analisis yuridis terhadap penyelesaian...
TRANSCRIPT
ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENYELESAIAN
SENGKETA MEREK GUDANG GARAM DAN GUDANG BARU
(Studi Kasus Putusan Nomor 104 PK/Pid.Sus/2015)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh :
MUHAMAD IKBAL HAJIZI
NIM: 11140480000106
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
v
ABSTRAK
Muhamad Ikbal Hajizi. NIM 11140480000106. ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA MEREK GUDANG GARAM DAN GUDANG BARU (Studi Kasus Putusan Nomor 104 PK/Pid.Sus/2015). Program Studi Ilmu Hukum (Hukum Bisnis), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2019 M. x + 70 halaman + 27 halaman lampiran + 3 halaman daftar pustaka.
Studi ini bertujuan untuk mengetahui prosedur penyelesaian sengketa merek jika diselesaikan dengan dua instrument hukum yaitu secara pidana dan perdata, serta penyebab terjadinya Dissenting opinion hakim Mahkamah Agung dalam memeriksa Peninjauan Kembali merek Gudang Baru pada putusan Nomor 104 PK/Pid.Sus/2015.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis normatif dan Library reaserch dengan melakukan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, buku-buku, jurnal, dan putusan pengadilan yang berkitan dengan judul skripsi ini yaitu putusan Nomor 104 PK/Pid.Sus/2015.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyelesaian sengketa merek melalui instrumen hukum pidana haruslah dipandang sebagai upaya penyelesaian terakhir (ultimum remedium) setelah upaya penyelesaian melalui instrumen hukum yang lain tidak menimbulkan efek jera bagi pelaku usaha yang melanggar ketentuan dalam Undang-Undang Merek, sedangkan penyebab dissenting opinion hakim Mahkamah Agung dalam memeriksa peninjauan kembali merek Gudang Baru pada putusan Nomor 104 PK/Pid.Sus/2015 adalah adalah mengenai penyelesaian sengketa merek antara ranah hukum perdata dan pidana, kewenangan pengadilan dalam memeriksa dan memutus sengketa merek, penentuan perhitungan awal daluwarsa dalam penuntutan pidana dan pemahaman mengenai konsep keadilan yang menjadi tujuan utama dalam memutus sengketa merek.
Kata Kunci: Penyelesaian sengketa merek, Dissenting Opinion hakim Pembimbing : Dr. Moh. Ali Wafa, S.H., S.Ag., M.Ag. M. Yasir, S.H., M.H. Daftar Pustaka : Tahun 1997 Sampai 2015
vi
KATA PENGANTAR
حیم ن ٱلر حم ٱلر بسم ٱہلل Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan nikmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi dengan judul “ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENYELESAIAN
SENGKETA MEREK GUDANG GARAM DAN GUDANG BARU (Studi Kasus
Putusan Nomor 104 PK/Pid.Sus/2015) ini dengan baik walaupun masih terdapat banyak
kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa
terlimpah curahkan kepada baginda nabi besar kita Muhammad SAW, yang telah
membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah.
Penyusunan skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Hukum (S.H.) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini banyak sekali pihak yang membantu
penulis baik secara materiil maupun moriil, oleh karena itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H., dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum.,
Ketua dan Sekertaris Program Studi Ilmu Hukum
3. Dr. Moh. Ali Wafa, S.H., S.Ag., M.Ag., dan M. Yasir, S.H., M.H., Dosen
pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini
4. Pimpinan perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk mengadakan studi
kepustakaan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah ikhlas dan sabar dalam memberikan
ilmunya dan pengalamannya kepada penulis
6. Keluarga besar H. Masri (Alm), Keluarga besar Yayasan Bait Al Quran Mulia,
Kepala pengasuh Yayasan bait Al Quran Mulia, Kepala sekolah SMPIT Bait Al
Quran Mulia, Seluruh teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Hukum
angkatan 2014, dan Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam
vii
menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkah, karunia, serta kesuksesan
dan kebahagiaan bagi kita semua. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.
Dengan ini penulis ucapkan terima kasih dan mohon maaf yang sebesar-
besarnya apabila terdapat kata-kata di dalam penulisan skripsi ini yang kurang berkenan
bagi pihak-pihak tertentu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Jakarta, Januari 2019
Penulis,
Muhamad Ikbal Hajizi
viii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................. ii
PENGESAHAN PANTIA UJIAN SKRIPSI ............................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi
DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………….. 1 B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah …………….. .. 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 7 D. Metode Penelitian ........................................................................... 8 E. Sistematika Penulisan ..................................................................... 10
BAB II HAK MEREK DAN PENYELESAIAN SENGKETANYA
A. Kerangka Konseptual ....................................................................... 12 B. Kerangka Teori
1. Landasan Teori ........................................................................... 13 2. Sistem Pendaftaran Merek .......................................................... 17 3. Masa Berlaku Merek .................................................................. 20 4. Pengalihan Hak Atas Merek ....................................................... 22 5. Penghapusan dan Pembatalan Merek ......................................... 23 6. Perlindungan Merek ................................................................... 24 7. Ketentuan Pidana Merek ............................................................ 26 8. Penyelesaian Sengketa Merek ..................................................... 27 9. Hapusnya Hak Menuntut Pidana ................................................ 36
C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu............................................... 38
BAB III KRITERIA PERSAMAAN UNSUR POKOK PADA MEREK
A. Persamaan Unsur Pokok Merek 1. Gudang Garam ........................................................................... 40 2. Gudang Baru ............................................................................... 43 3. Objek Sengketa Merek ............................................................... 45
B. Kewenangan Pengadilan 1. Pengadilan Niaga ........................................................................ 48 2. Pengadilan Negeri ...................................................................... 49 3. Pengadilan Tinggi Negeri ........................................................... 50 4. Mahkamah Agung ...................................................................... 50 5. Kompetensi Lembaga Peradilan ................................................. 51
ix
BAB IV PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA MEREK DAN
PENYEBAB TERJADINYA DISSENTING OPINION PADA
PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG
A. Prosedur Penyelesaian Sengketa Merek 1. Kasus Posisi ................................................................................ 53 2. Putusan Pengadilan ..................................................................... 54
B. Penyebab Dissenting Opinion Putusan Mahkamah Agung 1. Pertimbangan Hakim .................................................................. 63 2. Analisis Pertimbangan Hakim .................................................... 66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 69 B. Rekomendasi ................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 71
Lampiran-Lampiran ............................................................................................... 74
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam dunia perdagangan, para pelaku usaha saling berlomba untuk
berkreasi dan membuat barang yang diproduksinya menarik dan diminati oleh
masyarakat. Selain itu para pelaku usaha juga memberikan nama terhadap
barang yang diproduksinya agar dapat diketahui oleh masyarakat luas, nama
tersebut biasa kita kenal dengan istilah merek.
Merek telah menjadi salah satu bagian penting dalam kehidupan
masyarakat modern. Merek juga dapat dijumpai pada aneka ragam aspek
kehidupan, seperti ekonomi, sosial, budaya, olahraga, pendidikan, dan bahkan
politik. Praktik branding telah berlangsung berabad-abad, namun makna
merek (Brand Meaning) mengalami perubahan signifikan.
Pada mulanya, istilah brand (bahasa Inggris) yang diambil dari kata brandr
(bahasa Old Norse) mengandung makna “to burn”, sementara dalam
komunitas skotlandia kuno, istilah merek bermakna “keep your hands off”.
Hal ini mengacu pada praktik pengidentifikasian ternak pada zaman dahulu,
yang sejatinya telah dimulai sejak tahun 2000 SM. Ini tercermin dalam satu
definisi merek yang dimuat dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary of
Current English edisi tahun 2000 yang menjelaskan bahwa “merek adalah
tanda yang dibuat dengan logam panas, khususnya pada hewan ternak untuk
menunjukkan siapa pemiliknya”.1
Di Indonesia, merek mulai berkembang pesat sejak peralihan antara abad
19 dan abad 20. Pada masa penjajahan Belanda sudah banyak produk
Indonesia seperti jamu, rokok, kecap, kopi, teh, dan batik yang menggunakan
logo atau gambar sebagai merek, Hanya saja tujuan penggunaan merek pada
saat itu lebih difokuskan sebagai tanda untuk mengidentifikasi produsen
perancang dan/atau penyedia jasa spesifik. Fokus branding pada masa itu
1 Casavera, 8 Kasus Sengketa Merek di Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009, Cet.
Pertama), h. 1.
2
belum dipusatkan pada identitas dan diferensiasi masing-masing merek
individual, apalagi pada aspek ekuitas merek.
Pada perkembangan selanjutnya, merek mulai digunakan sebagai alat
mengidentifikasi produk spesifik, dimana merek berperan penting sebagai
pedoman atau acuan tingkat dan konsistensi kualitas, serta melambangkan
makna psikologis tertentu. Perkembangan ini ditandai dengan kemunculan
sejumlah merek produk terkenal, diantaranya Lipton, Twining, Blue Band,
Sunlight dan lain-lain. Dalam hal ini merek diberikan untuk masing-masing
produk atau kategori produk yang dihasilkan oleh seorang produsen, dan
bukan lagi semata-mata nama pemilik merek bersangkutan.
Bagi produsen merek berfungsi sebagai jaminan nilai hasil produksi yang
berhubungan dengan kualitas dan kepuasan konsumen. Merek yang dibuat
oleh produsen menimbulkan sudut pandang tertentu bagi konsumen. Dengan
demikian, konsumen dapat mengetahui baik atau tidaknya kualitas produk
melalui merek.2 Oleh karena itu, merek yang berkwalitas dan dikenal luas oleh
konsumen berpotensi untuk diikuti, ditiru, serta dibajak. Sebab fungsi merek
tidak hanya sekedar untuk membedakan suatu produk dengan produk yang
lain, melainkan juga berfungsi sebagai asset perusahaan yang tidak tenilai
harganya, khususnya untuk merek-merek yang berpredikat terkenal (Well-
Known Mark).
Atas dasar hal tersebut, negara memiliki peran untuk melindungi merek
yang telah didaftarkan kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
agar mendapatkan perlindungan hukum dan mencegahnya dari persaingan
usaha tidak sehat. Bentuk dari perlindungan hukum yang diberikan negara
kepada pemegang merek yang sah tertuang dalam Undang-undang merek yang
telah beberapa kali diubah, dan terakhir diubah adalah dengan lahirnya
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi
Geografis.
Untuk memperoleh perlindungan hukum dari negara Indonesia, suatu
merek haruslah didaftarkan pada Instansi yang berwenang dalam hal
2 Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 38.
3
pendaftaran merek, yaitu Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang
berada di bawah naungan Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia
(KEMENKUMHAM).
Pemilik merek terdaftar memiliki hak untuk mencegah pihak lain
menggunakan mereknya tanpa izin. Merek terkenal sering dianggap sebagai
komoditi yang sangat bernilai seperti merek Levis Jeans, jam tangan Rolex,
Rokok Gudang Garam dan merek-merek terkenal lainnya. Beberapa merek
yang diinvestasikan melalui periklanan dan promosi juga sangat bernilai
harganya. Sebagai contoh merek Coca Cola bernilai 39 milyar USD.
Walaupun mungkin beberapa orang berargumen bahwa Coca Cola itu sendiri
rasanya sama dengan minuman bersoda lainnya, dan minuman Coca Cola
menjadi lebih terkenal hanya karena orang yang dipengaruhi oleh periklanan
dan promosi. 3
Inilah yang menyebabkan banyak perusahaan yang memiliki merek
terkenal berusaha keras untuk melindungi penggunaan eksklusif dari merek
mereka dari pembajakan, penipuan, ataupun penggunaan secara melawan
hukum dari pelaku usaha pesaingnya. Adapun prinsip yang dijadikan sebagai
pedoman berkenaan dengan pendaftaran merek adalah perlunya itikad baik
(good faith) dari pendaftar. Undang-undang Merek juga menerapkan azas
First to File system, yang menyatakan bahwa merek yang didaftarkan lebih
dahulu oleh penggunanya dengan itikad baik dan sesuai dengan prosedur yang
berlakulah yang akan mendapat perlindungan hukum.
Tetapi apabila suatu merek terdaftar ditemukan adanya kesamaan dengan
merek terdaftar sebelumnya sehingga pendaftar pertama merek tersebut
menyebabkan kerugian baik materil maupun immateril, maka dapat dilaukan
upaya hukum pembatalan merek, penghapusan merek, ataupun permohonan
ganti rugi karena menyelahi asas itikad baik pada prinsip pendataran merek.
Hal tersebut terdapat dalam pasal 76 ayat (1) Undang-undang Merek tahun
2016 yang menyatakan bahwa gugatan pembatalan merek dapat diajukan oleh
3 Edi Damian dkk, Hak Kekayaan Intelektual, (Bandung: PT. ALUMNI, 2011), h. 8.
4
pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan pada pasal 20 dan 21 Undang-
undang Merek tahun 2016.
Salah satu contoh kasus permohonan pembatalan merek di Indonesia
adalah pada kasus PT. Gudang Garam dan Perusahaan Rokok Jaya Makmur
(PR Jaya Makmur), dimana PT. Gudang Garam mengajukan permohonan
pembatalan merek terhadap PR. Jaya Makmur yang memproduksi rokok
dengan merek Gudang Baru melalui Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Surabaya dengan alasan bahwa adanya dugaan itikad tidak baik dari
PR. Jaya Makmur dalam pendaftaran dan penggunaan mereknya, selain itu
pemilik merek Gudang Garam menganggap bahwa pemilik merek Gudang
Baru ingin memperoleh popularitas dan keuntungan yang besar dalam waktu
yang singkat, Sebab merek tersebut diduga hasil tiruan dari merek Gudang
Garam.4
Tidak hanya permohonan pembatalan merek, PT. Gudang Garam juga
melaporkan pemilik merek Gudang Baru kepada Direktur Reserse Kriminal
Polda Jawa Timur untuk kasus pidananya dengan dugaan bahwa pemilik
Gudang Baru telah memperdagangkan rokok merek Gudang Baru yang
menyerupai dengan produk rokok milik PT. Gudang Garam, sehingga Perkara
tersebut diadili oleh Pengadilan Negeri Kepanjen.
Kasus ini berlangsung hingga ke tingkat kasasi dan Peninjauan Kembali
(PK), putusan pengadilan Negeri Kepanjen di tingkat pertama untuk perkara
pidananya menyatakan bahwa pemilik merek Gudang Baru terbukti secara sah
dan meyakinkan telah memperdagangkan rokok merek Gudang Baru yang
memiliki persamaan unsur pokok dengan merek Gudang Garam, kemudian
putusan tersebut dikuatkan oleh putusan Pengadilan Tinggi Surabaya tingkat
banding. Pemilik merek Gudang Baru dijatuhi sanksi pindana atas perbuatan
yang telah dilakukannya, begitupun dengan kasus perdatanya, pada pengadilan
tingkat pertama, merek gudang baru dinyatakan memiliki persamaan pada
4 https://news.detik.com/berita/3254190/gudang-garam-vs-gudang-baru, Diakses pada
tanggal 14 Juli 2018, pukul 21:30.
5
pokoknya dengan merek Gudang Garam oleh Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Surabaya.
Setelah adanya putusan tersebut H. Ali Kosasin, SE selaku pemilik merek
Gudang Baru mengajukan kasasi untuk putusan perdatanya, sebab berdasarkan
ketentuan dalam Undang-undang Merek terhadap putusan pengadilan Niaga
hanya dapat diajukan Kasasi, dalam putusan kasasi tersebut Mahkamah Agung
menyatakan bahwa permohonan pembatalan merek yang dilakukan oleh PT.
Gudang Garam bukan merupakan persoalan itikad baik dalam pendaftaran,
Sebab merek Gudang Baru telah didaftarkan oleh H.Ali Khosin,SE selaku
pemilik merek tersebut pada tahun 1995 kemudian diperpanjang pada tahun
2005, hal tersebut dibuktikan dengan sertifikat merek Nomor Registrasi
IDM000032226 tertanggal 21 Maret 2005 dan Nomor IDM000042757
tertanggal 14 Juli 2005. Putusan inilah yang membatalkan putusan Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya yang menyatakan bahwa merek
Gudang Baru merupakan hasil jiplakan dari merek Gudang Garam.
Tidak puas dengan putusan tersebut, pemilik merek Gudang Baru
mengajukan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung untuk putusan
pidana yang dijatuhkan kepadanya yaitu putusan Pengadilan Tinggi Surabaya.
Namun sayangnya pada tingkat Peninjauan Kembali, majelis hakim menolak
permohonan Peninjauan Kembali yang dilakukan oleh pemilik merek Gudang
Baru dan menyatakan bahwa putusan Pengadilan Tinggi Surabya tetap berlaku
dengan beberapa pertimbangan hukum yang tertera pada putusan Nomor 104
PK/Pid.Sus/2015.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
tentang upaya penyelesaian sengketa merek Gudang Garam dan Gudang Baru
serta pertimbangan hakim tingkat Peninjauan Kembali yang menolak
permohonan Peninjauan Kembali PR. Jaya Makmur dan mempidanakan
pemilik merek Gudang baru, kemudian menuangkannya dalam bentuk skripsi
dengan judul “ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENYELESAIAN
SENGKETA MEREK GUDANG GARAM DAN GUDANG BARU (Studi
Kasus Putusan Nomor 104 PK/Pid.Sus/2015)”.
6
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dari pengamatan peneliti terhadap kasus permohonan pembatalan
merek yang dilakukan oleh PT. Gudang Garam kepada PR. Jaya Makmur
pada putusan Nomor 104 PK/Pid.Sus/2015, peneliti mengidentifikasi
masalah yang timbul karenanya, yaitu :
a. Waktu pelaporan pidana yang telah daluwarsa
b. Adanya perbedaan penafsiran hakim tingkat Pertama, Banding, Kasasi
dan PK terhadap istilah iktikad tidak baik dalam pendaftaran merek,
persamaan pada pokoknya, dan ketentuan mengenai merek terkenal
c. Penyelesaian sengketa merek antara ranah pidana dan perdata
d. Penerapan sanksi pidana pada pemilik merek Gudang Baru
2. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya pembahasan dalam penulisan ini,
maka peneliti memfokuskan masalah yang akan diteliti yaitu pada upaya
hukum yang dilakukan oleh pemilik merek dalam menyelesaikan
sengketanya, serta pertimbangan hakim dalam putusan Nomor 104
PK/Pid.Sus/2015.
3. Perumusan Masalah
Bedasarkan pemaparan latar belakang dan identifikasi masalah
yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti
adalah tentang prosedur penyelesaian sengketa merek jika diselesaikan
secara perdata dan pidana, sebab dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun
2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis mengatur ketentuan mengenai
penyelesaian sengketa merek secara perdata dan pidana, kemudian dapat
dijabarkan lagi beberapa pertayaan penelitian yang ingin dikaji lebih lanjut
dan mendalam, yakni sebagai berikut :
7
a. Bagaimana prosedur penyelesaian sengketa merek Gudang Garam dan
Gudang Baru berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 20
Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis ?
b. Apa faktor yang menyebabkan terjadinya Dissenting Opinion hakim
Mahkamah Agung dalam memeriksa Peninjauan Kembali merek
Gudang Baru ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui dan memahami prosedur penyelesaian sengketa
merek Gudang Garam dan Gudang Baru berdasarkan ketentuan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek
b. Untuk mengetahui dan memahami faktor yang menyebabkan
terjadinya dissenting opinion hakim Mahkamah Agung dalam
memeriksa peninjauan kembali merek Gudang Baru.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Manfaat Teoritis
1) Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat kepada
seluruh kalangan akademisi bagi perkembangan ilmu hukum ke
arah yang lebih baik, terutama dalam perlindungan Merek
sebgai bagian dari Hak Kekayaan Intelektual dan penyelesaian
sengketa dalam perkara merek
2) Bagi penulis, penelitian ini diharapkan mampu menambah
wawasan dalam bidang hukum Hak Kekayaan Intelektual serta
dapat berguna sebagai bahan pustaka bagi penelitian hukum
yang sejenis
8
b. Manfaat Praktis
Semoga penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para pelaku
usaha yang ingin mendaftarkan merek dagangnya ke Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, agar mendapat perlindungan
hukum dari Negara Indonesia, Serta menjadi acuan dalam menjaga dan
menggunakan merek dalam usahanya.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian ini akan ditulis secara sistematis dalam suatu format
sebagai berikut:
1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan
menggunakan pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif
adalah pendekatan yang dilakukan dengan mengacu pada norma hukum
yang terdapat pada peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan
serta norma-norma yang berlaku di masyarakat atau juga yang
menyangkut kebiasaan yang berlaku di masyarakat kemudian dicocokan
dengan kasus tertentu.5
2. Pendekatan Masalah
Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan Undang-undang (statute approach) yang mengacu pada
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi
Geografis, serta Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP),
pendekatan kasus (case approach) mengacu pada putusan Mahkamah
Agung Nomor 104 PK/Pid.Sus/2015 dan telah memiliki kekuatan hukum
tetap.6
5 Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji. Peranan dan Penggunaan Kepustakaan di
Dalam Penelitian Hukum, (Jakarta: Pusat Dokumen Universitas Indonesia, 1979), h. 18. 6 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 93.
9
3. Data dan Sumber Data Penelitian
Berdsarkan tipe penelitian dan pendekatan masalah di atas, maka
data yang dikumpulkan berasal dari data sekunder. Data sekunder yang
dimaksudkan antara lain:
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum primer diperoleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2016 tentang Merek, KUHP, serta putusan Mahkamah Agung Nomor
104 PK/Pid.Sus/2015 yang bertujuan untuk melengkapi dan
mendukung data-data ini, agar penelitian menjadi lebih sempurna.
b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder diperoleh dengan melakukan penelitian
kepustakaan (library research) yang diperoleh dari berbagai literatur
yang terdiri dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku, dan hasil
penelitian yang mempunya hubungan erat terhadap permasalahan yang
diteliti
c. Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan
petunjuk dan juga penjelasan terhadap data primer dan bahan hukum
sekunder yang berupa kamus ataupun yang sejenisnya.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam peelitian ini
adalah melalui penelitian kepustakaan (library research) yakni upaya untuk
memperoleh data dari penelusuran literatur kepustakaan, peraturan
perundang-undangan, dan sumber lainnya yang relevan dengan penelitian
yang ditulis dalam skripsi ini.
5. Teknik Pengolahan Data
Penilitian ini menggunakan metode analisis kualitatif. Analisis
kualitatif adalah dari data yang diedit dan dipilih menurut kategori masing-
10
masing, kemudian dihubungkan satu sama lain atau ditafsirkan dalam
usaha mencari jawaban atas masalah penelitian.
6. Metode Penulisan
Dalam menyusun penulisan skripsi ini, penulis menggunakan
metode Penulisan yang terdapat dalam buku pedoman penulisan skripsi
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2017 M.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini akan disusun sesuai dengan pedoman
penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2017 dengan format
lima bab yang terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah yang
akan diteliti. Kemudian akan dipaparkan pula tujuan dan
manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika
penulisan.
BAB II HAK MEREK DAN PENYELESAIAN SENGKETANYA
Bab ini menguraikan tentang kerangka konseptual, kerangka
teori tentang hak merek dan tinjauan (Review) kajian terdahulu.
Kerangka konsep menguraikan tentang pengertian istilah-istilah
yang akan digunakan dalam penelitian ini, kerangka teori
menguraikan tentang teori-teori hukum yang berhubungan
dengan isu yang akan dibahas dalam penelitian, serta kajian
terhadap hasil penelitan terdahulu yang serupa dengan
penelitian ini
11
BAB III KRITERIA PERSAMAAN UNSUR POKOK MEREK
Bab ini menguraikan tentang persamaan unsur pokok merek dan
kewenangan pengadilan dalam menyelesaikan sengketa merek.
Persamaan unsur pokok merek berisi tentang tentang penjelasan
merek Gudang Garam dan Gudang Baru sebagai objek sengketa
merek, sedangkan kewenangan pengadilan menguraikan tentang
tugas dan kewenagan Pengadilan Niaga, Pengadilan Negeri dan
Mahkamah Agung, dan akan dijelaskan pula mengenai
kompetensi pengadilan dalam menyelesaikan sengketa.
BAB IV PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA MEREK DAN
PENYEBAB DISSENTING OPINION PUTUSAN
MAHKAMAH AGUNG
Bab ini menguraikan tentang analisis terhadap prosedur
penyelesaian sengketa merek dan penyebab Dissenting Opinion
putusan Mahkamah Agung, kemudian akan dipaparkan pula
tentang kasus posisi, putusan pengadilan, pertimbangan hakim,
dan analisi pertimbangan hakim pada Putusan Nomor 104
PK/Pid.Sus/2015.
BAB V PENUTUP
Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian,
dan menjadi sebuah jawaban atas pertanyaan penelitian, serta
rekomendasi peneliti bagi pembaca skripsi ini.
12
BAB II
HAK MEREK DAN PENYELESAIAN SENGKETANYA
A. Kerangka Konseptual
Untuk lebih memahami isi penulisan ini, maka akan diuraikan beberapa
istilah yang akan digunakan dalam penulisan ini agar tidak terjadinya
interpretasi, serta memberikan kemudahan bagi pembaca dalam memahami
isi dalam penelitian ini, istilah tersebut diuraikan sebagai berikut:
a. Hak Kekayaan Intelektual
Hak Kekayaan Intelektual adalah instrumen hukum yang memberikan
perlindungan hak pada seorang atas segala hasil kreatifitas dan perwujudan
karya intelektual dan memberikan hak kepada pemilik hak untuk
menikmati keuntungan ekonomi dari kepemililkan tersebut, hasil karya
intelektual tersebut dalam praktik dapat berwujud ciptaan di bidang seni
dan sastra, merek, penemuan di bidang teknologi tertentu dan lain-lain .1
b. Merek
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan
Indikasi Geografis, pengertian merek adalah tanda yang dapat ditampilkan
secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan
warna dalam bentuk dua dimensi (2D) atau tiga dimensi (3D), suara,
hologram, atau kombinasi dari dua atau lebih unsur tersebut untuk
membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan
hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.
c. Hak atas Merek
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan
Indikasi Geografis, Hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan
oleh Negara kepada pemilik merek yang terdaftar untuk jangka waktu
tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin
kepada pihak lain untuk menggunakannya.
1 Sopiansyah Jaya Putra, Etika Bisnis dan Kekayaan Intelektual, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2009 ), h. 107.
