patient safety kel 6

49
Manajement Keperawatan “Patient Safety” (pembimbing : Ns. Jamilatus Syamsiyah A, S.Kep) Oleh Kelompok 6 : 1. Abdullah (2010.01.071) 2. Yulia Kurotu Aini (2010.01.114) 3. Martha Alif (2010.01.096) 4. Ahmad Agus Maulidy (2010.01.072) 5. Choiriyah Fitriani (2010.01.079) 6. M. Ridwan (2010.01.099)

Upload: syamsiah-anwar

Post on 26-Oct-2015

828 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Patient Safety Kel 6

Manajement Keperawatan “Patient Safety”

(pembimbing : Ns. Jamilatus Syamsiyah A, S.Kep)

Oleh Kelompok 6 :

1. Abdullah (2010.01.071)

2. Yulia Kurotu Aini (2010.01.114)

3. Martha Alif (2010.01.096)

4. Ahmad Agus Maulidy (2010.01.072)

5. Choiriyah Fitriani (2010.01.079)

6. M. Ridwan (2010.01.099)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATANSTIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN

GENGGONG PROBOLINGGO2013

Page 2: Patient Safety Kel 6

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas

makalah yang di berikan dosen dengan judul “Patient Safety.

Tujuan kami menyusun makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Manajement Keperawatan” guna untuk mengetahui dan lebih memahami tantang

“Patient Safety” yang telah di berikan oleh dosen.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih belum sempurna,

oleh karena itu kritik dan saran yang masih berhubungan dengan makalah ini sangat

kami harapkan untuk menyempurnaan makalah ini.

Probolinggo,18 juni 2013

Penyusun

Page 3: Patient Safety Kel 6

BAB 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi risiko. Banyaknya jenis

obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah

Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya

kesalahan medis (medical errors).

Menurut Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai:

The failure of a planned action to be completed as intended (i.e., error of

execusion) or the use of a wrong plan to achieve an aim (i.e., error of

planning). Artinya kesalahan medis didefinisikan sebagai: suatu kegagalan

tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti

yang diharapkan (yaitu kesalahan tindakan) atau perencanaan yang salah

untuk mencapai suatu tujuan (yaitu kesalahan perencanaan). Kesalahan

yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau

berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau

Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).

Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat

melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan

yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi

cedera serius tidak terjadi, karena keberuntungan (misalnya, pasien terima

suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu

obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan

membatalkannya sebelum obat diberikan), dan peringanan (suatu obat

dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan

antidotenya).

Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu

kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien

karena suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya diambil (omission), dan bukan karena “underlying disease” atau

kondisi pasien.

Page 4: Patient Safety Kel 6

Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostik seperti kesalahan

atau keterlambatan diagnosis, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai,

menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak

bertindak atas hasil pemeriksaan atau observasi; tahap pengobatan seperti

kesalahan pada prosedur pengobatan, pelaksanaan terapi, metode

penggunaan obat, dan keterlambatan merespon hasil pemeriksaan asuhan

yang tidak layak; tahap preventif seperti tidak memberikan terapi provilaktik

serta monitor dan follow up yang tidak adekuat; atau pada hal teknis yang

lain seperti kegagalan berkomunikasi, kegagalan alat atau sistem yang lain.

Pada November 1999, The American Hospital Asosiation (AHA) Board of

Trustees mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan keamanan pasien

(patient safety) merupakan sebuah prioritas strategik. Mereka juga

menetapkan capaian-capaian peningkatan yang terukur untuk medication

safety sebagai target utamanya. Tahun 2000, Institute of Medicine, Amerika

Serikat dalam “TO ERR IS HUMAN, Building a Safer Health System”

melaporkan bahwa dalam pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit ada

sekitar 3-16% Kejadian Tidak Diharapkan (KTD/Adverse Event).

Menindaklanjuti penemuan ini, tahun 2004, WHO mencanangkan World

Alliance for Patient Safety, program bersama dengan berbagai negara untuk

meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit.

Di Indonesia, telah dikeluarkan pula Kepmen nomor

496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang

tujuan utamanya adalah untuk tercapainya pelayanan medis prima di rumah

sakit yang jauh dari medical error dan memberikan keselamatan bagi pasien.

Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia

(PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan mengajak semua

stakeholder rumah sakit untuk lebih memperhatian keselamatan pasien di

rumah sakit.

Page 5: Patient Safety Kel 6

BAB 2

Tinjauan Pustaka

2.1 Patient Safety

2.1.1 Definisi Patient Safety

Tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena

kecelakaan (Kohn, Corrigan & Donaldson, 2000).

Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana

rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah

terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat

melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko,

identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko

pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari

insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan

resiko, meliputi:

1) Assessment risiko

2) Identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan risiko

pasien

3) Pelaporan dan analisis insiden

4) Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya

5) Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

Menurut IOM, Keselamatan Pasien (Patient Safety) didefinisikan

sebagai freedom from accidental injury. Accidental injury disebabkan

karena error yang meliputi kegagalan suatu perencanaan atau

memakai rencana yang salah dalam mencapai tujuan. Accidental

injury juga akibat dari melaksanakan suatu tindakan (commission)

atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission).

Accidental injury dalam prakteknya akan berupa kejadian tidak

diinginkan (KTD = missed = adverse event) atau hampir terjadi

kejadian tidak diinginkan (near miss). Near miss ini dapat disebabkan

karena: keberuntungan (misal: pasien terima suatu obat kontra

indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat

Page 6: Patient Safety Kel 6

dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui

dan membatalkannya sebelum obat diberikan), atau peringanan

(suatu obat dengan over dosis lethal diberikan, diketahui secara dini

lalu diberikan antidotenya).

