penerapan Klausula Eksonerasi terhadap Jasa Laundry

Kelurahan Dasan Agung Mataram

Perjanjian yang mengandung klausula eksonerasi telah banyak terjadi

dan menimbulkan hubungan hukum oleh masyarakat. Keberadaan klausula

eksonerasi dalam perjanjian didasarkan atas asas kebebasan berkontrak dalam

Pasal 1388 ayat 1 KUHPerdata. Pada intinya Pasal ini menyatakan bahwa semua

kontrak (perjanjian) yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang begi

mereka yang membuatnya. Sehingga sumber dari kebebasan berkontrak adalah

kebebasan individu dan yang menjadi titik tolak adalah kepentingan individu

pula. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa adanya kebebasan individu

memberikan kepadanya kebebasan untuk berkontrak.

Hakikat klausula eksonerasi dalam perjanjian tidak lain adalah adanya

pembagian beban resiko yang sesuai, meskipun dalam praktiknya makna

klausula eksonerasi sering disalahgunakan oleh mereka yang memiliki dominasi

ekonomi yang tidak hanya untuk membebaskan diri dari beban tanggung jawab

berlebihan, tetapi sampai juga pada penghapusan tanggung jawab. Pemberlakuan

klausula eksonerasi pada intinya bertujuan untuk memudahkan memberikan

pelayanan kepada mitra bisnis yang akan menggunakan produknya (barang dan

atau jasa). Meskipun praktik pemberlakuan klausula eksonerasi tidak dapat

Page 65: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

53

dihindarkan, namun untuk menertibkan penggunaannya pemerintah telah

memberikan batasan-batasan sebagaimana tercantum dalam Pasal 18 Undang-

undang Perlindungan Konsumen.

Sejalan dengan uraian tersebut maka dengan meningkatnya kesibukan

beraktivitas di luar rumah yang banyak menyita waktu, membuat banyak orang

membutuhkan akan jasa yang bersifat praktis namun tetap efisien dalam hal

waktu dan biaya. Sehingga muncul satu jenis usaha cuci yang dikenal dengan

Laundy. Jasa Laundry tak jarang menerapkan klausula-klausula yang mengikat

konsumennya untuk mengikuti apa yang menjadi ketentuan pada nota

pembayarannya.

Penerapan klausula eksonerasi yang biasanya di muat dalam perjanjian

sebagai klausula tambahan atas unsur essensial dari suatu perjanjian, pada

umumnya diitemkan dalam perjanjian baku. Klausula tersebut merupakan

klausula yang sangat merugikan konsumen yang umumnya memiliki posisi

lemah jika dibandingkan dengan pelaku usaha, karena beban yang seharusnya

dipikul oleh pelaku usaha, dengan adanya klausula tersebut maka pindah menjadi

beban konsumen.

Seperti yang dikatakan oleh ibu riska sebagai pelanggan tetap dari Vita

Laundry:

“Pernah sekali saya merasa kesel sama laundryan itu (Vita Laundry), kesel lasingan baju saya kasih ke laundry itu 6 baju tapi pas sya ambil dikasihnya Cuma 4, mending kek murah harga baju saya, semuanya

Page 66: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

54

mahel-mahel saya beli di mol,ada juga kenang-kenangan dari sahabat saya.terus gak tau saya mau gimana lagi. ”57 Dari hasil wawancara diatas ibu Riska menunjukkan kekesalannya

terhadap pihak laundry yang memutuskan suatu perkara sepihak dan ibu riska

merasa terdzolimi atas kejadian yang tak dapat diterimanya tersebut, seharusnya

sebuah perjanjian itu dapat dinegosiasi diawal sebelum melakukan transaksi

namun yang terjadi pada realita tidak seperti yang konsumen inginkan.

Apabila dalam suatu perjanjian, kedudukan para pihak tidak seimbang,

maka pihak lemah biasanya tidak berada dalam keadaan yang betul-betul bebas

untuk menentukan apa yang diinginkan dalam perjanjian. Dalam hal demikian,

pihak yang memiliki posisi lebh kuat biasanya menggunakan kesempatan

tersebut untuk menentukan klausula-klausula tertentu dalam perjanjian. Oleh

karena itu, perjanjian yang seharusnya dibuat atau dirancang oleh para pihak

yang terlibat dalam perjanjian, tidak ditemukan lagi dalam perjanjian, karena

format dan isi perjanjian dirancang oleh pihak yang kedudukannya lebih kuat.

