pembelajaran al-qur’an bagi anak berkebutuhan khusus

124
PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI ALUNA JAKARTA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Disusun Oleh: Zara Fauziah (11150110000030) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

Upload: others

Post on 31-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

DI SEKOLAH INKLUSI ALUNA JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh:

Zara Fauziah (11150110000030)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020

Page 2: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

:.

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

PEM BELAJARAIT{ AL-Q U R'AN BAGT AITA K BE R KE BIITUIIANKHUSUS DI SEKOLAII INKLIJSI ALUNA JAKARTTI

Skrtp..^t

Diajukan Kepada Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Mernenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Zara FauziahNrM. 11150110t)0txl30

Dr. Ahdul Ghofur. MA.NrP. 1 968 1 2481997 003 I 003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISL, .MFAKULTAS ILMU TARBTYAH DAN KEGURUAN

UNTYERSITAS ISLAM NtrGERI (UII{)SYARIF' HII}AYATULLAII

JAKARTA2420

Page 3: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

LE1VIBAR PENG ESAIIAN PENIBIMBING SI{RIPSI

Skripsi yang berjudul o'Pembelajaran Al-Qur'an Bagi Anak BerkebutuhanKhusus tli Sekolah lnklusi Aiuna Jakarta" elisusun oleh Zara Fauziah, Nllvl.11 150110000030, Jurusan Pendidikan Agarna Isiarn, Fakultas Ihnu Tarhil,ah dan

Keguruan, Universitas isiarn Negeri Sl.arit Flidavatullah "Iakarta. Telah melaluibimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah .vang berhak untuk diajukanpada sidang munaqasah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 13 Februari 1020

Yang rnengesahkan,

Dr. Abdul Ghofqr, MA=

lYrP. 1 968 1 2081997 0A3 I 003

Page 4: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Page 5: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

I(EMENTERIAN AGAMAT]IN JAKARTAFITKJl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia

FORM (FR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089

Tgl. Terbit : I Maret 2010

No. Revisi: : 0lHal 1lt

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : ZaraFauziah

Tempat/Tgl.Lahir : Jakarta,l0 Juni 1997

NIM : 11150110000030

Jurusan / Prodi : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Pembelajaran Al-Qur'an Bagi Anak Berkebutuhan Khusus di

Sekolah Inklusi Aluna Jakafia

Dosen Pernbimbing : Dr. Abdul Ghofur, M.Ag.

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri

dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh tr3ian Munaqasah.

Jakarta, 12 Februari 2020Mahasiswa Ybs.

NrM. 11150110000030ZaraFarziah

Page 6: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

i

ABSTRAK

Zara Fauziah (11150110000030). Pembelajaran Al-Qur’an Bagi Anak

Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi Aluna Jakarta

Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran

membaca al-Qur’an bagi anak berkebutuhan khusus tunarungu di sekolah inklusi

Aluna Jakarta mulai dari metode, media, hingga evaluasi serta mengetahui perbedaan

kemampuan anak normal dengan anak berkebutuhan khusus yang berada dalam satu

kelas; 2) untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan

pembelajaran membaca al-Qur’an bagi anak berkebutuhan khusus tunarungu di

sekolah inklusi Aluna Jakarta.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan

pendekatan deskriptif. Prosedur penelitian data yang digunakan yakni observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan

perpanjang pengamatan dan triangulasi data. Proses analisis data yang digunakan yakni

dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode membaca al-Qur’an yang

digunakan di Sekolah Aluna adalah metode Iqro’. Metode Iqro’ ini digunakan sebagai

dasar sebelum nantinya lanjut kepada tahap membaca al-Qur’an. Materi yang diajarkan

bersifat fleksibel yakni menyesuaikan dengan kemampuan peserta didik dan dalam

proses pembelajarannya tidak membutuhkan bermacam-macam alat hanya

menggunakan buku iqro’ saja, karena yang ditekankan pada metode iqro’ ini adalah

bacaannya. Rata-rata peserta didik tunarungu masih dalam tahapan iqro’ sedangkan

peserta didik normal beberapa anak sudah masuk ke tahapan al-Qur’an. kejelasan

dalam melafalkan pada anak tunarungu tergantung pada teraf kemampuan mendengar

peserta didik. Semakin rendah taraf kerusakan pendengarannya, maka semakin jelas

kejelasan dalam melafakan huruf-huruf hijaiyahnya, dan begitupun sebaliknya. faktor

pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran membaca al-Qur’an di Sekolah Aluna

adanya sikap saling menghargai dan menyemangati sesama peserta didik, peran serta

orang tua yang mendukung pembelajaran membaca al-Qur’an dengan memberikan

pembelajaran serupa di rumah, dan dukungan sesama pendidik. Adapun faktor

penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran membaca al-Qur’an di Sekolah Aluna

adalah keterbatasan fisik peserta didk tunarungu, focus dan mood belajar peserta didik

yang tidak stabil, dan kurangnya tenaga pendidik di bidang PAI.

Kata Kunci: Pembelajaran al-Qur’an, Anak Berkebutuhan Khusus, Sekolah

Inklusi.

Page 7: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

ii

ABSTRACT

Zara Fauziah (11150110000030). Learning of Qur'an for Children with Special

Needs at Aluna Inclusion Schools Jakarta

The purposes of this research are: 1) to find out the implementation of

learning of reciting qur'an for children with special needs with hearing impairment in

the Aluna inclusive school starting from the methods, media, evaluation and knowing

the differences in the abilities of normal children and children with special needs who

are in one class; 2) to find out the supporting and inhibiting factors in the

implementation of the learning of reciting qur'an for children with hearing impaired

special needs in Aluna inclusive schools.

The method of this research is qualitative with a descriptive approach. The

procedures of data research are observation, interviews, and documentation. The

validity of the data is checked by extending the observations and triangulating the data.

The data analysis process used is data reduction, data presentation and conclusion

drawing.

The results of this research indicate that the method of reciting the Qur'an

used at Aluna School is the Iqro' method. The Iqro' method is used as a basis before

continuing to the stage of reciting the Qur'an. The subject of the study is adjusting to

the ability of students and in the learning process does not require a variety of tools,

but using only the iqro' book, because the emphasis on the iqro' method is the reading.

The average of deaf student is still in the iqro' stage while some normal students have

entered the Qur'anic stage. clarity in the pronunciation of children with hearing

impairment depends on teraf listening ability of students. The clarity of pronunciation

in children with hearing impairment depends on the level of ability to hear. The lower

the level of hearing damage, the clearer the hijaiyah pronunciation is, and vice versa.

The supporting factors in the implementation of learning od reciting Qur'an at the

Aluna School are mutual respect and encouraging fellow students, the participation of

parents who support the learning by providing similar learning at home, and the

support of fellow educators. The inhibiting factors in the implementation of learning of

reciting Qur'an at Aluna School are physical limitations of deaf students, focus and

mood of students learning that is not stable, and the lack of educators in the field of

PAI.

Keywords: Learning of Reciting Qur'an, Children with Special Needs, Inclusion

Schools.

Page 8: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah ‘ala kulli haal, segala puji bagi Allah atas segala rahmat, karunia

serta kekuatan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tiada daya

dan upaya melainkan-Nya. Shalawat serta salam tak lupa dihanturkan kepada sang

pembawa kebenaran, cahaya di atas cahaya, suri tauladan bagi seluruh insan yakni

baginda Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta keluarga, sahabat, dan para

pengikutnya. Semoga kita kelak mendapatkan syafa’atnya di hari akhir nanti. Aamiin.

Penulis menyadari banyak sekali kekurangan, hambatan dan kesulitan dalam

penulisan skripsi ini. Terlepas dari itu, penulis mendapat banyak bantuan, motivasi,

bimbingan dan arahan dari guru-guru, keluarga, sahabat juga teman-teman sekalian.

Terkhusus penulis ucapkan terimakasi kepada kedua orangtua yakni ayahanda Fahrul

Rozi dan Ibunda Arfah atas segala kasih sayang, didikan, dukungan dan pastinya doa

yang selalu teruntai untuk penulis. Selain itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Bapak Drs. Abdul Haris, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Rusdi Jamil, M.Ag., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama

Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Abdul Ghofur, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

meluangkan waktunya, memberikan bimbingan, motivasi, dorongan serta ilmu

kepada penulis selama menyusun skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Pendidikan Agama Islam Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan banyak ilmu dan

pengetahuan dari awal hingga akhir perkuliahan. Semoga ilmu yang telah

diberikan mendapat berkah dari Allah dan bisa bermanfaat.

Page 9: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

iv

6. Ibu Rina Jayani selaku Kepala Yayasan Sekolah Aluna yang telah berkenan

menerima penulis untuk melakukan penelitian di sekolah.

7. Ibu Defi Intan Pusparini, S.Pd., Ibu Helma Hanani, S.Pd., Ibu Nurhayati, S.T., Ibu

Idfi Pujonggowati, SE. dan segenap guru-guru di Sekolah Aluna yang telah

membantu penulis selama melakukan penelitian.

8. Kedua adik penulis, Fadhya Hamdaniah dan Alfian Arrazi serta keluarga besar H.

Mahmud dan Keluarga besar Hamdani terimakasih atas segala doa, nasihat,

dukungan serta kasih sayang yang tercurah kepada penulis.

9. Shifa Aulia dan Intan Larasati yang tiada bosan memberikan semangat dan

dukungan kepada penulis.

10. Para sahabat PAI kelas B, Wahyu Adiningsih, Ananda Rakhmatul Ummah, dan

Iik Hikmatul Hidayat yang sudah penulis anggap seperti keluarga. Terimakasih

telah menemani perjalanan kuliah di PAI selama ini baik suka maupun duka. Serta

memberikan dukungan dan bantuan bukan hanya sekedar ucapan tapi juga

perbuatan. Mereka menjadi tempat pengisi asupan semangat ketika penulis mulai

lemah selain itu juga menjadi time keeper dalam mengerjakan tugas, mulai dari

zaman kuliah sampai selesainya tugas akhir kuliah (skripsi) ini.

11. Mantan Formatur LTTQ Fathullah 2018, Nana Andriyana, Halimatussa’diah,

Badriyah, Febriyansyah dan terkhusus Husen Ali Zaenal Abidin yang sudah

banyak membantu dan mengajarkan penulis banyak hal. Terimakasih sudah mau

mengorbankan waktunya dan berjuang bersama serta saling menyemangati satu

sama lain.

12. Keluarga besar Lembaga Tahfizh dan Ta’lim Al-Qur’an Masjid Fathullah UIN

Syarif Hidayatullah.

13. Teman-teman mahasiswa PAI Angkatan 2015 khususnya kelas B yang telah

mewarnai perjalanan penulis semasa kuliah.

Penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan juga kesalahan dalam

penelitian maupun penyusunan skripsi ini. Dan tak lupa penulis sampaikan terimakasih

Page 10: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

v

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi dan tidak disebutkan secara tertulis pleh penulis dalam kata

pengantar ini. Semoga segala kebaikan dibalas oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Aamiin yaa Rabbal ‘alamiin.

Jakarta, 13 Februari 2020

Penulis,

Zara Fauziah

Page 11: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

6

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i

ABSTRACT......................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 8

C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 8

D. Rumusan Masalah ................................................................................ 8

E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 9

F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9

BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................... 10

A. Kajian Teori ........................................................................................ 10

1. Pembelajaran Membaca Al-Qur’an ................................................ 10

2. Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu ........................................ 22

3. Sekolah Inklusi ............................................................................... 33

B. Penelitian Relevan ................................................................................ 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 44

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 44

B. Latar Penelitian .................................................................................... 44

C. Metode Penelitian ................................................................................. 45

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 46

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data................................... 49

F. Teknis Analisis Data ............................................................................ 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 53

A. Profil Sekolah Aluna ............................................................................ 53

B. Hasil Temuan ....................................................................................... 57

C. Pembahasan .......................................................................................... 68

vi

Page 12: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

7

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 72

A. Kesimpulan .......................................................................................... 72

B. Saran ..................................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 75

LAMPIRAN ........................................................................................................ 79

vii

Page 13: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

8

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Metode Iqra’

Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi

Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara

Tabel 4.1 Data Guru PKMB Sekolah Aluna Tahun Ajaran 2019/2020

Tabel 4.2 Data Siswa PKMB Sekolah Aluna Tahun Ajaran 2019/2020

viii

Page 14: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan mukjizat Islam yang abadi dan selalu diperkuat

dengan kemajuan ilmu pengetahun. Allah menurunkan al-Qur’an kepada

Rasulullah saw. agar manusia keluar dari kegelapan menuju ke jalan yang

terang benderang serta membimbing pada jalan yang lurus.1 Al-Qur’an adalah

perkataan Allah yang merupakan mukjizat, diturunkan kepada Nabi sekaligus

Rasul terakhir yakni Nabi Muhammad saw. melalui perantara malaikat Jibril,

diawali dengan surah al-Fatihah dan di akhiri dengan surah an-Nas, ditulis

dalam mushaf-mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir (oleh

orang banyak), serta yang mempelajarinya dinilai ibadah.2 Al-Qur’an

disampaikan kepada kita secara mutawatir dari satu generasi ke generasi lain,

yang terpelihara dari berbagai perubahan dan pergantian serta pemalsuan

terhadap teks-teksnya, bahkan Allah sendiri menjamin pemeliharaannya.3

Al-Qur’an juga menjadi sumber pertama dan utama ajaran Islam. Oleh

sebab itu, mempelajari al-Qur’an adalah keharusan bagi setiap umat Islam.

Rasulullah saw. memberikan pesan kepada kita, bahwasanya sebaik-baik dari

kalian ialah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya. Oleh sebab itu,

hendaknya kita senantiasa mempelajari al-Qur’an, karena di dalamnya terdapat

kedamaian dan ketentraman bagi siapa yang membaca apalagi mengkajinya

secara mendalam. Ditambah lagi jika ilmu al-Qur’an yang dimiliki tersebut kita

1 Manna Khalil al-Qaththan, Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2004),

h. 1. 2 Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy, Studi Ilmu Al-Qur’an, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998),

h. 15. 3 Abdul Hamid, Pengantar Studi Al-Qur’an, (Jakarta: Prenamedia Group, 2016), h. 27.

Page 15: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

2

amalkan dan ajarkan pada orang lain, niscaya ilmu tersebut akan lebih

bermaanfaat bahkan bisa menjadi amal jariyah untuk kita.

Mengajarkan al-Qur’an kepada anak harus sejak dini. Diantara Teknik

mengajarkan al-Qur’an yakni mengenalkan huruf-huruf yang ada di al-Qur’an

dengan cara membaca. Membaca merupakan jembatan menuntut ilmu. Hal ini

sejalan dengan awal mula turunnya wahyu al-Qur’an kepada Nabi Muhammad

saw. yakni perintah untuk membaca.4 Mempelajari al-Qur’an merupakan

keharusan baik yang memiliki fisik yang normal maupun yang berkebutuhan

khusus. Ada cara tersendiri untuk mengajarkan membaca al-Qur’an kepada

anak-anak terlebih lagi jika anak tersebut adalah anak berkebutuhan khusus.

Kesulitan yang dialami anak berkebutuhan khusus masih jarang diperhatikan

oleh orang tua dan guru. Padahal kedua elemen tersebut memiliki andil yang

besar terhadap perkembangan anak.

Perhatian terhadap anak berkebutuhan khusus masih terbilang kurang,

terlebih lagi dalam hal belajar dan mengarkan al-Qur’an kepada mereka. Media

pembelajaran yang digunakan juga masih terbatas. Selain itu, masih banyak

ditemukan guru yang memang tidak sesuai dengan bidangnya, sehingga mereka

mengajar dengan ilmu yang seadanya dan tidak kompatibel. Padahal guru yang

kompatibel itu merupakan unsur yang penting dalam mutu pendidikan. Apalagi

yang dihadapi adalah anak-anak berkebutuhan khusus yang memang

membutuhkan penanganan lebih.

Mengenai anak berkebutuhan khusus, setiap orang tua pasti memiliki

harapan jika anaknya akan terlahir normal tanpa ada kekurangan apapun. Akan

tetapi, ada beberapa kejadian di mana anak yang diharapkan tersebut tidak

sesuai dengan ekspektasi. Anak tersebut terlahir berbeda dengan yang lain.

Pada kondisi demikian, tak bisa dipungkiri bila orang tua yang mempunyai anak

4 Bahril Hidayat, Pembelajaran Alquran pada Anak Usia Dini Menurut Psikologi Agama dan

Neurosain, The 2nd Annual Conference on Islamic Early Childhood Education Vol.2, (e-ISSN): 2548-

4516, 2017, h. 60.

Page 16: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

3

berkebutuhan khusus akan merasakan kecewa. Akan tetapi, perlu diketahui

bahwasanya hal tersebut sudah menjadi qadarullah. Dan meyakini setiap anak

mempunyai kelebihan disamping kekurangan yang mereka miliki.

Islam memandang semua manusia itu sama, karena Allah tidak pernah

menilai seseorang baik dari fisik, kecerdasan, harta ataupun jabatan melainkan

yang dinilai adalah keimanannya. Mengenai anak berkebutuhan khusus,

walaupun mereka merupakan anak yang mempunyai ciri yang berbeda dengan

anak pada umumnya karena mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan

perkembangannya5, akan tetapi bagaimanapun keadaannya mereka tetaplah

makhluk Allah yang dinilai dari segi kemanusiaan mendapat pelayanan-

pelayanan kesejahteraan bagi mereka dengan cara memberikan bimbingan

rohani, agar mereka mendapat ketenangan. Sama halnya dengan orang normal

pada umumnya. Allah berfirman dalam QS. Abasa (78) ayat 1-10:

ىى ١عبس وتولى عأ لأ ٢أن جاءه أ ۥ يزكى ريك لعل أوأ يذكر فتنفع ٣وما يدأ كأرىى لذ

٤ه أ

تغأنى س أ ۥ تصدىى ٥أما من أ عىى وأما من جاءك ٧وما عليأك أل يزكى ٦فأنت ل ٨ يسأ

شى ١٠فأنت عنأه تلهىىى ٩وهو يأArtinya: 1. Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling 2. karena telah

datang seorang buta kepadanya 3. Tahukah kamu barangkali ia ingin

membersihkan dirinya (dari dosa) 4. atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran,

lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya 5. Adapun orang yang merasa

dirinya serba cukup 6. maka kamu melayaninya 7. Padahal tidak ada (celaan)

atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman) 8. Dan adapun orang yang

datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran) 9. sedang

ia takut kepada (Allah) 10. maka kamu mengabaikannya. (QS. Abasa (79): 1-

10)

5 Jati Rinakri Atmaja, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya,2017), h. 1.

Page 17: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

4

Ayat di atas mengisahkan suatu ketika nabi hendak menjelaskan al-

Qur’an pada beberapa pemuka Quraisy dengan harapan meraka bisa menerima

Islam dan tentu dapat menambah banyak orang untuk masuk Islam. Akan tetapi

ketika nabi sedang menejelaskan, tiba-tiba datang seorang yang bernama

Abdullah ibn Ummi Maktum berpenampilan miskin dan juga buta ingin

mempelajari al-Qur’an dan meminta untuk mengajarkannya. Nabi tidak suka

dengan Abdullah yang berkali-kali menyela ucapannya, dan sikap tersebut

terlihat dari wajah beliau. Saat itu nabi berpaling darinya dan saat itu pula Allah

menurunkan wahyu untuk menegur nabi terhadap sikap mengabaikan

seseorang yang sedang mencari kebenaran.6 Di sini Allah mengingatkan nabi

untuk memberikan peringatan kepada siapapun tanpa pilih kasih. Kemudian

Allahlah yang memberikan petunjuk pada jalan yang lurus bagi siapa saja yang

Allah kehendaki.7 Sangat terlihat jelas, bahwasanya untuk mempelajari al-

Qur’an tidak membeda-bedakan antara orang normal maupun orang

berkebutuhan khusus.