2.1.2 Tujuan Sistem Patient Safety

Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah:

1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit

2) Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan

masyarakat

3) Menurunnya KTD di Rumah Sakit

4) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak

terjadi penanggulangan KTD

Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:

1) Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara

benar)

2) Improve effective communication (meningkatkan komunikasi

yang efektif)

3) Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan

keamanan dari pengobatan resiko tinggi)

4) Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery

(mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan

pengenalan pasien, kesalahan prosedur operasi)

5) Reduce the risk of health care-associated infections

(mengurangi risiko infeksi yang berhubungan dengan

pelayanan kesehatan)

6) Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko

pasien terluka karena jatuh)

2.1.3 Urgensi Patient Safety

Bisnis utama rumah sakit adalah merawat pasien yang sakit

dengan tujuan agar pasien segera sembuh dari sakitnya dan sehat

kembali, sehingga tidak dapat ditoleransi bila dalam perawatan di

rumah sakit pasien menjadi lebih menderita akibat dari terjadinya

risiko yang sebenarnya dapat dicegah, dengan kata lain pasien harus

Page 7: Patient Safety Kel 6

dijaga keselamatannya dari akibat yang timbul karena error. Bila

program keselamatan pasien tidak dilakukan akan berdampak pada

terjadinya tuntutan sehingga meningkatkan biaya urusan hukum,

menurunkan efisisiensi, dll.

2.1.4 Isu, Elemen, dan Akar Penyebab Kesalahan yang Paling Umum

dalam Patient Safety

1) 5 isu penting terkait keselamatan (hospital risk) yaitu:

a) keselamatan pasien;

b) keselamatan pekerja (nakes);

c) keselamatan fasilitas (bangunan, peralatan);

d) keselamatan lingkungan;

e) keselamatan bisnis.

2) Elemen Patient Safety:

a) Adverse drug events(ADE)/ medication errors (ME)

(ketidakcocokan obat/kesalahan pengobatan)

b) Restraint use (kendali penggunaan)

c) Nosocomial infections (infeksi nosokomial)

d) Surgical mishaps (kecelakaan operasi)

e) Pressure ulcers (tekanan ulkus)

f) Blood product safety/administration (keamanan produk

darah/administrasi)

g) Antimicrobial resistance (resistensi antimikroba)

h) Immunization program (program imunisasi)

i) Falls (terjatuh)

j) Blood stream – vascular catheter care (aliran darah –

perawatan kateter pembuluh darah)

k) Systematic review, follow-up, and reporting of patient/visitor

incident reports (tinjauan sistematis, tindakan lanjutan, dan

pelaporan pasien/pengunjung laporan kejadian)

3) Most Common Root Causes of Errors (Akar Penyebab Kesalahan

yang Paling Umum):

a) Communication problems (masalah komunikasi)

b) Inadequate information flow (arus informasi yang tidak

memadai)

Page 8: Patient Safety Kel 6

c) Human problems (masalah manusia)

d) Patient-related issues (isu berkenaan dengan pasien)

e) Organizational transfer of knowledge (organisasi transfer

pengetahuan)

f) Staffing patterns/work flow (pola staf/alur kerja)

g) Technical failures (kesalahan teknis)

h) Inadequate policies and procedures (kebijakan dan prosedur

yang tidak memadai)

[AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality) Publication

No. 04-RG005, December 2003]

2.1.5 Standar Keselamatan Pasien

A. Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital

Patient Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision

on Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA, tahun

2002), yaitu:

1) Hak pasien

Standarnya adalah pasien & keluarganya mempunyai hak

untuk mendapatkan informasi tentang rencana & hasil

pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian

Tidak Diharapkan). Kriterianya adalah sebagai berikut:

a) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.

b) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat

rencana pelayanan

c) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib

memberikan penjelasan yang jelas dan benar kepada

pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil

pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien

termasuk kemungkinan terjadinya KTD

2) Mendidik pasien dan keluarga

Standarnya adalah RS harus mendidik pasien &

keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien

dalam asuhan pasien. Kriterianya adalah keselamatan dalam

pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan

pasien adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di

Page 9: Patient Safety Kel 6

RS harus ada sistim dan mekanisme mendidik pasien &

keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien

dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan

pasien & keluarga dapat:

a) Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur

b) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab

c) Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak

dimengerti

d) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan

e) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS

f) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa

g) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

3) Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan

pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar

unit pelayanan dengan kriteri sebagai berikut:

a) Koordinasi pelayanan secara menyeluruh

b) Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien

dan kelayakan sumber daya

c) Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan

komunikasi

d) Komunikasi dan transfer informasi antar profesi

kesehatan

4) Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk

melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan

pasien. Standarnya adalah : RS harus mendesain proses baru

atau memperbaiki proses yang ada, memonitor &

mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis

secara intensif KTD, & melakukan perubahan untuk

meningkatkan kinerja serta KP dengan criteria sebagai berikut:

a) Setiap rumah sakit harus melakukan proses

perancangan (design) yang baik, sesuai dengan”Tujuh

Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.

b) Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan

data kinerja

Page 10: Patient Safety Kel 6

c) Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif

d) Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data

dan informasi hasil analisis

5) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan

pasien

Standarnya adalah:

a) Pimpinan dorong & jamin implementasi program KP

melalui penerapan “7 Langkah Menuju KP RS”.

b) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif

identifikasi risiko KP & program mengurangi KTD.

c) Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi &

koordinasi antar unit & individu berkaitan dengan

pengambilan keputusan tentang KP

d) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat

untuk mengukur, mengkaji, & meningkatkan kinerja RS

serta tingkatkan KP.

e) Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas

kontribusinya dalam meningkatkan kinerja RS & KP,

dengan criteria sebagai berikut:

(1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola

program keselamatan pasien.

(2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko

keselamatan dan program meminimalkan insiden,

(3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa

semua komponen dari rumah sakit terintegrasi dan

berpartisipasi

(4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap

insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang

terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain

dan penyampaian informasi yang benar dan jelas

untuk keperluan analisis.

(5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan

eksternal berkaitan dengan insiden,

(6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai

jenis insiden

Page 11: Patient Safety Kel 6

(7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara

sukarela antar unit dan antar pengelola pelayanan

(8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang

dibutuhkan

(9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan

informasi menggunakan kriteria objektif untuk

mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah

sakit dan keselamatan pasien

6) Mendidik staf tentang keselamatan pasien

Standarnya adalah:

a) RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi

untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan

dengan KP secara jelas.

b) RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang

berkelanjutan untuk meningkatkan & memelihara

kompetensi staf serta mendukung pendekatan

interdisiplin dalam pelayanan pasien, dengan kriteria

sebagai berikut:

(1) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru

yang memuat topik keselamatan pasien

(2) Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam

setiap kegiatan inservice training dan memberi

pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.

