makalah gizi anak berkebutuhan khusus

Upload: ratna-safitri

Post on 14-Jan-2016

204 views

Category:

Documents


39 download

DESCRIPTION

Anak berkebutuhan khusus memerlukan penanganan gizi yang spesial agar dapat tumbuh dan berkembang optimal

TRANSCRIPT

GIZI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliahGiziYang dibimbing oleh Ir. Nugrahaningsih, M.P dan Dra. Hj. Nursasi Handayani, M.Si

Oleh Kelompok 6:Mayta Perdana100341400713Serly Frida Silvia Rizki100341406440

UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMJURUSAN BIOLOGIMaret 2014BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Indonesia adalah negara ke empat yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Hal ini terbukti dari data sensus tahun 2004, Indonesia memiliki populasi 214.6 juta penduduk. Dari jumlah penduduk tahun 2004 tersebut, 8.88% adalah anak-anak yang berumur 0 hingga 5 tahun. Oleh karena jumlah populasi yang besar, Indonesia mengalami masalah untuk memenuhi kebutuhan anak, dari segi pelayanan kesehatan maupun pendidikan. Hampir lebih dari 2 juta anak anak di bawah umur 5 tahun mengalami gizi buruk dan sepertiga dari anak berusia 5-9 tahun tidak mendapat pendidikan sekolah (Mashabi, 2009). Kualitas anak adalah cermin kualitas bangsa dan cermin peradaban dunia. Indikator kesejahteraan suatu masyarakat atau suatu bangsa salah satunya dapat dilihat dari kualitas hidup anak. Semula perhatian lebih ditujukan kepada daya hidup anak (child Survival) dibanding kualitas hidup anak (quality of life) yang bersifat lebih integral dan komprehensif . Pemenuhan gizi yang baik akan menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu sehat, cerdas, dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif. Namun saat ini masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan dunia yang paling serius dan merupakan kontributor utama kematian anak. Ini semua disebabkan oleh kenyataan bahwa masalah gizi merupakan faktor dasar dari berbagai masalah kesehatan terutama pada bayi dan anak-anak. Oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas anak, gizi harus mendapatkan perhatian serius dari semua pihak (Anggraini, 2013). Kualitas yang baik pada anak dapat dilakukan dengan upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Anak berkebutuhan khusus termasuk penyandang cacat merupakan salah satu sumber daya manusia bangsa Indonesia yang kualitasnya harus ditingkatkan agar dapat berperan, tidak hanya sebagai obyek pembangunan tetapi juga sebagai subyek pembangunan. Keberadaan anak berkebutuhan khusus termasuk penyandang cacat secara nasional maupun sebarannya pada masing-masing provinsi belum memiliki data yang pasti. Menurut WHO jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia adalah sekitar 7% dari total jumlah anak usia 0-18 tahun atau sebesar 6.230.000 pada tahun 2007. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami hambatan fisik dan/atau mental sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar, dan anak yang akibat keadaan tertentu mengalami kekerasan, berada di lembaga permasyarakatan, di jalanan, di daerah terpencil/ bencana/konflik yang memerlukan penanganan secara khusus (Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, 2010). Autis dan ADHD atau anak hiperaktif merupakan contoh dari kelainan betumbuhan dan pekembangan pad anaj berkebutuhan khusus yang kasusnya semakin meningkat pada setiap tahunnya. Anak yang mengalami kelainan seperti autis dan ADHD memerlukan perhatian yang khusus dalam perawatannya terutama pemenuhan gizinya, karena asupan gizi akan mempunyai pengaruh yang besar dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Pada makalah ini akan dibahas mengenai gizi untuk anak bekebutuhan khusus yaitu pada anak autis dan ADHD.B. Rumusan Masalah1. Bagaimana perkembangan jumlah autis di Indonesia?2. Apa saja faktor penyebab autis dan gejala anak yang mengalami autis?3. Bagaimana kebutuhan gizi untuk anak autis?4. Bagaimana perkembangan jumlah ADHD di Indonesia?5. Apa saja faktor penyebab ADHD dan gejala anak yang mengalami ADHD?6. Bagaimana kebutuhan gizi untuk anak ADHD?C. Tujuan1. Untuk mengetahui perkembangan jumlah autis di Indonesia.2. Untuk mengetahui faktor penyebab autis dan gejala anak yang mengalami autis.3. Untuk mengetahui kebutuhan gizi anak yang mengalami autis.4. Untuk mengetahui perkembangan jumlah ADHD di Indonesia.5. Untuk mengetahui faktor penyebab ADHD dan gejala anak yang mengalami ADHD.6. Untuk mengetahui kebutuhan gizi anak yang mengalami ADHD.

