mengenal anak berkebutuhan khusus

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan manusia merupakan perubahan yang progresif dan berlangsung terus menerus atau berkelanjutan. Keberhasilan dalam mencapai suatu tahap perkembangan akan sangat menentukan keberhasilan dalam tahap perkembangan berikutnya. Sedangkan, apabila ditemukan adanya satu proses perkembangan yang terhambat, terganggu, atau bahkan terpenggal, dan kemudian dibiarkan maka untuk selanjutnya sulit mencapai perkembangan yang optimal. Tidak setiap anak mengalami perkembangan normal. Banyak di antara mereka yang dalam perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki factor-faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan penanganan atau intervensi khusus. Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus. Uraian di atas, mengisyaratkan bahwa secara konseptual anak berkebutuhan khusus (children with special needs) memiliki makna dan spektrum yang lebih luas dibandingkan dengan konsep anak luar biasa, cacat, atau berkelainan (exceptional children). Anak berkebutuhan khusus tidak hanya mencakup anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat permanen akibat dari kecacatan tertentu (anak penyandang cacat), tetapi juga anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer. Anak berkebutuhan khusus temporer juga biasa disebut dengan anak dengan factor resiko, yaitu yaitu individu-individu yang memiliki atau dapat

Upload: widya-azka-audina

Post on 13-Feb-2016

47 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

bimbingan dan konseling belajar

TRANSCRIPT

Page 1: mengenal anak berkebutuhan khusus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan manusia merupakan perubahan yang progresif dan berlangsung terus

menerus atau berkelanjutan. Keberhasilan dalam mencapai suatu tahap perkembangan akan

sangat menentukan keberhasilan dalam tahap perkembangan berikutnya. Sedangkan, apabila

ditemukan adanya satu proses perkembangan yang terhambat, terganggu, atau bahkan

terpenggal, dan kemudian dibiarkan maka untuk selanjutnya sulit mencapai perkembangan

yang optimal.

Tidak setiap anak mengalami perkembangan normal. Banyak di antara mereka yang

dalam perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki factor-

faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan penanganan atau

intervensi khusus. Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan

khusus.

Uraian di atas, mengisyaratkan bahwa secara konseptual anak berkebutuhan khusus

(children with special needs) memiliki makna dan spektrum yang lebih luas dibandingkan

dengan konsep anak luar biasa, cacat, atau berkelainan (exceptional children). Anak

berkebutuhan khusus tidak hanya mencakup anak yang memiliki kebutuhan khusus yang

bersifat permanen akibat dari kecacatan tertentu (anak penyandang cacat), tetapi juga anak

berkebutuhan khusus yang bersifat temporer. Anak berkebutuhan khusus temporer juga biasa

disebut dengan anak dengan factor resiko, yaitu yaitu individu-individu yang memiliki atau

dapat memiliki prolem dalam perkembangannya yang dapat berpengaruh terhadap

kemampuan belajar selanjutnya, atau memiliki kerawanan atau kerentanan atau resiko tinggi

terhadap munculnya hambatan atau gangguan dalam belajar atau perkembangan selanjutnya.

Bahkan, dipercayai bahwa anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer apabila tidak

mendapatkan intervensi secara tepat sesuai kebutuhan khususnya, dapat berkembang menjadi

permanen.

Page 2: mengenal anak berkebutuhan khusus

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Anak dengan kebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan secara simpel

sebagai anak yang lambat (slow) atau mengalami gangguan (retarded) yang tidak akan

pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya.

Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus, seperti

disability, impairment, dan handicaped. Menurut World Health Organization (WHO),

definisi masing-masing istilah adalah sebagai berikut:

1. Impairment: merupakan suatu keadaan atau kondisi di mana individu mengalami

kehilangan atau abnormalitas psikologis, fisiologis atau fungsi struktur anatomis

secara umum pada tingkat organ tubuh. Contoh seseorang yang mengalami amputasi

satu kakinya, maka dia mengalami kecacatan kaki.

2. Disability: merupakan suatu keadaan di mana individu mengalami kekurangmampuan

yang dimungkinkan karena adanya keadaan impairment seperti kecacatan pada organ

tubuh. Contoh pada orang yang cacat kakinya, maka dia akan merasakan

berkurangnya fungsi kaki untuk melakukan mobilitas.

3. Handicaped: merupakan ketidak beruntungan individu yang dihasilkan dari

impairment atau disability yang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang

normal pada individu. Handicaped juga bisa diartikan  suatu keadaan di mana

individu mengalami ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan

lingkungan. Hal ini dimungkinkan karena adanya kelainan dan berkurangnya fungsi

organ individu. Contoh orang yang mengalami amputasi kaki sehingga untuk aktivitas

mobilitas atau berinteraksi dengan lingkungannya dia memerlukan kursi roda.

Termasuk anak-anak berkebutuhan khusus yang sifatnya temporer di antaranya adalah

anak-anak penyandang post traumatic syndrome disorder (PTSD) akibat bencana alam,

perang, atau kerusuhan, anak-anak yang kurang gizi, lahir prematur, anak yang lahir dari

keluarga miskin, anak-anak yang mengalami depresi karena perlakukan kasar, anak-anak

korban kekerasan, anak yang kesulitan konsentrasi karena sering diperlakukan dengan kasar,

anak yang tidak bisa membaca karena kekeliruan guru mengajar, anak berpenyakit kronis,

dan sebagainya.

Page 3: mengenal anak berkebutuhan khusus

Menurut Heward anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus

yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan

mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu,

tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak

dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar

biasa dan anak cacat.

2.2 Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

Membicarakan anak-anak berkebutuhan khusus, sesungguhnya banyak sekali variasi

dan derajat kelainan. Ini mencakup anak-anak yang mengalami kelainan fisik, mental

intelektual, sosial emosional, maupun masalah akademik.