(3) Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama

kelompok (teamwork) guna mendukung

pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam

rangka melayani pasien.

7) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai

keselamatan pasien.

Standarnya adalah:

a) RS merencanakan & mendesain proses manajemen

informasi KP untuk memenuhi kebutuhan informasi

internal & eksternal.

b) Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat,

dengan criteria sebagai berikut:

Page 12: Patient Safety Kel 6

(1) Disediakan anggaran untuk merencanakan dan

mendesain proses manajemen untuk memperoleh

data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan

keselamatan pasien.

(2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan

kendala komunikasi untuk merevisi manajemen

informasi yang ada.

B. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS (berdasarkan KKP-

RS No.001-VIII-2005) sebagai panduan bagi staf Rumah Sakit

1) Bangun kesadaran akan nilai keselamatan Pasien, “ciptakan

kepemimpinan & budaya yang terbuka dan adil”

Bagi Rumah sakit:

a) Kebijakan: tindakan staf segera setelah insiden,

langkah kumpul fakta, dukungan kepada staf, pasien,

keluarga

b) Kebijakan: peran & akuntabilitas individual pada

insiden

c) Tumbuhkan budaya pelaporan & belajar dari insiden

d) Lakukan asesmen dengan menggunakan survei

penilaian KP

Bagi Tim:

a) Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila

ada insiden

b) Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta

pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat

2) Pimpin dan dukung staf anda, “bangunlah komitmen & focus

yang kuat & jelas tentang KP di RS anda”

Bagi Rumah Sakit:

a) Ada anggota Direksi yang bertanggung jawab atas KP

b) Di bagian-bagian ada orang yang dapat menjadi

“Penggerak” (champion) KP

c) Prioritaskan KP dalam agenda rapat

Direksi/Manajemen

d) Masukkan KP dalam semua program latihan staf

Page 13: Patient Safety Kel 6

Bagi Tim:

a) Ada “penggerak” dalam tim untuk memimpin Gerakan

KP

b) Jelaskan relevansi & pentingnya, serta manfaat

gerakan KP

c) Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan

insiden

3) Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko, “kembangkan sistem

& proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi &

asesmen hal yang potensial bermasalah”

Bagi Rumah Sakit:

a) Struktur & proses menjamin risiko klinis & non klinis,

mencakup KP

b) Kembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan

risiko

c) Gunakan informasi dari sistem pelaporan insiden &

asesmen risiko & tingkatkan kepedulian terhadap

pasien

Bagi Tim:

a) Diskusi isu KP dalam forum-forum, untuk umpan balik

kepada manajemen terkait

b) Penilaian risiko pada individu pasien

c) Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas

tiap risiko, & langkah memperkecil risiko tsb.

4) Kembangkan sistem pelaporan, “pastikan staf Anda agar

dengan mudah dapat melaporkan kejadian/insiden serta RS

mengatur pelaporan kepada KKP-RS”

Bagi Rumah Sakit:

a) Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan

insiden, ke dalam maupun ke luar yang harus

dilaporkan ke KKPRS – PERSI

Bagi Tim:

a) Dorong anggota untuk melaporkan setiap insiden &

insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga,

sebagai bahan pelajaran yang penting

Page 14: Patient Safety Kel 6

5) Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, “kembangkan

cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien”

Bagi Rumah Sakit:

a) Kebijakan : komunikasi terbuka tentang insiden dengan

pasien & keluarga

b) Pasien & keluarga mendapat informasi bila terjadi

insiden

c) Dukungan, pelatihan & dorongan semangat kepada

staf agar selalu terbuka kepada pasien &

keluarga (dalam seluruh proses asuhan pasien)

Bagi Tim:

a) Hargai & dukung keterlibatan pasien & keluarga bila

telah terjadi insiden

b) Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien & keluarga

bila terjadi insiden

c) Segera setelah kejadian, tunjukkan empati kepada

pasien & keluarga.

6) Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan pasien,

“dorong staf anda untuk melakukan analisis akar masalah

untuk belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbul”

Bagi Rumah Sakit:

a) Staf terlatih mengkaji insiden secara tepat,

mengidentifikasi sebab

b) Kebijakan: kriteria pelaksanaan Analisis Akar

Masalah (Root Cause Analysis/RCA) atau Failure

Modes & Effects Analysis (FMEA) atau metoda analisis

lain, mencakup semua insiden & minimum 1 x per

tahun untuk proses risiko tinggi

Bagi Tim:

a) Diskusikan dalam tim pengalaman dari hasil analisis

insiden

b) Identifikasi bagian lain yang mungkin terkena dampak

& bagi pengalaman tersebut

7) Cegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan

pasien, “Gunakan informasi yang ada tentang

Page 15: Patient Safety Kel 6

kejadian/masalah untuk melakukan perubahan pada sistem

pelayanan”

Bagi Rumah Sakit:

a) Tentukan solusi dengan informasi dari sistem

pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, audit serta

analisis

b) Solusi mencakup penjabaran ulang sistem,

penyesuaian pelatihan staf & kegiatan klinis,

penggunaan instrumen yang menjamin KP

c) Asesmen risiko untuk setiap perubahan

d) Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS-

PERSI

e) Umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang

diambil atas insiden

Bagi Tim:

a) Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih

aman

b) Telaah perubahan yang dibuat tim & pastikan

pelaksanaannya

c) Umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden

yang dilaporkan

2.1.6 Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit

WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tanggal 2 Mei

2007 resmi menerbitkan “Nine Life Saving Patient Safety Solutions”

(“Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit”).

Panduan ini mulai disusun sejak tahun 2005 oleh pakar keselamatan

pasien dan lebih 100 negara, dengan mengidentifikasi dan

mempelajari berbagai masalah keselamatan pasien.

Sebenarnya petugas kesehatan tidak bermaksud menyebabkan

cedera pasien, tetapi fakta tampak bahwa di bumi ini setiap hari ada

pasien yang mengalami KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). KTD, baik

yang tidak dapat dicegah (non error) mau pun yang dapat dicegah

(error), berasal dari berbagai proses asuhan pasien.

