pediatri 1

3
Infeksi TORCH dan Hepatitis B memberikan efek teratogenik pada janin. Jika menginfeksi pada periode organogenesis (trimester satu) maka akan menyebabkan kelainan kongenital pada bayi. Selain itu tidak jarang baik infeksi TORCH maupun Hepatitis B dapat menyebabkan abortus. Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap BBL, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam). BBL yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen. Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen, terutama dalam hati, selama bulan-bulan terakhir kehidupan dalam rahim. Seorang bayi yang mengalami hipotermi pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan persediaan glikogen dalam jam I kelahiran. Perhatikan bahwa keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai hingga 3-4 jam I pada bayi cukup bulan yang sehat. Jika semua persediaan digunakan pada jam I maka otak bayi dalam keadaan berisiko kekurangan glukosa. BBL kurang bulan, IUGR, dan distress janin merupakan risiko utama kekurangan glukosa, karena simpanan energi berkurang atau digunakan sebelum lahir. Pada ibu dengan diabetes melitus (gula darah lebih dari 200mg/dL) dan toleransi glukosa terganggu (gula darah antara 140-200 mg/dL), bayi yang dilahirkan akan mengalami hipoglukosa.

Upload: sotya-adira

Post on 20-Dec-2015

229 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

skenario tutorial

TRANSCRIPT

Infeksi TORCH dan Hepatitis B memberikan efek teratogenik pada janin. Jika menginfeksi pada periode organogenesis (trimester satu) maka akan menyebabkan kelainan kongenital pada bayi. Selain itu tidak jarang baik infeksi TORCH maupun Hepatitis B dapat menyebabkan abortus.Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap BBL, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam). BBL yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen. Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen, terutama dalam hati, selama bulan-bulan terakhir kehidupan dalam rahim. Seorang bayi yang mengalami hipotermi pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan persediaan glikogen dalam jam I kelahiran. Perhatikan bahwa keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai hingga 3-4 jam I pada bayi cukup bulan yang sehat. Jika semua persediaan digunakan pada jam I maka otak bayi dalam keadaan berisiko kekurangan glukosa. BBL kurang bulan, IUGR, dan distress janin merupakan risiko utama kekurangan glukosa, karena simpanan energi berkurang atau digunakan sebelum lahir. Pada ibu dengan diabetes melitus (gula darah lebih dari 200mg/dL) dan toleransi glukosa terganggu (gula darah antara 140-200 mg/dL), bayi yang dilahirkan akan mengalami hipoglukosa.Antenatal Care

Tujuan pemeriksaan antenatal adalah menyiapkan fisik dan mental ibu serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas agar sehat dan normal setelah ibu melahirkan.

Kunjungan pertama digunakan untuk mengenali faktor risiko ibu dan janin, bila ada kelainan baik pada pemeriksaan fisik maupun laboratorium perlu diberi tatalaksana khusus.

Ibu diberi tahu tentang kehamilannya, perencanaan tempat bersalin, juga perawatan bayi dan menyusui. Pada anamnesis ditanyakan hari pertama menstruasi terakhir (HPMT) untuk memperkirakan hari partus dengan menggunakan rumus Naegele jika siklus haid ibu teratur. Tanyakan riwayat kehamilan, persalinan, nifas, berat bayi yang pernah dilahirkan, riwayat penyakit yang pernah diderita, kontrasepsi, dan faktor risiko yang ada pada ibu.Pemeriksaan umum berupa penilaian umum, status gizi, dan tanda vital.

Pemeriksaan obstetri menggunakan cara leopord, memeriksa kontraksi uterus, tinggi fundus uteri.

Pemeriksaan laboratorium, diperiksa kadar hemoglobin, hematokrit, dan hitung leukosit. Dari urin diperiksa beta-hCG, protein, dan glukosa. Bila perlu, periksa golongan darah, faktor rhesus, serologi, dll.Jadwal kunjungan selanjutnya

0-28 minggu, tiap 4 minggu sekali

28-36 minggu, tiap 2 minggu sekali

36 minggu sampai lahir, semingu sekaliImunisasi ibu hamil

Vaksin tetanus Dosis Pemberian Masa perlindungan

T-1 dosis 0.5 cc

T-2 dosis 0.5 cc, pemberian empat minggu setelah T-1, masa perlindungan: 3 tahun

T-3 dosis 0.5 cc, pemberian enam minggu setelah T-2, masa perlindungan: 5 tahun

T-4 dosis 0.5 cc, pemberian satu tahun setelahT-3, masa perlindungan: 10 tahun

T-5 dosis 0.5 cc, pemberian satu tahun setelah T- 4, masa perlindungan: 25 tahun