BAB IIPEMBAHASANA. Perkembangan Jumlah AutisKata autis berasal dari bahasa Yunani auto berarti sendiri yang ditujukan pada seseorang yang menunjukkan gejala hidup dalam dunianya sendiri. Pada umumnya penyandang autisma mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya). Autisme adalah perkembangan kekacauan otak dan gangguan pervasif yang ditandai dengan terganggunya interaksi sosial, keterlambatan dalam bidang komunikasi, gangguan dalam bermain, bahasa, perilaku, gangguan perasaan dan emosi, interaksi sosial, gangguan dalam perasaan sensoris, serta tingkah laku yang berulang-ulang (Saputra, 2012).Berdasarkan data CDC (Center for Diseases Control and Prevention) pada tahun 2006 menunjukkan peningkatan anak autisme sekitar 60 per 10.000 kelahiran, atau satu diantara 150 penduduk. Di Inggris saat ini perbandingan antara anak normal dan autisme 1:100. Pada beberapa daerah di Amerika angka ini bisa mencapai satu diantara 100 penduduk. Angka sebesar ini dapat dikatakan sebagai wabah, sehingga di Amerika autisme telah dinyatakan sebagai national alarming. Berdasarkan data dari Departemen Pendidikan Amerika bahwa angka peningkatan penyandang autisme di Amerika cukup mengerikan, yaitu sebesar 10% sampai 17% pertahun. Jumlah penyandang autisme di Amerika saat ini sebanyak 1,5 juta orang anak. Pada dekade berikut diperkirakan akan terdapat sekitar empat juta penyandang autisme di Amerika (Saputra, 2012). Ketua Yayasan Autisme Indonesia menyatakan adanya peningkatan yang luar biasa. Pada tahun 1988 terdapat 1 dari 10.000 anak terkena autis Tahun 2.000, staf bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memperkirakan terdapat kurang lebih 6.900 anak penyandang autisme di Indonesia. Tahun 2003 penyandang autis 1 dari 1000 anak, tahun 2007 1 dari 166 anak. Pada tahun 2008 rasio anak autis 1 dari 100 anak atau setiap tahunnya terdapat 9000 anak autis baru, maka di 2012 terjadi peningkatan yang cukup memprihatinkan dengan jumlah rasio 1 dari 88 orang anak saat ini mengalami autisme. Di Indonesia, pada 2010, jumlah penderita autisme diperkirakan mencapai 2,4 juta orang. Hal itu berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik. Pada tahun tersebut jumlah penduduk Indonesia mencapai 237,5 juta orang dengan laju pertumbuhan 1,14 persen. Jumlah penderita autisme di Indonesia diperkirakan mengalami penambahan sekitar 500 orang setiap tahun (Sarianingsih, 2013).B. Faktor Penyebab dan Gejala AutisSampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dari autis. Para ilmuan masih mencoba memahami bagaimana dan mengapa autis dapat terjadi. Sebagian ilmuan berpendapat autisme terjadi karena faktor genetika dan autis terjadi karena adanya problem kompleks. Sementara Zulaika (2009) menjelaskan beberapa studi lain menduga autism timbul karena berbagai penyebab,antara lain :1. GenetisAlergi banyak diakibatkan oleh protein, dan protein erat kaitannya dengan gen dalam DNA manusia. Jadi memang erat kaitannya dengan keturunan, adanya gen yang menyimpang akan mengakibatkan produksi protein yang aneh yang menjadi benda yang asing, yang akan ditolak oleh tubuh, kondisi mana disebut alergi. Akan tetapi telah diketahui bahwa alergi turunan tidak selalu berkembang menjadi autoimun. Pada pasien autis biasanya terjadi autoimun. Yang dimaksud dengan autoimun adalah seseorang memproduksi kekebalan baru yang dikembangkan oleh tubuh penderita sendiri. Sayangnya jenis kekebalan yang timbul justru merugikan tubuhnya sendiri. Penderita autis menghasilkan kekebalan justru terhadap zat-zat gizi yang bermanfaat dan penting untuk tubuh dan kemudian menghancurkanya sendiri sehingga tubuhnya kekurangan zat gizi esensial. Zat gizi yang diperlukan tidak lagi dapat diserap dan dicerna oleh tubuh, dan bahkan dimanfaatkan oleh beberapa jenis jamur yang merugikan di lambung.2. Akibat pemberian vaksin tertentuDalam preparasi vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella) digunakan senyawa pengaktifan vaksin, yaitu thimerosal. Thimerosal mengandung merkuri. Banyak ilmuwan menduga teknik imunisasi MMR justru menjadi sumber infeksi otak sehingga meningkatkan terjadinya autisme. Oleh karena itu, hindarkan diri dari vaksin-vaksin yang masih menggunakan thimerosal atau merkuri sebagai pengawetnya, seperti vaksin MMR.3. Terpapar racun dari lingkunganKeracunan logam berat, seperti timbal (Pb), merkuri/raksa (Hg), cadmium (Cd), dan Stibium (Sb). Kontaminasi logam ini dapat berasal dari polusi udara atau jika mengkonsumsi ikan dari perairan yang sudah tercemar. Logam berat dapat menyebabkan enzim DPP-4 tidak berfungsi. Enzim ini berfungsi sebagai pemecah gluten dan kasein. Hal inilah yang dapat menyebabkan gluten dan kasein tidak tercerna dengan baik dalam usus.Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks berhubungan dengan komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya tampak sebelum usia 3 tahun, bahkan autisme infantile gejalanya sudah ada sejak bayi. Autisme merupakan kesulitan perkembangan otak yang kompleks dan mempengaruhi banyak fungsi. Tingkah laku anak yang menderita gangguan autis menurut Zulaika (2009) biasanya ditunjukkan dengan gejala sebagai berikut.1. Bermasalah dalam berinteraksi, bermain, dan berhubungan dengan orang lain.2. Perilaku menghindar dari eye contact serta tidak pernah perduli pada orang-orang yang ada di sekelilingnya.3. Tidak pernah benar-benar memperhatikan suatu objek, pada saat dia memerlukan objek tersebut.4. Suka melakukan gerakan-gerakan aneh seperti mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar, atau mengetuk-ngetuk sesuatu.5. Terjadinya kelambatan pada pertumbuhan dan perkembangannya.6. Lebih suka bermain dengan satu mainan, hanya itu saja, atau selalu mengulang-ulang kegiatan yang sama setiap harinya.7. Tidak mampu menggunakan atau memahami bahasa.8. Tampak cuek, dan tidak peduli sama sekali dengan segala sesuatu yang ada di sekelilingnya.Zulaika menambahkan gejala autis berbeda-beda pada setiap tahapan umur anak. Gejala yang timbul pada setiap rentangan umur ditandai dengan sebagai berukut.1. Usia 0-1 tahuna. Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis)b. Terlalu sensitive, cepat terganggu atau terusikc. Gerakan tangan terlalu berlebihan terutama saat mandid. Tidak babbling (mengoceh)e. Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 mingguf. Tidak ada kontak mata di atas 3 bulan2. Usia 1-2 tahuna. Kaku bila digendongb. Tidak mau bermain permainan sederhanac. Tidak mengeluarkan kata-katad. Memperhatikan tangannya sendiri 3. Usia 2-3 tahuna. Tidak tertarik bersosialisasi dengan anak lainb. Melihat orang sebagai benda matic. Kontak mata terbatasd. Tertarik dengan benda tertentu4. Usia 3-4 tahuna. Sering terdapat ekolalia (membeo)b. Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar)c. Marah bila rutinitas yang seharusnya berubahd. Menyakiti diri sendiri, misal membenturkan kepalae. Tentramen agresifC. Kebutuhan Gizi Penderita AutisPada anak autisme terdapat beberapa jenis makanan yang tidak boleh dikonsumsi, hal ini disebabkan karena adanya gangguan pada sistem pencernaan anak. Makanan yang mengandung zat-zat gizi tinggi tidak selamanya dapat dicerna dan diterima oleh anak penyandang autisme dimana gangguan saluran cerna yang dialami oleh anak autisme antara lain seperti alergi makanan, intoleransi makanan, intoleransi gluten, intoleransi casein dan sebagainya. Oleh karena itu anak autisme memerlukan diet khusus sebagai terapi penyembuhan dan menghindari masalah kekurangan gizi yang berdampak pada pertumbuhannya secara fisik dan perkembangannya.1. Faktor penyebab gangguan makan pada anak autisme Terdapat berbagai macam faktor dapat yang menyebabkan gangguan makan pada autisme, antisipasi secara dini dapat dilakukan untuk menghindari hal-hal yang dapat memperparah kondisi pada anak autisme. Menurut Ginting (2004), terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya gangguan makan pada autisme antaralain sebagai berikut.a. Gangguan pencernaan protein gluten dan kaseinGluten adalah protein tepung terigu dan kasein adalah protein susu. Anak dengan gangguan autisme sering mengalami gangguan mencerna gluten dan kasein. Menurut P. Deufemia, anak dengan gangguan autisme banyak mengalami leaky guts (kebocoran usus). Pada usus yang normal sejumlah kecil peptida dapat juga merembes ke aliran darah, tetapi sistem imun tubuh dapat segera mengatasinya. Peptida berasal dari gluten (gluteomorphin) dan peptida kasein (caseomorphin) yang tidak tercerna sempurna, bersama aliran darah masuk ke otak lalu ke reseptor opioid. Peningkatan aktivitas opioid akan menyebabkan gangguan susunan saraf pusat dan dapat berpengaruh terhadap persepsi, emosi, perilaku dan sensitivitas. Opioid adalah zat yang bekerjanya mirip morphine dan secara alami dikenal sebagai beta endorphin.Endorphin adalah penekan/pengurang rasa sakit yang secara alami diproduksi oleh tubuh. Pada anak dengan gangguan autisme, kadang-kadang endorphin bekerja terlalu jauh dalam menekan rasa sakit sehingga anak akan tahan terhadap rasa sakit yang berlebihan. Menurut ilmuwan Christopher Gillberg, pada anak autisme, kadar zat semacam endorphin pada otak meningkat sehingga dapat menyebabkan gangguan pada fungsi otak. Dari beberapa penelitian pemberian diet tanpa gluten dan kasein ternyata memberikan respon yang baik terhadap 81% anak autisme.b. Infeksi Jamur/yeastDalam usus terdapat berbagai jenis mikroorganisme misalnya bakteri dan jamur, yang hidup berdampingan tanpa mengganggu kesehatan. Yeast yang dimaksud di sini adalah sejenis jamur, berupa organisme bersel tunggal yang hidup pada permukaan buah, sayuran, butir/bulir, kulit, dan usus. Candida albican adalah sejenis yeast yang hidup dalam saluran cerna, yang dalam keadaan normal tidak mengganggu kesehatan. Apabila keseimbangan dengan mikroorganisme lain terganggu, maka salah satu akan tumbuh berlebihan dan dapat menyebabkan penyakit. Pemberian antibiotika seperti amoxicillin, ampicillin, tetracycline, keflex yang terlalu lama dan sering akan menyebabkan bakteri baik (lactobacillus) akan ikut terbunuh sehingga akan mengganggu kesehatan. Antibiotik tidak membunuh candida, akibatnya jamur akan tumbuh subur dan dapat mengeluarkan racun yang melemahkan sistem imun tubuh sehingga mudah terjadi infeksi.c. Alergi terhadap makananIntoleransi makanan merupakan reaksi negatif terhadap makanan dan menimbulkan beberapa gejala, namun tidak melibatkan sistem imun tubuh. Intoleransi makanan disebabkan kekurangan enzim untuk mencerna zat tertentu dalam makanan. Misalnya toleransi susu dapat diakibatkan kekurangan enzim laktase yaitu enzim yang memecah laktosa (gula susu). Makanan yang sering menimbulkan reaksi intoleransi adalah susu, telur, gandum, dan kacang-kacangan, serupa dengan makanan yang dapat menyebabkan masalah pada anak autisme. Untuk mendiagnosa alergi dan intoleransi makanan tertentu, orangtua sering mengalami kesulitan karena reaksi dapat terjadi segera atau sampai 72 jam setelah makan.d. Keracunan logam beratLogam berat merupakan racun keras terhadap susunan saraf pusat, terutama pada anak karena metabolismenya lebih cepat. Keracunan logam berat juga dapat menyebabkan masalah pada sistem organ tubuh. Misalnya, keracunan merkuri dapat menyebabkan gangguan keseimbangan sel-sel imun dalam tubuh, mengganggu respon imun terhadap makanan, dan dapat mengakibatkan kekurangan seng dan selenium.