Page 16: Patient Safety Kel 6

Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang

dibuat, mampu mencegah atau mengurangi cedera pasien yang

berasal dari proses pelayanan kesehatan. Sembilan Solusi ini

merupakan panduan yang sangat bermanfaat membantu RS,

memperbaiki proses asuhan pasien, guna menghindari cedera

maupun kematian yang dapat dicegah.

Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong

RS-RS di Indonesia untuk menerapkan Sembilan Solusi Life-Saving

Keselamatan Pasien Rumah Sakit, atau 9 Solusi, langsung atau

bertahap, sesuai dengan kemampuan dan kondisi RS masing-masing.

a. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike,

Sound-Alike Medication Names).

Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM), yang

membingungkan staf pelaksana adalah salah satu penyebab yang

paling sering dalam kesalahan obat (medication error) dan ini

merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan

ribu obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan

potensi terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama merek

atau generik serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada

penggunaan protokol untuk pengurangan risiko dan memastikan

terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang dicetak

lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.

b. Pastikan Identifikasi Pasien.

Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk

mengidentifikasi pasien secara benar sering mengarah kepada

kesalahan pengobatan, transfusi maupun pemeriksaan;

pelaksanaan prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi kepada

bukan keluarganya, dsb. Rekomendasi ditekankan pada metode

untuk verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan

pasien dalam proses ini; standardisasi dalam metode identifikasi

di semua rumah sakit dalam suatu sistem layanan kesehatan; dan

partisipasi pasien dalam konfirmasi ini; serta penggunaan protokol

untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.

c. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima/Pengoperan Pasien.

Page 17: Patient Safety Kel 6

Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/

pengoperan pasien antara unit-unit pelayanan, dan didalam serta

antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan terputusnya

kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan

potensial dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien.

Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima

pasien termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan

informasi yang bersifat kritis; memberikan kesempatan bagi para

praktisi untuk bertanya dan menyampaikan pertanyaan-

pertanyaan pada saat serah terima,dan melibatkan para pasien

serta keluarga dalam proses serah terima.

d. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar.

Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat

dicegah. Kasus-kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru

atau pembedahan sisi tubuh yang salah sebagian besar adalah

akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau

informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya

terhadap kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau

kurangnya proses pra-bedah yang distandardisasi.

Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan

yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi

prapembedahan; pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah

oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur; dan adanya tim

yang terlibat dalam prosedur Time out sesaat sebelum memulai

prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan

sisi yang akan dibedah.

e. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated).

Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media

kontras memiliki profil risiko, cairan elektrolit pekat yang

digunakan untuk injeksi khususnya adalah berbahaya.

Rekomendasinya adalah membuat standardisasi dari dosis, unit

ukuran dan istilah; dan pencegahan atas campur aduk/bingung

tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik.

f. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan.

Page 18: Patient Safety Kel 6

Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat

transisi/pengalihan. Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan)

medikasi adalah suatu proses yang didesain untuk mencegah

salah obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien.

Rekomendasinya adalah menciptakan suatu daftar yang paling

lengkap dan akurat dan seluruh medikasi yang sedang diterima

pasien juga disebut sebagai “home medication list”, sebagai

perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dan/atau

perintah pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi; dan

komunikasikan daftar tsb kepada petugas layanan yang berikut

dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.

g. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).

Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus

didesain sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya

KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang bisa menyebabkan cedera

atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang salah,

serta memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru.

Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian atas

medikasi secara detail/rinci bila sedang mengenjakan pemberian

medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang benar),

dan bilamana menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya

menggunakan sambungan & slang yang benar).

h. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.

Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran

dan HIV, HBV, dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang

(reuse) dari jarum suntik. Rekomendasinya adalah penlunya

melarang pakai ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan;

pelatihan periodik para petugas di lembaga-lembaga layanan

kesehatan khususnya tentang prinsip-pninsip pengendalian

infeksi,edukasi terhadap pasien dan keluarga mereka mengenai

penularan infeksi melalui darah;dan praktek jarum sekali pakai

yang aman.

i. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk

Pencegahan lnfeksi Nosokomial.

Page 19: Patient Safety Kel 6

Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang

di seluruh dunia menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah

sakit. Kebersihan Tangan yang efektif adalah ukuran preventif

yang pimer untuk menghindarkan masalah ini. Rekomendasinya

adalah mendorong implementasi penggunaan cairan “alcohol-

based hand-rubs” tersedia pada titik-titik pelayan tersedianya

sumber air pada semua kran, pendidikan staf mengenai teknik

kebarsihan taangan yang benar mengingatkan penggunaan

tangan bersih ditempat kerja; dan pengukuran kepatuhan

penerapan kebersihan tangan melalui pemantauan/observasi dan

tehnik-tehnik yang lain.

2.2 Aspek Hukum Terhadap Patient Safety

Aspek hukum terhadap “patient safety” atau keselamatan pasien adalah

sebagai berikut:

UU Tentang Kesehatan & UU Tentang Rumah Sakit

a. Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukum

1) Pasal 53 (3) UU No.36/2009

“Pelaksanaan Pelayanan kesehatan harus

mendahulukan keselamatan nyawa pasien.”

2) Pasal 32n UU No.44/2009

“Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan

dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit.

3) Pasal 58 UU No.36/2009

a) “Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang,

tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang

menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam

pelayanan kesehatan yang diterimanya.”

b) “…..tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan

tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan

seseorang dalam keadaan darurat.”

b. Tanggung jawab Hukum Rumah sakit

1) Pasal 29b UU No.44/2009

Page 20: Patient Safety Kel 6

”Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi,

dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan

standar pelayanan Rumah Sakit.”

2) Pasal 46 UU No.44/2009

“Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua

kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga

kesehatan di RS.”

3) Pasal 45 (2) UU No.44/2009

“Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam

rangka menyelamatkan nyawa manusia.”

c. Bukan tanggung jawab Rumah Sakit

1) Pasal 45 (1) UU No.44/2009 Tentang Rumah sakit

“Rumah Sakit Tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien

dan/atau keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang

dapat berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasan medis

yang kompresehensif. “

d. Hak Pasien

1) Pasal 32d UU No.44/2009

“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang

bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur

operasional”

2) Pasal 32e UU No.44/2009

“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan

efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi”

3) Pasal 32j UU No.44/2009

“Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif

tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis

terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan”

4) Pasal 32q UU No.44/2009

“Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut Rumah

Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak

sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana”

e. Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien

1) Pasal 43 UU No.44/2009

a) RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien

Page 21: Patient Safety Kel 6

b) Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan

insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah

dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan.

c) RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang

membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri

d) Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan

ditujukan untuk mengoreksi sistem dalam rangka meningkatkan

keselamatan pasien.

