pemahaman masyarakat kecamatan pasar...

89
PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR REBO TERHADAP PEMBANTU PEGAWAI PENCATAT NIKAH (P3N) (Studi di KUA Pasar Rebo Jakarta Timur ) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh : NUURUL KAWAAKIB 204044103052 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKSHIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M

Upload: lehuong

Post on 06-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR REBO

TERHADAP PEMBANTU PEGAWAI PENCATAT NIKAH (P3N)

(Studi di KUA Pasar Rebo Jakarta Timur )

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh :

NUURUL KAWAAKIB 204044103052

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 2: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 23 Agustus 2010 M 15 Ramadhan 1430 H

Nuurul Kawaakib

Page 3: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR REBO

TERHADAP PEMBANTU PEGAWAI PENCATAT NIKAH (P3N)

(Studi di KUA Pasar Rebo Jakarta Timur )

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar SarjanaSyariah (S.Sy)

Oleh :

Nuurul Kawaakib 204044103052

Di Bawah Bimbingan

Drs. Djawahir Hajazziey, SH, MA NIP:195510151979031002

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKSHIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1431 H/2010 M

Page 4: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Sekripsi yang berjudul PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR REBO TERHADAP PEMBANTU PEGAWAI PENCATAT NIKAH (P3N) (Studi di KUA Pasar Rebo Jakarta Timur ), Telah di ujikan dalam siding Munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif hidayatullah Jakarta pada Tanggal 23 September 2010 Sekripsi ini telah di terima sebagai salahsatu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program strata 1 ( S1) pada jurusan Peradilan Agama. Jakarta, 23 September 2009 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr.H..M. Amin Suma, SH.,MA,.MM NIP. 195505051982031012

PANITIA SIDANG MUNAQASAH

1. Ketua : Drs. Djawahir Hajazziey, SH, MA (.........................)

NIP. 195505051982031012

2. Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, MA. (.........................)

NIP. 196404121994031004

3. Pembimbing : Drs. Djawahir Hajazziey, SH, MA (.........................)

NIP. 195505051982031012

4. Penguji I : Drs. H. Ahmad Yani, MA. (.........................)

NIP. 196404121994031004

5. Penguji II : Kamarusdiana S.Ag. M.H (.........................)

NIP. 197202241998031003

Page 5: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR REBO

TERHADAP PEMBANTU PEGAWAI PENCATAT NIKAH (P3N)

(Studi di KUA Pasar Rebo Jakarta Timur )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Disusun Oleh:

NUURUL KAWAAKIB 204044103052

Dibawah bimbingan

Dr.Djawahir Hejazziey,SH,MA NIP. 195510151979031002

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HDAYATULLAH JAKARTA

2010 M/1431H

Page 6: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Sekripsi yang berjudul PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR REBO TERHADAP PEMBANTU PEGAWAI PENCATAT NIKAH (P3N) (Studi di KUA Pasar Rebo Jakarta Timur ) diajukan dalam siding munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy) pada Program Studi Akhwal Syakhsiyyah (Peradilan Agama) Jakarta, 23 September 2010 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr.H..M. Amin Suma, SH.,MA,.MM NIP. 195505051982031012

PANITIA SIDANG MUNAQASAH

1. Ketua : Dr.Djawahir Hejazziey,SH,MA ( )

NIP. 195510151979031002

2. Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag. ( )

NIP. 196404121994031004

3. Pembimbing : Dr.Djawahir Hejazziey,SH,MA ( )

NIP. 195510151979031002

4. Penguji I : Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag. ( )

NIP. 195505051982031012

5. Penguji II : Kamarusdiana, S. Ag., MH ( )

NIP. 197202241998031003

Page 7: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

KATA PENGANTAR

Segala puji sukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan segala Rahmat-Nya, hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat

dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan alam Baginda Besar Nabi

Muhammad SAW.

Penulisan karya Ilmiah dalam bentuk sekripsi ini merupakan salah satu bagian

syarat untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana

Syariah (S.Sy) di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kebahagiaan yang tak ternilai bagi penulis secara pribadi adalah dapat

mempersembahkan yang terbaik kepada kedua orangtua, seluruh keluarga dan pihak-

pihak yang telah ikut andil dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

Sebagai bentuk penghargaan yang tidak terlukiskan, penulis sampaikan

ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Ketua Program Studi Ahwal AL-Syakshiyah dan Sekretaris Program Studi

yang telah membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan

Skripsi ini.

iii

Page 8: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

3. Drs. Djawahir Hajazziey, SH, MA Ketua Program Non Reguler dan Drs. H.

Ahmad Yani, MA. Sekretaris Program Non Reguler.

4. Drs. Djawahir Hajazziey, SH, MA, Dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan pengarahan serta bantuan

literatur dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.

5. Segenap pegawai Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum serta

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta setaf-setafnya

yang tak bosan-bosanya melayani penulis dalam proses penulisan sekripsi ini.

6. Segenap pengurus dan pegawai Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri

Jakarta yang telah membantu penulis dalam mencari data-data yang

diperlukan.

7. Pihak KUA Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur yang telah banyak

membantu dalam memperoleh data dan informasi yang penulis butuhkan

dalam penyusunan skripsi.

8. Rasa ta`dzim dan terima kasih yang mendalam kepada Ayahanda dan Ibunda

atas dukungan moril dan materiil, kesabaran, keikhlasan, perhatian, serta cinta

dan kasih sayang yang tidak habis-habisnya bahkan Do’a-do’a munajatnya

yang tak henti-hentinya siang dan malam kepada Allah SWT. Penulis

persembahkan skripsi ini. untuk kedua orangtua .

9. Kakak dan adikku yang telah memberikan dukungan semangat. Terima kasih

untuk semua perhatian dan kasih sayangnya.

iv

Page 9: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

v

Dan akhirnya penulis akhiri dengan rasa Syukur kepada Allah SWT, Raja dari

segala Raja, pencipta Jagad Raya dan penguasa Ilmu Pengetahuan, Dengan segala

kelemahan dan kekurangan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa

meridloi setiap langkah kita. Amin.

Jakarta, 23 Agustus 2010 M 15 Ramadhan 1430 H

Nuurul Kawaakib

Page 10: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................... 7

D. Metode Penelitian................................................................... 8

F. Sistematika Penulisan ............................................................. 14

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERKAWINAN

A. Pengertian dan Dasar Perkawinan......................................... 15

B. Rukun dan Syarat Perkawinan ............................................. 18

C. Tujuan dan Hikmah Perkawinan .......................................... 24

D. Pengertian Pencatatan Perkawinan ....................................... 29

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PENCATATAN

PERKAWINAN

A. Letak Geografis KUA Kec. Pasar Rebo Jakarta Timur ........ 32

B. Kondisi Sosial Masyarakat Pasar Rebo Jakarta Timur ........ 33

C. Sejarah Singkat Pencatatan Perkawinan ............................... 34

vi

Page 11: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

vii

D. Tujuan Pencatatan Perkawinan ............................................. 43

BAB IV PERANAN P3N DALAM PELAKSANAAN ADMINISTRASI

PERKAWINAN

A. Peranan dan tugas P3N dalam Administrasi Perkawinan ...... 46

B. Prosedur Pencatatan Perkawinan ........................................... 49

C. Pandangan Masyarakat Pasar Rebo Tentang P3N ................ 63

D. Analisis Penulis ..................................................................... 72

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 74

B. Saran-Saran ........................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 77

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 79

Page 12: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1........................................................................................................... 64

Tabel 4.2........................................................................................................... 65

Tabel 4.3........................................................................................................... 65

Tabel 4.4........................................................................................................... 65

Tabel 4.5........................................................................................................... 66

Tabel 4.6........................................................................................................... 67

Tabel 4.7........................................................................................................... 67

Tabel 4.8........................................................................................................... 68

Tabel 4.9........................................................................................................... 68

Tabel 4.10......................................................................................................... 69

Tabel 4.11......................................................................................................... 69

Tabel 4.12......................................................................................................... 70

Tabel 4.13......................................................................................................... 70

Tabel 4.14......................................................................................................... 71

Tabel 4.15......................................................................................................... 71

vii

Page 13: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga),

yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.

Pertimbangannya ialah sebagai Negara yang berdasarkan Pancasila di mana sila

pertamanya ialah ketuhanan Yang Maha Esa, maka perkawinan mempunyai

hubungan yang erat sekali dengan agama kerohanian, sehingga perkawinan bukan

saja mempunyai unsure lahir jasmani, tetapi unsure batin atau rohani. 1

Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh masyarakat sejak zaman

dahulu, sekarang, dan masa yang akan datang sampai akhir zaman. Karena itu

perkawinan adalah merupakan masalah yang selalu hangat di kalangan

masyarakat dan di dalam peraturan hukum.

Dari perkawinan timbul hubungan suami istri dan kemudian hubungan

antara orang tua dengan anak-anaknya. Dan timbul pula hubungan kekeluargaan

sedarah dan semenda. Oleh karena itu perkawinan mempunyai pengaruh yang

sangat luas, baik dalam hubungan kekeluargaan pada khususnya, maupun dalam

kehidupan bermasyarakat dan bernegara pada umumnya, maka hendaknya

1Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam: Suatu Analisis dari Undang-undang No. 1 Tahun

1974 dan Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), Cet. I, hal 2-3

1

Page 14: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

2

segenap bangsa Indonesia mengetahui seluk beluk berbagai peraturan hukum

perkawinan, agar mereka memahami dan dapat melangsungkan perkawinan

sesuai dengan peraturan yang berlaku demikian pula dalam memelihara

kelangsungan dan akibat-akibat perkawinan.2

Perkawinan adalah salah satu segi yang sangat penting yang diatur dalam

Islam. Al-Qur’an dan as-Sunnah mengaturnya dengan terperinci. Umat Islam

seluruh dunia, khususnya umat Islam Indonesia mematuhinya, dahulu sekarang

dan masa yang akan datang.

Pemerintah indonesia merasa sangat perlu mengatur masalah perkawinan

dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku secara nasional. Maka

dikelurkanlah undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan dan peraturan pemerintah Nomor 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan

Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 yang mengatur masalah perkawinan.

Dalam undang-undang perkawinan nomor 1 tahun 1974 pasal 2 ayat (2)

dikatakan: “tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan

yang berlaku.”3 Upaya pencatatan perkawinan ini merupakan masalah al

mursalah bagi kehidupan berumah tangga. Sebab pencatatan perkawinan

merupakan bukti yang otentik bahwa seseorang telah melangsungkan pernikahan.

Bila dikemudian hari terjadi konflik atau permasalahan dalam kehidupan berumah

2Bakri A. Rahman dan Drs. Ahmad Sukarja, Hukum Perkawinan Menurut Islam, Undang-

undang Perkawinan dan Hukum Perdata BW, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1993), h. 1 3Depag RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Perkawinan: UU Perkawinan Nomor

1 Tahun 1974, (Jakarta: Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2001), h. 13

Page 15: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

3

tangga sehingga perlu diselesaikan di Pengadilan Agama, yang menjadi syarat

utama adalah status mereka, apakah mereka merupakan suami yang sah (legal)

atau tidak menurut kacamata hukum negara. Untuk mengetahui peristiwa hukum

berupa perkawinan diperlukan bukti otentik yaitu berupa kutipan akte nikah.

Walaupun di dalam undang-undang perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 2 ayat

(1) dinyatakan bahwa perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum

masing-masing agamanya dan kepercayaanya itu. Tetapi dalam hal administrasi

perlu adanya bukti-bukti yang otentik sehingga tidak ada alasan lain untuk

menyanggahnya.

Pencatatan perkawinan memang sangat penting sekali dalam kehidupan

berumah tangga, terutama bagi kaum perempuan. Ini merupakan salah satu upaya

pemerintah untuk melindungi hak-hak perempuan dalam perkawinan. Di samping

itu pencatatan perkawinan bertujuan untuk mewujudkan ketertiban dalam

masyarakat.4 Begitu pentingnya pencatatan perkawinan sehingga pemerintah

mencantumkannya dalam undang-undang.5 Dalam pencatatan perkawinan,

tentunya ada lembaga yang menangani masalah ini. Dalam UU No. 22 Tahun

1946 pasal 1 dikatakan pernikahan yang dilakukan menurut agama Islam,

4Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), Cet

IV, h. 107 5Sebelum kaluarnya UU No. 1 Tahun1974 juga telah diatur dalam UU No. 32 Tahun 1946

tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk yang pada waktu itu hanya berlaku pada wilayah Jawa dan Madura, dikarenakan kondisi Negara yang pada saat itu belum stabil, sebagai penguatan dari undang-undang itu, kemudian pemerintah mengeluarkan UU No. 32 1954 tentang Penetapan Berlakunya UU No. 22 Tahun 1946 tentang pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk di seluruh daerah luar Jawa dan Madura (nusantara)

Page 16: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

4

selanjutnya disebut nikah, diawasi oleh pegawai pencatatan nikah yang diangkat

oleh menteri Agama atau oleh pegawai yang ditunjuk olehnya. Menurut pasal ini,

pencatatan perkawinan dilakukan oleh Pegawai Pencatatan Nikah yang berada

pada tiap KUA Kecamatan. Untuk memperkuat dan memperjelas masalah

pencatatan perkawinan, maka dikeluarkanlah peraturan Menteri Agama No. 2

Tahun 1990 tentang Kewajiban Pencatatan Nikah. Selain Pegawai Pencatat Nikah

(PPN), pencatatan perkawinan juga dapat dilakukan di kantor Catatan Sipil (KCS)

berdasarkan Keputusan Menteri dalam Negeri Nomor 221a tahun 1975.

Dalam keadaan tertentu karena luasnya daerah atau besarnya jumlah

penduduk yang perlu diberi pelayanan oleh kantor Urusan Agama kecamatan baik

dalam pelayanan nikah, talak, cerai dan rujuk maupun bimbingan agama Islam

pada umumnya maka perlu dibentuk pejabat pembantu yang dinamakan

Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N). Hal ini dilakukan untuk memperbaiki

keadaan kelurahan terutama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan agama.

Mengingat selanjutnya pemerintahan kelurahan makin lama semakin sempurna,

maka ada pembagian kerja antara anggota-anggota kelurahan tertentu agar

kehidupan beragama penduduk terpelihara dengan baik.