Maka dapat dipastikan bahwa perjanjian tersebut memuat klausula-klausula yang

menguntungkan baginya, atau meringankan atau menghapuskan beban-beban

atau kewajiabn-kewajiban tertentu yang seharusnya menjadi tanggung jawab

pelaku usaha.

Salah satu contoh terkait dengan penerapan klausula eksonerasi di jasa

Laundry wilayah Dasan Agung ialah Laundry Pink yang memuat klausula

57 Ibu Riska , Wawancara, Dasan Agung, 12 januari 2019.

Page 67: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

55

eksonerasi berupa: “Kain luntur, berkerut bukan tanggung jawab kami. Cucian

yang tidak diambil dalam waktu 1 bulan bila rusak atau hilang bukan tanggung

jawab kami”.58

Penerapan klausula eksonerasi terhadap jasa Laundry sebagaimana

yang tercantum dalam nota pembayaran di Laundry Pink tersebut merupakan

klausula-klausula yang bertentangan dengan Pasal 18 Undang-undang

Perlindungan Konsumen. Dimana dalam Pasal tersebut memuat ketentuan bahwa

pihak pelaku usaha tidak diperbolehkan untuk mengalihkan tanggung jawab ganti

rugi kepada konsumennya.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mariam Darus Badarulzaman,

bahwa klausula eksonerasi yang meniadakan atau membatasi kewajiban salah

satu pihak pelaku usaha untuk membayar ganti kerugian kepada konsumen,

memiliki ciri sebagai berikut:59

1. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh pelaku usaha yang posisinya relatif kuat daripada konsumen;

2. Konsumen sama sekali tidak ikut menentukan isi perjanjian itu; 3. Terdorong oleh kebutuhannya, konsumen terpaksa menerima perjanjian

tersebut; 4. Bentuknya tertulis; 5. Dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau individual.

Uraian terkait dengan ciri-ciri dari klausula eksonerasi di atas

memberikan gambaran bahwa, ketika pihak pelaku usaha menacantumkan

58 Dokumentasi Nota Laundry Pink, Dasan Agung, di ambil pada 12 Januari 2019.

59Rini Lestari, “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Atas Pemberlakuan Klausula Eksonerasi dalam Perjanjain Kredit Bank”, (Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Mataram, Mataram, 2011) h. 47

Page 68: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

56

klausula eksonerasi yang sesuai dengan ciri-ciri tersebut di atas maka secara

terang pihak pelaku usaha telah menerapkan klausula-klausula yang

bertentangan dengan ketentuan Undang-undang. Sebagaimana dalam

penerapannya yang peneliti temukan bahwa para pelaku usaha jasa Laundry

melakukan dan menerapkan hal demikian yaitu mencantumkan dalam nota

pembayaran terkait dengan klausula eksonerasi atau megalihkan tanggung jawab

sepenuhnya kepada konsumen.

Selain itu, dalam ketentuan Pasal 4 huruf a Undang-undang

Perlindungan Konsumen. Memuat aturan terkait hak konsumen untuk

mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian, apabila barang dan

atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau sebagaimana

mestinya.60 Undang-undang tersebut mengatur terkait adanya hak yang diberikan

kepada berupa ganti rugi.

Namun, lain halnya dengan penerapan klausula eksonerasi oleh pelaku

usaha jasa Laundry yang peneliti dapatkan di lapangan bahwa hak konsumen

tersebut di abaikan bahkan dialihkan sepenuhnya oleh pelaku usaha kepada

konsumen.

B. Tinjauan Fiqh Muamalah dalam Penerapan Klausula Eksonerasi terhadap

Jasa Laundry Kelurahan Dasan Agung Mataram

Islam merupakan agama yang tidak melarang seseorang untuk dapat

membangun hubungan hukum terhadap sesama. Namun, tentu dengan adanya

60Ibid, Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, h. 8.

Page 69: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

57

kebebasan tersebut seseorang harus tetap taat pada ketentuan syariat Islam. Salah

satu bentuk hubungan hukum yang di bangun oleh seseorang ialah terkait dengan

transaksi dalam bermuamalah. Ini merupakan wujud dari bentuk kepedulian dan

tolong-menolong untuk saling memenuhi kebutuhan hidup. Sehingga terdapat

beberapa hal yang penting untuk diketahui, dalam hal ini terkait dengan

ketentuan-ketentuan hukum yang digunakan untuk membangun kerjasama dalam

melakukan perjanjian masih bersifat umum. Artinya bentuk dari perjanjian

tersebut memungkinkan untuk dapat dipilih oleh para pihak yang terlibat dalam

kontrak perjanjian.

