partus tak maju

17
PARTUS TAK MAJU (KALA 2 MEMANJANG) HERMANSYAH (61110018) Partus Tak Maju (Kala 2 Memanjang) Ini merupakan kehamilan saya yang pertama, saya mengira ini merupakan kehamilan yang begitu menyenangkan, tidak ada mual pada pagi hari dan semuanya terasa begitu baik. Tetapi satu minggu sebelum saya melahirkan saya diminta oleh suami saya untuk pergi kerumah sakit karena kurang lebih selama 2 minggu terakhir terasa sakit pada uluhati saya. Yang terpikir oleh saya mungkin ini hanya sakit maag biasa sampai akhirnya dokter mendiagnosa saya mengalami komplikasi kehamilan yang bernama sindroma HELLP. PENDAHULUAN Melahirkan anak adalah pengalaman yang sangat berharga, namun sayangnya komplikasi dalam kehamilan dapat saja terjadi, salah satu contohnya adalah gangguan pembekuan darah dan rusaknya sel darah merah yang umumnya terdapat pada wanita preeklamsia dan terutama eklamsia. Tahun 1954, Pritchard memperhatikan adanya trombositopenia akibat gangguan pembekuan darah dalam hubungannya dengan kenaikan serum transaminase hati. Tahun 1982, Weinstein merangkumnya menjadi HELLP sindrom (Hemolysis, Elevated Liver enzymes, Low Platelets) dan kini istilah ini telah dipakai di seluruh dunia. HELLP sindrom biasa terjadi pada umur diatas 25 tahun dengan gejala yang biasa timbul pada trimester II atau awal trimester III. Gejalanya tidak khas seperti infeksi virus biasa, nyeri di perut atas, sakit kepala, dan sebagainya. Oleh karena itu, semua wanita hamil dengan nyeri perut atas harus dipertimbangkan Ilmu Kepaniteraan Klinik Obstetri Ginekologi – RSAL DR MIDIYATOS Fakultas Kedokteran Univ. BATAM (12 MEI 2014 – 20 JULI 2014) Page 1

Upload: hermansyah-chiu

Post on 19-Jan-2016

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Partus Tak Maju

PARTUS TAK MAJU (KALA 2 MEMANJANG) HERMANSYAH (61110018)

Partus Tak Maju (Kala 2 Memanjang)

Ini merupakan kehamilan saya yang pertama, saya mengira ini merupakan kehamilan yang begitu menyenangkan, tidak ada mual pada pagi hari dan semuanya terasa begitu baik. Tetapi satu minggu sebelum saya melahirkan saya diminta oleh suami saya untuk pergi kerumah sakit karena kurang lebih selama 2 minggu terakhir terasa sakit pada uluhati saya. Yang terpikir oleh saya mungkin ini hanya sakit maag biasa sampai akhirnya dokter mendiagnosa saya mengalami komplikasi kehamilan yang bernama sindroma HELLP.

PENDAHULUAN

Melahirkan anak adalah pengalaman yang sangat berharga, namun sayangnya komplikasi

dalam kehamilan dapat saja terjadi, salah satu contohnya adalah gangguan pembekuan darah dan

rusaknya sel darah merah yang umumnya terdapat pada wanita preeklamsia dan terutama

eklamsia. Tahun 1954, Pritchard memperhatikan adanya trombositopenia akibat gangguan

pembekuan darah dalam hubungannya dengan kenaikan serum transaminase hati. Tahun 1982,

Weinstein merangkumnya menjadi HELLP sindrom (Hemolysis, Elevated Liver enzymes, Low

Platelets) dan kini istilah ini telah dipakai di seluruh dunia. HELLP sindrom biasa terjadi pada

umur diatas 25 tahun dengan gejala yang biasa timbul pada trimester II atau awal trimester III.

Gejalanya tidak khas seperti infeksi virus biasa, nyeri di perut atas, sakit kepala, dan sebagainya.

