kajian tentang perspektif bebas murni … jaksa penuntut umum dan hakim berkait pembuktian...

81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI DALAM PANDANGAN JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008) Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh AGUNG WIDODO NIM.E1104004 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: trinhdang

Post on 02-Jul-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI DALAM

PANDANGAN JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT

PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI

(STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR

1034K/PID.SUS/2008)

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1

dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh

AGUNG WIDODO

NIM.E1104004

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

Page 2: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Agung Widodo

NIM : E1104004

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul

KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI DALAM

PANDANGAN JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT

PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI

(STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR

1034K/PID.SUS/2008) adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan

karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan

ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan

saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa

pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan

hukum (skripsi) ini.

Surakarta, April 2011

yang membuat pernyataan

Agung Widodo

NIM.E1104004

Page 5: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Agung Widodo, E1104004. 2011. KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI DALAM PANDANGAN JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret. Penulisan hukum ini bertujuan untuk mengetahui perspektif putusan bebas murni antara jaksa penuntut umum dan hakim, serta implikasi yuridis terhadap putusan bebas murni yang didasarkan pada kesaksian yang berdiri sendiri. Penulisan hukum ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat preskriptif, mengkaji perspektif putusan bebas murni antara jaksa penuntut umum dan hakim serta implikasi yuridis terhadap putusan bebas murni yang didasarkan pada kesaksian yang berdiri sendiri pada kasus putusan Mahkamah Agung Nomor 1034K/Pid.Sus/2008. Sumber penelitian sekunder yang digunakan meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan sumber bahan hukum yang digunakan yaitu studi kepustakaan dan rujukan internet. Analisis penelitian yang digunakan adalah silogisme deduktif dengan pengumpulan sumber penelitian untuk menafsirkan norma terkait, kemudian sumber penelitian tersebut diolah dan dianalisis untuk menjawab permasalahan yang diteliti. Tahap terakhir adalah menarik kesimpulan dari sumber penelitian yang diolah, sehingga pada akhirnya dapat diketahui mengenai perspektif bebas murni antara jaksa penuntut umum dan hakim serta implikasi yuridis terhadap putusan bebas murni yang didasarkan pada kesaksian yang berdiri sendiri pada kasus putusan Mahkamah Agung Nomor 1034K/Pid.Sus/2008. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa perspektif putusan bebas murni antara jaksa penuntut umum dan hakim menunjukan dua sisi yang berbeda, disatu sisi jaksa penuntut umum menilai hakim telah salah menerapkan hukum dalam menafsirkan unsur-unsur pasal yang didakwakan, jaksa penuntut umum menilai bahwa hakim dalam menilai unsur-unsur pasal yang didakwakan hanya berdasar atas kesaksian yang berdiri sendiri dan keterangan terdakwa, tidak dikaitkan dengan alat bukti yang lain, serta hakim juga tidak mengkaitkan perbuatan terdakwa dengan Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Sedangkan hakim Mahkamah Agung menilai bahwa putusan Pengadilan Negeri Singkawang No.236/Pid.B/2007/PN.SKW adalah putusan bebas murni, karena jaksa penuntut umum dipandang tidak bisa membuktikan bahwa Putusan Pengadilan Negeri Singkawang tersebut merupakan pembebasan yang tidak murni, maka hakim Mahkamah Agung menolak permohonan kasasi yang diajukan oleh jaksa penuntut umum. Kesaksian yang berdiri sendiri dalam kasus ini bukan merupakan alat bukti dan tidak mempunyai nilai pembuktian. Dalam kasus ini hakim bersifat bebas dan tidak terikat. Kata Kunci : putusan bebas murni, jaksa penuntut umum dan hakim, keterangan saksi yang berdiri sendiri.

Page 6: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Agung Widodo, E1104004. 2011. STUDY ON PERSPECTIVE OF ACQUITTAL DECISION ON THE EYES OF THE PUBLIC PROSECUTOR AND THE JUDGES RELATED WITH EVIDENCES AN INDEPENDENT WITNESSES (CASE STUDY OF THE SUPREME

MBER 1034K/PID.SUS/2008). Faculty Of Law, Sebelas Maret University.

This legal writing purposed to find out the perspective of acquittal decision between the public prosecutor and the judge, as well as the judicial implications of the acquittal wich based on the independent testimony.

This legal writing was a normative legal research wich has prescriptive character, assessing how the perspective of acquittal decision between public prosecutors and judges as well as judicial implications of the acquittal decision based on the independent testimony in case the decision of the Supreme Court Number 1034K/Pid.Sus/2008. The secondary research sources used including the primary legal materials, secondary legal materials and legal materials tertiary. Collection techniques used sources of legal materials awere the study of literature and internet references. Analysis of the research was deductive syllogism with the collection of research sources to interpreted relevant norms, then the source of the study was processed and analyzed to answer the problem under study. The last step was to drawing conclusions from the research sources that processed, which in turn can be known about the perspective of acquttal between the public prosecutors and the judges as well as judicial implications of free decision purely based on the independent testimony in case the decision of the Supreme Court Number 1034K/Pid. Sus/2008.

Based on research results can be concluded that the perspective of acquttal decision between the public prosecutors and the judges showed two different sides, on one side of the prosecutor assessing the judge had misapplied the law in interpretation of the elements of art that being prosecuted, the prosecutor considers that the judge in assessing elements charged articles based only on the independent testimony and information the defendant, it was not associated with other evidence, as well as judge also not related actions of the defendant to Article 55 paragraph (1) to-1 of the Criminal Code. While the judges of the Supreme Court considered that the Supreme Court decide Singkawang No.236/Pid.B/2007/PN.SKW was acquittal decision, because prosecutors could not prove that the considered decision of the District Court of Singkawang wich a liberation that was not pure, then the judge Supreme Court rejected the appeal filed by the prosecutor. The independent testimony in this case was not evidence and had no evidentiary value. In this case the judge is free and unattached. Key word : acquittal decision , the public prosecutor and the judges , an independent witnesses

Page 7: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya atau miskin, maka Allah lebih tahu kebaikannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan kalau kamu memutar balikkan kenyataan atau enggan menjadi saksi maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S.An-Nisa 4 : 135 ) Today is tomorrow we worried about yesterday, keep move on without worrying because nothing impossible (Penulis)

Tak ada yang tak bisa kalau kita mau berusaha.

(Penulis) Yang baik belum tentu menang dan yang jahat belum tentu kalah, selalu ada dendam yang harus dibalas, perang tidak akan pernah usai (Penulis)

Page 8: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas setiap

kasih sayang-Nya, berkah dan rahmat-NYA sehingga Penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan Penulisan Hukum yang berjudul KAJIAN TENTANG

PERSPEKTIF BEBAS MURNI DALAM PANDANGAN JAKSA

PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN

KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS

PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008) .

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Baginda Rasulullah

Muhammad SAW. Penulisan Hukum atau Skripsi merupakan tugas wajib yang

harus diselesaikan oleh setiap mahasiswa untuk melengkapi syarat memperoleh

derajat sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Penulisan hukum ini bertujuan untuk mengetahui perspektif putusan bebas

murni antara jaksa penuntut umum dan hakim, serta implikasi yuridis terhadap

putusan bebas murni yang didasarkan pada kesaksian yang berdiri sendiri

Penulis menyadari bahwa terselesainya Penulisan Hukum ini tidak terlepas dari

bantuan baik moril maupun materiil serta doa dan dukungan berbagai pihak,

dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Moh. Jamin, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Edy Herdyanto, S.H., M.H., selaku ketua bagian acara yang telah

memberikan banyak masukan, saran dan motivasi bagi Penulis untuk

menyelesaikan penulisan hukum ini.

3. Bapak Kristiyadi, S.H.,M.Hum., selaku pembimbing I yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan hukum ini.

Page 10: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

4. Bapak Muhammad Rustamaji, S.H.,M.H., selaku pembimbing II yang dengan

sabar memberikan bimbingan, saran, kritik, dan motivasi serta bersedia

menyediakan waktu, pemikiran dan berbagi ilmu dengan penulis.

5. Bapak Sutedjo, S.H.,M.M., selaku pembimbing akademis, atas nasehat yang

berguna bagi penulis selama penulis belajar di Fakultas Hukum UNS.

6. Bapak Hardjono, S.H.,M.H., selaku ketua program non reguler fakultas

hukum UNS.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan ilmu

pengetahuan kepada penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam penulisan

skripsi ini.

8. Ketua Bagian PPH Bapak Lego Karjoko S.H., M.Hum., dan Mas Wawan

anggota PPH yang banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

9. Segenap staff dan karyawan fakultas hukum UNS yang telah membantu dan

berperan dalam kelancaran kegiatan proses belajar mengajar dan segala

kegiatan mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

10. Ayahnda Sudarto dan Ibunda Lasmi, yang telah memberikan segalanya

kepada penulis, semoga Ananda dapat membalas budi jasa kalian dengan

memenuhi harapan kalian kepada Ananda.

11. Saudara-saudara dan keluarga besar atas doa dan dukungan yang luar biasa

kepada penulis.

12. ,

Angga, Epand yang telah banyak memberikan nasehat dan dorongan hingga

terselesainya penulisan skripsi ini.

13. Sahabat-sahabat yang dipertemukan ketika Magang di Kejaksaan Negeri

Karanganyar : Shinta, Mey, Wawan, Veni, Tyas Bundo, Sukma, Puspita,

Dhika, Mardiyan. Tak akan terlupakan dari kebersamaan kita yang hanya 1

bulan saja.

14. Sahabat malamku, Shinta, Mey, Wawan, dan Sukma terimakasih untuk semua

waktu, canda, tawa, senyum. Maav atas segala salah, kereseanku, kejahilanku,

semoga semuai ini takkan berakhir sampai disini.

Page 11: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

15. Fiy, Dessy, Anind, Puri, Ana, Shuntul, Puput, Putri, terima kasih yang telah

setia menemaniku ketika lembur mengerjakan skripsi ini hingga selesai.

16. Penghuni kost Wisma Biru Pak Warjo, Bu Sri, Pak Okta, Mas Titus, Mas Arif,

Mas Dower, Mas Gonem, Mas eliya, Mas Oni, Bagus, Teguh, Mukhlis,

Nanang, Hasto, Beni, Anton, dan semua pihak yang telah membantu baik

secara langsung maupun tidak langsung sehingga terselesainya penulisan

skripsi ini.

17. Temenku Fakultas Hukum Non -sama

untuk meraih gelar Sarjana Hukum.

18. Temen-Temenku semua dari sabang sampai merauke Surip, Sis, Hendra,

Andika, Firman, Nita, Cecep, Damar, Pajar, Krebo, Bento, Pecok, Akmal,

Ubul, Pras, Yoga, Serta pihak2 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

19. Alone at Last, Blink182, Sum41, KMI, PWG, Captain Jack yang setia

menemani penulis hingga terselesainya penulisan skripsi ini.

20. Dan semua kru yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Penulisan

Hukum ini, yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, semoga Allah

SWT membalasnya dengan kebaikan yang lebih atas jasa-jasa yang telah

diberikan.

Semoga bantuan, dorongan dan budi baik dari semua pihak mendapatkan

limpahan rahmat dan pahala dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan ini masih jauh dari sempurna,

hal ini disebabkan keterbatasan, kekurangmampuan dan kurangnya pengetahuan

penulis. Demikian semoga penulisan hukum ini dapat memberikan manfaat

kepada semua pihak, baik untuk penulisan, akademisi, praktisi maupun

masyarakat umum.

Surakarta, April 2011

Penulis

Page 12: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN .................................................................................. iv

ABSTRAK ....................................................................................................... v

ABSTRACT ....................................................................................................... vi

HALAMAN MOTTO ............................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... viii

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Perumusan Masalah .............................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 9

E. Metode Penelitian ................................................................................... 10

F. Sistematika Penulisan Hukum ................................................................ 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori ....................................................................................... 15

1. Tinjauan tentang Pembuktian dan Alat Bukti ....................................... 15

a. Pengertian Pembuktian .................................................................. 15

b. Sisitem Pembuktian ...................................................................... 16

c. Alat Bukti ....................................................................................... 21

2. Tinjauan tentang Saksi dan Keterangan Saksi ...................................... 25

a. Pengertian Saksi ............................................................................ 25

Page 13: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

b. Keterangan Saksi .......................................................................... 26

3. Tinjauan tentang Putusan Bebas Murni (Zuivere Vrijspraak) dan

Putusan Bebas Tidak Murni (Onzuivere Vrijspraak) ........................... 28

4. Tinjauan tentang Upaya Hukum Kasasi terhadap Putusan Bebas

(Zuivere Vrijspraak) ............................................................................. 33

B. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 38

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 40

1. Kasus Posisi ....................................................................................... 40

2. Dakwaan Penuntut Umum .................................................................. 41

3. Tuntutan Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Singkawang

Tanggal 12 Oktober 2007 ................................................................... 43

4. Putusan Pengadilan Negeri Singkawang

No.236/Pid.B/2007/PN.SKW Tanggal 13 November 2007 ............... 45

5. Permohonan Kasasi Jaksa/Penuntut Umum ....................................... 46

6. Putusan Majelis Hakim....................................................................... 54

B. Pembahasan ............................................................................................... 54

1. Kajian Atas Putusan Bebas Murni dalam Perspektif Jaksa

Penuntut Umum dan Hakim Dalam Kasus Putusan Mahkamah

Agung Nomor 1034K/Pid.Sus/2008 .................................................. 54

2. Implikasi Yuridis Terhadap Perspektif Putusan Bebas Murni

Yang Didasarkan Pada Kesaksian Yang Berdiri Sendiri Pada Kasus

Putusan Mahkamah Agung Nomor 1034K/Pid.Sus/2008 .................. 60

a. ........................................................................................... P

erspektif Jaksa Penuntut Umum .................................................. 60

b. ........................................................................................... P

erspektif Hakim Mahkamah Agung ............................................ 62

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................................... 64

Page 14: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

B. Saran ...................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skematik Kerangka Pemikiran ................................................................ 38

Gambar 2. Skematik perspektif Jaksa Penuntut Umum dan Hakim Mahkamah

Agung pada putusan bebas murni .............................................................................. 55

Page 16: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Putusan Mahkamah Agung Nomor.1034K/Pid.Sus/2008

Page 17: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sebagai negara hukum, negara Indonesia memiliki beberapa macam

hukum untuk mengatur tindakan warga negaranya, antara lain adalah hukum

pidana dan hukum acara pidana. Kedua hukum hukum ini mempunyai

hubungan yang sangat erat. Hukum acara pidana mengatur cara-cara

bagaimana negara menggunakan haknya untuk melakukan penghukuman

dalam perkara perkara yang terjadi (hukum pidana formal). Hukum Acara

Pidana merupakan suatu sistem kaidah atau norma yang diberlakukan oleh

negara, dalam hal ini oleh kekuasaan kehakiman, untuk melaksanakan Hukum

Pidana (materiil).

Dengan demikian suatu Hukum Acara Pidana dapat dikatakan baik

apabila Hukum Pidana dapat terealisasi dengan baik (Djoko Prakoso, 1988: 1).

Ruang lingkup Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana terdapat dalam Pasal 2 KUHAP yang berbunyi:

Undang-undang ini berlaku untuk melaksanakan tata cara peradilan dalam

lingkungan peradilan umum pada semua tingkat peradilan

terjadi perbuatan melawan hukum yang dilakukan seseorang maka dalam

menyelesaikan perkara tersebut baik dari proses penyidikan sampai pada

proses persidangan di pengadilan para penegak hukum haruslah berpedoman

pada aturan-aturan dalam KUHAP. Apa yang diatur dalam hukum acara

pidana adalah cara-cara yang harus ditempuh dalam menegakkan ketertiban

hukum dalam masyarakat, namun sekaligus juga melindungi hak asasi tiap-

tiap individu baik yang menjadi korban maupun si pelanggar hukum (Moch.

