pbl 3 ipt malaria
DESCRIPTION
malariaTRANSCRIPT
Arum Sekar Latih
1102012029
LI 1.Memahami dan Menjelaskan tentang Plasmodium
Lo.1.1 morfologi
1) Plasmodium vivaxPada trofozid muda terdapat bentuk cincin, eritrosit membesar, dan mulai tampak titik schuffner.Pada trofozoid tua sitoplasma berbentuk ameboid, titik schuffner jelas.Pada skizon muda, inti membelah 4-8 skizon matang inti membelah 12-24 buah, dan pigmen kuning tengguli.Pada makrogametosit bulat, sitoplasma berwarna biru, initi kecil, padat berwarna merah.Pada mikrogametosit bulat, sitoplasma pucat, biru kelabu inti pucat.Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana (malaria tertiana begigna).
2) Plasmodium falciparum :Trofozoid muda (bentuk cincin) eritrosit tidak membesar dan terdapat titik maurer.Hanya ada satu parasit dalam sebuah eritrosit.Pada trofozid (multipel) terdapat lebih dari satu parasit dalam sebuah eritrosit.Skizon muda jumlah inti 2-6, pigmen sudah menggumpal warna hitam.Skizon matang inti membelah 8-24.Makrogametosit bentuk pisang, agak lonjong, plasma biru, inti padat kecil, pigmen di sekitar inti.Mikrogametosit bentuk sosis, plasma pucat, merah muda, inti tidak padat, pigmen tersebar.Plasmodium falciparum menyebabkan malaria topika (malaria tertiana maligna)
3) Plasmodium malariae :Stadium trofozoid muda dalam darah tepi tidak berbeda dengan plasmodium vivax, meskipun sitoplasmanya lebih tebal dan pada pulasan giemza lebih gelap.Trofozoid yang lebih tua bila membulat besarnya setengah eritrosit.Pada sediaan darah tipis, stadium trofozoid dapat melintang di sepanjang sel darah merah dan membentuk seperti pita.Skizon dengan enam hingga dua belas merozoit yang biasanya tersusun dengan konfigurasi rosette.Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana pada manusia.
4) Plasmodium Ovale :Plasmodium yang terutama ditemukan di Afrika timur dan tengah.Trofozoid muda berukuran kira-kira 2 mikron (1/3 eritrosit).titik schufner terbentuk saat dini dan tampak jelas. stadium trofozoid berbentuk bulat dan kompak dengan granula pigmen yang lebih kasar tetapi tidak sekasar pigmen P.malariae.pada stadium ini eritrosit agak membesar dan sebagian besar berbentuk lonjong.Stadium gamettosit betina bentuk bulat.puna inti kecilkompak dan sitoplasma warna biru.gametosit jantan punya inti difus.sitoplasma warna pucat kemerah-merahan berbentuk bulat.Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.
Lo.1.2 klasifikasi
Plasmodium menyebabkan penyakit malaria, yang pada manusia terutama disebabkan oleh empat spesies yaitu.
1. Plasmodium vivax2. Plasmodium falciparum3. Plasmodium malariae4. Plasmodium ovale
Lo.1.3 daur hidup
Penularan malaria kebanyakan berlangsung secara alami, yaitu melalui gigitan nyamukAnopheles betina. Waktu antara nyamuk menghisap darah yang mengandung gametosit sampai mengandung sporozoit dalam kelenjar liuarnya, disebut masa tunas ekstrinsik. Sporozoit adalah bentuk infektif. Infeksi dapat terjadi dengan dua cara, yaitu:
Lo.1.4 perbedaan antara jenis jenis plasmodium
perbedaan Plasmodium falciparum
Plasmodium vivax
Plasmodium ovale
Plasmodium malariae
Bentuk eritrosit tetap Membesar lonjong membesarDaur praeritrosit 5-6 hari 8 hari 9 hari 10-15 hariTitik-titik eritrosit
Maurer Schuffner Schuffner(James)
Ziemann
Pigmen Hitam Kuning tengguli
Tengguli tua Tengguli hitam
Hipnozoit - + + -Pola demam Tertiana, sub tertiana Tertian tertiana kuartanakeparahan 24% 22% Sangat jarang Sangat jarangDaur Eritrosit 48 jam 48 jam 50 jam 72 jamSkizon Hati 60 mikron 45 mikron 50 mikron 72 mikronEritrosit yang dihinggapi
Muda dan normositRetikulosit dan
normositRetikulosit dan normosit muda
Normosit
Jumlah Merozoit Hati
40.000 10.000 15.000 15.000
Jumlah merozoit eritrosit
8-24 12-18 8-10 8
Jumlah merozoit eritrosit
8-24 12-18 8-10 8
http://www.malariasite.com/malaria/MalarialParasite.htm
Malaria tersiana merupkan jenis penyakit malaria paling ringan, demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama dua minggu setelah infeksi).
Demam kuartana memiliki masa inkubasi lebih lama dari penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala itu kemudian akan terulang lagi tiap tiga hari.