13
d. Daluwarsa
Menurut pasal 1946 KUH Perdata adalah alat untuk memperoleh
sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya
suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang telah ditentukan oleh
undang-undang.2
e. Daya Pembeda
Adalah kemampuan suatu merek yang dimiliki untuk membedakan
barang tersebut dari barang sejenis yang diproduksi oleh pihak lainnya.
Dengan kata lain, tanda tersebut telah memperoleh arti yang kedua
(secondary meaning).3
f. Dissenting Opinion
Adalah pendapat dari satu atau lebih hakim dalam membuat
pernyataan yang memperlihatkan ketidak setujuan terhadap putusan
dari mayoritas hakim dalam majelis hakim yang membuat keputusan
di dalam sebuah siding pengadilan, pendapat ini akan dicantumkan
dalam amar putusan, akan tetapiperbedaan pendapat ini tidak akan
menjadikan sebuah preseden yang mengikat atau menjadi bagian dari
keputusan penghakiman.4
B. Kerangka Teori
1. Landasar Teori
Penjelasan tentang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dapat dimulai
dari konsep hak menurut L.J Van Apeldorn yang menyatakan bahwa hak
adalah hukum yang dihubungkan dengan seseorang manusia atau subjek
2 R. Soebekti, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2009),
h. 490. 3 Sopiansyah Jaya Putra, Etika Bisnis dan Kekayaan Intelektual, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2009 ), h. 186. 4 Tata Wijayanta dan Hery Firmansyah, Perbedaan Pendapat Dalam Putusan
Pengadilan, (Yogyakarta: Pustaka Yudistia, 2011), h. 75.
14
hukum tertentu dan menjelma menjadi suatu kekuasaan dan suatu hak
yang timbul apabila hukum mulai bergerak. Contohnya si A berhak atas
ganti rugi akibat kerugian yang disebabkan oleh si B. Sedangkan menurut
Satjipto Raharjo adalah hukum yang melindungi kepentingan seseorang
dengan cara mengalokasikan kekuasaan kepada sseseorang itu untuk
bertindak dalam rangka kepentingannya.
Pokok-pokoknya hak itu dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
hak mutlak (hak absolut) dan hak nisbi (hak relatif).5 Hak mutlak ialah
yang memberikan wewenang kepada seseorang untuk melakukan suatu
perbuatan, hak yang dapat dipertahankan terhadap siapapun juga, dan
sebaliknya setiap orang juga harus menghormati hak tersebut. Sedangkan
hak nisbi ialah hak yang memberikan wewenang kepada seorang tertentu
atau beberapa orang tertentu untuk menuntut agar supaya seseorang atau
beberapa orang lain tertentu memberikan sesuatu, melakukan sesuatu, atau
tidak melakukan sesuatu.
Landasan pengaturan dan perlindungan hak merek terdapat dalam
Undang-undang Merek tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.
Pendaftaran merek merupakan hal yang sangat penting karena berkaitan
dengan hak-hak pemegang merek dan perlindungan hukumnya. Agar dapat
diterima sebagai merek, sebuah merek yang ingin didaftarkan haruslah
memiliki daya pembeda yang menjadi identitas suatu produk sehingga
masyarakat dapat menilai produk tersebut berdasarkan merek yang
beredar. Oleh karena itu, suatu merek merupakan cerminan dari kuwalitas
barang atau jasa yang dijual. Adapun daya pembeda dapat diartikan
sebagai kemampuan suatu merek yang dimiliki untuk membedakan barang
tersebut dari barang sejenis yang diproduksi oleh pihak lain.6.
5 C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1986), h. 120. 6 OK. Saidin, Aspek Kekayaan Intelektual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada, 2000), h.
348.
15
Daya pembeda itulah yang mendasari pemberian hak monopoli atas
nama atau simbol (atau dalam bentuk lain) oleh pemerintah Indonesia.
Merek yang mendapatkan perlindungan hukum dari Negara hanyalah
merek yang didaftarkan berdasarkan itikad baik dan tidak bertentangan
dengan Undang-Undang dan ketertiban umum. Namun seringkali ketika
merek tersebut telah menjadi merek terkenal sehingga banyak dikenal oleh
masyarakat menyebabkan pelaku usaha pesaingnya menggunakan merek
yang serupa agar produk yang diproduksinya mudah dikenal dengan
masyarakat, hal inilah yang banyak menimbulkan sengketa merek
terutama merek-merek terkenal.7
Terdapat tiga teori yang akan digunakan untuk memahami persoalan
merek, yaitu: 8
1. Teori Hak Alami (Natural Right Teory)
Teori hak alami bersumber dari dari teori hukum alam. Penganut
teori hak alam antara lain Thomas Aquines, Jhon Locke, Hugo
Grotius. Menurut Jhon Locke, secara alami manusia adalah agen
moral yang merupakan substansi mental dan hak, tubuh manusia itu
sendiri sebenarnya merupakan kekayaan manusia. Hal utama yang
melekat pada manusia adalah adanya kebebasan yang dimilikinya,
sehingga dengan kebebasan yang dimiliki itu dapat melakukan suatu
tindakan yang diinginkannya, namun tetap terikat pada aspek
moralitas dan kebebasan yang dimiliki orang lain.
Berdasarkan teori ini dapat dipahami bahwa seorang pencipta
mempunyai hak mengontrol penggunaan dan keuntungan dari ide,
bakhan sesudah ide itu diungkapkan kepada masyarakat. Terdapat dua
unsur utama dalam teori ini, yaitu :
a) First Occupancy
7 Philipus M. Hadjon. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia. (Surabaya: PT Bina
Ilmu, 1987), h. 29. 8 Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual di Era Global (sebuah kajian
kontemporer), (Yogyakarta: UIR Press, 2009), h. 11.
16
Seorang yang menemukan atau mencipta sebuah invensi berhak
secara moral terhadap penggunaan eksklusif dari invensi
tersebut, artinya pemilik merek dapat mengambil manfaat dari
merek yang didaftarkannya baik secara materiil maupun
imateriil.
b) A labor Justification
Seorang yang telah berupaya di dalam mencipta hak kekayaan
intelektual, berhak atas hasil dari usahanya tersebut.
2. Teori Hukum Subjektif
Dalam teori ini dijelaskan bahwa barang siapa yang mengaku atau
mengemukakan suatu hak maka yang bersangkutan harus
membuktikannya. Dasar hukum teori ini adalah pasal 1865
KUHPerdata.
3. Teori Perlindungan Hukum
Pada dasarnya teori perlindungan hukum bersumber dari teori
hukum alam atau aliran hukum alam. Aliran ini dipelopori oleh Plato,
Aristoteles (murid Plato) dan Zeno pendiri aliran Stonic. Menurut
mazhab aliran hukum, hukum bersumber dari tuhan yang bersifat
universal dan abadi, tanpa adanya pemisah antara hukum dan moral.
Para penganut aliran ini menganggap bahwa hukum dan moral adalah
cerminan, aturan secara internal dari kehidupan manusia yang
diwujudkan melalui hukum dan moral.9
Philipus M. Hadjon berpendapat bahwa perlindungan hukum bagi
rakyat sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan
resprensif. Perlindungan hukum yang preventif bertujuan untuk
mencegah terjadinya sengketa, yang mengarahkan tindakan pemerintah
bersikap hati-hati dalam pengambilan keputusan berdasarkan diskresi,
sedangkan perlindungan yang resprensif bertujuan untuk mencegah
terjadinya sengketa, termasuk penanganannya di lembaga peradilan.
9 Satjipto raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), h. 52.
17
Namun jika kita lihat dari pendapat Satjipto Raharjo, perlindungan
hukum adalah memberikan pengayoman terhadap Hak Asasi Manusia
(HAM) yang dirugikan oleh orang lain dan perlindungan itu diberikan
kepada masyarakat agar dapat menikmati hak-hak yang diberikan oleh
hukum. Keteraturan antara nilai dasar dari hukum yakni adanya
kepasyian hukum, kegunaan hukum, serta keadilan hukum, atau bisa
disebut juga perlindungan hukum yang diinginkan oleh manusia.1 0.
4. Azas Ultimum Remedium
Menurut Sudikno Mertukusumo dalam bukunya yang berjudul
penemuan hukum bahwa azas ultimatum remedium merupakan salah
satu azas yang terdapat dalam hukum pidana Indonesia yang
mengatakan bahwa hukum pidana hendaklah dijadikan upaya
terakhir dalam penegakan hukum.1 1
2. Sistem Pendaftaran Merek
Sistem pendaftaran merek terbagi menjadi dua macam yaitu sistem
pendaftaran deklaratif dan sistem pendaftaran konstitutif.1 2
a. Sistem deklaratif adalah suatu sistem yang menyatakan hak merek itu
terbit dengan adanya pemakaian merek yang pertama. Bahwa fungsi
pendaftaran itu tidaklah memberikan hak, melainkan hanya
memberikan dugaan atau sangkaan menurut undang-undang bahwa
orang yang mereknya terdaftar itu merupakan yang berhak sebenarnya
sebagai pemakai pertama dari merek yang didaftarkan. Yang
dimaksud dengan pemakai pertama adalah pemakai yang lebih dahulu
dari lawannya yang mendalilkan bahwasanya dialah yang memakai
pertama. Sistem deklaratif kurang menjamin adanya kepastian hukum
1 0 Satjipro Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), h. 53. 1 1 Kukuh Subyakto, Azas Ultimatum Remedium dalam Penegakkan Hukum Pidana,
Jurnal Pembaharuan Hukum, h. 211. 1 2 Pipin Syarifin, Peraturan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia, (Bandung: Pustaka
Bani Quraisy, 2004), h. 174.
18
juga menimbulkan persoalan-persoalan dan hambatan dalam dunia
usaha.
b. Sistem konstitutif adalah suatu sistem yang mengatakan hak merek itu
baru terbit setelah dilakukan pendaftaran yang telah memiliki
kekuatan. Sistem konstitutif ini untuk memperoleh hak merek itu
tergantung dalam pendaftarannya. Siapa yang lebih dahulu
mendaftarkan mereknya, dialah yang satu-satunya orang yang berhak
atas merek yang terdaftar, dimana setiap orang harus menghormati
haknya sebagai hak milik. Sistem konstitutif lebih menjamin adanya
kepastian hukum dan ketentuan yang menjamin keadilan.
Di negara Indonesia menerapkan sistem konstitutif dalam pendaftaran
merek, artinya perlindungan hak merek diperoleh setelah dilakukan
pendaftaran merek. Merek yang sudah didaftarkan disebut merek terdaftar,
sering disimbolkan dengan tanda “R” yang dikellilingi lingkaran yang
berarti Registred.
Prinsip yang digunakan dalam pendaftaran merek adalah “First to
File” atau pendaftaran pertama.1 3 Pengertiannya adalah pendaftaran yang
diterima oleh kantor merek adalah merek yang sah atau pemiliknya adalah
pemegang hak yang sah, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya oleh pihak
ketiga yang berkepentingan.
Permohonan pendaftaran merek dapat diajukan oleh Perorangan,
beberapa orang, Badan Hukum atau Kuasa dari pemegang merek.
Menurut pasal 4 ayat (1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang
Merek dan Indikasi Geografis, Permohonan pendaftaran merek diajukan
oleh pemilik merek atau kuasanya kepada menteri secara elektronik
maupun non elektronik dalam bahasa Indonesia dengan mencantumkan:
1) Tanggal, bulan dan tahun
2) Nama lengkap dan alamat kuasa apabila permohonan diajukan melalui
kuasa
1 3 Arus Akbar dan Wirawan Ilyas, Pokok-Pokok Hukum Bisnis, (Jakarta: Salemba Empat,
2011), h. 120.
19
3) Warna-warna apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya
menggunakan unsur-unsur warna
4) Nama Negara dan tanggal permintaan merek yang pertama kali dalam
hal permohonan diajukan dengan hak prioritas
5) Kelas barang dan/atau kelas jasa serta uraian tentang jenis barang/jasa.
Permohonan sebagaimana dimaksud di atas ditandatangani pemohon
atau kuasanya, dan dilampiri dengan bukti pembayaran biaya. Pemohon
dapat terdiri dari satu orang atau beberapa orang secara bersama, atau
badan hukum. Namun dalam hal permohonan diajukan oleh lebih dari satu
pemohon yang secara bersama-sama berhak atas merek tersebut, dengan
melampirkan persetujuan tertulis dari para pemohon yang mewakilkan.
Apabila permohonan sebagaimana dimaksud diajukan melalui kuasanya
(Konsultan Hak Kekayaan Intelektual), surat kuasa untuk itu
ditandatangani oleh semua pihak yang berhak atas merek tersebut.
Ketentuan mengenai syarat-syarat untuk dapat diangkat sebagai konsultan
Hak Kekayaan Intelektual diatur dengan peraturan pemerintah, sedangkan
tata cara pengangkatannya diatur dengan keputusan presiden.
Selain syarat-syarat di atas, merek yang akan didaftarkan tidak boleh
mengandung salah satu unsur dibawah ini :
a) Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum
b) Tidak memiliki daya pembeda
c) Telah menjadi milik umum ; atau
d) Merupakan keterangan atau berkaitan dengan arang atau jasa
Jika permohonan diajukan oleh beberapa orang, maka Formulir
Pendaftaran diisi dengan nama semua orang tersebut atau memilih satu
dari alamat mereka. Formulir pendaftaran ditandatangani oleh seorang
yang mendapat persetujuan tertulis dari mereka semua. Jika permohonan
diajukan oleh badan hukum, maka Formulir pendaftaran ditandatangani
oleh orang yang berhak mewakili badan hukum yang bersangkutan.
Kemudian Memilih alamat badan hukum yang bersangkutan, Jika
20
permohonan diajukan oleh kuasa, maka Formulir pendaftaran
ditandatangani oleh kuasa dan memilih alamat kuasa yang bersangkutan.
Selanjutnya Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang No. 20 Tahun 2016
menentukan bahwa Direktoral Jendral Kekayaan Intelektual melakukan
pemeriksaan terhadap kelengkapan persyaratan pendaftaran Merek
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, dan/atau Pasal 7,
dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari semenjak tanggal
penerimaan. Dalam hal terdapat kekurangan dalam kelengkapan
persyaratan tersebut, maka Direktoral Jendral Kekayaan Intelektual
meminta agar kelengkapan persyaratan tersebut dipenuhi dalam waktu
paling lama dua bulan terhitung sejak tanggal pengiriman surat permintaan
untuk memenuhi kelengkapan persyaratan tersebut.
Permohonan untuk dua kelas atau lebih barang dan/atau jasa dapat
dilakukan dengan satu permohonan, tetapi harus menyebutkan jenis barang
dan/atau jasa yang termasuk dalam kelas yang dimohonkan
pendaftarannya. Kelas barang atau jasa diatur dalam peraturan
pemerintahan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1933 Tentang Kelas
Barang Atau Jasa Bagi Pendaftar Merek.1 4
3. Masa Berlaku Merek
Pasal 35 ayat (1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016
menjelaskan bahwa merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk
jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal Penerimaan, dan dapat
diperpanjang untuk jangka waktu yang sama. Ketentuan mengenai
perpanjangan waktu perlindungan merek terdaftar diatur dalam Pasal 35
sampai dengan Pasal 39 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 serta
peraturan Menteri.
Hak atas merek terdaftar dan monopoli yang diberikan oleh hukum
bagi pemilik merek terdaftar pada dasarnya bersifat “abadi”. Karena merek
1 4 Ahmadi Miru, Hukum Merek , (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005 ), h. 21-29.
21
selamanya dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama (Pasal 35
ayat 2 Undang-undang No. 20 Tahun 2016). Permohonan perpanjangan
merek terdaftar diajukan secara elektronik atau non elektronik dalam
bahasa Indonesia oleh pemilik merek atau kuasanya kepada Ditjen HKI
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu
perlindungan bagi merek terdaftar tersebut dengan dikenai biaya. (Pasal 35
ayat 3 Undang-undang Nonor 20 Tahun 2016).1 5
Pasal 36 Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 menetapkan bahwa
permohonan perpanjangan disetujui jika pemohon melampirkan surat
pernyatan tentang:
a. Merek yang bersangkutan masih digunakan pada barang atau jasa
sebagaimana dicantumkan dalam sertifikat Merek tersebut; dan
b. Barang atau jasa sebagaimana dimaksud dalam angka 1 masih
diproduksi dan/atau diperdagangkan.
Pasal 37 Undang-undang No. 20 Tahun 2016 menetapkan bahwa
permohonan perpanjangan ditolak oleh Direktorat Jendral Hak Kekayaan
Intelektual jika tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016.
Penolakan permohonan perpanjangan diberitahukan secara tertulis
kepada pemilik merek atau kuasanya dengan menyebutkan alasannya.
Keberatan terhadap penolakan permohonan perpanjangan dapat diajukan
kepada pengadilan niaga dan terhadap putusan pengadilan niaga hanya
dapat diajukan kasasi. Perpanjangan jangka waktu perlindungan merek
terdaftar dicatat dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam Berita
Resmi Merek. Perpanjangan jangka waktu perlindungan merek terdaftar
diberitahukan secara tertulis kepada pemilik merek atau kuasanya.
Merek dilindungi dalam aktivitas bisnis, sehingga penggunaan merek
harus sesuai dengan pendaftarannya sebagaimana tercantum dalam
1 5 Rahmi Jened, Hukum Merek Trademark Law dalam Era Globalisasi & Integrasi Ekonomi, (Jakarta: Prenamedia Group, 2015), h. 147.
22
sertifikat. Merek hanya eksis untuk perdagangan barang dan/atau jasa,
sehingga barang dan/atau jasa sudah tidak diproduksi lagi, maka eksistensi
merek pun tidak lagi ada artinya. Merek yang tidak lagi eksis menjadi
domain penguasaan negara dan hak atas merek bersifat terbuka kembali
untuk dimohonkan oleh pihak lain. 1 6
4. Pengalihan Hak atas Merek
Merek sebagai hak milik yang kepemilikannya dapat dialihkan.
Pengalihan hak atas merek dapat dilakukan baik oleh perorangan maupun
badan hukum. Segala bentuk pengalihan ini wajib didaftarkan untuk
dicatat dalam daftar umum merek. 1 7
Pengalihan merek diatur dalam pasal 41 Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, yatu :
a. Ayat (1) : hak merek dapat beralih atau dialihkan karena Pewarisan, Hibah, Wakaf, Wasiat, Perjanjian, dan Sebab lain yang dibenarkan oleh peraturang perundang-undangan
b. Ayat (2) : pengalihan hak atas merek terdaftar oleh pemilik merek yang memiliki merek lebih dari satu merek terdaftar yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya untuk barang dan/atau jasa yang sejenis hanya dapat diajukan jika semua merek terdaftar tersebut dialihkan kepada pihak yang sama
c. Ayat (3) : pengalihan hak atas merek terdaftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dimohonkan pencatatannya keada Menteri
d. Ayat (4) : permohonan pengalihan hak atas merek sebagaiamana dimaksud pada ayat (3) disertai dengan dokumen pendukungya
e. Ayat (5) : pengalihan hak atas merek terdaftar yang telah dicatat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diumumkan dalam berita resmi merek
f. Ayat (6) : pengalihan hak atas merek terdaftar yang tidak dicatatkan tidak berakibat hukum pada pihak ketiga
g. Ayat (7) : pencatatan pengalihan hak atas merek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai biaya
1 6 Rahmi Jened Hukum Merek Trademark Law dalam Era Globalisasi & Integrasi
Ekonomi, (Jakarta: Prenamedia Group, 2015), h. 188. 1 7 Suyud Margono, Hak Milik Industri, (Bogor: Ghaila Indonesia, 2011), h. 47.
23
h. Ayat (8) : pencatatan pengalihak hak atas merek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan pada saat proses permohonan pendaftaran merek
i. Ayat (9) : ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara permohonan pencatatan pengalihan hak atas merek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (8) diatur dengan peraturan menteri.
5. Penghapusan dan Pembatalan Merek
a. Penghapusan Merek
Berdasarkan pasal 72 Undang-undang Nomor 20 tahun 2016
tentang Merek dan Indikasi Geografis bahwa Penghapusan merek
terdaftar dari daftar umum merek dapat dilakukan atas prakarsa
Direktorat Jenderal atau berdasarkan pemohonan pemilik merek yang
bersangkutan. Penghapusan pendaftaran merek atas prakarsa
Direktorat Jenderal dapat dilakukan jika memnuhi hal-hal sebagai
berikut1 8:
1) Merek tidak digunakan selama tiga tahun berturut-turut dalam
perdagangan barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau
pemakaian terakhir, kecuali apabila ada alasan yang dapat diterima
oleh Direktorat Jenderal ; atau
2) Merek digunakan untuk jenis barang dan atau jasa yang tidak
sesuai dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran,
termasuk pemakaian merek yang tidak sesuai dengan merek yang
didaftarkan
3) Permohonan penghapusan pendaftaran merek oleh pemilik merek
atau kuasanya, baik sebagian atau seluruh jenis barang dan/atau
jasa, diajukan kepada Direktorat Jenderal
4) Terdapat Gugatan pembatalan dan penghapusan merek dari pihak
ketiga kepada pengadilan niaga.
1 8 Zaeni Asyhadi, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya Di Indonesia, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2017) h. 218.
24
b. Pembatalan Merek
Berdasarkan pasal 76 Undang-undang Nomor 20 tahun 2016
tentang Merek dan Indikasi Geografis bahwa embatalan merek dapat
dilakukan dengan sebab-sebab sebagai berikut1 9 :
1) Adanya gugatan pembatalan pendaftran merek yang diajukan
oleh pihak ketiga dengan alasan bahwa merek yang
dimohonkan termasuk ke dalam merek yang tidak dapat
didaftar atau ditolak
2) Pemilik merek yang tidak terdaftar/ditolak mengajukan
gugatan ke pengadilan niaga setelah mengajukan permohonan
ke Direktorat Jenderal.
Gugatan tersebut diajukan dalam jangka lima tahun sejak tanggal
pendaftaran merek, atau dapat dilakukan tanpa batas waktu apabila
merek yang bersangkutan bertentangan dengan moralitas agama,
kesusilaan, atau ketertiban umum. Terhadap putusan Pengadilan Niaga
tersebut dapat diajukan kasasi oleh pihak yang bersangkutan. Setelah
isi putusan keluar maka akan disampaikan oleh panitera yang
bersangkutan kepada Direktoral Jendral. Setelah itu, Direktorat
Jenderal melaksanakan pembatalan pendaftaran merek, menghapusnya
dari daftar umum merek dan mengumumkannya dalam berita resmi
merek setelah putusan tersebut diterima dan mempunyai kekuatan
hukum tetap.
6. Perlindungan Hak Merek
Perlindungan hak merek dimaksudkan untuk melindungi
pemilikan atas merek, investasi dan goodwill (nama baik) dalam suatu
merek, dan untuk melindungi konsumen dari kebingungan menyangkut
asal usul suatu barang atau jasa. Perlindungan hak merek dilakukan
1 9 Zaeni Asyhadi, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya Di Indonesia, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2017) h. 219.
25
melalui pendaftaran merek yang tertuang dalam Undang-undan merek
dan peraturan Menteri yang berlaku. Setidaknya terdapat tiga alasan
yang menjelaskan tentang pentingnya perlindungan terhadap merek
menurut Bently dan Sherman2 0 :
a. Kreatifitas
Pendapat mengenai alasan kreatifitas masih menjadi perdebatan
dalam dunia Hak Kekayaan Intelektual, namun sebuah pendapat yang
penting memandang perlindungan merek sebagai imbalan atas
investasi. Hal ini diungkapkan oleh hakim Breyer dari Mahkamah
Agung Amerika Serikat yang menyatakan bahwa hukum merek
membantu untuk menjamin seorang produsen bahwa dialah yang akan
meraih keuntungan finansial, imbalan berupa reputasi yang dikaitkan
degan produk terkait. Dengan demikian hukum merek mendorong
kreatifitas produksi akan produk-produk bermutu.
b. Informasi
Merek merupakan cara singkat komunikasi informasi kepada
pembeli dilakukan dalam rangka membuat pilihan belanja. Dengan
melindungi merek, lewat pencegahan dan pemalsuan oleh pihak lain,
maka akan menekan biaya belanja dan pembuatan keputusan. Belanja
dan pilihan dapat dilakukan secara lebih singkat, karena seorang
konsumen akan yakin merek yang dilihatnya memang berasal dari
produsen yang diperkirakannya.
c. Etis
Perlindungan merek didasarkan pada gagasan Fairness atau
keadilan (Justice) dalam kaca mata hukum. Secara khusus prinsipnya
adalah seorang tidak boleh menuai dari yang tidak ditanamnya, artinya
seseorang tidak boleh mengambil manfaat dari merek yang telah
didaftarkan oleh orang lain secara melawan hukum. Secara lebih
khusus, bahwa dengan mengambil merek milik orang lain, seseorang
2 0 Sopiansyah Jaya Putra, Etika Bisnis dan Kekayaan Intelektual, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2009 ), h. 182.
26
telah mengambil keuntungan dari nama baik (goodwill) yang
dihasilkan oleh pemilik merek yang asli.
7. Ketentuan Pidana di Bidang Merek
Sanksi bagi pelanggar tindak pidana di bidang merek akan dikenakan
ketentuan pidana sebagaimana tercatat dalam pasal 100-102 Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis :
a. Pasal 100 ayat (1) : setiap orang yang tanpa hak menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000 (dua milyar rupiah)
b. Pasal 100 ayat (2) : setiap orang yang dengan tanpa hak menggunakan merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 2.000.000.000 (dua milyar rupiah)
c. Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) yang sejenis barangnya mengakibatkan gangguan lingkingan hidup, dan/atau manusia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000 (lima milyar ripiah)
d. Pasal 102 : setiap orang yang memperdagangkan barang dan/atau jasa dan/atau produk yang diketahui atau patut diduga mengetahui bahwa barang dan/atau jasa dan/atau produk tersebut merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud pasal 100 dan 101 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah). Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 100 sampai 102 merupakan delik aduan.
Menurut H.G de Bunt dalam bukunya Strafrechtelijke handhaving
van milinue recht bahwa hukum pidana dapat menjadi upaya utama
dalam penyelesaian sengketa (primum remidium) jika korban sangat
besar, tersangka/terdakwa merupakan recidivist, dan kerugian yang
27
dialami tidak dapat dipulihkan.2 1 Kemudian dijelaskan kembali oleh
Remelink, bahwa sangat jelas dan nyata sebagai sanksi yang tajam,
hukum pidanya hanya akan dijatuhkan apabila mekanisme penegakan
hukum yang lainnya yang lebih ringan telah tiada berdaya guna atau
dipandang tidak cocok serta tidak memberikan efek jera bagi pelaku.
