patomekanisme konstipasi (laporan)

8
Konstipasi yang di masyarakat dikenal dengan sembelit sebenarnya bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu keluhan yang muncul akibat kelainan fungsi dari kolon dan anorektal. Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar berupa berkurangnya frekuensi buang air besar, kesulitan keluarnya feses, harus mengejan, jumlah feses yang kurang, konsistensinya keras dan kering, terdapat rasa sakit, sensasi buang air besar tidak puas, defekasi kurang dari tiga kali dalam seminggu PATOFISIOLOGI Kebiasaan buang air besar yang normal frekuensinya adalah 3 kali sehari sampai 3 hari sekali. Seseorang dikatakan mengalami konstipasi bila buang air besarnya kurang dari 3 kali perminggu atau lebih dari 3 hari tidak buang air besar atau dalam buang air besar harus mengejan secara berlebihan. Kolon mempunyai fungsi menerima bahan buangan dari ileum, kemudian mencampur, melakukan fermentasi, dan memilah karbohidrat yang tidak diserap, serta memadatkannya menjadi tinja. Fungsi ini dilaksanakan dengan berbagai mekanisme gerakan yang sangat kompleks. Pada keadaan normal secara teratur kolon harus dikosongkan sekali dalam 24 jam. Diduga pergerakan

Upload: oktafira-eka-anggirawati

Post on 14-Dec-2014

25 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Patomekanisme konstipasi (laporan)

Konstipasi yang di masyarakat dikenal dengan sembelit sebenarnya bukan

merupakan suatu penyakit, melainkan suatu keluhan yang muncul akibat kelainan

fungsi dari kolon dan anorektal. Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air

besar berupa berkurangnya frekuensi buang air besar, kesulitan keluarnya feses,

harus mengejan, jumlah feses yang kurang, konsistensinya keras dan kering,

terdapat rasa sakit, sensasi buang air besar tidak puas, defekasi kurang dari tiga

kali dalam seminggu

PATOFISIOLOGI

Kebiasaan buang air besar yang normal frekuensinya adalah 3 kali sehari

sampai 3 hari sekali. Seseorang dikatakan mengalami konstipasi bila buang air

besarnya kurang dari 3 kali perminggu atau lebih dari 3 hari tidak buang air besar

atau dalam buang air besar harus mengejan secara berlebihan.

Kolon mempunyai fungsi menerima bahan buangan dari ileum, kemudian

mencampur, melakukan fermentasi, dan memilah karbohidrat yang tidak diserap,

serta memadatkannya menjadi tinja. Fungsi ini dilaksanakan dengan berbagai

mekanisme gerakan yang sangat kompleks. Pada keadaan normal secara teratur

kolon harus dikosongkan sekali dalam 24 jam. Diduga pergerakan tinja dari

bagian proksimal kolon sampai ke daerah rektosigmoid terjadi beberapa kali

sehari, lewat gelombang khusus yang mempunyai amplitudo tinggi dan tekanan

yang berlangsung lama. Gerakan ini diduga dikontrol oleh pusat yang berada di

batang otak, dan telah dilatih sejak masa anak-anak.

Proses sekresi di saluran cerna mungkin dapat mengalami gangguan, yaitu

kesulitan atau hambatan pasase bolus di kolon atau rektum, sehingga timbul

kesulitan defekasi. Gangguan pasase bolus dapat diakibatkan oleh suatu penyakit

atau karena kelainan psikoneurosis. Yang termasuk gangguan pasase bolus oleh

suatu penyakit yaitu disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, parasit, virus),

kelainan organ, misalnya tumor baik jinak maupun ganas, pasca bedah di salah

satu bagian saluran cerna ( gastrektomi, kolesistektomi).

Untuk mengetahui bagaimana terjadinya konstipasi, perlu diingat kembali

Page 2: Patomekanisme konstipasi (laporan)

bagaimana mekanisme kerja kolon. Begitu makanan masuk ke dalam kolon, kolon

akan menyerap air dan membentuk bahan buangan sisa makanan, atau tinja.

Kontraksi otot kolon akan mendorong tinja ini ke arah rektum. Begitu mencapai

rektum, tinja akan berbentuk padat karena sebagian besar airnya telah diserap.

Tinja yang keras dan kering pada konstipasi terjadi akibat kolon menyerap terlalu

banyak air. Hal ini terjadi karena kontraksi otot kolon terlalu perlahan-lahan,

sehingga menyebabkan tinja bergerak ke arah kolon terlalu lama.

Konstipasi umumnya terjadi karena kelainan pada transit dalam kolon atau pada

fungsi anorektal sebagai akibat dari gangguan motilitas primer, penggunaan obat-

obat tertentu atau berkaitan dengan sejumlah besar penyakit sistemik yang

mempengaruhi traktus gastrointestinal.

Konstipasi dapat timbul dari adanya defek pengisian maupun pengosongan

rektum. Pengisian rektum yang tidak sempurna terjadi bila peristaltik kolon tidak

efektif (misalnya, pada kasus hipotiroidisme atau pemakaian opium, dan bila ada

obstruksi usus besar yang disebabkan oleh kelainan struktur atau karena penyakit

hirschprung). Statis tinja di kolon menyebabkan proses pengeringan tinja yang

berlebihan dan kegagalan untuk memulai reflek dari rektum yang normalnya akan

memicu evakuasi. Pengosongan rektum melalui evakuasi spontan tergantung pada

reflek defekasi yang dicetuskan oleh reseptor tekanan pada otot-otot rektum,

serabut-serabut aferen dan eferen dari tulang belakang bagian sakrum atau otot-

otot perut dan dasar panggul. Kelainan pada relaksasi sfingter ani juga bisa

menyebabkan retensi tinja.