LI.2 Memahami dan Menjelaskan vektor malaria
Lo.2.1 morfologi
1. TelurTelur diletakan satu per satu diatas permukaan air berbentuk seperti perahu yang bagian bawahnya konveks, da konkaf pada bagian atasnya. Dan mempunyai pelampung yang terletak pada sebelah lateral.
2. LarvaLarva anophelini tampak mengapung sejajar dengan permukaan air, mempunyai bagian-bagian badan yang bentuknya khas, yaitu spirakel pada bagian posterior abdomen, tergal plate pada bagian tengah sebelah dorsal abdomen sepasang bulu palma pada bagian lateral abdomen.
3. PupaMempunyai tabung pernapasan (respiratory trumpet) yang bentuknya lebar dan pendek.Digunakan untuk menganbil O2 dari udara.
4. Dewasa Pada nyamuk dewasa palpus nyamuk jantan dan betina mempunyai panjang hampir sama dengan panjang probosisnya. Perbedaannya adalah pada nyamuk jantan ruas palpus bagian apikal berbentuk gada (club form), sedangkan pada betina ruas tersebut mengecil.
Sayap pada bagian pinggir (kosta dan Vena 1) ditumbuhi sisik-sisik sayap yang berkelompok membentuk gambaran belang-belang hitam dan putih.Selain itu, bagian ujung sisik sayap membentuk lengkung (tumpul).Bagian posterior abdomen tidak seruncing nyamuk Aedes dan tidak setumpul nyamuk mansonia, tetapi sedikit lancip.( Inge, 2009 )
Lo.2.2 Daur hidup
Nyamuk anophelini mengalami metamorphosis sempurna.Telur menetas larva kulitnya mengelupas/eksoskelet sebanyak 4x pupa nyamuk dewasa jantan dan betina.Waktu yang dibutuhkan dari telur hingga menjadi dewasa bervariasi antara 2-5 minggu, tergantung pada spesies, makanan yang tersedia, dan suhu udara.
Vektor penyakit malaria di Indonesia melalui nyamuk anopheles. Anopheles dapat disebut vektor malaria disuatu daerah, apabila spesies anopheles tersebut di daerah yang bersangkutan telah pernah terbukti positif mengandung sporosoit didalam kelenjar ludahnya
Lo.2.3 Jenis
No Species Anopheles Ciri-Ciri1 Anopheles aconitus 2.1.1. Femur dan tibia tidak bercak-bercak
2.1.2. Palpi keras kaku seperti sikat2 Anopheles
balabacensis2.1.3. Femur dan tibia tidak bercak-bercak 2.1.4. Persambungan tarnus dan tibia dengan
pita putih yang panjang3 Anopheles barbirostris 2.1.5. Femur dan tibia tidak bercak-bercak
2.1.6. Palpi keras kaku seperti sikat4 Anopheles farauti 2.1.7. Femur dan tibia bercak-bercak
2.1.8. Haltere berwarna putih dengan ujung hitam
5 Anopheles maculatus 2.1.9. Femur dan tibia bercak-bercak 2.1.10. Tarnus kelima kaki belakang putih
6 Anopheles subpictus 2.1.11. Femur dan tibia tidak bercak-bercak 2.1.12. Tarnus kelima kaki belakang hitam
7 Anopheles sundaicus 2.1.13. Femur dan tibia tidak bercak-bercak 2.1.14. Persambungan tarnus dan tibia tanpa pita
putih
Lo.2.4 Sifat dan prilaku
Ada beberapa jenis vektor malaria yang perlu diketahui diantaranya :1) An. Aconitus
Temapat perindukan larva :a. Persawahan dengan saluran irigasib. Tepi sungai yg airnya mengalir perlahan pada musim kemarauc. Kolam ikan dengan tanaman rumput di tepinya (kolam air tawar)d. Ternak yg di tempatkan satu atap dengan rumah penduduk
Sifat :a. Zoofilik (ternak)> Antropofilik(manusia)b. Menggigit pada saat senja – dini hari (eksofagik)c. Tempat istirahat diluar rumah, 80% dari vektor ini bisa dijumpai diluar rumah
pendudukd. Suka hinggap didaerah-daerah yang lembab, seperti dipinggir-pinggir parit,
tebing sungai, dekat air yang selalu basah dan lembab.2) An. Balabacensis
Temapat perindukan larva :a. Genangan air b. Tepi sungai saat kemarauc. Kolam atau sungai yang berbatu
Sifat :a. Antropofilik > Zoofilikb. Menggigit saat malam (Endofilik)c. Temapt istirahat diluar rumah (sekitar kandang)
3) An. BancroftiTemapat perindukan larva :a. Danau dengan tumbuhan bakungb. Rawa dengan tumbuhan pakisc. Genangan air tawar
Sifat :d. Zoofilik > antropofilike. Tempat istirahat belum jelas
4) An. BarbirostrisTemapat perindukan larva :a. Sawah dan saluran irigasib. Kolam, rawa, sumur, dan lain-lain
Sifat :a. Antropofilik (Sulawesi, Timor-timor& Nusa Tenggara Timur), Zoofilik (Jawa
& Sumatra)b. Menggigit malam hari (Eksofagik > Endofagik)c. Tempat istirahat diluar rumah (pada tanaman, sering hinggap pada pohon-
pohon seperti pahon kopi, nenas dan tanaman perdu disekitar rumah)d. Penyebaran nyamuk jenis ini mempunyai hubungan cukup kuat dengan curah