2.3 Implementasi Patient Safety

Menurut James Reason dalam Human error management: models and

management dikatakan ada dua pendekatan dalam penanganan error atau

KTD. Pertama pendekatan personal. Pendekatan ini memfokuskan pada

tindakan yang tidak aman, melakukan dan pelanggaran prosedur, dari orang-

orang yang menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan (dokter, perawat,

ahli bedah, ahli anestesi, farmasis dll).

Tindakan tidak aman ini dianggap berasal dari proses mental yang

menyimpang seperti mudah lupa, kurang perhatian, motivasi yang buruk,

tidak hati-hati, alpa dan sembrono.

Kedua, pendekatan sistem. Pemikiran dasar dari pendekatan ini yaitu

bahwa manusia adalah dapat berbuat salah dan karenanya dapat terjadi

kesalahan. Disini kesalahan dianggap lebih sebagai konsekwensi daripada

sebagai penyebab. Dalam pendekatan ini diasumsikan bahwa kita tidak akan

dapat mengubah sifat alamiah manusia ini, tetapi kita harus mengubah

kondisi dimana manusia itu bekerja. Pemikiran utama dari pendekatan ini

adalah pada pertahanan sistem yang digambarkan sebagai model keju Swiss

(Gb. 2). Dimana berbagai pengembangan pada kebijakan, prosedur,

profesionalisme, tim, individu, lingkungan dan peralatan akan mencegah atau

meminimalkan terjadinya KTD.

Pada hakekatnya program keselamatan pasien harus meliputi tiga hal:

pertama, perubahan budaya yaitu perubahan dari mencari kesalahan

personal menjadi mencari kegagalan sistem seperti yang diungkapkan oleh

Kenneth Shine (The President Institute of Medicine),”Error occurs because of

system failure. American health care system needs a fundamental change

tryng harder will not work. Changing the system in which we practice will”.

Page 22: Patient Safety Kel 6

Tujuan dari perubahan budaya adalah transparansi. Kedua, perubahan

proses. Proses memerlukan standarisasi dan meminimalisir variasi guna

meningkatkan kualitas pelayanan dan menurunkan terjadinya KTD. Ketiga,

mengukur proses. Proses harus dapat diukur apakah sudah baik atau belum.

Dalam buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang

diterbitkan Departemen Kesehatan pada tahun 2006 sudah terdapat hal-hal

yang harus diukur yaitu berupa 7 standar dan 9 parameter.

2.3.1 Langkah-langkah Kegiatan Pelaksanaan Patient Safety

a. Di Rumah Sakit

1) Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien

Rumah Sakit, dengan susunan organisasi sebagai berikut:

Ketua: dokter, Anggota: dokter, dokter gigi, perawat, tenaga

kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya.

2) Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi

pencatatan dan pelaporan internal tentang insiden

3) Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite

Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) secara rahasia

4) Rumah Sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien

rumah sakit dan menerapkan tujuh langkah menuju

keselamatan pasien rumah sakit.

5) Rumah sakit pendidikan mengembangkan standar pelayanan

medis berdasarkan hasil dari analisis akar masalah dan

sebagai tempat pelatihan standar-standar yang baru

dikembangkan.

b. Di Provinsi/Kabupaten/Kota

1) Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke rumah

sakit-rumah sakit di wilayahnya

2) Melakukan advokasi ke pemerintah daerah agar tersedianya

dukungan anggaran terkait dengan program keselamatan

pasien rumah sakit.

3) Melakukan pembinaan pelaksanaan program keselamatan

pasien rumah sakit

c. Di Pusat

Page 23: Patient Safety Kel 6

1) Membentuk komite keselamatan pasien Rumah Sakit dibawah

Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia

2) Menyusun panduan nasional tentang Keselamatan Pasien

Rumah Sakit

3) Melakukan sosialisasi dan advokasi program keselamatan

pasien ke Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, PERSI

Daerah dan rumah sakit pendidikan dengan jejaring

pendidikan.

4) Mengembangkan laboratorium uji coba program keselamatan

pasien.

2.3.2 Manajemen Patient Safety

Pelaksanaan Patient Safety ini dilakukan dengan system

Pencacatan dan Pelaporan serta Monitoring san Evaluasi

a. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pada Patient Safety

1) Di Rumah Sakit

a) Setiap unit kerja di rumah sakit mencatat semua kejadian

terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris

Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel)

pada formulir yang sudah disediakan oleh rumah sakit.

b) Setiap unit kerja di rumah sakit melaporkan semua

kejadian terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian

Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian

Sentinel) kepada Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit

pada formulir yang sudah disediakan oleh rumah sakit.

c) Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit menganalisis akar

penyebab masalah semua kejadian yang dilaporkan oleh

unit kerja

d) Berdasarkan hasil analisis akar masalah maka Tim

Keselamatan Pasien Rumah Sakit merekomendasikan

solusi pemecahan dan mengirimkan hasil solusi

pemecahan masalah kepada Pimpinan rumah sakit.

e) Pimpinan rumah sakit melaporkan insiden dan hasil solusi

masalah ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit

(KKPRS) setiap terjadinya insiden dan setelah melakukan

analisis akar masalah yang bersifat rahasia.

Page 24: Patient Safety Kel 6

2) Di Propinsi

Dinas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah menerima

produk-produk dari Komite Keselamatan Rumah Sakit

3) Di Pusat

a) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS)

merekapitulasi laporan dari rumah sakit untuk menjaga

kerahasiaannya

b) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS)

melakukan analisis yang telah dilakukan oleh rumah sakit

c) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS)

melakukan analisis laporan insiden  bekerjasama dengan

rumah sakit pendidikan dan rumah sakit yang ditunjuk

sebagai laboratorium uji coba keselamatan pasien rumah

sakit

d) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS)

melakukan sosialisasi hasil analisis dan solusi masalah ke

Dinas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah, rumah sakit

terkait dan rumah sakit lainnya.

b. Monitoring dan Evaluasi

1. Di Rumah sakit

Pimpinan Rumah sakit melakukan monitoring dan evaluasi

pada unit-unit kerja di rumah sakit, terkait dengan pelaksanaan

keselamatan pasien di unit kerja.