2. Penanganan gangguan makanan pada autis Melakukan koreksi diet dan makanan dapat memberikan perbaikan yang sangat signifikan dari penyakit autisme ini. Sebagaimana diketahui gejala dari autisme sangat beragam, demikian juga pemicu dari penyakit ini, oleh karena itu pedoman diet bagi anak autisme juga sangat bervariasi dan bersifat individu. Terapi diet harus disesuaikan dengan gejala utama yang timbul pada anak. Berikut beberapa contoh diet untuk anak autisme menurut Zulaika (2009).a. Diet tanpa gluten dan kaseinGluten adalah protein yang secara alami terdapat dalam gandum/terigu, havermuth/oat, dan barley. Gluten memberi kekuatan dan kekenyalan pada tepung terigu dan tepung bahan sejenis, sedangkan kasein adalah protein susu. Pada orang sehat, mengonsumsi gluten dan kasein tidak akan menyebabkan masalah yang serius/memicu timbulnya gejala. Pada umumnya, diet ini tidak sulit dilaksanakan karena makanan pokok orang Indonesia adalah nasi yang tidak mengandung gluten. Perbaikan/penurunan gejala autisme dengan diet khusus biasanya dapat dilihat dalam waktu antara 1-3 minggu. Apabila setelah beberapa bulan menjalankan diet tersebut tidak ada kemajuan, berarti diet tersebut tidak cocok dan anak dapat diberi makanan seperti sebelumnya.Makanan yang dihindari adalah:1) Makanan yang mengandung gluten, yaitu semua makanan dan minuman yang dibuat dari terigu, havermuth, dan oat misalnya roti, mie, kue-kue, cake, biscuit, kue kering, pizza, macaroni, spageti, tepung bumbu, dan sebagainya.2) Produk-produk lain seperti soda kue, baking soda, kaldu instant, saus tomat dan saus lainnya, serta lada bubuk, mungkin juga menggunakan tepung terigu sebagai bahan campuran. Jadi, perlu hati-hati pemakaiannya. Cermati/baca label pada kemasannya. 3) Makanan sumber kasein, yaitu susu dan hasil olahnya misalnya, es krim, keju, mentega, yogurt, dan makanan yang menggunakan campuran susu. 4) Daging, ikan, atau ayam yang diawetkan dan diolah seperti sosis, kornet, nugget, hotdog, sarden, daging asap, ikan asap, dan sebagainya. Tempe juga tidak dianjurkan terutama bagi anak yang alergi terhadap jamur karena pembuatan tempe menggunakan fermentasi ragi. 5) Buah dan sayur yang diawetkan seperti buah dan sayur dalam kaleng. Makanan yang dianjurkan adalah: 1) Makanan sumber karbohidrat dipilih yang tidak mengandung gluten, misalnya beras, singkong, ubi, talas, jagung, tepung beras, tapioca, ararut, maizena, bihun, soun, dan sebagainya. 2) Makanan sumber protein dipilih yang tidak mengandung kasein, misalnya susu kedelai, daging, dan ikan segar (tidak diawetkan), unggas, telur, udang, kerang, cumi, tahu, kacang hijau, kacang merah, kacang tolo, kacang mede, kacang kapri dan kacang-kacangan lainnya.3) Sayuran segar seperti bayam, brokoli, labu siam, labu kuning, kangkung, tomat, wortel, timun, dan sebagainya. 4) Buah-buahan segar seperti anggur, apel, papaya, mangga, pisang, jambu, jeruk, semangka, dan sebagainya.b. Diet Anti-yeast/ragi/jamur Diet ini diberikan kepada anak dengan gangguan infeksi jamur/yeast. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pertumbuhan jamur erat kaitannya dengan gula, maka makanan yang diberikan tanpa menggunakan gula, yeast, dan jamur. Makanan yang perlu dihindari adalah : 1) Roti, pastry, biscuit, kue-kue dan makanan sejenis roti, yang menggunakan gula dan yeast. 2) Semua jenis keju. 3) Daging, ikan atau ayam olahan seperti daging asap, sosis, hotdog, kornet, dan lain-lain. 4) Macam-macam saus (saus tomat, saus cabai), bumbu/rempah, mustard, monosodium glutamate, macam-macam kecap, macam-macam acar (timun, bawang, zaitun) atau makanan yang menggunakan cuka, mayonnaise, atau salad dressing. 5) Semua jenis jamur segar maupun kering misalnya jamur kuping, jamur merang, dan lain-lain. 6) Buah yang dikeringkan misalnya kismis, aprokot, kurma, pisang, prune, dan lain-lain.7) Fruit juice/sari buah yang diawetkan, minuman beralkohol, dan semua minuman yang manis. 8) Sisa makanan juga tidak boleh diberikan karena jamur dapat tumbuh dengan cepat pada sisa makanan tersebut, kecuali disimpan dalam lemari es. Makanan tersebut dianjurkan untuk dihindari 1-2 minggu. Setelah itu, untuk mencobanya biasanya diberikan satu per satu. Bila tidak menimbulkan gejala, berarti dapat dikonsumsi. Makanan yang dianjurkan adalah : 1) Makanan sumber karbohidrat: beras, tepung beras, kentang, ubi, singkong, jagung, dan tales. Roti atau biscuit dapat diberikan bila dibuat dari tepaung yang bukan tepung terigu. 2) Makanan sumber protein seperti daging, ikan, ayam, udang dan hasil laut lain yang segar. 3) Makanan sumber protein nabati seperti kacang-kacangan (almod, mete, kacang kedelai, kacang hijau, kacang polong, dan lainnya). Namun, kacang tanah tidak dianjurkan karena sering berjamur. 4) Semua sayuran segar terutama yang rendah karbohidrat seperti brokoli, kol, kembang kol, bit, wortel, timun, labu siam, bayam, terong, sawi, tomat, buncis, kacang panjang, kangkung, tomat, dan lain-lain. 5) Buah-buahan segar dalam jumlah terbatas. c. Diet untuk alergi dan inteloransi makanan Anak autisme umumnya menderita alergi berat. Makanan yang sering menimbulkan alergi adalah ikan, udang, telur, susu, coklat, gandum/terigu, dan bisa lebih banyak lagi. Cara mengatur makanan untuk anak alergi dan intoleransi makanan, pertama-tama perlu diperhatikan sumber penyebabnya. Makanan yang diduga menyebabkan gejala alergi/intoleransi harus dihindarkan. Misalnya, jika anak alergi terhadap telur, maka semua makanan yang menggunakan telur harus dihindarkan. Makanan tersebut tidak harus dipantang seumur hidup. Dengan bertambahnya umur anak, makanan tersebut dapat diperkenalkan satu per satu, sedikit demi sedikit.