Faisal Salam, 2001: 13). Dalam Buku Pedoman Pelaksanaan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) disebutkan bahwa tujuan hukum

u setidak-tidaknya

Page 18: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

mendekati kebenaran materiil, yaitu kebenaran yang selengkap-lengkapnya

dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana

secara jujur dan tepat dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku yang

dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya

meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan apakah

terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang

(Syaiful Bakhri, 2009: 4-5).

Untuk mengetahui apakah seseorang bersalah atau tidak terhadap

perkara yang didakwakan, bukan merupakan hal yang mudah. Hal tersebut

harus dengan dibuktikan alat-alat bukti yang cukup. Untuk membuktikan

bersalah tidaknya seseorang terdakwa haruslah melalui proses pemeriksaan di

depan sidang pengadilan (Darwan Prinst, 1998: 1320). Untuk membuktikan

benar tidaknya terdakwa melakukan perbuatan yang didakwakan diperlukan

adanya suatu pembuktian. Dalam pembuktian ini, hakim perlu memperhatikan

kepentingan masyarakat dan kepentingan terdakwa. Kepentingan masyarakat

berarti bahwa seseorang yang telah melanggar ketentuan pidana atau undang-

undang pidana lainnya, harus mendapat hukuman yang setimpal dengan

kesalahannya. Sedangkan kepentingan terdakwa berarti bahwa terdakwa harus

diperlakukan secara adil sedemikian rupa, sehingga tidak ada seorang yang

tidak bersalah mendapat hukuman, dan bila memang terbukti bersalah maka

hukuman itu harus seimbang dengan kesalahannya.

Pembuktian memegang peranan yang sangat penting dalam proses

pemeriksaan sidang pengadilan, karena dengan pembuktian inilah nasib

terdakwa ditentukan, dan hanya dengan pembuktian suatu perbuatan pidana

dapat dijatuhi hukuman pidana. Sehingga apabila hasil pembuktian dengan

alat-alat bukti yang ditentukan undang-undang tidak cukup membuktikan

kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa, maka terdakwa dibebaskan dari

hukuman, dan sebaliknya jika kesalahan terdakwa dapat dibuktikan, maka

terdakwa harus dinyatakan bersalah dan kepadanya akan dijatuhkan pidana.

Oleh karena itu hakim harus hati-hati, cermat, dan matang menilai dan

mempertimbangkam nilai pembuktian. Menilai sampai mana batas minimum

Page 19: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

bewijs kracht dari setiap alat bukti yang disebut

dalam Pasal 184 KUHAP. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana tidak memberikan penafsiran atau pengertian mengenai

pembuktian baik pada Pasal 1 yang terdiri dari 32 butir pengertian, maupun

pada penjelasan umum dan penjelasan Pasal demi Pasal. KUHAP hanya

memuat macam-macam alat bukti yang sah menurut hukum acara pidana di

Indonesia.

Pembuktian adalah ketentuan-ketentuan yang berisi penggarisan dan

pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan undang-undang untuk

membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa. Pembuktian juga

merupakan ketentuan yang mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan undang-

undang dan boleh dipergunakan hakim membuktikan kesalahan yang

didakwakan (M. Yahya Harahap, 2000: 273). Menurut Pasal 184 ayat (1)

KUHAP, jenis alat bukti yang sah dan dapat digunakan sebagai alat bukti

adalah : Keterangan saksi; Keterangan ahli; Surat; Petunjuk; Keterangan

terdakwa.

Maksud penyebutan alat-alat bukti dengan urutan pertama pada

keterangan saksi, selanjutnya keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan

terdakwa pada urutan terakhir, menunjukkan bahwa pembuktian

(bewijsvoering) dalam hukum acara pidana diutamakan pada kesaksian.

Namun perihal nilai alat-alat bukti yang disebut oleh Pasal 184 KUHAP tetap

mempunyai kekuatan bukti (bewijskracht) yang sama penting dalam

menentukan bersalah atau tidaknya terdakwa. Alat bukti keterangan saksi

dalam hukum acara pidana merupakan hal yang sangat penting dan

diutamakan dalam membuktikan kesalahan terdakwa, maka disini hakim harus

sangat cermat, teliti dalam menilai alat bukti keterangan saksi ini. Karena

dengan alat bukti keterangan saksi ini akan lebih mengungkap peristiwanya.

Tidak selamanya keterangan saksi dapat sah menjadi alat bukti yang

mempunyai kekuatan pembuktian dalam pemeriksaan di persidangan. Ada

syarat-syarat yang harus di penuhi agar alat bukti keterangan saksi dan

mempunyai nilai kekuatan pembuktian. Keterangan saksi agar dapat menjadi

Page 20: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

alat bukti yang sah harus memenuhi beberapa persyaratan (M. Yahya

Harahap, 2002: 265-268), yaitu: 1) Keterangan saksi yang diberikan harus

diucapkan diatas sumpah, hal ini diatur dalamPasal 160 ayat (3) KUHAP. 2)

Keterangan saksi yang diberikan dipengadilan adalah apa yang saksi lihat

sendiri, dengar sendiri dan dialami sendiri oleh saksi. Hal ini diatur dalam

Pasal 1 angka 27 KUHAP. 3) Keterangan saksi harus diberikan di sidang

pengadilan, hal ini sesuai dalam Pasal 185 ayat (1) KUHAP. 4)Keterangan

seorang saksi saja dianggap tidak cukup, agar mempunyai kekuatan

pembuktian maka keterangan seorang saksi harus ditambah dan dicukupi

dengan alat bukti lain. Hal ini sesuai dengan Pasal 185 ayat (2) KUHAP. 5)

Keterangan para saksi yang dihadirkan dalam sidang pengadilan mempunyai

saling hubungan atau keterkaitan serta saling menguatkan tentang kebenaran

suatu keadaan atau kejadian tertentu, hal ini sesuai dengan Pasal 185 ayat (4)

KUHAP.

Dengan demikian berarti apabila alat bukti keterangan saksi tidak

memenuhi persyaratan seperti disebutkan di atas, maka keterangan saksi

tersebut tidak sah sebagai alat bukti dengan demikian tidak mempunyai nilai

kekuatan pembuktian. Dari syarat sahnya keterangan saksi agar mempunyai

nilai kekuatan pembuktian, salah satunya disebutkan bahwa antara keterangan

saksi yang satu dengan saksi yang lain harus mempunyai saling hubungan atau

keterkaitan serta saling menguatkan tentang kebenaran suatu keadaan atau

kejadian tertentu ini dijadikan sebagai dasar hakim dalam mengambil putusan

akhir.

Kalau dicermati lahirnya sebuah putusan pengadilan adalah

merupakan sebuah rangkaian proses panjang yang dihasilkan oleh semua

komponen sub unsur struktur yang ada dalam lingkaran proses Sistem

Peradilan Pidana yang diawali dari tindakan hukum penyelidikan atau

penyidikan oleh Kepolisian, Penuntutan oleh Kejaksaan, pemeriksaan serta

pemutus perkara oleh Pengadilan (Hakim) dan lebih lanjut usaha pembinaan

bagi pelanggar hukum (narapidana) yang dibina oleh Lembaga

Page 21: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Pemasyarakatan. Dalam mekanisme proses peradilan pidana ini juga adanya

keterlibatan sub unsur Advokat baik secara langsung maupun tidak langsung.

Mengenai penjatuhan putusan akhir (vonis) oleh hakim, dapat

berupa:

1. Putusan bebas dari segala dakwaan hukum (vrijspraak);

2. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum (ontslag van alle

rechtsvervolging);

3. Putusan pemidanaan (veroordeling).

Dari bentuk-bentuk putusan tersebut secara esensi terhadap jenis

pemidanaan tertentu secara yuridis normatif selalu tersedia upaya hukum

untuk melawan sebagai bentuk ketidak puasan akan vonis yang dijatuhkan

hakim.

Adapun yang menjadi fokus kajian terkait dengan penjatuhan

putusan akhir (vonis) oleh hakim dalam relevansinya dengan upaya

hukumnya, yakni putusan hakim yang mengandung pembebasan (vrijspraak)

dalam korelasinya dengan keberadaan upaya hukumnya. berupa kasasi oleh

Jaksa Penuntut Umum yang secara tataran teoritik masih tetap menjadi

wacana yang berkepanjangan.

Pengaturan secara yuridis formal tentang putusan bebas (vrijspraak)

yang berkorelasi dengan upaya hukumnya, dalam hal ini khususnya berupa

upaya hukum kasasi tercantum dalam rumusan Pasal 244 KUHAP, sebagai

diberikan pada tingkat

terakhir oleh pengadilan lain selain daripada Mahkamah Agung, terdakwa atau

penuntut umum dapat mengajukan permintaan pemeriksaan kasasi kepada

Mahkamah Agung kecuali . Berdasarkan rumusan

redaksional Pasal 244 KUHAP tersebut, pada kalimat bagian terakhir, secara

yuridis normatif KUHAP telah menutup jalan bagi Jaksa Penuntut Umum

untuk mengajukan upaya hukum kasasi terhadap putusan bebas (vrijspraak)

tersebut. Ironisnya setelah perjalanan diberlakukannya KUHAP, terjadi arus

Page 22: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

frekuensi putusan bebas (vrijspraak) yang memunculkan keresahan dalam

kehidupan masyarakat bahkan pencari keadilan cenderung tendensius, skeptis

terhadap institusi pengadilan pada khususnya dan penegakan hukum pada

umumnya oleh karena pengadilan tingkat pertama cenderung menjatuhkan

putusan bebas (vrijspraak) dalam kasus-kasus perkara tertentu, terlebih lagi

terhadap perkara-perkara berskala besar dan menyita perhatian publik.

Dalam praktek peradilan pidana akhirnya terjadi perkembangan

yang dimotori oleh pihak eksekutif, yakni Departemen Kehakiman Republik

Indonesia melalui Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: M. 14-

PW. 07. 03 tanggal 10 Desember 1983 tentang Tambahan Pedoman

Pelaksanaan KUHAP yang dalam butir 19 pada Lampiran Keputusan Menteri

putusan bebas tidak dapat

dimintakan banding tetapi berdasarkan situasi, kondisi demi hukum, keadilan

dan kebenaran, terhadap putusan bebas dapat dimintakan kasasi. Hal ini akan

Keberadaan yurisprudensi yang dilandasi keluarnya Keputusan

Menteri Kehakiman Nomor: M. 14-PW. 07. 03 Tahun 1983 tersebut dibidang

substansi materi putusan bebas dengan upaya hukum yang menyertainya

masih selalu menjadi wacana kalangan teoritisi maupun praktisi. Fenomena

tersebut adalah ketika terjadi pada kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor

1034K/Pid.Sus/2008. Dalam putusan tersebut jaksa penuntut umum

mengajukan kasasi kepada mahkamah agung dengan alasan bahwa putusan

yang diambil hakim seperti berikut: dalam hal ini judex facti telah salah

menerapkan hukum dalam melakukan penafsiran unsur-unsur pasal yang

didakwakan, dimana judex facti mengambil bukti-bukti dalam pembuktian

unsur tersebut yakni:

Pembuktian yang dilakukan judex facti terhadap kesalahan

Terdakwa di dasarkan atas keterangan saksi-saksi berdiri sendiri; Keterangan

saksi yang berdiri sendiri hanya bisa dipergunakan sebagai alat bukti yang sah

dengan syarat apabila keterangan saksi itu ada hubungannya satu dengan yang

Page 23: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

lain sedemikian rupa, sehingga dapat membenarkan adanya suatu kejadian

atau keadaan tertentu.

Keterangan beberapa orang saksi yang berdiri sendiri antara

keterangan yang satu dengan yang lain tidak mempunyai nilai sebagai alat

bukti atau mereka dikategorikan sebagai saksi tunggal yang tidak memiliki

nilai kekuatan pembuktian, karena keterangan saksi tungggal harus dinyatakan

tidak cukup memadai untuk pembuktian kesalahan Terdakwa, apabila jika

keterangan para saksi tersebut saling bertentangan antara yang satu dengan

yang lain. Hal ini akan mengakibatkan keterangan yang saling bertentangan

dan itu harus disingkirkan sebagai alat bukti, sebab ditinjau dari segi

yuridisnya, keterangan semacam itu tidak mempunyai nilai pembuktian

maupun kekuatan pembuktian; Bahwa, judex facti menafsirkan unsur

eksploitasi yang terurai dalam Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2002 didasarkan atas keterangan para saksi a de Charge yang

mempunyai keterangan yang saling bertentangan dan memiliki penilaian diri

sendiri, sehingga judex facti mengambil suatu kesimpulan terhadap kesalahan

para Terdakwa hal tersebut tidak bisa diartikan sebagai alat bukti apabila

kemudian judex facti menjadikan keterangan saksi-saksi tersebut sebagai

pedoman penjatuhan putusan. Karena itulah keterangan saksi sangat penting

dalam proses pembuktian dalam proses persidangan yang berpengaruh

terhadap putusan hakim.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik melakukan

penulisan hukum dengan judul : ERSPEKTIF

BEBAS MURNI DALAM PANDANGAN JAKSA PENUNTUT UMUM

DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI

YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH

B. Perumusan Masalah

Sehubungan dengan beberapa hal yang penulis kemukakan tersebut,

untuk mempermudah pemahaman terhadap permasalahan yang akan dibahas

Page 24: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

serta untuk lebih mengarahkan ke pembahasan, penulis menetapkan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana perspektif putusan bebas murni antara jaksa penuntut

umum dan hakim pada kasus putusan Mahkamah Agung Nomor.

1034K/Pid.Sus/2008 ?

2. Bagaimana implikasi yuridis terhadap perspektif putusan bebas murni

yang didasarkan pada kesaksian yang berdiri sendiri pada kasus

putusan Mahkamah Agung Nomor. 1034K/Pid.Sus/2008 ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan suatu target yang ingin dicapai dalam

suatu penelitian sebagai suatu solusi atas masalah yang dihadapi (tujuan

obyektif), maupun untuk memenuhi kebutuhan perorangan (tujuan subyektif).

Dalam penelitian ini tujuan yang ingi dicapai penulis adalah :

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui bagaimana perspektif putusan bebas murni antara

jaksa penuntut umum dan hakim.

b. Untuk mengetahui lebih jelas tentang implikasi yuridis terhadap

perspektif putusan bebas murni yang didasarkan pada kesaksian yang

berdiri sendiri.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk memenuhi syarat akademis guna memperoleh gelar strata satu dalam

bidang ilmu hukum.

b. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis khususnya

mengenai pandangan jaksa dan hakim dalam putusan bebas serta

implikasi yuridis terhadap perspektif putusan bebas murni yang

didasarkan pada kesaksian yang berdiri sendiri.

D. Manfaat Penelitian

Page 25: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Dalam setiap penelitian diharapkan adanya suatu manfaat dan

kegunaan yang dapat diambil dari penelitian, sebab besar kecilnya penelitian

akan menentukan nilai- nilai dari penelitian tersebut. Adapun yang menjadi

manfaat dari penelitian ini dibedakan antara manfaat teoritis dan manfaat

praktis, yaitu :

1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi

pengembangan ilmu hukum pada umumnya, serta untuk mengetahui

perspektif putusan bebas antara jaksa penuntut umum dan hakim serta

implikasi yuridis terhadap perspektif putusan bebas murni yang didasarkan

pada kesaksian yang berdiri sendiri.

b. Dapat bermanfaat selain sebagai bahan informasi juga sebagai literatur

atau bahan bahan informasi ilmiah.

2. Manfaat praktis

a. Sebagai sarana untuk menambah wawasan bagi para pembaca mengenai

perspektif putusan bebas antara jaksa penuntut umum dan hakim serta

implikasi yuridis terhadap perspektif putusan bebas murni yang didasarkan

pada kesaksian yang berdiri sendiri.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan

bagi para pihak yang terkait dan sebagai bahan informasi dalam kaitanya

dengan perimbangan yang menyangkut masalah ini.

