analisis rasio keuangan dengan metode regresi logistik...
TRANSCRIPT
ANALISIS RASIO KEUANGAN
PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI
DENGAN METODE REGRESI LOGISTIK
Skripsi
Oleh : NURLIA ALDILARACHMA
104081002582
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008/1429H
ANALISIS RASIO KEUANGAN
PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI
DENGAN METODE REGRESI LOGISTIK
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Nurlia Aldilarachma NIM: 104081002582
Di bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda, SE, M.Si NIP: 150 317 955 NIP: 150 368 746
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008/1429H
ANALISIS RASIO KEUANGAN
PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI
DENGAN METODE REGRESI LOGISTIK
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Nurlia Aldilarachma NIM: 104081002582
Di bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda, SE, M.Si NIP: 150 317 955 NIP: 150 368 746
Penguji Ahli
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
NIP: 131 474 891
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008/1429H
Hari ini Kamis Tanggal 07 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Nurlia Aldilarachma NIM: 104081002582 dengan judul Skripsi ”ANALISIS RASIO KEUANGAN PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI DENGAN METODE REGRESI LOGISTIK ”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 07 Agustus 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Indo Yama Nasarudin, SE, MAB Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
Daftar Riwayat Hidup
PERSONAL
Nama : Nurlia Aldilarachma
Alamat : Komp. Puri Dewata Indah Blok. E3 No. 4
Cipondoh – Tangerang 15141
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 19 November 1986
Agama : Islam
Status : Belum kawin
Phone : 021-5540950 / 085691540095
Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta : 2004-2008
SMUN 2 Tangerang : 2001-2004
SLTPN 1 Tangeranag : 1998-2001
SDN Poris Plawad 3, Cipondoh - Tangerang
TK. Tunas Cempaka Sari, Sukapura - Jakarta Utara
:
:
1992-1998
1990-1992
PENGALAMAN ORGANISASI
Ketua Radio Sekolah SMUN 2 Tangerang
Staff Div. Keuangan Simpanan KOPMA UIN Jakarta
Div. Keuangan Simpanan KOPMA UIN Jakarta
Ang. Div. Litbang BEM Fakultas Ekonomi UIN Jakarta
Kabid. PSDA KOPMA UIN Jakarta
Pengawas PSDA KOPMA UIN Jakarta
:
:
:
:
:
:
2003
2005
2006
2006
2007
2008
PENGALAMAN KERJA
Magang Pada Divisi Marketing and Promotion
PT. Garuda Indonesia
: 2007
ABSTRACK
The aim of this research is to examine corporate performance’s characteristic that executing merger and acquisition that’s figured by financial ratio. Liquidity ratio, activity ratio, leverage and profitabiity is the financial ratio which is used in this research (Payamta, 2004). This research is using firm sample that executing merger and acquisition during 1999-2005 by purposive sampling method and firm that doesn’t execute merger and acquisition by matched pair method. Financial statement is got from IDX and the list of the firm that executing merger and acquisition is got from BAPEPAM. The method that’s used to see the difference of corporate performance between before and after executing merger and acquisition is Wilcoxon Signed Rank Test, while to see the difference of corporate performance between the firm that executing merger and acquisition and the firm that doesn’t is using Mann-Whitney Test and Independent Test, and to examine financial ratio benefit hypothesis is using logistic regression method. The result of this research show that there’s no significant difference of corporate performance between before and after merger and acquisition and between the firm that executing merger and acquisition and the firm that doesn’t, and the last this research find out that on the whole the characteristic of the firm that executing merger and acquisition can be measured by financial ratio. There’s no difference on ratio that is used between the firm that execuitng merger an acqusition and the firm that doesn’t. Key word : Financial Ratio, Merger and Acquisition, Wilcoxon Singned Rank Test, Mann-Whitney Test, Independent Test, Logistic Regression.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji karateristik kinerja perusahaan yang diproksikan dengan rasio keuangan pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Rasio keuangan yang digunakan dalam peneitian ini adalah rasio keungan yang digunakan oleh Payamta (2004) meliputi rasio likuiditas, aktivitas, leverage dan profitabiltas.
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi pada periode 1999-2005 dengan metode purposive sampling dan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi dengan metode matched pair. Data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia, sedangkan daftar perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi diperoleh dari Badan Pengawas Pasar Modal.
Metode yang digunakan untuk melihat perbedaan antara sebelum dan sesudah perusahaan tersebut melakukan merger dan akuisisi adalah Uji Wilcoxon Signed Rank Test, sedangkan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akusisi adalah Uji Mann-Whitney Test dan Uji Independent Test, dan untuk menguji hipotesis manfaat rasio keuangan dalam memprediksi kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi digunakan metode regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi, selain itu penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi, begitu pula dengan penelitian yang menggunakan metode regresi logistik bahwa secara keseluruhan karateristik perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dapat diukur dengan menggunakan rasio keuangan. Rasio-rasio yang digunakan antara perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi tidak menunjukkan adanya perbedaan. Kata Kunci : Rasio Keuangan, Merger dan Akusisi, Uji Wilcoxon Signed Rank Test, Uji Mann-Whitney Test, Uji Independent Test, Regresi Logistik.
.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji hanya milik Allah dan kepada-Nyalah tempat memohon
pertolongan serta ampunan. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah yang
tiada sekutu-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan
rasulnya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah padanya dan keluarganya,
sahabatnya juga kepada para pengikutnya yang baik hingga akhir kelak.
Dipenghujung sapa ini, dilembar yang berharga ini dengan segala
kerendahan hati dan kebesaran jiwa, izinkan saya selaku penulis mengucapkan
terima kasih kepada orang-orang yang Allah anugrahkan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat terwujud dan terselesaikan :
1. Kedua orang tua ku, Ayahanda Ali Mahmudi, SE dan Ibunda Nurbaety
tercinta yang telah memberikan segala dorongan mental, Spiritual, perhatian
dan kasih sayang serta tak pernah putus mendoakan ananda dalam menggapai
cita dan kebahagiaan. Kedua adikku tersayang Billy Yanuardi dan Nurma
Gusnita yang telah memberikan semangat dan dorongannya.
2. Bapak Prof. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial yang baru semoga dapat membuat fakultas ini menjadi jauh lebih
berkembang daripada saat ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku ketua jurusan manajemen dan
selaku pembimbing 1 dan Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si selaku
pembimbing 2, yang telah meluangkan waktu dan memberikan ilmunya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Para dosen penguji kompre Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, Bapak Prof.
Abdul Hamid, MS dan Bapak Indo Yama Nasarudin SE, MAB, yang telah
memberikan kemudahan dan kelancaran selama ujian.
5. Seluruh dosen FEIS yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang luas
kepada penulis selama perkuliahan.
6. Seseorang yang spesial dihati hingga saat ini ”ApR!@n5yAh RaHmAn”.
Makacih yach buat smuanya yang dah kamu kasih ke aku slama ini... ^_^
7. Santi, Titi, Novi, Tiar, Reni, Harni, Citra, Lista, Niar, Nanin, Prita, Lilik,
Syarifah, Chika, Rahman, Dodo, Dede, Didi, Fauzi, Wildan, Deden, Yayan,
Yunus, Fadli, Caesar n khususnya Vandy,, Makacih yach buat semangat,
perhatian, bantuan dan doa nya selama ini dan selama gw nyusun skripsi ini..
Gw ceneng banget bisa kenal n jadi teman lo’ smua,,keep contact yach
friend...
8. Semua teman-teman ku tersayang di Kost LCW n’ LCI (Suliz, As3, Hon2,
Sancil, Desi, Vea, Elin, Emma, Osa, Selly, Hilda, Ulfah, Endah, Biah n
K’Uus ), Mnj Keu B’07 dan KOPMA UIN ’04-’08 (Miftah, Hendro, Ceu2,
Tia, Siti, Mira, Anton, Hadi, K’Windy, K’Fahru, K’Agus n temen2 kopma yg
lain, maaf y g bs ditulis smua) yang telah memberikan warna dalam hidup ku
hingga saat ini, semoga pertemanan ini tidak akan pernah berakhir...
9. Terakhir, buat yang selalu menanyakan ”gimana skripsinya?” dan selalu
mendoakan ”semoga cepet lulus!”, terima kasih ya...
Akhir kata, mohon maaf kepada seluruh pembaca bila penulisan skripsi ini
jauh dari rasa memuaskan. Namun, penulis dengan segala keterbatasan hanya bisa
berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya. Amin...
Wassalamualaikum Wr.Wb
Jakarta, Desember 2008
Nurlia Aldilarachma
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup .................................................................................. i Abstrack ......................................................................................................... ii Abstrak ........................................................................................................... iii Kata Pengantar ............................................................................................. iv Daftar Isi ........................................................................................................ vi Daftar Tabel ................................................................................................... viii Daftar Gambar .............................................................................................. ix Daftar Lampiran ........................................................................................... x BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Pembatasan Masalah ................................................................... 10 C. Perumusan Masalah ..................................................................... 10 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 13
A. Gambaran Umum Penggabungan Usaha .................................... 13 B. Merger ......................................................................................... 14 C. Akuisisi ........................................................................................ 17 D. Teknik Pengambilalihan .............................................................. 18 E. Alasan yang Melatarbelakangi Merger dan Akuisisi ................... 19 F. Faktor yang Mempengaruhi Merger dan Akuisisi ....................... 21 G. Analisis Kinerja Keuangan .......................................................... 23 H. Penelitian Terdahulu ................................................................... 29 I. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 33 J. Perumusan Hipotesis Penelitian ................................................... 38
BAB III. METODELOGI PENELITIAN ................................................... 39
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 39 B. Metode Penentuan Sampel .......................................................... 39 C. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 43 D. Metode Analisis Data .................................................................. 43 E. Operasional Variabel Penelitian .................................................. 56
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 63
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................ 63 B. Sejarah Merger dan Akuisisi ....................................................... 65 C. Analisis Statistik Deskriptif ......................................................... 66 D. Analisis Hipotesis Pertama .......................................................... 73 E. Analisis Hipotesis Kedua ............................................................. 80 F. Analisis Hipotesis Ketiga ............................................................. 86
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................... 95 A. Kesimpulan ................................................................................. 95 B. Implikasi ...................................................................................... 96 C. Keterbatasan dan Saran Penelitian .............................................. 97
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 99 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. TABEL HALAMAN 3.1 Proses pemilihan sampel ..................................................................... 41 3.2 Perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi ........................... 42 3.3 Perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi ................. 42 4.1 Deskripsi data sampel penelitian sebelum dan sesudah perusahaan
melakukan merger dan akuisisi .......................................................... 67 4.2 Deskripsi data sampel penelitian perusahaan yang melakukan dan
tidak melakukan merger dan akuisisi ................................................ 70 4.3 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk 1 tahun sebelum dan 1
tahun sesudah merger dan akuisisi .................................................... 75 4.4 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk 1 tahun sebelum dan 2
tahun sesudah merger dan akuisisi .................................................... 76 4.5 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk 2 tahun sebelum dan 1
tahun sesudah merger dan akuisisi .................................................... 78 4.6 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk 2 tahun sebelum dan 2
tahun sesudah merger dan akuisisi .................................................... 79 4.7 Hasil Uji Normalitas One Sample Kolmogorov-Semirnov Test ......... 82 4.8 Hasil Uji Mann-whitney Test ............................................................... 84 4.9 Hasil Uji Independent Sample Test ...................................................... 84 4.10 Hasil Uji Hipotesis 2 ............................................................................. 85 4.11 Hasil Uji Hipotesis 3 Regresi Logistik ................................................ 87
DAFTAR GAMBAR
NO. GAMBAR HALAMAN
2.1 Kerangka pemikiran hipotesis 1 ........................................................... 36 2.2 Kerangkan pemikiran hipotesis 2 dan hipotesis 3 .............................. 37
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Perusahaan yang Melakukan Merger dan Akuisisi
Lampiran 2 : Peruhasaan yang Tidak Melakukan Merger dan Akuisisi
Lampiran 3 : Daftar Rasio Keuangan Sebelum dan Sesudah Merger dan
Akuisisi
Lampiran 4 : Daftar Rasio Keuangan yang Melakukan dan Tidak
Melakukan Merger dan Akuisisi
Lampiran 5 : Hasil SPSS Uji Wilcoxon Signed Rank Test
Lampiran 6 : Hasil SPSS Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Test
Lampiran 7 : Hasil SPSS Uji Independent Sample Test
Lampiran 8 : Hasil SPSS Uji Mann-Whitney Test
Lampiran 9 : Hasil SPSS Uji Regresi Logistik Backward Stepwise
Lampiran 10 : Hasil SPSS Uji Regresi Logistik Enter
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Memasuki era pasar bebas, persaingan usaha antar perusahaan-perusahaan
yang ada semakin ketat. Kondisi demikian menuntut perusahaan untuk selalu
mengembangkan strategi perusahaan agar dapat bertahan atau bahkan
berkembang lebih besar. Perusahaan dituntut untuk dapat memanfatkan
sumber daya yang tersedia seefektif dan seefisien mungkin agar dapat
mempertahankan ekssistensi dan meningkatkan kinerja perusahaannya di
dalam persaingan usaha yang semakin ketat itu. Seiring dengan derasnya
derap globalisasi saat ini, dimana aktivitas ekonomi tidak hanya terbatas pada
lingkungan domestik tetapi juga lingkungan internasional. Gejolak ekonomi
yang selalu mengalami perubahan telah mempengaruhi kegiatan dan kinerja
perusahaan, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil.
Persaingan lingkungan bisnis yang semakin kompetitif membuat
perusahaan saling bersaing untuk mempertahankan dan mengembangkan
kehidupan perusahaannya, dan hanya perusahaan yang memiliki keunggulan
bersainglah (Competitive Advantage) yang bisa bertahan. Agar perusahaan
dapat berhasil dan sukses menghadapi persaingan maka perusahaan harus
memiliki strategi yang tepat dan menguntungkan. Salah satu usaha untuk
menjadi perusahaan-perusahaan yang besar dan kuat dapat melalui ekspansi.
Ekspansi perusahaan ada dua macam internal dan eksternal. Ekspansi internal
yaitu dengan menambah kapasitas pabrik, menambah unit produksi,
menambah divisi baru ataupun terjadi pada saat divisi-divisi yang ada dalam
perusahaan tumbuh secara normal melalui kegiatan capital budgeting.
Sedangkan ekspansi eksternal yaitu dengan mengembangkan perusahaan yang
telah ada ataupun membeli perusahaan yang telah ada.
Alasan perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah untuk
memperoleh sinergi, strategic opportunities, meningkatkan efektifitas dan
mengeksploitasi mispricing di pasar modal (Foster, 1994 dalam Payamta,
2004). Pada umumnya tujuan dilakukannya merger dan akuisisi adalah
mendapatkan sinergi atau nilai tambah. Keputusan untuk merger dan akuisisi
bukan sekedar menjadikan dua ditambah dua menjadi empat tetapi merger dan
akuisisi harus menjadikan dua ditambah dua menjad lima. Nilai tambah yang
dimaksud tersebut lebih bersifat jangka panjang dibanding nilai tambah yang
hanya bersifat sementara saja. Oleh karena itu, ada tidaknya sinergi suatu
merger dan akuisisi tidak bisa dilihat beberapa saat setelah merger dan akuisisi
terjadi, tetapi diperlukan waktu yang relatif panjang. Sinergi yang terjadi
sebagai akibat penggabungan usaha bisa berupa turunnya biaya rata-rata per
unit karena naiknya skala ekonomis, maupun sinergi keuangan yang berupa
kenaikan modal.
Keputusan merger dan akuisisi selain membawa manfaat juga tidak
terlepas dari permasalahan (Suta, 1992 dalam Payamta, 2004), diantaranya
biaya untuk melaksanakan merger dan akuisisi sangat mahal, dan hasilnya pun
belum pasti sesuai dengan yang diharapkan. Disamping itu, pelaksanaan
akuisisi juga dapat memberikan pengaruh negatif terhadap posisi keuangan
dari acquiring company apabila stukturisasi dari akuisisi melibatkan cara
pembayaran dengan kas dan melalui pinjaman. Permasalahan yang lain adalah
kemungkinan adanya corporate culture, sehingga berpengaruh pada sumber
daya manusia yang akan dipekerjakan. Jemison dan Sitkin dalam Aminul
Amin (2000) mengungkapkan bahwa kinerja merger dan akuisisi yang
mengecewakan muncul dari tidak adanya perhatian yang cukup sebelum
merger dan akuisisi terhadap masalah perencanaan integrasi pasca merger dan
akuisisi karena tekanan untuk deal secepatnya. Selain itu sering kali
perusahaan pengakuisisi tidak cukup tahu tentang potensi perusahaan yang
dibeli (acquiring firm).
Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang
didasarkan pada pertimbangan hukum, perpajakan atau alasan lainnya. Di
Indonesia didorong oleh semakin besarnya pasar modal, transaksi merger dan
akuisisi semakin banyak dilakukan. Di Indonesia isu merger dan akuisisi
hangat dibicarakan baik oleh para pengamat ekonomi, ilmuan, maupun
praktisi bisnis sejak tahun 1990-an. Pada periode 1989-1992 saja telah terjadi
32 kasus merger dan akuisisi terhadap 79 perusahaan (Santoso, 1992) dalam
Payamta (2004). Pada dasarnya merger dan akuisisi merupakan upaya
restrukturisasi perusahaan serta dimaksudkan untuk memperoleh manfaat dan
sinergi dalam permodalan, manajemen, teknologi, sumber-sumber daya, dan
diversifikasi usaha.
Lebih lanjut Kwik Kian Gie (1992:13) dalam Payamta (2000)
mengemukakan bahwa manfaat merger dan akuisisi adalah komplementaris,
pooling kekuatan, mengurangi persaingan dan menyelamatkan perusahaan
dari kebangkrutan. Strategi merger dan akuisisi dipandang sebagai salah satu
alternatif yang dapat memacu pertumbuhan bisnis perusahaan / kelompok
usaha secara signifikan, alasan lain yang paling sering dikemukakan disini
adalah bahwa merger dan akuisisi lebih efisien dibandingkan harus
membangun unit bisnis sendiri.
Penelitian mengenai merjer dan akuisisi di Indonesia pertama kali
dilakukan oleh Alimin yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi
merger di Indonesia (1993:28), yaitu: peningkatan skala ekonomi,
pengamanan bahan baku, perluasan pasar, penghematan pajak, pemanfaatan
kapasitas hutang, peningkatan laba dan pengurangan persaingan. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa semua faktor tersebut signifikan kecuali
faktor pengamanan bahan baku dan pemanfaatan kapasitas hutang. Penelitian
lain yang dilakukan di Indonesia antara lain oleh Sutrisno (1998) yang
didukung oleh pendapat Gurendrawati dan Sudibyo (1999) dalam Windarti
(2002) dengan menghitung rata-rata volume perdagangan saham pada
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi menggunakan metode
purchase dan pooling of interest. Yuyatmoko dan Na’im (2000) dalam
Windarti (2002) melakukan studi tentang pengaruh akuisisi terhadap
perubahan return saham dan kinerja perusahaan publik. Payamta (2001) dalam
Windarti (2002) melakukan penelitian terhadap harga saham sebelum dan
sesudah melakukan merger dan akuisisi. Kustiawan (2001) dalam Windarti
(2002) meneliti tentang pengaruh metode pembayaran dalam bentuk kas dan
saham terhadap abnormal return perusahaan yang melakukan merger dan
akuisisi.
Selain itu banyak penelitian telah dilakukan untuk menginvestasikan
pengaruh merger terhadap kinerja perusahaan, namun hasilnya tidak selalu
konsisten. Caves (1989) dalam Payamta (2004) menemukan bahwa merger
dan takeover berpengaruh positif terhadap efisiensi ekonomi, karena adanya
sinergi dan perubahan terhadap kontrol perusahaan dan pangsa pasarnya.
Penelitian Caves (1989) dalam Payamta (2004) dikonfirmasi oleh Berkowitch
dan Narayanan (1993), Eun, Kolodny dan Scheraga (1996) dan Zhang (1998)
yang juga menunjukkan merger dan akuisisi berpengaruh positif terhadap
shareholder perusahaan bidder dan target. Yudyatmoko dan Na’im (2000)
dalam Payamta (2004) menunjukkan merger dan akuisisi tidak berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan.
Untuk menilai bagaimana keberhasilan merger dan akuisisi yang
dilakukan, kita dapat melihatnya dari kinerja perusahaan yang melakukan
merger dan akuisisi, terutama kinerja keuangan. Beberapa penelitian mengenai
pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan di Indonesia
diantaranya adalah Payamta dan Setiawan (2004) yang meneliti kinerja
keuangan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dari rasio-rasio
keuangan dan return saham di sekitar peristiwa terjadi. Hasil penelitiannya
menunjukkan rasio-rasio keuangan dua tahun sebelum dan sesudah peristiwa
merger dan akuisisi tidak mengalami perubahan yang signifikan. Sedangkan
abnormal return saham sebelum pengumuman merger dan akuisisi positif,
namun setelah pengumuman merger dan akuisisi justru negatif. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Widjanarko (2006) yang
menunjukkan tidak ada perubahan yang signifikan dari kinerja keuangan
perusahaan yang diproksikan dari rasio-rasio keuangan dua tahun sebelum dan
sesudah merger dan akuisisi.
Informasi tentang posisi keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, aliran
kas perusahaan dan informasi lainya yang berkaitan dengan laporan keuangan
dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan dengan melakukan analisis
laporan keuangan yang meliputi perhitungan dan interpretasi rasio keuangan
(Zainudin dan Hartono, 1999) dalam Windarti (2002). Mahfoedz (1994) dalam
Windarti (2002) menyatakan bahwa di Indonesia rasio keuangan bermanfaat
untuk mengevaluasi kinerja perusahaan yang diatur oleh pemerintah, dan dari
sudut pandang eksternal rasio keuangan digunakan untuk memutuskan apakah
membeli saham perusahaan, memberikan pinjaman berupa kas atau untuk
memprediksi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang.