1. Anak Retardasi Mental

Kelompok anak yang mengalami keterbelakangan mental atau disebut juga retardasi

mental di definisikan sebagai kelompok anak yang memiliki fungsi intelektual umum

dibawah rata-rata secara signifikan yang berkaitan dengan gangguan dalam penyesuaian

prilaku yang terwujud atau terjadi selama periode perkembangan (Grossman, in press, 1987).

Fungsi intelektual umum yang dimiliki oleh anak yang mengalami retardasi mental dapat

diukur dari rata-rata tes inteligensi yang diadministrasi secara individual. Pedoman dari

American Association Mental Deficiency (AAMD)dapat digunakan sebagai garis pedoman

bagi posisi seseorang yang tidak termasuk retardasi mental, kecuali juka seorang anak

memiliki skor tes inteligensi sebesar 70 atau dibawah 70 baru dianggap sebagai redartasi

mental.

Disisi lain, ada pedoman yang menetapkan skor tes inteligensi sebesar 75 sebagai

retardasi mental, terutama dalam setting sekolah. Sedangkan ukuran penyesuaian perilaku

ialah berkenaan dengan bagaimana seseorang dapat beradaptasi terhadap tuntutan

lingkungan, dan periode perkembangan terjadinya retardasi mental pada diri anak menurut

AAMD, yaitu antara konsepsi (sejak terjadinya pertemuan sel jantan dan sel betina/sel telur)

dan sembilan belas hari kelahiran.

Anak dengan kelainan kecerdasan di bawah rata – rata sering disebut juga dengan

istilah tunagrahita. Klasifikasi tunagrahita yang dikemukakan oleh AAMD (Halaman,

1982:43) sebagai berikut:

a. Mild mental retardation (tunagrahita IQ-nya 70 – 55 ringan)

b. Moderate mental retardation (tunagrahita IQ-nya 55 – 40 sedang)

c. Severe mental retardation (tunagrahita IQ-nya 40 – 25 berat)

Page 4: mengenal anak berkebutuhan khusus

d. Profound mental retardation (tunagrahita IQ-nya 25 ke bawah) (sangat berat).

Pengelompokkan tunagrahita berdasarkan kelainan jasmani (tipe klinis) :

a. Down Syndrome (Mongoloid)

Anak down syndrom sangat mudah dikenali lewat bentuk wajahnya (seperti orang

mongol yaitu mata sipit dan miring, lidah tebal suka menjulur keluar, telinga kecil, kulit

kasar, susunan gigi kurang baik.). Tapi beberapa diantaranya tidak memperlihatkan bentuk

muka down syndrom (layaknya anak normal). Mereka biasanya sangat pendiam, sering

bermasalah dengan koordinasi otot-otot mulut tangan dan kaki sehingga sering mengalami

terlambat berbicara dan berjalan. Kemampuan inteligensinya dibawah rata-rata normal

menyebabkan mereka sulit mengikuti tugas-tugas perkembangan anak normal, baik dalam

aspek akademis, emosi dan bersosialisasi. Tak jarang behavioralnya juga memperlihatkan

perilaku yang tidak adaptif (sering mencari perhatian yang berlebihan, memperihatkan sikap

keras kepala yang berlebihan (shut off/berlagak seperti patung) dan kekanak-kanakan.

b. Kretin (Cebol)

Anak ini memperlihatkan ciri-ciri, seperti badan gemuk dan pendek, kaki dan tangan pendek

dan bengkok, kulit kering, tebal dan keriput, rambut kering, lidah dan bibir, kelopak mata,

telapak tangan dan kaki tebal, pertumbuhan gigi lambat.

c. Hydrocephal

Anak ini memiliki ciri -ciri kepala besar, raut muka kecil, pandangan dan pendengaran tidak

sempurna, mata kadang-kadang juling.

d. Microcephal

Anak ini memiliki ukuran kepala yang kecil.

e. Macrocephal

Anak ini memiliki ukuran kepala yang besar dari ukuran normal.

Anak yang mengalami keterbelakangan mental tidak dapat menjalankan fungsinya

secara normal dalam masyarakat, karena kelemahan mental atau pembentukan mental yang

tidak utuh. Keterbelakangan mental merupakan akibat dari luka atau penyakit di otak yang

terjadi sebelum, selama, atau setelah kelahiran. Anak-anak yang mengalami keterbelakangan

mental terdiri atas berbagai tingkatan, dari yang ringan hingga yang paling berat.

Cara menolong:

a. Anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental belajar dengan cara yang sama

dengan anak-anak normal lainnya -- melalui pancaindra, dengan keterlibatan yang

Page 5: mengenal anak berkebutuhan khusus

aktif, dengan kasih, dan perhatian yang cukup besar, serta melalui disiplin yang

konsisten.

b. Anak-anak ini biasanya memiliki rentang perhatian yang singkat. Oleh sebab itu,

berikan kesempatan kepada mereka untuk lebih sering berbicara atau berbagi.

c. Sebagian besar anak-anak yang memiliki kelemahan mental masih bisa mendengar

dan menanggapi Injil. Bagikan ayat-ayat dalam Alkitab dengan cermat dan dengan

perasaan. Beri kesempatan pada anak untuk bertanya, berpikir, dan menanggapi

sebisa mungkin sesuai dengan kemampuan mereka. Ingatlah bahwa anak akan

merespons Juru Selamat sesuai dengan tingkat pemahaman mereka.

d. Gunakan cerita, bermain peran/drama (role play), boneka/wayang, musik, kegiatan

belajar Alkitab, dan permainan-permainan untuk memberikan pelajaran.

Selain cara-cara tersebut, terdapat beberapa pendekatakan yang dapat dilakukan untuk

menolong anak yang mengalami retardasi mental adalah, sebagai berikut :

Pendekatan Medis : Penggunaan Ritalin efektif untuk mengurangi perilaku antisosial

pada anak-anak dan remaja yang mengalami gangguan tingkah laku. 

Pendekatan Behavioral: Pendekatan ini mendasarkan pada prosedur operant

conditioning. Misalnya, Program penanganan residential, yang menetapkan aturan

dengan jelas terhadap anak-anak. Mereka akan diberikan reward untuk perilaku yang

tepat dan hukuman untuk perilaku yang tidak tepat.

