penatalaksanaan

11
Penatalaksanaan Untuk stomatitis aftosa rekuren, penatalaksanaannya dibagi ke dalam dua tahap: 1. Pengendalian faktor predisposisi, 2. Pengobatan simtomatis dan perawatan suportif. Pengendalian faktor predisposisi Faktor predisposisi dapat diketahui dengan cara mengumpulkan informasi tentang: faktor genetik yang kemungkinan berperan, trauma yang terlibat, faktor hormonal yang berperan, juga kondisi stres dan faktor imunologi. Dari faktor sistemik perlu juga diperhatikan usia penderita, dalam usia pertengahan atau lansia. Pada lansia kemungkinan adanya keterlibatan kondisi sistemik lebih besar bila dibandingkan pasien di usia pertengahan. Dari faktor lokal perlu diperhatikan adanya trauma ataupun faktor lain yang dapat mengiritasi mukosa, seperti tepi gigi, karies ataupun tambalan yang tajam. Perlu dihindari makanan yang tajam dan merangsang. Juga perlu diperhatikan untuk memperbaiki kondisi oral hygiene (Lamey dan Lewis, 1991; Regezi dkk,2008). Biasanya, peningkatan frekuensi lesi akan membuat pasien datang untuk memeriksakan diri. Pada umumnya pasien terlihat sehat, tetapi perlu pemeriksaan hematologi untuk penderita lansia (Cawson dan Odell, 2008). Pengobatan simtomatik Tujuan dari pengobatan simtomatik yang dilakukan adalah: untuk mengurangi rasa nyeri, mempersingkat perjalanan lesi, dan memperpanjang interval bagi kemunculan lesi. Obat yang dapat digunakan antara lain: anestetikum (benzocaine 4% dalam borax glycerine), obat kumur antibiotika (chlorhexidine gluconate

Upload: sitti-nur-qomariah

Post on 26-Nov-2015

55 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

lesi

TRANSCRIPT

Page 1: Penatalaksanaan

Penatalaksanaan

Untuk stomatitis aftosa rekuren, penatalaksanaannya dibagi ke dalam dua tahap: 1. Pengendalian

faktor predisposisi, 2. Pengobatan simtomatis dan perawatan suportif.

Pengendalian faktor predisposisi

Faktor predisposisi dapat diketahui dengan cara mengumpulkan informasi tentang: faktor genetik

yang kemungkinan berperan, trauma yang terlibat, faktor hormonal yang berperan, juga kondisi stres

dan faktor imunologi. Dari faktor sistemik perlu juga diperhatikan usia penderita, dalam usia

pertengahan atau lansia. Pada lansia kemungkinan adanya keterlibatan kondisi sistemik lebih besar bila

dibandingkan pasien di usia pertengahan. Dari faktor lokal perlu diperhatikan adanya trauma ataupun

faktor lain yang dapat mengiritasi mukosa, seperti tepi gigi, karies ataupun tambalan yang tajam. Perlu

dihindari makanan yang tajam dan merangsang. Juga perlu diperhatikan untuk memperbaiki kondisi oral

hygiene (Lamey dan Lewis, 1991; Regezi dkk,2008).

Biasanya, peningkatan frekuensi lesi akan membuat pasien datang untuk memeriksakan diri. Pada

umumnya pasien terlihat sehat, tetapi perlu pemeriksaan hematologi untuk penderita lansia (Cawson

dan Odell, 2008).

Pengobatan simtomatik

Tujuan dari pengobatan simtomatik yang dilakukan adalah: untuk mengurangi rasa nyeri,

mempersingkat perjalanan lesi, dan memperpanjang interval bagi kemunculan lesi.

Obat yang dapat digunakan antara lain: anestetikum (benzocaine 4% dalam borax glycerine), obat

kumur antibiotika (chlorhexidine gluconate 0,2%, larutan tetrasiklin 2%), anti inflamasi dan anti udema

(sodium hyaluronat), obat muko-adhesive dan anti inflamasi (bentuk kumur atau gel), kortikosteroid

topikal (triamcinolone in orabase).