hujan disuatu daerah. Dari pengamatan yang dilakukan didaerah Sulawesi Tenggara vektor An. Barbirotris ini paling tinggi jumlahnya pada bulan Juni
5) An. BarbumbrosusTemapat perindukan larva :Tepi sungai dengan aliran lambat (daerah hutan daratan tinggi)Sifat :a. Antropofilikb. Bionomiknya masih belum banyak dipeajari
6) An. Maculatus. Temapat perindukan larva :a. Aliran air jernih dengan arus lambat, sungai yang kecil dengan air jernih, mata
air yang mendapat sinar matahari langsung (daerah pegunungan)b. Di kolam dengan air jernih juga ditemukan jentik nyamuk ini, (densitasnya
rendah)Sifat :a. Zoofilik > Antropofilikb. Menggigit saat malamc. Tempat istirahat di luar rumah (sekitar kandang)d. Densitas An. Maculatus tinggi pada musim kemarau, sedangkan pada musim
hujan vektor jenis ini agak berkurang karena tempat perindukan hanyut terbawa banjir
7) An. Sub pictusTemapat perindukan larva :a. Kumpulan air yang permanen/sementarab. Celah tanah bekas kaki binatangc. Tambak ikan dan bekas galian di pantai
Sifat :a. Antropofilik > Zoofilikb. Menggigit saat malamc. Tempat istirahat di dalam rumah (terkadang di luar rumah)
8) An. SundaicusTemapat perindukan larva :a. Muara sungai yang mendangkal pada musim kemaraub. Tambak ikan yang kurang terpeliharac. Parit disepanjang pantai yang berisi air payau(campuran air tawar dan air asin
dengan kadar garam optimum antara 12% -18%.)d. Tempat penggaramane. Air tawarf. Penyebaran jentik ditempat perindukan tidak merata dipermukaan air, tetapi
terkumpul ditempat-tempat tertutup seperti diantara tanaman air yang mengapung, sampah dan rumput - rumput dipinggir Sungai atau pun parit.
Sifat :a. Antropofilik > Zoofilikb. Menggigit pada saat malamc. Tempat istirahat di dalam rumah, Perilaku istirahat nyamuk ini sangat berbeda
antara lokasi yang satu dengan lokasi yang lain.d. Jarak terbang An. Sundaicus betina cukup jauh. Pada musim densitas tinggi,
masih dijumpai nyamuk betina dalam jumlah cukup banyak disuatu tempat yang berjarak kurang lebih 3 KM dari tempat perindukan nyamuk tersebut
Lo.2.5 Pengendalian vector
Pengendalian vektor adalah salah satu cara atau strategi memutus rantai penularan malaria, mengurangi laju penularan dari vektor ke manusia, dengan mencegah dan atau mengurangi jumlah kontak nyamuk vektor-parasit-manusia.
1.Pengendalian Lingkungan
Pengendalian dilakukan dengan cara mengelola lingkungan, yaitu memodifikasi atau
memanipulasi lingkungan, sehingga terbentuk lingkungan yang tidak cocok yang dapat
mencegah atau membatasi perkembangan vector.
·
Modifikasi lingkungan
Cara ini paling aman terhadap lingkungan, yaitu tidak merusak keseimbangan alam dan tidak
mencemari lingkungan, tetapi harus dilakukan terus menerus. Sebagai contoh misalnya
pengaturan sistem irigasi, penimbunan tempat-tempat pembuangan sampah, pengaliran air yang
menggenang menjadi kering, pengubahan rawa menjadi sawah, dan pengubahan hutan menjadi
tempat pemukiman.
Manipulasi lingkungan
Cara ini berkaitan dengan pembersihan atau pemeliharaan sarana fisik yang telah ada supaya
tidak berbentuk tempat perindukan. Sebagai contoh membersihkan tanaman air yang mengapung
di danau seperti ganggang dan lumut yang dapat menyulitkan perkembangan nyamuk Anopheles.
2. Pengendalian Mekanik
Cara pengendalian ini dilakukan dengan menggunakan alat yang langsung dapat
membunuh, menangkap atau menghalau, menyisir, mengeluarkan serangga dari jaringan tubuh.
Menggunakan baju pelindung, memasang kawat kasa di jendela merupakan cara untuk
menghindarkan hubungan (kontak) antara manusia dan vector.
3. Pengendalian Biologi
Pengendalian biologi diaplikasikan dengan memperbanyak pemangsa dan parasit sebagai musuh
alami bagi serangga, dapat dilakukan pengendalian serangga yang menjadi vector atau hospes
perantara. Beberapa parasit dari golongan nematode, bakteri, protozoa, jamur dan virus dapat
dipakai sebegai pengendali larva nyamuk. Artropoda juga dapat dipakai sebagai pengendali
nyamuk dewasa. Predator atau pemangsa yang baik untuk pengendalian larva nyamuk terdiri dari
beberapa jenis ikan, larva nyamuk yang berukuran lebih besar juga larva capung dan Crustacea.
