pbl 1
DESCRIPTION
pbl blok 1TRANSCRIPT
Mekanisme Kontraksi Otot Tungkai Bawah
Mutia
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2012
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Pendahuluan
Dengan menggerakkan komponen-komponen intra sel tertentu, sel otot dapat
menghasilkan tegangan dan memendek, yaitu berkontraksi. Tiga tipe otot adalah otot rangka,
otot polos, dan otot jantung. Melalui kemampuan berkontraksinya yang sempurna,
kelompok-kelompok sel otot yang bekerja sama dalam suatu otot dapat menghasilkan
gerakan dan melakukan kerja.
Otot membentuk kelompok jaringan terbesar di tubuh, menghasilkan separuh dari
besar tubuh, menghasilkan sekitar separuh dari berat tubuh. Otot rangka saja membentuk
sekitar 40% berat tubuh pada pria dan 32% pada wanita, dengan otot polos dan otot jantung
membentuk 10% lainnya dari berat total. Meskipun ketiga jenis otot secara struktural dan
fungsional berbeda namun mereka dapat diklarifikasikan dalam dua cara berlainan
berdasarkan karakteristik umumnya.1
Pembahasan
Struktur Otot
Sistem muskular (otot) terdiri dari sejumlah besar otot yang bertanggung jawab atas
gerakan tubuh. Otot-otot volunter melekat pada tulang, tulang rawan, ligamen, kulit, atau otot
lain melalui struktur fibrosa yang disebut dengan tendon dan aponeurosis. Serabut-serabut
otot volunter, bersama selubung sarkolema, masing-masing tergabung dalam kumparan oleh
endomisium dan dibungkus oleh perimisium. Kelompok-kelompok serabut (fasikulus)
digabungkan oleh selubung yang lebih padat, yang disebut epimisium dan gabungan fasikulus
ini membentuk otot volunter badan individu. Semua otot memiliki suplai darah yang baik dari
arteri-arteri di dekatnya.
Kebanyakan otot mempunyai tendon pada salah satu atau kedua ujungnya. Tendon
terdiri dari jaringan fibrosa dan biasanya berbentuk seperti tali (cord), meskipuot yang pada
beberapa otot yang pipih tali tersebut digantikan oleh suatu lembaran fibrosa kuat yang
disebut aponeurosis. Jaringan fibrosa juga membentuk lapisan pelindung atau selubung otot,
yang dikenal sebagai fasia.2
Kerja Otot
Otot rangka disarafi oleh neuron motorik, yang akson-aksonnya membentuk sistem
saraf somatik. Badan sel dari hampir semua neuron motorik berada di dalam tanduk (kornu)
ventral medula spinalis, satu-satunya pengecualian adalah badan sel neuron motorik yang
mensarafi otot di kepala bias dari berada dibatang otak. Tidak seperti rangkaian dua-neuron
pada serat saraf otonom, akson neuron motorik berlanjut dari asalnya di SSP hingga ujungnya
di otot rangka. Terminal akson neuron motorik mengeluarkan asetilkolin, yang menimbulkan
eksitasi dan kontraksi sel-sel otot yang disarafi. Neuron motorik hanya dapat merangsang otot
rangka, berbeda dengan serat otonom, yang dapat merangsang atau menghambat organ
efektor. Inhibisi aktivitas otot rangka hanya dapat dicapai dalam SSP melalui masukan
sinaptik inhibitorik ke dendrit dan badan sel neuron motorik yang mensarafi otot yang
bersangkutan.1
Bila suatu otot berkontraksi, salah satu ujungnya biasanya diam sedangkan ujung
yang lain bergerak ke arah ujung yang diam tersebut. Ujung yang diam disebut origo,
sedangkan yang bergerak disebut insersi. Namun, kadang-kadang otot bisa digerakkan
sedemikian rupa sehingga insersinya diam dan origo bergerak ke arah insersi. Otot-otot harus
melintasi sendi yang digerakkannya. Beberapa otot melintasi dua sendi dan bekerja
menggerakkan keduanya.