Oleh karena itu, semua wanita hamil dengan nyeri perut atas harus dipertimbangkan

kemungkinan sindrom HELLP. Sebagai salah satu bentuk variasi dari preeklamsia dan eklamsia,

bila didapatkan tanda-tanda seperti hipertensi, berat badan bertambah dan edema, kita harus

melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

DEFINISI

EPIDEMIOLOGI

a. Orang

Penelitian Gessesssew dan Mesfin di RS Adigrat Zonal tahun 2001 diperoleh 195 kasus partus tak maju, 114 kasus terjadi pada wanita usia 20-34 tahun dengan proporsi 58,4%, 60 kasus terjadi pada wanita usia > 34 tahun dengan proporsi 30,8% dan 21 kasus terjadi pada wanita usia < 20 tahun dengan proporsi 10,8%. Sedangkan pada paritas diperoleh 90 kasus terjadi pada paritas 1-4 dengan proporsi 46,2%, 59 kasus terjadi pada paritas 0 dengan proporsi 30,2% dan 46 kasus terjadi pada paritas ≥ 5 dengan proporsi 23,6%.Penelitian Simbolon di Rumah Sakit

Ilmu Kepaniteraan Klinik Obstetri Ginekologi – RSAL DR MIDIYATOSFakultas Kedokteran Univ. BATAM (12 MEI 2014 – 20 JULI 2014) Page 1

Page 2: Partus Tak Maju

PARTUS TAK MAJU (KALA 2 MEMANJANG) HERMANSYAH (61110018)

Umum Daerah Sidikalang tahun 2007 diperoleh 273 kasus partus tak maju, 201 kasus terjadi pada wanita usia 20-35 tahun dengan proporsi 73,6%, 63 kasus terjadi pada wanita usia > 35 tahun dengan proporsi 23,1% dan 9 kasus terjadi pada wanita usia < 20 tahun dengan proporsi 3,3%. Sedangkan pada paritas diperoleh 118 kasus terjadi pada paritas 0 dengan proporsi 43,2%, 98 kasus terjadi pada paritas 1-3 dengan proporsi 35,9% dan 57 kasus terjadi pada paritas > 3 dengan proporsi 20,9%.

b. Tempat dan Waktu

Di negara-negara maju panggul kecil telah berkurang sebagai penyebab distosia. namun pada kelompok ekonomi lemah di negara maju dan penduduk kota yang miskin di negara berkembang, panggul kecil masih ada dan menyebabkan partus tak maju. Di negara-negara maju 70% wanita bentuk panggul normal dan di Asia 80% wanita bentuk panggul normal.Penelitian Adhikari dkk di RS di India tahun 1993-1998 diperoleh 43.906 persalinan terdapat 245 kasus partus tak maju dengan proporsi 1%.37 Penelitian Ikojo dkk di RS Pendidikan Enugu Nigeria tahun 1999-2004 diperoleh 4.521 persalinan terdapat 120 kasus partus tak maju dengan proporsi 2,7%.38.Di Indonesia proporsi partus tak maju 9% dari penyebab kematian ibu langsung.8 Penelitian Olva di RSU Unit Swadana Subang Jawa Barat tahun 2001 diperoleh 400 persalinan terdapat 200 kasus partus tak maju dengan proporsi 50%.Hasil penelitian Sidabutar di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2000-2004 diperoleh proporsi partus tak maju 19,7% yaitu 1.418 kasus dari 7.163 persalinan.40 Hasil penelitian Idriyani di RSIA Fatimah Makasar tahun 2006 diperoleh proporsi partus tak maju 2,9% yaitu 74 kasus dari 2.552 persalinan.

FAKTOR RESIKO

a.1. Usia

Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun karena pada usia ini secara fisik dan psikologi ibu sudah cukup matang dalam menghadapi kehamilan dan persalinan.Usia <20 tahun organ-organ reproduksi belum sempurna secara keseluruhan dan perkembangan kejiwaan belum matang sehingga belum siap menjadi ibu dan menerima kehamilannya. Usia >35 tahun organ reproduksi mengalami perubahan yang terjadi karena proses menuanya organ kandungan dan jalan lahir kaku atau tidak lentur lagi. Selain itu peningkatn umur seseorang akan mempengaruhi organ yang vital seperti sistim kardiovaskuler, ginjal dll (pada umur tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu yang akan memperberat tugas organ-organ tersebut sehingga berisiko mengalami komplikasi pada ibu dan janin).Sesuai dengan hasil penelitian di Makassar yang dilakukan oleh Idriyani tahun 2006 dengan menggunakan desain penelitian case control study menemukan ibu yang mengalami partus tak maju kemungkinan 1,8 kali lebih besar berumur < 20 tahun dan > 35 tahun dibandingkan umur 20-35 tahun.41

a.2. Paritas

Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 0 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal yang lebih tinggi. Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian maternal.Ibu hamil yang memiliki paritas 4 kali atau lebih, kemungkinan