Rasio keuangan yang digunakan dalam pengukuran kinerja secara umum
terbagi dalam empat kategori yaitu: (1) rasio likuiditas, (2) rasio aktivitas, (3)
rasio leverage dan (4) rasio profitabilitas. Rasio likuiditas merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Pada kinerja perusahaan yang
melakukan akuisisi diharapkan bahwa pada posisi likuiditas mempunyai
dampak marginal yang positif (Theodossiou, 1996) dalam Windarti (2002)
artinya bahwa pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi
diharapkan dapat memenuhi kewajiban jangka pendek. Palepu (1986) dalam
Windarti (2002) memperoleh hasil yang sebaliknya, dengan menggunakan
model logit rasio likuiditas menunjukkan hasil yang negatif dan tidak
signifikan. Sebaliknya Sorensen (2000) dalam Windarti (2002) menguji antara
persahaan yang melakukan merger, perusahaan target dan perusahaan non
merger menunjukkan rasio likuiditas yang positif tetapi tidak menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan dari ketiganya. Payamta (2001) melakukan
pengujian dengan menggunakan rasio likuiditas yang berupa current ratio dan
quick ratio pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi, hasilnya
menunjukkan bahwa current ratio satu tahun sesudah melakukan merjer dan
akuisisi hasilnya berbeda dengan current ratio satu tahun sebelumnya.
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana efektivitas penggunaan aktiva dengan melihat tingkat aktivitas aktiva
tersebut. Rasio aktivitas sering diproksikan dengan turnover ratio. Rasio ini
menunjukkan hasil yang positif pada perusahaan yang melakukan akuisisi
(Theodossiou et.al, 1996) dalam Windarti (2002) artinya bahwa perusahaan
yang melakukan merger dan akuisisi akan lebih efektif dalam memanfaatkan
aktiva tetapnya. Hasil penelitian Sorensen (2000) dalam Windarti (2002) juga
menunjukkan hubungan yang positif antara perusahaan pengakuisisi,
perusahaan target dan perusahaan yang tidak melakukan merger tetapi tidak
signifikan. Penelitian yang dilakukan Payamta (2001) pada perusahaan
sebelum dan sesudah melakukan merger dan akuisisi menunjukkan rasio total
asset turnover dan fixed asset turnover memberikan indikasi berbeda tetapi
sifatnya hanya temporer dan tidak konsisten, karena pada pengujian
selanjutnya dengan menggunakan uji manova hasilnya tidak signifikan.
Rasio leverage menggambarkan sruktur modal perusahaan yang
berhubungan dengan gabungan antara debt-equity, dimana perusahaan yang
menggunakan utang adalah perusahaan yang mempunyai financial leverage.
Semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan oleh perusaahan akan
semakin tinggi beban tetapnya. Financial leverage diharapkan mempunyai
dampak marginal uang negatif pada perusahaan yang melakukan akuisisi,
karena perusahaan pengakuisisi dengan tingkat leverage yang tinggi akan
meningkatkan debt ratio perusahaan pengakuisisi melebihi struktur modal
optimal yang dihasilkan pada saat nilai pasar menurun (Theodossiou et.al,
1996) dalam Windarti (2002). Penelitian Sorensen (2000) dalam Windarti
(2002) juga menunjukkan hasil yang positif signifikan, dan meningkatnya
leverage dihubungkan dengan tingginya kinerja abnormal setelah melakukan
merger dan financial leverage antara perusahaan yang melakukan merger
berbeda dengan perusahaan yang tidak melakukan merger. Penelitian yang
dilakukan di Indonesia berkaitan dengan financial leverage antara lain
dilakukan oleh Yudyamoko dan Na’im (2000) dalam Windarti (2002) menguji
resiko perusahaan (leverage) berpengaruh negatif pada perusahaan yang
melakukan merger dan akuisisi.
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan laba
(keuntungan). Semakin tinggi tingkat laba yang dihasilkan maka semakin
tinggi rasio profitabilitas. Menurut foster (1986) dalam Windarti (2002) ada
tiga rasio yang diilustrasikan dalam rasio profitabilitas yaitu profit margin,
return on equity (ROE), return on asset / investment (ROA/ROE). ROE
merupakan proksi dari kinerja manajerial. Rasio ini diharapkan mempunyai
hubungan yang positif pada perusahaan yang melakukan akuisisi artinya
bahwa rasio net income to fixed assets semakin tinggi maka pada perusahaan
yang melakukan merger dan akuisisi akan mendapakan laba yang lebih tinggi
(Theodossiou et.al, 1996) dalam Windarti (2002), hasil penelitian ini didukung
oleh penelitian Sorensen (2000). Hasil penelitian Payamta (2001)
menunjukkan bahwa ROI dan ROE memberikan indikasi yang berbeda untuk
tahun sebelum dan sesudah melakukan merger dan akuisisi, namun perbedaan
tersebut sifatnya hanya temporer dan tidak signifikan.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini akan menganalisis
kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi yang diproksikan
dengan empat rasio keuangan yang digunakan oleh Payamta (2004) yaitu rasio
likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage dan rasio profitabilitas. Sebagai
pembanding terhadap kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi
maka dalam penelitian ini akan digunakan sampel pembanding yaitu
perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi.
B. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini diberikan pembatasan masalah dengan maksud agar
hasil yang dicapai akan memberikan pemahaman yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Penggabungan perusahaan dalam penelitian ini terbatas pada
penggabungan usaha jenis merger dan akuisisi.
2. Ukuran kinerja keuangan perusahaan publik digambarkan oleh Current
Ratio (CR), Quick Ratio (QR), Fixed Asset Turn Over (FATO), Total
Asset Turn Over (TATO), Debt to Total Asset Ratio (DTAR), Debt to
Equity Ratio (DTER), Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin
(NPM), Return On Investment (ROI), dan Return On Equity (ROE).
3. Perusahaan-perusahaan yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan publik dan melakukan merger dan akusisi pada
periode 1999-2005 dan perusahaan yang tidak melakukan merger dan
akuisisi sebagai perusahaan pembanding.
4. Data keuangan yang digunakan adalah dua dan satu tahun sebelum dan
satu dan dua tahun sesudah aktivitas merger dan akuisisi.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka penelitian ini bermaksud menguji kembali dengan menggunakan sampel
pembanding dan melakukan perbandingan antara perusahaan yang melakukan
merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan
akuisisi. Dan berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan antara sebelum melakukan
merger dan akuisisi dengan sesudah melakukan merger dan akuisisi?
(Uji Beda)
2. Apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan antara perusahaan yang
melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan
merger dan akuisisi? (Uji Beda)
3. Apakah kinerja perusahaan yang diproksikan dengan rasio keuangan
(rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas)
memberikan indikasi yang berbeda antara perusahaan yang melakukan
merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan
akuisisi? (Regresi Logistik)
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan antara
sebelum melakukan merger dan akuisisi dengan sesudah melakukan
merger dan akuisisi
2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan antara
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan
yang tidak melakukan merger dan akuisisi
3. Untuk mengetahui apakah kinerja keuangan perusahaan yang
diproksikan dengan rasio keuangan (rasio likuiditas, rasio aktivitas,
rasio leverage, dan rasio profitabilitas) memberikan indikasi yang
berbeda antara perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan
perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi.
b. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
perusahaan yang akan melakukan merger dan akuisisi. Perusahaan yang
melakukan merger dan akuisisi akan menjadi lebih diuntungkan,
dirugikan atau tidak terpengaruh sama sekali kinerjanya.
2. Bagi Penulis
Dapat mengaplikasikan ilmu ekonomi khususnya dalam bidang
manajemen keuangan dan pasar modal yang telah diperoleh selama
perkuliahan dalam menganalisis perusahaan publik yang melakukan
merger dan akuisisi.
3. Bagi Akademik
Memberikan sedikit kontribusi keilmuan yang diharapkan mampu
memberikan manfaatnya didalam dunia pendidikan atau akademis
maupun dalam dunia praktisi.
4. Bagi Masyarakat / Calon Investor
Dapat membantu para pengambil keputusan perusahaan publik yang
melakukan merger dan akuisisi dalam melakukan analisisnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Penggabungan Usaha
a. Pengertian Penggabungan Usaha
Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan perusahaan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akutansi
Keuangan (PSAK No. 22 Tahun 2004), penggabungan usaha merupakan
suatu bentuk penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi
satu entitas ekonomi karena suatu perusahaan menyatu dengan perusahaan
lain ataupun memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain.
Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang
didasarkan pada pertimbangan hukum, perpajakan, atau alasan lainnya.
Penggabungan usaha dapat berupa pembelian saham suatu perusahaan oleh
perusahaan lain atau pembelian aktiva neto suatu perusahaan. (Gie, 1992
dalam Payamta, 2004), menyatakan bahwa praktik bisnis modern istilah
merger dan akuisisi sering digunakan untuk saling menggantikan. Menurut
Haderi Yunus dan Hernanto (2000:224) dalam Siti Maryam (2007)
menjelaskan tentang pengertian penggabungan usaha adalah usaha untuk
menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke
dalam satu kesatuan ekonomis.
b. Bentuk – Bentuk Penggabungan Usaha
Menurut Beams (1998:3) dalam Siti Maryam (2007), penggabungan
usaha dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Merger
Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian
hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum,
sementara yang lainya menghentikan aktivitasnya atau bubar.
2. Akuisisi
Akuisisi adalah pengambil-alihan kepemilikan atau pengendalian atas
saham atau aset perusahaan lain, dan dalam peristiwa ini baik perusahaan
pengambil-alih atau yang diambil-alih tetap eksis sebagai badan hukum
yang terpisah.
3. Konsolidasi
Konsolidasi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perusahaan
atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan
baru dan masing-masing perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar.
B. Merger
a. Pengertian Merger
Merger adalah penggabungan dari dua atau lebih perusahaan menjadi
satu kesatuan yang terpadu. Perusahaan yang dominan dibanding dengan
perusahaan yang lain akan tetap mempertahankan identitasnya, sedangkan
yang lemah akan mengaburkan identitas yang dimilikinya.
Menurut Zaki Baridwan (1992) dalam Siti Maryam (2007)
mendefinisikan merger secara lebih terperinci, yaitu “terjadi bila suatu
perusahaan mengeluarkan saham untuk ditukarkan dengan seluruh saham
biasa perusahaan lainya. Pemegang saham perusahaan yang mengambil-alih
dan perusahaan yang diambil-alih tidak lagi merupakan perusahaan yang
berdiri sendiri, tetapi menjadi bagian dari perusahaan yang mengambil-alih”.
Menurut Payamta (2001:243) dalam Siti Maryam (2007) definisi
merger adalah “merger merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan
dimana satu perusahaan tetap hidup sedangkan perusahaan yang lainya
dilikuidasi. Harta dan kewajiban perusahaan yang dilikuidasi diambil-alih
oleh perusahaan yang masih berdiri dan meneruskan usahanya. Perusahaan
yang terus hidup tersebut harus berbentuk perseroan terbatas.
Menurut Abdul Muin (2003:5) dalam Firman (2006) mengumumkan
pengertian merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang
kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan
hukum, sementara yang lainya menghentikan aktivitasnya atau bubar.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27
Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambil-alihan
Perseroan Terbatas mendefinisikan merger adalah perbuatan hukum yang
dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabngkan diri dengan
perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang
menggabungkan diri menjadi bubar.
b. Jenis-jenis Merger
1. Merger Vertikal
Perusahaan masih dalam satu industri tetapi beda level atau tingkat
operasional atau kombinasi suatu perusahaan dengan retailer maupun
supliernya. Tujuan perusahaan untuk memiliki sebagian atau seluruh
saham perusahaan retailer dan suplier adalah untuk mengamankan posisi
perusahaan. Contoh : Restoran cepat saji menggabungkan diri dengan
perusahaan peternakan ayam
2. Merger Horizontal
Perusahaan dalam satu industri membeli perusahaan di level operasi atau
bisnis yang sama. Contoh : pabrik komputer gabung dengan pabrik
komputer atau bank merger dengan bank.
3. Merger Konglomerasi
Merger antara perusahaan-perusahaan yang bisnisnya tidak berhubungan
atau tidak ada hubungan. Bertujuan untuk meningkatkan profit
perusahaan dari berbagai sumber atau unit bisnis. Contoh : perusahaan
pengobatan alternatif bergabung dengan perusahaan operator telepon
seluler nirkabel atau perusahan rokok mengakuisisi perusahan susu. Dari
segi divesifikasi, merger konglomerasi ini yang paling memberikan
keuntungan pengurangan risiko bisnis.
C. Akuisisi
Akuisisi adalah pembelian suatu perusahaan oleh perusahaan lain atau
oleh kelompok investor. Akuisisi sering digunakan untuk menjaga
ketersediaan pasokan bahan baku atau jaminan produk akan diserap oleh
pasar. Contoh : Aqua diakuisisi oleh Danone, Pizza Hut oleh Coca-Cola, dan
lain-lain.
Menurut Abdul Muin (2003:8) dalam Firman (2006) akuisisi diartikan
sebagai pengambil-alihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau
aset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan dalam peristiwa ini baik
perusahaan pengambil-alihan atau yang diambil-alih tetap eksis sebagai
badan hukum yang terpisah.
Menurut Zaki Baridwan (1992) dalam Siti Maryam (2007) akuisisi
adalah “bila suatu perusahaan dapat membeli sebagian saham perusahaan
lain, bila saham yang dibeli lebih dari 50% saham biasa, maka perusahaan
yang sahamnya dibeli disebut dengan anak perusahaan, dan hubungannya
disebut afiliasi”.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Rebuplik Indonesia No. 27
Tahun 1998 tentang penggabungan, peleburan dan pengambil-alihan
perseroan terbatas mendefinisikan akuisisi adalah perbuatan hukum yang
dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil-alih
baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat
mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut.
D. Teknik Pengambilalihan
Sebuah merger dan akuisisi dapat terjadi melalui salah satu dari
beberapa cara. Proses itu biasanya berawal ketika sebuah perusahaan
mengumumkan ingin membeli perusahaan lain pada suatu harga tertentu.
Setelah melalui berbagai negosiasi, pemilik atau dewan direksi perusahaan
kedua setuju menjualnya dan perusahaan tersebut dengan segera diambil alih
oleh pemiliknya. Terkadang, suatu perusahaan sadar bahwa perusahaanya
kemungkinan besar merupakan target pengambil-alihan dan tidak dapat
mencegah hak tersebut. Oleh karenanya, perusahaan tersebut mencari pembeli
yang diinginkannya dan sebagai hasilnya minta untuk dibeli. Pada kedua
skenario tersebut, akuisisi disebut sebagai pengambil-alihan bersahabat
(Friendly Take Over) karena perusahaan yang dibeli menyambut baik merger
tersebut.
Namun demikian, kadangkala perusahaan target menolak diambilalih
oleh pihak lain dalam kasus seperti itu, sebuah perusahaan berkeinginan untuk
tetap independen atau mungkin menyatakan bahwa tawaran pembeli terlalu
rendah atau pembeli potensial tidak sesuai dengan perusahaan itu. Namun,
calon pembeli mungkin akan bertahan. Calon pembeli, sebagai contoh,
kemungkinan menawarkan untuk membeli saham perusahaan target di pasar
terbuka, biasanya pada harga premium. Jika dapat mencapai kuantitas saham
yang cukup, maka calon pembeli tersebut akan memperoleh kontrol atas
perusahaan target walaupun ada penolakan dari manajemen perusahaan target.
Dalam hal itu, akuisisi tersebut disebut sebagai penambil-alihan tidak sehat
(Hostile Take Over).
E. Alasan yang Melatarbelakangi Merger dan Akuisisi
Terdapat banyak alasan yang melatar belakangi perusahaan melakukan
kegiatan merger dan akuisisi, antara lain:
1. Sinergi
a. Operating Economies terjadi dari ”economies of scale” pada
manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi. Economies Of Scale
menyebabkan biaya-biaya yang ditanggung per unit produk dapat
diturunkan.
b. Financial Economies termasuk biaya transaksi keuangan yang lebih
rendah, posisi keuangan yang lebih kuat dan rating yang lebih baik dari
para analisis sekuritas.
c. Differential Efficiency adalah kondisi dimana manajemen di satu
perusahaan tidak efisien, bila manajemen diganti setelah merger,
perusahaan ini akan memiliki kinerja yang lebih baik.
d. Increased Market Power adalah meningkatnya kekuatan pasar suatu
perusahaan setelah merger karena berkurangnya persaingan (jumlah
perusahaan sejenis).
2. Pertimbangan Pajak
Perusahaan yang memiliki laba besar (sehingga harus membayar pajak
yang besar pula) dapat melakukan merger atau mengambil-alih perusahaan
lain yang memiliki penghasilan sebelum pajak yang negatif (rugi).
Tujuannya adalah untuk dapat segera memanfaatkan kerugian tersebut
untuk mengurangi pajak penghasilan. Misalnya, perusahaan A memiliki
EBT (earnings before tax) Rp. 1 milyar. Perusahaan B dapat membawa
kerugian tersebut untuk mengurangi pajak penghasilan (bila EBT positif) di
tahun-tahun mendatang (hingga lima tahun kedepan). Bila perusahaan A
mengakuisisi B, perusahaan A dapat langsung menikmati efek pengurangan
pajak (tax saving) ini karena EBT perusahaan A setelah merger atau
akuisisi akan menjadi 0 (dari RP. 1 milayar – Rp. 1 milyar).
3. Membeli aktiva dibawah biaya penggantian (replacement cost)
Misalnya, bila kita yakin bahwa membeli suatu unsur pengeboran
minyak yang mudah beroperasi lebih murah daripada melakukan
pengeboran (membangun) dari awal, kita akan melakukan akuisisi.
4. Diversifikasi
Dengan merger diharapkan penghasilan perusahaan menjadi lebih
stabil. Ingat bahwa diversifikasi membawa efek pengurangan resiko bisnis
atau pengurangan fluktuasi keuntungan. Keuntungan ini lebih nyata
dinikmati oleh karyawan, suplier maupun pelanggan perusahaan. Bagi
pemegang saham? Untuk perusahaan publik, keuntungan masih
dipertanyakan karena pemegang saham secara pribadi dapat melakukan
diversifikasi secara mudah yaitu dengan menjual sebagian sahamnya dan
membeli saham-saham perusahaan lain di pasar modal. Berkurangnya
fluktuasi penghasilan juga akan menguntungkan pemegang obligasi karena
resiko bahwa pokok pinjaman dan bunga tidak terbayar menjadi lebih kecil.
5. Insetif pribadi manajemen perusahaan
Tidak jarang suatu merger terjadi karena lebih didorong oeh keinginan
pribadi manajemen perusahaan untuk memdapat keuntungan bagi mereka
sendiri. Seperti diketahui, setelah merger perusahaan akan menjadi lebih
besar, sehingga manajemen dapat memperoleh kompensasi dan kekuasaan
yang lebih besar. Selain itu, perusahaan menjadi lebih sulit untuk diambil-
alih perusahaan lain karena ukurannya membesar (dibutuhkan dana yang
lebih banyak untuk melakukan itu). Pada dasarnya tidak ada seorang
manajer perusahaan yang mengharapkan perusahaannya diambil-alih
karena ia dapat kehilangan pekerjaannya atau minimal berkurang
kekuasaannya.
F. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Merger dan Akuisisi
Hamid (1998) dalam Ida (2006) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi perusahaan melakukan merger dan akuisisi umumnya
dipengaruhi oleh motif ekonomis, strategis, politis atau prestis.
1. Motif Ekonomis
Motif Ekonomis adalah perusahaan melakukan merger dan akuisisi
untuk mendapatkan keuntungan ekonomis (jangka pendek maupun jangka
panjang) dalam bentuk rendahnya bahan baku (menekan biaya per unit
produk), mutu bahan baku terjamin (mempertahankan kualitas produk),
memperoleh berbagai sinergi bagi perusahaan sejenis, dan lain-lain.
2. Motif Srategis
Motif Srategis adalah perusahaan melakukan merger dan akuisisi
untuk mendapatkan posisi srategis (dalam pengertian luas). Misalnya,
untuk mendapatkan pasar srategis dilakukan dengan mengambil-alih
perusahaan yang mempunyai lokasi srategis, baik srategis bahan baku
maupun konsumen dan sebagainya.
3. Motif Politis
Motif Politis adalah penggabungan usaha perusahaan dilakukan
karena adanya muatan politis di dalamnya, baik politis perusahaan maupun
politis negara. Misalnya akuisitor melakukan akuisisi dengan perusahaan
target untuk mendapatkan legalitas, sehingga perusahaan tersebut dapat
dikendalikan sebagai suatu kesatuan dengan badan usaha akuisitor. Politis
negara misalnya perusahaan melakukan merger dan akuisisi atas kehendak
undang-undang yang tujuannya untuk kepentingan orang banyak atau
disebut dengan statutory merger.
4. Motif Prestis
Motif Prestis adalah perusahaan melakukan merger dan akuisisi untuk
perusahaan target semata-mata hanya berdasarkan prestis yang dapat
menunjukkan kepada siapa saja bahwa perusahaan akuisitor memang
”bonafit” dan dapat ”dipercaya”. Tujuan akhirnya adalah dapat mengakses
kebutuhan dana dari pihak luar yang sewaktu-waktu diperlukan.
Faktor-faktor lain perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah :
1. Sinergi adalah kemampuan lebih (nilai tambah) perusahaan gabungan,
2. Tambahan modal kerja, biasanya yang sifatnya jangka pendek,
3. Meningkatkan penjualan seperti, pengambil-alihan perusahaan target yang
memproduksi produk sejenis atau berlainan atau mengambil-alih
perusahaan target yang bergerak dalam bidang pendistribusian produk,
4. Memungkinkan perluasaan pinjaman,
5. Memperoleh keunggulan manajemen profesional,
6. Mendapatkan kompetisi yang lebih efektif dan mengurangi kompetisi,
7. Meningkatkan efisiansi, seperti murahnya bahan baku, proses produksi,
pendistribusian, dan lain-lain,
8. Mengurangi risiko dibandingkan dengan memasuki industri baru,
9. Pemanfaatan kapasitas hutang yaitu perusahaan target dapat memenuhi
keterbatasan hutang pihak akuisitor,
10. Memecah-mecah resiko. Dengan penggabungan aset risiko bisnis menjadi
tersebar kebeberapa pemegang saham yang melakukan penggabungan.
G. Analisis Kinerja Keuangan.
a. Pengertian Kinerja Keuangan.
Pengertian kinerja berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2001). Kinerja diartikan sebagai “sesuatu yang dicapai, prestasi yang
diperlihatkan, kemampuan kerja (tentang peralatan). Berdasarkan
pengertian tersebut kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi
manajemen, dalam hal ini manajemen keuangan dalam mencapai tujuan
perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai
perusahaan. Analisis kinerja keuangan dalam penelitian ini bertujuan
untuk menilai implementasi strategi perusahaan dalam hal merger dan
akuisisi.
b. Metode Analisis Kinerja Keuangan dengan Rasio Keuangan.