Pendekatan Kognitif-Behavioral : Penanganan anak dengan gangguan tingkah laku

dilakukan dengan Terapi Kognitif Behavioral, yaitu melatih anak dengan gangguan

tingkah laku untuk berpikir bahwa konflik sosial adalah masalah yang dapat diselesaikan

dan bukan merupakan tantangan terhadap kejantanan mereka, yang harus dibuktikan

dengan kekerasan. Anak-anak ini dilatih menggunakan keterampilan calming self talk,

yaitu teknik untuk berpikir & berbicara kepada diri sendiri, tujuannya adalah

menghambat perilaku impulsif, mengendalikan kemarahan, dan mencoba solusi yang

tidak mengandung kekerasan dalam menghadapi konflik sosial. 

Pendekatan Keluarga-Lingkungan (Family ecological approach): Pendekatan ini

dikembangkan oleh Hanggeler, yang didasarkan pada teori ekologis dari Urie

Bronfenbrenner. Pendekatan ini meyakini bahwa anak berada dalam berbagai sistem

sosial (keluarga, sekolah, hukum, komunitas, dll). Ia menekankan bahwa

anak-anak/remaja yang melanggar peraturan itu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh

Page 6: mengenal anak berkebutuhan khusus

sistem sosial yang berinteraksi dengan mereka. Teknik yang digunakan adalah berusaha

mengubah hubungan anak dengan berbagai sistem, untuk menghentikan perilaku dan

interaksi yang mengganggu.

2. Anak dengan Kecacatan Fisik

a. Anak dengan Gangguan Penglihatan (Tunanetra)

Secara umum tunanetra dikelompokkan menjadi buta dan kurang lihat. Sebagian ahli

mengelompokkannya menjadi kurang lihat (low vision), buta (blind), dan buta total (totally

blind). Anak yang memiliki kerusakan ringan pada penglihatannya (seperti myopia dan

hypermetropia ringan) masih dapat dikoreksi dengan bantuan kacamata dan bisa mengikuti

pendidikan seperti anak lainnya, sehingga tidak dikelompokkan pada tunanetra.

Ketunanetraan dapat diklasifikasikan berdasarkan 3 hal, yaitu tingkat ketajaman

penglihatan,saat terjadinya ketunanetraan serta adaptasi pendidikannya.

a) Berdasarkan Tingkat Ketajaman Penglihatan

Tunanetra dengan ketajaman penglihatan 6/20m-6/60m atau 20/70 feet-20/200 feet

disebut tunanetra kurang lihat (low vision). Pada taraf ini para penderita masih mampu

melihat dengan bantuan alat khusus.

Tunanetra dengan ketajaman penglihatan antara 6/60m atau 2/200 feet atau kurang,

dikatakan tunanetra berat atau secara umum dapat dikatakan buta (blind). Kelompok ini

masih dapat diklasifikasikan lagi menjadi tunanetra yang masih dapat melihat gerakan

tangan dan tunanetra yang hanya dapat membedakan terang dan gelap.

Tunanetra yang memiliki visus 0. Pada taraf yang terakhir ini, anak sudah tidak mampu

lagi melihat rangsangan cahaya atau dapat dikatakan tidak dapat melihat apapun dan

disebut buta total.

b) Berdasarkan Saat Terjadinya Ketunanetraan

Tunanetra sebelum dan sejak lahir

Kelompok ini masih belum mempunyai konsep penglihatan. Oleh karena itu, peran

orang tua sangat besar untuk melatih penggunaan indra-indra yang masih dimilikinya.

Tunanetra batita (di bawah 3 tahun)

Konsep penglihatan yang telah dimiliki lama kelamaan akan hilang sehingga kesan-

kesan visual atau konsep-konsep tentang benda atau lingkungan yang dimilikinya tidak

terlalu bermanfaat bagi kehidupan selanjutnya. Oleh karena itu, orang-orang di sekitarnya

Page 7: mengenal anak berkebutuhan khusus

perlu membantu mengulang kembali segala sesuatu yang telah dimengerti anak, saat ia masih

dapat melihat.

Tunanetra balita (3-5 tahun)

Konsep penglihatan akan tetap terbentuk dengan cukup berarti sehingga akan menjadi

bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah pendidikannya. Peran orang tua dan

guru TK sangat besar artinya dalam membina dan mengarahkan konsep yang telah dimiliki.

Tunanetra pada usia sekolah (6-12 tahun)

Konsep penglihatan telah terbentuk dan mempunyai kesan-kesan visual yang banyak

dan bermanfaat bagi perkembangan pendidikannya. Namun demikian, mereka harus tetap

mendapat perhatian khusus dari orang tua dan gurunya dalam menempuh pendidikannya

karena mereka cenderung mengalami guncangan jiwa. Oleh karena itu, tugas para guru

adalah menyadarkan mereka agar mau menerima kenyatan sehingga anak dapat berkembang

dan menambah pengalamannya dalam ketunanetraannya.

Tunanetra remaja (13-19 tahun)

Anak remaja sudah memiliki kesan-kesan visual yang sangat mendalam. Kesan ini

akan bermanfaat dalam mendukung perkembangan kehidupan selanjutnya. Namun,

ketunanetraan pada usia remaja dapat menimbulkan guncangan jiwa yang sangat berat karena

terjadi konflik batin dan jasmani.

Tunanetra dewasa (19 tahun ke atas)

Pada umumnya di usia dewasa ini mereka sudah memiliki keterampilan dan

kemungkinan pekerjaan yang diharapkan untuk kelangsungan hidupnya dan keluarganya.