Diangkatnya Pembantu Pegawai Pencatat Nikah selanjutnya disebut P3N

sangat penting sekali dalam rangka pemerataan pelayanan terutama pernikahan

kepada masyarakat. Dalam suatu kecamatan biasanya daerah kelurahannya

banyak sekali penduduknya dan sangat jauh dari kantor KUA, sehingga sulit

sekali dijangkau oleh PPN apabila ada anggota masyarakat yang hendak

Page 17: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

5

melangsungkan pernikahan. Oleh karena itu perlu sekali diangkat seorang

Pegawai Pembantu. Disamping sebagai pembantu PPN, P3N juga berkewajiban

melaksanakan pembinaan ibadah. Melayani pelaksanaan pada umurnya bagi

masyarakat Islam di wilayahnya termasuk membantu Badan Kesejahteraan

Mesjid (BKM). Pembinaan Pengamalan Agama Islam (P2A), Lembaga

Pengembangan Tilawati Qur’an (LPTQ) dan Badan Penasehat Perkawinan

Perselisihan dan Perceraian (BP4).6

Sebagian masyarakat juga tidak tahu bahkan tidak memahami tentang

tugas-tugas pokok P3N tersebut, mereka beranggapan P3N itu sebagai petugas

resmi dari KUA bahkan menganggap sebagai penghulu

Berdasarkan permasalahan di atas, pembantu Pencatat Nikah sangat

membantu sekali dalam administrasi perkawinan, disamping itu juga sangat

membantu dalam urusan-urusan beragama.

Oleh karena itu, peneliti membahas masalah ini dalam skripsi yang

berjudul :PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR REBO

TERHADAP PEMBANTU PEGAWAI PENCATAT NIKAH (P3N) (Studi di

KUA Pasar Rebo Jakarta Timur )

6Peraturan Menteri Agama RI No. 2 Tahun 1989 tentang Pembantu Pegawai Pencatat Nikah

Pasal 4 ayat (3)

Page 18: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

6

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dari sekian banyak masalah yang berhubungan dengan tugas

pembantu pegawai pencatat nikah yang tidak mungkin dikaji dalam penulisan

itu, maka dalam kesempatan ini penulis mencoba membatasi masalah yang

akan diteliti seputur tugas pegawai pencatat nikah dalam masalah administrasi

perkawinan. Dalam administrasi perkawinan ada berbagai macam dan

jenisnya yaitu pencatatan nikah, talak, cerai, dan rujuk. Akan tetapi untuk

tidak melebar dan penelitian ini peneliti membatasi hanya pada masalah

pencatan perkawinan. Dengan kata lain yang dimaksud administrasi

perkawinan di sini yaitu hanya sekitar pencatatan perkawinan.

Dari sekian rentang waktu terjadiniya pencatatan perkawinan di KUA

Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur, maka penulis membatasinya hanya

pada peristiwa yang terjadi Sepanjang tahun 2009.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dalam

skripsi ini dibatasi hanya pada lingkup sejauh mana masyarakat pasar rebo

mengetahui dan memahami tugas-tugas P3N, yang pada kenyataannya

masyarakat belum mengetahui tugas-tugas tersebut. Bahkan ada yang

menganggap P3N itu sebagai petugas resmi dari KUA dan ada sebagian yang

menganggap sebagai penghulu, tapi kenyataannya tidak seperti itu P3N hanya

bertugas membantu tugas-tugas dari PPN dan P3N berkewajiban

Page 19: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

7

melaksanakan pembinaan ibadah melayani pelaksanaan pada umumnya bagi

masyarakat Islam di wilayah termasuk pembantu badan kesejahteraan mesjid

(BKM) pembinaan pengamalan agama Islam (P2H, Lembaga Pengembangan

Tilawatil Qur’an LPTQ) dan badan Penasehat perkawinan perselisihan dan

perceraian atau BP4.

Berdasarkan batasan-batasan permasalahan di atas maka pokok

permasalahan dalam skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) ?

2. Bagaimana peranan Pembantu Pencatat Nikah (P3N) di KUA Kecamatan

Pasar Rebo Jakarta Timur?

3. Bagaimana pemahamn masyarakat Pasar Rebo terhadap Pembantu

Pegawai Pencatat Nikah (P3N)?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui yang apa dimaksud dengan Pembantu Pegawai

Pencatat Nikah (P3N).

2. Mengetahui bagaimana peranan Pembantu Pencatat Nikah (P3N) di KUA

Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur dan

3. untuk mengetahui bagaimana pemahamn masyarakat Pasar Rebo terhadap

Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N).

Page 20: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

8

Selain itu, tujuan dalam pembuatan skripsi ini adalah untuk menyelesaikan

studi S1 pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Metodelogi Penelitian

Untuk memperoleh sumber yang memadai dalam penulisan skripsi ini,

penulis menggunakan metode pengumpulan data penelitian lapangan dan

penelitian pustaka.

1. Penelitian pustaka (library research). Penelitian ini dilakukan dengan

menelusuri kepustakaan seperti literatur atau text book, serta buku-buku yang

ada hubungannya dengan pembahasan skripsi ini. Penelitian dengan cara ini,

guna mendapatkan suatu landasan teoritis berupa pendapat-pendapat atau

tulisan-tulisan para sarjana atau pihak-pihak yang berwenang dan juga untuk

memperoleh informasi, baik dalam bentuk ketentuan-ketentuan formal

maupun data melalui naskah resmi yang ada, selain itu penulis juga

mengadakan penelitian atau pengamatan langsung terhadap Pemahaman

Masyarakat Terhadap Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) Studi Kasus

KUA Pasar Rebo. Penelitian dengan cara ini adalah untuk memperoleh data

sekunder yang dibutuhkan oleh penulis dalam penulisan karya ilmiah ini.

2. Penelitian lapangan (field research). Penelitian ini untuk mendapatkan data

primer dalam pembuatan skripsi ini yaitu untuk mendapatkan penjelasan-

penjelasan tentang Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N). Penelitian

Page 21: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

9

dilakukan dengan melakukan wawancara dan survei dengan instrumen angket.

Obyek wawancara dan angket pada penelitian ini adalah sebagian tokoh

masyarakat yang terlibat langsung terhadap masalah-masalah dalam penulisan

skripsi ini.

3. Dalam penelitian ini ada beberapa tahapan yang perlu dilewati seperti yang di

jelaskan di bawah ini:

1) Tahapan awal adalah mengumpul data mengenai potensi dan realisasi

Pemahaman Masyarakat Terhadap Pembantu Pegawai Pencatat Nikah

(P3N) Studi Kasus KUA Pasar Rebo. Sumber data ini di peroleh langsung

dari Masyarakat Pasar Rebo.

2) Memilih instrumen penelitian yang tepat, yaitu survey dalam bentuk

kuesioner.

3) Merumuskan kuisioner berdasarkan kategori hipotesis yang telah

ditetapkan.

4) Menyebarkan kuisioner kepada 100 masyarakat Pasar Rebo. Adapun

metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel purposive

sampling.

5) Selanjutnya, kuisioner yang telah di isi oleh responden dilakukan

penyortiran dan pengecekan jawabannya, dalam penelitian ini didapat

kuisioner yang diisi oleh responden dengan lengkap dan layak untuk

dianalisis.

Page 22: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

10

6) Semua kuisioner yang telah lengkap dan layak tersebut direkapitulasi

semua hasil datanya, disesuaikan dengan jawaban responden dan teknik

analisis yang akan digunakan.

7) Jika semua item dinyatakan valid dan reliabel, maka dilanjutkan dengan

analisis data. Semua data dianalisis dengan program SPSS versi 12.5

penggunaannya disesuaikan dengan teknik analisis data yang telah

ditentukan sebelumnya.

8) Langkah selanjutnya adalah menjawab hipotesis penelitian dan apa yang

menjadi tujuan diadakan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui pandangan

masyarakat Pasar Rebo terhadap Pembantu Pegawai Pencatat Nikah

(P3N).

9) Setelah mendapat jawaban atas pertanyaan (hipotesis) penelitian dan

tercapainya tujuan penelitian ini, maka diambil kesimpulan penelitian dan

saran-saran yang bermanfaat bagi perkembangan masyarakat guna

mencapai masyarakat yang dicita-citakan.

4. Pengambilan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah Suatu kumpulan menyeluruh dari suatu objek yang

merupakan perhatian peneliti7. Berdasarkan tujuan penelitian maka

populasi yang digunakan adalah masyarakat Pasar Rebo yang memahami

7Ronny Kountour, “Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi Dan Tesis (Jakarta: CV.

Teruna Gravica, 2004), h, 137

Page 23: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

11

tentang hal-hal yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini. Adapun

jumlah populasi masyarakat Pasar Rebo adalah 162.575 orang jiwa.

b. Sampel

Sampel sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti dan

dimaksudkan untuk menggeneralisasikan atau mengangkat kesimpulan

penelitian sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.8 Berdasarkan

penjelasan sevilla untuk penelitian jumlah subjek yang dijadikan sampel

minimal adalah 30 orang9, oleh karena itu peneliti mengambil sampel

untuk penelitian adalah 100 orang masyarakat Pasar Rebo.

5. Teknik Pengumpulan Data

Metoda yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara, observasi

dan angket atau kuesioner. Menurut Arikunto, kuesioner adalah sejumlah

pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh imformasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal yang diketahui.

Kuesioner dibedakan atas beberapa jenis tergantung pada sudut pandang cara

menjawab. Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup dan

langsung yaitu sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal

memilih dan responden menjawab tentang dirinya.

8 Arikunto, ”prosedur penelitian suatu pendekatan praktik” h, 131 9G. Consuelo Sevilla, dkk, Pengantar Metode Penelitian (Jakarta: Universitas Indonesia,

1993), h, 114

Page 24: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

12

6. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data adalah suatu alat yang dipakai dalam sebuah

penelitian yang berguna untuk memperoleh data yang nantinya akan

dianalisis. Data yang diperoleh akan dikumpulkan menggunakan instrumen

wawancara dan skala Model Likert.10

Skala ini, digunakan untuk mengukur pandangan masyarakat Pasar

Rebo mengenai Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N). Pada variable

dibuat pernyataan yaitu : pernyataan yang memihak dan memberi isyarat

dukungan permasalahan yang sedang diteliti (favorable).

7. Tehnik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan akan diolah, dianalisa dan

diinterprestasikan untuk dapat menggali dan menjawab permasalahan yang

telah dirumuskan.

Sementara itu teknik penulisan dalam skripsi ini berpedoman pada

Buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah edisi tahun 2008.

E. Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan dalam penulisan dan pemahaman, skripsi ini

dibagi menjadi lima bab dan setiap bab terdiri dari sub pembahasan, dengan

sistematika penyusunannya sebagai berikut :

10Saifuddin Azwar,”Penyusunan Skala Psikologi” ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h, 97

Page 25: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

13

Bab I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,

pembahasan dan perumusan masalah, tujuan penulisan,

metode penelitian, Review Studi Terdahulu, dan sistematika

penulisan.

Bab II : Pada bab ini akan dibahas mengenai Pengertia dan dasar

perkawinan, Rukun dan syarat perkawinan, Tujuan dan

hikmah perkawinan dan Pengertian pencatatan perkawinan.

Bab III : Gambaran Umum Tentang Pencatatan Perkawinan yang

meliputi, Hakikat dan Tujuan Perkawinan, Sejarah Singkat

Pencatatan Perkawinan, Prosedur Pencatatan Perkawinan

Bab IV : Peranan P3N Dalam Pelaksanaan Administrasi Perkawinan

yang meliputi, Kondisi Obyektif KUA Kecamatan Pasar

Rebo Jakarta Timur, Tugas-Tugas Pembantu Pencatat

Nikah di KUA Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur,

Peranan P3N dalam Administrasi Perkawinan di KUA

Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur, dan terakhir Analisis

Penulis

Bab V : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran

Page 26: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

BAB II

TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERKAWINAN

A. Pengertian dan Dasar Perkawinan

1. Pengertian Perkawinan

Dalam bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin” yang

menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis; melakukan

hubungan kelamin atau bersetubuh.1 Perkawinan disebut juga “pernikahan”,

berasal dari kata nikah (حاكن) yang menurut bahasa artinya mengumpulkan,

saling memasukkan, dan digunakan untuk arti bersetubuh (wathi).2 Kata

“nikah” sendiri sering dipergunakan untuk arti persetubuhan (coitus), juga

untuk arti akad nikah.3

Menurut istilah hukum Islam, terdapat beberapa definisi, di antaranya

adalah:

الرجل استمتاع ملك ليفيد الشارع وضعه عقد هو شرعا الزواج باالرجل . 4المرأة استمتاع وحل بالمرأة

Perkawinan menurut syara’ yaitu akad yang ditetapkan syara’ untuk membolehkan bersenang-senang antara laki-laki dengan perempuan dan menghalalkan bersenang-senangnya perempuan dan laki-laki.

2. Dasar-dasar Hukum Perkawinan

1Dep. Dikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), Cet. III edisi

2, h. 456 2Muhammad bin Ismail Al-Kahlaniy, Subul al-Salam, (Bandung: Dahlan, t.t), jilid 3, h. 109 3Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), Cet III, h.29 4 Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh, h. 30

14

Page 27: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

15

Tentang melakukan perkawinan, Ibnu Rusyd5 menjelaskan:

Segolongan fuqaha, yakni jumhur (mayoritas ulama) berpendapat

bahwa nikah itu hukumnya sunnat. Golongan Zhahiriyah berpendapat bahwa

nikah itu wajib. Para ulama Malikiyah mutaakhirin berpendapat bahwa nikah

itu wajib untuk sebagian orang, sunnat untuk sebagian lainnya dan mubah

untuk segolongan yang lain. Demikian itu menurut mereka ditinjau

berdasarkan kekhawatiran (kesusahan) dirinya.

Perbedaan pendapat ini kata Ibnu Rusyd disebabkan adanya penafsiran

apakah bentuk kalimat perintah dalam ayat dan hadits-hadits yang berkenaan

dengan masalah ini, harus diartikan wajib, sunnat ataukah mungkin mubah?

Ayat tersebut adalah:

............... .(3 : ءاسنلا)

.... maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi, dua tiga atau empat.... (QS. An-Nisaa’: 3)

Al-Jaziry mengatakan bahwa sesuai dengan keadaan orang yang

melakukan perkawinan, hukum nikah berlaku untuk hukum-hukum syara’

yang lima, adakalanya wajib, haram, makruh, sunnat (mandub) dan

adakalanya mubah.

5Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid, (Beirut: Da al-Fikr, t. th), jilid

II, h. 2

Page 28: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

16

Ulama Syafi’iyah mengatakan bahwa hukum asal nikah adalah mubah,

di samping ada yang sunnat, wajib, haram dan makruh. Di Indonesia,

umumnya masyarakat memandang bahwa hukum asal melakukan perkawinan

ialah mubah. Hal ini banyak dipengaruhi pendapat ulama Syafi’iyah.6

Namun demikian, kalau dilihat dari segi kondisi orang yang

melaksanakan serta tujuan melaksanakannya, maka melakukan perkawinan itu

dapat dikenakan hukum wajib, sunnat, haram, makruh ataupun mubah.

a. Melakukan perkawinan hukumnya wajib bagi orang yang telah

mempunyai kemauan dan kemampuan untuk kawin dan dikhawatirkan

akan tergelincir pada perbuatan zina seandainya tidak kawin maka hukum

melakukan perkawinan bagi orang tersebut adalah wajib.

b. Orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan untuk

melangsungkan perkawinan, tetapi kalau tidak kawin tidak dikhawatirkan

akan berbuat zina, maka hukum melakukan perkawinan bagi orang

tersebut adalah sunnah.

c. Bagi orang yang tidak mempunyai keinginan dan tadak mempunyai

kemampuan serta tanggung jawab untuk melaksanakan kewajiban-

kewajiban dalam rumah tangga sehingga apabila melangsungkan

perkawinan akan terlantarlah dirinya dan istrinya, maka hukum

melakukan perkawinan bagi orang tersebut adalah haram.

6Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), edisi I, Cet

II, h. 18

Page 29: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

17

d. Melakukan perkawinan hukumnya makruh bagi orang yang mempunyai

kemampuan untuk melakukan perkawinan juga cukup mempunyai

kemampuan untuk menahan diri sehingga tidak memungkinkan dirinya

tergelincir berbuat zina sekiranya tidak kawin. Hanya saja orang ini tidak

mempunyai keinginan yang kuat untuk dapat memenuhi kewajiban suami

isteri dengan baik.

e. Menikah diMubahkan bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk

melakukannya, tetapi apabila tidak melakukannya tidak khawatir akan

berbuat zina dan apabila melakukannya juga tidak akan menelantarkan

isteri. Hukum mubah ini juga ditujukan bagi orang yang antara pendorong

dan penghambatnya untuk kawin itu sama, seperti mempunyai keinginan

tetapi belum mempunyai kemampuan, mempunyai kemampuan untuk

melakukan tetapi belum mempunyai kemauan yang kuat.7

B. Rukun dan Syarat Perkawinan

Rukun yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya

suatu pekerjaan (ibadah), dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu,

seperti membasuh muka untuk wudhu dan takbiratul ihram untuk shalat.8 Atau

adanya calon pengantin laki-laki/perempuan dalam perkawinan.

7Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, h. 18-22 8Abdul Hamid Hakim, Mabadi Awwaliyyah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), Cet. I, Juz I, h. 9

Page 30: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

18

Syarat yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya

suatu pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian

pekerjaan itu, seperti menutup aurat untuk shalat. Atau, menurut Islam, calon

pengantin laki-laki/perempuan itu harus beragama Islam.

Sah yaitu sesuatu pekerjaan (ibadah) yang memenuhi rukun dan syarat.

1. Rukun Perkawinan

Jumhur Ulama sepakat bahwa rukun perkawinan itu terdiri atas;

a. Adanya calon suami dan isteri yang akan melakukan perkawinan

b. Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita9.

Akad nikah akan dianggap sah apabila ada seorang wali atau wakilnya

yang akan menikahkannya, berdasarkan sabda Nabi SAW:

ةعبرالا هجرخا) باطل فنكاحها وليها اذن بغير نكحت امرأة ايما (ئاسنللالا

Perempuan mana saja yang menikah tanpa seizin walinya, maka pernikahannya batal.

(ىنطقرادلاو هجام نبا هاور)نفسها المرأة تزوج وال المرأة التزوج

Janganlah seorang perempuan menikahkan perempuan lainnya, dan janganlah seorang perempuan menikahkan dirinya sendiri.

c. Adanya dua orang saksi

Pelaksanaan akad nikah akan sah apabila dua orang saksi yang

menyaksikan akad nikah tersebut, berdasarkan sabda Nabi SAW: 9 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, h. 47

Page 31: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

19

عدل وشاهدى بولى اال النكاح (دمحا هاور)

d. Sighat akad nikah, yaitu ijab Kabul yang diucapkan oleh wali atau

wakilnya dari pihak wanita, dan dijawab oleh calon pengantin laki-laki.

Tentang jumlah rukun nikah ini, para ulama berbeda pendapat: Imam

Malik mengatakan bahwa rukun nikah itu ada lima macam, yaitu:

a) Wali dari pihak perempuan;

b) Mahar (Maskawin);

c) Calon pengantin laki-laki;

d) Calon pengantin perempuan;

e) Sighat akad nikah.

Imam Syafi’i berkata bahwa rukun nikah itu ada lima macam, yaitu;

a) Calon pengantin laki-laki;

b) Calon pengantin perempuan;

c) Wali;

d) Dua orang saksi;

e) Sighat akad nikah.

Menurut Ulama Hanafiyah, rukun nikah itu hanya ijab dan qabul saja

(yaitu akad yang dilakukan oleh pihak wali perempuan dan calon

pengantin laki-laki) sedangkan menurut segolongan yang lain rukun nikah

itu ada empat, yaitu:

a) Sighat (ijab dan qabul);

Page 32: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

20

b) Calon pengantin perempuan;

c) Calon pengantin laki-laki;

d) Wali dari pihak calon pengantin perempuan.10

Pendapat yang mengatakan bahwa rukun nikah itu ada empat, karena

calon pengantin laki-laki dan calon pengantin perempuan digabung

menjadi satu rukun, seperti terlihat di bawah ini.

Rukun perkawinan:

a) Dua orang yang saling melakukan akad perkawinan, yakni mempelai

laki-laki dan mempelai perempuan;

b) Adanya wali;

c) Adanya dua orang saksi;

d) Dilakukan dengan sighat tertentu11

2. Syarat-syarat perkawinan

Syarat-syarat perkawinan merupakan dasar bagi sahnya perkawinan.

Apabila syarat-syaratnya terpenuhi, maka perkawinan itu sah dan

menimbulkan adanya segala hak dan kewajiban sebagai suami isteri.

Pada garis besarnya syarat-syarat sahnya perkawinan itu ada dua:

a. Calon mempelai perempuannya halal dikawin oleh laki-laki yang ingin

menjadikannya isteri. Jadi, perempuannya itu bukan merupakan orang

10Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh, (Beirut: Dar’ al Fikr, 1989), Cet. III, h.

36 11Zakiah Daradjat (et al), Ilmu Fiqh, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), Jilid, 2, h. 38

Page 33: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

21

yang haram dinikahi, baik karena haram dinikahi untuk sementara maupun

untuk selama-lamanya.

b. Akad nikahnya dihadiri para saksi.

Secara rinci, masing-masing rukun di atas akan dijelaskan syarat-

syaratnya sebagai berikut;

1. Syarat-syarat kedua mempelai

a. Syarat-syarat pengantin pria

Syari’at Islam menentukan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh

calon suami berdasarkan ijtihad para ulama, yaitu;

1) Calon suami beragama Islam;

2) Terang (Jelas) bahwa calon suami itu benar laki-laki;

3) Orangnya diketahui dan tertentu;

4) Calon mempelai laki-laki itu jelas halal kawin dengan calon isteri;

5) Calon mempelai laki-laki tahu/kenal pada calon isteri serta tahu

betul calon isterinya halal baginya.

6) Calon suami rela (tidak dipaksa) untuk melakukan perkawinan itu;

7) Tidak sedang melakukan ihram;

8) Tidak mempunyai isteri yang haram dimadu dengan calon isteri;

9) Tidak sedang mempunyai isteri empat.12

b. Syarat-syarat calon pengantin perempuan:

12Zakiah Daradjat (et al), Ilmu Fiqh, h. 38-39

Page 34: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

22

1) Beragama Islam atau ahli Kitab;

2) Terang bahwa ia wanita, bukan khuntsa (banci);

3) Wanita itu tentu orangnya;

4) Halal bagi calon suami;

5) Wanita itu tidak dalam ikatan perkawinan dan tidak masih dalam

iddah;

6) Tidak dipaksa/ikhtiyar;

7) Tidak dalam keadaan ihram haji atau umrah.

2. Syarat-syarat Ijab Kabul.

Perkawinan wajib dilakukan dengan ijab dan Kabul dengan lisan,

inilah yang dinamakan akad nikah (ikatan atau perjanjian perkawinan).

Bagi orang bisu sah perkawinannya dengan isyarat tangan atau kepala

yang bisa dipahami.

3. Syarat-syarat wali

Perkawinan dilangsungkan oleh wali pihak mempelai perempuan

atau wakilnya dengan calon suami atau wakilnya.

Wali hendaklah seorang laki-laki, muslim, baligh berakal dan adil (tidak

fasik). Perkawinan tanpa wali tidak sah, berdasarkan sabda Nabi

بولي اال احالنك (ئاسمخلا هاور)

Artinya: “Tidak sah perkawinan tanpa wali”.

Page 35: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

23

فلها بها دخل فان (3×)باطل فنكاحها وليها اذن بغير نكحت امرأة ايما له ال من ولى السلطانف استجروا فان فرجها فرجها من استحل بما المهر

13(ئاسنلاآلا ةسمخلا هاور) له ولى Artinya: “Perempuan mana saja yang kawin tanpa izin walinya maka perkawinannya itu batal (3X). Apabila suami telah melakukan hubungan seksual maka si perempuan sudah berhak mendapatkan maskawin lantaran apa yang telah ia buat halal pada kemaluan perempuan itu. Apabila wali-wali itu enggan maka sultanlah (pemerintah) yang menjadi wali bagi orang yang tidak ada walinya.”

4. Syarat-syarat saksi

Saksi yang menghadiri akad nikah haruslah dua orang laki-laki,

muslim, baligh, berakal, melihat dan mendengar serta mengerti (paham)

akan maksud akad nikah.

Ada yang berpendapat bahwa syarat-syarat saksi itu adalah sebagai

berikut:

a) Berakal, bukan orang gila;

b) Baligh, bukan anak-anak;

c) Merdeka, bukan budak;

d) Islam;

e) Kedua orang saksi itu mendengar.

C. Tujuan dan Hikmah Perkawinan

1. Tujuan Perkawinan14

13 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, h. 59

Page 36: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

24

Tujuan perkawinan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi

petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera

dan bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota

keluarga; sejahtera artinya terciptanya ketenangan lahir dan batin disebabkan

terpenuhinya keperluan hidup lahir dan batinnya, sehingga timbullah

kebahagiaan, yakni kasih sayang antar anggota keluarga.

Manusia diciptakan Allah SWT mempunyai naluri manusiawi yang

perlu mendapat pemenuhan. Dalam pada itu manusia diciptakan oleh Allah

SWT untuk mengabdikan dirinya kepada Khaliq penciptanya dengan segala

aktifitas hidupnya. Pemenuhan naluri manusiawi manusia yang antara lain

keperluan biologisnya termasuk aktivitas hidup, agar manusia menuruti tujuan

kejadiaannya, Allah SWT mengatur hidup manusia dengan aturan

perkawinan.

Jadi aturan perkawinan menurut Islam merupakan tuntutan agama

yang perlu mendapat perhatian, sehingga tujuan melangsungkan perkawinan

pun hendaknya ditujukan untuk memenuhi petunjuk agama. Sehingga kalau

diringkas ada dua tujuan orang melangsungkan perkawinan ialah memenuhi

nalurinya dan memenuhi petunjuk agama. Mengenai naluri manusia seperti

tersebut pada ayat 14 surat Ali Imran:

14Zakiah Daradjat (et al), Ilmu Fiqh, h. 48-53

Page 37: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

25

Artinya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak ..... (QS. Ali-Imran: 14)

Melihat dua tujuan di atas, dan memperhatikan uraian Imam Al-

Ghazali dalam Ihyanya tentang faedah melangsungkan perkawinan, maka

tujuan perkawinan itu dapat dikembangkan menjadi lima yaitu:

a. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan;

b. Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwatnya dan

menumpahkan kasih sayangnya.

c. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan

kerusakan.

d. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak

serta kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta

kekayaan yang halal;

e. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tentram

atas dasar cinta dna kasih sayang.

2. Hikmah Perkawinan

Adapun di antara hikmah perkawinan yang dapat ditemukan dalam

perkawinan itu adalah menghalangi mata dari melihat kepada hal-hal yang

tidak diizinkan syara dan menjaga kehormatan diri dari terjatuh pada

kerusakan seksual. Hal ini adalah sebagaimana yang dinyatakan sendiri oleh

Page 38: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

26

Nabi dalam haditsnya yang muttafaqun ‘alaih yang berasal dari Abdullah bin

Mas’ud:

واحسن للبصر اغض فإنه فاليتزوج الباءة منكم استطاع من الشباب يامعشر 15( ىراخبلا هاور) وجاء فإنه بالصوم فعليه يستطع لم ومن للفرج

Artinya: “Hai sekalian pemuda, barangsiapa yang telah sanggup di antara kamu kawin, maka hendaklah ia kawin. Maka sesungguhnya kawin itu menghalangi pandangan (kepada yang dilarang oleh agama) dan memelihara kehormatan. Dan barangsiapa tidak sanggup, hendaklah ia berpuasa. Maka sesungguhnya puasa itu adalah perisai baginya.” (HR. Bukhori) Adapun hikmah-hikmah perkawinan sebagai berikut:

a. Menyambung Silaturrahmi

Pada awalnya Tuhan menciptakan seorang manusia, yaitu Adam a.s,

kemudian Tuhan menciptakan Siti Hawa sebagai pasangan Adam a.s.

setelah itu manusia berkembang biak menjadi beberapa kelompok bangsa

yang tersebar di seluruh alam, karena esakan habitat yang menyempit

serta sifat primordial keingintahuan manusia akan isi alam semesta.

Mereka semakin menjauh dari lokasi asal nenek moyangnya, dan

membentuk kelompok bangsa tersendiri secara evolutif menyebabkan

terjadinya perubahan, peradaban bangsa, dan warna kulit sehingga mereka

tidak dapat mengenal antara satu dengan lainnya. Datangnya Islam dengan

institusi perkawinan memberi peluang menyambung kembali tali kasih

yang telah terputus lama.

15 Zainuddin Hamidy, dkk, Terjemahan Hadits Shahih Bukhari Jilid IV, (Jakarta: Widjaya,

1983), Cet. II, h. 8

Page 39: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

27

b. Memalingkan Pandangan yang Liar

Seorang yang belum berkeluarga belum mempunyai ketetapan hati dan

pikiranpun masih labil. Dia belum mempunyai pegangan dan tempat untuk

menyalurkan ketetapan hati dan melepaskan kerinduan dan nafsu

syahwatnya. Sangat wajar jika seorang pemuda berhayal terhadap lawan

jenisnya yang tidak jelas. Keadaan seperti ini tidak bisa kita pungkiri,

sehingga dengan perkawinan sifat-sifat seperti itu dapat dikurangi.

c. Estafet Amal Manusia

Kehidupan manusia di bumi ini sangat singkat dan dibatasi waktu.