Analisis rasio keuangan merupakan metode umum yang digunakan
untuk mengukur kinerja perusahaan di bidang keuangan. Rasio merupakan
alat yang memperbandingkan suatu hal dengan hal lainnya sehingga dapat
menunjukkan hubungan atau korelasi dari suatu laporan finansial berupa
neraca dan laporan laba rugi. Adapun jenis rasio yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1) Rasio Likuiditas.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Ukuran
likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Current Ratio.
Current Ratio dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan
kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya aktiva yang
diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek untuk
menutup kewajiban lancar. Rasio yang rendah menunjukkan
kurangnya modal untuk membayar hutang. Namun rasio yang tinggi
tidak selalu berarti perusahaan sedang dalam keadaan yang baik. Hal
tersebut dapat berarti bahwa kas tidak digunakan sebaik mungkin.
Perhitungan Current Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
Current Asset Current Ratio = Current Liabilities
b. Quick Ratio.
Quick ratio dihitung dengan mengurang persediaan dari aktiva
lancar dan sisanya dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan
dihilangkan karena dianggap aktiva yang sulit dikonversi menjadi
kas dengan cepat. Perhitungan quick ratio dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Current Asset - Inventory Quick Ratio = Current Liabilities
2) Rasio Aktivitas.
Rasio aktivitas dihitung dari perbandingan antara tingkat penjualan
dengan berbagai elemen aktiva. Rasio ini mengukur seberapa efektif
perusahaan mengelola aktivanya. Rasio aktivitas yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu:
a. Fixed Asset Turn Over.
Fixed Asset Turn Over mengukur seberapa efektif perusahaan
menggunakan aktiva tetapnya. Semakin rendah fixed asset turn over,
berarti penggunaan aktiva tetapnya semakin kurang efisien. Untuk
mengukur besarnya fixed asset turn over dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Sales Fixed Asset Turn Over = Net fixed asset
b. Total Asset Turn Over.
Total asset turn over mengukur perputaran semua aktiva.
Dengan kata lain, rasio ini mengukur efektifitas perusahaan dalam
penggunaan total aktiva. Semakin tinggi rasio berarti semakin baik
manajemen dalam mengelola aktivanya, sedangkan semakin rendah
rasio menunjukkan buruknya kinerja manajemen dalam mengelola
aktivanya. Untuk menghitung total asset turn over digunakan rumus
sebagai berikut:
Sales Total Asset Turn Over = Total asset
3) Rasio Leverage.
Rasio leverage dihitung dari perbandingan hutang dengan total
aktiva dan modal sendiri perusahaan. Rasio ini menyangkut jaminan,
yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang bila
pada suatu saat perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan. Dengan kata
lain rasio ini mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan dana
dari pihak luar atau kreditor.
a. Debt to Total Asset Ratio.
Debt to Total Asset Ratio mengukur seberapa besar seluruh
hutang dijamin oleh seluruh aktiva perusahaan. Kreditur lebih
menyukai rasio yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka
semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam
peristiwa likuidasi. Namun, di sisi lain pemilik saham lebih
menyukai rasio yang tinggi karena dapat meningkatkan laba yang
diharapkan. Untuk mengukur besarnya debt to total asset dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
Total liabilities Debt to Total Asset Ratio = Total asset
b. Debt to Total Equity Ratio.
Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang dengan modal
sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin
sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan ukuran hutang
sebaiknya tidak melebihi dari modal sendiri karena resiko menjadi
tinggi apabila terjadi likuidasi dan perusahaan akan kesulitan untuk
membayar hutang. Perhitungan debt to equity ratio dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Total liabilities Debt to Total Eequity Ratio ' = Owner s equity
4) Rasio Profitabilitas.
Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba. Rasio ini membantu perusahaan dalam mengontrol
penerimaannya rasio-rasio profitabilitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Operating Profit Margin.
Operating profit margin mengukur berapa laba usaha yang
dihasilkan dari penjualan atau pendapatan. Semakin rendah rasio ini,
semakin kurang baik karena biaya-biaya operasi naik. Kemungkinan
hal ini terjadi karena ada pemborosan. Perhitungan operating profit
margin dapat dirumuskan sebagai berikut:
Operating profit Operating Profit Margin = Sales
b. Net Profit Margin.
Net profit margin mengukur seberapa banyak laba bersih setelah
pajak dan bunga yang dapat dihasilkan dari penjualan atau
pendapatan. Rasio yang rendah bisa disebabkan karena penjualan
turun lebih besar dari turunnya ongkos, dan sebaliknya. Setiap
perusahaan berkepentingan terhadap profit margin yang tinggi.
Untuk menghitung net profit margin digunakan rumus sebagai
berikut:
Net profit Net Profit Margin = Sales
c. Return On Investment.
Return On Investment mengukur keuntungan yang dihasilkan dari
seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio yang rendah
menunjukkan kinerja yang buruk atas pemanfaatan aktiva yang buruk
oleh manajemen, sedangkan rasio tinggi menunjukkan kinerja atas
penggunaan aktiva yang baik. Untuk menghitung Return On
Investment digunakan rumus sebagai berikut:
Net profit Return On Investment = Total asset
d. Return On Equity.
Return On Equity mengukur seberapa banyak laba bersih yang
dapat dihasilkan dari investasi para pemegang saham dalam
perusahaan. Rasio yang rendah dapat diartikan bahwa manajemen
kurang efisien dalam penggunaan modal, sedangkan rasio yang
tinggi dapat menunjukkan bahwa sebagian besar modal diperoleh
dari pinjaman atau manajemen sangat efisien. Untuk menghitung
Return On Equity digunakan rumus sebagai berikut;
Net profit Return On Equity = Owner s equity H. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai merjer dan akuisisi di Indonesia pertama kali
dilakukan oleh Alimin yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi
merger di Indonesia (1993:28), yaitu: peningkatan skala ekonomi,
pengamanan bahan baku, perluasan pasar, penghematan pajak, pemanfaatan
kapasitas hutang, peningkatan laba dan pengurangan persaingan. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa semua faktor tersebut signifikan kecuali
faktor sebelum merger perusahaan target dan hasil operasinya setelah merger.
Ravenscraft dan Scherer (1998:101-116) dalam Payamta (2004)
melakukan penelitian terhadap profitabilitas. Penelitian yang dilakukan
Ravenscraft dan Scherer ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur di
Amerika Serikat yang melakukan aktivitas merger dan akuisisi selama periode
1975-1977. Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian mereka ada dua,
yaitu bahwa perusahaan target tidak mendapatkan laba dan bahwa merger
memperbaiki profitabilitas secara rata-rata. Profitabilitas sebelum merger
diukur dengan rasio laba operasi (sebelum bunga dan pajak serta biaya luar
usaha) terhadap aset pada akhir periode. Sedangkan profitabilitas setelah
merger diukur dengan tiga rasio, yaitu: 1. Laba operasi / aset pada akhir tahun,
2. Rasio laba operasi / penjualan, dan 3. Rasio arus kas / penjualan. Hasil
penelitian mereka menunjukkan hipotesis pertama tidak dapat dibuktikan
kerena ketiadaan dukungan statistik, sedangkan pada hipotesis kedua
disimpulkan tidak terdapat kenaikan yang signifikan terhadap profitabilitas
setelah merger. Bahkan tujuh atau delapan tahun setelah merger, profitabilitas
perusahaan target menurun tajam bila dibandingkan dengan profitabilitas
sebelum merger.
Analisa yang dilakukan oleh Kanto Santoso (1992:1-19) terhadap
aktivitas merger dan akuisisi PT. Indocement Tunggal Perkasa, jika dilihat
dari kriteria hasil investasi yang diharapkan oleh pemodal yang bijaksana,
kinerja, emiten dan pemilik perusahaan hasilnya adalah tidak menguntungkan.
Hal ini dilihat dari laba bersih, laba per saham, harga saham, kapitalisasi pasar
pasca akuisisi lebih kecil atau menurun bila dibandingkan dengan tanpa
akuisisi.
Widjanarko (2006) meneliti perusahaan yang melakukan merger dan
akuisisi pada tahun 1998-2002. Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan
signifikan pada kinerja keuangan berdasarkan rasio profitabilitas dan leverage.
Penelitian ini menyimpulkan penyebab kemungkinan tidak signifikan karena
cara merger dan akuisisi dan pemilihan perusahaan target yang salah.
Palepu (1986) dalam Windarti (2002) melakukan studi dengan menggunakan
analisis klasifikasi dengan memfokuskan hubungan antara karaterstik
keuangan perusahaan dan akuisisi yang dimungkinkan pada periode tersebut.
Penelitian ini melakukan modifikasi metodologi untuk mengatasi beberapa
kelemahan pada penelitian sebelumnya yaitu menggunakan estimasi model
binomial logit. Hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan target
dikarateristikkan dengan pertumbuhan yang rendah dan leverage yang rendah,
sedangkan rasio likuiditas tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan
antara perusahaan target dan non target. ROE sebagai proksi dari manajemen
yang efisien adalah tidak signifikan.
Penelitian Theoudossiou et.al (1996) dalam Windarti (2002) mempunyai
tujuan utama untuk menguji kembali faktor ekonomi yang mempengaruhi
keputusan keuangan perusahaan pengakuisisi dan perusahaan yang menjelang
bangkrut di U.S. Hasil penelitiannya mengindikasikan bahwa rasio turnover,
activity dan liquidity secara positif dihubungkan dengan perusahaan yang
melakukan akuisisi. Sedangkan insider control dan financial leverage secara
negatif dihubungkan dengan perusahaan yang melakukan akuisisi.
Sorensen (2000) dalam Windarti (2002) berusaha untuk mengidentifikasi
motif merger dengan menguji karateristik keuangan perusahaan yang
melakukan merger pada tahun 1990-an. Hasilnya menunjukkan bahwa
perusahaan pengakuisisi biasanya sukses mengembangkan bisnisnya dengan
akuisisi eksternal.
Windarti (2002) melakukan pengujian terhadap perusahaan sebelum dan
sesudah melakukan merger dan akuisisi menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan pada rasio pertumbuhan, berarti ada perbedaan kinerja perusahaan
antara sebelum dan sesudah perusahaan melakukan merger dan akuisisi.
Selain itu pengujian yang menggunakan sampel kontrol yaitu perusahaan yang
tidak melakukan merger dan akuisisi dibandingkan dengan perusahaan yang
melakukan merger dan akuisisi. Hasil keseluruhan tidak menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang melakukan merger dan
akuisisi dengan perusahan yang tidak melakukan merger dan akuisisi. Dan
pengujian terakhir untuk melihat pengaruh kinerja perusahaan pada
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan kinerja perusahaan
yang tidak melakukan merger dan akuisisi, secara keseluruhan juga tidak
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan.
I. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat apakah terdapat perbedaan
kinerja perusahaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah perusahaan
tersebut melakukan merger dan akuisisi. Penelitian ini juga menganalisis
apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan yang signifikan antara
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang
tidak melakukan merger dan akuisisi. Dan penelitian ini juga untuk melihat
apakah kinerja perusahaan yang diproksikan dengan rasio-rasio keuangan
memberikan indikasi yang berbeda antara perusahaan yang melakukan
merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan
akuisisi.
Untuk melihat perbedaan yang signifikan antara kinerja perusahaan
sebelum melakukan merger dan akuisis dengan sesudah melakukan merger
dan akuisisi pada hipotesis pertama (H1) dalam penelitian ini digunakan Uji
Wilcoxon Signed Rank Test, pengujian ini digunakan untuk menguji dua
sampel yang berhubungan antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.
Jika probabilitas > 0,05 maka berarti tidak ada perbedaan, dan sebaliknya jika
probabilitas < 0,05 berarti ada perbedaan antara dua sampel tersebut.
Pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini menggunakan uji statistik
non parametrik. Menurut Manurung (1996) dalam Payamta (2004) data yang
ada di Bursa Efek Indonesia tidak menceminkan data yang terdistribusi secara
normal, sehingga dengan metode statistik non parametrik lebih sesuai dalam
melakukan penelitian yang menggunakan data BEI.
Untuk melihat perbedaan yang signifikan antara kinerja perusahaan yang
melakukan merger dan akuisisi dengan yang tidak melakukan merger dan
akuisisi dalam penelitian ini sebelumnya perlu dilakukan uji normalitas untuk
mengetahui metode statistik yang akan digunakan, jika data berdistribusi
normal maka uji statistik parametrik yang akan digunakan dan sebaliknya jika
data berdistribusi tidak normal maka uji non parametrik yang akan
digunakan. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan One-
Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan melihat tingkat signifikansi 5%.
Dasar pengambilan keputusan dari uji normalitas ini adalah dengan melihat
probabilitas asymp. Sig (2-tailed), jika probabilitas asymp. Sig (2-tailed)
> 0,05 maka data mempunyai distribusi normal dan sebaliknya jika < 0,05
maka data mempunyai distribusi yang tidak normal. Selanjutnya hipotesis
kedua (H2) ini akan diuji menggunakan Uji Independent Sample Test jika
data berdistribusi normal dan Uji Mann-Whitney Test jika data berdistribusi
tidak normal, pengujian ini digunakan untuk menguji dua sampel yang tidak
berhubungan (independent) antara perusahaan yang melakukan merger dan
akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi. Jika
probabilitas > 0,05 maka berarti tidak ada perbedaan, dan sebaliknya jika
probabilitas < 0,05 berarti ada perbedaan antara dua sampel tersebut.
Selain itu pada hipotesis ketiga (H3) dalam penelitian ini menggunakan
regresi logistik untuk menguji pengaruh rasio keuangan secara keseluruhan
terhadap perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Uji regresi logistik
digunakan karena pada pengujian ini memiliki variabel dependen yang
menggunakan dummy dan memiliki variabel independen yang diukur dengan
skala rasio (Windarti, 2002). Sebelum melakukan uji regresi logistik terlebih
dahulu akan dilakukan pengujian dengan menggunakan metode backward
stepwise (conditional) dan metode enter dalam regresi logistik, pada tahap ini
akan dilakukan pembuangan terhadap variabel yang paling tidak signifikan
sampai diperoleh regresi yang paling baik (Puspita 2002) dalam Windarti
(2002).
Untuk memperjelas jalannya penelitian ini, maka penulis membuat
kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Hipotesis 1
Laporan Keuangan Sesudah Merger dan Akuisisi
Profitabilitas
Bursa Efek Indonesia
Rasio Keuangan
Laporan Keuangan Sebelum Merger dan Akuisisi
Leverage Likuiditas
Aktivitas
Uji Wilcoxon Signed Ranks Test
Interpretasi
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Hipotesis 2 dan Hipotesis 3
Bursa Efek Indonesia
Rasio Keuangan
Likuiditas Aktivitas Leverage Profitabilitas
Regresi Logistik
Interpretasi
Uji Normalitas
Mann-Whitney Test
Independent Sample Test
Interpretasi
Laporan Keuangan Perusahaan yang Melakukan
Merger dan Akuisisi
Laporan Keuangan Perusahaan yang Tidak Malakukan Merger dan
Akuisisi
J. Perumusan Hipotesis Penelitian
Perumusan hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
H1 : Tingkat kinerja perusahaan pada masa sesudah merger dan akuisisi
berbeda dengan kinerja perusahaan pada masa sebelum merger
dan akuisisi.
H2 : Tingkat kinerja perusahaan pada perusahaan yang melakukan
merger dan akuisisi berbeda dengan kinerja perusahaan pada
perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi.
H3 : Tingkat rasio keuangan (rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio
leverage, dan rasio profitabilitas) antara perusahaan yang
melakukan merger dan akuisisi berbeda dengan perusahaan yang
tidak melakukan merger dan akuisisi.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian bersifat studi kasus dengan cara mengumpulkan, mempelajari,
menganalisis dan mengintegrasikan variabel-variabel dari hasil publikasi
Bursa Efek Indonesia pada periode penelitian dan diolah berdasarkan kriteria-
kriteria pengambilan sampel yang ditentukan peneliti.
Objek penelitian terbatas pada perusahaan publik yang melakukan merger
dan akuisisi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 1999
sampai dengan tahun 2005. Adapun variabel kinerja keuangan yang digunakan
untuk menganaisis perbedaan tersebut adalah rasio likuiditas, rasio aktivitas,
rasio leverage, dan rasio profitabilitas.
B. Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah perusahaan publik yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan aktivitas merger dan
akuisisi, dan perusahaan publik tersebut mengumumkan aktivitasnya tersebut
pada periode 1999-2005. Jadi merger dan akuisisi dilakukan setelah perusahaan
publik tersebut listing di Bursa Efek Indonesia terlebih dahulu.
Dipilihnya periode waktu merger dan akuisisi antara 1999-2005 adalah
karena krisis yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang
sampai saat ini belum berakhir menjadi alasan perusahaan untuk melakukan
strategi merger dan akuisisi yang dipandang efektif bagi perusahaan untuk
memperluas usaha yang semula pada satu usaha inti bisa dikembangkan ke
industri yang lain ataupun industri yang terkait yang dapat meningkatkan
produktifitas perusahaan. Sedangkan dipilihnya akhir periode penelitian hingga
tahun 2005 dikarenakan laporan keuangan yang akan digunakan untuk
penelitian ini adalah dua tahun setelah melakukan merger dan akuisisi yaitu
hingga tahun 2007.
Metode pengambilan sampel yang didunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling, dimana pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan
penelitian. Kriteria-kriteria yang harus dipenuhi sampel adalah sebagai berikut
ini:
1. Seluruh persusahaan yang sudah go publik dan melakukan merger dan akuisisi
kecuali perusahaan keuangan (bank dan asuransi).
2. Melakukan aktivitas merger dan akuisisi pada periode 1999-2005.
3. Tersedia laporan keuangan satu dan dua tahun sebelum merger dan akuisisi dan
satu dan dua tahun sesudah merjer dan akuisisi.
Perusahaan kontrol yang akan dibandingkan (matched pair) adalah
perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Perusahaan dengan klasifikasi industri yang sama.
2. Mempunyai ukuran (size) yang mendekati sama dengan perusahaan yang
melakukan merger dan akuisisi yang diproksikan dengan log sales.
3. Size untuk perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi diambil
berdasarkan laporan keuangan pada tahun yang sama dengan perusahaan sebelum
melakukan merger dan akuisisi.
4. Laporan keuangan yang digunakan sama dengan tahun perusahaan yang telah
melakukan merger dan akuisisi.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut maka sampel yang digunakan dalam
penelitian ini disajikan dalam tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1
Proses Pemilihan Sampel
Keterangan M & A Non M & A Total
Sampel perusahaan yang tersedia 23 15 38
Laporan keuangan tidak lengkap (9) (1) (10)
Jumlah data akhir 14 14 28
Sumber : BAPEPAM dan BEI
Data yang digunakan dalam penelitian meliputi perusahaan yang melakukan
merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi.
Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1 dan lampiran 2 .
Tabel 3.2 Perusahaan yang Melakukan Merger dan Akuisisi
No. KODE Nama Perusahaan
Tahun Melakukan
M & A 1 SULI PT. Sumalindo Lestari Jaya 2000 2 STTP PT. Siantar Top 2000 3 KLBF PT. Kalbe Farma 2000 4 GRIV PT. Great River 2000 5 INTP PT. Indocement Tunggal Perkasa 2000 6 BASS PT. Bahtera Adimina Samudra 2001 7 BUMI PT. Bumi Resources 2001 8 IMAS PT. Indomobil Sukses Internasional 2002 9 SRSN PT. Sarasa Nugraha 2002 10 INDR PT. Indorama Syntetic 2003 11 CPIN PT. Charoen Pokphand Indonesia 2004 12 CEKA PT. Cahaya Kalbar 2005 13 BATI PT. BAT Indonesia 2005 14 HMSP PT. H. M. Sampurna 2005
Sumber : BAPEPAM
Tabel 3.3 Perusahaan yang Tidak Melakukan Merger dan Akuisisi
No. KODE Nama Perusahaan 1 SUDI Surya Dumai Industri Tbk 2 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 3 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk 4 TKGA Toko Gunung Agung Tbk 5 SMGR Semen Gresik Tbk 6 DSFI Dharma Samudra Fishing Industry Tbk 7 MEDC Medco Energi Internasional Tbk 8 GJTL Gajah Tunggal Tbk 9 MYRX Hanson Industri Utama Tbk 10 POLY Polysindo Eka Perkasa Tbk 11 JPFA JAPFA Comfeed Indonesia Tbk 12 DLTA Delta Djakarta Tbk 13 RMBA Bantoel Internasional Investama Tbk 14 GGRM Gudang Garam Tbk
Sumber : BEI
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang dibuat atau diterbitkan oleh organisasi yang bukan
pengguna data tersebut (Arsyad, 1997:29) dalam Mayamta (2000). Data
sekunder yang dipakai adalah laporan keuangan dari perusahaan publik yang
menjadi sampel penelitian ini.
Data yang diperlukan antara lain adalah data perusahaan publik yang
melakukan merger dan akuisisi yang diperoleh dari BAPEPAM (Badan
Pengawas Pasar Modal) dan data perusahaan yang tidak melakukan merger
dan akuisisi dan lapoan keuangan publik yang menjadi sampel penelitian
diperoleh dari Pusat Referensi & Pasar Modal (Bursa Efek Indonesia).
Laporan keuangan yang digunakan menggunakan tanggal 31 Desember
sebagai akhir tahun pembukuannya.
D. Metode Analisis Data
Pengujian hipotesis menggunakan program spss (saentific program for
social science) versi 15.0 for windows.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses
transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan
diinterpretasikan ukuran statistik deskriptif yang digunakan adalah minimum,
maksimum, mean dan standar deviasi (Indriantoro dan Supomo, 2002:170) dalam
Verawati (2008).
2. Pengujian Hipotesis Pertama (H1)
Pada pengujian hipotesis pertama (H1) maka untuk melihat perbedaan yang
signifikan antara rasio keuangan perusahaan sebelum dan sesudah merger dan
akuisisi. Dalam penelitian ini menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank Test,
pengujian ini digunakan untuk menguji dua sampel yang berhubungan antara
sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Jika probabilitas > 0,05 maka berarti
tidak ada perbedaan, dan sebaliknya jika probabilitas < 0,05 berarti ada perbedaan
antara dua sampel tersebut. Pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini
menggunakan uji statistik non parametrik. Menurut Manurung (1996) dalam
Payamta (2004) data yang ada di Bursa Efek Indonesia tidak menceminkan data
yang terdistribusi secara normal, sehingga dengan metode statistik non parametrik
lebih sesuai dalam melakukan penelitian yang menggunakan data BEI.
Rumus Uji Wilcoxon Signed Rank Test (Anderson Sweeney : 2002) dalam
Kania (2008).
