pemikiran hamka tentang guru...

120
PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh Imam Faizal 1110011000093 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016

Upload: duonganh

Post on 05-Feb-2018

238 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

Imam Faizal

1110011000093

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016

Page 2: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,
Page 3: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,
Page 4: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,
Page 5: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

iii

ABSTRAK

Imam Faizal. “Tinjauan Pemikiran HAMKA tentang guru”. Skripsi:

Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta 4 Mei 2016. Pembimbing: Prof. Dr. Abuddin Nata,

MA.

Pemikiran Hamka mengenai posisi guru dalam kegiatan pendidikan,

menimbulkan pertanyaan lebih dalam bagaimana seharusnya sikap guru di sekolah,

maupun di lingkungan hidup sehari-hari. Tidak hanya sekedar menuangkan pelajaran

di sekolah, namun juga perannya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pandangan Hamka tentang guru dan menemukan

relevansi pemikiran Hamka tentang guru dalam pendidikan di masa kini. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, deskriptif, dan analitif

dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, yang memusatkan fokus

penelitian pada pandangan Hamka tentang pendidik dalam perspektif pendidikan

Islam.

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah bahwa Menurut Hamka guru

adalah sosok yang bertanggung jawab dalam mempersiapkan dan mengantarkan

peserta didik untuk memiliki ilmu pengetahuan yang luas, berakhlak mulia, dan

bermanfaat bagi kehidupan masyarakat secara luas. Hamka lebih menekankan aspek

pendidikan jasmani dan rohani. Syarat-syarat guru yang ditandaskan Buya Hamka

sesuai dengan standar kompetensi yang dirancangkan dalam Undang-undang, yaitu

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan

kompetensi sosial. Konsep guru menurut Buya Hamka memiliki tingkat relevansi

tinggi dengan kondisi pendidikan di era sekarang.

Page 6: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang

telah memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat dan karunia-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul Pemikiran

HAMKA tentang guru dengan baik. Shalawat beserta salam semoga senantiasa

tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para

sahabatnya, dan para pengikutnya hinggá akhir zaman.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Strata Satu Pendidikan Islam (S.Pd.I). Dalam penyusunan skripsi ini, penulis

menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan

ilmu pengetahuan yang penulis miliki, Namun berkat adanya dorongan dan bantuan

dari berbagai pihak, akhirnya penelitian pendidikan ini dapat terselesaikan. Oleh

karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penyusunan penelitian pendidikan ini. Ucapan terima

kasih tersebut penulis sampaikan kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.

2. Ketua Jurusan, Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., dan Sekretaris Jurusan,

Ibu Marhamah Saleh, Lc. MA., Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Abuddin Nata, MA sebagai dosen pembimbing skripsi yang

telah meluangkan waktu dan kemudahan selama proses bimbingan serta

memberikan saran serta dukungan kepada penulis selama pembuatan skripsi ini.

Page 7: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

v

4. Bapak Drs. Rusydi Jamil, M.Ag dosen penasehat akademik yang telah

memberikan nasehat-nasehatnya yang insya Allah sangat berguna bagi penulis.

Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

ilmu dan keahlian kepada penulis dan turut melancarkan usaha pembuatan skripsi

ini.

5. Keluarga tercinta yang selalu mendukung dan mendo‟akan yaitu Ayahanda saya

Razali (Alm). dan Ibunda saya Masni, dan kakak-adik saya tersayang Yasir

Arafat, Ratna Dewi, Muhammad Firdaus Saya ucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya yang telah mendukung saya sampai pada akhirnya saya bisa

menyelesaikan skripsi saya ini.

6. Kepada seluruh teman-teman seperjuangan di Jurusan Pendidikan Agama Islam

yang menjadi teman seperjuangan dalam menggali ilmu dan sama-sama

merasakan asam manisnya dalam perkuliahan Terima kasih atas segala perhatian,

dukungan, dan motivasi yang telah mereka berikan, semoga silaturrahmi terjalin

dan sukses selalu.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, semoga Allah SWT.

Membalas segala amalnya dengan lebih baik. Semoga penulisan skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan adalah semata-mata keterbatasan

ilmu yang penulis miliki. Apabila terdapat kesempurnaan itu berasal dari Allah.

Jakarta, 10 Mei 2016

Imam Faizal

NIM. 1110011000093

Page 8: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

vi

Page 9: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK .............................................................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iv

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................................ 8

C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 9

D. Perumusan Masalah ....................................................................................... 9

E. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 9

BAB II ..................................................................................................................................... 10

KAJIAN TEORITIK TENTANG GURU ........................................................................ 10

A. Pengertian Guru ............................................................................................ 10

B. Peran dan Fungsi Guru ................................................................................ 12

C. Kompetensi Guru .......................................................................................... 13

D. Guru Profesional ........................................................................................... 33

E. Sikap Profesional Guru ................................................................................ 34

F. Ayat-ayat Al-Qur’an Tentang Pendidik Atau Guru .................................. 57

BAB III .................................................................................................................................... 62

METODOLOGI PENELITIAN ....................................................................................... 62

A. Objek dan Waktu Penelitian ........................................................................ 62

B. Metode Penelitian .......................................................................................... 62

C. Fokus Penelitian ............................................................................................ 63

D. Prosedur Penelitian ....................................................................................... 63

E. Sumber data ................................................................................................... 64

F. Analisis Data .................................................................................................. 65

Page 10: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

v

G. Teknik Penulisan ........................................................................................... 66

BAB IV .................................................................................................................................... 67

PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU .................................................................... 67

A. Riwayat Hidup Buya Hamka ....................................................................... 67

B. Klasifikasi Pendidikan Menurut Hamka .................................................... 80

C. Konsep Guru atau Pendidik dalam Pandangan Hamka ........................... 81

D. Relevansi Konsep Guru Menurut Hamka dengan Pendidikan Indonesia

92

BAB V ...................................................................................................................................... 98

PENUTUP ........................................................................................................................... 98

A. Kesimpulan .................................................................................................... 98

B. Saran-Saran ................................................................................................... 98

C. Penutup .......................................................................................................... 98

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 99

Page 11: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam dunia pendidikan, pihak yang melakukan tugas-tugas

mendidik dikenal dengan dua predikat yakni pendidik dan guru. Pendidik

(murabbi) adalah orang yang berperan mendidik, subyek didik atau

melakukan tugas pendidikan (tarbiyah).Sedangkan guru adalah orang yang

melakukan tugas mengajar (ta‟lim).1 Pada perjalannanya, seorang guru

menjadi subjek dalam mendidik anak, bertujuan memelihara dan

membimbing anak di sekolah hingga menjadi orang tua kedua bagi anak

muridnya. Pendidikan mengandung makna pembinaan kepribadian,

memimpin, dan memelihara. Hal-hal tersebut dilakukan oleh guru agar

tercipta kebiasaan yang baik oleh para peserta didik.

Dalam hal membangun kebiasaan terhadap peserta didik, guru

bertanggung jawab memenuhi kebutuhan peserta didik baik spiritual,

intelektual, moral, estetika, maupun kebutuhan fisik peserta didik dengan

mengupayakan perkembangan seluruh potensinya yang meliputi potensial

fektif, kognitif, dan psikomotorik, yang selanjutnya kita sebut sebagai

akademik peserta didik. Dalam konteks pendidikan Agama Islam, guru harus

memenuhi segala kebutuhan akademik peserta didik sesuai dengan nilai-nilai

ajaran Islam. Hal ini dilakukan agar peserta didik mampu menunaikan tugas-

tugas kemanusiaannya, baik sebagai khalifah dimuka bumi maupun

1 Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Penidikan Integratif disekolah, Keluarga,

dan Masyarakat, (Yogyakarta: LkiS, 2009), hlm.36.

Page 12: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

2

Hamba Allah sesuai dengan syariat Islam.2 Baik secara umum atau pun secara

konsep agama islam, pendidikan mampu memenuhi kebutuhan lahir dan batin

seorang peserta didik. Guru menjadi penentu proses pengembangan peserta

didik.

Guru menjadi pemeran strategis dalam pengajaran ilmu

pengetahuan dan pengembangan potensi peserta didik. Dalam tugasnya

mengajar dan mendidik, sebutan guru dipakai untuk menggantikan

pendidik. Guru adalah jabatan dan subjek yang melakukan. Sedangkan

pendidik adalah status yang dipakai dari tugasnya mendidik. Jadi dalam

perkembangannya nama pendidik menjadi Guru, sesuai dengan istilah jawa,

guru, digugu lan ditiru. Falsafah ini menegaskan, tugas guru adalah

memberi ilmu yang diterima oleh anak muridnya.Selain itu, pembimbing

dan pengarah murid agar mengembangkan potensinya serta pemberi contoh

bagi murid.

Guru adalah penentu siswa berprestasi secara akademik dan spiritual.

Guru dituntut memenuhi segala aspek akademik siswa dan spiritualnya. Oleh

karena itu, guru diharapkan mampu menguasai berbagai bidang. Hal tersebut

dilakukan agar guru dapat memacu siswa dalam meningkatkan prestasi murid.

Seperti berpengetahuan luas dan banyak pengalaman. Secara spiritualitas pun,

guru harus bisa menjadi tauladan bagi muridnya. Tugas guru tidak hanya

mengajar, namun juga mendidik yang bisa terlihat dari sikap dan berkelakuan

guru. Sikap yang baik seorang guru, dapat didapatkan dari pengetahuan,

pengalaman, kepatuhannya beribadah, sopan santun atau mencontoh orang

2Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Ciputat Press, 2005), hlm. 41-

42

Page 13: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

3

lain sebagai tauladan. Pembelajaran secara tidak langsung itu dapat menjadi

contoh kepada murid.

Pembelajaran tidak langsung dari seorang guru, salah satunya didapat

dari sosok teladan. Sosok teladan itu yang mempengaruhi tindak-tanduk

seorang guru, sosok tersebut menjadi inspirasinya. Sosok inspiratif dari

seorang guru adalah sosok yang bersangkutan dengan dunia guru. Sosok

tersebut bisa jadi seorang akademisi, cendekiawan atau seorang ahli

pendidikan yang pemikiran atau teorinya dipakai dalam dunia pendidikan.

Tokoh-tokoh pendidikan di Indonesia banyak jumlahnya, seperti pada masa

sekarang ada nama Arif Rahman Hakim dan yang sudah lebih dulu adalah

Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA). Penulis mengambil sosok

HAMKA dalam tulisan ini.

Tokoh-tokoh pendidikan yang memiliki kecenderungan pemikiran

mengenai hakikat pendidik atau guru dalam pendidikan Islam salah satunya

adalah Prof. Dr. H. Abdul Malik bin Haji Abdul Karim Amarullah, yang

selanjutnya disebut HAMKA. Menurutnya, manusia sangat penting dalam

mencari ilmu pengetahuan, bukan hanya membantu manusia memperoleh

penghidupan layak, tetapi lebih dari itu, dengan ilmu manusia akan mampu

mengenal tuhannya, memperluas akhlaknya, dan senantiasa berupaya mencari

keridhaan Allah. Hanya dengan bentuk pendidikan yang demikian, manusia

akan memperoleh ketenteraman (hikmat) dalam hidupnya. 3

Dari penyampaian Hamka tersebut, tujuan pendidikan menurutnya

adalah mengenal dan mencari keridhoan Allah, membangun budi pekerti

untuk berakhlak mulia, serta mempersiapkan peserta didik untuk hidup layak

dan berguna di tengah-tengah masyarakat.4

3 Hamka, Lembaga Hidup, (Jakarta: Djajamurni, 1962), hlm. 54

4Hamka, ibid, hlm. 2-3

Page 14: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

4

Pernyataanya tersebut merupakan konsep pendidikan dipandang dari

sudut Islam.Hamka sendiri merupakan ulama dan pemikir Islam di

Indonesia.Pandangannya mengenai pendidikan tidak jauh dari tujuan

pendidikan secara nasional.

Hamka lahir di Minanjau, Sumatera Barat, Senin, 16 Februari 1908.

Ia adalah putra seorang tokoh pembaharu dari Minangkabau, Doktor Haji

Abdul Karim Amrullah (sering disebut Haji Rasul) yang merupakan salah

seorang ulama yang pernah mendalami agama di makkah, pelopor

kebangkitan kaum muda, dan tokoh pembaharu Muhammadiyah di

Minangkabau. Hamka adalah seorang ulama intelektual, mubaligh, ahli

agama, penulis, sastrawan, sekaligus wartawan majalah Pedoman Masyarakat,

Panji Masyarakat, Gema Islam. Sosok Hamka adalah multiperan, selain

sebagaimana yang telah disebutkan diatas, ia juga seorang pemikir

pendidikan. Dalam salah satu pandangan Hamka mengenai pendidikan Islam,

ia berpendapat bahwa pendidikan di sekolah tak bisa lepas dari pendidikan

dirumah. Karenanya, menurut ketua umum MUI pertama dan Imam besar

Masjid Al-Azhar Jakarta ini; komunikasi antara sekolah dengan rumah dan

masyarakat sangatlah penting.5

Tujuan pendidikan nasioanal menurut UU No. 20, Tahun 2003. Pasal

3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.” Tujuan pendidikan nasional dan menurut Hamka,

5Herry Mohammad, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad20, (Jakarta: Gema Islami,

2006), hlm.64

Page 15: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

5

menyebutkan objek pendidikan adalah peserta didik.Tujuan pendidikan

tersebut wajib dilaksanakan oleh guru di sekolah. Guru sekolah menjadi

eksekutor dalam proses pendidikan kepada peserta didik.

Proses pendidikan yang akan didapatkan oleh peserta didik

haruslah melalui guru yang kompeten, guru yang memiliki kompetensi

untuk mengajar dan mendidik. Kompetensi guru adalah guru yang memiliki

sekumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki

guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan.Kompetensi

diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan belajar mandiri dengan

memanfaatkan sumber belajar.

Adapun kompetensi yang harus dimiliki adalah kompetensi

pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, kompetensi

dan kompetensi sosial. Kompetensi pedagodik adalah kemampuan yang

meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan

pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang

mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta

didik, dan berakhlak mulia.

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya

membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan

dalam Standar Nasional Pendidikan.Tugas guru ialah mengajarkan

pengetahuan kepada murid. Guru tidak sekedar mengetahi materi yang akan

diajarkannya, tetapi memahaminya secra luas dan mendalam. Oleh karena itu,

murid harus selalu belajar untuk memperdalam pengetahuannya terkait mata

Page 16: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

6

pelajaran yang diampunya.6

Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari

masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta

didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik

dan masyarakat sekitar.Guru diharapkan memberikan contoh baik terhadap

lingkungannya, dengan mejalankan hak dan kewajibannya sebagai bagian dari

masyarakat sekitarnya. Guru harus berjiwa sosial tinggi, mudah bergaul, dan

suka menolong.7

Hamka mengartikan sosok guru dalam lingkungan sekolah sebagai

jembatan atau perpanjangan tangan antara orang tua dan masyarakat.Hal ini

karena Hamka menganggap sekolah merupakan lembaga pendidikan yang

tersusun secara sistematis, serta menjadi miniatur realitas sosial dimana

pendidikan dilaksanakan. Mengenai hal ini, Hamka menempatkan pendidik

sebagai komponen yang sangat mempengaruhi terlaksananya proses belajar

mengajar secara efektif. Guru merupakan penanggung jawab terjadinya

transformasi material dan nilai pendidikan, karenanya hubungan yang terjalin

antara peserta didik dengan pendidik harus harmonis.8

Menurut Hamka, seorang pendidik harus bisa menanamkan

keberanian pada diri peserta didik untuk berani berargumentasi dan

mengeluarkan pendapat, hal ini bisa diupayakan dengan jalan menguatkan

pelajaran olahraga, menceritakan riwayat orang-orang yang berani,

membiasakan berterus terang dalam bercakap-cakap, tidak percaya pada

khurafat, dan memperkaya akal dan ilmu yang memberi faedah.9

6Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan Dan Sumber Belajar Teori Dan

Praktik, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2012), cet II, h. 54.

7Jejen Musfah, ibid, Cet. II, h. 52 .

8Ibid.,hlm.149

9Hamka,FalsafahHidup, (Jakarta:PustakaPanjimas,1984),hlm.208-209

Page 17: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

7

Pemikiran Hamka mengenai posisi guru dalam kegiatan pendidikan,

menimbulkan pertanyaan lebih dalam bagaimana seharusnya sikap guru di

sekolah, maupun di lingkungan hidup sehari-hari. Tidak hanya sekedar

menuangkan pelajaran di sekolah, namun juga perannya dalam kehidupan

sehari-hari.

Sebagai ulama dan tokoh pendidikan, Hamka memosisikan guru ke

dalam peran yang sangat penting.Menurutnya, “kemajuan suatu bangsa

sangat tergantung pada kesempurnaan system pendidikan dan pengajaran

yang ditawarkannya.”10

Perkembangan suatu sistem pendidikan dan lembaga

yang mewadainya memiliki keterkaitan dengan perkembangan masyarakat

secara keseluruhan, baik cita-cita, tata nilai yang dianut, kebutuhan fisik

dan psikis, perubahan orientasi sosial, serta prioritas-prioritas

perjuangannya.

Dalam hal tersebut, Hamka memandang bahwa keberhasilan suatu

tujuan pendidikan dari tertata dan terwujudnya aspek-aspek pendidikan

seperti metode pembelajaran, kurikulum dan manajemen pendidikan yang

ada. Dibahas pula, keberhasilan tersebut dari penyampai tujuan pendidikan

dari guru dan peserta didik, yang melaksanakan proses pembelajaran.

Pemikiran Hamka mengenai perananan guru dalam pendidikan

bertitik tolak dari guru dalam pendidikan Islam. Pendidikan atau tarbiyah

diartikannya adalah mengasuh, bertanggung jawab, memberi makan,

mengembangkan, memelihara, membesarkan, dan menumbuhkan.

Prosesnya merujuk pada pemeliharaan dan pengembangan seluruh potensi

(fitrah) peserta didik, baik jasmaniah maupun rohaniah.11

Fungsi dan peranan

pendidik dalam penyelenggaraan pendidikan Islam menduduki posisi strategis

10

Hamka, Lembaga Hidup, (Jakarta: Djajamurni, 1962), hlm. 13

11 Hamka, Tafsir Al-Azhar jilid 6, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1998), h. 4035

Page 18: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

8

dan vital. Pendidik yang terlibat secara fisik dan emosional dalam proses

pengembangan fitrah manusia didik baik langsung ataupun tidak akan

memberi warna tersendiri terhadap corak dan model sumber daya manusia

yang dihasilkannya. Oleh karna itu, disamping sangat menghargai posisi

strategis pendidik, Islam juga telah menggariskan fungsi, peranan dan kriteria

atau karakteristik seorang pendidik.

Sebagai pengembang fitrah kemanusiaan anak didik, maka pendidik

harus memiliki nilai lebih dibanding si terdidik. Tanpa memiliki nilai lebih,

sulit bagi pendidik untuk dapat mengembangkan potensi peserta didik, sebab

itu akan kehilangan arah, tidak tahu kemana fitrah anak didik akan

dikembangkan, serta daya dukung apa saja yang dapat digunakan. Nilai lebih

yang harus dimiliki oleh pendidik Islam mencakup 3 hal pokok, yaitu

pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian yang didasarkan nilai-nilai ajaran

Islam.

Berdasarkan permasalahan tersebut, sekaligus mempertimbangkan

pemikiran Hamka yang sangat relevan, modern, problem solving, dan

berkesinambungan dengan masalah di atas, maka penulis bermaksud

mengadakan penelitian terhadap pemikiran Hamka yang berkaitan dengan

hakikat guru dalam pendidikan. Karenanya, penulis mengambil

judul”PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka peneliti

dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Hakikat seorang guru mencerminkan pendidikan kepada generasi muda dalam

kehidupan sehari-hari masih kurang dalam pelaksanaanya.

2. Kesadaran guru yang kurang dalam pemahaman mendidik dalam lingkungan

sekolah.

Page 19: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

9

3. Relevansi Pemikiran Prof. Dr. Hamka dalam memandang guru pada masa

sekarang masih jarang diteliti.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah yang telah dilakukan, maka dibatasi

permasalahan pada “ Pemikiran Prof. Dr. Hamka tentang Guru”

D. Perumusan Masalah

Berangkat dari pembatasan permasalahan tersebut, maka masalah

dalam skripsi dapat dirumuskan sebagai berikut “Bagaimana Pemikiran Prof.

Dr. H. Abdul Malik bin Haji Abdul Karim Amarullah (HAMKA) tentang

Guru?”

E. Tujuan Penelitian

Penulisan skripsiini mempunyai tujuansebagai berikut:

1. Penulis ingin mengetahui pandangan Hamka tentang guru.

2. Penulis ingin menemukan relevansi pemikiran Hamka tentang guru dalam

pendidikan di masa kini.

Page 20: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

10

BAB II

KAJIAN TEORITIK TENTANG GURU

A. Pengertian Guru

Menurut Ahmad D. Marimba (1989) pendidik adalah orang yang

memikul tanggung jawab untuk mendidik, yaitu manusia dewasa yang

karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab terhadap pendidikan anak

didik.Abuddin Nata (1997) menyebutkan, pendidik secara fungsional

menunjukan kepada seseorang yang melakukan kegiatan dalam memberikan

pengetahuan, keterampilan, pendidikan, pengalaman dan sebagainya. Secara

singkat Ahmad Tafsir (1994) mengatakan, Pendidik dalam Islam sama

dengan teori di Barat, yaitu orang-orang yang bertanggung jawab terhadap

perkembangan anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh

potensi anak didik, baikpotensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik.12

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai

dan mengevakuasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah jalur pendidikan formal”.13

Guru sebagai Pendidik, Sekolah merupakan institusi kegiatan

pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan dan membentuk potensi

intelektual atau pikiran anak didik, menjadi cerdas. Secara terprogram dan

koordinatif, materi pendidikan dipersiapkan untuk dilaksanakan secara

metodis, sistematis, intensif, efektif, dan efesien menurut ruang dan waktu

yang telah ditentukan. Jadi penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan

12

Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005), Cet-1,hlm.

13Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Page 21: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

11

menurut metode dan sistem yang jelas dan konkret.14

Sebenarnya seorang guru bukanlah bertugas sebagai transfer of

knowledge saja, tetapi pendidik juga bertanggungjawab atas pengelolaan,

pengarah, fasilitator dan perencana. Oleh karena itu fungsi dan tugas

pendidik setidaknya mencakup tiga hal:

Pertama, sebagai pengajar (instruksional) yang bertugas

merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program

yangtelahdisusun serta mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian

setelahprogramdilakukan. Kedua, sebagai pendidik (educator) yang

mengarahkan anak didik pada tingkat kedewasaan yang berkepribadian insan

kamilseiringdengan tujuan Allah mencipatakannya. Ketiga, sebagai

pemimpin (managerial) yang memimpin mengendalikan diri sendiri, anak

didik dan masyarakat terkait upaya pengerahan, pengawasan,

pengorganisasian, pengontrolan dan partisipasi atas program yang

dilakukan.15

Dalam pelaksanaan tugas itu, guru dituntut untuk mempunyai

seperangkat prinsip keguruan. Prinsip keguruan itu dapat berupa:

1) memperhatikan: kesediaan kemampuan,pertumbuhan dan perbedaan

anak didik.

2) membangkitkan gairah anak didik untuk belajar,

3) menumbuhkan bakat dan sikap anak didik yang baik,

4) mengatur proses belajar mengajar dengan baik

5) memperhatikan perubahan-perubahan kecenderungan yang

mempengaruhi proses mengajar,

6) menciptakan hubungan manusiawi dalam proses belajar mengajar.16

14

Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), Cet-2

37Ibid, hlm.106

15Muhaimin, Kontroversi Pemikiran Fazlur Rahman, (Cirebon: Pustaka Dinamika,1999), Cet-1,

hlm.113-114

16Ibid, hlm.114

Page 22: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

12

B. Peran dan Fungsi Guru

Tujuan pendidikan nasional yang berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab17

Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut dalam tatanan mikro,

pendidikan harus mampu menghasilkan SDM berkualitas dan profesional

sesuai dengan tujuan pendidikan, termasuk di dalamnya kebutuhan dunia

kerja dan respon terhadap perubahan masyarakat setempat, dengan kata lain

pendidikan harus menghasilkan lulusan yang mampu berfikir global dan

mampu bertindak lokal serta dilandasi dengan akhlak yang mulia.

Proses belajar mengajar dan hasil belajar para siswa bukan saja

ditentukan oleh sekolah, pola, struktur, dan kurikulumnya, akan tetapi

sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan

membimbing mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan

lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu

mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal.

Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap

terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu,

upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan tidak akan memberikan yang signifikan tanpa didukung oleh guru

17

UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) beserta penjelasannya (Bandung: Citra Umbara, 2003),h. 7.