Mengacu dari pendapat ahli di atas mengenai penggunaan hukum
pidana, maka syarat hukum pidana/sanksi pidana dapat dijadikan sebagai
suatu primum remidium yaitu :
1) Apabila sangat dibutuhkan dan hukum yang lainnya tidak dapat
digunakan
2) Menimbulkan korban yang sangat banyak
3) Tersangka/terdakwa merupakan recidivist
4) Kerugian yang dialami tidak dapat dipulihkan
5) Apabila mekanisme penegakan hukum yang lainnya yang lebih ringan
tidak berdaya guna atau tidak dipandang.
8. Penyelesaian Sengketa Merek
Dalam dunia bisnis, pemalsuan merek terkenal banyak dilakukan
oleh pelaku-pelaku usaha yang ingin mendapatkan keuntungan secara
mudah dan cepat. Padahal tindakan tersebut dapat merugikan pemilik
merek terdaftar dan masyarakat sebagai konsumen.2 2
Setidaknya terdapat dua penyelesaian hukum yang dapat ditempuh
oleh pelaku usaha jika terjadi sengketa terhadap merek yang
digunakannya, hal tersebut didasari oleh ketentuan yang terdapat dalam
Undang-undang Merek Nomor 20 tahun 2016, yaitu:2 3
2 1 Titis Anindyati dkk, Konstitusionalitas Norma Sanksi Pidana sebagai Ultimum
Remidium dalam Pembentukan Perundang-undangan, Jurnal Hukum, h. 877 . 2 2 Harjono dan Dhaniswara, Pemahaman Hukum Bisnis Bagi Pengusaha, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2006), h. 56. 2 3 Agung Sujatmiko, Tinjauan Filosofis Perlindungan Ha katas Merek, (Jurnal Media
Hukum Fakultas Hukum Universitas Airlangga, 2011), h. 189.
28
1. Hukum Perdata
Pemakaian merek tanpa hak dapat digugat berdasarkan perbuatan
yang melanggar pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu “
Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang
lain, mewajibkan orang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut”.2 4 Pasal tersebut menyatakan bahwa seorang
penggugat atau kuasanya harus bisa membuktikan kepada hakim bahwa
dirinya mengalami kerugian yang diakibatkan karena perbuatan tergugat.
Pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap orang
atau badan hukum yang menggunakan merek yang sama, baik pokoknya
maupun keseluruhannya tanpa hak, berupa permohonan ganti rugi dengan
penghentian pemakaian merek, hal ini diatur pada pasal 83 Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis,
yaitu :
a. Ayat (1) : pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap
pihak lain yang secara tanpa hak menggunakan merek yang
mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya untuk
barang atau jasa yang sejenis berupa gugatan ganti rugi, dan/atau
Penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan merek itu
a. Ayat (2) : gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada pengadilan niaga. Gugatan dan ganti rugi tidak hanya dapat dilakukan oleh pemilik
merek akan tetapi pemilik lisensi dari merek bersangkutan dapat
melakukan gugatan dan ganti rugi kepada merek tersebut melalui
Pengadilan Niaga dalam ruang lingkup peradilan umum.
Pengadilan Niaga merupakan pengadilan khusus di bawah peradilan
umum atau diferensiasi atas peradilan umum, yang secara absolut
kewenangan mengadili sebagaimana tertuang dalam pasal 300 dan 303
2 4 R, Soebekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta:
Balai Pusataka (Persero), 2014), h. 346.
29
Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
Dalam gugatan pembayaran ganti rugi (damages) penggugat harus
dapat membuktikan bahwa perbuatan tergugat telah mengakibatkan
kerugian bagi dirinya dan ganti rugi yang dimaksudkan untuk meletakan
posisi penggugat seolah-olah seperti sebelum terjadinya pelanggaran.2 5
Pada dasarnya kerugian yang diderita si pemilik merek karena
pelanggaran hukum dapat berupa :
1) Hilangnya keuntungan yang seharusnya diperoleh termasuk
kesempatan melisensikan hak mereknya
2) Hilangnya reputasi di pasaran, dan
3) Pengeluaran yang harus dikeluarkan guna melindungi haknya.
Sebenernya dalam ketentuan Trips memungkinkan gugatan ganti rugi
berupa keuntungan yang seyogyanya diperoleh (account of profit), yakni
pengembalian berupa pembayaran setiap keuntungan dan penghasilan
yang diperoleh si pelanggar dari pengguna merek yang memiliki
persamaan pada pokoknya atau secara keseluruhan dengan merek
penggugat.
Gugatan keuntungan yang seyogyanya diperoleh (account of profit)
membuat penggugat harus dapat memastikan berapa keuntungan yang
diperoleh tergugat kala melakukan pelanggaran, namun dengan
mengesampingkan faktor-faktor lain yang tidak terkait dengan
pelanggaran merek. Selain itu persetujuan Trips memungkinkan gugatan
ganti rugi atas biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh pemegang hak
untuk membayar biaya penasehat hukum, namun di Indonesia kedua
gugatan kiranya masih terbatas pada wacana dan sangat sulit untuk
diterapkan. Hal ini mengingat sulitnya membuktikan kepastian keuntungan
yang diperoleh tergugat kala melakukan pelanggaran terhadap merek.
2 5 Rahmi Janed, Merek TradeMark law dalam Era Global dan Integrasi Ekonomi,
(Jakarta: Kencana, 2017), h. 129.
30
2. Hukum Pidana
Pelanggaran atas merek dapat dikenakan pasal 382 KUHP tentang
kejahatan persaingan curang. Ketentuan tersebut yaitu “Barangsiapa untuk
mendapatkan, melangsungkan atau memperluas hasil perdagangan atau
perusahaan milik sendiri atau orang lain, melakukan perbuatan curang
untuk menyesatkan khalayak umum atau seseorang tertentu, diancam, bila
perbuatan itu dapat menimbulkan kerugian bagi konkuren-konkuren
orang lain karena persaingan curang, dengan pidana penjara paling lama
satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak tiga belas ribu
lima ratus rupiah”.
Ketentuan pidana tersebut memang tidak dengan tegas dan jelas
menyebutkan untuk perbuatan pelanggaran hak atas merek, karena
merupakan Lex Generalis yang tujuannya dapat menampung segala jenis
persaingan curang di bidang perdagangan. Pelanggaran hak atas merek
yang berupa peniruan atau penggunaan merek orang lain tanpa izin,
maupun memperdagangkan barang dengan merek bajakan dapat
dikategorikan masuk dalam perbuatan persaingan curang dengan syarat
dapat menimbulkan kerugian bagi pmilik merek. Berhubungan dengan
merek juga disebut dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
mengenai perbuatan yang dilarang yang berkaitan dengan merek,
diantanya diatur pada pasal 393 KUHP, yaitu2 6 :
a. Ayat (1) : barang siapa memasukan ke Indonesia tanpa tujuan jelas untuk mengeluarkan lagi dari Indonesia, menjual, menamarkan, menyerahkan, membagikan atau mempunyai persediaan untuk dijual atau dibagikan. Barang-barang yang diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa pada barangnya itu sendiri atau pada bungkusnya dipakai secara palsu, nama firma atau merek yang menjadi hak orang lain atau untuk menyatakan asalnya barang, nama sebuah tempat tertentu, dengan ditambahkan nama atau firma yang khayal, ataupun pada barangnya sendiri atau pada bungkusnya ditirukan nama, firma atau merek yang demikian sekalipun dengan sedikit perubahan, diancam dengan pidana
2 6 Andi Hamzah, KUHP & KUHAP(edisi revisi), (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 152.
31
penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah.
b. Ayat (2) jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat lima tahun sejak adanya pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga dapat dijatuhkan pidana penjara paling lama sembilan bulan. Rumusan perbuatan-perbuatan pidana tersebut dapat dikategorikan
antara lain sebagai berikut :
1) Tiap-tiap perbuatan yang dilakukan oleh siapapun, baik itu menaruhkan
sesuatu yang palsu dengan maksud menggunakan atau menyuruh orang
lain untuk menggunakan barang itu seolah-olah merek atau tanda yang
ditaruhkan itu asli dan tidak palsu
2) Tiap perbuatan yang dilakukan oleh siapapun dalam hal ini menaruhkan
merek atau tanda pada barang yang dengan melawan hak memakai cap
yang asli
3) Tiap perbuatan yang dilakukan oleh siapapun dalam hal ini
menambahkan merek negara asli atau tanda pembuat yang dikehendaki
oleh, dimana, pada, atau atas barang-barang lain yang terbuat dari emas
atau perak dengan maksud akan menggunakan atau menyuruh orang
lain menggunakan barang itu , seolah-olah merek atau tanda itu mula-
mulanya ditaruhkan pada barang itu.
Ketentuan sanksi pidana yang mengatur khusus tindakan pelanggaran
merek, diatur juga dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2016 tentang
Merek dan Indikasi Geografis pada pasal 100-103. Substansi Undang-
undang Nomor 20 tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis ini
sangat jelas dan tegas melindungi hak merek yang terdaftar dengan
memberikan jaminan sebuah hak eksklusif dan memberikan sanksi-sanksi
yang tegas kepada oknum pelanggar hak merek atas persamaan pada
pokoknya atau keseluruhannya.
32
Terdapat tujuh macam jenis perbuatan atau kegiatan dikategorikan
sebagai tindak pidana di bidang merek, yaitu2 7 :
a) Menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek
terdaftar milik orang lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang
diproduksi dan/atau diperdagangkan.
b) Menggunakan merek yang sama pada pokoknya dengan merek
terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang
diproduksi dan/atau diperdagangkan
c) Menggunakan tanda yang sama pada pada keseluruhannya dengan
Indikasi Geografis milik pihak lain untuk barang yang sama atau
sejenis dengan barang yang terdaftar
d) Menggunakan tanda yang sama pada pokoknya dengan Indikasi
Geografis milik pihak lain untuk barang yang sama atau sejenis atau
barang terdaftar
e) Pencantuman asal sebenarnya pada barang yang merupakan hasil
pelanggaran ataupun pencantuman kata yang menunjukan bahwa
barang tersebut merupakan tiruan dari barang yang terdaftar dan
dilindungi berdasarkan Indikasi Geografis
f) Menggunakan tanda yang dilindungi berdasarkan Indikasi asal pada
barang atau jasa yang dapat menyesatkan pemahaman masyarakat
g) Memperdagangkan barang dan/atau jasa yang diketahui atau patut
diketahui bahwa barang dan/atau jasa tersebut merupakan hasil
pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 100-102 Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.
Dalam hukum pidana, pencapaian tujuan pemidanaan hingga saat ini
mengalami perdebatan. Hal tersebut terjadi karena untuk mempertajam
pandangan baik secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis pada akhirnya
merupakan landasan bagi penerapan sanksi pidana termasuk pidana
2 7 Rachmadi Utman, Hukum dan Hak atas Kekayaan Intelektual (perlindungan dan
dimensi hukumnya di Indonesia), (Bandung: PT. Alumni, 2011), h. 307.
33
dendanya. Perkembangan pemikiran tentang filsafat pemidanaan setelah
dipengaruhi oleh warna-warni sarjana barat, tentu juga dipengaruhi oleh
serangkaian politik kriminal, yaitu sebagai keseluruhan dan azas dan
metode yang menjadi dasar dari reaksi terhadap pelanggaran hukum
pidana, dan sebagai keseluruhan fungsi dari aparatur penegak hukum dan
juga dapat dipandang sebagai keseluruhan dari kebijakan.2 8
Berbagai teori tujuan pemidanaan di masa lalu hingga kini
berkembang ke arah rasional. Dimulai dengan teori pembalasan, yaitu
bertujuan untuk memuaskan pihak yang dendam, baik masyarakat maupun
pihak lainnya. Teori ini menurut Andi Hamzah adalah sangat bersifat
primitif, akan tetapi diakuinya bahwa teori ini terkadang masih dirasakan
pengaruhnya pada zaman modern, karena unsur primitif dalam hukum
pidana paling sukar untuk dihilangkan.2 9
Tujuan dari teori pemidanaan adalah untuk mencari dasar dari hukum
pidana dalam menyelenggarakan tertib masyarakat dan akibatnya tujuan
pidana untuk prevensi terjadinya kejahatan, dengan menakut-nakuti,
memperbaiki, selanjutnya dibedakan menjadi prevensi umum dan prevensi
khusus. Dalam usaha untuk mencari berbagai alternatif dari berbagai
pemidaan yang berkembang dan tersebar dalam ilmu pengetahuan hukum
pidana, maka teori-teori dan model yang ditawarkan tentu tidak boleh
hanya memilih salah satu dari model pemidanaan yang menjadi sorotan
tertentu saja.
Sehubungan dengan itu, perlu diikuti oleh teori pemidanaan dari
Herbert L. Parcker, yaitu pandangan retributif, yang menyatakan bahwa
pidana adalah suatu ganjaran terhadap suatu prilaku yang menyimpang
dalam masyarakat. Sedangkan pandangan Utilitarian melihat bahwa
pidana itu dilihat dari aspek manfaat dan kegunaannya. Pandangan
2 8 Sudarto, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat (Kajian Terhadap Hukum
Pidana), (Bandung: Sinar Baru 2001), h. 113. 2 9 Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan di Indonesia dan Retribusi ke
Reformasi, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1995), h. 16.
34
retributif mengemukakan pada pilihan moral, maka ganjarannya adalah
positif dan mendapat penghargaan dari masyarakat, akan tetapi bila salah
maka patut dijatuhkan sebagai ganjaran yang merupakan suatu ganjaran
atau sanksi negatif. Dalam pandangan utilitarian, penjatuhan pidana harus
dilihat dari aspek tujuan, manfaat, dan kegunaan untuk perbaikan dan
pencegahan.
Menurut para ahli hukum pidana di Indonesia, dengan merujuk kepada
tujuan pemidanaan menuru J.E Sahetapy, tujuan pidana adalah
pembebasan atau pemasyarakatan dan pembinaan, yang akhirnya menuju
pada kemanusiaan yang adil dan beradab sebagaimana tersurat dan tersirat
dalam azas pancasila.3 0 Sehubungan dengan itu Barda Nawawi Arif
mengemukakan bahwa tujuan pemidanaan adalah perlindungan
masyarakat yang merupakan tujuan yang umum dan bersifat khusus
dengan berinduk pada semua teori tentang tujuan pemidanaan yang saling
berhubungan merincikan dan mengidentifikasikan dari tujuan umum itu.
Dalam praktik di pengadilan, ketentuan pidana dalam Undang-undang
merek tidak jarang menimbulkan perbedaan pendapat hakim tentang
terminologi hukum dalam ketentuan pidana dalam Undang-undang Merek,
yang menjadi sebab perbedaan pendapatnya adalah apakah ketentuan pasal
pidana merek dapat berdiri sendiri ataukah tidak, sebab secara prinsip
hukum, dalam banyak kasus pasal tersebut terkait dengan ketentuan pada
pasal sebelumnya, artinya harus dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana
yang tedapat pada ketentuan pasal sebelumnya. Dalam hal ini harus
dibuktikan terlebih dahulu apakah terdapat persamaan pelapor dengan
merek terlapor. Jika hal ini tidak terbukti maka secara otomatis tidak
terjadi perbuatan pidana di dalamnya.
Dalam penyelesaian sengketa secara pidana, terdapat dua azas yang
menjadi pedomanan penyelesaian sengketa merek, sebab dalam Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis tidak
3 0 Syaiful Bakhri, Penggunaan Pidana Denda dan Pemidanaan dalam Perundang-
undangan, (Jurnal Hukum: No.21 Vol. 9, September 2002), h. 87.
35
hanya memuat sanksi secara perdata melainkan terdapat pula sanksi pidana
yang diberikan kepada para pihak yang melanggar ketentuan dalam
Undang-undang merek, azas tersebut dikenal dengan azas ultimum
remedium dan primum remedium.
Sudikno Mertokosumo dalam bukunya yang berjudul Penemuan
Hukum Sebuah pengantar menyatakan bahwa Azas ultimum remedium
adalah satu azas yang terdapat dalam hukum pidana Indonesia yang
mengatakan bahwa hukum pidana hendaklah dijadikan upaya terakhir
dalam penegakan hukum. Sedangkan azas primum remedium adalah
kebalikan dari azas ultimum remedium menyatakan bahwa hukum pidana
diberlakukan sebagai pilihan utama. Menurut M. Jasman seorang Jaksa
Penuntut Umum dalam sebuat artikel yang ditulisnya menjelaskan bahwa
primum remedium merupakan suatu teori hukum pidana modern yang
menyatakan hukum pidana sebagai sarana hukum yang diutamakan.3 1
Hak merek memiliki manfaat ekonomis yang sangat besar, dengan
demikian, adanya pelanggaran merek dipicu oleh nilai ekonomi merek
yang sangat besar. Namun keberhasilan menuntut pidana dalam arti si
pelanggar dipidana penjara dan/atau denda, sama sekali tidak
mengembalikan kerugian pemilik merek yang haknya dilanggar.3 2
Di banyak negara, terutama yang sudah maju, upaya pemulihan
pelanggaran merek dan HKI pada umumnya lebih banyak diupayakan dari
sisi perdata.3 3 Pemilik hak secara proaktif mempertahankan haknya dan
dapat mengajukan gugatan ganti rugi dan keuntungan yang seharusnya
didapat oleh pemilik merek pendaftar pertama. Dengan demikian, tuntutan
3 1 Tri Jaya Ayu Premesti, Pengertian Ultimum Remedium dan Primum Remdium dalam
Hukum Pidana, Hukum Online.com, Diakses pada hari selasa, 20 November 2018 Pukul 10:00. 3 2 Denda adalah pemasukan kepada negara bukan kepada pemilik merek yang haknya
dilanggar
3 3 Rahmi Janed, Merek TradeMark law dalam Era Global dan Integrasi Ekonomi, (Jakarta: Kencana, 2017), h. 358.
36
pidana dalam penegakan HKI termasuk merek, bersifat upaya pemulihan
yang terakhit (the last resort) atau Ultimum remedium.
9. Hapusnya Hak Menuntut Pidana
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) terdapat tiga
alasan yang menyebabkan seseorang tidak dapat dituntut hukum pidana3 4 :
a. Nebid in Idem (Dua kali yang sama)
Artinya suatu perkara yang sama tidak boleh lebih dari satu kali
diajukan untuk diputuskan oleh pengadilan. Asas ini diatur dalam pasal
76 KUHP
b. Terdakwa Meninggal Dunia
artinya bila seorang terdakwa meninggal dunia sebelum ada putusan
pengadilan mempunyai kekuatan hukum tetap, menurut pasal 77
KUHP hak melakukan penuntutan gugur
c. Lampau waktu (Daluwarsa, Verjaring, Expire)
Artinya hak untuk melakukan penuntutan atas suatu perkara pidana
hapus karena daluwarsa. Daluwarsa berarti sudah lewat waktu
sebagaimana ditentukan Undang-undang, hal tersebut tertuang dalam
pasal 78 KUHP.
Pasal 78 KUHP menentukan hak untuk menuntut perkara pidana hapus
karena alasan lewat waktu sebagai berikut :
1) Mengenai semua pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan dengan
percetakan, sesudah satu tahun
2) Mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana denda, pidana
kurungan, atau pidana penjara paling lama tiga tahun, sesudah enam
tahun
3) Mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana penjara lebih dari
tiga tahun, sesudah dua belas tahun
3 4 Alfitra, Hapusnya Hak Menuntut dan Menjalankan pidana, (Jakarta: Raih Asa Sukses,
2014), Cetakan kedua, h. 134.
37
4) Mengenai kejahatan yang pidana dengan pidana mati atau pidana
seumur hidup, sesudah delapan belas tahun.
Van Hamei seorang tokoh hukum pidana Belanda mengatakan,
daluwarsa tidak pada tempatnya bagi kejahatan-kejahatan yang bersifat
sangat berat dan bagi perbuatan-perbuatan penjahat professional. Di
Inggris, daluwarsa hanya diperlakukan bagi kejahatan-kejahatan ringan.
Dalam pasal 79 KUHP dijelaskan tentang penghitungan daluwarsa
mulai berlaku pada hari tindak pidana itu dilakukan, kecuali dalam hal
berikut :
1. Mengenai pemalsuan atau pengrusakan mata uang, tenggang saat
berlaku pada hari sesudah barang barang yang dipalsukan atau mata
uang yang dirusak digunakan
2. Mengenai kejahatan dalam pasal 328, 329, 330, dan 333 KUHP,
tenggang waktu daluwarsa dimulai pada hari sesudah orang yang
langsung terkena oleh kejahatan dibebaskan atau meninggal dunia
3. Mengenai pelanggaran dalam pasal 556 sampai denga pasal 558 (a),
tenggang waktu daluwarsa mulai pada hari sesudah daftar yang memuat
pelanggaran-pelanggaran itu dilakukan.
C. Tinjauan ( Review) Kajian Terdahulu
Dalam perkara sengketa merek ini bukan hal yang baru terjadi di
Indonesia melainkan sudah banyak sengketa-sengketa merek yang terjadi,
telah banyak pula penelitian-penelitian mengenai sengeketa merek dan
pembatalan merek terdaftar di Indonesia.
Pertama, Skripsi Dandy Hernady, Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Jakarta, Tahun 2015 dengan judul “Persamaan Unsur Pokok Pada Merek
Gudang Garam Dan Gudang Baru (Analisis Putusan MA Nomor 162
K/Pdt.Sus-HKI/2014)” dalam skripsi ini pembahasan pokoknya adalah
tentang bagaimana menentukan kriteria persamaan unsur pokok pada suatu
merek terkenal, dan analisis terhadap putusan Mahkamah Agung di tingkat
Kasasi pada putusan Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014. Sedangkan dalam
38
skripsi ini peneliti akan meneliti tentang prosedur penyelesaian sengketa
merek jika menggunakan instrument hukum pidana dan perdata, serta
penyebab Dissenting Opinion hakim Mahkamah Agung dalam memeriksa
permohonan Peninjauan Kembali yang dilakukan oleh pemilik Gudang
Baru pada putusan Nomor 104 PK/Pid.Sus/2015.
Kedua, Buku Ahmadi Miru, yang diterbitkan PT. Raja Grafindo
persada tahun 2005 di Jakarta dengan judul Hukum Merek. Buku ini
menjelaskan tentang merek secara umum. Sedangkan dalam skripsi ini
peneliti akan meneliti tentang prosedur penyelesaian sengketa merek jika
menggunakan instrument hukum pidana dan perdata, serta penyebab
Dissenting Opinion hakim Mahkamah Agung dalam memeriksa
permohonan Peninjauan Kembali yang dilakukan oleh pemilik Gudang
Baru pada putusan Nomor 104 PK/Pid.Sus/2015.
Ketiga, Jurnal Dialogia Luridica yang ditulis oleh Sherly Ayuna Putri,
Tasya Syafiranita Ramli, Hazar Kusmawati yang berjudul “Penyelesaian
Sengketa Merek Terkenal “Sephora” atas dasar persamaan pada pokoknya
berdasarkan HIR dan Undang-Undang merek. Namun dalam jurnal ini
tidak dijelaskan secara detail mengenai prosedur penyelesaian sengketa
melalui dua instrument hukum yaitu pidana dan perdata, Sedangkan dalam
skripsi ini peneliti akan meneliti tentang prosedur penyelesaian sengketa
merek jika menggunakan instrument hukum pidana dan perdata, serta
penyebab Dissenting Opinion hakim Mahkamah Agung dalam memeriksa
permohonan Peninjauan Kembali yang dilakukan oleh pemilik Gudang
Baru pada putusan Nomor 104 PK/Pid.Sus/2015.
Dari beberapa penelitian serupa di atas ada hal yang penulis rasa
belum dibahas tuntas dalam penilitian yang lainnya yaitu pada prosedur
penyelesaian sengketa merek jika ditempuh secara pidana dan perdata,
serta penerapan ketentuan azaz ultimatum remedium dalam upaya
penyelesaian sengketa merek apabila sengketa merek masuk ke dalam
ranah hukum pidana dan hukum perdata, sehingga penulis tertarik untuk
melakukan penelitian ini.
39
BAB III
KRITERIA PERSAMAAN UNSUR POKOK PADA MEREK
A. Persamaan Unsur Pokok Merek
1. Gudang Garam
Gudang Garam adalah merek rokok yang diproduksi oleh PT.
Gudang garam asal kota Kediri Jawa Timur yang berada di nrgara
Indonesia, Perusahaan ini berdiri pada 26 Juni 1958 oleh Tjoa Ing Hwie
yang berganti nama menjadi Surya Wonowidjojo. Pada awal berdirinya,
PT. Gudang Garam merupakan industri rumahan yang memproduksi
rokok kretek yang bernama SKL (Sigaret Kretek Linting) dan SKT
(Sigaret Kretek Tangan). Karena permintaan pasar yang kian meningkat,
akhirnya pada tahun 1960 dibukalah cabang di Gurah, yang letaknya 13
km dari kota Kediri yang pada saat itu masih mempekerjakan 200 orang
karyawan.1
Pada tahun 1968, tepatnya bulan September didirikan unit produksi
yang bernama Unit I dan Unit II di atas lahan seluas 1000 meter persegi
guna mengiringi perkembangan usaha yang kian meningkat. Tak lama dari
itu, PT. Gudang Garam yang awalnya merupakan industri rumahan
berubah menjadi Firma pada tahun 1969. Dua tahun kemudian, karena
kemajuan produksi yang makin lama semakin tinggi, PT. Gudang Garam
resmi berubah menjadi Perseroan Terbatas (PT) yang didukung fasilitas
berupa Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dari pemerintah yang
membuat PT. Gudang Garam semakin kokoh.
Untuk membantu pengembangan produksinya, PT. Gudang Garam
terus memikirkan beberapa terobosan baru dalam pembuatan rokok
kreteknya, yakni dengan mengembangkan jenis produk Sigaret Kretek
1 https://www.gudanggaramtbk.com/tentang-kami/#sejarah/ diakses pada hari Selasa, 17
September 2018 pukul 11:30.
40
Mesin (SKM). Tidak berhenti sampai di situ, PT. Gudang Garam juga
mampu mencatatkan 7 sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya pada tahun 1990 yang langsung merubah statusnya dari PT
(Perseroan Terbatas) menjadi Perusahaan Terbuka.