Z hitung = T - µ1
σ1
Ketetangan : T = Jumlah tanda peringkat µ1 = Data tanda peringkat n (n + 1) 4 σ1 = Standar deviasi statistik sampel √ n (n + 1)(2n + 1) 24 n = Jumlah data
3. Pengujian Hipotesis Kedua (H2)
Sebelum melakukan pengujian terhadap hipotesis kedua (H2) perlu dilakukan
uji normalitas untuk mengetahui metode statistik yang akan digunakan, jika data
berdistribusi normal maka uji statistik parametrik yang akan digunakan dan
sebaliknya jika data berdistribusi tidak normal maka uji non parametrik yang
akan digunakan. Pada hipotesis kedua (H2) akan diuji menggunakan uji Mann-
Whitney Test jika data berdistribusi tidak normal dan uji Independent Sampel Test
jika data berdistribusi normal, pengujian ini digunakan untuk menguji dua sampel
yang tidak berhubungan (Independent) antara perusahaan yang melakukan
merger dan akuisisi dan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi.
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data akan dilakukan dengan uji one-sampel
kolmogorov-smirnov test, menurut Bhuono Agung Nugroho
(2005:107) dalam Verawati (2008) Uji Kolmogorov-Smirnov sangat
membantu peneliti untuk mengetahui apakah sampel yang dipilih
berasal dari data yang terdistribusi secara normal atau data yang tidak
berdistribusi normal. Almilia dan Herdiningtyas (2005) dalam
Verawati (2008) jika data tidak normal maka dilakukan uji beda
nonparametrik dengan mengunakan Mann Whitney U sebaliknya jika
data normal digunakan Independent T-Test
Menurut Imam Ghozali (2005:30) Hipotesis dalam uji one sample
kolmogorov-smirnov adalah :
Hipotesis nol (Ho) : Data terdistribusi secara normal.
Hipotesis Alternatif (Ha) : Data tidak terdistribusi normal.
Dasar pengambilan keputusannya adalah probabilitas asymp. Sig
(2-tailed) > 0.05 maka data berasal dari populasi yang berdistribusi
normal. Sebaliknya jika probabiliats asymp.sig (2-tailed) < 0.05 dapat
disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi
normal (Singgih Santoso, 2002:36).
b. Uji Independent Samples T-Test
Uji beda t-test digunakan untuk menentukan apakah dua sampel
yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji
beda t-test dilakukan dengan cara membandingkan perbedaan antara
dua nilai rata-rata dengan standar eror dari perbedaan rata-rata dua
sampel dalam nilai rata-rata terdistribusi secara normal (Imam Ghozali,
2005: 56) :
Dimana :
µ1 : Rata-rata sampel pertama
µ2 : Rata-rata sampel kedua
S.E : Standar Error perbedaan rata-rata kedua sampel.
Menurut Dwi Priyanto (2008:95) Sebelum dilakukan Uji T Test
dilakukan uji kesamaan varian (homogenitas) dengan F test (Levene’s
Test), artinya jika varian sama maka Uji T menggunakan Equal
Variance Assumed (diasumsikan varian sama) dan jika varian berbeda
mengunakan Equal Variance Not Assumed (diasumsikan varian
berbeda).
Hipotesisi Uji F sebagai berikut :
H0 = Kedua varian adalah sama
Ha = Kedua varian adalah berbeda
Dasar pengambilan keputusan :
Jika Asymp.sig (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima.
Jika Asymp.sig (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak.
Hipotesis Independent sample T-test ini (Stanislaus, 2006: 114)
adalah:
H0 : µ1 = µ2 = Tidak terdapat perbedaan signifikan pada rasio keuangan
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi
dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan
akuisisi.
Ha : µ2 ≠ µ2 = Terdapat perbedaan signifikan pada rasio keuangan
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi
dengan perusahaan yang tidak melakukan merger
dan akuisisi.
Jika hasil Levene’s Test menunjukkan bahwa varian kedua
populasi sama atau berbeda. Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima
sedangkan t hitung > t tabel maka H0 ditolak.
Dasar pengambilan keputusan probabilitas:
Jika Asymp.sig (2-tailed) > 0.05 maka H0 diterima.
Jika Asymp.sig (2-tailed) < 0.05 maka H0 ditolak.
c. Uji Mann-Whitney Test
Statistika nonparametrik digunakan bila asumsi distribusi dari
statistik parametrik tidak terpenuhi. Salah satu uji statistik
nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney (Mann-Whitney test) disebut
juga uji U. Uji Mann-Whitney merupakan alternatif dari uji t dua
sampel independent dengan tujuan melakukan uji beda statistik
nonparametrik.
Ada dua kriteria utama yang digunakan untuk menentukan
apakah uji statistik nonparametrik diperlukan (Stanislaus, 2006:265) :
a. Jika asumsi normalitas dan kesamaan variance (homoscedasticity)
tidak dapat terpenuhi, terutama untuk sampel kecil.
b. Jika data diukur pada skala ordinal atau nominal.
Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini :
H0 : µ1 = µ2 = Tidak terdapat perbedaan signifikan pada rasio keuangan
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi
dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan
akuisisi.
Ha : µ2 ≠ µ2 = Terdapat perbedaan signifikan pada rasio keuangan
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi
dengan perusahaan yang tidak melakukan merger
dan akuisisi.
Dasar pengambilan keputusan :
Jika Asymp. Sig (2-Tailed) > 0.05 maka Ho diterima.
Jika Asymp. Sig (2-Tailed) <0.05 maka Ho ditolak.
4. Pengujian Hipotesis Ketiga(H3)
Pada hipotesis ketiga (H3) akan diuji menggunakan uji model regresi logit
(logitic regression) untuk menguji pengaruh rasio keuangan secara keseluruhan
terhadap perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Uji regresi logistik
digunakan karena pada pengujian ini memiliki variabel dependen yang
menggunakan dummy dan memiliki variabel independen yang diukur dengan skala
rasio (Windarty, 2002).
a. Definisi Regresi Logistik
Menurut Stanislaus (2006 : 225) Analisis regresi logistik digunakan
untuk melihat pengaruh sejumlah variabel independen x1,x2,...,xk terhadap
variabel dependen y yang berupa variabel kategorik (binomial,
multinomial atau ordinal) atau untuk memprediksi nilai suatu variabel
dependen y (yang berupa variabel kategorik) berdasarkan nilai variabel-
variabel independen x1,x2,...,xk. SPSS menyediakan tiga prosedur regresi
logistik yaitu :
1) Regresi Logistik Biner (binary logistic regression), adalah regresi
logistik dimana variabel dependennya berupa variabel dikotomi atau
variabel biner. Contoh variabel dikotomi atau variabel biner adalah
sukses-gagal, ya-tidak, benar-salah, hidup-mati, hadir-bolos, pria-
perempuan dan seterusnya.
2) Regresi Logistik Multinomial (multinomial logistic regression) adalah
regresi logistik di mana variabel dependennya berupa variabel
kategorik yang terdiri lebih dari dua nilai seperti : merah, biru,
kuning, hitam.
3) Regresi Logistik Ordinal (Ordinal Logistic Regression) adalah regresi
logistik di mana variabel dependennya berupa variabel dengan skala
ordinal seperti : sangat setuju, setuju, netral, tak setuju, sangat tak
setuju.
Regresi binary logistic sangat tepat digunakan untuk melakukan
pemodelan suatu kemungkinan kejadian dengan variabel respons bertipe
categorical dua pilihan. Nilai kemungkinan kejadian berada pada rentang
0-1. Hal ini sangat berbeda dengan regresi linier biasa dimana nilai
variabel dependen (variabel respons) bisa bernilai < 0 atau > 1.
(Trihendradi, 2007: 63) dalam Verawati (2008).
Penggunaan regresi logistik tidak mensyaratkan adanya multivariate
normal distribution karena tidak perlu asumsi normalitas data pada
variabel bebasnya (Imam Ghozali, 2005 : 211).
b. Nilai Odds Ratio
Probabilitas kadang-kadang digunakan dalam istilah odds.
Hubungan antara probalilitas variabel dependen (Y) dan variabel
independen (X) adalah non-linear, sedangkan hubungan antara log dari
odds dan variabel independen (X) adalah linear. (Imam Ghozali,
2005:214).
Menurut Cornelius Trihendradi (2007:64) dalam Verawati (2008)
kemungkinan kejadian (probabilitas) dapat ditranformasikan dengan nilai
z (odds). Nilai z menunjukkan propensity towards atau kecenderungan
kepada suatu kejadian. Semakin tinggi nilai z, semakin besar
kecenderungan untuk terjadi perbedaan antara rasio keuangan perusahaan
yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak
melakukan merger dan akuisisi. Odds dan probabilitas memberikan
informasi yang sama, tetapi dalam bentuk yang berbeda. Peneliti dapat
merubah odds menjadi probabilitas atau sebaliknya. Hubungan
kenungkinan kejadian dengan odds sebagai berikut :
Atau
Dimana :
= Kemungkinan (probabilitas) kejadian pada case i
Zi atau odds = Nilai kecenderungan suatu kejadian pada case i
Nilai odds diasumsikan berhubungan linear dengan variabel
prediktor (Variabel independen):
Oddsi = b0 + biXi1 + b2Xi2 + ...+ bpXip
Dimana:
X ij = Variabel prediktor j dengan case i
bj = Koefisien variabel prediktor j
p = Jumlah variabel prediktor.
Jadi, probabilitas adalah :
Analisis regresi logistik biner digunakan untuk melihat pengaruh
sejumlah variabel independen x1,x2,..,xk terhadap variabel dependen (Y)
yang berupa variabel response biner yang hanya mempunyai dua nilai
atau juga untuk memprediksi nilai suatu variabel dependen (Y) (yang
berupa variabel biner) berdasarkan nilai variabel independen x1,x2,...,xk.
Bentuk umum regresi logistik biner adalah (Stanislaus, 2006:226).
Logit(π) = β0 + β1Χ1 + β2Χ2 + β3Χ3 + ... + β10Χ10 + ε
Dimana :
β0 = konstanta
β1-10 = koefisien
X1 = Prediktor ke-1, CR
X2 = Prediktor ke-2, QR
X3 = Prediktor ke-3, FATO
X4 = Prediktor ke-4, TATO
X5 = Prediktor ke-5, DTAR
X6 = Prediktor ke-6, DTER
X7 = Prediktor ke-7, OPM
X8 = Prediktor ke-8, NPM
X9 = Prediktor ke-9, ROI
X10 = Prediktor ke-10, ROE
c. Nilai -2 Loglikehood Ratio
Penilaian keseluruhan model menggunakan nilai -2 loglikelihood
untuk melihat model yang lebih baik dalam memprediksi kemungkinan
terjadinya perbedaan antara rasio keuangan perusahaan yang melakukan
merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan
akuisisi pada perusahaan. -2 loglikelihood ditransformasikan menjadi -2
log L dimana output spss memberikan dua nilai yaitu pertama untuk
model yang hanya memasukkan konstanta dan -2 log L yang kedua untuk
model dengan konstanta dan variabel bebas, jika terjadi penurunan dalam
nilai -2 log L pada blok kedua jika dibandingkan dengan blok pertama
maka dapat disimpulkan bahwa model kedua regresi menjadi lebih baik
(Imam Ghozali, 2005:218).
d. Koefisien Cox dan Snell R Square dan Nagelkerke’s R Square
Cox dan snell’s R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru
ukuran R2 pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi
likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit di
interpretasikan. Nagelkerke’s R Square merupakan modifikasi dari
koefisien cox dan snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari
0 (nol) sampai 1 (satu) hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai cox
dan snell R dengan nilai maksimumnya. Nilai nagelkerke’s R2 dapat di
interpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression (Imam Ghozali,
2005:219).
Koefisien determinasi (R2) pada regresi berganda pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.
Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel indenpenden dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen (Imam
Ghozali, 2005:83).
Nilai koefisien Nagelkerke’s R Square umumnya lebih besar dari
nilai koefisien cox dan snell’s R Square tapi cenderung lebih kecil
dibandingkan dengan nilai koefisien determinasi R2 pada regresi linear
berganda (Stanislaus, 2006:236).
e. Hosmer and lemeshow’s goodness of fit test
Keputusan penolakan atau penerimaan hipotesis dilakukan dengan
menggunakan tingkat signifikansi 5% Hosmer and lemeshow’s goodness
of fit test menguji hipotesis nol (H0) bahwa data empiris cocok atau sesuai
dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga
model dapat dikatakan fit). Hipotesis sebagai berikut :
Ho = Tidak terdapat perbedaaan antara klasifikasi yang diprediksi
dengan klasifikasi yang diamati.
Ha = Terdapat perbedaaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan
klasifikasi yang diamati.
Jika nilai Hosmer and lemeshow goodness of fit statistic sama
dengan atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol (H0) ditolak yang berarti
ada perbedaan signifikansi antara model dengan nilai observasinya
sehingga goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat
memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistics hosmer and
lemeshow’s goodness of fit lebih besar dari 0.05, maka hipotesis nol (H0)
diterima berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat
dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.
(Iman Ghozali, 2005:219).
f. Ketepatan Prediksi Klasifikasi
Tabel klasifikasi 2 X 2 digunakan untuk menghitung nilai estimasi
yang benar (correct) dan yang salah (incorrect). Pada kolom merupakan 2
nilai prediksi dari variabel dependen yaitu, melakukan merger dan
akuisisi (0) dan tidak melakukan merger dan akuisisi (1), sedangkan pada
baris menunjukkan nilai observasi sesungguhnya yang sesuai dengan data
aktual. Pada model yang sempurna, maka semua kasus akan berada pada
diagonal dengan tingkat ketepatan peramalan 100% (Imam Ghozali,
2005:220). Jika model logistik mempunyai asumsi homoskedastisitas
maka semua kasus akan berada di daerah diagonal dengan ketepatan nilai
100% tetapi model logisrik tidak mempunyai asumsi homoskedastisitas
(Stanislaus, 2006:234).
g. Uji Wald Statistics
Uji wald pada tabel variabels in the equation digunakan untuk
menguji apakah masing-masing koefisien regresi logistik signifikan.
Untuk uji hipotesis masing-masing variabel sebagai berikut :
Ho = Tidak terdapat perbedaan signifikan pada rasio keuangan
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan
perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi.
Ha = Terdapat perbedaan signifikan pada rasio keuangan keuangan
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan
perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi.
Dasar Pengambilan Keputusan :
Jika Symp.sig > 0,05 maka H0 diterima.
Jika Symp.sig < 0,05 maka H0 ditolak.
E. Operasional Variabel Penelitian
� Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan
merger dan akuisisi. Pengukuran variabel ini menggunakan dummy, dimana
dummy 1 untuk variabel perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi,
sedangkan dummy 0 untuk variabel perusahaan yang melakukan merger dan
akuisisi.
� Variable Independen
Variabel-variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini adalah
laporan keuangan, dengan mengukur rasio keuangan sebagai proksi pengukuran
kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Rasio keuangan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan yang digunakan dalam
penelitian Payamta (2004).
Data rasio keuangan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Rasio Likuiditas.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Rasio
likuiditas ini diharapkan mempunyai dampak marginal yang positif
pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi (Theodossiou
et.al, 1996 dalam Windarti 2002). Ukuran likuiditas yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu:
a. Current ratio.
Current ratio dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan
kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya aktiva yang
diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek untuk
menutup kewajiban lancar. Rasio yang rendah menunjukkan
kurangnya modal untuk membayar hutang. Namun rasio yang tinggi
tidak selalu berarti perusahaan sedang dalam keadaan yang baik. Hal
tersebut dapat berarti bahwa kas tidak digunakan sebaik mungkin.
Perhitungan current ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
Current asset Current ratio = Current liabilities
b. Quick ratio.
Quick ratio dihitung dengan mengurang persediaan dari aktiva
lancar dan sisanya dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan
dihilangkan karena dianggap aktiva yang sulit dikonversi menjadi
kas dengan cepat. Perhitungan quick ratio dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Current asset - inventory Quick ratio = Current liabilities
2) Rasio Aktivitas.
Rasio aktivitas dihitung dari perbandingan antara tingkat penjualan
dengan berbagai elemen aktiva. Rasio ini mengukur seberapa efektif
perusahaan mengelola aktivanya. Rasio ini secara positif dihubungkan
dengan perusahaan yang melakukan akuisisi (Theodossiou et.al, 1996
dalam Windarti 2002). Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu:
a. Fixed Asset Turn Over.
Fixed Asset Turn Over mengukur seberapa efektif perusahaan
menggunakan aktiva tetapnya. Semakin rendah Fixed Asset Turn
Over, berarti penggunaan aktiva tetapnya semakin kurang efisien.
Untuk mengukur besarnya Fixed Asset Turn Over dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
Sales Fixed Asset Turn Over = Net fixed asset
b. Total Asset Turn Over.
Total Asset Turn Over mengukur perputaran semua aktiva.
Dengan kata lain, rasio ini mengukur efektifitas perusahaan dalam
penggunaan total aktiva. Semakin tinggi rasio berarti semakin baik
manajemen dalam mengelola aktivanya, sedangkan semakin rendah
rasio menunjukkan buruknya kinerja manajemen dalam mengelola
aktivanya. Untuk menghitung Total Asset Turn Over digunakan
rumus sebagai berikut:
Sales Total Asset Turn Over = Total asset
3) Rasio Leverage.
Rasio leverage dihitung dari perbandingan hutang dengan total
aktiva dan modal sendiri perusahaan. Rasio ini menyangkut jaminan,
yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang bila
pada suatu saat perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan. Dengan kata
lain rasio ini mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan dana
dari pihak luar atau kreditor. Semakin tinggi rasio leverage mempunyai
dampak marginal yang negatif pada perusahaan yang melakukan
merger dan akuisisi (Theodossiou et.al, 1996 dalam Windarti 2002).
Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Debt to Total Asset Ratio.
Debt to Total Asset Ratio mengukur seberapa besar seluruh
hutang dijamin oleh seluruh aktiva perusahaan. Kreditur lebih
menyukai rasio yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka
semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam
peristiwa likuidasi. Namun, di sisi lain pemilik saham lebih
menyukai rasio yang tinggi karena dapat meningkatkan laba yang
diharapkan. Untuk mengukur besarnya Debt to Total Asset Ratio
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Total liabilities Debt to Total Asset Ratio = Total asset
b. Debt to Total Equity Ratio.
Rasio ini merupakan imbangan antara hutang dengan modal
sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin
sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan ukuran hutang
sebaiknya tidak melebihi dari modal sendiri karena resiko menjadi
tinggi apabila terjadi likuidasi dan perusahaan akan kesulitan untuk
membayar hutang. Perhitungan Debt to Total Equity Ratio dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Total liabilities Debt to Total Equity Ratio ' = Owner s equity
4) Rasio Profitabilitas.
Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba. Rasio ini membantu perusahaan dalam mengontrol
penerimaannya. Rasio ini diharapkan mempunyai dampak yang positif
pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi (Theodossiou
et.al, 1996 dalam Windarti 2002). Rasio-rasio profitabilitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Operating Profit Margin.
Operating Profit Margin mengukur berapa laba usaha yang
dihasilkan dari penjualan atau pendapatan. Semakin rendah rasio ini,
semakin kurang baik karena biaya-biaya operasi naik. Kemungkinan
hal ini terjadi karena ada pemborosan. Perhitungan Operating Profit
Margin dapat dirumuskan sebagai berikut:
Operating profit Operating Profit Margin = Sales
b. Net Profit Margin.
Net Profit Margin mengukur seberapa banyak laba bersih
setelah pajak dan bunga yang dapat dihasilkan dari penjualan atau
pendapatan. Rasio yang rendah bisa disebabkan karena penjualan
turun lebih besar dari turunnya ongkos, dan sebaliknya. Setiap
perusahaan berkepentingan terhadap Net Profit Margin yang tinggi.
Untuk menghitung Net Profit Margin digunakan rumus sebagai
berikut:
Net profit Net Profit Margin = Sales
c. Return On Investment.
Return On Investment mengukur keuntungan yang dihasilkan
dari seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio yang rendah
menunjukkan kinerja yang buruk atas pemanfaatan aktiva yang
buruk oleh manajemen, sedangkan rasio tinggi menunjukkan kinerja
atas penggunaan aktiva yang baik. Untuk menghitung Return On
Investment digunakan rumus sebagai berikut:
Net profit Return On Investment = Total asset
d. Return On Equity.
Return On Equity mengukur seberapa banyak laba bersih yang
dapat dihasilkan dari investasi para pemegang saham dalam
perusahaan. Rasio yang rendah dapat diartikan bahwa manajemen
kurang efisien dalam penggunaan modal, sedangkan rasio yang
tinggi dapat menunjukkan bahwa sebagian besar modal diperoleh
dari pinjaman atau manajemen sangat efisien. Untuk menghitung
Return On Equity digunakan rumus sebagai berikut;
Net profit Return On Equity = Owner s equity
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Pasar modal Indonesia sudah dimulai sejak zaman pemerintahan Kolonial
Belanda. Perdangangan sekuritas dimulai dengan pendirian bursa di Batavia
pada tanggal 14 Desember 1912. Bursa Batavia tersebut merupakan cabang
dari Amsterdamse Efectenbuerus, dan penyelenggaranya adalah Verrenniging
Voor de Effectenhandel. Sekuritas yang diperjualbelikan adalah saham dan
obligasi perusahaan-perusahaan Belanda yang beroperai di Indonesia. Obligasi
yang diterbitkan pemerintah Hindia Belanda serta sekuritas Belanda lainnnya.
Perkembangan bursa efek yang pesat, menarik pemerintah Hindia Belanda
untuk mendirikan bursa di Semarang dan Surabaya pada tahun 1925. Semua
anggota bursa adalah perusahaan-perusahaan swasta Belanda, sedangkan
investornya selain orang Belanda ada juga orang-orang Arab dan Cina. Dengan
demikian, praktis bursa efek pada saat itu hanya untuk kepentingan masyarakat
Belanda.
Perang dunia II yang terjadi sekitar tahun 1939, menyebutkan
perkembangan pasar modal terhenti. Bursa efek di Indonesia resmi ditutup
pada tanggal 10 Mei 1940. Tetapi kemudian pada tanggal 23 Desember 1940
bursa efek di Jakarta (Batavia) sempat dibuka kembali, walaupun kemudian
ditutup kembali ketika Jepang masuk ke Indonesia.