Perkembangan yang pesat terhadap bentuk transaksi jual beli

berdasarkan syariat Islam baik berupa barang maupun jasa banyak memberikan

tanggapan positif dari berbagai pihak, khususnya bagi masyarakat muslim. Tentu

sebelum melakukan transaksi maka para pihak melakukan persetujuan terhadap

akad (perjanjian), agar nantinya tidak menimbulkan kontra ketika hak dan

kewajiban tidak terpenuhi. Seringkali akad (perjanjian) tersebut mengandung

klausula-klausula yang melanggar ketentuan syariat.

Oleh karena itu, dalam konsep fiqh muamalah mengatur mengenai

akad (perjanjian)menggunakan klausula eksonerasi (‟aqd al-iz‟an) merupakan

suatu akad (perjanjian) yang dibuat oleh dua pihak dimana salah satu pihak

menstandarkan klausul-klausulnya kepada pihak lain yang tidak mempunyai

pilihan kecuali menerimanya. Sehingga seringkali terjadi keadaan yang

Page 70: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

58

memberatkan kepada pihak yang menerima perjanjian tersebut tanpa adanya

tawar-menawar.61

Penerapan dan pencantuman klausula eksonerasi dalam perjanjian

transaksi muamalah dalam hal ini ialah jual beli baik barang maupun jasa harus

memperhatikan syarat sahnya perjanjian jual beli, yaitu:

1. Tidak menyalahi hukum syari‟ahyang telah disepakati.

Maksudnya bahwa perjanjian yang diadakan oleh para pihak bukanlah

perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau perbuatan yang melanggar

hukum syari‟ah, sebab perjanjian yang bertentangan dengan ketentuan hukum

syari‟ah adalah tidak sah. Oleh karena itu, dengan sendirinya tidak ada

kewajiban bagi masing-masing pihak untuk menepati atau melaksanakan

perjanjian tersebut atau dengan kata lain apabila isi perjanjian tersebut

merupakan perbuatan melawan hukum (hukum syari‟ah) maka perjanjian

tersebut dengan sendirinya batal demi hukum.

2. Kedua belah pihak saling ridha.

Terkait dengan konsep ridha, bahwa perjanjian yang diadakan oleh para pihak

haruslah didasarkan pada kesepakatan kedua belah pihak, yaitu masing-

masing pihak rela akan isi akad (perjanjian) tersebut dengan kata lain harus

dengan kehendak bebas masing-masing pihak. Sebagaimana terdapat dalam

Al-Quran Surat An-Nisa‟ (4): 29.

61 Syamsul, Hukum Perjanjian……, h.101.

Page 71: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

59

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.

Dalam hal ini tidak boleh ada klausula-klausula yang muncul dari

sebelah pihak, hal itu mengakibatkan bahwa perjanjian yang diadakan jika

terdapat klausula sepihak maka ia tidak memiliki kekuatan hukum dari

perspektif Islam, apabila tidak didasarkan kepada kehendak kedua belah pihak

yang mengadakan perjanjian, maka hal ini menyimpang dari ayat diatas yang

seharusnya terjadi sebuah kerelaan yang seimbang antara pihak-pihak yang

melakukan perjanjian.

3. Harus jelas.

Konsep ini menekankan adanya perjanjian oleh para pihak harus terang

tentang apa yang menjadi isi perjanjian, sehingga tidak mengakibatkan

terjadinya kesalahpahaman diantara para pihak tentang apa yang telah mereka

perjanjikan dikemudian hari. Dengan demikian pada saat pelaksanaan atau

penerapan perjanjian masing-masing pihak yang mengadakan perjanjian

Page 72: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

60

haruslah mempunyai tujuan yang sama tentang apa yang telah mereka

perjanjikan, baik terhadap isi maupun akibat yang timbul dari perjanjian

tersebut.62

Berdasarkan uraian terkait dengan ketentuan dalam transaksi

muamalah mengenai syarat sahnya perjanjian jual beli. Maka, dari ke tiga syarat

tersebut dalam praktiknya yang peneliti temukan di lapangan salah satu contoh

penerapan klausula eksonerasi di jasa Laundry Rumah Binatu Khumara

Kelurahan Dasan Agung Mataram tidak menerapkan konsep terkait dengan

syarat sah dalam perjanjian jual beli yang mengandung klausula eksonerasi.