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan

hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna

menjawab isu hukum yang di hadapi. Penelitian hukum dilakukan untuk

menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai peskripsi dalam

menyelesaikian masalah yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2005:35)

1. Jenis Penelitian

Page 26: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Ditinjau dari sudut penelitian hukum itu sendiri, maka pada

penelitian ini termasuk penelitian hukum normatif. Penelitian hukum

normatif disebut juga penelitian hukum doktrinal (doctrinal research)

yaitu penelitian berdasarkan bahan-bahan hukum (library based) yang

fokusnya pada membaca dan mempelajari bahan-bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder (Johny lbrahim, 2006:44).

2. Sifat penilitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah bersifat preskriptif,

Sebagai penelitian yang bersifat preskriptif, maka penelitian ini

mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validasi aturan hukum,

konsep-konsep hukum dan norma-norma hukum (Peter Mahmud Marzuki,

2010:22).

3. Pendekatan penelitian

Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan

pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan informasi dari berbagai

aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya.

Pendekatan-pendekatan yang digunakan didalam penelitian hukum adalah

pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan kasus (case

approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan

perbandingan (comparative approoch), dan pendekatan konseptual

(conceptual approach ) (Peter Mahmud Marzuki, 2010:93).

Dari beberapa pendekatan tersebut, peneliti menggunakan jenis

pendekatan kasus (case approach), pendekatan kasus dilakukan dengan

cara melakukan telaah terhadap kasus yang berkaitan dengan isu yang

dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan mempunyai kekuatan

hukum tetap, dalam mengunakan pendekatan kasus yang perlu dipahami

oleh peneliti adalah ratio decidendi yaitu alasan-alasan hukum yang

digunakan untuk sampai kepada putusanya (Peter Mahmud Marzuki,

2010:l l9).

4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

Page 27: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Dalam buku karangan Peter Mahmud Marzuki, mengatakan bahwa

penelitian hukum tidak mengenal adanya data. Sehingga untuk memecah

isu hukum diperlukan sumber-sumber penelitian yaitu bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder.

Adapun bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

a. Bahan Hukum Primer:

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer

terdiri dari perundangan-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah

dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan hakim (Peter

Mahmud Marzuki, 2010:14l).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan bahan hukum primer yaitu:

1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;

2) Putusan Mahkamah Agung Nomor 1034K/Pid.Sus/2008.

b. Bahan Hukum Sekunder :

Bahaan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum

yang merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum

meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jumal hukum,

dan komentar-komentar atas putusan pengadilan (Peter Mahmud

Marzuki, 2010:14l).

Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

buku-buku teks yang ditulis para ahli hukum, jurnal-jurnal hukum,

artikel, intemet, dan sumber lainya yang memiliki korelasi dengan isu

hukum yang akan diteliti didalam penelitian ini.

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Dalam teknik pengumpulan bahan hukum, dilakukan dengan

mendokumentasikan bahan hukum atau disebut studi kepustakaan. Peneliti

melakukan penelusuran untuk mencari bahan-bahan hukum yang relevan

terhadap isu hukum yang akan dihadapi, dalam hal ini peneliti

Page 28: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

menggunakan pendekatan kasus (case approach) sehingga pengumpulan

bahan hukum yang digunakan adalah putusan-putusan pengadilan

mengenai isu hukum yang dihadapi. Putusan pengadilan tersebut

merupakan putusan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap (Peter

Mahmud Marzuki, 2010:195).

6. Teknik Analisis Bahan Hukum

Dalam teknik analisis bahan hukum, peneliti menggunakan metode

deduksi, metode deduksi berpangkal dari pengajuan premis mayor adalah

aturan hukum kemudian diajukan premis minor adalah fakta hukum dan

dari kedua premis ini kemudian ditarik suatu kesimpulan (Peter Mahmud

Marzuki, 2010:74).

Yang menjadi premis mayor (aturan hukum) yaitu Pasal 244

KUHAP tentang Terhadap putusan perkara pidana yang diberikan pada

tingkat terakhir oleh pengadilan lain selain daripada Mahkamah Agung,

terdakwa atau penuntut umum dapat mengajukan permintaan pemeriksaan

kasasi kepada Mahkamah Agung kecuali terhadap putusan bebas dan

premis minor yaitu putusan Mahkamah Agung Nomor :

1034K/Pid.Sus/2008 dalam menjatuhkan vonis bebas dan dari kedua

premis ini kemudian akan ditarik kesimpulan pada pembahasan.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan dan untuk

memberikan gambaran yang jelas mengenai keseluruhan isi skripsi, penulis

menjabarkan dalam bentuk sistematika skripsi sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang latar

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan

sistematika penulisan hukum.

Page 29: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini diuraikan bagian pertama tentang

kerangka teori yang berisi tinjauan kepustakaan sebagai

literatur pendukung dalam pembahasan masalah

penulisan hukum ini. Tinjauan pustaka dalam penulisan

ini meliputi tinjauan tentang pembuktian dan alat bukti,

tinjauan tentang saksi dan keterangan saksi, tinjauan

tentang putusan bebas murni (zuivere vrijspraak) dan

putusan bebas tidak murni (onzuivere vrijspraak),

tinjauan tentang upaya hukum kasasi terhadap putusan

bebas (vrijspraak). Bagian kedua adalah kerangka

pemikiran yang disajikan dalam bentuk narasi maupun

bagan.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan mengenai hasil

penelitian tentang perspektif putusan bebas antara jaksa

penuntut umum dan hakim serta tentang nilai kekuatan

pembuktian kesaksian yang berdiri sendiri dalam

persidangan, implikasi yuridis terhadap perspektif

putusan bebas murni yang didasarkan pada kesaksian

yang berdiri sendiri. Diuraikan pula mengenai

pembahasan yang dilakukan terhadap teori yang

diperoleh dari hasil penelitian, kemudian dianalisis

dengan kajian pustaka, rumusan masalah dan tujuan

penelitian.

BAB IV : PENUTUP

Pada bab ini diuraikan mengenai pokok-pokok

yang menjadi simpulan dan saran dari hasil penelitian,

dengan berpedoman pada hasil penelitian dan

pembahasan.

Page 30: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Pembuktian dan Alat Bukti

a. Pengertian Pembuktian

Pembuktian merupakan salah satu hal yang penting dalam

menentukan kebenaran atas dakwaan yang didakwakan kepada

terdakwa dalam suatu persidangan. Oleh karena itu, pembuktian perlu

diketahui secara mendalam. Dasar hukum tentang pembuktian dalam

hukum acara pidana mengacu pada Pasal 183-189 KUHAP (Kitab

Undang Undang Hukum Acara Pidana). Menurut Yahya Harahap,

pembuktian adalah ketentuan-ketentuan yang berisi penggarisan dan

pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan undang-undang

membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa.

Pembuktian juga merupakan ketentuan yang mengatur alat-alat bukti

yang dibenarkan oleh undang-undang dan boleh dipergunakan hakim

untuk membuktikan kesalahan yang didakwakan (M. Yahya Harahap,

2002:273). Menurut Darwin Prints, yang dimaksud pembuktian adalah

bahwa benar suatu peristiwa pidana telah terjadi dan terdakwalah yang

salah melakukannya, sehingga harus mempertanggung jawabkannya

(Darwin Prints, 1998:133). Pembuktian tidak lain berarti memberi dasar

dasar yang cukup kepada hakim untuk memeriksa perkara yang

bersangkutan guna kepastian tentang perkara yang diajukan. Menurut

R. Subekti, yang dimaksud pembuktian ialah upaya untuk menyakinkan

hakim tentang kebenaran dalil atau dalili-dalil yang dikemukakan

dalam suatu persengketaan di pengadilan (R. Subekti, 1983: 7).

Pembuktian dalam pengertian hukum acara pidana adalah

ketentuan yang membatasi siding pengadilan dalam usaha mencari dan

Page 31: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

mempertahan kankebenaran, baik oleh hakim, penuntut umum,

terdakwa maupun penasihat hukum. Dari semua tingkatan itu, maka

ketentuan dan tata cara serta penilaian alat bukti telah ditentukan oleh

undang-undang, dengan tidak diperkenankannya untuk leluasa betindak

dengan cara sendiri dalam menilai pembuktian, termasuk terdakwa

tidak leluasa untuk mempertahankan sesuatu yang dianggapnya benar di

luar dari undang-undang (Syaiful Bakhri, 2009: 3).

Kebenaran dalam perkara pidana merupakan kebenaran yang

disusun didapat dari jejak, kesan dan refleksi dari keadaan dan atau

benda yang berdasarkan ilmu pengetahuan dapat berkaitan dengan masa

lalu yang diduga menjadi perbuatan pidana. Suatu pembuktian menurut

hukum pada dasarnya untuk menentukan substansi atau hakekat adanya

fakta-fakta masa lalu yang tidak terang menjadi fakta yang terang.

Menurut Pasal 184 KUHAP, alat bukti dalam perkara pidana

bisa berupa keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan

keterangan terdakwa. Hal-hal yang sudah diketahui umum, tidak perlu

dibuktikan lagi.

b. Sistem Pembuktian

Tujuan sistem pembuktian adalah untuk mengetahui, bagaimana

cara meletakkan hasil pembuktian terhadap perkara pidana yang sedang

dalam persidangan, dimana kekuatan pembuktian yang dapat dianggap

cukup memadai membuktian kesalahan terdakwa melalui alat-alat

bukti, keyakinan hakim, maka sistem pembuktian perlu diketahui dalam

upaya memahami sistem pembuktian sebagaimana yang diatur dalam

KUHAP (Syaiful Bakhri, 2009: 39).

Teori sistem pembuktian ada 4 (empat), yaitu :

a) Conviction-In Time

Sistem pembuktian conviction-in time adalah sistem

pembuktian yang menentukan kesalahan terdakwa semata-mata

Page 32: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

ditentukan oleh penilaian keyakinan hakim, dengan menarik

keyakinan atas kesimpulan dari alat bukti yang diperiksa dalam

siding pengadilan. Alat bukti dapat saja diabaikan oleh hakim, dan

menarik kesimpulan dari keterangan terdakwa saja. Kelemahan

sistem ini adalah, hakim dalam putusannya mendasarkan pada

keyakinan belaka tanpa didukung oleh alat bukti yang cukup, dan

sekaligus bebas menentukan putusan bebas kepada terdakwa dari

tindak pidana, walaupun kesalahan terdakwa telah terbukri.

Dengan bertumpu pada keyakinan semata-mata tanpa didukung

alat bukti yang sah, telah cukup membuktikan atau tidak

membuktikan kesalahan terdakwa, sehingga dengan menyerahkan

sepenuhnya kepada hakim atas nasib terdakwa, maka keyakinan

hakim yang menentukan wujud kebenaran sejati dalam sistem

pembuktian.

Andi Hamzah, menyebutkan bahwa teori ini berhadap-

hadapan dengan teori pembuktian menurut undang-undang secara

positif, disadari bahwa alat bukti berupa pengakuan terdakwa

sendiri pun tidak selalu membuktikan kebenaran. Pengakuanpun

kadang-kadang tidak menjamin terdakwa benar-benar telah

melakukan perbuatan yang didakwakan. Bertolak pangkal

keyakinan hakim, maka teori ini didasarkan pada keyakinan hati

nurani hakim sendiri ditetapkan bahwa terdakwa telah melakukan

perbuatan yang didakwakan.

Dengan sistem ini, pemidanaan dimungkinkan tanpa

didasarkan pada alat bukti dalam undang-undang. Hal ini dianut

pada pengadilan juri di Perancis, serta pengadilan adapt dan

swapraja memakai sistem ini, selaras dengan kenyataannya bahwa

pengadilan tersebut tidak dipimpin oleh hakimyang bukan ahli

hukum, sistem ini memberikan kepada hakim terlalu besar,

sehingga sulit diawasi, dan bagi terdakwa maupun penasehat

Page 33: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

hukumnya sulit melakukan pembelaan. Dalam praktek di

Indonesia, sistem ini pernah berlaku pada pengadilan distrik, dan

pengadilan kabupaten, sehingga sistem ini sangat memungkinkan

hakim menyebut apa saja yang menjadi dasar keyakinannya,

misalnyaketerangan medium atau dukun. Sistem ini sangat

memberikan kebebasan yang luas kepada hakim sehingga sulit di

awasi. (Andi Hamzah, 2008: 252-253).

b) Conviction Raisonee

Dalam sistem ini hakim memegang peranan penting dalam

menentukan bersalah atau tidaknya terdakwa, tetapi faktor

keyakinan hakim dibatasi dengan dukungan-dukungan dan alasan

yang jelas. Hakim berkewajiban menguraikan, mejelaskan alasan-

alasan yang mendasari keyakinannya dengan alasan yang dapat

diterima secara akal dan bersifat yuridis. Sistem ini disebut dengan

sistem yang bebas, karena hakim bebas untuk menyebutkan alasan-

alasan keyakinannya (vrije bewijstheorie), atau disebut juga dengan

jalan tengah berdasarkan keyakinan hakim sampai batas tertentu,

dan terpecah menjadi dua jurusan yakni pertama, berdasarkan atas

keyakinan hakim (conviction in time) dan yang kedua adalah teori

pembuktian berdasarkan undang-undang secara negatif (negatief

wettelijk bewijstheorie). Kesamaan keduanya adalah sama-sama

berdasarkan atas keyakinan hakim, artinya terdakwa tidak mungkin

dipidana tanpa ada keyakinan hakim, bahwa terdakwa dinyatakan

bersalah.

Keyakinan hakim harus didasarkan pada suatu kesimpulan

(conclusive) yang logis, yang tidak didasrkan pada undang-undang

tetapi ketentuan-ketentuan berdasarkan ilmu pengetahuan hakim itu

sendiri, tentang pilihannya terhadap alat bukti yang dipergunakan,

sehingga menurut undang-undang telah ditentukan secara

limitative, dan harus diikuti oleh keyakina hakim. Sistem ini

Page 34: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

berpangkal tolak pada keyakinan hakim, dan pada system

pembuktian berdasarkan undang-undang negative (Syaiful Bakhri,

2009: 41).

c) Pembuktian Menurut Undang-Undang Secara Positif (Positief

Wattelijk Bewijstheorie)

Sistem pembuktian menurut undang-undang secara positif

(positief wattelijk bewijstheorie) ini bertolak belakang dengan

system pembuktian menurut keyakinan hakim semata (conviction-

in time). dimana keyakinan hakim tidak berarti, dengan suatu

prinsip berpedoman pada alat bukti yang ditentukan oleh undang-

undang. Hakim tidak lagi berpedoman pada hati nurainya, seolah-

olah hakim adalah robot dari pelaksana undang-undang yang tidak

berhati nurani. Kebaikan sistem ini, yakni hakim berkewajiban

mencari dan menemukan kebanaran, sesuai dengan tata cara yang

telah ditentukan berbagai alat bukti yang sah oleh undang-undang,

sehingga sejak pertama hakim mengenyampingkan faktor

keyakinan semata-mata dan berdiri tegak dengan nilai pembuktian

objektif tanpa memperhatikan subyektivitas dalam persidangan.

Sistem ini lebih sesuai disebutkan sebagai penghukuman

berdasarkan hukum. Maknanya penghukuman berdasarkan

kewenangan undang-undang dengan asas bahwa terdakwa akan

dijatuhkan hukuman, dengan unsur-unsur yang sah menurut

undang-undang.

d) Pembuktian Menurut Undang-Undang Secara Negatif (Negatief

Wettelijk bewisjtheorie)

Sistem ini adalah mendasarkan pada sistem pembuktian

menurut undang-undang secara positif dan system pembuktian

menurut keyakinan hakim (conviction-in time). sistem pembuktian

ini, adalah suatu keseimbangan antara kedua sistem yang bertolak

belakang secara ekstrem. Pembuktian menurut undang-undang

Page 35: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

secara negatif menggabungkan secara terpadu, dengan rumusan

keyakinan hakim yang didasarkan pada cara menilai alat bukti

yang sah menurut undang-undang (Syaiful Bakhri, 2009: 42).

