bab 2 tinjauan pustakaeprints.umm.ac.id/39545/3/bab 2.pdf · ... sedangkan 5-10% yang lain adalah...

21
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komposisi Tubuh Komposisi tubuh adalah persentase berat tubuh yang terdiri dari jaringan nonlemak dan jaringan lemak. Menilai komposisi tubuh adalah langkah penting dalam mengevaluasi status kesehatan seseorang (Sherwood, 2012). Komposisi tubuh didefinisikan sebagai proporsi relatif dari jaringan lemak dan jaringan bebas lemak dalam tubuh. Komposisi tubuh terdiri dari empat komponen utama, yaitu jaringan lemak tubuh total (total body fat), jaringan bebas lemak (fat-free mass), mineral tulang (bone mineral), dan cairan tubuh (body water). Dua komponen komposisi tubuh yang paling umum diukur adalah jaringan lemak tubuh total dan jaringan bebas lemak (Williams, 2007). Tubuh manusia terdiri atas cairan dan zat padat. Zat padat menyusun 40% tubuh manusia seperti protein, lemak, mineral, karbohidrat, material organik dan non organic, 60% sisanya adalah cairan. Pembagian 60% dari komposisi cairan, 20% merupakancairan ekstraselular dan 40% nya adalah cairan intraselular (Corwin, 2009). Komposisi tubuh tersusun atas massa lemak (Fat Mass) dan massa non lemak (Free Fat Mass). Komposisi tubuh seperti lemak, otot, cairan badan, kerangka akan mengalami perubahan. Berat badan akan semakin meningkat karena energi dari makanan akan ditimbun sebagai lemak cadangan (Storage Fat). Penurunan aktivitas kerja fisik terjadi secara bersamaan dengan penimbunan lemak cadangan (Storage Fat) dimana akan berpengaruh terhadap komposisi tubuh (Sudibjo, 2012).

Upload: truongngoc

Post on 04-Apr-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komposisi Tubuh

Komposisi tubuh adalah persentase berat tubuh yang terdiri dari jaringan

nonlemak dan jaringan lemak. Menilai komposisi tubuh adalah langkah penting

dalam mengevaluasi status kesehatan seseorang (Sherwood, 2012). Komposisi

tubuh didefinisikan sebagai proporsi relatif dari jaringan lemak dan jaringan bebas

lemak dalam tubuh. Komposisi tubuh terdiri dari empat komponen utama, yaitu

jaringan lemak tubuh total (total body fat), jaringan bebas lemak (fat-free mass),

mineral tulang (bone mineral), dan cairan tubuh (body water). Dua komponen

komposisi tubuh yang paling umum diukur adalah jaringan lemak tubuh total dan

jaringan bebas lemak (Williams, 2007).

Tubuh manusia terdiri atas cairan dan zat padat. Zat padat menyusun 40%

tubuh manusia seperti protein, lemak, mineral, karbohidrat, material organik dan

non organic, 60% sisanya adalah cairan. Pembagian 60% dari komposisi cairan,

20% merupakancairan ekstraselular dan 40% nya adalah cairan intraselular

(Corwin, 2009).

Komposisi tubuh tersusun atas massa lemak (Fat Mass) dan massa non

lemak (Free Fat Mass). Komposisi tubuh seperti lemak, otot, cairan badan, kerangka

akan mengalami perubahan. Berat badan akan semakin meningkat karena energi dari

makanan akan ditimbun sebagai lemak cadangan (Storage Fat). Penurunan aktivitas

kerja fisik terjadi secara bersamaan dengan penimbunan lemak cadangan (Storage

Fat) dimana akan berpengaruh terhadap komposisi tubuh (Sudibjo, 2012).

7

Komposisi tubuh diukur untuk mendapatkan persentase lemak, tulang, air,

dan otot dalam tubuh. Pengukuran komposisi tubuh juga ditujukan untuk

mendeteksi kebutuhan tubuh terhadap asupan makanan serta mendapatkan

informasi yang relevan terhadap upaya pencegahan dan penanganan penyakit

(Arisman, 2011).