Page 23: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

13

yang profesional dan berkualitas. Dengan kata lain, perbaikan kualitas

pendidikan harus berpangkal dari guru dan berujung pada guru pula.18

Peran dan fungsi guru pada dasarnya merupakan unjuk kerja yang

dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas

kinerja guru akan sangat menentukan pada kualitas hasil pendidikan, karena

guru merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan

siswa dalam proses pendidikan atau pembelajaran di lembaga pendidikan

sekolah. Jadi, kinerja guru dalam proses belajar mengajar adalah kemampuan

guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar yang memiliki keahlian

mendidik siswa dalam rangka pembinaan peserta didik untuk tercapainya

institusi pendidikan.

C. Kompetensi Guru

Peran dan fungsi guru tidak terlepas dari kompetensi yang dimiliki

seorang guru dalam mendididik anak didik. Dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan, pada pasal 28,

ayat 3 disebutkan bahwa kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi; (1)

kompetensi pedagogik, (2) kompetensi profesional, (3) kompetensi

kepribadian, dan (4) kompetensi sosial.

1. Kompetensi Pedagogik

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir

A dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah

kemampuan yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan

18E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,

2012), Cet. VI, h. 176.

Page 24: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

14

dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan

peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.19

Menururt Jejen “Tugas guru yang utama ialah mengajar dan mendidik

murid di dalam dan di luar kelas. Guru selalu berhadapan dengan murid yang

memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap utama untuk menghadapi

hidupnya di masa depan”.20

Secara umum istilah pedagogik (pedagogi) dapat beri makna sebagai

ilmu dan seni mengajar anak-anak.Sedangkan ilmu mengajar untuk orang

dewasa adalah andragogi. Dengan pengertian itu maka pedagogik adalah

sebuah pendekatan pendidikan berdasarkan tinjuan psikologis anak.

Pendekatan pedagogik muaranya adalah membantu siswa melakukan kegiatan

belajar. Dalam perkembangannya, pelaksanaan pembelajaran itu dapat

menggunakan pendekatan kontinum, yaitu dimulai dari pendekatan pedagogi

yang diikuti oleh pendekatan andragogi, atau sebaliknya yaitu dimulai dari

pendekatan andragogi diikuti pedagogi, demikian pula daur selanjutanya;

andragogi-pedagogi-andragogi, dan seterusnya.21

a. Ruang Lingkup Kompetensi Pedagogik

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, yang dimaksud dengan

kompetensi pedagogis adalah kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran

peserta didik yang meliputi; a) pemahaman wawasan atau landasankan

kependidikan, b) pemahaman terhadap peserta didik, c) pengembangan

kurikulum/silabus, d) perancangan pembelajaran, e) pemanfaatan teknologi

19

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012), Cet. VI, h. 75.

20Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori

dan Praktik, (Jakarta: Krncana Prenada Group, 2012), Cet. II, h. 30.

21Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung

Persada Press, 2011), Cet. III, h. 177.

Page 25: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

15

pembelajaran, f) evaluasi proses dan hasil belajar, g) pengembangan peserta

didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.22

Kemampuan pedoagogik dapat bermanfaat bagi guru dalam

menyampaikan materi ajar.Setiap individu anak didik memiliki keunikan

dalam berfikir dan bersikap. Oleh karena itu, kemampuan pedagogik

dibutuhkan oleh guru saat pembelajaran.

b. Kemampuan Mengelola Pembelajaran

Secara operasional, kemapuan mengelola pembelajaran menyangkut

tiga fungsi manajerial, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian.

1) Perencanaan menyangkut penetapan tujuan, dan kompetensi, serta

memperkirakan cara mencapainya.

2) Pelaksanaan atau sering juga disebut implementasi adalah proses

yang memberikan kepastian bahwa proses belajar mengajar telah

memiliki sumber daya manusia dan sarana prasarana yang

diperlukan, sehingga dapat membentuk kompetensi dan mencaoai

tujuan yang diinginkan.

3) Pengendalian atau ada juga yang menyebut evaluasi dan

pengendalian, bertujuan menjmin kinerja yang dicapai sesuai

dengan rencana atau tujuan yang telah ditetapkan.23

c. Pemahaman terhadap Peserta Didik

1) Tingkat Kecerdasan

Guru merupakan organisator pertumbuhan pengalaman siswa. Guru

harus dapat merancang pembelajaran yang tidak semata-mata menyentuh

aspek kognitif, tetapi juga dapat mengembangkan keterampilan dan sikap

siswa. Maka, guru haruslah individu yang kaya pengalaman dan mampu

22

Jejen, op cit., h. 31.

23E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,

2012), Cet.VI, h. 77-78.

Page 26: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

16

mentransformasikan pengalamannya itu pada para siswa dengan cara-cara

yang variatif.24

Guru harus memahami bahwa semua siswa dalam seluruh konteks

pendidikan itu unik. Dasar pengetahuan tentang keragaman sangat penting,

dan termasuk dalam kecerdasan, emosional, bakalt, dan bahasa. Guru harus

mampu mengarahkan siswa untuk fokus pada kemampuannya dalam bidang

tertentu dan menunjukkan cara yang tepat untuk meraihnya.25

Oleh karena itu, guru harus selalu belajar mengenai karakter siswa dan

yang lebih penting berlatih dan berlatih bagaimana cara menghadapi karakter

tersebut, agar tidak terjebak pada sikap yang merugikan masa depan siswa dan

mencoreng citra dan integritas guru sebagai pendidik.26

2) Kreativitas

Secara umum guru diharapkan menciptakan kondisi yang baik, yang

memungkinkan setiap peserta didik dapat mengembangkan kreativitasnya,

antara lain dengan teknik kerja kelompok kecil, penugasan dan mensponsori

pelaksanaan proyek.27

Berikut disajikan beberapa resep yang dapat dilakukan guru untuk

mengembangkan kreativitas peserta didik.

a. Jangan terlalu banyak membatasi ruang gerak peserta didik dalam

pembelajaran dan mengembangkan pengetahuan baru.

b. Bantulah peserta didik memikirkan sesuatu yang belum lengkap,

mengeksplorasi pertanyaan, dan mengemukakan gagasan yang

original.

24

Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Krncana Prenada Group, 2012), Cet. II, h. 32.

25Ibid.,h. 33.

26Ibid.,h. 33.

27Mulyasa, op cit., h. 86.

Page 27: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

17

c. Bantulah peserta didik mengembangkan prinsip-prinsip tertentu ke

dalam situasi baru.

d. Berikan tugas-tugas secara independent.

e. Kurangi kekangan dan ciptakan kegiatan-kegiatan yang dapat

merangsang otak.

f. Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk berfikir reflektf

terhadap masalah yang dihadapi.

g. Hargai perbedaan individu peserta didik.

h. Jangan memaksa kehendak terhadap peserta didik.

i. Tunjukkan perilaku-perilaku baru dalam pembelajaran.

j. Kembangkan tugas-tugas yang dapat merangsang pertumbuhan

kreativitasnya.

k. Kembangkan rasa percaya diri peserta didik.

l. Kembangan kegiatan-kegiatan yang menarik.

m. Libatkan peserta didik secara optimal dalam proses pembelajaran.28

3). Kondisi Fisik

Kondisi fisik antara lain berkaitan dengan penglihatan, pendengaran,

kemampuan bicara, pincang (kaki), dan lumpuh karena kerusakan otak.29

4). Pertumbuhan dan perkembangan kognitif

Perbedaan individu perlu dipahami oleh para pengembang kurikulum,

guru, calon guru, dan kepala sekolah agar dapat melaksanakan pembelajaran

secara efektif. Dalam hal ini, pembelajaran dapat didiversifikasi atau

diperluas, diperdalam, dan disesuaikan dengan keberagaman kondisi dan

28

Ibid.,h. 89.

29Ibid.,h. 94.

Page 28: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

18

kebutuhan, baik yang menyangkut kemampuan atau potensi peserta didik

maupun potensi lingkungan.30

d. Perancangan Pembelajaran

Perancangan pembelajaran merupkan salah satu kompetensi pedagogis

yang harus dimiliki guru, yang akan bermuara pada pelaksanaan

pembelajaran. Perancangan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan,

yaitu identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan

program pembelajaran.

1). Identifikasi Kebutuhan

Identifikasi kebutuhan bertujuan antara lain untuk melibatkan dan

memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar mengajar dirasakan sebagai

bagian dari kehidupan dan mereka merasa memilikinya.31

2). Identifikasi kompetensi

Kompetensi yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas pula

terhadap materi yang harus dipelajari, penetapan metode dan media

pembelajaran, serta memberi petunjuk terhadap penilaian.32

3). Penyusunan program pembelajaran

Penyusunan program pembelajaran akan bermuara pada rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), sebagai produk program pembelajaran

jangka pendek, yang mencakup komponen program kegiatan blajar dan proses

pelaksanaan program.33

30

Ibid.,h. 99.

31Ibid.,h. 100.

32Ibid.,h. 101.

33Ibid.,h. 102.

Page 29: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

19

Proses pengembangan kurikulum menurut Miller dan Seller mencakup

tiga hal:

1) Menyusun tujuan umum (TU) dan tujuan khusus (TK)

2) Mengidentifikasi materi yang tepat

3) Memilih strategi belajar mengajar34

e. Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis

Pada anak-anak dan remaja, inisiatif belajar harus muncul dari para

guru, karena mereka pada umumnya belum memahami pentingnya

belajar.Maka, guru harus mampu menyiapkan pembelajaran yang bisa

menarik rasa ingin tahu siswa, yaitu pembelajaran yang menarik, menantang,

dan tidak monoton, baik dari sisi kemasan maupun isi atau materinya.35

f. Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran

Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran (e-

learning) dimaksudkan untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan

pembelajaran.Dalam hal ini, guru dituntut untuk memiliki kemapuan

menggunakan dan mempersiapkan materi pembelajaran dalam suatu sistem

jaringan computer yang dapat diakses oleh peserta didik.Oleh karena itu,

seyogianya guru dan calon guru dibekali dengan berbagai kompetensi yang

berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi sebagai

teknologi pembelajaran.36

g. Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku

dan pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan dengan

penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan

sertifikasi, benchmarking, serta penilaian program.

34

Jejen, op cit., h. 35.

35Ibid.,h. 37.

36E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,

2012), Cet. VI, h. 107.

Page 30: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

20

h. Pengembangan Peserta Didik

Pengembangan peserta didik merupakan bagian dari kompetensi

pedagogic yang harus dimiliki guru, untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pengembangan peserta didik

dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara, antara lain kegiatan ekstra

kurikuler (ekskul), pengayaan dan remedial, serta bimbingan dan konseling

(BK).37

Peran guru sangat kompleks bagi kehidupan peserta didik di sekolah.

Guru menjadi orang yang paling tahu masalah anak didik dalam pembelajaran

di sekolah. Guru diharapkan mampu membimbing, mengarahkan, mendengar,

dan mewujudkan bakat dan minat peserta didik.

2. Kompetensi Kepribadian

Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi

yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dengan

guru lainnya. Kepribadian sebenarnya adalah satu masalah yang abstrak,

hanya dapat dilihat dari penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan

dalam menghadapi setiap persoalan.

Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur

psikis dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan

seseorang merupakan satu gambaran dari kepribadian orang itu, asal

dilakukan secara sadar.Dan perbuatan baik sering dikatakan bahwa seorang

itu mempunyai kepribadian baik atau berakhlak mulia. Sebaliknya, bila

seseorang melakukan sikap dan perbuatan yang tidak baik menurut pandangan

masyarakat, maka dikatakan orang itu tidak berakhlak mulia. Oleh karena itu

masalah kepribadian adalah satu hal yang sangat menentukan tinggi

rendahnya kewibawaan seorang guru dalam pandangan siswa atau

37

Ibid.,h. 111.

Page 31: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

21

masyarakat. Dengan kata lain, baik atau tidaknya citra seorang guru

ditentukan oleh kepribadian.38

Berikut ini adalah beberapa pengertian tentang kompetensi

kepribadian antara lain adalah sebagai berikut:

1) Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pada pasal

28, ayat 3 ialah kemampuan kepribadian yang mantap,

stabil,dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta

didik, dan berakhlak mulia.

2) Menurut Samani, Mukhlas secara rinci kompetensi kepribadian

mencakup hal-hal sebagai berikut; 1) berakhlak mulia, 2) arif dan

bijaksana, 3) mantap, 4) berwibawa, 5) stabil, 6) dewasa, 7) jujur,

8) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, 9) secara

objektif mengevaluasi kinerja sendiri, 10) mau siap

mengembangkan diri secara mansidiri dan berkelanjutan.

3) Menurut Djama‟an Satori yang dimaksud dengan kompetensi

kepribadian ialah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku

pribadi guru itu sendiri yang kelak harua memiliki nilai-nilai luhur

sehingga terpencar dalam perilaku sehari-hari.39

a. Peran Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian berperan menjadikan guru sebagai

pembimbing, panutan, contoh, teladan bagi siswa.Dengan kompetensi

kepribadian yang dimilikinya maka guru bukan saja sebagai pendidik dan

pengajar tapi juga sebagai tempat siswa dan masyarakat bercermin. Dengan

kompetensi kepribadian maka guru akan menjadi contoh dan teladan,

membangkitkan motivasi belajar siswa, serta mendorong/memberikan

motivasi dari belakang. Oleh karena itu seorang guru dituntut melalui sikap

38

Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2011), Cet. III, h. 180.

39Ibid.,h. 181.

Page 32: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

22

dan perbuatan menjadikan dirinya sebagai panutan dan ikutan orang-orang

yang dipimpinnya.40

b. Berakhlak Mulia

Kompetensi kepribadian guru yang dilandasi akhlak mulia tentu saja

tidak tumbuh dengan sendirinya begitu saja, tetapi memerlukan ijtihad yang

mujahadah, yakni usaha yang sungguh-sungguh, kerja keras, tanpa mengenal

lelah dan niat ibadah tentunya. Dalam hal ini, barangkali setiap guru harus

merapatan kembali barisannya, meluruskan niat, bahwa menjadi guru bukan

semata-mata untuk kepentingan duniawi, memperbaiki ikhtiar terutama

berhubungan dengan kompetensi pribadinya, dengan tetap bertawakal kepada

Allah.41

Sulit mencetak siswa yang saleh jika gurunya tidak saleh. Selain guru,

untuk melahirkan siswa yang aleh, perlu dukungan: pertama, komunitas

sekolah yang saleh (pimpinan dan staf). Kedua, budaya sekolah yang saleh,

seperti disiplin, demokratis, adil, jujur, syukur, dan amanah. Hadis Rasulullah

diriwayatkan Thabrani dari Ibnu Amr menunjukkan bahwa, “Seorang mukmin

yang paling utama imannya adalah yang paling baik akhlaknya.”

Esensi pembelajaran adalah perubahan perilaku. Guru akan mampu

mengubah perilaku peserta didik jika dirinya telah menjadi manusia baik42

c. Kepribadian yang Mantap, Stabil, dan Dewasa

Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian ini adalah rangsangan

yang sering emosinya. Kestabilan emosi amat diperlukan, namun tidak semua

orang mampu menahan emosi terhadap rangsangan yang menyinggung

perasaan, dan memang diakui bahwa tiap orang mempunyai tempramen yang

40

Ibid.,h. 182.

41Mulyasa, op cit., h. 130-131.

42Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori

dan Praktik, (Jakarta: Krncana Prenada Group, 2012), Cet. II, h. 43.

Page 33: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

23

berbeda dengan orang lain. Untuk keperluan tersebut, upaya dalam bentuk

latihan mental akan sangat berguna.43

d. Disiplin, Arif, dan Berwibawa

Banyak peserta didik yang berlaku kurang senonoh di masyarakat,

terlibat vcd porno, narkoba dan pelanggaran lainnya, berangkat dari pribadi

yang kurang disiplin.Oleh karena itu, peserta didik harus belajar disiplin, dan

gurulah yang harus memulainya, sebagai guru dia harus memiliki pribadi

yang disiplin, arif, dan berwibawa.Hal ini penting, karena masih sering kita

menyaksikan dan mendengar peserta didik yang perilakunay tidak sesuai

bahkan bertentangan dengan sikap moral yang baik.44

Seorang guru tidak boleh sombong dengan ilmunya, karena merasa

paling mengetahui dan terampil disbanding guru yang lainnya, sehingga

menganggap remeh dan rendah rekan sejawatnya. Allah SWT mengingatkan

orang-orang yang sombong dengan firmannya:

“… Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas

tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang Maha Mengetahui.”

(QS. Yusuf [12]: 76)45

e. Menjadi Teladan bagi Peserta Didik

Menjadi teladan merupaka sifat dasar kegiatan pembelajaran, dan

ketika seorang guru tidak mau menerima ataupun menggunakannya secara

konstruktif maka telah mengurangi keefektifan pembelajaran. Peran dan fungi

ini patut dipahami, dan tidak perlu menjadi beban yang memberatkan,

43

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012), Cet. VI, h. 121.

44Ibid.,h. 122.

45Jejen, op cit., h. 46.

Page 34: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

24

sehingga dengan keterampilan dan kerendahan hati akan memperkaya arti

pembelajaran.46

f. Mengevaluasi kinerja sendiri

Pengalaman mengajar merupakan modal besar guru untuk

meningkatkan mengajar di kelas. Pengalaman di kelas memberikan wawasan

bagi guru untuk memahami karakter anak-anak, dan bagaimana cara terbaik

untuk menghadapi keragaman tersebut.47

Guru dapat mengetahui mutu pengajarannya dari respond an atau

umpan balik yang diberikan para siswa saat pembelajaran berlangsung atau

setelahnya, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru dapat

menggunakan umpan balik tersebut sebagai bahan evaluasi kinerjanya. Guru

belajar dari respon murid. Guru siap menerima saran dari kepala sekolah,

rekan sejawat, tenaga kependidikan, termasuk dari para siswa. 48

g. Mengembangkan diri

Di antara sifat yang harus dimiliki guru ialah pembelajar yang baik

atau pembelajar mandiri, yaitu semangat yang besar untuk menuntut

ilmu.Sebagai contoh kecil yaitu kegemarannya membaca dan berlatih

keterampilan yang dapat menunjang profesinya sebagai pendidik.Berkembang

dan bertumbuh hanya dapat terjadi jika guru mampu konsisten sebagai

pembelajar mandiri, yang cerdas memanfaatkan fasilitas pendidikan yang ada

di sekolah dan lingkungannya.49

Sebagai panutan, guru harus menjadi pribadi yang baik di mata anak

didiknya. Sikap guru yang baik atau dikatakan ideal, dapat dilihat dari cara

bersikap, akhlak, kemampuan yang dimiliki, berwibawa serta kreatif dalam

46

Mulyasa, op cit., h. 127.

47Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung

Persada Press, 2011), Cet. III, h. 182.

48Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori

dan Praktik, (Jakarta: Krncana Prenada Group, 2012), Cet. II, h. 48-49.

49Ibid.,h. 49.

Page 35: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

25

memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Guru yang mempunyai salah satu

di antaranya akan menjadi inspirasi atau panutan bagi murid.

3. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan salah satu kemampuan dasar yang

harus dimiliki seorang guru. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun

2005, pada pasal 28, ayat 3 yang dimaksud dengan kompetensi profesional

ialah kemampuan penguasaaan materi pembelajaran secara luas dan

mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi

standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. 50

Tugas guru ialah mengajarkan pengetahuan kepada murid. Guru tidak

sekedar mengetahi materi yang akan diajarkannya, tetapi memahaminya secra

luas dan mendalam. Oleh karena itu, murid harus selalu belajar untuk

memperdalam pengetahuannya terkait mata pelajaran yang diampunya.51

Profesionalitas dalam bekerja mengajar diisyaratkan dalam sebuah

Hadis riwayat Baihaqi berikut ini

تق ال أ م أحذكى ػ اهلل حب إرا ػ إ

“Sesungguhnya allah mencintai saat salah seorang diantara kalian

mengerjakan suatu pekerjaan dekerjaan dengan teliti”.52

(HR. Baihaqi)

Teliti dalam bekerja merupakan salah satu ciri

profesionalitas.Demikian juga Al-Quran menuntut kita agar bekerja dengan

penuh kesungguhan, apik, dan bukan asal jadi.

50

Fachruddin, op cit., h. 185.

51Jejen, op cit., h. 54.

52Ibid.,h. 56.

Page 36: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

26

Dalam QS Al-An‟am surat ke 6 Ayat 135 dinyatakan:

Katakanlah: ”Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu

sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahi, siapakah

(di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini.

Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak aan mendapatkan

keberuntungan.”53

a. Ruang Lingkup Kompetensi Professional, dari berbagai sumber yang

membahas tentang kompetensi guru secra umum dapat diidentifikasikan

dan disarikan tentang ruang lingkup kompetensi professional guru

sebagai berikut.

b. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi,

psikologis, sosiologis, dan sebagainya;

c. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan

peserta didik;

d. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi

tanggung jawabnya;

e. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi

f. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan

sumber belajar yang relevan;

g. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran;

h. Mampu melaksanakan evalusi hasil belajar peserta didik;

i. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.54

53

Ibid.,h. 56.

54E. Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,

2012), cet. VI, h. 135-136.

Page 37: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

27

1) Memahami Jenis-jenis Materi Pembelajaran

Seorang guru harus memahami jenis-jenis materi

pembelajaran.Beberapa hal penting yang harus dimiliki guru adalah

kemampuan menjabarkan materi standar dalam kurikulum.Untuk kepentingan

tersebut, guru harus mampu menentukan secara tepat materi yang relevan

dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.55

Selanjutnya, perlu ditekankan di sini bahwa materi pembelajaran

merupakan hal yang sangat penting, sebagai sarana yang digunakan dalam

proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan dan membentuk kompetensi

peserta didik.56

Guru yang memiliki kompetensi professional harus mampu memilah

dan memilih serta mengelompokkan materi pembelajaran yang akan

disampaikannya kepada peserta didik sesuai dengan jenisnya. Tanpa

kompetensi tersebut, dapat dipastikan bahwa guru tersebut akan menghadapi

berbagai kesulitan dalam membentuk kompetensi peserta didik, bahkan akan

gagal dalam melaksanakan pembelajaran.57

2) Mengurutkan materi pembelajaran

Agar pembelajaran dapat dilakukan secara efektif dan menyenangkan,

materi pembelajaran harus diurutkan sedemikian rupa, serta dijelaskan

mengenai batasan dan ruang lingkupnya. Hal ini dapat dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyusun standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai

konsensus nasional.

b. Menjabarkan SK KD ke dalam indikator

55

Ibid.,h. 138-139.

56Ibid.,h. 140.

57Ibid.,h. 141.

Page 38: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

28

c. Mengembangkan ruang lingkup dan urutan setiap kompetensi.58

3) Mengorganisasikan materi pembelajaran

Seorang guru dituntut untuk menjadi ahli penyebar informasi yang

baik, karena tugas utamanya antara lain menyampaikan informasi kepada

peserta didik. Di samping itu, guru juga berperan sebagai perencana

(designer), pelaksana (implementer), dan penilai (evaluator) materi

pembelajaran.Apabila pembelajaran diarahkan untuk memenuhi kebutuhan

pribadi para peserta didik dengan penyediaan ilmu yang tepat dan latihan

keterampilan yang mereka perlukan, haruslah ada ketergantungan terhadap

materi pembelajaran yang efektif dan terorganisasi.59

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengorganisasikan

materi pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Materi pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan dengan tingkat

perkembangan peserta didik, baik perkembangan pengetahuan maupun

perkembangan social dan emosionalnya.

b) Materi pembelajaran hendaknya dikembangakan dengan memperhatikan

kedekatan dengan peserta didik, baik secara fisik maupun psikis.

c) Materi pembelajaran harus dipilih yang bermakna dan bermanfaat bagi

peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

d) Materi pembelajaran harus membantu melibatkan peserta didik secara

aktif.

e) Materi pembelajaran hendaknya bersifat fleksibel.

f) Materi pembelajaran dalam setiap kelompok mata pelajaran harus

bersifat utuh.

g) Penjatahan waktu perlu memperhatikan jumlah minggu efektif untuk

mata pelajaran pada setiap semester.60

58

Ibid.,h. 144.

59Ibid.,h. 148-149.

60Ibid.,h. 155-156.

Page 39: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

29

4) Mendayagunakan sumber pembelajaran

Guru dituntut tidak hanya mendayagunakan sumber-sumber

pembelajaran yang ada di sekolah (apalagi hanya membaca buku ajar) tetapi

dituntut untuk mempelajari berbagai sumber, seperti majalah, surat kabar, dan

internet. Hal ini penting, agar apa yang dipelajari sesuai dengan kondisi dan

perkembangan masyarakat, sehingga tidak terjadi kesenjangan dalam pola

pikir peserta didik.61

Guru di dalam kelas akan menggunakan berbagai macam sumber

belajar yang tersedia maupun yang dibuat sendiri. Referensi sumber belajar

dapat dari mana saja, guru dapat membuat sumber belajar yang baru sesuai

dengan kreatifitasnya.