Ilmu Kepaniteraan Klinik Obstetri Ginekologi – RSAL DR MIDIYATOSFakultas Kedokteran Univ. BATAM (12 MEI 2014 – 20 JULI 2014) Page 2

Page 3: Partus Tak Maju

PARTUS TAK MAJU (KALA 2 MEMANJANG) HERMANSYAH (61110018)

mengalami gangguan kesehatan, kekendoran pada dinding perut dan kekendoran dinding rahim sehingga berisiko mengalami kelainan letak pada janin, persalinan letak lintang, robekan rahim, persalinan macet dan perdarahan pasca persalinan.Sesuai dengan hasil penelitian di Subang Jawa Barat yang dilakukan oleh Olva tahun 2001 dengan menggunakan desain penelitian case control study menemukan ibu yang mengalami partus tak maju kemungkinan 1,3 kali lebih besar yang paritasnya 0 dan > 3 dibandingkan paritas 1-3.

a.3. Riwayat Persalinan

Persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan persalinan prematur, seksio caesarea, bayi lahir mati, persalinan lama, persalinan dengan induksi serta semua persalinan tidak normal yang dialami ibu merupakan risiko tinggi pada persalinan berikutnya.10 Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan hasil penelitian di Medan yang dilakukan oleh Sarumpaet tahun 1998-1999 dengan menggunakan desain penelitian case control study menemukan ibu yang mengalami komplikasi persalinan kemungkinan 7,3 kali lebih besar mempunyai riwayat persalinan jelek dibandingkan yang tidak mempunyai riwayat persalinan jelek. Riwayat persalinan jelek pada kasus didapatkan partus tak maju 24,6%.Hasil penelitian di Kasongo Zaire tahun 1971-1975, Ibu yang memiliki riwayat persalinan yang buruk kemungkinan 10 kali lebih besar untuk mengalami persalinan macet dari pada ibu yang tidak memiliki riwayat persalinan buruk.

a.4. Anatomi Tubuh Ibu Melahirkan

Ibu bertubuh pendek < 150 cm yang biasanya berkaitan dengan malnutrisi dan terjadinya deformitas panggul merupakan risiko tinggi dalam persalinan, tinggi badan < 150 cm berkaitan dengan kemungkinan panggul sempit. Tinggi badan Ibu < 145 cm terjadi ketidakseimbangan antara luas panggul dan besar kepala janin. Sebagian besar kasus partus tak maju disebabkan oleh tulang panggul ibu terlalu sempit sehingga tidak mudah dilintasi kepala bayi waktu bersalin. Proporsi wanita dengan rongga panggul yang sempit menurun dengan meningkatnya tinggi badan, persalinan macet yang disebabkan panggul sempit jarang terjadi pada wanita tinggi. Penelitian di Nigeria Utara dari seluruh ibu yang mengalami persalinan macet, proporsi wanita dengan panggul sempit memiliki tinggi badan < 145 cm sebesar 40%, tinggi badan 150 cm sebesar 14% dan tinggi badan 160 cm sebesar 1%.

a.5. Pendidikan

Ibu dengan pendidikan yang lebih tinggi lebih memperhatikan kesehatannya selama kehamilan dibandingkan dengan ibu yang tingkat pendidikannya rendah. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penting dalam usaha menjaga kesehatan ibu, anak dan juga keluarga. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu semakin meningkat juga pengetahuan dan kesadarannya dalam mengantisipasi kesulitan kehamilan dan persalinan sehingga termotivasi untuk melakukan pengawasan kehamilan secara berkala dan teratur.

b. Agent

Partus tak maju disebabkan faktor mekanik pada persalinan yaitu terhambatnya jalan lahir janin. Terhambatnya jalan lahir disebabkan ketidakseimbangan bentuk dan ukuran panggul (passage),