2.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi tubuh

Komposisi tubuh, termasuk massa lemak tubuh dapat berubah dan berbeda

pada tiap individu. Komposisi tubuh terdiri dari empat komponen utama, yaitu

jaringan lemak tubuh total (total body fat), jaringan bebas lemak (fat-free mass),

mineral tulang (bone mineral), dan cairan tubuh (body water). Dua komponen

komposisi tubuh yang paling umum diukur adalah jaringan lemak tubuh total dan

jaringan bebas lemak (Williams, 2007). Komposisi tubuh dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain:

2.1.1.1 Usia

Pengaruh usia terhadap komposisi tubuh menyebabkan perubahan

komposisi massa bebas lemak. Pada massa lemak, persentasenya masih tetap

namun terjadi redistribusi dari lemak subkutan ke lemak Viseral (WHO, 2011).

Perubahan komposisi tubuh yang khas pada proses menua adalah penurunan FFM

dan peningkatan FM. Suatu penelitian yang dilakukan pada 813 orang dewasa

menemukan adanya kecenderungan perubahan FFM dan FM pada berbagai usia.

Peningkatan FM terjadi secara konsisten dari usia 25 sampai 65 tahun, yaitu 17%

menjadi 29% pada pria dan 29% menjadi 38% pada wanita. Perubahan FFM tidak

begitu nyata sampai usia pertengahan. Setelah usia 45 tahun, terjadi penurunan

8

FFM dari 62 kg menjadi 55 kg pada pria dan dari 48 kg menjadi 39 kg pada

wanita (Basu dan Nair, 2012)

2.1.1.2 Jenis Kelamin

Terdapat perbedaan komposisi tubuh yang kecil antara perempuan dan laki-

laki sebelum usia pubertas, namun pada usia pubertas perbedaan menjadi sangat

besar dimana perempuan memiliki lebih banyak deposit lemak, sedangkan pada

laki-laki terbentuk lebih banyak jaringan otot (Williams, 2007). Estrogen

menyebabkan peningkatan jumlah simpanan lemak dalam jaringan subkutan.

Sebagai akibatnya, persentase lemak dalam jaringan subkutan pada tubuh wanita

dianggap lebih besar dibandingkan pada tubuh pria. Simpanan lemak terjadi pada

payudara, bokong dan pantat, yang merupakan karakteristik sosok feminism

(Setianingsih, 2012)

2.1.1.3 Nutrisi

Nutrisi dapat mempengaruhi komposisi tubuh dalam jangka waktu singkat,

seperti pada saat kekurangan air dan kelaparan ataupun dalam jangka waktu lama,

seperti pada chronic overeating yang dapat meningkatkan simpanan lemak tubuh.

Laporan hasil beberapa penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa

kebanyakan remaja kekurangan vitamin dan mineral dalam makanannya antara

lain folat, vitamin A dan E, Fe, Zn, Mg, kalsium dan serat. Hal ini lebih nyata

pada perempuan dibanding lelaki, sebaliknya tentang asupan makanan yang

berlebih (lemak total, lemak jenuh, kolesterol, garam dan gula) terjadi lebih

banyak pada lelaki daripada perempuan (IDAI, 2009).

9

2.1.1.4 Aktivitas fisik

Gaya hidup Sedentary dan perkembangan teknologi, media elektronik

menjadi penyebab berkurangnya aktivitas fisik sehingga terjadi penurunan

keluaran energi (Tiala, Tanudjaja dan Kalangi, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Adityawarman (2007), didapatkan bahwa

semakin tinggi aktivitas fisik maka persen lemak tubuh yang mewakili komposisi

tubuh semakin kecil.

2.1.2 Massa Lemak Tubuh / Fat Mass (FM)

Lemak merupakan sumber nutrisi yang menyumbangkan 60% dari total

energi yang dibutuhkan pada saat beristirahat dan juga dibutuhkan dalam jumlah

lebih besar saat berolahraga. Massa lemak terdistribusi tidak merata dalam tubuh kita

bergantung pada jenis kelamin, hormonal, lingkunan, genetik, usia, etnis dan aktifitas

fisik. Lemak disimpan dari tubuh dan berasal dari makanan yang dikonsumsi yang

disebut dengan lemak cadangan. Lemak cadangan dapat terdistribusi di jaringan

bawah kulit sebagai lemak subkutan serta di sekitar alat-alat visceral yang terdapat

didalam rongga dada dan rongga perut sebagai lemak visceral (Sudibjo, 2012)

2.1.3 Massa Non Lemak Tubuh / Fat Free Mass (FFM)

Massa bebas lemak biasa disebut Fat Free Mass (FFM), terdiri dari tulang,

otot, organ dan cairan (Sudibjo, 2012). FFM tersusun dari jaringan tanpa lemak

dan biasanya digunakan sebagai penanda langsung untuk massa otot rangka. Pada

pasien dengan penyakit kronis, FFM yang rendah juga dikaitkan dengan

morbiditas dan mortalitas (Frassen dan Rutten, 2014). Salah satu penyusun massa

non lemak tubuh adalah massa otot. Sekitar 40% berat badan tubuh adalah otot

10

skelet, sedangkan 5-10% yang lain adalah otot polos dan otot jantung (Saryono,

2011).