Tentu hal ini terlihat dari bentuk klausula-klausula yang tercantum dalam nota

pembayaran yaitu: ”Luntur, susut dan rusak karena lapuk di luar tanggung

jawab kami. Barang yang rusak dan hilang karena kesalahan kami akan kami

ganti maksimal 10x ongkos cuci. Kami tidak bertanggung jawab atas

kehilangan atau kerusakan barang yang tidak diambil lebih dari 30 hari”.63

Dari yang diutarakan oleh pemilik Laundry Rumah Binatu Khumara

”bahwa ketika terjadi pakaian luntur, kusut dan rusak bukan tanggung jawab

kami” karena menurutnya ketentuan dalam nota pembayaran yang sudah

dibuatnya sudah menjadi kesepakatan antara laundry miliknya dengan

konsumen.64

62 Chairuman Pasaribu dan Suharwadi K Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam (Jakarta: PT.

Sinar Grafika, 2004), h. 2

63 Dokumentasi Nota Rumah Binatu Khumara, Dasan Agung, di ambil pada 12 Januari 2019.

64 M, Wawancara, Dasan Agung, 14 Desember 2018.

Page 73: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

61

Lain halnya yang ungkapkan oleh pemilik Vita Laundry ”bahwa

ketika terjadi kusut, kerut dan rusak pada pakaian tidak sepenuhnya resiko

dibebankan kepada konsumen”.65

Dari bentuk klausula yang ada bahwa Laundry Rumah Binatu

Khumara bahkan tidak menerima komplain dari pihak konsumen dan bahkan

mengalihkan tanggung jawab ganti kerugian kepada pihak konsumen. Jelas,

bahwa ini merupakan salah satu kesalahan dalam penerapan konsep transaksi jual

beli dalam akad (perjanjian) yang mengandung klausula eksonerasi.

Penerapan klausula eksonerasi erat katannya dengan fiqh muamalah,

maka untuk menghindari adanya kepentingan sepihak yang dapat merugikan

konsumen, dalam penyusunan klausula eksonerasi seharusnya menekankan

ketentuan yang bersifat umum. Apabila pembahasannya sudah sampai pada

ranah susbstansial, baru penulisan klausulanya diwujudkan dalam bentuk pilihan

(cek list) sesuai dengan produk yang ditawarkan. Dengan adanya pilihan tersebut

maka diharapkan konsumen mempunyai banyak kesempatan untuk membeli

produk baik berupa barang ataupun jasa sesuai dengan kebutuhan. Kemudian

untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerugian, hendaknya konsumen

diberikan hak khiyar sebelum perjanjian tersebut mengikat secara pasti.

Berlakunya hak khiyar dimaksudkan untuk memberikan kebebasan,

sehingga apa yang menjadi kehendak masing-masing pihak dapat tercapai sesuai

dengan keridhaan. Hikmah dari adanya prinsip keridhaan dalam akad adalah

65 Salwiah, Wawancara, Dasan Agung, 15 Desember 2018.

Page 74: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

62

memberikan kewenangan kepada masing-masing pihak untuk menggunakan hak

khiyar nya sebelum tercapainya (ijab-qabul).66

Dalam ketentuan fiqh muamalah, para fuqaha membagi khiyar ke

dalam berbagai bentuk. Namun, yang paling sering digunakan hanya beberapa

macam, yaitu:

a. Khiyar Majelis ialah hak yang dimiliki para pihak untuk memilih

(melakukan tawar-menawar) selama masih berada dalam majelis akad.

Khiyar majelis disyariatkan karena pada akad muamalah sering terjadi

kesalahan akibat adanya pengambilan keputusan yang terlalu cepat, sehingga

akad tersebut tidak sesuai dengan kemaslahatannya.

b. Khiyar Syarat merupakan hak para pihak untuk meneruskan atau

membatalkan akad (jual beli) berdasarkan syarat-syarat tertentu yang

diajukan. Para fuqaha sepakat, bahwa khiyar syarat diperbolehkan dengan

tujuan untuk memelihara hak-hak pembeli dari unsur kelalaian atau penipuan

dalam akad jual beli. Khiyar syarat hanya dapat berlaku pada akad yang

bersifat mengikat kedua belah pihak. Pengertian syarat disini ialah terkait

dengan rentang waktu yang memungkinkan para pihak untuk menentukan

keputusan.

c. Khiyar Aib merupakan hak pilih bagi pembeli untuk melanjutkan atau

membatalkan akad apabila ada objek transaksi yang cacat. Penyebab

berlakunya khiyar aib ialah karena adanya kecacatan pada objek (ma‟qud

66 Burhanuddin, Hukum Perlindungan……., h. 48.

Page 75: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

63

‟alaih) yang dipertukarkan. ‟Aib pada khiyar adalah segala sesuatu yang

menunjukkan berkurangnya nilai jika dibandingkan dengan aslinya.

d. Khiyar Ru‟yah merupakan hak pilih bagi para pihak untuk melanjutkan atau

membatalkan akad terhadap objek yang belum dilihat. Khiyar ru‟yah

disyariatkan untuk melakukan akad terhdap objek tertentu yang

keberadaannya belum ada di tempat.