Otot hanya bekerja melalui kegiatan kontraksi dan kegiatan menarik. Otot tidak bisa
mendorong, meskipun bisa berkontraksi tanpa memendek sehingga mempertahankan sendi
diam pada posisi tertentu. Bila kontraksi hilang, otot menjadi lunak, tetapi tidak memanjang
sampai ia teregang oleh kontraksi otot yang berlawanan kerjanya (otot antagonis).
Otot tidak pernah bekerja sendiri. Bahkan gerakan paling sederhana sekalipun
memerlukan kerja banyak otot. Setiap otot harus berkontraksi dan setiap otot antagonis harus
rileks untuk memungkinkan gerakan yang halus tanpa sentakan. Kerja harmonis otot-otot
disebut koordinas otot. Setiap kerja baru melibatkan koordinasi memerlukan waktu dan
latihan sampai kombinasi baru gerakan otot tersebut dikuasi dan setelah itu gerakan tersebut
bisa dilakukan tanpa kerja mental dan konsentrasi yang besar.
Saraf sensori memberi ‘rasa otot,’ meskipun bukan sensasi yang sangat akut, tetapi
cukup menginformasikan adanya kontraksi dan relaksasi pada otot. Kenormalan otot berada
dalam kondisi kontraksi parsial yang dikenal dengan tonus otot. Tonus otot ialah yang
mempertahankan posisi dalam waktu lama tanpa menimbulkan kelelahan. Hal ini
dimungkinkan oleh suat mekanisme. Pada mekanisme ini berbagai kelompok serabut. otot
melakukan kontraksi dan relaksasi secara bergantian, sehingga setiap otot mempunyai
kesempatan untuk beristirahat dan bekerja. 2
Otot Tungkai Bawah secara Makro & Mikro
Patella terletak di depan sendi lutut dan di dalam tendon otot quadrisep yang
berfungsi meluruskan (ekstensi) lutut. Tulang yang berkembang di dalam tendon
seperti ini disebut juga sesamoid. Patella berbentuk pipih dan triangular dengan
puncak menghadap ke bawah. Permukaan posterior patella halus dan berartikulasi
dengan kondilus femur. Permukaan anterior kasar dan dipisahkan dari kulit oleh
kantong yang mirip membrana sinovial yang disebut bursa.
Tibia adalah tulang yang lebih kuat dari kedua tulang tungkai bawah dan terletak di
sisi dalam atau sisi medial. Ujung atas sangat melebar sehingga menciptakan
permukaan yang luas untuk menahan berat badan. Bagian ini mempunya dua massa
menonjol yang disebut kondilus medialis dan lateralis yang permukaannya halus dan
berartikulasi dengan kondilus femur. Di antara kedua kondilus terdapat daerah kasar
yang menjadi tempat perlekatan ligamen dan tulang rawan sendi lutut. Di bawah
kondilus terdapat penonjolan kecil yang disebut tuberositas tibia yang merupakan
tempat perlekatan ligamentum patella. Kondilus lateralis memiliki permukaan sirkular
untuk persendian dengan ujung atas fibula.
Fibula berbentuk sangat ramping dibandingkan tibia dan terletak di sisi luar tungkai
bawah. Kepala fibula mempunyai bidang sirkular yang berartikulasi dengan kondilus
lateral tibia, tetapi tidak ikut membentuk sendi lutut.
Tulang-tulang tarsal terdiri dari 7 tulang yang membentuk bagian posterior kaki.
Talus merupakan penghubung utama kaki dan tungkai bawah serta membentuk bagian
penting sendi pergelangan kaki. Kalkaneus merupakan tulang tarsal yang paling besar
dan paling kuat. Tulang ini menonjol ke belekang untuk membentuk tumit dan
berfungsi sebagai tuas bagi otot-otot betis yang berinsersi pada permukaan
posteriornya. Tulang navikular terletak antara talus dan ketika tulang kuneiformis.
Ketika tulang kuneiformis berbentuk baji dan berartikulasi dengan navikularis dan
tulang-tulang metatarsal I, II, III. Tulang kuboid terletak di antara kalkaneus dan
tulang metatarsal IV dan V. 2
1. Makro
Pada tungkai terdapat beberapa otot besar yang mengendalikan kaki dan banyak otot-otot
lebih kecil yang menggerakkan kaki.