4. Kompetensi Sosial

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, pada pasal 28,

ayat 3 ialah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat

sekitar.

Seorang guru sama seperti manusia lainnya adalah makhluk sosial,

yang dalam hidupnya berdampingan dengan manusia lainnya. Guru

diharapkan memberikan contoh baik terhadap lingkungannya, dengan

mejalankan hak dan kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat sekitarnya.

Guru harus berjiwa sosial tinggi, mudah bergaul, dan suka menolong.62

Guru adalah makhluk sosial yang dalam kehidupannya tidak bisa

terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungan. Oleh karena itu,

guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai, terutama

61

Ibid.,h. 156.

62Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori

dan Praktik, (Jakarta: Krncana Prenada Group, 2012), Cet. II, h. 52 .

Page 40: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

30

kaitannya dengan pendidikan, yang tidak terbatas pada pembelajaran di

sekolah tetapi juga pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung di

masyarakat.63

a. Ruang Lingkup Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar ini berkaitan erat dengan

kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar sekolah

dan masyarakat tempat guru tinggal sehingga peranan dan cara guru

berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki karakteristik tersendiri

yang sedikit berbeda dengan orang lain yang bukan guru.64

Guru harus mempunyai kompetensi sosial karena guru adalah

penceramah jaman. Menurut Djama‟an Satori dalam Fachruddin kompetensi

sosial adalah sebagai berikut:

1) Terampil berkomunikasi dengan Peserta Didik dan Orang Tua Peserta Didik.

2) Bersikap Simpatik.

3) Dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan/Komite sekolah.

4) Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan.

5) Memahami dunia sekitarnya (lingkungan).

Sedangkan menurut Mukhlas dalam Fachruddin, yang dimaksud

dengan kompetensi sosial ialah kemampuan individu sebagai bagian

masyarakat yang mencakup kemampuan untuk;

1) Berkomunikasi lisan, tulisan, dan atau isyarat.

2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.

3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik.

63

Mulyasa, op cit., h. 173.

64Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung

Persada Press, 2011), Cet. III, h. 187.

Page 41: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

31

4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan

norma serta sistem nilai yang berlaku.

5) Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.65

Berdasarkan pengertian dan ruang lingkup Kompetensi Sosial seperti

di atas maka inti dari pada kompetensi sosial itu adalah kemampuan guru

melakukan interaksi sosial melalui komunikasi tehadap guru lain, kepala

sekolah, anak didik, orang tua murid, masyarakat atau warga intitusi

pendidikan lain.

b. Berkomunikasi dan Bergaul secara Efektif

Kompetensi sosial guru memegang peranana penting, karena sebagai

pribadi yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru perlu juga memiliki

kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara

lain melalui kegiatan olah raga, keagamaan, dan kepemudaan.

Setidaknya terdapat tujuh kompetensi sosial yang harus dimiliki guru

agar dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif, baik di sekolah maupun

di masyarakat.

1) Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama.

2) Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi.

3) Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi.

4) Memiliki pengetahuan tentang estetika

5) Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial

6) Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan

7) Setia terhadap harkat dan martabat manusia.66

65

Ibid.,h. 189.

66E. Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,

2012), cet. VI, h. 176.

Page 42: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

32

c. Hubungan sekolah dengan masyarakat

Sekolah berada di tengah-tengah masyarakat dan dapat dikatakan

berfungsi sebagai pisau bermata dua. Mata yang pertama adalah menjaga

kelestraian nilai-nilai positif yang ada dlaam masyarakat, agar pewarisan

nilai-nilai masyarakat itu berlangsung dengan baik.Mata yang kedua adalah

sebagai lemabag yang dapat mendorong perubahan nilai dan tradisi itu sesuai

dengan kemajuan dan tuntutan kehidupan serta pembangunan.67

d. Peran guru di masyarakat

Adapun peran guru di masyarakat dalam kaitannya dengan kompetensi

sosial dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Guru sebagai petugas kemasyraakatan

2) Guru bertugas membina masyarakat agar masyarakat berpartisipasi

dalam pembangunan.

3) Guru di mata masyarakat, dalam pandangan masyarakat, guru

memiliki tempat tersendiri karena fakta menunjukkan bahwa ketika

seorang guru berbuat senonoh, menyimpang dari ketentuan atau

kaidah-kaidah masyarakat dan menyimpang dari apa yang diharapkan

masyarakat, langsung saja masyarakat memberikan suara sumbang

kepada guru itu. Kenakalan anak yang kini merajalela di berbagai

tempat, sering pula tanggung jawabnya ditudingkan kepada guru

sepenuhnya.

4) Tanggung jawab sosial guru, Peranan guru di sekolah tidak lagi

terbatas untuk memberikan pembelajaran, tetapi harus memikul

tanggung jawab yang lebih banyak, yaitu bekerja sama dengan

pengelola pendidikan lainnya di dalam lingkungan masyarakat.68

67

Ibid.,h. 177.

68Ibid.,h. 182-184.

Page 43: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

33

e. Guru sebagai agen perubahan sosial

UNESCO mengungkapkan bahwa guru adalah agen perubahan yang

mampu mendorong terhadap pemahaman dan toleransi, dan tidak sekedar

hanya mencerdaskan peserta didik tetapi mampu mengembangkan

kepribadian yang utuh, berakhlak, dan berkarakter.69

C. Fungsi Kompetensi Sosial

Masyarakat dalam proses pembangunan sekarang ini menganggap

guru sebagai anggota masyarakat yang memiliki kemampuan, keterampilan

yang cukup luas yang mau ikut serta secara aktif dalam proses pembangunan.

Guru diharapkan menjadi pelopor di dalam pelaksanaan pembangunan. Guru

perlu menyadari posisinya di tengah-tengah masyarakat berperan sangat

penting, yakkni sebagai; a) motivator dan inovator dalam Pembangunan

Pendidikan, b) perintis dan pelopor pendidikan, c) penelitian dan pengkajian

ilmu pengetahua, d) pengabdian.70

D. Guru Profesional

Sebagai Pendidik professional, guru bukan saja dituntut

melaksanakan tugasnya secara professional, tetapi juga harus memiliki

pengetahuan dan kemampuan professional. Dalam diskusi pengembangan

model pendidikan tenaga professional tenaga pendidikan professional tenaga

kependidikan, yang diselenggarakan oleh PPS IKIP Bandung tahun 1990,

dirumuskan 10 ciri suatu profesi, yaitu: 1). Memiliki fungsi dan signifikansi

social. 2). Memiliki keahlian dan keterampilan tertentu. 3). Keahlian atau

keterampilan tertentu diperoleh dengan menggunakan teori dan metode

ilmiah. 4). Didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas. 5). Diperoleh dengan

69

Ibid.,h. 184.

70Fachruddin, op cit., h. 190.

Page 44: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

34

pendidikan dalam masa tertentu yang cukup lama. 6). Aplikasi dan

sosilaisasi nilai-nilai profesionalitas. 7). Memiliki kode etik. 8). Kebebasan

untuk memberikan judgment dalam memecahkan masalah dalam lingkungan

kerjanya. 9). Memiliki tanggung jawab professional dan otonomi, dan

10).Ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan atas layanan profesinya.71

Jika ciri-ciri profesionalisme di atas ditunjukan untuk profesi pada

umumnya, maka khusus untuk profesiseorang guru dalam garis besarnya ada

tiga. Pertama, seorang guru professional harus menguasai bidang ilmu

pengetahuan yang akan diajarkannya dengan baik. Kedua, seorang guru

professional harus memiliki kemampuan menyampaikan atau mengajarkan

ilmu yang dimilikinya (transfer of knowledge) kepada murid-muridnya

secara efektif dan efisien. Ketiga, seorang guru yang professional harus

berpegang teguh kepada kode etik professional sebagaimana tersebut di

atas.72

Dari keterangan di atas, seorang guru harus mampu mengajar dan

mendidik.Keahlian mengajar seorang guru yang memberikan ilmu

pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik. Serta, keahlian

mengajar, selain guru bertugas memberikan ilmu, sosok guru adalah

pembimbing yang mengarahkan peserta didiknya dalam pengembangan

potensi yang dimiliki.

E. Sikap Profesional Guru

sikap profesional keguruan adalah sikap yang harus dimiliki oleh

seorang guru yang mengacu pada pengakuan penampilan unjuk kerjanya

dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai seorang guru yang menjadi

71

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997). Cet. VIII, h.14

72 Dr. H. Abbudin Nata, M.A, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: kencana, 2013) h. 143

Page 45: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

35

sumber penghasilan kehidupan, dimana hal tersebut memerlukan keahlian,

kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu

serta memerlukan pendidikan profesi. Guru sebagai pendidik profesional

harus memiliki citra yang baik di dalam

masyarakat dan dapat menunjukan tingkah laku yang sepantasnya seorang

professional lakukan sehingga masyarakat yang selalu memperhatikan

bagaimana sikap dan perbuatan guru dapat menjadikannya seorang tauladan.

Pola tingkah laku guru tersebutmemiliki tujuah sasaran sikap profesional

keguruan, yaitu:

1. Sikap terhadap peraturan perundang-undangan

Guru merupakan unsur aparatur negara dan abdi negara. Karena itu,

guru mutlakperlu mengetahui kebijakan-kebijakan pemerintah dalam bidang

pendidikan, sehingga dapat melaksanakan segala ketentuan-ketentuan yang

merupakan kebijakan tersebut. Salah satu kebijakan yang ditujukan untuk

guru tercantum dalam undang-undang sistem pendidikan nasional,

“Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan

dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,

melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan

tinggi. Pendidik yang mengajar satuan pendidikan dasar dan menengah

disebut guru dan pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan tinggi

disebut dosen.”73

Berdasarkan undang-undang tersebut, dapat diketahui bahwa seorang

guru bukanhanya pemberi ilmu pengetahuan pada murid-muridnya. Akan

tetapi, guru adalah seorang tenaga profesional yang dapat menjadikan murid-

muridnya mampu merencanakan, menganalisis dan menyimpulkan masalah

73

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 39 ayat 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Page 46: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

36

yang dihadapi.Dengan demikian seorang guru dapat memiliki cita-cita yang

tinggi, mempunyai pengetahuan yang luas, dan mempunyai kepribadian yang

kuat dan tegar serta berprikemusiaan yang mendalam.74

Dengan adanya peraturan perundangan-undangan di atas, diharapkan

guru menjadi sosok yang professional dalam mengajar. Seperti diantaranya

mampu tekun dan mengabdi hanya untuk mengajar. Selain itu untuk menjadi

guru professional, guru dituntut menjadi pribadi yang terus menerus

meniingkatkan kualitas.Peningkatan kualitas tersebut adalah di bidang

keilmuannya dan bidang pedagogiknya, memahami betul keunikan murid-

muridnya.

Urgensi UU guru dan dosen, antara lain:

a. Kepastian Jaminan Kesejahteraan, hal ini mengingat bahwa untukmembentuk

tenaga yang profesional diperlukan jaminan kelayakan hidup yang memadai.

Karena bagaimanapun juga guru dan dosen adalah manusia yang harus

menghidupi keluarga dan dirinya sendiri. Kepastian dan kemapanan

kehidupan keluarga secara finansial signifikansi menumbuhkan ketenangan,

konsentrasi dan dedikasi dalam bekerja.

b. Kepastian Jaminan Sosial, termasuk didalamnya asuransi kesehatan bagi

dirinya dan keluarganya, serta status sosial di masyarakat; tentunya akan

menurunkan ketegangan dalam diri guru.

c. Kepastian Jaminan Keselamatan, terutama keselamatan jiwa dan raga bagi

mereka yang bertugas di daerah konflik ataupun dalam perjalanan tugas dinas.

Hal ini mengingat bahwa belum adanya jaminan hukum bagi mereka apabila

jiwa dan raganya terenggut. Ini tentunya berbeda bagi profesi seperti

kepolisian dan tentara yang mendapat jaminan hukum bagi dirinya dan

keluarga.

74

Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h. 7

Page 47: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

37

d. Kepastian Jaminan Hak dan Kewajiban, sudah sebagai profesi memperoleh

judgement dan legitimasi keprofesiannya, terutama akan hak dan

kewajibannya. Kewajiban guru dan dosen merujuk segala apa yang harus

dilakukan oleh guru atau dosen, disini termasuk tugas pengetahuan dan

kemampuan profesional, personal, dan sosial. Sedangkan hak merujuk pada

apa yang seharusnya didapatkan dari yang telah dilakukan (kewajiban).

Sehingga antara hak dan kewajiban harus sinergis seimbang dan konstruktif.

Di dalam menjalankan tugas pengabdiannya, sebagaimana yang

dikatakanSoetjipto, guru Indonesia harus tunduk dan taat kepada

kebijaksanaan pemerintahdalam bidang pendidikan, yang tertuang di dalam

kode etik guru Indonesia mengenai hal-hal tersebut. Sehingga guru Indonesia

terhindar dari pengaruh negatif pihak luar, yang ingin memaksakan idenya

melalui dunia pendidikan.75

pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, guru

mempunyai tugas penuh untuk mengajar dan pelaksanaan tugasnya telah

dijamin oleh pemerintah. Pemerintah mempunyai kewajiban untuk memenuhi

kebutuhan guru.Hal ini bertujuan agar guru mampu mengajar dengan sungguh

dan foks dalam satu tugas, yaitu mengajar.

2. Sikap Terhadap Organisasi Profesi

Dalam undang-undang disebutkan bahwa, “guru harus memiliki

organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang

berkaitan dengan tugaskeprofesionalan guru”.8 Hal ini dipertegas oleh pasal

dan ayat yang lain di dalamundang-undang yang sama dikatakan bahwa guru

wajib menjadi anggota organisasi profesi. Ini berarti setiap guru di Indonesia

harus tergabung dalam suatu organisasi yang berfungsi sebagai wadah usaha

75

6 Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen Prestasi, (Jakarta: Pustaka Publisher, 2006), h. 6-7

Page 48: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

38

untuk membawakan misi dan memantapkan profesi guru.Di Indonesia

organisasi ini disebut dengan Persatuan Guru RepublikIndonesia (PGRI).76

Dalam Kode `Etik Guru Indonesia butir kesatu disebutkan bahwa,

“Guru menja dianggota organisasi profesi guru dan berperan serta secara aktif

dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan

pendidikan”77

. Ini semakin menegaskan bahwa setiap guru di Indonesia harus

tergabung dalam PGRI danberkewajiban serta bertanggung jawab untuk

menjalankan, membina, memelihara, dan memajukan PGRI sebagai

organisasi profesi, baik sebagai pengurus ataupun sebagai anggota. Hal ini

dipertegas dalam dasar keenam kode etik guru bahwa guru secara pribadi

maupun bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan martabat

profesinya.

Peningkatan mutu profesi dapat dilakukan dengan berbagai cara

seperti penataran,lokakarya, pendidikan lanjutan, pendidikan dalam jabatan,

studi perbandingan, danberbagai kegiatan akademik lainnya.78

Jadi kegiatan

pembinaan profesi tidak hanya terbatas pada pendidikan prajabatan atau

pendidikan lanjutan di perguruan tinggi saja, melainkan dapat juga dilakukan

setelah lulus dari pendidikan prajabatan ataupun dalam melaksanakan jabatan.

3. Sikap terhadap teman sejawat

Dalam ayat 7 Kode Etik Guru, “Guru memelihara hubungan seprofesi,

semangatkekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial”.79

Kode Etik Guru

Indonesia menunjukan berapa pentingnya hubungan yang harmonis perlu

76

Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 44

778Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 7 ayat 1 tentang guru dan dosen

78Undang-undang No. 14 Tahun 2015 pasal 41 ayat 3 tentang guru dan dosen

79Fachrudin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Gaung

Persada, 2011), h.23

Page 49: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

39

diciptakan dengan mewujudkanperasaan bersaudara yang mendalam antara

sesama anggota profesi.

4. Sikap terhadap anak didik

Dalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas, “Guru berbakti

membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya

yang berjiwa pancasila”.80

Untuk mencapai tujuan kode etik tersebut guru

dituntut harus memiliki berbagai kemampuan. Kemampuan-kemampuan

tersebut yang akan menjadikan pendidik lebih efektif dalam menjalankan

tugasnya. Menurut Trianto, ciri-ciri guru efektifantara lain:

a. Memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim belajar dikelas yaitu:

1) Memiliki keterampilan interpersonal, khususnya kemampuan

untukmenunjukan, empati penghargaan kepada siswa dan ketulusan.

2) Memiliki hubungan baik dengan siswa.

3) Mampu menerima, mengakui dan memperhatikan siswa secara tulus.

4) Menunjukan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar.

5) Mampu menciptakan atmosfer untuk tumbuhnya kerjasama dan

kohesivitasdalam dan antara kelompok siswa

6) Mampu melibatkan siswa dalam mengorganisasikan dan

merencanakankegiatan pembelajaran.

7) Mampu mendengarkan siswa dan menghargai hak siswa

untukberbicara dalam setiap diskusi.

8) Mampu meminimalkan friksi-friksi dikelas.81

b. Memiliki kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen

pembelajaran, meliputi:

1) Memiliki kemampuan untuk menghadapi dan menangani siswa yang

80

Saudagar, op. cit., h. 23

81Trianto, op. cit., 70

Page 50: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

40

tidak punya perhatian, suka menyela, mengalihkan pembicaraan, dan

mampu memberikan transisi substansi bahan ajar dalam proses

pembelajaran

2) Mampu bertanya (menguasai teknik bertanya) dan memberikan tugas

yang memerlukan tingkatan berpikir yang berbeda untuk semua

siswa.82

c. Memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik

(feedback) dan penguatan (reinforcement), yang terdiri dari:

1) Mampu meberikan umpan balik yang positif terhadap respon siswa

2) Mampu memberikan respon yang bersifat membantu terhadap siswa

yang lamban belajar.

3) Mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban siswa yang

kurang memuaskan.

4) Mampu memberikan bantuan profesional kepada siswa jika

diperlukan.83

d. Memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri, yaitu:

1) Mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif

2) Mampu memperluas dan menambah pengetahuan mengenai metode-

metode pengajaran.

3) Mampu memanfaatkan perancanaan guru secara kelompok untuk

menciptakan dan mengembangkan metode pengajar yang relevan.84

5. Sikap terhadap tempat kerja

82

Trianto, op. cit., 71

83Trianto, op. cit., 72

84Trianto, op. cit., 73

Page 51: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

41

Suasana yang baik di tempat kerja akan meningkatkan produktivitas.

Menciptakansuasana yang baik merupaka kewajiban seorang guru,

sebagaimana dikatakan Soetjipto bahwa suasana yang baik dan harmonis di

sekolah tidak akan terjadi bila personil yang terlibat di dalamnya, yakni

kepala sekolah, guru, staf administrasi, dan siswa tidak menciptakan

hubungan yang baik di antara sesamanya. Penciptaan suasanakerja harus

dilengkapi dengan terjalinnya hubungan yang baik dengan orang tua dan

masyarakat sekitar.85

Namun, kenyataan tersebut masih belum terlihat pada

situasi sekarang ini.Tugas dan tanggung jawab guru dalam mengembangkan

profesi dan membina hubungan dengan masyarakat tampaknya belum banyak

dilakukan oleh guru. Padahal di dalam Kode Etik guru disebutkan bahwa guru

harus menciptakan suasana sekolah sebaikbaiknya yang menunjang

berhasilnya proses belajar mengajar.86

6. Sikap terhadap pemimpin

Menurut Soetjipto, “Sebagai seorang anggota organisasi profesi

maupun organisasi yang lebih besar yaitu, Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, guru akan selalu berada dalam bimbingan dan pengawasan

pihak atasan.”87

Sudah jelas bahwa pemimpin suatu organisasi akan

mempunyai kebijaksanaan dan arahan tertentu dalam memimpin organisasi

tersebut, di mana setiap anggota organisasi itu dituntut untuk bekerja sama

dalam melaksanakan tujuan organisasi yang dipimpinnya. Oleh sebab itu,

dapat kita simpulkan bahwa sikap seorang guru terhadap pemimpin harus

positif, dalam pengertian harus bekerja sama dalam menyukseskan program

yang sudah disepakati, baik disekolah maupun diluar sekolah.

85

Soetjipto, op. cit., h.51

86Udin S. Saud dan Cicih Sutarsih, Pengembangan Profesi Guru SD, (Bandung: UPI Press,

2008), h. 31

87Soetjipto, op. cit., h. 52

Page 52: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

42

7. Sikap terhadap pekerjaan

Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang

dilaksanakan

berdasarkan prinsip. Prinsip tersebut tercantum di dalam undang-undang, yaitu:

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism.

b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,

ketakwaan, dan akhlak mulia.88

Hal ini berarti seorang guru sebagai pendidik harus benarbenar

berkomimen dalam memajukan pendidikan. Guru harus mampu

melaksanakan tugasnya dan melayani pesrta didik dengan baik. Oleh karena

itu, guru selalu dituntut untuk secara terus menerus meningkatkan dan

mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya. Pernyataan ini juga

sejalan dengan yang dikatakah oleh Mudlofir bahwa seorang guru profesional

akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan tugas-tugas yang ditandai

dengan keahlian baik dalam materi atau metode. Dengan keahliannya itu,

seorang guru mampu menunjukkan otonominya, baik pribadi maupun sebagai

pemangku profesinya.89

Guru sebagaimana juga dengan profesi lainnya, tidak mungkin dapat

meningkatkan mutu dan martabat profesinya bila guru itu tidak meningkatkan

atau menambah pengetahuan dan keterampilannya, karena ilmu dan

pengetahuan yang menunjang profesi itu selalu berkembang sesuai dengan

kemajuan zaman.

E. Pembinaan Guru

88

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 7 ayat 1 tentang Guru dan Dosen

89Ali Mudlofir, Pendidik Profesional, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), h.110

Page 53: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

43

Guru merupakan ujung tombak pendidikan di sekolah. Oleh karena

itu, upaya pengembangan dan peningkatan kinerja guru sudah seharusnya

menjadi bagian dari rencana strategi untuk meningkatkan profesionalitas

seorang guru. Kinerja guru saat di kelas bisa dilihat dari cara mengajarnya

cara guru mempersiapkan pembelajaran dan lain-lain. Guru yang professional

passti kinerjanya juga bagus.Profesionalitas seorang guru sering dikaitkan 3

faktor yang cukup penting, yaitu kompetensi guru, sertifikasi guru dan

tunjangan profesi guru.Ketiga faktor tersebut berkaitan erat dengan kualitas

pendidikan. Guru profesional yang dibuktikan dengan kompetensi yang

dimilikinya akan mendorong proses dan kinerja guru yang dapat menunjang

peningkatan kualitas pendidikan. Guru yang berkompeten dapat dilihat dari

perolehan sertifikasi guru berikut tunjangan profesi guru.Guru yang telah

tersertifikasi memiliki 4 kompetensi guru, yaitu kompetensi pedagogik,

kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional.

Guru yang diasumsikan memiliki empat kompetensi berlandaskan

pada asumsi bahwa mereka telah tersrtifikasi tampaknya sulit untuk

dipertanggung jawabkan kinerjanya dilihat dari paska mereka disertifikasi

dalam jangka panjang.Oleh karena itu, untuk memfasilitassi peningkatan

kinerja guru manajemen pengembangan dalam rangka pembinaan guru

diharapkan dapat membantu untuk menjadi guru yang profesional.

1 Penilaian Kinerja Guru

Penilaian kinerja guru (PKG) dapat diartikan sebagai suatu upaya

untuk memperoleh gambaran tentang pengetahuan, keterampilan, nilai dan

sikap guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, yang ditunjukkan dalam

penampilan, perbuatan, dan prestasi kerjanya. Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16

Tahun2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya,

menegaskan bahwa penilaian kinerja guru adalah penilaian dari tiap butir

Page 54: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

44

kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karier, kepangkatan, dan

jabatannya.90

2. Tujuan Penilaian Guru

PKG pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan untuk membina dan

mengembangkan guru professional yang dilakukan dari guru, oleh guru, dan

untuk guru. Hal ini penting terutama untuk melakukan pemetaan terhadap

kompetensi dan kinerja seluruh guru dalam berbagai jenjang dan jenis

pendidikan. Hasil penilaian kinerja tersebut dapat digunakan oleh guru,

kepalasekolah, danpengawas untuk melakukan refleksi terkait dengan

tugas dan fungsinyadalam rangka memberikan layanan kepada masyarakat

dan meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kinerjaguru.91

Penilaian kinerja juga diharapkan dapat mengatasi kesenjangan

antara guru dengan guru, antara guru dengan kepala sekolah dan pengawas,

sehingga hasilnya dapat menjadi masukan yang sangat berharga bagi

pengembangan pendidikan dan pengembangan karier guru pada khususnya.