Ketunanetraan yang dialaminya menjadi pukulan yang sangat berat dan menimbulkan

guncangan jiwa atau putus asa. Oleh karena itu, mereka hendaknya mendapatkan layanan dan

bimbingan baik secara jasmani, maupun rohani secara khusus.

c) Berdasarkan Adaptasi Pendidikan

Klasifikasi ini berdasarkan ketajaman penglihatan. Klasifikasi ini dikemukakan oleh

Kirk (1989: 348-349), yaitu sebagai berikut :

Ketidakmampuan melihat taraf sedang (moderate visual disability)

Pada taraf ini, mereka dapat melakukan tugas – tugas visual yang dilakukan oleh

orang awas dengan menggunakan alat bantu khusus dan dibantu dengan pemberian cahaya

yang cukup.

Ketidakmampuan melihat taraf berat (severe visual disability)

Page 8: mengenal anak berkebutuhan khusus

Pada taraf ini, mereka memiliki kemampuan penglihatan yang kurang baik atau

kurang akurat meskipun dengan menggunakan alat bantu visual dan modifikasi sehingga

mereka membutuhkan lebih banyak waktu dan energi dalam melakukan tugas- tugas visual.

Ketidakmampuan melihat taraf sangat berat (profound visual disability)

Pada taraf ini, mereka mendapat kesulitan untuk melakukan tugas-tugas visual yang

lebih detail, seperti membaca dan menulis huruf awas. Dengan demikian, mereka tidak dapat

menggunakan penglihatannnya sebagai alat pendidikan sehingga indra peraba dan

pendengaran memegang peranan pentimg dalam menempuh pendidikannya.

Cara menolong:

a. Dalam mengajar anak-anak yang memiliki kelemahan pada penglihatan, pusatkan

pengajaran dengan menggunakan indra yang lain -- penciuman, rasa, sentuhan, dan

pendengaran.

b. Berikan penjelasan yang jelas dan singkat. Ingatlah tentang rentang kemampuan

perhatian anak.

c. Sediakan Braille atau Alkitab audio, dan bahan-bahan lainnya.

d. Gunakan metode mengajar yang bervariasi, termasuk musik, dalam mengajarkan

firman Tuhan. Berikan dorongan semangat kepada anak-anak tunanetra untuk ikut

ambil bagian dalam berbagai aktivitas dan berikan kemudahan kepada mereka.

b. Anak dengan Gangguan Pendengaran dan / Wicara (Tunarungu)

Anak dengan gangguan pendengaran sering disebut tunarungu. Istilah tunarungu

dirasa lebih halus daripada tuli. Klasifikasi tunarungu:

a) Berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran, ketunarunguan dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

Tunarungu ringan (mild hearing loss) antara 27-40 dB.

Siswa yang mengalami kondisi ini sulit mendengar suara yang jauh sehingga

membutuhkan tempat duduk yang strategis.

Tunarungu sedang (moderate hearing loss) antara 41-55 dB.

Ia dapat mengerti percakapan dari jarak 3-5 feet secara berhadapan (face to face),

tetapi tidak dapat mengikuti diskusi kelas. Ia membutuhkan alat bantu dengar serta terapi

bicara.

Tunarungu agak berat (moderately severe hearing loss) antara 56-70dB.

Page 9: mengenal anak berkebutuhan khusus

Ia hanya dapat mendengar suara dari jarak dekat sehingga ia perlu menggunakan

hearing aid.

Tunarungu berat (severe hearing loss) antara 71-90dB.

Ia hanya dapat mendengar suara – suara yang keras dari jarak dekat. Siswa tersebut

membutuhkan pendidikan khusus secara intensif, alat bantu dengar, serta latihan untuk

mengembangkan kemampuan bicara dan bahasanya.

Tunarungu berat sekali (profound hearing loss)

Pada kondisi ini mengalami kehilangan pendengaran lebih dari 90dB. Mungkin ia

masih mendengar suara yang keras, tetapi ia lebih menyadari suara melalui getarannya

(vibrations) daripada pola suara.

b) Berdasarkan saat terjadinya, ketunarunguan dapat diklasifikasikan:

Ketunarunguan prabahasa (prelingual deafness), yaitu kehilangan pendengaran yang

terjadi sebelum kemampuan bicara dan bahasa berkembang.

Ketunarunguan pascabahasa (post lingual deafness), yaitu kehilangan pendengaran yang

terjadi beberapa tahun setelah kemampuan bicara dan bahasa berkembang.

c) Berdasarkan letak gangguan pendengaran secara anatomis, ketunarunguan dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

Tunarungu tipe konduktif, yaitu kehilangan pendengaran yang disebabkan oleh

terjadinay kerusakan pada telinga bagian luar dan tengah yang berfungsi sebagai alat

konduksi atau pengantar getaran suara menuju telinga bagian dalam.

Tunarungu tipe sensorineural, yaitu tunarungu yang disebabkan oelh terjadinya

kerusakan pada telinga dalam serta saraf pendengaran (nervus chochlearis).

Tunarungu tipe campuran yang merupakan gabungan antara tipe konduktif dan

sensorineural, artinya kerusakan terjadi pada telinga luar / tengah dengan telinga

dalam/saraf pendengaran.

d) Berdasarkan etiologi atau asal usulnya, ketunarunguan dibagi menjadi :

Tunarungu endogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh faktor genetik (keturunan).

Tunarungu eksogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh faktor nongenetik (bukan

keturunan).

Cara menolong:

Page 10: mengenal anak berkebutuhan khusus

a. Redakan frustrasi. Jangan memberikan penolakan kepada anak yang sulit mendengar

dan sebisa mungkin libatkan anak dalam semua kegiatan.

b. Biarkan anak-anak yang memiliki kelemahan ini menggunakan berbagai cara

berkomunikasi -- berbicara, alat bantu dengar, gerakan tubuh, tanda-tanda, bahasa

isyarat, pantomim, membaca gerak bibir, tulisan, dan gambar.

c. Pelajarilah ungkapan-ungkapan umum dalam bahasa isyarat yang bisa digunakan

untuk berkomunikasi dengan mereka.

d. Berhati-hatilah dalam memperlakukan anak yang tergantung pada bahasa gerak bibir.