D. Perkembangan Jumlah ADHD di IndonesiaMenurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006:2) ADHD merupakan Attention Deficit Hyperactivity Disorder, dalam bahasa indonesia berarti gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif. Seseorang dikatakan menderita ADHD, jika ia kurang perhatian (Inattention) atau Hiperaktifitas (tidak dapat tenang) & Impulsif, atau keduanya. Gejala ADHD biasanya muncul pada masa anak-anak antara usia 3-6 tahun. Kondisi ini terjadi selama periode enam bulan, yang mengakibatkan pertumbuhan anak tersebut menjadi tidak sesuai dengan tingkat pertumbuhanusia normal. Berdasarkan penjelasan di atas ADHD merupakan hambatan seseorang dalam pemusatan perhatian yang disertai perilaku hiperaktivitas (Hazarika, 2013).Jumlah anak penderita hiperaktif cukup banyak. Menurut Adiyanti seorang prikolog anak fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, pada tahun 2013 anak-anak usia SD yang tergolong hiperaktif jumlahnya mencapai 10 persen dari jumlah seluruh anak usia itu di Indonesia.

E. Faktor Penyebab ADHD dan Gejala Anak yang Mengalami ADHDBerikut ini adalah faktor-faktor penyebab hiperaktif pada anak.1. Faktor neurologik Faktor neurologik ini disebabkan oleh bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, dan juga kekurangan vitamin atau zat besi /timbel saat kehamilan dapat menyebabkan kerusakan pada otak janin. Terjadinya perkembangan otak yang lambat, otak anak penderita ADHD memiliki ukuran yang lebih kecil daripada otak anak normal, selisih berkisar antara 5-10%. Faktor neurologic mengakibatkan berkurangnya neurotransmiter di otak sehingga menyebabkan terjadinya hambatan stimulus atau justru timbulnya stimulus yang berlebihan yang menyebabkan penyimpangan yang signifikan dalam perkembangan hubungan anak dengan orang tua dan lingkungan sekitarnya. Kekurangan asupan zat besi menjadi penyebab kerusakan otak janin, karena fungsi salah satu dari zat besi adalah penyuplai transmiter di otak dan tubuh. Selain itu terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi. 2. Faktor toksik Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memiliki potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Hiperaktivitas anak dapat diasosiasikan dengan rendahnya kadar besi dan zinc dalam plasma dan tingginya kadar alumunium, atau kadmium. Pemberian pewarna makanan menyebabkan penurunan kadar zinc pada anak yang mengalami hiperaktivitas, diketahui bahwa tartrazine dapat menyebabkan peningkatan overaktivitas, agresif, aktivitas kekerasan, kesulitan berbicara, koordinasi yang parah, dan asma. Di samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamiljuga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.3. Faktor genetik Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar4. Faktor psikososial dan lingkungan Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara orang tua dengan anaknya. Anak hiperaktif dan impulsif lebih banyak pada keluarga tanpa ayah. Selain itu, racun atau limbah pada lingkungan sekitar bisa menyebabkan hiperaktif terutama keracunan timah hitam (banyak terdapat pada asap knalpot berwarna hitam kendaraan bermotor yang menggunakan solar) (Vithynaidu, 2013).Menurut Widhata (2008) dalam Hazarika (2013) seseorang dapat dikategorikan sebagaiInattention, Hiperaktifitas, dan Impulsif Jika ia memenuhi kriteria dibawah ini:1. Inattention:a. Tidak teliti atau sering ceroboh dalam menyelesaikan tugas sekolah, pekerjaan atau kegiatan lainnya.b. Sulit mempertahankan konsentrasi untuk menyelesaikan tugas atau permainan.c. Sering tidak mendengarkan pada saat diajak berbicara.d. Cenderung tidak mengikuti instruksi dalam menyelaesaikan tugas sekolah atau pekerjaan.e. Mengalami masalah dalam mengatur atau mengorganisasi tugas atau kegiatan.f. Tidak menyukai atau cenderung menghindar tugas yang memerlukan kemampuan mental dan konsentrasi yang panjang.g. Sering kehilangan barang barang atau peralatan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. Misalnya, buku, pensil, penghapus dan lain lain.h. Mudah terpecah konsentrasinya.i. Pelupa.2. Hiperaktifitas:a. Tidak dapat duduk dengan tenang.b. Sering meninggalkan bangku tanpa alasan yang jelas.c. Berlari, memanjat tidak pada tempatnya (pada usia dewasa, lebih ditunjukkan dengan sikap gelisah).d. Kesulitan dalam menikmati kegiatan atau permainan yang tenang dan membawa relaksasi.e. Berkeinginan untuk selalu bergerak aktif.f. Cerewet, suka berbicara kadang tidak sesuai dengan konteks.3. Impulsif:a. Sering memberikan jawaban sebelum pertanyaan yang ditanyakan selesai.b. Mengalami masalah dalam menunggu giliranc. Sering memotong pembicaraan orang lain atau menyerobot.Sedangkan menurut Tanner (2007) dalam Hazarika (2013) ada tiga tanda utama anak yang menderita ADHD, yaitu:1. Innatention. Ketidak mampuan memusatkan perhatian pada beberapahal seperti membaca, menyimak pelajaran, atau melakukan permainan. Seseorang yang menderita ADHD akan mudah sekali teralih perhatiannyakarena bunyi bunyian, gerakan, bau bauan atau pikiran, tetapi dapatmemusatkan perhatian dengan baik jika ada yang menarik minatnya.2. Hiperaktif. Mempunyai terlalu banyak energi. Misalnya berbicara terusmenerus, tidak mampu duduk diam, selalu bergerak, dan sulit tidur.3. Impulsif. Bertindak tanpa dipikir, misalnya mengejar bola yang lari ke jalanraya, menabrak pot bunga pada waktu berlari di ruangan, atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibatnya.Setiap anak yang seringkali bertindak seperti contoh-contoh diatas selama lebih dari enam bulan berturut-turut, dibandingkan dengan anak seusianya, dapat didiagnosa menderita ADHD. Gejala ini biasanya muncul sebelum si anak berusia enam tahun.Ciri yang paling mudah dikenal bagi anak hiperaktif adalah anak akanselalu bergerak dari satu tempat ke tempat lain, selain itu yang bersangkutan sangat jarang untuk berdiam selama kurang 5 hingga 10 menit guna melakukan suatu tugas kegiatan yang diberikan gurunya (Delphie, 2006).