Dalam hal ini, hasil penilaian kinerjadapat digunakan sebagai bahan evaluasi

diri bagi guru sehingga mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan

tantangan yang dimilikinya sebagai bahan untuk mengembangkan potensi

dan profil kinerjanya yang dapat dijadikan acuan dalam penyusunan

program Pengembangan KeprofesianBerkelanjutan (PKB).92

Hasil penilaian kinerja juga merupakan dasar untuk melakukan

perbaikan, pembinaan dan pengembangan, serta memberikan nilai prestasi

kerja dan perolehan angka kredit guru dalam rangka pengembangan kariernya

90

Badan PSDMPPMP,,Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru,(Jakarta: Kementerian Pendidikandan Kebudayaan, 2012), h. 5

91E. Mulyasa,Uji kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru,(Bandung:RemajaRosdakarya,2013),

h.90

92Ibid.,h. 90

Page 55: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

45

sesuai dengan peraturan yang berlaku.Jika semua ini dapat dilakukan dengan

baikdan obyektif, pendidikan yang berkualitas dan berdaya saing dapat segera

diwujudkan sehingga kitadapat membangun bangsa yang bermartabat. Hal ini

dimungkinkan karenaguru memiliki kinerja dan dedikasi tinggi akan dapat

merencanakan,melaksanakan,dan menilai pembelajaran secar efektif, efisien

dan akuntabel.93

Untuk menilai kinerja guru dapat dilihat pada aspek: “penguasaan

content knowledge, behavioral skill, dan human relation skill”.94

Sedangkan

M menyatakan bahwa aspek yang dilihat dalam menilai kinerja individu

(termasuk guru), yaitu: “quality of work, proptness, initiatif, capability, and

communication”.95

Berdasarkan pendapat di atas kinerja guru dinilai dari

penguasaan keilmuan, keterampilan tingkah laku, kemampuan membina

hubungan, kualitas kerja, inisiatif kapasitas diri serta kemampuan dalam

berkomunikasi.96

Aspek-aspek dapat dinilai dari kinerja seorang guru dalam suatu

organisasi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kemampuan teknik,

kemampuan konseptual, dan kemampuan hubungan interpersonal:97

1. Kemampuan teknik yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan,

metode, teknik dan peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan

tugas serta pengalaman dan pelatihan yang telah diperoleh.98

93

Ibid.,h.90.

94Supardi,Kinerja Guru, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), h. 69.

95 C.D.Michel,Supervision of Instruction: A Developmental Approach, (Boston: Allyn and Bacon

Inc), h. 34.

96Supardi, op cit. h. 70

97Riva’i, V,Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, (Jakarta: Murai Kencana), h.

324

98Ibid., h. 324

Page 56: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

46

2. Kemampuan konseptual yaitu kemampuan untuk memahami

kompleksitas organisasi dan penyesuaian bidang gerak dari unit-unit

operasional.99

3. Kemampuan hubungan interpersonal yaitu antara lain kemampuan

untuk bekerja sama dengan orang lain, membawa guru melakukan

negosiasi.100

3. Syarat Sistem Penilaian Kinerja

Untuk memperoleh hasil penilaian yang benar dan tepat, Penilaian

kinerja guru harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Valid

Sistem penilaian kinerja guru dikatakan valid bila aspek yang dinilai

benar-benar mengukur komponen-komponen tugas guru dalam melaksanakan

pembelajaran, pembimbingan, dan/atau tugas lain yang relevan dengan fungsi

sekolah/madrasah.101

2. Reliabel

Sistem penilaian kinerja uru dikatakan reliabel atau mempunyai

tingkat kepercayaan tinggi bila proses yang dilakukan memberikan hasil yang

sama untuk seorang guru yang dinilai kinerjanya oleh siapapun dan kapan

pun.102

3. Praktis

99

Ibid., h. 324

100Ibid., h. 324

101Op cit., h. 257

102Ibid., h. 257

Page 57: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

47

Sistem penilaian kinerja guru dikatakan praktis bila dapat dilakukan

oleh siapapun dengan relatif mudah, dengan tingkat validitas dan reliabilitas

yang sama dalam semua kondisi tanpa memerlukan persyaratan tambahan.103

4. Prinsip Pelaksanaan Penilaian kinerja guru

Agar hasil pelaksanaan dan penilaian kinerja guru dapat

dipertanggungjawabkan, penilaian kinerja guru harus memenuhi prinsip-

prinsip sebagai berikut:104

a. Berdasarkan ketentuan

Penilaian kinerja guru harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur

dan mengacu pada peraturan yang berlaku.105

b. Berdasarkan Kinerja

Aspek yang dinilai dalam penilaian kinerja guru adalah kinerja yang

dapat diamati dan dipantau sesuai dengan tugas guru sehari-hari dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran, pembimbingan, dan/atau tugas

tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.106

c. Berlandaskan Dokumen

Penilai, guru yang dinilai, dan unsur lain yang terlibat dalam proses

penilaian kinerja guru harus memahami semua dokumen yang terkait dengan

sistem penilaian kinerja guru, terutama yang berkaitan dengan pernyataan

kompetensi dan indikator kinerjanya secara utuh, sehingga penilai, guru dan

unsur lain yang terlibat dalam proses penilaian kinerja guru mengetahui dan

103

Ibid., h. 257

104Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Kode Etik Guru, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.99

105Ibid., h. 99

106Ibid., h. 99

Page 58: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

48

memahami tentang aspek yang dinilai serta dasar dan kriteria yang digunakan

dalam penilaian.107

d. Dilaksanakan Secara Konsisten

Penilaian kinerja guru dilaksanakan secara teratur setiap tahun yang

diawali dengan evaluasi diri.108

Instrumen sebagai Alat Penilaian Kinerja Guru atau Kemampuan

Guru (APKG) telah dikembangkan oleh Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Dan disebut sebagai tiga komponen penting bagi seorang guru

dalam proses pembelajaran, yaitu: “1) persiapan pembelajaran, 2) pelaksanaan

pembelajaran, dan 3) hubungan antarpribadi “.109

Alat ukur ini bersifat generic

esential yang terdiri dari tiga macam berupa: “ (1) lembar

penilaianperencanaan pembelajaran, (2) lembar penilaian kemampuan

pembelajaran, dan (3) lembar penilaian hubungan antarpribadi”.110

Lembar perencanaan pembelajaran dimensinya meliputi: (1)

perencanaan pengorganisasian bahan pembelajaran, (2) perencanaan

pengelolaan kegiatan pembelajaran, (3) perencanaan penggunaan media dan

sumber pembelajaran, dan (4) perencanaan penilaian prestasi peserta didik

untuk kepentingan pembelajaran. Lembar penilaian kemampuan pembelajaran

meliputi dimensi: (a) penggunaan metode, media, dan bahan latihan, (b)

berkomunikasi dengan peserta didik, (c) mendemostrasikan khazanah metode

pembelajaran, (d) mendorong dan menggalang keterlibatan peserta didik

dalam pembelajaran, (e) mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan

107

Ibid., h. 99

108Ibid., h. 99

109B. Harahap, Supervisi Pendidikan yang dilaksanakan oleh Guru, Kepala Sekolah, Penilik dan

Pengawas Sekolah,(Jakarta: Damai Jaya, 1983), h. 32

110I. Bafadal, Supervisi Pengajaran Teori dan Aplikasinya dalam Membina Profesional

Guru,(Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 143

Page 59: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

49

relevansinya, (f) pengorganisasian waktu, ruang, bahan dan perlengkapan

pembelajaran, dan (g) melaksanakan evaluasi pencapaian peserta didik dalam

pembelajaran. Lembar hubungan antarpribadi terdiri atas dimensi: (a)

membantu mengembangkan sikap positif peserta didik, (b) bersikap terbuka

dan luwes terhadap peserta didik atau orang lain, (c) menampilkan kegairahan

dan kesungguhan dalam pembelajaran dan pelajaran yang diajarkan, dan (d)

mengelola interaksi perilaku dalam kelas.111

Agar penilaian kinerja guru mudah dilaksanakan serta membawa

manfaat diperlukan pedoman dalam penilaian kinerja. Pedoman penilaian

terhadap kinerja guru mencakup:112

1) Kemampuan dalam memahami materi bidang studi yang menjadi

tanggung jawabnya (subject mastery and content knowledge).

2) Keterampilan metodologi yaitu merupakan keterampilan cara

penyampaian bahan pelajaran dengan metode pembelajaran yang

bervariasi (metodological skill atau technical skill).

3) Kemampuan berinteraksi dengan peserta didik sehingga tercipta

suasana pembelajaran yang kondusif yang bisa memperlancar

pembelajaran.

4) Disamping itu, perlu juga adanya sikap profesional (profesional

standar-profesional attitude),yang turut menentukan keberhasilan

seorang guru di dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai

dengan panggilan sebagai seorang guru.

111

Ibid., h. 143

112Supardi, Kinerja Guru,( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), h. 72

Page 60: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

50

5. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Istiqomah dalam buku berjudul, “Sukses Uji Kompetensi Guru”

menyatakan, bahwa PKB adalah bentuk pembelajaran berkelanjutan bagi guru

yang merupakan kesadaran utama dalam upaya membawa perubahan yang

diinginkan berkaitan dengan keberhasilan peserta didik.113

Terdapat beberapa

asumsi-asumsi mengenai PKB.Misalnya; variabel yang berkaitan dalam PKB

ialah guru, pembelajaran, kinerja guru. Hal tersebut dapat saja terpenuhi jika

cara itu ditempuh melalui tahapan-tahapan sesuai dengan model yang relevan.

misalnya; tahapan pengembangan keprofesian meliputi; perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi dan refleksi yang didesain untuk meningkatkan

karakteristik, pengetahuan, pemahaman dan keterampilan. Sedangkan model

yang relevan misalnya melaui siklus antara lain; siklus evaluasi, refleksi

belajar, perencanaan dan implementasi kegiatan pengembangan keprofesian

guru secara berkelanjutan.

Melalui kegiatan ini guru diharapkan dapat memelihara,

meningkatkan, dan memperluas pengetahuan dan keterampilannya untuk

melakukan proses pembelajaran secara professional. Pembelajaran yang

berkualitas diharapkan mampu untuk meningkatkan kemampuan,

keterampilan, dan sikap peserta didik”.PKB mencakup kegiatan perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi dan refleksi yang didesain untuk meningkatkan

karakteristik, pengetahuan, pemahaman dan keterampilan.PKB dilaksanakan

melalui siklus evaluasi, refleksi belajar, perencanaan dan implementasi

kegiatan pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan. Dengan siklus

ini diharapkan guru akan mampu untuk mempercepat pengembangan

kompetensi pedagogic, professional, social dan kepribadian untuk kemajuan

karirnya.114

113

Istiqomah dan Mohammad Sulton, Sukses Uji Kompetensi Guru, (Jakarta: Dunia Cerdas, 2013), h.185

114Ibid., h. 186

Page 61: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

51

Bentuk-bentuk PKB dapat dilakukan secara individual maupun

secara institusional.Secara individual dapat dilakukan melalui penerapan

tindakan kelas, membaca jurnal-jurnal ilmiah, memperluas jaringan kerja,

meningkatkan koleksi perpustakaan pribadi, dan upaya lainnya. sedangkan

secara institusional dapat berbentuk Kelompok Kerja Guru (KKG),

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Kelompok Kerja Kepala

Sekolah (K3S), Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS). sebagaimana

disebutkan oleh Payong , bahwa;

Bentuk-bentuk pengembangan professional berkelanjutan dapat

dilakukan secara individual yakni melalui inisiatif guru untuk

mengembangkan kompetensi keilmuannya, melakukan refleksi dan

penelitian-penelitian tindakan kelas, membaca jurnal-jurnal ilmiah,

memperluas jaringan kerja, meningkatkan koleksi perpustakaan pribadi, dan

lain-lain. Sebaliknya, pengembangan professional berkelanjutan dapat juga

dilakukan secara institusional atas inisiatif dari kepala sekolah, atau otoritas

pendidikan terkait, misalnya melalui perkumpulan dalam wadah-wadahguru

seperti Kelompok Kerja Guru (KKG),Musyawarah Guru Mata Pelajaran

(MGMP), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S), Musyawarah Kerja Kepala

Sekolah (MKKS). Melalui wadah-wadah ini para guru dapat berbagi

pengalaman tentang pembelajaran, permasalahan yang dihadapi, solusi yang

sudah dilakukan dan dampak-dampaknya terhadap peningkatan mutu

pembelajaran.Para guru dapat membuat perencanaan pembelajaran bersama-

sama dan merefleksikan hasil pembelajaran bersama melalui semangat

kolegalitas.Inilah yang biasa dilakukan dalam kegiatan lesson study dan

penelitian tindakan kelas (PTK).115

Selanjutnya, PKB ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi

guru. Kompetensi tersebut meliputi; pedagogic, professional, sosial maupun

115

Marselus R. Payong,Sertifikasi Profesi Guru. Konsep Dasar, Problematika, dan Implementasinya, (Jakarta: PT Indeks, 2011), h. 20

Page 62: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

52

kepribadian untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masa depan yang

berkaitan dengan profesi guru. Kegiatan PKB dikembangkan atas dasar profil

kinerja guru dan didukung dengan hasil evaluasi diri.Berkaitan dengan hal ini,

Istiqamah menuturkan bahwa apabila hasil penilaian kinerja guru masih

berada di bawah standar kompetensi yang dipersyaratkan dalam penilaian

kinerja guru, maka guru diwajibkan untuk mengikuti program PKB yang

diorientasikan sebagai pembinaan dalam pencapaian standar kompetensi guru.

Sementara itu, guru yang hasil kinerjanya telah mencapai standar kompetensi

yang dipersyaratkan dalam penilaian kinerja guru, kegiatan PKB diarahkan

kepada pengembangan kompetensi untuk memenuhi layanan pembelajaran

berkualitas dan peningkatan karir guru.116

Selain guru dituntut untuk memperhatikan segala aspek

pengembangan keprofesian berkelanjutnya yang melitupi model, variabel, dan

tujuan utama pengembangan.Guru juga dituntut untuk mengetahui sasaran-

sasaran pengembangan dan manfaat dari pengembangan itu senditi.Adapun

sasaran-sasaran PKB adalah semua guru pada satuan pendidikan yang berada

di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian

Agama, Kementerian lain, serta satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh

masyarakat.117

Oleh karenanya, untuk mencapai manfaat PKBdapat diwujudkan jika

memenuhi unsur-unsur. Maka, strategi pengembangan hendaknya terstruktur,

sistematik dan memenuhi kebutuhan peningkatan profesionalitas. Adapun

manfaat-manfaat tersebut antara lain;

a) Bagi Peserta Didik

Peserta didik memperoleh jaminan kepastian untuk mendapatkan

pelayanan dan pengalaman belajar yang efektif untuk meningkatkan potensi

116

Istiqomah, op cit., h. 186

117Ibid., h.186

Page 63: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

53

diri secara optimal melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi

seesuai dengan perkembangan masyarakat abad 21, serta memiliki jati diri

yang luhur sesuai nilai luhur-luhur bangsa.118

b) Bagi Guru

PKB memberikan jaminan kepada guru untuk menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi serta kepribadian yang kuat sesuai dengan

profesinya yang bermartabat, terlindungi, sejahtera, dan profesional agar

mampu menghadapi perubahan internal dan eksternal dalam kehidupan abad

21 selama karirnya.119

c) Bagi Sekolah atau Madrasah

PKB memberikan jaminan terwujudnya sekolah/madrasah sebagai

sebuah organisasi pembelajaran yang efektif dalam menignkatkan

kompetensi, motivasi, dedikasi, loyalitas, dan komitmen pengabdian guru

dalam memberikan layanan pendidikan yang berkualitas kepada peserta

didik.120

d) Bagi Orang tua atau Masyarakat

PKB memberikan jaminan kepada orang tua atau masyarakat bahwa

sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya masing-masing anak mereka di

sekolah memperoleh bimbingan dari guru yang mampu bekerja secara

professional dan penuh tanggung jawab dalam mewujudkan kegiatan

pembelajaran secara efektif, efisien dan berkualitas sesuai dengan kebutuhan

masyarakat local, nasional dan global.121

e) Bagi Pemerintah

Dengan kegiatan PKB, pemerintah mampu memetakan kualitas

layanan pendidikan sebagai upaya pembinaan, pengembangan dan

118

Ibid., h. 187

119Ibid., h. 187

120Ibid., h. 187

121Ibid.,h. 187

Page 64: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

54

peningkatan kinerja guru serta dalam rangka mewujudkan dalam pemberian

pelayanan.122

6. Unsur PKB

Upaya pengembangan yang melipui model, variabel-variabel hingga

mencapai poin kemanfaatan hendaknya diselaraskan dengan unsur-unsup

yang ada. Dalam konteks PKB, unsur-unsur tersebut mencakup tiga hal yakni

pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif. Selanjutnya,

dijabarkan satu per satu.

7. Pengembangan Diri

Pengembangan diri adalah upaya untuk meningkatkan profesionalitas

diri agar guru memiliki kompetensi yang sesuai dengan praturan perundang-

undangan atau kebijakan pendidikan nasional serta perkembangan ilmu

pengetahuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kegiatan pengembangan

diri dapat dilakukan melalui diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru

untuk meningkatkan kompetensiguru.123

Kegiatan pengembangan diri terdiri dari diklat fungsional dan

kegiatan kolektif guru untuk mencapai danmeningkatkan kompetensi profesi

guru yang mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan

profesional.Sedangkan untuk mampu melaksanakan tugas tambahan yang

relevan dengan fungsi sekolah atau madrasah, program PKB diorientasikan

kepada kegiatan peningkatan kompetensi sesuai dengan tugas-tugas tambahan

tersebut (misalnya kompetensi bagi kepala sekolah, kepala laboraturium,

kepala perpustakaan, dan sebagainya).124

122

Ibid., h. 187

123Ibid., h. 187

124Ibid., h. 188

Page 65: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

55

a) Diklat Fungsional

Diklat fungsional adalah kegiatan guru dalam mengikuti pendidikan

atau latihan yang bertujuan untuk mencapai standar kompetensi profesi yang

ditetapkan dan untuk meningkatkan keprofesian untuk memiliki kompetensi

di atas standar kompetensi profesi dalam kurun waktu tertentu.125

b) Kegiatan Kolektif

Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti

kegiatan penentuan ilmiah atau kegiatan bersama yang bertujuan untuk

mencapai standar profesi yang telah ditetapkan.126

8. Publikasi Ilmiah

Unsur yang kedua pada PKB yaitu publikasi ilmiah. Istiqomah

dalam buku berjudul, “Sukses Uji Kompetensi Guru” menyatakan, bahwa

publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada

masyarakat sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas

proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan secara

umum. Publikasi buku ini meliputi; pembuatanbuku pelajaran per tingkat atau

buku pendidikan per judul,modul/diklat pembelajaran per semester yang

digunakan di tingkat provinsi, kabupaten dan sekolah karya hasil terjemahan,

dan buku terjemahan guru.127

9. Karya Inovatif

125

http://Bdksemarang.Kemenag.Go.Id/, (Diakses: 22 November 2015, Pukul 20:15 WIB)

126Ibid.,

127Istiqomah dan Mohammad Sulton, Sukses Uji Kompetensi Guru, (Jakarta: Dunia Cerdas,

2013), h.189

Page 66: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

56

PKB dapat dikembangkan dengan unsur karya inovatif.Karya-karya

guru yang telah diciptakan atau dikembangkan merupakan salah satu

kontribusi guru dalam memajukan pendidikan.Karya inovatif ini meliputi;

menemukan teknologi tepat guna, menemukan/meciptakan karya seni,

membuat/memodifikasi alat pelajaran, mengikuti pengembangan,

penyusunan, standar, pedoman, soal dan sejenisnya.128

10.Pola Pelaksanaan PKB

Pola pelaksanaan PKB dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur.

Agar semua unsur yang berkaitan dalam proses PKB dapat mencapai manfaat

yang diharapkan. Oleh karenanya, pelaksanaanya pun hendaknya bersinergi

dengan pihak terkait. Berkaitan dengan hal ini, Istiqomah menggambarkan

pola yang bersinergi satu sama lain, yaitu dengan alternatid Pendidikan dan

latihan. Sebagaimana disebutkan dalam bukunya, ia menyatakan bahwa;

“Sistem penilaian kinerja guru, terdapat beberapa pola pendidikan dan

latihan (diklat) fungsional yang dapat diklasifikasikan sebagai bagian dari

PKB guru. Diklat tersebut bertujuan antara lain; untuk memperbaiki

kompetensi dan kinerja guru di bawah standar, memelihara/meningkatkan

dan mengembangkan kompetensi dan kinerja guru standar atau di atas

standar, serta sebagai bentuk aktivitas untuk memenuhi kenaikan jabatan

fungsional dan pengembangan karir guru. Untuk memperoleh gambaran

tentang hubungan implementasi penilaian kinerja guru, PKB guru.129

Posisi guru yang sangat strategis dalam dunia pendidikan, menuntut

guru agar bersikap professional.Keprofesionalan tersebut dapat dilihat dari

kemampuan dalam mengajar, memahami peserta didik, berperilaku sebagai

128

http://www.lpmpsulsel.net, (Diakses: 22 November 2015, Pukul 20:30 WIB)

129Ibid., h. 193

Page 67: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

57

tauladan bagi anak didik, dan mempunyai pola komunikasi yang baik dengan

lingkungan sekitar dalam lingkup pendidikan.Selain itu, guru wajib

mengembangkan keprofesionalannya.

F. Ayat-ayat Al-Qur’an Tentang Pendidik Atau Guru

1. Ayat dan Terjemahan

QS. Al-Kahfi Ayat 65-70

ا﴿ نذا ػه ي ا ػه ذا ػ ت ي سح ا ػبادا آت جذا ػبذا ي ﴾٥٦ف

ت سشذ﴿ ا ػه ي تؼه م أتبؼك ػه أ يس ﴾٥٥قال ن

صبشا﴿ق تستطغ يؼ ﴾٥٦ال إك ن

خبشا﴿ ف تصبش ػه يا نى تحط ب ﴾٥٦ك

نا أػص نك أيشا﴿ صابشا شاء انه ﴾٥٦قال ستجذ إ

ء حت أحذث ش اتبؼت فها تسأن ػ ركشا﴿ قال فئ ﴾٦نك ي

Terjemahan:

65. lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba

Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah

Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami[886].

Page 68: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

58

66. Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu

mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan

kepadamu?"

67. Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup

sabar bersama aku.”

68. dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum

mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"

69. Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang

yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun".

70. Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, Maka janganlah kamu

menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya

kepadamu".

2. Asbabun Nuzul

Asbab al-Nuzuul merupakan ilmu tentang mengetahui sebab-sebab turunnya

ayat, tetapi tidak semua ayat dalam al-Quran mempunyai sebab, karena tidak semua

al-Quran diturunkan karena timbul peristiwa atau karena pertanyaan. Tetapi ada

diantara ayat al-Quran yang diturunkan sebagai permulaan, tanpa sebab seperti

mengenai akidah, iman, kewajiban syariat Allah dan kehidupan pribadi sosial. Karena

tidak setiap ayat al-Quran tidak mengandung asbab al-Nuzuul, maka begitu pula yang

terdapat pada surat al-Kahfi secara keseluruhan.

Secara khusus ayat 65 sampai ayat 70 tidak ada sebab turunnya, tetapi hanya

berupa riwayat yang didalamnya terdapat kisah pertemuan Nabi Musa as. dengan

Bani Israil sebelum Allah swt. mempertemukan Nabi Musa as. dengan Nabi Khidir

as.Sebuah riwayat sebagaimana yang dikutip oleh Wahbah Zuhaili (1991: 317 – 318)

dalam kitabnya al-tafsiir al- Munir fil „aqidah wa syari‟ah wal manhaj diterima dari

Ubay bin Ka‟ab ra. yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, bahwa pada suatu

Page 69: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

59

hari Nabi Musa as. berkhutbah dihadapan kaum Bani Israil. seusai menyampaikan

khutbahnya, datanglah seorang laki-laki bertanya: “Siapakah diantara manusia ini

yang paling berilmu ?”. Jawab Musa “Aku”. Lalu Musa ditegur oleh Allah karena

tidak memulangkan jawaban kepada Allah, sebab hanya Allah yang Maha berilmu.

Kemudian Allah memberi wahyu kepada Musa bahwa ada orang yang lebih pandai

dari dia, yaitu seorang laki-laki yang kini berada dikawasan pertemuan dua laut.

Mendengar wahyu tersebut, tergeraklah hati Musa a.s. untuk menuntut ilmu dan

hikmat dari orang yang di sebut oleh Allah, bahwa dia adalah seorang hamba-Nya

yang lebih pandai dari Nabi Musa as. yaitu Nabi Khidir as. Nabi Musa bertanya

kepada Allah: “Ya Rabbi bagaimanakah cara agar saya dapat menjumpai orang

tersebut?”. Allah menjawab dengan firmannya: “bawalah seekor ikan dan taruhlah

pada sebuah kantong sebagai suatu benda. Bila ikan itu hilang maka engkau akan

menjumpainya disana”. Setelah mendengar keterangan tersebut, Nabi Musa segera

menemui seorang pemuda untuk dijadikan teman dalam perjalanan tersebut dan

menyuruhnya agar menyediakan seekor ikan sebagaimana telah diperintahkan oleh

Allah swt kepadanya.