Berbicaralah dengan kecepatan dan volume yang normal. Jangan berteriak karena ini

mengubah bentuk bibir Anda.

c. Anak dengan gangguan anggota gerak (tunadaksa)

Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada

anggota gerak (tulang, sendi, otot). Pengertian anak Tunadaksa bisa dilihat dari segi fungsi

fisiknya dan dari segi anatominya. Dari segi fungsi fisik, tunadaksa diartikan sebagai

seseorang yang fisik dan kesehatanya terganggu sehingga mengalami kelainan di dalam

berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Ciri-ciri anak tunadaksa dapat dilukiskan sebagai

berikut:

Jari tangan kaku dan tidak dapat mengenggam.

Ada bagian anggota gerak yang tidak sempurna/lebih kecil dari biasa.

Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur, bergetar)

Terdapat cacat pada anggota gerak

Anggota gerak layu, kaku, lemah/lumpuh.

Anak tunadaksa dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Cerebral Palsy (CP) adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun

waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat

dan bersifat kronik.

Ringan, dapat berjalan tanpa alat bantu, mampu berbicara dan dapat menolong dirinya

sendiri.

Sedang, memerlukan bantuan untuk berjalan, latihan berbicara, dan mengurus dirinya

sendiri.

Berat, memerlukan perawatan tetap dalam ambulansi, berbicara, dan menolong diri

sendiri.

Page 11: mengenal anak berkebutuhan khusus

2)    Berdasarkan letaknya

Spastic, kekakuan pada sebagian atau seluruh ototnya. Ciri-cirinya terdapat kekakuan

pada sebagian atau seluruh ototnya hal ini disebabkan oleh kondisi anak yang

mengalami spasticity terjadi karena lapisan luar otak (khususnya lapisan motor)

bidang piramida dan beberapa kemungkinan bidang ekstra piramida yang

berhubungan dengan pengontrolan gerakan sadar tidak berfungsi sempurna. Daerah

tertentu pada otak dapat menimbulkan gerakan tertentu, kontraksi, atau rangsangan.

Faktor yang menyebabkan terjadinya kondisi tersebut disebut supresor. Apabila ada

salah satu supresor ini masuk, maka akan terjadi suatu desakan, akibatnya otot akan

berada dalam kondisi tegang dan kejang.

Dyskenisia, gerakannya tak terkontrol (athetosis), serta terjadinya kekakuan pada

seluruh tubuh yang sulit digerakkan (rigid). Penyebab athetosis yaitu luka pada sistem

ekstra piramida yang terletak pada otak depan maupun tengah. Ekstra piramida

menjembatani antara kegiatan otot dan kontrol gerak secara otomatis seperti berjalan

dan ekspresi wajah. Anak yang menderita athetosis tampak susah payah untuk

berjalan, menggeliat-geliat, dan terhuyung-huyung (sempoyongan). Gerakannya tidak

berirama dan tidak mengikuti urutan yang wajar sehingga perilakunya sering tidak

terkontrol. Beberapa dari mereka begerak dengan cara tidak wajar atau aneh.

Meskipun penderita athetosis mampu meletakkan tangan pada mulutnya, namun

ketika melakukan gerakan ini tampak berbagai bentuk gerakan yang tidak terkontrol

dan ekstrem.

Ataxia, gangguan keseimbangan, koordinasi mata dan tangan tidak berfungsi, dan

cara berjalannya gontai. Kondisi ataxia disebabkan oleh luka pada otak kecil yang

terletak di bagian belakang kepala (cerebellum) yang bekerja sebagai pengontrol

keseimbangan dan koordinasi pada kerja otot. Anak yang menderita ataxia

gerakannya tidak teratur, berjalan dengan langkah yang tinggi dan dengan mudah

menjatuhkannya. Terkadang matanya tidak terkoordinasi, gerakannya seperti

tersentak-sentak (nygtamus). Penderita ataxia tidak terdeteksi ketika dilahirkan,

namun ketika masa meraban dan berjalan kondisi ini tampak jelas. Ataxia ada

beberapa tingkatan mulai dari yang ringan sampai yang sangat berat tergantung

perluasan luka pada cerebellum.

Campuran. Pada kasus-kasus tertentu terdapat penderita yang kondisinya

menunjukkan perpaduan di antara jenis-jenis cerebral palsy. Contohnya penderita

cerebral palsy yang diidentifikasikan dalam ciri spasticity tampak pula ciri athetosis

Page 12: mengenal anak berkebutuhan khusus

dan ataxia, atau spasticity dengan tremor atau rigidity, atau bentuk kombinasi yang

lain.

3)    Poliomyelitis

Poliomyelitis merupakan suatu infeksi pada sumsum tulang belakang yang disebabkan

oleh virus polio yang mengakibatkan kelumpuhan dan bersifat menetap. Dilihat dari sel-sel

motorik yang rusak, kelumpuhan anak polio dibedakan menjadi sebagai berikut.

Tipe spinal yaitu kelumpuhan pada otot leher, sekat dada, tangan dan kaki

Tipe bulbair yaitu kelumpuhan fungsi motorik pada satu atau lebih saraf tepi dengan

ditandai adanya gangguan pernafasan

Tipe bulbispinalis yaitu gabungan antara tipe spinal dan bulbair

Encephalitis yang biasa disertai dengan demam, kesadaran menurun, tremor, dan kadang-

kadang kejang.

Kelumpuhan pada polio bersifat layu dan biasanya tidak menyebabkan gangguan

kecerdasan atau alat indra. Akibat yang disebabkan oleh penyakit ini adalah otot menjadi

kecil (atropi) karena kerusakan sel saraf, adanya kekakuan sendi (kontraktur), pemendekan

anggota gerak, tulang belakang melengkung kesalah satu sisi seperti huruf S (Scoliosis),

kelainan telapak kaki yang membengkok keluar atau kedalam,dislokasi (sendi yang ke luar

dari dudukannya), lutut melenting ke belakang (genu recorvatum).