Ironisnya, kemauan manusia sering kali melampaui batas umurnya dan

batas kemampuannya. Bertambahnya usia menyebabkan berkurangnya

kreativitas dan produktivitas menurun baik secara kualitas maupun

kuantitas. Sehingga suatu saat ajal datang menjemput dapat melanjutkan

amal ataupun cita-citanya yang terbengkalai diperlukan seorang penerus

yang dapat meneruskan amal dan cita-citanya. Anak sebagai pelanjut cita-

cita dan penambah amal orang tua, hanya mungkin di dapat melewati

pernikahan. Sehingga begitu pentingnya keturunan bagi estaetika amal

dan cita-cita manusia.

d. Mengisi dan Menyemarakkan Dunia

Salah satu misi eksistensi manusia di bumi ini adalah memakmurkan

dunia dan membuat dunia semarak dan bernilai. Untuk itu Tuhan memberi

kemudahan melalui kemampuan ilmu dan teknologi.

Page 40: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

28

Dengan kecerdasan manusia dan kemampuannya, akal manusia dapat

menaklukkan isi bumi ini. Sehingga dibutuhkan manusia yang banyak

dalam rangka memakmurkan bumi ini. Dan ini semua bermuara dengan

adanya istitusi perkawinan sebagai alat reproduksi yang generatif, ideal

dan terhormat mencapai tujuan tersebut.

e. Menjaga Kemurnian Nasab

Mendapatkan keturunan yang sah hanya dapat diperoleh melalui

perkawinan yang sah pula. Melalui perkawinan inilah dapat dilahirkan

nasab yang sah pula sebab wanita yang mendapatkan benih dari saluran

yang resmi, mampu memberikan keturunan yang dijamin orisinalitasnya.

Menjaga keturunan dalam istilah hukum Islam disebut hifdzu nasl adalah

sesuatu yang dharury (sangat esensial). Karena ketiadaannya dapat

menciptakan krisis kemanusiaan, malapetaka yang besar dan dapat

merusak sendi kemanusiaan. Sehingga reproduksi generasi di luar nikah

tidak mendapatkan legitimasi dan ditentang keras oleh agama Islam.16

D. Pengertian Pencatatan Perkawinan.

Untuk memastikan status perdata seseorang, ada beberapa peristiwa

hukum yang perlu dilakukan pencatatan, salah satunya adalah perkawinan. Fungsi

16Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), Cet. I, h. 27-30

Page 41: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

29

pencatatan tersebut ialah pembuktian bahwa persitiwa hukum yang dialami oleh

seseorang itu benar-benar terjadi.17

Masalah pencatatan nikah ini menempati terdepan dalam pemikiran fiqih

modern, mengingat banyaknya masalah yang timbul dari tidak dicatatnya

perkawinan yang berhubungan dengna soal-soal penting seperti asal-usul anak,

kewarisan dan nafkah. Timbulnya penertiban administrasi modern dalam kaitan

ini telah membawa kemudahan pencatatan akad dan transaksi-transaksi yang

berkaitan dengan barang-barang tak bergerak dan perusahaan. Pasal 2 ayat (2) UU

Perkawinan No. 1 Tahun 1974 menyatakan bahwa tiap-tiap perkawinan dicatat

menurut peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Meskipun Ulama

Indonesia umumnya setuju atas ayat tersebut dan tidak ada reaksi terbuka atasnya,

tetapi karena persyaratan pencatatan di atas tidak disebut dalam kitab-kitab fiqih,

dalam pelaksanaanya masyarakat muslim Indonesia masih mendua.18

Sesuai dengan pasal 2 ayat (1) dan pasal 11 ayat (1), (2) dan (3) PP No. 9

Tahun 1975 tentang pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.19

Pasal 1

1) Pencatatan perkawinan dari mereka yang melangsungkan pernikahannya

menurut agama Islam, dilakukan oleh pegawai pencatat sebagaimana

17Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung: Citra Aditya, 2003), h. 48 18Maratussholihah, Pernikahan dalam perspektif Al-Qur’an, Artikel diakses pada 16 Mei

2010 dari http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/hukum-islam/pernikahan-dalam-perspektif-al-qur’an-makalah.

19 Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, (Semarang: Baringin Raya),

Page 42: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

30

dimaksudkan dalam undang-undang No. 32 Tahun 1954 tentang pencatatan

nikah, talak dan rujuk.

Pasal 11

1) Sesaat sesudah dilaksanakannya perkawinan sesuai dengan ketentuan-

ketentuan pasal 10 Peraturan Pemerintah ini, kedua mempelai

menandatangani akta perkawinan yang telah disiapkan oleh pegawai pencatat

berdasarkan ketentuan yang berlaku.

2) Akta perkawinan yang telah ditanda tangani oleh mempelai itu, selanjutnya

ditanda tangani pula oleh kedua saksi dan pegawai pencatat yang menghadiri

perkawinan dan bagi yang melangsungkan perkawinan menurut agama Islam,

ditanda tangani pula oleh wali nikah atau yang mewakilinya.

3) Dengan penanda tanganan Akta perkawinan maka perkawinan telah tercatat

secara resmi.

Di dalam HIR Akta otentik diatur dalam pasal 165 (lihat juga Ps. 1868

BW, 285 RBg) yang berbunyi sebagai berikut : “Akta otentik yaitu suatu akta

yang dibuat atau dihadapan pejabat yang berwenang untuk itu, merupakan bukti

yang lengkap antara para pihak dan para ahli warisnya dan mereka yang

mendapat hak daripadanya tentang yang tercantum di dalamnya dan bahkan

tentang yang tercantum di dalamnya sebagai pemberitahuan belaka, akan tetapi

yang terakhir ini hanyalah sepanjang yang diberitahukan itu erat hubungannya

dengan pokok daripada akta.20

20Sudikno Martokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberti 1998), Cet.

I, h. 124

Page 43: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG PENCATATAN PERKAWINAN

A. Letak Geografis KUA Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur

Wilayah Kecamatan Pasar Rebo yang terletak di sebelah timur Provinsi

DKI Jakarta adalah salah satu dari sepuluh kecamatan yang berada di wilayah

Kotamadya Jakarta Timur yang dibentuk berdasarkan Keputusan Gubernur DKI

Jakarta Nomor : 16.0/I/I/1996 tanggal 12 Agustus 1996 tentang pembentukan kota

administratif kecamatan dan Kelurahan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta

(Lembaran Daerah Nomor 5 Tahun 1996)

Wilayah Kecamatan Pasar Rebo berdasarkan Keputusan Gubernur DKI

Jakarta Nomor 1227 tahun 1989 memiliki luas 1.297.70 Ha. Dibagi habis ke

dalam lima kelurahan. Adapun batas-batas wilayah Kec. Pasar Rebo adalah:

Sebelah Utara : Jl. Tengah, Jl. Bala Rakyat, Jl. Condet, Jl. H. Nasih, Jl.

Mandor Baning, Jl. H. Taiman Timur, Jl. Tri Kora II.

Sebeah Timur : Kali Cipinang, Jl. Raya Bogor, Kec. Ciracas.

Sebelah Selatan : Setu Tipar Desa Mekar Sari, Pilar Batas DKI dengan

Jawa Barat, PT. Panasonik, Ds. Tugu/Palsi Gunung, Setu

Arman/Ds. Rumbut Kec. Cimanggis Kotamadya Depok

Sebelah Barat : Kali Ciliwung, Kec. Pasar Minggu Jakarta Selatan.

31

Page 44: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

32

B. Kondisi Sosial Masyarakat Pasar Rebo Jakarta Timur

1. Perkembangan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jumlah penduduk Kecamatan Pasar Rebo pada tahun 2007 sebanyak

162.747 Jiwa yang terbagi sebesar 87.489 berjenis kelamin laki-laki dan

75.258 berjenis kelamin perempuan

Kecamatan pasar rebo terdiri dari lima kelurahan masing-masing

diantaranya Kelurahan Pekayon dengan luas wilayah 3,18 (Km2) dengan

jumlah penduduk 40.195 jiwa, Kelurahan Kalisari dengan luas wilayah 2,90

(Km2) jumlah penduduk 31.374, Kelurahan Baru dengan luas wilayah 1,89

(Km2) jumlah penduduk 25.527, Keluranan Cijantung dengan luas wilayah

2,38 (Km2) jumlah penduduk 34.772, Kelurahan Gedong dengan luas wilayah

2,63 (Km2) jumlah penduduk 30.879 jiwa.

2. Perkembangan Sekolah

Jumlah Sekolah Dasar yang ada pada kecamatan Pasar Rebo masing-

masing Kelurahan Pekayon 18, Kalisari 12, Baru 8, Cijantung 16, Gedong 14,

Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Kecamatan Pasar Rebo masing-

masing Kelurahan Pekayon 3, Kalisari 2, Baru 2, Cijantung 7, Gedong 5,

Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Pekayon 4, Kalisari 2, Baru 2,

Cijantung 12, Gedong 6, Jumlah Universitas 2

3. Jumlah Perkawinan dan Perceraian Menurut Kecamatan

Jumlah Perkawinan dan perceraian Kecamatan Pasar rebo tahun 2007

jumlah nikah 62 (5,%) Jumlah cerai 6 (10%)1

1 BPS, Pasar Rebo dalam angka 2008, Badan Pusat statistic Kota Administrasi Jakarta Timur, 45

Page 45: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

33

C. Sejarah Singkat Pencatatan Perkawinan

Undang-undang pertama pencatatan perkawinan, perceraian yang

sekaligus dikelompokkan sebagai usaha pembaharuan pertama. Adalah dengan

diperkenalkan Undang-undang No. 22 Tahun 1946. pertama Undang-undang ini

hanya berlaku untuk pulau Jawa, yang kemudian Undang-undang pertama tentang

perkawinan yang lahir setelah Indonesia dengan Undang-undang No. 32 Tahun

1945, yakni Undang-undang tentang Pencatatan Nikah, Thalak dan Rujuk.

Keberadaan Undang-undang No.22 Tahun 1946 ini adalah sebagai kelanjutan dari

Stbl. No. 198 Tahun 1895, dan sebagai pengganti dari Huwelijks Ordonatie Stbl.

No. 348 Tahun 1929 jo Stbl. No. 467 Tahun 1931, dan Vorstenlandse Hewelijks

Ordonantie Stbl. No. 98 Tahun 1933. Aulawi mencatat, seyogyanya Undang-

undang No. 22 Tahun 1946 ini berlaku untuk seluruh Indonesia tetapi karena

keadaan belum memungkinkan, maka diberlakukan untuk daerah Jawa dan

Madura. Kemudian diberlakukan di seluruh Indonesia pada Tahun 1945, dengan

di Undangkan Undang-undang No. 32 Tahun 1945, yang isinya memperlakukan

Undang-undang No. 22 Tahun 1946 di seluruh Indonesia.

Undang-undang No. 22 Tahun 1946 ini diikuti dengan lahirnya Undang-

undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Undang-undang No. 1 Tahun

1975 yang berlaku secara efektif sejak tanggal 1 Oktober 1975 ini adalah

Undang-undang pertama yang mencakup seluruh unsur-unsur dalam perkawinan

dan perceraian. Adapun isi dari Undang-undang No. 1 Tahun 1974 terdiri dari 14

bab dan 67 pasal.

Page 46: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

34

Kehadiran Undang-undang No.1 Tahun 1974 ini disusul dengan lahirnya

Peraturan Pelaksanaannya dengan PP No. 9 Tahun 1974 Tentang Pelaksanaan

Undang-undang No. 1 Tahun 1974, yang kemudian disusul dengan keluarnya

Peraturan Menag dan Mendagri. Bagi umat Islam diatur dalam peraturan Menag

No. 3 Tahun 1975, kemudian diganti dengan Peraturan Menag No. 2 Tahun 1990.

bagi yang beragama selain Islam diatur dalam Keputusan Mendagri No. 221 a

Tahun 1975, tanggal 01 Oktober 1975 tentang Pencatatan Perkawinan dan

Perceraian pada Kantor Catatan Sipil. Adapun isi PP No. 9 Tahun 1975 terdiri

dari 10 bab, 49 pasal.

Pada Tahun 1983 lahir pula PP No. 10 yang mengatur tentang izin

perkawinan dan perceraian bagi PNS. Peraturan ditetapkan tanggal 21 April 1983

ini, berisi 23 Pasal. Pada Tahun 1989 lahir Undang-undang No. 7 Tahun 1989

tentang Peradilan Agama. RUU UU PA ini diajukan dengan amanat Presiden

tanggal 3 Desember 1988 dan dihantarkan dengan Ketetapan Pemerintah pada

Rapat Paripurna DPR pada tanggal 28 Januari 1989. undang-undang yang

ditetapkan pada tanggal 14 Desember 1989 ini secara umum berisi tentang

Pengadilan yang meliputi susunan Pengadilan, ketetapan Pengadilan dan hukum

acara. Namun pada Bab IV, hukum acara, bagian kedua pemeriksaan sengketa

perkawinan (Pasal 65-88), dibahas juga tentang perkawinan, khususnya yang

menyangkut proses atau tata cara perceraian. Dengan demikian, meskipun pada

prinsipnya, Undang-undang ini berhubungan dengan pengadilan, namun ada juga

pembahasan tentang perkawinan.

Page 47: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

35

Pada Tahun 1990 keluar PP No. 45 yang berisi perubahan PP No. 10

Tahun 1983, yang isinya memuat beberapa pasal yang ada dalam PP No. 10

Tahun 1983. PP No. 45 Tahun 1990 ini hanya berisi 2 pasal.