Berbicara mengenai anak berkebutuhan khusus, mereka juga memiliki

hak yang sama di antaranya dalam hal pendidikan. Anak berkebutuhan khusus

juga berhak mendapat pendidikan sebagaimana anak normal pada umumnya,

karena pada dasarnya manusia dilahirkan di dunia mempunyai hak dan

kewajiban yang sama. Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Dasar

1945 pasal 31 ayat I yang berbunyi: “setiap warga negara berhak mendapat

pendidikan”8. Maksud tersebut yakni bahwasanya setiap warga negara

Indonesia berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran baik dari kalangan

laki-laki atau perempuan, kaya atau miskin, tinggal di wilayah perkotaan atau

pedesaan, maupun anak normal atau anak berkebutuhan khusus. Mereka

6 Allamah kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur’an, (Jakarta: AlHuda, 2003), jilid 19, h. 219. 7 Muhammad Nasib ar-Rifa’I, Taisuru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta:

Gema Insani, 2000), jilid 4, h. 912. 8 Undang–Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat I sesudah Amandemen I–IV, dilengkapi Susunan

Kabinet Indonesia Bersatu II Tahun 2009–2014 dan Butir–butir Pancasila, (Surakarta: ITA, tt), h. 23.

Page 18: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

5

mempunyai kesempatan untuk mengembangkan diri dengan belajar untuk

mendapatkan pengetahuan tak luput juga pengetahuan agama.

Pendidikan menjadi salah satu Hak Asasi Manusia (HAM) yang

dilindungi dan dijamin baik oleh hukum nasional maupun internasional. Hal ini

berdasarkan bentuk ketidaksetujuan akan ketidakadilan dalam memperoleh

pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Adanya diskriminasi terhadap

sistem pendidikan anak berkebutuhan khusus dengan anak normal sehingga

membuat anak berkebutuhan khusus sulit untuk menyesuaikan diri dengan

masyarakat umum. Jika hal ini terus menerus terjadi dampaknya adalah anak

normal tidak akan mengerti bahwasanya anak berkebutuhan khusus juga ingin

memperoleh pengakuan dari orang lain dan mendaptkan pendidikan yang sama

dengan mereka. Karena dalam faktanya dilingkungan masyarakat, anak normal

dengan anak berkebutuhan khusus hidup bersama dalam suatu lingkungan, dan

hal itu tidak bisa dipisahkan.9

Penyuaraan penegak hak asasi manusia semakin semarak dalam

kehidupan masyarakat demokratis di Indonesia, yakni munculnya pandangan

baru bahwa semua penyandang kelainan baik yang kategori berat maupun yang

ringan (tanpa diskriminasi) mempunyai hak yang sama untuk dididik bersama-

sama dengan teman sebayanya di sekolah reguler. Dengan kata lain para anak

berkebutuhan khusus tidak boleh ditolak untuk belajar di sekolah umum yang

mereka inginkan. Sistem pendidikan semacam inilah yang sekarang kita kenal

dengan pendidikan inklusif.10

Kehadiran pendidikan inklusif sesungguhnya diawali oleh

ketidakpuasan sistem segregasi dan pendidikan khusus yang terlebih dahulu

mengiringi perjalanan anak berkelainan dan ketunaan dalam memperoleh

9 Jati Rinakri Atmaja, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2017), h. 3. 10 Hidayat, Yayan Heryana, dan Atang Setiawan, Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus,

(Bandung: UPI PRESS, 2006) h. 11

Page 19: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

6

layanan pendidikan sesuai dengan tingkat kemampuan dan kebutuhan mereka.

Pendidikan inklusif tidak lepas dari sebuah ironi yang menyayat hati nurani

anak berkebutuhan khusus yang semakin tersingkirkan dalam dunia pendidikan

formal. Bahkan kesempatannya untuk memperoleh pendidikan saja semakin

sulit diraih akibat kebijakan pemerintah yang kurang mendukung fasilitas

kalangan yang disebut different ability.11

Pendidikan inklusif dianggap sebagai pembaruan dalam dunia

pendidikan. Sebagaimana kita ketahui pembaruan ialah suatu usaha untuk

mengubah sesuatu yang dianggap lama dan diganti dengan sesuatu yang

dianggap baru.12 Pendidikan inklusif bisa dibilang pembaruan pendidikan yang

mampu menerima anak berkebutuhan khusus untuk sama-sama belajar dengan

anak normal di pendidikan umum. Melalui pendidikan inklusif, anak normal

dan anak berkebutuhan khusus diharapkan dapat mampu mengoptimalkan

potensi yang dimilikinya.

Adanya sekolah inklusi bisa menjadi sekolah harapan bagi anak

berkebutuhan khusus untuk bisa belajar bersama dalam satu kelas dengan

teman sebayanya tanpa adanya “pandangan berbeda” di antara mereka. Maka

dari itu para guru harus siap menerima siswanya dalam kondisi apapun.

Terkhusus pengajar anak berkebutuhan khusus dituntut untuk lebih kreatif

menggunakan teknik atau cara yang sesuai bagi anak. Seperti halnya yang

dilakukan oleh sekolah Aluna yang memberikan layanan pendidikan yang sama

bagi anak berkebutuhan khusus dan normal dengan menjadikan sekolah

tersebut sekolah inklusi.

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Aluna yang merupakan salah satu

sekolah inklusi bertempat di Kebagusan Jakarta. Di antara alasan Ibu Rina

11 Muhammad Takdir Ilahi, Pendidikan Inklusif (Konsep dan Aplikasi), (Yogjakarta: Ar Ruzz

Media, 2013) h. 30. 12 Muhammad Takdir Ilahi, Pendidikan Inklusif (Konsep dan Aplikasi), (Yogjakarta: Ar Ruzz

Media, 2013) h. 92.

.

Page 20: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

7

Jayani (Founder sekaligus Kepala Sekolah Aluna) mendirikan Sekolah Aluna

adalah karena sekoah inklusi di Indonesia belum banyak. Sekolah ini menerima

peserta didik dengan berbagai latar belakang. Meskipun pada dasarnya Sekolah

Aluna lebih memfokuskan pada anak dengan gangguan pendengaran

(tunarungu). Akan tetepi, terdapat juga beberapa anak dengan berkebutuhan

khusus lainnya. Sekolah inklusi ini membuat anak baik anak non berkebutuhan

khusus ataupun anak dengan berkebutuhan khusus bisa berbaur dan berbagi

antar sesama tanpa adanya pandangan berbeda di antara mereka.

Sekolah Aluna memberikan kesempatan untuk peserta didik dalam

mengenalkan cara membaca a-Qur’an bagi mereka yang beragama Islam.

Dalam hal ini, Sekolah Aluna menyiapkan waktu pembelajaran al-Qur’an

khusus setiap hari rutin setiap pagi. Program ini dilakukan di luar jam pelajaran

agama. Berbeda dengan sekolah inklusi lainnya yang kebanyakan hanya

memberikan kesempatan mereka mengenal agama terutama kitab suci hanya

sebatas pada saat jam pembelajaran agama saja.

Berdasarkan hasil pengamatan ketika pembelajaran al-Qur’an

berlangsung, peserta didik sangat antusias bahkan tak jarang mereka

menyodorkan diri untuk membaca al-Qur’an ke guru. Terkhusus pada anak

berkebutuhan khusus tunarungu.13 Di Sekolah Aluna, untuk anak berkebutuhan

khusus tunarungu tidak diperkenankan menggunakan bahasa isyarat atau

membaca gerak bibir. Setiap anak menggunakan alat bantu dengar baik ABD

biasa ataupun dengan implan koklea. Guru melatih pendengaran mereka,

dengan tujuan agar mereka bisa mendengar dan berkomuniaksi verbal. Hal

itupun juga diterapkan ketika pembelajaran al-Qur’an.

Oleh sebab itu, berdasarkan latar belakang di atas, peneliti sangat

tertarik untuk mengangkat masalah tersebut ke dalam sebuah penelitian yang

13 Hasil pengamatan pembelajaran al-Qur’an di kelas 3 & 4 Sekolah Aluna, Kamis, 13 Desember

2019.

Page 21: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

8

berjudul “Pembelajaran Al-Qur’an Bagi Anak Berkebutuhan Khusus di

Sekolah Inklusi Aluna Jakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Keterbatasan media pembelajaran dalam mempelajari al-Qur’an bagi anak

berkebutuhan khusus

2. Latar belakang pendidikan guru yang tidak linear dengan bidangnya

3. Kurangnya perhatian dalam pembelajaran al-Qur’an bagi anak

berkebutuhan khsusus

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan untuk memperjelas serta

lebih terarah maka peneliti berikan batasan masalah. Pada penelitian ini

dibatasi pada pembelajaran al-Qur’an pada anak berkebutuhan khusus

tunarungu di kelas 3 dan 4 sekolah inklusi Aluna Jakarta. Dengan fokus

penelitian untuk mendeskripsikan tentang pelaksanaan pembelajaran membaca

al-Qur’an bagi anak berkebutuhan khusus tunarungu, serta faktor yang menjadi

pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran membaca al-

Qur’an bagi anak berkebutuhan khusus tunarungu di sekolah inklusi Aluna

Jakarta.

D. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, peneliti merumuskan masalah penelitian,

yaitu:

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran membaca al-Qur’an bagi anak

berkebutuhan khusus tunarungu di sekolah inklusi Aluna Jakarta?

Page 22: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

9

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan

pembelajaran membaca al-Qur’an bagi anak berkebutuhan khusus

tunarungu di sekolah inklusi Aluna Jakarta?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menjelaskan pelaksanaan pembelajaran membaca al-Qur’an bagi

anak berkebutuhan khusus tunarungu di sekolah inklusi Aluna Jakarta

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan

pembelajaran membaca al-Qur’an bagi anak berkebutuhan khusus

tunarungu di sekolah inklusi Aluna Jakarta

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan

dapat memberi manfaat bagi:

1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang

pelaksanaan pembelajaran membaca al-Qur’an bagi anak berkebutuhan

khusus tunarungu

2. Bagi sekolah, dapat memberikan masukan dan mengoreksi diri agar sekolah

bisa lebih maju dan mampu mengembangkan sistem pendidikan yang lebih

bermutu terkhusus dalam pengembangan pembelajaran membaca al-Qur’an

bagi anak berkebutuhan khusus tunarungu di sekolah

3. Bagi guru, untuk dijadikan inspirasi dalam menentukan pelaksanaan

pembelajaran membaca al-Qur’an bagi anak berkebutuhan khusus

tunarungu serta untuk meningkatkan kompetensi dalam mengajarkannya

Page 23: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Membaca Al-Qur’an

a. Pengertian Pembelajaran Membaca Al-Qur’an

Kata pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk

yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau dituruti, sedangkan

kata pembelajaran bermakna proses, cara, perbuatan menjadikan orang

atau makhluk hidup belajar.14 Pembelajaran adalah proses kerjasama

antara guru dan siswa guna memanfaatkan potensi yang bersumber baik

dari dalam diri siswa maupun potensi yang berasal dari luar diri siswa

untuk mencapai tujuan belajar tertentu.15 Aktivitas guru berupa kegiatan

penciptaan peristiwa atau sistem lingkungan, yang dimaksudkan agar

mental-intelektual siswa terdorong dan terangsang untuk melakukan

aktivitas belajar.16

Sedangkan dalam pengertian lain dikatakan pembelajaran

merupakan usaha membelajarkan atau usaha mengarahkan kegiatan

siswa ke arah kegiatan belajar. Di dalam proses pembelajaran terdapat

dua kegiatan yakni kegiatan yang dilakukan oleh guru (mengajar) dan

kegiatan yang dilakukan oleh siswa (belajar). Proses pembelajaran

merupakan proses interaksi, yakni interaksi yang dilakukan oleh guru

dengan siswa atau siswa dengan siswa.17

14 Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar & Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz,

2011), h. 18. 15 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2006), h.

26. 16 Jamaludin, dkk, Pembelajaran Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h.

30. 17 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGafindo Persada, 2006), h. 8.

10

Page 24: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

11

Istilah pembelajaran berkaitan dengan kata pengajaran. Dalam

Bahasa Arab dikenal dengan ta’lim. Sedangkan dalam Bahasa Inggris

disebutkan to teach; to instruct; to train yang berarti mengajar,

mendidik atau melatih. Selain itu, Muhibbin Syah mengemukakan

pembelajaran dengan ‘allamal ‘ilma yang bermakna to teach or to

instruct (mengajar atau mendidik).18

Sejalan dengan ajaran Islam, di dalam al-Qur’an begitu banyak

ditemukan kata seperti ya’qiluun, yatafakkaruun, yubshiruun,

yasma’uun, dan lain-lain. Kata-kata tersebut mengisyaratkan bahwa al-

Qur’an menganjurkan kita untuk menggunakan potensi dan organ-organ

tubuh seperti akal, mata sebagai indra penglihatan dan telinga sebagai

indra pendengar untuk melakukan kegiatan belajar. Sebagai alat belajar,

akal merupakan potensi jiwa manusia berupa sistem psikis yang

kompleks untuk menyerap, mengelola, menyimpan dan menghasilkan

kembali informasi dan pengetahuan. Kemudian, mata dan telinga

merupakan alat fisik yang digunakan untuk menerima informasi visual

dan informasi verbal.19

Selain itu, Allah telah menurunkan wahyu pertamanya kepada

Rasulullah saw. yakni surah Al-‘Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:

ي خلق ل ذك أ رب سأ

قأرأ أ بأ

ن منأ علق ١أ نس

لأ كأرم ٢خلق أ لأ

ك أ قأرأ أ ورب

٣أ

لأقل ي عل بأ ل

لأ ٤أ ن ما لمأ يعأ نس

لأ ٥عل أ

Artinya: 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang

menciptakan 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah 3.

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah 4. Yang mengajar

(manusia) dengan perantaran kalam 5. Dia mengajar kepada manusia

apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq (96): 1-5)

18 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2006), h. 20. 19 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGafindo Persada, 2006), h.

54.

Page 25: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

12

Ayat di atas memberikan tanda bahwa umat Islam sangat

memperhatikan masalah belajar (dalam konteks menuntut ilmu),

sehingga implementasinya menuntut ilmu (belajar) itu wajib dalam

ajaran agama Islam. Pada ayat pertama Allah memerintahkan untuk

membaca karena membaca merupakan kunci keberhasilan dunia dan

akhirat selama dilakukan lillahita’ala. Meskipun bacaan yang dimaksud

tersebut bukan hanya sekedar ayat-ayat al-Qur’an saja melainkan

apapun yang bisa dibaca.20 Dengan membaca, pengetahuan akan

bertambah, apalagi jika yang dibaca adalah al-Qur’an (ayat Allah yang

Mulia) maka pahala pun akan kita raih. Selain itu, Rasulullah bersabda:

مرثد، عن سعد بن حدثنا حفص بن عر، حدثنا شعبة، عن علقمة بن

د الرحن، عن عثمان، عن النبذ صل الله عليه وسل قال: عبيدة، عن أب عب ن وع لمه «21 ك من تعل القرأ »خي

Teks hadits di atas memberitahukan bahwasanya sebaik-baik

kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengamalkannya. Hal

itu mengisyaratkan akan pentingnya dan mulianya orang yang

mempelajari al-Qur’an. Rasulullah saw. memberikan pesan kepada kita

untuk senantiasa mempelajari al-Qur’an, karena di dalamnya terdapat

kedamaian dan ketentraman bagi siapa yang membaca apalagi

mengkajinya secara mendalam.

Al-Qur’an berasal dari kata qara’a, qiratan, wa qur’anan. Kata

qara’a mempunyai makna mengumpulkan dan menghimpun, dan kata

qira’ah memiliki makna menghimpun huruf-huruf dan kata-kata

menjadi satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapi.22

20 M. Quraish Shihab, Al-Lubab, (Tangerang: Lentera Hati, 2012), h. 689. 21 Abu Daud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Sijistani, Sunan Abi Daud, (Bairut: Maktabah Ashriyah),

Juz 2, h. 70. 22 Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2004),

h. 15.

Page 26: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

13

Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang diturunkan dari sisi Allah

kepada Rasul-Nya penutup para nabi yakni Muhammad bin Abdullah

yang dinukilkan daripadanya dengan penukilan yang mutawatir lafaz

maupun maknanya, serta merupakan kitab samawi yang terakhir turun.23

Pendapat lain menyatakan bahwasanya al-Qur’an adalah kalamullah

yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dan membacanya

bernilai ibadah.24

Pembelajaran membaca al-Qur’an merupakan pembelajaran yang

penting sekali untuk umat muslim. Sebagaimana firman Allah dalam

QS. al-‘Alaq ayat 1-5 di atas bahwasanya wahyu pertama yang turun

adalah perintah untuk membaca, bahakan Malaikat Jibril sampai

mengulang perintah tersebut sebanyak tiga kali. Dan nabi pun mengikut

cara Malaikat Jibril ketika menyampaikan wahyu kepada para sahabat,

karena saat itu para sahabat juga belum banyak yang bisa membaca

apalagi menulis, akan tetapi para sahabat bisa menerima bacaan secara

baik.25 Hal ini menjadikan membaca merupakan gerbang ilmu

pengetahuan. Banyak sekali manfaat dari membaca, apalagi yang dibaca

adalah al-Qur’an, karena al-Qur’an menjadi kunci petunjuk bagi umat

muslim.

Dengan ini dapat dipahami, pembelajaran membaca al-Qur’an

ialah suatu proses aktivitas belajar, mengajar, membimbing dan melatih

siswa untuk membaca al-Qur’an yang benar dan fasih serta sesuai

dengan kaidah tajwid. Menjelaskan manfaat yang bisa didapat oleh

siswa di samping membaca al-Qur’an merupakan ibadah bagi siapa

23 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h. 23. 24 Manna al-Qathan, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006), h. 17. 25 Muhammad Aman Ma’mun, Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an, Jurnal Pendidikan

Islam Vol.4 No.1, Maret 2016, h. 54.