Produk yang dihasilkan PT. Gudang Garam Tbk juga lebih
bervariasi, hal ini dibuktikan dengan produksi rokok kretek Mild pada
tahun 2002 yang merupakan hasil dari inovasi terbaru. Hal ini sejalan
dengan perluasan wilayah produksi yang tak hanya berpusat di Kabupaten
dan Kota Kediri saja, melainkan telah merambah hingga Pasuruan. Hingga
saat ini PT. Gudang Garam Tbk tetap menjadi pilihan utama pecinta
rokok kretek di tanah air.
Tidak hanya mencukupi produksi dalam negeri saja, tetapi PT.
Gudang Garam Tbk juga telah melebarkan sayapnya hingga ke Malaysia,
Brunei dan Jepang. Dengan total lebih dari 20 jenis produk yang
dikeluarkan PT. Gudang Garam Tbk telah cukup membuktikan
eksistensinya sebagai salah satu pabrik rokok terbesar di Indonesia.
Beberapa produk PT. Gudang Garam Tbk yang terkenal yakni
Gudang Garam Merah, Djaja, GG Internasional, GG Surya, GG Mild dan
masih banyak lagi. Ditambah lagi dengan keikutsertaan PT. Gudang
Garam Tbk menjadi sponsor Piala Dunia FIFA pada tahun 1958 hingga
tahun 1966 dan Piala Dunia tahun 2010, dengan tujuan agar PT. Gudang
Garam Tbk nantinya akan mampu menembus pasar internasional.2
PT. Gudang Garam Tbk memproduksi berbagai jenis rokok kretek,
termasuk jenis rendah tar dan nikotin (LTN) serta produk tradisional
sigaret kretek tangan. PT. Gudang Garam Tbk mengoperasikan fasilitas
percetakan kemasan rokok, dan disamping itu juga memiliki empat anak
perusahaan yang sudah beroperasi, yaitu:
a) PT. Surya Pamenang, produsen kertas karton untuk kemasan rokok
2http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/51335/Chapter%20II.pdf,
diakses pada hari Selasa, 17 September 2018 pukul 11:30.
41
b) PT. Surya Madistrindo, distribusi tunggal produk Perseroan
c) PT. Surya Air, penyedia layanan jasa penerbangan tidak terjadwal
d) PT. Graha Surya Media, penyedia jasa hiburan
Adapun visi dari PT. Gudang Garam Tbk adalah menjadi perusahaan
terkemuka kebanggaan nasional yang bertanggung jawab dan memberikan
nilai tambah bagi para pemegang saham, serta manfaat bagi segenap
pemangku kepentingan secara berkesinambungan.PT. Gudang Garam Tbk
pertama kali mencatatkan sahamnya melalui penawaran umum perdana
pada bulan Juni tahun 1990, penerbitan saham terakhir dilaksanakan pada
bulan Mei tahun 1996, yaitu melalui pemecahan nilai nominal saham
(stock split) dan pengeluaran satu saham bonus untuk setiap saham yang
beredar. Hasil dari semua transaksi penjualan saham dimanfaatkan sesuai
keperluan saat itu, yakni untuk memperkuat posisi modal perusahaan.
Berdasarkan keterangan dari pemilik PT. Gudang Garam dalam
putusan Mahkamah Agung Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2104 Terdapat
empat varian produk Gudang Garam yang menjadi objek sengketa dalam
kasus ini. Produk tersebut telah terdaftar dalam daftar umum merek pada
Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual, yaitu pada kelas 34 dengan
rincian sebagai berikut :
1) Gudang Garam Surya 12, terdaftar sejak tanggal 1 April 1992 dengan
nomor sertifikat 273579, kemudian diperpanjang pada tanggal 19 April
2002 dengan nomor sertifikat 506190 dan mendapat perlindungan
hukum sampai dengan tanggal 1 April 2012
2) Gudang Garam Filter Premium, terdaftar sejak tanggal 1 April 1992
dengan nomor sertifikat 273582, kemudian diperpanjang pada tanggal
19 April 2002 dengan nomor sertifikat 506187 dan mendapat
perlindungan hukum sampai dengan tanggal 1 April 2012
3) Gudang Garam Surya 16, terdaftar sejak tanggal 14 Agustus 1993
dengan nomor sertifikat 546606, kemudian diperpanjang pada tanggal
42
13 Agustus 2003 dan mendapat perlindungan hukum sampai dengan
tanggal 22 November 2013
4) Gudang Garam Merah Kretek, terdaftar pada tanggal 22 November
1993 dengan nomor sertifikat 328198, kemudian diperpanjang pada
tanggal 13 Agustus 2003 dengan nomor sertifikat 546605 dan
mendapatkan perlindungan hukum sampai tanggal 14 Agustus 2013.
2. Gudang Baru3
Gudang Baru adalah merek rokok yang diproduksi oleh Perusahaan
Rokok Jaya Makmur (PR. Jaya Makmur) sejak tahun Tahun 1976.
Berawal dari tujuan mulia seorang putra pribumi bernama saman Hoedi
(Almarhum) untuk membantu masyarakat sekitar dalam hal pemenuhan
sandang pangan serta lapangan pekerjaan, beliau mendirikan perusahaan
rokok Bintang Sayap Insan dengan jenis rokok SKT (Sigaret Kretek)
merek rokok INSAN yang mampu mempekerjakan kurang lebih 125 orang
yang berasal dari masyarakat sekitar.
Sadar dengan kebutuhan pasar yang semakin meningkat pada
dekade 1980 an beliau mulai mempersiapkan generasi penerus perusahaan
ini ke putra sulungnya yang bernama Ali Kosin, sepuluh tahun kemudian
tepatnya pada tahun 1992 perusahaan ini mengalami perkembangan pesat
sehingga mampu mendirikan dua anak perusahaan rokok yang bernama
PR. Jaya Makmur dengan direktur utamanya adalah H. Ali Kosin, SE dan
PR. Putra Jaya dengan direktur utamanya adalah H. Ali Utsman, SE.
Pengolahan managemen pun mulai dikelola secara profesional pula
dibawah managemen Gudang Baru. Perusahaan ini selalu selalu berusaha
menggali kemampuan untuk menciptakan hasil karya seni rokok bercita
rasa tinggi dengan harga terjangkau, beberapa merek rokoknya adalah
Gudang Baru Internasional dan Gudang Baru Putih. Dengan kemurahan
3 http://www.gudang-baru.com/Sejarah.htm#Category-1, diakses pada hari Selasa, 17 September 2018 pukul 11:30
43
tuhan yang maha Esa, empat tahun kemudian, pada tahun 1995 perusahaan
ini mulai memproduksi jenis rokok SKM (Sigaret Kretek Mesin) dan
mulai memperluas distribusi rokok ke seluruh wilayah Indonesia dan
ekspor ke luar negeri.
Seiring dengan berjalannya waktu telah banyak kontribusi yang
diberikan perusahaan terhadap pendapatan negara dalam hal pembayaran
pita cukai dan pembayaran pajak serta membuka lapangan kerja bagi putra
putri Indonesia, jumlah karyawan yang dimilikinya lebih dari 2.583
orang, PR. Jaya makmur siap bersaing dengan perusahaan-perusahaan
rokok di Indonesia.
Tahun 2009, sadar dengan pesatnya perkembangan perusahaan dan
tingginya permintaan pasar terhadap semua produk Gudang Baru,
sehingga menuntut seorang H. Ali Kosin, SE untuk mengembangkan
strategi perusahaan dan marketing dengan memulai memperluas distribusi
rokok ke seluruh wilayah Indonesia dan ekspor ke luar negeri.
Berdasarkan putusan Manhkamah Agung Nomor 104
PK/Pid.Sus/2015, terdapat lima produk Gudang Baru yang menjadi objek
sengketa dalam kasus ini. Merek tersebut terdaftar dalam daftar umum
merek pada Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual, yaitu pada kelas
34 dengan rincian sebagai berikut :
a. Gudang Baru Filter Premium, telah beredar di masyarakat sejak tahun
1995 namun lukisan dan logo pada merek tersebut tidak terdaftar dalam
daftar umum merek pada Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual
b. Gudang Baru New Internasional, telah beredar di masyarakat sejak
tahun 1995 namun lukisan dan logo pada merek tersebut tidak terdaftar
dalam daftar umum merek pada Direktorat Jendral Hak Kekayaan
Intelektual
c. Gudang Baru Merah Kretek, telah beredar di masyarakat sejak tahun
1995 namun lukisan dan logo pada merek tersebut tidak terdaftar dalam
daftar umum merek pada Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual
44
d. Gudang Baru 12 Kretek, terdaftar sejak tanggal 14 Juli 1995 dengan
nomor sertifikat 42757, kemudian diperpanjang pada tanggal 14 Juli
2005 dengan nomor sertifikat 32226 dan mendapatkan perlindungan
hukum sampai dengan tanggal 14 Juli 2015
e. Gudang Baru 12 Kretek King Size, terdaftar sejak 21 maret 1995
dengan nomor setifikat 506190, kemudian diperpanjang pada tanggal
21 Maret 2005 dengan nomor sertifikat 506187 dan mendapat
perlindungan hukum sampai dengan tanggal 21 Maret 2015.
3. Objek Sengketa Merek
a. Hukum Pidana
Dalam perkara pidana yang diajukan oleh pemilik merek
Gudang Garam kepada pemilik merek Gudang Baru, terdapat empat
jenis merek Gudang Garam yang memiliki persamaan unsur pokok
dengan merek dan logo Gudang Baru :
1) Merek dan logo Gudang Baru Filter Premium memiliki persamaan
unsur pokok dengan merek dan logo Gudang Garam Surya 12,
yang terdaftar sejak tanggal 1 April 1992 dengan nomor sertifikat
273579, kemudian diperpanjang pada tanggal 19 April 2002
dengan nomor sertifikat 506190 dan mendapat perlindungan
hukum sampai dengan tanggal 1 April 2012.4
2) Merek dan logo Gudang Baru Filter Premium memiliki persamaan
usnsur pokok dengan merek dan logo Gudang Garam Filter
Premium, yang terdaftar sejak tanggal 1 April 1992 dengan nomor
sertifikat 273582, kemudian diperpanjang pada tanggal 19 April
2002 dengan nomor sertifikat 506187 dan mendapat perlindungan
hukum sampai dengan tanggal 1 April 2012.5
3) Merek dan logo Gudang Baru Kretek Merah memiliki persamaan
unsur pokok dengan merek dan logo Gudang Garam Merah Kretek,
4 Lihat gambar 1 dan 2 pada lampiran skripsi 5 Lihat gambar 3 dan 4 pada lampiran skripsi
45
terdaftar pada tanggal 22 November 1993 dengan nomor sertifikat
328198, kemudian diperpanjang pada tanggal 13 Agustus 2003
dengan nomor sertifikat 546605 dan mendapatkan perlindungan
hukum sampai tanggal 14 Agustus 2013.6
4) Merek dan Logo Gudang Baru Internasional King Size memiliki
persamaan unsur pokok dengan merek Gudang Garam Surya, yang
terdaftar sejak tanggal 14 Agustus 1993 dengan nomor sertifikat
546606, kemudian diperpanjang pada tanggal 13 Agustus 2003 dan
mendapat perlindungan hukum sampai dengan tanggal 22
November 2013.7
b. Hukum Perdata
Dalam gugatan perdata yang dilakukan oleh pemilik merek
Gudang Garam kepada Pengadilan Niaga Surabaya, terdapat dua jenis
merek dan logo Gudang Baru yang memiliki perssamaan unsur pokok
dengan merek Gudang Garam, yaitu :
1. Merek dan logo Gudang Baru Kretek 12, memiliki persamaan
unsur pokok dengan merek dan logo Gudang Garam Merah
Kretek, yang terdaftar pada tanggal 22 November 1993 dengan
nomor sertifikat 328198, kemudian diperpanjang pada tanggal 13
Agustus 2003 dengan nomor sertifikat 546605 dan mendapatkan
perlindungan hukum sampai tanggal 14 Agustus 2013.8
2. Merek dan logo Gudang Baru Kretek King Size, memiliki
persamaan unsur pokok dengan merek dan logo Gudang Garam
Merah Kretek, yang terdaftar pada tanggal 22 November 1993
dengan nomor sertifikat 328198, kemudian diperpanjang pada
tanggal 13 Agustus 2003 dengan nomor sertifikat 546605 dan
6 Lihat gambar 5 dan 6 pada lampiran skripsi 7 Lihat gambar 7 dan 8 pada lampiran skripsi 8 Lihat gambar 5 dan 9 pada lampiran skripsi
46
mendapatkan perlindungan hukum sampai tanggal 14 Agustus
2013.9
Dalam penjelasan pasal 21 ayat (1) Undang-undang Nomor 20
Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis dijelaskan bahwa
yang dimaksud dengan “persamaan pada pokoknya” adalah kemiripan
yang disebabkan oleh adanya unsur yang dominan antara merek satu
dengan yang lainnya sehingga menimbulkan kesan adanya persamaan
baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara penulisan atau
kombinasi antara unsur, maupun persamaan bunyi ucapan, yang
terdapat dalam merek tersebut.
Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia No.
2279 PK/PDT/1992 tanggal 6 Januari 1998 menyatakan bahwa merek
yang mempunyai persamaan pada pokoknya maupun keseluruhannya
dapat dideskripsikan sebagai sama bentuk (similarity of form), sama
komposisi (similarity of compotition), sama kombinasi (similarity of
combination) dan sama unsur elemen (similarity of elements).
Menurut Tim Lindsey, cara memutuskan bahwa suatu merek
memiliki persamaan pada pokoknya yaitu dengan membandingkan
kedua merek, selain melihat persamaan dan perbedaan juga
memperhatikan ciri-ciri penting dan kesan kemiripan antar
keduanya.1 0
Untuk menilai persamaan pada pokoknya dapat dilakukan
secara visual, fonetik dan konseptual. Secara visual dapat diukur dari
sisi tampilan merek itu sendiri, baik warna, cara penempatan, bentuk
atau kombinasi yang menimbulkan kesan adanya persamaan yang
dapat membuat orang keliru, mengecoh atau menyesatkan konsumen
terhadap asal usul merek yang satu dengan yang lain. Secara fonetik
9 Lihat gambar 5 dan 10 pada lampiran skripsi 1 0 Casavera, 15 Kasus Sengketa Merek di Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.
197.
47
dapat dilihat dari jenis font yang digunakan dalam penulisan merek
tersebut, sedangkan konseptual adalah dilihat dari konsep pembuatan
merek tersebut secra keseluruhan.
B. Kewenangan Pengadilan
1. Pengadilan Niaga
Berdasarkan Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Bahwa
Pengadilan Niaga adalah pengadilan khusus yang dibentuk di lingkungan
peradilan umum yang berwenang memeriksa, mengadili dan memberi
putusan terhadap perkara kepailitan dan penindaan kewajiban dan
pembayaran utang (PKPU). Selain itu dalam Undang-undang Nomor 24
Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan dijelaskan bahwa
Pengadilan Niaga juga berwenang menangani sengketa-sengketa
komersial lainnya seperti sengketa di bidang hak kekayaan intelektual
(HKI), dan sengketa dalam proses likuidasi bank yang dilakukan lembaga
penjamin simpanan (LPS).1 1
Hingga saat ini Pengadilan Niaga berwenang menangani perkara-
perkara sebagai berikut :
a. Kepailitan dan PKPU, serta hal-hal yang berkaitan dengannya,
termasuk kasus-kasus action pauliana dan prosedur renvoi tanpa
memperhatikan apakah pembuktiannya sederhana atau tidak
b. Hak Kekayaan Intelektual yang meliputi Desain Industri (Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri), Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu (Undang-Undang Nomor 32 tahun 2000 tentang
Tata Letak Sirkuit Terpadu), Paten (Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2016 Tentang Paten), Merek (Undang-Undang Nomoe 20 Tahun 2016
Tentang Merek dan Indikasi Geografis), dan Hak Cipta (Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta)
1 1 A. Ridwan Halim, Pokok-Pokok Peradilan Umum di Indonesia, (Jakarta: PT.
Pradanaya Paramita, 2005), h. 41.
48
c. Lembaga Penjamin Simpanan yang meliputi sengketa dalam proses
likuidasi dan tuntutan pembatalan segala perbuatan hukum bank yang
mengakibatkan berkurangnya asset atau bertambahnya kewajiban bank
dalam jangka waktu tertentu.
2. Pengadilan Negeri
Pengadilan Negeri adalah sebuah lembaga peradilan di lingkungan
peradilan umum yang berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota.
Sebagai pengadilan tingkat pertama, Pengadilan Negeri berfungsi untuk
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan perdata bagi
rakyat pencari keadilan pada umumnya.
Pengadilan Negeri selaku salah satu kekuasaan kehakiman di
lingkungan peradilan umum memiliki tugas dan kewenangan sebagaimana
disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang
Peradilan Umum, dalam pasal 50 menyatakan “Pengadilan Negeri
bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara
pidana dan perdata di tingkat pertama”.
3. Pengadilan Tinggi Negeri
Pengadilan Tinggi Negeri adalah pengadilan banding, yang
mengadili di posisi tingkat kedua atau pada tingkat banding pada perkara
perdata dan/atau perkara pidana yang telah diadili/diputuskan oleh
pengadilan negeri di tingkat pertama. Pemeriksaan disini hanya atas dasar
pemeriksaan berkas perkara saja, kecuali bila Pengadilan Tinggi merasa
perlu untuk langsung mendengarkan para pihak yang berperkara.
Pada dasarnya Pengadilan Tinggi adalah lembaga kekuasaan
kehakiman yang memiliki kedudukan di ibu kota provinsi, dengan
kewenangan sebagai berikut :
a. Mengadili perkara pidana dan perdata pada tingkat banding
49
b. Mengadili di tingkat pertama dan terakhir dalam sengketa keweangan
mengadili antar pengadilan negeri di daerah hukumnya
c. Memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasihat hukum pada
instansi pemerintah
d. Ketua Pengadilan Tinggi berkewajiban melakukan pengawasan
terhadap jalannya peradilan di tingkat Pengadilan Negeri.
4. Mahkamah Agung
Mahkamah Agung Republik Indinesia adalah lembaga tinggi
negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang
kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi dan
bebas dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya. Makhkamah
Agung membawahi badan peradilan di lingkungan peradilan umum,
peradilan agama, peradilan militer dan peradilan tata usaha negara.1 2
Berdasarkan pasal 20 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
Tentang Kekuasaan Kehakiman bahwa Mahkamah Agung memiliki
kewenangan sebagai berikut ;
a. Mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan pengadilan yang
diberikan pada tingkat banding atau tingkat terakhir dari semua
lingkungan peradilan yang berada dibawah kewenangan Mahkamah
Agung
b. Menguji peraturan secara materiil terhadap peraturan perundang-
undangan dibawah undang-undang
c. Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan
di semua lingkungan peradilan dan penyelenggaraan kekuasaan
kehakiman.
Selain itu, Mahkamah Agung Republik Indonesia dapat memberi
keterangan, pertimbangan, dan nasihat masalah hukum kepada lembaga
negara dan lembaga pemerintahan dan bagian hukum lainnya.
1 2 C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1986), h. 337.
50
5. Kompetensi Lembaga Peradilan
Masing-masing lembaga peradilan memiliki kompetensi dalam
mengadili perkara yang masuk di dalamnya, Kompetensi pengadilan atau
bisa juga disebut dengan yurisdiksi pengadilan di Indonesia secara umum
dibagi menjadi dua macam, yaitu absolut dan relatif.1 3
1) Kompetensi Absolut
Adalah kewenangan mutlak yang dimiliki oleh masing-masing
badan peradilan untuk menerima, memeriksa, megadili dan
menyelesaikan perkara-perkara jenis tertentu yang mutlak tidak dapat
dilakukan oleh badan peradilan yang lain.
2) Kompetensi Relatif
Adalah kewenangan badan peradilan untuk menerima, memeriksa,
mengadili, dan menyelesaikan perkara-perkara berdasarkan daerah
hukumnya dimana wilayah tergugat bertempat tinggal.
Secara khusus dan terperinci tentang kewenangan relatif
pengadilan Negeri diatur dalam pasal 118 HIR dan 142 Rbg yang
mengatur sebagai berikut1 4 :
1) Gugatan perdata pada tingkat pertama yang termasuk wewenang
Pengadilan Negeri diajukan kepada Pengadilan Negeri yang daerah
hukumnya meliputi tempat tinggal tergugat atau jika tidak diketahui
tempat tinggalnya, maka tempat kediamannya yang terbaru
ditempatinya
2) Apabila tergugat lebih dari satu orang diajukan di tempat tinggal salah
satunya sesuai dengan pilihan penggugat
1 3 Moh. Yuhadi, Sejarah lembaga Peradilan di Indonesia dan Manfaatnya bagi
Perkembangan Hukum di Masa Yang Akan Datang, (Bandung: PT. Alumni, 20112), h. 24.
1 4 H. Ridwan Syahrani, Dasar Hukum Perdata, (Bandung: PT. Citra Aditya bakti, 2009), Cet. V, h. 85.
51
3) Jika tidak dikenal tempat tinggal dan kediaman tergugat diajukan
kepada ketua pengadilan negeri di tempat tinggal penggugat atau salah
seorang penggugat
4) Jika objeknya benda tetap (benda tidak bergerak) maka gugatan
diajukan kepada pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi
benda tetap itu berada, jika benda itu di beberapa daerah hukum
pengadilan negeri maka gugatan diajukan kepad salah satu pengadilan
negeri menurut pilihan penggugat
5) Jika ditentukan dalam perjanjian (akta) ada tempat tinggal yag dipilih
maka gugatan yang diajukan di tempat tinggal yang dipilih tersebut,
atau penggugat mengajukan gugatannya kepada pengadilan negeri yang
daerah hukumnya meliputi tempat tinggal yang dipilih.
52
BAB IV
PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA MEREK DAN PENYEBAB
DISSENTING OPINION PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG
A. Prosedur Penyelesaian Sengketa Merek
1. Kasus Posisi
Putusan Mahkamah Agung Nomor 104 PK/Pid.Sus/2015 adalah
putusan terhadap kasus sengketa merek antara Gudang Garam dan Gudang
Baru pada tingkat Peninjauan Kembali (PK). H. Ali Kosin, SE selaku
pemilik Perusahaan Rokok (PR. Jaya Makmur) yang beralamat di jalan
Probolinggo Nomor 162 kelurahan Penarukan, Kepanjen, Malang, Jawa
Timur Indonesia, telah memproduksi merek Gudang Baru beserta varianya
sejak tahun 1995.
Pada tahun 2011, H. Ali Kosin, SE dilaporkan kepada Direktur Reserse
Kriminal Khusus POLDA Jatim oleh pemilik merek Gudang Garam atas
dasar adanya dugaan persamaan unsur pokok pada merek “Gudang Baru”
kemudian kasus tersebut diadili di Pengadilan Negeri Kepanjen. Pemilik
merek Gudang Garam mendalilkan bahwa adanya unsur kesengajaan dan
tanpa hak yang dilakukan oleh pemilik merek Gudang Baru dalam
menggunakan merek yang sama pada pokoknya dengan merek terdaftar
miliknya untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan.
Pengaduan tersebut didasarkan pada ketentuan pidana yang ada dalam
pasal 91 Undang-undang Nomor 15 tahun 2001 Tentang Merek yang
menyatakan bahwa “Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak
menggunakan merek yang sama pada pokoknya dengan merek terdaftar
milik pihak lain untuk untuk barang dan/atau jasasejenis yang diproduksi
dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama
empat tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 800.000.000 (delapan ratus
juta rupiah)”.
53
Tidak hanya persoalan pidana, pemilik PT. Gudang Garam juga
mengajukan gugatan pembatalan merek Gudang Baru kepada pengadilan
Niaga Surabaya pada tahun 2013 dengan alasan bahwa adanya persamaan
unsur pokok yang terdapat dalam logo dan lukisan yang ada pada merek
Gudang Baru. Hal tersebut didasarkan pada ketentuan yang ada dalam pasal
68 Undang-undang Nomor 15 Thun 2001 tentang Merek yang menjelaskan
tentang alasan gugatan pembatalan pendaftaran merek.
Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa gugatan pembatalan
pendaftaran merek diajukan oleh pihak yang berkepentingan dengan
alasan jika merek yang didaftarkan bertentangan dengan hal-hal sebagai
berikut :
a) Peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama,
kesusilaan atau ketertiban umum
b) Tidak memiliki daya pembeda
c) Telah menjadi milik umum
d) Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya. Gugatan yang dimaksud dalam pasal
tersebut diajukan kepada pengadilan Niaga sesuai dengan tempat
tinggal yang bersangkutan.
Menurut pasal 69 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 Gugatan
pembatalan pendaftaran merek hanya dapat diajukan dalam jangka waktu
lima tahun sejak tanggal pendaftaran merek. Sedangkan gugatan tanpa
batas waktu apabila merek yang bersangkutan bertentangan dengan
moralitas agama, kesusilaan atau ketertiban umum, dan yang dimaksud
dalam ketertiban umum pada penjelasan pasal tersebut adalah adanya
itikad tidak baik dalam pendaftaran merek.
2. Putusan Pengadilan
a. Putusan Pidana
Setelah upaya hukum pidana dan perdata dilakukan oleh pemilik
PT. Gudang Garam terhadap pemilik Gudang Baru, diperolehlah
54
putusan pidana dan perdata dalam perkara tersebut. Putusan pengadilan
Negeri Kepenjen Nomor 645/Pid.Sus/2011/PN.Kpj. tanggal 7 maret
2012 dalam perkara pidanya yang amar lengkapnya sebagai berikut :
1) Menyatakan bahwa keberatan atas surat dakwaan penuntut umum
dari penasehat hukum terdakwa tidak dapat diterima
2) Menyatakan bahwa terdakwa H. Ali Kosin, SE, tersebut di atas
telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah
melakukan tindak pidana “Dengan sengaja dan tanpa hak
menggunakan merek yang sama pada pokoknya dengan merek
terdaftar milik pihak lain untuk barang sejenis yang diproduksi dan
diperdagangkan”
3) Menjatuhkan pidana kepada terdakwa tersebut di atas dengan
pidana penjara selama 10 (sepuluh) bulan
4) Menjatuhkan pidana denda kepada terdakwa sebesar Rp.
50.000.000 (lima puluh juta rupiah)
5) Menetapkan jika denda tersebut tidak dibayar, maka diganti dengan
pidana kurungan selama 2 (dua) bulan
6) Mengembalikan seluruh barang bukti kepada pemiliknya masing-
masing
7) Membebankan kepada terdakwa untuk membayar perkara sebesar
Rp. 5000,- (lima ribu rupiah).