Otot-otot ventral betis:
M. tibialis anterior
Origo:
Sebelah proximal ujung tibia (di bawah Condylus lateralis), Facies lateralis
tibiae (dua pertiga bagian atas), Membrana interossea, Fascia cruris.
Insertio:
Basis metatarsalis I (tepi medial), Os cuneiforme mediale (permukaan
plantar).
Fungsi:
Sendi pergelangan kaki bagian atas: fleksi Dorsal.
Sendi pergelangan kaki bagian bawah: supinasi.
M. extensor hallucis longus
Ortigo:
Facies medialis fibula ( dua pertiga dari bagian distal), Membrana interossea,
Fascia cruris.
Insertio:
Bagian phalangis distalis hallucis, phalanx dasar.
Fungsi:
Sendi pergelangan kaki bagian atas: fleksi dorsal.
Sendi pergelangan kaki bagian bawah: supinasi.
Persendiaan ibu jari kaki: supinasi.
M. extensor digitorum longus
Ortigo:
Sebelah proximal ujung tibia (di bawah Condylus lateralis), Margo anterior
fibula, Membrana interossea cruris, Septum intermusculare cruris anterius,
Fascia cruris.
Insertio:
Aponeurosis dorsalis empat jari kaki lateral.
Fungsi:
Sendi pergelangan kaki bagian atas: fleksi dorsal.
M. fibularis [peroneus] tertius
Origo:
Belahan dari M. extensor digitorum longus
Insertio:
Basis metatarsalis V
Fungsi:
Sendi pergelangan kaki bagian bawah: pronasi.
Sendi jari kaki: ekstensi.
Gambar 1.1 Mm. Cruris et pedis; tampak depan
(sumber : Atlas anatomi manusia Sobotta jilid 2)
Otot-otot lateral betis:
M. fibularis [peroneus] longus
Origo:
Caput fibulae, Facies lateralis fibulae dan margo pasterior fibulae (dua pertiga
proximal), Septa intermuscularia cruris anterius dan posterius.
Insertio:
Tuberositas ossis metatarsil (II), Os cuneiforme intermedium (permukaan
plantar).
Fungsi:
Sendi pergelangan kaki bagian atas: plantarfleksi.
Sendi pergelangan kaki bagian bawah: pronasi.
M. fibularis [peroneus] brevis
Origo:
Facies lateralis fibulae dan Margo anterior fibulae (setengah bagian distal),
Septa intermuscularia cruris anterius dan posterius.
Insertio:
Tuberositas ossis metatarsi V, jalur tendo sampai ke jari kelingking kaki.
Fungsi:
Sendi pergelangan kaki bagian atas: plantarfleksi.
Sendi pergelangan kaki bagian bawah: pronasi.3
Gambar 1.2 Mm.
Cruris et pedis; tampak
lateral
(sumber : Atlas
anatomi manusia
Sobotta jilid 2)
2. Mikroskopis
Otot kerangka
disusun dari
serabut-serabut
otot yang merupakan “unsur-unsur bangunan ” sistem perototan seperti halnya neuron
merupakan unsur-unsur bangunan bagi sistem persarafan. Sebagian besar otot kerangka
berasal dan berakhir pada urat (urat tendon), dan serabut-serabut otot tersusun berjajar
antara ujung-ujung sehingga kekuatan kontraksi dan unit-unit berjumlah. Tiap-tiap
serabut otot adalah satu sel tunggal, berinti banyak, berbentuk panjang dan silindrik.
Tidak terdapat jembatan sinsitium antara sel-sel.
Serabut-serabut otot tersusun dari fibril-fibril, dan fibril dapat dipisah-pisahkan dari
filamen-filamen. Filamen-filamen terdiri dari berbagai protein kontraktil. Otot
mengandung protein miosin (massa molekul kira-kira 500.000), aktin (massa molekul
kira-kira 45.000) dan tropomiosin (massa molekul kira-kira 70.000) dan troponin.
Troponin terdiri dari tiga sub unit, troponin I, troponin T, dan troponin C. Ketiga sub unit
ini mempunyai massa molekul yang berkisar antara 18.000 sampai 35.000.