Kortikosteroid tidak mempercepat penyembuhan lesi, tetapi dapat mengurangi rasa sakit pada

peradangan yang ada. Sedangkan pada triamcinolone in orabase, kortikosteroid dicampur dengan media

orabase yang dapat membuatnya melekat pada mukosa mulut yang selalu basah. Jika pengolesan obat

ini dilakukan dengan tepat, maka orabase akan menyerap cairan dan membentuk gel adesif yang dapat

bertahan melekat pada mukosa mulut selama satu jam atau lebih. Namun, pengolesan pada erosi/ulser

agak sedikit sulit untuk dilakukan. Gel yang terjadi akan membentuk lapisan pelindung di atas ulkus,

Page 2: Penatalaksanaan

sehingga pasien akan merasa lebih nyaman. Kortikosteroid akan dilepaskan secara perlahan. Selain itu

obat ini juga memiliki sifat anti inflamasi.

Berdasarkan percobaan yang dilakukan di Inggris dan Amerika Serikat, obat kumur tetrasiklin secara

bermakna dapat menurunkan frekuensi dan keparahan stomatitis aftosa. Isi kapsul tetrasiklin (250 mg)

dilarutkan dalam 15 mL air matang, ditahan selama 2 – 3 menit dalam mulut, dikumur tiga kali sehari.

Pada beberapa pasien, penggunaan selama 3 hari dapat meredakan stomatitis aftosa rekuren (Cawson

dan Odell, 2008).

Obat kumur chlorhexidine 0,2% juga dapat digunakan untuk meredakan durasi dan

ketidaknyamanan pada stomatitis aftosa. Cara penggunaannya adalah tiga kali sehari sesudah makan,

ditahan dalam mulut selama minimal 1 menit

Kadang pemberian vitamin B-12 atau asam folat sudah cukup untuk meredakan stomatitis aftosa

frekuren.

Perawatan suportif

Untuk perawatan suportif dapat dilakukan dengan pengaturan diet, pemberian obat kumur salin

hangat dan anjuran untuk beristirahat dengan cukup.

Terapi biasanya dilakukan secara empiris dan paliatif. Namun demikian, tidak ada satu obatpun yang

dapat benar-benar menghilangkan lesi dengan sempurna. Penderita perlu diberi tahu bahwa kelainan

tersebut tidak dapat diobati, tetapi dapat diredakan dan biasanya dapat sembuh sendiri.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengobatan lesi ini adalah:

- Sifat lesi ringan / parah dan lamanya berlangsung

- Ukuran lesi kecil / besar / kombinasi

- Dengan meningkatnya usia, keparahan lesi berkurang/bertambah, frekuensi meningkat

- Tidak ada terapi definitif untuk stomatitis aftosa rekuren

- Terapi bersifat simtomatik dan berbeda untuk setiap individu.

Dalam menentukan strategi penatalaksanaan, maka stomatitis aftosa rekuren diklasifikasikan ke dalam

tiga tipe, yaitu: Tipe A, tipe B, tipe C.

Tipe A

Berlangsung hanya beberapa hari

Page 3: Penatalaksanaan

Timbul 2 – 3 kali dalam satu tahun

Rasa nyeri masih dapat ditolerir

Apa pemicunya, ini yang ditanggulangi dulu

Operator perlu mengidentifikasi:

Apa saja perawatan yang sudah pernah dijalani, efektif atau tidak?

Bila efektif dan aman dilanjutkan

Tipe B

Timbul setiap bulan

Lesi bertahan 3 – 10 hari

Pada tipe ini:

Lesi sangat nyeri, sehingga menyebabkan diet normal berubah, kondisi oral hygiene juga

berubah

Bila pemicunya dapat ditemukan (OH, stress, trauma, diet), maka pengobatan dapat didiskusikan

dengan pasien

Bila ada gejala prodromal (kesemutan) ditanggulangi dulu

Tipe C

Lesi sangat nyeri

Lesi bersifat kronis, satu lesi belum sembuh, sudah timbul lagi lesi baru

Lesi tipe ini sebaiknya dirujuk ke dokter gigi spesialis penyakit mulut, dan diperlukan kerjasama

dengan spesialis lain tergantung dari gejala yang timbul

Obat yang digunakan:

- Kortikosteroid topikal yang poten

- Kortikosteroid sistemik

Ringkasan

Stomatitis aftosa rekuren merupakan jenis stomatitis yang paling sering ditemukan

Etiologi yang pasti tidak diketahui

Faktor predisposisinya banyak

Page 4: Penatalaksanaan

Rasa nyeri merupakan ciri khasnya

Gambaran klinisnya bervariasi

Pengobatan dilakukan secara simtomatik

Daftar Pustaka:Cawson, R.A. dan Odell, E.W. 2008. Cawson’s Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine. Ed. ke-7. Curchill-Livingstone, Edinburgh. Hal. 220 - 224.