F. Kebutuhan Gizi untuk Anak ADHD1. Kebutuhan Nutrisi Anak ADHDNutrisi yang harus diberikan kepada penderita hiperaktif adalah:1. Essential Fatty Acid (EFAs)DHA asam lemak omega 3 adalah kunci utama untuk mencegah ADHD berkembang di dalam otak. Hasil peneltian menunjukkan bahwa setiap anak dengan learning disorder, termasuk tingkat perhatian yang menurun dan juga berlaku hiperaktif adalah salah satu akibat dari penurunan EFA. Untuk meningkatkan kadar EFA, sebaiknya perbayak konsumsi ikan, biji-bijian, dan juga kacang-kacangan yang merupakan sumber EFA yang baik.2. Vitamin B KompleksVitamin B ini dibutuhkan untuk meningkatkan aktifitas saraf dan sangat baik untuk menurunkan stres, dan keduanya ini banyak sekali ditemui pada anak-anak yang menderita ADHD. Meskipun hampir seluruh vitamin B ini adalah baik, tapi ada dua jenis yang memiliki potensial efek sehingga harus Anda sikapi dalam mengkonsumsinya. Seperti vitamin B3 atau yang sering dikenal dengan niacin. Niacin ini dapat menyebabkan iritasi kulit, yang sangat berpengaruh pada kerusakan hati. Tingginya dosis vitamin B6 juga dapat menyebabkan kurang sensitif. Sumber vitamin B adalah ragi, hati, gandum utuh baik dari sereal atau roti, nasi, kacang-kacangan, telur, susu, ikan, buah-buahan, daging, sayuran hijau dan juga kedelai.3. ProteinProtein penyumbang energi terbaik untuk tubuh. Hal ini juga sangat baik untuk anak-anak dengan ADHD, dengan mengkonsumsi sedikit porsi protein sehari mampu mengganti energi yang telah mereka keluarkan seharian. Menyajikan makanan berprotein dengan memberikan menu sarapan setangkup roti gandum dengan isian keju dan juga telur. Atau berikan yoghurt low-fat tawar dicampur dengan pisang sebagai perasa manisnya.4. Kalsium dan MagnesiumKalsium yang terkandung dalam susu selain baik untuk pertumbuhan tulang juga sangat baik melapisi membran sel dan melindungi jaringan syaraf. Hal ini sangat baik dalam mempengaruhi tingkah laku penderita. Magnesium juga memberikan efek menenangkan pada sistem saraf, memabantu menjaga otot dan fungsi saraf. Susu dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium. Sayuran hijau seperti brokoli, dan gandum utuh yang terkandung dalam sereal juga menjadi sumber tambahan. Sedangkan bayam, kacang-kacangan, dan makanan yang berasal dari biji-bijian kaya akan magnesium.5. Mineral Penting dalam TubuhMineral merupakan salah satu mikronutrient yang sangat dibutuhkan oleh tubuh setiap hari, meskipun dengan jumlah yang tidak terlalu besar. Trace Mineral dapat membantu ADHD anak-anak termasuk zat besi dan zinc. Studi telah membuktikan bahwa anak-anak dengan ADHD memiliki kadar zinc yang lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak yang tidak memiliki ADHD (Dwi, 2010).2. Diet untuk Anak Hiperaktif (ADHD)Dalam kasus ADHD, memasukkan makanan tertentu yang biasa dimakan setiap bisa saja akan memperburuk atau bahkan meringankan gejala. Juga, menghilangkan makanan tertentu dari makanan sehari-hari juga bisa meningkatkan gejalanya. Kekurangan gizi bisa berkontribusi buruk untuk gejala ADHD. Jadi, sangat penting untuk mengetahui gizi apa yang kurang pada penderita. Dokter biasanya akan membantu dengan memberikan suplemen vitamin dan mineral. Hal ini sangat umum bagi anak-anak yang menderita kekurangan gizi, karena merekabiasanya akan sulit makan atau rewel, dan seringksli tidak menyukai mengkonsumsi diet yang seimbang.ADHD Diet Untuk Anak ini adalah diet pribadi, dan mungkin bisa sama atau berbeda dalam kasus individu yang berbeda. Penting untuk mendapatkan diet yang telah diresepkan oleh dokter pada kasus ADHD untuk setiap individu.Berikut hal yang mencakup diet ADHD:1. Makanan Tinggi ProteinDiet untuk ADHD harus kaya protein. Diet semacam ini baik untuk otak, dan otomatis menjadi pilihan yang baik untuk ADHD. Protein harus dimasukkan dalam menu sarapan dan setelah pulang sekolah, termasuk dalam sarapan dan jajanan sekolah yang mencakup telur, daging, keju dan kacang-kacangan.2. Pengurangan asupan karbohidrat sederhanaKarbohidrat sederhana adalah kalori, termasuk makanan seperti permen, sirup jagung, tepung putih, roti putih, beras putih, kentang yang dikupas dan gula, perlu dihilangkan dari diet ADHD. Hal ini akan membantu untuk mengurangi hiperaktivitas pada penderita.3. Meningkatkan asupan Karbohidrat KompleksSementara menghilangkan asupan karbohidrat sederhana, diet ADHD harus meningkatkan jumlah asupan karbohidrat kompleks, karena nutrisi ini akan dicerna secara perlahan-lahan sehingga membuat perut kenyang untuk waktu yang lama. Hal ini untuk mencegah ngemil di antara waktu makan, dan menghindarkan dari makanan olahan dan junk food yang dapat memperburuk gejala ADHD. Sertakan lebih banyak sayuran dan buah-buahan, seperti buah pir, jeruk keprok, jeruk, buah kiwi, apel dan jeruk dalam diet penderita. Karbohidrat kompleks di malam hari juga dapat membantu penderita supaya mudah tertidur.4. Makanan kaya asam lemak Omega-3Sertakan ikan laut yang mengandung omega 3, seperti ikan tuna, salmon, serta makanan seperti kacang kenari dan minyak zaitun dalam makanan sehari-hari. Makanan yang harus dihindari:1. Makanan yang mengandung zat aditif. Jangan mengkonsumsi makanan apapun dengan aditif, karena penelitian telah membuktikan bahwa bahan pewarna buatan, pengawet dan perisa dapat dalam makanan olahan dapat meningkatkan gejala hiperaktif pada anak-anak dengan ADHD.2. Selain itu, aspartam dan MSG juga harus dihilangkan dari diet ADHD.3. Gula dan makanan manis bisa membuat beberapa anak menjadi hiperaktif. Meskipun tidak ada bukti yang jelas yang menunjukkan bahwa gula dan makanan manis dapat menyebabkan ADHD, namun membuang makanan ini dari daftar diet akan membantu menghilangkan gejala.4. Kafein. Kafein menyerap mineral daari dalam tulang, disaat tubuh sedang kekurangan mineral. Kopi, teh dan minuman berkafein lainnya mengandung asam dan kadarnya lebih rendah dari pH dalam tubuh, sehingga membuat tubuh bekerja lebih keras untuk menyeimbangkan kadar pH dalam tubuh. Hal ini menyebabkan anak-anak yang mengidap ADHD yang mungkin mengkonsumsi terlalu banyak kafein-seringkali terdapat dalam cokelat, minuman soda, makanan manis lain-kemungkinan kehilangan banyak mineral dalam tubuh yang menyebabkan berkurangnya fungsi syaraf dalam tubuh.5. Garam, beberapa makanan ringan tidak hanya dengan rasa manis, tapi juga rasa asin padahal sodium yang terkandung dalam makanan asin adalah salah satu zat yang dihindari untuk kasus anak dengan ADHD tinggi. Di banyak kasus telah diketahui kalau sodium dapat menyebabkan darah tinggi bagi orang dewasa. Tapi ini tidak menutup kemungkinan membawa pengaruh terhadap anak-anak dengan ADHD Rencana diet di atas adalah rencana pribadi untuk anak yang menderita ADHD, yang sangat membantu menurunkan tingkat hiperaktifitas. Selain itu, Anak lebih berkinerja baik di sekolah dan pada kegiatan lainnya. Selanjutnya anak bisa memiliki masa kecil yang normal, yang merupakan keinginan setiap orangtua (Yuli, 2014).