4) Spinabifida

Merupakan jenis kelainan pada tulang belakang yang ditandai dengan terbukanya satu

tiga ruas tulang belakang dan tidak tertutupnya kembali selama proses perkembangan.

Akibatnya fungsi jaringan saraf terganggu dan dapat mengakibatkan kelumpuhan,

hydrocephalus, yaitu pembesaran pada kepala karena produksi cairan yang berlebihan.

Biasanya kasus ini disertai dengan ketunagrahitaan.

3. Anak Berbakat

Anak berbakat ialah anak yang memiliki bakat yang istimewa di bidang intelektual ,

seni, olah raga, dan keterampilan tertentu. Istilah anak berbakat mengacu kepada tiga istilah

yang umum di gunakan oleh masyarakat pendidikan, yaitu anak jenius, gifted, dan telented.

a) Cerdas istimewa (gifted IQ 140-179 and genius IQ 180 ke atas) anak dengan IQ di atas

rata-rata.

Page 13: mengenal anak berkebutuhan khusus

Gifted, yang termasuk dalam golongan ini yaitu mereka yang tidak jenius, tetapi

menonjol dan terkenal. Anak cerdas istimewa memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Membaca pada usia lebih muda, lebih cepat, dan memiliki perbendaharaan kata yang

luas.

Memiliki rasa ingin tahu yang kuat, minat yang cukup tinggi.

Berinisiatif, kreatif, dan original dalam menunjukkan gagasan.

Mampu memberikan jawaban-jawaban atau alasan yang logisi, sistematis dan kritis.

Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu yang panjang, terutama terhadap tugas atau

bidang yang diminati.

Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi.

Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah.

Genius, pada kelompok ini bakat dan keistimewaannya telah tampak sejak kecil.

Misalnya, umur 2 tahun mulai belajar membaca dan pada umur empat tahun belajar bahasa

asing. Kelompok ini mempunyai kecerdasan yang sangat luar biasa. Walaupun tidak sekolah,

mereka mampu menemukan dan memecahkan masalah. Jumlahnya sangat sedikit, namun

terdapat semua ras dan bangsa, semua jenis kelamin, serta dalam semua tingkatan ekonomi.

Contoh orang yang jenius, antara lain: John Stuart Mill (IQ 200), Francis Galton (IQ 200),

dan Goethe (IQ 185).

Anak genius memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Punya kemampuan bernalar yang bagus.

Bisa belajar dengan cepat.

Punya perbendaharan kata yang luas.

Punya kemampuan mengingat yang bagus.

Bisa konsentrasi lama pada hal-hal yang menarik bagi dirinya.

Sensitif perasaannya dan mudah merasa “tertusuk”.

Cepat menunjukkan rasa peduli.

Perfeksionis dan intensif.

b) Bakat istimewa (talented) anak dengan bakat khusus (akademik atau non akademik.

Anak yang memiliki potensi kecerdasan istimewa (gifted) dan anak yang memiliki

bakat istimewa (talented) adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi),

kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) di atas anak-anak

seusianya (anak normal), sehingga untuk mengoptimalkan potensinya, diperlukan pelayanan

Page 14: mengenal anak berkebutuhan khusus

pendidikan khusus. Anak cerdas dan berbakat istimewa disebut sebagai ”gifted & talented

children”.

Bakat khusus akademik yaitu bakat yang sejak awal sudah ada yang berkaitan dengan

intelektual, seperti bakat dalam mata pelajaran matematika, bakat bidang bahasa dan bakat

ilmu. Bakat khusus non akademik yaitu bakat yang sejak awak sudah ada dan terarah pada

suatu lapangan yang terbatas, seperti bakat musik, bakat melukis, dan bakat seni.

Selain anak berbakat yang telah disebutkan diatas, terdapat anak yang termasuk

kategori berbakat yaitu:

Indigo Children

Anak-anak Indigo dilahirkan dengan kelebihan diluar nalar manusia. Beberapa bisa

berkomunikasi dengan mahluk gaib, lainnya memiliki kemampuan intuisi yang kuat,

terkadang mampu memprediksi sesuatu sebelum terjadi, meramalkan sesuatu yang bersifat

futuristik yang mungkin beberapa waktu (tahun/abad) baru diketahui orang normal.

perkembangan anak-anak ini sulit dinalar orang tua, karena biasanya mereka mengalami

pengalaman berupa penglihatan, pendengaran atau pengetahuan yang hanya akan dianggap

khayalan, halusinasi atau sesuatu yang dianggap hanya karangan oleh orang tua mereka

sendiri. Banyak aak-anak indigo yang berakhir di rumah sakit jiwa atau psikiater mental

karena ketidak mengertian orang tua, apalagi di daerah yang penduduknya kurang percaya

hal-hal diluar nalar.

Selain yang telah disebutkan diatas terdapat beberapa tipe anak yang dikategorikan

sebagai anak berkebutuhan khusus, yaitu :

1. Anak Lamban Belajar (slow learner)

Anak lamban belajar adalah anak yang mengalami hambatan atau keterlambatan

dalam perkembangan mental (fungsi intelektual di bawah teman-teman seusianya) disertai

ketidakmampuan untuk belajar dan menyesuaikan diri, sehingga memerlukan pelayanan

pendidikan khusus. Masalah-masalah yang mungkin bisa jadi penyebab anak lamban belajar

antara lain karena masalah tingkat konsentrasinya yang rendah, daya ingat yang lemah,

kognisi, serta masalah sosial dan emosional.

a. Karakteristik Anak Yang Lamban Belajar

Rata-rata prestasi belajarnya kurang dari 6

Page 15: mengenal anak berkebutuhan khusus

Dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan teman-teman

seusianya

Daya tangkap terhadap pelajaran lambat

Pernah tidak naik kelas.

b. Bimbingan Terhadap Siswa Yang Lambat Belajar

Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh seorang guru dalam melakukan bimbingan

terhadap siswa yang lambat belajar antara lain:

Bimbingan bagi anak dengan masalah konsentrasi

Ubahlah cara mengajar dan jumlah materi yang akan diajarkan. Siswa yang mengalami

masalah perhatian dapat ketinggalan jika materi yang diberikan terlalu cepat. Oleh

karena itu, akan berguna bagi mereka untuk memperlambat laju pembelajaran,

melibatkan siswa dengan memberi pertanyaan, dan gunakan media dalam pembelajaran

untuk lebih membantu siswa berkonsentrasi belajar.