Page 27: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

14

yang membacanya, serta memotivasi siswa agar menjadikan membaca

al-Qur’an kebiasaan rutin yang dilakukan setiap hari.

b. Komponen-komponen Pembelajaran dalam Membaca Al-Qur’an

Di dalam pembelajaran, terdapat komponen-komponen

pembelajaran yang sangat berkaitan satu sama lain. Di antara

komponen-komponen pembelajaran adalah tujuan, bahan atau materi,

guru, siswa, metode, media, dan evaluasi.26 Begitupun dalam

pembelajaran membaca al-Qur’an tak lepas dari komponen-komponen

tersebut. Adapun komponen-komponen di atas sebagai berikut:

1) Tujuan Pembelajaran

Pada proses pembelajaran, tujuan menjadi komponen

pertama yang harus ditetapkan yang berfungsi sebagai indikator

keberhasilan pembelajaran. Tujuan ini pada dasarnya merupakan

tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki

siswa setelah ia menyelesaikan kegiatan belajar. Isi tujuan

pembelajaran pada dasarnya merupakan hasil belajar yang

diharapkan.

Pembelajaran al-Qur’an sebagai kegiatan interaksi belajar

mengajar juga mempunyai tujuan, di antara tujuan tersebut adalah:

a) Agar siswa mampu membaca al-Qur’an dengan fasih dan

sesuai dengan kaidah tajwid

b) Diharapkan siswa mampu membiasakan diri membaca al-

Qur’an dalam hidupnya

26 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,

2002), h. 10.

Page 28: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

15

c) Memperbanyak pengetahuan kata-kata dan kalimat yang indah

dan menyejukkan hati.27

2) Bahan atau Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran adalah pengetahuan atau isi

pembelajaran yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka

memenuhi standar yang ditetapkan. Materi pembelajaran

diharapkan mampu mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.

Berikut ini adalah materi dari pembelajaran membaca al-Qur’an:

a) Pengenalan huruf hijaiyah dari alif samapai huruf ya

b) Cara membunyikan masing-masing huruf hijaiyah dan sifat-

sifat hurufnya yang dibahas dalam ilmu makhraj

c) Bentuk dan fungsi tanda baca, seperti syakal, syaddah, mad,

dan lain sebagainya

d) Bentuk dan fungsi tanda berhenti baca (waqaf)

e) Cara membaca dengan melagukan macam-macam irama dan

macam-macam qiraat yang dimuat dalam Ilmu Nagham dan

Ilmu Qira’at

f) Adabut Tilawah, yang berisi tata cara dan etika membaca al-

Qur’an sesuai dengan fungsi bacaan itu sebagai ibadah.28

3) Guru

Guru adalah seseorang yang menyebabkan orang lain

mengetahui atau memberikan pengetahuan dan keterampilan. Ada

juga yang mengatakan bahwa guru adalah orang yang layak

digugu dan ditiru.29 Guru merupakan tempat sentral yang

keberadaannya merupakan penentu bagi keberhasilan pendidik

27 Ibid. hlm. 56. 28 Muhammad Aman Ma’mun, Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an, Jurnal Pendidikan

Islam Vol.4 No.1, Maret 2016, h. 57. 29 Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin Usaman, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum,

(Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 7.

Page 29: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

16

dan pengajar. Tugas guru secara umum adalah menyampaikan

perkembangan seluruh potensi siswa semaksimal mungkin baik

psikomotorik, kognitif, maupun afektif. Tugas ini tidaklah mudah,

perlu dedikasi yang tinggi dan penuh tanggung jawab.

4) Siswa

Siswa bisa diartikan juga murid atau peserta didik. siswa

adalah orang yang menghendaki dalam mendapatkan ilmu

pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan kerpibadian yang

baik. Yang nantinya akan menjadi bekal dalam hidupnya agar

Bahagia di dunia dan akhirat melalui jlan belajar dan

kesungguhan hati.

5) Metode

Metode berasal dari Bahasa Latin yakni methodos yang

memiliki makna jalan yang harus dilalui. Dalam KBBI dikatakan

metode berarti cara yang tersusun rapi dan ilmiah agar

mendapatkan ilmu atau juga cara mendekati, mengamati,

menganalisis serta menjelaskan fenomena dengan melakukan

sesuatu dengan landasan teori.30 Sedangkan metodologi

pembelajaran ialah ilmu yang membahas mengenai tata cara

melakukan aktivitas yang tersusun dari sebuah lingkungan yang

terdiri dari guru dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam

melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan baik

dan tujuan pembelajaran tercapai. Oleh sebab itu metode

30 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 154.

Page 30: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

17

pembelajaran digunakan untuk merealisasikan strategi

pembelajaran yang telah ditetapkan. 31

Umat muslim memulai hubungan dengan al-Qur’an melalui

belajar cara membacanya. Zaman dahulu orang-orang untuk

belajar membaca al-Qur’an membutuhkan waktu yang tidak

sebentar. Akan tetapi, sekarang banyak cara untuk memudahkan

dalam membaca al-Qur’an yaitu dengan adanya metode-metode

membaca al-Qur’an yang ditawarkan. Di Indonesia ada

bermacam-macam metode membaca al-Qur’an, diantaranya

Metode Baghdadiyah, Metode Hattaiyah di Riau, Metode Al-

Barqi di Surabaya, Metode Qiro’ati di Semarang, Metode Iqra’ di

Yogyakarta, Metode Al-Banjari di Banjarmasin, Metode Tombak

Alam di Sumatera Barat, Metode Muhafakah (metode yang

digunakan untuk pengajaran dengan cara hafalan kalimat sehari-

hari), Metode Muqoronah (metode dengan padanan huruf atau

persamaan huruf ), Metode Wasilah (Metode urai baca dengan alat

peraga), Metode Saufiyah (dengan cara gestalt), Metode

Tarqidiyah, Metode Jam’iyyah (metode campuran), Metode An-

Nur, Metode El-Fath, Metode 15 jam belajar al-Qur’an dan

Metode A Ba Ta Tsa.32

Salah satu metode dalam membaca al-Qur’an adalah

Metode Iqro’. Metode Iqra’ adalah metode membaca al-Qur’an

yang disusun oleh H. As’ad Humam bertempat di Yogyakarta.

Metode ini mengutamakan langsung pada latihan membaca tanpa

dieja, sehingga tidak memerlukan alat bantu yang beranekaragam.

31 Ali Mudlofir dan Evi Fatimatur Rusydiyah, Desain Pembelajaran Inovatif, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2017), h. 105. 32 Muhammad Aman Ma’mun, Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an, Jurnal Pendidikan

Islam Vol.4 No.1, Maret 2016, h. 57.

Page 31: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

18

Terdapat enam jilid buku yang menjadi panduan dalam

pembelajaran membaca al-Qur’an ini disertai dengan petunjuk

pembelajaranya. Mulai dari tingkatan yang sederhana hingga pada

tingkatan yang sempurna secara bertahap. Hal ini mempermudah

bagi setiap orang yang sedang belajar membaca al-Qur’an ataupun

yang mengajarkannya.33

Dilihat dari sudut kata Iqra’ memiliki arti bacalah, yang bisa

diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan ilmu

pengetahuan harus diawali dengan membaca. Sama halnya

dengan Metode Iqra’ ini yang digunakan sebagai tahap awal agar

mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan lancar. Dan metode

ini juga tidak asing lagi dikalangan masyarakat karena sudah

banyak yang menggunakannya sebagai jembatan dalam belajar

membaca al-Qur’an.34 Bahkan pernah menjadi proyek oleh

Departemen Agama RI sebagai upaya untuk mengembangkan

minat baca terhadap kitab suci al-Qur’an.

Kelebihan dan kekurangan dari Metode Iqra’ adalah sebagai

berikut:35

Tabel 2.1

Metode Iqra’

Kelebihan Kekurangan

a) Adanya buku yang mudah

dibawa dan dilengkapi

a) Siswa kurang tahu nama

huruf hijaiyah karena

33 Srijatun, Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Dengan Metode Iqro Pada Anak

Usia Dini Di RA Perwanida Slawi Kabupaten Tegal, Jurnal Pendidikan Islam, Vol.11 Nomor 1, ISSN

1979-1739, 2017, h. 33. 34 Fitri Liza, Analisis Metode Iqra dalam Pembacaan Fawatihussuwar Mahasiswa FAI

UHAMKA, Jurnal Pendidikan Islam, Volume 10 Nomor 1, E-ISSN: 25497146, Mei 2019, h. 34. 35 Srijatun, Op.Cit, h.36.

Page 32: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

19

dnegan beberapa petunjuk

teknis pembelajaran

b) CBSA (Cara Belajar Siswa

Aktif)

c) Bersifat individual

d) Menggunakan bacaan yang

langsung mengenal bunyi

bacaan (praktis)

e) Sistematis dan mudah

diikuti

tidak diperkenalkan pada

awal pembelajaran

b) Siswa kurang tahu istilah

atau nama hukum bacaan

dalam ilmu tajwid

6) Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa Latin yakni “medium” yang

berarti perantara atau pengantar. Lebih lanjut lagi, media adalah

sarana penyalur pesan atau informasi belajar yang hendak

disampaikan oleh sumber pesan kepada sasaran atau penerima

pesan tersebut. Pengertian lain bahwa media pembelajaran adalah

segala sesuatu baik berupa fisik maupun teknis dalam proses

pembelajaran yang dapat membantu guru untuk mempermudah

dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa sehingga

memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah

drumuskan.36

Media pembelajaran memiliki peran yang snagta penting

dalam proses belajar mengajar. Media memiliki tiga peranan,

yakni peran sebagai penarik perhatian (international role), peran

36 Talizato Tafonao, Peranan Media Pembelajaran dalam Meningkatkan Minat Belajar

Mahasiswa, Jurnal Komunikasi Pendidikan, Vol.2 No.2, E-ISSN 2549-4163, Juli 2018, h. 104-105.

Page 33: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

20

komunikasi (communication role), dan peran ingatan atau

penyimpanan (retention role).37

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, guru perlu

dilandasi Langkah-langkah dengan sumber ajaran agama,

sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah An-Nahl ayat 44,

yakni:

ت ن لأبيذ مأ بأ ليأ

ل ا للناس ما نزذ ر لتبيذ كأ لذ

ليأك أ

ا بر وأنزلأنا لز

وأ

٤٤ولعلهمأ يتفكرون

Artinya: “Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan

Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan

pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan

supaya mereka memikirkan.” (QS. An-Nahl: 44)

7) Evaluasi Pembelajaran

Secara bahasa, evaluasi berarti evaluation (Inggris), al-taqdiir

(Arab), penilaian (ndonesia). Sedangkan menurut istilah evaluasi

adalah kegiatan atau proses penentuan nilai, sehingga dapat

diketahui mutu atau hasil-hasilnya.38

Berikut adalah jenis-jenis evaluasi dalam jangka panjang dan

pendek:

a) Evaluasi harian

Evaluasi harian merupakan kegiatan evaluasi ynag

dilakukan sehari-hari. Evaluasi ini dalam bentuk post test

pada akhir pembelajaran dan juga berupa pekerjaan rumah.

Evaluasi melalui test tulis maupun test lisan baik diberi

37 M. Ramli, Media Pembelajaran dalam Perspektif Al-Qur’an dan Al-Hadits, Ittihad Jurnal

Kopertais Wilayah XI Kalimantan, Vol. 13 No.23, April 2015, h. 133. 38 Dedi Wahyudi, Konsepsi Al-Qur’an tengtang Hakikat Evaluasi dalam Pendidikan Islam,

Hikmah, Vol. XII, No. 2, 2016, h. 284.

Page 34: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

21

tahukan terlebih dahulu maupun tidak. Soal evaluasi harian

dibuat oleh guru, disesuaikan dengan kemampuan dan

kondisi siswa yang sangat dipahami oleh guru yang

bersangkutan. Dalam evaluasi harian guru melihat hasil

yang dikerjakan oleh siswa kemudian jikalau masih ada

kesalahan maka guru akan membenarkan dan memberi

masukan.

b) Test formatif

Test formatif ini diadakan untuk mengetahuo hasil belajar

siswa pada tiap bab. Setiap pembelajaran dalam satu bab

maka guru mengadakan test dengan maksud untuk

mengetahui sejauh mana keberhaslan pembelajaran yang

telah dilakukan.

c) Ujian tengah semester

Ujian tengah semester merupakan test yang diadakan

untuk mengetahui hasil pembelajaran yang telah

dilaksanakan pada tengah semester. Pelaksanaan ujian

tengah semester mengacu pada kalender Pendidikan yang

berlangsung bersamaan dengan ujian tengah smester pada

sekolah umum.

d) Test semester

Test umum yang diadakan untuk kenaikan kelas pada

akhir tahun pelajaran. Hasil dari test semester ini nantinya

digabungkan dengan nilai tes harian, tes formatif, dan

tengah semester. Sehingga akan dihasilkan nilai rata-rata

untuk kenaikan kelas.39

39 M. Zein, Metodologi Pengajaran Islam, (Yogyakarta: AK Group, 1995), h. 88.

Page 35: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

22

2. Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu

a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu

Anak berkebutuhan khusus atau yang biasa disebut dengan ABK

menurut undang-undang nomor 12 tahun 2003, tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 32 ayat 1 dan penjelasan pasal

15, yakni mereka yang memiliki kelainan baik fisik, emosional, mental.

Sosial, dan atau memiliki kecerdasan dan bakat istimewa.40

Istilah tunarungu berasal dari kata “tuna” yang berarti kurang dan

“rungu” berarti pendengaran.41 Tunarungu secara umum digunakan

untuk menyebut kondisi seseorang yang mengalami gangguan

pendengaran.42 Tunarungu adalah suatu keadaan di mana seseorang

kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat

mendapat rangsangan, terutama melalui indra pendengarannya. 43 Baik

seseorang itu mengalami kekurangmampuan mendengar ataupun

mengalami kehilangan pendengarannya. Dalam pengertian lain

dikatakan tunarungu memiliki pengertian individu dengan hambatan

sensori pendengaran yakni mereka yang mengalami kehilangan

kemampuan pendengaran menyeluruh atau sebagian, dan walaupun

telah diberi bantuan dengan alat bantu dengar masih tetap membutuhkan

penyesuaian layanan pendidikannya.44

Pengertian tunarungu menurut beberapa ahli, sebagai berikut:45

1) Menurut Andreas Dwijosumarto

40 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional, h.16 41 Haenudin, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu, (Jakarta: PT Lxima Metro

Media, 2013), h. 53 42 Aqila Smart, Anak Cacat Bukan Kiamat, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 34. 43 Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan: Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta:

Lembaga Peneltian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 48. 44 Hidayat, dkk, Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam Setting Inklusisf, (Bandung: UPI

Press, 2006), h. 2. 45 Agustyawati dan Solicha, Loc.Cit.

Page 36: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

23

Tunarungu adalah seseorang yang tidak atau kurang mampu

mendengar suara.

2) Menurut Mufti Salim

Tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau

kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan karena

kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat

pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam

perkembangan bahasanya.

3) Menurut Donal F. Moores yang dikutip oleh Haenudin dalam

buku Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu

Tunarungu adalah istilah yang menunjukkan kesulitan

mendengar dari yang ringan sampai yang berat. Digolongkan ke

dalam tuli dan kurang mendengar.46

Tunarungu dapat dibedakan menjadi dua, yakni:47

1) Tuli (deaf) yaitu ketika indra pendengarannya mengalami

kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengarannya tidak

berfungsi lagi.

2) Kurang dengar (low of hearing) yaitu indra pendengarannya

mengalami kerusakan akan tetapi masih bisa berfungsi untuk

mendengar baik dengan maupun melalui alat bantu dengar

(hearing aid).

Dari beberapa pengertian tunarungu di atas dapat dipahami

bahwasanya tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan

ataupun kehilangan pendengarannya baik sebagian ataupun keseluruhan

yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat

pendengarannya, sehingga ia tidak bisa menggunakan alat

46 Haenudin, Op.Cit., h. 55. 47 Agustyawati dan Solicha, Op.Cit.

Page 37: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

24

pendengarannya dalam kehidupan sehari hari dan membawa dampak

dalam kehidupan secara kompleks.

b. Ciri-ciri Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu

Pada anak tunarungu, ketika anak tersebut lahir ia tidak dapat

menangis, sekalipun memakai cara adat, misalnya pada adat Jawa

menggunakan cara digeblek atau si bayi dibuat kaget agar anak dapat

menangis.48 Jika dilihat secara fisik, pada anak tunarungu terlihat biasa

saja seperti anak normal pada umumnya, akan tetapi akan terlihat bahwa

anak tersebut adalah tunarungu jika kita berkomunikasi dengannya.

Anak tunarungu bukan hanya mengalami gangguan dalam

pendengaran namun mengalami kesulitan juga dalam berbicara.

Sebagaimana kita ketahui bahwasanya kemampuan berbicara seseorang

dipengaruhi seberapa sering mendengarkan pembicaraan. Akan tetapi

anak tunarungu tidak bisa mendengarkan pembicaraan sehingga

kesulitan untuk memahami percakapan yang dibicarakan oleh orang

lain. Selain kesulitan untu berbicara, ketiadaan informasi yang

berhubungan dengan pendengaran menambah lambatnya respon bagi

sebagian besar anak tunarungu.49

Penderita tunarungu harus menggunakan bahasa isyarat untuk

dapat berkomunikasi dengan orang lain. Adapun ciri-ciri anak

tunarungu, antara lain:

1) Kemampuan bahasanya terlambat

2) Tidak bisa mendengar

3) Lebih sering menggunakan bahasa isyarat dalam

berkomunikasi

4) Ucapan kata yang dikeluarkan tidak begitu jelas

48 Aqila Smart, Anak Cacat Bukan Kiamat, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 34. 49 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting Pendidikan Inklusi,

(Bandung: Rafika Aditama, 2006). h. 105.