2.2 Massa Otot

2.2.1 Definisi massa otot

Otot adalah transduser (mesin) biokimia utama yang mengubah energi

potensial (kimiawi) menjadi energi kinetik (mekanis). Otot, jaringan tunggal

terbesar di tubuh manusia, membentuk sekitar 25% massa tubuh saat lahir, lebih

dari 40% pada orang dewasa muda, dan sedikit lebih kecil dari 30% pada usia

lanjut (Murray,2009). Masssa otot terdiri dari otot halus, otot rangka, dan air yang

terkandung dalam otot. Otot rangka yang paling terlihat adalah yang mengandung

sedikit lapisan lemak. Massa otot mengandung air dan protein. Pertambahan

massa otot bukanlah disebabkan pertambahan jumlah sel otot melainkan karena

pertambahan dari myofibril. Sehingga otot yang membesar akibat dari latihan

bukanlah karena bertambah banyaknya sel otot (hiperplasi) melainkan karena

bertambahnya volume otot (hipertropi) (Herman, 2010).

2.2.2 Perbedaan massa otot laki – laki dan perempuan

Struktur anatomis baik morfologis maupun histologis terdapat perbedaan

antara laki laki dan wanita. Perbedaan tersebut mulai tampak jelas pada akhir usia

adolesen (remaja). Perbedaan terdapat pada struktur otot, dimana otot pada laki

laki lebih sedikit mengandung lemak sehingga demikian kemampuan otot pada

laki laki berpotensi memiliki kekuatan yang lebih besar dari wanita. Proporsi

lemak terhadap otot pada wanita adalah 18:35, sehingga kekuatan otot kurang dan

secara anatomi wanita lebih kecil 7-10% dari pada pria, sedangkan pada pria

11

proporsi lemak terhadap otot laki - laki adalah 18:42 sehingga kekuatan otot

maksimal dan secara anatomi pria lebih besar 7-10% dari pada wanita (Seftya,

2012).

Sampai pada 16 tahun rasio masa tumbuh antara wanita dan pria adalah

sama. Setelah masa puber massa otot pria 50% lebih besar sehingga rasio massa

tubuh secara umum menjadi lebih besar. Bertambahnya massa otot setelah

pubertas berpengaruh terhadap kekuatan otot. Laki – laki memilki kekuatan otot

yang lebih besar daripada perempuan. Perbedaan ini disebabkan karena pada laki

– laki ada pertambahan sekresi hormon testosteron. (Widya, 2012).

2.2.3 Fungsi Otot

Menurut Saryono (2011) otot mempunyai beberapa fungsi utama di dalam

tubuh, yaitu :

1. Menghasilkan pergerakan

Pergerakan dihasilkan dari kontraksi otot skelet. Otot skelet bertanggung

jawab untuk semua pergerakan dan manipulasi. Pergerakan mengijinkan

seseorang untuk berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan eksternal.

Otot mengontrol pergerakan mata, ekspresi muka(skelet),

sirkulasi(jantung) dan pergerakan gas, cairan dan padat melalui organ(otot

polos).

2. Mempertahankan postur dan posisi tubuh

Otot skelet digunakan secara konstan untuk mempertahankan posisi

duduk, berdiri dan pergerakan postur. Perkembangan otot postur

berkompensasi melawan gaya gravitasi yang terus menerus. Kunci

12

perkembangan ketika bayi merupakan kemenangan awal melawan gaya

gravitasi. Kurva tulang belakang (spinal column) dibentuk oleh hubungan

yang saling mempengaruhi antara gaya gravitasi dan beban pada otot

skelet.

3. Stabilisasi persendian

Otot skelet menyediakan stabilitas sendi yang dinamis. Banyak sendi yang

lemah menjadi diperkuat dengan ligament dan jaringan konektif. Banyak

pula sendi yang permukaannya tidak saling berkomplemen, sehingga tidak

berkontribusi terhadap stabilitas.

