pelarut, dan cara penyiapan simplisia

24
MAKALAH PREPARASI SIMPLISIA DARAT DAN LAUT PEMILIHAN PELARUT, KEPOLARAN DAN KEAMANANNYA Kelompok 3 Fitokimia Farmasi A 1. Abdallah Hamad El-maqboul 2. Amiruddin 3. Pratiwi Ningsi 4. Fathanah Arief 5. Yasjudani 6. A.zulfiati 7. Lisa fitriani JURUSAN FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

Upload: pratiwi-nengsi-said

Post on 30-Jan-2016

57 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pelarut, dan cara penyiapan simplisia darat dan alut

TRANSCRIPT

Page 1: Pelarut, dan cara penyiapan simplisia

MAKALAH

PREPARASI SIMPLISIA DARAT DAN LAUT

PEMILIHAN PELARUT, KEPOLARAN DAN

KEAMANANNYA

Kelompok 3 Fitokimia

Farmasi A

1. Abdallah Hamad El-maqboul

2. Amiruddin

3. Pratiwi Ningsi

4. Fathanah Arief

5. Yasjudani

6. A.zulfiati

7. Lisa fitriani

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

Page 2: Pelarut, dan cara penyiapan simplisia

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

kita kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas

makalah Fitokimia “Preparasi sampel darat dan laut, pemilihan pelarut,

kepolaran dan keamanannya”. Tak lupa pula kita kirimkan salam dan shalawat

kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam

kegelapan menuju alam yang terang berderang seperti sekarang ini.

Tugas makalah Fitokimia “Preparasi sampel darat dan laut, pemilihan

pelarut, kepolaran dan keamanannya” ini disusun sebagai salah satu penunjang

nilai yang diberikan oleh dosen dalam proses perkuliahan. Semua hasil pencarian

literatur kelompok kami telah terlampir dalam makalah ini.

Tugas makalah Fitokimia “Preparasi sampel darat dan laut, pemilihan

pelarut, kepolaran dan keamanannya” ini tentu saja memiliki kendala dalam

pembuatannya. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen

maupun teman-teman sekalian yang telah membantu dalam pembuatan makalah

ini.

Akhir kata “tak ada gading yang tak retak”, penulis menyadari akan

banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Dan demi kesempurnaan

penyusunan Tugas makalah Fitokimia “Preparasi sampel darat dan laut,

pemilihan pelarut, kepolaran dan keamanannya” selanjutnya kami mohon kritik

dan saran dari pembaca.

Wassalam.

Samata-Gowa,

Page 3: Pelarut, dan cara penyiapan simplisia

Oktober 2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain

simplisia merupakan bahan yang dikeringkan.

Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun

kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal, dan

untuk dapat memenuhi syarat minimal itu, ada beberapa faktor yang

berpengaruh, antara lain adalah:

1. Bahan baku simplisia

2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku

simplisia

3. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia

Pemilihan sumber tanaman obat sebagai bahan baku simplisia nabati

merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada mutu simplisia,

termasuk di dalamnya pemilihan bibit (untuk tumbuhan hasil budidaya) dan

pengolahan maupun jenis tahan tempat tumbuh tanaman obat.

Maka dari itu melihat pentingnya, mengetahui dan memahami, cara

yang tepat dalam penyiapan atau preparasi sampel hingga proses ekstraksinya

Page 4: Pelarut, dan cara penyiapan simplisia

dan pemilihan cairan penyarinya, makalah ini dibuat agar mahasiswa mampu

untuk mengerti, dan mampu untuk mengaplikasikannya di kehidupan nyata

B. Tujuan

Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan bagaimana cara

penyiapan sampel simplisia, ekstraksi dan pemilihan pelarut yang akan

digunakan

C. Rumusan Masalah

1. Bagaiman cara prepasi simplisia?

2. Bagaimana cara prepasi sampel darat dan sampel laut

3. Bagaimana cara pemilihan Pelarut yang tepat dan aman?

4. Bagaimana kepolaran pelarut mampu mempengaruhi proses ekstraksi?

5. Sebutkan jenis jenis Pelarut berdasarkan kepolarannya!

Page 5: Pelarut, dan cara penyiapan simplisia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Penyiapan / Preparasi Sampel

Adapun tahapan – tahapan pembuatan simplisia secara garis besar adalah:

1. Pengumpulan bahan baku

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara

lain tergantung pada:

a. Bagian tanaman yang digunakan

b. Lingkungan tempat tumbuh

2. Sortasi basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau

bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia

yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti

tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak serta pengotor-

pengotor lainnya harus dibuang

3. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor

lainnya yang    melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan

dengan air bersih yang mengalir

4. Perajangan

Page 6: Pelarut, dan cara penyiapan simplisia

Beberapa jenis bahna simplisia tertentu ada yang memerlukan

proses perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk

mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.

