pelaksanaan klausula eksonerasi dalam perjanjian ... · materi hukum perdata terutama berkaiatan...
TRANSCRIPT
-
PELAKSANAAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN
PENGIRIMAN BARANG PADA PT. POS INDONESIA CABANG MATARAM
JURNAL ILMIAH
Oleh :
ADITYA RIZKY HARYO YUDANTO
D1A115008
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2019
-
PELAKSANAAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN
PENGIRIMAN BARANG PADA PT. POS INDONESIA CABANG MATARAM
JURNAL ILMIAH
Oleh :
ADITYA RIZKY HARYO YUDANTO
D1A115008
Menyetujui,
Pembimbing Pertama
Prof. Dr. H. Salim HS., SH., M.S.
NIP. 19600408 198603 1 004
-
PELAKSANAAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN PENGIRIMAN
BARANG PADA PT. POS INDONESIA CABANG MATARAM
ADITYA RIZKY HARYO YUDANTO
D1A115008
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian pengiriman barang dan
tanggung jawab dari pihak penyelenggara pos. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
empiris. Setelah dilakukan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa (1) pelaksanaan perjanjian
baku pada pengiriman barang oleh Pos Indonesia cabang Mataram terdapat kewajiban yang tidak
dipenuhi oleh pihak Pos Indonesia. (2) Tanggung jawab terhadap isi dari perjanjian yang
berklausula eksonerasi ini tidak memberikan keringanan terhadap pihak Pos karena akibat
hukum dicantumkan klausula yang dilarang oleh Undang-undang ialah batal demi hukum, pihak
Pos tetap dengan amanah sesuai hukum positif menjamin dan bertanggung jawab memberikan
tanggung jawab atas perbuatan melawan hukum tersebut berupa ganti rugi kepada konsumen
dengan batas hukum internal mereka.
Kata Kunci : Klausula Eksonerasi, Pengiriman Barang
EXONERATION CLAUSE IMPLEMENTATION IN GOODS SHIPMENT
AGREEMENT ON POS INDONESIA COMPANY BRANCH MATARAM
Abstract
The purpose of the research is to find out implementation of goods shipment agreement and the
responsibility of Inc POS. Type of research that used is empirical research. After doing
research, it can be concluded that (1) Implementation of standar contract on goods shipment by
POS Company Branch Mataram, there are obligations that are not fulfilled by POS Company.
(2) Liability on subtances of the agreement containing exoneration clause do not waifing for Inc.
POS, due to such a clause is prohibited by the law and therefore is cosidered null and void. Inc.
POS shall legally responsible to to ensure and to be responsible and provide compensation for
their consumer in accordance to their internal boundary.
Keywords : Exoneration Clause, Goods Shipment.
-
i
I. PENDAHULUAN
Pos Indonesia dalam perjalanan bisnisnya membantu banyak masyarakat, tugas Pos
Indonesia ialah menyelenggarakan jasa pos dan giro untuk umum dalam dan luar
negeri dan tidak hanya dalam jasa pos banyak tugas-tugas pos lainnya diberikan oleh
Pos Indonesia untuk melayani masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-Undang Nomor 38 tahun 2009
tentang Pos.
Dalam prakteknya Pos Indonesia cabang Mataram menggunakan klausula eksonerasi,
yang termuat dalam syarat dan ketentuan nomor 5 huruf c tersebut, dan apabila terjadi
kerusakan terhadap barang atau paket selama diperjalanan dan diterima oleh pihak
konsumen dalam keadaan tidak utuh, maka pihak pelaku usaha hanya mengganti rugi
tidak sepenuhnya harga barang yang telah rusak atau tidak utuh.
Tetapi didalam dunia bisnis tidaklah seutuhnya perjanjian baku mengandung suatu
klausula eksonerasi didalamnya. Maka dapat ditarik kesimpulan terhadap perjanjian
baku ini bahwa ada klausula baku yang memberikan ketidakseimbangan antara para
pihak yang lebih dominan kepada pihak pelaku usaha dari sisi keuntungan yakni
klausula baku yang bermasalah yaitu terdapatnya klausula eksonerasi.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut : 1). Bagaimana pelaksanaan perjanjian baku jasa pengiriman yang ada pada
PT POS Indonesia cabang Mataram ? 2). Bagaimana tanggung jawab PT POS
Indonesia cabang Mataram terhadap perjanjian baku yang memiliki klausula
-
ii
eksonerasi menurut UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan UU
No 38 Tahun 2009 tentang Pos ?. Adapun tujuan yang dicapai dari penelitian ini,
antara lain : 1). Untuk mengetahui pelaksanaan pelaksanaan perjanjian baku jasa
pengiriman yang ada pada PT POS Indonesia cabang Mataram menurut Undang-
Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang No.
