pelumpuh otot 2

26
OBAT PELUMPUH OTOT Sari Novita Pratiwi 1220221102 FK UPN Jakarta

Upload: giavanny-eka-rani-puteri

Post on 14-Sep-2015

252 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

ts

TRANSCRIPT

OBAT PELUMPUH OTOT

OBAT PELUMPUH OTOT Sari Novita Pratiwi1220221102FK UPN JakartaObat Pelumpuh Ototmemfasilitasi intubasi trakea, mengontrol ventilasi mekanik danmengoptimalkan kondisi pembedahanmenginterupsitransmisi impuls saraf pada neuromuscular junction.Davies NJH, Cashman JN. Lees Synopsis of Anaesthesia. Ed 13. Elsevier; 2006. P175-99.Fisiologi Transmisi Saraf Otot

Transmisi rangsang saraf ke otot terjadi melalui hubungan saraf otot. Pada bagian ujung saraf motor terdapat gudang persediaan kalsium, vesikel, atau gudang asetilkolin, mitokondria, dan reticulum endoplasmik. Pada bagian membran otot terdapat receptor asetilkolin.

Asetilkolin dibuat di dalam ujung serabut saraf motor melalui proses asetilasi kolin ekstra sel dan koenzim A- diperlukan enzim asetiltransferase. Asetilkolin disimpan dalam kantung atau gudang yang disebut vesikel. Influks ion kalsium memicu keluarnya asetilkolin sebagai transmitter saraf. Asetilkolin saraf akan menyeberang dan melekat pada reseptor nikotinik dan kolinergik di otot. Kalau jumlahnya cukup banyak, maka akan terjadi depolarisasi dan lorong ion terbuka.

Ion natrium dan kalsium masuk, sedangkan ion kalium keluar, terjadilah kontraksi otot. Asetilkolin cepat dihidrolisa oleh asetilkolin-esterase (kolin-esterase khusus atau murni) menjadi asetil dan kolin, sehingga lorong tertutup kembali maka terjadilah repolarisasi. Mekanisme hambatan blok saraf otot1. Hambatan kompetisi atau blok non depolarisasi Hambatan gabungan asetilkolin dengan reseptor di membrane ujung motor, ini terjadi karena pemberian tubokurarin, galamin, alkuronium, dan sebagainya

2. Hambatan depolarisasi atau blok depolarisasi Obat pelumpuh otot depolarisasi ini bekerja sebagai agonis Ach (asetil kolin). Terjadi hambatan penurunan kepekaan membrane ujung motor. Obat tersebut menimbulkan depolarisasi persisten pada lempeng akhir saraf.

3. Hambatan lain a. Hambatan fase II atau blok desensitisasi / bifasik (blok ganda) Disebabkan karena pemberian obat pelumpuh otot depolarisasi yang berulang-ulang sehingga fase I (depolarisasi) membrane berubah menjadi fase II (non depolarisasi). Mekanisme perubahan ini belum diketahui

b. Hambatan campuran Terjadi karena penyuntikan obat pelumpuh otot depolarisasi dan non depolarisasi dilakukan secara simultan.

Ciri kelumpuhan otot1. Non Depolarisasi a. Tidak ada fasikulasi otot. b. Berpotensiasi dengan hipokalemia, hipotermia, obat anestetik inhalasi (eter, halotan, enfluran, isofluran) c. Menunjukkan kelumpuhan yang bertahap pada perangsangan tunggal atau tetanik. d. Dapat diantagonis oleh antikolinesterase.