Setelah adanya putusan pidana tersebut, pemilik Gudang Baru dan
penasehat hukumnya mengajukan banding kepada Pengadilan Tinggi
Surabaya. Namun sayangnya pada tingkat banding, pemilik Gudang Baru
mengalami kekalahan untuk yang kedua kalinya, sebab putusan
Pengadilan Tinggi Surabaya memenangkan pemilik merek Gudang Garam
pada putusan Nomor 297/PID/2012/PT.SBY.tanggal 21 Juni 2012 yang
amar putusannya sebagai berikut :
a) Menerima permintaan banding dari penasehat hukum terdakwa dan
Penuntut Umum
55
b) Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Kepanjen tanggal 7 Maret
2012 Nomor 645/Pid.Sus/2011/PN.Kpj, yang dimintakan banding
c) Membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara dalam kedua
tingkat peradilan yang dalam tingkat banding sebesar Rp. 5000,- (lima
ribu rupiah).
b. Putusan Perdata
Setelah adanya putusan pidana pada tingkat banding, Pada tanggal
12 September 2013 diputuslah gugatan perdata yang dimohonkan oleh
pemilik merek Gudang Baru. Dalam putusan ini pemilik merek
Gudang Baru kembali dikalahkan oleh pemilik Gudang Garam dengan
dibacakannya putusan Nomor 04/HKI-MEREK/2013/PN-
NIAGA.SBY. yang amarnya sebagai berikut :
1. Dalam Eksepsi : Menolak eksepsi tegugat I
2. Dalam Pokok Perkara : mengabulkan gugatan penggugat untuk
seluruhnya
3. Menyatakan bahwa merek Gudang Baru + lukisan atas nama
tergugat yang terdaftar dalam daftar umum merek mempunyai
persamaan pada pokoknya dengan merek Gudang Garam milik
penggugat
4. Menyatakan tergugat terbukti telah mendaftarkan merek Gudang
Baru + Lukisan dengan itikad tidak baik karena ingin membonceng
ketenaran merek Gudang Garam milik penggugat yang sudah
terkenal
5. Membatalkan pendaftaran merek Gudang Baru+ Lukisan milik
tergugat untuk jenis barang kelas 34 dari daftar umum merek di
Direktorat Jendral HAKI dan segala akibat hukumnya
6. Memerintahkan turut tergugat untuk segera mencoret pendaftaran
merek Gudang Baru + lukisan atas nama tergugat
7. Menghukum tergugat membayar biaya perkara pendaftaran sebesar
Rp. 416.000 (empat ratus enam belas ribu rupiah).
56
Tidak puas dengan adanya putusan tersebut, pemilik merek Gudang
Baru dan kuasanya mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung untuk
putusan perdata tersebut, sebab dalam pasal 70 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek menyatakan bahwa terhadap
putusan Pengadilan Niaga yang memutuskan pembatalan merek hanya
dapat diajukan kasasi. Adapun memori kasasi yang disampaikan oleh
pemilik Gudang Baru adalah sbagai berikut :
a) Judex Facti1 telah keliru dalam menerapkan pertimbangan hukum
mengenai ketentuan pelanggaran pasal 69 ayat (1) Undang-undang
Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek
b) Gugatan termohon kasasi harusnya diajukan berdasarkan pasal 69 ayat
(1) dan bukan pasal 69 ayat (2) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001
Tentang Merek
c) Pendaftaran yang dilakukan pemilik Gudang Baru telah sesuai dengan
prosedur pendaftaran merek
d) Waktu permohonan pembatalan merek yang telah lewat batas waktu
e) Adanya indikasi persaingan usaha tidak sehat dengan mematikan usaha
kompetitornya
f) Tidak terbukti bahwa konsumen terkecoh dan menimbulkan
kebingungan untuk memilih antara merek Gudang Garam dan Gudang
Baru
g) Judex facti tidak cukup mempertimbangkan persamaan unsur pokok
pada merek Gudang Garam dan Gudang Baru
h) Judex facti telah mengesampingkan fakta 18 tahun atau 10 tahun sikap
“diam” pemilik Gudang Garam dalam melindungi merek miliknya.
Dengan dijukannya kasasi terhadap putusan Pengadilan Niaga
Surabaya, pemilik Gudang Baru dapat membalikan keadaan terhadap
sengketa yang dialaminya, sehingga dengan adanya putusan tersebut
1 Majelis hakim di tingkat pertama yang memeriksa bukti-bukti dari suatu kejadian
perkara dan memeriksa fakta-fakta hukum dari suatu perkara yang diadili.
57
merek Gudang Baru menjadi merek yang sah dan harus mendapat
perlindungan dari Negara Indonesia, hal ini tertuang dalam putusan Nomor
162 K/Pdt.Sus-HKI/2014 yang membatalkan putusan Pengadilan Niaga
pada Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 04/HKI-MEREK/2013/PN-
NIAGA.SBY.
Adapun pertimbangan hukum yang tertuang dalam putusan Nomor 162
K/Pdt.Sus-HKI/2014 adalah sebagai berikut :
1) Tentang adanya itikad tidak baik : dalam kaitan ini Judex facti telah
tidak cermat dalam menyatakan tentang adanya itikad baik sebagai
berikut sebagaimana dikemukakan oleh turut tergugat, bahwa mengenai
hal itu sudah dipertimbangkan secara administratif, pemeriksaan
subtantif/sesuai dengan kewenangan Dirjen HKI, penggugat/termohon
kasasi tidak memiliki data hasil penelitian tentantang adanya itikad
tidak baik. Bahwa merek tergugat/pemohon kasasi Gudang Baru sudah
terdaftarkan dalam daftar umum merek dan berita resmi merek.
2) Tentang persamaan pada pokoknya : bahwa pertimbangan Judex facti
tentang adanya persamaan pada pokoknya sangatlah tidak tepat, sebab
terdapat perbedaan-perbedaan yang menonjol diantara keduanya
3) Mengenai putusan pidana yang dikemukakan penggugat/termohon
kasasi tidak jelas apakah putusan tersebut telah berkekuatan hukum
tetap.
Setelah adanya putusan kasasi tersebut, pemilik merek Gudang Garam
mengajukan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung untuk
putusan pidana yang dijatuhkan kepadanya, sebab pemilik merek Gudang
Baru yakin dengan adanya putusan perdata itu, ia akan dibebaskan dari
segala bentuk sanksi yang dijatuhkan kepadanya.
Namun sayangnya ditingkat peninjauan kembali pemilik merek
Gudang Baru harus terima dengan putusan penolakan Peninjauan Kembali
oleh majelis hakim Mahkamah Agung, dan putusan Peninjauan kembali
yang dimohonkan oleh pemilik merek Gudang Baru dinyatakan tetap
58
berlaku. Hal tersebut tertuang dalam putusan Nomor 104 PK/Pid.Sus/2015
yang amar putusannya sebagai berikut :
(1) Menolak permohonan peninjauan kembali dari H. Ali Kosin, SE
tersebut
(2) Menetapkan bahwa putusan yang dimohonkan peninjauan kembali
tersebut tetap berlaku
(3) Membebankan pemohon peninjauan kembali untuk membayar biaya
perkara dalam peninjauan kembali ini sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu
lima ratus).
Pemilik merek yang telah mendaftarka mereknya sesuai dengan
prosedur yang berlaku di negara Indonesia berhak mendapatkan
perlindungan hukum dari negara Indonesia, sehingga dapat mencegah
pelaku usaha pesaingnya untuk meniru dan menggunakan mereknya secara
tanpa hak dan melawan hukum.
Dalam pasal 83-93 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang
Merek dan Indikasi Geografis terdapat beberapa Instrumen hukum yang
dapat ditempuh jika terjadi sengketa merek yatitu instrumen hukum
perdata, pidana atau alternatif penyelesaian sengketa seperti Arbitrase dan
alternatif penyelesaian sengketa lainnya.2
Dalam kasus ini, merek Gudang Baru telah beredar di masyarakat
sejak tahun 1995. Pemilik Gudang Garam yang merasa dirugikan atas
beredarnya merek Gudang Baaru tersebut kemudian melaporkan kasusnya
ke Direktur Reserse Kriminal Khusus POLDA Jatim pada tanggal 5 Mei
tahun 2011 dengan alasan merek Gudang Baru memiliki persamaan pada
pokoknya dengan merek terdaftar milik PT. Gudang Garam dan pemilik
Gudang Baru memperdagangkan barang yang diduga merupakan hasil
tiruan dari merek Gudang Garam. Kemudian perkara tersebut diadili di
Pengadilan Negeri Kepanjen.
2 Lihat pula penjelasan mengenai penyelesaian sengketa merek pada pasal 83-93 Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.
59
Berdasarkan surat dakwaan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum,
bahwa pemilik merek Gudang Baru telah sengaja dan tanpa hak
menggunakan merek yang sama pada pokoknya dengan merek terdaftar
milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi
dan/atau diperdagangkan sejak tahun 1995 sampai dengan tahun 2011
ketika perkara ini diajukan. Artinya PR. Jaya Makmur telah memproduksi
rokok dengan merek Gudang Baru selama 16 tahun.
Berdasarkan pasal 78 KUHP, kewenangan menuntut pidana hapus
karena lewat waktu3 :
a. Mengenai semua pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan dengan
percetakan sesudah satu tahun
b. Mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana denda, pidana
kurungan, atau pidana penjara paling lama tiga tahun, sesudah enam
tahun
c. Mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana penjara lebih dari
tiga tahun, sesudah dua belas tahun
d. Mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana mati atau pidana
seumur hidup, sesudah delapan belas tahun.
Dalam pasal 79 KUHP ditegaskan pula bahwa tenggang waktu atau
batas perhitungan lewat waktu kewenangan menuntut pidana adalah
sesudah perbuatan itu dilakukan, kecuali mengenai pemalsuan mata uang,
penculikan, dan pelanggaran pasal 556 sampai 558 KUHP dan perkara
merek tidak termasuk hal yang dikecualikan dalam pasal tersebut.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa pelanggaran yang
dilakukan oleh pemilik merek Gudang Baru telah terjadi selama enam
belas tahun, tetapi pemilik merek Gudang Garam tidak mengajukan
pembatalan/penghapusan merek atau melaporkan ke pihak yang berwajib
untuk menindak pelanggaran merek tersebut. Dengan demikian
berdasarkan ketentuan pada pasal 78 KUHP pengaduan dan penuntutan
3 Andi Hamzah, KUHP & KUHAP(edisi revisi), (Jakarta : Rineka Cipta, 2011), h. 35.
60
pidana yang dilakukan oleh pemilik Gudang Garam telah lewat batas
waktu.
Adapun upaya hukum yang dapat ditempuh oleh pemilik Gudang
Garam berdasarkan Undang-undang Merek adalah upaya hukum perdata
dengan mengajukan gugatan ganti rugi, dan/atau penghentian semua
perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek tersebut kepada
Pengadilan Niaga.4
Dalam pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dijelaskan
pula bahwa “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian
kepada orang lain, mewajibkan orang karena salahnya menerbitkan
kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”. Tidak hanya itu, dalam teori
Subyektif pun dijelaskan bahwa “Barangsiapa yang mengaku atau
mengemukakan suatu hak, maka yang bersangkutan harus
membuktikannya”. 5
Dari pernyataan tersebut dapat penulis pahami bahwa bilamana
pemilik merek Gudang Garam dan Gudang Baru mendalilkan bahwa
dirinya punya hak atas mereknya, maka yang bersangkutan harus
membuktikannya secara perdata di pengadilan Niaga yang merupakan
lingkup dari peradilan umum, sebeb dalam tujuan hukum acara perdata
adalah mencari kebenaran formil atas bukti-bukti yang diajukan oleh para
pihak, sedangkan tujuan dari hukum acara pidana adalah mencari
kebenaran materil (hakim bersifat aktif dalam mencari kebenaran)
berdasarkan fakta hukum.
Pokok permasalahan dalam kasus ini adalah masalah merek dalam
konteks perdata yang diatur dengan Undang-Undang khusus terbaru yaitu
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi
Geografis, sedangkan memperdagangkannya adalah perbuatan yang timbul
setelahnya.
4 Lihat Pasal 69 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek. 5 R. Soebekti dan R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta : PT.
Balai Pustaka (Persero), 2011), h. 346.
61
Berdasarkan analisis penulis terhadap penyelesaian sengketa yang
dilakukan oleh pemilik Gudang Garam dengan didukung dengan teori dan
ketentuan hukum yang telah dipaparkan di atas, bahwa bilamana pemilik
merek Gudang Garam merasa dirugikan dengan beredarnya merek Gudang
Baru beserta variannya maka upaya hukum yang harus diselesaikan adalah
melalui instrument hukum perdata pada pengadilan Niaga terlebih
dahululu sebelum diselesaikan secara pidana pada Pengadilan Negeri,
sebab kewenangan untuk memeriksa dan menentukan merek tersebut
memiliki persamaan pada pokoknya atau tidak adalah kewenangan
Pengadilan Niaga dalam ruang lingkup peradilan umum, sedangkan upaya
hukum pidana adalah upaya untuk menghukum seseorang karena telah
memperdagangkan merek yang memiliki persamaan pada pokoknya
dengan merek lain yang merasa dirugikan.
Dalam teori Absolut (Vergeldingsthoeri) dijelaskan bahwa hukuman
itu dijatuhkan sebagai pembalasan terhadap para pelaku karena telah
melakukan kejahatan yang mengakibatkan kesengsaraan terhadap orang
lain atau masyarakat, sedangkan berdasarkan teori Relatif (Doeltheory)
bahwa tujuan hukuman adalah bertujuan untuk membuat efek jera pelaku
pidana, memperbaiki pribadi terpidana, dan membinasakan atau membuat
terpidana tidak berdaya.6
Hal tersebut mengisyaratkan bahwa hukum pidana digunakan setelah
sarana lain kurang mampu atau sesuai dengan untuk menanggulangi
pelanggaran hukum yang terjadi. Fungsi hukum pidana menjadi Ultimum
Remedium atau sarana penal terakhir dalam menanggulangi setiap
pelanggaran hukum.
Menurut Prof. Sudarto bahwa dalam konteks hak cipta dan merek,
hukum pidana harus senantiasa dipandang mempunyai fungsi subsider
artinya hukum pidana hendaklah baru digunakan apabila sarana hukum
lainnya kurang mampu atau kurang serasi, sebaliknya apabila sarana-
6 Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006, Cet. ketiga), h. 4.
62
sarana lain lebih bermanfaat, maka janganlah menggunakan hukum pidana
dalam menyelesaikan perkaranya.7
Penggunaan hukum pidana atau kriminalisasi dalam suatu pelanggaran
hukum menurut Prof. Sudarto harus didasarkan pada :
a. Memperhatikan tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat yang
adil dan makmur
b. Perbuatan yang diusahakan untuk dicegah atau ditanggulangi dengan
hukum pidana harus merupakan perbuatan yang tidak dikehendaki
c. Memperhitungkan prinsip biaya atau hasil
d. Memperhatikan kapasitas atau kemampuan daya kerja dari badan
penegak hukum, yaitu jangan sampai ada kelampauan beban tugas
(Overbelasting).
B. Penyebab Terjadinya Dissenting Opinion Hakim Mahkamah Agung
1. Pertimbangan Hakim
Dalam memeriksa dan memutus permohonan Peninjauan Kembali
pada putusan Nomor 104 PK/Pid.Sus/2015 yang dimohonkan oleh pemilik
merek Gudang Baru kepada Mahkamah Agung, terjadi Dissenting
Oppinion pada majelis hakim Mahkamah Agung di Tingkat Peninjauan
Kembali terhadap sanksi pidana yang dijatuhkan kepada pemilik merek
Gudang Baru.
Hal-hal yang menjadi faktor penyebab terjadinya dissenting
oppinion dalam memutus sengketa merek Gudang Garam dan Gudang
Baru adalah sebagai berikut :
a. Ditemukannya sertifikat asli merek Gudang Baru setelah adanya
putusan pidana yang dijatuhkan kepada pemilik merek Gudang Baru,
sehingga hal tersebut dimintakan pemohon peninjauan kembali
kepada Mahkamah Agung untu dipertimbangkan sebagai novum
b. Delik aduan yang telah lewat batas (daluwarsa)
7 Teguh Sulistia dan Aria Zurnetti, Hukum Pidana,(Jakarta: Rajawali pers, 2011), h. 280.
63
c. Terdapat keadan baru berupa putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014 yang menyatakan bahwa
merek Gudang Baru berserta variannya merupakan merek terdaftar
d. Itikad tidak baik dalam pendaftaran merek Gudang Baru
e. Persamaan pada pokoknya dengan merek terdaftar milik pihak lain
f. Penyelesaian sengketa antara hukum pidana dan perdata
g. Tindak pidana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum
h. Kewenangan mengadili antara Pengadilan Niaga dan Pengadilan
Negeri.
Dari hal-hal yang menjadi faktor terjadinya dissenting opinion tersebut
Majelis Majelis hakim (Dr.Artidjo Alkostar, SH., L.L.M dan Sri
Murwahyuni, SH., MH) memberikan pertimbangan hukum yaitu :
1) Bahwa merek Gudang Baru dan Logo sebagaimana barang bukti
mempunyai persamaan pada pokoknya dalam bentuk dan cara
penempatan dengan merek Gudang Garam, letak perbedaannya ialah
pada bunyi ucapan
2) Bahwa etiket merek Gudang Baru yang diproduksi dan
diperdagangkan oleh terdakwa/terpidana (PR. Jaya Makmur) tidak
sesuai dengan etiket merek yang didaftarkan
3) Bahwa Putusan Mahkamah Agung di tingkat kasasi Nomor 162
K/Pdt-Sus-HKI/2014 baru ada setelah adanya putusan pidana Nomor
645/Pid.Sus/2011/PN.Kpj dan putusan Pengadilan Tinggi Surabaya
Nomor 297/Pid/2012/PT.SBY. dengan demikian putusan Mahkamah
Agung di tingkat kasasi tersebut bukan novum
4) Bahwa perbuatan terdakwa/terpidana melanggar pasal 91 Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek
5) Bahwa permohonan pidana yang dilakukan PT. Gudang Garam belum
daluwarsa sebab, pemilik merek Gudang Garam baru mengetahui
kejahatan yang dilakukan terdakwa tahun 2010 dan melaporkannya
pada tahun 2011
64
6) Bahwa berdasarkan pertimbangan diatas, alasan-alasan permohonan
peninjauan kembali tidak memenuhi syarat yang dimaksud dalam
ketentuan pasal 263 ayat (2) KUHAP.
Tetapi pertimbangan hukum tersebut tidak mutlak, sebab Hakim
Anggota I/pembaca I Dr. H. Hadi Suhadi, SH.,MH berbeda
pendapat/dissenting opinion dengan alasan sebagai berikut :
a) Bahwa pemohon didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan
tunggal melanggar pasal 91 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
Tentang Merek , sedangkan tempus delicti (waktu tindak pidana) itu
dilakukan menurut versi dakwaan Penuntut Umum sekitar tahun 1993
sampai dengan juli 2011, dengan demikian tindak pidana yang terjadi
tahun 1993 tidak dapat diberlakukan Undang-Undang Merek Tahun
2001 (tidak boleh berlaku surut)
b) Bahwa tempus delicti (waktu kejadian perkara) tahun 1995 dan baru
dijadikan perkara tahun 2011 sedah berjalan 16 tahun, ancaman
hukum pidana 4 tahun penjara. Dengan demikian menurut pasal 78
ayat 3(e) KUHP, hak menuntut hukum telah gugur
c) Bahwa ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 90-94
Undang-Undang Merek merupakan delik aduan, dengan demikian
sejak tempus delicti terjadi tahun 1995 sampai 2011 korban tidak
mengajukan pengaduan menandakan bahwa korban telah membiarkan
atau menuntut haknya atau melepas haknya digunakan oleh orang lain
d) Bahwa berdasarkan fakta hukum di pesidangan, perbuatan pemohon
peninjauan kembali bukanlah suatu tindak pidana, selain sudah
kadaluwarsa juga merupakan perbuatan dalam konteks perdata
e) Bahwa merek Gudang Baru beserta variannya yang menjadi sengketa
dalam kasus ini telah terdaftar pada Direktorat Jendral Hak Kekayaan
Intelektual, sehingga pemilik merek Gudang Baru adalah pemilik
yang sah atas merek tersebut.
65
Menimbang bahwa akibat terjadinya dissenting opinion tersebut, tidak
terjadi permufakatan antara majelis hakim peninjauan kembali. Maka
sesuai dengan pasal 182 ayat (6) KUHAP jo. Pasal 14 ayat (3) Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman dan pasal
30 ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 jo. Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2009, majelis hakim telah memutuskan berdasarkan suara
terbanyak, yang amar putusannya sebagai berikut :
(1) Bahwa dengan demikian alasan-alasan peninjauan kembali oleh
terpidana tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena tidak termasuk
ke dalam salah satu alasan peninjauan kembali sebagaimana yang
dimaksud dalam pasal 263 ayat (2) huruf a,b,c KUHAP
(2) Bahwa dengan demikian berdasarkan pasal 266 ayat (2) KUAP
permohonan peninjauan kembali harus ditolak dan putusan yang
dimohonkan peninjauan kembali tersebut dinyatakan berlaku
(3) Bahwa dengan ditolaknya permohonan peninjauan kembali, maka
biaya perkara dalam pemeriksaan peninjauan kembali dibebankan
kepada pemohon peninjauan kembali.
2. Analisi Pertimbangan Hakim
Setelah melakukan proses penyelesaian sengketa yang panjang,
akhirnya diperoleh kekuatan hukum tetap yang menyatakan putusan
Pengadilan Tinggi Negeri Surabaya tetap berlaku, demikian pemilik merek
Gudang Baru dipidana selama sepuluh bulan dan denda sebesar lima puluh
juta rupiah serta penghentian semua kegiatan yang berkaitan dengan merek
yang menjadi objek sengketa dalam kasus ini.
Pada dasarnya putusan hakim harus dapat mewujudkan tujuan dari
hukum itu sendiri, setidaknya terdapat tiga tujuan hukum yang harus
diwujudkan dalam putusan hakim, yaitu keadilan, kepastian hukum dan
kemanfaatan. Ketiga tujuan hukum tersebut dalam praktik sulit
diwujudkan secara bersamaan sekaligus dalam putusan hakim. Dalam
66
praktik sering terjadi benturan atau tegangan antara kepastian hukum
dengan kemanfaatan, antara keadilan dengan kepastian, ataupun keadilan
dengan kemanfaatan. Menurut Prof. Ahmad Ali, S.H. jika terjadi hal
seperti itu disarankan agar digunakan asas prioritas, dimana prioritas
pertama jatuh pada keadilan, baru diikuti dengan kemanfaatan dan
kepastian hukum.
Berdasarkan analisis penulis terhadap pertimbangan hakim
Mahkamah Agung yang memeriksa dan memutus sengketa merek Gudang
Garam dan Gudang Baru bahwa terdapat hal mendasar yang menjadi
penyebab terjadinya Dissenting opinion hakim Mahkamah Agung yaitu
terkait penyelesaian sengketa merek antara ranah pidana dan perdata, serta
perhitungan mengenai awal dalam penentuan daluwarsa.
Hakim Dr.Artidjo Alkostar, S.H., L.L.M dan Sri Murwahyuni,
S.H., MH berpendapat bahwa pengaduan yang dilakukan oleh pemilik
Gudang Garam belum daluwarsa, sebab pemilik Gudang Garam baru
mengetahui tindak pidana yang dilakuka oleh pemilik Gudang Baru pada
tahun 2010 dan melaporkannya pada tahun 2011, sedangkan menurut
hakim Dr. H. Hadi Suhadi, SH.,MH waktu permohonan pidana telah
daluwarsa, hal tersebut didasarkan pada ketentuan dalam pasal 78 KUHP
tentang daluwarsa yang menyatakan bahwa penuntutan pidana gugur
karena ancaman pidana yang dikenakan pada pengguna merek secara
melawan hukum adalah empat tahun dan daluwarsanya setelah dua belas
tahun sejak perkara tersebut dilakukan.
Penentuan tentang ketentuan daluwarsa ini berdampak besar pada
upaya hukum dalam penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh kedua
belah pihak, selain itu ketentuan daluwarsa juga berdampak pada
kewenangan pengadilan dalam memeriksa dan memutus sengketa, serta
pertimbangan hakim dalam memutus sengketa. Tidak hanya itu ketentuan
daluwarsa pun berdampak pada putusan yang dijatuhkan kepada pemilik
merek Gudang Baru.
67
Dari kasus tersebut, penulis berpendapat bahwa terdapat hal yang
tidak dipertimbangkan secara detail oleh hakim Dr.Artidjo Alkostar, S.H.,
L.L.M dan Sri Murwahyuni yang memeriksa dan memutus permohonan
peninjauan kembali yang dilakukan oleh pemilik Gudang Baru, menurut
penulis jika hal itu dipertimbangkan berdasarkan pasal 79 KUHP bahwa
tenggang lewat waktu (daluwarsa) tersebut mulai berlaku pada hari
sesudah perbuatan pidana dilakukan, maka penyelesaian sengketa merek
seharusnya diajukan kepada Pengadilan Niaga dalam lingkup Peradilan
Umum bukan melalui Pengadilan Negeri, sehingga putusannya pun bukan
lagi pemidanaan terhadap pemilik Gudang Baru, melainkan ganti rugi dan
penghentian segala perbuatan yang berkaitan dengan merek yang menjadi
objek sengketa.
Penulis juga menganalisis bahwa terdapat faktor lain yang menjadi
penyebab Dissenting Opinion hakim dalam memutus sengketa tersebut,
yaitu tentang pemahaman mengenai konsep keadilan dalam memutus
sengketa merek antara Gudang Garam dan Gudang Baru, mengingat
bahwa keadilan adalah salah satu tujuan utama dalam penegakan hukum di
Indonesia. Hakim Dr.Artidjo Alkostar, S.H., L.L.M dan Sri Murwahyuni
memahami bahwa konsep keadilan yang diterapkan dalam memutus kasus
ini adalah keadilan substantif dengan memperhatikan substansi hukum
materiil yang terdapat dalam Undang-undang Merek tanpa memperhatikan
detail mengenai konsep keadilan Prosedural yang terdapat dalam KUHAP,
artinya hakim Artidjo dan Sri mempertimbangkan mengenai hak yang
seharusnya diperoleh oleh pemilik Gudang Garam tanpa memperhatikan
detail mengenai ketentuan daluwarsa dalam laporan pidana yang dilakukan
oleh pemilik merek Gudang Garam. sedangkan hakim Dr. H. Hadi Suhadi,
SH.,MH memperhatikan secara detail mengenai aturan-aturan prosedur
yang terdapat dalam KUHAP, hak-hak yang seharusnya didapat oleh
masing-masing pihak sehingga dalam pendapatnya bahwa ketentuan
daluwarsa dalam laporan pidana tersebut harus diterapkan.