Ilmu Kepaniteraan Klinik Obstetri Ginekologi – RSAL DR MIDIYATOSFakultas Kedokteran Univ. BATAM (12 MEI 2014 – 20 JULI 2014) Page 3

Page 4: Partus Tak Maju

PARTUS TAK MAJU (KALA 2 MEMANJANG) HERMANSYAH (61110018)

besarnya janin (passenger) dan kontraksi uterus (power). Bentuk dan ukuran panggul yang sempit menghambat jalan lahir janin, panggul yang sempit dipengaruhi faktor nutrisi dalam pembentukan tulang panggul, penyakit dan cedera pada tulang panggul

ETIOLOGI

a. Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan, tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak.Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati panggul. Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang efisien, letak, presentasi, kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan kepala janin untuk mengadakan molase. Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek, kedudukan abnormal, ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat menyebabkan persalin an normal tidak mungkin.28 Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan < 145 cm dapat terjadi disproporsi sefalopelvik, kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi, sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi obstetri. Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis, hal ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan selamat. Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal, atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis sempit. Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan 37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai ukuran lahir normal.

Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi :

i. Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan, relaksasi sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan berlangsungnya kelahiran pervaginam).

ii. Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi).

iii. Definit (ini berarti pelvis sempit, bentuk kepala abnormal atau janin mempunyai ukuran besar yang abnormal, misalnya hidrosefalus, operasi diperlukan pada kelahiran ini).

b. Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior dan kepala yang sulit lahir pada presentasi bokong.

b.1. Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Presentasi dahi terjadi karena

Ilmu Kepaniteraan Klinik Obstetri Ginekologi – RSAL DR MIDIYATOSFakultas Kedokteran Univ. BATAM (12 MEI 2014 – 20 JULI 2014) Page 4

Page 5: Partus Tak Maju

PARTUS TAK MAJU (KALA 2 MEMANJANG) HERMANSYAH (61110018)

ketidakseimbangan kepala dengan panggul, saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit.32

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali bila bayi kecil atau pelvis luas, persalinan dilakukan dengan tindakan caesarea. IR presentasi dahi 0,2% kelahiran pervaginam, lebih sering pada primigravida.33

b.2. Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada pintu atas panggul menjelang persalinan. Bila pasien berada pada persalinan lanjut setelah ketuban pecah, bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina.27 Universitas Sumatera Utara

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau pada sudut akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi pada letak melintang. Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen dan otot uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul.

b.3. Presentasi Muka

Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah. Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala, bila pelvis sempit atau janin sangat besar. Pada wanita multipara, terjadinya presentasi muka karena abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung ke depan atau ke lateral, seringkali mengarah kearah oksiput. Presentasi muka tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal, mungkin terkait dengan paritas tinggi tetapi 34% presentasi muka terjadi pada primigravida.32

c. Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya : Hidrosefalus, pertumbuhan janin lebih besar dari 4.000 gram, bahu yang lebar dan kembar siam.

d. Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis, stenosis vagina kongenital, perineum kaku dan tumor vagina.

PATOFISIOLOGI

MANIFESTASI KLINIS

Ilmu Kepaniteraan Klinik Obstetri Ginekologi – RSAL DR MIDIYATOSFakultas Kedokteran Univ. BATAM (12 MEI 2014 – 20 JULI 2014) Page 5

Page 6: Partus Tak Maju

PARTUS TAK MAJU (KALA 2 MEMANJANG) HERMANSYAH (61110018)

Pada kasus persalinan macet/tidak maju akan ditemukan tanda-tanda kelelahan fisik dan

mental yang dapat diobservasi dengan :

a. Dehidrasi dan Ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering)

b. Demam

c. Nyeri abdomen

d. Syok (nadi cepat, anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat, tekanan darah rendah) syok

dapat disebabkan oleh ruptur uterus atau sepsis.

DIAGNOSIS

Sebelum di diagnosa partus tak maju selama kala 1 maka criteria berikut harus terpenuhi:

a. Dilatasi servik sudah lebih dari 4 cm

b. His adekuat selama 2 jam tanpa diikuti dengan perubahan pada servik

c. Bagian terbawah tidak terdapat kemajuan/penurunan

d. Pada pembukaan belum lengkap bisa terdapat odema servik, air ketuban keruh bercampur

mekonium, servik dapat mengalami kolpoporeksis.