Selanjutnya pasar modal mulai digiatkan dengan dibukanya kembali Bursa
efek di Jakarta (BEJ) pada 3 Juni 1952. Pembukaan BEJ tersebut didorong
penerbitan obligasi oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1950. Akitivitas
pasar modal mulai berkembang sampai dengan tahun 1958. Kelesuan yang
terjadi di pasar modal pada saar itu disebabkan oleh banyaknya warga Belanda
yang meninggalkan Indonesia dan dilakukannya nasionalisasi terhadap
perusahaan Belanda di Indonesia. Hal ini terjadi sampai dengan berakhirnya
masa pemerintahan orde lama.
Pada masa pemerintahan orde baru, pengaktifan kembali pasar modal
Indonesia dimulai dengan pembentukan Badan Pengawas Pasar Modal
(BAPEPAM) dan pembukaan pasar modal pada 10 Agustus 1977. Pada
awalnya tujuan pengaktifan kembali pasar modal lebih ditekankan pada asas
pemerataan, sehingga kepemilikan saham tidak jatuh ke tangan segolongan
masyarakat tertentu saja. Untuk tujuan itu maka pemerintah berperan aktif
dalam menangani pasar modal Indonesia. BAPEPAM dan PT. Danareksa
diberikan prioritas untuk membeli sedikitnya 50% saham yang ditawarkan.
Terlalu besarnya campur tangan pemerintah tersebut merupakan salah satu
faktor penyebab lambannya perkembangan pasar modal Indonesia. Ditambah
lagi adanya deregulasi perbankan pada tahun 1983, menyebabkan tingkat suku
bunga deposito naik. Sehingga investasi di pasar modal menjadi kurang
menarik bagi masyarakat. Selama kurun waktu 1977-1988, hanya 24
perusahaan yang melakukan emisi saham di bursa efek dengan nilai Rp. 129,4
miliar dan tiga perusahaan melakukan emisi obligasi senilai Rp. 535,7 miliar.
Kemudian pemerintah mengeluarkan berbagai deregulasi seperti Paket
Desember 1987. Paket Oktober 1988, Paket Desember 1988, dan Paket
September 1997, yang bertujuan untuk menggairahkan perdangangan di Bursa
efek di Indonesia. Pada prinsipnya peraturan-peraturan tersebut merupakan
langkah-langkah penyesuaiaan terhadap peraturan-peraturan sebelumnya untuk
mendorong pertumbuhan pasar modal yang sehat dan kuat. Beberapa
penyesuaian kebijaksanaan tersebut, antara lain:
1. Perlindungan terhadap investor dengan mewajibkan persyaratan
keterbukaan (disclosure) yang lebih baik kepada emiten.
2. Proses emisi sekuritas yang lebih cepat
3. Upaya pengembangan pasar yang lebih likuid
4. Peningkatan profesionalisme lembaga penunjang.
B. Sejarah Merger Dan Akuisisi
Merger dan Akuisisi merupakan suatu cara pengembangan dan
pertumbuhan perusahaan. Keduanya bukan hanya suatu cara pertumbuhan
perusahaan, tetapi merupakan alternatif lain untuk melalui investasi modal
pertumbuhan secara internal atau organisasi.
Merger perusahaan-perusahaan yang beroperasi di wilayah Uni Eropa
sejak tahun 1990, tunduk kepada peraturan merger di tingkat Uni Eropa.
Peraturan ini diumumkan dengan tujuan memperoleh izin merger di satu
tempat (System One Stop Shop). Hasilnya adalah saat ini ada suatu hirarki
peraturan merger di Uni Eropa, dimana merger-merger yang sangat besar yang
pemiliki dampak yang luas di wilayah Uni Eropa di uji oleh komisi Eropa
(EC). Sementara merger yang lebih kecil yang dampaknya terutama dalam
lingkup sebuah negara anggota diteliti oleh pengawas antitrust dari negara itu
sendiri (Sudarsanam, Hal 69, 1999 dalam Siti Maryam, 2007).
Alasan dari sejumlah besar perusahaan melakukan merger dan akuisisi
pada tahun 1997 sampai dengan 2005 diantaranya adalah untuk menurunkan
biaya produksi, menyederhanakan rantai penyediaan, terciptanya kegiatan
usaha dan stuktur biaya yang sederhana, peningkatan efisiensi kegiatan usaha,
peningkatan efisiensi pengawasan, memperluas akses pemasaran, dan
memperkokoh stuktur permodalan, banyak perusahaan yang melakukan
penggabungan usaha disebabkan mayoritas perusahaan mengalami kerugian
terus-menerus sehingga mengakibatkan deficit yang semakin membesar.
C. Analisis Statistik Deskriptif
Tujuan dari penyajian statistik deskriptif adalah untuk memberikan
gambaran tentang data yang akan digunakan dalam penelitian ini. Mean
menggambarkan rata-rata (nilai tengah) dari penjumlahan seluruh data dibagi
jumlah data yang ada. Proses pemilihan sampel menghasilkan 56 data obserfasi
dari 28 perusahaan baik perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dan
juga perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi untuk periode
penelitian tahun 1999 sampai dengan tahun 2005. Pada tabel 4.1 dan tabel 4.2
dapat dilihat statistik deskriptif dari penulisan yang telah dilakukan.
Tabel 4.1 Deskripsi Data Sampel Penelitian
Sebelum dan Sesudah Perusahaan Melakukan Merger dan Akuisisi
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CR Sebelum 28 0.05 4.56 1.7746 1.34158
CR Sesudah 28 0.12 2.82 1.3342 0.73208
QR Sebelum 28 -66.61 3.70 -1.4189 12.81176
QR Sesudah 28 -0.30 2.33 0.7664 0.58796
FATO Sebelum 28 0.18 11.50 3.5573 3.74451
FATO Sesudah 28 0.10 47.18 5.9055 8.97932
TATO Sebelum 28 0.04 33.17 2.0502 6.13520
TATO Sesudah 28 0.03 13.93 1.9860 3.30359
DTAR Sebelum 28 0.14 1.68 0.5902 0.36879
DTAR Sesudah 28 0.00 241.92 9.4308 45.56888
DTER Sebelum 28 -7.24 157.69 7.0322 29.67670
DTER Sesudah 28 -13.00 18.61 2.2655 5.50048
OPM Sebelum 28 -0.09 0.27 0.0947 0.09953
OPM Sesudah 28 -0.68 0.24 0.0317 0.18024
NPM Sebelum 28 -0.70 0.56 0.0169 0.22769
NPM Sesudah 28 -0.40 2.18 0.0820 0.43349
ROI Sebelum 28 -0.24 0.44 0.0364 0.11625
ROI Sesudah 28 -0.65 0.94 0.0671 0.27582
ROE Sebelum 28 -37.90 1.68 -1.2195 7.20222
ROE Sesudah 28 -289.81 2.17 -10.1577 54.80785
Valid N (listwise) 28
Sumber : Financial Report, data diolah dengan SPSS 15.0
Likuiditas dengan proxy rasio Current Ratio (CRRL) sebelum merger dan
akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 1.7746 sedangkan nilai minimum dan
maksimum adalah 0.05 dan 4.56. Likuiditas dengan proxy rasio Current Ratio
(CRRL) sesudah merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 1.3342
sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 0.12 dan 2.82. Likuiditas
dengan proxy rasio Quick Ratio (QRRL) sebelum melakukan merger dan
akuisisi menunjukkan nilai rata-rata -1.4189 sedangkan nilai minimum dan
maksimum adalah -66.61 dan 3.70. Likuiditas dengan proxy rasio Quick Ratio
(QRRL) sesudah melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata
0.7664 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -0.30 dan 2.33.
Aktivitas dengan proxy rasio Fixed Asset Turn Over (FATORA) sebelum
melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 3.5573 sedangkan
nilai minimum dan maksimum adalah 0.18 dan 11.50. Aktivitas dengan proxy
rasio Fixed Asset Turn Over (FATORA) sesudah melakukan merger dan
akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 5.9055 sedangkan nilai minimum dan
maksimum adalah 0.10 dan 47.18. Aktivitas dengan proxy rasio Total Asset
Turn Over (TATORA) sebelum melakukan merger dan akuisisi menunjukkan
nilai rata-rata 2,0502 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 0.04
dan 33,17. Aktivitas dengan proxy rasio Total Asset Turn Over (TATORA)
sesudah melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 1.9860
sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 0.03 dan 13.93.
Leverge dengan proxy rasio Debt to Total Asset Ratio (DTARRLV)
sebelum melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 0.5902
sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 0.14 dan 1.68. Leverge
dengan proxy rasio Debt to Total Asset Ratio (DTARRLV) sesudah melakukan
merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 9.4308 sedangkan nilai
minimum dan maksimum adalah 0.00 dan 241.92. Leverage dengan proxy
rasio Debt to Total Equity Ratio (DTERRLV) sebelum melakukan merger dan
akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 7.0322 sedangkan nilai minimum dan
maksimum adalah -7.24 dan 157.69. Leverage dengan proxy rasio Debt to
Total Equity Ratio (DTERRLV) sesudah melakukan merger dan akuisisi
menunjukkan nilai rata-rata 2.2655 sedangkan nilai minimum dan maksimum
adalah -13.00 dan 18.61.
Profitabilitas dengan proxy rasio Operating Profit Margin (OPMRP)
sebelum melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 0.0947
sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -0.09 dan 0.27. Profitabilitas
dengan proxy rasio Operating Profit Margin (OPMRP) sesudah melakukan
merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 0.0317 sedangkan nilai
minimum dan maksimum adalah -0.68 dan 0.24. Profitabilitas dengan proxy
rasio Net Profit Margin (NPM) sebelum melakukan merger dan akuisisi
menunjukkan nilai rata-rata 0.0169 sedangkan nilai minimum dan maksimum
adalah -0.70 dan 0.56. Profitabilitas dengan proxy rasio Net Profit Margin
(NPM) sesudah melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata
0.0820 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -0.40 dan 2.18.
Profitabilitas dengan proxy rasio Return On Invesmet (ROIRP) sebelum
melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 0.0364 sedangkan
nilai minimum dan maksimum adalah -0.24 dan 0.44. Profitabilitas dengan
proxy rasio Return On Invesmet (ROIRP) sesudah melakukan merger dan
akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 0.0671 sedangkan nilai minimum dan
maksimum adalah -0.65 dan 0.94. Poftabilitas dengan proxy rasio Return On
Equity (ROERP) sebelum melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai
rata-rata -1.2195 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -37.90 dan
1.68. Poftabilitas dengan proxy rasio Return On Equity (ROERP) sesudah
melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata -10.1577
sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -289.81 dan 2.17.
Tabel 4.2 Deskripsi Data Sampel Penelitian
Perusahaan yang Melakukan & Tidak Melakukan Merger dan Akusisi
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CRMA 28 0.12 2.82 1.3342 0.73208
CRTMA 28 0.05 3.72 1.4330 0.95842
QRMA 28 -0.30 2.33 0.7664 0.58796
QRTMA 28 0.04 2.89 0.7840 0.77466
FATOMA 28 0.10 47.18 5.9055 8.97932
FATOTMA 28 0.38 21.33 3.9880 4.55177
TATOMA 28 0.03 13.93 1.9860 3.30359
TATOTMA 28 0.19 5.42 1.1822 1.08649
DTARMA 28 0.00 24.92 1.6808 4.60079
DTARTMA 28 0.22 2.65 0.7918 0.61944
DTERMA 28 -13.00 18.61 2.2655 5.50048
DTERTMA 28 -3.64 16.84 1.3517 4.05175
OPMMA 28 -0.68 0.24 0.0317 0.18024
OPMTMA 28 -0.28 0.38 0.0828 0.12357
NPMMA 28 -0.40 2.18 0.0820 0.43349
NPMTMA 28 -1.64 0.49 -0.1557 0.50664
ROIMA 28 -0.65 0.94 0.0671 0.27582
ROITMA 28 -0.32 0.62 -0.0006 0.18355
ROEMA 28 -2.81 2.17 0.0923 0.73125
ROETMA 28 -1.37 1.22 0.1166 0.40775
Valid N (listwise) 28
Sumber : Financial Report, data diolah dengan SPSS 15.0
Likuiditas dengan proxy rasio Current Ratio (CRRL) pada perusahaan
yang melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 1.3342
sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 0.12 dan 2.82. Likuiditas
dengan proxy rasio Current Ratio (CRRL) pada perusahaan yang tidak
melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 1.4330 sedangkan
nilai minimum dan maksimum adalah 0.05 dan 3.72. Likuiditas dengan proxy
rasio Quick Ratio (QRRL) pada perusahaan yang melakukan merger dan
akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 0.7664 sedangkan nilai minimum dan
maksimum adalah -0.30 dan 2.33. Likuiditas dengan proxy rasio Quick Ratio
(QRRL) pada perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi
menunjukkan nilai rata-rata 0.7840 sedangkan nilai minimum dan maksimum
adalah 0.04 dan 2.89.
Aktivitas dengan proxy rasio Fixed Asset Turn Over (FATORA) pada
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata
5.9055 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 0.10 dan 47.18.
Aktivitas dengan proxy rasio Fixed Asset Turn Over (FATORA) pada
perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-
rata 3.9880 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 0.38 dan 21.33.
Aktivitas dengan proxy rasio Total Asset Turn Over (TATORA) pada
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata
1.9860 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 0.03 dan 13.93.
Aktivitas dengan proxy rasio Total Asset Turn Over (TATORA) pada
perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-
rata 1.1822 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 0.19 dan 5.42.
Leverge dengan proxy rasio Debt to Total Asset Ratio (DTARRLV) pada
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata
1.6808 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 0.00 dan 24.92.
Leverge dengan proxy rasio Debt to Total Asset Ratio (DTARRLV) pada
perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-
rata 0.7918 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 0.22 dan 2.65.
Leverage dengan proxy rasio Debt to Total Equity Ratio (DTERRLV) pada
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata
2.2655 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -13.00 dan 18.61.
Leverage dengan proxy rasio Debt to Total Equity Ratio (DTERRLV) pada
perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-
rata 1.3517 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -3.64 dan 16.84.
Profitabilitas dengan proxy rasio Operating Profit Margin (OPMRP) pada
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata
0.0317 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -0.68 dan 0.24.
Profitabilitas dengan proxy rasio Operating Profit Margin (OPMRP) pada
perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-
rata 0.0828 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -0.28 dan 0.38.
Profitabilitas dengan proxy rasio Net Profit Margin (NPM) pada perusahaan
yang melekukan melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata
0.0820 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -0.40 dan 2.18.
Profitabilitas dengan proxy rasio Net Profit Margin (NPM) pada perusahaan
yang tidak melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata
-0.1557 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -1.64 dan 0.49.
Profitabilitas dengan proxy rasio Return On Invesmet (ROIRP) pada
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata
0.0671 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -0.65 dan 0.94.
Profitabilitas dengan proxy rasio Return On Invesmet (ROIRP) pada
perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-
rata -0.0006 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -0.32 dan 0.62.
Poftabilitas dengan proxy rasio Return On Equity (ROERP) pada perusahaan
yang melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 0.0923
sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -2.81 dan 2.17. Poftabilitas
dengan proxy rasio Return On Equity (ROERP) pada perusahaan yang tidak
melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 0.1166 sedangkan
nilai minimum dan maksimum adalah -1.37 dan 1.22.
D. Analisis Hipotesis Pertama (H1)
Hipotesis pertama (H1) diuji dengan menggunakan analisis Wilcoxon
Signed Rank Test. Bagian ini akan membahas hasil penelitian mengenai
perbedaan kinerja keuangan untuk periode satu tahun sebelum dengan satu
tahun sesudah, satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah, dua tahun
sebelum dengan satu tahun sesudah dan dua tahun sebelum dengan dua tahun
sesudah pengumuman merger dan akuisisi.
Untuk uji Wilcoxon Signed Rank Test :
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah merger
dan akuisisi.
� Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima.
� Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak.
1. Perbandingan Kinerja Keuangan 1 Tahun Sebelum dan 1 Tahun
Sesudah Merger dan Akuisisi.
Bagian ini akan membahas pengujian rasio keuangan 1 tahun sebelum
dan 1 sesudah pengumuman merger dan akuisisi dengan Wilcoxon Sign
Test. Berdasarkan tabel 4.3 dapat dinyatakan bahwa dari 10 rasio keuangan
yang diuji hanya 1 rasio yang berbeda secara signifikan untuk 1 tahun
sebelum dan 1 tahun sesudah merger dan akuisisi, yaitu rasio Debt to Total
Asset Ratio. Hal ini berarti bahwa kinerja perusahaan yang diukur dari 10
rasio keuangan, kecuali Debt to Total Asset Ratio tidak menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan untuk 1 tahun sebelum dan 1 tahun
sesudah merger dan akuisisi. Kesimpulan ini ditunjukkan dengan nilai
Asym. Sig yang lebih besar daripada a = 5%, kecuali 1 rasio di atas. Asym.
Sig untuk Debt to Total Asset Ratio sebesar 0,030 sehingga H1 diterima,
atau Ho ditolak.
TABEL 4.3 Hasil Wilcoxon Signed Ranks Test untuk 1 Tahun Sebelum
dan 1 Tahun Sesudah Merger dan Akuisisi
Rasio Z Hitung Asym.
Sig
Kesimpulan
(H0)
Current Ratio (CR) -0.282 0.778 Diterima
Quick Ratio (QR) -0.596 0.551 Diterima
Fixed Asset Turn Over (FATO) -1.350 0.177 Diterima
Total Asset Turn Over (TATO) -1.036 0.300 Diterima
Debt to Total Asset Ratio (DTAR) -2.166 0.030 Ditolak
Debt to Total Equity Ratio (DTER) -1.099 0.272 Diterima
Operating Profit Margin (OPM) -1.350 0.177 Diterima
Net Profit Margin (NPM) -1.161 0.245 Diterima
Return On Invesment (ROI) -0.157 0.875 Diterima
Return On Equity (ROE) -0.031 0.975 Diterima
Sumber : Financial Report, data diolah dengan SPSS 15.0
Rasio keuangan yang berbeda (Debt to Total Asset Ratio) menunjukkan
indikasi kinerja perusahaan justru mengalami penurunan sesudah merger
dan akuisisi. Temuan ini memberi indikasi bahwa tujuan ekonomis dari
keputusan merger dan akuisisi belum tercapai sampai akhir tahun pertama
setelah kejadian tersebut. Hal ini mungkin disebabkan karena periode yang
diamati masih terlalu pendek, sehingga pengaruh atas keputusan itu belum
kelihatan. Dalam kurun waktu itu, mungkin manajemen perusahaan masih
belum dapat meneyesuaikan dengan lingkungan perusahaan yang baru,
mengingat adanya budaya perusahaan yang berbeda.
2. Perbandingan Kinerja Keuangan 1 Tahun Sebelum dan 2 Tahun
Sesudah Merger dan Akuisisi
Hasil pada tabel 4.4 menunjukkan ringkasan hasil pengujian hipotesis
dengan menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test untuk membuktikan ada
atau tidak adanya perbedaan kinerja keungan 1 tahun sebelum dan 2 tahun
sesudah merger dan akuisisi. Berdasarkan tabel 4.4 dapat dinyatakan bahwa
dari 10 rasio keuangan yang diuji ternyata tidak ada satupun rasio yang
berbeda secara signifikan untuk 1 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah
merger dan akuisisi. Hal ini juga berarti H1 untuk semua rasio ditolak dan
menerina Ho, yang berari tidak terdapat perbedaan kinerja perusahaan yang
signifikan untuk 1 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah merger dan akuisisi.
TABEL 4.4 Hasil Wilcoxon Signed Ranks Test untuk 1 Tahun Sebelum
dan 2 Tahun Sesudah Merger dan Akuisisi
Rasio Z Hitung Asym. Sig Kesimpulan
(H0) Current Ratio (CR) -0.408 0.683 Diterima
Quick Ratio (QR) -0.094 0.925 Diterima
Fixed Asset Turn Over (FATO) -0.910 0.363 Diterima
Total Asset Turn Over (TATO) -1.412 0.158 Diterima
Debt to Total Asset Ratio (DTAR) -1.350 0.177 Diterima
Debt to Total Equity Ratio (DTER) -0.596 0.551 Diterima
Operating Profit Margin (OPM) -0.094 0.925 Diterima
Net Profit Margin (NPM) -1.036 0.300 Diterima
Return On Invesment (ROI) -0.220 0.826 Diterima
Return On Equity (ROE) -0.157 0.875 Diterima
Sumber : Financial Report, data diolah dengan SPSS 15.0
Berdasarkan pengujian di atas, dapat dinyatakan bahwa merger dan
akuisisi kinerja perusahaan tidak menjadi lebih baik untuk satu sampai dua
tahun setelah kejadian merger dan akuisisi. Temuan ini semakin
memperjelas bahwa tujuan ekonomis dari keputusan merger dan akuisisi
tidak tercapai sampai akhir tahun kedua sesudah kejadian tersebut. Hal ini
mungkin alasan ekonomis bukanlah alasan yang cukup kuat untuk
dilakukannya merger dan akuisisi. Dengan demikian, alasan non ekonomis
seperti untuk menyelamatkan perusahaan lain dari ancaman kebangkrutan
dan alasan sifatnya pribadi mungkin labih banyak dipertimbangkan. Temuan
ini konsisten dengan hasil penelitian Payamta (2004).
3. Perbandingan Kinerja Keuangan 2 Tahun Sebelum dan 1 Tahun
Sesudah Merger dan Akuisisi
Pengujian hipotesis dilakukan dengan membuat perbandingan antara
kinerja perusahaan untuk 2 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah merger dan
akuisisi. Wilcoxon Signed Ranks Test digunakan untuk menguji hipotesis H1
untuk membuktikan adanya perbedaan rasio keuangan 2 tahun sebelum dan
1 tahun sesudah merger dan akuisisi. Ringkasan hasil dari Wilcoxon Signed
Ranks Test disajikan pada tabel 4.5 berikut ini.