Bertitik tolak pada pandangan tersebut maka dapat diketahui,

bahwa pembuktian harus dilakukan menurut cara dan dengan alat-

alat bukti yang sah menurut undang-undang, keyakinan hakim juga

harus didasarkan atas cara dan dengan alat bukti yang sah.

Sehingga terjadi keterpaduan unsur subjektif dan objektif dalam

menentukan kesalahan terdakwa, dan tidak terjadi domonasi antar

keduanya.

Dalam Pasal 183 KUHAP menyatakan sebagai berikut :

hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali

apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia

memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar

Atas dasar ketentuan Pasal 183 KUHAP ini, maka dapat

disimpulkan bahwa KUHAP memakai sistem pembuktian menurut

undang-undang yang negative. Ini berarti bahwa dalam hal

pembuktian harus dilakukan penelitian, apakah terdakwa cukup

alasan yang didukung oleh alat pembuktian yang ditentukan oleh

undang-undang ( minimal dua alat bukti ) dan kalau ia cukup, maka

baru dipersoalkan tentang ada atau tidaknya keyakinan hakim akan

kesalahan terdakwa.

Sistem pembuktian di Indonesia, sering kali kejadian hakim

mulai dengan menetukan keyakinan tentang terbukti atau tidaknya suatu

kejadian, dan baru kalau hakim yakin betul, bahwa terdakwa bersalah,

maka diusahakan supaya ada alat-alat bukti yang mencukupi syarat-

syarat yang ditentukan oleh undang-undang, agar dapat menjadi dasar

dari keyakinan hakim itu. Praktek ini sekiranya tidak ada jeleknya dan

Page 36: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

sebetulnya sesuai dengan sifat manusia yang lebih cepat mengetahui

perasaannya daripada pikirannya, sedang keyakinan adalah lebih

mendekati perasaan daripada pikiran (Djoko Prakoso, 1988:44).

Sistem pembuktian di Indonesia hanya mengakui alat-alat bukti

yang sah menurut undang-undang yang dapat dipergunakan untuk

pembuktian. Dalam pembuktian ini penuntut umum membuat surat

dakwaan dan oleh karena itu, ia bertanggung jawab untuk menyusun

alat bukti dan pembuktian tentang kebenaran surat dakwaan atau

kesalahan terdakwa, bukan sebaliknya terdakwa yang harus

membuktikan bahwa ia tidak bersalah. Hakim dalam menjatuhkan

putusan akan menilai semua alat bukti yang sah untuk menyusun

keyakinan hakim dengan mengemukakan unsur-unsur kejahatan yang

didakwakan itu terbukti dengan sah atau tidak, serta menetapkan pidana

apa yang harus dijatuhkan kepadanya setimpal dengan perbuatannya

(Martiman Prodjohamijaya, 1983 : 19).

c. Alat Bukti

Alat bukti yaitu sesuatu untuk meyakinkan kebenaran suatu

dalil atau pendirian atau dakwaan. Alat-alat yang diperkenankan untuk

dipakai membuktikan dalil-dalil atau dalam perkara pidana disebut

dakwaan di sidang pengadilan misalnya: keterangan terdakwa,

keterangan saksi, keterangan ahli, surat dan petunjuk (Andi Hamzah,

1996 : 254 ).

Alat bukti yang sah adalah alat-alat yang ada hubungannya

dengan suatu tindak pidana, dimana alat-alat tersebut dapat

dipergunakan sebagai bahan pembuktian guna menimbulkan keyakinan

bagi hakim atas kebenaran adanya suatu tindak pidana yang telah

dilakukan oleh terdakwa. Adapun alat-alat bukti yang sah menurut

Pasal 184 (1) KUHAP adalah :

1) Keterangan saksi

Page 37: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Keterangan saksi dianggap sebagai alat bukti tercantum

dalam Pasal 184 ayat (1) huruf a, sedangkan keterangan lebih

rinci mengenai keterangan saksi dijelaskan pada Pasal 185

KUHAP. Poin penting dalam pasal tersebut adalah keterangan

seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa

terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan

kepadanya. Jadi dalam hal ini harus ada lebih dari satu saksi atau

dapat pula satu saksi yang didukung oleh alat bukti yang sah

lainnya.

2) Keterangan Ahli

Keterangan Ahli adalah keterangan yang diberikan oleh

seseorang yang memiliki keahlian khusus tentang suatu hal yang

diperlukan untuk memperjelas perkara pidana guna kepentingan

hukum, seorang saksi ahli yang dipanggil di depan pengadilan

memiliki kewajiban untuk :

a) Menghadap atau datang ke persidangan, setelah dipanggil

dengan patut menurut hukum

b) Bersumpah atau mengucapkan janji sebelum

mengemukakan keterangan (dapat menolak tetapi akan

dikenai ketentuan khusus)

c) Memberi keterangan yang benar Bila seorang saksi ahli

tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka dia dapat

dikenai sanksi berupa membayar segala biaya yang telah

dikeluarkan dan kerugian yang telah terjadi. Akan tetapi

seorang ahli dapat tidak menghadiri persidangan jika

memiliki alasan yang sah.

Bila seorang saksi ahli tidak dapat memenuhi

kewajibannya, maka dia dapat dikenai sanksi berupa membayar

segala biaya yang telah dikeluarkan dan kerugian yang telah

Page 38: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

terjadi. Akan tetapi seorang ahli dapat tidak menghadiri

persidangan jika memiliki alasan yang sah.

Menurut Pasal 180 KUHAP, keterangan seorang ahli dapat

saja ditolak untuk menjernihkan duduk persoalan. Baik oleh

hakim ketua sidang maupun terdakwa/ penasehat hukum.

Terhadap kondisi ini, hakim dapat memerintahkan melakukan

penelitian ulang oleh instansi semula dengan komposisi personil

yang berbeda, serta instansi lain yang memiliki kewenangan.

Kekuatan keterangan ahli ini bersifat bebas dan tidak mengikat

hakim untuk menggunakannya apabila bertentangan dengan

keyakinan hakim. Dalam hal ini, hakim masih membutuhkan alat

bukti lain untuk mendapatkan kebenaran yang sesungguhnya.

3) Surat

Dalam Pasal 187 KUHAP, yaitu dimaksud surat

sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1) huruf c KUHAP,

dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah,

adalah :

a) berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat

oleh pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat di

hadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian

atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya

sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang

keterangannya itu;

b) surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-

undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal

yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung

jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu

hal atau sesuatu keadaan;

Page 39: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

c) surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat

berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu

keadaan yang diminta secara resmi dari padanya;

d) surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya

dengan isi dari alat pembuktian yang lain.

Pemeriksaan surat di persidangan langsung dikaitkan

dengan pemeriksaan saksi-saksi dan pemeriksaan terdakwa. Pada

saat pemeriksaan saksi, dinyatakan mengenai surat-surat yang

ada keterkaitan dengan saksi yang bersangkutan kepada

terdakwa pada saat memeriksa terdakwa (Leden Marpaung,

1992: 395).

4) Petunjuk

Pengaturan tentang alat bukti petunjuk terdapat dalam

Pasal 188 KUHAP, yang berbunyi :

a) Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang

karena persesuaiannnya, baik antara yang satu dengan

yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri,

menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan

siapa pelakunya.

b) Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya

dapat diperoleh dari :

(1) keterangan saksi;

(2) surat;

(3) keterangan terdakwa.

c) Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk

dalam setiap keadaan tertentu dilakukan oleh hakim dengan

arif lagi bijaksana, setelah ia mengadakan pemeriksaan

dengan penuh kecermatan dan keseksamaaan berdasarkan

hati nuraninya.

Page 40: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

5) Keterangan terdakwa

Keterangan terdakwa sebagai alat bukti diatur dalam Pasal

189 KUHAP, yang berbunyi sebagai berikut :

a) Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan di

sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia

ketahui sendiri atau alami sendiri.

b) Keterangan terdakwa yang diberikan di luar sidang dapat

digunakan untuk membantu menemukan bukti di sidang,

asalkan keterangan itu didukung oleh suatu alat bukti yang

sah sepanjang mengenai hal yang didakwakan kepadanya.

c) Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan terhadap

dirinya sendiri.

d) Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan

bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan

kepadanya, melainkan harus disertai dengan alat bukti yang

lain.

2. Tinjauan Tentang Saksi dan Keterangan Saksi

a) Pengertian Saksi

Pengertian saksi dalam Pasal 1 butir 26 KUHAP adalah orang

yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan,

penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar

sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri. Sedangkan pada butir 27

dijelaskan tentang arti keterangan saksi adalah salah satu alat bukti

dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai

suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia

alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu. Dari

pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur dari

keterangan saksi adalah :

1) Keterangan dari orang (saksi);

2) Mengenai suatu peristiwa pidana;

Page 41: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

3) Peristiwa yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami

sendiri.

Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian saksi

adalah orang yang terlibat (dianggap) mengetahui terjadinya tindak

pidana, kejahatan atau suatu peristiwa. Keterangan yang didengar atau

diperoleh dari orang lain (testimonium de auditu) bukanlah suatu

kesaksian. Terhadap keterangan saksi, hakim menilai kebenarannya

dengan menyesuaikan keterangan-keterangan saksi satu dengan yang

lainnya, keterangan saksi dengan alat bukti yang sah yang ada.

Jenis saksi dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1) Saksi A Charge yakni saksi dalam perkara pidana yang dipilih dan

diajukan oleh penuntut umum dikarenakan kesaksiannya

memberatkan terdakwa.

2) Saksi A de Charge yaitu saksi yang dipilih atau ditunjuk oleh

penuntut umum, terdakwa atau penasehat hukum yang sifatnya

meringankan terdakwa.

b) Keterangan Saksi

Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara

pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa

pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri

dengan menyebutkan alasan dari pengetahuannya itu (Syaiful Bakhri,

2009: 133).

Keterangan saksi agar menjadi alat bukti yang sah harus

memenuhi beberapa persyaratan (M. Yahya harahap,2000:265-268)

yaitu:

1. Keterangan saksi yang diberikan harus diucapkan di atas sumpah,

hal ini sesuai dengan Pasal 160 (3) KUHAP.

2. Keterangan saksi yang diberikan di pengadilan adalah apa yang

saksi lihat sendiri, dengar sendiri dan alami sendiri oleh saksi, hal

ini sesuai dengan Pasal 1 angka 27 KUHAP.

Page 42: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

3. Keterangan saksi harus diberikan di siding pengadilan, hal ini

sesuai dengan Pasal 185 (1) KUHAP.

4. Keterangan saksi saja tidak cukup, agar mempunyai kekuatan

pembuktian maka keterangan saksi harus ditambah dan dicukupi

dengan alat bukti lain, hal ini sesuai dengan Pasal 185 (2)

KUHAP.

5. Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri, maksudnya

keterangan saksi yang di hadirkan dalam sidang pengadilan

mempunyai saling hubungan atau keterkaitan saling menguatkan

tentang kebenaran suatu keadaan atau kejadian tertentu, hal ini

sesuai dengan Pasal 185 (4) KUHAP.

Seringkali terdapat kekeliruan pendapat sementara orang yang

beranggapan, dengan adanya beberapa saksi dianggap keterangan saksi

yang banyak itu telah cukup membuktikan kesalahan terdakwa.

Pendapat yang demikian ini keliru, karena sekalipun saksi yang

dihadirkan dan didengar keterangannya di siding pengadilan secara

kuantitatif telah melampui batas minimum pembuktian, belum

tentuketerangan mereka secara kualitatif memadai sebagai alat bukti

yang sah membuktikan kesalahan terdakwa. Pasal 185 ayat (4) KUHAP

mengatur tentang kesaksian berantai (keeting bewijs). Pengertian

kesaksian berantai adalah beberapa saksi yang memberikan keterangan

tentang suatu kejadian yang tidak bersamaan, asalkan berhubungan

yang satu dengan yang lain sedemikian rupa. Keadaan tersebut tidak

dikenai asas unus testis nullus testis. (Syaiful Bakhri, 2009: 135)

Bukan hanya mengumpulkan saksi yang banyak, tapi hanya

menyajikan keterangan yang saling berdiri sendiri. Hal yang seperti

inilah yang diperingatkan oleh Pasal 185 ayat (4), yang menegaskan:

Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri tentang suatu kejadian

atau keadaan dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah, dengan

Page 43: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

yang lain sedemikian rupa, sehingga dapat membenarkan adanya suatu

kejadian atau keadaan tertentu (M. Yahya Harahap, 2006: 290).

3. Tinjauan Tentang Putusan Bebas Murni (Zuivere Vrijspraak) Dan

Putusan Bebas Tidak Murni (Onzuivere Vrijspraak)

Putusan adalah pernyataan hakim yang diucapakan dalam sidang

pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas lepas dari

segala tuntutan hukuman dalam hal menurut cara yang diatur dalam

undang-undang (Syaiful Bakhri, 2009: 137).

Landasan hukum putusan bebas diatur dalam Pasal 191 ayat (1)

pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang

didakwakan kepada terdakwa tidak terbukti secara sah dan menyakinkan

maka terdakw

tidak cukup terbukti menurut penilaian hakim atas dasar pembuktian

dengan menggunakan alat bukti menurut ketentuan hukum acara pidana.

Dari ketentuan tersebut diatas, berarti putusan bebas ditinjau dari segi

yuridis ialah putusan yang dinilai oleh majelis hakim tidak memenuhi asas

pembuktian menurut undang-undang secara negatif, artinya dari

pembuktian yang diperoleh di persidangan, tidak cukup membuktikan

kesalahan terdakwa dan hakim tidak yakin atas kesalahan terdakwa yang

tidak cukup terbukti itu. Selain itu juga tidak memenuhi asas batas

minimum pembuktian, artinya kesalahan yang didakwakan kepada

terdakwa hanya didukung oleh satu alat bukti saja, sedang menurut

ketentuan Pasal 183 KUHAP, agar cukup membuktikan kesalahan

terdakwa, harus dibuktikan dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang

sah (M. Yahya Harahap,2002: 327).

Berdasarkan Pasal 191 KUHAP, putusan pengadilan dapat

Page 44: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

digolongkan menjadi ke dalam tiga macam yaitu:

1. Putusan bebas dari segala dakwaan hukum (vrijspraak);

2. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum (ontslag van rechts

vervolging);

3. Putusan pemidanaan (veroordeling).

Secara teori (menurut KUHAP), hanya dikenal putusan bebas,

tanp bebas . Putusan

bebas (vrijspraak) yang diputus oleh hakim, dalam nuansa praktek

peradilan berkembang istilah bebas murni dan bebas tidak murni.

Bahwa dapat ditarik kriteria untuk mengidentifikasi apakah

putusan bebas itu mengandung pembebasan yang murni atau tidak murni,

kriteria dimaksud adalah:

a. Suatu putusan bebas mengandung pembebasan yang tidak murni

apabila: pembebasan itu didasarkan pada kekeliruan penafsiran atas

suatu istilah dalam surat dakwaan, atau apabila dalam putusan

bebas itu pengadilan telah bertindak melampaui batas

wewenangnya;

b. Suatu putusan bebas mengandung pembebasan yang murni, apabila

pembebasan itu didasarkan pada tidak terbuktinya suatu unsur yang

didakwakan (Harun M. Husein, 1992: 130).

Apabila melihat Pasal 183 KUHAP dan dihubungkan dengan Pasal

191 ayat (1) KUHAP, maka putusan bebas pada umumnya didasarkan

penilaian dan pendapat hakim bahwa:

a. Kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa tidak terbukti secara

sah dan menyakinkan. Semua alat bukti yang diajukan di

persidangan baik berupa keterangan saksi, keterangan ahli, surat,

dan petunjuk, serta pengakuan terdakwa sendiri tidak dapat

membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa.