2. Di propinsi

Dinas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah melakukan

monitoring dan evaluasi pelaksanaan Program Keselamatan

Pasien Rumah Sakit di wilayah kerjanya.

3. Di Pusat

a) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan

monitoring dan evaluasi pelaksanaan Keselamatan Pasien

Rumah Sakit di rumah sakit-rumah sakit

b) Monitoring dan evaluasi dilaksanakan minimal satu tahan

satu kali.

Page 25: Patient Safety Kel 6

2.4 Program “Keselamatan Pasien Rumah Sakit” sebagai Langkah

Strategis

Keselamatan Pasien Rumah Sakit- KPRS (patient safety) adalah suatu

sistem dimana RS membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ni termasuk:

asesment risiko, “Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan

risiko pasien, “Peloporan dan analisis insiden, “Kemampuan belajar dari

insiden dan tindak lanjutnya serta “implementasi solusi untuk meminimalkan

timbulnya risiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan

oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil

tindakan yang seharusnya diambil.

Tujuan sistem keselamatan pasien RS: 1) terciptanya budaya

keselamatan pasien di RS 2. meningkatnya akuntabilitas RS terhadap pasien

dan masyarakat, 3) menurunnya KTD di RS, 4) terlaksananya program-

program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD (Buku

Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006).

World Alliance for Patient Safety menyusun program: Six areas of action

for 2005:

a. Tantangan Global Keselamatan Pasien. Focusing over an initial

two-year cycle on the challenge of health-care associated infection

2005-2006: “Clean care associated infection: “Clean Care is safer

Care”

b. Pasien untuk Keselamatan Pasien. Involving patient organizations

and individuals in Alliance work.

c. Taxonomy untuk Keselamatan Pasien. Ensuring consistency in

the concepts, principles, norms and terminology used in patient

safety work

d. Riset untuk Keselamatan Pasien. Promoting existing interventions

in patient safety and coordinating international efforts to develop

solutions.

e. Pelaporan dan Pembelajaran. Generating best practice guidelines

for existing and new reporting systems.

Program: six areas of action (2005)

a. Speak up if you have questions or concerns: it’s your right to

know

b. Pay attention to the care you are receiving

Page 26: Patient Safety Kel 6

c. Educate youself about your diagnosis, test and treatment

d. Ask a trusted family member or friend to be your advocate

e. Know what medications you take and why you take them

f. Use a health – care provider that rigorously evaluates itself against

safety standars

g. Participate in all decisions about your care

(WHO: World Alliance for Patient safety, Forward Programme, 2004)

Menurut Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit (Depkes

R.I. 2006) terdapat tujuh langkah menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit:

a. Membangun Kesadaran Akan Nilai KP, menciptakan

kepemimpinan & budaya yang terbuka & adil

b. Memimpin dan Dukung Staf Anda, membangun komitmen & fokus

yang kuat & jelas tentang KP di RS Anda

c. Mengintegrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko, mengembangkan

sistem dan proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi

& asesmen hal yang potensial bermasalah

d. Mengembangkan Sistem Pelaporan, memastikan staf agar

dengan mudah dapat melaporkan kejadian / insiden, serta RS

mengatur pelaporan kepada KKP-RS

e. Melibatkan dan Berkomunikasi dengan Pasien, mengembangkan

cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien

f. Melakukan Kegiatan Belajar & Berbagi Pengalaman Tentang KP,

mendorong staf anda untuk melakukan analisis akar masalah

untuk belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbul

g. Mencegah Cedera Melalui Implementasi Sistem KP,

menggunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk

melakukan perubahan pada sistem pelayanan

2.5 Indikator Patient Safety

Indikator patient safety merupakan ukuran yang digunakan untuk

mengetahui tingkat keselamatan pasien selama dirawat di rumah sakit.

Indikator ini dapat digunakan bersama dengan data pasien rawat inap yang

sudah diperbolehkan meninggalkan rumah sakit. Indikator patient safety

bermanfaat untuk menggambarkan besarnya masalah yang dialami pasien

Page 27: Patient Safety Kel 6

selama dirawat di rumah sakit, khususnya yang berkaitan dengan berbagai

tindakan medik yang berpotensi menimbulkan risiko di sisi pasien. Dengan

mendasarkan pada IPS ini maka rumah sakit dapat menetapkan upaya-

upaya yang dapat mencegah timbulnya outcome klinik yang tidak diharapkan

pada pasien. (Dwiprahasto, 2008).

Secara umum IPS terdiri atas 2 jenis, yaitu IPS tingkat rumah sakit dan

IPS tingkat area pelayanan.

a. Indikator tingkat rumah sakit (hospital level indicator) digunakan

untuk mengukur potensi komplikasi yang sebenarnya dapat

dicegah saat pasien mendapatkan berbagai tindakan medik di

rumah sakit. Indikator ini hanya mencakup kasus-kasus yang

merupakan diagnosis sekunder akibat terjadinya risiko pasca

tindakan medik.

b. Indikator tingkat area mencakup semua risiko komplikasi akibat

tindakan medik yang didokumentasikan di tingkat pelayanan

setempat (kabupaten/kota). Indikator ini mencakup diagnosis

utama maupun diagnosis sekunder untuk komplikasi akibat

tindakan medik.

2.5.1 Tujuan penggunaan Indikator Patient Safety

Indikator patient safety (IPS) bermanfaat untuk mengidentifikasi area-area

pelayanan yang memerlukan pengamatan dan perbaikan lebih lanjut, seperti

misalnya untuk menunjukkan:

a. adanya penurunan mutu pelayanan dari waktu ke waktu.

b. bahwa suatu area pelayanan ternyata tidak memenuhi standar

klinik atau terapi sebagaimana yang diharapkan

c. tingginya variasi antar rumah sakit dan antar pemberi pelayanan

d. disparitas geografi antar unit-unit pelayanan kesehatan

(pemerintah vs swasta atau urban vs rural) (Dwiprahasto, 2008).