Lamey, P.J. dan Lewis, M.A.O. 1991. Oral Medicine in Practice. BDJ Publisher, London. Hal. 5 – 7.

Neville, B.W., Damm, D.D. dan White, D.H. 1999. Color Atlas of Clinical Oral Pathology. Ed ke-2. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia. Hal. 138 – 147, 188 – 191.

Regezi, J.A., Sciubba, J.J. dan Jordan, R.C. 2008. Oral Pathology. Clinical Pathologic Correlations. Ed ke-5. Saunders – Elsevier, St. Louis. Hal. 35 – 39.

Sook Bin Woo dan Greenberg, M.S. 2008. Ulcerative, Vesicular and Bullous Lesions. Dalam Burket’s Oral Medicine. M.S. Greenberg, M. Glick dan J.A. Ship, editor. BC Decker, Hamilton. Hal. 57 – 60.

II.2 Penanganan Stomatitis

Pada umumnya stomatitis dapat sembuh dengan sendirinya, kecuali stomatitis yang

disebabkan jamur karena harus diobati dengan obat anti jamur. Biasanya butuh waktu

penyembuhan sekitar seminggu. Jika tak diobati, bisa berkelanjutan. Walaupun tidak sampai

menyebar ke seluruh tubuh dan hanya disekitar mulut, akan tetapi stomatitis yang diakibatkan

oleh jamur segera diobati. Sebab jika jamur ikut tertelan, sangat mungkin terjadi diare.11,13

Pengobatan untuk menyembuhkan stomatitis secara umum ada dua, yaitu :13

- Dengan menghilangkan penyebabnya seperti anemia, avitaminosis (kekurangan vitamin

dan mineral) dan infeksi berat.

Page 5: Penatalaksanaan

- Dengan menghindarkan penyebab seperti kebiasaan merokok, bumbu masak yang

merangsang, makan makanan panas, serta selalu menjaga kebersihan gigi dan mulut.

Pengobatan secara local di mulut biasanya dengan memakai obat-obatan yang diminum

atau yang dikumur sehingga mengurangi keluhan penderita. Ada sifat unik dari jaringa mulut

yang memudahkan proses penyembuhan stomatitis tetapi juga rentan untuk kambuh kembali

yakni banyaknya pembuluh darah. Sering terkena trauma/ perlukaan, dan terdapat sel-sel yang

daya regenerasinya cepat.13

Dengan mengetahui penyebabnya, diharapkan kita dapat menghindari timbulnya

stomatitis ini, diantaranya dengan menjaga kebersihan rongga mulut serta mengkonsumsi nutrisi

yang cukup, terutama yang mengandung vitamin B12 dan zat besi. Juga selain itu, menghindari

stres. Namun bila ternyata stomatitis timbul, maka dapat mencoba denga kumur-kumur air garam

dan pergi ke dokter gigi untuk meminta obat yang tepat. Hal tersebut untuk menghindari kita dari

mengkonsumsi obat yang salah.13

Pengobatan sebaiknya diberika berdasarkan faktor penyebabnya. Dengan tujuan

menghindari efek samping dai obat tersebut, apakah obat tersebut bersifat karsinogenik, atau

merangsang kanker13.

Apabila telah diberi obat dan berkumur dengan obat kumur, anak tidak juga sembuh,

maka harus dicari penyebab lain. Mungkin karena jumlah kuman bertambah, dosis pemakaian

obat kurang, atau akibat mengunyah terjadi lagi trauma baru di lidah. Bisa juga lantaran daya

tahan tubuh anak memang randah atau karena kebersihan mulut dan gigi tidak terjaga.13

Selain cara penanganan stomatitis yang telah dibahas diatas ada beberapa bentuk

penanganan lain yaitu sebagai berikut :13

- Sebelum tidur, daerah yang mengalami stomatitis diolesi kenalog (sejenis salep untuk

sariawan) ditambah minum suplemen vitamin C cair.

- Olesi bagian yang terkena stomatitis dengan madu, namun hati-hati dalam mengkonsumsi

madu, karena jika kelebihan madu dapat menyebabkan panas dalam.

Page 6: Penatalaksanaan

- Timbulnya sariawan bisa jadi karena pertanda akan sakit flu, oleh karena itu disarankan

mengkonsumsi vitamin C 1000mg agar tidak terkena sakit flu.

- Gunakan pasta gigi yang dapat meringankan sariawan.

- Perbanyaklah minum jus tomat, karena dapat mengurangi pembesaran dari stomatitis dan

mengurangi gejala klinisnya.