Sebagai contohnya adalah cacing Romanomermis iyengari dan Romanomermis culiciforax,
merupakan dua spesies yang dapat digunakan untuk pengendalian biologi. Bakteri Bacillus
thuringiensis telah banyak digunakan untuk mengendalikan larva Anopheles
4. Pengendalian Kimia
Untuk pengendalian ini digunakan bahan kimia yang berkhasiat membunuh serangga
(insektisida) atau hanya untuk menghalau serangga saja (repellent). Sebagai contohnya adalah
menuangkan solar atau minyak tanah di permukaan tempat perindukan sehingga larva tidak
dapat mengambil oksigen dari udara, cara lain adalah penggunaan residual spray untuk nyamuk
dewasa. Penggunaan larvasida berupa paris green, temfos dan fention untuk membunuh larva
nyamuk.
LI.3 Memahami dan Menjelaskan tentang malaria
Lo.3.1Definisi
Penyakit malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles. Protozoa parasit jenis ini banyak sekali tersebar di wilayah tropik, misalnya di Amerika, Asia dan Afrika.
Disini kami telah menemukan cara yang paling ampuh untk mengobat peyakit malaria yaitu dengan obat penyakit malaria Tahitian Noni. Cara Cepat aman dan mudah mengatasi Penyakit Malaria dengan obat penyakit malaria Tahitian Noni yang terbukti khasiatnya dan tanpa efek samping.
Lo.3.2Epidemiologi
Epidemiologi malaria adalah pengetahuan yang menyangkut studi tentang kejadian (insidensi, prevalensi, kematian) karena malaria, penyebaran atau penularannya pada penduduk yang tinggal di suatu wialayah pada periode waktu tertentu, beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Tujuan studi epidemiologi malaria adalah untuk digunakan sebagai dasar rasional dalam pemberantasan, pengendalian penularan dan pencegahannya.Materi studi epidemiologi malaria, secara garis besar, menyangkut 3 hal utama yang saling berkaitan:
1. Inang (host): manusia sebagai inang antara, dan nyamuk vektor sebagai inang definitif parasit malaria.
2. Penyebab penyakit (agent): parasit malaria (Plasmodium).3. Lingkungan (environment).
.(widoyono, 2012)
Lo.3.3Etiologi
Penyebab infeksi malaria adalah plasmodium, yang dapat menginfeksi manusia dan binatang (vertebrata) seperti burung, reptil dan mamalia. Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk yaituanopheles betina.
Secara keseluruhan, ada lebih dari 100 plasmodium yang menginfeksi binatang (82 pada jenis burung dan reptil dan 22 pada binatang primata).Plasmodium penyebab dari malaria termasuk genus Plasmodium dari famili plasmodidae. yang terdiri dari empat spesies, yaitu :1. Plasmodium falcifarum penyebab malaria tropika (Malignan Malaria)2. Plasmodium ovale penyebab malaria ovale3. Plasmodium vivax penyebab malaria tertiana (Benign Malaria)4. Plasmodium malariae penyebab malarua QuartanuMalaria juga melibatkan proses perantara yaitu manusia maupun vertebra lainnya, dan hospes definitif yaitu nyamuk anopheles.( Sumarmo, 2010)
Lo.3.4Manifestasi klinis
Gejala klinisGejala biasanya timbul 10 sampai 35 hari setelah masuknya parasit melalui gigitan nyamuk. Gejala awal biasanya berupa demam ringan yang hilang timbul, sakit kepala, nyeri otot dan menggigil, disertai rasa tidak enak badan secara umum (malaise). Kadang-kadang gejala dimulai dengan menggigil hebat, baru disertai demam. Hal ini berlangsung 2 - 3 hari dan biasa diduga sebagai gejala flu. Gejala penyerta yang lain berbeda-beda tergantung spesies penyebabnya. MALARIA VIVAX DAN OVALE Serangan muncul tiba-tiba berupa menggigil hebat, diikuti berkeringat dan demam yang hilang timbul. Dalam waktu seminggu akan terbentuk pola serangan yang berulang. Awal serangan biasanya ditandai dengan tidak enak badan dan sakit kepala. Demam berlangsung selama 1 sampai 8 jam. Pada saat demam tinggi bisa terjadi delirium atau kesadaran berkabut. Setelah demam menghilang, penderita akan merasa baik sampai timbul serangan berikutnya. Pada malaria vivax, serangan biasanya terjadi setiap 48 jam.
MALARIA FALCIPARUM Serangan dimulai dengan menggigil. Suhu tubuh penderita naik perlahan-lahan bisa mencapai 40 derajat C, kemudian turun tiba-tiba. Serangan berlangsung selama 20 sampai 36 jam. Penderita biasanya mengalami sakit kepala hebat, mengantuk, mengalami delirium dan bingung.
