tinjauan hukum islam terhadap perjudian...

109
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN (Kajian Perbandingan Qanun Maisir di Aceh dan Perda Perjudian di Kota Bekasi) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: RENIATI SUMANTA NIM: 1110045100004 KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1435 H/2014 M

Upload: tranduong

Post on 17-Feb-2018

229 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN

(Kajian Perbandingan Qanun Maisir di Aceh dan Perda Perjudian di Kota

Bekasi)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

RENIATI SUMANTANIM: 1110045100004

KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1435 H/2014 M

Page 2: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum
Page 3: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum
Page 4: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum
Page 5: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 11 Sya’ban 1435 H9 Juni 2014 M

Reniati Sumanta

Page 6: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

ABSTRAK

Reniati Sumanta. NIM 1110045100004. TINJAUAN HUKUM ISLAMTERHADAP PERJUDIAN (KAJIAN PERBANDINGAN QANUN MAISIR DIACEH DAN PERDA PERJUDIAN DI KOTA BEKASI). Program Studi JinayahSiyasah, Konsentrasi Kepidanaan Islam, Fakultas Syariah dan Hukum,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435 H/2014 M. vi + 81halaman + 16 halaman lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan persamaan dan perbedaanpengaturan perjudian di Aceh dan Kota Bekasi serta untuk mengetahui keduaperaturan tersebut sudah sesuai atau belum dengan hukum Islam.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif denganpendekatan yuridis normatif. Pendekatan normatif terutama mempergunakanbahan-bahan kepustakaan sebagai sumber data penelitiannya. Sumber data yangdipergunakan penulis adalah sumber data sekunder, yaitu terdiri dari bahan hukumprimer berupa Qanun Aceh No. 13 Tahun 2003 tentang Maisir dan Perda BekasiNo. 11 Tahun 2005 tentang Pencegahan Perjudian di Kota Bekasi dan bahanhukum sekunder berupa bahan-bahan yang memberikan penjelasan mengenaibahan primer, berupa Al-Qur’an, Al-Hadist, buku-buku fiqih. Teknikpengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan (Research Library).Teknik analisis data menggunakan analisis perbandingan yang dilakukan denganmengadakan studi perbandingan hukum. Studi perbandingan hukum merupakankegiatan untuk membandingkan hukum yang ada di satu daerah dan daerahlainnya dalam kasus perjudian.

Kesimpulan dari analisis yang dilakukan adalah bahwa pengaturanperjudian dari aspek definisi/pengertian, perbuatan yang dilarang, pelaku/subyekhukum, sanksi pidana dan pelaksanaan hukuman di Aceh dan Kota Bekasi tidakbertentangan dengan hukum Islam. Karena ketentuan-ketentuan pidana perjudianmenurut hukum Islam adalah bentuk jarimah ta’zir. Pidana perjudian termasuk kedalam jarimah ta’zir sebab setiap orang yang melakukan perbuatan maksiat yangtidak memiliki sanksi had dan tidak ada kewajiban membayar kafarat harusdita’zir, baik perbuatan maksiat itu berupa pelanggaran atas hak Allah atau hakmanusia.

Kata kunci: Maisir, Perjudian, Qanun Aceh, Perda Bekasi, Ta’zir, Hukum Islam.

Pembimbing : Dr. Khamami Zada, MA dan Qosim Arsyadani, MA

Daftar Pustaka : Tahun 1987 sampai Tahun 2013

Page 7: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

i

KATA PENGANTAR

بسم اهللا الّرحمن الّرحیم

Alhamdulillah Rabbil ‘Alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada

Allah SWT yang telah senantiasa memberikan bimbingan dan petunjuk kepada

penulis, sehingga skripsi ”TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP

PERJUDIAN (KAJIAN PERBANDINGAN QANUN MAISIR DI ACEH DAN

PERDA PERJUDIAN DI KOTA BEKASI)” dapat terselesaikan. Shalawat dan

salam dimohonkan untuk Nabi dan Rasul akhir zaman, Muhammad SAW, berikut

keluarga, sahabat, dan umatnya.

Penulisan skripsi ini bukan hal mudah, namun dengan iringan doa dan

semangat yang tinggi serta juga dengan bantuan dari berbagai pihak yang secara

langsung maupun tidak langsung, telah memberikan kontribusi terhadap

penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Dr. H. JM. Muslimin, MA Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Asmawi, M.Ag, Ketua Program Studi Jinayah Siyasah dan Afwan Faizin,

MA Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah.

3. Dr. Khamami Zada, MA dan Qosim Arsyadani, MA Pembimbing Skripsi

penulis, yang telah tulus ikhlas dalam mengorbankan waktu, tenaga dan

pikiran serta petunjuk dan pengarahannya untuk membimbing penulis.

Page 8: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

ii

4. Seluruh Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum serta Staff Karyawan

Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan Hukum yang

telah membantu penulis dalam mencari buku-buku referensi guna mendukung

penulisan skripsi ini.

5. Terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orangtua yang penulis

banggakan dan paling penulis cintai Ayahanda dan Ibunda (Sumanta dan

Sunarti) dengan jerih payah, tetes keringat dan air mata membesarkan,

mendidik dan memotivasi serta memberikan kasih sayang dan pengorbanan

baik berupa dukungan moril dan finansial serta doa restunya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan juga kepada adikku tersayang Rian yang

telah mewarnai hari-hari penulis dengan canda tawanya.

6. Keluarga besar Pidana Islam Angkatan 2010 yang menjadi teman

seperjuangan penulis: Imas, Amanah, Khodijah, Lulu, Siska, Azizah, Ayu,

Ika, Ello, Sahuri, Jajat, Ilham, Ade, Edo, Gerardin, Asmui, Rizal, Farid F,

Awal, Rodhi dan seluruh teman-teman penulis yang tidak bisa penulis sebut

satu persatu. Terima kasih atas kesetiaan dalam pencarian ilmu di Jurusan

kebanggan kita.

7. Komunitas Musik Mahasiswa Ruang Inspirasi Atas Kegelisahan (KMM

RIAK), UKM yang tak pernah absen masuk Tabloid Institut. Penulis ucapkan

terima kasih terutama kepada Muhammad Saddam Husein ZA. Juga kepada

Ipang, Ka Sa’du, Ka Umam, Ka Iqy, Ka Minda, Gustia, dan Ka Dewi.

Mereka mempunyai jiwa sosial, solidaritas, dan tanggung jawab yang sangat

tinggi, mereka rela mengesampingkan hak-haknya demi tanggung jawab yang

Page 9: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

iii

diembannya, tanggung jawab yang bisa saja mereka tinggalkan. Sungguh,

penulis banyak belajar dari kalian. Terima kasih support, motivasi, saran serta

nasihatnya. Penulis doakan kalian menjadi orang yang sukses dan tetap

rendah hati.

Di balik sedikit kekurangan bahkan mungkin kesalahan di sana sini, insya

Allah skripsi ini bisa bermanfaat. Ganbarema dekiru yo~ Kalau kita berusaha,

kita pasti mampu.

Jakarta, 11 Sya’ban 1435 H

9 Juni 2014 M

Penulis

Page 10: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................... 7

D. Tinjauan Pustaka/Penelitian Terdahulu.............................. 8

E. Metode Penelitian............................................................... 9

F. Sistimatika Pembahasan..................................................... 11

BAB II PERJUDIAN DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

A. Posisi Perjudian dalam Jarimah Ta’zir............................... 13

B. Macam-Macam Hukuman Ta’zir....................................... 18

1. Hukuman Mati.............................................................. 18

2. Hukuman Cambuk........................................................ 19

3. Hukuman Penjara.......................................................... 23

4. Hukuman Pengasingan.................................................. 24

5. Hukuman Denda (Al-gharamah)................................... 25

Page 11: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

v

C. Pengertian, Pelaku, Unsur-unsur Perjudian dalam Hukum

Islam…………………………………………………….... 25

1. Pengertian Perjudian...................................................... 25

2. Pelaku Perjudian............................................................ 28

3. Unsur-unsur Perjudian................................................... 29

BAB III PENGATURAN PERJUDIAN DI ACEH DAN KOTA BEKASI

A. Pengaturan Perjudian di Aceh............................................. 33

1. Kondisi Sosial Politik Aceh.......................................... 33

2. Materi Pengaturan Perjudian di Aceh........................... 36

a. Pengertian................................................................ 36

b. Perbuatan yang Dilarang......................................... 37

c. Pelaku Tindak Pidana............................................. 38

d. Sanksi Pidana.......................................................... 39

e. Pelaksanaan Hukuman............................................ 40

B. Pengaturan Perjudian di Kota Bekasi................................. 41

1. Kondisi Sosial Politik Kota Bekasi…........................... 41

2. Materi Pengaturan Perjudian di Kota Bekasi................ 45

a. Pengertian................................................................ 45

b. Perbuatan yang Dilarang......................................... 45

c. Pelaku Tindak Pidana……………………….….… 47

d. Sanksi Pidana.......................................................... 48

Page 12: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

vi

BAB IV PERBANDINGAN PENGATURAN PERJUDIAN DI ACEH DAN

KOTA BEKASI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Pengaturan Perjudian di Aceh dalam Perspektif Hukum

Islam………………………………………………………. 50

1. Pengertian....................................................................... 50

2. Perbuatan yang Dilarang................................................ 51

3. Sanksi Pidana................................................................. 53

4. Pelaksanaan Hukuman................................................... 55

B. Pengaturan Perjudian di Kota Bekasi dalam Perspektif Hukum

Islam……………………..………………………..…….… 62

1. Pengertian....................................................................... 62

2. Perbuatan yang Dilarang................................................ 63

3. Sanksi Pidana................................................................. 67

C. Perbandingan Pengaturan Qanun Aceh dan Perda Bekasi.. 71

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................... 77

B. Saran................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 80

LAMPIRAN

Page 13: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, perjudian sudah dalam tahap yang menghawatirkan.

Perkembangan perjudian semakin cepat dan bervariasi sejalan dengan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Meskipun tindak pidana perjudian merupakan

kegiatan terlarang dan dapat dikenakan sanksi, namun kenyataanya tindak

pidana ini sangat sulit untuk diberantas. Hal ini berkaitan dengan mental

masyarakat untuk mengejar materi dengan cara cepat dan mudah. Sampai

saat ini, sebagian orang masih tidak bisa lepas dari permainan judi. Mereka

masih menggemari perjudian sebagai permainan yang dipilih.1

Jika Islam memperbolehkan bermacam-macam hiburan dan

permainan bagi orang Muslim, namun ia mengharamkan setiap permainan

yang dibarengi dengan judi. Seorang Muslim tidak menjadikan permainan

judi sebagai alat untuk menghibur diri dan mengisi waktu senggang,

sebagaimana tidak diperbolehkan menjadikannya sebagai cara mencari

uang, dengan alasan apapun.2 Para ulama fikih mendefinisikan judi atau

maisir sebagai “suatu permainan yang menjanjikan keuntungan tanpa

melalui cara yang wajar sebagaimana yang dituntunkan syara’ (hukum

1 Umi Sarah Dhiba, “Penjatuhan Pidana Terhadap Anak Yang Terlibat Kasus Perjudian”,Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012,hal. 1, t.d.

2 Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram, Penerjemah: Abu Sa’id al-Falahi dan Aunur RafiqShaleh Tamhid, (Jakarta: Robbani Press, 2010), Cet. 9, h. 350-351.

Page 14: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

2

Islam)”. Judi merupakan praktek untung-untungan, yang membuat orang

yang bermain berharap akan mendapatkan keuntungan dengan mudah.3

Perbuatan judi dilarang oleh Allah karena tidak sesuai dengan

ajaran Islam yang senantiasa memotivasi umatnya untuk melakukan kreasi

yang positif dalam menunjang kehidupannya. Salah satu bentuk permainan

yang menjurus kepada judi atau maisir adalah undian yang berlaku di

beberapa Negara, seperti Porkas dan Sumbangan Dana Sosial Berhadiah

(SDSB) di Indonesia pada era tahun 1980-an pemerintah dalam hal ini

Departemen Sosial mengadakan Porkas dan Sumbangan Dana Sosial

Berhadiah (SDSB).4 Porkas dan SDSB pada hakikatnya mengandung

unsur-unsur maisir, oleh sebab itu mayoritas ulama di Indonesia

menganggap porkas dan SDSB sebagai permainan judi yang merugikan

umat Islam.5 Islam mengajarkan kepada umatnya untuk bekerja tidak

boleh malas, oleh karena itu Islam menyuruh untuk menjauhi judi, karena

dengan adanya permainan judi itu akan membuat seseorang berangan-

angan, apabila ia menang maka akan menjadi kaya-raya tanpa usaha dan

kerja keras. Sedangkan apabila ia kalah, maka kerugiannya mendorong

pihak yang kalah untuk mengulangi lagi dengan ulangan yang kedua,

sehingga dapat menutup kerugiannya yang pertama. Sedangkan yang

3Hasan Muarif Ambary, Suplemen Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,1996), h. 297.

4 Masjfuk Zuhdi, Masa’il Fiqhiyah (Kapita Selekta Hukum Islam), (Jakarta: PT GunungAgung, 1996), Cet. 9, h. 146.

5 Hasan Muarif Ambary, Suplemen Ensiklopedia Islam, h. 288-289.

Page 15: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

3

menang karena didorong lezatnya menang, maka ia tertarik untuk

mengulangi lagi kemenangannya yang sedikit itu mengajak untuk dapat

lebih banyak.6

Sama sekali dia tidak ada keinginan untuk berhenti dan makin

berkurang pendapatannya, makin dimabuk oleh kemenangan sehingga dia

beralih dari kemegahan kepada suatu kesusahan yang mendebarkan.

Begitulah berkaitnya putaran dalam permainan judi, hampir kedua putaran

ini tidak pernah berpisah. Inilah rahasia terjadinya pertumpahan darah

antara pemain-pemain judi, padahal belum pernah tercatat dalam sejarah

ada orang kaya karena judi dan perjudian itu sendiri dapat mengakibatkan

roda kehidupan menjadi terbengkalai, karena selamanya pemain judi sibuk

dengan sesamanya.7

Seorang pejudi selamanya sibuk dengan permainannya sehingga

lupa terhadap kewajibannya kepada Tuhannya, kewajibannya terhadap

dirinya, kewajibannya kepada keluarganya, dan kewajibannya kepada

bangsanya.8 Dilihat dari bahaya perjudian maka dapat dikatakan bahwa

salah satu tindakan kriminal yang membawa dampak negatif, di antaranya,

yaitu 1) merusak ekonomi keluarga, 2) mengganggu keamanan

masyarakat, 3) melumpuhkan semangat berkreasi, 4) menghabiskan

6Abul A’la Almaududi, “Perjudian Menurut Hukum Pidana Islam dan KUHP (Studi AnalisisKomparasi Unsur-Unsur dan Sanksi Pidana Perjudian)”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan HukumUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009, h. 2-3, t.d.

7Ibid., h. 2-3.

8 Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram, h. 352.

Page 16: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

4

waktu, dan lain-lain.9 Tidak mustahil orang yang asyik dengan “hidangan

hijau” (sebagaimana mereka istilahkan) akan menjual agama, kehormatan,

dan tanah airnya. Kecintaannya terhadap “hidangan” ini akan mencabut

kecintaannya kepada apa saja atau kepada nilai mana pun.10

Judi juga dapat menjadikan orang yang bersangkutan

mengorbankan segala sesuatu, hingga terhadap kehormatan, keyakinan,

dan bangsanya demi terlaksananya pekerjaan yang sia-sia ini.11 Khamr dan

maisir/judi diharamkan sebagai tindak preventif agar tidak terjadi

“’Adawah/permusuhan dan Baghdla’/saling membenci, Washaddun ‘an

zikrillah/lalai kepada Allah dan Anisshalah/meninggalkan shalat”. Itulah

yang menjadi tujuan inti larangan tersebut.12

Walaupun pelaku tindak pidana perjudian telah ditangkap dan

dihukum, tetapi perjudian masih tetap ada. Hal ini merupakan persoalan

yang rumit dan perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak untuk

dicarikan solusi terbaik. Perkembangan perjudian tidak terlepas dari peran

institusi penegak hukum yang saat ini semakin banyak dipertanyakan,

mulai dari kepolisian, kejaksaan dan pengadilan.13

9 Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Cet. 2, h. 93.

10 Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram, h. 352.

11 Ibid., h. 352.

12 Ibrahim Hosen, Apakah Judi Itu ?, (Jakarta: Lembaga Kajian Ilmiah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ), 1987), h. 24.

13 Umi Sarah Dhiba, “Penjatuhan Pidana Terhadap Anak...”, h. 1-2.

Page 17: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

5

Tidak hanya terbatas pada institusi hukum, tetapi perundang-

undangan itu sendiri juga tidak kalah penting. Di setiap daerah hampir

semua mempunyai peraturan perjudian salah satunya yaitu Qanun Aceh

No. 13 Tahun 2003 tentang Maisir (Perjudian) dan Perda Bekasi No. 11

Tahun 2005 tentang Pencegahan Perjudian di Kota Bekasi. Tindak pidana

maisir/judi termasuk ke dalam jarimah ta’zir sebab setiap orang yang

melakukan perbuatan maksiat yang tidak memiliki sanksi had dan tidak

ada kewajiban membayar kafarat harus dita’zir.14 Sanksi di dalam Perda

Bekasi itu pidana kurungan,15 sedang di dalam Qanun Aceh sanksinya

pidana cambuk,16 dalam sistem peraturan perundang-undangan Indonesia

pidana cambuk memang merupakan jenis pidana baru, dan masyarakat

hanya memiliki pemahaman bahwa pidana cambuk merupakan pidana

yang telah ditetapkan di dalam hukum Islam.

Sanksi pidana cambuk ini dalam penekanan pelanggaran qanun

dibidang Syariat Islam yang terjadi di wilayah hukum kota Madya Banda

Aceh Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sebagai produk baru pada

sistem hukum pidana Indonesia.17 Berangkat dari permasalahan di atas,

penulis memandang perlu memperhatikan serta membahas lebih jauh

mengenai permasalahan tersebut, serta dapat dijadikan sebagai skripsi

14Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam Syafi’i, (Jakarta: Almahira, 2010), h. 359.

15 Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2005 tentang Pencegahan Perjudian di Kota Bekasi.

16 Qanun Nanggroe Aceh Darussalam No. 13 Tahun 2003 tentang Maisir (Perjudian).

17 Ferdiansyah, “Efektifitas Penerapan Sanksi Pidana Cambuk Terhadap PelanggaranQanun Di Bidang Syariat Islam Di Wilayah Hukum Kota Madya Banda Aceh Propinsi NanggroeAceh Darussalam”, Skripsi S1 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, 2008, t.d.

Page 18: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

6

dengan judul: ”TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP

PERJUDIAN (Kajian Perbandingan Qanun Maisir di Aceh dan Perda

Perjudian di Kota Bekasi)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Penulis hanya membatasi Qanun Aceh No. 13 Tahun 2003

tentang Maisir (Perjudian) dan Perda Bekasi No. 11 Tahun 2005

tentang Pencegahan Perjudian di Kota Bekasi.

Pokok masalah dalam penelitian ini adalah perbandingan

pengaturan perjudian di dalam Qanun Aceh No. 13 Tahun 2003

tentang Maisir (Perjudian) dan Perda Bekasi No. 11 Tahun 2005

tentang Pencegahan Perjudian di Kota Bekasi dalam hukum Islam.

2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang penulis sajikan, tertuang

dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana perjudian diatur di dalam hukum Islam ?

b. Bagaimana maisir/perjudian diatur di dalam Qanun Aceh dan

Perda Bekasi ?

c. Bagaimana perbandingan pengaturan perjudian di Aceh dan Kota

Bekasi ?

Page 19: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

persamaan dan perbedaan pengaturan perjudian di Aceh dan Kota

Bekasi.

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

a. Untuk mendeskripsikan perjudian dalam hukum Islam.

b. Untuk mendeskripsikan perjudian dalam Qanun Aceh No. 13

Tahun 2003 dan Perda Kota Bekasi No. 11 Tahun 2005.

c. Menganalisis pengaturan Qanun Maisir di Aceh dan Perda

Perjudian di Kota Bekasi dalam tinjauan hukum Islam.

2. Manfaat Penelitian

a. Menyumbangkan pemikiran berupa gagasan buah pikir sebagai

hasil kegiatan penelitian berdasarkan prosedur, ilmiah, serta

melatih kepekaan penulis sebagai mahasiswa terhadap masalah-

masalah yang berkembang dilingkungan sekitarnya.

b. Memberikan sumbangan wacana pemikiran dan motivasi kepada

Pemda Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kota Bekasi

dalam menerapkan atau menjalankan peraturan daerah atau qanun

tersebut, serta memberikan informasi kepada masyarakat luas

mengenai perjudian dalam konsep hukum Islam.