Pada akhir Tahun 1991 berhasil disusun Kompilasi Hukum Islam (KHI) di

Indonesia, mengenai perkawinan, kewarisan, dan perwakafan. Kompilasi ini

berlaku dengan Inpres No. 1 Tahun 1991 tanggal 10 Juni 1991, yang kemudian

diikuti dengan keluarnya Menag RI No. 154 Tahun 1991 tentang Pelaksanaan

Inpres RI No. 1 Tahun 1991 tersebut.2

Lahirnya Undang-undang perkawinan yang berlaku bagi semua warga

Negara Republik Indonesia tanggal 2 Januari 1974 untuk sebagian besar telah

memenuhi tuntutan masyarakat Indonesia. Tuntutan ini sudah dikumandangkan

sejak Kongres Perempuan Indonesia pertama Tahun 1928 yang kemudian susul

menyusul dikedepankan dalam kesempatan-kesempatan lainnya berupa harapan

perbaikan kedudukan wanita dalam perkawinan. Perbaikan yang didambakan itu

terutama diperuntukkan bagi golongan “Indonesia asli” yang beragama Islam

yang hak dan kewajibannya dalam perkawinan tidak diatur dalam hukum yang

tertulis. Hukum perkawinan orang yang beragama Islam yang tercantum dalam

kitab-kitab fiqih (kitab-kitab hukum fiqih Islam), menurut sistem hukum di tanah

2Atho Muzdhar dan Khairuddin Nasution, Hukum Keluarga di Dunia Islam Modern, (Jakarta:

Ciputat Press, 2003), Cet. I, h. 23-27. dan dapat dilihat juga dalam Himpunan Peraturan Perundang-undangan perkawinan. Departemen Agama RI, Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam Zakat dan Wakaf, 2001, h. 7

Page 48: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

36

air kita tidaklah dapat digolongkan ke dalam kategori “hukum tertulis” karena

tidak tertulis dalam peraturan perundang-undangan.

Masalah-masalah yang menjadi pusat perhatian pergerakan wanita pada

waktu itu adalah soal-soal (1) perkawinan paksa, (2) poligami, dan (3) talak yang

sewenang-wenang. Karena itu pula arah tuntutan perbaikan ditujukan kepada

ketiga pokok persoalan tersebut.

Segera setelah Indonesia merdeka, langkah-langkah perbaikan diadakan

oleh Pemerintah dengan antara lain mengeluarkan Undang-undang (1946) tentang

Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk (NTR). Setelah itu disusul dengan beberapa

Peraturan Menteri Agama mengenai wali hakim dan tatacara pemeriksaan perkara

fasid nikah, talak dan rujuk di Pengadilan Agama. Namun demikian, dengan

langkah-langkah itu, perbaikan yang dituntut belumlah terpenuhi karena Undang-

undang dan peraturan-peraturan itu hanyalah mengenai soal-soal formil belaka,

tidak mengenai hukum materilnya yakni Undang-undang yang mengatur

perkawinan sendiri.

Mengenai yang tersebut terakhir ini, sejak Tahun 1950 Pemerintah

Republik Indonesia telah berusaha memenuhinya dengan jalan membentuk

Panitia-panitia yang bertugas membuat Rancangan Undang-undang Perkawinan

dan telah pula RUU ini dibahas dalam siding DPR antara Tahun 1958-1959, tetapi

pemerintah tidak berhasil menjadikannya Undang-undang. Antara Tahun 1967-

1970, DPR-GR telah juga membahas RUU Perkawinan, tetapi nasib RUU ini pun

sama saja dengan nasib RUU sebelumnya.

Page 49: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

37

Pada bulan Juli 1973, Pemerintah Republik Indonesia kembali

mengajukan sebuah RUU yang terkenal dengan Rancangan Undang-undang

Perkawinan kepada DPR-RI dan setelah mendapat banyak sekali tanggapan pro

dan kontra mengenai beberapa bagian penting Menteri RUUP tersebut baik di

dalam DPR maupun di dalam masyarakat, akhirnya dicapailah suatu consensus

yang membawa pengaruh pada sidang-sidang selanjutnya, sehingga tercapai juga

kata mufakat di antara para anggota Dewan Perwakilan Rakyat.

Setelah mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat, Pemerintah

mengundangkan Undang-undang Perkawinan pada tanggal 2 Januari 1974 dalam

Lembaran Negara yang kebetulan nomor dan tahunnya sama dengan nomor dan

tahun Undang-undang Perkawinan tersebut yakni Nomor 1 Tahun 1974.

Pada tanggal 1 April 1975, setelah 1 Tahun 3 bulan Undang-undang

Perkawinan ini diundangkan, lahir Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975

yang memuat Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Perkawinan tersebut. Dan

dengan demikian, mulai tanggal 1 Oktober 1975 Undang-undang Nomor 1 Tahun

1974 itu telah dapat berjalan secara efektif. 3

Demikian sejarah pencatatan perkawinan tidak bisa dilepaskan dari

sejarah pembentukan Undang-undang perkawinan itu sendiri. Karena pencatatan

perkawinan itu sendiri tercakup dalam Undang-undang perkawinan.

3Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003),

Cet. I, h. 20-23

Page 50: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

38

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pencatatan perkawinan, harus

dilihat ketentuan yang diatur dalam Bab II PP No. 9 Tahun 1975. Bab II memuat

ketentuan pencatatan perkawinan, yang memberi penjelasan tentang pencatatan

perkawinan yang dimaksud oleh pasal 2 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 sesuai

dengan PP No. 9 Tahun 1975 ditentukan Undang-undang mana yang mengatur

pencatatan perkawinan.

a. Bagi mereka yang beragama Islam dan yang melangsungkan perkawinan

menurut agama Islam, pencatatan dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah

sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang No. 32 Tahun 1974

tentang pencatatan nikah, talak dan rujuk (ayat 1 pasal 2). Dan tentang hal ini

diatur pada Bab II dan Bab IV Peraturan Menteri Agama No. 1 Tahun 1955

pada pasal 5-17.

b. Sesuai dengan ketentuan ayat (2) pasal 2 bagi mereka yang bukan beragama

Islam dan yang melangsungkan perkawinan menurut kepercayaan agama

mereka pencatatan perkawinan dilakukan oleh Pencatat Perkawinan pada

Kantor Catatan Sipil.

1. Bagi yang beragama Kristen yang terdiri dari penduduk bumi putra di

daerah Jawa-Madura dan Minahasa berlaku di Reglemen Pencatatan Sipil

bagi bangsa Indonesia Kristen Jawa, Madura dan Minahasa (Stbl. 1933

No. 75 diubah dengan Stbl. 1933 No. 327 jo. 338 Stbl. 1934 No. 621 dan

622, Stbl.1936 No. 247 dan 607, Stbl. 1938 No. 246 dan 247 dan 170 jo.

Page 51: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

39

No. 264, Stbl. 1939 No. 288 tentang pencatatan pernikahan ini diatur pada

bagian keenam pasal 48-58.

2. Bagi Tionghoa berlaku Reglemen Pencatatan Sipil Tionghoa, yaitu

Ordonatie tanggal 29 Mei 1917 Stbl. 1917 No. 130, mulai berlaku tanggal

1 Mei 1919. Stbl 1919 No. 81. Mengenai pencatatan pernikahan dalam

Reglemen ini diatur pada bagian kelima mulai dari pasal 67-72.

3. Bagi mereka yang termasuk golongan Eropa pencatatan pernikahan diatur

dalam Reglemen Pencatatan Sipil Eropa Stbl. 1849 No. 25 yang telah

mengalami perubahan dan penambahan. Dalam reglemen tersebut

pencatatan perkawinan diatur dalam bagian kegita dan keempat

sebagaimana yang ditentukan dalam pasal 54-63.4

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 ini adalah unifikasi karena hanya

ada satu Undang-undang yang berlaku untuk semua warga Negara. Tetapi isinya

adalah diferensiasi bervariasi yang jelas dapat dibaca pada pasal 2 ayat (1) yang

berbunyi, “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-

masing agama dan kepercayaannya itu. Bila perkawinan putus karena perceraian,

harta bersama diatur menurut hukum masing-masing (pasal 37). Yang dimaksud

dengan “hukumnya” ialah, “Hukum Agama”, Hukum Adat dan hukum-hukum

lainnya”. Demikian bunyi penjelasan pasal tersebut. Diferensiasi berdasarkan

perbedaan agama, juga tampak dalam pencatatan perkawinan: untuk yang

4M. Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional: Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1974 dan

PP No. 9 Tahun 1975, (Medan: CV Zahir, 1975), Cet. I, h. 15-16

Page 52: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

40

beragama Islam oleh Pegawai Pencatat NTR, sedang untuk mereka yang bukan

muslim oleh pegawai Catatan Sipil.5

Pelaksanaan pencatatan perkawinan itu tidaklah menjadi suatu ketentuan

sahnya suatu perkawinan, hanya menyatakan bahwa peristiwa perkawinan itu

tidaklah menjadi suatu ketentuan sahnya suatu perkawinan hanya menyatakan

bahwa peristiwa perkawinan itu memang ada dan terjadi, hal ini hanya semata-

mata bersifat administratif.

Sedangkan mengenai sahnya suatu perkawinan, sebagaimana dengan tegas

dinyatakan oleh Undang-undang No. 1 Tahun 1974 pasal 2, bahwa perkawinan

adalah sah apabila dilakukan menurut masing-masing agama dan kepercayaanya

itu.

Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 2 ayat (2)

menentukan bahwa tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan dan

perundang-undangan yang berlaku. Namun tidak dijelaskan tentang maksud

diadakannya suatu pencatatan. Penjelasan umum hanya mengatakan bahwa tiap-

tiap perkawinan adalah sama halnya dengan pencatatan peristiwa-peristiwa

penting dalam kehidupan seseorang misalnya kelahiran, kematian yang

dinyatakan dengan surat-surat keterangan yang berbentuk akta resmi yang juga

dimuat dalam daftar catatan.6

5Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama, h. 24 6Joko Prakoso SH, Ketut Murtika, SH, Azas-azas Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta:

Bina Aksara, 1987), Cet. I, h. 16

Page 53: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

41

Pelaksanaan pencatatan nikah mempunyai dasar hukum, yaitu:

a. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1946 tentang Pencatatan Nikah, Talak dan

Rujuk jo Undang-undang Nomor 32 Tahun 1954

b. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan

c. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Pengadilan Agama pasal 84

ayat (1), (2), dan (3).

d. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-

undang Nomor 1 Tahun 197 tentang perkawinan.

e. Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 1987 tentang Hakim

f. Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 1987 tentang Pembantu Pegawai

Pencatat Nikah.

g. Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 1990 tentang Kewajiban Pegawai

Pencatat Nikah

h. Keputusan Menteri Agama Nomor 40 Tahun 1991 tentang Biaya Nikah dan

Rujuk bagi Umat Islam.

i. Keputusan Menteri Agama Nomor 40 Tahun 1991 tentang Pengelolaan Biaya

Nikah dan Rujuk bagi umat Islam.

j. Surat Keputusan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor 16 Tahun 1992

tentang Pedoman Pelaksanaan Biaya Nikah dan Rujuk bagi Umat Islam.

Page 54: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

42

D. Tujuan Pencatatan Perkawinan

Pernikahan sebaiknya diproyeksikan untuk mencegah mudharat yang akan

terjadi bila pembinaan rumah tangga tidak dikelola dengan baik dan penuh

tanggung jawab. Pencatatan nikah bertujuan untuk mewujudkan ketertiban

perkawinan dalam masyarakat, ini merupakan suatu upaya yang diatur melalui

perundang-undangan untuk melindungi martabat dan kesucian perkawinan dan

khususnya bagi perempuan dalam kehidupan rumah tangga. Melalui pencatatan

nikah yang dibuktikan oleh akta, apabila terjadi perselisihan di antara suami isteri

maka salah satu diantaranya dapat melakukan upaya hukum guna

mempertahankan atau memperoleh hak masing-masing. Karena dengan akta

tersebut, suami isteri memiliki bukti autentik atas perbuatan hukum yang telah

mereka lakukan.7

Pencatatan nikah juga berfungsi sebagai pengatur lalu lintas praktik

poligami yang sering dilakukan secara diam-diam oleh pihak-pihak tertentu yang

hanya menjadikan nikah di bawah tangan atau nikah tanpa pencatatan sebagai alat

poligami atau berpoliandri. Setiap pasangan yang akan menikah di KUA (Kantor

Urusan Agama) atau KCS (Kantor Catatan Sipil) bisaanya harus melalui

mekanisme pengumuman status calon mempelai setelah terdaftar sebagai

pasangan yang hendak menikah. Ketika data tentang status masing-masing calon

7Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Rajawali Grafindo Persada, 2000),

h. 107

Page 55: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

43

mempelai diumumkan dan ternyata ada yang berkeberatan perkawinan bisa saja

batal.8

Berdasarkan Kompilasi Hukum Islam pasal 5 ayat (1), pasal 6 ayat (2) dan

pasal 7 ayat (1) jo. Penjelasan Undang-undang Perkawinan Nomor 4 huruf (b):

Pasal 5

1) Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan harus dicatat Pasal 6

2) Perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatatn Nikah tidak mempunyai kekuatan hukum Pasal 7

Perkawinan hanya dapat dibuktikan oleh Akta Nikah yang dibuat oleh Pegawai Pencatat Nikah9 Penjelasan Undang-undang perkawinan nomor 4 huruf (b) berbunyi: “Dalam Undang-undang ini dinyatakan bahwa suatu perkawinan adalah sah bilamana dilakukan menurut agama dan kepercayaannya itu, dan disamping itu tiap-tiap perkawinan harus dicatat menurut perundang-undangan yang berlaku”10

Penjelasan itu menunjukkan bahwa tujuan pencatatan perkawinan itu tiada

lain semata-mata untuk kepentingan administrasi (Penstadiran) dan tidak ada

hubungannya dengan sahnya suatu perkawinan.11

8Happy Susanto, Nikah Siri Apa Untungnya, h. 101 9 Lihat KHI 10 Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, (Semarang: Baringin Raya), 11 K. Wantjik Saleh dalam uraian peraturan pelaksanaan UU Perkawinan, h. 16

Page 56: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

44

Dengan adanya Akta Nikah, akan memberikan kepastian hukum yang kuat

kepada suami isteri, baik dalam lingkungan masyarakat dimana mereka tinggal

maupun di muka hakim di persidangan karena Akta merupakan salah satu bukti

tertulis yang harus diperlihatkan.

Page 57: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

BAB IV

PERANAN PEMBANTU PEGAWAI PENCATAT NIKAH (P3N) DALAM

PELAKSANAAN ADMINISTRASI PERKAWINAN

A. Peranan dan Tugas P3N dalam Administrasi Perkawinan

1. Peran Pembantu Pegawai Pencatat Nikah

Lembaga pencatatan nikah merupakan syarat administratif, selain

substansinya bertujuan untuk mewujudkan ketertiban hukum, ia mempunyai

cakupan manfaat yang sangat besar bagi kepentingan dan kelangsungan suatu

perkawinan.1

Pasal 2 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 berbunyi:

1. Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.

2. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku 2

Dari apa yang di atur di dalam pasal 2 ayat 1 Undang-undang No.1

Tahun 1974 dapat kita ketahui bahwa di Indonesia perkawinan sudah

dianggap sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan

kepercayaannya, akan tetapi selanjutnya di dalam ayat 2 disebutkan bahwa

tiap-tiap perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Hal ini menggambarkan bahwa perkawinan yang dilakukan

1 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), Cet. IV, h. 111

2 Undang-undang Pokok Perkawinan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1989), Cet. I

45

Page 58: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

46

menurut hukum agama dan kepercayaan yang dianut oleh kedua pasangan

tersebut sudah dapat dianggap sah, tetapi menurut hukum negara perkawinan

tersebut belum dianggap sah karena belum dicatatkan dilembaran negara.

Agar perkwinan tersebut dianggap sah menurut hukum negara maka

perkawinan tersebut haruslah dicatat oleh istansi yang berwenang untuk

melakukan pencatatan perkawinan tersebut. Dalam Peraturan Pemerintah No.

9 Tahun 1975 diatur mengenai instansi yang berwenang untuk melakukan

pencatatan, yaitu:

1. PPNTR, bagi mereka yang beragama Islam, sebagaimana yang diatur

dalam Undang-undang No. 22 Tahun 1946 jo Undang-undang No. 32

Tahun 1954

2. Kantor Catatan Sipil (KCS) atau instansi/pejabat yang membantunya bagi

mereka yang bukan beragama Islam, sebagaimana yang diatur dalam

berbagai peraturan perundang-undangan mengenai catatan sipil.

Pencatatan perkawinan memegang peranan yang sangat menentukan

dalam suatu perkawinan karena pencatatan perkawinan merupakan suatu

syarat diakui atau tidaknya perkawinan tersebut, dan hal ini banyak membawa

konsekuensi bagi yang bersangkutan. Bilamana suatu perkawinan tidak

dicatat, sekalipun perkawinan tersebut sah menurut ajaran agama dan

kepercayaannya, perkawinan tersebut tidak diakui oleh negara. Begitu pula

segala akibat yang timbul dari perkawinan tersebut dan bahkan bagi yang

bersangkutan dapat dikenakan ketentuan pidana.

Page 59: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

47

2. Tugas dan Fungsi KUA Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur

a. Tugas

Kantor Urusan Agama Kecamatan Pasar Rebo mempunyai tugas :

“Melaksanakan tugas pokok dan fungsi Kantor Departemen Agama

dalam wilayah Kecamatan berdasarkan kebijakan Kantor

Departemen Agama Kodya Jakarta dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku”.

Berdasarkan hal tersebut, maka Kepala KUA Kecamatan Pasar

Rebo dengan berpedoman pada Buku Administrasi KUA Kecamatan

yang diterbitkan oleh Pemerintah DKI Jakarta mempunyai tugas :

1) Memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan semua unsur di

lingkungan KUA Kecamatan dan memberikan bimbingan serta

petunjuk pelaksanaan tugas masing-masing staf (pegawai) KUA

Kecamatan Pleret sesuai dengan job masing-masing.

2) Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala KUA Kecamatan wajib

mengikuti dan mematuhi petunjuk serta peraturan yang berlaku.

3) Setiap unsur di lingkungan KUA Kecamatan, wajib mengikuti dan

mematuhi bimbingan serta petunjuk kepala KUA Kecamatan dan

bertanggungjawab kepada Kepala KUA Kecamatan.

4) Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala KUA Kecamatan

bertanggungjawab kepada Kepala Kandepag Kodya.

Page 60: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

48

b. Fungsi

Berdasarkan KMA nomor 517 tahun 2001 tentang Penataan

Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan, maka Kantor Urusan

Agama Kecamatan Pasar Rebo selain tugas pokok tersebut di atas juga

mempunyai fungsi melaksanakan kegiatan dengan potensi organisasi

sebagai berikut :

1) Menyelenggarakan statistik dan dokumentasi.

Menyelenggarakan kegiatan surat menyurat, pengurusan surat,

kearsipan, pengetikan, dan rumah tangga Kantor Urusan Agama

Kecamatan.

2) Melaksanakan pencatatan Nikah dan Rujuk, mengurus dan

membina masjid, zakat, wakaf, baitul maal dan ibadah sosial,

kependudukan dan pengembangan keluarga sakinah sesuai dengan

kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Direktur Jendral Bimbingan

Masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji berdasarkan Peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

B. Prosedur Pencatatan Perkawinan

Prosedur atau cara pelaksanaan pencatatan nikah meliputi pemberitahuan

kehendak nikah, pemeriksaan nikah, pengumuman kehendak nikah, akad nikah

dan penandatanganan akta nikah serta pembuatan kutipan akta nikah.

Page 61: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

49

1. Pemberitahuan Kehendak Nikah

PPN, Pembantu PPN ataupun BP4 dalam memberikan penasehatan dan

bimbingan hendaknya mendorong kepada masyarakat dalam merencanakan

perkawinan agar melakukan persiapan pendahuluan sebagai berikut:

a. Masing-masing calon mempelai saling mengadakan penelitian tentang

apakah mereka saling cinta/Tahu dan apakah kedua orang tua mereka

menyetujui/merestuinya. Ini erat hubungannya dengan surat-surat

perTahuan calon mempelai dan surat izin orang tua, agar surat-surat

tersebut tidak hanya formalitas saja.

b. Masing-masing berusaha meneliti apakah ada halangan perkawinan, baik

menurut hukum munakahat maupun menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Hal ini untuk mencegah terjadinya penolakan atau

pembatalan perkawinan.

c. Calon mempelai supaya mempelajari ilmu pengetahuan tentang rumah

tangga hak dan kewajiban suami isteri dan sebagainya.

d. Dalam rangka meningkatkan kualitas keturunan yang akan dilahirkan,

calon mempelai supaya memeriksa kesehatannya dan kepada calon

mempelai wanita diberikan suntikan imunisasi tetanus toxoid.

Setelah persiapan pendahuluan dilakukan secara matang maka orang

yang hendak menikah memberitahukan kehendaknya kepada PPN/Pembantu

PPN yang mewilayahi tempat akan dilangsungkannya akad nikah. Sekurang-

kurangnya sepuluh hari kerja sebelum akad nikah dilangsungkan.

Page 62: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

50

Pemberitahuan kehendak nikah dapat dilakukan oleh calon mempelai

atau orang tua wakilnya dengan membawa surat-surat yang diperlukan:

a. Surat perTahuan calon mempelai

b. Akta kelahiran atau surat kenal lahir atau surat keterangan asal usul (akta

kelahiran atau surat kenal lahir hanya untuk diperlihatkan dan dicocokkan

dengan surat-surat lainnya. Untuk keperluan Administrasi. Yang

bersangkutan menyerahkan salinan foto copynya).

c. Surat keterangan tentang orang tua

d. Surat keterangan untuk nikah (Model N1)

e. Surat izin kawin bagi calon mempelai anggota TNI/Polri

f. Akta Cerai Talak/Cerai Gugat atau Kutipan Buku Pendaftaran Talak/Cerai

jika calon mempelai seorang janda/duda.

g. Surat Keterangan Kematian suami/isteri yang dibuat oleh Kepala Desa

yang mewilayahi tempat tingggal atau tempat matinya suami/isteri

menurut contoh Model N6, jika calon mempelai seorang janda/duda

karena kematian suami/isteri.

h. Surat izin dispensasi, bagi calon mempelai yang belum mencapai umur

menurut ketentuan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 pasal 6 ayat (2)

sampai dengan (5) dan pasal 7 ayat (2).3

3Pasal 6 UUP No. 1 Tahun 1974 (2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum

mencapai umur 21 (dua puluh satu) Tahun harus mendapat izin dari kedua orang tua.

Page 63: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

51

2. Pemeriksaan Nikah

Pemeriksaan terhadap calon suami, calon isteri dan wali nikah

sebaiknya dilakukan secara bersama-sama, tetapi tidak ada halangannya jika

pemeriksaan itu dilakukan sendiri-sendiri. Bahkan dalam keadaan yang

meragukan, perlu dilakukan pemeriksaan sendiri-sendiri. Pemeriksaan

dianggap selesai apabila ketiga-tiganya selesai diperiksa secara benar.

Apabila pemeriksaan calon suami isteri and wali itu terpaksa

dilakukan pada hari-hari yang berlainan. Maka kecuali pemeriksaan pada hari

pertama, di bawah kolom tanda tangan yang diperiksa ditulis tanggal dan hari

pemeriksaan.

1) Nikah diawasi oleh PPN

a. Pemeriksaan ditulis dalam daftar pemeriksaan nikah (Model NB)

b. Masing-masing calon suami, calon isteri dan wali nikah mengisi ruang

I, II dan IV dalam daftar pemeriksaan nikah dan ruang lainnya diisi

oleh PPN.

c. Dibaca dan dimana perlu diterjemahkan ke dalam bahasa yang

dimengerti oleh yang bersangkutan.

d. Setelah dibaca, kemudian ditandatangani oleh yang diperiksa dan PPN

yang memeriksa, kalau tidak bisa membubuhkan tanda tangan dapat

diganti dengan cap ibu jari tangan kiri.

e. Untuk tertibnya administrasi dan memudahkan ingatan, PPN membuat

buku yang diberi nama “Catatan Pemeriksaan Nikah” sebagai berikut:

Page 64: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

52

Nama Calon

Peg. Yang ditugaskan untuk menghadiri akad

nikah

No Urut Tanggal

Suami Isteri

Hari/Tgl Ketentuan

Akad Nikah Suami isteri

Nomor Akta Nikah

Ket

1 2 3 4 5 6 7 8 9

f. Pada ujung model NB sebelah kiri atas diberi nomor yang sama

dengan nomor urut buku di atas dan kode-kode desa serta Tahun,

contoh 16/7/2005 angka 16 adalah angka urut pemeriksaan dalam

Tahun ini, angka 7 adalah kode desa tempat dilangsungkannya

pernikahan dan 2005 adalah Tahun pelaksanaan pemeriksaan.

g. PPN mengumumkan kehendak nikah.

2) Nikah diawasi oleh Pembantu PPN (di luar Jawa dan Madura)

a. Pemeriksaan ditulis dalam daftar pemeriksaan nikah (model NB)

rangkap dua.

b. Masing-masing calon suami, calon isteri dan wali nikah mengisi ruang

I, II dan IV dalam Daftar Pemeriksaan Nikah dan ruang lainnya diisi

oleh Pembantu PPN.

c. Dibaca dan dimana perlu diterjemahkan ke dalam bahasa yang

dimengerti oleh yang bersangkutan.

d. Setelah dibaca kemudian kedua lembar model NB di atas

ditandatangani oleh yang diperiksa dan Pembantu PPN yang

Page 65: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

53

memeriksa. Kalau tidak bisa membubuhkan tanda tangan diganti

dengan cap ibu jari tangan kiri.

e. Untuk tertibnya administrasi dan memudahkan ingatan, Pembantu

PPN mencatat dalam buku yang diberi kolom sebagai berikut:

Nama Calon No Urut Tanggal Suami Isteri

Hari/Tgl Ketentuan

Akad Nikah Biaya

Nomor Akta Nikah

Ket

1 2 3 4 5 6 7 8

f. Pada ujung model NB sebelah kiri atas diberi nomor yang sama

dengan nomor urut buku di atas.

g. Pembantu PPN mengumumkan kehendak nikah.

h. Surat-surat yang diperlukan dikumpulkan menjadi satu dengan model

NB dan disimpan dalam sebuah Map.

i. Setelah lewat masa pengumuman dan akad nikah telah dilangsungkan,

maka nikah itu dicatat dalam halaman 4 model NB. Kemudian dibaca

di hadapan suami, isteri, wali nikah dan saksi-saksi, selanjutnya

ditandatangani. Tanda tangan itu dibubuhkan pada kedua lembar

model NB di atas.

j. Selambat-lambatnya 15 hari setelah hari akad nikah satu lembar model

NB yang dilampiri surat-surat yang diperlukan dikirimkan kepada

PPN yang bersangkutan beserta biayanya.

Page 66: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

54

k. PPN yang menerima model NB dari pembantu PPN memeriksa

dengan teliti, kemudian mencatat dalam Akta Nikah dan

menandatangani. Kemudian PPN membuat Kutipan Akta Nikah

selanjutnya diberikan kepada Pembantu PPN untuk disampaikan

kepada suami dan isteri.

3. Pengumuman Kehendak Nikah

PPN/Pembantu PPN mengumumkan kehendak nikah pada papan

pengumuman (dengan model NC) setelah persyaratan dipenuhi. Pengumuman

dilakukan:

a. Oleh PPN di KUA Kecamatan tempat pernikahan akan dilangsungkan dan

di KUA Kecamatan tempat tinggal masing-masing

b. Oleh pembantu PPN di luar Jawa di tempat-tempat yang mudah diketahui

umum.

PPN/Pembantu PPN tidak boleh melaksanakan akad nikah sebelum

lampau sepuluh hari kerja sejak pengumuman, kecuali seperti yang diatur

dalam pasal 3 ayat (3) PP No.9 Tahun 1975 yaitu apabila terdapat alasan yang

sangat penting. Misalnya salah seorang akan segera bertugas ke luar negeri.

Maka dimungkinkan yang bersangkutan memohon dispensasi kepada Camat

selanjutnya Camat atas nama Bupati memberikan dispensasi.

Dalam kesempatan waktu sepuluh hari ini calon suami isteri

seyogyanya mendapat nasihat perkawinan dari BP4 setempat.

Page 67: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

55

4. Akad Nikah

a. Akad nikah dilangsungkan di bawah pengawasan di hadapan PPN. Setelah

akad nikah dilangsungkan, nikah itu dicatat dalam Akta Nikah rangkap

dua (model N).

b. Kalau nikah dilangsungkan di luar Balai Nikah, nikah itu dicatat pada

halaman 4 model NB dan ditandatangani oleh suami, isteri, wali nikah dan

saksi-saksi serta PPN yang mengawasinya. Kemudian segera dicatat

dalam Akta Nikah (Model N), dan ditandatangani hanya oleh PPN atau

wakil PPN.

c. Akta Nikah dibaca, kalau perlu diterjemahkan ke dalam bahasa yang

dimengerti oleh yang bersangkutan dan saksi-saksi kemudian

ditandatangani oleh suami, isteri, wali nikah, saksi-saksi dan PPN atau

wakil PPN.

d. PPN membuat Kutipan Akta Nikah (Model NA) rangkap dua, dengan

kode dan nomor yang sama. Nomor tersebut (…./…./…./…../)

menunjukkan nomor urut dalam Tahun, nomor urut dalam bulan, angka

romawi bulan dan angka Tahun.

e. Kutipan Akta Nikah diberikan kepada suami dan isteri.

f. Nomor di tengah pada model NB (Daftar Pemeriksaan Nikah) diberi

nomor yang sama dengan nomor Akta Nikah.

g. Akta Nikah dan Kutipan Akta Nikah harus ditandatangani oleh PPN.