38 Tahun 2009 tentang Pos 2). Untuk mengetahui bentuk tanggung jawab dari pihak
penyelenggara pos yakni PT. Pos Indonesia cabang Mataram atas perjanjian baku
yang berklausula Eksonerasi terhadap konsumen menurut Hukum Positif. Manfaat
yang diharapkan dari penelitian ini antara lain : 1). Manfaat Teoritis penelitian ini
Agar menjadi sumbangan pemikiran kepada mahasiswa atau kalangan akademis
mengenai ilmu hukum pada umumnya dan khususnya untuk lebih memperdalam
materi hukum perdata terutama berkaiatan Perjanjian baku yang berklausula
eksonerasi. 2). Manfaat Praktis dari penelitian ini agar dapat memberikan masukan
bagi para praktisi hukum terutama mengenai Perjanjian baku ber klausula eksonerasi
yang banyak digunakan perusahaan saat ini. Di dalam penelitian ini metode penelitian
yang digunakan antara lain : 1). Jenis penelitian hukum empiris,1 2). Metode
pendekatan perundang-undangan Pendekatan perundang-undaangan (Statute
Approach),2 Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach), Pendekatan Socio Legal
1 Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2004, hlm. 134 2 Harjono, Penelitian Hukum pada Kajian Hukum Murni, dalam Joni Ibrahim, Teori Metode
Penelitan Hukum Normatif, Banyumedia Publishing, Malang, 2005. Hlm.303
-
iii
Research. 3). Jenis dan sumber data, 1) Data Primer,3 2) Data skunder 4). Teknik dan
alat pengumpulan data yaitu 1) Data lapangan, 2) studi dokumen.4 Teknik
menentukan sampel dalam penelitian ini adalah yaitu purposive sampling. Dengan
menetapkan informan sebanyak 3 pegawai dari PT Pos Indonesia cabang Mataram
dan responden sebanyak 2 orang yaitu konsumen yang telah menggunakan jasa
pengiriman yang disediakan oleh Pos.5 Metode analisis yang digunakan dalam
penulisan adalah dengan analisis deskriptif-kualitatif, merupakan metode analisis data
yang mengelompokan data yang diperoleh dari penelitian lapangan menurut kualitas
dan kebenarannya.
II. PEMBAHASAN
Pelaksanaan Perjanjian Baku pada PT POS Indonesia cabang Mataram
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pos Indonesia cabang mataram adalah lembaga yang menyelenggarakan dan
melayani masyarakat dalam memberikan pelayanan berupa jasa giro dan jasa pos,
Pos Indonesia merupakan Badan Usaha Milik Negara yang mengemban misi untuk
menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum sekaligus memberikan keuntungan
bagi Negara.
3 Amirudin, Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Ed 1, Cet. 1, PT. Grafindo
Persada, Jakarta, 2004, hlm.30. 4 Ibid, hlm. 64
5Ibid, hlm. 106.
-
iv
Pos Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan status mulai dari Jawatan
PTT (Post, Telegraph dan Telephone). Badan usaha yang dipimpin oleh seorang
Kepala Jawatan ini operasinya tidak bersifat komersial dan fungsinya lebih
diarahkan untuk mengadakan pelayanan publik. Perkembangan terus terjadi hingga
statusnya menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel).