Page 20: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

8

D. Tinjauan Pustaka/Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian yang membahas tentang perjudian. Di

antaranya adalah:

Pertama, buku karangan Ahmad Hanafi yang berjudul “Asas-asas

Hukum Pidana Islam” yang diterbitkan oleh Bulan Bintang tahun 2005 di

Jakarta. Dalam buku ini menjelaskan tentang macam-macam jarimah yang

ada di dalam hukum Islam, baik itu jarimah hudud, qishash/diat, maupun

ta’zir, akan tetapi untuk permasalahan “Tindak Pidana Perjudian” tidak

ditemukan pembahasannya.

Kedua, buku karangan Zaenuddin Ali yang berjudul “Hukum

Pidana Islam” yang diterbitkan oleh Sinar Grafika tahun 2009 di Jakarta.

Di dalam buku ini masih menjelaskan masalah hukum dalam koridor

hukum Islam, yang mana pembidangannya dari pidana Islam (jinayah)

membahas tentang jarimah-jarimah hudud, qishash diat, dan ta’zir.

Ketiga, karya ilmiah mahasiswa (skripsi) di Fakultas Syari’ah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2010 yang ditulis oleh

Nasori yang berjudul “Perjudian Pandangan Hukum Islam dan KUHP

(Kajian Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan)”. Dalam

penelitian ini ditemukan bahwa dalam hukum Islam tindak pidana

perjudian dikenakan hukuman ta’zir. Dalam perspektif hukum positif,

tindak pidana perjudian dihukum penjara sesuai dalam Pasal 303 KUHP

Page 21: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

9

dan Pasal 303 bis KUHP jo. Undang-undang No. 7 Tahun 1974 tentang

penertiban perjudian.

Keempat, karya ilmiah mahasiswa (skripsi) di Fakultas Syari’ah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2007 yang ditulis

oleh Mailiani yang berjudul “Pengaruh Pelaksanaan Hukuman Cambuk

Terhadap Moral Generasi Muda Aceh (Studi di Kecamatan Johan

Pahlawan, Meulaboh-Aceh Barat)”. Penelitian ini menemukan bahwa

pemberlakuan hukuman cambuk di NAD, sangat berpengaruh terhadap

moral generasi muda dan masyarakat di sana terutama di Kec. Johan

Pahlawan-Meulaboh. Perubahan mereka lebih ke arah yang positif, baik

dari segi berpakaiannya maupun pergaulan mereka sehari-hari, walau

masih ada pelanggaran-pelanggaran moral yang dilakukan oleh remaja

maupun masyarakat tetapi angka pelanggarannya sudah bisa diminalisir.

E. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian

kualitatif dengan pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis

normatif pada hakikatnya menekankan pada metode deduktif sebagai

pegangan utama, dan metode induktif sebagai tata kerja penunjang.

Pendekatan normatif terutama mempergunakan bahan-bahan kepustakaan

sebagai sumber data penelitiannya. Meskipun tidak empiris, akan tetapi

kegiatan-kegiatannya tetap merupakan penelitian ilmiah, karena mencakup

Page 22: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

10

kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan dengan

mempergunakan metodologi serta teknik-teknik tertentu.18

Adapun sumber data yang dipergunakan penulis adalah sumber

data sekunder, yaitu terdiri dari bahan hukum primer berupa Qanun Aceh

No. 13 Tahun 2003 tentang Maisir (Perjudian) dan Perda Bekasi No. 11

Tahun 2005 tentang Pencegahan Perjudian di Kota Bekasi dan bahan

hukum sekunder berupa bahan-bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan primer, berupa Al-Qur’an, Al-Hadist, buku-buku fiqih

serta sumber-sumber yang ada korelasinya dengan pembahasan ini.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah studi kepustakaan (Research Library). Artinya pengumpulan data-

data diperoleh dengan merujuk pada karya-karya mendukung

(komplementer) yang memiliki relevansi dengan pembahasan skripsi ini.

Teknik analisis data dalam penelitian penulis menggunakan

analisis perbandingan yang dilakukan dengan mengadakan studi

perbandingan hukum. Studi perbandingan hukum merupakan kegiatan

untuk membandingkan hukum yang ada di satu daerah dan daerah lainnya

dalam kasus perjudian.19 Dalam kasus ini, penulis membandingkan Qanun

Aceh No. 13 Tahun 2003 tentang Maisir (Perjudian) dan Perda Bekasi No.

11 Tahun 2005 tentang Pencegahan Perjudian di Kota Bekasi.

18 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004) h. 166-167.

19 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 3, h. 132-133.

Page 23: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

11

Teknik penulisan dalam skripsi ini penulis menggunakan buku

pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun

2012.

F. Sistimatika Pembahasan

Dalam pembahasan skripsi ini penulis membagi uraian

pembahasan menjadi lima bab yang terdiri dari:

BAB I : Menampilkan Bab Pendahuluan, yang di dalamnya membahas

tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

pustaka/penelitian terdahulu, metode penelitian, dan

sistimatika pembahasan.

BAB II : Menjelaskan secara deskriptif mengenai posisi perjudian dalam

jarimah ta’zir, macam-macam hukuman ta’zir, serta

pengertian, pelaku, unsur-unsur perjudian dalam hukum Islam.

Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan

bagaimana posisi perjudian di dalam hukum Islam.

BAB III : Mengkaji materi Qanun Maisir di Aceh dan Perda Perjudian di

Kota Bekasi, di mulai dengan menjelaskan kondisi sosial

politiknya dan menjelaskan materi pengaturan perjudian, di

antaranya pengertian perjudian, perbuatan yang dilarang,

pelaku tindak pidana, sanksi pidana, dan pelaksanaan hukuman

Page 24: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

12

di dalam Qanun Maisir di Aceh dan Perda Perjudian di Kota

Bekasi.

BAB IV : Bagian paling subtantif ada di dalam Bab IV, di dalam Bab IV

ini penulis menganalisis secara tajam perbandingan pengaturan

perjudian di Aceh dan Kota Bekasi dalam perspektif hukum

Islam, dimulai dengan pengaturan perjudian di Aceh dalam

perspektif hukum Islam, pengaturan perjudian di Kota Bekasi

dalam perspektif hukum Islam, dan perbandingan pengaturan

Qanun Aceh dan Perda Bekasi.

BAB V : Bab ini merupakan bab penutup atau terakhir yang mencangkup

kesimpulan yang merupakan pemadatan dari seluruh uraian

yang lebih bersifat luas dan abstrak kemudian dilanjutkan

saran-saran.

Page 25: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

13

BAB II

PERJUDIAN DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

A. Posisi Perjudian dalam Jarimah Ta’zir

Di dalam kajian fiqh jinayah ada tiga jarimah, yaitu sebagai

berikut: Pertama, jarimah qishash yang terdiri atas jarimah pembunuhan

dan jarimah penganiayaan. Kedua, jarimah hudud yang terdiri atas jarimah

zina; jarimah qadzf; jarimah syurb al-khamr; jarimah al-baghyu; jarimah

al-riddah; jarimah al-sariqah; dan jarimah al-hirabah. Ketiga, jarimah

ta’zir yaitu semua jenis tindak pidana yang tidak secara tegas diatur oleh

Al-Qur’an atau Hadist. Aturan teknis, jenis, dan pelaksanaannya

ditentukan oleh penguasa setempat. Bentuk jarimah ini sangat banyak dan

tidak terbatas, sesuai dengan kejahatan yang dilakukan akibat godaan setan

dalam diri manusia.1 Tindak pidana perjudian termasuk ke dalam jarimah

ta’zir.

Alangkah tepat dan indahnya Al-Qur’an ketika mengumpulkan

antara khamr dan judi dalam ayat-ayat dan hukum-hukumnya, karena

sama bahayanya terhadap pribadi, keluarga, tanah air, dan akhlak. Tidak

ada bedanya orang yang mabuk karena judi dengan orang mabuk karena

khamr, bahkan jarang dijumpai salah satunya saja tanpa yang satunya lagi.

1 M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2013), h. 3-4.

Page 26: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

14

Sungguh tepat Al-Qur’an ketika memberitahukan bahwa khamr dan judi

termasuk perbuatan syetan.2

Dalil hukum yang mengatur tentang sanksi hukum peminum khamr

diungkapkan oleh Allah dalam Al-Qur’an secara bertahap tentang status

hukum. Hal itu diungkapkan sebagai berikut.

Surah Al-Baqarah ayat 219

)/219 ): ٢البقرة

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapamanfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar darimanfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa yang merekanafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allahmenerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 219).

Surah Al-Maa’idah ayat 90-91

)٩٠- ٥:٩١الما ى دة/(

2 Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram, Penerjemah: Abu Sa’id al-Falahi dan Aunur RafiqShaleh Tamhid, (Jakarta: Robbani Press, 2010), Cet. 9, h. 352.

Page 27: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

15

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib denganpanah, adalah perbuatan keji yang termasuk perbuatan syaitan. Makajauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhandan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudiitu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Makaberhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)” (Q.S. Al-Maa’idah[5]: 90-91).

Kata maisir dijumpai dalam Al-Qur’an sebanyak 3 kali, yaitu

dalam surah Al-Baqarah ayat 219 dan surah Al-Maa’idah ayat 90 dan 91.

Dari kandungan surah Al-Baqarah ayat 219 dan surah Al-Maa’idah ayat

90 dan 91 diketahui bahwa judi merupakan perbuatan keji yang

diharamkan Islam. Keharaman judi dalam surah Al-Baqarah ayat 219 tidak

begitu jelas. Allah SWT secara tegas menyatakan dalam surah Al-

Maa’idah ayat 90 yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman,

sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala,

mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji yang termasuk

perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu

mendapat keuntungan.” Penyebab diharamkannya perbuatan judi

dijelaskan Allah SWT dalam ayat 91 yang artinya, “Sesungguhnya setan

itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara

kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu

dari mengingati Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari

mengerjakan pekerjaan itu).”3

3 Hasan Muarif Ambary, Suplemen Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,1996), h. 297-298.

Page 28: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

16

Dari ketiga ayat tersebut, para mufasir/ulama ahli tafsir

menyimpulkan beberapa hal. 1) Judi merupakan dosa besar. 2) Judi

merupakan perbuatan setan. 3) Judi sejajar dengan syirik. 5) Judi

menanamkan rasa permusuhan dan kebencian di antara sesama manusia.

6) Judi membuat orang malas berusaha. 7) Judi juga akan menjauhkan

orang dari Allah SWT. Selain lebih banyak mudharat daripada

manfaatnya, perbuatan judi dilarang oleh Allah SWT karena tidak sesuai

dengan ajaran Islam yang senantiasa memotivasi umatnya untuk

melakukan kreasi yang positif dalam menunjang kehidupannya di dunia

dan akhirat.4

Imam Ghazali menjelaskan seluruh permainan yang di dalamnya

terdapat unsur perjudian, maka permainan itu hukumnya haram,5 di mana

pemain tidak lepas dari untung atau rugi. Sebagaimana yang dijelaskan

oleh Yusuf Qardlawy dalam buku “Halal dan Haram”, dia mengutip

sebuah hadist Rasulullah SAW mengenai hal itu yang artinya:

“barangsiapa berkata kepada kawannya: ‘Marilah berjudi’, maka

hendaklah ia bersedekah.” Dengan demikian, seorang Muslim tidak

menjadikan permainan judi sebagai alat untuk menghibur diri dan mengisi

4 Ibid.,, h. 298-299.

5Nazar Bakry, Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,1994), Cet. 1, h. 70.

Page 29: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

17

waktu senggang, sebagaimana tidak diperbolehkan menjadikannya sebagai

cara mencari uang, dengan alasan apapun.6

Ketentuan-ketentuan pidana perjudian menurut hukum Islam

adalah bentuk jarimah ta’zir. Pidana perjudian termasuk ke dalam jarimah

ta’zir sebab setiap orang yang melakukan perbuatan maksiat yang tidak

memiliki sanksi had dan tidak ada kewajiban membayar kafarat harus

dita’zir, baik perbuatan maksiat itu berupa pelanggaran atas hak Allah atau

hak manusia.7

Tindak pidana ta’zir adalah tindak pidana yang bentuk dan jumlah

hukumannya tidak ditentukan oleh syara’. Tindak pidana yang masuk

dalam jenis ini yaitu semua tindak pidana yang hukumannya berupa ta’zir.

Tindak pidana ini terdiri atas tiga macam, yaitu sebagai berikut:

1. Tindak pidana ta’zir yang asli (pokok), yakni setiap tindak pidana yang

tidak termasuk dalam kategori tindak pidana hudud, qishash, dan diat.

2. Tindak pidana hudud yang tidak dijatuhi dengan hukuman yang

ditentukan, yakni tindak pidana hudud yang tidak sempurna dan yang

hukuman hadnya terhindar dan dihapuskan.

6 Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram, h. 350-351.

7 Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam Syafi’i, (Jakarta: Almahira, 2010), h. 359-360.

Page 30: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

18

3. Tindak pidana qishash dan diat yang tidak diancamkan hukuman yang

ditentukan, yakni tindak pidana-tindak pidana yang tidak dikenai

hukuman qishash dan diat.8

Hakim diberi kebebasan untuk memilih hukuman–hukuman yang

sesuai dengan macam tindak pidana ta’zir serta keadaan si pelaku.

Singkatnya, hukuman-hukuman tindak pidana ta’zir tidak mempunyai

batasan-batasan tertentu. Meskipun demikian, hukum Islam tidak memberi

wewenang kepada penguasa atau hakim untuk menentukan tindak pidana

setengah hati, tetapi harus sesuai dengan kepentingan-kepentingan

masyarakat dan tidak boleh berlawanan dengan nash-nash (ketentuan)

serta prinsip umum hukum Islam. Dari keterangan di atas, jelaslah bahwa

tidak ada satu kejahatanpun yang tidak dikenakan sanksi atau hukuman.9

Para ulama sepakat bahwa bentuk dan kualitas hukuman ta’zir tidak boleh

menyamai hukuman diat atau hudud.10

B. Macam-Macam Hukuman Ta’zir

Adapun bentuk-bentuk hukuman ta’zir yaitu:

1. Hukuman Mati

8 Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam (At-Tasyri’ Al-Jina’i Al-IslamyMuqaranan bil Qonunil Wad’iy), Penerjemah: Tim Tsalisah-Bogor, (Jakarta: PT Karisma Ilmu,2007), Jilid III, h. 24.

9 Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam (At-Tasyri’ Al-Jina’i Al-IslamyMuqaranan bil Qonunil Wad’iy), Penerjemah: Tim Tsalisah-Bogor, (Jakarta: PT Karisma Ilmu,2007), Jilid I, h. 100.

10 H.E. Hassan Saleh Ed.1, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, (Jakarta: RajawaliPers, 2008), h. 465.

Page 31: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

19

Pada dasarnya menurut syari’at Islam hukum ta’zir adalah untuk

memberikan pengajaran (Al-ta’dib) dan tidak sampai membinasakan, oleh

karena itu dalam hukuman ta’zir tidak boleh pemotongan anggota badan

atau penghilangan nyawa, akan tetapi kebanyakan fuqaha membuat suatu

pengecualian dari aturan umum tersebut, yaitu kebolehan dijatuhkannya

hukuman tersebut jika kepentingan umum menghendaki demikian, atau

jika pemberantasan kejahatan tidak bisa terlaksana kecuali dengan jalan

membunuhnya; seperti mata-mata, pembuat fitnah, dan residivis yang

berbahaya.11 Adapun alat yang digunakan untuk melaksanakan hukuman

mati sebagai ta’zir tidak ada keterangan yang pasti. Ada yang mengatakan

boleh dengan pedang, dan ada pula yang mengatakan boleh dengan alat

yang lain, seperti kursi listrik. Namun kebanyakan ulama memilih pedang

sebagai alat eksekusi, karena pedang mudah digunakan dan tidak

menganiaya terhukum, karena kematian terhukum dengan pedang lebih

cepat.12

2. Hukuman Cambuk

Hukuman cambuk cukup efektif dalam menjerakan pelaku jarimah

ta’zir. Hukuman ini dalam jarimah hudud telah jelas jumlahnya bagi

pelaku jarimah zina ghairu muhsan dan jarimah qadzf. Namun dalam

jarimah ta’zir, hakim diberikan kewenangan untuk menetapkan jumlah

11 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), Cet.6, h. 299.

12 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika), Cet. 2, h. 260.

Page 32: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

20

cambukan disesuaikan dengan kondisi pelaku, situasi, dan tempat

kejahatan.13 Alat yang digunakan untuk hukuman cambuk ini adalah

cambuk yang pertengahan (sedang, tidak terlalu besar dan tidak terlalu

kecil) atau tongkat. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Imam Ibnu

Taimiyah, dengan alasan karena sebaik-baiknya perkara adalah

pertengahan.14

Adapun mengenai jumlah maksimal cambuk dalam jarimah ta’zir,

ulama berbeda pendapat:

Menurut Mazhab Hanafi tidak boleh melampaui batas hukuman

had. Menurut Abu Hanifah tidak boleh lebih dari 39 kali, karena had bagi

peminum khamr adalah dicambuk 40 kali. Menurut Abu Yusuf tidak boleh

lebih dari 79 kali, karena had bagi pelaku qadzf adalah dicambuk 80 kali.

Menurut Ulama Malikiyah sanksi ta’zir boleh melebihi had selama

mengandung maslahat. Mereka berpedoman kepada keputusan Umar bin

Al-Khaththab yang mencambuk Ma’an bin Zaidah 100 kali karena

memalsukan stempel baitul mal. Ali pernah mencambuk peminum khamr

pada siang hari di bulan Ramadhan sebanyak 80 kali dan ditambah 20 kali

sebagai ta’zir.

Kemudian pendapat ulama mengenai jumlah minimal cambukan

dalam jarimah ta’zir adalah sebagai berikut:

13 M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, h. 149.

14 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, h. 260.

Page 33: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

21

Menurut Ulama Hanafiyah batas terendah ta’zir harus mampu

memberi dampak preventif dan represif. Batas terendah satu kali

cambukan. Menurut Ibnu Qudamah batas terendah tidak dapat ditentukan,

diserahkan kepada ijtihad hakim sesuai tindak pidana, pelaku, waktu, dan

pelaksanaannya. Pendapat Ibnu Qudamah lebih baik, tetapi perlu

tambahan ketetapan ulil amri sebagai pegangan semua hakim. Apabila

telah ada ketetapan hakim, tidak ada lagi perbedaan pendapat.15

Adapun sifat atau cara pelaksanaan hukuman cambuk masih

diperselisihkan oleh para fuqaha. Menurut Hanafiyah, cambuk sebagai

ta’zir harus dicambukkan lebih keras daripada cambuk dalam had agar

dengan ta’zir orang yang terhukum akan menjadi jera, di samping karena

jumlahnya lebih sedikit daripada dalam had. Alasan yang lain adalah

bahwa semakin keras cambukan itu semakin menjerakan. Akan tetapi,

ulama selain Hanafiyah menyamakan sifat cambuk dalam ta’zir dengan

sifat cambuk dalam hudud.16 Ta’zir untuk tindak kejahatan seksual adalah

dicambuk kurang dari 100 kali, untuk tindak kejahatan fitnah adalah

dicambuk kurang dari 80 kali, atau hukuman lain yang setara dengan itu.

Ta’zir untuk tindak pencurian dalam jumlah kecil dikenai hukuman yang

setara dengan tahanan. Ta’zir untuk peminum minuman khamr adalah di

bawah 40 kali cambuk atau yang setara.17

15 M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, h. 150-151.

16 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, h. 260.

17 H.E. Hassan Saleh Ed.1, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, h. 466.

Page 34: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

22

Apabila orang yang dihukum ta’zir itu laki-laki maka baju yang

menghalangi sampainya cambuk ke kulit harus dibuka. Akan tetapi,

apabila orang terhukum itu seorang perempuan maka bajunya tidak boleh

dibuka, karena jika demikian akan terbukalah auratnya. Pukulan atau

cambukan tidak boleh diarahkan ke muka, farji, dan kepala, melainkan

diarahkan ke bagian punggung. Imam Abu Yusuf menambahkan tidak

boleh mencambuk bagian dada dan perut, karena pukulan ke bagian

tersebut bisa membahayakan keselamatan orang yang terhukum.18

Apabila pelaku adalah seorang wanita dalam keadaan hamil maka

pelaksanaan hukuman cambuk ditunda sampai dia melahirkan anak dan

anak itu telah berhenti menyusui (disapih) serta telah memakan makanan

lain misalnya roti. Hal ini untuk menjaga agar anak dalam kandungan atau

yang sedang menyusu pada ibunya itu tidak turut meninggal atau tidak

turut mengalami penderitaan karena ibunya dikenai hukuman. Apabila si

pelaku dalam keadaan sakit yang dipandang tidak kuat untuk menahan

rasa sakit maka pelaksanaan hukuman cambuk diundurkan sampai

dipandang kesehatan si terhukum memungkinkan. Jika si terhukum sakit

yang tidak membahayakan jiwanya maka hukuman cambuk tetap

dilaksanakan.19

18 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, h. 260.