Keadaan penderita secara umum keadaannya lebih buruk dibandingkan malaria ovale. Sebagai komplikasi bisa terjadi gangguan fungsi otak yang disebut malaria serebral. Malaria serebral bisa berakibat fatal dan biasanya mengenai bayi, wanita hamil dan orang-orang yang melakukan perjalanan ke daerah beresiko tinggi. Jarak antara serangan bervariasi antara 36 sampai 72 jam. Di antara serangan penderita tetap mengalami demam ringan, dan merasa tidak sehat. MALARIA MALARIAE Serangan mulai tiba-tiba. Serangan mirip dengan Malaria Vivax, tapi jarak antara serangan adalah 72 jam. Bila malaria tidak diobati akan timbul kuning (jaundice) dan terjadi pembengkakan hati dan limpa. Sejumlah kecil parasit yang tidak berhasil diobati dan bertahan dalam darah akan menyebabkan sakit berkepanjangan. Gejala-gejala dari kasus seperti ini adalah sakit kepala yang muncul pada waktu tertentu, tidak enak badan, nafsu makan buruk, kelelahan, dan serangan demam serta menggigil berulang. Tanpa pengobatan, malaria akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 10 - 30 hari, tapi bisa terjadi kekambuhan dalam interval waktu yang berbeda. Lo.3.5Pathogenesis dan patofisiologi
Singkatnya : Nyamuk yang terinfeksi plasmodium menggigit manusia – Sporozoit – Schizont – Merozoit - Sel hati akan pecah – Merozoit - keluar dari sel hati - merozoit dapat masuk dan tumbuh lagi dalam sel hati.
Merozoit akan masuk dalam aliran darah - siklus eritrositer - trophozoit muda (bentuk cincin) - trophozoit tua - schizont dengan – merozoit - Schizont pecah – merozoit memasuki eritrosit baru - makrogametosit dan mikro ametosit.
Lo.3.6Diagnosis dini
Demam merupakan salah satu gejala malaria yang menonjol, yang juga dijumpai pada hampir semua penyakit infeksi seperti infeksi virus pada sistem respiratorius, influenza, bruselosis, demam tifoid, demam dengue, dan infeksi bacterial lainnya seperti pneumonia, infeksi saluran kemih, tuberculosis. Pada daerah hiper-endemik sering dijumpai penderita dengan imunitas yang tinggi sehingga penderita dengan infeksi malaria tetapi tidak menunjukan gejala klinis malaria. Pada malaria berat diagnose banding tergantung manifestasi malaria beratnya. Pada malaria dengan icterus, diagnose banding ialah demam tifoid dengan hepatitis, kolesistitis, abses hati, dan leptospirosis. Hepatitis pada saat timbul icterus biasanya tidak dijumpai demam lagi.Pada malaria serebral harus dibedakan dengan infeksi pada otak lainnya seperti meningitis, ensefalitis, tifoid ensefalopati, tripanososmiasis.Penurunan kesadaran dan koma dapat terjadi pada gangguan metabolik (diabetes, uremi), gangguan serebrovaskular (strok), eklampsia, epilepsi, dan tumor otak.
Lo.3.7Diagnosis banding
1.Diagnosis banding malaria tanpa komplikasi
a. Demam tifoidb. Demam denguec. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)d. Leptospirosis ringane. Infeksi virus akut lainnya
2. Diagnosis banding malaria dengan komplikasi
a) Radang otak (meningitis/ensefalitis)b) Stroke (gangguan serebrovaskuler)c) Tifoid ensefalopatid) Hepatitise) Leptospirosis beratf) Glomerulonefritis akut atau kronikg) Sepsish) Demam berdarah dengue atau dengue shock syndrome
Lo.3.8Pemeriksaan fisik dan penunjang
Pemeriksaan Fisik
Pasien mengalami demam 37,5-40oC, serta anemia yang dibuktikan dengan konjunctiva palpebral yang pucat. Penderita sering disertai dengan adanya pembesaran limpa (splenomegaly) dan pembesaran hati (hepatomegaly).Bila terjadi serangan malaria berat, gejala dapat disertai dengan syok yang ditandai dengan menurunnya tekanan darah, nadi berjalan cepat dan lemah, serta frekuensi nafas yang meningkat.
Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan mikroskopisPemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah yang menurut tekhnis pembuatannya dibagi menjadi preparat darah (SDr, sediaan darah) tebal dan preparat darah tipis, untuk menentukan ada tidaknya parasite malaria dalam darah. Melalui pemeriksaan ini dapat diligar jenis plasmodium dan stadiumnya (P.falciparum, P vivax, P.malariae, P. ovale, tropozoit, skizon dan gametosit) serta kepadatan parasitnya
Kepadatan parasite dapat dilihat melalui dua cara yaitu semikuantitatif dan kuantitatif. Metode semi-kuantitatif adalah menghitung parasite dalam LPB (Lapangan pandang besar) dengan rincian sebagai berikut :(-) : SDr negative (tidak ditemukan parasite dalam 100 LPB)(+) : SDr positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)(++) : SDr postif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)(+++) : SDr positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB)(++++) : SDr positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 1 LPB)Perhitungan kepadatan parasite secara kuantitatif pada sediaan tebal adalah menghitung jumlah parasite per 200 leukosit.Pada SDr tipis, penghitungan jumlah parasite per 1000 parasit.