Px. LABORATORIUM

1. Lab darah lengkap

DIAGNOSA BANDING

Kehamilan / persalinan dengan infeksi ektra genital, disini suhu aksila lebih tinggi dari rectal dan ketuban biasanya masih utuh.

PENATALAKSANAANa. Terapi pada partus tak maju bersifat darurat, koreksi adanya dehidrasi dan segera lakukan

rujukan karena pada sebagian besar kasus partus tak maju diakhiri dengan SC.

b. Perawatan pendahuluan, suntikkan cortone acetate 100-200 mg secara intramuskuller,

penicillin prokain 1 juta IU IM, infuse cairan larutan fisiologis, larutan glucose 5-10% pada jam

pertama 1 liter/jam, istirahat 1 jam untuk diobservasi kecuali bila menghabiskan untuk segera

bertindak

c. Pertolongan dapat dilakukan dengan partus spontan, ekstraksi vacuum, ekstraksi forcep,

manual aid pada letak sungsang, embriotomi bila janin meninggal, SC dan lain-lain.

KOMPLIKASI

a. Ketuban pecah dini

Ilmu Kepaniteraan Klinik Obstetri Ginekologi – RSAL DR MIDIYATOSFakultas Kedokteran Univ. BATAM (12 MEI 2014 – 20 JULI 2014) Page 6

Page 7: Partus Tak Maju

PARTUS TAK MAJU (KALA 2 MEMANJANG) HERMANSYAH (61110018)

Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh janin

ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil. Bila kepala tertahan pada pintu atas panggul, seluruh

tenaga dari uterus diarahkan ke bagian membran yang menyentuh os internal, akibatnya ketuban

pecah dini lebih mudah terjadi

b. Pembukaan serviks yang abnormal

Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama sekali karena kepala janin tidak dapat

turun dan menekan serviks. Pada saat yang sama, dapat terjadi edema serviks sehingga kala

satu persalinan menjadi lama. Namun demikian kala satu dapat juga normal atau singkat, jika

kemacetan persalinan terjadi hanya pada pintu bawah panggul. Dalam kasus ini hanya kala dua

yang menjadi lama. Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami ketoasidosis dan

dehidrasi.

c. Rupture uteri

Ruptur uterus, terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu dari kedaruratan

obstetrik yang berbahaya dan hasil akhir dari partus tak maju yang tidak dilakukan intervensi.

Ruptur uterus menyebabkan angka kematian ibu berkisar 3-15% dan angka kematian bayi

berkisar 50%. Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir keluar, janin akan

didorong ke segmen bawah rahim melalui kontraksi. Jika kontraksi berlanjut, segmen bawah

rahim akan merengang sehingga menjadi berbahaya menipis dan mudah ruptur. Namun demikian

kelelahan uterus dapat terjadi sebelum segmen bawah rahim meregang, yang menyebabkan

kontraksi menjadi lemah atau berhenti sehingga ruptur uterus berkurang. Ruptur uterus lebih

sering terjadi pada multipara jarang terjadi pada nulipara terutama jika uterus melemah karena

jaringan parut akibat riwayat seksio caesarea. Ruptur uterus menyebabkan hemoragi dan syok,

bila tidak dilakukan penanganan dapat berakibat fatal.

d. Fistula

Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka sebagian kandung kemih, serviks,

vagina, rektum terperangkap diantara kepala janin dan tulang-tulang pelvis mendapat tekanan

yang berlebihan. Akibat kerusakan sirkulasi, oksigenisasi pada jaringan-jaringan ini menjadi

tidak adekuat sehingga terjadi nekrosis, yang dalam beberapa hari diikuti dengan

pembentukan fistula. Fistula dapat berubah vesiko-vaginal (diantara kandung kemih dan vagina),

vesiko-servikal (diantara kandung kemih dan serviks) atau rekto-vaginal (berada diantara

rektum dan vagina). Fistula umumnya terbentuk setelah kala II persalinan yang sangat lama

Ilmu Kepaniteraan Klinik Obstetri Ginekologi – RSAL DR MIDIYATOSFakultas Kedokteran Univ. BATAM (12 MEI 2014 – 20 JULI 2014) Page 7