4. Mendukung jaringan lunak

Otot memberikan bentuk dan melindungi jaringan yang lunak dari organ

dalam.

5. Mempertahankan suhu tubuh

Otot menghasilkan panas ketika berkontraksi. Panas yang dihasilkan

sangat penting untuk mempertahankan suhu tubuh normal. Otot skelet

menghasilkan banyak panas karena ini menunjukkan 40% massa tubuh.

Kelebihan panas harus dilepaskan untuk mempertahankan suhu tubuh

(Saryono, 2011).

2.2.4 Faktor yang mempengaruhi massa otot

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi massa otot seseorang, antara lain

aktivitas fisik, jenis kelamin, usia dan diet.

13

2.2.4.1 Aktivitas fisik

Dalam jangka panjang, kebiasaan olahraga juga dapat meningkatkan

tampilan fisik, yaitu massa otot yang lebih besar. Kebiasaan olahraga berpengaruh

terhadap peningkatan massa otot. Massa otot seringkali menjadi ukuran fisik yang

diharapkan oleh sebagian besar pria dewasa (Nuansa, 2014).

Massa otot akan bertampah apabila latihan fisik yang dilakukan benar-

benar dilakukan dengan sungguh-sungguh, terukur, teratur dan kontinyu. Program

latihan body building dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan massa otot dada, lengan, paha, dan betis. Peningkatan massa otot

tersebut disababkan karena adanya rangsangan dari luar berupa latihan dengan

menggunakan beban luar yaitu gym machine. Latihan ini dapat merangsang otot-

otot besar hingga dapat memperbesar massanya (Nasrulloh, 2012). Fungsi

metabolik antara serat otot merah dan putih pada manusia berbeda. Serat otot

merah/otot lambat/slow twitch mempunyai mioglobin lebih banyak (sebagai

penyimpan oksigen yang dibawah darah untuk sel yang bekerja) secara

biokimiawi lebih baik untuk kerja aerobik/ketahanan. Serat otot putih/otot

cepat/fast twitch mengandung banyak glikogen (karbohidrat) dan lebih baik dalam

kerja anaerobic, singkat dan tipe latihan intensif (Knechtle B, 2011). Hal ini dapat

mempengaruhi jumlah kandungan air pada tubuh seseorang dan persentase serat

otot tidak dapat dirubah, namun dengan latihan yang ekstensif dan spesifik dapat

meningkatkan kapabilitas dari serat-serat otot dan mengubah struktur biokimianya

(Wangko, 2014).

14

2.2.4.2 Jenis kelamin

Laki-laki memiliki massa non lemak, massa mineral tulang dan otot lebih

besar dibandingkan perempuan. Perempuan memiliki lemak spesifik yang mulai

timbul sejak masa pubertas dan tersebar di daerah payudara, perut bagian bawah dan

sekitar alat genital sehingga berbeda dengan laki-laki, pola distribusi perempuan

memiliki ciri khas saat masa pubertas (Sudibjo, 2012).

2.2.4.3 Usia

Efek usia signifikan pada masa pertumbuhan dan perkembangan karena

terjadi proses pembentukan otot dan jaringan tubuh lain, sedangkan pada usia

dewasa massa otot mulai berkurang yang dapat disebabkan oleh penurunan

aktivitas fisik (Williams, 2007).

2.2.4.4 Diet

Selain olahraga, pembentukan massa otot juga didukung oleh zat gizi

pembentuk otot, yaitu energi dan protein. Massa otot dipengaruhi oleh tingkat

kecukupan energi dan protein, yaitu tingkat kecukupan energi dan protein yang

defisit menyebabkan penurunan massa otot (Nuansa, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Famelia (2008), didapatkan bahwa dari

hasil pengukuran preparat jaringan otot dan pengamatan dengan fotomikrograf,

terlihat bahwa jumlah miofibril mengalami peningkatan yang signifikan antar

perlakuan seiring dengan penambahan dosis suplemen asam amino.

Suplementasi asam amino mempengaruhi massa otot melalui

perubahan sintesis protein, dengan peningkatan asupan protein akan

menyebabkan peningkatan keseimbangan protein arah positif yang

15

kemudian menyebabkan peningkatan sintesis protein. Peningkatan sintesis

protein secara perlahan akan menyebabkan hipertropi otot yang pada

akhirnya akan berpengaruh pada komposisi tubuh (Setiowati, 2013).