Menurut riwayat diatas maka dari sinilah dimulainya perjalanan Nabi Musa

as. untuk menuntut ilmu dan hikmat dari orang yang di sebut oleh Allah swt., bahwa

dia adalah seorang hamba-Nya yang lebih pandai dari Nabi Musa as. yaitu Nabi

Khidir as

3. Tafsir Ayat

(65) Dalam ayat ini Allah menceritakan bahwa setelah nabi Musa Yusa‟

menelusuri kembali jalan yang mereka lalui tadi, sampailah keduanya pada batu itu

yang pernah mereka jadikan tempat beristirahat. Di sana mereka mendapatkan

seorang hamba diantara hamba-hamba Allah ialah Al-Khidhir yang berselimut

dengan kain putih bersih. Menurut Sa‟id bin Jubair, kain putih itu menutupi leher

sampai dengan kakinya. Dalam hal ini Allah menyebutkan bahwa al Khidhir itu ialah

orang yang mendapat ilmu langsung dari Allah, yang ilmu itu tidak diberikan kepada

Page 70: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

60

nabi Musa. Sebagaimana juga Allah telah menganugrahkan suatu ilmu kepada Nabi

Musa yang tidak diberikan kepada al Khidhir.

(66) Dalam ayat ini Allah menggambarkan secara jelas sikap nabi Musa

sebagai calon murid kepada calon gurunya dengan mengajukan permintaan berupa

bentuk pertanyaan itu berarti nabi Musa sangat menjaga kesopanan dan merendahkan

hati. Beliau menempatkan dirinya sebagai seorang yang bodoh dan mohon

diperkenankan mengikutinya, supaya al Khidhir sudi mengajarkan sebagai ilmu yang

telah Allah berikan kepadanya. Sikap yang demikian menurut al Qadi, memang

seharusnya dimiliki oleh setiap pelajar dalam mengajukan pertanyaan pada muridnya.

(67) dalam ayat ini al Khidhir menjawab pertanyaan nabi Musa sebagai

berikut: “hai Musa, kamu tak akan dapat sabar dalam menyertaiku. Karena saya

memiliki ilmu yang telah diajarkan oleh Allah kepadaku yang kamu tidak

mengetahuinya, dan kamu memiliki ilmu yang telah diajarkan oleh Allah kepadamu

yang aku tidak mengetahuinya.

(68) Dalam ayat ini al Khidhir menegaskan kepada nabi Musa tentang sebab

nabi Musa tidak akan dapat bersabar nantinya kalau terus menerus menyertainya. Di

sana nabi Musa akan melihat kenyataan al Khidhir yang secara lahiriah bertentangan

dengan syarat dengan nabi Musa as. Oleh karena al Khidhir berkta kepada nabi Musa

: “bagaimana kamu dapat bersabar terhadap perbuatan-perbutan yang lahirnya

menyalahi syariatmu, padahal kamu seorang nabi. Atau mungkin juga kamu akan

mendapati pekerjaan-pekerjaanku yang secara lahiriah bersifat munkar, secara

bathiniyyah kamu tidak mengetahui maksudnya atau kemaslahatannya. Sebenarnya

memang demikian sifat orang yang tidak bersabar terhadap perbuatan munkar yang

dilihatnya. Bahkan segera mengingkarinya.

(69) Dalam ayat ini nabi Musa berjanji tidak akan mengingkari dan tidak

akan menyalahi apa yang dikerjakan oleh nabi Khidhir, dan berjanji pula akan

melaksanakan perintak nabi Khidir selama perintah itu tidak bertentangan dengan

perintah Allah. Janji yang beliau ucapkan dalam ayat ini didasarkan dengan kata-kata

Page 71: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

61

“Insya Allah” karena beliau sadar bahwa sabar itu perkara yang santa besar dan berat,

apalagi etika menyampaikan kemungkaran, seakan-akan panas hati beliau tak

tertahan lagi.

(70) Dalam ayat ini al Khidir dapat menerima Musa as dengan pesan “ jika

kamu (nabi Musa) berjalan bersamaku (nabi Khidir) maka janganlah kamu bertanya

tentang sesuatu yang aku lakukan dan tentang rahasianya, sehingga aku sendiri

menerangkan kepadamu duduk persoalanya. Jangan kamu menegurku terhadap

sesuatu yang mulai menyebutnya untuk menerangkan keadaan yang sebenarnya.

4. Hubungan ayat dengan pendidikan

Mengenai pola interaksi guru sebagai pendidik dan murid sebagai peserta

didik berkaitan dengan konsep dari para ahli pendidikan saat ini, yang kemudian

menjelaskan teori-teori pendidikan sekarang, penulis membaginya menjadi dua

bagian pokok, yaitu sebagai berikut:

Pendidik Menurut Ahmad Tafsir, syarat dan sifat guru adalah guru harus

mengetahui karakteristik murid. Berkaitan dengan otoritas guru untuk menguji,

melakukan tes minat dan bakat untuk mengetahui karakter dan kemampuan murid.

(QS.Al Kahfi: 67-68).Al Ghazali menjelaskan tugas guru adalah ia mencukupkan

bagi murid itu menurut kadar pemahamanya, maka ia tidak menyampaikan kepada

murid sesuatu yang tidak terjangkau oleh akalnya. (QS.Al Kahfi: 67-68)Ahmad

Tafsir dalam Nurtawab menjelaskan tugas guru adalah mendidik. Mendidik itu

sebagian dilakukan dalam bentuk mengajar, sebagian dalam bentuk memberikan

dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan dan lain-lain.

Berkaitan dengan guru harus memberikan contoh berkata-kata yang baik dan sopan

kepada murid QS. Al Kahfi:67-68). Ramayulis menjelaskan, pendidik sebagai

pengajar yang bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakan

program yang telah tersusun. Dengan demikian sorang guru harus menyusun kontrak

belajar (QS. Al Kahfi: 70)

Page 72: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

62

Peserta didik Dalam menuntut ilmu, menurut Mohammad Athiyah al-

Arbasy, seorang peserta didik harus memiliki niat yang mulia.(QS. Al-Kahfi:60).

Lebih lanjut al-Arbasiy mengatakan, kewajiban peserta didik salah satunya adalah

menyenangkan hati guru, caranya salah satunya tidak terlalu banyak bertanya yang

merepotkan guru. (QS.Al-Kahfi 70). Burhan al Din al-Zarnuji mengungkapkan

pendapat Ali Bin Abi Thalib, tentang enam hal penting yang perlu dilakukan oleh

peserta didik salah satunya adalah kesabaran. (QS. Al Kahfi:69). Menurut Ramayulis,

peserta didik harus menghormati guru atau pendidik, berusaha memperoleh kerelaan

dari guru dengan cara yang baik, dimana peserta didik harus bersikap sopan kepada

gurunya. (QS. Al Kahfi: 66)

5. Hikmah

Hikmah yang dapat diambil dari ayat tersebut yaitu, kita perlu bersabar dan

tidak terburu-buru mendapatkan kebijaksanaan dari setiap peristiwa yang dialami.

Dan kita sebagai siswa harus memelihara adab dengan gurunya. Setiap siswa harus

bersedia mendengar penjelasan seorang guru dari awal hingga akhir sebelum nantinya

dapat bertindak d luar perintah dari guru. Kisah nabi Khidir ini juga menunjukkan

bahwa Islam memberikan kedudukan yang sangat istimewa kepada guru.

Selain itu juga satu hikmah selain sabar, yang didapatkan dari kisah tersebut

yaitu ilmu itu merupakan karunia terbesar yang diberikan oleh Allah SWT. Tidak ada

makhluk manapun, seorang manusia pun yang lebih berilmu dariNya. Tidak ada

seorang manusia yang mengklaim bahwa dirinya lebih berilmu disbanding yang

lainya. Hal ini dikarenakan ada ilmu yang merupakan anugrah dari Allah yang

diberikan pada seseorang tanpa harus mempelajarinya (ilmu Ladunny, yaitu ilmu

yang dikhususkan bagi hamba-hamba Allah yang shalih dan terpilih).

6. Ayat dan Terjemahan

B. QS. At-Tahrim : 6

Page 73: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

63

ا يال انحجاسة ػه ا اناس د ق كى اسا ه أ فسكى ايا قا أ اانز ئكت ا أ

﴿ انتحشى : غالظ شذاد ال يا ؤيش فؼه ى اهلل يا أيش ﴾.٥ؼص

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api

neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat

yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

diperintahkan-Nya kepadamereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan”.130

7. Asbabun Nuzul

Ibnu katsir setelah menulis ayat At-Tahrim beliau juga menukil pendapat

yang mengatakan bahwa sebab turunnya ayat tersebut adalah Nabi mengharamkan

atas dirinya Maria Al-Qibtiah.131

Tapi kemudian beliau menguatkan pendapat yang

mengatakan bahwa sebab turunnya ayat tersebut adalah Nabi mengharamkan atas

dirinya madu.Kemudian Syaikh Utsaimin menguatkan pendapat yang mengatakan

sebab turunnya ayat ini adalah Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengharamkan atas

dirinya madu.132

8. Tafsir

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api

neraka.” (pangkal ayat 6). Di pangkal ayat ini, jelas bahwa semata-mata mengakui

beriman saja belumlah cukup. Iman mestilah dipelihara dan dipupuk, terutama sekali

dengan dasar iman hendaklah orang menjaga keselamatam diri dan seisi rumah

tangga dari api neraka. “yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” Diantara cra

menyelamatkan diri dari api neraka ialah mendirikan sholat dan bersabar,

sebagaimana firman Allah QS. Toha: 123, yang artinya

130

Muhammad Chirzin ,Permata Al-Qur’an (Yogyakarta: Qiktas, 2003), 414.

131 Lih. Tafsir Ibnu Katsir juz.8 hal.158.

132 Lih. Asy-Syarh Al-Mumti’ ala Zad Al Mustaqni’ oleh syaikh Utsaimin juz.13 hal.217

Page 74: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

64

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan sholat dan bersabarlah

kamu mengerjakannya.”

Dan dijelaskan pula dengan firman-Nya (QS. Asy Syu‟ara: 214)

“ Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.”

Telah diriwayatkan bahwa, Umar berkata ketika turun ayat ini: “Wahai

Rasulullah, kita menjaga diri kita sendiri. Tetapi bagaimana kita menjaga keluarga

kita? Rosulullah Saw. Menjawab, “kamu larang mereka mengerjakan apa yang

dilarang Allah untukmu, dan kamu perintahkan kepada mereka apa yang

diperintahkan Allah kepadamu. Itulah penjagaan antara diri mereka dengan

neraka”.133 134

Batu-batu adalah barang yang tidak berharga yang tercampak dan tersebar di

mana-mana. Batu itulah yang akan dipergunakan penyalakan api neraka. Manusia

yang durhaka kepada Allah Swt. Yang hidup di dunia ini tiada bernilai karena telah

dipenuhi oleh dosa, sudah samalah keadaannya dengan batu-batu yang berserakan di

padang pasir, munggu-munggu, bukit-bukit atau di sungai-sungai. Gunanya hanyalah

untuk menyalakan api. “Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras.” Allah

memberikan kekuasaan kepada malaikat-malaikat itu untuk menjaga dan mengawal

neraka itu, agar apinya selalu menyala dan alat penyalanya selalu sedia baik dari batu

maupun manusia.135

Mereka (malaikat) juga diberi kekuasaan untuk mengurus dan

menyiksa para penghuninya. Mereka ada Sembilan belas malaikat penjaga neraka

yang disebutkan dalam QS. Al-Mudatsir: 26-30, yang artinya

“Aku akan memasukkannya ke dalam neraka Saqar. Tahukah kamu apakah

neraka Saqar itu? Saqar tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. Neraka Saqar

adalah pembakar kulit manusia. Di atasnya ada smbilan belas (Malaikat penajaga).

133

Ahmad Musthafa Al-Maraghiy, Tafsir al-Maraghiy (Semarang: CV. Toha Putra, ), 272.

134 Lih. Tafsir Ibnu Katsir juz.8 hal.158.

135 Hamka, Tafsir al-Azhar Juzu’ XXVIII (Jakarta: Pustaka Panjimas PP, 1985), 309.

Page 75: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

65

Mereka (malaikat) keras dan kasar terhadap penghuni neraka itu. Kemudian

Allah menjelaskan besarnya ketaatan mereka terhadap Tuhan-Nya. FirmanNya:

يا ؤيش فؼه ى اهلل يا أيش ال ؼص

Mereka tidak menyalahi perintah-Nya, tetapi mereka menjalankan apa yang

diperintahkan kepada Mereka pada waku itu juga tanpa selang. Mereka tidak

mendahului dan tidak menunda perintah-Nya.136

Itulah yang diperingatkan kepad aorang yang beriman, bahwa mengakui

beriman saja tidaklah cukup kalau tidak bisa memelihara diri janganlah sampai

masuk neraka yang sangat panas dan besar siksaannya, disertai pula jadi penyala dari

api neraka itu.

Dari rumah tangga itulah dimulai memupuk iman dan memupuk Islam.

Karena dari rumahtangga itulah akan terbentuk ummat. Dan dalam ummat itulahakan

tegak masyarakat Islam. Oleh sebab itu, maka seseorang yang beriman tidak boleh

pasif, maksudnya berdiam diri menunggu-nunggu saja.137

9. Hubungan Ayat dengan Pendidikan

At-Tahrim ayat 6 di atas, menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan

harus bermula dari rumah. Ayat di atas walau secara redaksional tertuju kepada kaum

pria (ayah), tetapi itu bukan berarti hanya tertuju kepada mereka. Ayat ini tertuju

kepada perempuan dan lelaki (ayah dan ibu). Sebagaimana ayat-ayat yang serupa

(misalnya ayat yang memerintahkan berpuasa) yang juga tertuju kepada lelaki dan

perempuan. Ini berarti kedua orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan

juga pasangan masing-masing, sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas

kelakuannya. Ayah atau ibu sendiri tidak cukup untuk mencipatakan satu rumah

136

Ahmad Musthafa Al-Maraghiy, Tafsir al-Maraghiy (Semarang: CV. Toha Putra, ), 273-274.

137 Hamka, Tafsir al-Azhar Juzu’ XXVIII (Jakarta: Pustaka Panjimas PP, 1985), 310.

Page 76: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

66

tangga yang diliputi oleh nilai-nilai agama serta dinaungi oleh hubungan yang

harmonis.138

Anak adalah aset bagi orang tua dan di tangan orangtualah anak-anak

tumbuh dan menemukan jalan-jalannya. Banyak orang tua “salah asuh” kepada anak

sehingga perkembangan fisik yang cepat diera globalisasi ini tidak diiringi dengan

perkembangan mental dan spiritual yang benar kepada anak sehingga banyak prilaku

kenakalan-kenalakan oleh para remaja. Sebagai orang tua yang proaktif diharuskan

memperhatikan hal-hal yang berkenaan dengan perkembangan sang buah hati,

amanah Allah. Rasulullah juga memeberitahu betapa pentingnya/Urgensi mendidik

anak sejak dini, dalam hadits Rasulullah SAW :

“Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka hanya kedua orang

tuanyalah yang akan menjadikannya seorang yahudi atau seorang nasrani atau

seorang majusi”.(HR.Bukhari)

Dari hadits di atas jelaslah bahwa setiap bani adam yang terlahirkan di dunia

ini dalam keadaan fitrah (dalam keadaan islam), karena sesungguhnya setiap bani

adam sebelum ia terlahirkan ke dunia (masih dalam kandungan), ia sudah berikrar

dengan kalimat syahadat yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah

kecuali Allah Subhanallahu wa Ta‟ala dan Muhammad adalah hamba dan utusan

Allah Subhanallahu wa Ta‟ala. Sedangkan yang menjadikan anak itu menjadi seorang

yahudi, nasrani, dan majusi melainkan itu semua karena peranan dari kedua orang

tuanya.

Dan untuk lebih menambah pengetahuan kita, saya akan mengutip

pernyataan ilmuwan pendidikan Dorothy Law Nolte yang pernah menyatakan bahwa

anak belajar dari kehidupan lingkungannya. Lengkapnya adalah sebagai berikut:

a. Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki

138

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 327.

Page 77: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

67

b. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi

c. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri

d. Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyeasali diri

e. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri

f. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai

g. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan

h. Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan

i. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri

j. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar

menemukan cinta dalam kehidupan.

Maka jelas bahwa tugas manusia tidak hanya menjaga dirinya sendiri,

namun juga keluarganya dari siksa neraka. Untuk dapat melaksanakan taat kepada

Allah SWT, tentunya harus dengan menjalankan segala perintah-Nya, serta menjauhi

segala larangan-Nya. Dan semua itu tidak akan bisa terjadi tanpa adanya pendidikan

syari‟at. Maka disimpulkan bahwa keluarga juga merupakan objek pendidikan.

10. Hikmah

Pertama, Perintah Taqwa Kepada Allah SWT dan berdakwah. Kita

diwajibkan oleh Allah untuk taat kepada-Nya supaya selamat daripada siksa-Nya.

Caranya membina diri kita terlebih dahulu dalam mendalami akidah dan adab islam

kemudian setelah kita mampu melaksanakan maka kita wajib mendakwahkan kepada

yang lain yaitu orang-orang terdekat kita/keluarga yaitu orang tua, istri, anak, adik,

kakak dan karib kerabat. Kemudian jika sudah mapan kita berdakwah dengan

mereka, maka kita dituntut untuk menyebarkan kepada pihak masyarakat setelah

berhasil maka masyarakat itu dituntut menyebarkan dakwah seluas-luasnya keluar

daerahnya.

Kedua, Anjuran menyelamatkan diri dan keluarga dari api neraka Banyak

sekali amalan shalih yang menjadikan seseorang masuk surga dan dijauhkan dari api

neraka, misalnya bersedekah, berdakwah, berakhlaq baik, saling tolong menolong

Page 78: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

68

dalam kebaikan dan sebagainya. Di antara cara menyelamatkan diri dari api neraka

itu ialah mendirikan shalat dan bersabar.

Ketiga, Pentingnya pendidikan islam sejak dini. Inilah Pendidikan Islam

sejak dini yang sering diremehkan oleh kebanyakan orang tua jaman sekarang yang

terlalu sibuk dengan pekerjaannya masing-masing sehingga lupa tanggung jawab

yang besar yaitu pendidikan mengenal Tuhannya atau pendidikan Islam yang

merupakan faktor utama kemajuan sebuah bangsa. Sebuah bangsa akan maju jika

umat manusia patuh kepada perintah Allah SWT, karena kemajuan sebuah bangsa

tidak akan tercapai tanpa ridha dari Allah SWT. Seperti zaman keemasan pada saat

Rasulullah SAW masih hidup kemudian diteruskan oleh para

sahabatnya/khulafaurrasyidin.

Keempat, Keimanan kepada para malaika Ayat diatas mengandung pelajaran

keimanan kita kepada sifat para malaikat yang suci dari dosa dan tidak pernah

membangkang apa yang diperintahkan oleh Allah SWT. Berbeda dengan manusia

dan jin yang kadang taat kadang pula melanggar bahkan ada juga yang tidak pernah

taat sama sekali atau selalu berbuat maksiat.139

11. Hadits Pendukung

كهكى يسؤ ى كهكى ساع ل ػ يسؤ ػه اناس ساع فانئياو انز سػت ل ػ

ا ج ت ص شأة ساػت ف ب ان ى ل ػ يسؤ ت م ب انشجم ساع ػه أ

ا. )سا انبخاس سػت ل ػ يسهى(.يسؤ

Artinya: “Tiap-tiap kamu adalah pemimpin dan tiap-tiap kamu akan ditanyai

tentang apa yang dipimpinnya. Imam yang mengimami orang banyak adalah

pemimpin, dan dia akan ditanyai tentang orang-orang yang dipimpinnya itu. Dan

seorang laki-laki adalah pemimpin terhadap keluarganya, dan dia pun akan ditanyai

139

http://triquranhadits.blogspot.com/2013/06/al-quran-hadits-materi-kelompok-4at.html

Page 79: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

69

tentang kepemimpinannya. Dan seorang perempuan adalah pemimpin dalam rumah

suaminya, dan dia pun akan ditanyai tentang yang dipimpinnya”.140

قع م فصه فأ انه اء. سحى اهلل سحى اهلل ايشأ قاو ي ا بان ج نى تقى سش فئ ه أ

اء. ان ج قى سشت ػه ا فئرا نى ج قظت ص أ م تصه انه ايشأة قايت ي

.)سا انساا(

Artinya: “Rahmat Allahlah atas seseorang yang bangun pada sebagian

malam lalu sholat. Lalu dibangunkannya pula ahlinya (keluarganya). Kalau dia tidak

mau bangun lalu dipercikkan air di mukanya! Dan rahmat Allah pula bagi seorang

perempuan yang bangun disebagian malam, sholat, lalu dibangunkannya pula

suaminya, dan kalau tidak mau bangun dipercikkannya pula air di mukanya.”141

ضاجغ. ى ف ان فشقا ب ا نؼشش ى ػه اضشب ا أباء كى بانصهاة نسبغ يش

)سا أب داد(.

Artinya: “Suruhkanlah anak-anakmu sholat jika usianya sudah tujuh tahun

dan pukullah jika sholat ditinggalkannya kalau usianya sudah 10 tahun dan

pisahkanlah tempat-tempat tidut di antara mereka.”142

140

Hamka. Tafsir al-Azhar Juzu’ XXVIII (Jakarta: Pustaka Panjimas PP, 1985.) hal. 310

141 Hamka. Tafsir al-Azhar Juzu’ XXVIII (Jakarta: Pustaka Panjimas PP, 1985.) hal. 312

142 Hamka. Tafsir al-Azhar Juzu’ XXVIII (Jakarta: Pustaka Panjimas PP, 1985.) hal. 313

Page 80: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

62

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2016 sampai bulan Mei

2016 digunakan untuk pengumpulan data mengenai sumber-sumber

tertulis yang diperoleh dari buku cetak yang ada di perpustakaan, artikel,

jurnal serta website yang ada hubungannya dengan konsep pendidikan

HAMKA pada mata pelajaran agama Islam dengan pembelajaran

kontekstual.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang penulis menggunakan penelitian kualitatif.

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, “Penelitian kualitatif adalah suatu

pembelajaran penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan

menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan,

persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok”.143

Dalam memperoleh data, fakta dan informasi yang akan

melengkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penulisan skripsi,

penulis menggunakan metode deskriptif yang didukung oleh data yang

diperoleh melalui penelitian kepustakaan library research. Penelitian

library research yaitu suatu usaha untuk memperoleh data atau informasi

yang diperlukan serta menganalisis suatu permasalahan melalui sumber-

sumber kepustakaan.Penelitian kepustakaan merupakan jenis penelitian

kualitatif yang pada umumnya tidak terjun ke lapangan dalam pencarian

sumber datanya.penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan

143

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cet ke. III, h. 60

Page 81: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

63

hanya berdasarkan atas karya tertulis, termasuk hasil penelitian baik yang

telah maupun yang belum dipublikasikan. Alasan penulis menggunakan

study kepustakaan atau library research ini dimaksudkan untuk

memperoleh dan menela‟ah teori-teori yang berhubungan dengan topik

dan sekaligus dijadikan sebagai landasan teori.144

Contoh-contoh penelitian semacam ini adalah penelitian sejarah,

penelitian pemikiran tokoh, penelitian (bedah) buku dan berbagai contoh

lain penelitian yang berkait dengan kepustakaan. Pada hakekatnya data

yang diperoleh dengan penelitian perpustakaan dapat dijadikan landasan

dasar dan alat utama bagi pelaksanaan penelitian lapangan.

C. Fokus Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus dalam proposal lebih

di dasarkan pada tingkat informasi terbaru yang akan di peroleh dari

situasi sosial. Informasi itu bisa berupa upaya untuk memahami secara

lebih luas dan mendalam tentang situasi sosial, tetapi juga ada keinginan

untuk menghasilkan ilmu baru dari situasi sosial yang di teliti.145

Mengetahui pandangan Hamka tentang guru

D. Prosedur Penelitian

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar

untuk memperoleh data yang diperlukan, dalam hal ini akan selalu ada

hubungan antara teknik pengumpulan data dengan masalah penelitian

yang ingin di pecahkan. Pengumpulan data tak lain adalah suatu proses

pengadaan data untuk keperluan penelitian.