Page 8: Partus Tak Maju

PARTUS TAK MAJU (KALA 2 MEMANJANG) HERMANSYAH (61110018)

dan biasanya terjadi pada nulipara, terutama di negara-negara yang kehamilan para wanitanya

dimulai pada usia dini.

e. Sepsis puerpuralis

Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi setiap saat antara

awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau

abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis, demam 38,50c atau lebih yang diukur

melalui oral kapan saja cairan vagina yang abnormal, berbau busuk dan keterlambatan dalam

kecepatan penurunan ukuran uterus. Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya

pada kasus partus lama dan partus tak maju terutama karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya

infeksi akan meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang- ulang.

Cedera otot-otot dasar panggul

Suatu anggapan yang telah dipegang adalah bahwa cedera otot-otot dasar panggul atau

persarafan atau fasia penghubungannya merupakan konsekuensi yang tidak terlelakan pada

persalinan pervaginam, terutama apabila persalinannya sulit. Saat kelahiran bayi, dasar panggul

mendapat tekanan langsung dari kepala janin serta tekanan kebawah akibat upaya mengejan ibu.

Gaya-gaya ini meregangkan dan melebarkan dasar panggul selama melahirkan ini akan

menyebabkan inkontinensa urin dan alvi serta prolaps organ panggul.

Pada bayi bisa terjadi sebagai berikut:

a. Kaput Suksedeneum

Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput suksedeneum yang besar

terjad terbawah kepala janin. Kaput ini dapat berukuran cukup besar dan menyebabakan

kesalahan diagnostic yang serius. Kaput hamper dapat mencapai dasar panggul sementara kepala

sendiri belum cakap.

b. Molase kepala janin

Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling bertumpang tindih

satu sama lain disutura-sutura besar, suatu proses yang disebut molase. Biasannya batas median

tulang parietal yang berkontak dengan promotorium bertumpang tindih dengan tulang

disebelahnya; hal ini sama terjadi pada tulang-tulang frontal. Namun tulang oksipetal terdorong

kebawah tulang parietal. Perubahan-perubahan ini sering terjadi tanpa menimbulkan kerugian

yang nyata. Di lain pihak, apabila distorsi yang terjadi mencolok, molase dapat menyebabkan

robekan tentorium, laserasi pembuluh darah janin, tanpa perdarahan intra karinial pada

Ilmu Kepaniteraan Klinik Obstetri Ginekologi – RSAL DR MIDIYATOSFakultas Kedokteran Univ. BATAM (12 MEI 2014 – 20 JULI 2014) Page 8

Page 9: Partus Tak Maju

PARTUS TAK MAJU (KALA 2 MEMANJANG) HERMANSYAH (61110018)

janin.Fraktur tengkorak kadang-kadang dijumpai, biasanya setelah dilakukan uoaya paksa pada

persalinan. Fraktur ini juga dapat terjadi pada persalinan spontan atau bahkan sekseo sesarea.

PROGNOSIS

Prognosis persalinan :

1. Anak :

Kematian bayi mencapai 30% karena faktor-faktor :

a. Prematuritas

b. penyebab sungsang sendiri : panggul sempit, plasenta previa

c. hipoksia ( lahirkan kepala > 8 menit )

d. perdarahan otak ( kompresi kepala yg terlalu cepat )

e. gangguan dalam persalinan : tangan menjungkit, after coming head

f. akibat tindakan penolong : fraktur, kerusakan saraf leher, plexus brachialis

2. Ibu :

a. laserasi cerviks ( pembukaan tidak sempurna )

b. infeksi ( manipulasi tangan penolong )

c. perdarahan post partum ( laserasi jalan lahir, komplikasi penyebab letak sungsang )

PENCEGAHAN

Secara Primer adalah sebagai berikut:

a. Memberikan informasi bagi ibu dan suaminya tentang tanda bahaya selama kehamilan dan

persalinan.

b. Pendidikan kesehatan reproduksi sedini mungkin kepada wanita usia reproduksi pra-nikah.

c. Meningkatkan program keluarga berencana bagi ibu usia reproduksi yang

sudah berkeluarga.

d. Memperbaiki perilaku diet dan peningkatan gizi.

e. Antenatal Care dengan yang teratur untuk mendeteksi dini kelainan pada ibu hamil

terutama risiko tinggi

f. Mengukur tinggi badan dan melakukan pemeriksaan panggul pada primigravida.

g. Mengajurkan untuk melakukan senam hamil.

Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat

untuk mencegah timbulnya komplikasi, yaitu :

Ilmu Kepaniteraan Klinik Obstetri Ginekologi – RSAL DR MIDIYATOSFakultas Kedokteran Univ. BATAM (12 MEI 2014 – 20 JULI 2014) Page 9

Page 10: Partus Tak Maju

PARTUS TAK MAJU (KALA 2 MEMANJANG) HERMANSYAH (61110018)

1) Pemeriksaan Abdomen

2) Pemeriksaan Vagina

3) Pencatatan Partograf

Pencegahan tersier dilakukan dengan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat

dan kematian, yaitu :

a. Rehidrasikan pasien untuk mempertahankan volume plasma normal dan menangani

dehidrasi, ketosis dengan memberikan natrium laktat 1 liter dan dekstrosa 5% 1-2 liter

dalam 6 jam.

b. Pemberiaan antibiotik untuk mencegah sepsis puerperalis dan perawatan intensif

setelah melahirkan.

Good judgement comes from experience, and a lot of that comes from bad judgement.

(Will Rodgers)

DAFTAR PUSTAKA

1. NN. (Last update: May 29, 2006). HELLP syndrome. Available from: http://en.wikipedia.org/wiki/HELLP_syndrome. (accesed: 27 June 2006).

2. Takrouri, Seraj, Baaj, Jasser, Satli, Turkustani, Gourab, Jabari, Meshari. Intensive Care Management For Patients With The Syndrome Of HemolysisElevated Liver Enzymes And Low Platelets (HELLP Syndrome). The Internet Journal of Emergency and Intensive Care Medicine. 2004. Volume 7 Number 2. Available from: http://www.ispub.com/ostia/index.php?xmlFilePath= journals/ijeicm/vol7n2/hellp.xml . (accesed: 27 June 2006).

3. Brochert. (Last update: April 28, 2000).The HELLP Syndrome: A Rare, But Serious Complication of Pregnancy. Available from: http://www.personalmd.com/news/hellp_042800.shtml. (accesed: 27 June 2006).

4. Padden. (Last update: September 1, 1999).HELLP Syndrome: Recognition and Perinatal Management Available from:http://www.aafp.org/afp/990901ap/829.html . (accesed: 27 June 2006).

Ilmu Kepaniteraan Klinik Obstetri Ginekologi – RSAL DR MIDIYATOSFakultas Kedokteran Univ. BATAM (12 MEI 2014 – 20 JULI 2014) Page 10

Page 11: Partus Tak Maju

PARTUS TAK MAJU (KALA 2 MEMANJANG) HERMANSYAH (61110018)

5. Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Gilstrap, Wenstrom. Williams Obstetrics. Twenty-second edition. McGRAW-HILL medical publishing division. United States of America. (2005).

6. Kathula, Bolla, Magann. (Last update: November 18, 2002). HELLP Syndrome Leading to a Diagnosis of Pregnancy. Southern Medical Journal. Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/444339. (accesed: 27 June 2006).

7. NN. Pre ecplampsia and HELLP syndrome your stories. Available from: http://www.forparentsbyparents.com/index.html (accesed: 27 June 2006).

8. Solheim, Bernstein. (Last Update: March 18,2004). High-Dose Corticosteroids in the Treatment of HELLP Syndrome. Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/471637. (accesed: 27 June 2006).

9. Eser B; Guven M; Unal A; Coskun R; Altuntas F; Sungur M; Serin IS; Sari I; Cetin M. (2005).The role of plasma exchange in HELLP syndrome. Available from:http://www.medscape.com/medline/abstract/15821828?queryText=hellp%20syndrome. (accesed: 27 June 2006).

Ilmu Kepaniteraan Klinik Obstetri Ginekologi – RSAL DR MIDIYATOSFakultas Kedokteran Univ. BATAM (12 MEI 2014 – 20 JULI 2014) Page 11