19 Muhammad Abduh Malik, Perilaku Zina: Pandangan Hukum Islam dan KUHP,(Jakarta, Bulan Bintang, 2003), h. 154-155.

Page 35: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

23

3. Hukuman Penjara

Hukuman penjara dalam syari’at Islam dibagi kepada dua bagian,

yaitu:

a. Hukuman Penjara Terbatas

Hukuman penjara terbatas adalah hukuman penjara yang lama

waktunya dibatasi secara tegas. Hukuman penjara terbatas ini diterapkan

untuk jarimah penghinaan, penjualan khamr, pemakan riba, melanggar

kehormatan bulan suci Ramadhan dengan berbuka pada siang hari tanpa

uzur, mengairi ladang dengan air dari saluran tetangga tanpa izin, caci

mencaci antara dua orang yang berperkara di depan sidang pengadilan, dan

saksi palsu. Batas tertinggi untuk hukuman penjara terbatas ini juga tidak

ada kesepakatan di kalangan fuqaha. Menurut Syafi’iyah batas tertinggi

untuk hukuman penjara terbatas ini adalah satu tahun. Adapun pendapat

yang dinukil dari Abdullah Az-Zaubairi adalah ditetapkannya masa

hukuman penjara dengan satu bulan, atau enam bulan.20

b. Penjara Tidak Terbatas

Hukuman penjara tidak terbatas tidak dibatasi waktunya,

melainkan berlangsung terus sampai orang yang terhukum meninggal

dunia atau sampai ia bertaubat. Dalam istilah lain bisa disebut hukuman

penjara seumur hidup. Hukuman seumur hidup ini dalam hukum pidana

20 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, h. 262-263.

Page 36: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

24

Islam dikenakan kepada penjahat yang sangat berbahaya. Misalnya,

seseorang yang menahan orang lain untuk dibunuh oleh orang ketiga.

Hukuman penjara tidak terbatas macam yang kedua (sampai ia bertaubat)

dikenakan antara lain untuk orang yang dituduh membunuh dan mencuri,

melakukan homoseksual, atau penyihir, mencuri untuk yang ketiga kalinya

menurut Imam Abu Hanifah, atau mencuri untuk kedua kalinya menurut

imam yang lain.21

4. Hukuman Pengasingan

Hukuman pengasingan termasuk hukuman had yang diterapkan

untuk pelaku tindak pidana hirabah (perampokan). Meskipun hukuman

pengasingan itu merupakan hukuman had, namun di dalam praktiknya,

hukuman tersebut diterapkan juga sebagai hukuman ta’zir. Di antara

jarimah ta’zir yang dikenakan hukuman pengasingan (buang) adalah orang

yang berprilaku mukhannats (waria), yang pernah dilaksanakan oleh Nabi

dengan mengasingkannya ke luar dari Madinah. Hukuman pengasingan ini

dijatuhkan kepada pelaku jarimah yang dikhawatirkan berpengaruh kepada

orang lain sehingga pelakunya harus dibuang (diasingkan) untuk

menghindarkan pengaruh-pengaruh tersebut.22

Lamanya (masa) pengasingan juga tidak ada kesepakatan di

kalangan para fuqaha. Menurut Syafi’iyah dan Hanabilah, masa

21Ibid., h. 263.

22Ibid., h. 264.

Page 37: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

25

pengasingan tidak boleh lebih dari satu tahun. Menurut Imam Abu

Hanifah, masa pengasingan bisa lebih dari satu tahun, sebab pengasingan

di sini merupakan hukuman ta’zir, bukan hukuman had.23

5. Hukuman Denda (Al-gharamah)

Hukuman denda bisa merupakan hukuman pokok yang berdiri

sendiri dan dapat pula digabungkan dengan hukuman pokok lainnya.

Penjatuhan hukuman denda bersama-sama dengan hukuman yang lain

bukan merupakan hal yang dilarang bagi seorang hakim yang mengadili

perkara jarimah ta’zir, karena hakim diberi kebebasan yang penuh dalam

masalah ini. Dalam hal ini hakim dapat mempertimbangkan berbagai

aspek, baik yang berkaitan dengan jarimah, pelaku, situasi, maupun

kondisi tempat dan waktunya.24

C. Pengertian, Pelaku dan Unsur-unsur Perjudian dalam Hukum Islam

1. Pengertian Perjudian

Maisir dalam bahasa Arab mengandung beberapa pengertian di

antaranya ialah: lunak, tunduk, keharusan, mudah, gampang, kaya,

membagi-bagi, dll. Ada yang mengatakan bahwa kata maisir berasal dari

kata yasara ( َرَسَی ) yang artinya keharusan. Keharusan bagi siapa yang

kalah dalam bermain maisir/judi untuk menyerahkan sesuatu yang

23 Ibid., h. 265.

24 Ibid., h. 267.

Page 38: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

26

dipertaruhkan kepada pihak yang menang. Ada yang mengatakan bahwa

kata maisir berasal dari kata yusrun ( ٌرْسُی ) yang artinya mudah, dengan

analisa bahasa karena maisir/judi merupakan upaya dan cara untuk

mendapatkan rezeki dengan mudah, tanpa susah payah.25

Ada lagi yang mengatakan bahwa kata maisir berasal dari kata

yasaar ( اٌرَسَی ) yang artinya kaya, dengan analisa bahasa karena dengan

permainan itu akan menyebabkan pemenangnya menjadi kaya. Adapula

yang berpendapat bahwa kata maisir berasal dari kata yusrun ( ٌرْسَی ) yang

artinya membagi-bagi daging onta. Hal ini sejalan dengan sifat maisir/judi

yang ada pada masa Jahiliyyah yang karenanya ayat Al-Qur’an itu

diturunkan; di mana mereka membagi-bagi daging onta menjadi dua puluh

delapan bagian. Dalam bahasa Arab maisir sering juga disebut qimar, jadi

qimar dan maisir artinya sama. Qimar sendiri asal artinya taruhan atau

perlombaan.26

Hasbi ash-Shiddieqy mengartikan judi dengan segala bentuk

permainan yang ada wujud kalah-menangnya; pihak yang kalah

memberikan sejumlah uang atau barang yang disepakati sebagai taruhan

kepada pihak yang menang. Syekh Muhammad Rasyid Ridha menyatakan

bahwa maisir itu suatu permainan dalam mencari keuntungan tanpa harus

25 Ibrahim Hosen, Apakah Judi Itu ?, (Jakarta: Lembaga Kajian Ilmiah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ), 1987), h. 24-25.

26 Ibid.,, h. 25.

Page 39: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

27

berpikir dan bekerja keras. Menurut at-Tabarsi, ahli tafsir Syiah Imamiah

abad ke-6 Hijriah, maisir adalah permainan yang pemenangnya

mendapatkan sejumlah uang atau barang tanpa usaha yang wajar dan dapat

membuat orang jatuh ke lembah kemiskinan. Permainan anak-anak pun

jika ada unsur taruhannya, termasuk dalam kategori ini.27

Menurut Yusuf Qardlawy dalam kitabnya “Al-Halal Wal-Haram

Fil-Islam”, judi adalah setiap permainan yang mengandung taruhan.

Definisi maisir/judi menurut pengarang Al-Munjid, maisir/judi ialah setiap

permainan yang disyaratkan padanya bahwa yang menang akan

mendapatkan/mengambil sesuatu dari yang kalah baik berupa uang atau

yang lainnya.28

Menurut Imam Syafi’i di dalam kitabnya Al-Iqna’ juz II hal 286,

apabila kedua orang yang berlomba pacuan kuda itu mengeluarkan

taruhannya secara bersama-sama (artinya, siapa yang kalah harus memberi

kepada yang menang) maka dalam kondisi semacam itu tidak boleh.

Kecuali apabila keduanya tadi memasukkan muhallil, maka hal itu

diperbolehkan apabila kuda yang dipakai oleh muhallil itu sepadan dengan

kuda kedua orang yang berpacu tersebut. Pihak ketiga menjadi penengah

27Hasan Muarif Ambary, Suplemen Ensiklopedia Islam, h. 297-298.

28 Ibrahim Hosen, Apakah Judi Itu ?, h. 28-34.

Page 40: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

28

tadi dinamakan muhallil karena ia berfungsi untuk menghalalkan aqad,

dan mengeluarkannya dari bentuk judi yang diharamkan.29

Berdasarkan definisi-definisi yang diutarakan para ulama tersebut

di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa judi ialah segala macam

bentuk permainan yang di dalamnya terdapat taruhan dan ada praktek

untung-untungan, yang membuat orang yang bermain berharap akan

mendapatkan keuntungan dengan mudah tanpa bekerja keras.

2. Pelaku Perjudian

Ta’zir berlaku atas semua orang yang melakukan kejahatan.

Syaratnya adalah berakal sehat. Tidak ada perbedaan, baik laki-laki

maupun perempuan, dewasa maupun anak-anak, atau kafir maupun

muslim. Setiap orang yang melakukan kemungkaran atau mengganggu

pihak lain dengan alasan-alasan yang tidak dibenarkan, baik dengan

perbuatan, ucapan, atau isyarat. Perlu diberi sanksi ta’zir agar tidak

mengulangi perbuatannya.30

Ulama Zahiriyah berpendapat bahwa anak di bawah umur, orang

gila, dan orang mabuk yang kehilangan akalnya tidak dikenai hukuman

hudud dan qishash. Meskipun anak di bawah umur, orang gila, dan orang

mabuk tidak dikenai hukuman hudud dan qishash, mereka harus dihukum

ta’zir. Jika salah satu dari mereka melakukan tindak pidana, ia harus diberi

29 Ibid., h. 35.

30 M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, h. 143.

Page 41: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

29

pelajaran agar berhenti merugikan orang lain; orang yang mabuk sampai ia

bertobat, yang gila sampai ia sadar, dan anak di bawah umur sampai ia

dewasa. Mendidik mereka berarti saling menolong dalam kebaikan dan

takwa, sedangkan membiarkan mereka berarti membantu dalam dosa dan

pelanggaran.31 Allah SWT berfirman:

… ) )٢: ٥الما ى دة/…

“..Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikandan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa danpelanggaran…” (Q.S. Al-Maa’idah [5]: 2).

3. Unsur-unsur Perjudian

Dalam menetapkan sanksi atau hukuman terhadap suatu

pelanggaran harus diketahui terlebih dahulu unsur-unsur delik dalam

jarimah. Unsur-unsur ini ada pada suatu perbuatan, maka perbuatan

tersebut dipandang sebagai suatu delik jarimah. Unsur-unsur delik itu ada

dua macam yaitu unsur umum dan unsur khusus. 32 Unsur umum tersebut

adalah:

a. Adanya nash yang melarang dan mengancam perbuatan (unsur

formiil).

31 Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, h. 227.

32 Abul A’la Almaududi, “Perjudian Menurut Hukum Pidana Islam dan KUHP (StudiAnalisis Komparasi Unsur-Unsur dan Sanksi Pidana Perjudian)”, Skripsi S1 Fakultas Syariah danHukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009, h. 34, t.d.

Page 42: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

30

b. Adanya tingkah laku yang membentuk jarimah, baik berupa perbuatan

nyata atau sikap tidak berbuat (unsur materiil).

c. Pelaku adalah mukallaf (unsur moril).33

Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai perjudian, apabila telah

memenuhi unsur-unsur khusus, menurut H.S. Muchlis, ada dua unsur yang

merupakan syarat khusus untuk dinamakan seseorang telah melakukan

jarimah perjudian, ialah:

a. Harus ada dua pihak yang masing-masing terdiri dari satu orang atau

lebih yang bertaruh: yang menang (penebak tepat atau pemilik nomor

yang cocok) akan dibayar oleh yang kalah menurut perjanjian dan

rumusan tertentu.

b. Menang atau kalah dikaitkan dengan kesudahan suatu peristiwa yang

berada di luar kekuasaan dan di luar pengetahuan terlebih dahulu dari

para petaruh.34

Rasyid Ridha dan at-Tabarsi sepakat menyatakan bahwa segala

bentuk permainan yang mengandung unsur taruhan termasuk ke dalam

pengertian maisir yang dilarang syara’. Menurut Hasbi ash-Shiddieqy

permainan yang mengandung unsur untung-untungan, termasuk judi,

dilarang syara’.35

33 Ibid., h. 34.

34 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah (Kapita Selekta Hukum Islam), h. 148.

35 Hasan Muarif Ambary, Suplemen Ensiklopedia Islam, h. 297-298.

Page 43: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

31

Berdasarkan rumusan judi di atas, maka jika ada dua kesebelasan

sepak bola yang bertanding yang oleh sponsor akan diberikan hadiah

kepada yang menang, ini bukan judi, karena tidak ada dua pihak yang

bertaruh. Contoh lain: dua pemain catur yang mengadakan perjanjian,

siapa yang kalah membayar kepada yang menang suatu jumlah uang, juga

tidak dapat dinamakan berjudi, sebab pertandingan itu merupakan adu

kekuatan/keterampilan/kepandaian.36

Pada prinsipnya lomba berhadiah seperti bergulat, lomba lari,

badminton, sepak bola, atau catur diperbolehkan oleh agama, asal tidak

membahayakan keselamatan badan dan jiwa. Dan mengenai uang hadiah

yang diperoleh dari hasil lomba tersebut diperbolehkan oleh agama, jika

dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

a. Jika uang/hadiah itu disediakan oleh pemerintah atau sponsor

nonpemerintah untuk para pemenang.

b. Jika uang/hadiah lomba itu merupakan janji salah satu dari dua orang

yang berlomba kepada lawannya, jika ia dapat dikalahkan oleh

lawannya itu.

c. Jika uang/hadiah lomba disediakan oleh para pelaku lomba dan mereka

disertai muhallil, yaitu orang yang berfungsi menghalalkan perjanjian

lomba dengan uang sebagai pihak ketiga, yang akan mengambil uang

36 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah (Kapita Selekta Hukum Islam), h. 150.

Page 44: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

32

hadiah itu, jika jagonya menang; tetapi ia tidak harus membayar, jika

jagonya kalah.37

Para ulama membolehkan balapan kuda, sapi, dan sebagainya,

dengan syarat uang/hadiah yang diterimanya itu berasal dari pihak ketiga

(sponsor lomba) atau dari sebagian peserta lomba. Islam membolehkan

balapan kuda dan sebagainya itu adalah untuk mendorong umat Islam

mempunyai keterampilan dan keberanian menunggang kuda yang sangat

diperlukan untuk peperangan dahulu. Tetapi sekarang orang melatih diri

agar menjadi joki yang hebat. Apabila uang/hadiah itu berasal dari semua

peserta lomba, untuk bertaruh: siapa yang kalah, membayar Rp.

100.000,00 dan peserta yang diajak mau bertanding, maka lomba ini

haram, karena masing-masing menghadapi untung rugi.38

37 Ibid., h. 150.

38 Ibid., h. 151.

Page 45: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

33

BAB III

PENGATURAN PERJUDIAN DI ACEH DAN KOTA BEKASI

A. Pengaturan Perjudian di Aceh

1. Kondisi Sosial Politik Aceh

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) adalah sebuah Daerah

yang terletak di Pulau Sumatera dan merupakan provinsi paling barat di

Indonesia, Ibukota Provinsi NAD adalah Banda Aceh. Secara geografis

dan keluasan, kawasan ini terbentang di ujung pulau Sumatera yang

berbatasan sebelah utara dengan Selat Malaka, sebelah selatan dengan

Lautan Hindia serta sebelah barat dengan Lautan Hindia dan Teluk

Benggala (India), sayang tidak disebutkan perbatasan sebelah timur.

Sangat strategis baik dari sudut ekonomi, politik, maupun geografis.

sehingga menjadi jalur perniagaan internasional yang paling sibuk di

kawasan Asia Tenggara.1 Berdasarkan data sensus penduduk 2012 Badan

Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk di Provinsi Aceh sebanyak

4.726.001 jiwa dan tersebar diseluruh kabupaten/kota. Selama periode

Maret 2012-September 2012, persentase penduduk miskin di daerah

perkotaan menurun 0,60 persen (dari 13,07 persen menjadi 12,47 persen),

1 Abdullah Sani Usman, Krisis Legitimasi Politik dalam Sejarah Pemerintahan di Aceh,(Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2010), h.21.

Page 46: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

34

sementara di daerah perdesaan menurun 1,00 persen (dari 21,97 persen

menjadi 20,97 persen).2

Secara geografis terletak pada 2°-6° LU dan 95°-98° BT. Provinsi

NAD merupakan Provinsi yang berbatasan (laut) dengan India, Myanmar,

Thailand dan Malaysia. Di sebelah timur, Provinsi NAD berbatasan laut

dan darat dengan Provinsi Sumatera Utara. Provinsi NAD memiliki

wilayah seluas 57.736,557 km², didalamnya terdapat kawasan hutan seluas

3.335.613 Ha atau 62 % dari luas daratan terdiri dari hutan lindung dan

konservasi 2.697.113 Ha dan kawasan budidaya hutan 638.580 Ha.

Puncak tertinggi pada 4.446 m diatas permukaan laut, wilayah laut yang

merupakan Zona Ekonomi Exclusif (ZEE) seluas 534.520 km². Provinsi

NAD memiliki 119 buah pulau, 73 sungai yang besar, 35 gunung dan 2

buah danau.3 Kabupaten dan kota di provinsi Aceh yaitu Kabupaten Aceh

Barat, Kabupaten Aceh Barat daya, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten

Aceh Jaya, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten

Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Aceh Tenggara,

Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Bener

Meriah, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Nagan

Raya, Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Simeulue, Kota

2 “Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam”, artikel diakses pada tanggal 6 Maret 2014 darihttp://www.dephut.go.id/uploads/files/4e58087e6c859194b5dfae4f6aee1058.pdf.

3 “Gambaran Umum Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)”, artikel diakses pada 7Maret 2014 dari http://www.profilkabupaten.com/gambaran-umum-provinsi-nanggroe-aceh-darussalam-nad/.

Page 47: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

35

Banda Aceh, Kota Langsa, Kota Lhokseumawe, Kota Sabang, dan Kota

Subulussalam.4

Bangsa Aceh seluruhnya beragama Islam, bangsa Aceh telah

identik dengan agama Islam. Sejak permulaan masuknya Islam ke Asia

Tenggara, Aceh adalah tempat pertama berlabuhnya agama Islam dan

sejak saat itulah bangsa Aceh telah memeluk agama ini tepatnya pada awal

abad lahirnya agama Islam. Bersatunya agama Islam dengan penduduk

Aceh telah menjadikan bangsa ini sebagai yang mempelopori agama Islam

ke wilayah-wilayah di sekitar Asia Tenggara, seperti semenanjung

Malaya, wilayah Sumatera lainnya, Pulau Jawa dan lain-lain. Bumi Aceh

yang telah menyatu dengan agama Islam yang dianut oleh penduduknya,

sehingga sesuailah Aceh dijuluki dengan ‘Serambi Mekkah’.5 Agama lain

yang di anut oleh penduduk di Aceh adalah Agama Kristen yang dianut

oleh pendatang suku Batak dan sebagian warga Tionghoa yang

kebanyakan bersuku Hakka. Sedangkan sebagian lainnya tetap menganut

agama Khonghucu.6

Provinsi Aceh memiliki 13 buah asli yaitu Bahasa Aceh, Bahasa

Gayo, Bahasa Aneuk Jamee, Bahasa Singkil, Bahasa Alas, Bahasa

4 “Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam”, artikel diakses pada tanggal 6 Maret 2014 darihttp://www.dephut.go.id/uploads/files/4e58087e6c859194b5dfae4f6aee1058.pdf.

5 Abdullah Sani Usman, Krisis Legitimasi Politik dalam..., h. 22-23.

6 “Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam”, artikel diakses pada tanggal 6 Maret 2014 darihttp://www.dephut.go.id/uploads/files/4e58087e6c859194b5dfae4f6aee1058.pdf.

Page 48: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

36

Tamiang, Bahasa Kluet, Bahasa Devayan, Bahasa Sigulai, Bahasa Pakpak,

Bahasa Haloban, Bahasa Lekon dan Bahasa Nias. Rumah Adat di Provinsi

Aceh di sebut Rumoh Aceh.7

Provinsi Aceh dalam perkembangannya telah mengalami beberapa

kali pemekaran wilayah administratif dan saat ini terdiri dari 18 kabupaten

dan 5 kota. Untuk pemerintah di bawah kabupaten/kota, selain memiliki

Kecamatan dan Gampong (wilayah setingkat Desa) berdasarkan Qanun

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 4 Tahun 2003 dibentuk

Mukim yang berkedudukan langsung dibawah Camat dan wilayahnya

terdiri atas beberapa gampong. Hingga saat ini Provinsi Aceh memiliki

284 Kecamatan, 755 Mukim dan 6.450 Gampong.8

2. Materi Pengaturan Perjudian di Aceh

a. Pengertian

Definisi maisir (perjudian) menurut Qanun Aceh No. 13 Tahun

2003 diatur dalam Pasal 1 ayat (20) yang berbunyi:

“Maisir (perjudian) adalah kegiatan dan/atau perbuatan yang

bersifat taruhan antara dua pihak atau lebih di mana pihak yang menang

mendapat bayaran.” Jadi yang dimaksud perjudian di dalam pasal ini

adalah setiap kegiatan atau perbuatan yang di dalamnya terdapat unsur

7 Ibid.

8 Ibid.

Page 49: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

37

taruhan antara dua pihak atau lebih dan pihak yang menang akan dibayar

oleh yang kalah menurut perjanjian dan rumusan tertentu.

b. Perbuatan yang Dilarang

Adapun perbuatan yang dilarang menurut Qanun Aceh No. 13

Tahun 2003 seperti yang tercantum dalam Pasal 5, 6 dan 7, antara lain:

Pertama, melakukan perbuatan maisir. Maksudnya setiap orang

dilarang melakukan perbuatan maisir; Kedua, menyelenggarakan dan/atau

memberi fasilitas kepada orang yang akan melakukan perbuatan maisir.