Artinya perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa tidak

Page 45: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

terbukti secara sah dan menyakinkan, karena menurut penilaian

hakim semua alat bukti yang diajukan tidak cukup atau tidak

memadai.

b. Pembuktian kesalahan yang didakwakan tidak memenuhi batas

minimum pembuktian. Misalnya, alat bukti yang diajukan hanya

satu orang saksi. Dalam hal ini, selain tidak memenuhi batas

minimum pembuktian itu juga bertentangan dengan Pasal 185 ayat

(2) KUHAP yang menegaskan unnus testis nullus testis atau

seorang saksi bukan saksi.

c. Putusan bebas disini bisa juga didasarkan atas penilaian, kesalahan

yang terbukti itu tidak didukung oleh keyakinan hakim jadi

sekalipun secara formal kesalahan terdakwa dapat dinilai secara

cukup terbukti, namun nilai pembuktian yang cukup ini akan

lumpuh apabila tidak didukung oleh keyakinan hakim. Dalam

keadaan penilaian seperti ini, putusan yang akan dijatuhkan

pengadilan adalah membebaskan terdakwa dari tuntutan hukum

(M. Yahya Harahap, 2002: 327).

Mengenai pengertian dan hakikat dari pengertian bebas murni dan

putusan bebas tidak murni menurut pendapat ahli, adalah sebagai berikut:

a. Putusan bebas murni (zuivere vrijspraak)

Secara teori (menurut KUHAP) atau pembentuk

Undang-undang hanya mengenal dan memakai satu istilah, yakni

putusan bebas, tanpa kualifikasi bebas murni dan bebas tidak

murni, sebagaimana diatur dalam Pasal 191 ayat (1) KUHAP, yang

rpendapat bahwa dari hasil

pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang

didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan,

maka terdakwa diputus bebas.

terkandung dalam rumusan Pasal 191 ayat (1) KUHAP tersebut

adalah senada dengan pandangan doktrina yang menyatakan,

Page 46: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

didasarkan tidak terbuktinya tin (H.

Hamrat Hamid dan Harun M. Husein, 1992: 234).

Sedangkan Soedird

(soedirdjo, 1981: 80). Pendapat Soedirdjo ini memuat esensi yang

sama dengan ketentuan Pasal 244 KUHAP, yang menyatakan,

iberikan oleh pengadilan

lain selain daripada Mahkamah Agung, terdakwa atau penuntut

umum dapat mengajukan permintaan pemeriksaan kasasi kepada

Dengan demikian bahwa putusan bebas murni pada

hakekatnya mengacu pada putusan bebas sebagaimana yang diatur

dalam KUHAP oleh karena yang ditekankan dalam putusan bebas

murni ini adalah tidak terbuktinya tindak pidana yang didakwakan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 191 ayat (1) KUHAP dan

tertutupnya upaya hukum kasasi terhadap putusan bebas yang

secara yuridis normatif ditentukan dalam Pasal 244 KUHAP.

b. Putusan Bebas Tidak Murni (Onzuivere Vrijspraak)

Mengenai pengertian putusan bebas tidak murni, berikut

beberapa pendapat ahli, diantaranya, menurut M. Yahya Harahap,

seperti berikut:

Suatu putusan bebas dianggap pembebasan tidak murni:

Apabila putusan pembebasan itu didasarkan pada

penafsiran yang keliru terhadap sebutan tindak pidana yang

disebut dalam surat dakwaan;

Apabila dalam menjatuhkan putusan bebas itu pengadilan

telah melampaui wewenangnya baik hal itu menyangkut

pelampauan wewenang kompetensi absolut atau relatif

maupun pelampauan wewenang itu dalam arti apabila

Page 47: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

dalam putusan bebas itu telah turut dipertimbangkan dan

dimasukkan unsur-unsur non yuridis (M Yahya Harahap,

2003: 111).

H. Hamrat Hamid dan Harun M. Husein, memberikan

pandangannya, sebagai berikut: Yang dimaksud dengan putusan

bebas yang tidak murni, ialah suatu putusan pembebasan yang

didasarkan pada:

kekeliruan penafsiran terhadap istilah tindak pidana yang

diuraikan dalam surat dakwaan;

pembebasan tersebut seharusnya merupakan putusan lepas

dari segala tuntutan hukum;

putusan pengadilan yang melampaui batas wewenangnya

(H. Hamrat Hamid dan Harun M. Husein, 1992).

Definisi berikutnya merupakan pengertian pembebasan

tidak murni yang terdapat dalam putusan Mahkamah Agung

tanggal 25-2-1981 No. 445 K/Kr/1980 sebagaimana dikutip oleh

mengandung pengertian putusan bebas yang dijatuhkan oleh

pengadilan didasarkan atas tafsiran yang tidak benar mengenai

pasal yang bersangkutan ataupun mengenai suatu unsur dari tindak

pidana tersebut : 103).

Berdasarkan pendapat para sarjana dan yurisprudensi akhirnya

seorang doktrina memberikan sebuah kesimpulan terhadap putusan

bebas murni dan putusan bebas tidak murni tersebut, sebagai

berikut:

Bahwa dapat ditarik kriteria untuk mengidentifikasi apakah

putusan bebas itu mengandung pembebasan yang murni atau tidak

murni. Kriteria dimaksud, adalah:

a. Suatu putusan bebas mengandung pembebasan yang tidak

murni apabila: Pembebasan itu didasarkan pada kekeliruan

Page 48: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

penafsiran atas suatu istilah dalam surat dakwaan, atau

apabila dalam putusan bebas itu pengadilan telah bertindak

melampaui batas wewenangnya;

b. Suatu putusan bebas mengandung pembebasan yang murni,

apabila pembebasan itu didasarkan pada tidak terbuktinya

suatu unsur tindak pidana yang didakwakan. (Harun M.

Husein, 1992: 130)

4. Tinjauan Tentang Upaya Hukum Kasasi Terhadap Putusan Bebas

(Vrijspraak)

Menurut KUHAP terhadap putusan bebas tidak ada kesempatan

bagi Jaksa Penuntut Umum untuk mengajukan upaya hukum kasasi kepada

Mahkamah Agung. Hal ini dapat dipahami dari redaksional Pasal 244

diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan lain selain daripada

Mahkamah Agung, terdakwa atau penuntut umum dapat mengajukan

permintaan pemeriksaan kasasi kepada Mahkamah Agung kecuali terhadap

Dengan demikian secara tataran normatif yudisial, hak atau peluang

bagi Jaksa Penuntut Umum untuk mengajukan upaya hukum kasasi

terhadap putusan bebas (vrijspraak) oleh KUHAP dapat dikatakan bahwa

sebenarnya jalan atau pintu itu sudah tertutup. Akan tetapi terjadi

perkembangan dalam praktek peradilan pidana Indonesia, yakni terhadap

ketentuan Pasal 244 KUHAP tersebut akhirnya dilakukan suatu

penerobosan sehingga terhadap putusan bebas dapat dimintakan upaya

hukum kasasi kepada Mahkamah Agung. Hal ini merupakan suatu langkah

untuk mengatasi krisis ketidak adilan menurut persepsi publik akan ekses

putusan bebas yang cenderung mempolakan situasi dan kondisi negatif

bagi dunia peradilan khususnya dan penegakan hukum pada umumnya.

Satu-satunya langkah yang diambil untuk memperkecil gejala negatif

tersebut antara lain berupa kembali ke belakang menoleh dan

Page 49: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

mempertahankan yurisprudensi lama, yakni mengikuti jejak yurisprudensi

seperti yang dianut pada zamannya HIR, yakni dengan tindakan

Mahkamah Agung melakukan contra legem terhadap ketentuan Pasal 244

KUHAP melalui putusannya tanggal 15 Desember 1983 Regno: 275

K/Pid/1983 yang merupakan yurisprudensi pertama dalam lembaran

sejarah peradilan Indonesia sejak diberlakukannya KUHAP yang

mengabulkan permohonan upaya hokum kasasi kepada Mahkamah Agung

atas putusan bebas yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum.

Ketentuan terhadap putusan bebas yang secara langsung dapat

dimintakan kasasi kepada Mahkamah Agung dapat kita lihat dalam:

a. Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.14-PW.07.03 Tahun

1983 tanggal 10 Desember 1983 (Tentang Tambahan Pedoman

Pelaksanaan KUHAP) butir 19 menyatakan bahwa terhadap

putusan bebas tidak dapat dimintakan banding, tetapi berdasarkan

situasi dan kondisi, demi hukum, keadilan dan kebenaran, terhadap

putusan bebas dapat dimintakan kasasi, hal ini akan didasarkan

pada Yurisprudensi.

b. Yurisprudensi Mahkamah Agung.

1) Putusan MA Reg. No. 275/Pid/1983 tanggal 15 Desember

1983 menyatakan bahwa seharusnya terhadap putusan bebas

yang dijatuhkan PN itu, Jaksa langsung mengajukan

permohonan kasasi ke MA.

2) Putusan MA Reg. No. 892/Pid/1983 tanggal 4 Desember

1984, menyatakan bahwa MA wajib memeriksa apabila

pihak yang mengajukan permohonan kasasi terhadap

putusan pengadilan yang membebaskan terdakwa, yaitu

guna menentukan sudah tepat dan adilkah putusan

pengadilan bawahannya itu.

3) Putusan MA Reg. No. 532 K/Pid/1984 tanggal 10 Januari

1985, menyatakan bahwa putusan bebas tidak dapat

Page 50: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

dibanding, tetapi dapat langsung dimohonkan kasasi.

4) Putusan MA Reg. 449/pid/1984 tanggal 2 September 1988,

menyatakan bahwa MA atas dasr pendapatnya sendiri

bahwa pembebasan itu bukan merupakan pembebasan

murni, harus menerima permohonan kasasi tersebut.

5) Putusan MA Reg. No. 449K/Pid/1984 tanggal 8 Mei 1985

menyatakan bahwa seharusnya terhadap putusan bebas yang

dijatuhkan PN itu, jaksa langsung mengajukan permohonan

kasasi ke MA.

6) Putusan MA Nomor 321K/Pid/1983, yang isinya adalah :

a) Menimbang bahwa namun demikian sesuai

Yurisprudensi yang sudah ada apabila ternyata putusan

pengadilan yang membebaskan terdakwa itu

merupakan pembebasan yang murni sifatnya, maka

sesuai ketentuan Pasal 244 KUHAP tersebut,

permohonan kasasi tidak dapat diterima.

b) Menimbang, bahwa sebaliknya apabila pembebasan

itu berdasarkan penafsiran yang keliru terhadap

sebutan tindak pidana yang dimuat dalam surat

dakwaannya dan bukan didasarkan pada tidak

terbuktinya suatu unsur perbuatan yang didakwakan,

atau apabila pembebasan itu sebenarnya adalah atau

putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau apabila

dalam menjatuhkan putusan itu, Pengadilan telah

melampaui batas wewenangnya (meskipun mengenai

hal ini tidak diajukan sebagai keberatan kasasi)

Mahkamah Agung atas dasar pendapatnya bahwa

pembebasan itu bukan merupakan pembebasan yang

murni harus menerima permohonan kasasi.

Page 51: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Berdasarkan ketentuan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor:

M. 14-PW. 07. 03. Tahun 1983 tersebut maka terhadap putusan bebas,

Jaksa Penuntut Umum dapat mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung

tanpa terlebih dahulu melalui upaya hukum banding. Keputusan Menteri

Kehakiman ini menjadi titik awal penentu lahirnya yurisprudensi yang

sangat bersejarah dalam konteks penegakan hukum khususnya dalam

beracara pidana kita yang menyangkut persoalan putusan bebas.

Atas cerminan dan panutan dari yurisprudensi Mahkamah Agung

tersebut, dalam praktek peradilan pidana di Indonesia para Jaksa Penuntut

Umum memperoleh nuansa baru dan angin segar berupa hak untuk

mengajukan upaya hukum kasasi terhadap putusan bebas (tanpa perlu

terlebih dahulu harus menempuh upaya hukum banding atau peradilan

tingkat kedua) atau dengan kata lain bahwa yurisprudensi Mahkamah

Agung pertama tersebut menjadi acuan dan dasar pembenar secara yuridis

normatif bagi para Jaksa Penuntut Umum untuk memanfaatkan hak dan

ruang guna meminta pemeriksaan kepada Mahkamah Agung berupa upaya

hukum kasasi terhadap putusan bebas. Hal ini merupakan salah satu

langkah penegakan hukum terkait dengan adanya berbagai fenomena

yuridis sebagai ekses dari kevakuman norma tentang hak Jaksa Penuntut

Umum dalam pengajuan kasasi terhadap putusan bebas (vrijspraak)

tersebut.

Terkait dengan yurisprudensi Mahkamah Agung mengenai putusan

bebas tersebut berikut pendapat salah seorang ahli yang menyatakan:

Pada hemat kami Mahkamah Agung tidaklah melahirkan

yurisprudensi yang bertentangan dengan undang-undang, bahkan

Mahkamah Agung berusaha meluruskan penerapan hukum yang

dilakukan oleh pengadilan, agar penerapan hukum tersebut benar-

benar sesuai dengan arti dan makna yang terkandung di dalamnya.

Dengan cara ini, Mahkamah Agung berusaha untuk menyesuaikan

pelaksanaan ketentuan undang-undang dengan aspirasi hokum dan

Page 52: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

keadilan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Sebab

larangan kasasi terhadap putusan bebas, dirasakan terlalu idealistik

dan belum sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat kita, oleh

karena itu demi hukum, kebenaran dan keadilan, Mahkamah

Agung membenarkan pengajuan upaya hukum kasasi terhadap

putusan bebas (Harun M. Husein, 1992: 120).

Jadi hal yang esensial dari yurisprudensi Mahkamah Agung

tersebut, yakni suatu upaya untuk mewujudkan tujuan hukum berupa

kepastian, kemanfaatan dan keadilan dengan meluruskan penerapan hukum

yang dilakukan pengadilan melalui suatu pertimbangan apakah putusan

bebas yang dimintakan kasasi tersebut merupakan kualifikasi putusan

bebas murni atau tidak murni.

Page 53: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

B. Kerangka pemikiran

Gambar 1. Skematik Kerangka Pemikiran

Keterangan :

1. Putusan Pengadilan Negeri Singkawang No.236/Pid.B/2007/PN.SKW

2. Putusan Mahkamah Agung No.1034K/Pid.Sus/2008

Putusan Bebas Jaksa

Penuntut

Umum

Hakim

Kasasi

Pasal 244, 245, 248 dan 253 KUHAP

Keputusan Menteri Kehakiman No.M.14-PW.07.03 Tahun 1983

Yurisprudensi Mahkamah Agung RI

Doktrin

1. Bagaimana perspektif putusan bebas antara jaksa

penuntut umum dan hakim pada kasus putusan

Mahkamah Agung Nomor. 1034K/Pid.Sus/2008 ?

2. Bagaimana implikasi yuridis terhadap perspektif

putusan bebas murni yang didasarkan pada kesaksian

yang berdiri sendiri pada kasus putusan Mahkamah

Agung Nomor. 1034K/Pid.Sus/2008 ?

Page 54: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Berdasarkan kerangka diatas dapat di jelaskan bahwa pada putusan

Pengadilan Negeri Singkawang Nomor : 236/Pid.B/2007, hakim menyatakan

Terdakwa I dan Terdakwa II tidak terbukti secara sah dan menyakinkan

menurut hukum bersalah melakukan perbuatan pidana sebagaimana dalam

dakwaan jaksa penuntut umum dan membebaskan terdakwa. Menurut

pandangan jaksa penuntut umum, hakim dalam mengambil keputusan salah

menerapkan hukum dalam melakukan penafsiran unsur-unsur pasal yang

didakwakan jaksa penuntut umum, sehingga jaksa penuntut umum

mengajukan permohonan kasasi kepada mahkamah agung.