Page 38: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

25

5) Kurang atau tidak menanggapi komunikasi yang dilakukan

orang lain terhadapnya

6) Sering memiringkan kepala bila disuruh mendengar

7) Keluar nanah dari kedua telinga

8) Terdapat kelainan organis telinga.50

Sedangkan dalam buku Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus

dalam Setting Pendidikan Inklusi karya Bandi Delphie menyebutkan

ciri-ciri bagi anak tunarungu adalah sebagai berikut:

1) Kurang memperhatikan saat guru menjelaskan pelajaran di

kelas

2) Selalu memiringkan kepalanya sebagai pergantian telinga

terhadap sumber bunyi dan seringkali meminta pengulangan

penjelasan guru di kelas

3) Memiliki kesulitan untuk mengikuti petunjuk secara lisan

4) Enggan berpartisipasi secara oral karena dimungkinkan

mengalami hambatan dalam pendengarannya

5) Adanya ketergantungan terhadap petunjuk atau instruksi di

kelas

6) Mengalami hambatan perkembangan bahasa dan bicara

7) Perkembangan intelektual siswa terganggu

8) Memiliki kemampuan akademik yang rendah, khususnya

dalam membaca.

c. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu

Para ahli berpendapat pentingnya klasifikasi bagi anak tunarungu,

hal ini digunakan untuk keperluan layanan pendidikan khsusus. Dengan

50 Aqila Smart, Op.Cit,.

Page 39: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

26

adanya klasifikasi ini bisa menentukan alat bantu dengar yang

disesuaikan dengan sisa pendengarannya dan bisa menunjang

pembelajaran yang efektif. Penentuan tingkat kedengaran, pemilihan

alat bantu serta layanan khusus yang tepat akan menghasilkan

pencapaian yang optimal dalam mempersepsi bunyi bahasa dan

wicara.51

Ada beberapa jenis klasifikasi terhadap anak tunarungu, di antaranya:

1) Kalsifikasi berdasarkan etiologi, yakni pembagian berdasarkan

sebab-sebab, sebagai berikut:

a) Pada saat sebelum lahir

(1) Salah satu kedua orang tua mempunyai gen sel bersifat

abnormal, seperti dominant ganes, resecive gen dan lain-

lain.

(2) Saat sedang hamil terutama pada trimester pertama yakni

saat pembentukan ruang telinga, sang ibu terkena

penyakit seperti penyakit Rubella, Moribli, dan lain-lain.

(3) Karena kecanduan obat-obatan atau alkohol.

b) Pada saat kelahiran

(1) Pada saat melahirkan, ibu mengalami kesulitan sehingga

dibantu dengan penyedot (tang).

(2) Prematuritas.

c) Pada saat setelah melahirkan

(1) Terjangkit infeksi otak (meningitis) atau infeksi umum

misalnya Difteri, Morilbi, dan lain-lain.

(2) Pemakaian obat-obat otoksi pada anak.

51 Haenudin, Op.Cit., h. 56

Page 40: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

27

(3) Kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan pada alat

dengar bagian dalam, misalnya jatuh.52

2) Klasifikasi berdasarkan anatio sosiologi, sebagai berikut:

a) Tunarungu hantaran (Konduksi), yakni tunarungu yang

disebabkan karena kerusakan atau tidak berfungsinya alat-

alat penghantar getaran suara pada telinga bagian tengah.

b) Tunarungu syaraf (Sensorineural), yakni tunarungu yang

disebabkan karena kerusakan atau tidak berfungsinya alat-

alat pendengaran bagian dalam syaraf pendengaan yang

menyalurkan getaran ke pusat pendengaran pada Lobus

Temporalis.

c) Tunarungu campuran, yakni tunarungu yang disebabkan

kerusakan pada penghantar suara dan kerusakan pada syaraf

pendengaran.53

3) Klasifikasi menurut taraf pendengaran, dapat diketahui melalui

alat audiometer (alat pengukur derajat kehilangan pendengaran

dengan ukuran decibel (dB)), antara lain:

a) 0-26 dB masih mempunyai pendengaran normal

b) 27-40 dB mempunyai kesulitan mendengar tingkat ringan,

masih mampu mendengar bunyi-bunyian yang jauh. Individu

tersebut membutuhkan terapi bicara.

c) 41-55 dB mempunyai kesulitan mendengar tingkat

menengah, dapat mengerti percakapan. Individu tersebut

membutuhkan alat bantu dengar.

d) 56-70 dB mempunyai kesulitan mendengar tingkat menengah

berat. Kurang mendengar dari jarak dekat, memerlukan alat

52 Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan: Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta:

Lembaga Peneltian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 48-49. 53 Haenudin, Op.Cit., h. 62-63.

Page 41: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

28

bantu dengar dan membutuhkan latihan berbicara secara

khusus.

e) 71-90 dB mempunyai kesulitan mendengar tingkat berat.

Individu tersebut termasuk orang yang mengalami ketulian,

hanya bisa mendengarkan suara keras yang berjarak kurang

lebih satu meter. Kesulitan membedakan suara yang

berhubungan dengan bunyi secara tetap.

f) 91- seterusnya, termasuk individu mempunyai ketulian

sangat berat. Tidak dapat mendengarkan suara, sangat

membutuhkan bantuan khusus secara intensif terutama dalam

keterampilan percakapan atau berkomunikasi.54

d. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu

Berikut ini adalah karakteristik anak tunarungu dilihat dari segi

intelegensi, bahasa dan bicara, serta emosi dan sosial.

1) Karakteristik dalam Segi Intelegensi

Secara potensial anak tunarungu tidaklah berbeda dengan anak

normal padan umumnya. Ada yang pintar, sedang dan ada pula yang

bodoh. Akan tetapi secara fungsional intelegensi anak tunarungu

dibawah anak normal, hal ini karena kesulitan yang mereka hadapi

dalam memahami bahasa. Perkembangan intelegensi anak

tunarungu berbeda dengan anak yang mendengar, karena anak yang

mendengar belajar banyak dari apa yang mereka dengar, dan secara

tidak langsung hal itu merupakan proses latihan dari berfikir.

Rendahnya prestasi belajar anak tunarungu bukan karena

54 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting Pendidikan Inklusi,

(Bandung: Rafika Aditama, 2006). h. 102.

Page 42: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

29

intelegensi mereka rendah, namun karena intelegensinya tidak

mampu berkembang secara optimal.

2) Karakteristik dalam Segi Bahasa dan Bicara

Adanya hubungan antara bahasa dan bicara membuat anak

tunarungu mengalami hambatan. Bahasa dan bicara merupakan

hasil proses peniruan sehingga anak tunarungu memiliki ciri khas

dalam segi bahasa, yakni sangat terbatas dalam pemilihan kosa kata,

sulit mengartikan arti kiasan dan kata-kata yang bersifat abstrak.

3) Karakteristik dalam Segi Emosi dan Sosial

Anak tunarungu memiliki hambatan dalam komunikasi dengan

orang lain, hal ini membuat anak tunarungu merasa terasingi

dilingkungannya. Anak tunarungu bisa melihat semua kejadian

namun sulit untuk memahami dan mengikutinya secara keseluruhan

sehingga menimbulkan emosi yang tidak stabil, mudah curiga, dan

kurang percaya diri. Dalam pergaulan juga cenderung merasa

minder karena memiliki keterbatasan dalam komunikasi secara lisan

sehingga memilih untuk memisahkan diri dari orang normal.

a) Egosentrisme yang melebihi anak normal

b) Mempunyai perasaan takut akan lingkungannya yang lebih luas

c) Memiliki ketergantungan pada orang lain

d) Perhatian mereka lebih sulit dialihkan

e) Umumnya anak tunarungu mempunyai sifat yang polos,

sederhana dan tidak banyak masalah

f) Lebih mudah marah dan cepat tersinggung55

55 Haenudin, Op.Cit., h. 66-67.

Page 43: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

30

e. Media Pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu

Secara umum, anak berkebutuhan khusus tunarungu

membutuhkan media pembelajaran yang sama dengan anak normal.

Akan tetapi, karena anak tunarungu memiliki hambatan dalam

mendengar dan juga berbicara, maka mereka memerlukan alat bantu

khusus. Berikut ini adalah beberapa alat bantu khusus bagi anak

tunarungu:56

1) Audiometer

Audiometer merupakan alat elektronik untuk mengukur taraf

kehilangan pendengaran seseorang. Dengan audiometer ini dapat

diketahui sejauh mana sisa pendengaran anak yang masih bisa

difungsikan.

2) Hearing Aids (Alat bantu dengar)

Cara bekerja alat ini yakni: suara (energi akustik) diterima

michrophone, kemudian diubah menjadi energi listrik dan

dikeraskan melalui amplifer, kemudian diteruskan ke receiver

(telephone) yang mengubah Kembali energi listrik menjadi suara

seperti alat pendengaran pada telepon dan diarahkan kegendang

telinga. Adanya alat bantu dnegar ini anak tuna rungu bisa berlatih

mendnegar baik secra individual maupun kelompok.

3) Komputer

Komputer dapat memberikan informasi secara visual. Hal ini sangat

beguna bagi anak tunarungu yang mengalami kelainan berta.

Disamping itu, anak tunarungu terlebih dahulu harus bisa membaca

atau paling tidak bisa menginterpretasikan simbol-simbol yang

dipakai.

56 Haenudin, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu, (Jakarta: Luxima Metro Media,

2013), h. 113-118.

Page 44: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

31

4) Audiovisual

Audiovisual sangat berguna bagi anak tunarungu, karena dengan itu

anak tunarungu bisa memperhatikan sesuatu yang ditampilkan

walaupun dalam kemampuan mendengar yang terbatas. Hal ini bisa

berupa film, video-tapes, TV.

5) Tape Recorder

Alat ini berguna untuk mengontrol ucapan yang sudah direkam,

sehingga dapat mengetahui perkembangan bahasa anak tunarungu

dari hari kehari.

6) Spatel

Spatel adalah alat bantu untuk membetulkan posisi organ bicara.

Dengan menggunakan spatel, kita dapat membetulkan posisi lidah

anak tunarungu, sehingga mereka dapat berbicara dengan benar.

7) Cermin

Cermin bermanfaat bagi anak tunarungu untuk belajar

mengucapkan sesuatu dengan artikulasi yang baik. Selain itu, anak

bisa menyamakan ucapan melalui cermin dengan apa yang

diucapkan oleh guru artikulator. Dengan cermin, articulator bisa

mengontrol Gerakan-gerakan yang tidak tepat dari anak, sehingga

mereka sadar dalam mengucapkan konsonan, vocal, kata-kata, atau

kalimat secara benar.

f. Metode Pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Tunarungu

Pada proses pendidikan, metode pembelajaran sangat penting bagi

peserta didik. Bahasa memegang peran baik bagi bentuk lisan, tulisan

maupun isyarat. Berikut adalah metode yang digunakan bagi anak

berkebutuhan khusus tunarungu:

Page 45: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

32

1) Metode Oral

Metode oral adalah salah satu bentuk untuk melatih anak tunarungu

agar bisa berkomunikasi secara lisan (verbal) dengan lingkungan

orang mendengar. Pentingnya dukungan dari lingkungan anak yakni

dengan cara melibatkan anak tunarungu berbicara secara verbal

dalam setiap kesempatan. Dengan diberikannya kesempatan, secara

tidak langsung anak termotivasi untuk membiasakan berbicara

secara lisan.

2) Metode Membaca Ujaran

Membaca ujaran atau membaca gerak bibir (lips reading) yakni

suatu kegiatan yang meliputi pengamatan visual dari bentuk dan

Gerakan bibir lawan bicara sewaktu proses bicara. Dengan

membaca gerak bibir dapat memberikan makna pada apa yang

diucapkan lawan bicara, dimana ekspresi muka dan pengetahuan

bahasa ikut berpean.57

3) Metode Manual

Metode manual adalah suatu cara mengajar atau melatih

berkomunikasi anak tunarungu dengan isyarat atau ejaan jari.

Bahasa manual atau bahasa isyarat mempunyai unsur gesti atau

bahasa tangan yang ditangkap melalui penglihatan atau suatu bahasa

yang menggunakan modalitas gesti-visual. 58

4) Metode Ejaan Jari

Salah satu komponen atau unsur yang menunjang terhadap bahasa

isyarat adalah ejaan jari atau disebut juga abjad jari. Penerapan

sistem ejaan jari antara lambing manual dengan lambing tulisannya

57 Ibid, h. 131-133. 58 Ibid, h. 139.

Page 46: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

33

terdapat suatu hubungan sehingga terjadi pula hubungan kata demi

kata dengan kegiatan membaca dan menulis.59

5) Metode Komunikasi Total

Komunikasi total adalah kesleuruhan spektrum cara bahasa yang

lengkap, gesti anak, bahasa isyarat, membaca ujaran, ejaan jari,

membaca dan menulis, pengembangan sisa pendengaran guna

memajukan keterampilan berbicara dan membaca ujaran. 60

3. Sekolah Inklusi

a. Pengertian Sekolah Inklusi

Secara bahasa kata inklusi merupakan lawan kata dari eksklusi,

inklusi berarti terbuka sedangkan eksklusi berarti tertutup. Pendidikan

inklusif merupakan bermakna pendidikan yang sifatnya terbuka untuk

siapapun yang ingin masuk sekolah baik dari golongan anak normal

ataupun anak berkebutuhan khusus. Oleh sebab itu, sarana dan

prasarana yang ada di sekolah itu dirancang untuk bisa oleh semua

kalangan termasuk anak berkebutuhan khusus seperti lingkungan

sekolah, tata ruang kelas, laboraturium dan lain sebagainya.61

Di negara Indonesia, pendidikan inklusif merupakan layanan

pendidikan yang menggabungkan anak berkebutuhan khusus untuk

belajar bersama denagan teman sebayanya di sekolah umum yang

terdekat dengan tempat tinggalnya.62 Melalui pendidikan inklusif, anak

berkelaianan dididik bersma-sama dengan anak normal untuk

mengoptimalkan potesi yang dimilikinya. Oleh karena itu, tidaklah

berlebihan jika sekolah umum dengan orientasi inklusif merupakan

59 Ibid, h. 150-151 60 Ibid, h. 157. 61 Ilun Mualifah, dkk, Perkembangan Peserta Didik (Edisi Pertama), (Jakarta: Learning

Assistance Program For Islamic Schools, 2008) h. 12. 62 Mohammad Takdir Ilahi, Pendidikan Inklusif, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 26.

Page 47: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

34

sarana yang paling efektif untuk melawan sikap diskriminatif,

menciptakan masyarakat yang ramah, membangun masyarakat yang

inklusif dan mencapai pendidikan bagi semua (educarion for all).63

Pendidikan inklusif berarti sekolah harus mengakomodasi semua

anak tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial, emosional,

linguistik atau kondisi lainnya. Ini harus mencakup anak-anak

penyandang cacat dan berbakat. Anak-anak jalanan dan pekerja, anak

berasal dari populasi terpencil atau yang berpindah-pindah. Anak dari

kelompok etnis minoritas, linguistik atau budaya dan anak-anak dari

area atau kelompok yang kurang beruntung atau termajinalisasi. 64

Dengan ini dapat dipahami, sekolah inklusif adalah sekolah yang

menempatkan anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus belajar

bersama dengan anak normal dalam satu kelas di sekolah umum yang

dekat dengan tempat tinggalnya.

b. Dasar Penyelenggaraan Sekolah Inklusi

Sekolah inklusi merupakan layanan pendidikan yang diberikan

pada anak berkebutuhan khusus supaya memperoleh pendidikan yang

layak. Untuk memenuhi kebutuhan pendidikannya, anak berkebutuhan

khusus mempunyai hak yang sama dengan anak normal lainnya. Dalam

pasal 31 UUD 194565 disebutkan bahwa setiap warga negara berhak

mendapatkan pendidikan.66 Sedangkan mengenai pendidikan inklusi

telah diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20

63 Ibid,.h. 27. 64 Hidayat, dkk, Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam Setting Inklusisf, (Bandung: UPI

Press, 2006), h. 2. 65 Undang–Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat I sesudah Amandemen I–IV, dilengkapi Susunan

Kabinet Indonesia Bersatu II Tahun 2009–2014 dan Butir–butir Pancasila, (Surakarta: ITA, tt), h. 23. 66 Jamilah Candra Pratiwi, Sekolah Inklusi untuk Anak Berkebutuhan Khusus: Tanggapan

Terhadap Tantangan Kedepannya, Seminar Nasional Pendidikan UNS & ISPI Jawa Tengah, ISBN: 978-

979-3456-52-2, 2015, h. 237-238.

Page 48: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

35

Tahun 2003 Pasal 567 tentang Pendidikan Khusus, bahwa pendidikan

khusus merupakan pendidikan untuk peserta didik berkelainan atau

peserta dididk dengan kecerdasan luar biasa dan diselenggarakan secara

inklusi. Selain itu, dalam aturan Permendiknas No. 70 Tahun 200968

juga ditegaskan bahwa telah diberikan kesempatan pada anak

berkebutuhan khusus untuk mengenyam pendidikan di sekolah reguler

pada tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah. Serta ada juga

Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 mengenai Standar Nasional

Pendididkan dalam pasal 4(1) yang mendorong terwujudnya pendidikan

inklusi di Indonesia dengan tenaga pendidik yang kompeten untuk

menyelenggarakan pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan

khusus.69

Hak untuk mendapatkan pendidikan inklusi bukan hanya

dilindungi dalam Undang-undang dalam negeri saja, melainkan dunia

internasional juga telah membuat kesepakatan mengenai itu. Hal ini

tertuang dalam Conventional on the Right of Person with Disabilities

and Optional Protocol yang disahkan pada bulan Maret tahun 2007.

Tepatnya di pasal 24, diterangkan bahwa setiap negara wajib

menyelenggarakan pendidikan inklusi di setiap tingkat pendidikan.

Tujuan yang mendasari terbentuknya konvensi ini adalah supaya anak

berkebutuhan khusus bisa berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat

umum.70

67 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional, h.7 68 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009 Tentang

Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan

dan/atau Bakat Istimewa, h. 1. 69 Stella Olivia, Pendidikan Inklusi untu Anak Berkebutuhan Khusus – Diintegrasikan Belajar

di Sekolah Umum, (Yogyakarta: Andi, 2017), h. 6. 70 Ibid.

Page 49: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

36

c. Tujuan Sekolah Inklusi

Pada umumnya, tiap kali lahir ide baru dalam dunia pendidikan,

pasti mempunyai tujuan ideal untuk membangun optimisme tinggi

tentang landasan pendidikan yang mengasaskan keadilan dan anti

diskriminasi. Begitu halnya dengan pendidikan inklusif yang

merupakan ide baru, ada hal yang perlu dicermati mengenai tujuan

pendidikan inklusif, yakni : (a) memberikan kesempatan yang sebesar-

besarnya kepada semua peserta didik mempunyai kelainan fisik,

emosional, mental dan juga sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan

atau bakat istimewa agar memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuannya, (b) mewujudkan

penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan

tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.71

Anak berkebutuhan khusus juga mempunyai hak yang sama

dalam menempuh pendidikan tanpa harus ada pelabelan atau

pendiskriminasian dalam dunia sekolah. Hal ini sejalan dengan tujuan

pendidikan yang pada hakikatnya adalah untuk memanusiakan manusia

sebagai bentuk perlawanan terhadap sikap diskriminasi terhadap

lembaga sekolah yang menolak menampung anak berkebutuhan khusus.

Sesuai dengan cita-cita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,

pendidikan Indonesia harus membela anak berkebutuhan khusus atau

penyandang cacat yang kurang mendapatkan kesempatan memperoleh

pendidikan formal, akibatnya mereka merasa terpinggirkan dari

lingkungan sekolah dan masyarakat.72

71 Mohammad Takdir Ilahi, Pendidikan Inklusif, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 39-40. 72 Mohammad Takdir Ilahi , Ibid, h. 41.