b. Tes Diagnostik cepat (RDT, rapid diagnostic test)Seringkali pada KLB, diperlukan tes yang cepat untuk dapat menanggulangi malaria di lapangan dengan cepat. Metode ini mendeteksi adanya antigen malaria dalam darahdengan cara imunokromatografi. Dibandingjan uji mikroskopis, tes ini mempunyai kelebihan yaitu hasil pengujian dengan cepat diperoleh, tetapi lemah dalam hal spesifisitas dan sensitivitas.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita, meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematocrit, jumlah leukosit, eritrosit dan trombosit. Bisa juga dilakukan pemeriksaan kimia darah (gula darah, SGOT, SGPT, tes fungsi ginjal), serta pemeriksaan foto toraks, EKG, dan pemeriksaan lainnya sesuai indikasi.(widoyono, 2012)
Lo.3.9Komplikasi
1. Malaria SerebralMerupakan komplikasi paling berbahaya. Ditandai dengan penurunan kesadaran (apatis, disorientasi, somnolen, stupor, sopor, koma) yang dapat terjadi secara perlahan dalam beberapa hari atau mendadak dalam waktu hanya 1-2 jam, sering disertai kejang. Penilaian penurunan kesadaran ini dievaluasi berdasarkan GCS.
Diperberat karena gangguan metabolisme, seperti asidosis, hipoglikemi, gangguan ini dapat terjadi karena beberapa proses patologis.Diduga terjadi sumbatan kapiler pembuluh darah otak sehingga terjadi anoksia otak. Sumbatan karena eritrosit berparasit sulit melalui kapiler karena proses sitoadherensi dan sekuestrasi parasit. Tetapi pada penelitian Warrell, menyatakan bahwa tidak ada perubahan cerebral blood flow, cerebro vascular resistence, atau cerebral metabolic rate for oxygen pada pasien koma dibanding pasien yang telah pulih kesadarannya.
Kadar laktat pada cairan serebrospinal (CSS) meningkat pada malaria serebral yaitu >2.2 mmol/L (1.96 mg/dL) dan dapat dijadikan indikator prognostik: bila kadar laktat >6 mmol/L memiliki prognosa yang fatal.Biasanya disertai ikterik, gagal ginjal, hipoglikemia, dan edema paru.Bila terdapat >3 komplikasi organ, maka prognosa kematian >75 %.
2. Gagal Ginjal Akut (GGA)Kelainan fungsi ginjal dapat terjadi prerenal karena dehidrasi (>50%), dan hanya ±5-10 % disebabkan oleh nekrosis tubulus akut.Gangguan fungsi ginjal ini oleh karena anoksia yang disebabkan penurunan aliran darah ke ginjal akibat dehidrasi dan sumbatan mikrovaskular akibat sekuestrasi, sitoadherendan rosseting.
Apabila berat jenis (BJ) urin <1.01 menunjukkan dugaan nekrosis tubulus akut; sedang urin yang pekat dengan BJ >1.05, rasio urin:darah> 4:1, natrium urin < 20 mmol/L menunjukkan dehidrasi
Secara klinis terjadi oligouria atau poliuria. Beberapa faktor risiko terjadinya GGA ialah hiperparasitemia, hipotensi, ikterus, hemoglobinuria.Dialisis merupakan pengobatan yang dapat menurunkan mortalitas. Seperti pada hiperbilirubinemia, anuria dapat berlangsung terus walaupun pemeriksaan parasit sudah negatif
3. Kelainan Hati (Malaria Biliosa)Ikterus sering dijumpai pada infeksi malaria falsiparum, mungkin disebabkan karena sekuestrasi dan sitoadheren yang menyebabkan obstruksi mikrovaskular.Ikterik karena hemolitik sering terjadi. Ikterik yang berat karena P. falsiparum sering penderita dewasa hal ini karena hemolisis, kerusakan hepatosit. Terdapat pula hepatomegali, hiperbilirubinemia, penurunan kadar serum albumin dan peningkatan ringan serum transaminase dan 5 nukleotidase. Ganggguan fungsi hati dapat menyebabkan hipoglikemia, asidosis laktat, gangguan metabolisme obat.
4. Edema Paru sering disebut Insufisiensi ParuSering terjadi pada malaria dewasa.Dapat terjadi oleh karena hiperpermiabilitas kapiler dan atau kelebihan cairan dan mungkin juga karena peningkatan TNF-α.
Penyebab lain gangguan pernafasan (respiratory distress): 1) Kompensasi pernafasan dalam keadaan asidosis metabolic; 2) Efek langsung dari parasit atau peningkatan tekanan intrakranial pada pusat pernapasan di otak; 3) Infeksi sekunder pada paru-paru; 4) Anemia berat; 5) Kelebihan dosis antikonvulsan (phenobarbital) menekan pusat pernafasan.
