lp partus tak maju

25
A. Pengertian Partus tak maju yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan serviks dalam 2 jam dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam. Partus tak maju (persalinan macet) berarti meskipun kontraksi uterus kuat, janin tidak dapat turun karena faktor mekanis. Kemacetan persalinan biasanya terjadi pada pintu atas panggul, tetapi dapat juga terjadi pada ronga panggul atau pintu bawah panggul. Partus tak maju yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar paksi selama 2 jam terakhir. B. Penyebab Penyebab partus tak maju yaitu : 1. Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar) Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan, tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya

Upload: daniar

Post on 25-Oct-2015

934 views

Category:

Documents


29 download

DESCRIPTION

ke

TRANSCRIPT

Page 1: LP Partus Tak Maju

A. Pengertian

Partus tak maju yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan serviks

dalam 2 jam dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.

Partus tak maju (persalinan macet) berarti meskipun kontraksi uterus kuat, janin

tidak dapat turun karena faktor mekanis. Kemacetan persalinan biasanya terjadi

pada pintu atas panggul, tetapi dapat juga terjadi pada ronga panggul atau pintu

bawah panggul.

Partus tak maju yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak

menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar

paksi selama 2 jam terakhir.

B. Penyebab

Penyebab partus tak maju yaitu :

1. Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan,

tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu.

Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu menentukan

apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak.

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati

panggul. Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus

yang efisien, letak, presentasi, kedudukan janin yang menguntungkan dan

kemampuan kepala janin untuk mengadakan molase. Sebaliknya kontraksi

uterus yang jelek, kedudukan abnormal, ketidakmampuan kepala untuk

mengadakan molase dapat menyebabkan persalinan normal tidak mungkin.

Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan < 145 cm dapat terjadi disproporsi

sefalopelvik, kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi,

Page 2: LP Partus Tak Maju

sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi

obstetri.

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis, hal

ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis

dengan selamat. Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala

janin normal, atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara

bayi besar dan pelvis sempit. Disproporsi sefalopelvik tidak dapat

didiagnosis sebelum usia kehamilan 37 minggu karena sebelum usia

kehamilan tersebut kepala belum mencapai ukuran lahir normal.

Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi :

a. Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan,

relaksasi sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat

memungkinkan berlangsungnya kelahiran pervaginam).

b. Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini

memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi).

c. Definit (ini berarti pelvis sempit, bentuk kepala abnormal atau janin

mempunyai ukuran besar yang abnormal, misalnya hidrosefalus, operasi

diperlukan pada kelahiran ini).

2. Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior dan kepala

yang sulit lahir pada presentasi bokong.

a. Presentasi Dahi

Presentasi dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara fleksi

maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian

terendah. Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan

panggul, saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga

panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit.

Page 3: LP Partus Tak Maju

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali bila

bayi kecil atau pelvis luas, persalinan dilakukan dengan tindakan

caesarea. IR presentasi dahi 0,2% kelahiran pervaginam, lebih sering pada

primigravida.

b. Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar

dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak

pada pintu atas panggul menjelang persalinan. Bila pasien berada pada

persalinan lanjut setelah ketuban pecah, bahu dapat terjepit kuat di bagian

atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina.

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau

pada sudut akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi pada

letak melintang. Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding

abdomen dan otot uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul.

c. Presentasi Muka

Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput

menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah.

Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala, bila pelvis sempit

atau janin sangat besar. Pada wanita multipara, terjadinya presentasi muka

karena abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin

menggantung ke depan atau ke lateral, seringkali mengarah kearah

oksiput. Presentasi muka tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal,

mungkin terkait dengan paritas tinggi tetapi 34% presentasi muka terjadi

pada primigravida.

3. Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya : Hidrosefalus,

pertumbuhan janin lebih besar dari 4.000 gram, bahu yang lebar dan

kembar siam.

4. Abnormalitas sistem reproduksi

Page 4: LP Partus Tak Maju

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis, stenosis vagina

kongenital, perineum kaku dan tumor vagina.