5. Pengeringan

Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang

tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu lama

6. Sortasi kering

Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing dan

pengotor-pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia

kering.

7. Pengepakan dan penyimpanan

Simplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena faktor

luar dan dalam, antara lain cahaya, oksigen, reaksi kimia intern, dehidrasi,

penyerapan air, pengotoran, serangga dan kapang

Contoh Preparasi sampel Darat

Buah

1. Pengumpulan dan Penyiapan Sampel

2. Sampel yang digunakan adalah buah sawo manila (Achras zapota

L.). Buah sawo yang telah dikumpulkan dicuci dan dipotong kecil-

kecil kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Buah

sawo manila yang telah kering dihaluskan dengan cara diblender.

Sampel disimpan di tempat kering sebelum digunakan.

3. Ekstraksi menggunakan Metode Maserasi

Page 7: Pelarut, dan cara penyiapan simplisia

Sampel buah sawo manila (Achras zapota L) yang telah

diserbukkan, ditimbang sebanyak 500 gram dimasukkan dalam

wadah maserasi dan ditambahkan etil asetat hingga terendam dan

ditutup rapat, dibiarkan selama 24 jam di tempat yang terlindung

dari sinar matahari langsung sambil diaduk sekali-kali. Disaring

dan dipisahkan ampas dan filtratnya.

Contoh Preparasi sampel Laut

Spons

1. Penyiapan sampel

Sampel spons yang telah diambil dari laut kemudian dibersihkan

dari kotoran-kotoran yang melekat lalu dicuci air mengalir,

kemudian dipotong kecil-kecil.

2. Ekstraksi dengan  Maserasi

a. Sampel yang telah dibersihkan dan dipotong kecil-kecil lalu

dimasukkan kedalam toples

b. Sampel direndam dengan 1,3 liter metanol

c. Sampel direndam selama 2-3 hari

d. Sampel disaring dengan kain saring dan kertas saring

e. Sampel lalu diuapkan untuk pengujian selanjutnya

B. Pemilihan Pelarut

ada beberapa alasan mengapa memilih metode ekstraksi, antara lain :

1. Apabila senyawa yang akan dipisahkan terdiri dari komponen-komponen

yang mempunyai titik didih yang berdekatan. 

Page 8: Pelarut, dan cara penyiapan simplisia

2. Sensitif terhadap panas 

3. Merupakan campuran azeotrop.

Berdasarkan fase zat terlarut dan pelarut, ekstraksi dibedakan menjadi

ekstraksi cair cair, ekstraksi padat-cair dan ekstraksi gas-cair. Ekstraksi padat cair

sering disebut dengan pelindian atau leaching. Jika zat terlarut yang tidak

dikehendaki akan dihilangkan dari padatan dengan menggunakan air maka proses

leaching tersebut dinamakan pencucian. Proses ekstraksi padat cair ini banyak

digunakan pada industri bahan makanan, farmasi dan ekstraksi minyak nabati.

Beberapa pelarut organik sering digunakan dalam ekstraksi padat-cair adalah

alkohol (etanol), heksan, kloroform dan aseton.

Sedang faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses ekstraksi antara lain :

1. Jenis pelarut

Jenis pelarut mempengaruhi senyawa yang tersari, jumlah solut yang

terekstrak dan kecepatan ekstraksi. Dalam dunia farmasi dan produk bahan

obat alam, pelarut etanol, air dan campuran keduanya lebih sering dipilih

karena dapat diterima oleh konsumen.

2. Temperatur

Secara umum, kenaikan temperatur akan meningkatkan jumlah zat terlarut

ke dalam pelarut. Temperatur pada proses ekstraksi memang terbatas

hingga suhu titik didih pelarut yang digunakan.

3. Rasio pelarut dan bahan baku

Jika rasio pelarut-bahan baku besar maka akan memperbesar pula jumlah

senyawa yang terlarut. Akibatnya laju ekstraksi akan semakin meningkat.

Page 9: Pelarut, dan cara penyiapan simplisia

Akan tetapi semakin banyak pelarut, proses ekstraksi juga semakin mahal.

digunakan maka proses hilirnya akan semakin mahal.