Adakan pertemuan dengan siswa. Dalam pertemuan ini seorang guru memberikan

penjelasan dengan cara yang tanpa memberikan hukuman dan tanpa ancaman akan

sangat berguna bagi siswa.

Bimbing siswa lebih dekat ke proses pengajaran. Dengan cara membawa mereka dekat

dengan kita sebagai guru secara fisik dan harfiah akan membawa si anak lebih dekat

kepada proses pengajaran.

Berikan dorongan secara langsung dan berulang-ulang, seperti dengan memberikan

penghargaan atas kehadirannya.

Utamakan ketekunan perhatian daripada kecepatan menyelesaikan tugas. Siswa

mungkin merasa kecil hati dan tidak diperhatikan bila mereka dihukum karena terlambat

menyelesaikan dibanding temannya. Guru haruslah membuat penyesuaian dalam jumlah

tugas maupun waktu yang disediakan untuk menyelesaikan tugas berdasar kemampuan

masing-masing individu.

Ajarkan self-monitoring of attention. Melatih siswa untuk memonitor perhatian mereka

sendiri sewaktu-waktu dengan menggunakan timer. Hal ini akan membantu menciptakan

perhatian yang lebih besar bagi kebutuhan dalam memfokuskan perhatian juga bisa

berguna dalam strategi untuk memperkokoh keterampilan memperhatikan.

Bimbingan bagi anak dengan masalah daya ingat.

Page 16: mengenal anak berkebutuhan khusus

Ajarkan menggaris bawahi dengan penanda, untuk membantu memancing ingatan. Guru

harus memberi tahu siswa cara memilih kalimat dan istilah kunci untuk diberi garis

bawah.

Perbolehkan menggunakan alat bantu memori. Karena alat-alat itu bisa berfungsi bagi

mereka sebagai alat pengingat dan bisa jadi juga sebagai alat pengajaran.

Biarkan siswa yang mengalami masalah sulit mengingat untuk mengambil tahapan yang

lebih kecil dalam pengajaran. Misalnya dengan membagi tugas kelas dan rumah atau

dengan memberikan tes kemampuan penguasaan lebih sering.

Ajarkan siswa untuk berlatih mengulang dan mengingat. Misalnya dengan memberikan

tes langsung setelah pelajaran disampaikan.

Bimbingan bagi anak dengan masalah kognisi.

Berikan materi yang dipelajari dalam konteks “high meaning”. Ini berguna untuk untuk

mengetahui apakah siswa memahami arti bacaan suatu pertanyaan mengenai materi baru.

Menunda ujian akhir dan penilaian. Bagi sebagian siswa, menunda ujian akhir mereka

sampai siswa menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari, mungkin merupakan cara

terbaik.

Tempatkan siswa dalam konteks pembelajaran yang “tidak pernah gagal”. Siswa

biasanya memiliki perasaan akan gagal berbagai hal yang mereka lakukan. Memutuskan

rantai kegagalan dan menciptakan kepercayaan diri bagi siswa ini merupakan sesuatu

yang paling penting bagi guru untuk melakukannya.

Bimbingan bagi anak dengan masalah social dan emosional

Buatlah sistem perhargaan kelas yang dapat diterima dan dapat diakses. Siswa

berkesulitan belajar perlu memahami sistem penghargaan dikelas dan merasa ikut serta

di dalamnya. Jangan sampai mereka merasa tidak memilki kesempatan untuk

mendapatkan penghargaan yang diterima siswa lain.

Membentuk kesadaran tentang diri dan orang lain. Membantu siswa menjadi lebih

mengenal sikap mereka dan dampaknya pada orang lain merupakan kesempatan yang

berarti bagi perkembangan sosial dan emosional.

Mengajarkan sikap positif. Ketika siswa berkesulitan belajar menjadi lebih sadar

terhadap sikapnya dan mendapat pemahaman yang lebih baik atas interaksi dengan orang

lain, mereka akan merespon dengan baik intruksi-intruksi tentang cara membentuk

hubungan yang baik dan lebih positif.

Page 17: mengenal anak berkebutuhan khusus

Minta bantuan. Cari bantuan pada teman sejawat disekolah yang mungkin dapat

memberikan bantuan.

2. Anak Autisme

Autisme adalah gangguan yang parah pada kemampuan komunikasi yang

berkepanjangan yang tampak pada usia tiga tahun pertama, ketidakmampuan berkomunikasi

ini diduga mengakibatkan anak penyandang autis menyendiri dan tidak ada respon terhadap

orang lain (Sarwindah, 2002). Istilah autisme dipergunakan untuk menunjukkan suatu gejala

psikosis pada anak-anak yang unik dan menonjol yang sering disebut Sindrom Kanner. Ciri

yang menonjol pada sindrom Kanner antara lain ekspresi wajah yang kosong seolah-olah

sedang melamun, kehilangan pikiran dan sulit sekali bagi orang lain untuk menarik perhatian

mereka atau mengajak mereka berkomunikasi. Gejala-gejala anak autis tampak sejak lahir,

biasanya sebelum anak berusia 3 tahun.