C. Komplikasi Persalinan yang Terjadi Pada Partus Tak Maju

1. Ketuban pecah dini

Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup dengan

sempurna oleh janin ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil.27 Bila

kepala tertahan pada pintu atas panggul, seluruh tenaga dari uterus diarahkan

ke bagian membran yang menyentuh os internal, akibatnya ketuban pecah

dini lebih mudah terjadi.

2. Pembukaan serviks yang abnormal

Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama sekali karena

kepala janin tidak dapat turun dan menekan serviks. Pada saat yang sama,

dapat terjadi edema serviks sehingga kala satu persalinan menjadi lama.

Namun demikian kala satu dapat juga normal atau singkat, jika kemacetan

persalinan terjadi hanya pada pintu bawah panggul. Dalam kasus ini hanya

kala dua yang menjadi lama. Persalinan yang lama menyebabkan ibu

mengalami ketoasidosis dan dehidrasi.

Seksio caesarea perlu dilakukan jika serviks tidak berdilatasi. Sebaliknya,

jika serviks berdilatasi secara memuaskan, maka ini biasanya menunjukan

bahwa kemacetan persalinan telah teratasi dan kelahiran pervaginam

mungkin bisa dilaksanakan (bila tidak ada kemacetan pada pintu bawah

panggul).

3. Bahaya ruptur uterus

Ruptur uterus, terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu dari

kedaruratan obstetrik yang berbahaya dan hasil akhir dari partus tak maju

Page 5: LP Partus Tak Maju

yang tidak dilakukan intervensi. Ruptur uterus menyebabkan angka kematian

ibu berkisar 3-15% dan angka kematian bayi berkisar 50%.23

Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir keluar, janin akan

didorong ke segmen bawah rahim melalui kontraksi. Jika kontraksi berlanjut,

segmen bawah rahim akan merengang sehingga menjadi berbahaya menipis

dan mudah ruptur. Namun demikian kelelahan uterus dapat terjadi sebelum

segmen bawah rahim meregang, yang menyebabkan kontraksi menjadi

lemah atau berhenti sehingga ruptur uterus berkurang.

Ruptur uterus lebih sering terjadi pada multipara jarang terjadi, pada nulipara

terutama jika uterus melemah karena jaringan parut akibat riwayat seksio

caesarea. Ruptur uterus menyebabkan hemoragi dan syok, bila tidak

dilakukan penanganan dapat berakibat fatal.

4. Fistula

Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka sebagian

kandung kemih, serviks, vagina, rektum terperangkap diantara kepala janin

dan tulang-tulang pelvis mendapat tekanan yang berlebihan. Akibat

kerusakan sirkulasi, oksigenisasi pada jaringan-jaringan ini menjadi tidak

adekuat sehingga terjadi nekrosis, yang dalam beberapa hari diikuti dengan

pembentukan fistula. Fistula dapat berubah vesiko-vaginal (diantara kandung

kemih dan vagina), vesiko-servikal (diantara kandung kemih dan serviks)

atau rekto-vaginal (berada diantara rektum dan vagina). Fistula umumnya

terbentuk setelah kala II persalinan yang sangat lama dan biasanya terjadi

pada nulipara, terutama di negara-negara yang kehamilan para wanitanya

dimulai pada usia dini.

5. Sepsis puerferalis

Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi

setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan

Page 6: LP Partus Tak Maju

dan 42 hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat gejala-gejala :

nyeri pelvis, demam 38,50c atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja

cairan vagina yang abnormal, berbau busuk dan keterlambatan dalam

kecepatan penurunan ukuran uterus.

Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya pada kasus partus

lama dan partu tak maju terutama karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya

infeksi akan meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang-ulang.

D. Pengaruh Partus tak maju Pada Bayi

1. Perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit kepala

Akibat tekanan dari tulang-tulang pelvis, kaput suksedaneum yang besar

atau pembengkakan kulit kepala sering kali terbentuk pada bagian kepala

yang paling dependen dan molase (tumpang tindih tulang-tulang kranium)

pada kranium janin mengakibatkan perubahan pada bentuk kepala.10 Selain

itu dapat terjadi sefalhematoma atau penggumpalan darah di bawah batas

tulang kranium, terjadi setelah lahir dan dapat membesar setelah lahir.