Selain penjelasan di atas metode tim perlu menjadi strategi dalam

penanganan patient safety karena metode tim merupakan metode pemberian

asuhan keperawatan, yaitu seorang perawat profesional memimpin

sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan

pada sekelompok pasien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Sitorus,

2006). Pada metode ini juga memungkinkan pelayanan keperawatan yang

Page 28: Patient Safety Kel 6

menyeluruh. Adanya pemberian asuhan keperawatan terhadap sekelompok

pasien. (Nursalam, 2002). Jadi dengan pemberian asuhan keperawatan yang

menyeluruh kepada pasien diharapkan keselamatan pasien dapat

diperhatikan, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan.

2.6 Pengembangan Budaya Patient Safety

Menurut Hasting G, 2006, ada delapan langkah yang bisa dilakukan untuk

mengembangkan budaya Patient safety ini:

a. Put the focus back on safety

Setiap staf yang bekerja di RS pasti ingin memberikan yang terbaik

dan teraman untuk pasien. Tetapi supaya keselamatan pasien ini bisa

dikembangkan dan semua staf merasa mendapatkan

dukungan, patient safety ini harus menjadi prioritas strategis dari

rumah sakit atau unit pelayanan kesehatan lainnya. Empat CEO RS

yang terlibat dalamsafer patient initiatives di Inggris mengatakan

bahwa tanggung jawab untuk keselamatan pasien tidak bisa

didelegasikan dan mereka memegang peran kunci dalam

membangun dan mempertahankan fokus patient safety di dalam RS.

b. Think small and make the right thing easy to do

Memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien mungkin

membutuhkan langkah-langkah yang agak kompleks. Tetapi dengan

memecah kompleksitas ini dan membuat langkah-langkah yang lebih

mudah mungkin akan memberikan peningkatan yang lebih nyata.

c. Encourage open reporting

Belajar dari pengalaman, meskipun itu sesuatu yang salah adalah

pengalaman yang berharga. Koordinator patient safety dan manajer

RS harus membuat budaya yang mendorong pelaporan. Mencatat

tindakan-tindakan yang membahayakan pasien sama pentingnya

dengan mencatat tindakan-tindakan yang menyelamatkan pasien.

Diskusi terbuka mengenai insiden-insiden yang terjadi bisa menjadi

pembelajaran bagi semua staf.

d. Make data capture a priority

Dibutuhkan sistem pencatatan data yang lebih baik untuk mempelajari

dan mengikuti perkembangan kualitas dari waktu ke waktu. Misalnya

saja data mortalitas. Dengan perubahan data mortalitas dari tahun ke

Page 29: Patient Safety Kel 6

tahun, klinisi dan manajer bisa melihat bagaimana manfaat dari

penerapan patient safety.

e. Use systems-wide approaches

Keselamatan pasien tidak bisa menjadi tanggung jawab individual.

Pengembangan hanya bisa terjadi jika ada sistem pendukung yang

adekuat. Staf juga harus dilatih dan didorong untuk melakukan

peningkatan kualitas pelayanan dan keselamatan terhadap pasien.

Tetapi jika pendekatan patient safety tidak diintegrasikan secara utuh

kedalam sistem yang berlaku di RS, maka peningkatan yang terjadi

hanya akan bersifat sementara.

f. Build implementation knowledge

Staf juga membutuhkan motivasi dan dukungan untuk

mengembangkan metodologi, sistem berfikir, dan implementasi

program. Pemimpin sebagai pengarah jalannya program disini

memegang peranan kunci. Di Inggris, pengembangan mutu

pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien sudah dimasukkan ke

dalam kurikulum kedokteran dan keperawatan, sehingga diharapkan

sesudah lulus kedua hal ini sudah menjadi bagian dalam budaya

kerja.

g. Involve patients in safety efforts

Keterlibatan pasien dalam pengembangan patient safety terbukti

dapat memberikan pengaruh yang positif. Perannya saat ini mungkin

masih kecil, tetapi akan terus berkembang. Dimasukkannya

perwakilan masyarakat umum dalam komite keselamatan pasien

adalah salah satu bentuk kontribusi aktif dari masyarakat (pasien).

Secara sederhana pasien bisa diarahkan untuk menjawab ketiga

pertanyaan berikut: apa masalahnya? Apa yang bisa kubantu? Apa

yang tidak boleh kukerjakan?

h. Develop top-class patient safety leaders

Prioritisasi keselamatan pasien, pembangunan sistem untuk

pengumpulan data-data berkualitas tinggi, mendorong budaya tidak

saling menyalahkan, memotivasi staf, dan melibatkan pasien dalam

lingkungan kerja bukanlah sesuatu hal yang bisa tercapai dalam

semalam. Diperlukan kepemimpinan yang kuat, tim yang kompak,

serta dedikasi dan komitmen yang tinggi untuk tercapainya tujuan

Page 30: Patient Safety Kel 6

pengembangan budaya patient safety. Seringkali RS harus bekerja

dengan konsultan leadership untuk mengembangkan kerjasama tim

dan keterampilan komunikasi staf. Dengan kepemimpinan yang baik,

masing-masing anggota tim dengan berbagai peran yang berbeda

bisa saling melengkapi dengan anggota tim lainnya melalui kolaborasi

yang erat.

Page 31: Patient Safety Kel 6

BAB 3

KASUS PATIENT SAFETY

3.1 KASUS

Ners alias baru mendapatka promosi sebagai kepala ruangan penyakit

dalam di RSUD Wiro Sableng. Kualifikasi pendidikan perawat di ruangan yang

ners alias pimpin adalah 20% Spk, 80% D3 keperawatan. Lama kerja perawat

adalah< 6 tahun (25%), 6-10 tahun (30%), dan >10 tahun (45%). Insiden

dekubitus (4%), flebitis (5%), inos (6%), dan pasien jatuh (3%). Angket kepuasan

dari pasien yan pulang menunjukkan 70% puas dan angket kepuasan kerja

perawat 75% puas. Metode penugasan saat ini adalah fungsional. Setiap

perawat mendapat insentif yang sama tiap bulan di luar gaji pokok, ners alias

mendapatkan tugas dari kepala bidang keperawatan untuk membenahi

manajemen asuhan keperawatan dan program patient safety dan ruangannya.