Page 50: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

37

d. Manfaat Sekolah Inklusi

1) Manfaat untuk anak73

a) Menanamkan dan mengembangkan kepercayaan diri

b) Belajar secara mandiri

c) Mampu berinteraksi dengan guru dan teman secara aktif

d) Belajar menerima perbedaan dan beradaptasi terhadap

perbedaan itu

e) Anak lebih kreatif dalam pembelajaran

2) Manfaat untuk guru

a) Mendapat kesempatan mengajar siswa dengan latar belakang

yang berbeda-beda

b) Mampu mengatasi tantangan

c) Mampu mengembangkan sikap positif terhadap masyarakat,

anak dan situasi yang beragam

d) Mempunyai peluang dalam menggali gagasan-gagasan baru

melalui komunikasi dengan orang lain di dalam maupun di luar

sekolah

e) Mampu mengaplikasikan gagasan baru dan mendorong siswa

lebih proaktif, kritis dan kreatif

f) Agar mendapatkan hasil positif, guru mempunyai keterbukaan

terhadap masukan orang tua dan anak

g) Di sekolah inklusi, ramah terhadap pembelajaran, terbuka

kesempatan bagi relawan untuk membantu pelaksanaan

pembelajaran melalui kerjasama dengan guru

3) Manfaat untuk orang tua

a) Orang tua belajar lebih banyak tentang bagaimana mendidik

anak

73 Haenudin, Op.Cit., h. 99-101.

Page 51: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

38

b) Terlibat dan merasakan pentingnya membantu anak belajar

c) Orang tua merasa dihargai dan menganggap dirinya sebagai

teman dalam memberikan kesempatan belajar yang berkualitas

untuk anak

d) Orang tua jadi belajar cara membimbing anaknya dirumah

dengan menggunakan teknik yang digunakan sekolah

e) Orang tua menyadari anaknya dan semua anak mendapatkan

Pendidikan yang berkualitas

4) Manfaat untuk masyarakat umum

a) Masyarakat merasa bangga ketika banyak anak bersekolah dan

mengikuti pembelajaran tanpa adanya diskriminasi

b) Masyarakat lebih terlibat di sekolah dalam rangka menciptakan

hubungan yang lebih baik lagi antara sekolah dan masyarakat

e. Model Pembelajaran Sekolah Inklusi

Pendidikan anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi bisa

dilakukan dengan macam-macam penggunaan model, antara lain:

1) Kelas Reguler

Anak berkebutuhan khusus dengan anak non berkebutuhan

khusus berada dalam satu kelas sepanjang hari dengan

menggunakan kurikulum yang sama

2) Kelas Regular dengan Cluster

Anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak non

berkebutuhan khusus di kelas regular akan tetapi ada

pembimbing bagi anak berkebutuhan khusus jika mengalami

hambatan dalam belajar

3) Kelas Reguler dengan Pull Out

Anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak non

berkebutuhan khusus di kelas reguler, akan tetapi pada waktu-

Page 52: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

39

waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke tempat belajar dengan

guru pembimbing khusus

4) Kelas Reguler dengan Cluster dan Pull Out

Kombinasi antara cluster dan pull out yakni anak berkebutuhan

khusus bersama dengan anak non berkebutuhan khusus belajar

bersama di kelas reguler dengan pendamping khusus, akan tetapi

waktu-waktu tertentu ditarik keluar kelas reguler untuk belajar di

kelas lain dengan guru pembimbing khusus

5) Kelas Khusus dengan Berbagai Pengintegrasian

Anak berkebutuhan khusus belajar di dalam kelas khusus pada

sekolah regular, akan tetapi pada bidang-bidnag tertentu bisa

belajar bersama dengan anak non berkebutuhan khusus di kelas

reguler74

f. Implikasi Penyelenggaraan Sekolah Inklusi

Harus diakui bahwasanya penyelenggaraan sekolah inklusi

mempunyai implikasi yang luar biasa bagi anak berkebutuhan khusus.

Sebagaimana kita ketahui sekolah inklusi merupakan unsur penting

dalam merangkul semua pihak yang berkebutuhan khusus untuk dapat

sama-sama mengembagkan potensi dan kemampuan yang dimiliki.

Salah satu karakteristik sekolah inklusi yakni komunitas yang melekat

satu sama lain, menerima dan responsif terhadap kebutuhan individual

anak. Terdapat lima profil pembelajaran sebagai berikut:

1) Pendidikan inklusif berarti menciptakan dan menjaga kumpulan

kelas yang menerima kenaekaragaman dan menghargai

perbedaan.

74 Stella Olivia, op. Cit., h. 6.

Page 53: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

40

2) Mengajar di kelas memerlukan perubahan dalam penerapan

kurikulum. Mengajar di kelas inklusif berbeda dengan mengajar

di kelas reguler yang siswanya berasal dari kalangan anak

normal. Membutuhkan penanganan serius untuk memberikan

pelayanan yang terbaik, karena siswanya berasal dari latar

belakang yang beranekaragam. Pendekatan pengajaran

memerlukan kerjasama yang intens anatara guru dan siswa.

3) Mendorong guru untuk mengajar pendidikan inklusif berarti

menyiapkan pembelajaran yang interaktif. Semua anak di satu

kelas bukan untuk kompetisi, namun untuk saling belajar dan

mengajarkan yang lain.

4) Pendidikan inklusif berarti penyediaan dorongan bagi guru dan

kelasnaya untuk menghapus seala hambatan dalam proses

pembelajaran

5) Pendidikan inklusif berarti melibatkan peran orang tua secara

bermakna dalam proses perencanaan.75

B. Penelitan Relevan

1. Jurnal Tarbiyah Islamiyah: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada

Anak Berkebutuhan Khusus Autistik di Sekolah Inklusi SDN Benua Anyar

Kota Banjarmasin, yang diteliti oleh Rizali Hadi tahun 2017. Dalam

penelitiannya peneliti menyatakan keadaan para siswa sangat merespon

terhadap pelajaran yang disampaikan guru agama dan terlihat aktif dan

mempunyai minat yang bagus untuk mengikuti pelajaran agama Islam,

untuk anak yang lamban juga bisa diatasi dengan adanya guru pendamping,

walaupun banyak ABK nya di kelas VB pembelajaran masih bisa tenang

dan kondusif. Dan yang tidak kalah penting adalah suasana dan lingkungan

75 Mohammad Takdir Ilahi, Op.Cit., h. 106-107.

Page 54: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

41

SDN Benua Anyar 8 Banjarmasin sangat baik dan nyaman serta aman,

adanya orangtua yang memahami keadaan anak dan siswa yang normal

menghargai temannya yang berkebutuhan khusus dan tidak

mendiskriminasikannya.76

2. Penelitian yang ditulis oleh Khoirudin Hidayat pada tahun 2015 dengan

judul “Pembelajaran Penddidikan Agama Islam Pada Kelas Inklusi di SD

Islam Terpadu Annida Sokaraja Kabupaten Banyumas Tahun 2014/2015”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwasanya pelaksanaan pembelajaran di

sekolah inklusi SD Islam Annida menggunakan sistem pull out, yakni

menggabungkan anak normal dengan anak ABK untuk belajar bersama,

akan tetapi pada waktu tertentu anak ABK ditarik keluar kelas untuk

mendapatkan bimbingan khusus. Mengenai tujuan pembelajaran, anak

ABK lebih ditekankan pada ranah afektif dan psikomotor, sedangkan untuk

kognitif tidak ditekankan. Untuk penanganan anak ABK selain ada guru

PAI itu sendiri, terdapat pula guru pendamping.77

3. Penelitian yang diadakan pada tahun 2016 oleh Alfin Nursalim dengan

judul “Implementasis Pembelajaran Pendididkan Agama Islam terhadap

Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi (Studi Multisitus di SDN

Mojorejo 01 dan SDN Junrejo 01 Kota Batu)”. Hasil penelitian

mengemukakan dalam pelaksanaan pembelajaran di SDN 01 dengan

memberi ruangan khusus bagi siswa berkebutuhan khusus sedangkan di

SDN junrejo 01 terdapat dua model yakni kelas sumber (terdiri dari siswa

76 Rizali Hadi, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Berkebutuhan Khusus Autistik

di Sekolah Inklusi SDN Benua Anyar Kota Banjarmasin, 2017, https://jurnal.uin-

antasari.ac.id/index.php/tiftk/article/view/1798. Diakses pada tahun 2017 77 Khoirudin Hidayat, Pembelajaran Penddidikan Agama Islam Pada Kelas Inklusi di SD Islam

Terpadu Annida Sokaraja Kabupaten Banyumas Tahun 2014/2015, 2015,

http://repository.iainpurwokerto.ac.id/213/1/Cover%2C%20BabI%2CV%2CDaftar%20Pustaka.pdf.

Dipublikasi 14 Juni 2016

Page 55: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

42

berkebutuhan khusus yang dikategorkan berat) dan kelas regular (siswa

berkebutuhan khusus belajar bersama-sama di kelas).78

4. Penelitian dengan judul “Pembelajaran Al-Qur’an Bagi Siswa Tuna Ganda

di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Pemalang” yang ditulis oleh Rizka

Nurlaili Afriani tahun 2016. Hasil penelitian ini menyatakan bahwasanya

pembelajaran Al-Qur’an bagi siswa tuna ganda dilakukan melalui 3 tahap,

yakni perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Tahap perencanaan:

menggunakan sistem hafalan surat-surat pendek untuk menyalurkan materi

PAI kepada siswanya dan tidak tertuangkan dalam bentuk tulisan, Hal ini

menjadi sudah melalui pertimbangan kemampuan siswanya. Tahap

pelaksanaan: materi Pembelajaran yang berupa hafalan surah-surah pendek

dan terjemahannya. Adapun evaluasi pembelajaran Al-Qur’an bagi siswa

tuna ganda meliputi tes dan non tes.79

5. Penelitian yang ditulis oleh Nelly Umama pada tahun 2015 dengan judul

“Pembelajaran Al-Qur’an Pada Peserta Didik Tuna Netra di SMPLB Negeri

Semarang Tahun 2014/2015”. Hasil penelitian menyatakan bahwasanya

Pembelajaran Al-Qur’an Pada Peserta Didik Tuna Netra di SMPLB Negeri

Semarang Tahun 2014/2015 mempunyai kesamaan dengan pembelajaran

al-Qur’an pada umumnya, akan tetapi dalam pelaksanaan pembelajarannya

membutuhkan modifikasi yang sesuai dengan kondisi siswa. Di antara

hambatan yang dialami dalam pembelajaran al-Qur’an yakni: keterbatasan

78 Alfin Nursalin, Implementasis Pembelajaran Pendididkan Agama Islam terhadap Anak

Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi (Studi Multisitus di SDN Mojorejo 01 dan SDN Junrejo 01

Kota Batu), 2016, http://etheses.uin-malang.ac.id/6114/1/14771015.pdf. Dipublikasi pada 29 Maret

2017 79 Rizka Nurlaili Afriani, Pembelajaran Al-Qur’an Bagi Siswa Tuna Ganda di Sekolah Luar

Biasa (SLB) Negeri 1 Pemalang, 2016,

http://repository.iainpurwokerto.ac.id/1047/1/COVER_DAFTRA%20ISI_BAB%20I_BAB%20V_DA

FTAR%20PUSTAKA.pdf. Dipublikasikan pada 8 September 2016

Page 56: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

43

fisik siswa, klasifikasi ketunaan, motivasi belajar yang tidak stabil, dan

perbedaan daya tangkap siswa.80

80Nelly Umama, Pembelajaran Al-Qur’an Pada Peserta Didik Tuna Netra di SMPLB Negeri

Semarang Tahun 2014/2015, 2015, http://eprints.walisongo.ac.id/4685/1/113111075.pdf.

Dipublikasikan pada 24 Maret 2015

Page 57: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

44

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Aluna yang beralamat Jalan

Kebagusan Dalam 4 No 34A, RT.7/RW.4, Kebagusan, Pasar Minggu, Kota

Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12520. Telepon: (021)

78848441.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil-genap tahun

pelajaran 2019/2020, tepatnya pada bulan November 2019- Februari 2020.

B. Latar Penelitian

Penelitian kualitatif berpandangan bahwa gejala itu bersifat holistik

(menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak

akan menetapkan penelitinya hanya berdasarkan variabel penelitian, akan tetapi

keseluruhan situasi sosial yang diteliti meliputi aspek tempat (place), pelaku

(actor) dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.81

Pada penelitian ini, peneliti mengambil objek di sebuah lembaga

pendidikan inklusif yaitu Sekolah Aluna yang berada di Kebagusan, Jakarta

Selatan. Sekolah Aluna merupakan sekolah inklusi, yakni pola pendidikan

yang menyatukan anak-anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak tanpa

berkebutuhan khusus, guna mengikuti proses belajar-mengajar bersama. Anak

berkebutuhan khusus yang terdapat di Sekolah Aluna ada beberapa jenis, di

antaranya adalah anak tunarungu, autis, speech delay, dan ADHD. Sekolah

81 Sugiyono, Metode Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2016), h. 207.

44

Page 58: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

45

tersebut melayani anak normal dan anak berkebutuhan khusus terutama

tunarungu jenjang Taman Bermain, Taman Kanak-kanak dan PKMB (setara

dengan Sekolah Dasar).

Dalam penelitian ini, pelaku (actor) yang diteliti penulis adalah guru dan

siswa yang berada di PKMB Aluna, sedangkan kepala sekola sedikit

memberikan informasi dan menyetujuinya. Lebih tepatnya penelitian ini

dilakukan di kelas tiga dan empat. Siswa kelas tiga terdapat delapan orang siswa

dan di kelas empat terdapat empat belas orang siswa. Sedangkan aktivitas yang

diteliti yakni terkait pelaksanaan pembelajaran membaca al-Qur’an meliputi

proses belajar al-Qur’an di dalam kelas, metode yang digunakan, serta media

pelajaran yang dipakai dalam proses pembelajaran tersebut.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pola

pendekatan deskriptif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang

yang perilakunya dapat diamati.82 Penelitian deskriptif bertujuan untuk

memaparkan dan menggambarkan kondisi secara fakta dalam penyelenggaraan

pendidikan atau hal-hal yang berkaitan dengan dunia pendidikan.83

Peran penulis dalam penelitian ini sebagai instrument kunci yang bertugas

mengumpulkan data demi data melalui observasi guru dan siswa yang terlibat

langsung dalam proses pembelajaran al-Qur’an di dalam kelas, menjadi

interviewer dalam proses wawancara terhadap guru, sedangkan kepala sekolah

menjustifikasi serta mengumpulkan dokumen-dokumen sebagai data pelengkap

dalam penelitian kualitatif ini yang ditulis berdasarkan kejadian alamiah, atau

kejadian yang sebenarnya pada sebuah objek penelitian.

82 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2017), h. 4. 83 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 101.

Page 59: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

46

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Metode observasi adalah teknik pengumpulan data, dimana peneliti

mengadakan pengamatan secara langsung tarhadap gejala-gejala yang

dihadapi. Observasi juga diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan

secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.84

Melalui teknik observasi inilah seorang peneliti bisa terbantu dalam

mengetahui serta menyelidiki keadaan kondisi maupun tingkah laku objek

penelitian.85 Metode observasi ini penulis pergunakan untuk memperoleh

data tentang keadaan Sekolah Aluna dan proses pembelajaran membaca al-

Qur’an bagi siswa tunarungu di Sekolah Aluna yang meliputi observasi

metode, media, juga cara yang digunakan guru dalam pembelajaran serta

faktor pendukung dan penghambat proses pembelajaran al-Qur’an tersebut

di Sekolah Aluna.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Observasi

No Aspek yang Diamati Indikator

1. Sekolah • Lokasi sekolah

• Kondisi dan situasi

sekolah

• Sarana dan prasarana

2. Guru • Aktivitas guru

• Kemampuan guru

3. Siswa • Kondisi siswa

84 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 158. 85 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 384.

Page 60: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

47

• Interaksi antara sesama

siswa maupun dengan

guru

• Kemampuan siswa

4. Pembelajaran membaca al-

Qu’an

• Strategi pembelajaran

• Metode pembelajaran

• Evaluasi pembelajaran

• Media pembelajaran

• Jadwal pembelajaran

• Tata ruang kelas

2. Wawancara

Wawancara yakni memperoleh data sebanyak-banyaknya berkaitan

dengan subjek penelitian. Cara ini dilakukan untuk mencari data yang

dilakukan dengan cara bertemu langsung dengan responden atau sumber

data. Wawancara bukan hanya menangkap pemahaman atau ide, tetapi juga

memangkap perasaan, pengalaman, emosi, motif yang dimiliki oleh

respinden yang bersangkutan.86

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis wawancara dengan

pedoman standar terbuka, yakni penulis terlebih dahulu sudah menyiapkan

pedoman wawancara. Kemudian melakukan interview dengan guru (wali

kelas 3 sebanyak 1 orang dan wali kelas 4 sebanyak 2 orang) dan Kepala

Sekolah Aluna.

86 W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Gransindo, 2010), h. 119.

Page 61: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

48

Tabel 3.2

Kisi-kisi Wawancara

No Sub Pokok

Pertanyaan

Aspek yang Diungkap Sumber

1. Proses

pembelajaran

membaca al-

Qur’an

1.1 Peranan guru dalam

pembelajaran

1.2 Cara menghadapi

siswa dengan berbeda

latar belakang

khususnya anak

berkebutuhan khusus

tunarungu

1.3 Komponen

pembelajaran membaca

al-Qur’an, Seperti

tujuan, materi, metode,

media, dan evaluasi

1.4 Hubungan sekolah

dengan orang tua

peserta didik

Kepala

sekolah dan

guru

2. Faktor

pendukung dan

penghambat

pembelajaran

membaca al-

Qur’an bagi anak

berkebutuhan

khusus tunarungu

2.1 Faktor pendukung

pembelajaran

membaca al-Qur’an

bagi anak

berkebutuhan khusus

tunarungu

2.2 Faktor penghambat

pembelajaran

Guru

Page 62: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

49

membaca al-Qur’an

bagi anak

berkebutuhan khusus

tunarungu

a. Dokumen

Hasil penelitian observasi dan wawancara akan dapat dipercaya jika

didukung oleh dokumen yang dijadikan sebagai bahan referensi dalam

perencanaan pengumpulan data serta bisa menjadi kebenaran hasil

observasi dan wawancara. Dokumen yang dicari berupa dokumen-

dokumen sekolah yang dijadikan obyek penelitian, selain itu dokumen ini

dipergunakan untuk mengetahui dan mengungkap data latar belakang

obyek seperti profil sekolah, data guru, siswa, fasilitas, jadwal

pembelajaran al-Qur’an serta dokumen pendukung lainnya.