2.2.4.5 Hormonal

Rata-rata orang laki-laki sehat akan memproduksi 2 sampai 10 miligram

testosterone dalam setiap harinya. Efek dari hormon anabolik ini dapat menjaga

tubuh untuk mempertahankan protein, juga dapat membantu dalam pertumbuhan

otot, tulang dan kulit. Karakteristik androgenik dari testosteron adalah

berhubungan dengan sifat kelaki-lakian. Hormon ini akan berpengaruh menjadi

lebih agresif dan sex drive (Andiana, 2012). Testosterone mempunyai efek

androgenik dan merupakan hormon anabolik yang mendukung pertumbuhan otot

yang penting untuk pertumbuhan normal selama masa kanak-kanak dan awal

masa dewasa, khususnya pada laki-laki (Frederiksen, 2012).

2.3 Remaja

2.3.1 Definisi remaja

Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut Adolescence, berasal dari

bahasa latin Adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai

kematangan. Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat

penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga

mampu bereproduksi (Sitompul, 2010).

Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

Terjadi berbagai macam perubahan dalam periode transisi ini, baik perubahan

hormonal, fisik, psikologis maupun sosial. Perubahan ini terjadi dengan sangat

16

cepat dan terkadang tanpa kita sadari. Perubahan fisik yang menonjol adalah

perkembangan tanda-tanda seks sekunder, terjadinya pacu tumbuh, perubahan

perilaku serta hubungan sosial dengan lingkungannya (Batubara, 2010).

Remaja adalah masa di mana terjadi gejolak yang menggelisahkan karena

dalam tubuh terjadi perubahan-perubahan hormonal. Perubahan hormonal ini

menyebabkan perilaku yang kadang tidak terduga pada para remaja, dan

menimbulkan ketidakmengertian pada orang-orang di sekelilingnya. Apalagi,

pada saat yang bersamaan, terjadi perubahan dari sisi morfologis, di mana mulai

nampak dimorfisme seksual (perbedaan antara laki-laki dan perempuan), yang

disebabkan oleh berfungsinya jenis-jenis hormon yang berbeda di antara kedua

jenis kelamin (Artaria, 2013).

Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah mereka yang

berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia

remaja menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) adalah

antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Remaja adalah anak usia 10-20

tahun yang merupakan usia antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dan

sebagai titik awal proses reproduksi (Mutfika, 2011).

2.3.2 Tahapan remaja

Perubahan fisik yang cepat dan terjadi secara berkelanjutan pada remaja

menyebabkan para remaja sadar dan lebih sensisitif terhadap bentuk tubuhnya dan

mencoba membandingkan dengan kehidupan sosialnya yaitu dengan teman-teman

sebaya. (Batubara, 2010).

17

Perubahan psikososial pada remaja dibagi dalam tiga tahapan. Tahapan

untuk mencapai kematangan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1)

masa remaja awal/dini (Early adolescence): umur 11-13 tahun; 2) masa remaja

pertengahan (Middle adolescence): umur 14-16 tahun; 3) masa remaja lanjut (Late

adolescence): umur 17-20 tahun (Soetjiningsih, 2004 ; Kemenkes, 2011).

1) Masa remaja awal/dini (Early adolescence).

Karakteristik remaja awal yaitu mengalami pertumbuhan fisik dan seksual.

Tahapan perkembangan masa remaja awal pada proses pertumbuhan fisik kerap

kali membandingkan sesuatu dengan teman sebayanya dan sangat mementingkan

penerimaan oleh teman sebaya (Kurnianingsih, 2009). Perkembangan seksualnya

mengalami pematangan sehingga seringkali terangsang secara seksual.

Rangsangan ini diakibatkan oleh faktor internal yaitu meningkatnya kadar

testosteron pada laki-laki dan estrogen pada remaja perempuan (Soetjiningsih,

2004). Rangkaian akibat perubahan somatik dan fisiologis ini meningkatkan

kecepatan kematangan seksual dari remaja awal (early adolescene)

(Kurnianingsih, 2009).

2) Masa remaja pertengahan (Middle adolescence)

Masa remaja pertengahan ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan

berpikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun

individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri. Belajar mengendalikan

impulsivitas dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan

tujuan yang ingin dicapai (Soetjiningsih, 2004).

18

Masa remaja pertengahan sudah mengalami pematangan fisik secara

penuh yaitu anak laki-laki sudah mengalami mimpi basah sedangkan anak

perempuan sudah mengalami haid. Bentuk tubuh sudah terlihat dan sering remaja

merasa tidak puas dengan bentuk tubuh mereka. Usaha untuk merubah citra tubuh

sesuai yang mereka inginkan sering ditemukan pada tahapan ini (Kurnianingsih,

2009).