68
Permasalahan pokok dalam sengketa merek Gudang Garam dan
Gudang Baru ini adalah masalah merek dan memperdagangkannya adalah
perbuatan yang timbul setelahnya. Oleh karena itu penulis berpendapat
bahwa sengketa merek seharusnya diselesaikan secara perdata telebih
dahulu melalui Pengadilan Niaga dalam lingkup Peradilan Umum di
Indonesia sebelum menyelesaikannya melalui instrumen hukum pidana
dengan tujuan kemaslahatan dan kelangsungan bisnis masing-masing
pihak.
Hal tersebut sejalan dengan firman Allah SWT dalam Al Quran
Surat An Nisa ayat 135 dan Surat Al Maidah Ayat 8 :
ل ولو على أنفسكم أو ٱلو مین بٱلقسط شھداء ہلل أیھا ٱلذین ءامنوا كونوا قو دین ی
أولى بھما ف اوٱألقربین إن یكن غنیا أو فقیر بعوا ٱلھوى أن تعدلوا وإن ٱہلل فال تت
كان ا أو تعرضوا فإن ٱہلل ١٣٥ ابما تعملون خبیر تلوۥ
Artinya “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan” (Q.S An Nisa :135).
شھداء بٱلقسط وال یجرمنكم شن مین ہلل أیھا ٱلذین ءامنوا كونوا قو ان قوم على أال ی
خبیر بما تعملون إن ٱہلل ٨تعدلوا ٱعدلوا ھو أقرب للتقوى وٱتقوا ٱہلل
Artinya “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al Maidah : 8).
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penulis pada kasus sengketa merek
Gudang Garam dan Gudang Baru yang terdapat dalam putusan Nomor 104
PK/Pid.Sus/2015 menunjukan bahwa Penyelesaian sengketa merek secara
pidana haruslah dipandang sebagai penyelesaian akhir yang ditempuh jika
upaya hukum yang lainnya dirasa tidak bisa membuat efek jera bagi
pelakunya (Ultimum Remedium), sebab dalam sengketa merek hal
pokoknya adalah masalah merek dalam konteks perdata, sedangkan
prilaku (memperdagangkan) nya adalah hal yag timbul setelahnya.
Adapun faktor yang menjadi penyebab Dissenting Opinion hakim
Mahkamah Agung dalam memutus perkara tersebut adalah mengenai
penyelesaian sengketa merek antara ranah hukum perdata dan pidana,
kewenangan pengadilan dalam memeriksa dan memutus sengketa merek,
dan pemahaman hakim mengenai konsep keadilan yang dijadikan sebagai
tujuan utama dalam memutus sengketa merek.
B. Rekomendasi
Pada akhir penulisan skripsi ini penulis memberikan rekomendasi agar
hal serupa yang dialami oleh PT. Gudang Garam dan PR. Jaya Makmur
tidak terulang kembali :
1. Kepada pelaku usaha agar menyelesaikan sengketa merek yang
dialaminya melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa di luar pengadilan,
sebab akan memakan waktu yang lebih singkat dan lebih terjaga
kerahasiaan bisnisnya
2. Bilamana pemilik merek terkenal merasa dirugikan dengan beredarnya
merek yang memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek
miliknya, penulis merekomendasikan kepada pemilik merek agar
menyelesaikannya melalui instrumen hukum perdata pada Pengadilan
70
Niaga, sebab dalam instrumen hukum perdata, pemilik merek dapat
mengajukan permohonan ganti rugi dan penghentian segala perbuatan
yang berkaitan dengan penggunaan merek yang disengketakan
3. Kepada DPR dan Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual agar
menyempurnakan batasan ketentuan penyelesaian sengketa merek
secara pidana dan perdata, mengingat dalam khazanah akademis
batasan ketentuan kasus masuk ranah pidana, perdata atau keduanya
sangatlah tipis
4. Kepada Pengadilan Negeri agar menerapkan azas ultimum remidium
dalam hukum pidana, sehingga kasus sengketa merek harus
diselesaikan secara perdata terlebih dahulu sebelum diselesaikan secara
pidana.
71
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Akbar, Arus dan Wirawan Ilyas, Pokok-Pokok Hukum Bisnis, Jakarta: Salemba Empat, 2011.
Casavera, 8 Kasus Sengketa Merek di Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu, Cetakan Pertama, 2009.
Damian, Edi dkk, Hak Kekayaan Intelektual, Bandung : PT. ALUMNI, 2011.
Hamzah, Andi, KUHP & KUHAP(edisi revisi), Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
Harjono dan Dhaniswara, Pemahaman Hukum Bisnis Bagi Pengusaha, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.
Jaya Putra, Sopiansyah, Etika Bisnis dan Kekayaan Intelektual, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.
Jened, Rahmi, Hukum Merek Trademark Law dalam Era Globalisasi & Integrasi Ekonomi, Prenamedia Group, Jakarta: 2015.
M. Hadjon, Philipus, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1987.
Mahmud Marzuki , Peter, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2007.
Marpaung, Leden, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, Cetakan ketiga, 2006.
Margono , Suyud, Hak Milik Industri, Bogor: Ghaila Indonesia, 2011.
Miru, Ahmadi, Hukum Merek , Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
R, Soebekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: Balai Pusataka (Persero), 2014.
_______________, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: PT. Balai Pustaka (Persero), 2011.
_______________, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2009.
Saidin, OK, Aspek Kekayaan Intelektual, Jakarta: PT. Raja Grafindo persada, 2000.
72
Ridwan Syahrani, Dasar Hukum Perdata, Bandung : PT. Citra Aditya bakti, 2009.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mahmudji. Peranan dan Penggunaan Kepustakaan di Dalam Penelitian Hukum. Jakarta: Pusat Dokumen Universitas Indonesia, 1979.
_______________, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 2010
Sulistia, Teguh dan Aria Zurnetti, Hukum Pidana, Jakarta: Rajawali pers, 2011.
Suryo Utomo, Tomi, Hak Kekayaan Intelektual di Era Global (sebuah kajian kontemporer), Yogyakarta: UI Press, 2009.
Sutedi, Adrian, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Jakarta: Sinar Grafika, 2013.
Syarifin, Pipin, Peraturan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004.
Utman, Rachmadi, Hukum dan Hak atas Kekayaan Intelektual (perlindungan dan dimensi hukumnya di Indonesia), Bandung : PT. Alumni, 2011
Rahmi Jened Hukum Merek Trademark Law dalam Era Globalisasi & Integrasi Ekonomi, Jakarta: Prenamedia Group, 2015.
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1986.
Rahmi Janed, Merek TradeMark law dalam Era Global dan Integrasi Ekonomi, Jakarta: Kencana, 2017.
Sudarto, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat (Kajian Terhadap Hukum Pidana), Bandung: Sinar Baru 2001.
B. Perundang- undangan :
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi
Geografis Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
73
C. Jurnal
Sujatmiko, Agung, Tinjauan Filosofis Perlindungan Ha katas Merek, Jurnal Media Hukum Fakultas Hukum Universitas Airlangga, 2011.
Anwar, Problematika Mewujudkan Keadilan Substantif Dalam Penegakan Hukum di Indonesia, Jurnal Konstitusi Fakultas Hukum WIDYAGAMA MALANG, 2010.
Syaiful Bakhri, Penggunaan Pidana Denda dan Pemidanaan dalam Perundang-undangan, Jurnal Hukum: No.21 Vol. 9, September 2002.
D. Website :
https://www.gudanggaramtbk.com/tentang-kami/#sejarah/ diakses pada hari Selasa, 17 September 2018 pukul 11:30.
http://www.gudang-baru.com/Sejarah.htm#Category-1, diakses pada hari Selasa, 17 September 2018 pukul 11:30.
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5b0b702c25bdb/arti-dissenting-opinion , diakses pada hari senin, 15 Oktober 2018, pukul 21:00.
74
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR MEREK YANG MENJADI OBJEK SENGKETA
Gambar 1
Gudang Garam Surya
Gambar 2
Gudang Baru Filter Premium
Gambar 3
Gudang Filter Premium
Gambar 4
Gudang Baru Filter Premium
Gambar 5
Gudang Garam Kretek
Gambar 6
Gudang Baru Kretek
75
Gambar 7
Gudang Garam Surya
Gambar 8
Gudang Baru Filter Premium
Gambar 9
Gudang Baru Kretek 12
Gambar 10
Gudang Baru Kretek King Size
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 1 dari 27 hal. Put. No. 104 PK/Pid.Sus/2015
P U T U S ANNomor 104 PK/Pid.Sus/2015
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESAM A H K A M A H A G U N G
memeriksa perkara pidana khusus dalam Peninjauan Kembali telah
memutuskan sebagai berikut dalam perkara Terpidana :
Nama : H. ALI KHOSIN, SE;Tempat lahir : Malang;
Umur / tanggal lahir : 50 tahun/ 5 Desember 1960;
Jenis kelamin : Laki-laki;
Kebangsaan : Indonesia;
Tempat tinggal : Jalan H.M. Sun’an nomor 26,
Kelurahan Panarukan, Kecamatan
Kepanjen, Kabupaten Malang;
Agama : Islam;
Pekerjaan : Swasta (Pemilik PR. Jaya Makmur);
Mahkamah Agung tersebut ;
Membaca surat dakwaan Jaksa/Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri
Kabupaten Kepanjen sebagai berikut :
Bahwa Terdakwa H. ALI KHOSIN, SE pada sekitar tahun 1993 sampai
dengan Juli 2011 atau setidak-tidaknya masih dalam tahun 1993 sampai
dengan tahun 2011 bertempat di Perusahaan Rokok Jaya Makmur Probolinggo
No. 162 Kelurahan Panarukan, Kepanjen, Kabupaten Malang atau setidak-
tidaknya di suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum
Pengadilan Negeri Kabupaten Malang, telah dengan sengaja dan tanpa hak
menggunakan Merek yang sama pada pokoknya dengan Merek terdaftar milik
pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan, perbuatan mana dilakukan oleh Terdakwa dengan cara-cara
antara lain sebagai berikut :
Bahwa Terdakwa sebagai Pemilik PR. JAYA MAKMUR d/a Jl.
Probolinggo No. 162 Kelurahan Penarukan Kepanjen Malang sejak tahun 1993
sampai dengan sekarang telah memproduksi dan/atau memperdagangkan
sigaret kretek (rokok) merek GUDANG BARU yang mempunyai persamaan
pada pokoknya dengan sigaret kretek (rokok) merek GUDANG GARAM dan
Terdakwa juga sudah pernah mendapat pernah mendapat peringatan atau
SOMASI dari pihak PT. GUDANG GARAM dalam bentuk tertulis dengan surat
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 2 dari 27 hal. Put. No. 104 PK/Pid.Sus/2015
nomor surat PT. GUDANG GARAM Tbk nomor : E0004/GG-14/XII-10 tanggal 3
Desember 2010 tentang peringatan tentang Merek dagang dan logo dan Surat
PT. GUDANG GARAM Tbk NOMOR : E0085/gg-14/iii-11 tanggal 29 Maret 2011
tentang peringatan ke dua dan terakhir merek dagang dan logo dari PT. Gudang
Garam yang merasa dirugikan oleh perbuatan Terdakwa ;
Bahwa PR. JAYA MAKMUR milik Terdakwa bergerak dalam bidang
usaha memproduksi dan memperdagangkan rokok yang bertugas dan
tanggungjawab penuh terhadap seluruh kegiatan atau operasional perusahaan
PR. JAYA MAKMUR dengan kegiatan usaha memproduksi dan
memperdagangkan rokok dan yang mempunyai ide untuk memproduksi dan
memperdagangkan rokok merek GUDANG BARU NEW INTERNATIONAL,
GUDANG BARU FILTER PREMIUM DAN GUDANG BARU MERAH KRETEK
KING SIZE;
- rokok merek GUDANG BARU NEW INTERNATIONAL sejak tahun 1995
dan perbaruan ijin cukai pada tahun 2009
- rokok merek GUDANG BARU FILTER PREMIUM sejak tahun 1999
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 3 dari 27 hal. Put. No. 104 PK/Pid.Sus/2015
- rokok merek GUDANG BARU MERAH KRETEK KING SIZE sejak tahun
1993.
dalam memproduksi dan memperdagangkan rokok merek GUDANG BARU
NEW INTERNATIONAL, GUDANG BARU FILTER PREMIUM DAN GUDANG
BARU MERAH KRETEK KING SIZE Terdakwa (PR. JAYA MAKMUR) TIDAK
mempunyai sertifikat merek sesuai dengan lukisan / logo dalam sigaret kretek
(rokok) Merek GUDANG BARU tersebut.
Bahwa sigaret kretek (rokok) merek GUDANG BARU + Logo dengan
bentuk susunan, yang diproduksi oleh Terdakwa tidak terdaftar di kantor Ditjen
HKI Depkum dan HAM RI akan tetapi sesuai dengan data yang terdapat dalam
Daftar Umum Merek, Merek Gudang Baru terdaftar dengan daftar No. IDM
000032226 tanggal 21 Maret 2005, IDM 000042757 tanggal 14 Juli 2005 untuk
melindungi jenis barang sigaret kretek yang termasuk dalam kelas 34 atas nama
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 4 dari 27 hal. Put. No. 104 PK/Pid.Sus/2015
H. ALI KHOSIN, SE., Bdn. PR. JAYA MAKMUR JI. Probolinggo No. 162, Kel.
Penarukan, Kepanjen, Malang dengan etiket merek sebagaimana tertera di
bawah ini.
(untuk 2 merek) melindungi jenis barang sigaret kretek yang termasuk dalam
kelas 34 dengan uraian warna merah, biru, hitam, kuning emas, putih.
Bahwa Merek Gudang Baru + Logo sebagaimana tertera pada Gambar 1
mempunyai persamaan pada pokoknya dalam bentuk dan cara penempatan
dengan merek Gudang Garam daftar Nomor 546606 untuk barang sejenis,
sedangkan letak perbedaannya adalah pada bunyi ucapan.
Merek Gudang Baru + Logo sebagaimana tertera pada Gambar 2 mempunyai
persamaan pada pokoknya dalam bentuk dan cara penempatan dengan merek
Gudang Garam daftar Nomor 546605 untuk barang sejenis, sedangkan letak
perbedaannya adalah pada bunyi ucapan ;
Bahwa Merek Gudang Baru + Logo sebagaimana tertera pada Gambar 3
mempunyai persamaan pada pokoknya dalam bentuk dan cara penempatan
dan susunan warna dengan merek Gudang Garam daftar Nomor 506190 dan
daftar Nomor 506187 untuk barang sejenis, sedangkan letak perbedaannya
adalah pada bunyi ucapan ;
Bahwa kriteria persamaan pada pokoknya atas suatu merek adalah
kemiripan yang diperoleh adanya unsur-unsur yang menonjol antara merek
yang satu dengan merek yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan
baik mengenai bentuk, cara penempatan, penulisan atau kombinasi antara
unsur-unsur atau persamaan bunyi, ucapan yakni dalam merek-merek tersebut;
Bahwa perbuatan Terdakwa tersebut di atas sangat merugikan Pemilik
Merek Gudang Garam yang termasuk dalam kelas 34 berupa segaret kretek
(rokok) yang terdaftar di kantor Depkum dan HAM RI yang adalah PT. Gudang
Garam Jl. Semampir 11/1, Kediri dan kretek / rokok yang terdaftar kurang lebih
39 merek di antarannya : sertifikat merek Garam dengan Daftar Nomor 506190
tanggal 19 April 2002, Daftar No. 506187 tanggal 19, Daftar nomor 546605
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 5 dari 27 hal. Put. No. 104 PK/Pid.Sus/2015
tanggal 13 Agustus 2003, Daftar No. 546606 tanggal 13 Agustus; Daftar
Nomor IDM000016377, tanggal 17 September 2004, sesuai dengan data yang
terdapat dalam Daftar Umum Merek, Merek Gudang Garam pertama kali
terdaftar :
- Daftar Nomor 273579 tanggal 1 April 1992 yang kemudian diperpanjang
dengan Daftar Nomor 506190 terdaftar tanggal 19 April 2002, mendapat
perlindungan hukum sampai dengan tanggal 1 April 2012.
- Daftar Nomor 273582 tanggal 1 April 1992 yang kemudian diperpanjang
dengan Daftar Nomor 506187 terdaftar tanggal 19 April 2002, mendapat
perlindungan hukum sampai dengan tanggal 1 April 2012.
- Daftar Nomor 328198 tanggal 22 Nopember 1993 yang kemudian
diperpanjang dengan Daftar Nomor 546605 terdaftar tanggal 13 Agustus
2003, mendapat perlindungan hukum sampai dengan tanggal 14 Agustus
2013.
- Daftar Nomor 315789 tanggal 14 Agustus 1993 yang kemudian diperpanjang
dengan daftar Nomor 546606 terdaftar tanggal 13 Agustus 2003 mendapat
perlindungan hukum sampai dengan tanggal 22 Nopember 2013.
- Daftar Nomor 328652 tanggal 22 Nopember 1993 yang kemudian
diperpanjang dengan daftar Nomor IDM000016377, terdaftar tanggal 17
September 2004, mendapat perlindungan hukum sampai dengan tanggal 25
Nopember 2012.
Bahwa perusahaan rokok milik Terdakwa mempunyai 14 (empat belas)
jenis rokok hasil produksi PR. JAYA MAKMUR, namun TIDAK ADA/tidak
memproduksi rokok (sigaret kretek) yang sesuai dengan sertifikat merek yang
Tersangka (PR. JAYA MAKMUR) miliki namun Terdakwa malah memproduksi
dan / atau memperdagangkan sigaret kretek (rokok) merek GUDANG BARU
yang mempunyai persamaan pada pokoknya dengan sigaret kretek (rokok)
merek GUDANG GARAM dengan menggunakan merek GUDANG BARU yang
mempunyai persamaan pada pokoknya dengan sigaret kretek (rokok) merek
GUDANG GARAM untuk kelas barang / jasa 34 milik dari saksi korban yaitu PT.
GUDANG GARAM.
Bahwa dokumen / ijin yang dimiliki oleh perusahaan Terdakwa yaitu PR.
JAYA MAKMUR di antaranya nomor KEP-3061/WBC.11/KPP. MC.01/2009
tanggal 8 Juni 2009 tentang Penetapan tarip cukai hasil tembakau untuk merek
Gudang Baru tersebut digunakan untuk penetapan tarif cukai dan bukan untuk
penetapan ijin merek yang seharusnya didaftarkan di kantor Ditjen HK1 Depkum
dan HAM RI.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 6 dari 27 hal. Put. No. 104 PK/Pid.Sus/2015
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 91 Undang - Undang R.I No. 15 Tahun 2001 tentang Merek ;
Membaca tuntutan Jaksa/Penuntut Umum tanggal 25 Januari 2012 yang
isinya adalah sebagai berikut :
1. Menyatakan Terdakwa H. ALI KHOSIN, SE, secara sah dan meyakinkan
terbukti bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dalam surat
dakwaan melanggar 91 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15
tahun 2001 tentang Merek;
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa berupa pidana penjara selama
1 (satu) tahun dan 6 (enam) bulan dengan perintah segera masuk tahanan
dan membayar denda sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
Subsidair 6 (enam) bulan kurungan;
3. Menyatakan barang bukti berupa :
1. Disita dari saksi Slamet Budiono berupa :- Sertifikat merk GUDANG GARAM KING SIZE warna merah, biru,
hitam, putih nomor 506190 tanggal 19 April 2002 untuk kelas barang/
jasa 34 (yang sudah dilegalisir);
- Sertifikat merk GUDANG GARAM KING SIZE, warna merah, biru,
hitam, kuning emas, putih nomor 506187 tanggal 19 April 2002 untuk
kelas barang/ jasa 34 ( yang sudah dilegalisir);
- Sertifikat merk GUDANG GARAM, warna merah-biru – hitam - kuning
emas – coklat nomor 546605 tanggal 13 Agustus 2003 untuk kelas
jasa 34 (yang sudah dilegalisir);
- Sertifikat merk GUDANG GARAM, wama coklat – biru tua – hijau –
tua - kuning emas nomor 546606 tanggal 13 April 2003 untuk kelas
barang/jasa 34 (yang sudah dilegalisir);
- Sertifikat merk GUDANG GARAM, warna kuning emas – merah – biru
nomor IDM000016377 tanggal 17 September 2004, 19 April 2002
untuk kelas barang/jasa 34 (yang sudah dilegalisir).
Tetap terlampir dalam berkas perkara.- 1 (satu) slop rokok merk GUDANG GARAM SURYA isi 16 (warna
coklat);
- 1 (satu) slop rokok merk GUDANG GARAM SURYA isi 12;
- 1 (satu) slop rokok merk GUDANG GARAM KING SIZE isi 12;
- 1 (satu) slop rokok merk GUDANG BARU NEW INTERNATIONAL isi
16 (warna coklat);
- 1 (satu) slop rokok merk GUDANG BARU PREMIUM isi 12;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 7 dari 27 hal. Put. No. 104 PK/Pid.Sus/2015
- 1 (satu) slop rokok merk GUDANG BARU isi 12;
- Nota pembelian 1 (satu) bal rokok GUDANG BARU MERAH senilai
Rp. 652.000,- (enam ratus lima puluh dua ribu rupiah) dan 10 slop
rokok GUDANG BARU PREMIUM senilai Rp. 426.000,- (empat ratus
dua puluh enam ribu rupiah) (dibeli / beredar di Madiun);
- 1 (satu) slop rokok merk GUDANG BARU NEW INTERNATIONAL isi
wama coklat (yang dibeli / beredar di medan).
Dikembalikan kepada PT. Gudang Garam melalui saksi SlametBudiono.2. Disita dari saksi Naam Sobir berupa :
- 105 box @ 5.000 lembar etiket rokok Merk GUDANG BARU NEW
INTERNATIONAL;
- 12 fallet @ 112.000 lembar etiket rokok merk GUDANG BARU NEW
INTERNATIONAL;
- 1 fallet @ 5.000 lembar etikat NEW GUDANG BARU
INTERNATIONAL;
- 275 BOX @ 7200 lembar etiket rokok merk GUDANG BARU
PREMIUM;
- 159 box @ 2.000 lembar etiket rokok merk GUDANG BARU KRETEK.
- 360 karton @ 6 ball @ 600 pak rokok merk GUDANG BARU NEW
INTERNATIONAL.
- 341 karton @ 4 ball @ 800 pak rokok merk GUDANG BARU
PREMIUM.
- 82 karton @ 4 ball @ 800 pak rokok merk GUDANG BARU KRETEK.
Dirampas untuk dimusnahkan.
3. Disita dari saksi Wahyudi berupa :- 1 (satu) lembar kertas rokok stok batangan dengan jumlah 283 x 4.000
= 1.528.000 batang;
- 1 (satu) kg tembakau;
- 1 (satu) roll AMRY (pembungkus tembakau);
- 1 (satu) roll CTP/T-Peng (pembungkus filter);
- 1 (satu) dus ukuran 38 cm x 67 cm berisi rokok batangan dengan
jumlah kurang lebih 4.000 batang;
- 1 (satu) dus ukuran 38 cm x 67 cm berisi rokok filter batangan dengan
jumlah kurang lebih 4.000 batang;
- Rokok batangan yang bertuliskan GUDANG BARU sejumlah
1.528.000 batang;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 8 dari 27 hal. Put. No. 104 PK/Pid.Sus/2015
- Mesin Protez CDTM yang digunakan untuk produksi batangan rokok.
Dikembalikan kepada PR Jaya Makmur melalui saksi Wahyudi.4. Disita dari Kuswari berupa :
- 52 karton @ 550 pak rokok merk NEW GUDANG BARU
INTERNATIONAL warna coklat isi 16 filter barang setengah jadi;
- 1.421 @ 160 pak rokok merk NEW GUDANG BARU INTERNATIONAL
warna coklat isi 16 filter barang setengah jadi;
- 139 karton @ 800 pak rokok merk GUDANG BARU PREMIUM warna
merah isi 12 filter barang setengah jadi;
- 180 kotak @ 240 pak rokok merk GUDANG BARU PREMIUM warna
merah isi 12 filter barang setengah jadi.
Dirampas untuk dimusnahkan.5. Disita dari saksi Naam Sobir berupa :
- 1 (satu) unit mesin Pre-Primeri;
- 1 (satu) unit mesin Primeri;
- 1 (satu) unit mesin maker MK-8.3;
- 1 (satu) unit mesin maker MK-8.4;
- 1 (satu) unit mesin maker jenis protos CDTM No. ZJ17.302;
- 1 (satu) unit mesin maker jenis protos XCTM No. ZJ184-2J18-201006
1 (satu) unit mesin pemintalan 12 No. seri 213;
- 1 (satu) unit mesin HPL 16 dengan no. seri 21.06.18.1;
- 1 (satu) unit mesin HPL 16 dengan no. seri 21.06.18.2;
- 1 (satu) unit mesin HPL 16 dengan no. seri 21.06.18.3;
- 1 (satu) unit mesin HPL 16 dengan no. seri 21.06.18.4;
- 1 (satu) unit mesin HPL 12 dengan no. seri 34736;
- 1 (satu) unit mesin HPL 12 dengan no. seri CTMG 234;
- 850 unit alat giling tangan (untuk produksi SKT).
Dikembalikan kepada PR Jaya Makmur melalui saksi Naam Sobir.4. Membebankan terhadap Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar
Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah).
