penatalaksanaan

5
PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan apendisitis terdiri dari: a. Sebelum operasi Penatalaksanaan pada pasien apendisitis dimulai dengan memelihara pasien dari makanan maupun minuman apapun sebagai persiapan operasi. Drips intravena untuk hidrasi pasien. Antibiotik diberikan secara intravena seperti cefuoxamine dan metronidazole untuk membunuh bakteri dan mengurangi infeksi perut maupun komplikasi postoperative pada luka di perut. 12 Antibiotik yang digunakan merupakan antibiotik gram negative spektrum luas dan anaerobik. 4 Bagaimanapun secara umum, apendisitis tidak dapat diobati hanya dengan pemberian antibiotik saja, tetapi memerlukan operasi. 2 Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala apendisitis seringkali masih belum jelas. Dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien diminta tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya apendisitis ataupun bentuk peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rektal serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) diulang secara periodik. Foto abdomen dan torak tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya gejala. b. Operasi 1. Apendiktomi

Upload: raden-bagoes-zow-boro

Post on 16-Dec-2015

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hfjdhjk

TRANSCRIPT

PENATALAKSANAANPenatalaksanaan apendisitis terdiri dari: a. Sebelum operasi Penatalaksanaan pada pasien apendisitis dimulai dengan memelihara pasien dari makanan maupun minuman apapun sebagai persiapan operasi. Drips intravena untuk hidrasi pasien. Antibiotik diberikan secara intravena seperti cefuoxamine dan metronidazole untuk membunuh bakteri dan mengurangi infeksi perut maupun komplikasi postoperative pada luka di perut.12 Antibiotik yang digunakan merupakan antibiotik gram negative spektrum luas dan anaerobik.4 Bagaimanapun secara umum, apendisitis tidak dapat diobati hanya dengan pemberian antibiotik saja, tetapi memerlukan operasi.2Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala apendisitis seringkali masih belum jelas. Dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien diminta tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya apendisitis ataupun bentuk peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rektal serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) diulang secara periodik. Foto abdomen dan torak tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya gejala.b. Operasi 1. Apendiktomi 2. Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforata bebas, maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika 3. Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV, massa mungkin mengecil, atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan c. Pasca Operasi 1. Observasi Tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan di dalam, syok, hipertermia atau gangguan pernafasan. 2. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah 3. Baringkan pasien dalam posisi semi fowler 4. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selam pasien dipuasakan 5. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforata, puasa dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal. 6. Berikan minum mulai 15 ml/jam selama 4 5 jam lalu naikkan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan lunak 7. Satu hari pascar operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2x30 menit8. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar 9. Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulangd. Gawat Darurat Non-OperasiBila tidak ada fasilitas bedah, berikan penatalaksanaan seperti dalam peritonitis akut. Dengan demikian, gejala apendisitis akut akan mereda, dan kemungkinan terjadinya komplikasi akan berkurang.

Apendiktomi harus dilakukan dalam beberapa jam setelah diagnosis ditegakkan .Jika apendiks telah perforata, terutama dengan peritonitis menyeluruh, resusitasi cairan yang cukup dan antibiotik spektrum luas mungkin diperlukan beberapa jam sebelum apendiktomi. Pengisapan nasogastrik harus digunakan jika ada muntah yang berat atau perut kembung. Antibiotik harus mencakup organisme yang sering ditemukan (Bacteroides, Escherichia coli, Klebsiella, dan pseudomonas spesies). Regimen yang sering digunakan secara intravena adalah ampisilin (100 mg/kg/24 jam), gentamisin (5 mg/kg/24 jam), dan klindamisin (40 mg/kg/24 jam), atau metrobnidazole (Flagyl) (30 mg/kg/24 jam). Apendiktomi dilakukan dengan atau tanpa drainase cairan peritoneum, dan antibiotik diteruskan sampai 7-10 hariMassa apendiks terjadi bila terjadi apendisitis gangrenosa atau mikroperforata ditutupi atau dibungkus oleh omentum dan atau lekuk usus halus. Pada massa periapendikular yang pendidingannya belum sempurna, dapat terjadi penyebaran pus keseluruh rongga peritoneum jika perforata diikuti peritonitis purulenta generalisata. Oleh karena itu, massa periapendikular yang masih bebas disarankan segera dioperasi untuk mencegah penyulit tersebut. Selain itu, operasi lebih mudah. Pada anak, dipersiapkan untuk operasi dalam waktu 2-3 hari saja. Bila sudah tidak ada demam, massa periapendikular hilang, dan leukosit normal, penderita boleh pulang dan apendiktomi elektif dapat dikerjakan 2-3 bulan kemudian agar perdarahan akibat perlengketan dapat ditekan sekecil mungkin. Bila terjadi perforata, akan terbentuk abses apendiks. Hal ini ditandai dengan kenaikan suhu dan frekuensi nadi, bertambahnya nyeri, dan teraba pembengkakan massa, serta bertambahnya angka leukosit .Terapi sementara untuk 8-12 minggu adalah konservatif saja. Pada anak kecil, wanita hamil, dan penderita umur lanjut, jika secara konservatif tidak membaik atau berkembang menjadi abses, dianjurkan operasi secepatnya .

Mansjoer Alif. Bedah Digestif. In; Arif Mansjoer, Suprohaita, Wahyu IkaWardhani, Wiwiek Setiowulan, editors. Kapita Selekta Kedokteran. 3th ed.Jakarta. Media Aesculapius FKUI; 2000. 307-13.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23502/4/Chaper%20II.pdf