Maksudnya dilarang dan akan dikenakan hukuman bagi setiap orang atau

badan hukum atau badan usaha yang menyelenggarakan dan/atau memberi

fasilitas kepada orang yang akan melakukan perbuatan maisir. Dengan

menyelenggarakan dan/atau memberi fasilitas kepada orang yang akan

melakukan perbuatan maisir maka itu akan memberi kemudahan bagi

pelaku perjudian dalam melaksanakan perbuatannya. Bila tetap dilakukan

pelanggaran maka akan dikenakan hukuman bagi pelakunya; Ketiga,

menjadi pelindung terhadap perbuatan maisir. Maksudnya setiap orang

atau badan hukum atau badan usaha dilarang melindungi terhadap

perbuatan maisir. Melindungi di sini maksudnya antara lain menutup-

nutupi dari usaha penyidik melakukan penggrebekan orang yang sedang

melakukan perjudian atau menghalang-halangi pekerjaan penyidik untuk

melakukan penangkapan terhadap pelaku perbuatan judi; Keempat,

Page 50: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

38

memberikan izin usaha penyelenggaraan maisir. Maksudnya instansi

pemerintah dilarang memberikan izin usaha penyelenggaraan maisir.

c. Pelaku Tindak Pidana

Yang termasuk pelaku menurut Qanun Aceh No. 13 Tahun 2003

seperti yang tercantum dalam Pasal 5, 6 dan 7, antara lain:

Pertama, setiap orang yang melakukan perbuatan maisir (pemain).

Kedua, setiap orang, badan hukum atau badan usaha yang

menyelenggarakan dan/atau memberi fasilitas kepada orang yang akan

melakukan perbuatan maisir. Kedua kategori pelaku tersebut adalah orang

yang beragama Islam yang melakukan tindak pidana di bidang maisir

(perjudian) di wilayah hukum Nanggroe Aceh Darussalam. Pidana cambuk

hanya diberikan terhadap pelaku yang terbukti melakukan tindak pidana

perjudian dan dikenakan pidana cambuk di muka umum. Tujuan

penerapan Syariat Islam dan penerapan sanksi pidana cambuk adalah

untuk memberikan pencerahan dan kesadaran bagi masyarakat dan untuk

memberikan kesadaran dan rasa malu untuk mengulangi perbuatannya lagi

serta menjadi peringatan bagi masyarakat agar tidak melakukan

pelanggaran Syariat Islam dan tidak menimbulkan dampak negatif bagi

keluarganya. Serta untuk menciptakan masyarakat yang bermoral dan

berjiwa Islam yang berakhlak mulia.

Page 51: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

39

d. Sanksi Pidana

Sanksi pidana menurut Qanun Aceh No. 13 Tahun 2003 seperti

yang tercantum dalam Pasal 23, 26 dan 27, antara lain:

Pertama, setiap pemain judi yang terbukti melakukan tindak

pidana perjudian dan dikenakan pidana cambuk di muka umum paling

banyak 12 (dua belas) kali dan paling sedikit 6 (enam) kali.

Kedua, pemberian fasilitas atau menyelenggarakan perjudian yang

dilakukan baik oleh perorangan, badan usaha atau badan hukum yang

berdomisili atau beralamatkan di wilayah hukum Nanggroe Aceh

Darussalam, hanya dikenakan pidana dengan pidana denda sebesar paling

banyak Rp. 35.000.000,- (tiga puluh lima juta rupiah) dan paling sedikit

Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah). Dan jika berkaitan dengan

kegiatan usaha maka akan dikenakan sanksi administratif berupa

pencabutan izin usaha.

Dalam qanun maisir ini juga mengatur tentang pengulangan

(residivist), yaitu terdapat dalam Pasal 26 yang menyebutkan, bahwa

pengulangan pelanggaran terhadap ketentuan qanun tersebut, ‘uqubatnya

dapat ditambah 1/3 (sepertiga) dari ‘uqubat maksimal. Sedangkan

perbuatan dapat disebut pelanggaran apabila: (1) Dilakukan oleh badan

hukum atau badan usaha, maka ‘uqubatnya dijatuhkan kepada penanggung

jawab. (2) Apabila ada hubungan dengan kegiatan usahanya, maka selain

Page 52: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

40

sanksi ‘uqubat dapat juga dikenakan ‘uqubat administratif dengan

mencabut dan membatalkan izin usaha yang telah diberikan.

e. Pelaksanaan Hukuman

Pelaksanaan hukuman menurut Qanun Aceh No. 13 Tahun 2003

seperti yang tercantum dalam Pasal 29, 30 dan 31, antara lain:

‘Uqubat cambuk dilakukan oleh seorang petugas yang ditunjuk

oleh Jaksa Penuntut Umum, Jaksa Penuntut Umum harus berpedoman

pada ketentuan yang diatur di dalam Qanun Maisir.

‘Uqubat cambuk dilakukan di suatu tempat yang dapat disaksikan

orang banyak dengan dihadiri Jaksa Penuntut Umum dan dokter yang

ditunjuk. Pencambukan dilakukan dengan Rotan yang berdiameter antara

0, 75 cm sampai 1 (satu) senti meter, panjang 1 (satu) meter dan tidak

mempunyai ujung ganda atau dibelah. Pencambukan dilakukan pada

bagian tubuh kecuali kepala, muka, leher, dada dan kemaluan. Kadar

pukulan atau cambukannya tidak sampai melukai si terhukum. Terhukum

laki-laki dicambuk dalam posisi berdiri tanpa penyangga, tanpa diikat, dan

memakai baju tipis yang menutup aurat. Sedangkan, jika terhukumnya

adalah seorang perempuan maka posisinya duduk dan ditutup kain di

atasnya. Pencambukan terhadap perempuan hamil dilakukan setelah 60

(enam puluh) hari yang bersangkutan melahirkan. Apabila selama

pencambukan timbul hal-hal membahayakan terhukum, yang dapat

Page 53: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

41

membahayakan nyawanya berdasarkan pendapat dokter yang ditunjuk,

maka sisa cambukan ditunda sampai dengan waktu yang memungkinkan.

B. Pengaturan Perjudian di Kota Bekasi

1. Kondisi Sosial Politik di Kota Bekasi

Kota Bekasi secara administratif termasuk dalam Provinsi Jawa

Barat dengan batas-batas: sebelah utara dengan Kabupaten Bekasi; sebelah

selatan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok; sebelah barat dengan

Provinsi DKI Jakarta; dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Bekasi. Kota yang luas wilayahnya sekitar 210,49 Km² dengan titik

koordinat 106°48'281"-107°27'29" Bujur Timur dan 6°10'6"-6°30'6"

Lintang Selatan.9 Pada perkembangannya kini sesuai dengan Perda No. 4

tahun 2004, Kota Bekasi mempunyai 12 kecamatan, yang terdiri dari 56

kelurahan, yaitu : Kecamatan Bekasi Barat, Kecamatan Bekasi Selatan,

Kecamatan Bekasi Timur, Kecamatan Bekasi Utara, Kecamatan Pondok

Gede, Kecamatan Jatiasih, Kecamatan Bantar Gebang, kecamatan

Jatisampurna, Kecamatan Medan Satria, kecamatan Rawalumbu,

kecamatan Mustika Jaya dan kecamatan Pondok Melati.10

Topografi Kota Bekasi bervariasi, namun sebagian besar berada

pada dataran rendah dengan kemiringan antara 0-2% dan ketinggian antara

9“Kondisi Geografis Wilayah Kota Bekasi”, artikel yang diakses pada tanggal 18 Maret2014 dari http://www.bekasikota.go.id/read/5456/kondisi-geografis-wilayah-kota-bekasi.

10 “Profil Daerah Kota Bekasi”, artikel yang diakses pada tanggal 18 Maret 2014 darihttp://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1062.

Page 54: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

42

11-81 meter di atas permukaan air laut. Dataran rendah yang ketinggannya

kurang dari 25 meter dari permukaan air laut sebagian besar berada di

Kecamatan Medan Satria, Bekasi Utara, Bekasi Selatan, Bekasi Timur,

dan Pondok Gede. Sedangkan, daerah berketinggan antara 25-100 meter

dari permukaan air laut sebagian besar berada di Kecamatan

Bantargebang, Pondok Melati, dan Jatiasih (Pemkot Bekasi, 2009).11

Jumlah penduduk Kabupaten Bekasi tahun 2014 sebanyak 2. 811. 000

jiwa.12

Salah satu hal yang membuat Kota Bekasi berkembang dengan

pesat adalah karena adanya perkembangan dalam bidang industri, terutama

industri pengolahan, perdagangan, hotel, dan restoran. Hal ini membuat

mata pencaharian penduduknya pun semakin beragam dan tidak hanya

bertumpu pada sektor pertanian. Menurut data dari BPS Kota Bekasi tahun

2012, dari luas secara keseluruhan yang mencapai 21.049 ha, hanya

sebagian kecil saja yang saat ini masih digunakan sebagai lahan pertanian

yaitu sekitar 505 ha atau 3,15%. Selebihnya, merupakan lahan kering yang

digunakan untuk bangunan dan halaman (15.072 ha), kebun (4.285 ha),

dan kolam atau empang seluas (69 ha).13

11 “Kota Bekasi”, artikel yang diakses pada tanggal 18 Maret 2014 dari http://uun-halimah.blogspot.com/2014/01/kota-bekasi.html.

12 “Puluhan Ribu E-KTP Baru Turun Lagi”, artikel yang diakses pada tanggal 7 Maret 2014dari http://poskotanews.com/2014/03/05/puluhan-ribu-e-ktp-baru-turun-lagi/.

13 “Kota Bekasi”, artikel yang diakses pada tanggal 18 Maret 2014 dari http://uun-halimah.blogspot.com/2014/01/kota-bekasi.html.

Page 55: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

43

Sektor industri dan perdagangan merupakan sektor yang

diunggulkan, ini sesuai dengan Visi Kota Bekasi, yaitu unggul dalam jasa

dan perdagangan, kini berkembang sangat pesat. Selain itu, banyak juga

industri kecil yang berkembang dan telah dapat membuka pasar

internasional. Perdagangan ikan hias yang ada di Kota Bekasi saat ini

merupakan komoditi terbesar di Asia Tenggara. Dieksport ke berbagai

negara Australia, Belanda dan Selandia Baru. Sektor industri besar juga

telah menetapkan Kota Bekasi sebagai kawasan perindustrian yang dapat

memberikan keuntungan bagi pengusaha lokal maupun internasional.14

Dengan lahan yang relatif kecil tersebut, tanaman pangan, buah-

buahan dan hasil kebun lain yang dihasilkan hanyalah berupa padi, jagung,

ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, sawi, kacang panjang, bayam, mentimun,

cabe, terong, kangkung, rambutan, jambu biji, duku, sawo, pisang, pepaya,

jahe, pandan, dan kencur. Pada tahun 2012, produksi tanaman padi

menghasilkan sekitar 5.950,79 ton, kangkung 4.348 ton, sawi 3.614,4 ton,

bayam 3.556,65 ton, rambutan 2.006,87 ton, jambu biji 987,74 ton, jahe

366,47 kwintal per ha, dan selebihnya berupa sawo, pisang, dan pepaya

sekitar 600 ton. Selain pertanian dan perkebunan, Kota Bekasi juga

menghasilkan tambahan dari sektor perikanan dan peternakan. Pada tahun

2011 hasil perikanan Kota Bekasi mencapai 1.310,05 ton dengan jenis

ikan lele yang paling banyak diproduksi yaitu sekitar 531,85 ton.

14 “Profil Daerah Kota Bekasi”, artikel yang diakses pada tanggal 18 Maret 2014 darihttp://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1062.

Page 56: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

44

Sedangkan dari sektor peternakan menghasilkan 1.104.525 ekor ayam ras

pedaging, 172.358 ekor ayam buras, 118.500 ekor ayam petelur, dan 7.294

ekor itik.15

Agama yang dianut oleh Masyarakat Kota Bekasi sangat beragam,

yaitu: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan aliran Kepercayaan. Ada

korelasi positif antara jumlah pemeluk suatu agama dengan jumlah sarana

peribadatan. Hal itu tercermin dari banyaknya sarana peribadatan yang

berkaitan dengan agama Islam (masjid, musholla dan langar). Berdasarkan

data yang tertera pada Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, jumlah masjid

yang ada di sana mencapai 1.032 buah, musholla 695 buah, dan langgar

mencapai 957 buah. Sarana peribadatan yang berkenaan dengan penganut

agama Kristen dan Katolik mencapai 97 buah, agama Budha mencapai 11

buah (10 buah vihara dan 1 buah kelenteng), dan agama Hindu hanya ada

satu buah pura. Sementara data yang berkaitan dengan sarana peribadatan

atau gedung pertemuan bagi penganut aliran kepercayaan belum ada.16

Dan Walikota Bekasi tahun 2014 adalah Dr. H. Rahmat Effendi.17

15 “Kota Bekasi”, artikel yang diakses pada tanggal 18 Maret 2014 dari http://uun-halimah.blogspot.com/2014/01/kota-bekasi.html.

16 Ibid.

17 “Walikota Bekasi”, artikel yang diakses pada tanggal 18 Maret 2014 darihttp://www.bekasikota.go.id/read/53/walikota-bekasi.

Page 57: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

45

2. Materi Pengaturan Perjudian di Kota Bekasi

a. Pengertian

Definisi judi menurut Perda Bekasi No. 11 Tahun 2005 diatur

dalam Pasal 1 ayat (12) yang berbunyi:

“Judi adalah tiap-tiap permainan, yang kemungkinannya akan

menang pada umumnya tergantung pada untung-untungan saja, juga

kalau kemungkinan itu bertambah besar karena pemain lebih pandai atau

lebih cakap. Judi mengandung juga segala pertaruhan tentang keputusan

perlombaan atau permainan lain, yang tidak diadakan oleh mereka yang

turut berlomba atau main itu, demikian juga segala pertaruhan lain.” Jadi

yang dimaksud perjudian di dalam pasal ini adalah setiap permainan yang

mengandalkan untung-untungan dalam kemenangannya dan bertambah

besar kemungkinan menangnya karena pemain lebih pandai atau lebih

cakap. Judi juga mengandung segala pertaruhan keputusan perlombaan

atau permainan lain, yang tidak diadakan oleh mereka yang berlomba atau

bermain itu, dan juga segala pertaruhan lain.

b. Perbuatan yang Dilarang

Adapun perbuatan yang dilarang menurut Perda Bekasi No. 11

Tahun 2005 seperti yang tercantum dalam Pasal 7, antara lain:

Pertama, memberikan izin perjudian. Maksudnya instansi

pemerintah dilarang memberikan izin usaha perjudian; Kedua,

Page 58: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

46

menggunakan tempat usaha atau tempat tinggal sebagai tempat perjudian.

Maksudnya setiap orang atau sekelompok orang dilarang tempat usaha

atau tempat tinggal digunakan sebagai tempat perjudian.

Ketiga, membiarkan tempat usahanya dan/atau menyediakan

sarana untuk perbuatan perjudian. Maksudnya setiap orang maupun

sekelompok orang dilarang membiarkan tempat usahanya dan/atau

menyediakan sarana untuk perbuatan perjudian yang mengakibatkan

terjadinya perbuatan perjudian. Dengan membiarkan tempat usahanya

dan/atau menyediakan sarana kepada orang yang akan melakukan perbuatan

perjudian maka itu akan memberi kemudahan bagi pelaku perjudian dalam

melaksanakan perbuatannya. Bila tetap dilakukan pelanggaran maka akan

dikenakan hukuman bagi pelakunya.

Keempat, menjadi pelindung dalam bentuk apapun terhadap kegiatan

perjudian maupun memberikan kesempatan untuk perjudian. Maksudnya

setiap orang atau sekelompok orang dilarang menjadi pelindung dalam bentuk

apapun terhadap kegiatan perjudian, maupun memberikan kesempatan untuk

perjudian. Melindungi di sini maksudnya antara lain menutup-nutupi dari

usaha penyidik melakukan penggrebekan orang yang sedang melakukan

perjudian atau menghalang-halangi pekerjaan penyidik untuk melakukan

penangkapan terhadap pelaku perbuatan judi; Kelima, membiarkan di

lingkungannya terjadi perjudian. Maksudnya setiap penanggung jawab

dan/atau pimpinan lembaga pendidikan, lembaga swasta serta pemerintahan

Page 59: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

47

dilarang memberikan kesempatan, membiarkan di lingkungannya terjadi

perbuatan perjudian.

Keenam, mencegah penyalahgunaan rumah/bangunan. Maksudnya

pemilik rumah/bangunan atau pihak yang dikuasakan diwajibkan mencegah

penyalahgunaan rumah/bangunan, sehingga pihak pemakainya tidak

menggunakan sebagai tempat perjudian; Ketujuh, pemilik rumah/bangunan

atau pihak yang dikuasakan dilarang menyediakan sarana. Maksudnya

pemilik rumah/bangunan atau pihak yang dikuasakan dilarang menyediakan

sarana maupun alat yang dapat digunakan untuk perjudian.

c. Pelaku Tindak Pidana

Yang termasuk pelaku menurut Perda Bekasi No. 11 Tahun 2005

seperti yang tercantum dalam Pasal 7, antara lain:

Pelaku dalam Perda Bekasi adalah setiap orang atau sekelompok

orang, penanggung jawab atau pimpinan lembaga pendidikan, lembaga

swasta, pemerintahan, instansi, pemilik rumah/bangunan atau pihak yang

dikuasakan baik sebagai penyedia sarana/fasilitas perjudian adalah seluruh

masyarakat yang melakukan tindak pidana di bidang perjudian di wilayah

hukum Kota Bekasi. Pidana kurungan hanya diberikan terhadap pelaku

yang terbukti melakukan tindak pidana perjudian.

Page 60: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

48

d. Sanksi Pidana

Sanksi pidana menurut Perda Bekasi No. 11 Tahun 2005 seperti

yang tercantum dalam Pasal 14 dan 13, antara lain:

Pertama, setiap orang atau sekelompok orang yang menyediakan

tempat usaha atau tempat tinggal, membiarkan tempat usahanya dan/atau

menyediakan sarana, menjadi pelindung dalam bentuk apapun. Setiap

penanggung jawab dan/atau pimpinan lembaga pendidikan, lembaga swasta

serta pemerintahan memberikan kesempatan, membiarkan di lingkungannya

terjadi perbuatan perjudian. Pemilik rumah/bangunan atau pihak yang

dikuasakan menyalahgunakan rumah/bangunan, menyediakan sarana maupun

alat yang dapat digunakan untuk perjudian. Yang berdomisili atau

beralamatkan di wilayah hukum Kota Bekasi, hanya dikenakan pidana

dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda setinggi-

tingginya Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah).

Kedua, setiap orang atau sekelompok orang yang menyediakan

tempat usaha atau tempat tinggal, membiarkan tempat usahanya dan/atau

menyediakan sarana. Setiap penanggung jawab dan/atau pimpinan lembaga

pendidikan, lembaga swasta serta pemerintahan memberikan kesempatan,

membiarkan di lingkungannya terjadi perbuatan perjudian. Pemilik

rumah/bangunan atau pihak yang dikuasakan menyalahgunakan

rumah/bangunan, menyediakan sarana maupun alat yang dapat digunakan

Page 61: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

49

untuk perjudian maka akan dikenakan sanksi administratif berupa

pencabutan izin usaha.

Di dalam Perda Bekasi ini belum secara spesifik melarang

seseorang melakukan perbuatan perjudian, tidak jelasnya pelaku perjudian

di Perda Bekasi karena sudah diatur di dalam KUHP Pasal 303 dan Pasal

303 bis.

Page 62: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

50

BAB IV

PERBANDINGAN PENGATURAN PERJUDIAN DI ACEH DAN KOTA

BEKASI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Pengaturan Perjudian di Aceh dalam Perspektif Hukum Islam

1. Pengertian

Definisi maisir (perjudian) menurut Qanun Aceh No. 13 Tahun

2003 diatur dalam Pasal 1 ayat (20) yang berbunyi: “Maisir (perjudian)

adalah kegiatan dan/atau perbuatan yang bersifat taruhan antara dua

pihak atau lebih di mana pihak yang menang mendapat bayaran.”

Menurut Yusuf Qardlawy dalam kitabnya “Al-Halal Wal-Haram

Fil-Islam”, judi adalah setiap permainan yang mengandung taruhan.1

Hasbi ash-Shiddieqy mengartikan judi dengan segala bentuk permainan

yang ada wujud kalah-menangnya; pihak yang kalah memberikan

sejumlah uang atau barang yang disepakati sebagai taruhan kepada pihak

yang menang.2

Pada dasarnya pengertian maisir (perjudian) di atas sama dengan

persetujuannya dengan hukum Islam. Jadi, pengertian maisir (perjudian)

menurut Qanun Aceh tidak bertentangan dengan pengertian perjudian

1 Ibrahim Hosen, Apakah Judi Itu ?, (Jakarta: Lembaga Kajian Ilmiah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ), 1987), h. 28.