1.2 ANALISA MASALAH

1. Kualifikasi pendidikan perawat 20% spk. 80% D3

2. Insiden dekubitus (4%), flebitis (5%), inos (6%), dan psien jatuh (3%).

3. Angket kepuasan dari pasien yan pulang menunjukkan 70% puas dan

angket kepuasan kerja perawat 75% puas

1.3 PENYELESAIAN

Menurut teori Spradley yaitu:

1. Mengenali gejala

a. Angka kepuasan 30% tidak puas, dan angka kepuasan kerja perawat

25% tidak puas

b. Insiden dekubitus (4%), flebitis (5%), inos (6%), dan psien jatuh (3%).

2. Mendiagnosis masalah

a. Angka kepuasan pasien yang pulang berbanding dengan angka

kepuasan kerja perawat

b. Pendidikan perawat rata D3 dan SPK

3. Menganalisa jalan keluar

a. Sosialisasi Program keselamatan rumah sakit dan keselamatan

pasien harus dilakukan secara terus-menerus untuk menjaga

pelaksanaan program tetap konsisten dan berkesinambungan.

Page 32: Patient Safety Kel 6

di ambil dari berbagai sumber pelatihan patient safetyb. Program Keselamatan rumah sakit dan keselamatan pasien

merupakan suatu kebutuhan dan keharusan untuk melindungi pasien

dan karyawan.

c. Keterlibatan /pemberdayaan pasien dalam proses  asuhan pelayanan

kesehatan harus menjadi prioritas utama.

d. Keterlibatan seluruh unsur  yang ada dalam organisasi merupakan

kunci keberhasilan, termasuk pihak manajemen, unit terkait serta

mengoptimalkan peran champion.

e. Memberikan kesempatan perawat untuk melanjutkan pendidikannya

atau pelatihan.

4. Upaya yang perlu di terapkan

a. Meningkatkan kebersihan tangan di tempat kerja dengan cara mencuci

tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan.

b. Pengurangan risiko salah Nama Obat Rupa atau Ucapan Mirip

(NORUM); kesalahan pemberian obat yang banyak terjadi di dunia.

c. Mengurangi kesalahan identifikasi pasien (misal nama yang sama);

menghindari kesalahan pemberian obat atau pelaksanaan  prosedur.

d. Memperbaiki kesenjangan komunikasi antar unit pelayanan, khususnya

saat serah terima pasien.

e. Akurasi pemberian obat pada saat transisi atau pengalihan pasien.

f. Mencegah salah penggunaan cairan elektrolit pekat yang spesifik.

g. Menghindari salah sambung slang, kateter, atau spuit (syringe).

h. Penggunaan alat injeksi sekali pakai untuk menghindari risiko terjadinya

penyebaran penyakit berbahaya.

i. Pemberian panisment dengan melarang menangani pasien untuk

beberapa hari sesuai dengan peraturan yang berlaku diruangan dan

disesuaikan dengan tingkat kesalahan yang dilakukan.

j. Pemberian reward dengan cara intensive lebih banyak.

k. Pembacaan SOP/Protap saat pre & post conference, setiap sebelum

melakukan tindakan.

l. Membersihkan ruangan saat datang diruangan dan membersihkan

kembali saat meninggalkan ruangan.

m. Penambahan bedsheat rail / pengaman tempat tidur pasien.

Page 33: Patient Safety Kel 6

n. Pembatasan kunjungan dan waktu berkunjung.

o. Perbaikan SDM perawat dengan memberikan pelatihan-pelatihan tekhnik

perawatan yang baru.

Page 34: Patient Safety Kel 6

BAB 4

PENUTUP

1.1 kesimpulan

Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana

rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya

cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu

tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah terciptanya

budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit, meningkatnya akuntabilitas

Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya KTD di

Rumah Sakit, terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak

terjadi penanggulangan KTD

Isu penting terkait keselamatan (hospital risk) yaitu: keselamatan

pasien; keselamatan pekerja (nakes); keselamatan fasilitas (bangunan,

peralatan); keselamatan lingkungan; keselamatan bisnis.

Elemen Patient Safety yaitu: Adverse drug events(ADE)/ medication

errors (ME) (ketidakcocokan obat/kesalahan pengobatan), Restraint use

(kendali penggunaan), Nosocomial infections (infeksi nosokomial), Surgical

mishaps (kecelakaan operasi), Pressure ulcers (tekanan ulkus), Blood

product safety/administration (keamanan produk darah/administrasi),

Antimicrobial resistance (resistensi antimikroba), Immunization program

(program imunisasi), Falls (terjatuh), Blood stream – vascular catheter care

(aliran darah – perawatan kateter pembuluh darah), Systematic review,

follow-up, and reporting of patient/visitor incident reports (tinjauan

sistematis, tindakan lanjutan, dan pelaporan pasien/pengunjung laporan

kejadian).

Page 35: Patient Safety Kel 6

DAFTAR PUSTAKA

Komalawati, Veronica. (2010) Community&Patient Safety Dalam Perspektif

Hukum Kesehatan.

Lestari, Trisasi. Knteks Mikro dalam Implementasi Patient Safety: Delapan

Langkah Untuk Mengembangkan Budaya Patient Safety. Buletin IHQN

Vol II/Nomor.04/2006 Hal.1-3

Pabuti, Aumas. (2011) Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien (KP) Rumah

Sakit. Proceedings of expert lecture of  medical student of Block 21st of

Andalas University, Indonesia

Panduang Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). 2005

Yahya, Adib A. (2006) Konsep dan Program “Patient Safety”. Proceedings

of National Convention VI of The Hospital Quality Hotel Permata

Bidakara, Bandung 14-15 November 2006.

Nursalam (2002). Manajemen Keperawatan. Penerapan dalam Praktik

Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam (2007). Manajemen Keperawatan. Edisi 2. Penerapan dalam Praktik

Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Sri Astuti. (1999).Kebijaksanaan Depkes dalam Pembangunan.

Kesehatan/Keperawatan Indonesia. Jakarta (26 Oktober 1999)

Vestal, K.W. (1995). Nursing Management: Concepts and Issues. Lippincott.

Philadelphia.

http://google.com/scribd/2011/01/07/patient-safetiy-keselamatan-pasien-rumah-

sakit/ diakses tanggal 19 maret 2012 jam15.20