2. Depolarisasi a. Ada fasikulasi otot. b. Berpotensiasi dengan antikolinesterase. c. Kelumpuhan berkurang dengan pemberian obat pelumpuh otot non depolarisasi dan asidosis. d. Tidak menunjukkan kelumpuhan yang bertahap pada perangsangan tunggal maupun tetanik. e. Belum diatasi dengan obat spesifik Pelumpuh otot depolarisasiSCh(suksinil kolin) menempatkan reseptor kolinergik nikotinik subunit alfa dan bekerja seperti asetikolin (mendepolarisasi membran post jungtion). Hambatan neuromuskuler terjadi karena membran post sinaps tidak dapat memberikan respons pada pelepasan asetilkolin berikutnya yang disebut juga hambatan fase I. Contoh :

Suksametonium (Succynil Choline) Indikasi : pelumpuh otot jangka pendek. Kegunaan : untuk mempermudah / fasilitas intubasi trakea, karena mula kerja cepat dan lama kerja yang singkat. Juga dipakai untuk memelihara relaksasi otot dengan cara pemberian kontinyu per infuse atau suntikan intermitten.2 Dosis : 1-2 mg / kg BB / IV Mula kerja : 1-2 menit dengan lama 3-5 menit. Cara pemberian : IV / IM / Intra lingual / Intra bukal

Efek samping : Nyeri otot pasca pemberian Peningkatan tekanan intra ocular Peningkatan tekanan intracranial. Peningkatan intragastrik. Peningkatan kadar kalium plasma. Hati-hati pada luka bakar atau gagal ginjal. Aritmia jantung Lama kerja yang memanjang

Kontra indikasi absolut : Hiperkalemia, > 5.5 meq/L, misal pada gagal ginjal. Kelainan otot: malignant hyperthermia, myastenia gravis, muscular distrophy Trauma otot masive Luka bakar, 7-60 hari Luka tusuk orbita, karena meningkatkan tekanan intraokuler Gangguan neurology : paraplegia, neurodegenerative disease.

Kontraindikasi relative : Disfungsi hepar. Cholinester rendah (n: 80-120 u), akan terjadi prolonged: liver disease, anemia gravis malnutrisi dan insektisida organofosfat.

PELUMPUH OTOT NON DEPOLARISASI

Manfaat obat ini di bidang anestesiologi antara lain untuk :Memudahkan dan mengurangi cidera tindakan laringoskopi dan intubasi trakea. Membuat relaksasi tindakan selama pembedahan. Menghilangkan spasme laring dan reflex jalan napas atas selama anesthesia. Memudahkan pernapasan kendali selama anesthesia. Mencegah terjadinya fasikulasi otot karena obat pelumpuh otot depolarisasi.

Berdasarkan susunan molekul, maka pelumpuh otot non depolarisasi digolongkan menjadi : Bensiliso-kuinolinum : d-tubokurarin, metokurium, atrakurium, doksakurium, mivakurium. Steroid : pankuronium, vekuronium, pipekuronium, ropakuronium, rokuronium. Eter-fenolik : gallamin. Nortoksiferin : alkuronium.

Contoh obat pelumpuh otot nondepolarisasi :1. Atrakurium BesilatObat pelumpuh otot non depolarisasi yang relative baru yang mempunyai struktur bensilisoquinolin yang berasal dari tanaman Leontice leontopeltalum. Keunggulan atrakurium dibanding obat terdahulu : Metabolisme terjadi di dalam darah (plasma) oleh pseudokolinesterase melalui suatu reaksi kimia unik yang disebut eliminasi Hoffman. Reaksi ini tidak tergantung dari fungsi hati dan ginjal. Tidak mempunyai efek kumulasi pada pemberian berulang. Tidak menyebabkan perubahan kardiovaskuler yang bermakna.

Mula kerja atrakurium pada dosis intubasi adalah 2-3menit. Mula dan lama kerja atrakurium bergantung pada dosis yang dipakai. Pada umumnya adalah 15-35menit. Dosis : intubasi : 0,5-0,6mg / kg BB/ IV relaksasi otot : 0,5-0,6 mg / kg BB / IV pemeliharaan : 0,1-0,2 mg / kg BB / IVPemulihan fungsi saraf otot dapat terjadi secara spontan (sesudah lama kerja obat berakhir) atau dibantu dengan pemberian anti kolinesterase. Atrakurium merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi terpilih untuk pasien geriatric atau dengan kelainan jantung, hati, dan ginjal yang berat.Efek samping utama: Kardiovaskuler : Hipotensi, vasodilatasi, takikardi sinus, bradikardi sinus. Pulmoner : Hipoventilasi, apneu, bronkospasme, laringospasme, dispneu. Muskuloskelet : apabila tidak adekuat, akan menyebabkan blok lama. Dermatologik : Ruam, urtikaria.