Mengamati perkembangan zaman dimana sektor pos dan telekomunikasi
berkembang sangat pesat, maka pada tahun 1965 berganti menjadi Perusahaan
Negara Pos dan Giro (PN Pos dan Giro), dan pada tahun 1978 berubah menjadi
Perum Pos dan Giro yang sejak ini ditegaskan sebagai badan usaha tunggal dalam
menyelenggarakan dinas pos dan giropos baik untuk hubungan dalam maupun luar
negeri. Selama 17 tahun berstatus Perum, maka pada Juni 1995 berubah menjadi
Perseroan Terbatas dengan nama PT Pos Indonesia (Persero).6
Tinjauan Berdasarkan Hukum Positif
Perjanjian pengiriman barang yang disediakan oleh pihak Pos dibuat berdasarkan
syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata. Akibat
hukum perjanjian pengiriman barang tersebut yang dibuat secara sah menjadi
Undang-Undang bagi para pihak yakni pihak penyelenggara Pos dan pihak konsumen
(Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata) yang berbunyi :
6 http://www.posindonesia.co.id/index.php/sejarah-pos/ diakses pada 16 Januari 2019
http://www.posindonesia.co.id/index.php/sejarah-pos/
-
v
“semua perjanjian yang dibuat secarasah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya”.7
konsekuensi tersebut mewajibkan para pihak harus melaksanakan isi
perjanjian dengan itikad baik dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak.
Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan
kebebasan kepada para pihak untuk: a. Membuat atau tidak membuat
perjanjian b. Mengadakan perjanjian dengaan siapapun c. Menentukan isi
perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratan, dan d. Menentukkan bentuk
perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.
Tidak hanya Tidak hanya diatur dalam KUH Perdata hadirnya Undang-undang
perlindungan konsumen merupakan payung hukum yang memperkuat penegakan
hukum dibidang perlindungan konsumen, walaupun sudah diberlakuakan Undang-
Udang Perlindungan Konsumen namun di Indonesia terhadap perjanjian bakunya
tetap ada saja oknum atau produsen yang mencantumkan klausula eksonerasi, dari
kajian akademik oleh para pakar hukum memandangnya secara yuridis kontroversial
eksistensinya.
Bentuk perjanjian baku ini masih sering diperdebatkan disatu sisi dengan dalih
kebebasan berkontrak para pihak sesuai dengan asas kebebasan berkontrak untuk
merancang isi suatu perjanjian sedangkan disisi lain dengan dalih yang dimiliki
7 Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal. 1338.
-
vi
secara sepihak oleh pelaku usaha, yaitu dengan melanggar hak konsumen yang telah
diatur oleh Undang-Undang yang berlaku, walau pada dasarnya asas para pihak
mempunyai kebebasan untuk membuat perjanjian merupakan konsep dasar yang
berlaku dan tidak bisa ditawar.
Sehubungan dengan perlindungan terhadap konsumen, yang perlu menjadi perhatian
utama dalam perjanjian baku adalah mengenai klausula eksonerasi (exemption
clausule). Klausula eksoenerasi yang berisi pembebasan atau pembatasan
pertangguung jawaban dari pihak produsen umumnya termuat dalam jenis perjanjian
tersebut. Secara garis besar UUPK mengatur dengan detil hak dan kewajiban
konsumen maupun produsen, serta mengatur hal-hal yang dilarang dilakukan oleh
produsen. Dalam UUPK sudah melarang keras dan tegas pencantuman klausula baku
pada tiap jenis perjanjian dan/atau dokumen yang memiliki celah merugikan
konsumen yang terdapat pada Pasal 18 UUPK.
Pelaksanaan Perjanjian Baku PT POS Indonesia cabang Mataram
Pelayanan yang dilakukan oleh Pelayanan jasa yang disediakan pos indonesia
dilakukan dengan mudah, cepat, aman dan hemat dengan tujuan tidak menimbulkan
masalah dikemudian hari bagi konsumen. Dalam melaksanakan perjanjian yang
memberi layanan kepada konsumen ialah petugas pos yakni teller dimana konsumen
harus mengikuti tahapan-tahapan sebelum melakukan perjanjian pengiriman barang,
jasa yang ditawarkan oleh pos
-
vii
Dalam prakteknya bentuk dari syarat dan ketentuan pos ialah perjanjian baku
yang di buat secara sepihak, dalam bentuk resi bukti pembayaran. Resi diberikan
setelah membayar jasa dan saat itu barulah dilakukan penandatanganan apakah
konsumen setuju atau tidak dengan isi syarat dan ketentuan tersebut.