Dalam hal wakil PPN yang melakukan pemeriksaan dan menghadiri akad

Page 68: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

56

nikah di luar Balai Nikah, Wakil PPN hanya menandatangani daftar

pemeriksaan nikah dan pada kolom 5 dan 6 menandatangani Akta Nikah

pada kolom 6.

h. PPN berkewajiban mengirimkan Akta Nikah kepada Pengadilan Agama

yang mewilayahinya, apabila folio terakhir pada buku Akta Nikah telah

selesai dikerjakan.

i. Jika mempelai seorang janda atau duda karena cerai talak atau cerai gugat,

PPN memberitahukan kepada Pengadilan Agama yang memberikan Akta

Cerainya, bahwa duda/janda tersebut telah menikah dengan menggunakan

formulir ND rangkap 2. setelah pemberitahuan nikah tersebut diterima,

Pengadilan Agama mengirimkan kembali lembar II kepada PPN setelah

membubuhkan stempel dan tanda tangan penerima. Selanjutnya PPN

menyimpan bersama berkas Daftar Pemeriksaan Nikah (Model NB).

Dalam hal perceraian itu terjadi sebelum berlakunya Undang-undang

Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

1) PPN membuat catatan pinggir (catatan lain-lain) pada Buku Pendaftaran

Talak atau Cerai terdahulu bahwa orang tersebut telah menikah dengan

menyebutkan tempat, tanggal dan nomor Kutipan Akta Nikah serta

ditandatangani dan dibubuhi tanggal oleh PPN.

2) Dalam hal perceraiannya di daftar di tempat lain, PPN memberitahukan

kepada PPN yang mendaftar perceraian tersebut bahwa duda/janda

tersebut telah menikah dengan menggunakan formulir ND rangkap 2.

Page 69: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

57

PPN penerima pemberitahuan mencatat hal tersebut dalam catatan lain-

lain pada buku pendaftaran Talak atau Cerai sebagaimana pada angka 1).

Kemudian mengembalikan lembar II model ND setelah dibubuhi stempel

dan tanda tangan penerima. Selanjutnya PPN pengirim memberitahukan

setelah menerima kembali, menyimpan model ND lembar II tersebut

bersama berkas Daftar Pemeriksaan Nikah (model NB).4

Di samping pembahasan-pembahasan prosedur pencatatan perkawinan

di atas, ada juga pembahasan yang berkenaan dengan permasalahan

pencatatan perkawinan, di antaranya adalah:

a. PerTahuan, Izin dan Dispensasi

Dalam UUP No. 1 Tahun 1974 terkandung beberapa prinsip untuk

menjamin cita-cita luhur perkawinan, yaitu asa sukarela, partisipasi

keluarga, poligami dibatasi secara ketat, dan kematangan fisik dan mental

calon mempelai.

Sebagai realisasi dari asas sukarela maka perkawinan harus

berdasarkan atas perTahuan kedua calon mempelai. Oleh karena itu setiap

perkawinan harus mendapat perTahuan kedua calon mempelai. Tanpa

adanya paksaan dari pihak manapun. Dengan demikian dapat dihindari

terjadinya kawin paksa. Untuk itu diisi Surat PerTahuan Mempelai (model

N3).

4Departemen Agama RI, Pedoman Pembantu Pegawai Pencatat Nikah, (Bandung: Bidang

Urusan Agama Islam Kanwil Departemen Agama Islam Propinsi Jawa Barat, 1992), h. 4-11

Page 70: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

58

Perkawinan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan

seseorang, karena ia akan memasuki dunia baru, membentuk keluarga

sebagai unit terkecil dari keluarga bangsa Indonesia yang religius dan

kekeluagaan, maka diperlukan partisipasi keluarga untuk merestui

perkawinan itu. Oleh karena itu, bagi yang berada di bawah umur 21

Tahun baik pria maupun wanita diperlukan izin dari orang tua. Untuk itu

perlu diisi Surat Izin Orang Tua dengan formulir model N5. Dalam

keadaan orang tua tidak ada, maka izin diperoleh dari wali, orang yang

memelihara atau keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas. Akhirnya

izin dapat diperoleh dari Pengadilan, apabila karena suatu dan lain sebab

izin tidak dapat diperoleh dari wali. Orang yang memelihara atau keluarga

tersebut di atas.

Perkawinan menurut UUP No. 1 Tahun 1974 menganut asas

monogami, apabila dikehendaki oleh yang bersangkutan karena hokum

dan agamanya mengizinkan seorang suami dapat beristri lebih dari

seorang. Namun demikian hal itu, hanya dapat dilakukan apabila dipenuhi

persyaratan tertentu dan memperoleh izin dari Pengadilan Agama.

Prinsip kematangan calon mempelai dimaksudkan bahwa calon

suami isteri harus telah matang jasmani dan rohani untuk melangsungkan

perkawinan, agar supaya dapat memenuhi tujuan luhur dari perkawinan

dan mendapat keturunan yang baik dan sehat. Di samping itu, perkawinan

mempunyai hubungan erat dengan masalah kependudukan. Ternyata

Page 71: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

59

bahwa batas umur yang lebih rendah bagi wanita untuk kawin

mengakibatkan laju kelahiran yang lebih tinggi. Oleh karena itu

ditentukan batas umur untuk kawin yaitu 19 Tahun bagi pria dan 16 Tahun

bagi wanita. Bahkan dianjurkan perkawinan itu dilakukan pada usia

sekitar 25 Tahun bagi pria dan 20 tahun bagi wanita. Namun demikian

dalam keadaan yang sangat memaksa (darurat), perkawinan di bawah

batas umur minimum sebagaimana yang ditentukan dalam UUP tersebut

dimungkinkan, setelah memperoleh dispensasi dari Pengadilan atas

permintaan orang tua.

b. Penolakan Kehendak Nikah

Apabila setelah diadakan pemeriksaan nikah, ternyata tidak

memenuhi persyaratan yang telah ditentukan baik persyaratan menurut

hokum munakahat maupun persyaratan menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku, maka PPN atau Pembantu PPN harus menolak

pelaksanaan pernikahan, dengan cara memberikan surat penolakan kepada

yang bersangkutan serta alasan-alasan penolakannya (model N9)

Atas penolakan tersebut yang bersangkutan dapat mengajukan

keberatan melalui Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggalnya.

Pengadilan Agama memeriksa perkara penolakan dengan acara singkat

(sumir), menguatkan penolakan, atau memerintahkan pernikahan

dilangsungkan.

Page 72: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

60

Jika Pengadilan Agama memerintahkan pernikahan dilangsungkan,

maka PPN atau Pembantu PPN harus melaksanakan perintah tersebut.

c. Pencegahan Pernikahan

Pernikahan dapat dicegah apabila ada pihak yang tidak memenuhi

syarat untuk melangsungkan pernikahan, yang mengajukan pencegahan

pernikahan adalah :

1. Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dan ke bawah

2. Saudara dari salah seorang calon mempelai;

3. Wali Nikah;

4. Pengampu (kuratele) dari salah seorang calon mempelai

5. Pihak yang berkepentingan.

Pencegahan pernikahan diajukan ke Pengadilan Agama dalam

daerah hukum tempat pernikahan akan dilangsungkan oleh mereka yang

dapat mencegah pernikahan ini. Mereka yang melakukan pencegahan

pernikahan harus memberitahukan pula kepada PPN atau Pembantu PPN

yang bersangkutan tentang usaha pencegahannya PPN atau Pembantu

PPN harus memberitahukan kepada masing-masing calon mempelai.

Setelah mengetahui adanya usaha pencegahan pernikahan, PPN

atau Pembantu PPN tidak boleh melangsungkan pernikahan, kecuali

pencegahan itu telah dicabut dengan putusan Pengadilan Agama atau

pencegahan ditarik kembali oleh yang mencegah.

d. Pembantu Pernikahan

Page 73: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

61

Pernikahan dapat dibatalkan, apabila setelah berlangsung akad

nikah diketahui adanya larangan menurut hukum peraturan perundang-

undangan tentang perkawinan.

Pembatalan pernikahan dilakukan oleh Pengadilan Agama dalam

daerah hukum tempat pernikahan dilangsungkan atau tempat tinggal

kedua suami isteri. Yang dapat mengajukan pembatalan pernikahan yaitu:

1. Dari keturunan lurus ke atas dari suami atau isteri;

2. Suami atau isteri;

3. Pejabat yang berwenang hanya selama perkawinan belum diputuskan;

4. Pejabat yang ditunjuk berdasarkan pertaturan perundang-undangan

menurut UUP No.1 Tahun 1974 pasal 16 ayat (2).

e. Biaya Pencatatan Nikah

Besarnya biaya pencatatan perkawinan menurut Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No.51 Tahun 2000 tentang Tarif atas jenis

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada Departemen

Agama adalah Rp. 30.000,00.- sedangkan untuk pernikahan bedolan

(pernikahan yang dilakukan di luar balai nikah), sesuai dengan Surat

Keputusan Kepala Departemen Agama Kabupaten Bekasi Nomor:

Mi.05/Ila/KU.03/1248/2001 tanggal 21 November 2001 tentang

Penyesuaian Biaya Nikah Bedolan adalah Rp. 50.000.00,-. Dan menurut

Surat Keputusan Bupati KabupatenBekasi Nomor 180/1247/HUK/2001

Page 74: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

62

tentang Penyesuaian Biaya Nikah Bedolan, biaya nikah bedolan di

Kabupaten Bekasi sebesar Rp. 80.000.00,-

Berdasarkan surat dari Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan

Penyelenggaraan Haji Departemen Agama tanggal 24 Desember 2004

dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas layanan di

bidang nikah dan rujuk kepada masyarakat, mulai Tahun 2005 setoran

biaya pencatatan nikah dan rujuk sebesar Rp. 30.000,- (tiga puluh ribu) di

setor langsung oleh masyarakat yang bersangkutan melalui PT. Bank

Rakyat Indonesia Tbk., PT. Bank Negara Indonesia Tbk dan PT. Pos

Indonesia.5

C. Pandangan Masyarakat Pasar Rebo Tentang P3N

1. Identitas Responden

Bagian ini penulis akan menyajikan mengenai identitas responden

masyarakat Pasar Rebo yang telah di ambil sampelnya secara purposif

sampling sebayak 35 orang responden adapun identitas responden sebagiman

dapat di jelaskan pada tabel berikut:

5Surat dari Dirjen Bimas dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama RI, Nomor Dt.

1.1/2/HM.001/4934/2004, tanggal 29 Desember 2004

Page 75: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

63

Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Usia

Frequency Percent

30 3 8.6

31 1 2.9

32 2 5.7

34 1 2.9

35 2 5.7

36 1 2.9

37 1 2.9

38 1 2.9

39 1 2.9

40 2 5.7

41 1 2.9

42 2 5.7

43 1 2.9

44 2 5.7

45 1 2.9

46 1 2.9

47 2 5.7

48 1 2.9

50 1 2.9

51 1 2.9

52 1 2.9

54 1 2.9

55 1 2.9

56 1 2.9

57 2 5.7

60 1 2.9

Valid

Total 35 100.0

Sumber: Data diolah dari angket

Data di atas menunjukkan usia responden yang menjadi sampel

dalam penelitian ini memiliki usia yang beragam. Dari data ini dapat

diketahui bahwa rata-rata usai responden Pasar Rebo berkisaran pada

40 an yang masih tergolong pada usia produktif.

Page 76: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

64

Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Frequency Percent

Laki-Laki 24 68.6

Perempuan 11 31.4

Valid

Total 35 100.0

Sumber: Data diolah dari angket

Data berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa sebagian

besar (68.6 %) di dominasi oleh laki-laki sedangkan sisanya (31.4%)

adalah perempuan.

Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Status Perkawinan

Frequency Percent

Menikah 31 88.5

Duda / Janda Mati 2 5.7

Valid

Duda / Janda Cerai 2 5.7 Total 35 100.0

Sumber: Data diolah dari angket

Data berdasarkan status perkawinan menunjukkan bahwa

sebagian besar responden (88.5%) sudah menikah, sedanngkan(5.7

%) Duda/janda cerai dan (5.7%) Duda/janda mati

Tabel 4.4 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Frequency Percent

SD 8 22.9

SLTP 9 25.7

SLTA 14 40.0

D3 2 5.7

S1 2 5.7

Valid

Total 35 100.0

Sumber: Data diolah dari angket

Page 77: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

65

Data berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa

sebagian besar responden (40.0%) berpendidikan SLTA sebesar

(22.9%) berpendidikan SD sebesar (25.7%) berpendidikan SLTP,

sebesar (5.7%) responden berpendidikan D3 dan sebesar (5.7%)

responden berpendidikan S1.

Tabel 4.5 Responden Berdasarkan Pekerjaan

Frequency Percent

Pedangang 22 62.9

Pegawai Negeri 1 2.9

Pegawai Swasta 2 5.7

Pengusaha 1 2.9

Valid

Lainya 9 25.7 Total 35 100.0

Sumber: Data diolah dari angket

Data berdasarkan tingkat pekerjaan menunjukkan bahwa

sebagian besar responden (62.9%) berpropesi sebagai pedagang,

sebesar (25.7%) lainya, sedangkan (5.7%) responden berpropesi

sebagai pegawai swastaserta masing-masing sebesar (2.9%)

pengusaha dan pegawai negeri.

2. Tingkat Pemahaman Masyarakat Kelurahan Pasar Rebo

Terhadap P3N

Bagian ini akan menjelaskan tentang pemahaman masyarakat

dari sampel yang diambil sebanyak 35 kuisioner dengan menggunakan

sistem random simpel dimana sampelya adalah masyarakat Kecamatan

Page 78: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

66

Pasar Rebo, adapun pemahaman masayarakat Kecamatan Pasar Rebo

terhadap P3N dapat silihat pada tabel-tabel sebagaimana berikut:

Tabel 4.6 Responden Berdasarkan

Tingkat pengetahuan tata cara pernikahan yang dilakukan pada KUA Pasar Rebo

Frequency Percent

Tidak Tahu 1 2.9

Tahu 13 37.1

Sangat Tahu 21 60.0

Valid

Total 35 100.0

Sumber: Data diolah dari angket

Data Berdasarkan tingkat pengetahuan tentang tata cara

pernikahan yang dilakukan pada KUA Pasar Rebo Jakarta Timur

menunjukkan sebagian besar (60.0%) Sangat Tahu, (37.1%) Tahu, dan

(2.9%) Tidak Tahu.