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data

1. Perpanjangan Pengamatan

Dengan memperpanjang pengamatan berarti peneliti kembali ke

lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang

pernah ditemui maupun yang baru.87 Peneliti mengumpulkan data dengan lebih

dari satu kali kunjungan dari mulai November 2019 - selesai yang bertujuan

untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan. Proses memperpanjang

pengamatan ini berguna untuk menguatkan data yang didapat dalam penelitian,

serta untuk menguji keabsahan dan validitas suatu data yang di,dapat.

87 Sugiyono, op. cit., h. 270.

Page 63: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

50

2. Triangulasi Data

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan

data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.88 Pada

penelitian ini, peneliti dapat mengecek data maupun memperoleh data melalui

teknik triangulasi, yakni dengan melakukan pengamatan terhadap proses

pembelajaran al-Qur’an bagi anak berkebutuhan khusus tunarungu

beberapakali. Selanjutnya membandingkan data hasil pengamatan dalam proses

pembelajaran al-Qur’an dengan data hasil wawancara dengan beberapa guru

dan Kepala Sekolah Aluna. Peneliti juga membandingkan hasil wawncara

dengan dokumen yang berkaitan.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam

unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah

dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.89

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia

dari berbagai sumber, yaitu wawancara, observasi atau pengamatan kepada

kegiatan subjek penelitian dan dokumentasi. Data segera dianalisis setelah

dikumpulkan dan dituangkan dalam bentuk laporan.

Berikut ini adalah proses analisis data yang digunakan peneliti dalam

penelitian, antara lain:

88 Ibid, h. 273. 89 Ibid, h. 245.

Page 64: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

51

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya.90 Adapun data yang direduksi meliputi hasil observasi,

wawancara dan juga dokumen. Dari semua hasil wawancara yang dilakukan

peneliti, ada beberapa data yang memiliki kesamaan sehingga data tersebut

tidak dicantumkan semuanya.

2. Data Display (Penyajian Data)

Pada penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

Paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif

adalah dengan teks yang sifatnya naratif. Dengan adanya penyajian data

tersebut maka data akan terorganisir, tersusun dalam pola hubungan,

sehingga akan semakin mudah dipahami.91 Setelah data direduksi, peneliti

melakukan menyajian data dalam uraian singkat, bagan dan

menghubungkan keseluruhan data. Hal ini bisa mempermudah untuk

memahami apa yang terjadi dan melanjutkan rencana setelahnya.

3. Conclusion Drawing/verification (Penarikan Kesimpulan/Verifikasi)

Setelah melalui dua tahap di atas, langkah terakhir yang dilakukan

adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Pada tahap ini, kesimpulan

awal yang masih bersifat sementara jika didukung dengan data-data yang

valid maka bisa dikatakan jika kesimpulan tersebut adalah kredibel.92 Dari

90 Sugiyono, op. cit., h. 247. 91 Ibid, h. 249. 92 Ibid, h. 253.

Page 65: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

52

beberapa data yang diperoleh hasil penelitian berupa data observasi,

wawancara dan juga dokumentasi, peneliti mendeskripsikan hasil temuan

tersebut kemudian ditarik kesimpulannya.

Page 66: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Sekolah Aluna

1. Sejarah Berdirinya Sekolah Aluna

Ibu Rina Jayani adalah founder sekaligus Kepala Sekolah Aluna.

Sejak awal pada tahun 2011 beliau sangat ingin mendirikan sekolah.

Sebelum mendirikan Sekolah Aluna Ibu Rina sudah mempunyai Therapy

Center untuk anak gangguan pendengaran agar anak-anak tersebut dapat

mendengar dan dapat berkomunikasi verbal. Ibu Rina akhirnya mendirikan

sekolah inklusi. Alasan memilih sekolah inklusi karena ibu Rina merasa

sekolah inklusi di Indonesia belum banyak. Mungkin sudah ada beberapa

sekolah inklusi, tetapi tidak fokus pada anak gangguan pendengaran.

Ibu Rina menginginkan sekolah inklusi yang memperhatikan anak-

anak yang mengalami gangguan pendengaran tersebut. Selain itu juga

merupakan bentuk wujud syukur ibu Rina karena anak beliau yang terakhir

mengalami gangguan pendengaran. Akan tetapi sekarang anak tersebut

tumbuh menjadi anak yang ceria dan mampu berkomunikasi dengan verbal,

sehingga ibu Rina ingin berbagi pengalaman bagaimana ibu Rina

membesarkan anaknya dengan orang tua lain yang mengalami hal yang

sama, senasib dan juga seperjuangan.

Selain itu, ibu Rina juga ingin mensosialisasikan bahwa anak

gangguan pendengaran itu mempunyai tiga solusi, pertama adalah bahasa

isyarat, kedua adalah membaca gerak bibir (lips reading), dan ketiga

mendengar dan berkomunikasi verbal. Solusi apapun yang dipilih orang tua

adalah yang terbaik asal dilakukan dengan konsisten. Di sekolah Aluna

mengambil solusi yang ketiga, yakni mendengar dan komunikasi verbal.

Akan tetapi, syaratnya harus usia dini dan bekerja keras. Itulah yang

53

Page 67: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

54

diajarkan di terapi dan di sekolah, bahwasanya suara yang ada di sekeliling

mereka perlu didengar dan mengandung makna.

2. Arti nama “Aluna” dan Maskot dari Sekolah Aluna

Aluna berarti siswa/murid dalam bahasa Portugis. Kami percaya

bahwa setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang

berkualitas sesuai dengan kecepatan belajar dan bakat masing-masing anak.

Sedangkan maskot dari Sekolah Aluna adalah kura-kura. Kura-kura

adalah binatang yang berjalan dengan percaya diri dengan kecepatannya

sendiri yang khas tapi pasti untuk mencapai tujuannya. Untuk mencapai

tujuan yang paling penting adalah mengikuti prosesnya. Kamipun yakin

bahwa tidak ada pencapaian yang instan.

3. Visi, Misi dan Motto Sekolah Aluna

Visi Sekolah Aluna:

Terbentuknya anak yang mandiri, percaya diri, peka terhadap lingkungan,

kreatif, dan berprestasi maksimal sesuai bakat dan minat masing-masing.

Misi Sekolah Aluna:

Memberikan lingkungan yang disiapkan dengan menganut prinsip-prinsip

dari metode Montessori serta guru-guru yang memiliki semangat mengajar

anak-anak serta paham Pendidikan anak usis adini dan metode Montessori.

Motto Sekolah Aluna:

“Sekolah Untuk Semua”

Sekolah yang menyatukan semua anak yaitu anak-anak regular dan anak-

anak yang memiliki kebutuhan khusus (khususnya anak-anak gangguan

pendengaran) dari berbagai latarbelakang finansial dan agama.

Page 68: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

55

Maksud dari motto tersebut yaitu Sekolah Aluna adalah sekolah yang

ditujukan untuk semua anak dari berbagai kalangan, baik anak-anak yang

tidak memiliki kebutuhan khusus, anak-anak yang memiliki kebutuhan

khusus dalam hal ini khusus anak-anak dengan gangguan pendengaran serta

dari berbagai latarbelakang ekonomi keluarga. Semua anak mendapatkan

perlakuan dan pembelajaran yang sama.

4. Sarana dan Prasarana Sekolah Aluna

Sekolah Aluna adalah sekolah inklusi berbahasa Indonesia yang

menggunakan metode Montessori. Terbuka bagi anak mulai usia 1,5 tahun.

Tersedia Kelompok Bermain, Taman Kanak-kanak dan PKMB (setara SD).

Fasilitas Sekolah Aluna:

a. Ruang kelas luas dengan AC

b. Peralatan Montessori yang lengkap

c. Alat bermain yang bervariasi

d. Arena bermain

e. Perpustakaan

f. Daycare

g. Therapy Center

5. Keadaan Guru dan Siswa Sekolah Aluna

a. Keadaan Guru

Guru merupakan unsur yang sangat vital dalam suatu lembaga

pendidikan. Guru-guru yang mengajar di Sekolah Aluna khususnya di

PKMB Sekolah Aluna sebagian besar merupakan lulusan dari S1

Pendidikan, sesuai dengan hasil penelitian, tenaga guru di PKMB

Page 69: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

56

Sekolah Aluna berjumlah 10 orang dan 1 kepala sekolah, sebagimana

tertera dalam tabel di bawah ini:93

Tabel 4.1

Data Guru PKMB Sekolah Aluna Tahun Ajaran 2019/2020

No Nama Guru Jabatan

1. Rina Jayani Kepala Sekolah

2. Halimatussakdiah, S.Sos. Guru Bahasa Indonesia

3. Eryana Rismayanti, S.Pd. Guru Bahasa Indonesia,

IPA & SBdP

4. Dian Larasati H, S.E. Guru Matematika

5. Ade Purnama Sari, S.Pd. Guru Matematika & IPA

6. Reni Ariskawati, S.Si. Guru Tematik

7. Rafika Tri Dewi, S.Pd. Guru Matematika

8. Defi Intan Pusparini S.Pd. Guru Tematik

9. Elma hanani, S.Pd. Guru Matematika

10. Vifih Herlina, S.Pd. Guru Tematik

11. Nurhayati, S.T. Guru Matematika

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwasanya sebagian besar guru

berlatarbelakang pendidikan S1 bidang Pendidikan, sekalipun ada guru

yang bukan lulusan S1 bidang Pendidikan, akan tetapi mereka sudah

memiliki pengalaman dalam mengajar. Adapun guru yang mengajar

mata pelajaran agama di PKMB Sekolah aluna masih dalam proses,

karena mengingat kondisi siswa yang membutuhkan pelayanan khusus

dalam bidang keagamaan. Selain itu, di Sekolah Aluna juga terdapat

psikolog untuk menterapi siswa berkebutuhan khusus.

93 Dokumentasi PKMB Sekolah Aluna

Page 70: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

57

b. Keadaan Siswa

Jumlah siswa PKMB Sekolah Aluna pada tahun ajaran 2019/2020

semester 1 seluruhnya tercatat sebanyak 52 orang siswa, dengan rincian

perkelasnya antara lain:

Tabel 4.2

Data Siswa PKMB Sekolah Aluna Tahun Ajaran 2019/2020

Kelas Jumlah Siswa

Kelas Satu 13 Siswa

Kelas Dua 10 Siswa

Kelas Tiga 14 Siswa

Kelas Empat 8 Siswa

Kelasa Lima 7 Siswa

TOTAL 52 Siswa

B. Hasil Temuan

1. Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Al-Qur’an Bagi Anak

Berkebutuhan Khusus Tunarungu di Sekolah Inklusi Aluna Jakarta

Pada penelitian ini membahas tentang pembelajaran membaca al-

Qur’an bagi anak berkebutuhan khusus di Sekolah Inklusi Aluna bertempat

di Jakarta. Pembelajaran membaca al-Qur’an bagi anak berkebutuhan

khusus di antaranya adalah anak tunarungu yang beragama Islam

merupakan pembelajaran yang penting. Pembelajaran memaca al-Qur’an

bagi peserta didik tunarungu bertujuan untuk menjadikan peserta didik

mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Sekolah Aluna

merupakan sekolah inklusi dengan model kelas regular yakni dalam satu

kelas digabung antara anak berkebutuhan khusus dengan anak normal.

Begitupun dalam pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an baik anak

Page 71: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

58

berkebutuhan khusus dengan anak normal dapat belajar bersama-sama

dalam satu kelas.

Jika proses pembelajaran pada umumnya sebelum pelaksanaan

pembelajaran dimulai, pendidik terlebih dahulu membuat perencanaan

pembelajaran yang akan dilakukan, baik seperti silabus maupun RPP. Akan

tetapi dalam pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an di Sekolah Aluna

tidaklah demikian.

Pelaksanaan pembelajaran membaca al-Qur’an di Sekolah Aluna

dilakukan setiap hari yakni pada hari Senin sampai Jum’at pukul 07.30 –

08.00. Pembelajaran membaca al-Qur’an ini dibimbing langsung oleh

wakli kelas pada masing-masing kelas. Setiap pagi sebelum dimulainya

kegiatan belajar mengajar, peserta didik secara bergantian belajar membaca

al-Qur’an dihadapan guru.94 Bahkan karena semangatnya peserta didik

untuk belajar membaca al-Qur’an, terkadang sebelum guru datang mereka

sudah mempersiapkan meja untuk mengaji sendiri. Sehingga ketika

pendidik datang, mereka langsung mulai membaca dihadapan guru satu

persatu.

Guna mengantarkan sebuah pembelajaran kearah yang ideal dengan

tepat dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka perlu adanya metode

pembelajaran. Metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Dalam

kegiatan belajar mengajar, pendidik menggunakan metode yang dapat

membantu peserta didik untuk lebih mudah memahami pembelajaran.

Banyak sekali berbagai metode-metode yang digunakan dalam

pembelajaran membaca al-Qur’an.

Metode yang digunakan pada pelaksanaan pembelajaran membaca

al-Qur’an adalah metode iqro’. Pada prosesnya, pendidik menggunakan

94 Hasil observasi lapangan pada Kamis 12 Desember 2019

Page 72: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

59

buku acuan iqro’ yang terdiri dari enam jilid sebagai dasarnya. Setiap

peserta didik memiliki buku iqro’ maisng-masing. Dimulai dari tahap

sederhana lalu tahap demi tahap sampai pada tingkatan sempurna. Hal ini

disampaikan oleh Ibu Elma yang mengatakan:

“Untuk basic-nya kita menggunakan iqro’, sedangkan Metode yang

digunakan masih biasa saja, karena mereka harus berbicara konkrit, jadi

benar-benar dari al-Qur’annya kita tunjuk, mana tanda baca panjang,

pendek, mana tanda berhenti dan mana tanda lanjut. Pembelajarannya pun

bertahap sesuai dengan tingkatan dalam membaca iqro’nya.”95

Materi dalam pembelajaran al-Qur’an di Sekolah Aluna

menyesuaikan dengan metode iqro’ yang bersifat fleksibel yaitu

menyesuaikan dengan kemampuan peserta didik, karena setiap peserta

didik memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Adanya sifat fleksibel ini

untuk menghargai perbedaan individual dan keberagaman kecerdasan.

Dengan demikian materi yang diajarkan kepada peserta didik disesuaikan

dengan kemampuannya pada tingkatan jilid iqro’. Dan bagi peserta didik

yang sudah menyelesaikan tahapan sampai jilid enam pada iqro’ bisa

melanjutkan bacannya ke tingkat al-Qur’an.

Pada metode iqro’ dalam pratiknya tidak membutuhkan alat yang

bermacam-macam, karena ditekankan pada bacaannya (membaca huruf al-

Qur’an dengan fasih dan benar). Membacanya tanpa di eja. Metode iqro’

pun memiliki karakter di antarnya adalah praktis, CBSA (Cara Belajar

Siswa Aktif) yakni peserta didik yang aktif membaca sedangkan pendidik

hanya menyimak. Pendidik tidak menuntun, akan tetapi hanya

mencontohkan saja pada pokok pembahasan. Selain itu, karakter

selanjutnya adalah privat, yakni menyimak bacaan seseorang secara

bergantian. Hal ini di terapkan pada pembelajaran membaca al-Qur’an di

Sekolah Aluna.

95 Wawancara dengan Ibu Elma selaku wali kelas 3 pada 12 Desember 2019

Page 73: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

60

Sebagaimana diketahui bahwasanya ada tiga solusi cara

berkomunikasi untuk anak tunarungu yakni pertama adalah bahasa isyarat,

kedua adalah membaca gerak bibir (lips reading), dan ketiga mendengar

serta berkomunikasi verbal. Di sekolah aluna mengambil solusi yang ketiga

yakni mendengar dan berkomunikasi verbal. Ibu Elma mengatakan:

“Untuk anak tunarungu kita biasakan mereka berbicara dan tidak

menggunakan bahasa isyarat. Dan anak tunarungu di sini semua

menggunakan alat bantu dengar baik itu implant maupun ABD biasa, jadi

kita membiasakan berbicara dengan mereka sama seperti anak-anak yang

lainnya”96

Sama halnya dalam pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an, peserta

didik tidak diperkenankan menggunakan bahasa isyarat. Akan tetapi

peserta didik dilatih untuk mampu membaca al-Qur’an dengan

mengucapkan langsung dan juga mampu mendengar apa yang dilafalkan

oleh pendidik. Karena setiap peserta didik tunarungu di Sekolah Aluna

menggunakan alat bantu dengar, baik alat bantu dengar biasa maupun

implant. Fungsi alat bantu dengar ini untuk memperkuat rangsangan bagian

sel-sel sensorik telinga bagian dalam yang rusak terhadap rangsangan suara

dan bunyi-bunyian dari luar. Hal serupa disampaikan oleh ibu Nurhayati:

“Waktu awal saya ke sini juga saya gak ngerti bagaimana komunikasi

dengan mereka (anak tunarungu), tapi memenag kita harus face to face dan

jarak kita berbicara juga jangan terlalu jauh nanti gak ngerti maksud

mereka apa, paling harus deket. Dan biasanya anak tunarungu itu suka

melihat mimik mulut kita, dan di sini gaboleh, jadi kita harus berbicara

disamping alatnya, hal itu untuk mengecek juga apakah alatnya berfungsi

atau tidak. Karena kan sayang alatnya sudah di beli mahal-mahal tapi

ternyata tidak berfungsi. Jadi makanya disuruh komunikasi disamping

alatnya itu.” 97

Setiap peserta didik maju satu persatu untuk membaca iqro’

dihadapan pendidik. Pelaksanaan pembelajaran membaca al-Qur’an ini

96 Wawancara dengan Ibu Elma selaku wali kelas 3 pada 12 Desember 2019 97 Wawancara dengan Ibu Nurhayati selaku wali kelas 4 pada 13 Desember 2019

Page 74: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

61

disesuaikan juga dengan keadaan peserta didik. Apalagi sekolah Aluna ini

merupakan sekolah inklusi di mana dalam satu kelas terdapat anak normal

dan anak berkebutuhan khusus. Rata-rata untuk peserta didik normal di

sekolah Aluna sudah menyelesaikan tahapan jilid dalam iqro’ sehingga bisa

melanjutkan ke tingkat al-Qur’an. Sedangkan untuk peserta didik

berkebutuhan khusus tunarungu masih dalam tahapan iqro’. Peserta didik

tunarungu bukan hanya mengalami gangguan dalam pendengaran namun

mengalami kesulitan juga dalam berbicara. Begitupun dalam pembelajaran

al-Qur’an, untuk melafalkan huruf-huruf hijaiyah masih cukup sulit

sehingga terdengar pada huruf-huruf tertentu seperti sama pengucapannya.