Berikut beberapa gejala-gejala anak autis:

a. Tidak bermain dengan teman sebaya dengan cara yang sesuai

b. Terlambat bicara/tak bisa bicara tanpa kompensasi penggunaan isyarat

c. Penggunaan bahasa yang berulang

d. Minat yang terbatas dan abnormal dalam intensitas dan fokus

e. Sensitifitas berlebihan /kurang sensitif

f. Terdapat bakat-bakat dibidang membaca, aritmatika, menggambar, mengeja, olahraga,

komputer

3. Anak Dengan Kesulitan Belajar Spesifik (specific learning disability)

Kesulitan belajar spesifik meupakan kelainan sistem saraf yang dialami oleh

seseorang yang mengakibatkan pola pertumbuhan yang tidak seimbang dan kelemahan pada

proses syaraf, sehingga akan mengakibatkan seseorang kesulitan dalam menyelesaikan tugas

akademik dan pembelajaran. Kesulitan-kesulitan tersbut seperti kesulitan berfikir, membaca,

berhitung, berbicara. Karakteristik anak berkesulitan belajar spesifik antara lain:

a. Pada masa kanak-kanak:

Kesulitan mengekspresikan diri.

Lambat dalam mengerjakan tugas seperti mengikat sepatu

Tidak perhatian, mudah terganggu

Ketidakmampuan mengikuti arahan karena ketidakmampuan memahami instruksi lisan.

Page 18: mengenal anak berkebutuhan khusus

Lemah dalam ketrampilan bermain di lapangan.

b. Pada usia remaja dan dewasa:

Kesulitan dalam memproses informasi auditori

Kehilangan barang-barang miliknya, keterampilan mengatur lemah

Lambat dalam membaca, pemahaman rendah

Kesulitan dalam mengingat nama orang dan tempat

Kesulitan mengatur ide untuk menulis

Anak-anak yang termasuk kedalam kesulitan belajar spesifik meliputi:

a. Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia), ciri-cirinya seperti:

Perkembangan kemampuan membaca terlambat

Kemampuan memahami isi bacaan rendah

Serta ketika membaca sering banyak kesalahan.

b. Anak yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia) ciri-cirinya:

Ketika menyalin tulisan sering terlambat selesai, sering salah menulis huruf.

Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca

Tulisannya banyak salah atau terbalik atau huruf hilang

Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.

c. Anak yang kesulitan belajar berhitung (diskalkulia) ciri-cirinya seperti:

Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =,

Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan.

Sering salah membilang dengan urut.

Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan

sebagainya.

Sulit membedakan bangun-bangun geometri.

Cara pengajaran anak berkesulitan belajar di sekolah antara lain:

a. Pemberdayaan sensori visual dapat dilakukan dengan :

Diskriminasi visual, pembelajaran dengan mencari perbedaan dan persamaan huruf atau

suku kata. Misal : Mintalah anak untuk membedakan kata-kata yang hampir sama,

seperti : batu, bata, tabu.

Memori visual. Misal : Guru menunjukkan suatu kata selama beberapa detik lalu

menyembunyikannya. Siswa berupaya mengingat huruf-huruf yang ada dalam kata itu.

Page 19: mengenal anak berkebutuhan khusus

Menyebutkan nama huruf. Misal : Minta anak mencari kata dengan huruf depan ‟m‟ atau

‟w‟ di majalah lalu menggunting dan ditempel di buku kegiatan.

b. Pemberdayaan sensori auditori dapat dilakukan dengan cara :

Irama, ini penting untuk belajar tentang ’word familiar’ (kata dengan bunyi sama). Siswa

diajarkan untuk melengkapi puisi atau sajak a-a-a.

Blending (menggabung huruf). Langkah pengajarannya :

a.Ucapkan dua suku kata yang berbeda (Ba-Tu).

b.Minta anak mengulang dan bantu ia mengenali 2 suku kata pembentuknya

Memori auditori.

a.Ucapkan kalimat sederhana dan minta anak mengulang. Kalimat dapat ditingkatkan

semakin panjang.

b. Minta anak menghafal puisi atau lagu.

Page 20: mengenal anak berkebutuhan khusus

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan (bermakna)

mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, mental-intelektual, social, emosional) dalam

proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya

sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

Berkebutuhan khusus merupakan istilah yang digunakan untuk menyebutkan anak-

anak luar biasa atau mengalami kelainan dalam konteks pendidikan. Ada perbedaan yang

signifikan pada penggunaan istilah berkebutuhan khusus dengan luar biasa atau berkelainan.

Berkebutuhan khusus lebih memandang pada kebutuhan anak untuk mencapai prestasi dan

mengembangkan kemampuannya secara optimal, sedang pada luar biasa atau berkelainan

adalah kondisi atau keadaan anak yang memerlukan perlakuan khusus.

Anak berkebutuhan khusus dapat diklasifikasikan menjadi 3 bentuk yaitu: retardasi

mental, kecacatan pada fisik, serta anak berbakat. Dalam 3 bentuk tersebut terdapat beberapa

jenis gangguan yang dialami anak. Seperti anak yang mengalami retardasi mental, didalam

jenis ini terdapat anak down syindrom, Kretin (Cebol), Hydrocephal, Microcephal, dan

Macrocephal. pada kecacatan fisik, anak ada yang mengalami tunarungu, tunanetra, dan tuna

daksa. Sedangkan pada anak berbakat, terdapat anak yang jenius, gifted, dan telented.

Selain klasifikasikan yang telah disebutkan, terdapat beberapa jenis lain yang dapat

dikategorikan sebagai anak yang berkebutuhan khusus, yaitu: anak autisme, Anak Lamban

Belajar (slow learner), dan Anak Dengan Kesulitan Belajar Spesifik (specific learning

disability).

3.2 Saran

Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini.

Karena itu penulis membutuhkan kritik dan saran bagi para pembaca, untuk mengevaluasi

cara penulisan dan penyusunan makalah, sehingga dapat dijadikan pedoman untuk membuat

makalah-makalah selanjutnya. Bagi para pembaca yang ingin lebih mengetahui dari isi

makalah ini secara lebih detail, pembaca dapat membacanya diberbagai buku serta website

yang membahas tentang materi dimakalah ini.

Page 21: mengenal anak berkebutuhan khusus

Daftar Pustaka

Abdul Salim Chairi, dkk. 2009. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Secara Inklusif.

Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Hadis Abdul. 2006. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistik. Bandung: Alfabeta.