TABEL 4.5 Hasil Wilcoxon Signed Ranks Test untuk 2 Tahun Sebelum
dan 1 Tahun Sesudah Merger dan Akuisisi
Rasio Z Hitung Asym. Sig Kesimpulan
(H0)
Current Ratio (CR) -1.350 0.177 Diterima
Quick Ratio (QR) -0.471 0.638 Diterima
Fixed Asset Turn Over (FATO) -2.040 0.041 Ditolak
Total Asset Turn Over (TATO) -1.287 0.198 Diterima
Debt to Total Asset Ratio (DTAR) -1.664 0.096 Diterima
Debt to Total Equity Ratio (DTER) -0.722 0.470 Diterima
Operating Profit Margin (OPM) -2.291 0.022 Ditolak
Net Profit Margin (NPM) -0.471 0.638 Diterima
Return On Invesment (ROI) -0.910 0.363 Diterima
Return On Equity (ROE) -0.722 0.470 Diterima
Sumber : Financial Report, data diolah dengan SPSS 15.0
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dinyatakan bahwa dari 10 rasio keuangan
yang diuji hanya 2 rasio yaitu Fixed Asset Turn Over dan Operating Profit
Margin yang berbeda secara signifikan untuk 2 tahun sebelum dan 1 tahun
sesudah keputusan merger dan akuisisi dilakukan. Hal ini berarti bahwa
terdapat perbedaan Fixed Asset Turn Over dan Operating Profit Margin
yang signifikan untuk 2 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah keputusan
merger dan akuisisi dilakukan. Nilai Fixed Asset Turn Over dan Operating
Profit Margin 2 tahun sebelum pengumuman merger dan akuisisi lebih
besar dibandingkan dengan nilai Fixed Asset Turn Over dan Operating
Profit Margin 1 tahun sesudahnya. Jadi, kinerja perusahaan yang diukur
dengan rasio Fixed Asset Turn Over dan Operating Profit Margin
mengalami penurunan setelah perusahaan melakukan merger dan akuisisi.
Temuan ini memberikan indikasi bahwa memang tujuan ekonomis yang
diharapkan terjadi setelah merger tidak tercapai seperti telah dijelaskan pada
paragraph sebelumnya. Kemungkinan keputusan merger dan akuisisi
dilandasi motivasi untuk menyelamatkan target company yang sudah
terpuruk dari ancaman kebangkrutan.
4. Perbandingan Kinerja Keuangan 2 Tahun Sebelum dan 2 Tahun
Sesudah Merger dan Akuisisi
Pada tabel 4.6 disajikan ringkasan hasil pengujian data dengan
menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test untuk membuktikan adanya
perbedaan rasio keuangan 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah merger dan
akuisisi.
TABEL 4.6 Hasil Wilcoxon Signed Ranks Test untuk 2 Tahun Sebelum
dan 2 Tahun Sesudah Merger dan Akuisisi
Rasio Z Hitung Asym. Sig Kesimpulan
(H0)
Current Ratio (CR) -1.852 0.064 Diterima
Quick Ratio (QR) -0.471 0.638 Diterima
Fixed Asset Turn Over (FATO) -1.789 0.074 Diterima
Total Asset Turn Over (TATO) -2.166 0.030 Ditolak
Debt to Total Asset Ratio (DTAR) -0.596 0.551 Diterima
Debt to Total Equity Ratio (DTER) -0.094 0.925 Diterima
Operating Profit Margin (OPM) -1.350 0.177 Diterima
Net Profit Margin (NPM) -0.534 0.594 Diterima
Return On Invesment (ROI) -0.154 0.875 Diterima
Return On Equity (ROE) -0.722 0.470 Diterima
Sumber : Financial Report, data diolah dengan SPSS 15.0
Tabel 4.6 tersebut menunjukkan dari 10 rasio keuangan yang diuji ada 1
rasio yaitu Total Asset Turn Over yang berbeda secara signifikan untuk 2
tahun sebelum dan 2 tahun sesudah keputusan merger dan akuisisi
dilakukan. Nilai Total Asset Turn Over untuk dua tahun sesudah ternyata
lebih besar dibandingkan nilai rasio tersebut untuk dua tahun sebelum
pengumuman merger dan akuisisi. Artinya, kinerja perusahaan yang
dicerminkan dari Total Asset Turn Over mengalami kenaikkan setelah
pengumuman merger dan akuisisi. Sedangkan pengujian terhadap rasio
lainya menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara 2 tahun
sebelum dan 2 tahun sesudah pengumuman merger dan akuisisi.
Temuan ini juga mengindifikasikan bahwa keputusan perusahaan untuk
melakukan merger dan akuisisi tidak berdasarkan motif ekonomi. Namun
pada pengujian ini menunjukkan perbedaan yang signifikan untuk rasio
keuangan Total Asset Turn Over. Nilai rasio keuangan tersebut justru
menujukkan nilai yang meningkat setelah pengumuman merger dan akuisisi.
E. Analisis Hipotesis Kedua (H2)
Sebelum melakukan pengujian terhadap hipotesis kedua (H2) perlu
dilakukan uji normalitas dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-
Smirnov Test dengan melihat tingkat signifikansi 5% untuk mengetahui metode
statistik yang akan digunakan, jika data berdistribusi normal maka uji statistik
parametrik yaitu Uji Independent Sampel Test yang akan digunakan dan
sebaliknya jika data berdistribusi tidak normal maka uji non parametrik yaitu
uji Mann-Whitney Test yang akan digunakan.
Pengujian ini digunakan untuk menguji dua sampel yang tidak
berhubungan (Independent) antara perusahaan yang melakukan merger dan
akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi. Dasar
pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah jika probabilitas > 0,05
maka berarti tidak ada perbedaan, dan sebalikanya jika probabilitas < 0,05
berarti ada perbedaan antara kedua sampel tersebut.
Selanjutnya bagian ini akan membahas hasil penelitian mengenai
perbedaan kinerja keuangan untuk Uji normalitas dengan menggunakan One-
Sample Kolmogorov-Smirnov Test pada masing-masing rasio keuangan
disajikan pada lampiran 6, hasilnya menunjukkan bahwa ada delapan rasio
yaitu Fixed Asset Turn Over, Total Asset Turn Over, Debt to Total Asset Ratio,
Debt to Total Equity Ratio, Operating Profit Margin, Net Profit Margin,
Return On Invesment dan Return On Equity yang mempunyai Asymp. Sig
(2-tailed) di bawah tingkat signifikan sebesar 0,05 (probabilitas < 0,05) yang
artinya variable-variabel tersebut berdistribusi tidak normal. Dua rasio lainnya
yaitu Current Ratio dan Quick Ratio yang mempunyai Asymp. Sig (2-tailed) di
atas tingkat signifikan sebesar 0,05 (probabilitas > 0,05) artinya bahwa
variabel-variabel tersebut berdistribusi normal.
Hasil uji normalitas tersebut akan digunakan sebagai pedoman untuk
pengujian tahap selanjutnya. Rasio dengan distribusi tidak normal akan di uji
menggunakan pengujian non parametrik yaitu Mann-Whitney Test, rasio
dengan distribusi normal akan di uji menggunakan pengujian parametrik yaitu
Independent Sample Test. Hasil uji normalitas data dengan menggunakan
One-Sample Kolmogorov-Semirnov Test dapat diringkas dalam tabel 4.7
sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas (One Sample Kolmogorov-Semirnov Test)
No Variabel Asym.
Sig Keterangan Distribusi
1 Current Ratio 0,957 P > 0,05 Normal
2 Quick Ratio 0,104 P > 0,05 Normal
3 Fixed Asset Turn Over 0,002 P < 0,05 Tidak Normal
4 Total Asset Turn Over 0,000 P < 0,05 Tidak Normal
5 Debt to Total Asset Ratio 0,000 P < 0,05 Tidak Normal
6 Debt to Total Equity Ratio 0,000 P < 0,05 Tidak Normal
7 Opereting Profit Margin 0,045 P < 0,05 Tidak Normal
8 Net Prfit Margin 0,000 P < 0,05 Tidak Normal
9 Rerurn On Invesment 0,005 P < 0,05 TidakNormal
10 Return On Equity 0,000 P < 0,05 Tidak Normal
Sumber : Financial Report, data diolah dengan SPSS 15.0
Selanjutnya setelah diketahui rasio-rasio mana yang berdistribusi normal
dan tidak normal, maka untuk rasio-rasio yang berdistribusi tidak normal akan
diuji dengan menggunakan uji Mann-Whitney Test dan uji Independent Sample
Test jika rasio-rasio berdistribusi normal, karena hipotesis kedua ini diuji dua
data sampel yang tidak saling berhubungan (independent) yaitu antara
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak
melakukan merger dan akuisisi.
Untuk uji Mann-Whitney Test:
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang
melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak
melakukan merger dan akuisisi.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang melakukan
merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger
dan akuisisi.
� Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima.
� Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak.
Untuk uji Independent Sample Test:
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang
melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak
melakukan merger dan akuisisi.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang melakukan
merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger
dan akuisisi.
� Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima.
� Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak.
Hasil uji ini secara keseluruhan disajikan dalam lampiran 7 dan 8. Secara
ringkas hasil uji tersebut disajikan dalam tabel 4.8 dan tabel 4.9 sebagai
berikut:
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Mann-Whitney Test
Definisi Rasio Tipe Rasio Z
Hitung
Asym.
Sig
Kesimpulan
(H0)
Fixed Asset Turn Over Aktivitas -0.737 0.461 Diterima
Total Asset Turn Over Aktivitas -0.590 0.555 Diterima
Debt to Total Asset Ratio Leverage -1.213 0.225 Diterima
Debt to Total Equity Ratio Leverage -2,180 0.029 Ditolak
Operating Profit Margin Profitabilitas -0.967 0.334 Diterima
Net Profit Margin Profitabilitas -0.688 0.491 Diterima
Return On Invesment Profitabilitas -0.688 0.491 Diterima
Return On Equity Profitabilitas -0.115 0.909 Diterima
Sumber : Financial Report, data diolah dengan SPSS 15.0
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Independent Sample Test
Definisi Rasio Tipe Rasio F
Hitung
Asym.
Sig
Kesimpulan
(H0)
Current Ratio Likuiditas 1.683 0.200 Diterima
Quick Ratio Likuiditas 1.469 0.231 Diterima
Sumber : Financial Report, data diolah dengan SPSS 15.0
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari delapan rasio keuangan yang diuji,
tujuh rasio menunjukkan hasil yang tidak signifikan yaitu dua rasio aktivitas
(FATO dan TATO), satu rasio leverage (DTAR) dan empat rasio profitabilitas
(OPM, NPM, ROI dan ROE) artinya bahwa tidak ada perbedan kinerja antara
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak
melakukan merger dan akuisisi. Satu rasio lainnya yaitu rasio leverage (DTER)
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada level 5% artinya bahwa
terdapat perbedaan kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi
dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi.
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa secara keseluruhan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan dari dua rasio keuangan yang diuji. Hipotesis kedua
dengan pengujian Independent Sample Test secara keseluruhan ditolak artinya
bahwa tidak ada perbedaan antara kinerja perusahaan pada perusahaan yang
melakukan merger dan akusisi dengan perusahaan yang tidak melakukan
merger dan akusisi. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Windarti (2002), dimana Windarti tidak menemukan perbedaan yang
signifikan pada seluruh rasio likuiditas, aktivitas dan profitabilitas.
Tabel 4.10 Hasil Uji Hipotesis Kedua
Definisi Rasio Tipe Rasio Z
Hitung
Asym.
Sig
Kesimpulan
(H0)
Current Ratio Likuiditas 1.683 0.200 Diterima
Quick Ratio Likuiditas 1.469 0.231 Diterima
Fixed Asset Turn Over Aktivitas -0.737 0.461 Diterima
Total Asset Turn Over Aktivitas -0.590 0.555 Diterima
Debt to Total Asset Ratio Leverage -1.213 0.225 Diterima
Debt to Total Equity Ratio Leverage -1.967 0.049 Ditolak
Operating Profit Margin Profitabilitas -0.967 0.334 Diterima
Net Profit Margin Profitabilitas -0.688 0.491 Diterima
Return On Invesment Profitabilitas -0.688 0.491 Diterima
Return On Equity Profitabilitas -0.115 0.909 Diterima
Sumber : Financial Report, data diolah dengan SPSS 15.0
F. Analisis Hipotesis Ketiga (H3)
Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik untuk melihat
kekuatan prediksi terhadap kinerja keuangan perusahaan yang melakukan
merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan
akusisi.
Tahap awal dalam melakukan analisis dengan menggunakan metode
regresi logistik adalah memasukkan variabel bebas kedalam uji regresi logistik
dengan menggunakan metode backward stepwise (conditional). Teknik
stepwise digunakan untuk menyaring variabel-variabel independent, kemudian
mengeluarkan satu persatu dimulai dari variabel yang paling tidak signifikan,
sehingga akhirnya diketahui variabel yang paling signikan. Hasil dari analisis
metode backward stepwise (conditional) ditunjukkan dalam lampiran 9.
Tahap selanjutnya atau tahap terakhir adalah menguji kembali variabel
yang signifikan dari uji regresi logistic teknis stepwise kedalam uji selanjutnya,
yaitu uji regresi logistik teknis Enter. Pengujian regresi logistik menghasilkan
Uji Nagelkerke R Squre, Uji Hosmer dan Lemeshow, dan uji signifikansi untuk
tiap-tiap variabel independent. Tabel 4.11 menampilkan ringkasan hasil uji
hipotesis ketiga dengan menggunakan analisis regresi logistik sedangkan hasil
perhitungan uji secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 11.
Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis 3
Regresi Logistik
Persamaan Regresi Logistik
Y = -0,393 + 0,374CR + (-0,342)QR + 0,078FATO + (-0,289)TATO + (-0,256)DTAR +
(-0,051)DTER + 6,463OPM + (-6,886)NPM + 3,738ROI + (-0,191)ROE
Variabel B S.E Wald Df Sig.
CRRL 0.374 0.704 0.283 1 0.595
QRRL -0.342 0.753 0.207 1 0.649
FATORA 0.078 0.099 0.614 1 0.433
TATORA -0.289 0.237 1.494 1 0.222
DTARRLV -0.256 0.975 0.069 1 0.739
DTERRLV -0.051 0.092 0.302 1 0.583
OPMRP 6.463 3.158 4.189 1 0.041
NPMRP -6.886 4.448 2.396 1 0.122
ROIRP 3.738 4.278 0.763 1 0.383
ROERP -0.191 0.368 0.270 1 0.603
Constant -0.393 1.156 0.116 1 0.734
Kategori Melakukan Merger
dan Akuisisi = 0
Tidak Melakukan Merger dan
Akusisi = 1
Percentage Correct 71,4% 71,4%
N 56
Omnibus Test of Model
Coefficient 16,987
-2 Log Likehood Block 0 77,632
-2 Log Likehood Block 1 60,646
Cox & Snell-R2 0,262
Nagelkerke-R2 0,349
Uji Chi-square Hosmer and
Lemeshaw Test 0,501
Overall Percentage 71,4%
Sumber : Financial Report, data diolah dengan SPSS 15.0
a. Nilai -2 Loglikehood Ratio
Dari hasil perhitungan -2LogLikelihood pada blok pertama (block
number = 0) terlihat nilai -2 LogLikelihood sebesar 77,632. Kemudian hasil
perhitungan nilai -2LogLikelihood pada blok kedua (block number = 1)
terlihat nilai -2LogLikelihood sebesar 60,646. Penilaian keseluruhan model
regresi (overall fit model) menggunakan nilai -2LogLikelihood jika terjadi
penurunan pada blok kedua dibanding blok pertama maka dapat disimpulkan
bahwa model regresi kedua menjadi lebih baik. Seperti yang ditunjukkan
pada tabel 4.11 pada blok pertama (block number = 0) nilai -2LogLikelihood
sebesar 77,632 dan pada blok kedua (block number = 1) nilai -
2LogLikelihood sebesar 60,646. Dari hasil ini peneliti dapat menyimpulkan
bahwa model regresi kedua lebih baik untuk memprediksi kemungkinan
perbedaan antara perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan
perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi.
b. Koefisien Cox dan Snell R Square dan Nagelkerke’s R Square
Koefisien Cox & Snell R Square pada tabel model summary dapat
diinterpretasikan sama seperti koefisien determinasi R2 pada regresi linier
berganda, tetapi karena nilai maksimum Cox & Snell R Square biasanya
lebih kecil dari satu, seperti yang ditunjukkan oleh tabel 4.11 nilai Cox &
Snell R Square adalah 0,262 lebih kecil dari satu, maka menjadi sukar untuk
diinterpretasikan seperti R2 dan jarang digunakan.
Koefisien Nagelkerke R Square pada table Model Summary merupakan
modifikasi dari koefisien Cox & Snell R Square agar nilai maksimumnya
bisa mencapai satu dan mempunyai kisaran antara 0 dan sama seperti
koefisien determinasi R2 pada regresi linier berganda. Seperti yang terliahat
pada table 4.11, nilai koefisien Nagelkerke R Square sebesar 0,349 yang
berarti kemapuan variable bebas menjelaskan variable tidak bebas sebesar
34,9 %.
c. Uji Chi-square Hosmer and Lemeshaw Test
Untuk menilai kelayakan model regresi dalam memprediksi digunakan
Uji Chi Square Hosmer and Lemeshow. Pengujian ini digunakan untuk
menguji hipotesis:
Ho : Tidak terdapat perbedaan antara klasifikasi yang diprediksikan
dengan klasifikasi yang diamati.
Ha : Terdapat perbedaan antara kalsifikasi yang diprediksi dengan
klasifikasi yang diamati.
Hasil pengujian pada tabel 4.11 menunjukkan nilai Chi Square sebesar
17.458 dengan nilai sig 0.501. dari hasil tersebut terlihat bahwa nilai sig > α
= 0.05 berarti H0 diterima bahwa tidak terdapat perbedaan antara kalsifikasi
yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati maka model regresi ini bisa
digunakan untuk analisis selanjutnya.
d. Ketepatan Prediksi Klasifikasi
Dengan mengunakan sepuluh variabel independent dalam model ini,
yaitu CRRL, QRRL, FATORA, TATORA, DTARRLV, DTERRLV,
OPMRP, NPMRP, ROIRP dan ROERP menunjukkan bahwa kebenaran
prediksi model suatu perusahaan yang dimasukkan dalam ketegori
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi sebesar 71,4% dan untuk
kebenaran prediksi suatu perusahaan yang dimasukkan dalam kategori
perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi sebesar 71,4%.
Hasil pengujian regresi logistik menunjukkan bahwa seluruh variabel
rasio Current Ratio dan Quick Ratio yang merupakan proxy dari likuiditas,
variabel Fixed Asset Turn Over dan Total Asset Turn Over yang merupakan
proxy dari aktivitas, variabel Debt to Total Equity Ratio dan Debt to Total
Asset Ratio yang merupakan proxy dari leverage, dan Operating Profit
Margin, Return On Equity, Return On Invesment, dan Net Profit Margin
yang merupakan proxy dari profitabilitas yang membuat kinerja keuangan
perusahaan dikategorikan secara berbeda dengan kebenaran prediksi model
secara keseluruhan dalam overall adalah 71,4%. Tingginya tingkat ketepatan
prediksi terebut, maka persamaan regresi tersebut dapat digunakan untuk
memprediksi kinerja keuangan perusahaan, sehingga dapat disimpulkan
hipotesis ketiga menerima H3 karena rasio keuangan dapat digunakan untuk
memprediksi kineja keuangan perusahaan di Indonesia.
e. Uji Wald Statistik
Uji Wald menguji masing-masing koefisien regresi logistik, sebagai
berikut :
1. Untuk koefisien variabel CRRL : uji Wald = 0.283, P-value = 0.595 > α =
0.05, maka koefisien regresi untuk variabel CRRL tidak signifikan.
2. Untuk koefisien variabel QRRL : uji Wald = 0.207, P-value = 0.649 > α =
0.05, maka koefisien regresi untuk variabel QRRL tidak signifikan.
3. Untuk koefisien variabel FATORA : uji Wald = 0.614, P-value = 0.433 >
α = 0.05, maka koefisien regresi untuk variabel FATORA tidak
signifikan.
4. Untuk koefisien variabel TATORA : uji Wald = 1.494, P-value = 0.222 >
α = 0.05, maka koefisien regresi untuk variabel TATORA tidak
signifikan.
5. Untuk koefisien variabel DTARRLV : uji Wald = 0.069, P-value = 0.739
> α = 0.05, maka koefisien regresi untuk variabel DTARRLV tidak
signifikan.
6. Untuk koefisien variabel DTERRLV : uji Wald = 0.302, P-value = 0.583
> α = 0.05, maka koefisien regresi untuk variabel DTERRLV tidak
signifikan.
7. Untuk koefisien variabel OPMRP : uji Wald = 4.189, P-value = 0.041 < α
= 0.05, maka koefisien regresi untuk variabel OPMRP signifikan.
8. Untuk koefisien variabel NPMRP : uji Wald = 2.396, P-value = 0.122 > α
= 0.05, maka koefisien regresi untuk variabel NPMRP tidak signifikan.
9. Untuk koefisien variabel ROIRP : uji Wald = 0.763, P-value = 0.383 > α
= 0.05, maka koefisien regresi untuk variabel ROIRP tidak signifikan.
10. Untuk koefisien variabel ROERP : uji Wald = 0.270, P-value = 0.603 >
α = 0.05, maka koefisien regresi untuk variabel ROERP tidak
signifikan.
11. Untuk konstanta : uji Wald = 0.116, P-value = 0.734 > α = 0.05, maka
koefisien regresi untuk konstanta tidak signifikan.
Hasil persamaan regresi logistik dalam penelitian ini menunjukkan daya
klasifikasi ketepatan prediksi keseluruhan sebesar 71.4% dengan klasifikasi
untuk kelompok perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi sebesar
71,4% dan untuk kebenaran prediksi suatu perusahaan yang dimasukkan dalam
kategori perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi sebesar 71,4%
ini ditunjukkan dengan classification table pada output SPSS dengan cut-off
value 0.50 dan mendukung hipotesis III dalam penelitian ini yang berarti rasio
keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kondisi kinerja keuangan pada
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi.
Nilai koefisien Nagelkarke R Square menjelaskan bahwa dalam model
regresi ini kemampuan rasio keuangan dalam menjelaskan kinerja keuangan
sebesar 34.9% dan sisanya 65.1% dijelaskan oleh variabel lain.
Hasil perhitungan yang terdapat pada Wald statistic menunjukkan bahwa
hanya satu variabel saja yang berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen : perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dan perusahaan
yang tidak melakukan merger dan akuisisi yaitu variabel Operating Profit
Margin, sedangkan variabel lainnya tidak signifikan. Persamaan regresi yang
dibentuk adalah sebagai berikut :
Y = -0,393 + 0,374CR + (-0,342)QR + 0,078FATO + (-0,289)TATO +
(-0,256)DTAR + (-0,051)DTER + 6,463OPM + (-6,886)NPM +
3,738ROI + (-0,191)ROE
Pada hasil pengujian regresi terlihat bahwa variabel Curent Ratio dan
Quick Ratio mempunyai angka profitabilitas di atas 0,05. Pada tabel 4.11
diketahui bahwa Variabel Current Ratio signifikan dengan nilai koefisien yang
positif yaitu 0,374 artinya pada perusahaan yang melakukan merger dan
akuisisi, dan ada rasio likuiditas yang signifikan dengan nilai koefisien
negative yaitu Quick Ratio (-0,342) hasil ini konsisten dengan penelitian
Theodossiou et.al (1996) dalam Windarti (2002), dan konsisten dengan
penelitian Palepu (1986) dalam Windarti (2002) yang menemukan rasio
likuiditas yang negatif.