- Minum the bunga teratai/chyrantenum, teh ini juga sangat efektif untuk mengobati panas

dalam.

- Hindari gejala stres dan kecapekan, karena dapat menimbulkan dan memperparah gejala

stomatitis.

- Gejala stomatitis dapat juga dihilangkan dengan berkumur air rebusan daun saga.

- Minumlah air kacang hijau setiap pagi. Kacang hijaunya tidak direbus tapi hanya diseduh

dengan air panas sampai airnya warna hijau baru diminum ditambah denga gula sedikit

agar rasanya lebih enak.

- Gunakan obat-obatan yang dapat meredakan gejala stomatitis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2010. Sariawan dan Stomatitis. Diakses dari

http://kesehatangigi.blogspot.com/208/01/sariawanstomstitis.html pada tanggal 10 Juli 2011.

2. Suwondo. 2010. Mengenali Sariawan. Diakses dari

http://www.tabloid-wanita-indonesia.com/929/sehat.htm pada tanggal 10 Juli 2011.

3. Anis,Suarni. 2010. Sariawan Kecil tapi Menyengsarakan. Diakses dari

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1611761-sariawan-kecil-tapi-menyengsarakan/ pada

tanggal 10 Juli 2011.

Page 7: Penatalaksanaan

4. Hartono,Rudi. 2010. Jenis-jenis Stomatitis. Diakses dari

http://www.wawasandigital.com/index.php?

option=com_content&task=view&id=17224&Itemid=32 pada tanggal 10 Juli 2011.

5. Policetyawati,Tridara. Mengenal Lebih dekat Sariawan. Diakses dari

http://www.republika.co.id/cetak_berita.asp?id=236166&kat_id=105&edisi=Cetak pada tanggal

10 Juli 2011.

6. Uttiek. 2010. Sariawan. Diakses dari http://mail-archive.com/[email protected]

majalah.com/msg03970.html pada tanggal 10 Juli 2011.

7. Cawson,R.A,et al. 2002, cawson’s Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine, 7th

edition,New York,Churchill Living Stone,13:192-193

8. Departemen Kesehatan. 2010. Data Tingkat Kejadian Stomatitis. Diakses dari

www.bmf.litbang.depkes.go.id/index.php?option=content&task=view&id=130&ltemid=53 pada

tanggal 10 juli 2011.

9. Anonim. 2010. Penyebab Terjadinya Stomatitis. Diakses dari www.smokingcard.info/?

jdl=adt&bid=17 pada tanggal 10 Juli 2011.

10. Greenberg MS,Michael Glick. Burket’s Oral Medicine Diagnosis and Treatment. 10th

ed.Philadelpia: BC Decker Inc: 2003.pp.63-64

11. Lewis, M.A.o dan Lamey,P-J. Tinjauan Klinis Penyakit Mulut.Editor: Alih Wirawan. Jakarta :

1998.pp.48-49

12. Neville, Damm DD, Allen CM, Bouquot JE. Oral and Maxillofacial Pathology. 2nd

Ed.Philadelpia: WB Saunders Company: 1991.pp.287

13. Causon RA, Odell EW, Porter S. Causons Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine.7th

ed.Edinburgh: Churchill Livingstone : 2002.pp.192-193

14. Creswell, W.J. 1994. Research Design. United Kingdom: Sage Publication, Inc.

15. Hall, C.S, & G. Lindzey. 2005. Psikologi Kepribadian 2 : Teori-teori Holistik. Yogyakarta:

Penerbit Kanisius

16. Mangunsong, F. 1998. Psikologi dan Pendidikan anak Luar Biasa. Jakarta : LPSP3 Universitas

Indonesia

Page 8: Penatalaksanaan

17. Mappiare, A.1982. Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional Mason, Heather., & Stephen

McCall. 1999. Visual Impairment, Access to Education for

18. Children and Young People. GB: David Fulton Publishers. PERDAMI. 2002. Ilmu Penyakit

Mata. Jakarta : Penerbit C.V Sagung Seto

19. Somantri, T. Sutjihati. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : Penerbit P.T Refika Aditama

20. Sunanto, J. 2005. Mengembangkan Potensi Anak Berkelainan Penglihatan. Jakarta : Depdiknas-

Dikti

21. Jayakusuma,Ardian. 2008. Tingkat Kejadian Stomatitis pada Anak Usia Sekolah Dasar dan

Penyebabnya Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Hasanuddin.