2. Rokuronium Bekerja cepat dengan blokade nikotinik kolinoreseptor pada motor end-platePemberian pada pasien dengan gangguan ginjal dapat menghasilkan durasi yang panjang, terutama dengan pemberian berulangEfek terhadap kardiovaskuler dan pelepasan histamin tidak terjadi pada pemberian obat iniPada orang dewasa T nya 73 menit namun pada orang dengan gangguan hepar memanjang sebanyak 30 menit.Dosis intubasi 0,6 1 mg/kg dgn OOA 1-2 menit dan DOA 30-45 menit, dosis maintanance 0,15 mg/kg, dosis > 1 mg/kg tidak akan mempercepat relaksasi untuk intubasi, tetapi durasi efeknya akan lebih panjangObat inhalasi halogen (enflurane, isoflurane) memperkuat dan memperpanjang efek dari obat ini, terutama pada usia lanjut, gangguan fungsi hepar dan ginjal.Efek pada sirkulasi adalah peningkatan tekanan darah dan nadi3. Galamin (flaxedil) Obat pelumpuh otot non depolarisasi sintetik. Kemasan : ampul 2ml atau 3ml larutan 4%. Larutan dapat dicampur dengan thiopental. Lama kerja obat Berkisar 15-20 menit. Mula kerja sangat berhubungan dengan aliran darah otot. Mempunyai efek yang lemah pada ganglion saraf dan tidak menyebabkan pelepasan histamine. Memiliki sifat seperti atropine yaitu menyebabkan takikardia walaupun pada dosis kecil (20mg). Karena itu galamin cukup baik dipakai bersama anestetik halotan. Kenaikan tekanan darah dapat terjadi, tetapi ringan. Galamin dapat menembus sawar darah plasenta, tetapi tidak sampai mempengaruhi kontraksi uterus.

Ekskresi : ginjal dan sebagian kecil empedu. Penggunaan klinik : Memudahkan intubasi trakea. Dosis : 80-100mg IV ditunggu selama 2-3menit. Relaksasi pembedahan. Dosis : 2mg / kg BB / IV. Pada dosis sebesar 40mg jarang sampai menimbulkan paralisis diafragma dan pasien dapat tetap bernapas spontan walaupun sebagian otot rangka mengalami kelumpuhan. Teknik seperti ini sering dipakai untuk prosedur ginekologik. Sebagai profilaksis bradikardia selama anesthesia umum, misalnya pada pembedahan bola mata. Kontra indikasi : Pasien dengan takikardia Fungsi ginjal yang buruk atau ancaman gagal ginjal. Reaksi samping utama : Kardiovaskuler : Takikardi, Aritmia, Hipotensi Pulmoner : Hipoventilasi, Apneu Muskuloskelet : Blok tidak adekuat, blok yang diperpanjang.

4. Alkuronium Klorida (alloferine) Merupakan sintetik toksiferin, suatu alkaloid dari tanaman Strychnos toksifera. Kemasan : ampul 2ml yang mengandung 10mg Alkuronium klorida. Larutan tidak dapat dicampur thiopental. Mula kerja terjadi pada menit ke 3 untuk selama 15-20menit. Tidak bersifat pelepas histamine jaringan, tetapi dapat menghambat ganglion simpatik sehingga dapat menyebabkan hipotensi terutama pada pasien dengan penyakit jantung. Dapat berpotesiensi ringan dengan N2O-tiopental-narkotik. Mula kerja terjadi pada menit ke 3 untuk selama 15-20menit.