Rasio aktivitas yang mempunyai nilai koefisien positif (0,078) hanya pada
rasio Fixed Asset Turn Over dan signifikan terhadap perusahaan yang
melakukan merger dan akusisi yang berarti menerima H3, hasil ini tidak
mendukung penelitian Sorensen (2000), sedangkan satu rasio lainnya yaitu
Total Asset Turn Over mempunyai koefisien -0,289 mempunyai koefisien yang
negative tetapi signifikan. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian
Theodossiou et.al (1996) Sorensen (2000) dalam Windarti (2002).
Rasio leverage mempunyai koefisien yang negative pada Debt to Asset
Ratio (-0,256) dan Debt to Total Equity Ratio (-0, 051) dan signifikan, hasil ini
tidak mendukung penelitian Theodossiou et.al (1996) dan Sorensen (2000)
dalam Windarti (2002), tetapi konsisten dengan penelitian Palepu (1986).
Rasio profitabilitas juga mempunyai koefisien yang negatif pada rasio Net
Profit Margin (-6,886), Return On Invesment (-0,191) dan Return On Equity
(-0,393) dan semua rasio tersebut signifikan. Sedangkan satu rasio lainnya
Operating Profit Margin (6,463) mempunyai koefisien yang positif dan tidak
signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian ini untuk melihat pengaruh kinerja
perusahaan pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan
kinerja perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi, secara
keseluruhan juga tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan
penelitian ini sebagai berikut:
1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada perusahaan-perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ditemukan 14 perusahaan yang
melakukan merger dan akuisisi atas dasar ketersediaanya laporan
keuangan selama 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah merger dan akuisisi
dan 14 perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi sebagai
perusahaan pembanding selama periode penelitian 1999-2005.
2. Hasil uji beda Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan hanya rasio
DTAR pada penelitian 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah, rasio FATO
dan OPM pada penelitian 2 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah, dan rasio
TATO pada penelitian 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah merger dan
akuisisi yang menunjukkan terdapatnya perbedaan yang signifikan.
3. Hasil penelitian yang menggunakan sampel kontrol pada hipotesis kedua
yaitu perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi dibandingkan
dengan perusahaan yang melakukan merger dan akusisi. Secara
keseluruhan tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
perusahaan yang melakukan merger dan akusisi dengan perusahaan yang
tidak melakukan merger dan akuisisi.
4. Pengujian terakhir untuk melihat indikasi kinerja perusahaan yang
diproksikan dengan rasio keuangan (rasio likuiditas, aktivitas, leverage,
dan profitabiliats ) pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi
dengan kinerja perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi
dengan menggunakan regresi logistik, secara keseluruhan juga tidak
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan atau dengan kata lain tidak
ada perbedaan antara perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi
dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi. Namun
berdasarkan perhitungan regresi logistik, rasio keuangan dapat digunakan
untuk memprediksi kinerja keuangan perusahaan yang melakukan merger
dan akuisisi dengan kekuatan memprediksi sebesar 34% dan ketepatan
memprediksi sebesar 71,4%.
B. Implikasi
1. Perusahaan
Penelitian ini memberikan masukan bagi pihak yang berkepentingan
terhadap kinerja perusahaan para pelaku bisnis dalam mengambil
keputusan, terutama yang menyangkut keputusan merger dan akusisi.
Dengan temuan ini, diharapkan para pelaku bisnis akan lebih seksama
atau lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan merger dan akuisisi
agar tujuan yang utama dapat tercapai.
2. Investor
Dapat membantu para investor yang akan mengambil keputusan pada saat
ingin melakukan merger dan akuisisi dalam melakukan analisisnya.
3. Akademisi
Memberikan sedikit kontribusi keilmuan yang diharapkan mampu
memberikan manfaatnya didalam dunia pendidikan atau akademis
maupun dalam dunia praktisi.
C. Keterbatasan dan Saran Penelitian
Beberpa keterbatasan dalam penelitian ini yang masih perlu menjadi
bahan revisi penelitian selajutnya, antara lain:
1. Penelitian ini menggunakan metoda macthed paired, dimana ketebatasan
dalam menggunakan metoda ini adalah ketidaktepatan dalam menentukan
sampel, sehungga perusahaan yang digunakan sebagai pembanding hanya
perusahaan yang memenuhi kriteria size yang diukur menggunakan log
sales, sedangkan bila diukur dengan rasio lain seperti log asset, dan equity
akan ditemukan sampel perusahaan yang berbeda dan apabila ketinya
diukur maka tidak akan menemukan sampel perusahaan yang sama.
2. Penelitian ini tidak mengikutsertakan perusahan target sebagai pembanding
tehadap perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dan perusahaan
yang tidak melakukan merger dan akuisisi.
3. Penggunaan tolak ukur kinerja yang dipergunakan dalam penelitian ini
hanya menganalisis kinerja berdasarkan rasio keuangan, yang merupakan
aspek ekonomis saja, sementara banyak faktor non ekonomis yang tidak
dapat dimasukkan dalam ukuran kuantitatif. Beberapa aspek kinerja non
ekonomis seperti teknologi, sumber daya manusia, pelayanan, pajak,
budaya perusahaan, dan sebagainya penting untuk diperhatikan. Oleh
karena itu, hasil penelitian ini tidak dapat menggambarkan keseluruhan
aspek kinerja perusahaan.
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada penelitian yang
akan datang:
1. Menggunakan metode lain yang lebih tepat untuk menentukan sampel
perusahaan pembanding
2. Mengikutsertakan perusahaan target sebagai pembanding tehadap
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi.
3. Memperhatikan aspek-aspek non ekonomis yang mungkin berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan, sehingga dapat diperoleh gambaran yang
lebih lengkap mengenai kinerja perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja, M, Sc., Setia, Drs Lukas. ”Manajemen Keuangan”. Edisi Revisi. Yogyakarta. 2002.
Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2002. Griffin, Ricky W, dan Ronald J,Ebert. ”Bisnis” . Edisi Heenam. Jilid 1. Jakarta
2003.:66-67. Maryam, Siti. ”Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Return Saham, Volume
Perdagangan Saham dan Kinerja Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2007.
Muslim, SE, Rahman. ” Prediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Go
Public Dengan Menggunakan Analisis Multinomial Logit”. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2008.
Nurhidayati, Ida. ”Pengaruh Penggabungan Usaha Terhadap Kinerja
Perusahaan”. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2007.
Rusydi, Firman. ”Analisis Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja
Perusahaan Publik di Indonesia”. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2007.
Savandy, SE, Rachmat. ”Analisis Peranan Kinerja Keuangan Dalam
Memprediksi Peringkatat Obligasi Korporasi”. Skripsi Universitas Islam Nergeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2008.
Santoso, Singgih. “Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 15”. PT Elex Media Komputindo, Jakarta 2007. Sholikah, Nur. dan Payamta. ”Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja
Perusahaan Perbankan Publik Di Indonesia”. Jurnal Bisnis dan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, Vol.1, No.1, 2000:17-41.
Setiawan, Doddy. Dan Payamta. ”Analisis Pengaruh Merger dan Akuisisi
Terhadap Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, Vol. 7, No. 3 September 2004:265-282.
Taurusianingsih, S.E, M.Si, Nirmalawati, Dyah. ”Analisis Dampak Merger Horizontal Antar Bank Terhadap Profitabilitas Dan Efisiensi Industri Perbankan Indonesia”. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Perbanas, Vol.4, No.1, Desember, 2002:1-7.
Uyanto, PH.D, S. ”Pedoman Analisis Data Dengan SPSS”. Graha Ilmu. 2006. Winarsih, Dra. ”Dampak Keberadaan Dan Mekanise Operasional Bank Setelah
UU No. 7 Tahun 1992”. Majalah Triwulan, Media Ekonomi dan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus Semarang, Edisi 15, Tahun IV Juli 1995:67-75.
Windarti. ”Analisis Rasio Keuangan Perusahaan Yang Melakukan Merger Dan
Akuisisi”. Tesis Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 2002. www.bapepam.go.id www.google.com www.idx.co.id
Lampiran 5 Wilcoxon Signed Ranks Test 1 Tahun Sebelum Dengan 1 Tahun Sesudah Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks CRsesudah - CRsebelum Negative Ranks 6(a) 8.00 48.00 Positive Ranks 8(b) 7.13 57.00 Ties 0(c) Total 14
a CRsesudah < CRsebelum b CRsesudah > CRsebelum c CRsesudah = CRsebelum Test Statistics(b)
CRsesudah - CRsebelum Z -.282(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .778
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks QRsesudah - QRsebelum Negative Ranks 8(a) 5.38 43.00 Positive Ranks 6(b) 10.33 62.00 Ties 0(c) Total 14
a QRsesudah < QRsebelum b QRsesudah > QRsebelum c QRsesudah = QRsebelum Test Statistics(b)
QRsesudah - QRsebelum Z -.596(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .551
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks FATOsesudah - FATOsebelum Negative Ranks 4(a) 7.75 31.00 Positive Ranks 10(b) 7.40 74.00 Ties 0(c) Total 14
a FATOsesudah < FATOsebelum b FATOsesudah > FATOsebelum c FATOsesudah = FATOsebelum
Test Statistics(b)
FATOsesudah - FATOsebelum Z -1.350(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .177
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Tes Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks TATOsesudah - TATOsebelum Negative Ranks 5(a) 7.20 36.00 Positive Ranks 9(b) 7.67 69.00 Ties 0(c) Total 14
a TATOsesudah < TATOsebelum b TATOsesudah > TATOsebelum c TATOsesudah = TATOsebelum Test Statistics(b)
TATOsesudah - TATOsebelum Z -1.036(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .300
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Tes Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks DTARsesudah - DTARsebelum Negative Ranks 4(a) 4.50 18.00 Positive Ranks 10(b) 8.70 87.00 Ties 0(c) Total 14
a DTARsesudah < DTARsebelum b DTARsesudah > DTARsebelum c DTARsesudah = DTARsebelum Test Statistics(b)
DTARsesudah - DTARsebelum Z -2.166(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .030
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks DTERsesudah - DTERsebelum Negative Ranks 5(a) 7.00 35.00 Positive Ranks 9(b) 7.78 70.00 Ties 0(c) Total 14
a DTERsesudah < DTERsebelum b DTERsesudah > DTERsebelum c DTERsesudah = DTERsebelum
Test Statistics(b)
DTERsesudah - DTERsebelum Z -1.099(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .272
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks OPMsesudah - OPMsebelum Negative Ranks 11(a) 6.73 74.00 Positive Ranks 3(b) 10.33 31.00 Ties 0(c) Total 14
a OPMsesudah < OPMsebelum b OPMsesudah > OPMsebelum c OPMsesudah = OPMsebelum Test Statistics(b) OPMsesudah - OPMsebelum Z -1.350(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .177
a Based on positive ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks NPMsesudah - NPMsebelum Negative Ranks 7(a) 10.14 71.00 Positive Ranks 7(b) 4.86 34.00 Ties 0(c) Total 14
a NPMsesudah < NPMsebelum b NPMsesudah > NPMsebelum c NPMsesudah = NPMsebelum Test Statistics(b) NPMsesudah - NPMsebelum Z -1.161(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .245
a Based on positive ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks ROIsesudah - ROIsebelum Negative Ranks 6(a) 8.33 50.00 Positive Ranks 8(b) 6.88 55.00 Ties 0(c) Total 14
a ROIsesudah < ROIsebelum b ROIsesudah > ROIsebelum c ROIsesudah = ROIsebelum
Test Statistics(b) ROIsesudah - ROIsebelum Z -.157(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .875
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks ROEsesudah - ROEsebelum Negative Ranks 6(a) 8.83 53.00 Positive Ranks 8(b) 6.50 52.00 Ties 0(c) Total 14
a ROEsesudah < ROEsebelum b ROEsesudah > ROEsebelum c ROEsesudah = ROEsebelum Test Statistics(b) ROEsesudah - ROEsebelum Z -.031(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .975
Wilcoxon Signed Ranks Test 1 Tahun Sebelum Dengan 2 Tahun Sesudah Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks CRsesudah - CRsebelum Negative Ranks 8(a) 7.38 59.00 Positive Ranks 6(b) 7.67 46.00 Ties 0(c) Total 14
a CRsesudah < CRsebelum b CRsesudah > CRsebelum c CRsesudah = CRsebelum Test Statistics(b) CRsesudah - CRsebelum Z -.408(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .683
a Based on positive ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks QRsesudah - QRsebelum Negative Ranks 7(a) 7.71 54.00 Positive Ranks 7(b) 7.29 51.00 Ties 0(c) Total 14
a QRsesudah < QRsebelum b QRsesudah > QRsebelum c QRsesudah = QRsebelum
Test Statistics(b)
QRsesudah - QRsebelum Z -.094(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .925
a Based on positive ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks FATOsesudah - FATOsebelum Negative Ranks 4(a) 9.50 38.00 Positive Ranks 10(b) 6.70 67.00 Ties 0(c) Total 14
a FATOsesudah < FATOsebelum b FATOsesudah > FATOsebelum c FATOsesudah = FATOsebelum Test Statistics(b) FATOsesudah - FATOsebelum Z -.910(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .363
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks TATOsesudah - TATOsebelum Negative Ranks 3(a) 10.00 30.00 Positive Ranks 11(b) 6.82 75.00 Ties 0(c) Total 14
a TATOsesudah < TATOsebelum b TATOsesudah > TATOsebelum c TATOsesudah = TATOsebelum Test Statistics(b)
TATOsesudah - TATOsebelum Z -1.412(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .158
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks DTARsesudah - DTARsebelum Negative Ranks 5(a) 6.20 31.00 Positive Ranks 9(b) 8.22 74.00 Ties 0(c) Total 14
a DTARsesudah < DTARsebelum b DTARsesudah > DTARsebelum c DTARsesudah = DTARsebelum
Test Statistics(b) DTARsesudah - DTARsebelum Z -1.350(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .177
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks DTERsesudah - DTERsebelum Negative Ranks 6(a) 7.17 43.00 Positive Ranks 8(b) 7.75 62.00 Ties 0(c) Total 14
a DTERsesudah < DTERsebelum b DTERsesudah > DTERsebelum c DTERsesudah = DTERsebelum Test Statistics(b) DTERsesudah - DTERsebelum Z -.596(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .551
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks OPMsesudah - OPMsebelum Negative Ranks 7(a) 7.71 54.00 Positive Ranks 7(b) 7.29 51.00 Ties 0(c) Total 14
a OPMsesudah < OPMsebelum b OPMsesudah > OPMsebelum c OPMsesudah = OPMsebelum Test Statistics(b) OPMsesudah - OPMsebelum Z -.094(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .925
a Based on positive ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks NPMsesudah - NPMsebelum Negative Ranks 9(a) 7.67 69.00 Positive Ranks 5(b) 7.20 36.00 Ties 0(c) Total 14
a NPMsesudah < NPMsebelum b NPMsesudah > NPMsebelum c NPMsesudah = NPMsebelum
Test Statistics(b) NPMsesudah - NPMsebelum Z -1.036(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .300
a Based on positive ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks ROIsesudah - ROIsebelum Negative Ranks 6(a) 8.17 49.00 Positive Ranks 8(b) 7.00 56.00 Ties 0(c) Total 14
a ROIsesudah < ROIsebelum b ROIsesudah > ROIsebelum c ROIsesudah = ROIsebelum Test Statistics(b)
ROIsesudah - ROIsebelum Z -.220(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .826
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Tes Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks ROEsesudah - ROEsebelum Negative Ranks 7(a) 7.14 50.00 Positive Ranks 7(b) 7.86 55.00 Ties 0(c) Total 14
a ROEsesudah < ROEsebelum b ROEsesudah > ROEsebelum c ROEsesudah = ROEsebelum Test Statistics(b) ROEsesudah - ROEsebelum Z -.157(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .875
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test
Wilcoxon Signed Ranks Test 2 Tahun Sebelum Dengan 1 Tahun Sesudah
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks CRsesudah - CRsebelum Negative Ranks 8(a) 9.25 74.00 Positive Ranks 6(b) 5.17 31.00 Ties 0(c) Total 14
a CRsesudah < CRsebelum b CRsesudah > CRsebelum c CRsesudah = CRsebelum Test Statistics(b)
CRsesudah - CRsebelum Z -1.350(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .177
a Based on positive ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks QRsesudah - QRsebelum Negative Ranks 9(a) 6.67 60.00 Positive Ranks 5(b) 9.00 45.00 Ties 0(c) Total 14
a QRsesudah < QRsebelum b QRsesudah > QRsebelum c QRsesudah = QRsebelum Test Statistics(b) QRsesudah - QRsebelum Z -.471(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .638
a Based on positive ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks FATOsesudah - FATOsebelum Negative Ranks 3(a) 6.67 20.00 Positive Ranks 11(b) 7.73 85.00 Ties 0(c) Total 14
a FATOsesudah < FATOsebelum b FATOsesudah > FATOsebelum c FATOsesudah = FATOsebelum Test Statistics(b)
FATOsesudah - FATOsebelum Z -2.040(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .041
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks TATOsesudah - TATOsebelum Negative Ranks 5(a) 6.40 32.00 Positive Ranks 9(b) 8.11 73.00 Ties 0(c) Total 14
a TATOsesudah < TATOsebelum b TATOsesudah > TATOsebelum c TATOsesudah = TATOsebelum Test Statistics(b)
TATOsesudah - TATOsebelum Z -1.287(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .198
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks DTARsesudah - DTARsebelum Negative Ranks 5(a) 5.20 26.00 Positive Ranks 9(b) 8.78 79.00 Ties 0(c) Total 14
a DTARsesudah < DTARsebelum b DTARsesudah > DTARsebelum c DTARsesudah = DTARsebelum Test Statistics(b)
DTARsesudah - DTARsebelum Z -1.664(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .096
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks DTERsesudah - DTERsebelum Negative Ranks 6(a) 6.83 41.00 Positive Ranks 8(b) 8.00 64.00 Ties 0(c) Total 14
a DTERsesudah < DTERsebelum b DTERsesudah > DTERsebelum c DTERsesudah = DTERsebelum Test Statistics(b)
DTERsesudah - DTERsebelum Z -.722(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .470
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks OPMsesudah - OPMsebelum Negative Ranks 11(a) 8.09 89.00 Positive Ranks 3(b) 5.33 16.00 Ties 0(c) Total 14
a OPMsesudah < OPMsebelum b OPMsesudah > OPMsebelum c OPMsesudah = OPMsebelum Test Statistics(b) OPMsesudah - OPMsebelum Z -2.291(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .022
a Based on positive ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks NPMsesudah - NPMsebelum Negative Ranks 6(a) 7.50 45.00 Positive Ranks 8(b) 7.50 60.00 Ties 0(c) Total 14
a NPMsesudah < NPMsebelum b NPMsesudah > NPMsebelum c NPMsesudah = NPMsebelum Test Statistics(b) NPMsesudah - NPMsebelum Z -.471(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .638
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks ROIsesudah - ROIsebelum Negative Ranks 6(a) 6.33 38.00 Positive Ranks 8(b) 8.38 67.00 Ties 0(c) Total 14
a ROIsesudah < ROIsebelum b ROIsesudah > ROIsebelum c ROIsesudah = ROIsebelum Test Statistics(b)
ROIsesudah - ROIsebelum Z -.910(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .363