2 Hasan Muarif Ambary, Suplemen Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,1996), h. 297.

Page 63: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

51

menurut hukum Islam karena sesuai dengan pendapat Yusuf Qardlawy dan

Hasbi as-Shiddieqy.

2. Perbuatan yang Dilarang

Adapun perbuatan yang dilarang menurut Qanun Aceh No. 13

Tahun 2003 seperti yang tercantum dalam Pasal 5, 6 dan 7, antara lain:

Pertama, melakukan perbuatan maisir. Kedua, menyelenggarakan

dan/atau memberi fasilitas kepada orang yang akan melakukan perbuatan

memberikan izin usaha penyelenggaraan maisir.

Dalam menetapkan sanksi atau hukuman terhadap suatu

pelanggaran harus diketahui terlebih dahulu unsur-unsur delik dalam

jarimah. Unsur-unsur ini ada pada suatu perbuatan, maka perbuatan

tersebut dipandang sebagai suatu delik jarimah. Unsur-unsur delik itu ada

dua macam yaitu unsur umum dan unsur khusus.3 Unsur umum tersebut

adalah:

a. Adanya nash yang melarang dan mengancam perbuatan (unsur

formiil).

b. Adanya tingkah laku yang membentuk jarimah, baik berupa perbuatan

nyata atau sikap tidak berbuat (unsur materiil).

3 Abul A’la Almaududi, “Perjudian Menurut Hukum Pidana Islam dan KUHP (StudiAnalisis Komparasi Unsur-Unsur dan Sanksi Pidana Perjudian)”, Skripsi S1 Fakultas Syariah danHukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009, h. 34, t.d.

Page 64: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

52

c. Pelaku adalah mukallaf (unsur moril).4

Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai perjudian, apabila telah

memenuhi unsur-unsur khusus, menurut H.S. Muchlis, ada dua unsur yang

merupakan syarat khusus untuk dinamakan seseorang telah melakukan

jarimah perjudian, yaitu:

a. Harus ada dua pihak yang masing-masing terdiri dari satu orang atau

lebih yang bertaruh: yang menang (penebak tepat atau pemilik nomor

yang cocok) akan dibayar oleh yang kalah menurut perjanjian dan

rumusan tertentu.

b. Menang atau kalah dikaitkan dengan kesudahan suatu peristiwa yang

berada di luar kekuasaan dan di luar pengetahuan terlebih dahulu dari

para petaruh.5

Rasyid Ridha dan at-Tabarsi sepakat menyatakan bahwa segala

bentuk permainan yang mengandung unsur taruhan termasuk ke dalam

pengertian maisir yang dilarang syara’. Menurut Hasbi ash-Shiddieqy

permainan yang mengandung unsur untung-untungan, termasuk judi,

dilarang syara’.6

4 Ibid., h. 34.

5 Masjfuk Zuhdi, Masa’il Fiqhiyah (Kapita Selekta Hukum Islam), (Jakarta: PT GunungAgung, 1996), Cet. 9, h. 148.

6 Hasan Muarif Ambary, Suplemen Ensiklopedia Islam, h. 297-298.

Page 65: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

53

Perbuatan maisir yang dilarang dalam Qanun Aceh No. 13 Tahun

2003. Ketentuan pelarangan ini sesuai dengan pendapat Jumhur Ulama

yang melarang melakukan perbuatan maisir.

Menyelenggarakan dan/atau memberikan fasilitas yang dilarang

dalam Qanun Aceh No. 13 Tahun 2003. Ketentuan pelarangan ini tidak

diatur dalam hukum Islam tetapi juga tidak bertentangan, penyusun Qanun

melakukan ijtihad dalam penyusunan Qanun ini.

Pelindung terhadap perbuatan maisir yang dilarang dalam Qanun

Aceh No. 13 Tahun 2003. Ketentuan pelarangan ini tidak diatur dalam

hukum Islam tetapi juga tidak bertentangan, penyusun Qanun melakukan

ijtihad dalam penyusunan Qanun ini.

Memberikan izin usaha penyelenggaraan maisir yang dilarang

dalam Qanun Aceh No. 13 Tahun 2003. Ketentuan pelarangan ini tidak

diatur dalam hukum Islam tetapi juga tidak bertentangan, penyusun Qanun

melakukan ijtihad dalam penyusunan Qanun ini.

3. Sanksi Pidana

Adapun sanksi pidana menurut Qanun Aceh No. 13 Tahun 2003

seperti yang tercantum dalam Pasal 23 dan 26, antara lain: Pertama, setiap

pemain judi yang terbukti melakukan tindak pidana perjudian dan

dikenakan pidana cambuk di muka umum paling banyak 12 (dua belas)

kali dan paling sedikit 6 (enam) kali. Kedua, pemberian fasilitas atau

menyelenggarakan perjudian yang dilakukan baik oleh perorangan, badan

Page 66: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

54

usaha atau badan hukum yang berdomisili atau beralamatkan di wilayah

hukum Nanggroe Aceh Darussalam, hanya dikenakan pidana dengan

pidana denda sebesar paling banyak Rp. 35.000.000,- (tiga puluh lima juta

rupiah) dan paling sedikit Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah). Dan

jika berkaitan dengan kegiatan usaha maka akan dikenakan sanksi

administratif berupa pencabutan izin usaha.

Ketentuan-ketentuan pidana perjudian menurut hukum Islam

adalah bentuk jarimah ta’zir. Pidana perjudian termasuk ke dalam jarimah

ta’zir sebab setiap orang yang melakukan perbuatan maksiat yang tidak

memiliki sanksi had dan tidak ada kewajiban membayar kafarat harus

dita’zir, baik perbuatan maksiat itu berupa pelanggaran atas hak Allah atau

hak manusia.7

Tindak pidana ta’zir adalah tindak pidana yang bentuk dan jumlah

hukumannya tidak ditentukan oleh syara’. Tindak pidana yang masuk

dalam jenis ini yaitu semua tindak pidana yang hukumannya berupa

ta’zir.8 Hakim diberi kebebasan untuk memilih hukuman–hukuman yang

sesuai dengan macam tindak pidana ta’zir serta keadaan si pelaku.9

7 Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam Syafi’i, (Jakarta: Almahira, 2010), h. 359-360.

8Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam (At-Tasyri’ Al-Jina’i Al-IslamyMuqaranan bil Qonunil Wad’iy), Penerjemah: Tim Tsalisah-Bogor, (Jakarta: PT Karisma Ilmu,2007), Jilid III, h. 24.

9 H.E. Hassan Saleh Ed.1, Kajian sFiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, (Jakarta: RajawaliPers, 2008), h. 465.

Page 67: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

55

Dengan demikian, kehadiran Qanun Aceh sama sekali tidak

bertentangan dengan hukum Islam. Karena tindak pidana maisir

(perjudian) bukan merupakan tindak pidana had atau qishash/diat tetapi

tindak pidana ta’zir, yang ukuran sanksinya diserahkan pada ijtihad ulil

amri atau hakim.

4. Pelaksanaan Hukuman

Adapun pelaksanaan hukuman menurut Qanun Aceh No. 13 Tahun

2003 seperti yang tercantum dalam Pasal 29, 30 dan 31, antara lain:

Uqubat cambuk dilakukan oleh seorang petugas yang ditunjuk oleh Jaksa

Penuntut Umum.

‘Uqubat cambuk dilakukan di suatu tempat yang dapat disaksikan

orang banyak dengan dihadiri Jaksa Penuntut Umum dan dokter yang

ditunjuk. Pencambukan dilakukan dengan Rotan yang berdiameter antara

0, 75 cm sampai 1 (satu) senti meter, panjang 1 (satu) meter dan tidak

mempunyai ujung ganda atau dibelah. Pencambukan dilakukan pada

bagian tubuh kecuali kepala, muka, leher, dada dan kemaluan. Kadar

pukulan atau cambukannya tidak sampai melukai si terhukum. Terhukum

laki-laki dicambuk dalam posisi berdiri tanpa penyangga, tanpa diikat, dan

memakai baju tipis yang menutup aurat. Sedangkan, jika terhukumnya

adalah seorang perempuan, maka posisinya duduk dan ditutup kain di

atasnya. Pencambukan terhadap perempuan hamil dilakukan setelah 60

(enam puluh) hari yang bersangkutan melahirkan. Apabila selama

Page 68: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

56

pencambukan timbul hal-hal membahayakan terhukum berdasarkan

pendapat dokter yang ditunjuk, maka sisa cambukan ditunda sampai

dengan waktu yang memungkinkan.10

Dalam jarimah ta’zir, hakim diberikan kewenangan untuk

menetapkan jumlah cambukan disesuaikan dengan kondisi pelaku, situasi,

dan tempat kejahatan.11 Alat yang digunakan untuk hukuman cambuk ini

adalah cambuk yang pertengahan (sedang, tidak terlalu besar dan tidak

terlalu kecil) atau tongkat. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Imam Ibnu

Taimiyah, dengan alasan karena sebaik-baiknya perkara adalah

pertengahan.12

Adapun mengenai jumlah maksimal cambuk dalam jarimah ta’zir,

ulama berbeda pendapat:

Menurut Mazhab Hanafi tidak boleh melampaui batas hukuman

had. Menurut Abu Hanifah tidak boleh lebih dari 39 kali, karena had bagi

peminum khamr adalah dicambuk 40 kali. Menurut Abu Yusuf tidak boleh

lebih dari 79 kali, karena had bagi pelaku qadzf adalah dicambuk 80 kali.

Menurut Ulama Malikiyah sanksi ta’zir boleh melebihi had selama

mengandung maslahat. Mereka berpedoman kepada keputusan Umar bin

Al-Khaththab yang mencambuk Ma’an bin Zaidah 100 kali karena

10 Ibid., Pasal 31.

11 M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2013), h. 149.

12 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika), Cet. 2, h. 260.

Page 69: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

57

memalsukan stempel baitul mal. Ali pernah mencambuk peminum khamr

pada siang hari di bulan Ramadhan sebanyak 80 kali dan ditambah 20 kali

sebagai ta’zir.

Kemudian pendapat ulama mengenai jumlah minimal cambukan

dalam jarimah ta’zir adalah sebagai berikut:

Menurut Ulama Hanafiyah batas terendah ta’zir harus mampu

memberi dampak preventif dan represif. Batas terendah satu kali

cambukan. Menurut Ibnu Qudamah batas terendah tidak dapat ditentukan,

diserahkan kepada ijtihad hakim sesuai tindak pidana, pelaku, waktu, dan

pelaksanaannya. Pendapat Ibnu Qudamah lebih baik, tetapi perlu

tambahan ketetapan ulil amri sebagai pegangan semua hakim. Apabila

telah ada ketetapan hakim, tidak ada lagi perbedaan pendapat.13

Adapun sifat atau cara pelaksanaan hukuman cambuk masih

diperselisihkan oleh para fuqaha. Menurut Hanafiyah, cambuk sebagai

ta’zir harus dicambukkan lebih keras daripada cambuk dalam had agar

dengan ta’zir orang yang terhukum akan menjadi jera, di samping karena

jumlahnya lebih sedikit daripada dalam had. Alasan yang lain adalah

bahwa semakin keras cambukan itu semakin menjerakan. Akan tetapi,

ulama selain Hanafiyah menyamakan sifat cambuk dalam ta’zir dengan

sifat cambuk dalam hudud.14 Apabila orang yang dihukum ta’zir itu laki-

13 M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, h. 150-151.

14 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, h. 260.

Page 70: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

58

laki maka baju yang menghalangi sampainya cambuk ke kulit harus

dibuka. Akan tetapi, apabila orang terhukum itu seorang perempuan maka

bajunya tidak boleh dibuka, karena jika demikian akan terbukalah

auratnya. Pukulan atau cambukan tidak boleh diarahkan ke muka, farji,

dan kepala, melainkan diarahkan ke bagian punggung. Imam Abu Yusuf

menambahkan tidak boleh mencambuk bagian dada dan perut, karena

pukulan ke bagian tersebut bisa membahayakan keselamatan orang yang

terhukum.15

Apabila pelaku adalah seorang wanita dalam keadaan hamil maka

pelaksanaan hukuman cambuk ditunda sampai dia melahirkan anak dan

anak itu telah berhenti menyusui (disapih) serta telah memakan makanan

lain misalnya roti. Hal ini untuk menjaga agar anak dalam kandungan atau

yang sedang menyusu pada ibunya itu tidak turut meninggal atau tidak

turut mengalami penderitaan karena ibunya dikenai hukuman. Apabila si

pelaku dalam keadaan sakit yang dipandang tidak kuat untuk menahan

rasa sakit maka pelaksanaan hukuman cambuk diundurkan sampai

dipandang kesehatan si terhukum memungkinkan. Jika si terhukum sakit

yang tidak membahayakan jiwanya maka hukuman cambuk tetap

dilaksanakan.16

15 Ibid., h. 260.

16 Muhammad Abduh Malik, Perilaku Zina: Pandangan Hukum Islam dan KUHP,(Jakarta, Bulan Bintang, 2003), h. 154-155.

Page 71: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

59

Di dalam hukum Islam dan Qanun Aceh ada yang berbeda, yaitu

pelaksanaan hukuman di dalam hukum Islam pelaku tidak dihadiri oleh

Jaksa Penuntut Umum dan dokter tetapi di dalam Qanun Aceh

pelaksanaan hukuman dihadiri oleh Jaksa Penuntut Umum dan dokter.

Alat yang digunakan untuk mencambuk di dalam hukum Islam ialah

cambuk yang pertengahan (sedang, tidak terlalu besar dan tidak terlalu

kecil) atau tongkat tetapi di dalam Qanun Aceh alat cambuknya yang

berdiameter antara 0, 75 cm sampai 1 (satu) senti meter, panjang 1 (satu)

meter. Pencambukan terhadap wanita hamil di dalam hukum Islam ditunda

sampai dia melahirkan anak dan anak itu telah berhenti menyusui (disapih)

serta telah memakan makanan lain misalnya roti tetapi di dalam Qanun

Aceh pencambukan terhadap perempuan hamil dilakukan setelah 60 (enam

puluh) hari yang bersangkutan melahirkan. Di dalam hukum Islam apabila

si pelaku dalam keadaan sakit yang dipandang tidak kuat untuk menahan

rasa sakit maka pelaksanaan hukuman cambuk diundurkan sampai

dipandang kesehatan si terhukum memungkinkan sedangkan di dalam

Qanun Aceh apabila selama pencambukan timbul hal-hal membahayakan

terhukum berdasarkan pendapat dokter yang ditunjuk, maka sisa

cambukan ditunda sampai dengan waktu yang memungkinkan.

Peraturan pelaksanaan hukuman yang ada di dalam Qanun Aceh

ada yang tidak bertentangan dengan hukum Islam, yaitu pencambukan

dilakukan dengan Rotan. Pencambukan dilakukan pada bagian tubuh

kecuali kepala, muka, leher, dada dan kemaluan. Kadar pukulan atau

Page 72: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

60

cambukannya tidak sampai melukai si terhukum. Terhukum laki-laki

dicambuk dalam posisi berdiri tanpa penyangga, tanpa diikat, dan

memakai baju tipis yang menutup aurat. Sedangkan, jika terhukumnya

adalah seorang perempuan, maka posisinya duduk dan ditutup kain di

atasnya.

Matrik 1

Perbandingan Perjudian di Aceh dan Fiqih

PengaturnPerjudian

Aceh Fiqih

Pengertian Kegiatan dan/atauperbuatan yang bersifattaruhan antara dua pihakatau lebih di mana pihakyang menang mendapatbayaran.

Sesuai dengan pendapat YusufQardlawy dan Hasbi as-Shiddieqy.

PerbuatanyangDilarang

Melakukan perbuatanmaisir (perjudian).

Perbuatan maisir yang dilarangdalam Qanun Aceh sesuai denganpendapat Jumhur Ulama yangmelarang melakukan perbuatanmaisir.

Menyelenggarakan dan/ataumemberikan fasilitas, pelindungterhadap perbuatan maisir,memberikan izin usahapenyelenggaraan maisir yangdilarang dalam Qanun. Ketentuanpelarangan ini tidak diatur dalamhukum Islam tetapi juga tidakbertentangan, penyusun Qanunmelakukan ijtihad dalampenyusunan Qanun ini.

Menyelenggarakan ataumemberikan fasilitaskepada orang yang akanmelakukan perjudian,menjadi pelindungperbuatan perjudian,memberi izin usahapenyelenggaraan perjudian.

SanksiPidana

Ta’zir bagi pemain:Cambuk maksimal 12 kali,minimal 6 kali.

Qanun Aceh sama sekali tidakbertentangan dengan hukumIslam. Karena tindak pidana

Page 73: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

61

Ta’zir bagi penyelenggaradan/atau memberi fasilitas:Denda maksimal Rp.35.000.000,- minimal15.000.000,-

maisir (perjudian) bukanmerupakan tindak pidana hadatau qishash/diat tetapi tindakpidana ta’zir, yang ukuransanksinya diserahkan pada ijtihadulil amri atau hakim.

PelaksanaanHukuman

‘Uqubat cambuk dilakukandi suatu tempat yang dapatdisaksikan orang banyakdengan dihadiri JaksaPenuntut Umum dan dokteryang ditunjuk.Pencambukan dilakukandengan Rotan yangberdiameter antara 0, 75 cmsampai 1 (satu) senti meter,panjang 1 (satu) meter dantidak mempunyai ujungganda atau dibelah.Pencambukan dilakukanpada bagian tubuh kecualikepala, muka, leher, dadadan kemaluan. Kadarpukulan atau cambukannyatidak sampai melukai siterhukum. Terhukum laki-laki dicambuk dalam posisiberdiri tanpa penyangga,tanpa diikat, dan memakaibaju tipis yang menutupaurat. Sedangkan, jikaterhukumnya adalahseorang perempuan, makaposisinya duduk danditutup kain di atasnya.Pencambukan terhadapperempuan hamil dilakukansetelah 60 (enam puluh)hari yang bersangkutanmelahirkan. Apabila selamapencambukan timbul hal-hal membahayakanterhukum berdasarkanpendapat dokter yangditunjuk, maka sisacambukan ditunda sampaidengan waktu yangmemungkinkan.

Di dalam hukum Islam danQanun Aceh ada yang berbeda,yaitu pelaksanaan hukuman didalam hukum Islam pelaku tidakdihadiri oleh Jaksa PenuntutUmum dan dokter tetapi di dalamQanun Aceh pelaksanaanhukuman dihadiri oleh JaksaPenuntut Umum dan dokter. Alatyang digunakan untukmencambuk di dalam hukumIslam ialah cambuk yangpertengahan (sedang, tidak terlalubesar dan tidak terlalu kecil) atautongkat tetapi di dalam QanunAceh alat cambuknya yangberdiameter antara 0, 75 cmsampai 1 (satu) senti meter,panjang 1 (satu) meter.Pencambukan terhadap wanitahamil di dalam hukum Islamditunda sampai dia melahirkananak dan anak itu telah berhentimenyusui (disapih) serta telahmemakan makanan lain misalnyaroti tetapi di dalam Qanun Acehpencambukan terhadapperempuan hamil dilakukansetelah 60 (enam puluh) hari yangbersangkutan melahirkan. Didalam hukum Islam apabila sipelaku dalam keadaan sakit yangdipandang tidak kuat untukmenahan rasa sakit makapelaksanaan hukuman cambukdiundurkan sampai dipandangkesehatan si terhukummemungkinkan sedangkan didalam Qanun Aceh apabilaselama pencambukan timbul hal-hal membahayakan terhukumberdasarkan pendapat dokteryang ditunjuk, maka sisa

Page 74: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

62

cambukan ditunda sampai denganwaktu yang memungkinkan.

Peraturan pelaksanaan hukamanyang ada di dalam Qanun Acehada yang tidak bertentangandengan hukum Islam, yaitupencambukan dilakukan denganRotan. Pencambukan dilakukanpada bagian tubuh kecuali kepala,muka, leher, dada dan kemaluan.Kadar pukulan atau cambukannyatidak sampai melukai siterhukum. Terhukum laki-lakidicambuk dalam posisi berdiritanpa penyangga, tanpa diikat,dan memakai baju tipis yangmenutup aurat. Sedangkan, jikaterhukumnya adalah seorangperempuan, maka posisinyaduduk dan ditutup kain diatasnya.

B. Pengaturan Perjudian di Kota Bekasi dalam Perspektif Hukum Islam

1. Pengertian

Definisi judi menurut Perda Bekasi No. 11 Tahun 2005 diatur

dalam Pasal 1 ayat (12) yang berbunyi: “Judi adalah tiap-tiap permainan,

yang kemungkinannya akan menang pada umumnya tergantung pada

untung-untungan saja, juga kalau kemungkinan itu bertambah besar

karena pemain lebih pandai atau lebih cakap. Judi mengandung juga

segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain,

yang tidak diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau main itu,

demikian juga segala pertaruhan lain.”