Tidak bersifat pelepas histamine jaringan, tetapi dapat menghambat ganglion simpatik sehingga dapat menyebabkan hipotensi terutama pada pasien dengan penyakit jantung. Dapat berpotesiensi ringan dengan N2O-tiopental-narkotik. Dosis relaksasi pembedahan : 0,15mg / kg BB / IV dewasa 0,125-0,2 mg / kg BB / IV anak-anak. Dosis intubasi trakea : 0,3 mg/ kg BB / IV Ekskresi : ginjal (70%) dalam bentuk utuh dan sebagian kecil melalui empedu. Dosis relaksasi pembedahan : 0,15mg / kg BB / IV dewasa 0,125-0,2 mg / kg BB / IV anak-anak. Dosis intubasi trakea : 0,3 mg/ kg BB / IV Ekskresi : ginjal (70%) dalam bentuk utuh dan sebagian kecil melalui empedu.

PILIHAN PELUMPUH OTOT Gangguan faal ginjal : atrakurium, vekuronium Gangguan faal hati : atrakurium Miastenia gravis : dosis 1/10 atrakurium Bedah singkat : atrakurium, rokuronium, mivakuronium Kasus obstetric : semua dapat digunakan kecuali galamin. TANDA-TANDA KEKURANGAN PELUMPUH OTOT Cegukan (hiccup) Dinding perut kaku. Ada tahanan pada inflasi paru.TANDA-TANDA KELEBIHAN PELUMPUH OTOTProlong ApneuBradikardia

PENAWAR PELUMPUH OTOT Pemulihan tonus otot rangka akibat pengaruh obat pelumpuh otot non depolarisasi bisa berlangsung secara spontan setelah masa kerja obat berakhir. Namun untuk mempercepat pemulihannya perlu diberikan obat antagonisnya, yaitu golongan obat anticholinesterase. Salah satu obat yang termasuk populer yang digunakan adalah neostigmin metilsulfat atau prostigmin dgn dosis 0,04-0,08 mg/kg.

Neostigmin metilsufat atau prostigmin: Merupakan obat anticholinesterase yang berkhasiat menghambat kerja enzim cholinesterase. Akumulasi Ach pada hubungan saraf otot akan meningkatkan kemampuan Ach untuk berkompetensi dengan obat pelumpuh otot non depolarisasi sehingga hantaran saraf otot kembali berlangsung normal dan tonus otot pulih kembali. Di pihak lain, akumulasi Ach pada ujung saraf cholinergik akan menyebabkan peningkatan aktivitas saraf cholinergik baik nikotiniknya maupun muskariniknya.

23Peningkatan aktivitas cholinergik menimbulkan tanggapan pada beberapa organ, antara lain bradikardi, hiperperistaltik, dan spasme saluran cerna, peningkatan sekresi kelenjar saluran cerna, saluran nafas dan kelenjar keringat, spasme bronkus, miosis, dan kontraksi vesika urinaria dan dapat dinetralisir oleh obat anticholinergik (sulfas atropin) dosis 0,01-0,02 mg/kg, sehingga dalam setiap penggunaannya untuk memulihkan efek obat pelumpuh otot non depolarisasi, neostigmin harus diberikan bersama-sama sulfas atropin, dalam satu spuit atau diberikan terpisah, tergantung kondisi pasien saat itu.

Penggunaan klinik prostigmin: Untuk memulihkan tonus otot setelah pemakaian obat pelumpuh otot non depolarisasi Untuk memulihkan peristatik usus akibat manipulasi pembedahan atau paralitik ileus Digunakan sebagai obat pilihan pada miatenia gravis. Dosis dan cara pemberiannya: Untuk memulihkan tonus otot akibat pengaruh obat pelumpuh otot, neostigmin akan diberikan secara bertahap mulai dengan dosis 0,5mg IV, selanjutnya dapat diulang sampai dosis total 5mg. Neostigmin dapat diberikan bersama-sama dengan sulfas atropin dengan dosis 1-1,5mg. Pada keadaan tertentu misalnya: takikardi atau demam, pemberian sulfas atropin dipisahkan dan diberikan setelah prostigmin.

TERIMA KASIH