144

Sutrisno Hadi, Metodologi research, (Yogyakarta : Andi Ofset, 1997), cet. XXV, h. 82 145

Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian,… h. 92

Page 82: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

64

Penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian biografi, yaitu studi

tentang individu meliputi pemikiran dan pengalamannya yang dituliskan

kembali dengan mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip, dalil atau

hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah

penelitian.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap pengalaman

menarik yang sangat mempengaruhi atau mengubah hidup

seseorang.Peneliti menginterpretasi subjek seperti subjek tersebut

memposisikan dirinya sendiri. Dalam hal ini, warisan pemikiran Hamka

tentang pendidik merupakan wacana yang sangat potensial untuk diteliti

dan dikembangkan dalam rangka memperkaya konsep pendidikan

nasional.

Penulis juga menggunakan metode pendekatan studi tokoh atau

pendekatan sejarah, objek yang dikaji adalah pemikiran seorang tokoh

baik itu persoalan-persoalan, situasi, atau kondisi yang mempengaruhi

terhadap pemikirannya. Menurut Mukti Ali, pendekatan ini adalah untuk

mengetahui sejauh mana pemikiran seorang tokoh yaitudengan cara

meneliti karya-karyanya dan biografinya.146

E. Sumber data

Jenis penelitian ini adalah library research (penelitian pustaka),

maka pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menelusuri buku-

buku atau kitab yang disusun oleh Hamka.Proses pengumpulan data ini

dilakukan dengan bahan-bahan dokumen yang ada, yaitu dengan melalui

pencarian buku-buku, jurnal dan lain-lain dikatalog beberapa

perpustakaan dan mencatat sumber data yang terkait yang dapat

146

Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tehnik ( Bandung : Transito, 1998), h. 139

Page 83: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

65

digunakan dalam studi sebelumnya. Adapun sumber data dalam

penelitian ini dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

1. Sumber data primer.

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek

penelitian dengan menggunakan alat pengambilan data langsung pada

subjek informasi. Sumber data primer yang dijadikan sumber rujukan

dalam penyusunan skripsi ini berupa sumber data tertulis yaitu buku-buku

tulisan atau karya Hamka,seperti:

a. HAMKA, Lembaga Hidup(1962)

b. HAMKA, Falsafah Hidup (1984)

c. HAMKA, Pribadi dan Martabat Buya Prof. DR. Hamka (1983)

d. HAMKA, Lembaga Budi (1985)

e. HAMKA, Hamka di mata hati umat (1994)

f. HAMKA, Pelajaran Agama Islam

2. SumberDataSekunder

Sumber data sekunder yaitu sumber data yang mendukung dan

melengkapi sumber-sumber data primer. Dalam sumber data sekunder, penulis

mengambil karya beberapa penulis yang relevan dengan subyek kajian, seperti

buku yang berjudul “Memperbincangkan Dinamika Intelektual Dan Pemikiran

Hamka tentang Pendidikan Islam (2008). Karya Samsul Nizar.

F. Analisis Data

Analisis data adalah kegiatan untuk memaparkan data, sehingga dapat

diperoleh suatu kebenaran atau ketidakbenaran dari suatu hipotesis. Batasan

ini diungkapkan bahwa analisis data adalah sebagai proses yang merinci usaha

Page 84: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

66

secara formal untuk merumuskan ide/konsep sebagai yang disarankan oleh

data sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada ide/konsep.147

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal

penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh dan

dikumpulkan untuk diolah secara sistematis.Reliabilitas penelitian kualitatif

pada penelitian ini juga dipengaruhi oleh pendekatan analisis konsep.Analisis

konsep merupakan suatu analisis tentang istilah (kata-kata) yang mewakili

konsep atau gagasan.148

G. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman

Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahum 2014

147

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), h. 103

148 Nana Syaodih Sukmadinata, op.cit.,h.61

Page 85: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

67

BAB IV

PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU

A. Riwayat Hidup Buya Hamka

1. Profil Buya Hamka

Haji Abdul Malik Karim Amarullah (HAMKA), lahir di Sungai

Batang, Maninjau Sumatera Barat pada hari Ahad, tanggal 17 Februari 1908

M./13 Muharam 1326 H dari kalangan keluarga yang taat agama. Ayahnya

adalah Haji Abdul Karim Amarullah atau sering disebut Haji Rasul bin Syekh

Muhammad Amarullah bin Tuanku Abdullah Saleh. Haji Rasul merupakan

salah seorang ulama yang pernah mendalami agama di Mekkah, pelopor

kebangkitan kaum mudo dan tokoh Muhammadiyah di Minangkabau. Ia juga

menjadi penasehat Persatuan Guru-Guru Agama Islam pada tahun 1920an, ia

memberikan bantuannya pada usaha mendirikan sekolah Normal Islam di

Padang pada tahun 1931, ia menentang komunisme dengan sangat gigih pada

tahun 1920-an dan menyerang ordonansi guru pada tahun 1920 serta

ordonansi sekolah liar tahun 1932.149

Sementara ibunya bernama Siti Shafiyah

Tanjung binti Haji Zakaria (w. 1934). Dari geneologis ini dapat diketahui,

bahwa ia berasal dari keturunan yang taat beragama dan memiliki hubungan

dengan generasi pembaharu Islam di Minangkabau pada akhir abad XVIII dan

awal abad XIX. Ia lahir dalam struktur masyarakat Minangkabau yang

menganut sistem matrilineal. Oleh karna itu, dalam silsilah Minangkabau ia

berasal dari suku Tanjung, sebagaimana suku ibunya.150

149

Deliar Noer, Gerakan Modern Islam Di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES Anggota IKAPI, 1985), Cet-3, hlm. 46.

150Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang

Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), hlm. 15-18

Page 86: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

68

2. Perjalanan Hidup Hamka

Sejak kecil, Hamka menerima dasar-dasar agama dan membaca Al-

Qur‟an langsung dari ayahnya. Ketika usia 6 tahun tepatnya pada tahun 1914,

ia dibawa ayahnya ke Padang panjang. Pada usia 7 tahun, ia kemudian

dimasukkan ke sekolah desa yang hanya dienyamnya selama 3 tahun, karena

kenakalannya ia dikeluarkan dari sekolah. Pengetahuan agama, banyak

diperoleh dengan belajar sendiri (autodidak). Tidak hanya ilmu agama,

Hamka juga seorang otodidak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan

seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat.

Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, ia dapat menyelidiki karya

ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji

Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti dan Hussain Haikal. Melalui

bahasa Arab juga, ia meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman

seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean

Paul Sartre, Karl Marx dan Pierre Loti.151

Ketika usia Hamka mencapai 10 tahun, ayahnya mendirikan dan

mengembangkan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Ditempat itulah

Hamka mempelajari ilmu agama dan mendalami ilmu bahasa arab. Sumatera

Thawalib adalah sebuah sekolah dan perguruan tinggi yang mengusahakan

dan memajukan macam-macam pengetahuan berkaitan dengan Islam yang

membawa kebaikan dan kemajuan di dunia dan akhirat. Awalnya Sumatera

Thawalib adalah sebuah organisasi atau perkumpulan murid-murid atau

pelajar mengaji di Surau Jembatan Besi Padang Panjang dan surau Parabek

Bukittinggi, Sumatera Barat. Namun dalam perkembangannya, Sumatera

Thawalib langsung bergerak dalam bidang pendidikan dengan mendirikan

sekolah dan perguruan yang mengubah pengajian surau menjadi sekolah

berkelas.

151

http:/id.wikipedia.org/Haji Abdul Malik Karim Amrulloh, 27-1-2016

Page 87: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

69

Secara kronologis, karir Hamka yang tersirat dalam perjalanan

hidupnya adalah sebagai berikut:

a. Pada tahun 1927 Hamka memulai karirnya sebagai guru Agama di

Perkebunan Medan dan guru Agama di Padang Panjang. 152

b. Pendiri sekolah Tabligh School, yang kemudian diganti namanya

menjadi Kulliyyatul Muballighin (1934-1935). Tujuan lembaga ini

adalahmenyiapkan mubaligh yang sanggup melaksanakan dakwah

dan menjadi khatib, mempersiapkan guru sekolah menengah

tingkat Tsanawiyyah, serta membentuk kader-kader pimpinan

Muhammadiyah dan pimpinan masyarakat pada umumnya.

c. Ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia (1947),

Konstituante melalui partai Masyumi dan menjadi pemidato

utama dalam Pilihan Raya Umum (1955).

d. Koresponden pelbagai majalah, seperti Pelita Andalas (Medan),

Seruan Islam (Tanjung Pura), Bintang Islam dan Suara

Muhammadiyah (Yogyakarta), Pemandangan dan Harian Merdeka

(Jakarta).

e. Pembicara konggres Muhammadiyah ke 19 di Bukittinggi (1930)

dan konggres Muhammadiyah ke 20 (1931).

f. Anggota tetap Majelis Konsul Muhammadiyah di Sumatera

Tengah (1934).

g. Pendiri Majalah al-Mahdi (Makassar, 1934)

h. Pimpinan majalah Pedoman Masyarakat (Medan, 1936)

i. Menjabat anggota Syu Sangi Kai atau Dewan Perwakilan Rakyat

pada pemerintahan Jepang (1944).

j. Ketua konsul Muhammadiyah Sumatera Timur (1949).

152http://amir14.wordpress.com/tasawuf-hamka/24-02-2010

Page 88: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

70

k. Pendiri majalah Panji Masyarakat (1959), majalah ini dibrendel

oleh pemerintah karna dengan tajam mengkritik konsep demikrasi

terpimpin dan memaparkan pelanggaran-pelanggaran konstitusi

yang telah dilakukan Soekarno. Majalah ini diterbitkan kembali

pada pemerintahan Soeharto.

l. Memenuhi undangan pemerintahan Amerika (1952), anggota

komisi kebudayaan di Muangthai (1953), menghadiri peringatan

mangkatnya Budha ke-2500 di Burma (1954), di lantik sebagai

pengajar di Universitas Islam Jakarta pada tahun 1957 hingga

tahun 1958, di lantik menjadi Rektor perguruan tinggi Islam dan

Profesor Universitas Mustapo, Jakarta. menghadiri Konferensi

Islam di Lahore (1958), menghadiri Konferensi Negara-Negara

Islam di Rabat (1968), Muktamar Masjid di Makkah (1976),

Seminar tentang Islam dan Peradapan di Kuala Lumpur,

menghadiri peringatan 100 tahun Muhammad Iqbal di Lahore, dan

Konferensi ulama di Kairo (1977), Badan pertimbangan

kebudayaan kementerianPP dan K, Guru besar perguruan tinggi

Islam di Universitas Islam di Makassar.

m. Departemen Agama pada masa KH Abdul Wahid Hasyim,

Penasehat Kementerian Agama, Ketua Dewan Kurator PTIQ.

n. Imam Masjid Agung Kebayoran Baru Jakarta, yang kemudian

namanya diganti oleh Rektor Universitas Al-Azhar Mesir, Syaikh

Mahmud Syaltut menjadi Masjid Agung Al-Azhar. Dalam

perkembangannya, Al-Azhar adalah pelopor sistim pendidikan

Islam modern yang punya cabang di berbagai kota dan daerah,

serta menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah modern berbasis

Islam. Lewat mimbarnya di Al-Azhar, Hamka melancarkan kritik-

kritiknya terhadap demokrasi terpimpin yang sedang digalakkan

oleh Soekarno Pasca Dekrit Presiden tahun 1959. Karena

Page 89: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

71

dianggap berbahaya, Hamka pun dipenjarakan Soekarno pada

tahun 1964. Ia baru dibebaskan setelah Soekarno runtuh dan orde

baru lahir, tahun 1967. Tapi selama dipenjara itu, Hamka berhasil

menyelesaikan sebuah karya monumental, Tafsir Al-Azhar 30 juz.

o. Ketua MUI (1975-1981), Buya Hamka, dipilih secara aklamasi

dan tidak ada calon lain yang diajukan untuk menjabat sebagai

ketua umum dewan pimpinan MUI. Ia dipilih dalam suatu

musyawarah, baik oleh ulama maupun pejabat.153

Namun di tengah

tugasnya, ia mundur dari jabatannya karna berseberangan prinsip

dengan pemerintah yang ada. Hal ini terjadi ketika menteri agama,

Alamsyah Ratu Prawiranegara mengeluarkan fatwa

diperbolehkannya umat Islam menyertai peringatan natal bersama

umat Nasrani dengan alasan menjaga kerukunan beragama,

Hamka secara tegas mengharamkan dan mengecam keputusan

tersebut. Meskipun pemerintah mendesak agar ia menarik

fatwanya, ia tetap dalam pendiriannya. Karena itu, pada tanggal

19 Mei 1981 ia memutuskan untuk melepaskan jabatannya

sebagai ketua MUI.

Beberapa pandangan Hamka tentang pendidikan adalah, bahwa

pendidikan sekolah tak bisa lepas dari pendidikan di rumah. Karena

menurutnya, komunikasi antara sekolah dan rumah, yaitu antara orang tua dan

guru harus ada. Untuk mendukung hal ini, Hamka menjadikan Masjid Al-

Azhar sebagai tempat bersilaturrahmi antara guru dan orang tua untuk

membicarakan perkembangan peserta didik. Dengan adanya sholat jamaah di

masjid, maka antara guru, orang tua dan murid bisa berkomunikasi secara

153

Hamka, Hamka di Mata Hati Umat, (Jakarta: Sinar Harapan, 1984), hlm. 55

Page 90: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

72

langsung. ”Kalaulah rumahnya berjauhan, akan bertemu pada hari Jum‟at”,

begitu tutur Hamka.154

Pada tanggal 24 Juli 1981, Hamka telah puang ke rahmatullah. Jasa

dan pengaruhnya masih terasa sehingga kini dalam memartabatkan agama

Islam.Hamka bukan saja sebagai pujangga, wartawan, ulama, dan budayawan,

tapi juga seorang pemikir pendidikan yang pemikirannya masih relevan dan

baik untuk diberlakukan dengan zaman sekarang.

3. Tempat HAMKA Mengenyam Pendidikan

Secara formal, pendidikan yang ditempuh Hamka tidaklah tinggi.

Pada usia 8-15 tahun, ia mulai belajar agama di sekolah Diniyyah School dan

Sumatera Thawalib di Padang Panjang dan Parabek. Diantara gurunya adalah

Syekh Ibrahim Musa Parabek, Engku Mudo Abdul Hamid, Sutan Marajo dan

Zainuddin Labay el-Yunusy. Keadaan Padang Panjang pada saat itu ramai

dengan penuntut ilmu agama Islam, di bawah pimpinan ayahnya sendiri.

Pelaksanaan pendidikan waktu itu masih bersifat tradisional dengan

menggunakan sistim halaqah. Pada tahun 1916, sistim klasikal baru

diperkenalkan di Sumatera Thawalib Jembatan Besi. Hanya saja, pada saat itu

sistim klasikal yang diperkenalkan belum memiliki bangku, meja, kapur dan

papan tulis. Materi pendidikan masih berorientasi pada pengajian kitab-kitab

klasik, seperti nahwu, sharaf, manthiq, bayan, fiqh, dan yang sejenisnya.

Pendekatan pendidikan dilakukan dengan menekankan pada aspek hafalan.

Pada waktu itu, sistim hafalan merupakan cara yang paling efektif bagi

pelaksanaan pendidikan. Meskipun kepadanya diajarkan membaca dan

menulis huruf arab dan latin, akan tetapi yang lebih diutamakan adalah

mempelajari dengan membaca kitab-kitab arab klasik dengan standar buku-

buku pelajaran sekolah agama rendah di Mesir. Pendekatan pelaksanaan

154

Herry Mohammad, op. cit. , hlm. 64

Page 91: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

73

pendidikan tersebut tidak diiringi dengan belajar menulis secara maksimal.

Akibatnya banyak diantara teman-teman Hamka yang fasih membaca..155

Dengan banyak membaca buku-buku tersebut, membuat Hamka

semakin kurang puas dengan pelaksanaan pendidikan yang ada. Kegelisahan

intelektual yang dialaminya itu telah menyebabkan ia berhasrat untuk

merantau guna menambah wawasannya. Oleh karenanya, di usia yang sangat

muda Hamka sudah melalang buana. Tatkala usianya masih 16 tahun,

tapatnya pada tahun 1924, ia sudah meninggalkan Minangkabau menuju

Jawa; Yogyakarta. Ia tinggal bersama adik ayahnya, Ja‟far Amrullah. Di sini

Hamka belajar dengan Ki Bagus Hadikusumo, R. M. Suryopranoto, H.

Fachruddin, HOS. Tjokroaminoto, Mirza Wali Ahmad Baig, A. Hasan

Bandung, Muhammad Natsir, dan AR. St. Mansur.156

Di Yogyakarta Hamka mulai berkenalan dengan Serikat Islam (SI).

Ide-ide pergerakan ini banyak mempengaruhi pembentukan pemikiran Hamka

tentang Islam sebagai suatu yang hidup dan dinamis. Hamka mulai melihat

perbedaan yang demikian nyata antara Islam yang hidup di Minangkabau,

yang terkesan statis, dengan Islam yang hidup di Yogyakarta, yang bersifat

dinamis. Di sinilah mulai berkembang dinamika pemikiran keIslaman Hamka.

Perjalanan ilmiahnya dilanjutkan ke Pekalongan, dan belajar dengan iparnya,

AR. St. Mansur, seorang tokoh Muhammadiyah. Hamka banyak belajar

tentang Islam dan juga politik. Di sini pula Hamka mulai berkenalan dengan

ide pembaruan Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha

yang berupaya mendobrak kebekuan umat. Rihlah Ilmiah yang dilakukan

Hamka ke pulau Pulau Jawa selama kurang lebih setahun ini sudah cukup

mewarnai wawasannya tentang dinamika dan universalitas Islam. Dengan

bekal tersebut, Hamka kembali pulang ke Maninjau (pada tahun 1925) dengan

155Samsul Nizar, op. cit., hlm. 21-22

156

A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), Cet. 1, hlm. 101

Page 92: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

74

membawa semangat baru tentang Islam.157

Ia kembali ke Sumatera Barat

bersama AR. st. Mansur. Di tempat tersebut, AR. St. Mansur menjadi

mubaligh dan penyebar Muhammadiyah, sejak saat itu Hamka menjadi

pengiringnya dalam setiap kegiatan kemuhammadiyahan.158

Berbekal pengetahuan yang n telah diperolehnya, dan dengan

maksud ingin memperkenalkan semangat modernis tentang wawasan Islam, ia

pun membuka kursus pidato di Padang Panjang. Hasil kumpulan pidato ini

kemudian ia cetak dalam sebuah buku dengan judul Khatib Al-Ummah. Selain

itu, Hamka banyak menulis pada majalah Seruan Islam, dan menjadi

koresponden di harian Pelita Andalas. Hamka juga diminta untuk membantu

pada harian Bintang Islam dan Suara Muhammadiyyah di Yogyakarta. Berkat

kepiawaian Hamka dalam menulis, akhirnya ia diangkat sebagai pemimpin

majalah Kemajuan Zaman. Dua tahun setelah kembalinya dari Jawa (1927),

Hamka pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Kesempatan ibadah

haji itu ia manfaatkan untuk memperluas pergaulan dan bekerja. Selama enam

bulan ia bekerja di bidang percetakan di Mekkah. Sekembalinya dari Mekkah,

ia tidak langsung pulang ke Minangkabau, akan tetapi singgah di Medan

untuk beberapa waktu lamanya. Di Medan inilah peran Hamka sebagai

intelektual mulai terbentuk. Hal tersebut bisa kita ketahui dari kesaksian

Rusydi Hamka, salah seorang puteranya; ”Bagi Buya, Medan adalah sebuah

kota yang penuh kenangan. Dari kota ini ia mulai melangkahkan kakinya

menjadi seorang pengarang yang melahirkan sejumlah novel dan buku-buku

agama, falsafah, tasawuf, dan lain-lain. Di sini pula ia memperoleh sukses

sebagai wartawan dengan Pedoman Masyarakat. Tapi di sini pula, ia

mengalami kejatuhan yang amat menyakitkan, hingga bekas-bekas luka yang

membuat ia meninggalkan kota ini menjadi salah satu pupuk yang

157M. Dawam Rahardjo, Intelektual Inteligensi dan Perilaku Politik Bangsa, (Bandung: Mizan,

1993), hlm. 201-202

158

H. Rusydi, Pribadi Dan Martabat Buya Prof. DR. Hamka, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), Cet-2, hlm. 2

Page 93: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

75

menumbuhkan pribadinya di belakang hari”. Di Medan ia mendapat tawaran

dari Haji Asbiran Ya‟kub dan Muhammad Rasami, bekas sekretaris

Muhammdiyah Bengkalis untuk memimpin majalah mingguan Pedoman

Masyarakat. Meskipun mendapatkan banyak rintangan dan kritikan, sampai

tahun 1938 peredaran majalah ini berkembang cukup pesat, bahkan oplahnya

mencapai 4000 eksemplar setiap penerbitannya. Namun ketika Jepang datang,

kondisinya jadi lain. Pedoman Masyarakat dibredel, aktifitas masyarakat

diawasi, dan bendera merah putihdilarang dikibarkan. Kebijakan Jepang yang

merugikan tersebut tidak membuat perhatiannya untuk mencerdaskan bangsa

luntur, terutama melalui dunia jurnalistik. Pada masa pendudukan Jepang, ia

masih sempat menerbitkan majalah Semangat Islam. Namun kehadiran

majalah ini tidak bisa menggantikan kedudukan majalah Pedoman

Masyarakat yang telah melekat di hati rakyat. Di tengah-tengah kekecewaan

massa terhadap kebijakan Jepang, ia memperoleh kedudukan istimewa dari

pemerintah Jepang sebagai anggota Syu Sangi Kai atau Dewan Perwakilan

Rakyat pada tahun 1944. Sikap kompromistis dan kedudukannya sebagai

”anak emas” Jepang telah menyebabkan Hamka terkucil, dibenci dan

dipandang sinis oleh masyarakat. Kondisi yang tidak menguntungkan ini

membuatnya meninggalkan Medan dan kembali ke Padang Panjang pada

tahun 1945.159

4. Lembaga Pendidikan yang didirikan Hamka

Di Padang Panjang, seolah tidak puas dengan berbagai upaya

pembaharuan pendidikan yang telah dilakukannya di Minangkabau, ia

mendirikan sekolah dengan nama Tabligh School.160

Sekolah ini didirikan

untuk mencetak mubaligh Islam dengan lama pendidikan dua tahun. Akan

`159

Herry Mohammad, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta: Gema Islami, 2006), hlm. 62

160

Mardjani Tamin, Sejarah Pendidikan Daerah Sumatera Barat, (Jakarta: Dep P dan K RI., 1997), hlm. 112

Page 94: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

76

tetapi, sekolah ini tidak bertahan lama karna masalah operasional; Hamka

ditugaskan oleh Muhammadiyyah ke Sulawesi Selatan. Dan baru pada

konggres Muhammadiyah ke-11 yang digelar di Maninjau, maka diputuskan

untuk melanjutkan sekolah Tabligh School ini dengan mengganti nama

menjadi Kulliyyatul Muballighin dengan lama belajar tiga tahun. Tujuan

lembaga ini pun tidak jauh berbeda dengan Tabligh School, yaitu menyiapkan

mubaligh yang sanggup melaksanakan dakwah dan menjadi khatib,

mempersiapkan guru sekolah menengah tingkat Tsanawiyyah, serta

membentuk kader-kader pimpinan Muhammadiyah dan pimpinan masyarakat

pada umumnya.161

Hamka merupakan koresponden di banyak majalah dan seorang yang

amat produtif dalam berkarya. Hal ini sesuai dengan penilaian Prof. Andries

Teew, seorang guru besar Universitas Leiden dalam bukunya yang berjudul

Modern Indonesian Literature I. Menurutnya, sebagai pengarang,

Hamkaadalah penulis yang paling banyak tulisannya, yaitu tulisan yang

bernafaskan Islam berbentuk sastra.162

Untuk menghargai jasa-jasanya dalam

penyiaran Islam dengan bahasa Indonesia yang indah itu, maka pada

permulaan tahun 1959 Majelis Tinggi University Al Azhar Kairo memberikan

gelar Ustaziyah Fakhiriyah (Doctor Honoris Causa) kepada Hamka. Sejak itu

ia menyandang titel ”Dr” di pangkal namanya. Kemudian pada 6 Juni 1974,

kembali ia memperoleh gelar kehormatan tersebut dari Universitas

Kebangsaan Malaysia pada bidang kesusastraan, serta gelar Professor dari

universitas Prof. Dr. Moestopo. Kesemuanya ini diperoleh berkat

ketekunannya yang tanpa mengenal putus asa untuk senantiasa memperdalam

161

A. Susanto, op. cit., hlm. 102

162

Sides Sudyarto DS, Hamka, ”Realisme Religius”, dalam Hamka, Hamka di Mata HatiUmat, (Jakarta: Sinar Harapan, 1984), hlm. 139

Page 95: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

77

ilmu pengetahuan.163

Ia juga mendapatkan Gelar Datuk Indono dan Pengeran

Wiroguno dari pemerintah Indonesia.