5. HipoglikemiaHipoglikemi sering terjadi pada anak-anak, wanita hamil, dan penderita dewasa dalam pengobatan quinine (setelah 3 jam infus kina). Hipoglikemi terjadi karena: 1) Cadangan glukosa kurang pada penderita starvasi atau malnutrisi; 2) Gangguan absorbsi glukosa karena berkurangnya aliran darah ke splanchnicus; 3) Meningkatnya metabolisme glukosa di jaringan; 4) Pemakaian glukosa oleh parasit; 5) Sitokin akan menggangu glukoneogenesis; 6) Hiperinsulinemia pada pengobatan quinine.Metabolisme anaerob glukosa akan menyebabkan asidemia dan produksi laktat yang akan memperburuk prognosis malaria berat
6. Haemoglobinuria (Black Water Fever)Merupakan suatu sindrom dengan gejala serangan akut, menggigil, demam, hemolisis intravascular, hemoglobinuria, dan gagal ginjal.Biasanya terjadi pada infeksi P. falciparum yang berulang-ulang pada orang non-imun atau dengan pengobatan kina yang tidak adekuat dan yang bukan disebabkan oleh karena defisiensi G6PD atau kekurangan G6PD yang biasanya karena pemberian primakuin.
7. Malaria AlgidTerjadi gagal sirkulasi atau syok, tekanan sistolik <70 mmHg, disertai gambaran klinis keringat dingin, atau perbedaan temperatur kulit-mukosa >1 ˚C, kulit tidak elastis, pucat.Pernapasan dangkal, nadi cepat, tekanan darah turun, sering tekanan sistolik tak terukur dan nadi yang normal.
Syok umumnya terjadi karena dehidrasi dan biasanya bersamaan dengan sepsis.Pada kebanyakan kasus didapatkan tekanan darah normal rendah yang disebabkan karena vasodilatasi.
8. AsidosisAsidosis (bikarbonat <15meq) atau asidemia (PH <7.25), pada malaria menunjukkan prognosis buruk. Keadaan ini dapat disebabkan: 1) Perfusi jaringan yang buruk oleh karena hipovolemia yang akan menurunkan pengangkutan oksigen; 2) Produksi laktat oleh parasit; 3) Terbentuknya laktat karena aktifitas sitokin terutama TNF-α, pada fase respon akut; 4) Aliran darah ke hati yang berkurang, sehingga mengganggu bersihan laktat; 5) Gangguan fungsi ginjal, sehingga terganggunya ekresi asam.
Asidosis metabolik dan gangguan metabolik: pernafasan kussmaul, peningkatan asam laktat, dan pH darah menurun (<7,25) dan penurunan bikarbonat (< 15meq).Keadaan asidosis bisa disertai edema paru, syok gagal ginjal, hipoglikemia. Gangguan lain seperti hipokalsemia, hipofosfatemia, dan hipoalbuminemia.
9. Manifestasi gangguan Gastro-IntestinalGejala gastrointestinal sering dijumpai pada malaria falsifarum berupa keluhan tak enak diperut, flatulensi, mual, muntah, kolik, diare atau konstipasi.Kadang lebih berat berupa billious remittent fever (gejala gastro-intestinal dengan hepatomegali), ikterik, dan gagal ginjal, malaria disentri, malaria kolera.
10. Hiponatremia
Terjadinya hiponatremia disebabkan karena kehilangan cairan dan garam melalui muntah dan mencret ataupun terjadinya sindroma abnormalitas hormon anti-diuretik (SAHAD).
11. Gangguan PerdarahanGangguan perdarahan oleh karena trombositopenia sangat jarang.Perdarahan lebih sering disebabkan oleh Diseminata Intravaskular Coagulasi (DIC).
Lo.3.10Penatalaksanaan (klasifikasi obat)
PRIMAKUIN KLOROKUINFarmakodinamik Hanya berupa antimalaria; untuk
penyembuhan radikal malaria vivax dan ovale; primakuin → elektrofil (mediator oksidasi-reduksi); beberapa P.vivax resisten terhadap primakuin
Antimalaria; efek antiradang; klorokuin hanya efektif terhadap parasit dlm fase eritrosit, tdk pada fase jaringan; efektivitasnya sangat tinggi pada P. vivax, P. ovale, dan P. malariae; dpt mengendalikan gejala klinis dan parasitemia malaria
Farmakokinetik Pemberian per oral→ diabsorpsi → distribusi luas ke jaringan; tidak pernah diberikan parenteral → hipotensi nyata
Absorpsi klorokuin terjadi cepat dan lengkap; kaolin dan antacid mengganggu absorpsi klorokuin krn mengandung Ca dan Mg; metabolisme klorokuin lambat
Efek samping anemia hemolitik akut krn defisiensi G6PD; spasme usus dan gangguan lambung pd dosis tinggi); metheglobinemia dan sianosis (pd dosis lebih tinggi); granulositopenia dan agranulositosis (jarang terjadi)
Sakit kepala ringan, gangguan pencernaan, gangguan penglihatan, dan gatal-gatal;Klorokuin 250 mg/hari → ototoksisitas dan retinopati yg menetap;Dosis tinggi parenteral → toksisitas system kardiovaskular;Klorokuin parenteral sebaiknya diberikan dgn cara infus lambat atau IM dan SK dosis kecil.