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks ROEsesudah - ROEsebelum Negative Ranks 5(a) 8.20 41.00 Positive Ranks 9(b) 7.11 64.00 Ties 0(c) Total 14
a ROEsesudah < ROEsebelum b ROEsesudah > ROEsebelum c ROEsesudah = ROEsebelum Test Statistics(b)
ROEsesudah - ROEsebelum Z -.722(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .470
Wilcoxon Signed Ranks Test 2 Tahun Sebelum Dengan 2 Tahun Sesudah
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks CRsesudah - CRsebelum Negative Ranks 10(a) 8.20 82.00 Positive Ranks 4(b) 5.75 23.00 Ties 0(c) Total 14
a CRsesudah < CRsebelum b CRsesudah > CRsebelum c CRsesudah = CRsebelum Test Statistics(b) CRsesudah - CRsebelum Z -1.852(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .064
a Based on positive ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks QRsesudah - QRsebelum Negative Ranks 8(a) 7.50 60.00 Positive Ranks 6(b) 7.50 45.00 Ties 0(c) Total 14
a QRsesudah < QRsebelum b QRsesudah > QRsebelum c QRsesudah = QRsebelum Test Statistics(b) QRsesudah - QRsebelum Z -.471(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .638
a Based on positive ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks FATOsesudah - FATOsebelum Negative Ranks 2(a) 12.00 24.00 Positive Ranks 12(b) 6.75 81.00 Ties 0(c) Total 14
a FATOsesudah < FATOsebelum b FATOsesudah > FATOsebelum c FATOsesudah = FATOsebelum Test Statistics(b)
FATOsesudah - FATOsebelum Z -1.789(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .074
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks TATOsesudah - TATOsebelum Negative Ranks 2(a) 9.00 18.00 Positive Ranks 12(b) 7.25 87.00 Ties 0(c) Total 14
a TATOsesudah < TATOsebelum b TATOsesudah > TATOsebelum c TATOsesudah = TATOsebelum Test Statistics(b) TATOsesudah - TATOsebelum Z -2.166(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .030
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks DTARsesudah - DTARsebelum Negative Ranks 6(a) 7.17 43.00 Positive Ranks 8(b) 7.75 62.00 Ties 0(c) Total 14
a DTARsesudah < DTARsebelum b DTARsesudah > DTARsebelum c DTARsesudah = DTARsebelum Test Statistics(b)
DTARsesudah - DTARsebelum Z -.596(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .551
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks DTERsesudah - DTERsebelum Negative Ranks 7(a) 7.29 51.00 Positive Ranks 7(b) 7.71 54.00 Ties 0(c) Total 14
a DTERsesudah < DTERsebelum b DTERsesudah > DTERsebelum c DTERsesudah = DTERsebelum Test Statistics(b)
DTERsesudah - DTERsebelum Z -.094(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .925
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks OPMsesudah - OPMsebelum Negative Ranks 9(a) 8.22 74.00 Positive Ranks 5(b) 6.20 31.00 Ties 0(c) Total 14
a OPMsesudah < OPMsebelum b OPMsesudah > OPMsebelum c OPMsesudah = OPMsebelum Test Statistics(b) OPMsesudah - OPMsebelum Z -1.350(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .177
a Based on positive ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks NPMsesudah - NPMsebelum Negative Ranks 6(a) 7.33 44.00 Positive Ranks 8(b) 7.63 61.00 Ties 0(c) Total 14
a NPMsesudah < NPMsebelum b NPMsesudah > NPMsebelum c NPMsesudah = NPMsebelum
Test Statistics(b)
NPMsesudah - NPMsebelum Z -.534(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .594
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks ROIsesudah - ROIsebelum Negative Ranks 7(a) 7.14 50.00 Positive Ranks 7(b) 7.86 55.00 Ties 0(c) Total 14
a ROIsesudah < ROIsebelum b ROIsesudah > ROIsebelum c ROIsesudah = ROIsebelum Test Statistics(b) ROIsesudah - ROIsebelum Z -.157(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .875
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks ROEsesudah - ROEsebelum Negative Ranks 5(a) 8.40 42.00 Positive Ranks 9(b) 7.00 63.00 Ties 0(c) Total 14
a ROEsesudah < ROEsebelum b ROEsesudah > ROEsebelum c ROEsesudah = ROEsebelum Test Statistics(b)
ROEsesudah - ROEsebelum Z -.659(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .510
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test
Lampiran 8 Mann-Whitney Test Ranks
Kondisi N Mean Rank Sum of Ranks FATO Melakukan Merger dan Akuisisi 28 30.11 843.00 Tidak Melakukan Merger dan Akuisis 28 26.89 753.00 Total 56 TATO Melakukan Merger dan Akuisisi 28 29.79 834.00 Tidak Melakukan Merger dan Akuisis 28 27.21 762.00 Total 56 DTAR Melakukan Merger dan Akuisisi 28 31.14 872.00 Tidak Melakukan Merger dan Akuisis 28 25.86 724.00 Total 56 DTER Melakukan Merger dan Akuisisi 28 32.79 918.00 Tidak Melakukan Merger dan Akuisis 28 24.21 678.00 Total 56 OPM Melakukan Merger dan Akuisisi 28 26.39 739.00 Tidak Melakukan Merger dan Akuisis 28 30.61 857.00 Total 56 NPM Melakukan Merger dan Akuisisi 28 30.00 840.00 Tidak Melakukan Merger dan Akuisis 28 27.00 756.00 Total 56 ROI Melakukan Merger dan Akuisisi 28 30.00 840.00 Tidak Melakukan Merger dan Akuisis 28 27.00 756.00 Total 56 ROE Melakukan Merger dan Akuisisi 28 28.25 791.00 Tidak Melakukan Merger dan Akuisis 28 28.75 805.00 Total 56
Test Statistics(a)
FATO TATO DTAR DTER OPM NPM ROI ROE Mann-Whitney U 347.000 356.000 318.000 272.000 333.000 350.000 350.000 385.000 Wilcoxon W 753.000 762.000 724.000 678.000 739.000 756.000 756.000 791.000 Z -.737 -.590 -1.213 -1.967 -.967 -.688 -.688 -.115 Asymp. Sig. (2-tailed) .461 .555 .225 .029 .334 .491 .491 .909
a Grouping Variable: Kondisi
Lampiran 9 Logistic Regression Case Processing Summary
Unweighted Cases(a) N Percent Selected Cases Included in Analysis 56 100.0 Missing Cases 0 .0 Total 56 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 56 100.0
a If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value Melakukan Merger dan Akuisisi 0 Tidak Melakukan Merger dan Akuisis 1
Block 0: Beginning Block Iteration History(a,b,c)
Iteration -2 Log likelihood Coefficients Constant Constant Step 0 1 77.632 .000
a Constant is included in the model. b Initial -2 Log Likelihood: 77.632 c Estimation terminated at iteration number 1 because parameter estimates changed by less than .001. Classification Table(a,b) Observed Predicted
Kondisi Percentage
Correct
Melakukan Merger dan
Akuisisi
Tidak Melakukan Merger dan
Akuisis
Melakukan Merger dan
Akuisisi Step 0 Kondisi Melakukan Merger dan
Akuisisi 0 28 .0
Tidak Melakukan Merger dan Akuisis
0 28 100.0
Overall Percentage 50.0
a Constant is included in the model. b The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 0 Constant .000 .267 .000 1 1.000 1.000
Variables not in the Equation
Score df Sig. CRRL .194 1 .659 QRRL .010 1 .922 FATORA 1.034 1 .309 TATORA 1.509 1 .219 DTARRLV 1.045 1 .307 DTERRLV .515 1 .473 OPMRP 1.542 1 .214 NPMRP 3.461 1 .063 ROIRP 1.187 1 .276
Variables
ROERP .024 1 .876
Step 0
Overall Statistics 11.825 10 .297
Block 1: Method = Backward Stepwise (Conditional)
Iteration History(a,b,c,d,e)
Iteration -2 Log likelihood Coefficients
Constant CR QR FAT
O TATO DTAR DTER OPM NPM ROI ROE Step 1 1 64.249 .194 .286 -.420 .029 -.309 -.138 -.047 3.305 -2.549 4.271 -.825 2 60.473 .144 .311 -.428 .059 -.456 -.235 -.055 4.763 -5.064 7.209 -1.536 3 57.630 -.005 .386 -.418 .093 -.651 -.343 -.053 6.737 -9.480 12.112 -2.523 4 56.871 -.037 .457 -.437 .102 -.789 -.401 -.041 7.652 -12.941 15.755 -3.116 5 56.813 -.034 .474 -.441 .105 -.829 -.427 -.037 7.975 -14.122 16.835 -3.273 6 56.813 -.031 .474 -.441 .105 -.831 -.432 -.037 8.004 -14.213 16.899 -3.281 7 56.813 -.031 .474 -.441 .105 -.831 -.433 -.037 8.004 -14.213 16.899 -3.281 Step 2 1 64.681 .050 .412 -.497 .007 -.295 -.101 2.815 -2.589 4.022 -.661 2 60.916 -.034 .460 -.509 .034 -.433 -.193 4.198 -5.083 6.790 -1.297 3 57.864 -.172 .533 -.493 .067 -.638 -.305 6.247 -9.732 11.967 -2.358 4 57.039 -.145 .578 -.498 .082 -.795 -.378 7.270 -13.447 16.038 -3.065 5 56.986 -.123 .581 -.496 .086 -.832 -.417 7.648 -14.564 17.051 -3.223 6 56.986 -.115 .579 -.495 .086 -.833 -.427 7.673 -14.640 17.096 -3.230 7 56.986 -.114 .579 -.495 .086 -.833 -.428 7.673 -14.641 17.095 -3.230 Step 3 1 65.210 .087 .074 .020 -.288 -.126 2.760 -2.606 4.139 -.625 2 61.374 -.013 .124 .046 -.423 -.218 4.140 -5.108 6.847 -1.260 3 58.289 -.158 .216 .078 -.627 -.329 6.183 -9.761 11.979 -2.318 4 57.444 -.132 .260 .092 -.782 -.405 7.195 -13.503 16.036 -3.020 5 57.386 -.107 .265 .096 -.820 -.450 7.583 -14.661 17.058 -3.179 6 57.385 -.095 .263 .097 -.822 -.464 7.609 -14.745 17.103 -3.186
7 57.385 -.093 .263 .097 -.822 -.465 7.608 -14.746 17.102 -3.186 8 57.385 -.093 .263 .097 -.822 -.465 7.608 -14.746 17.102 -3.186
a Method: Backward Stepwise (Conditional) b Constant is included in the model. c Initial -2 Log Likelihood: 77.632 d Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001. e Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than .001. Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig. Step 20.819 10 .022 Block 20.819 10 .022
Step 1
Model 20.819 10 .022 Step -.173 1 .678 Block 20.647 9 .014
Step 2(a)
Model 20.647 9 .014 Step -.400 1 .527 Block 20.247 8 .009
Step 3(a)
Model 20.247 8 .009 Step -.306 1 .580 Block 19.941 7 .006
Step 4(a)
Model 19.941 7 .006 Step -1.213 1 .271 Block 18.728 6 .005
Step 5(a)
Model 18.728 6 .005 a A negative Chi-squares value indicates that the Chi-squares value has decreased from the previous step. Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square 1 56.813(a) .310 .414 2 56.986(a) .308 .411 3 57.385(b) .303 .405 4 57.691(b) .300 .399 5 58.905(a) .284 .379
a Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001. b Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than .001. .
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig. 1 17.458 7 .015 2 9.423 7 .224 3 12.500 7 .085 4 9.336 7 .229 5 9.037 7 .250
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Kondisi = Melakukan Merger
dan Akuisisi Kondisi = Tidak Melakukan Merger
dan Akuisis Total
Observed Expected Observed Expected Observed Step 1 1 6 5.759 0 .241 6 2 5 4.862 1 1.138 6 3 5 4.200 1 1.800 6 4 4 3.757 2 2.243 6 5 4 3.118 2 2.882 6 6 0 2.392 6 3.608 6 7 1 1.917 5 4.083 6 8 0 1.367 6 4.633 6 9 3 .628 5 7.372 8 Step 2 1 6 5.762 0 .238 6 2 5 4.845 1 1.155 6 3 5 4.217 1 1.783 6 4 4 3.644 2 2.356 6 5 4 3.166 2 2.834 6 6 0 2.405 6 3.595 6 7 1 1.954 5 4.046 6 8 1 1.381 5 4.619 6 9 2 .627 6 7.373 8
Classification Table(a)
Observed Predicted
Kondisi Percentage Correct
Melakukan Merger
dan Akuisisi Tidak Melakukan
Merger dan Akuisis Melakukan Merger
dan Akuisisi Step 1 Kondisi Melakukan Merger dan Akuisisi 23 5 82.1 Tidak Melakukan Merger dan
Akuisis 6 22 78.6
Overall Percentage Step 2 Kondisi Melakukan Merger dan Akuisisi 23 5 82.1 Tidak Melakukan Merger dan
Akuisis 6 22 78.6
Overall Percentage Step 3 Kondisi Melakukan Merger dan Akuisisi 24 4 85.7 Tidak Melakukan Merger dan
Akuisis 6 22 78.6
Overall Percentage
a The cut value is .500 Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) CRRL .474 .738 .413 1 .521 1.606 QRRL -.441 .801 .303 1 .582 .644 FATORA .105 .103 1.048 1 .306 1.111 TATORA -.831 .374 4.929 1 .026 .436 DTARRLV
-.433 .545 .629 1 .428 .649
DTERRLV -.037 .089 .168 1 .682 .964
OPMRP 8.004 3.301 5.878 1 .015 2992.531 NPMRP -14.213 5.956 5.695 1 .017 .000 ROIRP 16.899 8.033 4.425 1 .035 21829861.
158 ROERP -3.281 1.693 3.753 1 .053 .038
Step 1(a)
Constant -.031 .964 .001 1 .974 .969 CRRL .579 .704 .677 1 .411 1.784 QRRL -.495 .791 .392 1 .531 .609 FATORA .086 .092 .870 1 .351 1.090 TATORA -.833 .379 4.841 1 .028 .435 DTARRLV -.428 .662 .417 1 .518 .652
OPMRP 7.673 3.205 5.730 1 .017 2149.447 NPMRP -14.641 5.939 6.077 1 .014 .000 ROIRP 17.095 8.152 4.398 1 .036 26571882.
742 ROERP -3.230 1.723 3.516 1 .061 .040
Step 2(a)
Constant -.114 1.023 .012 1 .911 .892 CRRL .263 .475 .306 1 .580 1.300 FATORA .097 .090 1.140 1 .286 1.101 TATORA -.822 .375 4.799 1 .028 .440 DTARRLV -.465 .718 .420 1 .517 .628
OPMRP 7.608 3.190 5.687 1 .017 2014.662 NPMRP -14.746 5.967 6.108 1 .013 .000 ROIRP 17.102 8.122 4.434 1 .035 26746969.
424 ROERP -3.186 1.719 3.435 1 .064 .041
Step 3(a)
Constant -.093 1.053 .008 1 .929 .911 FATORA .099 .093 1.129 1 .288 1.104 TATORA -.812 .381 4.538 1 .033 .444 DTARRLV -.612 .877 .487 1 .485 .542
OPMRP 7.777 3.173 6.007 1 .014 2384.813 NPMRP -14.470 5.941 5.931 1 .015 .000 ROIRP 16.992 8.193 4.302 1 .038 23972022.
041 ROERP -3.164 1.736 3.323 1 .068 .042
Step 4(a)
Constant .350 .865 .164 1 .686 1.419 a Variable(s) entered on step 1: CRRL, QRRL, FATORA, TATORA, DTARRLV, DTERRLV, OPMRP, NPMRP,
Correlation Matrix
Constant CR QR FATO TATO DTAR DTER OPM NPM ROI ROE Step 1
Constant 1.000 -.541 .066 -.058 -.133 -.506 -.219 -.044 .072 .069 -.154
CRRL -.541 1.000 -.737 -.302 -.069 .205 .337 -.127 -.126 .047 -.043 QRRL .066 -.737 1.000 .221 .075 -.093 -.153 -.015 .028 -.034 .051 FATORA -.058 -.302 .221 1.000 -.388 -.124 -.447 .355 -.261 .269 -.224 TATORA -.133 -.069 .075 -.388 1.000 .000 .000 -.361 .710 -.860 .809 DTARRLV -.506 .205 -.093 -.124 .000 1.000 .050 -.025 .127 -.019 .077 DTERRLV -.219 .337 -.153 -.447 .000 .050 1.000 -.263 -.151 .037 .097 OPMRP -.044 -.127 -.015 .355 -.361 -.025 -.263 1.000 -.559 .435 -.403 NPMRP .072 -.126 .028 -.261 .710 .127 -.151 -.559 1.000 -.856 .693 ROIRP .069 .047 -.034 .269 -.860 -.019 .037 .435 -.856 1.000 -.903 ROERP -.154 -.043 .051 -.224 .809 .077 .097 -.403 .693 -.903 1.000 Step 2
Constant 1.000 -.509 .043 -.213 -.106 -.602 -.130 .021 .071 -.147
CRRL -.509 1.000 -.736 -.163 -.085 .231 -.030 -.082 .041 -.077 QRRL .043 -.736 1.000 .172 .077 -.087 -.060 .006 -.029 .067 FATORA -.213 -.163 .172 1.000 -.418 -.028 .270 -.350 .304 -.183 TATORA -.106 -.085 .077 -.418 1.000 -.044 -.369 .721 -.867 .815 DTARRLV -.602 .231 -.087 -.028 -.044 1.000 .027 .118 .010 .065 OPMRP -.130 -.030 -.060 .270 -.369 .027 1.000 -.616 .453 -.385 NPMRP .021 -.082 .006 -.350 .721 .118 -.616 1.000 -.860 .721 ROIRP .071 .041 -.029 .304 -.867 .010 .453 -.860 1.000 -.911 ROERP -.147 -.077 .067 -.183 .815 .065 -.385 .721 -.911 1.000
a Based on conditional parameter estimates Variables not in the Equation
Score df Sig. Step 2(a)
Variables DTERRLV .170 1 .680
Overall Statistics .170 1 .680 Step 3(b)
Variables QRRL .396 1 .529
DTERRLV .262 1 .609 Overall Statistics .563 2 .755 Step 4(c)
Variables CRRL .305 1 .581
QRRL .002 1 .965 DTERRLV .432 1 .511 Overall Statistics .875 3 .831 Step 5(d)
Variables CRRL .335 1 .563
QRRL .033 1 .857 FATORA 1.194 1 .274 DTERRLV .019 1 .890 Overall Statistics 2.016 4 .733
a Variable(s) removed on step 2: DTERRLV. b Variable(s) removed on step 3: QRRL. c Variable(s) removed on step 4: CRRL. d Variable(s) removed on step 5: FATORA.
Lampiran 10 Logistic Regression Metode Enter Case Processing Summary
Unweighted Cases(a) N Percent Included in Analysis 56 100.0 Missing Cases 0 .0
Selected Cases
Total 56 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 56 100.0
a If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value Melakukan Merger dan Akuisisi 0 Tidak Melakukan Merger dan Akuisis 1
Block 0: Beginning Block Iteration History(a,b,c)
-2 Log likelihood Coefficients
Iteration Constant Step 0 1
77.632 0 a Constant is included in the model. b Initial -2 Log Likelihood: 77.632 c Estimation terminated at iteration number 1 because parameter estimates changed by less than .001. Classification Table(a,b)
Observed Predicted
Kondisi Percentage Correct
Melakukan Merger
dan Akuisisi
Tidak Melakukan Merger dan
Akuisis Step 0 Kondisi Melakukan Merger dan
Akuisisi 0 28 .0
Tidak Melakukan Merger dan Akuisis
0 28 100.0
Overall Percentage 50.0
a Constant is included in the model. b The cut value is .500 Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 0 Constant .000 .267 .000 1 1.000 1.000
Variables not in the Equation
Score df Sig. CRRL .194 1 .659 QRRL .010 1 .922 FATORA 1.034 1 .309 TATORA 1.509 1 .219 DTARRLV 1.045 1 .307 DTERRLV .515 1 .473 OPMRP 1.542 1 .214 NPMRP 3.461 1 .063 ROIRP 1.187 1 .276
Variables
ROERP .024 1 .876
Step 0
Overall Statistics 11.825 10 .297
Block 1: Method = Enter
Iteration History(a,b,c,d)
Iteration -2 Log
likelihood Coefficients
Constant CRRL QRRL FATO
RA TATO
RA DTARRLV
DTERRLV
OPMRP NPMRP ROIRP ROERP
Step 1 1 64.249 .194 .286 -.420 .029 -.309 -.138 -.047 3.305 -2.549 4.271 -.825 2 60.473 .144 .311 -.428 .059 -.456 -.235 -.055 4.763 -5.064 7.209 -1.536 3 57.630 -.005 .386 -.418 .093 -.651 -.343 -.053 6.737 -9.480 12.112 -2.523 4 56.871 -.037 .457 -.437 .102 -.789 -.401 -.041 7.652 -12.941 15.755 -3.116 5 56.813 -.034 .474 -.441 .105 -.829 -.427 -.037 7.975 -14.122 16.835 -3.273 6 56.813 -.031 .474 -.441 .105 -.831 -.432 -.037 8.004 -14.213 16.899 -3.281 7 56.813 -.031 .474 -.441 .105 -.831 -.433 -.037 8.004 -14.213 16.899 -3.281 8 64.249 .194 .286 -.420 .029 -.309 -.138 -.047 3.305 -2.549 4.271 -.825 9 60.473 .144 .311 -.428 .059 -.456 -.235 -.055 4.763 -5.064 7.209 -1.536 10 57.630 -.005 .386 -.418 .093 -.651 -.343 -.053 6.737 -9.480 12.112 -2.523
a Method: Enter b Constant is included in the model. c Initial -2 Log Likelihood: 77.632 d Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig. Step 20.819 10 .022 Block 20.819 10 .022
Step 1
Model 20.819 10 .022
Model Summary
Step -2 Log
likelihood Cox & Snell
R Square Nagelkerke R
Square 1 56.813(a) .310 .414
a Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001. Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig. 1 17.458 7 .015
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Kondisi = Melakukan Merger dan Akuisisi
Kondisi = Tidak Melakukan Merger dan
Akuisis Total
Observed Expected Observed Expected Observed 1 6 5.759 0 .241 6 2 5 4.862 1 1.138 6 3 5 4.200 1 1.800 6 4 4 3.757 2 2.243 6 5 4 3.118 2 2.882 6 6 0 2.392 6 3.608 6 7 1 1.917 5 4.083 6 8 0 1.367 6 4.633 6
Step 1
9 3 .628 5 7.372 8
Classification Table(a)
Observed Predicted
Kondisi Percentage
Correct
Melakukan Merger dan
Akuisisi
Tidak Melakukan Merger dan
Akuisis
Melakukan Merger dan
Akuisisi Step 1 Kondisi Melakukan Merger dan Akuisisi
23 5 82.1
Tidak Melakukan Merger dan Akuisis 6 22 78.6
Overall Percentage
a The cut value is .50
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 1(a)
CRRL .474 .738 .413 1 .521 1.606
QRRL -.441 .801 .303 1 .582 .644 FATORA .105 .103 1.048 1 .306 1.111 TATORA -.831 .374 4.929 1 .026 .436 DTARRLV -.433 .545 .629 1 .428 .649 DTERRLV -.037 .089 .168 1 .682 .964 OPMRP 8.004 3.301 5.878 1 .015 2992.531 NPMRP -14.213 5.956 5.695 1 .017 .000 ROIRP
16.899 8.033 4.425 1 .035 21829861.
158 ROERP -3.281 1.693 3.753 1 .053 .038 Constant -.031 .964 .001 1 .974 .969
a Variable(s) entered on step 1: CRRL, QRRL, FATORA, TATORA, DTARRLV, DTERRLV, OPMRP, NPMRP, ROIRP, ROERP.
Correlation Matrix
Consta
nt CRRL QRRL FATO
RA TATO
RA DTARRLV
DTERRLV OPMRP NPMRP ROIRP ROERP
Step 1
Constant 1.000 -.541 .066 -.058 -.133 -.506 -.219 -.044 .072 .069 -.067
CRRL -.541 1.000 -.737 -.302 -.069 .205 .337 -.127 -.126 .047 .273 QRRL .066 -.737 1.000 .221 .075 -.093 -.153 -.015 .028 -.034 -.144 FATORA -.058 -.302 .221 1.000 -.388 -.124 -.447 .355 -.261 .269 -.390 TATORA -.133 -.069 .075 -.388 1.000 .000 .000 -.361 .710 -.860 .056 DTARRLV -.506 .205 -.093 -.124 .000 1.000 .050 -.025 .127 -.019 -.215 DTERRLV -.219 .337 -.153 -.447 .000 .050 1.000 -.263 -.151 .037 .991 OPMRP -.044 -.127 -.015 .355 -.361 -.025 -.263 1.000 -.559 .435 -.239 NPMRP .072 -.126 .028 -.261 .710 .127 -.151 -.559 1.000 -.856 -.256 ROIRP .069 .047 -.034 .269 -.860 -.019 .037 .435 -.856 1.000 .069 ROERP -.154 -.043 .051 -.224 .809 .077 .097 -.403 .693 -.903 1.000