4. Ukuran partikel

Laju ekstraksi juga meningkat apabila ukuran partikel bahan baku semakin

kecil. Dalam arti lain, rendemen ekstrak akan semakin besar bila ukuran

partikel semain kecil.

Pemilihan pelarut dalam proses ekstraksi

Pelarut yang baik pada proses ekstraksi adalah berdasarkan pada interaksi

antara solut-pelarut. Pemilihan pelarut ekstraksi ini dapat dipilih menggunakan :

1. Tabel Robin (Robin Chart)

Tabel Robin menyajikan sistem pemilihan pelarut bagi suatu solut

berdasarkan komposisi kimianya. Tabel Robin menyajikakan deviasi

negatif, positif, atau netral dari interaksi solut-pelarut terhadap larutan

ideal. Deviasi negatif dan netral mengindikasikan interaksi yang bagus

diantara kelompok solut dan pelarut, sehingga kelarutan solut dalam

pelarut menjadi tinggi.

2. Parameter kelarutan Hildebrand

Penggunaan parameter kelarutan dalam pemilihan pelarut adalah

berdasar aturan kimia yang telah dikenal yakni “like dissolved like”. Jika

gaya antar molekul antara molekul pelarut dan solute memiliki kekuatan

yang mirip, maka pelarut tersebut merupakan pelarut yang baik bagi solut

tersebut.

Page 10: Pelarut, dan cara penyiapan simplisia

3. Pertimbangan Kriteria Pelarut

Selain menggunakan parameter kelarutan Hildebrand atau Tabel

Robin, pemilihan pelarut juga dilakukan dengan mempertimbangkan

beberapa kriteria pemilihan pelarut seperti :

1. Selektivitas

Pilih pelarut yang selektif sesuai polaritas senyawa yang akan disari

agar mendapat ekstrak yang lebih murni.

2. Kestabilan kimia dan panas

Pelarut yang dipilih harus stabil pada kondisi operasi ekstraksi dan

proses hilir.

3. Kecocokan dengan solut

Pelarut tidak boleh bereaksi dengan senyawa yang terlarut.

4. Viskositas

Jika viskositas pelarut yang rendah maka koefisien difusi akan

meningkat sehingga laju ekstraksi pun juga meningkat.

5. Recoveri pelarut

Guna meningkatkan nilai ekonomis proses, pelarut perlu direcoveri

sehingga dapat digunakan kembali. Pelarut yang mempunyai titik didih

rendah, lebih ekonomis untuk direkoveri dan digunakan kembali.

6. Tidak mudah terbakar

Untuk kepentingan safety, perlu memilih pelarut yang tidak mudah

terbakar.

7. Tidak beracun

Page 11: Pelarut, dan cara penyiapan simplisia

Pilih pelarut yang tidak beracun untuk keamanan produk dan

keamanan bagi pekerja.

8. Murah dan mudah diperoleh

Pilih pelarut yang harganya murah dan mudah diperoleh

C. Kepolaran Pelarut

Berkaitan dengan polaritas dari pelarut, terdapat tiga golongan pelarut yaitu:

1. Pelarut polar

Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak

senyawa-senyawa yang polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung

universal digunakan karena biasanya walaupun polar, tetap dapat menyari

senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah. Salah satu

contoh pelarut polar adalah: air, metanol, etanol, asam asetat.

2. Pelarut semipolar

Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah

dibandingkan dengan pelarut polar. Pelarut ini baik untuk mendapatkan

senyawa-senyawa semipolar dari tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah:

aseton, etil asetat, kloroform

3. Pelarut nonpolar

Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik untuk

mengekstrak senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut

polar. Senyawa ini baik untuk mengekstrak berbagai jenis minyak.

Contoh: heksana, eter

Page 12: Pelarut, dan cara penyiapan simplisia

Terdapat tiga ukuran yang dapat menunjukkan kepolaran dari suatu

pelarut yaitu :

1. momen dipol (hasil kali muatan dengan jarak antara kedua muatan yang

berikatan)

2. konstanta dielektrik

3. kelarutannya dengan air

Molekul dari pelarut dengan momen dipol yang besar dan konsanta

dielektrik yang tinggi termasuk polar. Sedangkan molekul dari pelarut yang

memilki momen dipol yang kecil dan konstanta dielektrik rendah diklasifikasikan

sebagai nonpolar. Sedangkan secara operasional, pelarut yang larut dengan air

termasuk polar, sedangkan pelarut yang tidak larut dalam air termasuk nonpolar.