Page 75: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

63

Menurut Yusuf Qardlawy dalam kitabnya “Al-Halal Wal-Haram

Fil-Islam”, judi adalah setiap permainan yang mengandung taruhan.17

Hasbi ash-Shiddieqy mengartikan judi dengan segala bentuk permainan

yang ada wujud kalah-menangnya; pihak yang kalah memberikan

sejumlah uang atau barang yang disepakati sebagai taruhan kepada pihak

yang menang.18

Pada dasarnya pengertian perjudian di atas sama dengan

persetujuannya dengan hukum Islam. Jadi, pengertian perjudian menurut

Perda Bekasi tidak bertentangan dengan pengertian perjudian menurut

hukum Islam karena sesuai dengan pendapat Yusuf Qardlawy dan Hasbi

as-Shiddieqy.

2. Perbuatan yang Dilarang

Adapun perbuatan yang dilarang menurut Perda Bekasi No. 11

Tahun 2005 seperti yang tercantum dalam Pasal 7, antara lain: Pertama,

memberikan izin perjudian. Kedua, menggunakan tempat usaha atau

tempat tinggal sebagai tempat perjudian. Ketiga, membiarkan tempat

usahanya dan/atau menyediakan sarana untuk perbuatan perjudian.

Keempat, menjadi pelindung dalam bentuk apapun terhadap kegiatan

perjudian maupun memberikan kesempatan untuk perjudian. Kelima,

membiarkan di lingkungannya terjadi perjudian.

17 Ibrahim Hosen, Apakah Judi Itu ?, h. 28-34.

18 Hasan Muarif Ambary, Suplemen Ensiklopedia Islam, h. 297.

Page 76: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

64

Keenam, mencegah penyalahgunaan rumah/bangunan. Ketujuh,

pemilik rumah/bangunan atau pihak yang dikuasakan dilarang menyediakan

sarana.

Dalam menetapkan sanksi atau hukuman terhadap suatu

pelanggaran harus diketahui terlebih dahulu unsur-unsur delik dalam

jarimah. Unsur-unsur ini ada pada suatu perbuatan, maka perbuatan

tersebut dipandang sebagai suatu delik jarimah. Unsur-unsur delik itu ada

dua macam yaitu unsur umum dan unsur khusus.19 Unsur umum tersebut

adalah:

a. Adanya nash yang melarang dan mengancam perbuatan (unsur

formiil).

b. Adanya tingkah laku yang membentuk jarimah, baik berupa perbuatan

nyata atau sikap tidak berbuat (unsur materiil).

c. Pelaku adalah mukallaf (unsur moril).20

Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai perjudian, apabila telah

memenuhi unsur-unsur khusus, menurut H.S. Muchlis, ada dua unsur yang

merupakan syarat khusus untuk dinamakan seseorang telah melakukan

jarimah perjudian, ialah:

a. Harus ada dua pihak yang masing-masing terdiri dari satu orang atau

lebih yang bertaruh: yang menang (penebak tepat atau pemilik nomor

19 Abul A’la Almaududi, “Perjudian Menurut Hukum Pidana…”, h. 34.

20 Ibid., h. 34.

Page 77: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

65

yang cocok) akan dibayar oleh yang kalah menurut perjanjian dan

rumusan tertentu.

b. Menang atau kalah dikaitkan dengan kesudahan suatu peristiwa yang

berada di luar kekuasaan dan di luar pengetahuan terlebih dahulu dari

para petaruh.21

Rasyid Ridha dan at-Tabarsi sepakat menyatakan bahwa segala

bentuk permainan yang mengandung unsur taruhan termasuk ke dalam

pengertian maisir yang dilarang syara’. Menurut Hasbi ash-Shiddieqy

permainan yang mengandung unsur untung-untungan, termasuk judi,

dilarang syara’.22

Ulama fiqih tidak berpendapat tentang pemberian izin judi, tetapi

Perda Bekasi yang melarang pemberi izin judi. Ketentuan pelarangan ini

tidak diatur tetapi juga tidak bertentangan dengan hukum Islam.

Ulama fiqih tidak berpendapat tentang menggunakan tempat usaha

atau tempat tinggal sebagai tempat judi, tetapi Perda Bekasi yang melarang

menggunakan tempat usaha atau tempat tinggal sebagai tempat judi.

Ketentuan pelarangan ini tidak diatur tetapi juga tidak bertentangan

dengan hukum Islam.

Ulama fiqih tidak berpendapat tentang membiarkan tempat

usahanya dan/atau menyediakan sarana untuk judi, tetapi Perda Bekasi

21 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah (Kapita Selekta Hukum Islam), h. 148.

22 Hasan Muarif Ambary, Suplemen Ensiklopedia Islam, h. 297-298.

Page 78: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

66

yang melarang membiarkan tempat usahanya dan/atau menyediakan

sarana untuk judi. Ketentuan pelarangan ini tidak diatur tetapi juga tidak

bertentangan dengan hukum Islam.

Ulama fiqih tidak berpendapat tentang menjadi pelindung terhadap

judi, tetapi Perda Bekasi yang melarang menjadi pelindung terhadap judi.

Ketentuan pelarangan ini tidak diatur tetapi juga tidak bertentangan dengan

hukum Islam.

Ulama fiqih tidak berpendapat tentang membiarkan di lingkungannya

terjadi perjudian, tetapi Perda Bekasi yang melarang membiarkan di

lingkungannya terjadi perjudian. Ketentuan pelarangan ini tidak diatur tetapi

juga tidak bertentangan dengan hukum Islam.

Ulama fiqih tidak berpendapat tentang mencegah penyalahgunaan

rumah/bangunan sebagai tempat perjudian, tetapi Perda Bekasi yang melarang

mencegah penyalahgunaan rumah/bangunan sebagai tempat perjudian.

Ketentuan pelarangan ini tidak diatur tetapi juga tidak bertentangan dengan

hukum Islam.

Ulama fiqih tidak berpendapat tentang pemilik rumah/bangunan

atau pihak yang dikuasakan dilarang menyediakan sarana judi, tetapi Perda

Bekasi yang melarang pemilik rumah/bangunan atau pihak yang dikuasakan

dilarang menyediakan sarana judi. Ketentuan pelarangan ini tidak diatur tetapi

juga tidak bertentangan dengan hukum Islam.

Page 79: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

67

3. Sanksi Pidana

Adapun sanksi pidana menurut Perda Bekasi No. 11 Tahun 2005

seperti yang tercantum dalam Pasal 14 dan 13, antara lain: Pertama, setiap

orang atau sekelompok orang yang menyediakan tempat usaha atau tempat

tinggal, membiarkan tempat usahanya dan/atau menyediakan sarana,

menjadi pelindung dalam bentuk apapun. Setiap penanggung jawab dan/atau

pimpinan lembaga pendidikan, lembaga swasta serta pemerintahan

memberikan kesempatan, membiarkan di lingkungannya terjadi perbuatan

perjudian. Pemilik rumah/bangunan atau pihak yang dikuasakan

menyalahgunakan rumah/bangunan, menyediakan sarana maupun alat yang

dapat digunakan untuk perjudian. Yang berdomisili atau beralamatkan di

wilayah hukum kota Bekasi, hanya dikenakan pidana dengan pidana

kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda setinggi-tingginya

Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah).

Kedua, setiap orang atau sekelompok orang yang menyediakan

tempat usaha atau tempat tinggal, membiarkan tempat usahanya dan/atau

menyediakan sarana. Setiap penanggung jawab dan/atau pimpinan lembaga

pendidikan, lembaga swasta serta pemerintahan memberikan kesempatan,

membiarkan di lingkungannya terjadi perbuatan perjudian. Pemilik

rumah/bangunan atau pihak yang dikuasakan menyalahgunakan

rumah/bangunan, menyediakan sarana maupun alat yang dapat digunakan

untuk perjudian maka akan dikenakan sanksi administratif berupa

pencabutan izin usaha.

Page 80: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

68

Ketentuan-ketentuan pidana perjudian menurut hukum Islam

adalah bentuk jarimah ta’zir. Pidana perjudian termasuk ke dalam jarimah

ta’zir sebab setiap orang yang melakukan perbuatan maksiat yang tidak

memiliki sanksi had dan tidak ada kewajiban membayar kafarat harus

dita’zir, baik perbuatan maksiat itu berupa pelanggaran atas hak Allah atau

hak manusia.23

Tindak pidana ta’zir adalah tindak pidana yang bentuk dan jumlah

hukumannya tidak ditentukan oleh syara’. Tindak pidana yang masuk

dalam jenis ini yaitu semua tindak pidana yang hukumannya berupa

ta’zir.24 Hakim diberi kebebasan untuk memilih hukuman–hukuman yang

sesuai dengan macam tindak pidana ta’zir serta keadaan si pelaku.25

Dengan demikian, kehadiran Perda Bekasi sama sekali tidak

bertentangan dengan hukum Islam. Karena tindak pidana perjudian bukan

merupakan tindak pidana had atau qishash/diat tetapi tindak pidana ta’zir,

yang ukuran sanksinya diserahkan pada ijtihad ulil amri atau hakim.

23 Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam Syafi’i, h. 359-360.

24 Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam (At-Tasyri’ Al-Jina’i Al-IslamyMuqaranan bil Qonunil Wad’iy), h. 24.

25 H.E. Hassan Saleh Ed.1, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, (Jakarta: RajawaliPers, 2008), h. 465.

Page 81: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

69

Matrik 2

Perbandingan Perjudian di Kota Bekasi dengan Fiqih

PengaturnPerjudian

Kota Bekasi Fiqih

Pengertian Tiap-tiap permainan, yangkemungkinannya akanmenang pada umumnyatergantung pada untung-untungan saja, juga kalaukemungkinan itu bertambahbesar karena pemain lebihpandai atau lebih cakap.Judi mengandung jugasegala pertaruhan tentangkeputusan perlombaan ataupermainan lain, yang tidakdiadakan oleh mereka yangturut berlomba atau mainitu, demikian juga segalapertaruhan lain.

Sesuai dengan pendapat YusufQardlawy dan Hasbi as-Shiddieqy .

PerbuatanyangDilarang

Memberikan izin perjudian,menggunakan tempatusaha/tempat tinggalsebagai tempat perjudian,membiarkan tempatusahanya dan/ataumenyediakan sarana untukperbuatan perjudian,pelindung dalam bentukapapun terhadap kegiatanperjudian, maupunmemberikan kesempatanuntuk perjudian,membiarkan dilingkungannya terjadiperbuatan perjudian,mencegah penyalahgunaanrumah/bangunan, pemilikrumah/bangunan atau pihakyang dikuasakan dilarangmenyediakan sarana.

Ulama fiqh tidak berpendapattentang pemberian izin perjudian,menggunakan tempat usaha atautempat tinggal sebagai tempatperjudian, membiarkan tempatusahanya dan/atau menyediakansarana untuk perbuatan perjudian,menjadi pelindung terhadapperjudian, membiarkan dilingkungannya terjadi perjudian,mencegah penyalahgunaanrumah/bangunan, pemilikrumah/bangunan atau pihak yangdikuasakan dilarang menyediakansarana tetapi Perda Bekasi yangmelarang pemberi izin perjudian,menggunakan tempat usaha atautempat tinggal tempat perjudian,membiarkan tempat usahanyadan/atau menyediakan saranauntuk perbuatan perjudian,menjadi pelindung terhadapperjudian, membiarkan di

Page 82: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

70

lingkungannya terjadi perjudian,mencegah penyalahgunaanrumah/bangunan, pemilikrumah/bangunan atau pihak yangdikuasakan dilarang menyediakansarana. Ketentuan pelarangan initidak diatur tetapi juga tidakbertentangan dengan hukumIslam.

SanksiPidana

Hukuman kurungan palinglama 6 (enam) bulandan/atau denda setinggi-tingginya Rp.50.000.000.-(lima puluh juta rupiah).

Perda Bekasi sama sekali tidakbertentangan dengan hukumIslam. Karena tindak pidanaperjudian bukan merupakantindak pidana had atauqishash/diat tetapi tindak pidanata’zir, yang ukuran sanksinyadiserahkan pada ijtihad ulilamri.atau hakim.

PelaksanaanHukuman

Di dalam Perda KotaBekasi tata carapelaksanaan hukumanmengikuti KUHAP.

Alat yang digunakan untukmencambuk adalah cambuk yangpertengahan (sedang, tidak terlalubesar dan tidak terlalu kecil) atautongkat. Pendapat ini jugadikemukakan oleh Imam IbnuTaimiyah, dengan alasan karenasebaik-baiknya perkara adalahpertengahan.Adapun sifat atau carapelaksanaan hukuman cambukmasih diperselisihkan oleh parafuqaha. Menurut Hanafiyah,cambuk sebagai ta’zir harusdicambukkan lebih kerasdaripada cambuk dalam had agardengan ta’zir orang yangterhukum akan menjadi jera, disamping karena jumlahnya lebihsedikit daripada dalam had.Alasan yang lain adalah bahwasemakin keras cambukan itusemakin menjerakan. Akan tetapi,ulama selain Hanafiyahmenyamakan sifat cambuk dalamta’zir dengan sifat cambuk dalamhudud. Apabila orang yangdihukum ta’zir itu laki-laki makabaju yang menghalangi

Page 83: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

71

sampainya cambuk ke kulit harusdibuka. Akan tetapi, apabilaorang terhukum itu seorangperempuan maka bajunya tidakboleh dibuka, karena jikademikian akan terbukalahauratnya. Pukulan atau cambukantidak boleh diarahkan ke muka,farji, dan kepala, melainkandiarahkan ke bagian punggung.Imam Abu Yusuf menambahkantidak boleh mencambuk bagiandada dan perut, karena pukulanke bagian tersebut bisamembahayakan keselamatanorang yang terhukum.

C. Perbandingan Pengaturan Qanun Aceh dan Perda Bekasi

Dari aspek definisi, perjudian yang diatur di dalam Qanun Aceh

No. 13 Tahun 2003 Tentang Maisir (Perjudian) dan Perda Bekasi No. 11

Tahun 2005 Tentang Pencegahan Perjudian di Kota Bekasi sesuai dengan

pendapat Yusuf Qardlawy dan Hasbi as-Shiddieqy.

Perjudian yang diatur di dalam Qanun Aceh No. 13 Tahun 2003

Tentang Maisir (Perjudian) dan Perda Bekasi No. 11 Tahun 2005 Tentang

Pencegahan Perjudian di Kota Bekasi sama-sama dilarang. Hal ini sesuai

dengan pendapat Jumhur Ulama yang mengatur bahwa perjudian adalah

perbuatan haram.

Di dalam Qanun Aceh No. 13 Tahun 2003 Tentang Maisir

(Perjudian) dan Perda Bekasi No. 11 Tahun 2005 Tentang Pencegahan

Perjudian di Kota Bekasi seseorang dilarang melakukan perbuatan

perjudian. Hal ini sesuai dengan pendapat Jumhur Ulama.

Page 84: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

72

Setiap orang atau badan hukum atau badan usaha di dalam Qanun

Aceh No. 13 Tahun 2003 Tentang Maisir (Perjudian) dilarang

menyelenggarakan dan/atau memberi fasilitas kepada orang yang akan

melakukan perbuatan maisir, menjadi pelindung terhadap perbuatan

maisir, memberikan izin usaha penyelenggaraan maisir. Aturan ini tidak

dibahas oleh ulama fiqih namun bukan berarti bertentangan dengan hukum

Islam karena pengaturan judi termasuk ke dalam jarimah ta’zir.

Memberikan izin perjudian, menggunakan tempat usaha atau

tempat tinggal sebagai tempat perjudian, membiarkan tempat usahanya

dan/atau menyediakan sarana untuk perbuatan perjudian, menjadi

pelindung dalam bentuk apapun terhadap kegiatan perjudian maupun

memberikan kesempatan untuk perjudian, membiarkan di lingkungannya

terjadi perjudian, mencegah penyalahgunaan rumah/bangunan, pemilik

rumah/bangunan atau pihak yang dikuasakan dilarang menyediakan sarana di

dalam Perda Bekasi No. 11 Tahun 2005 Tentang Pencegahan Perjudian di

Kota Bekasi. Aturan ini tidak dibahas oleh ulama fiqih namun bukan

berarti bertentangan dengan hukum Islam karena pengaturan judi termasuk

ke dalam jarimah ta’zir.

Dari aspek perbuatan yang dilarang di dalam Qanun Aceh No. 13

Tahun 2003 Tentang Maisir (Perjudian) dan Perda Bekasi No. 11 Tahun

2005 Tentang Pencegahan Perjudian di Kota Bekasi ada yang sama, yaitu:

Pertama, perbuatan menyelenggarakan dan/atau memberi fasilitas kepada

orang yang akan melakukan perbuatan judi. Kedua, menjadi pelindung

Page 85: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

73

terhadap bentuk apapun terhadap kegiatan perjudian. Ketiga, memberikan

izin usaha penyelenggaraan perjudian. Pengaturan ini juga tidak dibahas

oleh ulama fiqih namun bukan berarti bertentangan dengan hukum Islam

karena pengaturan judi termasuk ke dalam jarimah ta’zir.

Perbuatan yang dilarang di dalam Qanun Aceh No. 13 Tahun 2003

Tentang Maisir (Perjudian) dan Perda Bekasi No. 11 Tahun 2005 Tentang

Pencegahan Perjudian di Kota Bekasi juga ada yang berbeda, yaitu: di

dalam Qanun Aceh aspek yang dilarang adalah melakukan perbuatan

maisir berbeda dengan aspek yang dilarang di dalam Perda Bekasi yaitu

menggunakan tempat usaha atau tempat tinggal sebagai tempat perjudian,

membiarkan di lingkungannya terjadi perjudian, mencegah penyalahgunaan

rumah/bangunan, pemilik rumah/bangunan atau pihak yang dikuasakan

dilarang menyediakan sarana.

Dari aspek subyek hukum di dalam Qanun Aceh No. 13 Tahun

2003 Tentang Maisir (Perjudian) dan Perda Bekasi No. 11 Tahun 2005

Tentang Pencegahan Perjudian di Kota Bekasi berbeda, yaitu di dalam

Qanun Aceh subyek hukumnya adalah orang yang beragama Islam yang

melakukan tindak pidana di bidang maisir di wilayah hukum Nanggroe

Aceh Darussalam sedangkan di dalam Perda Bekasi subyek hukumnya

adalah semua orang yang melakukan tindak pidana di bidang judi di

wilayah hukum Bekasi.

Page 86: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

74

Dari aspek sanksi pidana di dalam Qanun Aceh No. 13 Tahun 2003

Tentang Maisir (Perjudian) dan Perda Bekasi No. 11 Tahun 2005 Tentang

Pencegahan Perjudian di Kota Bekasi berbeda, yaitu di dalam Qanun Aceh

sanksinya berupa cambuk dan denda sedangkan di dalam Perda Bekasi

sanksinya berupa pidana kurungan dan/atau denda.

Dari aspek pelaksanaan hukuman di dalam Qanun Aceh No. 13

Tahun 2003 Tentang Maisir (Perjudian) dan Perda Bekasi No. 11 Tahun

2005 Tentang Pencegahan Perjudian di Kota Bekasi berbeda, yaitu di

dalam Qanun Aceh diatur masalah pelaksanaan hukuman bagi pelaku judi,

sedangkan di dalam Perda Bekasi pelaksanaan hukuman mengikuti

KUHAP.

Penerimaan uang denda dalam Qanun Aceh No. 13 Tahun 2003

Tentang Maisir (Perjudian) dan Perda Bekasi No. 11 Tahun 2005 Tentang

Pencegahan Perjudian di Kota Bekasi berbeda, yaitu di dalam Qanun Aceh

diserahkan kepada baitul mal sedangkan di dalam Perda Bekasi diserahkan

kepada pemerintah.

Di dalam Qanun Aceh No. 13 Tahun 2003 Tentang Maisir

(Perjudian) diatur pengulangan pelanggaran maka hukumannya dapat

ditambah 1/3 (sepertiga) dari hukuman maksimal sedangkan di Perda

Bekasi No. 11 Tahun 2005 Tentang Pencegahan Perjudian di Kota Bekasi

tidak tiatur masalah pengulangan pelanggaran.

Page 87: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

75

Matrik 3

Perbandingan Perjudian di Aceh dengan Kota Bekasi

PengaturnPerjudian

Aceh Kota Bekasi

Pengertian Kegiatan dan/atauperbuatan yang bersifattaruhan antara dua pihakatau lebih di mana pihakyang menang mendapatbayaran.

Tiap-tiap permainan, yangkemungkinannya akan menangpada umumnya tergantung padauntung-untungan saja, juga kalaukemungkinan itu bertambah besarkarena pemain lebih pandai ataulebih cakap. Judi mengandungjuga segala pertaruhan tentangkeputusan perlombaan ataupermainan lain, yang tidakdiadakan oleh mereka yang turutberlomba atau main itu, demikianjuga segala pertaruhan lain.

PerbuatanyangDilarang

Melakukan perbuatanmaisir (perjudian).