Terkait dengan uraian tersebut di atas maka, dengan adanya hak khiyar

diharapkan konsumen mendapat perlindungan atas hak-hak nya dalam

melakukan transaksi jual beli baik terhadap barang ataupun jasa. Jadi, pelaku

usaha tidak sewenang-wenang dalam menentukan dan menerapkan klausula-

klausula yang menimbulkan kerugian di salah satu pihak saja.

Apabila merujuk pada ketentuan penerapan klausula baku, maka

syariat Islam mendukung adanya klausula eksonerasi karena memiliki tujuan

untuk memudahkan ketika pelaku usaha memberikan pelayanan. Namun, saat ini

dalam praktiknya, keberadaan klausula-klausula sedemikian rupa sering kali

disalah gunakan oleh pelaku usaha untuk mendapatkan keuntungan sepihak tanpa

mau menanggung resiko. Sebagaimana yang terdapat dalam Laundry Tiga Ratu

di Kelurahan Dasan Agung Mataram, yang klausulanya tertuliskan: Apabila

kancing pakaian terlepas maka bukan tanggung jawab kami. Barang rusak

karena lapuk diluar tanggung jawab kami.Luntur susut karena sifat barang

diluar tanggung jawab kami.

Page 76: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

64

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti

uraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan klausula eksonerasi dalam nota jasa Laundry di Kelurahan Dasan

Agung Mataram berisi perjanjian baku yang mengandung klausula eksonerasi,

diantaranya yaitu:

a. Luntur, kusut, dan rusak karena lupuk diluat tanggung jawab kami;

b. Cucian yang tidak diambil dalam waktu 1 bulan bila rusak atau hilang

bukan tanggng jawab kami;

c. Kancing lepas diluar tanggung jawab kami;

d. Benda berharaga atau barang yang tertinggal dalam cucian apabila hilang

atau rusak bukan tanggung jawab kami.

Klausula eksonerasi yang penulis rangkum berdasarkan hasil penelitiandi

lapangan, menunjukan adanya upaya pelepasan tanggung jawab, sehingga

tampak merugikan konsumen dan hanya menguntungkan pihak pelaku usaha

laundry. Hal tersebut terjadi karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat

tehadap Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

mengakibatkan konsumen kurang memahami hak-haknya yang harus diperoleh

dan tanggung jawab pelaku usaha menjadi kurang.

Page 77: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

65

2. Analisis fiqh muamalah terhadap penerapan klausula eksonerasi pada jasa

Laundry Kelurahan Dasan Agung Mataram, tergolong ke dalam penerapan

yang masih berada di luar ketentuan fiqh muamalah. Karena dalam ketentuan

syarat sahnya aqad ijarah harus sesuai dengan konsep syariat Islam, harus

terdapat hak khiyar dan keridhaan dari para pihak, dan harus jelas apa bunyi

khiyar yang menjadikan sebuah penentu terjadinya sebuah transaksi baik itu

”akad jadi” maupun ”akad batal” bertransaksi dan sangat ditentukan oleh

khiyar yang diperjanjikan. Lain halnya dengan penerapan klausula eksonerasi

di jasa Laundry Dasan Agung Mataram, dimana para pelaku usaha dengan

sepihak membuat perjanjian bahkan tanpa memberikan keterangan khiyar

serta penjelasan kepada konsumen sebelum akad, oleh karena itu syarat

sahnya transaksi tersebut belum sepenuhnya dapat diaplikasikan. Sehingga

dapat dikatakan bahwa hal ini tidak dibenarkan dalam perspektif Islam karena

pada akad (perjanjian) yang diterapkan masih bersifat sepihak dan tidak

sedikit konsumen yang merasa dirugikan.

B. Saran-Saran

1. Hendaknya pihak pelaku usaha dalam menerapkan klausula eksonerasi harus

melihat dan tidak keluar dari konsep aturan perundang-undangan. Serta harus

dipertimbangkan dampak dan resikonya kepada konsumen, sehingga konsep

keadilan dalam kebebasan berkontrak diterapkan sebagaimana mestinya.