Dengan mengingat Pasal 244, 245, 248 dan 253 KUHAP dan

Keputusan Menteri Kehakiman No.M.14-PW.07.03 Tahun 1983, doktrin serta

yurisprudensi Mahkamah Agung RI, bagaimana perspektif putusan bebas

antara jaksa penuntut umum dan hakim pada kasus putusan Mahkamah Agung

Nomor. 1034K/Pid.Sus/2008 dan bagaimana implikasai yuridis terhadap

perspektif putusan bebas murni yang didasarkan pada kesaksian yang berdiri

sendiri pada kasus putusan Mahkamah Agung Nomor. 1034K/Pid.Sus/2008.

Page 55: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kasus Posisi

Dalam suatu proses persidangan perkara pidana yang menjadi

proses akhir adalah penjatuhan putusan oleh hakim. Putusan hakim dapat

berupa putusan bebas dari segala dakwaan hukum, putusan lepas dari

segala tuntutan hukum dan putusan pemidanaan. Untuk putusan bebas dari

segala dakwaan hukum akan menimbulkan upaya hukum berupa kasasi, hal

ini terjadi seperti dalam kasus putusan Mahkamah Agung Nomor

1034K/Pid.Sus/2008, dimana jaksa penuntut umum Kejaksaan Negeri

Singkawang mengajukan kasasi terhadap putusan Pengadilan Negeri

Singkawang No.236/Pid.B/2007/PN.SKW Tanggal 13 November 2007.

Dalam putusan tersebut hakim mengambil putusan membebaskan

terdakwa, karena hakim menilai kesalahan terdakwa tidak terbukti secara

sah dan menyakinkan. Jaksa penuntut umum menilai bahwa hakim

Pengadilan Negeri Singkawang salah dalam menerapkan hukum dalam

melakukan penafsiran pasal-pasal yang didakwakan serta pembuktian

terhadap kesalahan terdakwa hanya didasarkan pada kesaksian yang berdiri

sendiri dan keterangan terdakwa saja, tidak dikaitkan dengan alat bukti

lain. Hal ini berakibat adanya upaya hukum dari jaksa penuntut umum

yaitu dengan mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung.

Identitas Terdakwa

I Nama Lengkap : PHANG KUI FA alias LINA alias MOI CE

Tempat Lahir : Singkawang

Umur/ Tgl. Lahir : 48 Tahun/15 April 1959

Jenis Kelamin : Perempuan

Page 56: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Kebangsaan : Indonesia

Tempat tinggal : Jalan Pademangan IV Rt. 004/18 No.25

Kelurahan

Pademangan, Jakarta Utara.

Agama : Budha

Pekerjaan : Tani

II Nama Lengkap : CHIA DJIU DJUN alias AJUNG

Tempat Lahir : Singkawang

Umur/ Tgl. Lahir : 33 Tahun/21 Mei 1974

Jenis Kelamin : Perempuan

Kebangsaan : Indonesia

Tempat Tinggal : Jalan Tanjung Batu Dalam No. 94 Rt.03/02

Kelurahan Sedau Singkawang Selatan Pemkot

Singkawang

Agama : Budha

Pekerjaan : Tani

2. Dakwaan Penuntut Umum

Bahwa mereka terdakwa I PHANG KUI FA alias LINA alias

MOI CE dan terdakwa II CHIA DJIU DJUN alias AJUNG, pada hari

Jumat tanggal 30 Maret 2007 sekitar pukul 08.30 wib atau setidak-

tidaknya pada waktu-waktu tertentu masih dalam tahun 2007,

bertempat di Jalan Karang Intan Kelurahan Sedau Kecamatan

Singkawang Selatan Pemkot Singkawang atau pada tempat tertentu

masih termasuk daerah hukum Pengadilan Negeri Singkawang,

melakukan, menyuruh lakukan atau turut melakukan suatu perbuatan,

Page 57: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

mengeksploitasi ekonomi atau sexual anak dengan maksud untuk

menguntungkan diri sendiri atau orang lain, yang dilakukan mereka

terdakwa I phang Kui Fa als Lina als Moi Ce dan terdakwa II Chia

Djiu Djun als Ajung terhadap Tung Su als Alang yang merupakan

seorang anak belum mencapai usia 18 (delapan belas) tahun (sesuai

Kartu Keluarga No.069/C/V/23/2002 tanggal 12 Agustus 2002, lahir

tanggal 14 Mei 1989).

Bahwa terdakwa I Phang Kui Als Lina als Moi Ce melakukan

eksploitasi ekonomi dengan cara menyuruh terdakwa II Chia Djiu Djun

als Ajung mencarikan perempuan yang akan dikawinkan dengan orang

Taiwan yang mengaku bernama Liem Theng Sheng, serta mengikuti Liem

Theng Sheng ke Taiwan. Setelah terdakwa II Chia Djiu Djun als Ajung

mendapatkan Tung Su Lang, kemudian membujuk Tung Su Lang mau ke

Taiwan, untuk dikawinkan dengan Liem Theng Sheng. Kemudian

terjadilah perkenalan antara keluarga Tung Su Lang dan Liem Theng

Sheng dimana terdakwa I Phang Kui Fa als Moi Ce, pada saat itu

memberikan sejumlah uang sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah)

kepada keluarga Tung Su Lang, dan Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah),

kepada Tung Su Lang, terdakwa I Phang Kui Fa als Lina Als Moi Ce,

juga membiayai semua urusan yang menyangkut dokumen berupa surat-

surat pengurusan paspor untuk keberangkatan Tung Su Lang ke Taiwan,

serta membiayai acara makan-makan bersama keluarga Tung Su Lang;

Bahwa setelah merasa memberikan sejumlah uang kepada Tung Su

Lang, terdakwa I Phang Kui Fa als Lina Als Moi Ce meminta agar Tung

Su Lang segera ke Taiwan tapi di tolak oleh Tung Su Lang karena

sebelumnya tidak mau pergi ke Taiwan mengikuti Liem Theng Sheng.

Akibatnya terdakwa I Phang Kui Fa als Lina als Moi Ce mengancam

apabila Tung Su Lang tidak mau pergi ke Taiwan, maka diminta untuk

membayar kerugian sebesar Rp. 40.000.000,- (empat puluh juta rupiah)

dan karena merasa tidak mampu, akhirnya orang tua Tung Su Lang

Page 58: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

membiarkan anaknya untuk mengikuti kemana Terdakwa I Phang Kui Fa

als Lina Als Moi Ce;

Bahwa terdakwa I Phang Kui Fa als Lina Als Moi Ce melakukan

eksploitasi ekonomi tersebut dengan maksud untuk menguntungkan diri

sendiri atau orang lain dimana terdakwa I Phang Kui Fa als Lina Als Moi

Ce telah menerima pemberian uang sebesar Rp. 22.000.000,- (dua puluh

dua juta rupiah) dari Liem Theng Sheng yang dipergunakan untuk

mencarikan isteri. Kemudian terdakwa I Phang Kui Fa als Lina als Moi

Ce langsung menghubungi terdakwa II Chia Djiu Djun als Ajung untuk

mencarikan perempuan dengan imbalan Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah)

dari jumlah uang sebesar Rp. 22.000.000,- (dua puluh dua juta rupiah)

tersebut, mereka Terdakwa mendapatkan keuntungan, belum termasuk

komisi yang akan di terima sebesar Rp. 5.500.000,- (lima juta lima ratus

ribu rupiah), apabila pekerjaan mereka Terdakwa selesai dilakukan;

Perbuatan mereka Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam

pidana Pasal 88 Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

3. Tuntutan Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Singkawang

Tanggal 12 Oktober 2007 adalah sebagai berikut :

a) Menyatakan terdakwa I Phang Kui Fa als Lina als Moi Ce dan

terdakwa II Chia Djiu Djun als Ajung terbukti bersalah terbukti

yang

mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak dengan maksud untuk

menguntungkan diri sendiri atau orang lain sebagaiman yang diatur

dalam Pasal 88 Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP;

b) Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa I Fhang Kui Fa als Lina als

Moi Che pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan terdakwa II Chia

Djiu Djung als Ajung pidana penjara selama 6 (enam) bulan

dikurangi selama para Terdakwa berada dalam penjara, serta

Page 59: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

ditambah dengan pidana denda masing-masing sebesar

Rp.10.000.000.-(sepuluh juta rupiah) subsidair 6 (enam) bulan

kurungan;

c) Menyatakan barang bukti berupa :

1 (satu) lembar asli Kartu Keluarga No.069/C/V/23/2003 atas

nama Jong Fo Kim,dikembalikan kepada Jong Fo Kim;

1 (satu) lembar KTP Asli No.92/02/C/23/2006 atas nama Tung

Su Lang ,dikembalikan kepada Tung Su Lang;

Sebuah mobil merk Toyota Kijang KF No. KB 1158 AD Noka.

KF50122293 No. Sin 5K-0128465 warna hitam, dikembalikan

kepada Aliong;

1 (satu) lembar surat perkawinan campuran No. 09-07/2006 SPP

bermaterai 6000,-;

1 (satu) lembar asli surat keterangan No. 474.2/72/KPCS/2006

tanggal 10 November 2006;

1 (satu) lembar asli surat kutipan akta perkawinan No.

72/KPCS/2006 tanggal 10 November 2006;

2 (dua) lembar seri tiket masing-masing atas nama Tung Su Lang

dan Phang Kui Fa;

1 (satu) lembar Faximil akte kelahiran No. 329/CS/1989 tanggal

16 Mei 1989 atas nama Su Lang bermaterai 6000,-;

1 (satu) lembar faximil pasport No.871625 atas nama Su Lang

Tung;

1 (satu) lembar foto tunangan antara Tung Su Lang alias Alang

dengan Liem Then Sheng; Tetap terlampir dalam berkas perkara;

d) Menetapkan supaya para Terdakwa membayar biaya perkara sebesar

Rp.1000,- (seribu rupiah);

4. Putusan Pengadilan Negeri Singkawang No.236/Pid.B/2007/PN.SKW

Page 60: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Tanggal 13 November 2007 yang Amar lengkapnya sebagai berikut:

1) Menyatakan Terdakwa I Phang Kui Fa alias Lina alias Moi Ce dan

Terdakwa II Chia Djiu Djun alias A Jung tidak terbukti secara sah

dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan perbuatan

pidana sebagaimana dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum;

2) Membebaskan para Terdakwa oleh karena itu dari dakwaan tersebut

(vrijspraak);

3) Memulihkkan hak-hak para Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan

dan harkat serta martabatnya;

4) Memerintahkan para Terdakwa dikeluarkan dari dalam tahanan;

5) Memerintahkan agar barang bukti berupa:

1 (satu) lembar asli Kartu Keluarga No.069/C/V/23/2003 atas

nama Jong Fo Kim; Dikembalikan kepada Jong Fo Kim;

1 (satu) lembar KTP Asli No.92/02/C/23/2006 atas nama Tung

Su Lang; Dikembalikan kepada Tung Su Lang;

Sebuah mobil merk Toyota Kijang KF No. KB 1158 AD Noka.

KF50122293 No Sin 5K-0128465 warna hitam; Dikembalikan

kepada Aliong;

1 (satu) lembar surat perkawinan campuran No. 09-07/2006 SPP

bermaterai 6000,-;

1 (satu) lembar asli surat keterangan No. 474.2/72/KPCS/2006

tanggal 10 November 2006;

1 (satu) lembar asli surat kutipan akte perkawinan No.

72/KPCS/2006 tanggal 10 November 2006;

2 (dua) lembar seri tiket masing-masing atas nama Tung Su Lang

dan Phang Kui Fa;

1 (satu) lembar Faximil akte kelahiran No. 329/CS/1989 tanggal

16 Mei 1989 atas nama Su Lang bermaterai Rp.6000,-;

1 (satu) lembar faximil pasport No.871625 atas nama Su Lang

Tung;

1 (satu) lembar foto tunangan antara Tung Su Lang alias Alang

Page 61: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

dengan Liem Then Sheng;

6 (enam) lembar foto tunangan antara Tung Su Lang dengan

Liem Then Sheng;

1 (satu) lembar Surat dari Liem Then Sheng kepada Majelis

Hakim beserta dengan terjemahan resminya; Tetap terlampir

dalam berkas perkara;

6) Membebankan biaya perkara kepada Negara;

5. Permohonan Kasasi Jaksa/Penuntut Umum

Mengingat akan akta tentang Permohonan Kasasi No.

16/Akta.Pid/2007/PN.SKW. Jo No. 236/Pid.B/2007/PN.SKW yang

dibuat oleh Panitera pada Pengadilan Negeri Singkawang yang

menerangakan, bahwa pada tanggal 19 Nopember 2007

Jaksa/Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Singkawang telah

mengajukan Permohonan Kasasi terhadap Putusan Pengadilan

Negeri Singkawang tersebut;

Memperhatikan memori kasasi bertanggal 30 nopember

2007 dari Jaksa/Penuntut Umum sebagai Pemohon Kasasi yang

diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Singkawang pada

tanggal 3 Desember 2007;

Membaca surat-surat yang bersangkutan;

Menimbang, bahawa putusan Pengadilan Negeri tersebut

telah dijatuhkan dengan hadirnya Pemohon Kasasi/Jaksa/Penuntut

Umum pada Kejaksaan Negeri Singkawang pada tanggal 13

Nopember 2007 dan Pemohon Kasasi/Jaksa/Penuntut Umum

mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 19 Nopember 2007

serta memori kasasinya telah diterima Kepaniteraan Pengadilan

Negeri Singkawang pada tanggal 3 Desember 2007, dengan

demikian permohonan kasasi beserta alas an-alasannya telah

diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara menurut undang-

undang;

Page 62: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Menimbang, bahwa Pasal 244 KUHAP (Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana) menetukan bahwa terhadap putusan

perkara pidana yang diberikan pada tingkat terakhir oleh Pengadialn

lain, selain dari Mahkamah Agung, Terdakwa atau Penuntut Umum

dapat mengajukan permintaan kasasi kepada Mahkamah Agung

kecuali terhadap putusan bebas.