Berdasarkan tahap-tahap pelaksanaan perjanjian tersebut, hasil dari
pengamatan penulis dan wawancara dengan konsumen, penyelenggara pos kurang
optimal menjalankan tugas karena pada tahapan-tahapan memiliki masalah-masalah
seperti tidak dijelaskan atau tidak menawarkan menjelaskan isi dari perjanjian baku,
tidak menunjukan isi dari syarat dan ketentuan, menyembunyikan syarat dan
ketentuan. Hal ini tidak sesuai dengan amanah UU yang ada yaitu PP no 15 tahun
2013 ttg pelaksanaan UU no 38 tahun 2009 ttg pos yang terdapat pada pasal 10 ayat 2
huruf c yang berbunyi kejelasan prosedur layanan.
Bahwa banyak sekali konsumen tidak mendapatkan kejelasan prosedur
layanan, hal ini bertentangan dengan asas keadilan dimana kesetaraan dan kedudukan
para pihak haruslah sama, dan pemenuhan hak dan kewajiban harus seimbang, sesuai
dengan UU no 8 tahun 1999 pasal 4 huruf c mengatur kejelasan niformasi jasa yang
diperdagangkan.
Kemudian hambatan terdapat pada isi perjanjian, pada prakteknya pos
Indonesia mencantumkan klausula eksonerasi didalamnya termuat pada syarat dan
ketentuan no 5 huruf c pihak pos tidak menerima ganti rugi apabila dalam pengiriman
-
viii
terjadi kesalahan tehnis yang menyebabkan isi paket rusak. Ditetapkannya isi
perjnajina tersebut tegas dilarang oleh UUPK pada pasal 18 tentang pelarangan
pencantuman klausula yang memberikan pelepasan tanggung jawab bagi pihak
produsen
Berdasarkan hal tersebut penulis berpendapat bahwa isi dari perjanjian yang
dibuat secara sepihak oleh pihak pos tersebut batal demi hukum. Karena telah
mencantumkan suatu klausula yang dilarang oleh UU dan didasari pada pasala 1320
syarat sah perjanjian pada unsur objektifnya yaitu harus adanya klausula yang halal.
Tanggung Jawab PT POS Indonesia Terhadap Klausula Eksonerasi dalam
Perjanjian Baku
Tanggung Jawab Terhadap Isi Perjanjian
Perbuatan melawan hukum tidak lepas dari perlindungan konsumen bagi
para pihak apabila ada pihak dalam menentukan isi perjanjian menggunakan
ketentuan yang dilarang Undang-Undang, maka hokum mengatur tanggung
jawab bagi pihak yang melakukan perbuatan melawan hokum tersebut, akibat
dari perjanjian baku yang dibuat secara sepihak oleh produsen yang didalamnya
tercantum klausula eksonerasi dihubungkan dengan perlindungan hokum bagi
pihak konsumen demikian telah diatur dalam UUPK.
Mengatur tentang tanggung jawab pelaku usaha yaitu pos terhadap
konsumen dalam pelaksanaannya jelas termuat pada resi pengiriman adanya
-
ix
pencantumkan klausula eksonerasi. Larangan klausula eksonerai pada Pasal 18
UUPK dan pengaturan sanksi apabila mencantumkan larangan pada Pasal 18
yang diatur pada Pasal 61 dan 62. Berdasarkan hasil wawancara dengan manager
pos, syarat dan ketentuan tersebut sudah menjadi aturan dari kantor pusat, Hal
tersebut menjelaskan bahwa memang pada pelaksanaannya pihak pos telah
menghentikan kegunaan dari ketentuan dan syarat yang dilarang oleh undang-
undang bagi masyarakat, tetapi tetap saja mereka memberlakukan isi ketentuan dan
syarat tersebut pada perjanjian kemitraan mereka, tujuan penulis mengambil tema ini
ialah ingin memberikan gambaran kepada pihak pos bahwa celah bagi pihak yang
ingin mengambil kesempatan untuk menggugat pihak pos akibat isi dari perjanjian
tersebut sangat luas, yang akan membahayakan kondisi pihak pos.
Tanggung jawab terhadap tuntutan ganti rugi
Pada pelaksanaannya pihak Pos Indonesia tetap memberikan ganti rugi pada
konsumen yang mengalami kehilangan, rusak, hingga terlambat paketnya dalam
proses pengiriman atas kelalaian pihak pos, walau pada isi perjanjian baku mereka
mencantumkan dengan jelas suatu klausula eksonerasi karena isi perjanjian tersebut
adalah ketentuan sejak awal, tetapi pihak pos tetap memberikan ganti rugi bagi pihak
konsumen yang mengajukan ganti rugi.