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan1. Jumlah penderita autisme di Indonesia diperkirakan mengalami penambahan sekitar 500 orang setiap tahun.2. Faktor penyebab autis antara lain: genetis, akibat pemberian vaksin tertentu, terpapar racun dari lingkungan. Sedangkan gejala anak autis dapat dibedakan berdasarkan rentang rentang usianya yaitu usia 0-1 tahun, usia 1-2 tahun, usia 2-3 tahun, usia 3-4 tahun. Gejala autis yang terjadi pada anak berbeda-beda sesuai rentang usianya.3. Faktor penyebab gangguan makan pada anak autisme yaitu:a. Gangguan pencernaan protein gluten dan kaseinb. Infeksi Jamur/yeastc. Alergi terhadap makanand. Keracunan logam berat4. Penanganan gangguan makanan pada autis yakni dengan melakukan diet tanpa gluten dan kasein.5. Jumlah anak penderita hiperaktif pada tahun 2013 anak-anak usia SD yang tergolong hiperaktif jumlahnya mencapai 10 persen dari jumlah seluruh anak usia itu di Indonesia6. Faktor penyebab hiperaktif pada anak yaitu faktor neurologic, faktor toksik, faktor genetik, faktor psikososial dan lingkungan7. Kebutuhan nutrisi anak ADHD diantaranya yakni: Essential Fatty Acid (EFAs), vitamin B kompleks, protein, kalsium dan magnesium, mineral penting dalam tubuh8. Diet untuk anak hiperaktif (ADHD) meliputi memperbanyak konsumsi makanan tinggi protein, pengurangan asupan karbohidrat sederhana, meningkatkan asupan karbohidrat kompleks, makanan kaya asam lemak Omega-39. Makanan yang harus dihindari: makanan yang mengandung zat aditif, MSG, gula, kafein, garam.