2. Bagi masyarakat, sebagai konsumen sebaiknya lebih memperhatikan hak-

haknya sebagai konsumen apabila merasa dirugikan, konsumen tidak perlu

Page 78: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

66

takut untuk menuntut dan menggugat pelaku usaha agar mendapatkan ganti

rugi yang sepadan dengan kerugian yang di alami.

3. Diharapkan kepada para pihak untuk lebih menambah khazanah keilmuan

terkait dengan konsep transaksi bermuamalah berdasarkan syariat Islam. Agar

nantinya dalam menjalin hubungan hukum tidak keluar dari koridor dan

konsep Islam.

Page 79: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

67

DAFTAR PUSTAKA

Az. Nasution. Hukum Perlindunagn Konsumen. Jakarta: Diadit Media. 2001. Abdul Rahman Ghazaly, dkk. Fiqh Muamalah. Jakarta: Prenadamedia Group. 2010. Alfan Fairuz Syifa‟. “Perlindungan Konsumen Terhadap Klausula Eksonerasi dalam

Perjanjian Baku Jasa Lundry di Papringan Sleman Yogyakarta”.Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta. 2016.

C.S.T Kansil dan Christine. Kitab Undang-Undang Hukum Perusahaan Jilid I.

Jakarta: PT. Pradnya Paramita. 2003. Celina Tri Siwi. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Sinar Grafika. 2014. Chairuman Pasaribu dan Suharwadi K Lubis. Hukum Perjanjian dalam Islam.

Jakarta: PT. Sinar Grafika. 2004. Dimyauddin Djuwaini. Pengantar Fiqih Muamalah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

2008. Gemala Dewi, dkk. Hukum Perikataan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana. 2006. Ismail Nawawi. Fiqih Muamalah Klasik dan Kontemporer. Bogor: Ghalia Indonesia.

2012. Jauhari Kustianah. “Pencantuman Klausula Eksonerasi dalam Perjanjian Jual Beli

Perspektif Hukum Islam dan Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Studi Kasus di Jembatan Baru Supermarket Cab. Dasan Agung Mataram”. Skripsi, FSEI IAIN Mataram. Mataram. 2014

Mustika Andriani.“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Pelaku Usaha Jasa

Laundry di Kelurahan Kekalik Jaya Kecamatan Sekarbela Kota Mataram. Skripsi, Fakultas Syari‟ah dan Ekonomi Islam IAIN Mataram. 2014.

Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2013. Muhammad & Alimin. Etika dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam.

Yogyakarta: BPFE. 2004. M. Amin Abdullah. Metodologi Penelitian Agama pendekatan Multidisipliner.

Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta. 2006

Page 80: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

68

Nurul Zuriah. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2006.

Putri Adekutajeng Jumsa. “Implementasi Pasal 18 Undang-undang Perlindungan

Konsumen tentang Klausula Eksonerasi di Kota Mataram”.Skripsi. Fakultas Hukum Universitas Mataram. Mataram 2012.

Rini Lestari. Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Atas Pemberlakuan Klausula

Eksonerasi dalam Perjanjain Kredit Bank. Skripsi. Fakultas Hukum Universitas Mataram. Mataram, 2011.

Syamsul Anwar. Hukum Perjanjiaan Syariah. Jakarta: Rajawali Pers. 2010. Sugiyono. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta. 2014 Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2012. https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.usu.ac.id

/bitsream/handle/123456789/54562/Chapter%2520II.pdf%3Fsequence%3D3&VED=2ahUKEwiKj4GSjbrfAhVMQo8KHf4AAQAQjABegQIAhAB&usg=AOvVaw2qwVX81sQ-aB-W4M7glYX5, diambil tanggal 16 Desember 2018, pukul 12.00.

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.nscpolte

ksby.ac.id/110/5/5%2520Bab%2520II.pdf&ved=2ahUKEwjC1ZkbrfAhVJso8KHbCCI0QFjADegQIChAB&usg=AOvVaw1FVmKncJFo4ntqrWJ1MRI- , diambil tanggal 12 Desember 2018, pukul 11.00.

Page 81: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 82: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075
Page 83: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075
Page 84: PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI TERHADAP JASA LAUNDRY PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH …etheses.uinmataram.ac.id/1791/1/Santi 152141075.pdf · 2019-05-13 · Skripsi oleh: Santi, NIM: 152141075

. .

.