Kontraindikasi Pada penyakit sistemik berat (artritis rheumatoid dan lupus eritematosis); tdk bersamaan obat yg menimbulkan hemolisis dan depresi sumsum tulang; tdk dianjurkan utk wanita hamil
Penyakit hati, gangguan sal. cerna, neurologic, dan darah yg berat; defisiensi G6PD → hemolisis; klorokuin + fenilbutazon → dermatitis; klorokuin + meflokuin → risiko kejang
Dosis - Primakuin fosfat : tablet setara dgn 15 mg basa.- Profilaksis terminal : primakuin 15 mg/hari selama 14 hari sebelum atau sesudah dari daerah endemik.- Penyembuhan radikal P.vivax dan P. ovale : setelah serangan akut, 3 hari diberi klorokuin, hari ke 4 dgn dosis 15 mg/hari selama 14 hari.- Penggunaan primakuin jangka lama hrs dihindari krn toksik,
- garam klorokuin fosfat : tablet 250 dan 500 mgMalaria- Dosis awal : 10 mg/kgBB klorokuin basa;Pada 6, 12, 24, dan 36 jam selanjutnya dosis 5 mg/kgBB sampai dosis total 30 mg/kgBB dlm 2 hari
Lo.3.11Pencegahan
A. Berbasis Masyarakat2.1.14.1. Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat harus selalu
ditingkatkan melalui penyuluhan kesehatan , pendidikan kesehatan, diskusi kelompok maupun melalui kampanye masal untuk mengurangi tempat sarang nyamuk (pemberantasan sarang nyamuk, PSN). Kegiatan ini meliputi menghilangkan genangan air kotor, diantaranya dengan mengalirkan air atau menimbun atau mengeringkan barang atau wadah yang memungkinkan sebagai tempat air tergenang.
2.1.14.2. Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin akan sangat membantu mencegah penularan
2.1.14.3. Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang bionomic anopheles seperti waktu kebiasaan menggigit, jarak terbang, dan reswistensi terhadap insektisida.
B. Berbasis Pribadi1. Pencegahan gigitan nyamuk ;
a. Tidak keluar rumah antara senja dan malan hari, bila keluar sebaiknya menggunakan kemeja dan celana panjangberwarna terang
b. Menggunakan repelan yang mengandung dimetilfalat atau zat antinyamuk lainnya.
c. Membuat konstruksi rumah yang tahan nyamuk dengan memasang kasa antinyamuk pada ventilasi pintu dan jendela
d. Menggunakan kelambu yang mengandung insektisida (insecticide-treated mosquito net, ITN)
e. Menyemprot kamar dengan obat nyamuk atau menggunakan obat nyamuk bakar
2. Pengobatan profilaksis bila akan memasuki daerah endemic, meliputi ;a. Pola daerah dimana plasmodiumnya masih sensitive terhadap klorokuin,
diberikan klorokuin 300 mg basa atau 500 mg klorokuin fosfat untuk orang dewasa, seminggu 1 tablet, dimulai 1 minggu sebelum masuk daeh sampau 4 minggu setelah meninggalkan tempat tersebut.
b. Pada daerah dengan resistensi klorokuin, pasien memerlukan pengobatan supresif, yaitu dengan meflokuin 5mg/kgBB/minggu atau doksisiklin 100mg/hari atau sulfadoksin 500mg/pirimetamin 25 mg (SuldoxR), 3 tablet sekali minum.
3. Pencegahan dan pengobatan pada wanita hamila. Klorokuin, bukan kontraindikasib. Profilaksis dengan klorokuin 5mg/kgBB/minggu dan proguanil
3mg/kgBB/hari untuk daerah yang masih sensitive klorokuinc. Meflokuin 5mg/kgBB/minggu diberikan pada bulan keempat kehamilan
untuk daerah dimana plasmodiumnya resisten terhadap klorokuin.d. Profilaksis dengan doksisiklin tidak diperbolehkan.
4. Informasi tentang donor darahCalon donor yang dating ke daerah endemic dan berasal dari daerah nonendemik serta tidak menunjukkan keluhan dan gejala klinis malaria, boleh mendonorkan darahnya selama 6 bulan sejak dia datang.Calon donor tersebut, apabila telah diberi pengobatan profilaksis malaria dan telah meneteap di daerah itu 6 bulan atau lebih serta tidak menunjukkan geaka klinis, maka diperbolehkan menjadi donor selama 3 tahun.Banyakpenelitian melaporkan bahwa donor dari daerah endemic malaria merupakan sumber infeksi.
Lo.3.12prognosis
Prognosis malaria vivaks biasanya baik, tidak menyebabkan kematuan.Bila tidak diberi pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung 2 bulan atau lebih.Rata-rata infeksi malaria vivaks tanpa pengobatan berlangsung 3 tahun, tetapi pada beberapa kasus dapat berlangsung lebih lama, terutama karena ralapsnya.