5. Karya-karya Hamka

Sebagai seorang yang berpikiran maju, Hamka tidak hanya

merefleksikan kemerdekaan berpikirnya melalui berbagai mimbar dalam

cerama agama, tetapi ia juga menuangkannya dalam berbagai macam

karyanya berbentuk tulisan. Orientasi pemikirannya meliputi berbagai disiplin

ilmu, seperti teologi, tasawuf, filsafat, pendidikan Islam, sejarah Islam, fiqh,

sastra dan tafsir. Sebagai penulis yang sangat produktif, Hamka menulis

puluhan buku yang tidak kurang dari 103 buku. Beberapa di antara karya-

karyanya adalah sebagai berikut:

Karya-karya Hamka pada tahun 1936-1943 sebelum revolusi yakni

“Tenggelamya Kapal Van Der Wijck”, “Di Bawah Lindungan Ka’bah”,

“Merantau ke Deli”, “Teroesir”, “Keadilan Ilahi”, “Tasawuf Modern”,

“Falsafah Hidup”, “Lembaga Hidup”, “Lembaga Budi”, “Pedoman

Muballigh Islam” dan lain-lain. Di zaman jepang dicobanya menerbitkan

“Semangat Islam”, dan “Sejarah Islam di Nusantara”.

Setelah revolusi, ia pindah ke Sumatra Barat. Dikeluarkannya buku-

buku yang mengguncangkan, “Revolusi Fikiran’, “Revolusi Agama”, “Adat

Minangkabau Menghadapi Revolusi”, “Negara Islam”, “Sesudah Naskah

Renville”, “Muhammadiyah Melalui Tiga Zaman”, “Dan lembah Cita-Cita”,

“Merdeka”, “Islam dan Demokrasi”, “Dilamun Ombak Masyarakat”,

“Menunggu Beduk Berbunyi”.

Tahin 1950 beliau pindah ke Jakarta. Di Jakarta kelua buku-bukunya:

“Ayahku”, “Kenang-Kenangan Hidup”, “Perkembangan tasawuf dari Abad

ke Abad”, “Urat Tunggang Pancasila”. Adapun Riwayat Perjalanan ke

163Hamka, Tasauf Modern, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1987), hlm. XIX

Page 96: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

78

negeri-neeri Islam: “Ditepi Sungai Nyl”, “Ditepi Sungai Dajlah”, “Mandi

Cahaya di Tanah Suci”, “Emapat Bulan di Amerika”, dan lain-lain.164

Pada tahun 1955 keluar buku-bukunya: “Pelajaran Agama Islam”,

“Pandangan Hidup Muslim”, “Sejarah Hidup Jamaluddin al-afghani”,

“Sejarah Umat Islam”.

Karena menghargai jasa-jasanya dalam penyiaran Islam dengan

bahasa Indonesia yang inda itu, maka pada permulaan tahun 1959 Majelis

Tinggi Universitas Al-Azhar Kairo memberikan gelar Ustaziyah Fakhiriyah

(Doctor Honoris Causa) kepada Hamka. Sejak itu berhaklah belau memakai

titel ”Dr” di pangkal namanya.

Tahun 1962 Hamka mulai menafsirkanAl-Qur‟an lewat “Tafsir Al-

Azhar”. Dan tafsir ini sebagian besar dapat terselesaikan selama di dalam

tahanan dua tahun tujuh bulan. (Hari Senin tanggal 12 Ramadhan 1385,

bertepatan denan 27 Januari 1964 samapi Juli 1969). Dan pada tahun-tahun

70-an keluar pula buu-bukunya: “Soal Jawab (Tentan Agama Islam)”,

“Muhammadiya di Minangkabau”, “Kedudukan Perempuan dalam Islam”,

“Do’a-do’a Rasulullah”, Dan Lain-lain.

Dan pada Sabtu 6 Juni 1974 Hamka dapat gelar “Dr” di Kesustraan

Malaysia. Bulan Juli 1975 Musyawarah Alim Ulama Seluruh Indonesia

dilangsungkan. Hamka dilantik sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI)

pada tanggal 26 Juli 1975 bertepatan dengan 17 Rajab 1395.165

Penunaian tugas sebagai pendidik itu dipermudah oleh ketekunananya

menjalankan peribadatan perorangan, yaitu dengan kebiasaannya untuk

bangun dini hari guna menunaikan sholat subuh, bahkan sembahyang tengah

malam ketika orang lain beristirahat, terutama pada usia lanjut, dan

keteraturan irama hidupnya mendukung dengan kuat fungsi yang kemudian

164

Hamka,Tasawuf Modern, (Jakarta: Republika penerbit 1939), hlm. V

165 Ibid., h. VI

Page 97: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

79

ditunaikannya secara pribadi sebagai pendidik. Kerja mendidik yang

dijalaninya secara fisik itu menjadi wahana yang serasi bagi pesan-pesan

keagamaannya yang jelas sekali bernada mendidik pula. Efektifitas pesan-

pesan itu tercermin dari kenyataan, bahwa apa yang dikumandangkan Hamka

bagaikan terpaku pada sejumlah tema dasar, seperti perlunya dikembangkan

kasih sayang sesama muslimin, perlunya sikap saling menghormati dengan

orang lain. perlunya solidaritas yang jujur antara sesama warga masyarakat,

dan seterusnya. Karena Hamka hanya membatasi diri pada fungsi mendidik

masyarakat secara umum, lalu menjadi sulit kerja mengukur kedalaman

persepsinya sendiri tentang fungsi yang dilakukannya itu. Dengan kata lain,

kualitas hasil didikannya sulit untuk diukur kualitasnya. Ini berarti efektivitas

Hamka sebagai pendidik adalah sesuatu yang dapat dirasakan dan diterima

berdasarkan pengamatan lahiriah, tanpa dapat dibuktikan secara ilmiah

menurut kriteria yang beragam yang dikembangkan oleh ilmu pendidikan

sendiri..166

Kini, kenang-kenangan tentang ulama, penyair, sastrawan, dan filosof

bernama lengkap Prof Dr Haji Abdul Malik Karim Amrullah --disingkat

Hamka-- itu, bisa ditemui di kampung halamannya: Nagari Sungai Batang

Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatra Barat

(Sumbar). Ratusan buku karangan Hamka, semenjak novel fiksi

Tenggelamnya Kapal Van der Wijck dan Di Bawah Lindungan Ka'bah,

sampai kepada buku filsafat seperti Tasawuf Modern dan Falsafah Hidup,

bahkan karyanya yang amat fenomenal Tafsir Al-Azhar yang diselesaikan

ketika Buya dipenjara tanpa alasan yang jelas oleh rezim Soekarno bisa

ditemui di museum rumah kelahiran Buya Hamka tersebut.

166

Abdurrahman Wahid, Benarkah Buya Hamka Seorang Besar?, dalam Hamka, Hamka Di Mata Hati Umat, op.cit., hlm. 41-43

Page 98: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

80

B. Klasifikasi Pendidikan Menurut Hamka

Menurut Hamka ada tiga term yang digunakan para ahli untuk

menunjukkan istilah pendidikan Islam:

1) Ta’lim: Aspek-aspek pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan

seseorang dalam hidupnya dan pedoman perilaku yang baik.

2) Tarbiyah: Pengembangan ilmu dalam diri manusia dan pemupukan

akhlak yakni pengalaman ilmu yang benar dalam mendidik pribadi.

3) Ta’dib: Penguasaan ilmu yang benar dalam diri seseorang agar

menghasilkan kemantapan amal dan tingkah laku yang baik.

Dari ketiganya, Hamka lebih condong dalam istilah Tarbiyah, karena

menurutnya tarbiyah kelihatannya mengandung arti yang lebih komprehensif

dalam memaknai pendidikan Islam, baik vertikal maupun horizontal

(hubungan ketuhanan dan kemanusiaan). Adapun prosesnya adalah

pemeliharaan dan pengembangan seluruh potensi (fitrah) peserta didik, baik

jasmaniah maupun rohaniah. Dalam pembahasan hal ini hampir sama dengan

pemikiran Syed M.Naquib Al-Attas namun beliau lebih spesifik dalam ta’dib

atau adab. Adapun pandangan Hamka mengenai tarbiyah yaitu:

1) Menjaga dan memelihara pertumbuhan fitrah (potensi) peserta

didik untuk mencapai kedewasaan.

2) Mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya, dengan

berbagai sarana pendukung (terutama bagi akal dan budinya).

3) Mengarahkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik menuju

kebaikan dan kesempurnaan seoptimal mungkin.

Kesemua proses tersebut kemudian dilaksanakan secara bertahap

sesuai dengan irama perkembangan diri peserta didik.

Adapun tujuan pendidikan menurut Hamka memiliki dua dimensi yaitu

bahagia dunia akhirat. Untuk mencapai hal tersebut dapat diperoleh melalui

Page 99: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

81

ibadah. Oleh karena itu,segala proses pendidikan pada akhirnya bertujuan

agar dapat menuju dan menjadikan anak didik sebagai abdi Allah. Dengan

demikian tujuan pendidikan Islam menurut Hamka sama dengan tujuan

penciptaan manusia itu sendiri, yakni untuk mengabdi dan beribadah kepada

Allah.Ia mengatakan bahwa ibadah adalah mengakui diri sebagai budak atau

hamba Allah, tunduk kepada kemauan-Nya,baik secara sukarela maupun

terpaksa.167

Dalam klasifikasi pendidikan menurut Hamka tersebut, secara jelas dan

terang aspek-aspek yang harus dipenuuhi dalam pendidikan. Selain

kemampuan jasmani seperti keahlian (live skill), wawasan dan kecerdasan,

namun karakter yang menjunjung tinggi nilai kebaikan diutamakan. Dalam

kaitannya dengan agama, Hamka memprioritaskan keimanan dan ketaqwaan

sebagai tujuan final pendidikan. Dengan begitu koridor yang ada dalam

pendidikan berdasarkan Pancasila secara stabil tertanamkan.

C. Konsep Guru atau Pendidik dalam Pandangan Hamka

Upaya Hamka dalam menggagas ide-ide pembaruan pendidikan

(Islam) tidak hanya dilakukan melalui mimbar atau karya-karya tulisnya.

Lebih lanjut lagi ia mengapresiasikan ide-idenya itu secara nyata dalam

pendidikan formal. Fenomena ini terlihat dari keterlibatannya sebagai seorang

pendidik pada lembaga pendidikan formal yang didirikannya, maupun pada

beberapa lembaga pendidikan lain, seperti Tabligh School (1931), Munier

School, HIS Muhammadiyyah, Kulliyyatul Muballighin Muhammadiyyah,

PTAIN, UI Jakarta, UISU, UMI, PUSROH dan YPI Al-Azhar.168

167

Syamsul Kurniawan dan Erwin Makhrus. 2011. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media), hlm. 23

168 Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang

Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), hlm. 199

Page 100: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

82

Hanya saja, perlu diakui bahwa meskipun pemikirannya tentang

pendidikan (Islam) ditopang dengan keterlibatannya secara formal, namun

dalam karya-karyanya tersebut tidak diperoleh penjelasan secara konkret

bagaimana bentuk kurikulum dan langkah operasional yang perlu diambil

dalam rangka melaksanakan proses belajar mengajar. Ia tidak membangun

sebuah teori pendidikan yang operasionalistik. Tetapi lebih kepada upaya

membongkar kebekuan sistim pendidikan Islam waktu itu. Ia hanya

memberikan rambu-rambu pola ideal pendidikan Islam. Kerangka

pemikirannya tentang pendidikan lebih bersifat filosofis, sehingga bisa

dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan perkembangan zaman. Fenomena

ini merupakan kelemahan sekaligus kelebihan pemikirannya dalam

membangun kerangka dasar pendidikan Islam, termasuk mengenai pendidik

sebagai salah satu komponen penting dalam pendidikan Islam.

Pendidik merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan dalam

mencapai tujuannya. Crow dan crow menyebut pendidik ini sebagai faktor

vital diantara empat faktor lainnya, yaitu peserta didik, tujuan pendidikan, alat

dan milieu. Sekolah dengan fasilitas yang lengkap dan peralatan yang modern,

tidak akan berjalan optimal apabila tenaga kependidikannya yang ada tidak

mampu mefungsikan fasilitas dan alat tersebut, begitu pula sebaliknya.169

Hal

ini mengindikasikan bahwa keberadaan pendidik jauh lebih penting dari

media pendidikan ataupun komponen pendidikan yang lain.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 1 UU RI

No. 20 th. 2003) bangsa Indonesia telah memberikan rumusan mengenai

169

Abdurrachman Assegaf, Kependidikan Islam , Jurnal Pemikiran, Riset, dan Pengembangan Pendidikan Islam, I, 1, Februari, 1994, hlm. 20-21.

Page 101: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

83

tujuan pendidikan di Indonesia, yakni : (1) kekuatan spiritual keagamaan, (2)

pengendalian diri, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, serta (5) ketrampilan.170

Artinya bahwa dalam menerapkan dan mengimplementasikan

pendidikan, tidak hanya terpaku kepada satu tujuan ansich (misalnya

kecerdasan saja), namun harus bersifat holistik dengan tujuan yang lain agar

bisa membentuk satu karakter manusia Indonesia seutuhnya. Hal ini penting

untuk ditandaskan agar dalam proses pendidikan di Indonesia tidak terjadi

miss oriented. Dari titik inilah pendidik mempunyai peran yang sangat, amat

dan terlalu penting, karena beratnya misi yang harus diemban oleh pendidik.

Untuk mewujudkan misi ini, tugas ini tidak hanya menjadi tanggung jawab

pendidik (yang nota bene dipersepsikan guru) namun juga merupakan tugas

semua pihak, yaitu orang tua dan masyarakat.

Untuk bisa mendidik dengan baik, agar tujuan pendidikan dapat

tercapai secara efisien, pendidik harus memiliki pengenalan diri (ma rifat) dan

pengenalan norma-norma dan etis, agar pendidik menjadi pribadi-pribadi

teladan yang patut digugu dan ditiru. Pengenalan diri seorang pendidik dapat

dilakukan dengan tiga cara, Pertama, mengenali kekuatan dan kelemahan

sendiri. Kedua, mengenali hakekat anak didik dengan segala konstitusi

psikofisik, kebutuhan, kepedihan dan harapannya. Ketiga, keterbukaan

menuju kedepan dalam mewujudkan semua potensi dan kemungkinan yang

ada pada anak didik, pribadi pendidik, orang tua murid dan perkembangan

masyarakat sekitar.171

170

http://mabadik.wordpress.com/2010/07/09/urgensi-peran-pendidik-dalam-upaya-untuk-mencerdaskan-kehidupan-bangsa/

171 Sutoyo, “Profesionalisme Guru dalam Tinjauan Pendidikan Islam”, Jurnal Wahana

Akademia, 7,2, Agustus, 2005, hlm. 230.

Page 102: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

84

Menurut pandangan Hamka, sebagaimana yang tertulis di salah satu

karyanya yang berjudul Lembaga Budi guru yang mendapat sukses di dalam

pekerjaannya dan mendidik muridnya mencapai kemajuan, ialah guru yang

tidak hanya mencukupkan ilmunya dari sekolah guru saja, tetapi diperluasnya

pengalaman, dan bacaan. Senantiasa teguh hubungannya dengan kemajuan

moderen dan luas pergaulannya, baik dengan wali murid

atau dengan sesama guru, sehingga bisa menambah ilmu tentang soal

pendidikan. Rapat hubungannya dengan orang-orang tua dan golongan muda

supaya dia sanggup mempertalikan zaman lama dengan zaman baru, dan

dapat disisihkannya mana yang baik dan masih relevan.

Hal ini menunjukan bahwa seorang pendidik, dalam hal ini guru akan

dapat menjalankan proses pembelajaran yang efektif jika hubungannya

dengan peserta didiknya berjalan secara harmonis. Untuk terciptanya

hubungan yang harmonis, seorang pendidik dituntut untuk memiliki sejumlah

ilmu yang akan diajarkan, memiliki integritas kepribadian, mempergunakan

berbagai metode pembelajaran, dan memahami diferensiasi (kepribadian

maupun sosial) peserta didik, baik mental, spiritual, intelektual, maupun

agama yang diyakini berikut dengan berbagai pendekatannya. Ada empat

konsep yang perlu diperhatikan oleh seorang pendidik, yaitu: Pertama,

mengembangkan potensi (fitrah) peserta didik. Kedua, mengembangkan

pengajaran yang bersifat verbalistik. Ketiga, mencatat seluruh aktivitas

peserta didik sebagai pedoman untuk melakukan pembinaan dan proses

pendidikan selanjutnya. Keempat, memformulasi kondisi yang kondusif

dalam mengembangkan sistim pendidikan secara efektif dan efesien, serta

meminimalisasi faktor-faktor yang dapat menghambat pencapaian tujuan

pendidikan Islam.

Page 103: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

85

Agar pendekatan di atas terlaksana dengan baik, maka menurut Hamka

seorang pendidik dituntut terlebih dahulu mengetahui tugas dan tanggung

jawabnya, yaitu berupaya membantu dalam rangka membimbing peserta

didiknya untuk memiliki ilmu pengetahuan yang luas, berakhlak mulia, dan

menguasai keterampilan yang bermanfaat, baik bagi dirinya maupun

masyarakat luas. Untuk terciptanya kondisi yang demikian, maka seorang

pendidik dituntut untuk terlebih dahulu memperluas pengalaman dan

wawasan keilmuannya, memperhalus budi pekertinya, bijaksana, pemaaf,

tenang dalam memberikan pengajaran, tidak cepat bosan dalam memberikan

pelajaran terutama terhadap materi pelajaran yang Kurang dimengerti oleh

sebagian peserta didik, serta memerhatikan kondisi baik fisik maupun psikis

peserta didik.172

Menurut Hamka, didikan di sekolah bertali dengan didikan di rumah.

Hendaklah ada kontak yang baik di antara orang tua murid dengan guru.

Kadang-kadang datang mendatangi, ziarah menziarahi, selidik menyelidiki

tentang tabiat anak yang dalam didikan itu. Tentu saja di dalam didikan secara

Islam, akan mudah melakukan ini. Sebab kalau rumah guru berdekatan

dengan rumah orang tua murid, sekurangnya sekali sehari, diantara Maghrib

dan Isya, guru dan orang tua murid itu akan bertemu di surau. Dan kalau

rumahnya berjauhan, akan bertemu di di Jum‟at. Kesempurnaan didikan anak

itu dapat dibicarakan dengan baik.

Kepandaian orang tua mendidik anak, adalah menjadi penolong guru.

Jika tugas mendidik hanya dilimpahkan kepada guru maka hasil akan tidak

maksimal. Pengaruh keadaan sekeliling, pengaruh pekerjaan, kepandaian dan

pendidikan orang tua di zaman dahulu, pun besar kepada anaknya. ”Air itu

172 Hamka, Lembaga Hidup, op.cit., hlm. 211

Page 104: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

86

turun dari cucuran atap , demikian kata pepatah. Hal itu dapat dibuktikan;

jika ayahnya bodoh, sontok pikirannya, hal itupun menurun kepada anaknya,

demikian juga jika ayahnya orang pintar, maka kepintaran itu akan turun

kepada anaknya. Di sinilah gunanya guru.173

Hamka optimis bahwa anak yang berasal dari keturunan orang bodoh

dan terbelakang bisa menjadi pandai dan maju jika diajar dan dididik oleh

guru yang baik.

Adapun pendidik yang baik, menurut Hamka harus memenuhi syarat

sekaligus kewajiban sebagai seorang pendidik, yaitu;

a. Berlaku adil dan obyektif pada setiap peserta didiknya.

b. Memelihara martabatnya dengan akhlak al-karimah, berpenampilan

menarik, berpakaian rapi, dan menjauhkan diri dari perbuatan yang

tercela. Sikap yang demikian akan menjadi contoh yang efektif untuk

diteladani peserta didiknya.

c. Menyampaikan seluruh ilmu yang dimiliki, tanpa ada yangditutup-tutupi.

Berikan kepada peserta didik ilmu pengetahuan dan nasihat yang berguna

bagi bekal kehidupannya di tengah-tengah masyarakat.

d. Hormati keberadaan peserta didik sebagai manusia yang dinamis dengan

memberikan kemerdekaan kepada mereka untuk berpikir, berkreasi,

berpendapat, dan menemukan berbagai kesimpulan lain.

e. Memberikan ilmu pengetahuan sesuai dengan tempat dan waktu, sesuai

dengan kemampuan intelektual dan perkembangan jiwa mereka.174

173

Ibid., hlm. 225-226

174 Samsul Nizar, op. cit., hlm. 152

Page 105: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

87

Tidak menjadikan upah atau gaji sebagai alasan utama dalam mengajar

peserta didik. Menurut Hamka, tidaklah salah bekerja untuk mencari upah.

Tetapi bila usaha itu sudah cari upah semata-mata, sehingga tidak ada lagi

rasa tanggung jawab kepada baik atau buruknya pekerjaan, alamat semuanya

akan rusak dan akhirnya celaka. Orang yang bekerja hanya semata-mata

memandang upah, tidaklah dapat dipercaya. Dia membaguskan pekerjaan dan

membereskan buah tangannya bukan karna ingin kebagusan, tetapi karna

ingin upah. Jika upah sudah diturunkan, pekerjaannya sudah dibatalkanya,

sehingga mutunya menjadi mundur.175

Menanamkan keberanian budi dalam diri peserta didik. Keberanian

budi, ialah berani menyatakan suatu perkara yang diyakini sendiri

kebenarannya; tidak takut gagal, salah ataupun dicela orang lain. Untuk

menanamkan bibit-bibit keberanian kepada anak-anak, maka ahli pendidik di

benua Eropa dan Amerika, mendapat beberapa jalan; yaitu:

1) Menguatkan pelajaran senam (sport), sehingga badan dan fikirannya

sehat.

2) Mengajarkan dan menceritakan riwayat orang-orang yang berani, yakni

para pahlawan bangsa dan pejuang-pejuang Islam.

3) Biasakan berterus terang bercakap-cakap.

4) Tidak percaya kepada khurafat.

5) Memperkaya akal dengan ilmu yang memberi faedah.176

Agar ilmu melekat di hati peserta didik, Hamka mencontohkan Engku

M. Syafei (Alm), pendidik yang masyhur di Kayu Tanam. Hamka bercerita:

175

Hamka, Falsafah Hidup, op.cit., hlm. 172

176 Ibid., hlm. 209-211.

Page 106: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

88

Pada suatu hari datanglah murid-murid kepada Engku M. Syafei (Alm)

meminta supaya hari itu diajarkan pelajaran Ilmu Bumi Ekonomi. Ketika itu

mereka sedang berada di halaman sekolah, bukan di dalam kelas. Waktu itu

sajalah Engku M. Syafei memperlakukan permintaan itu sambil berdiri.

Diberinya keterangan tentang kekayaan dan kesuburan tanah air, buah-buahan

yang bisa tumbuh dan hasil yang dapat dibawanya kepada putera bumi itu

sendiri, kalau mereka bersungguh-sungguh. Disuruhnya murid-muridnya itu

menentang puncak Gunung Singgalang bahwa di sana ada kekayaan yang

tidak tepermanai. Lalu disuruhnya pula mendengarkan bunyi aliran air di

Batang Anai yang hebat dahsyat, lalu dinyatakannya pula faedah yang dapat

diambil darinya. Sehingga termenunglah murid-murid itu dan lekat di hati

mereka keterangan gurunya. Pelajaran seperti itu jauh lebih besar bekasnya

kepada jiwa mereka, dari jika disuruh duduk berbaris menghadapi bangku.177

Hal ini mengindikasikan bahwa suatu ilmu tidaklah lekat di dalam hati

dan jiwa, tidaklah terpasang kepada diri kalau tidak diamalkan, dibiasakan,

dan dicobakan.178

Mengenai pendidik, secara garis besar Hamka berpendapat bahwa

pendidik adalah sosok yang bertanggung jawab dalam mempersiapkan dan

mengantarkan peserta didik untuk memiliki ilmu pengetahuan yang luas,

berakhlak mulia, dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat secara luas.179

Namun, seiring berjalannya waktu makna pendidik mengalami

pergeseran ke arah yang lebih dangkal. Pendidik dianggap sekedar sebagai

orang yang mengajar kepada siswa untuk menambah pengetahuan. Hal ini

bertentangan dengan kewajiban pendidik untuk tidak hanya mengajar tetapi

177 Hamka, Lembaga Budi, op.cit., hlm. 71

178 Hamka, Falsafah Hidup, op.cit., hlm. 54

179 Hamka, Lembaga Budi, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), hlm. 2-3

Page 107: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

89

sekaligus mendidik. Yang dimaksud mengajar dalam hal ini adalah membantu

anak berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan. Sedangkan

mendidik adalah suatu usaha untuk mengantarkan anak didik ke arah

kedewasaannya baik secara jasmani maupun rohani. Jadi pengertian mendidik

lebih bersifat mendasar, tidak sekedar transfer of knowledge tetapi juga

transfer of values.