Ketika proses pembelajaran berlangsung, posisi duduk antara

peserta didik normal dengan peserta didik berkebutuhan khusus tunarungu

sedikit berbeda. Jika peserta didik normal posisi duduknya berhadapan

langsung dengan pendidik, akan tetapi untuk peserta didik tunarungu posisi

pendidik berada di samping alat dengar peserta didik. Hal ini dilakukan

untuk memastikan bahwa alat bantu dengar bisa berfungsi dengan baik dan

juga untuk menghindari peserta didik tunarungu membaca gerak bibir

pendidik.98

Untuk melihat ketercapaian dari suatu pembelajaran perlu diadakan

evaluasi. Evaluasi menjadi hal penting untuk dilakukan dalam tiap

pembelajaran. Adapun model penilaian yang digunakan sekolah Aluna

dalam Pembelajaran membaca al-Qur’an dengan metode iqro’ ini dengan

cara evaluasi harian. Cara pendidik mengevaluasi pembelajaran membaca

al-Qur’an menggunakan metode iqro’ yakni dengan menilai peserta didik

dalam menentukan apakah bacaannya bisa dilanjutkan atau mengulang.

Pendidik melihat komponen bacaan pada tiap-tiap siswa, jika komponen

seperti kelancaran, tajwid berupa panjang pendek, dan fashah sudah

98 Hasil observasi lapangan pada Kamis 12 Desember 2019

Page 75: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

62

dikuasai, maka peserta didik bisa melanjutkan bacaan. Akan tetapi jika

masih belum, maka mengulang-ulang pada halaman yang masih belum

lancar sampai peserta didik dirasa sudah cukup jelas terkhusus bagi peserta

didik tunarungu dalam pengucapan hurufnya, serta ketentuan panjang

pendeknya bacaan.99 Megingat bahwasanya metode iqro’ ini bersifat

individual, oleh sebab itu ketika evaluasi pun juga tergantung pada jilid dan

kemampuan peserta didik.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Membaca

Pembelajaran Al-Qur’an Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Tunarungu Di Sekolah Inklusi Aluna Jakarta

a. Faktor Pendukung

1) Sikap saling menghargai dan menyemangati sesama peserta didik

Sekolah bukan hanya tempat menimba ilmu pengetahuan saja,

akan tetapi sekolah juga menjadi tempat yang dapat memberikan

pengaruh dalam pembentukan sikap peserta didik. Di sekolah peserta

didik dibimbing untuk bersosialisasi dengan orang lain. Adanya sekolah

tidak hanya bermanfaat bagi orang normal saja, melainkan juga bagi

anak berkebutuhan khusus yang mempunyai keterbatasan dalam

berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini, solusi yang dianggap

tepat adalah dengan memasukkan anak ke sekolah inklusi.

Sekolah inklusi adalah sekolah yang menempatkan anak

berkebutuhan khusus dengan anak normal dalam satu kelas di sekolah

umum. Di antara tujuan diadakannya sekolah inklusi adalah untuk

mewujudkan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak

adanya sikap diskriminatif bagi semua peserta didik.

99 Hasil wawancara dengan Ibu Elma selaku wali kelas 3 pada 12 Desember 2019

Page 76: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

63

Sekolah Aluna menjadi salah satu sekolah inklusi yang ada di

Jakarta. Di Sekolah Aluna pendidik mengajarkan untuk saling

menghargai dengan perbedaan yang ada. Selain itu, para peserta didik

juga memiliki sikap saling tolong menolong, dan juga saling

menyemangati satu sama lain tanpa memandang temannya itu normal

ataupun berkebutuhan khusus.

Begitupun dalam pembelajaran al-Qur’an, ketika ada peserta didik

yang enggan untuk mengaji iqro’ terkhusus bagi anak berkebutuhan

khusus tunarungu, maka teman-teman yang lain mengajaknya agar

peserta didik tersebut mau mengaji. Dan hal inipun berhasil membuat

peserta didik tersebut menjadi ingin membaca iqro’nya. Hal serupa

dikatakan oleh ibu Elma:

“Dari teman-teman mereka saja sering suka mengajak untuk

membaca iqro’, karena terkadang ada anak yang lupa atau malas,

tetapi ketika diajak oleh temannya baru mereka mau baca.”100

2) Peran serta orang tua

Bagi anak berkebutuhan khusus, orang tua merupakan sumber

utama pemberi dukungan dalam hidupnya. Penerimaan dari orang tua

membuat anak menjadi merasa berharga, Dukungan orang tua bisa

berupa beberapa bentuk termasuk mengasuh di dalam rumah,

menciptaan suasana yang aman serta menjadi model pengasuh yang

tepat. Seorang anak berkebutuhan khusus akan mencapai potensinya

secara maksimal apabila mendapatkan dukungan penuh dari kedua

orang tuanya.

Adanya dukungan orang tua mampu mengembangkan kompetensi

anak. Begitupun dalam kompetensi beragama. Anak berkebutuhan

khusus juga memiliki hak yang sama dalam beragama. Mengenai anak

100 Wawancara dengan Ibu Elma selaku wali kelas 3 pada 12 Desember 2019

Page 77: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

64

berkebutuhan khusus, bagaimanapun keadaannya mereka tetaplah

makhluk Allah yang dinilai dari segi kemanusiaan mendapat pelayanan-

pelayanan kesejahteraan bagi mereka dengan cara memberikan

bimbingan rohani. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan

mengenalkan serta mengajarkan pada Tuhan dan kitab suci-Nya.

Pengetahuan agama bukan hanya diberikan oleh orang tua, akan

tetapi di berikan juga di sekolah. Salah satunya adalah Sekolah Aluna.

Di sekolah, peserta didik diajarkan pengetahuan agama. Selain itu,

sebagai penunjang pembelajaran agama diadakan pembelajaran

membaca al-Qur’an melalui iqro’. Sebagimana diketahui bahwasanya

mempelajari Al-Qur’an adalah wajib bagi setiap umat Islam, baik yang

memiliki fisik yang normal maupun yang berkebutuhan khusus.

Ketika ditanyakan mengenai peranan orang tua dalam mendukung

pembelajaran al-Qur’an bagi peserta didik berkebutuhan khusus

tunarungu, ibu Nurhayati menjawab:

“Ada orang tua yang mendukung, jadi dirumah anak diajarkan

dulu untuk membaca, ada juga yang dilesin qur’an membaca

iqro’.”101

Orang tua dan sekolah bersinergi dalam memberikan

pembelajaran membaca al-Qur’an bagi anak. Orang tua mengajarkan

membaca al-Qur’an dirumah sedangkan pendidik mengajarkannya di

sekolah. Proses pembelajaran akan berjalan lancar sesuai yang

diharapkan bilamana terjalin realisasi yang baik antara peserta didik,

pendidik dan orang tua.

3) Dukungan sesama pendidik

Pendidik memiliki peran faktor yang paling penting dalam

keberhasilan atau kegagalan program di sekolah. Memegang amanah

101 Wawancara dengan Ibu Nurhayati selaku wali kelas 4 pada 13 Desember 2019

Page 78: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

65

menjadi seorang pendidik bukanlah hal ringan. Apalagi peserta didik

yang ditangani adalah anak-anak berkebutuhan khusus. Pastinya

membutuhkan ketulusan dan kesabaran yang ekstra. Hal ini tidak secara

instan bisa dilakukan. Perlunya adabtasi dengan segala rintangan yang

dihadapi untuk memberikan pengajaran kepada peserta didik

berkebutuhan khusus.

Seorang pendidik menjadi ujung tombak dalam mewujudkan

pendidikan yang berkualitas. Namun untuk mewujudkan pendidikan

yang berkualitas pendidik tidaklah bisa berdiri sendiri. Sehebat apapun

pendidik, jika tidak mendapat dukungan dari pihak lain maka hasilnya

pun tidak akan maksimal. Selain perlunya ketulusan dan kesbaran, tak

bisa dipungkiri bahwasanya seorang pendidik pun juga membutuhkan

dukungan dari eksternal. Salah satunya adalah dukungan dari sesama

pendidik lainnya. Hal ini diperlukan lantaran pendidik lain dirasa

merasakan hal yang sama dengannya, ataupun sekedar sharing terkait

hambatan yang sedang dihadapi. Maka dari itu, perlunya kerjasama

dengan guru-guru yang ada. Begitupun yang dirasakan oleh ibu

Nurhayati yang merasa terbantu akan adanya partner dalam

menghadapi peserta didik.

b. Faktor Penghambat

Pada setiap kegiatan pembelajaran tentunya mengharapkan agar

pembelajaran tersebut dapat berjalan lancar tanpa adanya hambatan. Akan

tetapi, tak bisa dipungkiri bahwasanya setiap sesuatu pasti ada faktor

penghambatnya. Terlebih lagi dalam pembelajaran pada anak berkebutuhan

khusus. Masalah yang terjadi dalam pembelajaran menjadi suatu yang

menghalangi serta menghambat proses pembelajaran itu sendiri. Meskipun

demikian, dengan adanya masalah ini mempu mendorong seorang pendidik

Page 79: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

66

untuk mencari solusi atau pemecahan masalah dengan mengadakan

evaluasi dan perubahan agar menjadi lebih baik lagi.

Berikut ini adalah faktor penghambat yang terjadi dalam pelaksanaan

pembelajaran membaca al-Qur’an di Sekolah Aluna, antara lain:

1) Keterbatasan fisik peserta didik tunarungu

Pada umumnya anak tunarungu yang tidak disertai kelainan

lain mempunyai intelegensi yang normal, namun seiring ditemui

prestasi akademik mereka lebih rendah dibandingkan anak normal

seusianya. Akan tetapi pengembangan potensi kecerdasan

dipengaruhi kemampuan berbahasa, sedangkan dampak yang

nyata dari tunarungu adalah terhambatnya kemampuan berbahasa.

Perkembangan kecerdasan peserta didik tunarungu tidak sama

cepatnya dengan mereka yang mendengar. Anak yang mendengar

belajar banyak dari apa yang didengarnya.

Terbatasnya pendengaran membuat peserta didik memiliki

kosa kata yang terbatas juga. Begitupun dalam pembelajaran

membaca al-Qur’an, dalam pengucapan huruf hijaiyah masih ada

yang kurang jelas pengucapannya. Bahkan juga terdengar seperti

sama dengan huruf yang lainnya. Hal ini diungkapkan oleh ibu

Elma sebagai berikut:

“Biasanya ya dari kekurangan mereka (anak tunarungu) karena

kalau kita mengajarkan mereka sih suka bertanya “apa bu?

Ulang bu” . dan terkadang lupa, karena kosa kata mereka dapat

masih sempit dan huruf hijaiyah pengucapannya beda-beda

jadi ketika mereka mengucapkan ja za dzho masih sama, dan

perlu kita ingatkan. Padahal sebenarnya mereka tahu tapi

karena pengucapannya mereka saja yang hampir mirip-mirip.

Untuk pengucapan bahasa Indonesia saja yang agak berbeda

mereka masih sulit, apalagi pengucapan huruf hijaiyah. Dalam

pengucapan ba ma ta kadang juga hampir sama, karena cara

berbicara setiap anak jelas atau tidaknya juga berbeda-beda,

ada yang sudah jelas dan ada yang masih belum jelas. Makanya

Page 80: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

67

ketika mereka mengucapkan sesuatu kita harus dengarkan

baik-baik, khawatir mereka mengucapkan salah akan tetapi kita

benarkan. Dan ketika sekiranya pengucapan mereka sudah

benar ya kita lanjutkan.”102

2) Fokus dan mood belajar peserta didik yang tidak stabil

Fokus dan mood belajar peserta didik yang tidak stabil

menyebabkan anak menjadi cepat bosan dan tidak bersemangat

dalam mengikuti pembelajaran membaca al-Qur’an.103 Jika mood

peserta didik sedang naik maka mereka akan semangat sekali dan

focus untuk melakukan pembelajaran membaca al-Qur’an.

Begitupun sebaliknya jika mood peserta didik sedang turun maka

mereka akan enggan untuk membaca al-Qur’an.

3) Kurangnya tenaga pendidik di bidang Pendidikan Agama Islam

Kurangnya tenaga pendidik di bidang Pendidikan Agama Islam

di Sekolah Aluna memjadi penghambat dalam proses

pembelajaran. Sejauh ini untuk pembelajaran al-Qur’an dan PAI di

ampu oleh wali kelas masing-masing, karena tenaga pendidik di

bidang tersebut masih dalam proses pencaharian.104

Adanya beberapa hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran

membaca al-Qur’an di Sekolah Aluna, maka solusi yang dilakukan

oleh pendidik adalah sebagai berikut:

1) Upaya mengatasi kondisi keterbatasan fisik peserta didik dalam

mendengar dan berucap sehingga dalam pelafalan huruf masih

tidak pas, maka dalam membimbing peserta didik, pendidik harus

mempunyai kesabaran yang tinggi dan memahami kemampuan

102 Wawancara dengan Ibu Elma selaku wali kelas 3 pada 12 Desember 2019 103 Hasil wawancara dengan Ibu Defi selaku wali kelas 4 pada 12 Desember 2019 104 Hasil observasi lapangan pada Jum’at 13 Desember 2019

Page 81: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

68

peserta didik, dirangkul secara perlahan-lahan dan satu persatu,

serta tidak ada unsur memaksa.

2) Upaya mengatasi fokus dan mood peserta didik yang tidak stabil

yakni dengan cara mendiamkan peserta didik terlebih dahulu

setelah itu membujuknya kembali agar peserta didik mau membaca

al-Qur’an.

3) Untuk mengatasi kurangnya tenaga pendidik di bidang Pendidikan

Agama Islam, maka untuk sementara digantikan terlebih dahulu

oleh wali kelas masing-masing dalam pengajarannya. Begitupun

juga dalam pembelajaran membaca al-Qur’an pada setiap paginya.

C. Pembahasan

Pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an di Sekolah Aluna sudah

baik. Dalam proses pembelajarannya tidak menggunakan perangkat

pembelajaran seperti silabus dan RPP. Di antara metode pembelajaran yang

digunakan untuk anak tunarungu adalah bahasa isyarat, yaitu bahasa yang

mengutamakan bahasa tubuh, gerak bibir, dan tidak mengutamakan suara.

Salah satu bahasa isyarat yang digunakan di Indonesia adalah SIBI (Sistem

Isyarat Bahasa Indonesia). Selain bahasaya isyarat, ada komunikasi total

(komtal) yakni keseluruhan spektrum cara berbahasa yang lengkap, gesti anak,

bahasa isyarat, baca ujaranm ejaan jari, membaca dan menulis, pengembangan

sisa pendengaran guna mamajukan keterampilan bicara dan bahasa ujaran.105

Di sekolah Aluna peserta didik dilatih untuk bisa berkomunikasi verbal dan

tidak diperkenankan untuk menggunakan bahasa isyarat .

Di bab 2 juga sudah dibahas terkait pembagian anak tunarungu dan

klasifikisi menurut taraf pendengarannya. Tunarungu dibedakan menjadi dua,

105 Amirullah Syaputra, Metode Isyarat dalam Pembelajaran Al-Qur’an Bagi Siswa Tuna

Rungu, (Jakarta: PTIQ Jakarta, 2017), h. 48-49.

Page 82: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

69

yakni pertama tuli (deaf) yaitu ketika indra pendengarannya mengalami

kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi, dan

kedua adalah kurang dengar (low of hearing) yaitu indra pendengarannya

mengalami kerusakan akan tetapi masih bisa berfungsi untuk mendengar baik

dengan maupun melalui alat bantu dengar (hearing aid).

Berdasarkan pembagian tersebut, juga terdapat klasifikasi menurut taraf

pendengaran, sebagai berikut:

g) 0-26 dB masih mempunyai pendengaran normal

h) 27-40 dB mempunyai kesulitan mendengar tingkat ringan, masih

mampu mendengar bunyi-bunyian yang jauh. Individu tersebut

membutuhkan terapi bicara.

i) 41-55 dB mempunyai kesulitan mendengar tingkat menengah, dapat

mengerti percakapan. Individu tersebut membutuhkan alat bantu

dengar.

j) 56-70 dB mempunyai kesulitan mendengar tingkat menengah berat.

Kurang mendengar dari jarak dekat, memerlukan alat bantu dengar dan

membutuhkan latihan berbicara secara khusus.

k) 71-90 dB mempunyai kesulitan mendengar tingkat berat. Individu

tersebut termasuk orang yang mengalami ketulian, hanya bisa

mendengarkan suara keras yang berjarak kurang lebih satu meter.

Kesulitan membedakan suara yang berhubungan dengan bunyi secara

tetap.

l) 91- seterusnya, termasuk individu mempunyai ketulian sangat berat.

Tidak dapat mendengarkan suara, sangat membutuhkan bantuan khusus

secara intensif terutama dalam keterampilan percakapan atau

berkomunikasi.106

106 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting Pendidikan Inklusi,

(Bandung: Rafika Aditama, 2006). h. 102.

Page 83: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

70

Berdasarkan pada pembagian dan klasifikasi anak tunarungu menurut taraf

pendnegarannya, hal ini berimbas kepada terhambatnya kemampuan anak

dalam berbicara. Semakin tinggi taraf kerusakan pendengaran pada anak, maka

semakin sedikit kosakata yang mampu ia dengar. Selain itu, juga berpengaruh

terhadap kejelasan pengucapan anak ketika berbicara. Begitupun dalam

pembelajaran membaca al-Qur’an di Sekolah Aluna, kejelasan mereka dalam

melafalkan huruf hijaiyah tergantung pada taraf pendengarannya. Ada yang

memang kurang jelas pelafalannya sampai sulit dibedakan antara huruf yang

satu dengan yang lain terdengar sama, ada yang sudah cukup jelas

pengucapannya, dan bahkan ada yang hampir seperti orang normal kejelasan

dalam pengucapannya.

Bagi orang-orang yang memiliki gangguan dalam pendengaran, agar

memudahkan mereka dalam berkomunikasi dengan sekitarnya maka

membutuhkan alat bantu dengar. Alat bantu dengar pada umumnya tersedia

dua jenis, yakni alat bantu dengar dan implan koklea. Jika anak terdeteksi

mengalami gangguan pendengaran maka dokter akan memberi saran untuk

menggunakan alat bantu dengar pada anaknya. Alat bantu dengar ini berfungsi

membantu anak dalam mendengar seperti hampir menyerupai anak normal.

Sedangkan bagi gangguan pendengaran berat yang kurang terbantu jika

menggunakan alat bantu dengar akan dialikan untuk memasang implan

koklea.107 Koklea atau biasa disebut organ rumah siput yang berfungsi

mengambil getaran suara dan mengirimnya ke otak melalui saraf pendengaran.

Ketika koklea rusak, suara tidak akan mampu mencapai saraf sehingga otak

tidak bisa memproses sinyal tersebut sebagai suara.