Memberikan izin perjudian,menggunakan tempatusaha/tempat tinggal sebagaitempat perjudian, membiarkantempat usahanya dan/ataumenyediakan sarana untukperbuatan perjudian,pelindung dalam bentuk apapunterhadap kegiatan perjudian,maupun memberikan kesempatanuntuk perjudian,membiarkan di lingkungannyaterjadi perbuatan perjudian,mencegah penyalahgunaanrumah/bangunan, pemilikrumah/bangunan atau pihak yangdikuasakan dilarang menyediakansarana.

Menyelenggarakan ataumemberikan fasilitaskepada orang yang akanmelakukan perjudian,menjadi pelindungperbuatan perjudian,memberi izin usahapenyelenggaraan perjudian.

SanksiPidana

Ta’zir bagi pemain:Cambuk maksimal 12 kali,minimal 6 kali.

Hukuman kurungan paling lama 6(enam) bulan dan/atau dendasetinggi-tingginyaRp.50.000.000,- (lima puluh jutarupiah).Ta’zir bagi penyelenggara

dan/atau memberi fasilitas:Denda maksimal Rp.

Page 88: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

76

35.000.000,- minimal15.000.000,-

PelaksanaanHukuman

‘Uqubat cambuk dilakukandi suatu tempat yang dapatdisaksikan orang banyakdengan dihadiri JaksaPenuntut Umum dan dokteryang ditunjuk.Pencambukan dilakukandengan Rotan yangberdiameter antara 0, 75 cmsampai 1 (satu) senti meter,panjang 1 (satu) meter dantidak mempunyai ujungganda atau dibelah.Pencambukan dilakukanpada bagian tubuh kecualikepala, muka, leher, dadadan kemaluan. Kadarpukulan atau cambukannyatidak sampai melukai siterhukum. Terhukum laki-laki dicambuk dalam posisiberdiri tanpa penyangga,tanpa diikat, dan memakaibaju tipis yang menutupaurat. Sedangkan, jikaterhukumnya adalahseorang perempuan, makaposisinya duduk danditutup kain di atasnya.Pencambukan terhadapperempuan hamil dilakukansetelah 60 (enam puluh)hari yang bersangkutanmelahirkan. Apabila selamapencambukan timbul hal-hal membahayakanterhukum berdasarkanpendapat dokter yangditunjuk, maka sisacambukan ditunda sampaidengan waktu yangmemungkinkan.

Di dalam Perda Kota Bekasi tatacara pelaksanaan hukumanmengikuti KUHAP.

Page 89: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

77

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perbedaan dan persamaan pengaturan perjudian di dalam Qanun

Aceh No. 13 Tahun 2003 Tentang Maisir (Perjudian) dan Perda Bekasi

No. 11 Tahun 2005 Tentang Pencegahan Perjudian di Kota Bekasi dapat

dilihat dari aspek-aspek perjudian, di antaranya definisi/pengertian,

perbuatan yang dilarang, pelaku/subyek hukum, sanksi pidana,

pelaksanaan hukuman:

1. Dari aspek definisi, perjudian yang diatur di dalam Qanun Aceh dan

Perda Bekasi sesuai dengan pendapat Yusuf Qardlawy dan Hasbi as-

Shiddieqy.

2. Dari aspek perbuatan yang dilarang di dalam Qanun Aceh dan Perda

Bekasi ada yang sama, yaitu: Pertama, perbuatan menyelenggarakan

dan/atau memberi fasilitas kepada orang yang akan melakukan

perbuatan judi. Kedua, menjadi pelindung terhadap bentuk apapun

terhadap kegiatan perjudian. Ketiga, memberikan izin usaha

penyelenggaraan perjudian. Pengaturan ini juga tidak dibahas oleh

ulama fiqh namun bukan berarti bertentangan dengan hukum Islam

karena pengaturan judi termasuk ke dalam jarimah ta’zir.

Perbuatan yang dilarang di dalam Qanun Aceh dan Perda Bekasi juga

ada yang berbeda, yaitu: di dalam Qanun Aceh aspek yang dilarang

Page 90: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

78

adalah melakukan perbuatan maisir berbeda dengan aspek yang

dilarang di dalam Perda Bekasi yaitu menggunakan tempat usaha atau

tempat tinggal sebagai tempat perjudian, membiarkan di lingkungannya

terjadi perjudian, mencegah penyalahgunaan rumah/bangunan, pemilik

rumah/bangunan atau pihak yang dikuasakan dilarang menyediakan

sarana.

3. Dari aspek subyek hukum, di dalam Qanun Aceh subyek hukumnya

adalah orang yang beragama Islam yang melakukan tindak pidana di

bidang maisir di wilayah hukum Nanggroe Aceh Darussalam

sedangkan di dalam Perda Bekasi subyek hukumnya adalah semua

orang yang melakukan tindak pidana di bidang judi di wilayah hukum

Bekasi.

4. Dari aspek sanksi pidana, di dalam Qanun Aceh sanksinya berupa

cambuk dan denda sedangkan di dalam Perda Bekasi sanksinya berupa

pidana kurungan dan/atau denda.

5. Dari aspek pelaksanaan hukuman, di dalam Qanun Aceh diatur

masalah pelaksanaan hukuman bagi pelaku judi, sedangkan di dalam

Perda Bekasi pelaksanaan hukuman mengikuti KUHAP.

6. Pengaturan perjudian dari aspek definisi/pengertian, perbuatan yang

dilarang, pelaku/subyek hukum, sanksi pidana dan pelaksanaan

hukuman tidak bertentangan dengan hukum Islam. Karena ketentuan-

ketentuan pidana perjudian menurut hukum Islam adalah bentuk

jarimah ta’zir. Pidana perjudian termasuk ke dalam jarimah ta’zir

Page 91: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

79

sebab setiap orang yang melakukan perbuatan maksiat yang tidak

memiliki sanksi had dan tidak ada kewajiban membayar kafarat harus

dita’zir, baik perbuatan maksiat itu berupa pelanggaran atas hak Allah

atau hak manusia.

B. Saran-saran

1. Kepada aparat Pemerintah

Agar bertindak lebih tegas terhadap warga yang terlibat perjudian dan

bekerjasama dengan aparat kepolisian untuk menindak oknum-oknum

yang berjudi agar diberi hukuman. Peranan tokoh masyarakat

sangatlah mendukung untuk memberikan pendekatan pada masyarakat

persuasif.

2. Kepada masyarakat Aceh dan Kota Bekasi

Ingatlah bahwa perjudian sangat berakibat buruk, tidak hanya pada diri

sendiri tetapi juga terhadap orang lain dan belum pernah tercatat dalam

sejarah ada orang kaya karena judi dan perjudian itu sendiri dapat

mengakibatkan roda kehidupan menjadi terbengkalai.

Page 92: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

80

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainuddin, Tarmidzi, Ed. Hukum Pidana Islam. Cet. 2. Jakarta: SinarGrafika, 2009.

Ambary, Hasan Muarif, Abdul Aziz Dahlan, Ed. Suplemen Ensiklopedi Islam.Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996.

Amiruddin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PTRaja Grafindo Persada, 2004.

Audah, Abdul Qadir. Ensiklopedi Hukum Pidana Islam (At-Tasyri’ Al-Jina’i Al-Islamy Muqaranan bil Qonunil Wad’iy). Jilid I. Penerjemah: TimTsalisah-Bogor. Jakarta: PT Karisma Ilmu, 2007.

__________ Ensiklopedi Hukum Pidana Islam (At-Tasyri’ Al-Jina’i Al-IslamyMuqaranan bil Qonunil Wad’iy). Jilid III. Penerjemah: Tim Tsalisah-Bogor. Jakarta: PT Karisma Ilmu, 2007.

Bakry, Nazar. Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam. Cet. 1. Jakarta:RajaGrafindo Persada, 1994.

Hanafi, Ahmad. Asas-Asas Hukum Pidana Islam. Cet. 6. Jakarta: Bulan Bintang,2005.

Hosen, Ibrahim. Apakah Judi Itu ?. Jakarta: Lembaga Kajian Ilmiah Institut IlmuAl-Quran (IIQ), 1987.

Irfan, M. Nurul dan Masyrofah. Fiqh Jinayah. Jakarta: Amzah, 2013.

Malik, Muhammad Abduh. Perilaku Zina: Pandangan Hukum Islam dan KUHP.Jakarta, Bulan Bintang, 2003.

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum. Cet. 3. Jakarta: Kencana, 2007.

Muslich, Ahmad Wardi. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika, 2005.

Qardhawi, Yusuf. Halal dan Haram. Cet. 9. Penerjemah: Abu Sa’id al-Falahi danAunur Rafiq Sholeh Tamhid. Jakarta: Robbani Press, 2010.

Saleh, H.E. Hassan. Ed.1, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer. Jakarta:Rajawali Pers, 2008.

Usman, Abdullah Sani. Krisis Legitimasi Politik dalam Sejarah Pemerintahan diAceh. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan DiklatKementrian Agama RI, 2010.

Zuhaili, Wahbah. Fiqih Imam Syafi’i. Penerjemah: Muhammad Afifi dan AbdulHafiz. Jakarta: Almahira, 2010.

Page 93: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

81

Zuhdi, Masjfuk. Masail Fiqhiyah (Kapita Selekta Hukum Islam) Cet. 9. Jakarta:Toko Gunung Agung, 1996.

REFERENSI DARI UNDANG-UNDANG

Peraturan Daerah Bekasi No. 11 Tahun 2005 tentang Pencegahan Perjudian diKota Bekasi.

Qanun Nanggroe Aceh Darussalam No. 13 Tahun 2003 tentang Maisir(Perjudian).

REFERENSI DARI INTERNET

“Gambaran Umum Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)”, artikel diaksespada 7 Maret 2014 dari http://www.profilkabupaten.com/gambaran-umum-provinsi-nanggroe-aceh-darussalam-nad/.

“Kondisi Geografis Wilayah Kota Bekasi”, artikel yang diakses pada tanggal 18Maret 2014 dari http://www.bekasikota.go.id/read/5456/kondisi-geografis-wilayah-kota-bekasi.

“Kota Bekasi”, artikel yang diakses pada tanggal 18 Maret 2014 dari http://uun-halimah.blogspot.com/2014/01/kota-bekasi.html.

“Profil Daerah Kota Bekasi”, artikel yang diakses pada tanggal 18 Maret 2014dari http://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1062.

“Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam”, artikel diakses pada tanggal 6 Maret 2014darihttp://www.dephut.go.id/uploads/files/4e58087e6c859194b5dfae4f6aee1058.pdf.

“Puluhan Ribu E-KTP Baru Turun Lagi”, artikel yang diakses pada tanggal 7Maret 2014 dari http://poskotanews.com/2014/03/05/puluhan-ribu-e-ktp-baru-turun-lagi/.

“Walikota Bekasi”, artikel yang diakses pada tanggal 18 Maret 2014 darihttp://www.bekasikota.go.id/read/53/walikota-bekasi.

Page 94: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAMNOMOR 13 TAHUN 2003

TENTANG

MAISR (PERJUDIAN)

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIMDENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Menimbang : a. bahwa Keistimewaan dan Otonomi Khusus yang diberikan untukDaerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalamberdasarkan Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001, arlara lain di bidang penyelenggaraankehidupan beragama, kehidupan adat, pendidikan dan peran Ulamadalam penetapan kebijakan daerah;

b. bahwa Maisir termasuk salah satu perbuatan mungkar yang dilarangdalam Syari’at Islam dan agama lain serta bertentangan pula denganadat istiadat yang berlaku dalam masyarakat Aceh karena perhuatantersebut dapat menjerumuskan seseorang kepada perbuatan maksiatlainnya;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan bperlu membentuk Qanun tentang Maisir;

Mengingat : 1. Al - Qur’an;2. Al-hadist3. Pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945;4. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah

Otonom Propinsi Aceh dan Perubahan Peraturan PembentukanPropinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1955 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1103)

5. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 54,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3040);

6. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undangHukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

7. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintanan Daerah(Lembaran Negara republic Indonesia Tahun 1999 Nomor 60,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

8. Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang PenyelenggaraanKeistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun Nomor 172, Tambahan Lembaran NegaraNomor 3893).

9. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang otonomi khusus bagiProvinsi Daerah lstimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe AcehDarussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4134);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan

Page 95: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

KUHAP (Lembaran Negara Tahun 1983Nomor 36, TambahanLembaran Negara Nomor 3258)

11. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1981 tentang PelaksanaanPenertiban Perjudian (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 10,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3192);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang KoordinasiKegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1988Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3373);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang KewenanganPemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan LembaranNegara Nomor 3953);

14. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang teknikPenyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk RancanganUndang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan RancanganKeputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70);

15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1966 tentangKetentuan Umum Mengenai Penyidik Pegawai Negeri Sipil diLingkungan Pemerintah Daerah;

16. Peraturan Daerah (Qanun) Provinsi Nanggroe Aceh DarussalamNomor 5 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Syari’at Islam (LembaranDaerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh Tahun 2000 Nomor 30);

17. Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 10 Tahun 2002tentang Peradilan Syari’at Islam (Lembaran Daerah Provinsi NanggroeAceh Darussalam Tahun 2000 Nomor 2 Seri E Nomor 2, TambahanLembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 4);

18. Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 11 Tahun 2002tentang Pelaksanaan Syariat Islam bidang Aqidah, Ibadah dan SyiarIslam (Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun2003 Nomor 3 Seri E Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah ProvinsiNanggroe Aceh Darussalam Nomor 5);

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAHPROVINSI NANGGROE ACEH

MEMUTUSKAN

Menetapkan : QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAMTENTANG MAISR (PERJUDIAN)

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal I

Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan:1. Daerah adalah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.2. Pemerintah Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah GUBERNUR beserta

perangkat lain Pemerintah Daerah Istimewa Aceh sebagai badan eksekutif Provinsi NanggroeAceh Darussalam.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota beserta perangkat lain pemerintahKabupaten/Kota sebagai badan eksekutif Kabupaten/Kota dalam Provinsi Nanggroe Aceh

Page 96: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

Darussalam.4. GUBERNUR adalah GUBERNUR Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.5. Bupati/Walikota adalah Bupati/Walikota dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.6. Camat adalah kepala pemerintahan di kecamatan.7. Imeum Mukim/Kepala Mukim adalah pimpinan dalam suatu kesatuan masyarakat hukum yang

terdiri atas gabungan beberapa gampong.8. Keuchik adalah Kepala pemerintahan terendah dalam suatu kesatuan masyarakat hukum di

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang berhak menyelenggarakan rumah tangganyasendiri.

9. Masyarakat adalah himpunan orang-orang yang berdomisili di Provinsi Nanggroe AcehDarussalam.

10. Mahkamah adalah Mahkamah Syar’iyah Kabupaten/kota dan Mahkamah Syar’iyah ProvinsiNanggroe Aceh Darussalam.

11. Wilayatui Hisbah adalah lembaga yang bertugas membina, mengawasi dan melakukanadvokasi terhadap pelaksanaan amar makruf nahi mungkar.

12. Polisi adalah Polisi Nanggroe Aceh Darussalam yang diberi tugas dan wewenang khususmenangani pelaksanaan penegakan Syari’at Islam.

13. Penyidik adalah Penyidik Umum dan/atau penyidik Pegawai Negeri Sipil,14. Penyidik pegawai Negeri Sipil adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil yang diangkat oleh

GUBERNUR yang diberi tugas dan wewenang untuk melakukan penyidikan pelanggaranSyari’at Islam,

15. Jaksa adalah Jaksa Nanggroe Aceh Darussalam diberi tugas dan wewenang menjalankan tugaskhusus dibidang Syari’at Islam;

16. Penuntut umum adalah Jaksa yang diberi tugas dan wewenang khusus untuk melaksanakanpenuntutan di bidang Syari’at dan melaksanakan penetapan dan putusan hakim Mahkamah;

17. Pejabat yang berwenang adalah Kepala Polisi Nanggroe Aceh Darussalam dari/atau pejabatlain di lingkungan yang ditunjuk berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

18. Jarimah adalah perbuatan yang diancam dengan Uqubah qishasil-diat, hudud, dan ta’zir.19. Uqubat adalah ancaman ‘uqubat terhadap pelanggaran jarimah.20. Maisir (perjudian) adalah kegiatan dan/atau perbuatan yang bersifat taruhan antara dua pihak

atau lebih dimana pihak yang menang mendapatkan bayaran.

BAB IIRUANG LINGKUP DAN TUJUAN

Pasal 2

Ruang lingkup larangan maisir dalam Qanun ini adalah segala bentuk kegiatan dan/atau perbuatanserta keadaan yang mengarah kepada taruhan dan dapat berakibat kepada kemudharatan bagi pihak-pihak yang bertaruh dan orangorang/lembaga yang ikut terlibat dalam taruhan tersebut.

Pasal 3

Tujuan larangan maisir (perjudian) adalah untuk:(1) Memelihara dan melindungi harta benda/kekayaan;(2) Mencegah anggota mayarakat melakukan perbuatan yang mengarah kepada maisir;(3) Melindungi masyarakat dan pengaruh buruk yang timbul akibat kegiatan dan/atau perbuatan

maisir;(4) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan perbuatan

maisir.

Page 97: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

BAB IIILARANGAN DAN PENCEGAHAN

Pasal 4

Maisir hukumnya haram.Pasal 5

Setiap orang dilarang melakukan perbuatan maisir.

Pasal 6

(1) Setiap orang atau badan hukum atau badan usaha dilarang menyelenggarakan dan/ataumemberikan fasititas kepada orang yang akan melakukan perbuatan maisir.

(2) Setiap orang atau badan hukum atau badan usaha dilarang menjadi pelindung terhadapperbuatan maisir.

Pasal 7

Instansi Pemerintah, dilarang memberi izin penyelenggaraan maisir.

Pasal 8

Setiap orang atau kelompok atau institusi masyarakat berkewajiban mencegah terjadinya perbuatanmaisir.

BAB IVPERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 9

(1) Setiap anggota masyarakat berperan serta dalam membantu upaya pencegahan danpemberantasan maisir

(2) Setiap anggota masyarakat diharuskan melapor kepada pejabat yang berwenang baik secaralisan maupun tulisan apabila mengetahui adanya perbuatan maisir.

Pasal 10

Dalam hal pelaku pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 5, 6, dan 7 tertangkap tangan olehwarga masyarakat, maka pelaku beserta barang bukti segera diserahkan kepada pejabat yangberwenang

Pasal 11

Pejabat yang berwenang wajib memberikan perlindungan dan jaminan keamanan bagi pelaporsebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan/atau orang yang menyerahkan pelaku sebagaimanadimaksud dalam Pasal 10.

Pasal 12

Page 98: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

Pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 apabila lalai dan/atau tidakmemberikan perlindungan/jaminan keamanan kepada pelapor dapat dituntut oleh pihak pelapordan/atau pihak yang menyerahkan tersangka.

Pasal 13

Tata cara penuntutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan diajukan ke Mahkamah.

BAB VPENGAWASAN DAN PEMBINAAN

Pasal 14

a. Gubernur, Bupati/Walikota, camat, imum Mukim dan keuchik berkewajiban melakukanpengawasan dan pembinaan terhadap penerapan larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal5, 6, dan 7.

b. Untuk melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap pelaksanaan Qanun ini, Gubernur, danBupati/Walikota membentuk Wilayatul Hisbah.

c. Susunan dan Kedudukan Wilayatul Hisbah diatur lebih lanjut dengan Keputusan Gubernursetelah mendengar pendapat Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU).

Pasal 15

(1) Dalam melaksanakan fungsi pengawasannya, pejabat Wilayatul Hisbah sebagaimanadimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) yang menemukan pelaku pelanggaran sebagaimanadimaksud dalam Pasal 5, 6, dan 7, menyerahkan persoalan itu kepada Penyidik.

(2) Dalam melaksanakan fungsi pembinaannya, Pejabat Wilayatul Hisbah yang menemukanpelaku jarimah maisir dapat memberi peringatan dan pembinaan terlebih dahuu kepadapelaku sebelum menyerahkannya kepada Penyidik.

Pasal 16

Wilayatul Hisbah dapat mengajukan gugatan pra-peradilan kepada Mahkamah apabila Iaporannyasebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) tidak ditindaklanjuti oleh penyidik tanpa suatu alasanyang sah setelah jangka waktu 2 (dua) bulan sejak laporan diterima penyidik.

BAB VIPENYIDIKAN DAN PENUNTUTAN

Pasal 17

Penyidikan dan penuntutan terhadap pelanggaran maisir dilakukan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku sepanjang tidak diatur dalam Qanun ini.

Pasal 18

Penyidik adalah:a. Pejabat Polisi Nanggroe Aceh Darussalam;b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil yang diberi wewenang khusus untuk melakukan penyidikan

bidang Syari’at lslam

Pasal 19

Page 99: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

(1) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a mempunyai wewenang:a. menerima laporan atau pengaduan dan seseorang tentang adanya janimah Maisir;b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian;c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal tersangka;d. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledehan dan penyitaan;e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;f. mengambii sidik jari dan memotret seseorang;g. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa, sebagai tersangka atau saksi;h. mendatangkan saksi ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan

perkara;i. menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk bahwa tidak terdapat cukup

bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan jarimah dan memberitahukan haltersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluanganya dan Wilayatul Hisbah

j. mengadakan tindakan lain menurut aturan hukum yang berlaku.(2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b mempunyai wewenang sesuai

dengan ketentuan yang berlaku dan berada di bawah koordinasi penyidik umum.