Membaca putusan Pengadilan Negeri Kepanjen Nomor 645/Pid.Sus/
2011/PN.Kpj. tanggal 7 Maret 2012 yang amar lengkapnya sebagai berikut :
- Menyatakan bahwa keberatan atas surat dakwaan Penuntut Umum dari
Penasehat Hukum Terdakwa tidak dapat diterima;
- Menyatakan bahwa Terdakwa H. ALI KHOSIN, SE., tersebut di atas telah
terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan
tindak pidana “dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merek
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 9 dari 27 hal. Put. No. 104 PK/Pid.Sus/2015
yang sama pada pokoknya dengan merek terdaftar milik pihak lainuntuk barang sejenis yang diproduksi dan diperdagangkan”;
- Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa tersebut di atas dengan pidanapenjara selama 10 (sepuluh ) bulan;
- Menjatuhkan pidana denda kepada Terdakwa sebesar Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah);
- Menetapkan jika denda tersebut tidak dibayar, maka diganti dengan pidana
kurungan selama 2 (dua) bulan;
- Menetapkan barang bukti berupa :
- Sertifikat merk Gudang Garam King Size warna merah, biru, hitam, putih
nomor 506190 tanggal 19 April 2002 untuk kelas barang / jasa 34 (yang
sudah dilegalisir), Sertifikat merk Gudang Garam King Size, warna
merah, biru, hitam, kuning emas, putih nomor 506187 tanggal 19 April
2002 untuk kelas barang / jasa 34 (yang sudah dilegalisir), Sertifikat merk
Gudang Garam, warna merah-biru – hitam - kuning emas – coklat nomor
546605 tanggal 13 Agustus 2003 untuk kelas jasa 34 (yang sudah
dilegalisir), Sertifikat merk Gudang Garam, wama coklat – biru tua – hijau
– tua - kuning emas nomor 546606 tanggal 13 April 2003 untuk kelas
barang / jasa 34 (yang sudah dilegalisir), Sertifikat merk GUDANG
GARAM, wama kuning emas- merah – biru nomor IDM000016377
tanggal 17 September 2004, 19 April 2002 untuk kelas barang / jasa 34
(yang sudah dilegalisir), tetap terlampir dalam berkas perkara;
- 105 box @ 5.000 lembar etiket rokok Merk Gudang New International, 12
fallet @ 112.000 lembar etiket rokok merk Gudang Baru New
International, 1 (satu) fallet @ 5.000 lembar etikat New Gudang Baru
International, 275 BOX @ 7200 lembar etiket rokok merk Gudang Baru
Premium, 159 box @ 2.000 lembar etiket rokok merk Gudang Baru
Kretek, 360 karton @ 6 ball @ 600 pak rokok merk Gudang Baru New
International, 341 karton @ 4 ball @ 800 pak rokok merk Gudang Baru
Premium, 82 karton @ 4 ball @ 800 pak rokok merk Gudang Baru Kretek,
52 karton @ 550 pak rokok merk New Gudang Baru International warna
coklat isi 16 filter barang setengah jadi, 1.421 @ 160 pak rokok merk New
Gudang Baru International warna coklat isi 16 filter barang setengah jadi,
139 karton @ 800 pak rokok merk Gudang Baru Premium warna merah
isi 12 filter barang setengah jadi, 180 kotak @ 240 pak rokok merk
Gudang Baru Premium warna merah isi 12 filter barang setengah jadi,
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 10 dari 27 hal. Put. No. 104 PK/Pid.Sus/2015
rokok batangan yang bertuliskan GUDANG BARU sejumlah 1.528.000
batang, dirampas untuk dimusnahkan;
- 1 (satu) slop rokok merk Gudang Garam Surya isi 16 (warna coklat),
1 (satu) slop rokok merk Gudang Garam Surya isi 12, 1 (satu) slop rokok
merk Gudang Garam King Size isi 12, 1 (satu) slop rokok merk Gudang
Baru New International isi 16 (wama coklat), 1 (satu) slop rokok merk
GUDANG BARU PREMIUM isi 12, 1 (satu) slop rokok merk Gudang Baru
isi 12, Nota pembelian 1 (satu) bal rokok Gudang Baru Merah senilai Rp.
652.000,- (enam ratus lima puluh dua ribu rupiah) dan 10 slop rokok
Gudang Baru New Premium senilai Rp. 426.000,- (empat ratus dua puluh
enam ribu rupiah) (dibeli / beredar di Madiun), 1 (satu) slop rokok merk
Gudang Baru New International wama coklat (yang dibeli / beredar di
Medan), dikembalikan kepada PT. Gudang Garam melalui saksiSlamet Budiono;
- 1 (satu) unit mesin Pre-Primeri, 1 (satu) unit mesin Primeri, 1 (satu) unit
mesin maker MK-8.3, 1 (satu) unit mesin maker MK-8.4, 1 (satu) unit
mesin maker jenis protos CDTM No. ZJ17.302, 1 (satu) unit mesin maker
jenis protos XCTM No. ZJ184-2J18-201006 1 (satu) unit mesin
pemintalan 12 No. seri 213, 1 (satu) unit mesin HPL 16 dengan no. seri
21.06.18.1, 1 (satu) unit mesin HPL 16 dengan no. seri 21.06.18.2,
1(satu) unit mesin HPL 16 dengan no. seri 21.06.18.3, 1 (satu) unit mesin
HPL 16 dengan no. seri 21.06.18.4, 1 (satu) unit mesin HPL 12 dengan
no. seri 34736, 1 (satu) unit mesin HPL 12 dengan no. seri CTMG 234,
850 unit alat giling tangan (untuk produksi SKT), dikembalikan kepadaPR. Jaya Makmur melalui Terdakwa;
- 1 (satu) lembar kertas rokok stok batangan dengan jumlah 283 x 4.000 =
1.528.000 batang, 1 (satu) kg tembakau, 1 (satu) roll AMRY
(pembungkus tembakau), 1 (satu) roll CTP/T-Peng (pembungkus filter), 1
(satu) dus ukuran 38 cm x 67 cm berisi rokok batangan dengan jumlah
kurang lebih 4.000 batang, 1 (satu) dus ukuran 38 cm x 67 cm berisi
rokok filter batangan dengan jumlah kurang lebih 4.000 batang, Mesin
Protez CDTM yang digunakan untuk produksi batangan rokok,
dikembalikan kepada PR. Jaya Makmur melalui saksi Wahyudi;- Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar
Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah) ;
Membaca putusan Pengadilan Tinggi Surabaya No. 297/PID/2012/
PT.SBY. tanggal 21 JUNI 2012 yang amar lengkapnya sebagai berikut :
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 11 dari 27 hal. Put. No. 104 PK/Pid.Sus/2015
- Menerima permintaan banding dari Penasihat Hukum Terdakwa dan
Penuntut Umum;
- Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Kepanjen tanggal 7 Maret 2012
Nomor : 645/Pid.Sus/2011/PN.Kpj., yang dimintakan banding;
- Membebankan Terdakwa untuk membayar biaya perkara dalam kedua
tingkat peradilan yang dalam tingkat banding sebesar Rp 5.000,- (lima ribu
rupiah);
Membaca surat permohonan peninjauan kembali tertanggal 23 Maret
2015 yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Kepanjen pada tanggal
24 Maret 2015 dari H. Ali Khosin, SE. sebagai Terpidana, yang memohon agar
putusan Pengadilan Tinggi tersebut dapat ditinjau kembali ;
Membaca surat-surat yang bersangkutan ;
Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Tinggi tersebut telah
diberitahukan kepada Pemohon Peninjauan Kembali pada tanggal 23 Juli 2012,
dengan demikian putusan tersebut telah mempunyai kekuatan hukum yang
tetap;
Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon
Peninjauan Kembali pada pokoknya adalah sebagai berikut :
A. Berdasarkan ketentuan Pasal 263 ayat 2 huruf a KUHAP dimanaterdapat keadaan baru berupa Sertifikat Merek asli PemohonPeninjauan Kembali No. 370277 terbit 10 Oktober 1996 (Bukti PK – 3)dan Sertifikat No. 380919 terbit 15 Agustus 1997 (Bukti PK – 4) yangmana dengan bukti – bukti tersebut menimbulkan dugaan kuat bahwaseandainya keadaan tersebut diketahui pada waktu sidang masihberlangsung , hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepasdari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapatditerima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yanglebih ringan, yaitu ditemukannya sertifikat asli Pemohon PeninjauanKembali berupa hal-hal sebagai berikut :1. Sertifikat Merek Nomor : 370277 terbit 10 Oktober 1996 dengan jangka
waktu perlindungan 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak 7 Desember 1995
untuk merek berupa kata GUDANG BARU (Huruf latin dengan huruf
kapital untuk huruf G dan B ) serta DIBERI GARIS BAWAH WARNA
PUTIH, dengan komposisi tulisan GUDANG dilewatkan di atas tulisan
BARU dengan gambar lukisan GUDANG berderet dua dan di depannya
ada MARKA JALAN. Pada ATAP GUDANG BARU TIDAK ADA GARIS
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 12 dari 27 hal. Put. No. 104 PK/Pid.Sus/2015
HORIZONTAL, hanya berlatarkan WARNA PUTIH, LUKISAN DIBINGKAI
WAJIK dengan kata GUDANG BARU di LUAR BINGKAI ;
2. Sertifikat Merek Nomor : 380919 terbit 15 Agustus 1997 dengan jangka
waktu perlindungan 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak 7 Desember 1995
untuk merek berupa kata GUDANG BARU (Huruf Kapital untuk komposisi
tulisan GUDANG diletakkan di atas tulisan BARU dengan gambar
lukisan GUDANG berderet dua dan di depannya ada MARKA JALAN).
Pada ATAP GUDANG TIDAK ADA GARIS–GARIS HORIZONTAL, hanya
berlatar WARNA PUTIH, KATA dan LUKISAN tersebut di BINGKAI dalam
LINGKARAN berwarna ABU – ABU dengan SISI – SISI PUTIH;
Konklusi dasar dengan diketemukannya sertifikat tersebut di atas oleh
2 (dua) orang saksi masing - masing bernama Sdri. Devi Andarwati dan
Sdr. Dwi Hertanto Widiatmoko pada hari Sabtu, 17 Januari 2015 sekira
pukul 13.30 WIB yang diketemukan di dalam gudang arsip PR Jaya
Makmur setempat terletak di Jalan Probolinggo No. 162 Kelurahan
Penarukan, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang maka dari
perspektif yuridis menunjukkan bahwa :
Eksistensi hak atas merek Pemohon Peninjauan Kembali telah
berlangsung selama lebih dari 15 (lima belas) tahun ketika kasus a
quo diputus oleh Pengadilan Negeri Kepanjen sebagaimana Putusan
Nomor : 645/Pid.Sus/2011/PN Kpj tanggal 7 Maret 2012 dan Putusan
Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor : 297/PID/2012/PT SBY, tanggal
21 Juni 2012;
Bahwa timbulnya keadaan hukum baru dengan ditemukannya kedua
sertifikat tersebut membuat TINDAK PIDANA MEREK, vide Pasal 91
UURI No. 15 Tahun 1991 sebagaimana didakwakan Jaksa Penuntut
Umum dan diputus oleh Judex facti sebagaimana amar Putusan
Nomor : 645 / Pid. Sus / 2011 / PN Kpj tanggal 7 Maret 2012 dan
Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor : 297/PID/2012/PT SBY,
tanggal 21 Juni 2012 yang merupakan DELIK ADUAN menjadi telah
KADALUARSA karena berdasarkan ketentuan Pasal 74 ayat (1)
KUHP menyebutkan bahwa “ pengaduan hanya boleh diajukan dalam
waktu enam bulan sejak orang yang berhak mengadu mengetahui
adanya kejahatan, jika bertempat tinggal di Indonesia ............ “ dan
hapusnya kewenangan menuntut pidana dan menjalankanpidana karena berdasarkan ketentuan Pasal 78 ayat (1) KUHP
ditentukan kewenangan menuntut pidana hapus karena daluwarsa
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 13 dari 27 hal. Put. No. 104 PK/Pid.Sus/2015
mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana lebih dari 3(tiga) tahun, sesudah 12 (dua belas) tahun, dalam kasus a quo
Pemohon Peninjauan Kembali mengenai eksistensi hak atas merek
Pemohon Peninjauan Kembali telah berlangsung selama lebih dari 15
(lima belas) tahun ketika kasus a quo diadili dan diputus oleh
Pengadilan Negeri Kepanjen sebagaimana termaktub dalam Putusan
Nomor : 645 / Pid. Sus / 2011 / PN Kpj tanggal 7 Maret 2012 dan
Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor : 297 / PID / 2012 / PT
SBY, tanggal 21 Juni 2012;
Bahwa aspek KADALUARSA ketentuan Pasal 78 ayat (1) KUHP
dikorelasikan dengan kasus a quo pada Putusan Pengadilan Negeri
Kepanjen Nomor : 645/Pid.Sus/2011/PN Kpj tanggal 7 Maret 2012
dan Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor : 297/PID/2012/ PT.
SBY, tanggal 21 Juni 2012, TERLIHAT dan TERDAPAT dalam
Putusan Pengadilan Negeri Kepanjen Nomor 645/Pid.Sus/
2011/PN.Kpj tanggal 7 Maret 2012 pada halaman 2 dimana dalam
SURAT DAKWAAN ditentukan TEMPUS DELICTI disebutkan sekitar
tahun 1993 sampai dengan bulan Juli 2011 dan kemudian pada
halaman 38 disebutkan pula “ pengaduan dari PT. Gudang Garam
Tbk kepada Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Jatim tanggal 5
Mei 2011, yang dilaporkan pada hari Jum’at, 6 Mei 2011 jam 15.00
WIB “, kemudian dengan DITEMUKAN BUKTI BARU berupa berupa
Serifikat Nomor 370277 terbit 10 Oktober 1996 dan Sertifikat
Nomor : 380919 terbit 15 Agustus 1997 maka KADALUARSA hak
untuk menuntut sesuai Pasal 78 ayat (1) KUHP adalah 12 tahun yaitu
tanggal 10 Oktober 2008 dan tanggal 15 Agustus 2009, oleh karena
itu SURAT DAKWAAN dan putusan Pengadilan Negeri Kepanjen
juncto putusan Pengadilan Tinggi Surabaya maka terhadap TEMPUS
DELICTI yang menjadi dasar pemidanaan terhadap Pemohon
Peninjauan Kembali adalah batal demi hukum dan sehingga
konsekuensi logisnya dari perspektif yuridis tentu Pemohon
Peninjauan Kembali tidak dapat didakwa, harusnya diputus bebas
(vrijspraak) atau setidaknya dilepaskan dari segala tuntutan hukum
(onslag van alle rechtsvervolging) sehingga tidak dapat dipidana atau
dijatuhkan hukum / pidana;
Konsekuensi logis konklusi yang telah dideskripsi konteks di atas
berdasarkan ketentuan Pasal 263 ayat (2) huruf a KUHAP dimana
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 14 dari 27 hal. Put. No. 104 PK/Pid.Sus/2015
terdapat keadaan baru berupa sertifikat asli Pemohon Peninjauan
Kembali yakni Sertifikat No. 370277 terbit 10 Oktober 1996 dan
Sertifikat No. 380919 terbit 15 Agustus 1997 yang menimbulkan
dugaan kuat bahwa seandainya keadaan tersebut diketahui pada
waktu sidang berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau
putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau tuntutan Jaksa
Penuntut Umum tidak dapat diterima;
B. Berdasarkan ketentuan Pasal 263 ayat 2 huruf a KUHAP terdapatkeadaan baru berupa Putusan Mahkamah Agung Republik IndonesiaNomor : 162 K / Pdt Sus –HKI / 2014 tanggal 22 April 2014 (Bukti PK –5) yang untuk itu pada pokoknya dapat disebutkan tentang hal - hal
sebagai berikut :
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 162 K / Pdt Sus
–HKI / 2014 tanggal 22 April 2014 dimana ternyata putusan tersebut telah
membatalkan Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Surabaya Nomor : 04 / HKI – MEREK / 2013 / PN NIAGA SBY tanggal 12
September 2013 dimana berdasarkan Putusan Mahkamah Agung
Republik Indonesia Pemohon Peninjauan Kembali adalah sebagai
PEMILIK MEREK ATAU PEMEGANG / PEMILIK MEREK TERDAFTAR
dimana dalam pertimbangannya Mahkamah Agung Republik Indonesia
menyatakan keberatan Pemohon Kasasi in casu Pemohon Peninjauan
Kembali, DAPAT DIBENARKAN OLEH KARENA JUDEX FACTIE
PENGADILAN NIAGA PADA PENGADILAN NEGERI SURABAYA
TELAH KELIRU DALAM MENERAPKAN HUKUM YAITU TERKAIT
DENGAN PERTIMBANGAN :
a). Tentang adanya Itikad tidak baik ;
Dalam keterkaitan ini Judex facti telah tidak cermat dalam
menyatakan tentang adanya itikad baik sebagai berikut sebagaimana
dikemukakan oleh Turut Tergugat, mengenai hal itu sudah
dipertimbangkan saat pemeriksaan administratif sesuai kewenangan
Direktorat Jenderal HKI, Pasal 3 dan Penggugat / Termohon Kasasi
tidak memiliki data hasil penelitian tentang adanya itikad tidak baik;
Bahwa merek Tergugat / Pemohon Kasasi “ Gudang Baru “ sudah
terdaftarkan dalam Daftar Umum Merek dan Berita Resmi Merek;
b). Tentang adanya persamaan pada pokoknya ;
Pertimbangan Judex facti tentang adanya persamaan pada pokoknya
sangat tidak tepat karena komposisi kata dan gambar yang digunakan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 15 dari 27 hal. Put. No. 104 PK/Pid.Sus/2015
Tergugat/ Pemohon Kasasi tidak ada persamaan bentuk, cara
penempatan atau persamaan bunyi (similarity in sound) dengan
merek milik Penggugat/ Termohon Kasasi, yang diklaim dapat
menimbulkan adanya kerancuan bagi masyarakat;
Mengenai Putusan Pidana yang dikemukakan Penggugat / Termohon
Kasasi tidak jelas apakah putusan tersebut sudah berkekuatan hukum
tetap;
Konklusi dasar dengan terdapat adanya keadaan baru berupa
putusan Mahkamah Agung REPUBLIK INDONESIA Nomor 162
K/Pdt.Sus–HKI/2014 tanggal 22 April 2014 tersebut dari perspektif
yuridis menunjukkan bahwa :
Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali merupakan PEMILIK
MEREK atau PEMEGANG/ PEMILIK MEREK TERDAFTAR
sehingga tidak mungkin Pemohon Peninjauan Kembali melakukan
perbuatan “dengan sengaja dan secara tanpa hak menggunakan
merek yang sama pada pokoknya dengan merek terdaftar milik
pihak lain untuk barang sejenis yang diproduksi dan
diperdagangkan“ sebagaimana amar Putusan Pengadilan Negeri
Kepanjen Nomor : 645/Pid.Sus /2011/PN Kpj , tanggal 7 Maret
2012 dan Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor :
297/PID/2012/PT.SBY, tanggal 21 Juni 2012, tegasnya
PEMOHON PENINJAUAN KEMBALI MENGGUNAKAN MEREK
TERDAFTAR DARI PERMOHON PENINJAUAN KEMBALI
SENDIRI sehingga TIDAK BENAR PUTUSAN JUDEX FACTIE
YAITU Putusan Pengadilan Negeri Kepanjen Nomor : 645 / Pid.
Sus/2011/PN Kpj, tanggal 7 Maret 2012 dan Putusan Pengadilan
Tinggi Surabaya Nomor : 297/PID/2012/PT.SBY, tanggal 21 Juni
2012 yang MENJATUHKAN PIDANA KEPADA PEMOHON
PENINJAUAN KEMBALI KARENA DIANGGAP MENGGUNAKAN
MEREK YANG SAMA PADA POKOKNYA DENGENA MEREK
TERDAFTAR MILIK PIHAK LAIN, KARENA MEREK TERSEBUT
ADALAH MILIK PEMOHON PENINJAUAN KEMBALI SENDIRI
berdasarkan PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK
INDONESIA Nomor 162 K / Pdt.Sus – HKI / 2014 tanggal 22 April
2014;
Bahwa dengan adanya keadaan baru berupa Putusan Mahkamah
Agung Republik Indonesia Nomor 162 K / Pdt.Sus–HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 16 dari 27 hal. Put. No. 104 PK/Pid.Sus/2015
tanggal 22 April 2014 maka sebenarnya apa yang didakwakan dan
penjatuhan putusan pemidanaan atau lebih tegasnya PROSES
PERADILAN PIDANA kepada Pemohon Peninjauan Kembali
sebagaimana terdapat pada amar / diktum dalam Putusan Nomor
645/Pid.Sus/2011/PN.Kpj tanggal 7 Maret 2012 dan Putusan
Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor : 297 / PID / 2012 / PT SBY
tanggal 21 Juni 2012 bersifat prematur, tidak benar dan tidak pada
tempatnya sehingga hendaknya yang harus dilakukan terlebih
dahulu adalah pada proses di PENGADILAN NIAGA tentang
KEPEMILIKAN MEREK dus hal ini TERBUKTI melalui PUTUSAN
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor 162
K/Pdt.Sus–HKI/2014 tanggal 22 April 2014 dimana ternyata
Pemohon Peninjauan Kembali adalah secara hukum dinyatakan
sebagai PEMILIK MEREK ATAU PEMEGANG/ PEMILIK
MEREK TERDAFTAR, sehingga dalam kasus a quo tidak mungkin
Pemohon Peninjauan Kembali melakukan perbuatan “ dengan
sengaja dan secara tanpa hak menggunakan merek yang sama
pada pokoknya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk
barang sejenis yang diproduksi dan diperdagangkan“,
sebagaimana amar Putusan Pengadilan Negeri Kepanjen Nomor
645/Pid.Sus/2011/PN Kpj, tanggal 7 Maret 2012 dan Putusan
Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor 297/PID/2012/PT.SBY,
tanggal 21 Juni 2012;
Bahwa dengan keadaan baru berupa Putusan Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 162 K/Pdt.Sus–HKI/2014 tanggal 22
April 2014 dimana Pemohon Peninjauan Kembali merupakan
PEMILIK MEREK ATAU PEMEGANG/ PEMILIK MEREK
TERDAFTAR sehingga putusan Pengadilan Negeri Kepanjen
Nomor : 645/Pid.Sus/2011/PN Kpj tanggal 7 Maret 2012 dan
Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor : 297/PID/
2012/PT.SBY tanggal 21 Juni 2012 TELAH BERTENTANGAN
dengan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor:
162 K/ Pdt.Sus–HKI /2014 tanggal 22 April 2014;
Pada putusan Pengadilan Negeri Kepanjen Nomor : 645 / Pid.Sus
/2011/PN.Kpj tanggal 07 Maret 2012 dan Putusan Pengadilan
Tinggi Surabaya Nomor : 297/PID/2012/PT.SBY tanggal 21 Juni
2012 dinyatakan PEMOHON PENINJAUAN KEMBALI dinyatakan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 17 dari 27 hal. Put. No. 104 PK/Pid.Sus/2015
“dengan sengaja dan secara tanpa hak menggunakan merek yang
sama pada pokoknya dengan merek terdaftar milik pihak lain
untuk barang sejenis yang diproduksi dan diperdagangkan“
sedangkan dalam Putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor : 162 K/ Pdt.Sus–HKI/2014 tanggal 22 April
2014 dimana Pemohon Peninjauan Kembali merupakan PEMILIK
MEREK ATAU PEMEGANG/ PEMILIK MEREK TERDAFTAR;
Konsekuensi logis dimensi hukum yang demikian ini, maka
PEMOHON PENINJUAN KEMBALI TIDAK DAPAT DIHUKUM
DAN HARUS DIBEBASKAN DARI PERBUATAN SEBAGAI-MANA
DIKTUM / AMAR DALAM Putusan Pengadilan Negeri Kepanjen
Nomor : 645 / Pid.Sus / 2011 / PN Kpj tanggal 07 Maret 2012 dan
Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor : 297/PID/ 2012/PT
.SBY tanggal 21 Juni 2012;
C. Berdasarkan ketentuan Pasal 263 ayat 2 huruf c KUHAP dimanaputusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan hakim ataukekeliruan yang nyata, karena disebabkan hal - hal sebagai berikut :
Bahwa putusan Judex factie yaitu Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya
Nomor 297/PID/2012/PT SBY tanggal 21 Juni 2012 juncto Putusan
Pengadilan Negeri Kepanjen Nomor : 645/Pid.Sus/2011/PN Kpj tanggal
7 Maret 2012 telah menetapkan keadaan hukum baru (constitutive
verdict) yaitu memutus secara sepihak PT. Gudang Garam Tbk adalah
Pemilik Merek terdaftar yang sah dengan dasar pertimbangan hukum
sebagaimana terdapat dalam halaman 23 dan 24 pada putusan dengan
kalimat sebagai berikut :
“Pengadilan Tinggi sependapat dengan pendapat Penasihat Hukum
Terdakwa yang menyatakan bahwa dalam hal terjadi perbuatan secara
tanpa hak menggunakan merek yang mempunyai persamaan pada
pokoknya yang dilakukan Terdakwa dengan merek terdaftar milik PT.
Gudang Garam Tbk Kediri, Majelis Pengadilan Niagalah yang berwenang
mengadilinya dan bukan Pengadilan Negeri. Pendapat tersebut benar
apabila pemilik merek Gudang Garam PT. Gudang Garam Tbk Kediri
ingin menyelesaikan secara perdata dengan Pemilik merek Gudang Baru
PR. Jaya Makmur, H. Ali Khosin, SE in casu Terdakwa, yang tanpa
hak menggunakan merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya
dengan merek terdaftar milik PT. Gudang Garam Tbk “;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 18 dari 27 hal. Put. No. 104 PK/Pid.Sus/2015
Konklusi dasar pertimbangan (ratio decidendi) Putusan Pengadilan Tinggi
Surabaya Nomor : 297 / PID / 2012 / PT SBY tanggal 21 Juni 2012 juncto
Putusan Pengadilan Negeri Kepanjen Nomor : 645 / Pid.Sus / 2011 /
PN Kpj tangga 7 Maret 2012, pada hakekatnya putusan itu dengan
jelas telah memperlihatkan adanya suatu kekhilafan hakim atau
kekeliruan yang nyata dimana Judex facti telah memutuskan secara
sepihak jika PT. Gudang Garam Tbk adalah Pemilik Merek Terdaftar
yang sah padahal secara yuridis tentang keabsahan hak tersebut masih
harus diuji oleh Pengadilan Niaga (dalam tingkat pertama) dan
Mahkamah Agung (dalam Tingkat Kasasi);
Bahwa Judex facti (Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi) telah salah
dan telah khilaf dalam mempertimbangkan tentang tindak pidana yang
didakwakan dan diputuskan bersalah kepada Pemohon Peninjauan
Kembali yaitu ketentuan Pasal 91 UU RI Nomor 15 Tahun 2001 tentang
Merek yang menyatakan bahwa : “ Barang siapa dengan sengaja dan
tanpa hak menggunakan merek yang sama pada pokoknya dengan
Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan atau jasa sejenis yang
diproduksi dan atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun dan atau denda paling banyak Rp.