Dengan berdasarkan hokum internal mereka yaitu keputusan direksi, yang
intinya memuat pengaturan golongan paket yang harus diberikan ganti rugi pada
-
x
Pasal 5, hingga batasan besaran minimal dan maksimal biaya ganti rugi yang diatur
pada pasal 9. Jadi apabila terjadi barang hilang, rusak, terlambat pihak pos tetap
bertanggung jawab sesuai Pasal 19 UUPK yang mengatur tanggung jawab produsen
dan Pasal 17 tentang Pos.
-
xi
III. PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian - uraian pembahasan diatas, maka peneliti dapat mengambil
kesimpulan dari pembahasan yang telah dirumuskan sebagai berikut : 1.Perjanjian
baku yang terdapat pada PT POS Indonesia tidak memenuhi syarat secara sah
yang telah diatur dalam Pasal 1320 dan Pasal 18 UUPK, karena memuat klausula
yang dilarang oleh Undang-undang. Dalam pelaksanaan contractual. Ada
beberapa kewajiban yang tidak dipenuhi pihak pos Indonesia yang bertentangan
dengan Pasal 10 ayat 2 huruf c PP Nomor 15 Tahun 2013 tentang Pelaksana UU
No 38 Tahun 2009 tentang Pos dan Pasal 7 huruf b UUPK terkait kejelasan
produk, hal tersebut tidak memenuhi asas keadilan yang termuat dalam Undang-
Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dalam pelaksanaan
perjanjian atas dasar Standar Pelayanan yang dimiliki pihak pos dipenuhi dengan
baik, namun berdasarkan hasil wawancara dengan informan dalam pelaksanaan
penngiriman tidaklah proses pengiriman selalu berjalan dengan lancar seringkali
petugas melakukan kelalaian pada pelaksanaan pengiriman, dimana bila terjadi
kelalaian tersebut telah diatur dalam hukum internal mereka yang membrikan
sanksi kepada petugas yang lalai 2.Tanggung jawab berdasarkan isi ketentuan
syarat memang terlampir klausula yang memberikan pelepasan tanggung jawab
bagi pihak pos hal ini memang sangat disayangkan walau hingga saat ini belum
ada pihak yang keberatan terhadap isi dari syarat dan ketentuan untuk melakukan
-
xii
gugatan berdasar recht handeling terhadap hal tersebut. Tanggungan ganti rugi
oleh pihak pos dilakukan dengan baik walau dilihat dari isi ketentuan dan syarat
bahwa pihak pos melepaskan tanggung jawab tetapi hal tersebut tidaklah berlaku
pada pelaksanaannya karena pihak pos tetap bertanggung jawab atas paket atau
kiriman yang hilang, rusak, maupun terlambat sesuai dengan peraturan internal
yang mereka miliki.
Saran
1. Untuk Pihak Pos lebih mengawasi dengan baik petugas dalam memenuhi
kewajiban pada tahapan contractual agar tidak terjadi keadaan yang
merugikan baik bagi kedua belah pihak. 2. Untuk Pihak Pos agar
memperhatikan bagaimana isi perjanjian yang dibolehkan dan mana yang
tidak dibolehkan oleh Undang-Undang dan untuk cepat merubah isi dari
ketentuan dan syarat yang sekarang yang termuat suatu klausula eksonerasi
didalamnya agar dapat menjadi produsen yang lebih baik lagi dan lebih
bertanggung jawab.
-
xiii
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir Muhammad, 2004, Hukum Dan Penelitian Hokum. Citra Aditya Bakti,
Bandung.
Amiruddin Dan Zainal Asikin. Pengantaar Metode Penelitian Hukum. PT.
Grafindo Persada, Jakarta,2004.
Harjono. Penelitian Hukum Pada Kajian Hukum Murni, Metode Penelitian Hukum
Normatif. Banyumedia Publishing, Malang,2005.
Indonesia, Undang-undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan, LN Nomor.338,TLN Nomor 5619.
Susanto Azhar, 2013, Sistem Informasi Akuntansi,Lingga Jaya, Bandung.
http://www.posindonesia.co.id/index.php/sejarah-pos/
http://www.posindonesia.co.id/index.php/sejarah-pos/