Daftar Nilai Momen Dipol dan Panjang Dipol Beberapa Senyawa Umum

Nama Senyawa Kondisi Momen Dipol

(1030·p/(C·m))

Panjang Dipol

(lp/pm)

Acetic acid b 3.3 to 5.0 21 to 31

Acetone   l 10.0 62

Benzene  l 0 0

Ethanol b 5.7 35

Ethyl acetate b 6.2 39

Ethylene glycol b 6.7 42

Ethyl ether b 4.2 26

Hexane l 0 0

Methanol b 5.5 34

Water l 6.7 to 10.0 42 to 62

Page 13: Pelarut, dan cara penyiapan simplisia

Water g 6.2 39

Keterangan:  kondisi setiap senyawa diatas dimana pengukuran dilakukan

ditandai dengan simbol; b, substansi dalam larutan benzene; g, substansi sebagai

gas; l, substansi sebagai cairan. Panjang dipol lp adalah sama dengan p/e dimana p

adalah momen dipol dan e adalah nilai dari proton.

Berdasarkan kepolaran pelarut, maka para ahli kimia mengklasifikasikan

pelarut ke dalam tiga kategori yaitu :

1. Pelarut Protik Polar

Protik menunjukkan atom hidrogen yang menyerang atom elektronegatif

yang dalam hal ini adalah oksigen. Dengan kata lain pelarut protik polar adalah

senyawa yang memiliki rumus umum ROH. Contoh dari pelarut protik polar ini

adalah air H2O, metanol CH3OH, dan asam asetat (CH3COOH).

2. Pelarut Aprotik Dipolar

Aprotik menunjukkan molekul yang tidak mengandung ikatan O-H.

Pelarut dalam kategori ini, semuanya memiliki ikatan yang memilki ikata dipol

besar. Biasanya ikatannya merupakan ikatan ganda antara karbon dengan oksigen

atau nitorgen. Contoh dari pelarut yang termasuk kategori ini adalah aseton

[(CH3)2C=O] dan etil asetat (CH3CO2CH2CH3).

Page 14: Pelarut, dan cara penyiapan simplisia

3. Pelarut Nonpolar

Pelarut nonpolar merupakan senyawa yang memilki konstanta dielektrik

yang rendah dan tidak larut dalam air. Contoh pelarut dari kategori ini adalah

benzena (C6H6), karbon tetraklorida (CCl4) dan dietil eter (CH3CH2OCH2CH3).

Pelarut Rumus kimia Titik didih

(0C)

Konstanta

dielektrik

Massa jenis

(g/ml)

Pelarut Non-Polar

Heksana CH3-CH2-

CH2-CH2-

CH2-CH3

60 2,0 0,655

Benzena C6H6 80 2,3 0,879

Toluena C6H5-CH3 111 2,4 0,867

Dietil eter CH3-CH2-O-

CH2-CH3

35 4,3 0,713

Kloroform CHCl3 61 4,8 1,498

Etil asetat CH3-C(=O)-

O-CH2-CH3

77 6,0 0,894

Pelarut Polar Aprotik

Diklorometana

(DCM)

CH2Cl2 40 9,1 1,326

Aseton CH3-C(=O)-

CH3

56 21 0,786

Asetonitril CH3-C≡N 82 37 0,786

Page 15: Pelarut, dan cara penyiapan simplisia

(MeCN)

Pelarut Polar Protik

Asam asetat CH3-

C(=O)OH

118 6,2 1,049

n-Butanol CH3-CH2-

CH2-CH2-OH

118 18 0,785

Isopropanol CH3-CH(-

OH)-CH3

82 18 0,785

n-Propanol CH3-CH2-

CH2-OH

97 20 0,803

Pelarut Rumus kimia Titik didih

(0C)

Konstanta

dielektrik

Massa jenis

(g/ml)

Pelarut Polar Protik

Etanol CH3-CH2-OH 79 30 0,789

Metanol CH3-OH 65 33 0,791

Asam format H-C(=O)OH 100 58 1,21

Air H-O-H 100 80 1,000

Page 16: Pelarut, dan cara penyiapan simplisia

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara umum preparasi simpilisia terdiri atas: pengumpulan bahan

baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering,

pengepakan dan penyimpanan, Pelarut yang baik pada proses ekstraksi

adalah berdasarkan pada interaksi antara solut-pelarut, dan dalam

pemilihan pelarut untuk ekstraksi juga diperlukan keamanan dan

kemudahan seperti pelarut tidak toksik atau mudah terbakar dan mudah

didapat dan harga terjangkau.