Rata-rata kecepatan pertumbuhan pada masa remaja pertengahan anak

perempuan dengan puncak pertumbuhan cepat pada usia 11,5 tahun dengan

kecepatan tertinggi 8,3 cm pertahun dan kemudian melambat dan berhenti pada

usia 16 tahun. Rata-rata anak laki-laki pertumbuhan cepatnya mulai memuncak

pada usia 13,5 tahun dengan 9,5 cm pertahun, kemudian melambat dan berhenti

pada usia 18 tahun (Mutfika, 2011).

3) Masa remaja lanjut (Late adolescence)

Karakteristik pada tahap ini umumnya sudah merasa nyaman dengan nilai

dirinya (Kurnianingsih, 2009). Selama periode ini remaja berusaha memantapkan

tujuan dan mengembangkan Sense of Personal Identity. Keinginan yang kuat

untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang

dewasa (Muftika, 2011). Tahap terakhir perkembangan payudara, penis, dan

rambut kemaluan pada usia 17-18 tahun pada 95% pria dan wanita juga menjadi

ciri dalam tahapan ini (Soetjiningsih, 2004).

Kesimpulan secara umum pada ciri-ciri yang dimiliki remaja berdasarkan

uraian diatas adalah sebagai berikut : terjadi pematangan fisik-biologik,

meningkatnya empati sesamanya, meningkatnya keinginan untuk bebas dari

19

ketergantungan, suka mengganggu sesamanya, meningkatnya hubungan dengan

teman sebayanya, meningkatnya orientasi seksual, memasuki masa menahan

birahi, dan masa mencoba-coba aktifitas seksual (Kemenkes, 2011 ; Siswianti

2012).

2.3.3 Perubahan fisik remaja

Fisik atau tubuh manusia merupakan system organ yang kompleks dan

sangat mengagumkan. Organ-organ yang terdapat padah tubuh manusia terbentuk

pada periode prenatal (dalam kandungan). Perkembangan fisik individu meliputi

empat aspek, yaitu system saraf, otot-otot yang mempengaruhi perkembangan

kekuatan dan kemampuan motorik, kelenjar endokrin yang menyebabkan

munculnya pola-pola tingkah laku baru serta struktur fisik/tubuh, yang meliputi

tinggi, berat dan proporsi tubuh (Ramadan, 2013).

Berat badan (BB) juga sering digunakan untuk menyatakan pertumbuhan.

Berat badan remaja perempuan sebelum pacu tumbuh sekitar 2 kg pertahun, saat

masuk usia pacu tumbuh rata-rata kenaikan berat badan sekitar 3 – 3,5 kg

pertahun. Puncak peningkatan berat badan remaja perempuan pada usia 18 tahun

dengan peningkatan sebanyak 8 kg pertahun. Pacu tumbuh otot tertinggal 3-6

bulan dari pacu tumbuh berat badan (Soetjiningsih, 2004). Bagi anak laki-laki,

permulaan periode pertumbuhan pesat tinggi badan dimulai rata-rata pada usia

12,8 tahun dan berakhir rata-rata pada usia 15,3 tahun, dengan puncaknya pada

empat belas tahun. Peningkatan tinggi badan yang terbesar terjadi setahun sesudah

dimulainya masa pubertas. Pertumbuhan mulai menurun dan berlangsung lambat

sampai usia dua puluh atau dua puluh satu. Karena periode pertumbuhan yang

20

lebih lama, anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan pada saat sudah

matang (Bangun, 2012).

Di Norwegia, menarche atau haid pertama, sekarang terjadi pada usia 13

tahun ke atas, dibandingkan dengan usia 17 tahun pada tahun 1840-an. Menarche

adalah sebuah peristiwa yang menandai masa pubertas, namun bukan satu –

satunya ciri yang muncul (Santrock, 2009). Perkembangan seks sekunder

diakibatkan oleh perubahan sistem hormonal tubuh yang terjadi selama proses

pubertas. Perubahan komposisi tubuh terjadi karena pengaruh hormon steroid

seks. Perubahan hormonal akan menyebabkan terjadinya Breast Budding atau

tunas payudara pertumbuhan rambut pubis, meningkatnya aktivitas kelenjar

keringat, pertumbuhan rambut di lengan dan muka serta menarche pada anak

perempuan. Pubertas pada anak laki-laki ditandai dengan pertumbuhan penis,

perubahan suara, pertumbuhan rambut di lengan dan muka, terjadinya

peningkatan produksi minyak tubuh, meningkatnya aktivitas kelenjar keringat,

meningkatnya volume testis dan timbulnya jerawat (Batubara, 2010).