Pasal 20

Setiap penyidik yang mengetahui dan/atau menerima laporan telah terjadi pelanggaran terhadaplarangan maisir wajib segera melakukan penyidikan sesuai Peraturan Perundang-undangan yangberlaku.

Pasal 21

Penuntut umum menuntut perkara jarimah maisir yang terjadi dalam daerah hukumnya menurutperaturan perundangundangan yang berlaku.

Pasal 22

Penuntut umum mempunyai wewenang:a. menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dan penyidik;b. mengadakan pra-penuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dan memberi

petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dan penyidik;c. memberi perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau mengubah status tahanan

setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik;d. membuat surat dakwaan;e. menumpahkan perkara ke Mahkamah;f. menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari dan waktu perkara

disidangkan yang disertai surat panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi,untuk datang pada sidang yang telah ditentukan;

g. melakukan penuntutan;h. mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai penuntut

umum menurut hukum yang berlaku;i. melaksanakan putusan dan penetapan hakim.

BAB VIIKETENTUAN ‘UQUBAT

Pasal 23

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, diancamdengan ‘uqubat cambuk di depan umum paling banyak 12 (dua belas) kali dan paling sedikit

Page 100: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

6 (enam) kali.(2) Setiap orang atau badan hukum atau badan usaha Non Instansi Pemerintah yang melanggar

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, dan 7 diancam dengan ‘uqubat atau dendapaling banyak Rp. 35.000.000.(tiga puluh Lima juta rupiah), paling sedikit Rp 15.000.000.(Lima belas juta rupiah).

(3) Pelanggaran terhadap larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, 6 dan 7 adalahjarimah ta’zir.

Pasal 24

Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) merupakan penerimaan Daerah dan disetorlangsung ke Kas Baital Mal.

Pasal 25

Barang-barang/benda-benda yang digunakan dan/atau diperoleh dan jarimah maisir dirampas untukDaerah atau dimusnahkan.

Pasal 26

Pengulangan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 5, 6 dan 7 ‘uqubatnya dapat ditambah1/3 (sepertiga) dari ‘uqubat maksimal

Pasal 27

Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6a. apabila dilakukan oleh badan hukum/badan usaha, maka ‘uqubatnya dijatuhkan kepada

penanggung jawab;b. apabila ada hubungan dengan kegiatan usahanya, maka selain sanksi ‘uqubat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), dapat juga dikenakan ‘uqubat administratif dengan mencabutatau membatalkan izin usaha yang telah diberikan;

BAB VIIPELAKSANAAN ‘UQUBAT

Pasal 28

(1) ‘Uqubat cambuk dilakukan oleh seorang petugas yang ditunjuk oleh Jaksa Penuntut Umum.(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Jaksa Penuntut Umum

harus berpedoman pada ketentuan yang diatur dalam Qanun ini dan/atau ketentuan yang akandiatur dalam Qanun tentang hukum formil.

Pasal 29

(1) Pelaksanaan ‘uqubat dilakukan segera setelah putusan hakim mempunyai kekuatan hukumtetap.

(2) Penundaan pelaksanaan ‘uqubat hanya dapat dilakukan berdasarkan penetapan dan KepalaKejaksaan Negeri apabila terdapat hal-hal yang membahayakan terhukum setelah rnendapatketerangan dokter yang berwenang.

Page 101: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

Pasal 30

(1) ‘Uqubat cambuk dilakukan di suatu tempat yang dapat disaksikan orang banyak dengandihadiri Jaksa Penuntut Umum dan dokter yang ditunjuk.

(2) Pencambukan dilakukan dengan Rotan yang berdiameter antara 0.75 cm sampai 1 (satu) sentimeter, panjang 1 (satu) meter dan tidak mempunyai ujung ganda/dibelah.

(3) Pencambukan dilakukan pada bagian tubuh kecuali kepala, muka, leher, dada dan kemaluan.(4) Kadar pukulan atau cambukan tidak sampai melukai.(5) Terhukum laki-Iaki dicmbuk dalam posisi berdiri tanpa penyangga, tanpa diikat, dan memakai

baju tipis yang menutup aurat. Sedangkan terhukum perempuan dalam posisi duduk danditutup kain di atasnya.

(6) Pencambukan terhadap perempuan hamil setelah 60 (enam puluh) hari yang bersangkutanmelahirkan.

Pasal 31

Apabila selama pencambukan timbul hal-hal membahayakan terhukum berdasarkan pendapat dokteryang ditunjuk, maka sisa cambukan ditunda sampai dengan waktu yang memungkinkan.

BAB IXKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 32

Sebelum adanya hukum acara yang diatur dalam Qanun tersendiri, maka Kitab Undang-undangHukum Acara Pidana (Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981), dan Peraturan Perundang-undanganlainnya tetap berlaku sepanjang tidak diatur di dalam Qanun ini.

BAB XKETENTUAN PENUTUP

Pasal 33

Hal-hal yang menyangkut dengan teknis pelaksanaan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur.

Pasal 34

Qanun ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memeririntahkan pengundangan Qanun ini dengan penempatannyadalam Lembaran daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Page 102: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

Disahkan di Banda AcehPada tanggal, l5 Juli 2003 M

7 Jumadil Awal 1424 H

GUBERNURPROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ABDULLAH PUTEH

Diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Istimewa Acehpada tanggal 16 Juli 2003 M

16 Jumadil Awal 1424 H

SEKRETARIS DAERAHPROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

THANTAWI ISHAK

LEMBARAN DAERAH PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2003 NOMOR26 SERI D NOMOR 13

Page 103: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

PERATURAN DAERAH KOTA BEKASINOMOR 11 TAHUN 2005

TENTANGPENCEGAHAN PERJUDIAN DI KOTA BEKASIDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BEKASI

Menimbang : a. bahwa Kota Bekasi daerah bernuansa ihsan yang membutuhkan keamanan,ketertiban dan ketentraman.

b. bahwa untuk mendukung terwujudnya keamanan, ketertiban dan ketentraman perludibangun kehidupan sosial masyarakat yang bersih dari perjudian dan berbagaibentuk kemaksiatan.

c. bahwa untuk membangun kehidupan sosial masyarakat yang bersih dari perjudiandan berbagai bentuk kemaksiatan perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentangPencegahan Perjudian di Kota Bekasi.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 73 Tahun 1958 tentang Menyatakan Berlakunya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana Untuk SeluruhWilayah Republik Indonesia dan Mengubah KUHP (Lembaran Negara Tahun1958 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1660);

2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian (LembaranNegara Tahun 1974 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3040);

3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (LembaranNegara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

4. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1996 tentang Pembentukan Kotamadya DaerahTingkat II Bekasi (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 111, TambahanLembaran Negara Nomor 3663);

5. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara YangBersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);

6. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (LembaranNegara Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3886);

7. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara RepublikIndonesia (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan LembaranNegara Nomor 4168);

8. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman (LembaranNegara Tahun 2004 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4358);

9. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan PeraturanPerundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, TambahanLembaran Negara Nomor 4389);

10. Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor4401);

Page 104: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

11. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (LembaranNegara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin PegawaiNegeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 50, Tambahan LembaranNegara Nomor 3176);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1981 tentang Pelaksanaan PenertibanPerjudian (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 10, Tambahan LembaranNegara Nomor 3192);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan InstansiVertikal di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 10, TambahanLembaran Negara Nomor 3373);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 tentang Tata Cara PelaksanaanPeran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Negara (Lembaran NegaraTahun 1999 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3866);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintahdan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

17. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 37 Tahun 1998 tentang Penyidik PegawaiNegeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi(Lembaran Daerah Tahun 1998 Nomor 39 Seri D);

18. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 06 Tahun 2003 tentang Rencana StrategikPemerintah Kota Bekasi Tahun Anggaran 2003-2008 (Lembaran Daerah Tahun2003 Nomor 6 Seri E).

Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BEKASI

danWALIKOTA BEKASI

MEMUTUSKAN :Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENCEGAHAN PERJUDIAN DI KOTA BEKASI

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kota Bekasi;2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Daerah;3. Walikota adalah Walikota Bekasi;4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bekasi;5. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Kota Bekasi tentang Pencegahan Perjudian di

Kota Bekasi;6. Kepolisian Negara Republik Indonesia disingkat POLRI adalah Kepolisian Negara Republik

Indonesia di wilayah kerja Daerah;7. Kejaksaan adalah Lembaga Pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan Negara di

bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan Undang-undang;

Page 105: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

8. Pengadilan Negeri adalah pengadilan negeri di dalam wilayah Daerah;9. Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil di lingkungan

Pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus oleh Undang-undang untuk melakukanPenyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah;

10. Pencegahan adalah tindakan awal merintangi, antisipasi, menolak atau melarang agartidak terjadi suatu perbuatan yang berkaitan dengan tindakan perjudian;

11. Satuan Polisi Pamong Praja adalah Perangkat Pemerintah Daerah dalam memelihara danmenyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakan Peraturan Daerah danKeputusan Walikota ;

12. Judi adalah tiap-tiap permainan, yang kemungkinannya akan menang pada umumnyatergantung pada untung-untungan saja, juga kalau kemungkinan itu bertambah besarkarena pemain lebih pandai atau lebih cakap. Judi mengandung juga segala pertaruhantentang keputusan perlombaan atau permainan lain, yang tidak diadakan oleh merekayang turut berlomba atau main itu, demikian juga segala pertaruhan lain;

13. Instansi vertikal adalah perangkat dari Departemen atau Lembaga Pemerintah nonDepartemen yang mempunyai lingkungan kerja di wilayah yang bersangkutan;

14. Koordinasi adalah upaya yang dilaksanakan oleh Walikota guna mencapai keselarasan,keserasian, dan keterpaduan baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan tugas sertakegiatan semua Instansi Vertikal, dan antara Instansi Vertikal dengan Dinas Daerah agartercapai hasil guna dan daya guna yang sebesar-besarnya;

15. Pihak yang berwajib adalah Kepolisian Metro Bekasi.BAB II

RUANG LINGKUP DAN TUJUANPasal 2

(1) Ruang lingkup pencegahan perjudian dalam Peraturan Daerah ini adalah segala bentukkegiatan pencegahan dan/atau perbuatan yang berhubungan dan/atau mengarahpencegahan pada perjudian.

(2) Pencegahan sebagaimana dimaksud ayat (1) berisikan ketentuan–ketentuan yang mengaturkewenangan dan Kewajiban Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam melaksanakanpencegahan perjudian.

(3) Dalam hal ketentuan-ketentuan yang mengatur kewenangan dan kewajiban PemerintahDaerah dan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pasal ini, maka segalabentuk akibat hukum yang ditimbulkan termasuk ancaman hukumannya tunduk padaketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini.

Pasal 3Pencegahan perjudian ini bertujuan :a. melindungi masyarakat terhadap adanya berbagai bentuk kegiatan perjudian;b. meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan perjudian;c. mendukung penegakan hukum yang optimal terhadap ketentuan peraturan dan perundang-

undangan yang berhubungan dengan kegiatan dan/atau perbuatan judi.BAB III

JENIS PERJUDIANPasal 4

Jenis perjudian yang harus dicegah adalah (setiap permainan yang mendasarkan pengharapanbuat menang pada umumnya bergantung untung-untungan saja dan juga kalau pengharapan itujadi bertambah besar karena kepintaran dan kebiasaan pemain) antara lain terdiri atas :1. Perjudian yang biasa dilakukan di kasino, seperti :

a. Roulette;b. Blackjack;c. Baccarat;d. Creps;e. Keno;

Page 106: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

f. Tombola;g. Super Ping-pong;h. Lotto Fair;i. Satan;j. Paykyu;k. Slot machine (jackpot)l. Ji Si Kie;m. Big Six Wheel;n. Chuc a luck;o. Lempar panser/bulu ayam pada sasaran atau apapun yang berputar (Paseran)p. Pachinko;q. Poker;r. Twenty one;s. Hwa-Hwe;t. Kiu-kiu.

2. Perjudian di tempat-tempat keramaian yang harus dicegah, antara lain terdiri dari perjudiandengan :

a. Lempar panser atau bulu ayam pada papan atau sasaran yang tidak bergerak;b. Lempar gelang;c. Lempar uang (coin);d. Kim;e. Pancingan;f. Menembak sasaran yang tidak berputar;g. Lempar bola;h. Adu ayam;i. Adu kerbau;j. Adu domba/kambing;k. Pacu Kuda;l. Karapan sapi;m. Pacu anjing;n. Hailai;o. Mayong/macak;p. Erek-erek;q. Toto gelap (Togel).

3. Perjudian yang dikaitkan dengan alasan-alasan lain, antara lain perjudian yang berkaitan dengankebiasaan :

a. Adu ayam/Sabung ayam;b. Adu sapi;c. Adu kerbau;d. Pacu kuda;e. Karapan sapi;f. Adu domba/kambing.

4. Dan jenis-jenis kegiatan yang diindikasikan sebagai judi.BAB IV

PERAN SERTA MASYARAKATPasal 5

Peran serta masyarakat dalam pencegahan perjudian merupakan kewajiban dan tanggungjawab untuk ikut mewujudkan kehidupan yang aman dan tenteram bebas dari perjudian, yangmeliputi:a. memberi peringatan agar setiap orang tidak melakukan perjudian dan tindakan yang

mengarah pada perjudian;

Page 107: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

b. membantu mengawasi lingkungan agar tidak terjadi perbuatan yang mengarah padaperjudian;

c. mencegah dibukanya lokasi-lokasi atau tempat-tempat yang digunakan untuk perbuatanperjudian;

d. melaporkan kepada Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW) dan Perangkat PemerintahanDaerah, apabila terjadi perbuatan perjudian atau mengarah pada perbuatan perjudian;

e. melaporkan atau mengadukan kepada pihak berwajib apabila mengetahui diduga adanyaperbuatan perjudian.

Pasal 6Pihak berwajib memberikan jaminan keamanan dan perlindungan kepada pelapor sebagaimanadimaksud Pasal 5 huruf e.

BAB VPENCEGAHAN PERJUDIAN

Pasal 7(1) Pemerintah Daerah dilarang memberikan izin perjudian dalam bentuk apapun.

(2) Setiap orang dan/atau sekelompok orang dilarang menggunakan tempat usaha/tempattinggal sebagai tempat perjudian.

(3) Setiap orang maupun sekelompok orang dilarang membiarkan tempat usahanyadan/atau menyediakan sarana untuk perbuatan perjudian yang mengakibatkanterjadinya perbuatan perjudian.

(4) Setiap orang dan/atau sekelompok orang dilarang menjadi pelindung dalam bentukapapun terhadap kegiatan perjudian, maupun memberikan kesempatan untukperjudian.

(5) Setiap penanggung jawab dan/atau pimpinan lembaga pendidikan, lembaga swastaserta pemerintahan dilarang memberikan kesempatan, membiarkan di lingkungannyaterjadi perbuatan perjudian.

(6) Setiap penanggung jawab dan/atau pemimpin lembaga pendidikan, lembaga swasta,pemerintahan serta instansi wajib mencegah terjadinya perbuatan perjudian dilingkungannya.

(7) a. Pemilik rumah/bangunan atau pihak yang dikuasakan diwajibkan mencegahpenyalahgunaan rumah/bangunan, sehingga pihak pemakainya tidakmenggunakan sebagai tempat perjudian;

b. Pemilik rumah/bangunan atau pihak yang dikuasakan dilarang menyediakansarana maupun alat yang dapat digunakan untuk perjudian.

BAB VIPEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 8Pemerintah Daerah bersama masyarakat melakukan pembinaan yang diarahkan untuk :a. mencegah terjadinya dan meluasnya perbuatan perjudian;b. melindungi masyarakat dari segala kemungkinan kejadian yang dapat menimbulkan

gangguan dan/atau bahaya atas meluasnya perbuatan perjudian;c. mencegah seluruh lapisan masyarakat terlibat dalam kegiatan perbuatan perjudian;d. mendidik, mensosialisasikan, penyuluhan nilai-nilai moral, agama dan hukum kepada

seluruh lapisan masyarakat.

Pasal 9

Page 108: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan pencegahan perjudian ini dilakukan oleh Walikotadan pejabat lain yang berwenang dalam penegakan hukum sesuai dengan ketentuanperundang-undangan yang berlaku;

(2) Pengawasan terhadap kegiatan yang potensial mengarah pada perbuatan perjudian,dapat dilakukan oleh :

a. Pemerintah Daerah dan DPRD;b. Penegak Hukum;c. Warga masyarakat.

(3) Penegak hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b pasal ini, meliputi :a. Kepolisian;b. Polisi Militer;c. Kejaksaan;d. Penyidik Pegawai Negeri Sipil;e. Satuan Polisi Pamong Praja.

(4) Pemerintah Daerah dan/atau Instansi Vertikal wajib mengawasi perjudian di perbatasandan pintu-pintu masuk Kota Bekasi.

BAB VIIKOORDINASI KEGIATAN DENGAN INTANSI VERTIKAL

Pasal 10Walikota wajib menyelenggarakan koordinasi atas kegiatan pencegahan danpemberantasan perjudian dengan Instansi Vertikal.

Pasal 11(1) Dalam melaksanakan koordinasi, Walikota melakukan :

a. perencanaan dan pengorganisasian kegiatan bersama instansi vertikal terhadapmasalah sosial yg terkait dengan masalah pencegahan dan pemberantasanperjudian;

b. Evaluasi bersama dengan instansi vertikal dalam 6 (enam) bulan sekali terhadapmasalah sosial yg terkait dengan masalah pencegahan dan pemberantasanperjudian.

(2) Dalam melaksanakan koordinasi Walikota memperhatikan prinsip fungsionalisasi danperaturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VIIIPENYIDIKAN

Pasal 12(1) Penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini dilakukan oleh penyidik

sebagaimana diatur Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik Pegawai Negari Sipil (PPNS) diberikan kewenangan penyidikan sesuaiperaturan yang berlaku pada instansinya.

(3) Dalam melaksanakan tugas penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)pasal ini, penyidik berwenang :a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang, kelompok atau lembaga

tentang adanya perbuatan perjudian;b. melakukan tindakan pertama pada saat ini ditempat kejadian serta melakukan

penyelidikan dan penyidikan atas dugaan setelah terjadi perbuatan perjudian;c. menyuruh berhenti seseorang yang diduga sebagai tersangka dari kegiatan

perjudian dan memeriksa tanda pengenalnya;d. melakukan penggeledahan, penyitaan benda dan/atau surat yang diduga berkaitan

dengan perbuatan perjudian;e. mengambil sidik jari dan photo yang diduga sebagai tersangka;f. memanggil seseorang atau beberapa orang untuk didengar dan diperiksa yang

diduga sebagai tersangka atau saksi;

Page 109: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERJUDIAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29239/1/RENIATI... · abstrak reniati sumanta. nim 1110045100004. tinjauan hukum

g. menghentikan penyidikan setelah tidak terdapat cukup bukti atau setelah diketahuiperistiwa yang disidik bukan merupakan perbuatan perjudian;

h. mengadakan tindakan lain yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.

(4) Penyidik dimaksud ayat (2) pasal ini membuat Berita Acara untuk setiap tindakan :a. pemeriksaan yang diduga tersangka;b. penggeledahan;c. penyitiaan barang;d. pemeriksaan surat;e. pemeriksaan saksi;f. pemeriksaan tempat kejadian;g. penyimpanan dan penyisihan barang bukti.

BAB IXSANKSI ADMINISTRASI

Pasal 13(1) Barang siapa yang melakukan pelanggaran sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal

7 ayat (2), (3), (5), (6) dan (7) Peraturan Daerah ini diancam dengan sanksiadministratif.

(2) Sanksi sebagaimana ayat (1) pasal ini berupa pencabutan izin.(3) Ketentuan pencabutan izin sebagaimana ayat (2) pasal ini diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Walikota.BAB X

KETENTUAN PIDANAPasal 14

(1) Barang siapa yang melanggar ketentuan Pasal 7 ayat (2) sampai dengan (7) PeraturanDaerah ini diancam dengan hukuman kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan/ataudenda setinggi-tingginya Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah).

(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat 2 pasal ini adalah pelanggaran.BAB XI

KETENTUAN PENUTUPPasal 15

Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pelaksanaan Peraturan Daerah ini akan diaturdengan Peraturan dan/atau Keputusan Walikota.

Pasal 16Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah inidengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Bekasi.

Ditetapkan di Bekasipada tanggal 22 Nopember 2005

WALIKOTA BEKASITtd/CapAKHMAD ZURFAIHDiundangkan di Bekasipada tanggal 22 Nopember 2005SEKRETARIS DAERAH KOTA BEKASITtd/CapTJANDRA UTAMA EFFENDIPembina Utama MudaNIP. 010 081 186LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2005 NOMOR 13 SERI E