Menimbang, bahwa akan tetapi Mahakamah Agung

berpendapat selaku badan Peradilan Tertinggi yang mempunyai

tugas untuk membina dan menjaga agar semua hukum dan undang-

undang di seluruh wilayah Negara diterapkan secara tepat dan adil,

Mahkamah Agung wajib memeriksa apabila ada pihak yang

mengajukan permohonan kasasi terhadap putusan Pengadilan

bawahannya yang membebaskan Terdakwa, yaitu guna menentukan

sudah tepat dan adilkah putusan pengadilan bawahannya itu;

Menimbang, bahwa namun demikian sesuai

yurisprudensi yang sudah ada apabila ternyata putusan pengadilan

yang membebaskan terdakwa itu merupakan pembebasan yang murni

sifatnya, maka sesuai ketentuan Pasal 244 KUHAP (Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana) tersebut, permohonan kasasi harus

dinyatakan tidak dapat diterima;

Menimbang, bahwa sebaliknya apabila pembebasan itu

didasarkan pada penafsiran yang keliru terhadap sebutan tindak

pidana yang dimuat dalam surat dakwaan dan bukan didasarkan pada

tidak terbuktinya suatu unsur perbuatan yang didakwakan, at au

apabila pembebasan itu sebenarnya adalah merupakan putusan lepas

dari segala tuntutan hukum, atau apabila dalam menjatuhkan putusan

itu pengadilan telah melampui batas kewenangannya (meskipun hal

ini tidak diajukan sebagai alasan kasasi), Mahkamah Agung atas

dasar pendapatnya bahwa pembebasan itu bukan merupakan

pembebasan yang murni harus menerima permohonan kasasi

tersebut;

Page 63: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh

Pemohon Kasasi/Jaksa/Penuntut Umum pada pokoknya adalh

sebagai berikut :

Judex Facti telah salah menerapkan hukum dalam

melakukan penafsiran unsur-unsur pasal yang didakwakan, dimana

judex facti mengambil bukti-bukti dalam pembuktian unsur tersebut

dari 2 hal yakni :

1) Pembuktian yang dilakukan judex facti terhadap kesalahan

Terdakwa didasarkan atas keterangan saksi -saksi berdiri

sendiri;

Keterangan saksi yang berdiri sendiri hanya bisa

dipergunakan sebagai alat bukti yang sah dengan syarat

apabila keterangan saksi itu ada hubungannya satu dengan

yang lain sedemikian rupa, sehingga dapat membenarakan

adanya suatu kejadian atau keadaan tertentu;

Keterangan beberapa orang saksi yang berdiri sendiri antara

keterangan yang satu dengan yang lain tidak mempunyai

nilai sebagai alat bukti atau mereka dikategorikan sebagai

saksi tunggal yang tidak memiliki nilai kekuatan

pembuktian, karena keterangan saksi tunggal harus

dinyatakan tidak cukup memadai untuk pembuktian

kesalahan terdakwa, apabila jika keterangan para saksi

lain. Hal ini akan mengakibatkan keterangan yang saling

bertentangan dan harus disingkirkan sebagai alat bukti,

sebab ditinjau dari segi yuridisnya, keterangan semacam itu

tidak mempunyai nilai pembuktian maupun kekuatan

pembuktian;

Bahwa; Judex Facti menafsirkan unsure eksploitasi yang

terurai dalam Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang No. 23

Tahun 2002 didasrkan pada saksi ade Charge yang

Page 64: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

mempunyai keterangan yang saling betentangan dan

memiliki penilaian diri sendiri, sehingga judex facti

mengambil suatu kesimpulan terhadap kesalahan terdakwa

hal tersebut tidak bisa diartikan sebagai alat bukti apabila

kemudian judex facti menjadikan keterangan saksi -saksi

tersebut sebagai pedoman penjatuhan putusan;

2) Pembuktian yang didasarkan pada pengakuan terdakwa:

Pasal 189 ayat (4) K angan

terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa ia

bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya

melainkan harus disertai dengan alat bukti yang lain;

Bahwa unsur yang dakwaan yang didakwakan adalh bersifat

alternative yakni adanya unsur Eksploitasi Ekonomi atau

Seksual terhadap Anak yang ada dalam pasal 88 Undang-

Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perl indungan Anak

dikaitkan dengan Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP;

Bahwa penafsiran judex facti terhadap Eksploitasi Ekonomi

yang berpegang pada penjelasan Pasal 13 ayat (1) Undang-

Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

dikaitkan dengan alat bukti berupa keterangan saksi-saksi

yang berdiri sendiri serta pengakuan terdakwa adalah keliru;

Bahwa Eksploitasi Ekonomi tercakup juga didalamnya

adalah perolehan keuntungan yang diperoleh oleh para

terdakwa dengan menggunakan sarana-sarana identitas yang

dipalsukan. Bahwa terhadap kegiatan terdakwa memberikan

sejumlah uang kepada korban dengan keharusan untuk

menikah tanpa mengetahui pasangan termasuk juga lingkup

eksploitasi, karena faktanya, para Terdakwa mengancam

korbannya apabila tidak mau mengikuti kemauan para

Terdakwa diharuskan untuk mengganti kerugian sebesar Rp.

40.000.000,- (empat puluh juta rupiah). Kemudian tanpa

Page 65: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

sepengatuhan korban kelengkapan yang menyangkut

identitas telah dipersiapkan oleh para Terdakwa dengan

menyuruh pihak ketiga yang kesemua dokumen tersebut

dipalsukan pembuatannya;

Bahwa korban tidak mengetahui keberadaan dokumen-

dokumen/identitasnya tersebut karena tidak diperkenankan

menyimpan dokumennya sendiri secara leluasa oleh korban;

Bahwa uraian tersebut diatas, tidak mengulangi fakta, akan

tidak termuat dalam pertimbangan-pertimbangan judex facti.

Penafsiran unsur dalam pertimbangan hukum judex facti

yang tidak berdasarkan oleh alat bukti lain dan hanya

dikaitkan dengan keterangan saksi-saksi yang berdiri sendiri

serta dari pengakuan Terdakwa menjadikan tidak

menerapkan hukum sebagaimana mestinya;

Bahwa, Judex Facti tidak mengaitkan perbutan para

Terdakwa dengan unsur Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP yang

didakwakan oleh Jaksa/Penuntut Umum;

Dalam pertimbangan hukum Judex Facti, para Terdakwa

hanya berperan sebagi mak comblang/makelar, karena yang

membuat dokumen-dokumen yang dipalsukan tersebut

adalah pihak ketiga, akan tetapi atas suruhan dan

permintaan para Terdakwa;

Hal tersebut juga mengakibatkan judex facti telah salah

menerapkan atau tidak menerapakan hukum sebagaimana

mestinya;

Bahwa apabila seluruh fakta-fakta dan alat bukti yang

terungkap di Persidangan dimuat menjadi pertimbangan

judex facti serta tidak memutar balikkan fakta -fakta yang

didapat dalam persidangan dalam pemutusannya tentu unsur

terbukti secara sah dan menyakinkan para Terdakwa

Page 66: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

bersalah melakukan tindak pidana dalam Pasal 88 Undang-

Undang Nomor 23 tahun2002 tentang Perlindungan Anak

akan dapat dibuktikan dan putusan yang akan diambil oleh

judex facti adalah tentu putusan yang memenuhi rasa

keadilan;

Karena Judex Facti tidak menerapkan atau menerapakan

hukum sebagaimana mestinya dalam menjatuhkan putusan

terhadap para Terdakwa karena pemeriksaan persidangan

tersebut diambil sebagaian saja terlebih dengan

mengedepankan fakta-fakta dan alat bukti yang

mengunyungkan bagi Terdakwa sebagaimana yang

dilakukan oleh judex facti maka putusan yang diambil

berdasarkan pertimbangan hukum yang keliru dan

menerapkan hukum tidak sebagaimana mestinya sehingga

tidak memeperlihatkan rasa keadilan;

Maka dengan mengingat Pasal 244,245,248 dan 253

KUHAP dan Keputusan Menteri Kehakiman No.M.14

PN.07.03 Tahun 1983, Doktrin serta Yurisprudensi

Mahkamah Agung RI. Agar memutuskan :

1. Menerima permohonan kasasi Penuntut Umum;

2. Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Singkawang

di Kalimantan Barat Nomor : 236/Pid.BB/2007

PN.Skw tanggal 13 Nopember 2007 atas nama

terdakwa I Phang Kui Fa Als Lina Als Moi Che dan

terdakwa II Chia Djiu Djun Als Ajung ;

3. Memeriksa dan mengadili sendiri perkara tersebut;

4. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa I Phang Kui

Fa Als Lina Als Moi Che pidana penjara selama 1

(satu) tahun dan terdakwa II Chia Djiu Djun Als

Ajung pidana penjara 6 (enam) bulan dikurangi

Page 67: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

selama para Terdakwa berada dalam tahanan, serta

ditambah dengan pidana denda masing-masing

sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah)

subsidair 6 (enam) bulan kurungan;

5. Menyatakan barang bukti berupa :

1 (satu) lembar asli Kartu Keluarga

No.069/C/V/23/2003 atas nama Jong Fo Kim,

dikembalikan kepada Jong Fo Kim;

1 (satu) lembar KTP Asli No.92/02/C/23/2006 atas

nama Tung Su Lang, dikembalikan kepada Tung

Su Lang;

Sebuah mobil merk Toyota Kijang KF No. KB

1158 AD Noka. KF50122293 No. Sin 5K-0128465

warna hitam, dikembalikan kepada Aliong;

1 (satu) lembar surat perkawinan campuran No. 09-

07/2006 SPP bermaterai 6000,-;

1 (satu) lembar asli surat keterangan No.

474.2/72/KPCS/2006 tanggal 10 November 2006;

1 (satu) lembar asli surat kutipan akta perkawinan

No. 72/KPCS/2006 tanggal 10 November 2006;

2 (dua) lembar seri tiket masing-masing atas nama

Tung Su Lang dan Phang Kui Fa;

1 (satu) lembar Faximil akte kelahiran No.

329/CS/1989 tanggal 16 Mei 1989 atas nama Su

Lang bermaterai 6000,-;

1 (satu) lembar faximil pasport No.871625 atas

nama Su Lang Tung;

1 (satu) lembar foto tunangan antara Tung Su Lang

alias Alang dengan Liem Then Sheng;

Tetap terlampir dalam berkas perkara;

Page 68: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

6. Menetapkan supaya para terdakwa membayar biaya

perkara sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah);

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut

Mahkamah Agung berpendapat, bahwa ternyata Pemohon

Kasasi tidak dapat membuktikan bahwa putusan tersebut

adalah merupakan pembebasan yang tidak murni, karena

Pemohon Kasasi tidak dapat mengajukan alasan-alasan yang

dapat dijadikan dasar pertimbangan mengenai dimana letak

sifat tidak murni dari putusan bebas tersebut;

Menimbang, bahwa di samping itu Mahkamah Agung

berdasarkan wewenang pengawasannya juga tidak dapat

melihat bahwa putusan tersebut dijatuhkan oleh Pengadilan

Negeri dengan telah melampui batas wewenangnya, oleh

karena itu permohonan kasasi Jaksa/Penuntut

Umum/Pemohon Kasasi berdasarkan Pasal 244 Undang-

undang No.8 Tahun 1981 (KUHAP) harus dinyatakan tidak

dapat diterima;

Menimbang, bahwa karena permohonan kasasi

Jaksa/Penuntut Umum dinyatakan tidak dapat diterima dan

para Terdakwa tetap dibebaskan, maka bia ya perkara

dibebankan kepada Negara;

Memperhatikan Undang-Undang No.4 Tahun 2004,

Undang-Undang No.8 Tahun 1981 dan Undang-Undang

No.14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang No.5 Tahun 2004 dan perubahan kedua

dengan Undang-Undang No.3 Tahun 2009 dan peraturan

perundang-undangan lain yang bersangkutan;

6. Putusan Majelis Hakim

Page 69: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Menyatakan tidak dapat diterima permohonan kasasi dari

Pemohon Kasasi : Jaksa/Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri

Singkawang tersebut;

Membebankan biaya perkara pada tingkat kasasi kepada

Negara;

B. Pembahasan:

1. Kajian Atas Putusan Bebas Murni dalam Perspektif Jaksa Penuntut

Umum dan Hakim Pada Kasus Putusan Mahkamah Agung

Nomor1034K/Pid.Sus/2008

Guna memberikan gambaran mengenai perspektif Jaksa Penuntut Umum

maupun Hakim Mahkamah Agung pada putusan bebas murni Pengadilan

Negeri Singkawang No. 236/Pid.B/2007/PN.SKW tanggal 13 November

2007, dapat peneliti sajikan gambar skematik sebagai berikut :

Perspektif Jaksa Penuntut

Umum :

Hakim telah salah

menerapkan hukum dalam

melakukan penafsiran

unsur-unsur pasal yang

didakwakan, hakim

mengambil bukti-bukti

dalam pembuktian, yakni :

1. pembuktian yang

dilakukan hakim

terhadap kesalahan

Perspektif hakim Mahkamah

Agung :

1. Jaksa Penuntut Umum

tidak dapat membuktikan

bahwa putusan

pengadilan negeri

singkawang No.

236/Pid.B/2007/PN.SK

W tanggal 13 November

2007 adalah merupakan

pembebasan yang tidak

murni.

Page 70: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Gambar 2. Skematik perspektif Jaksa Penuntut Umum dan Hakim

Mahkamah Agung pada putusan bebas murni

Berdasarkan paparan dan skematik diatas, maka dapat dibahas

bahwa jaksa penuntut umum melakukan kasasi dengan berdasar kepada :

a. Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.14-PW.07.03 Tahun

1983 tanggal 10 Desember 1983 (Tentang Tambahan Pedoman

Pelaksanaan KUHAP) butir 19 menyatakan bahwa terhadap

Ketentuan terhadap putusan bebas yang secara

langsung dapat dimintakan kasasi kepada

Mahkamah Agung :

1. Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.14-PW.07.03 tahun 1983 tanggal 10 Desember 1983;

2. Yurisprudensi Mahakamah Agung tentang kasasi terhadap putusan bebas.

Page 71: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

putusan bebas tidak dapat dimintakan banding, tetapi

berdasarkan situasi dan kondisi, demi hukum, keadilan dan

kebenaran, terhadap putusan bebas dapat dimintakan kasasi, hal

ini akan didasarkan pada Yurisprudensi.

b. Yurisprudensi tentang kasasi terhadap putusan bebas :

1. Putusan MA Reg. No. 275/Pid/1983 tanggal 15 Desember

1983 menyatakan bahwa seharusnya terhadap putusan

bebas yang dijatuhkan PN itu, Jaksa langsung mengajukan

permohonan kasasi ke MA.

2. Putusan MA Reg. No. 892/Pid/1983 tanggal 4 Desember

1984, menyatakan bahwa MA wajib memeriksa apabila

pihak yang mengajukan permohonan kasasi terhadap

putusan pengadilan yang membebaskan terdakwa, yaitu

guna menentukan sudah tepat dan adilkah putusan

pengadilan bawahannya itu.

3. Putusan MA Reg. No. 532 K/Pid/1984 tanggal 10 Januari

1985, menyatakan bahwa putusan bebas tidak dapat

dibanding, tetapi dapat langsung dimohonkan kasasi.

4. Putusan MA Reg. 449/pid/1984 tanggal 2 September 1988,

menyatakan bahwa MA atas dasr pendapatnya sendiri

bahwa pembebasan itu bukan merupakan pembebasan

murni, harus menerima permohonan kasasi tersebut.

5. Putusan MA Reg. No. 449K/Pid/1984 tanggal 8 Mei 1985

menyatakan bahwa seharusnya terhadap putusan bebas

yang dijatuhkan PN itu, jaksa langsung mengajukan

permohonan kasasi ke MA.

Sesuai dengan Pasal 253 ayat (1) KUHAP, bahwa pemeriksaan

kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung atas permintaan para pihak,

dalam hal ini jaksa penuntut umum guna menentukan :

1. Apakah suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan

Page 72: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

tidak sebagaimana mestinya.

2. Apakah benar cara mengadili tidak dilaksanakan menurut

ketentuan undang-undang.

3. Apakah benar pengadilan telah melampaui batas wewenangnya.

Berdasarkan surat dakwaan yang diajukan oleh jaksa penuntut

umum, maka prespektif hakim Pengadilan Negeri Singkawang dalam

menilai putusan bebas murni adalah sebagai berikut :

1. Bahwa hakim dalam mengambil putusan didasarkan pada

keterangan saksi a de charge yang mempunyai keterangan saling

bertentangan dan memiliki penilaian diri sendiri, sehingga hal

tersebut tidak bisa diartikan sebagai alat bukti;

2. Bahwa hakim menilai para terdakwa tidak terbukti memenuhi

unsur eksploitasi ekonomi dan seksual anak dalam Pasal 88

Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

seperti yang didakwakan oleh jaksa penuntut umum.

3. Bahwa hakim menilai para terdakwa dalam pemalsuan dokumen-

dokumen hanya berperan sebagai mak comblang/makelar, karena

yang membuat dokumen-dokumen tersebut adalah pihak ketiga.

Dengan dasar pertimbangan hakim diatas, maka hakim menyatakan

para terdakwa tidak terbukti secara sah dan menyakinkan hakim

melakukan perbuatan pidana sebagaimana dalam dakwaan jaksa penuntut

umum serta membebaskan terdakwa dari dakwaan (vrijspraak). Maka

dalam hal ini hakim menilai putusan tersebut adalah putusan bebas murni.