Rambut aksila akan tumbuh setelah rambut pubis tumbuh, sedangkan

kumis dan janggut baru tumbuh belakangan. Rambut aksila bukan merupakan

petanda pubertas yang baik oleh karena variasi yang sangat besar. Perubahan

suara terjadi karena bertambah panjangnya pita suara akibat pertumbuhan laring

dan pengaruh testosteron terhadap pita suara. Perubahan suara terjadi bersamaan

dengan pertumbuhan penis, umumnya pada pertengahan pubertas. Mimpi basah

atau Wet Dream terjadi sekitar usia 13-17 tahun, bersamaan dengan puncak

pertumbuhan tinggi badan. Pada anak perempuan awal pubertas ditandai oleh

21

timbulnya Breast Budding atau tunas payudara pada usia kira-kira 10 tahun,

kemudian secara bertahap payudara berkembang menjadi payudara dewasa pada

usia 13-14 tahun. Rambut pubis mulai tumbuh pada usia 11-12 tahun dan

mencapai pertumbuhan lengkap pada usia 14 tahun. Menarche terjadi pada fase

akhir perkembangan pubertas yaitu sekitar 12,5 tahun (Batubara, 2010).

2.4 Antropometri

2.4.1. Definisi antropometri

Pengukuran antropometri ada 2 tipe yaitu pertumbuhan, dan ukuran

komposisi tubuh yang dibagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan massa tubuh yang

bebas lemak. Penilaian pertumbuhan merupakan komponen esensial dalam surveilan

kesehatan anak karena hampir setiap masalah yang berkaitan dengan fisiologi,

interpersonal, dan domain sosial dapat memberikan efek yang buruk pada

pertumbuhan anak. Alat yang sangat penting untuk penilaian pertumbuhan adalah

kurva pertumbuhan (growth chart) pada gambar terlampir, dilengkapi dengan alat

timbangan yang akurat, papan pengukur, stadiometer dan pita pengukur (Narendra,

2006).

Antropometri berasal dari kata anthropos yang berarti Man (orang) dan

Metron (ukur). Antropometri adalah studi tentang pengukuran individu manusia

untuk mengetahui variasi fisik manusia dan berkembang sebagai ilmu yang

mempelajari klasifikasi dan identifikasi perbedaan ras dan jenis kelamin (Yagain et

al, 2012).

Antropometri meliputi penggunaan secara hati-hati dan teliti dari titik-titik

pada tubuh untuk pengukuran, posisi spesifik dari subjek yang ingin diukur dan

penggunaan alat yang benar. Pengukuran yang dapat dilakukan pada manusia

22

secara umum meliputi pengukuran massa, panjang, tinggi, lebar, dalam,

circumference (putaran), curvatur (busur), pengukuran jaringan lunak (lipatan

kulit). Pada intinya pengukuran dapat dilakukan pada tubuh secara keseluruhan

maupun membagi tubuh dalam bagian yang spesifik (Herawati, 2011).

2.4.2. Tujuan antropometri

Tujuan antropometri menurut National Health and Nutrition Examination

Surveys (NHANES) adalah untuk mengumpulkan data pengukuran tubuh yang

berkualitas dengan menggunakan prosedur yang baku dan alat yang sudah

terkalibrasi dengan tepat (CDC, 2007).

Antropometri adalah pengukuran yang digunakan untuk menentukan

keadaan gizi seseorang yang digambarkan salah satunya melalui IMT. IMT adalah

cara yang sederhana untuk memantau status gizi. Status gizi optimal merupakan

cara untuk menghindari malnutrisi karena status gizi yang baik merupakan salah

satu dasar pembentuk sumber daya manusia yang berkualitas (Indra dan

Wulandari, 2013).