Setiap peserta didik tunarungu di Sekolah Aluna menggunakan alat bantu

dengar baik alat bantu dengar biasa maupun implan koklea. Untuk memastika

107 Atik Wahyuni dan Yulianti, Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu yang Menggunakan

Cochlear Implants, Jurnal Pendidikan Khusus, 2017

Page 84: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

71

bahwa alat yang terpasang berfungsi maka ketika pembelajaran membaca al-

Qur’an berlangsung posisi guru berada di samping alat peserta didik. Hal ini

dilakukan selain peserta didik tidak membaca gerak bibir, agar ketika peserta

didik membaca iqro’ dan terdapat kesalahan dalam pengucapan huruf hijaiyah

atau kesalahan bacaan panjang pendeknya, maka guru melafakannya disamping

alat tersebut, guna melatih pendengaran peserta didik juga.108 Begitupun ketika

berinteraksi dengan teman-teman yang normal, tidak diperkenankan

menggunakan bahasa isyarat sehingga baik peserta didik tunarungu maupun

peserta didik normal harus komunikasi secara verbal. Akan tetapi, dalam

berinteraksi sesama anak tunarungu selain dengan menggunakan komunikasi

verbal, disertai juga dengan bahasa isyarat.109

108 Hasil Observasi pada Kamis 12 Desember 2019 109 Ibid

Page 85: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukannya semua tahap penelitian mengenai pelaksanaan

pembelajaran membaca al-Qur’an di Sekolah Aluna, maka peneliti dapat

menyimpulkan, sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran membaca al-Qur’an di Sekolah Aluna dilakukan

setiap hari yakni hari Senin – Jum’at, pukul 07.30 – 08.00 WIB. Metode

yang digunakan dalam pembelajaran membaca al-Qur’an adalah metode

iqro’ yang terdiri dari enam jilid. Metode iqro’ ini digunakan sebagai dasar

sebelum nantinya lanjut kepada tahap membaca al-Qur’an. Materi yang

diajarkan bersifat fleksibel yakni menyesuaikan dengan kemampuan peserta

didik dan dalam proses pembelajarannya tidak membutuhkan bermacam-

macam alat hanya menggunakan buku iqro’ saja, karena yang ditekankan

pada metode iqro’ ini adalah bacaannya (membaca huruf al-Qur’an dengan

fasih dan benar). Adapun evaluasi yang digunakan sekolah Aluna dalam

pembelajaran membaca al-Qur’an dengan metode iqro’ ini yakni dengan

cara evaluasi harian. Pendidik menilai peserta didik dalam menentukan

apakah bacaannya bisa dilanjutkan atau mengulang.

2. Sekolah Aluna adalah sekolah inklusi yang menggabungkan antara peserta

didik normal dan peserta didik berkebutuhan khusus salah satunya yakni

berkebutuhan khusus tunarungu belajar bersama dalam satu kelas. Setiap

anak memiliki kemampuan yang berbeda beda. Begitupun dalam membaca

al-Qur’an. Rata-rata peserta didik tunarungu masih dalam tahapan iqro’

sedangkan peserta didik normal beberapa anak sudah masuk ke tahapan al-

Qur’an. Ketika peserta didik maju satu persatu untuk membaca iqro’, posisi

duduk pendidik berada di samping alat dengar peserta didik, hal ini untuk

72

Page 86: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

73

memastikan alat bantu dengar baik ABD biasa maupun implan koklea yang

digunakan peserta didik dapat berfungsi dengan baik. Selain itu, di sekolah

Aluna tidak diperbolehkan untuk menggunakan bahasa isyarat ataupun

membaca gerak bibir. Bagi peserta didik tunarungu untuk melafalkan huruf-

huruf hijaiyah masih cukup sulit sehingga terdengar pada huruf-huruf

tertentu seperti sama pengucapannya. Akan tetapi, kejelasan dalam

melafalkan tergantung pada teraf kemampuan mendengar peserta didik. Ada

yang memang kurang jelas pelafalannya sampai sulit dibedakan antara huruf

yang satu dengan yang lain terdengar sama, ada yang sudah cukup jelas

pengucapannya, dan bahkan ada yang hampir seperti orang normal kejelasan

dalam pengucapannya.

3. faktor pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran membaca al-Qur’an di

Sekolah Aluna adanya sikap saling menghargai dan menyemangati sesama

peserta didik. Selanjutnya adalah peran serta orang tua yang mendukung

pembelajaran membaca al-Qur’an dengan memberikan pembelajaran serupa

di rumah. Dan terakhir adalah dukungan sesama pendidik yang membuat

para pendidik menjadi lebih kuat dalam mengemban amanah yang tidak

ringan ini.

4. Adapun faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran membaca al-

Qur’an di Sekolah Aluna adalah keterbatasan fisik peserta didk tunarungu,

focus dan mood belajar peserta didik yang tidak stabil, dan kurangnya tenaga

pendidik di bidang PAI. Solusi yang ditawarkan pendidik yakni pendidik

merangkul peserta didik secara perlahan-lahan dan satu persatu, serta tidak

ada unsur memaksa. Solusi kedua adalah cara mendiamkan peserta didik

terlebih dahulu setelah itu membujuknya kembali agar peserta didik mau

membaca al-Qur’an. Dan solusi terakhir maka untuk sementara digantikan

terlebih dahulu oleh wali kelas masing-masing dalam pengajaran membaca

al-Qur’an.

Page 87: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

74

B. Saran

1. Bagi Guru

➢ Memaksimalkan penggunaan metode, media dan sumber belajar serta

menciptakan susasana yang menyenangkan dan membuat peserta didik

lebih semangat lagi dalam belajar al-Qur’an.

➢ Perlunya dibuatkan catatan atau kartu lancaran al-Qur’an agar orang tua

bisa lihat dan mengetahui sejauh mana perkembangan anak dalam

membaca al-Qur’an.

2. Bagi Sekolah

➢ Mendukung dan meningkatkan pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an di

sekolah serta menyediakan fasilitas-fasilitas pembelajaran dengan baik.

3. Bagi Lembaga Pendidikan

➢ Memberikan pembinaan kepada guru agar mempersiapkan fisik maupun

mental dalam mengajar.

➢ Mendukung dan mengembangkan program pembelajaran al-Qur’an agar

terciptanya pembelajaran yang efektif dan mampu mencetak generasi

Qur’ani.

Page 88: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

75

DAFTAR PUSTAKA

Agustyawati dan Solicha. Psikologi Pendidikan: Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta:

Lembaga Peneltian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2013.

Ainurrohmah, Cicik dan Ainna Amalia FN, Implementasi Metode Tilawati Dalam

Menghafal Bacaan Sholat Di TPQ Miftahul Hidayah Gondang Nganjuk Jawa

Timur. Jurnal Lentera. Vol.1 No.2, E-ISSN: 25407767. 2015.

Astuti, Rini. Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Quran Pada Anak Attention

Deficit Disorder Melalui Metode Al-Barqy Berbasis Applied Behavior Analysis.

Jurnal Anak Pendidikan Usia Dini. Volume 7 Edisi 2. 2013.

Atmaja, Jati Rinakri, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2017.

Delphie, Bandi. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting Pendidikan

Inklusi. Bandung: Rafika Aditama. 2006.

Gulo, W. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Gransindo. 2010.

Haenudin. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu. Jakarta: PT Lxima

Metro Media. 2013.

Hamid, Abdul. Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakarta: Prenamedia Group. 2016.

Hasan, Sholeh dan Tri Wahyuni. Kontribusi Penerapan Metode Qiro’ati dalam

Pembelajaran Membaca al-Qur’an Secara Tartil. Jurnal Pendidikan Islam.

Vol.V No.1. 2018.

Hasuna , Umi dan Alik Roichatul Jannah. Implementasi Metode Ummi dalam

Pembelajaran Alquran pada Santri di Pondok Pesantren Salafiyah Al-Mahfudz

75

Page 89: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

76

Seblak Jombang. Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 1 No.2, E-ISSN: 2550-1038.

2017.

Hidayat, Bahril. 2017. Pembelajaran Alquran pada Anak Usia Dini Menurut Psikologi

Agama dan Neurosain, The 2nd Annual Conference on Islamic Early Childhood

Education Vol.2, (e-ISSN): 2548-4516, 2017

Hidayat, Yayan Heryana, dan Atang Setiawan. Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus.

Bandung: UPI PRESS. 2006.

Ilahi, Muhammad Takdir. Pendidikan Inklusif (Konsep dan Aplikasi). Yogjakarta: Ar

Ruzz Media. 2013.

Imani, Allamah Kamal Faqih. Tafsir Nurul Qur’an. Jilid 19. Jakarta: AlHuda. 2003.

Jamaludin. Pembelajaran Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2015.

Liza, Fitri. Analisis Metode Iqra dalam Pembacaan Fawatihussuwar Mahasiswa FAI

UHAMKA. Jurnal Pendidikan Islam. Volume 10 Nomor 1, E-ISSN: 25497146.

2019

Ma’mun, Muhammad Aman. Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an. Jurnal

Pendidikan Islam Vol.4 No.1. 2016.

Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia. 2011.

Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian KualitatifBandung: PT Remaja Rosdakarya. 2017.

Mualifah, Ilun. Perkembangan Peserta Didik (Edisi Pertama). Jakarta: Learning

Assistance Program For Islamic Schools. 2008.

Mudlofir, Ali dan Evi Fatimatur Rusydiyah. Desain Pembelajaran Inovatif. Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada. 2017.

Page 90: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

77

Olivia, Stella. Pendidikan Inklusi untu Anak Berkebutuhan Khusus – Diintegrasikan

Belajar di Sekolah Umum. Yogyakarta: Andi. 2017.

Poerwandari, E. Kristi. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: LPSP3

UI. 1998.

Pratiwi, Jamilah Candra. Sekolah Inklusi untuk Anak Berkebutuhan Khusus:

Tanggapan Terhadap Tantangan Kedepannya. Seminar Nasional Pendidikan

UNS & ISPI Jawa Tengah. ISBN: 978-979-3456-52-2. 2015.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009

Tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan

Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa

Al-Qaththan, Manna Khalil. Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an. Bogor: Pustaka Litera

AntarNusa. 2004.

Al-Qaththan, Manna Khalil. Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an. Jakarta: Pustaka al-

Kautsar. 2006.

Ar-Rifa’I, Muhammad Nasib. Taisuru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir.

Jilid 4. Jakarta: Gema Insani. 2000.

Ash-Shabunniy, Muhammad Ali. Studi Ilmu Al-Qur’an. Bandung: CV Pustaka Setia.

1998.

Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

2006.

Shihab. M. Quraish. Al-Lubab. Tangerang: Lentera Hati. 2012.

Al-Sijistani, Abu Daud Sulaiman bin al-Asy’ats. Sunan Abi Daud. Bairut: Maktabah

Ashriyah

Smart, Aqila. Anak Cacat Bukan Kiamat. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2012.

Page 91: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

78

Srijatun. Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Dengan Metode Iqro Pada

Anak Usia Dini Di RA Perwanida Slawi Kabupaten Tegal. Jurnal Pendidikan

Islam. Vol.11 Nomor 1, ISSN 1979-1739. 2017.

Sugiyono. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta. 2016.

Suma, Muhammad Amin. Ulumul Qur’an. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2013.

Suprihatiningrum, Jamil. Strategi Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2016.

Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Press. 2006.

Syaifullah, Muhammad. Penerapan Metode An-Nahdliyah dengan Metode Iqro’ dalam

Kemampuan Membaca al-Qur’an. Jurnal Kajian Ilmu Pendidikan. Vol.2 No.1,

E-ISSN 2548-7892. 2017.

Syaputra, Amirullah. Metode Isyarat dalam Pembelajaran Al-Qur’an Bagi Siswa Tuna

Rungu. Jakarta: PTIQ Jakarta. 2017.

Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-

Ruzz. 2011.

Tohirin. Psikologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: PT RajaGafindo Persada.

2006.

Undang–Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat I sesudah Amandemen I–IV, dilengkapi

Susunan Kabinet Indonesia Bersatu II Tahun 2009–2014 dan Butir–butir

Pancasila, (Surakarta: ITA, tt),

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional

Wahyuni, Atik dan Yulianti. Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu yang Menggunakan

Cochlear Implants. Jurnal Pendidikan Khusus, 2017.

Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian. Jakarta: Prenadamedia Group. 2015.

Page 92: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

79

LAMPIRAN

Page 93: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

80

Page 94: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

81

Page 95: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

82

Pedoman Wawancara untuk Kepala Sekolah

Nama :

Jabatan :

Hari/Tanggal :

Tempat :

Waktu :

NO PERTANYAAN JAWABAN

1. Sudah berapa lama ibu menjadi

kepala Sekolah Aluna?

2. Sejak kapan didirikan Sekolah Aluna

didirikan?

3. Apa visi dan misi Sekolah Aluna?

4. Apa yang melatarbelakangi Sekolah

Aluna menjadi sekolah inklusi?

5. Apakah Sekolah Aluna menerima

siswa tanpa membeda-bedakan?

6. Jenis ABK apa saja yang ada di

Sekolah Aluna?

7. Ada atau tidak batasan jumlah siswa

(terutama ABK) dalam setiap

kelasnya?

8. Bagaimana upaya sekolah dalam

membudayakan ramah terhadap

ABK?

9. Apa latar belakang pendidikan

sekolah para guru di sini linear

dengan bidangnya? Jika tidak, maka

upaya apa yang dilakukan oleh

sekolah?

10. Kriteria seperti apa yang harus

dipenuhi untuk menjadi guru di

Sekolah Aluna ini (terutama guru

agama)?

Page 96: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

83

11. Seberapa pentingnya pembelajaran

al-Qur’an menurut bapak/ibu

sehingga perlu diadakan di Sekolah

Aluna?

12. Kurikulum apa yang diterapkan di

sekolah inklusi Aluna?

13. Apa tujuan mengadakan

pembelajaran al-Qur’an di Sekolah

Aluna?

14. Apa saja yang dipersiapkan untuk

menerapkan pembelajaran al-Qur’an

di Sekolah Aluna?

15. Media dan metode apa yang

digunakan dalam pembelajaran al-

Qur’an

16. Apakah sarana dan prasarana

mendukung pembelajaran al-Qur’an

di Sekolah Aluna?

17. Usaha apa yang dilakukan unuk

meningkatkan kualitas pembelajaran

al-Qur’an di sekolah Aluna?

18. Adakah bimbingan khusus bagi anak

berkebutuhan khusus tunarungu

dalam pembelajaran al-Qur’an?

19. Bagaimana hubungan kerjasama

antara sekolah dengan orang tua

murid?

Jakarta, ……………………

Narasumber

Page 97: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

84

Pedoman Wawancara untuk Guru

Nama :

Jabatan :

Tempat :

Waktu :

NO PERTANYAAN JAWABAN

1. Sudah berapa lama ibu mengajar di

Sekolah Aluna?

2. Apakah latar belakang pendidikan guru

agama dalam pembelajaran al-Qur’an di

kelas linear dengan bidangnya?

3. Suka duka apa yang dirasakan ketika

mengajarkan al-Qur’an?

4. Bagaimana sistem komunikasi yang

digunakan guru bagi anak berkebutuhan

khusus terutama untuk siswa tunarungu

dalam pembelajaran al-Qur’an di

Sekolah Aluna?

5. Adakah terapi khusus bagi anak

berkebutuhan khusus tunarungu untuk

kemajuan dalam berkomunikasi? Jika

ada, maka seperti apa bentuk terapinya?

6. Metode apa yang digunakan dalam

pembelajaran al-Qur’an di Sekolah

Aluna?

Page 98: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

85

7. Adakah buku yang menjadi rujukan

dalam pembelajaran al-Qur’an di

Sekolah Aluna?

a. Jika ada, buku apa?

b. Jika tidak, mengapa tidak ada?

8. Bagaimana langkah-langkah dalam

pembelajaran al-Qur’an?

9. Bagaimana strategi guru ketika

menghadapi siswa normal dengan siswa

berkebutuhan khusus dalam

pembelajaran al-Qur’an di kelas?

10. Adakah bimbingan khusus bagi siswa

tunarungu dalam pembelajaran al-

Qur’an?

11. Media apa digunakan dalam

pembelajaran al-Qur’an di Sekolah

Aluna?

12. Apakah sarana dan prasarana

mendukung dalam pembelajaran al-

Qur’an?

13. Adakah target pencapaian dalam

pembelajaran al-Qur’an?

a. Jika ada, maka seperti apa target

percapaian?

b. Jika tidak, mengapa tidak diadakan

pencapaian?

Page 99: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

86

14. Bagaimana cara mengevaluasi hasil

pembelajaran al-Qur’an di Sekolah

Aluna?

15. Bagaimana hasil belajar dalam

pembelajaran al-Qur’an di Sekolah

Aluna?

16. Apa saja faktor penghambat dalam

pembelajaran al-Qur’an di Sekolah

Aluna?

17. Apa solusi yang di tawarkan guru dalam

atas faktor hambatan yang dihadapi?

18. Apa saja faktor pendukung dalam

pembelajaran al-Qur’an di Sekolah

Aluna?

19. Bagaimana peran orang tua dalam

mendukung pembelajaran al-Qur’an di

Sekolah Aluna?

Jakarta, ……………………

Narasumber

Page 100: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

87

Pedoman Observasi

Hari/Tanggal :

Tempat :

Waktu :

No Unsur

Penelitian

Kriteria Penilaian Keterangan

A B C D

1 Lokasi sekolah 1. Strategis

2. Mudah terjangkau

2 Kondisi fisik

bangunan

sekolah

1. Bangunan kokoh

2. Bangunan luas

3 Situasi dan

kondisi

lingkungan

sekolah

1. Aman

2. Nyaman

4 Sarana dan

prasarana

sekolah

1. Sarana dan

prasarana

memadai

2. Mendukung

pembelajaran

5 Aktivitas guru 1. Manajemen kelas

2. Penguasaan siswa

di kelas

3. Kegiatan

mengajar guru

6 Kondisi siswa

saat

pembelajaran

1. Antusias

2. Tertib

3. Menyimak

7 Proses

pembelajaran

1. Strategi

pembelajaran

2. Metode

pembelajaran

3. Evaluasi

pembelajaran

8 Media

pembelajaran

1. Buku ajar

2. Media lainnya

9 Kelengkapan

dokumen

pembelajaran

1. Dokumen

pembelajaran

Page 101: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

88

2. Kesesuaian

dengan tujuan

pemebelajaran

10 Tata waktu dan

tempat

pembelajaran

1. Jadwal

pembelajaran

2. Tata ruang kelas

Page 102: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

89

Page 103: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

90

Page 104: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

91

Page 105: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

92

Page 106: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

93

Page 107: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

94

Page 108: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

95

Page 109: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

96

Page 110: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

97

Page 111: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

98

Page 112: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

99

Page 113: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

100

Page 114: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

101

LAMPIRAN FOTO DOKUMENTASI

Page 115: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

102

Page 116: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

103

Page 117: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

104

Page 118: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

105

Page 119: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

106

Page 120: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

107

Page 121: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

108

Page 122: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

109

Page 123: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

110

Page 124: PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

111