DAFTAR PUSTAKADirektorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. 2010. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak Di Sekolah Luar Biasa Bagi Petugas Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI. Bakti Husada.Anggraini, R.R. 2013. Persepsi Orang Tua terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (AKB). (online) (http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu), diakses tanggal 13 Maret 2014.Mashabi, N.A. 2009. Hubungan Antara pengetahuan gizi ibu dengan pola makan anak autis. Makara, Kesehatan, Vol. 13, No. 2, Desember 2009: 84-8.Saputra, A.N. 2012. Makalah Autisme. (online) (http://makalahkeperawatan.word-press.com/about/) , diakses tanggal 13 Maret 2014.Sarianingsih, C. 2013. Laju Perkembangan Autisme di Indonesia Terus Meningkat (online) (http://lintasfakta.com), diakses tanggal 13 Maret 2014.Zulaika, S. 2009. Autisme dan Peran Pangan. (online)(http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/148/jtptunimus-gdl-sitizulaik-7384-3-babii.pdf), diakses tanggal 13 Maret 2014.Ginting, S.A., Ariani, A., Sembiring, T.. 2004. Terapi Diet pada Autisme. Jurnal Sari Pediatri. Vol. 6, No. 1, Juni 2004: 47-51.Hazarika, H. 2013. Gangguan Pemusatan Perhatian (Hiperaktif). (Online). (http://husnahazarika11.blogspot.com/2013/12/gangguan-pemusatan-perhatian-hiperakti.html) diakses 16 Maret 2014.Vithynaidu. 2013. Faktor Penyebab Anak Hiperaktif. (Online). Diakses 18 Maret 2014.Yuli. 2014. Diet dan Makanan yang Baik Untuk Anak Hiperaktif (ADHD). (Online). (http://www.carakhasiatmanfaat.com/artikel/diet-dan-makanan-yang-baik-untuk-anak-hiperaktif-adhd.html#sthash.Hsugx3sZ.dpuf) diakses 18 Maret 2014Dwi. 2010. Nutrisi yang Baik dan Buruk untuk Penderita ADHD. (Online). (http://duiieii.blogspot.com/2010/03/nutrisi-yang-baik-untuk-penderita-adhd.html) diakses 18 Maret 2014