Tabel 4.7 Responden Berdasarkan

Tingkat pengetahuan masyarakat tentang prosedur pencatatan nikah di KUA Kec. Pasar Rebo

Frequency Percent

Tidak Tahu 2 5.7

Tahu 20 57.1

Sangat Tahu 13 37.1

Valid

Total 35 100.0

Sumber: Data diolah dari angket

Data Berdasarkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang

prosedur pencatatan nikah di KUA Kec. Pasar Rebo Jakarta Timur

menunjukkan sebagian besar (57.1%) Tahu, (37.1%) Sangat Tahu, dan

(5.7%) Tidak Tahu.

Page 79: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

67

Tabel 4.8 Responden Berdasarkan

Tingkat pengetahuan masyarakat tentang tugas dan peran pembantu pegawai pencatat nikah di KUA Kec. Pasar Rebo

Frequency Percent

Tidak Tahu 1 2.9

Tahu 17 48.6

Sangat Tahu 17 48.6

Valid

Total 35 100.0

Sumber: Data diolah dari angket

Data Berdasarkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang

tugas dan peran pembantu pegawai pencatat nikah di KUA Kec. Pasar

Rebo Jakarta Timur menunjukkan sebagian besar (48.6%) Tahu,

(48.6%) Sangat Tahu, dan (2.9%) Tidak Tahu.

Tabel 4.9 Responden Berdasarkan

Tingkat pengetahuan masyarakat tentang Setiap perkawinan harus memberitahu tahu sekurang-kurangya 10 hari kerja sebelum pernikahan

kepada pegawai pencatat nikah Frequency Percent

Tidak Tahu 1 2.9

Tahu 15 42.9

Sangat Tahu 19 54.3

Valid

Total 35 100.0

Sumber: Data diolah dari angket

Data Berdasarkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang

Setiap perkawinan harus memberi tahu sekurang-kurangya 10 hari

kerja sebelum pernikahan kepada pegawai pencatat nikah di KUA

Kec. Pasar Rebo Jakarta Timur menunjukkan sebagian besar (54.3%)

Sangat Tahu, (42.9%) Tahu, dan (2.9%) Tidak Tahu.

Page 80: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

68

Tabel 4.10 Responden Berdasarkan

Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai Pembantu pegawai pencatat nikah KUA Pasar Rebo sudah maksimal melaksanakan tugasnya dalam melayani

masyarakat.

Frequency Percent

Sangat Tidak Tahu 1 2.9

Tidak Tahu 1 2.9

Tahu 17 48.6

Sangat Tahu 16 45.7

Valid

Total 35 100.0

Sumber: Data diolah dari angket

Data Berdasarkan tingkat pengetahuan masyarakat mengenai

Pembantu pegawai pencatat nikah KUA Pasar Rebo sudah maksimal

melaksanakan tugasnya dalam melayani masyarakat, menunjukkan

sebagian besar (48.6%) Tahu, (45.7%) Sangat Tahu, (2.9%) Tidak

Tahu dan (2.9%) Sangat Tidak Tahu.

Tabel 4.11 Responden Berdasarkan

Tingkat pengetahuan masyarakat tentang lemaga pencatatan perkawinan KUA Pasar Rebo keberadaanya adalah sangat penting bagi masyarakat pada masa ini

Frequency Percent

Tidak Tahu 1 2.9

Tahu 14 40.0

Sangat Tahu 20 57.2

Valid

Total 35 100.0

Sumber: Data diolah dari angket

Data Berdasarkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang

lemaga pencatatan perkawinan KUA Pasar Rebo keberadaanya adalah

Page 81: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

69

sangat penting bagi masyarakat pada masa ini menunjukkan sebagian

besar (57.2%) Sangat Tahu, (40.0%) Tahu, (2.9%) Tidak Tahu.

Tabel 4.12 Responden Berdasarkan

Tingkat pengetahuan masyarakat tentang Pencatatan perkawinan itu menjadi wajib dilaksanakan karena kemaslahatan

Frequency Percent

Sangat Tidak Tahu 1 2.9

Tidak Tahu 7 20.0

Tahu 17 48.6

Sangat Tahu 10 28.6

Valid

Total 35 100.0

Sumber: Data diolah dari angket

Data Berdasarkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang

Pencatatan perkawinan itu menjadi wajib dilaksanakan karena

kemaslahatan data hasil angket menunjukkan sebagian besar (48.6%)

menajawab Tahu, (28.6%) Sangat Tahu, (20.0%) Tidak Tahu dan

(2.9%) menyatakan Sangat Tidak Tahu.

Tabel 4.13 Responden Berdasarkan

Tingkat pengetahuan masyarakat tentang Perkawinan harus dicatat di KUA dan perceraian dicatat di PA

Frequency Percent

Tahu 20 57.1

Sangat Tahu 15 42.9

Valid

Total 35 100.0

Sumber: Data diolah dari angket

Data Berdasarkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang

Perkawinan harus dicatat di KUA dan perceraian dicatat di PA data

Page 82: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

70

hasil angket menunjukkan sebagian besar (57.1%) menyatakan Tahu

dan (42.9%) menyatakan Sangat Tahu.

Tabel 4.14 Responden Berdasarkan

Tingkat pengetahuan masyarakat tentang pembantu pegawai pencatat nikah KUA Pasar Rebo melayani masyarakat dengan baik

Frequency Percent

Tidak Tahu 7 20.0

Tahu 19 54.3

Sangat Tahu 9 25.7

Valid

Total 35 100.0

Sumber: Data diolah dari angket

Data Berdasarkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang

pembantu pegawai pencatat nikah KUA Pasar Rebo melayani

masyarakat dengan baikdari data hasil angket menunjukkan sebagian

besar (54.3%) menyatakan Tahu, (25.7%) Sangat Tahu dan sisanya

(20.0%) Tidak Tahu.

Tabel 4.15 Responden Berdasarkan

Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai setelah dilakukan Akad Nikah, maka langkah selanjutnya adalah penulisan pada Akta Nikah.

Frequency Percent

Tahu 21 60.0

Sangat Tahu 14 40.0

Valid

Total 35 100.0

Sumber: Data diolah dari angket

Data Berdasarkan tingkat pengetahuan masyarakat tingkat

pengetahuan masyarakat setelah dilakukan Akad Nikah, maka langkah

selanjutnya adalah penulisan pada Akta Nikah, Untuk pelaksanaan

Page 83: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

71

Nikah di Balai Nikah, maka Pencatatan Akta Nikah dapat langsung

dilakukan oleh Penghulu yang mengawasi dan mencatat pernikahan

data hasil angket menunjukkan sebagian besar (60.0%) menyatakan

Tahu, (40.0%) Sangat Tahu.

D. Analisis Penulis

Analisis penulis terhadap pemahaman pada masyarakat Kecamatan Pasar

Rebo mengenai pembantu pegawai pencatat nikah atau yang sering disebut P3N

rata-rata masyarakat menjawab Tahu atau paham mengenai P3N tersebut hal ini

terlihat dalam data bahwa (48.6%) Tahu, (48.6%) Sangat Tahu, dan (2.9%) Tidak

Tahu data tersebut berdasarkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang tugas dan

peran pembantu pegawai pencatat nikah di KUA Kec. Pasar Rebo Jakarta Timar,

sedangkan berdasarkan tingkat pengetahuan tentang tata cara pernikahan yang

dilakukan pada KUA Pasar Rebo Jakarta Timur menunjukkan sebagian besar

(60.0%) Sangat Tahu, (37.1%) Tahu, dan (2.9%) Tidak Tahu. Berdasarkan tingkat

pengetahuan tentang tata cara pernikahan yang dilakukan pada KUA Pasar Rebo

Jakarta Timur menunjukkan sebagian besar (60.0%) Sangat Tahu, (37.1%) Tahu,

dan (2.9%) Tidak Tahu.

Data Berdasarkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang tugas dan peran

pembantu pegawai pencatat nikah di KUA Kec. Pasar Rebo Jakarta Timur

menunjukkan sebagian besar (48.6%) Tahu, (48.6%) Sangat Tahu, dan (2.9%)

Tidak Tahu. Data Berdasarkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang Setiap

Page 84: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

72

perkawinan harus memberi tahu sekurang-kurangya 10 hari kerja sebelum

pernikahan kepada pegawai pencatat nikah di KUA Kec. Pasar Rebo Jakarta

Timur menunjukkan sebagian besar (54.3%) Sangat Tahu, (42.9%) Tahu, dan

(2.9%) Tidak Tahu.

Data Berdasarkan tingkat pengetahuan masyarakat mengenai Pembantu

pegawai pencatat nikah KUA Pasar Rebo sudah maksimal melaksanakan

tugasnya dalam melayani masyarakat, menunjukkan sebagian besar (48.6%)

Tahu, (45.7%) Sangat Tahu, (2.9%) Tidak Tahu dan (2.9%) Sangat Tidak Tahu.

Data Berdasarkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang lemaga pencatatan

perkawinan KUA Pasar Rebo keberadaanya adalah sangat penting bagi

masyarakat pada masa ini menunjukkan sebagian besar (57.2%) Sangat Tahu,

(40.0%) Tahu, (2.9%) Tidak Tahu.

Data Berdasarkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang Pencatatan

perkawinan itu menjadi wajib dilaksanakan karena kemaslahatan data hasil angket

menunjukkan sebagian besar (48.6%) menajawab Tahu, (28.6%) Sangat Tahu,

(20.0%) Tidak Tahu dan (2.9%) menyatakan Sangat Tidak Tahu.

Data Berdasarkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang Perkawinan harus

dicatat di KUA dan perceraian dicatat di PA data hasil angket menunjukkan

sebagian besar (57.1%) menyatakan Tahu dan (42.9%) menyatakan Sangat Tahu.

Data Berdasarkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang pembantu pegawai

pencatat nikah KUA Pasar Rebo melayani masyarakat dengan baikdari data hasil

Page 85: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

73

angket menunjukkan sebagian besar (54.3%) menyatakan Tahu, (25.7%) Sangat

Tahu dan sisanya (20.0%) Tidak Tahu.

Data Berdasarkan tingkat pengetahuan masyarakat tingkat pengetahuan

masyarakat setelah dilakukan Akad Nikah, maka langkah selanjutnya adalah

penulisan pada Akta Nikah, Untuk pelaksanaan Nikah di Balai Nikah, maka

Pencatatan Akta Nikah dapat langsung dilakukan oleh Penghulu yang mengawasi

dan mencatat pernikahan data hasil angket menunjukkan sebagian besar (60.0%)

menyatakan Tahu, (40.0%) Sangat Tahu.

Page 86: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada penulisan skripsi ini selanjutnya penulis dapat simpulkan yang

merupakan jawaban rumusan permasalahan yang penulis buat adapun kesimpulan

yang didapat adalah sebagaimana berikut:

1. Yang dimaksud dengan Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) adalah

petugas yang ditunjuk oleh menteri Agama atau oleh pegawai yang ditunjuk

olehnya dan mempunyai kewenagan dalam pencatatan dalm hal perkawinan

maupun perceraian.

a. Peranan Pembantu Pencatat Nikah (P3N) di KUA Kecamatan Pasar

Rebo Jakarta Timur memegang peran sangat penting dalam sebuah

ikatan perkawinan dalam kehidupan berumah tangga, terutama bagi

kaum perempuan. Ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk

melindungi hak-hak perempuan dalam perkawinan. Di samping itu

pencatatan perkawinan bertujuan untuk mewujudkan ketertiban dalam

masyarakat.

2. Pemahaman masyarakat Kecamatan Pasar Rebo terhadap keberadaan

pembantu pencatat nikah P3N data bahwa (48.6%) Tahu, (48.6%) Sangat

Tahu, dan (2.9%) tidak tahu,

74

Page 87: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

75

B. Saran

1. Dalam pelaksanaan pencatatn pernikahan hendaknya pegawai pencatat

pernikahan dalam melaksanakan tugas dan fungsinys sesuai dengan ketentuan

undang-undang agar dan harus ada pengawasan bagi para pegawai pencatat

agar tidak terjadi pungutan liar yang akan merugikan masyarakat.

2. Pada dasarnya pemahaman masyarakat Kecamatan Pasar Rebo sudah cukup

pahan mengenai tugas dan fungsi P3N namun alangkah lebih-baiknya

sosialisasi dan mengenai proses perkawinan dan biaya perkawinan itu

dilakukan oleh pihak petugas yang terkait supaya tihdak terjadi kesalah

fahaman antara biaya pernikahan dan biaya-biaya lain supaya tidak terjadi

pungutan-pungutan liar pada prosesi pernikahan yang akan di laksankan.

3. Penulis harap para pihak-pihak yang terkait dal hal administratip pernikahan

membuat mudah untuk hal pernikahan agar diharapkan tidak terjadi hal-hal

yang tidak diinginkan.

Page 88: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), Cet IV

Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), edisi I, Cet II

Abdul Hamid Hakim, Mabadi Awwaliyyah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), Cet. I, Juz I

Bakri A. Rahman dan Drs. Ahmad Sukarja, Hukum Perkawinan Menurut Islam, Undang-undang Perkawinan dan Hukum Perdata BW, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1993)

Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum, 2007

Dep. Dikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), Cet. III edisi 2,

Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2008) Cet. Ke-6

Depag RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Perkawinan: UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, (Jakarta: Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2001)

Ghazaly, Abd Rahman, Fiqih Munakahat (Jakarta: Pranada Media Group, 2006), Cet II,

Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam: Suatu Analisis dari Undang-undang No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), Cet. I

Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid, (Beirut: Da al-Fikr, t. th), jilid II

76

Page 89: PEMAHAMAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5722/1/NUURUL... · Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

77

Kumanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI 1993)

Mohammad Anwar, Pegangan Sosiologi, (Bandung CV. Armico, 1996), Cet.I

Muhammad bin Ismail Al-Kahlaniy, Subul al-Salam, (Bandung: Dahlan, t.t), jilid 3,

Peraturan Menteri Agama RI No. 2 Tahun 1989 tentang Pembantu Pegawai Pencatat Nikah Pasal 4 ayat (3)

UU No. 1 Tahun1974 juga telah diatur dalam UU No. 32 Tahun 1946 tentang Pencatatan Nikah, UU No. 32 1954 tentang Penetapan Berlakunya UU No. 22 Tahun 1946

Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), Cet III

Zakiah Daradjat (et al), Ilmu Fiqh, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), Jilid, 2