Garis-garis melintang yang khas dari otot kerangka disebabkan karena perbedaan
indeks bias dari berbagai bagian serabut otot. Bagian-bagian dari garis-garis melintang
dikenali dengan huruf. Jalur I yang terang dibagi oleh sebuah garis gelap Z, dan jalur A
yang gelap mempunyai jalur H yang lebih terang pada tengahnya. Tampak pula garis M
yang letak transversal pada tengahnya jalur. Garis M ini ditambah daerah sempit yang
terang pada kedua tepinya kadang-kadang dinamakan daerah pseudo-H. Daerah antara
dua garis Z yang berdekatan dinamakan sarkomer. Susunan filamen kasar dan halus yang
menimbulkan garis-garis (striation). Filamen kasar, yang mempunyai diameter kira-kira
dua kali filamen halus tersusun dari miosin, filamen halus terdiri dari aktin, tropomiosin,
dan troponin. Filamen miosin yang kasar tersusun berjajar dan membentuk jalur A,
sedangkan penyusun filamen aktin halus, menimbulkan jalur I yang kurang gelap. Pita H
yang lebih terang ditengah jalur A adalah daerah dimana, apabila otot melemas filamen
aktin tidak menutupi filamen miosin.
Garis Z memotong fibril dan berhubungan dengan filamen aktin. Apabila potongan
penampang melalui jalur A diteliti dibawah mikroskop elektron, tampak tiap-tiap filamen
miosin dikelilingi oleh 6 buah filamen aktin dan rangkain heksagonal yang teraktur.4
Sumber Energi
Kontraksi memerlukan energi, dan otot diibaratkan sebagai “suatu mesin untuk
mengubah energi kimia menjadi energi mekanik”. Sumber langsung dari energi ini adalah
derivat-derivat fosfat organik yang kaya-energi dalam otot. Sumber terakhir adalah
metabolisme antara dari karbohidrat dan lipida. 4
Pada proses pencernaan karbohidrat dipecah menjadi gula sederhana yang disebut
glukosa. Glukosa yang tidak diperlukan dengan segera oleh tubuh akan dikonversi menjadi
glikogen dan disimpan di hati dan di otot. Glikogen otot merupakan sumber panas dan energi
bagi aktivitas otot. Selama oksidasi glikogen menjadi karbondioksida dan air, terbentuk suatu
senyawa yang kayak akan energi. Senyawa ini disebut adenosin trifosfat (ATP).
Apabila otot harus melakukan kontraksi, energi ATP akan dilepas seiring dengan
perubahannya menjadi adenosin difosfat (ADP). Selama oksidasi glikogen, akan membentuk
asam piruvat.Bila terdapat banyak oksigen, seperti yang terjadi pada gerakan uum, asam
piruvat dipecah menjadi karbondioksida dan air. Pada proses ini juga dilepas energi yang
akan dipakai untuk membuat lebih banyak ATP.2
Mekanisme Umum Kontraksi Otot
Timbu dan berakhirnya kontraksi otot terjadi di dalan tahapan-tahapan berikut:
1. Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke
ujungnya pada serabut otot.
2. Disetiap ujung saraf menyekresi substansi neurotransmiter, yaitu asetilkolin dalam
jumlah sedikit.
3. Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membran serabut otot untuk
membuka banyak kanal “bergerbang asetilkolin” melalui molekul-molekul protein
yang terapung pada membran.
4. Terbukanya kanal bergerbang asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion
natrium untuk berdifusi ke bagian dalam membran serabut otot. Peristiwa ini akan
menimbulkan suatu potensial aksi pada membran.
5. Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membran serabut otot dengan cara yang
sama seperti potensial aksi berjalan di sepanjang membran serabut saraf.
6. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran otot, dan banyak aliran
listrik potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Disini, potensial aksi
menyebabkan retikulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium,
yang telah tersimpan di dalam retikulum ini.
7. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin,
yang menyebabkan kedua filamen tersebut bergeser satu sama lain, dan
menghasilkan proses kontraksi
8. Setelah kurang dar satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum
sarkoplasma oleh pompa membran Ca++, dan ion-ion ini tetap disimpan dalam
retikulum sampai potensial aksi otot yang baru datang lagi. Pengeluaran ion
kalsium dari miofibril akan menyebabkan kontraksi otot berhenti.5
Apabila berlangsung normal, kontraksi otot akan selalu diikuti dengan relaksasi.
Relaksasi adalah proses pemulihan sel otot ke keadaan istirahat. Relaksasi otot akan segera
terjadi apabila pemberian rangsangan ke sel otot dihentikan. Relaksasi diawali dengan
penurunan permeabilitas membran sarkolema, retikulum sarkoplasma dan tubulus transversus
terhadap kalsium. Proses tersebut dilanjutkan dengan pengaktifan pompa kalsium, yang akan
meningkatkan pemompaan kalsium dari sarkoplasma ke tempat penyimpanannya di dalam
retikul sarkoplasma dan tubulus transversus. Setelah pompa kalsium bekerja, jumlah kalsium
dalam sarkoplasma turun secara signifikan sehingga troponin-C tidak lagi berikatan dengan
kalsium. Dengan demikian, konformasi dan posisi troponin serta posisi aktin dan miosin akan
kembali seperti semula sehingga relaksasi pun terjadi.
Pengaktifan pompa kalsium menuntut ketersediaan energi untuk memompa kalsium
dari sarkoplasma kembali masuk ke tubulu transversus dan retikulum sarkoplasma. Hal ini
dapat diatas dengan adanya enzim retikulum sarkoplasma ATP-ase.6
Gambar 2. Otot volunter yang khas memperlihatkan kontraksi(sumber: Anatomi dan fisiologi)
Gambar 3. Perjalanan impuls dari ujung saraf motoriksehingga menghasilkan pergeseran filamen
Kejang Otot (Kram)
Kejang otot dapat terjadi karena beberapa hal antara lain adalah sebagai berikut:
Kontraksi yang tidak terkontrol dari otot, sehingga menyebabkan otot keras dan
tegang sehingga terasa nyeri.
Terlalu lama dalam satu posisi. Penyebab inilah yang kerap kali dijumppai pada
aktivitas yang dilakukan kebanyakan karyawan. Pekerjaan seperti mengangkat beban
berat, duduk hingga mengemudikan mobil atau motor dala durasi waktu lama
berpotensi menderita kejang otot atau keram.
Kekuran air dan garam dalam tubuh.
Kurangnya makanan sehat dan oksigen yang dibutuhkan otot.
Adanya sisa-sisa uric acid (asam hasil sisa metabolisme sel) di dalam otot.
Olahraga yang tidak biasa dilakukan ata tanpa pemanasan yang memadai.
Untuk kaum perempuan biasanya akibat periode masa mestruasi atau sewaktu hamil.
Dapat pula karena dingin (sewaktu berenang) dan dapat pula karena panas (terjadi
pada atlit yang bertanding di udara yang panas).7
Penutup
Kesimpulan
Dari isi makalah ini dapat disimpulkan bahwa seorang anak laki-laki berusia 15tahun
mengalami kejang otot pada betis kanan, dikarenakan kurangnya pemanasan yang dilakukan
sebelum latihan sehingga menyebabkan kelelahan otot.
Daftar Pustaka
1. Lauralee sherwood. Fisiologi manusia. 6ed. Jakarta: EGC; 2009. h. 264-77.
2. Roger watson. Anatomi dan Fisiologi. 10ed. Jakarta: EGC; 1997. h. 172-99.
3. Putz R, Pabst R. Atlas anatomi manusia sobotta jilid 2. 21ed. Jakarta: EGC; 2000. h.
327-9.
4. Ganong WF. Fisiologi kedokteran. 9ed. Jakarta: EGC; 1979. h. 38-9.
5. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. 11ed. Jakarta: EGC; 2006. h. 76-
7.
6. Isnaeni W. Fisiologi hewan. Yogyakarta: Kanisius; 2006. h. 103.
7. Kurni H. Tangkal penyakit orang kantoran. Yogyakarta: Best Publisher; 2009. h.35.