80.000,000 (delapan ratus juta rupiah) “ ;
Bahwa dalam kasus Pemohon Peninjauan Kembali a quo tidak
terpenuhinya unsur, “tanpa hak menggunakan merek yang sama pada
pokoknya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan atau
jasa sejenis yang diproduksi dan atau diperdagangkan ” karena :
1). Unsur “tanpa hak“ tidak terbukti karena Pemohon Peninjauan
Kembali memiliki hak yang sah sebagaimana dibuktikan dengan
diketemukannya sertifikat yang dimilikinya yaitu Sertifikat Merek
Nomor : 370277 yang terbit pada 10 Oktober 1996 yang telah
diperpanjang dengan Sertifikat Merek IDM 000032226 tanggal 21
Maret 2005 (dimana dimensi ini dalam Putusan Mahkamah Agung
Repbulik Indonesia Nomor : 162 K/Pdt.Su –HKI/2014 tanggal 22
April 2014 disebutkan bahwa Pemohon Peninjauan Kembali sebagai
Pemilik atau Pemegang Merek), dimana secara yuridis perlindungan
berlangsung 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal penerimaan (filing date)
yaitu tanggal 7 Desember 2004 sampai dengan tanggal 7 Desember
2014 dan Sertifikat Merek No. 380919 yang terbit pada 15 Agustus
1997, yang telah diperpanjang dengan Sertifikat Merek IDM
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 19 dari 27 hal. Put. No. 104 PK/Pid.Sus/2015
000042757 tanggal 14 Juli 2005 dimana secara yuridis perlindungan
berlangsung selama 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal penerimaan
(filing date) yaitu tanggal 26 Januari 2005 sampai dengan tanggal 26
Januari 2015;
2). Unsur “ memiliki persamaan pada pokoknya” , tidak terbukti karena
Pemohon Peninjauan Kembali memiliki Putusan Kasasi Nomor : 162
K / Pdt. Sus – HKI / 2014 tanggal 22 April 2014 yang dalam
pertimbangan hukumnya halaman 34 menyatakan tidak ada
persamaan bentuk, cara penempatan, dan persamaan bunyi
(similarity in sound) yang dapat menimbulkan kerancuan. Hal ini
jelas tampak pada banyaknya perbedaan antara merek Gudang Baru
dan Gudang Garam menyangkut : (i) bentuk Huruf, (ii) bentuk lukisan,
(iii) pangsa pasar serta (iv) harga;
Bahwa Putusan Judex facti didasarkan pada dalil yang tidak beralasan
(gratuite assertie/ unreasonable argument). Dalam hal ini mengingat
hukum pidana adalah mencari kebenaran materiil, maka seyogyanya
fakta hukum secara materiil bahwa Pemohon Peninjauan Kembali adalah
Pemilik Merek yang sebenarnya harus dijadikan bahan pertimbangan
utama untuk mencegah pemidanaan yang sewenang-wenang. Dalam
tuntutan pidana, Pemohon Peninjauan Kembali di bawah perlindungan
khusus dan keunggulan dalam upaya untuk mencegah pemidanaan
terhadap orang yang tidak bersalah (to avoid the wrongful conviction of
the innocent) dan juga untuk memberikan kompensasi sebagai
keseimbangan dalam kekuatan antara pihak yang dilanggar haknya dan
pihak tersangka serta ketertiban umum;
Bahwa Putusan Judex facti yaitu Putusan Pengadilan Negeri Kepanjen
Nomor : 645 / Pid.Sus / 2011 / PN Kpj tanggal 7 Maret 2012 dan Putusan
Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor : 297/PID/2012/PT SBY tanggal 21
Juni 2012 telah melanggar azas “ ultra petita “ vide Pasal 178 ayat (3)
HIR yakni ketika Hakim menetapkan bahwa pemilik yang berhak atas
merek terdaftar adalah PT. Gudang Garam, Tbk. Kediri dengan
menafikan eksistensi Pemohon Peninjauan Kembali selaku Pemilik
Merek Terdaftar Gudang Baru sejak tahun 1996 sebagaimana Sertifikat
Merek Nomor 370277 yang terbit pada 10 Oktober 1996 yang telah
diperpanjang dengan Sertifikat Merek IDM 000032226 tanggal 21 Maret
2005 dimana secara yuridis perlindungan berlangsung 10 (sepuluh)
tahun sejak tanggal penerimaan (filing date) yaitu tanggal 7 Desember
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 20 dari 27 hal. Put. No. 104 PK/Pid.Sus/2015
2004 sampai dengan tanggal 7 Desember 2014 dan Sertifikat Merek
Nomor: 380919 yang terbit pada 15 Agustus 1997, yang telah
diperpanjang dengan Sertifikat Merek IDM 000042757 tanggal 14 Juli
2005 dimana secara yuridis perlindungan berlangsung 10 (sepuluh)
tahun sejak tanggal penerimaan (filing date) yaitu tanggal 26 Januari
2005 sampai dengan tanggal 26 Januari 2015 dimana Judex factie telah
memutus perkara di luar kopetensinya ketika menetapkan keabsahan
sertifikat merek PT. Gudang Garam, Tbk Kediri;
Bahwa Putusan Judex factie yaitu Putusan Pengadilan Negeri Kepanjen
Nomor : 645/Pid.Sus/2011/PN Kpj tanggal 7 Maret 2012 dan Putusan
Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor : 297/PID/2012 /PT SBY tanggal 21
Juni 2012 telah melanggar azas “ Actor Sequitor Forum Rei “ vide
Pasal 118 HIR jo Pasal 300 UU RI Nomor 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan jo Pasal 68 dan Pasal 80 serta Pasal 82 UU RI Nomor 15
Tahun 2001 tentang Merek yakni ketika Hakim menetapkan bahwa PT.
Gudang Garam, Tbk merupakan pemilik merek atas semua jenis varian
terkait dengan produk rokok dan hal tersebut artinya memberikan hak
monopoli yang berlebihan dengan pertimbangan halaman 23:
“Lain halnya apabila Terdakwa yang secara sengaja dan tanpa hak
menggunakan merek yang sama pada pokoknya dengan merek terdaftar
milik PT. Gudang Garam Tbk Kediri dimana Terdakwa telah
menggunakan merek Gudang Baru berupa rokok merek Gudang baru
Filter Premium, Gudang Baru Merah King Sixe, Gudang Baru New
Internasional yang diproduksi dan telah diperdagangkan oleh PT.
Gudang Garam Kediri ......................“;
Konklusi dasar Putusan Judex Facti yang telah salah dan telah khilaf
dalam membuat pertimbangannya oleh karena Merek adalah monopoli
yang sah secara hukum (legalized monopoly) menyangkut daya
pembeda, bukan monopoli untuk produknya (Media HKI, 2014 ; 18).
Dengan memberikan pengakuan monopoli varian dari produk rokok
tersebut berarti putusan Judex facti secara implisit telah memberikan
pengakuan bahwa Gudang Garam adalah merek terkenal. Setiap klaim
atas merek terkenal tidak dapat ditetapkan dan diputuskan oleh hakim
pidana sehingga putusan Judex facti sifatnya prematur, tidak benar dan
tidak pada tempatnya dan oleh karena itu sebenarnya kasus a quo harus
diajukan terlebih dahulu melalui Pengadilan Niaga vide Pasal 68 jo
Pasal 6 ayat (1) huruf b Undang-Undang RI Nomor 15 Tahun 2001
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 21 dari 27 hal. Put. No. 104 PK/Pid.Sus/2015
tentang Merek, untuk menetapkan pemilik atau pemegang merek
sebagaimana yang didakwakan kepada Pemohon Peninjauan Kembali
dan hal ini terbukti dengan PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK
INDONESIA Nomor 162 K/ Pdt.Sus–HKI/2014 tanggal 22 April 2014
tersebut dari perspektif yuridis menunjukkan bahwa Pemohon Peninjauan
Kembali merupakan PEMILIK MEREK atau PEMEGANG / PEMILIK
MEREK TERDAFTAR sehingga tidak mungkin Pemohon Peninjauan
Kembali melakukan perbuatan “ dengan sengaja dan secara tanpa hak
menggunakan merek yang sama pada pokoknya dengan merek terdaftar
milik pihak lain untuk barang sejenis yang diproduksi dan
diperdagangkan“ sebagaimana amar Putusan Pengadilan Negeri
Kepanjen Nomor 645/Pid.Sus/2011/PN Kpj, tanggal 7 Maret 2012 dan
Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor: 297/PID/2012/PT.SBY,
tanggal 21 Juni 2012, tegasnya PEMOHON PENINJAUAN KEMBALI
MENGGUNAKAN MEREK TERDAFTAR PEMOHON PENINJAUAN
KEMBALI SENDIRI sehingga TIDAK BENAR PUTUSAN JUDEX FACTIE
yaitu Putusan Nomor : 645/Pid.Sus /2011/ PN Kpj, tanggal 7 Maret 2012
dan Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor 297/PID/2012/PT.SBY,
tanggal 21 Juni 2012 yang MENJATUHKAN PIDANA PEMOHON
PENINJAUAN KEMBALI KARENA DIANGGAP MENGGUNAKAN
MEREK YANG SAMA PADA POKOKNYA DENGAN MEREK
TERDAFTAR MILIK PIHAK LAIN;
Menimbang, bahwa atas alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung
berpendapat :
Bahwa ternyata tidak ada kekhilafan atau kekeliruan yang nyata dalam
putusan Judex facti Pengadilan Negeri Kepanjen No. 645/Pid.Sus/2011/PN.Kpj.
tanggal 07 Maret 2012 Jo. putusan Pengadilan Tinggi Surabaya No. 297/PID/
2012/PT.SBY. tanggal 21 Juni 2012 karena hal-hal yang relevan secara yuridis
telah dipertimbangkan dengan benar;
Bahwa alasan Pemohon Peninjauan Kembali tidak dapat dibenarkan
dengan pertimbangan :
- Bukti PK-3 yaitu Sertifikat asli No.370277 terbit tanggal 10 Oktober 1996 dan
PK-4 yaitu Sertifikat Nomor 380919 terbit 15 Agustus 1997 dengan Merek
Gudang Baru sudah diajukan di penyidikan maupun dalam persidangan,
dimana menurut keterangan ahli maupun keterangan Terpidana/
Terdakwa bahwa Sertifikat etiket merek “Gudang Baru” telah diperpanjang
pada tahun 2005 sebagai Sertifikat merek Nomor 370277 menjadi sertifikat
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 22 dari 27 hal. Put. No. 104 PK/Pid.Sus/2015
merek IDM 00003226 tanggal 21 Maret 2003 dan Sertifikat merek IDM
000042757, dengan demikian bukti PK-3, PK-4 bukan sebagai novum;
- Berdasar keterangan ahli dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia dalam perkara pidana Sertifikat
dengan merek “Gudang Baru” sebagaimana barang bukti yang diajukan
dalam persidangan tidak terdaftar di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi manusia, yang ada didaftar
umum merek untuk jenis barang sigaret kretek;
- Etiket merek “Gudang Baru” yang diproduksi dan diperdagangkan oleh
Terdakwa/ Terpidana (P.R. Jaya Makmur) tidak sesuai dengan etiket merek
dalam sertifikat merek Gudang Baru Nomor IDM 000032226 tanggal 21
Maret 2005, kelas barang/ jasa 34 atas nama pemilik merek H. Ali Khosin,
SE. Badan P.R. Jaya Makmur dan sertifikat merek Gudang Baru Nomor
IDM 00042757 tanggal 14 Juli 2005, kelas barang/ jasa Badan P.R. Jaya
Makmur Jalan Probolinggo 162 Kepanjen Malang, tetapi menggunakan
etiket merek sebagaimana barang bukti yang diajukan dalam persidangan;
- Merek Gudang Baru dan Logo sebagaimana Barang Bukti mempunyai
persamaan pada pokoknya dalam bentuk dan cara penempatan dengan
merek Gudang Garam daftar Nomor 546606 untuk barang sejenis, sedang
letak perbedaanya adalah pada bunyi ucapan;
- Merek Gudang Baru dan Logo sebagaimana tertera pada gambar Nomor 2
sebagaimana yang diajukan dalam persidangan mempunyai persamaan
pada pokoknya dalam bentuk dan cara penempatan dengan merek Gudang
Garam daftar Nomor 546605 untuk barang sejenis, letak perbedaannya pada
bunyi ucapan;
- Merek Gudang Baru dan Logo sebagaimana tertera pada gambar Nomor 2
(bukti di persidangan) mempunyai persamaan pada pokoknya dalam bentuk
dan cara penempatan serta susunan warna dengan merek Gudang Garam
daftar Nomor 506190 dan daftar Nomor 506187 untuk barang sejenis,
sehingga letak perbedaannya adalah pada bunyi ucapan;
- Bahwa PT. Gudang Garam melalui kuasanya mengadukan perbuatan
Terdakwa pada tahun 2011 karena baru mengetahui kejahatan yang
dilakukan Terdakwa baru tahun 2010 sehingga pengaduan/ laporan yang
dilakukan PT. Gudang Garam belum daluwarsa;
- Bahwa putusan Mahkamah Agung Nomor 162 K/Pdt-Sus-HKI/2014 tanggal
22 April 2014 baru ada setelah adanya putusan pidana Nomor
645/Pid.Sus/2011/ PN.Kpj. dan putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 23 dari 27 hal. Put. No. 104 PK/Pid.Sus/2015
297/Pid/2012/PT.Sby. dengan demikian putusan Mahkamah Agung Nomor
162 K/Pdt.Sus-HKI/2014 tersebut bukan novum;
- Bahwa dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 162 K/Pdt-Sus-HKI/2014,
Pemohon Peninjauan Kembali/ Terpidana dinyatakan sebagai pemilik merek
atau pemegang/ pemilik merek terdaftar dengan alasan karena Pemohon
Peninjauan Kembali telah mendaftarkan merek miliknya sejak tahun 1996
yang kemudian Diperpanjang lagi dan ada perbedaan dalam bunyi/ ucapan
antara Gudang Baru dengan Gudang Garam;
- Bahwa alasan tersebut tidak dapat dibenarkan karena fakta hukum di
persidangan yang didukung keterangan ahli dan keterangan Terpidana :
Terpidana memperdagangkan rokok dengan merek Gudang Baru tersebut
belum didaftarkan pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, rokok
Gudang Baru yang diperdagangkan Terpidana/ Pemohon Peninjauan
Kembali mempunyai persamaan pada pokoknya dalam bentuk, cara
penempatan dan susunan warna dengan merek Gudang Garam untuk
barang sejenis, sedang letak perbedaannya adalah pada bunyi, Terpidana
tidak menggunakan merek dan logo miliknya yang telah didaftarkan pada
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual;
Bahwa perbuatan Terdakwa menggunakan merek yang sama pada
pokoknya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk barang sejenis yang
diproduksi dan diperdagangkan. Terdakwa sebagai pemilik Perusahaan Rokok
Jaya Makmur memproduksi dan memperdagangkan rokok kretek merek
Gudang Baru yang mempunyai kesamaan pada pokoknya dengan rokok kretek
merek Gudang Garam, sehingga perbuatan Terdakwa merupakan tindak pidana
melanggar Pasal 91 Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001;
Bahwa bukti PK-1 dan bukti PK-2 berupa putusan Pengadilan Negeri dan
putusan Pengadilan Tinggi bukan merupakan Novum. Bukti PK-3 dan bukti PK-
4 karena sudah pernah diajukan oleh saksi dari Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia, maka bukti tersebut tidak berkualitas sebagai Novum;
Bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, alasan-alasan permohonan
Peninjauan Kembali tidak memenuhi syarat yang dimaksud dalam ketentuan
Pasal 263 ayat (2) KUHAP;
Menimbang, bahwa Hakim Anggota I/ Pembaca I Dr. H. Suhadi, SH.,MH.
berbeda pendapat/ dissenting opinion sebagai berikut :
Bahwa alasan Peninjauan Kembali dapat dibenarkan dan beralasan
hukum dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Bahwa Pemohon didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan tunggal
dalam perkara a quo melanggar Pasal 91 Undang-Undang Nomor 15 tahun
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 24 dari 27 hal. Put. No. 104 PK/Pid.Sus/2015
2001 tentang merek antara lain berbunyi “Barang siapa dengan sengaja dan
tanpa hak menggunakan merek yang sama pada pokoknya dengan merek
terdaftar milik orang lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi
dan/ atau diperdagangkan”;
Tempus delictie (waktu) tindak pidana itu dilakukan menurut versi dakwaan
Penuntut Umum sekitar tahun 1993 sampai dengan Juli 2011, dengan
demikian tindak pidana yang terjadi sekitar tahun 1993 tidak dapat
diperlakukan undang-undang merek dalam dakwaan a quo yang terbit pada
tahun 2001 (tidak boleh berlaku surut);
2. Bahwa tempus delictie (waktu kejadian perkara) tahun 1993 dan baru
dijadikan perkara tahun 2011 sudah berjalan 18 tahun, ancaman pidana 4
(empat) tahun penjara dengan demikian menurut Pasal 78 ayat (3e) KUHP
hak menuntut hukum gugur karena lewat waktu sesudah 12 tahun dari sejak
kejahatan yang terancam hukuman penjara sementara lebih dari 3 (tiga)
tahun;
Disisi lain Pasal 95 Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001 tentang merek
menentukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, 91, 92,
93 dan Pasal 94 merupakan delik aduan, dengan demikian sejak tempus
delictie terjadi tahun 1993 sampai tahun 2011 korban tidak mengajukan
pengaduan, korban telah membiarkan atau menuntut haknya atau
melepaskan haknya digunakan orang lain, karena delik aduan baru disidik
setelah ada pengaduan;
3. Bahwa dengan ditemukan bukti PK-3 dan PK-4 berupa Sertifikat Merek asli
Pemohon Peninjauan Kembali Nomor 370277 terhitung 10 Oktober 1996
dan sertifikat Nomor 350919 terbit 15 Agustus 1997 (PK-4). Pemohon
merasa hak atas merek a quo dilindungi karena sudah terdaftar di Dirjen
Haki Departemen Kehakiman (Kementerian Hukum dan Hak Azasi
Manusia), disisi lain merek serupa diklaim oleh korban PT. Gudang Garam
merugikan haknya oleh karena itu kejadian tersebut sudah layak dibawa ke
ranah perdata, dan hal itu sudah dilakukan oleh korban PT. Gudang Garam
telah menggugat Terpidana (Pemohon) melalui Pengadilan Negeri
Surabaya, terakhir dengan putusan Mahkamah Agung RI. Nomor 162
K/Pdt.Sus-KHI/2014 tanggal 22 April 2014 PK-5 telah membatalkan putusan
Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 04/HKI-MEREK/2013/PN.NIAGA.SBY.
tanggal 12 September 2013 putusan Mahkamah Agung menetapkan Pemilik
Merek atau Pemegang/ Pemilik Merek terdaftar adalah Pemohon Peninjauan
Kembali;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 25 dari 27 hal. Put. No. 104 PK/Pid.Sus/2015
4. Bahwa berdasarkan fakta di atas perbuatan Pemohon Peninjauan Kembali
bukanlah suatu tindak pidana selain sudah kadaluwarsa juga merupakan
perbuatan dalam kontek perdata;
5. Bahwa untuk menguatkan dalil permohonan Peninjauan kembali-nya
Pemohon telah mengajukan bukti berupa surat yang diberi tanda PK-1 s/d.
PK-5 dan dua orang saksi Devi Andarwati dan Dwi Hertanto Widiatmoko,
keduanya karyawan Pemohon yang telah menemukan bukti PK-3 dan PK-4;
6. Bahwa PK-1 dan PK-2 adalah putusan yang dimohon Peninjauan Kembali,
PK-1 adalah putusan Pengadilan Negeri Surabaya sedangkan PK-2 adalah
putusan Pengadilan Tinggi Surabaya yang Menguatkan putusan Pengadilan
Negeri Surabaya yang telah menyatakan Pemohon H. Ali Khosin, SE. telah
“dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merek yang sama pada
pokoknya dengan merek yang terdaftar milik pemilik lain untuk barang
sejenis dan diperdagangkan;
7. Bahwa menurut Dakwaan Penuntut Umum tempus delicti perbuatan
Terdakwa/ Pemohon untuk jenis Gudang Baru New Internasional sejak
tahun 1995 dan ijin Cukai diperbaharui pada tahun 2009. Gudang Baru Filter
Premium sejak tahun 1999 dan Gudang Baru merk King Size sejak tahun
1993 diproduksi oleh Pemohon (Terdakwa);
8. Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali mendasarkan Pasal 263 ayat (2)
huruf a adanya keadaan baru berupa Novum PK-3 dan PK-4 serta PK-5. PK-
3 dan PK-4 baru ditemukan oleh saksi Devi Andarwati dan saksi Dwi
Hertantowidiatmoko ditemukan tanggal 17 Januari 2015 menunjukkan PK-3
berupa Sertifikat merek Nomor 370277 atas nama H. Ali Khosin, SE. dan
PK-4 Sertfikat Merek Nomor 380919 atas nama H. Ali Khosin, SE.
(Pemohon) keduanya ditandatangani oleh Direktur Jenderal Hak Cipta,
Paten dan Merek Departemen Kehakiman RI, dengan demikian kedua bukti
baru tersebut menunjukkan sejak tahun 1996-1997 Pemohon adalah Pemilik
Merek Rokok Gudang Baru yang sah dan dilindungi Undang-Undang dan
masing-masing sudah Diperpanjang untuk 10 (sepuluh) tahun berikutnya.
Termasuk 3 (tiga) jenis rokok yang menjadi permasalahan dalam perkara
a quo, dengan demikian jika kedua bukti PK-3 dan PK-4 diajukan ketika
pemeriksaan disidang Pengadilan Tingkat Pertama maka putusan akan
bebas atau setidaknya lepas dari segala Tuntutan hukum;
9. Bahwa PK-5 berupa Novum putusan Mahkamah Agung RI dalam tingkat
kasasi Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014 tanggal 22 April 2014 yang
membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 26 dari 27 hal. Put. No. 104 PK/Pid.Sus/2015
Nomor 04/KHI-MEREK/2013/PN.NIAGA .Sby. tanggal 12 September 2013
menentukan Pemohon Peninjauan Kembali adalah sebagai pemilik merek
atas pemegang/ pemilik merek terdaftar, dalam perkara a quo Pemohon
Peninjauan Kembali sebagai Tergugat, sedangkan Penggugat adalah PT.
Gudang Garam, dengan demikian Pemohon Peninjauan Kembali adalah
pemilik merek “Gudang Baru” PR. Jaya Makmur dengan semua produknya
harus dilindungi hukum;
10.Bahwa memperhatikan bukti yang diajukan Pemohon Peninjauan Kembali
berupa PK-3, PK-4 dan PK-5 yang sejak 1993, 1995 dan 1999 menurut
dakwaan Penuntut Umum Surabaya Tempus Delictie maka menurut
ketentuan Pasal 78 ayat (1) angka 3 menentukan kewenangan menuntut
terhadap kejahatan yang diancam dengan pidana penjara lebih dari 3 (tiga)
tahun lewat waktu (daluwarsa) adalah 12 (dua belas) tahun bila dihitung
perbuatan Terdakwa menurut dakwaan mulai tahun 1993 – 1995 lampau
waktu adalah tahun 2007;
11.Bahwa dengan adanya novum yang diajukan Pemohon berupa PK-3, PK-4
dan PK-5, Pemohon telah membuktikan alasan-alasan Peninjauan Kembali-
nya oleh karenanya permohonan Pemohon harus dikabulkan;
Menimbang, bahwa oleh karena terjadi perbedaan pendapat dari Majelis
Hakim tersebut walaupun telah diusahakan dengan sungguh-sungguh tetapi
tidak tercapai permufakatan, maka sesuai Pasal 182 ayat (6) a KUHAP jo. Pasal
14 ayat (3) Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman dan Pasal 30 ayat (3) Undang-Undang No.5 tahun 2004 jo. Undang-
Undang Nomor 14 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 3 tahun 2009, Majelis Hakim telah memutuskan berdasarkan
suara terbanyak, yaitu dengan amar sebagaimana tersebut di bawah ini;
Bahwa dengan demikian alasan-alasan Peninjauan Kembali oleh
Terpidana tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena tidak termasuk dalam
salah satu alasan peninjauan kembali sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 263 ayat (2) huruf a, b dan c KUHAP ;
Menimbang, bahwa dengan demikian berdasarkan pasal 266 ayat (2) a
KUHAP permohonan peninjauan kembali harus ditolak dan putusan yang
dimohonkan peninjauan kembali tersebut dinyatakan tetap berlaku ;
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan peninjauan kembali
ditolak, maka biaya perkara dalam pemeriksaan peninjauan kembali dibebankan
kepada Pemohon Peninjauan Kembali ;Memperhatikan Pasal 91 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
Tentang Merek, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 27 dari 27 hal. Put. No. 104 PK/Pid.Sus/2015
Kehakiman, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang No.3 Tahun 2009
serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan ;
M E N G A D I L IMenolak permohonan peninjauan kembali dari: H. ALI KHOSIN, SE.
tersebut ;
Menetapkan bahwa putusan yang dimohonkan peninjauan kembali
tersebut tetap berlaku ;
Membebankan Pemohon Peninjauan Kembali untuk membayar biaya
perkara dalam peninjauan kembali ini sebesar Rp.2.500,- (Dua ribu lima ratus
rupiah) ;
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan pada hari Selasa,
tanggal 10 November 2015 oleh Dr. Artidjo Alkostar, S.H.,L.L.M. Hakim Agung
yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Dr. H.
Suhadi, S.H.,M.H. dan Sri Murwahyuni, S.H.,M.H. Hakim-Hakim Agung sebagai
Hakim Anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu
juga oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota tersebut, dan dibantu
oleh Bambang Ariyanto, S.H.,M.H. Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri
oleh Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana dan Jaksa/Penuntut Umum;
Hakim-Hakim Anggota : K e t u a :
Ttd. Ttd.
Dr. H. Suhadi, S.H.,M.H. Dr. Artidjo Alkostar, S.H.,L.L.M.
Ttd.
Sri Murwahyuni, S.H.,M.H.
Panitera Pengganti :
Ttd.
Bambang Ariyanto, S.H.,M.H.
Untuk salinanMahkamah Agung – RI
a.n. PaniteraPanitera Muda Pidana Khusus
ROKI PANJAITAN, SH.Nip.1959 04301985121001
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27