Berdasarkan pertimbangan hakim dalam putusan Pengadilan

Negeri Singkawang No.236/Pid.B/2007/PN.SKW, maka jaksa penuntut

umum menilai hakim telah salah menerapkan hukum dalam melakukan

penafsiran unsur-unsur pasal yang didakwakan, dengan penilaian sebagai

berikut :

1. Bahwa hakim dalam menafsirkan unsur eksploitasi yang terurai

Page 73: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

dalam Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang No.23 tahun 2002

didasarkan atas keterangan para saksi a de charge yang

mempunyai keterangan yang saling bertentangan dan memiliki

penilaian saling berdiri sendiri serta pengakuan terdakwa saja,

tidak dikaitkan dengan alat bukti lain;

2. Bahwa unsur dakwaan yang didakwakan adalah bersifat alternatif

yakni adanya unsur eksploitasi ekonomi dan seksual anak yang

ada dalam Pasal 88 Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak dikaitkan dengan Pasal 55 ayat (1) ke-1

KUHP sudah terbukti

tercakup juga didalamnya adalah perolehan keuntungan yang

diperoleh para terdakwa dengan menggunakan sarana-sarana

identitas yang dipalsukan, bahwa terhadap kegiatan para

terdakwa memberikan sejumlah uang kepada korban dengan

keharusan untuk menikah tanpa mengetahui pasangan termasuk

juga lingkup eksploitasi, karena faktanya para terdakwa

mengancam korban apabila tidak mau mengikuti kemauan para

terdakwa diharuskan mengganti kerugian sebesar Rp

40.000.000,- (empat puluh juta rupiah), kemudian tanpa

sepengetahuan korban kelengkapan yang menyangkut identitas

telah dipersiapkan oleh para terdakwa dengan menyuruh para

ketiga yang kesemua dokumen tersebut dipalsukan pembuatnya;

3. Hakim tidak mengakaitkan perbutan para terdakwa dengan unsur

Pasal 55 Ayat (1) ke-1 yang didakwakan oleh jaksa penuntut

umum.

Berdasarkan penilaian jaksa penuntut umum di atas, maka putusan

Pengadilan Negeri Singkawang No.236/Pid.B/2007/PN.SKW, merupakan

putusan bebas tidak murni.

Page 74: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Berdasarkan permohonan kasasi yang jaksa penuntut umum,

putusan hakim Mahkamah Agung adalah sebagai berikut :

1. Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut

Mahkamah Agung berpendapat, bahwa ternyata Pemohon

Kasasi tidak dapat membuktikan bahwa putusan tersebut

adalah merupakan pembebasan yang tidak murni, karena

Pemohon Kasasi tidak dapat mengajukan alasan-alasan

yang dapat dijadikan dasar pertimbangan mengenai dimana

letak sifat tidak murni dari putusan bebas tersebut;

2. Menimbang, bahwa di samping itu Mahkamah Agung

berdasarkan wewenang pengawasannya juga tidak dapat

melihat bahwa putusan tersebut dijatuhkan oleh Pengadilan

Negeri dengan telah melampui batas wewenangnya, oleh

karena itu permohonan kasasi Jaksa/Penuntut

Umum/Pemohon Kasasi berdasarkan Pasal 244 Undang-

undang No.8 Tahun 1981 (KUHAP) harus dinyatakan tidak

dapat diterima;

3. Menimbang, bahwa karena permohonan kasasi

Jaksa/Penuntut Umum dinyatakan tidak dapat diterima dan

para Terdakwa tetap dibebaskan, maka biaya perkara

dibebankan kepada Negara;

4. Memperhatikan Undang-Undang No.4 Tahun 2004,

Undang-Undang No.8 Tahun 1981 dan Undang-Undang

No.14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang No.5 Tahun 2004 dan perubahan kedua

dengan Undang-Undang No.3 Tahun 2009 dan pera turan

perundang-undangan lain yang bersangkutan.

Kesimpulan dari kasus di atas putusan bebas murni adalah keliru,

karena hakim Pengadilan Negeri Singkawang dalam menjatuhkan

putusan didasarkan hanya pada penilaian kesaksian yang berdiri sendiri

Page 75: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

dan keterangan terdakwa saja, hakim tidak memperhatikan alat bukti lain.

Seharusnya Mahkamah Agung menerima permohonan kasasi tersebut,

dengan tujuan untuk membuktikan kebenaran dan keadilan hukum.

Karena pengajuan kasasi terhadap putusan bebas, merupakan upaya untuk

mencegah adanya kesewenang-wenangan dari pengadilan tingkat pertama

dan kekhilafan hakim tingkat pertama karena hakikatnya manusia tidak

luput dari kekhilafan, meskipun hakim telah berupaya maksimal untuk

cermat dan teliti.

2. Implikasi Yuridis Terhadap Perspektif Putusan Bebas Murni Yang

Didasarkan Pada Kesaksian Yang Berdiri Sendiri Pada Kasus

Putusan Mahkamah Agung Nomor 1034K/Pid.Sus/2008.

a. Perspektif jaksa penuntut umum

Berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Singkawang

No.236/Pid.B/2007/PN.SKW, yang amar putusannya sebagai berikut:

1. Menyatakan Terdakwa I Phang Kui Fa alias Lina alias Moi

Ce dan Terdakwa II Chia Djiu Djun alias A Jung tidak

terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah

melakukan perbuatan pidana sebagaimana dalam dakwaan

Jaksa Penuntut Umum;

2. Membebaskan para Terdakwa oleh karena itu dari dakwaan

tersebut (vrijspraak);

3. Memulihkkan hak-hak para Terdakwa dalam kemampuan,

kedudukan dan harkat serta martabatnya;

4. Memerintahkan para Terdakwa dikeluarkan dari dalam

tahanan;

Berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Singkawang diatas,

jaksa penuntut umum menilai putusan tersebut bukan merupakan

putusan bebas murni, karena hakim dalam mengambil putusan hanya

didasarkan pada kesaksian yang berdiri sendiri, tidak dikaitkan

dengan alat bukti lain.

Page 76: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Sesuai dengan Pasal 253 ayat (1) KUHAP, bahwa

pemeriksaan kasasi yang dilakukan oleh Mahkamah Agung atas

permintaan para pihak, guna menetukan :

1. Apakah suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau

diterapkan tidak sebagaimana mestinya.

2. Apakah benar cara mengadili tidak dilaksanakan menurut

ketentuan undang-undang.

3. Apakah benar pengadilan telah melampui batas

weweanangnya.

Sesuai Pasal 253 ayat (1) KUHAP diatas, jaksa penuntut

umum menilai hakim dalam mengambil putusan tidak sesuai dengan

tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang-

memperhatikan undang-undang tentang pembuktian, karena hakim

dalam mengambil putusan hanya didasarkan pada kesaksian yang

berdiri sendiri tidak dikaitkan dengan alat bukti lain.

Putusan hakim yang membebaskan terdakwa dinilia jaksa

penuntut umum salah, menurut jaksa penuntut umum putusan

tersebut bukan merupakan putusan bebas murni. Berdasar pada

Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.14-PW.07.03 Tahun 1983

dan Yurisprudensi Mahkamah Agung tentang kasasi terhadap putusan

bebas maka jaksa penutut umum mengajukan upaya hukum kasasi.

Kesimpulan dari kasus diatas jaksa penutut umum menilai

putusan Pengadilan Negeri Singkawang No.236/Pid.B/2007/PN.SKW

bukan merupakan putusan bebas murni, karena hakim dalam

mengambil putusan hanya didasarkan pada kesaksian yang berdiri

sendiri tidak memperhatikan alat bukti lain. Dengan alasan tersebut

jaksa penuntut umum mengajukan upaya hukum kasasi dengan tujuan

Page 77: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

agar Mahkamah Agung sebagai lembaga peradilan tertinggi

memeriksa kembali putusan Pengadilan Negeri Singkawang

No.236/Pid.B/2007/PN.SKW yang membebaskan terdakwa.

b. Perspektif hakim Mahkamah Agung

Dengan melihat permohonan kasasi yang diajukan oleh jaksa

penuntut umum yang isinya sebagai berikut :

1. Pembuktian yang dilakukan judex facti terhadap

kesalahan Terdakwa didasarkan atas keterangan saksi -

saksi berdiri sendiri;

2. Pembuktian yang didasarkan pada pengakuan terdakwa:

angan

terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa ia

bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan

kepadanya melainkan harus disertai dengan alat bukti

yang lain;

3. Judex Facti tidak mengaitkan perbutan para Terdakwa

dengan unsur Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP yang

didakwakan oleh Jaksa/Penuntut Umum;

Hakim Mahkamah Agung menilai pembuktian jaksa penuntut

umum dalam permohonan kasasi yang diajukan tidak bisa

membuktikan bahwa putusan Pengadilan Negeri Singkawang

No.236/Pid.B/2007/PN.SKW adalah putusan bebas yang tidak murni,

karena jaksa penuntut umum tidak dapat mengajukan alasan-alasan

yang dapat dijadikan dasar pertimbangan mengenai dimana letak sifat

tidak murni dari putusan bebas tersebut.

Jaksa penuntut umum dinilai oleh hakim Mahkamah Agung

tidak bisa membuktikan bahwa putusan Pengadilan Negeri

Singkawang No.236/Pid.B/2007/PN.SKW adalah putusan yang bebas

murni, berdasarkan Pasal 244 KUHAP maka permohonan kasasi

Page 78: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

jaksa penuntut umum dinyatakan tidak dapat diterima (ditolak)

Mahkamah Agung.

Dikarenakan permohonan kasasi yang diajukan jaksa

penuntut umum tidak dapat diterima Mahkamah Agung, berakibat

hukum putusan Mahkamah Agung menguatkan putusan Pengadilan

Negeri Singkawang No.236/Pid.B/2007/PN.SKW. Maka putusan

hakim Pengadilan Negeri Singkawang adalah putusan bebas murni.

Kesimpulan dari kasus diatas Mahkamah Agung menilai

jaksa penutut umum tidak bisa membuktikan bahwa putusan

Pengadilan Negeri Singkawang No.236/Pid.B/2007/PN.SKW adalah

putusan bebas murni. Permohonan kasasi yang diajukan jaksa

penuntut umum tidak diterima (ditolak) Mahkamah Agung, maka

putusan Mahkamah Agung menguatkan putusan Pengadilan Negeri

Singkawang. Dalam hal ini putusan Pengadilan Negeri Singkawang

No.236/Pid.B/2007/PN.SKW adalah putusan bebas murni.

Page 79: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pada kajian bab-bab terdahulu yang telah dilakukan oleh

penulis, dan pembahasan yang telah dilakukan. Penulis mengambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Kajian perspektif putusan bebas murni antara Jaksa Penuntut Umum dan

Hakim dalam kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor.

1034K/Pid.Sus/2008, menunjukan dua sisi yang berbeda disatu sisi Jaksa

Penuntut Umum menilai Hakim Pengadilan Negeri Singkawang telah

salah menerapkan hukum dalam melakukan penafsiran unsur-unsur pasal

yang didakwakan, jaksa penuntut umum menilai bahwa hakim dalam

menilai unsur pasal yang didakwakan jaksa penutut umum hanya

berdasarkan atas kesaksian yang berdiri sendiri dan keterangan terdakwa

saja, tidak dikaitkan dengan alat bukti yang lain, hakim juga tidak

mengkaitkan perbuatan terdakwa dengan Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Berdasarkan penilaian jaksa penuntut umum tersebut, maka Putusan

Pengadilan Negeri Singkawang No.236/Pid.B/2007/PN.SKW tersebut

adalah putusan bebas tidak murni.

Berbeda dengan jaksa penuntut umum, hakim Mahkamah Agung

menilai bahwa putusan Pengadilan Negeri Singkawang

No.236/Pid.B/2007/PN.SKW adalah putusan bebas murni, karena jaksa

penuntut umum dipandang tidak bisa membuktikan bahwa Putusan

Pengadilan Negeri Singkawang No.236/Pid.B/2007/PN.SKW merupakan

pembebasan yang tidak murni, maka hakim Mahkamah Agung menolak

permohonan kasasi yang diajukan oleh jaksa penuntut umum.

Page 80: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Dalam hal ini peneliti berpendapat putusan Pengadilan Negeri

Singkawang No.236/Pid.B/2007/PN.SKW adalah putusan bebas murni

adalah salah. Seharusnya Mahkamah Agung menerima permohonan kasasi

tersebut, dengan tujuan untuk membuktikan kebenaran dan keadilan

hukum. Karena pengajuan kasasi terhadap putusan bebas, merupakan

upaya untuk mencegah adanya kesewenang-wenangan dari pengadilan

tingkat pertama dan kekhilafan hakim tingkat pertama karena hakikatnya

manusia tidak luput dari kekhilafan, meskipun hakim telah berupaya

maksimal untuk cermat dan teliti.

2. Mengenai implikasi yuridis terhadap perspektif putusan bebas yang

didasarkan pada kesaksian yang berdiri sendiri pada kasus Putusan

Mahkamah Agung Nomor. 1034K/Pid.Sus/2008, dapat ditemukan dua

implikasi : a). Jaksa penuntut umum mengajukan kasasi terhadap putusan

Pengadilan Negeri Singkawang No.236/Pid.B/2007/PN.SKW yang

membebaskan terdakwa, jaksa penuntut umum menilai pembebasan

tersebut tidak murni karena hakim dalam mengambil putusan hanya

didasarkan pada kesaksian yang berdiri sendiri tidak dikaitkan dengan alat

bukti lain. b). Mahkamah Agung menilai jaksa penutut umum tidak bisa

membuktikan bahwa putusan Pengadilan Negeri Singkawang

No.236/Pid.B/2007/PN.SKW adalah putusan bebas murni. Permohonan

kasasi yang diajukan jaksa penuntut umum tidak diterima (ditolak)

Mahkamah Agung, maka putusan Mahkamah Agung menguatkan putusan

Pengadilan Negeri Singkawang.

Dalam hal ini penulis berpendapat seharusnya Mahkamah Agung

menerima permohonan kasasi jaksa penuntut umum, hal ini bertujuan

untuk membuktikan kebenaran dan keadilan hukum. Karena pengajuan

kasasi terhadap putusan bebas, merupakan upaya untuk mencegah adanya

kesewenang-wenangan dari pengadilan tingkat pertama dan kekhilafan

hakim tingkat pertama karena hakikatnya manusia tidak luput dari

kekhilafan, meskipun hakim telah berupaya maksimal untuk cermat dan

Page 81: KAJIAN TENTANG PERSPEKTIF BEBAS MURNI … JAKSA PENUNTUT UMUM DAN HAKIM BERKAIT PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI YANG BERDIRI SENDIRI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1034K/PID.SUS/2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

teliti.

B. Saran

Dalam konteks kasus seperti yang telah dibahas dimuka, penulis

memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Diperlukan gelar perkara berkenaan dengan kasus-kasus yang

membuka potensi bagi hakim pengadilan untuk mengeluarkan putusan

bebas. Dalam hal ini hakim harus lebih teliti dan cermat dalam

pemeriksaan perkara pidana.

2. Terhadap putusan bebas, hendaklah dilakukan eksaminasi jaksa

penuntut umum sehingga mampu mengkritisi karena bisa jadi putusan

tersebut bukan merupakan putusan bebas murni.

3. Apabila dalam proses persidangan terdapat keterangan saksi yang

berdiri sendiri maka hakim harus mencari hubungan antara keterangan

saksi-saksi yang disampaikan dalam persidangan agar dapat

membenarkan suatu kejadian atau keadaan tertentu sehingga bisa

menjadi alat bukti yang sah. Apabila keterangan beberapa saksi yang

disampaikan dalam persidangan tidak ada hubungan sehingga tidak

bisa membenarkan suatu kejadian atau keadaan tertentu maka

keterangan saksi tersebut merupakan kesaksian tunggal, maka hakim

harus mencari alat bukti lain agar prinsip batas minimum pembuktian

bisa terpenuhi sesuai dengan Pasal 183 KUHAP.