Konstipasi cenderung menetap dengan sendirinya, apapun penyebabnya.

Tinja yang besar dan keras di dalam rektum menjadi sulit dan bahkan sakit bila

dikeluarkan, jadi lebih sering terjadi retensi. Distensi rektum dan kolon

mengurangi sensitifitas refleks defekasi dan efektivitas peristaltik. Akhirnya,

cairan dari kolon proksimal dapat merembes disekitar tinja yang keras dan keluar

dari rektum tanpa terasa. Gerakan usus yang tidak disengaja (encopresis) mungkin

keliru dengan diare.

Page 3: Patomekanisme konstipasi (laporan)

PENYEBAB KONSTIPASI :

1. Kebiasaan buang air besar (BAB) yang tidak teratur

Salah satu penyebab yang paling sering menyebabkan konstipasi adalah

kebiasaan BAB yang tidak teratur. Refleks defekasi yang normal dihambat

atau diabaikan, refleks-refleks ini terkondisi untuk menjadi semakin melemah.

Ketika kebiasaan diabaikan, keinginan untuk defekasi habis. Anak pada masa

bermain bisa mengabaikan refleks-refleks ini sedangkan pada orang dewasa

mengabaikannya karena tekanan waktu dan pekerjaan.

pasien yang dirawat inap bisa menekan keinginan buang air besar karena malu

menggunakan pispot atau karena proses defekasi yang sangat tidak nyaman.

Perubahan rutinitas dan diet juga dapat berperan dalam konstipasi. Jalan

terbaik untuk menghindari konstipasi adalah membiasakan BAB yang teratur.

2. Ketidaksesuaian diet

Makanan lunak dan rendah serat yang berkurang pada feses sehingga

menghasilkan produk sisa yang tidak cukup untuk merangsang refleks pada

proses defekasi. Makan rendah serat seperti; beras, telur dan daging segar

bergerak lebih lambat di saluran cerna. Meningkatnya asupan cairan dengan

makanan seperti itu meningkatkan pergerakan makanan tersebut.

3. Peningkatan stres psikologi

Emosi yang kuat diperkirakan menyebabkan konstipasi dengan menghambat

gerak peristaltik usus melalui kerja dari epinefrin dan sistem syaraf simpatis.

Stres juga dapat menyebabkan usus spastik (spastik/konstipasi hipertonik atau

iritasi colon ). Yang berhubungan dengan konstipasi tipe ini adalah kram pada

abdominal, meningkatnya jumlah mukus dan periode bertukar-tukarnya antara

diare dan konstipasi.

4. Latihan yang tidak cukup

Pada pasien yang pada waktu yang lama otot secara umum melemah,

termasuk otot abdomen, diafragma, dasar pelvik, yang digunakan pada proses

defekasi. Secara tidak langsung kurangnya latihan dihubungkan dengan

kurangnya nafsu

Page 4: Patomekanisme konstipasi (laporan)

makan dan kemungkinan kurangnya jumlah serat, yang penting untuk

merangsang refleks pada proses defekasi.

5. Penggunaan laxative yang berlebihan

Laxative sering digunakan untuk menghilangkan ketidakteraturan buang air

besar. Penggunaan laxative yang berlebihan mempunyai efek yang sama

dengan mengabaikan keinginan BAB – refleks pada proses defekasi yang

alami dihambat. Kebiasaan pengguna laxative bahkan memerlukan dosis yang

lebih besar dan kuat, sejak mereka mengalami efek yang semakin berkurang

dengan penggunaan yang terus-menerus (toleransi obat).

6. Obat-obatan

Banya obat menyebabkan efek samping konstipasi. Beberapa di antaranya

seperti ; morfiin, codein, sama halnya dengan obat-obatan adrenergik dan

antikolinergik, melambatkan pergerakan dari colon melalui kerja mereka pada

sistem syaraf pusat. Kemudian, menyebabkan konstipasi yang lainnya seperti:

zat besi, mempunyai efek menciutkan dan kerja yang lebih secara lokal pada

mukosa usus untuk menyebabkan konstipasi. Zat besi juga mempunyai efek

mengiritasi dan dapat menyebabkan diare pada sebagian orang.

7. Umur

Otot semakin melemah dan melemahnya tonus spinkter yang terjadi pada

orang tua turut berperan menyebabkan konstipasi.

8. Proses penyakit

Beberapa penyakit pada usus dapat menyebabkan konstipasi, beberapa di

antaranya obstruksi usus, nyeri ketika defekasi berhubungan dengan

hemorhoid, yang membuat orang menghindari defekasi; paralisis, yang

menghambat kemampuan pasien untuk buang air besar; terjadinya peradangan

pelvik yang menghasilkan paralisis atau atoni pada usus.

Konstipasi bisa jadi beresiko pada pasien, regangan ketika BAB dapat

menyebabkan stres pada abdomen atau luka pada perineum (post operasi).

Ruptur merusak mereka jika tekanan cukup besar. Ditambah lagi peregangan

sering bersamaan dengan tertahannya napas. Gerakan ini dapat menciptakan

masalah yagn serius pada orang dengan sakit jantung, trauma otak, atau

Page 5: Patomekanisme konstipasi (laporan)

penyakit pada pernapasan. Tertahannya napas meningkatkan tekanan

intratorakal dan intrakranial. Pada beberapa tingkatan, tingkatan ini dapat

dikurangi jika seseorang mengeluarkan napas melalui mulut ketika regangan

terjadi. Bagaimanapun, menghindari regangan merupakan pencegahan yang

terbaik.