Di lembaga-lembaga pendidikan yang terjadi sesungguhnya bukanlah

pendidikan dalam arti sebenarnya, tapi sekedar pengajaran. Transformasi yang

terjadi hanya sebatas transformasi yang hanya melibatkan peran keilmuan

guru dan kebodohan murid. Asumsinya, murid menjadi pintar berkat

pengajaran sang guru. Pendidikan dianggap tidak begitu penting, mungkin

saja karena hasilnya dianggap kurang konkrit. Justru pengajaranlah yang

begitu ditekankan habis-habisan. “Pendidikan dan Pengajaran” yang menjadi

jargon sistem pendidikan di Indonesia selama bertahun-tahun, dengan

demikian, menghasilkan format yang tidak seimbang.

Dalam “pengajaran”, guru akan bertindak sebagai orang yang paling

pintar di kelas, dan siswa adalah objek yang dikenai blueprint kemana guru

berkehendak, sementara dalam “pendidikan”, yang lebih ditekankan adalah

transformasi perilaku, transformasi etika, transformasi moralitas, dan bukan

transformasi gaya berfikir. Makna pendidikan telah tereduksi sedemikian rupa

sehingga menjadi sekadar sekolah dan lembaga pendidikan lainnya, atau

sekedar pengajaran (termasuk penataran) dan pelatihan, maka semua itu akan

berbuah pada irasionalitas, immoralitas, dan agresivitas. Sistem pendidikan di

Indonesia telah mengikuti antagonisme pendidikan ‟gaya bank‟, yaitu guru

mengajar, murid belajar; guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa-apa; guru

berpikir, murid dipikirkan; guru bicara, murid mendengarkan; guru mengatur,

murid diatur; guru memilih dan memaksakan pilihannya, murid menuruti;

guru bertindak, murid membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan

Page 108: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

90

tindakan gurunya; guru memilih apa yang akan diajarkan, murid

menyesuaikan diri; guru mengacaukan wewenang ilmu pengetahuan dengan

wewenang profesionalismenya, dan mempertentangkannya dengan kebebasan

murid-murid; guru adalah subyek proses belajar, murid adalah obyeknya.180

Posisi guru dalam pendidikan bukan sebagai penjamin dalam

pembelajaran, melainkan sebagai media dalam proses. Apa yang diterima dan

resepsi oleh siswa merupakan ilmu dan wawasan dari kenyataan hidup secara

umum, bukan semata-mata dari pendidik. Guru tidak menjadikan siswa

sebagai „kepanjangan tangan‟ dari tendensi atau ideologi personal pendidik.

Guru menempatkan diri sebagai media antara siswa dengan masyarakat,

antara manusia dan dunia. Ilmu yang diajarkan merupakan refleksi dan

manifestasi dari kenyataan hidup sekitar.

Praktik pendidikan „gaya bank‟ masih berlaku dan bisa diterima

dalam kelompok pendidikan agama di pondok pesantren. Hal itu ditimbang

dari materi dan bahan ajar yang basis bahasanya bukan bahasa Indonesia.

Selain itu, masih banyak diberlakukan sistem hafalan, terlebih lagi berkaitan

dengan hukum dan tauhid. Berbeda dengan sistem pendidikan formal di

Indonesia, menggunakan bahasa Indonesia dan mengajarkan kemampuan dan

wawasan tentang disiplin ilmu tertentu tanpa kekhawatiran salah dan

menanggung konsekuensi dosa.

Bukan maksud membandingkan antara pendidikan formal umum dan

pondok pesantren, namun kenyataan yang umum terjadi tersebut tidak dapat

disamakan. Hamka sebagai sosok yang peduli dan inten pada pendidikan tentu

menyadari hal demikian. Pandangan Andreas Harefa tersebut tidak secara

mentah-mentah mengkritisi praktik dan kenyataan pendidikan secara umum

dan disamaratakan posisinya. Ungkapan tersebut mengarah pada fungsi

180

Andrias Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar, (Jakarta; Harian Kompas,2000), hlm. 11

Page 109: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

91

efektif guru untuk mempertimbangkan mental, karakter, dan fitrah siswa

sebagai manusia yang potensial.

Pola pendidikan demikian dapat menyebabkan mental dan karakter

individu siswa tidak berkembang. Tidak hanya informasi dan wawasan yang

perlu dikuasai oleh siswa, namun sikap dan tindakan siswa sebagai makhluk

sosial menjalankan tugas dan fungsinya di masyarakat. Jauh di masa lampau

Hamka sudah memaparkan kondisi tersebut dalam pendidikan. Mengenai

pendidik, secara garis besar Hamka berpendapat bahwa pendidik adalah sosok

yang bertanggung jawab dalam mempersiapkan dan mengantarkan peserta

didik untuk memiliki ilmu pengetahuan yang luas, berakhlak mulia, dan

bermanfaat bagi kehidupan masyarakat secara luas.181

Sesuai rumusan tujuan pendidikan di Indonesia, yaitu membekali

siswa dengan kemampuan kogntif, afektif, psikomotorik. Kemampuan

tersebut menjadi sangat penting dalam pelaksanaan hidup bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara. Bagaimana ilmu yang didapat oleh siswa di sekolah

tidak hanya sebatas informasi dan wawasan, namun bagaimana menyikapi

keadaan yang ada di sekitar dengan penuh tanggung jawab. Dengan proses

pembelajaran di sekolah, siswa diharapkan mampu melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya di masyarakat dengan segenap wawasan dan ilmunya.

Selain penguatan mental dan wawasan keilmuan siswa, Hamka juga

menekankan sifat tawakal dalam pengajaran. Hal itu sudah menjadi sikap

hidupnya, yang bisa diamati dari tulisan-tulisannya.

“Nikmat Ilahi ada di sekeliling tiap-tiap insane, ada di dusun, ada di kota, ada

di gunung dan ada di lurah, dan ada di daratan dan ada di lautan. Tetapi nafsu tiada

merasa puas atau tidak ingat nikmat yang ada di sekelilingnya itu; dia hanya melihat

kekurangannya. Yang senantiasa diperhatikannya ialah nikmat yang ada di tempat

lain, dan yang ada di orang lain. Kelak, kalau dia ada kesempatan pindah ke tempat

181

Hamka, Lembaga Budi, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), hlm. 2-3

Page 110: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

92

yang dilihatnya itu, dia akan menyesal dan dia teringat pulang, yaitu pada hari yang

tiada berguna padanya penjelasan lagi…”182

Dalam proses pembelajaran, sifat tawakal dan tawadhu sangat

penting dimiliki oleh seorang guru. Petikan dari tulisan Hamka menunjukkan

bagaimana manusia memiliki nafsu yang sering menguasai diri manusia. Guru

dianjurkan agar menghindari dan membentengi diri dari godaan nafsu yang

sering muncul ketika melihat orang lain tanpa introspeksi diri.

D. Relevansi Konsep Guru Menurut Hamka dengan Pendidikan Indonesia

Keberhasilan pelaksanaan pendidikan Islam di Indonesia masih jauh

dari yang diharapkan. Selain masalah-masalah baru yang bermunculan,

terdapat juga berbagai problematika lama yang belum tuntas diselesaikan dan

dicarikan penyelesaian, sehingga pekerjaan rumah bagi pemerintah dan

stakeholder pendidikan semakin menumpuk.

Menurut Arif Rachman, seorang pakar pendidikan, berpendapat bahwa

beberapa titik lemah pendidikan Islam di Indonesia yang menghambat

kemajuannya adalah:

1. Keberhasilan pendidikan hanya diukur dari keunggulan ranah kognitif dan

nyaris tidak mengurus ranah efektif dan psikomotorik.

2. Peserta didik menjadi obyek didik dan bukan pelaku aktif.

3. Proses pendidikan berubah menjadi proses pengajaran. Sehingga materi

pelajaran menjadi yang tidak relevan dengan kenyataan. Hal ini terbukti

dengan terjadinya kesenjangan antara dunia sekolah dan dunia kerja.

4. Titel dan gelar pendidikan menjadi target pendidikan yang tidak disertai

dengan tanggung jawab ilmiah yang mumpuni sehingga terjadi “pengejaran

titel” yang tidak sehat.

5. Profesi guru terkesan menjadi profesi ilmiah saja dan kurang disertai dengan

182

Hamka, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, (Jakarta: Balai Pustaka. edisi revisi, 2013), hlm. 111

Page 111: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

93

bobot profesi kemanusiaan sehingga hubungan guru dan murid terkesan

sebagai hubungan produsen dan konsumen. Hal ini diperparah dengan

kedudukan profesi guru yang secara finansial berada pada profesi papan

bawah

6. Manajemen pendidikan yang menekankan tanggung jawab penyelenggaraan

pendidikan kepada pemerintah dan bukan kepada seluruh stake holder

pendidikan seperti masyarakat, ortu, guru dan siswa itu sendiri.141

Menurut penulis, rumusan masalah mengenai pendidikan di Indonesia

yang telah disebutkan oleh Arif Rachman di atas telah sejak lama menjadi

kendala pendidikan nasional yang menggelisahkan pikiran dan hati masyarakat

Indonesia, terutama seorang pemikir bernama Hamka. Hal ini terbukti dari

hasil pemikiran dan perenungannya yang secara tersirat terdapat di karya-karya

tulisnya. Jika Arif Rachman mengatakan bahwa proses pendidikan berubah

menjadi proses pengajaran sehingga materi pelajaran menjadi tidak relevan

dengan kenyataan, maka jauh-jauh hari Hamka telah berpendapat bahwa pada

masa ini, banyak terdapat sekolah-sekolah yang mengajarkan agama, tetapi

tidak mendidikan agama. Maka keluar pulalah anak-anak muda yang alim

ulama, bahasa Arabnya seperti air yang mengalir, tetapi budinya rendah. Sama

sajalah harganya sekolah-sekolah semacam ini dengan sekolah yang tidak

mengajarkan dan mendidikan agama.183

Pernyataan di atas mengandung arti

bahwa pengajaran semata tanpa diiringi dengan upaya mendidik hanya akan

mengasilkan peserta didik yang cerdas tapi kurang berbudi. Hal ini tentu akan

menyalahi rumusan tujuan pendidikan Indonesia sebagaimana termaktub

dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 1 UU RI No. 20 th.

2003).

Proses pendidikan harus dimulai sejak dini, bahkan semenjak anak lahir

183

Hamka, Falsafah Hidup, op. cit., hlm. 205-206

Page 112: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

94

ke dunia. Pendidikan pertama yang harus dilakukan ketika anak lahir oleh

orang tua sebagai pendidik adalah dengan mengazankan dan

mengiqomahkannya. Ibnul Qoyyim mengatakan bahwa rahasia dilakukannya

adzan dan iqomah di telinga bayi yang baru lahir mengandung harapan yang

optimis agar mula-mula suara yang terdengar oleh telinga sang bayi adalah

seruan adzan yang mengandung makna keagungan dan kebesaran Allah serta

syahadat yang menjadi syarat utama bagi seseorang yang baru masuk Islam.

Perlakuan ini menerangkan akan kepedulian Nabi Muhammad saw. terhadap

aqidah tauhid yang harus ditanamkan secara dini dalam jiwa sang anak dan

sekaligus untuk mengusir setan yang selalu berupaya mengganggu sang bayi

semenjak kehadirannya dalam memulai kehidupan barunya di alam dunia.184

Lebih jelasnya, pemikiran Hamka yang menghendaki keseimbangan

antara peran orang tua, guru, dan masyarakat dalam proses pendidikan dan

pengajaran anak adalah melalui tahapan-tahapan sebagai berikut;

1. Perawatan bayi yang baru lahir

Begitu anak dilahirkan, dimulailah saat awal dari kehidupan bayi.

Inilah yang ditunjukan Islam dalam pendidikan anak, yang berbeda dari

seluruh metode pendidikan yang pernah ada di dunia. Orang tua ditugasi untuk

menancapkan tiang pendidikan guna membangun masa depan anak. Tiang itu

adalah adab Islami, sunnah Nabi dan metode Rabbani. Adapun tiga adab

terpenting, diantaranya adalah:

a. Adab pertama, dikumandangkan adzan dan iqomah di kedua telinga

bayi sebagaimana sedikit disinggung di atas. Itu dilakukan agar hal

pertama yang didengarnya dalam wujudnya adalah ketauhidan Allah.

b. Adab kedua, memilihkan nama yang baik untuk anak. Pemilihan nama

yang baik adalah pertanda yang jelas dalam pendidikan secara tidak

langsung. Karena, dalam nama setiap orang terdapat peruntungannya.

184

http://titipan-cucu.blogspot.com/2010/05/anjuran-menyerukan-adzan-pada- telinga.html

Page 113: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

95

c. Adab ketiga, memuliakan anak dengan pelaksanaan aqiqah untuk

memberitakan kebahagiaan dan kesenangan atas kelahirannya. Aqiqah

juga merupakan ungkapan syukur kepada Allah swt.

Ketiga adab tersebut merupakan satu kesatuan yang dibebankan kepada

orang tua sebagai pendidik pertama dan utama. Selain sebagai konsekuensi

atas kewajibannya memenuhi syariat Islam, ketiganya dilakukan juga sebagai

langkah awal untuk pendidikan selanjutnya agar berlangsung dengan baik dan

mudah.

2. Perawatan anak dari kecil

Yakni dalam menyediakan makanan, minuman dan pakaiannya, juga

menjaga kesehatan fisiknya. Semua itu agar anak sehat akalnya, kuat

jasmaninya dan sehat pula inderanya. Hal ini dikarenakan kehidupan manusia

tidak terpisah-pisah, dimana apabila kehidupannya kuat pada waktu ia kecil,

maka pada waktu ia dewasa hal itu akan berlanjut.

3. Membangun hubungan kemasyarakatan yang kuat

Diantara unsur-unsur pendidikan Islam adalah agar orang tua

memberikan petunjuk kepada anak untuk memilih teman yang baik. Jika tidak,

mereka akan memilih teman sekolah sekehendak hati mereka, sedangkan

teman berpengaruh besar terhadap perkembangan pribadi anak, baik yang

merusak atau memperbaiki.

Metode pendidikan untuk mengarahkan anak-anak dalam memilih

teman yang baik adalah orang tua menemani anak-anak mereka ketika mereka

berkunjung ke rumah teman-teman orang tuanya, agar anak mengenal teman

sebayanya dan orang tua saling mengenal sehingga terjalin hubungan yang

baik dalam mengawasi anak-anaknya.185

Upaya-upaya di atas adalah refleksi pemikiran Hamka yang mengutip

perkataan Hukama bahwa adab-sopan anak-anak itu dibentuk sejak dari

185

Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, (Jakarta: A. H Ba’adillah Press, 2002), hlm. 56-67.

Page 114: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

96

kecilnya. Karena ketika kecilnya masih mudah membentuk dan mengasuhnya,

belum dirusakkan oleh adat kebiasaan yang sukar meninggalkan. Tiap-tiap

manusia apabila telah terbiasa mengerjakan dan mentabiatkan suatu pekerti

sejak kecilnya, yang baik atau yang buruk, sukarlah membelokkannya kepada

yang lain, apabila dia telah besar.186

4. Badan pembantu sekolah

Badan pembantu sekolah ialah organisasi orang tua murid dan guru.

Organisasi yang dimaksud merupakan kerja sama yang paling terorganisasi

antara sekolah atau guru dengan orang tua murid.

Badan pembantu sekolah sekarang dikenal dengan istilah Komite

Sekolah. Komite Sekolah ini berfungsi untuk mewadahi peran serta

masyarakat dalam rangka peningkatan mutu, pemerataan dan efesiensi

pengelolaan pendidikan. Dalam hal ini masyarakat dapat menyalurkan

berbagai ide dan partisipasinya dalam memajukan pendidikan di daerahnya.

Melalui komite sekolah, masyarakat atau orang tua murid sebagai

penyumbang dana berhak menuntut sekolah apabila pelayanan dari sekolah

tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan. Hal ini dikarenakan pengadaan

media dan fasilitas pendidikan memegang peranan yang urgen pula dalam

menunjang keberhasilan dalam proses belajar agar lebih optimal.

5. Mengadakan surat menyurat antara sekolah dan keluarga

Surat menyurat ini diperlukan terutama pada waktu-waktu yang sangat

diperlukan bagi perbaikan pendidikan anak didik, seperti surat peringatan dari

guru kepada orang tua jika anaknya perlu lebih giat, sering membolos, sering

berbuat keributan, dan sebagainya. Surat menyurat ini juga sebenarnya sangat

baik bila dilakukan oleh orang tua kepada guru atau langsung kepada kepala

sekolah untuk memantau keadaan anaknya di sekolah.

186

Hamka, Lembaga Budi, op.cit., hlm. 226

Page 115: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

97

6. Adanya daftar nilai atau raport

Raport yang biasanya diberikan setiap semester kepada para murid ini

dapat dipakai sebagai penghubung antara sekolah dengan orang tua. Guru

dapat memberi surat peringatan atau meminta bantuan orang tua bila hasil

raport anaknya kurang baik, atau sebaliknya jika anaknya mempunyai

keistimewaan dalam suatu mata pelajaran, agar dapat lebih giat

mengembangkan bakatnya atau minimal mampu mempertahankan apa yang

sudah dapat diraihnya.

Demikianlah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjalin kerja

sama antara pendidik, orang tua dan guru di zaman sekarang. Semua bentuk

kerja sama tersebut sangat besar manfaatnya dalam memajukan pendidikan

bagi anak didik.187

Namun demikian, saling membantu dan kerja sama ini tidak

akan berjalan sempurna kecuali dengan adanya dua syarat pokok berikut:

Pertama, hendaknya antara pengarahan orang tua dan guru tidak bertentangan.

Kedua, hendaknya saling membantu dan kerja sama itu bertujuan untuk

menegakkan penyempurnaan dan keseimbangan dalam upaya membina pribadi

yang Islami. Jika kerja sama ini memenuhi persyaratan tersebut, kemungkinan

besar ruhani, jasmani, dan fisik anak akan menjadi sempurna; di samping akan

menjadi insan yang berkeseimbangan, juga akan mengundang kekaguman

banyak orang.188

Kerja sama di atas merupakan salah satu bentuk ikhtiyar untuk

melahirkan generasi-generasi yang tangguh dalam menghadapi tantangan-

tantangan hidup, sehingga pribadi yang berdaya guna dan bermutu tak lagi

menjadi pemandangan ganjil di negeri berkembang seperti Indonesia.

187 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan; Umum dan Agama Islam, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2005), hlm. 90-94

188 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 1992), Cet- 1, hlm. 361-362.

Page 116: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

98

Kesadaran atas pentingnya mengintegrasikan peran orang tua, guru dan

masyarakat merupakan bentuk tanggung jawab yang dibebankan kepada

seluruh aspek stakeholder pendidikan Islam. Hal ini agar proses pendidikan

dapat terjadi secara optimal dan berkesinambungan, sehingga peserta didik

selalu terkontrol dari masa ke masa perkembangannya dan menjadi lebih baik

dan meningkat dalam hal akademisi maupun karakternya. Dengan

mengimplementasikan pendekatan semacam ini, maka tercapainya tujuan

pendidikan tidak hanya akan menjadi angan-angan kosong.

Konsep guru menurut Hamka mempertimbangkan nilai-nilai universal

dan norma-norma yang berlaku di masayarakat serta dinamika perkembangan

manusia. Norma tersebut terejawantah dalam aturan-aturan dan praktik yang

dijalankan dalam sistem pendidikan di Indonesia. Dalam cakupan yang lebih

luas, pandangan Hamka tentang guru menjadi konsep pendidikan yang

visioner, memperhatikan masa depan bangsa dan budaya Indonesia sesuai

dengan fitrah manusia yang dipenuhi potensi.

Untuk mencapai tujuan pendidikan secara komprehensif, selain

moralitas yang perlu dikuatkan, penguasaan kompetensi materi penting

ditingkatkan. Pembekalan ilmu agama dan ilmu umum harus sama-sama

dikuasai penuh. Guru dalam hal ini mengemban tanggung jawab sebagai

pendidik sekaligus pembimbing untuk mencapai tujuan pendidikan dari segi

jasmani dan rohani, dunia dan akhirat. Hamka menandaskan hal itu dalam

pendidikan Indonesia sedianya agar bangsa Indonesia mampu aktif dan

bersaing di kancah global.

Page 117: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

98

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa

pemikiran Professor. Doctor Haji Abdul Malik bin Haji Abdul Karim

Amarullah (HAMKA) tentang Guru Adalah:

Sosok yang bertanggung jawab dalam mempersiapkan dan

mengantarkan peserta didik untuk memiliki ilmu pengetahuan yang luas,

berakhlak mulia, dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat secara luas.

Namun sosok guru yang dikehendaki hamka masih belum sepenuhnya dapat

diwujudkan di masa sekarang

B. Saran-Saran

Sesuai dengan kesipulan terrsebut diatas maka disarankan hal-hal sebagai

berikut:

1. Lembaga pendidikan tempa keguruan (LPTK) dapat mencetak guru sesuai

yang diinginkan HAMKA

2. Membangun kesadaran untuk melaksanakan tugas-tugas seorang guru sesuai

yang dihendaki HAMKA

C. Penutup

Segala puji bagi Tuhan semesta alam yang selalu memberikan petunjuk

dan bimbingan serta kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan tugas

akademisi ini, yaitu penyusunan skripsi tanpa halangan yang berarti.

Penulis sangat mengharapkan masukan dari pembaca, baik berupa kritik

maupun saran atas penyusunan karya ilmiah ini.Semoga tulisan ini memberikan

manfaat bagi kita semua.Amin.

Page 118: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

99

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. Filsafat Islam, Semarang: CV. Toha Putra, 1982.

Al-Maraghiy, Ahmad Musthafa. Tafsir al-Maraghiy. Semarang: CV. Toha Putra.

Al-Rasyidin dan Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT Ciputat

Press. 2005.

Chirzin, Muhammad Chirzin.Permata Al-Qur’an. Yogyakarta: Qiktas, 2003.

dulrohman.blogspot.com/2011/11/tafsir-at-tahrim-ayat-6-peliharalah.html

Hadi, Sutrisno. Metodologi research. Yogyakarta: Andi Ofset. Cet. XXV, 1997.

Hamka, Lembaga Budi, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983.

_______, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Jakarta: Balai Pustaka. Edisi revisi,

2013.

_______. Falsafah Hidup. Jakarta: Pustaka Panjimas. 1984.

_______. Hamka di Mata Hati Umat, Jakarta: Sinar Harapan, 1984.

_______. Lembaga Hidup, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984.

_______. Pandangan Hidup Muslim, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1992.

_______. Tafsir al-Azhar Juzu’ XXVIII. Jakarta: Pustaka Panjimas PP, 1985.

_______. Tasauf Modern, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1987.

Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan; Umum Dan Agama Islam. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada. 2005.

http.//fithab.multiply.com/journal/item/52, 24-02-2015

http://Bdksemarang.Kemenag.Go.Id/, (Diakses: 22 November 2015, Pukul 20:15

WIB)

Page 119: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

100

http://tanbihun.com/pendidikan/pendidik-dalam-pendidikan-islam/ _ftn8, 27-01-2015

http://triquranhadits.blogspot.com/2013/06/al-quran-hadits-materi-kelompok-4at.html

http://www.lpmpsulsel.net, (Diakses: 22 November 2015, Pukul 20:30 WIB)

Ibnu Rusn, Abidin. Pemikiran al-Ghazal tentang Pendidikan Islam. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar. Cet. I, 1998.

Istiqomah dan Mohammad Sulton, Sukses Uji Kompetensi Guru, (Jakarta: Dunia

Cerdas, 2013.

Jalaludin. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2005.

Langgulung , Hasan. Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma‟arif

2000.

Langgulung, Hasan. Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan

Pendidikan. Jakarta: PT. Al Husna Zikra. Cet. III, 1995

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

1994.

Mudlofir, Ali. Pendidik Profesional: Konsep, Strategi, dan Aplikasinya dalam

Peningkatan Mutu Pendidik di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, Cet. I, 2012.

Mulyasa, E.. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, Cet. VI, 2007.

Mustafah, Jejen. Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber

Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Group, Cet. II, 2012.

Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. V, 2010.

Nata, Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009.

Page 120: PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,

101

_______. Perspektif Islam tentang Hubungan Guru-Murid, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2009.

Natsir, Muhammad. Kapita Selekta. Bandung: Van Hoeve, 1965.

Nizar, Samsul. Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka

tentang Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.

_______, Samsul. Ramayulis. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam Ciputat: Quantum

Teaching, 2005.

Saudagar, Fachruddin, dan Ali Idrus. Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta:

Gaung Persada Press, Cet. III, 2011.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-

Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, Cet.

VI, 2012.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya. Cet ke. III, 2007.

Surakhmad, Winarno Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tehnik. Bandung:

Transito. 1998.