2.4.3 Pengukuran Antropometri

Pengukuran antropometri antara lain untuk mengetahui Indeks Massa Tubuh

(IMT) dengan mengukur berat badan (BB), tinggi badan (TB) saat berdiri,

panjang tubuh (PB) saat berbaring (Arini, 2010). Indeks Massa Tubuh (IMT)

direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk menentukan status gizi

(Hartono, 2006). Berikut tabel klasifikasi berat badan berdasarkan IMT :

23

Tabel 2.1 Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan IMT Klasifikasi IMT

Underweight <18,50

Normal 18,5 – 24,9

Overweight 25,0-29,9

Obese >30,0

2.4.4 Pengukuran ukuran-ukuran antropometris

a. Berat Badan (BB)

Pengukuran dilakukan menggunakan timbangan yang diukur dalam posisi

berdiri di atas timbangan badan tanpa sepatu dan pakaian yang minimum

dengan satuan kilogram (Kg) (CDC, 2007)

b. Tinggi Badan (TB)

Pengukuran tinggi dengan berdiri merupakan penilaian ukuran tinggi

badan yang maximal. Penilaian ini digunakan untuk anak di atas usia 2 tahun

atau lebih tua yang dapat berdiri tanpa membutuhkan bantuan. Pengukuran

dilakukan dalam posisi berdiri tegak (boleh bersandar), kaki rapat, kepala

dalam posisi dataran Frankfurt, dan menggunakan antropometer dengan

satuan centimeter (cm) salah satunya dapat diukur dengan menggunakan

pengukur tinggi badan MIC health scale. (CDC, 2007).

(CDC, 2015)

24

Gambar 2.1 Posisi Pengukuran Tinggi Badan yang Benar

2.4.5 Pengukuran Distribusi Massa Otot dengan BIA

Bioelectrical Impedance Analysis(BIA) berguna untuk memprediksi Fat-

Free Mass(FFM) di seluruh dan beberapa bagian tubuh (Ohta, 2016). Meskipun

dual energy X-ray absorptiometry(DXA), computed tomography dan magnetic

resonance imaging(MRI) dianggap sebagai metode referensi untuk

mengidentifikasi massa otot rangka di usia lanjut dan pasien dengan penyakit

kronis, akses instrumen ini mungkin terbatas dalam praktek klinis. Untuk alasan

ini, Bioelectrical Impedance Analysis(BIA) dapat berguna sebagai alat untuk

menilai massa otot rangka (Gonzales, 2017).

Metode non-invasif dan cepat, BIA(Bioelectrical Impedance Analysis)

adalah yang paling umum digunakan memperkirakan komposisi tubuh.

(CDC, 2007)

25

Dibandingkan dengan metode lain seperti hydrodensitometry, Magnetic

Resonance Imaging(MRI), dual-energy X-ray absorptiometry (DXA), BIA

mempunyai beberapa keunggulan, selain lebih terjangkau, teknik BIA aman,

cepat, membutuhkan sedikit keterampilan dari operator, mudah dibawa dan akurat

dalam menentukan massa otot dan massa lemak (Knechtle, 2011).

(Tanita Instruction Manual)

Gambar 2.2 BIA

2.5 Hubungan Massa Otot dengan Kesehatan

Otot merupakan alat gerak aktif, dan gerakan tubuh hanya dapat terjadi

jika ada kontraksi (pemendekan ) otot . Kita dapat bergerak karena otot dan

persendian. Kekuatan kontraksi tergantung dari otot. Otot merupakan 40-45% dari

berat tubuh seseorang. Didalam tubuh kita terdapat 217 pasang otot rangka. Otot

terdiri dari empat macam komponen; Jaringan otot yang terdiri dari sel-sel otot,

Jaringan ikat, Saraf, Urat-urat darah. Hampir 50 % dari berat badan manusia

terdiri atas organ ini yang paling berperan adalah otot dan tulang serta sendi. Otot

yang dapat berkontraksi dengan demikian gerakan dapat terjadi. Pertambahan

massa otot bukanlah disebabkan pertambahan jumlah sel otot melainkan karena

pertambahan dari myofibril. Sehingga otot yang membesar akibat dari latihan

26

bukanlah karena bertambah banyaknya sel otot (hiperplasi) melainkan karena

bertambah nya volume otot (hipertropi) (Herman, 2010).

Kekuatan otot adalah kekuatan untuk mengatasi atau melawan beban saat

menjalankan aktivitas. Kekuatan otot pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya: ukuran diameter otot, ukuran ketegangan pada saat kontraksi,

banyaknya motor unit, tipe kontraksi otot, tipe serabut otot, simpanan dan suplai

darah, keceptan kontraksi, motivasi orang yang bersangkutan (Setiawan, 2014).