2. Kematian Janin

Jika partus tak maju dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam maka dapat

mengakibatkan kematian janin yang disebabkan oleh tekanan yang

berlebihan pada plasenta dan korda umbilikus. Janin yang mati, belum

keluar dari rahim selama 4-5 minggu mengakibatkan pembusukan sehingga

dapat mencetuskan terjadinya koagulasi intravaskuler diseminata (KID)

keadaan ini dapat mengakibatkan hemoragi, syok dan kematian pada

maternal.

E. Tanda Partus tak maju

Pada kasus persalinan macet/tidak maju akan ditemukan tanda-tanda

kelelahan fisik dan mental yang dapat diobservasi dengan :

1. Dehidrasi dan Ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering)

Page 7: LP Partus Tak Maju

2. Demam

3. Nyeri abdomen

4. Syok (nadi cepat, anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat, tekanan darah

rendah) syok dapat disebabkan oleh ruptur uterus atau sepsis.

F. Determinan dari Partus Tak Maju

1. Host

a. Usia

Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu untuk hamil dan

melahirkan adalah 20-35 tahun karena pada usia ini secara fisik dan

psikologi ibu sudah cukup matang dalam menghadapi kehamilan dan

persalinan.

Usia <20 tahun organ-organ reproduksi belum sempurna secara

keseluruhan dan perkembangan kejiwaan belum matang sehingga belum

siap menjadi ibu dan menerima kehamilannya. Usia >35 tahun organ

reproduksi mengalami perubahan yang terjadi karena proses menuanya

organ kandungan dan jalan lahir kaku atau tidak lentur lagi. Selain itu

peningkatn umur seseorang akan mempengaruhi organ yang vital seperti

sistim kardiovaskuler, ginjal dll (pada umur tersebut mudah terjadi

penyakit pada ibu yang akan memperberat tugas organ-organ tersebut

sehingga berisiko mengalami komplikasi pada ibu dan janin).44 Sesuai

dengan hasil penelitian di Makassar yang dilakukan oleh Idriyani tahun

2006 dengan menggunakan desain penelitian case control study

menemukan ibu yang mengalami partus tak maju kemungkinan 1,8 kali

lebih besar berumur < 20 tahun dan > 35 tahun dibandingkan umur 20-35

tahun.

b. Paritas

Page 8: LP Partus Tak Maju

Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian

maternal. Paritas 0 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian

maternal yang lebih tinggi. Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian

maternal.

Ibu hamil yang memiliki paritas 4 kali atau lebih, kemungkinan

mengalami gangguan kesehatan, kekendoran pada dinding perut dan

kekendoran dinding rahim sehingga berisiko mengalami kelainan letak

pada janin, persalinan letak lintang, robekan rahim, persalinan macet dan

perdarahan pasca persalinan.1

Sesuai dengan hasil penelitian di Subang Jawa Barat yang dilakukan oleh

Olva tahun 2001 dengan menggunakan desain penelitian case control

study menemukan ibu yang mengalami partus tak maju kemungkinan 1,3

kali lebih besar yang paritasnya 0 dan > 3 dibandingkan paritas 1-3.

c. Riwayat Persalinan

Persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan persalinan prematur,

seksio caesarea, bayi lahir mati, persalinan lama, persalinan dengan

induksi serta semua persalinan tidak normal yang dialami ibu merupakan

risiko tinggi pada persalinan berikutnya.10 Sesuai dengan hasil penelitian

di Medan yang dilakukan oleh Sarumpaet tahun 1998-1999 dengan

menggunakan desain penelitian case control study menemukan ibu yang

mengalami komplikasi persalinan kemungkinan 7,3 kali lebih besar

mempunyai riwayat persalinan jelek dibandingkan yang tidak mempunyai

riwayat persalinan jelek. Riwayat persalinan jelek pada kasus didapatkan

partus tak maju 24,6%.

Hasil penelitian di Kasongo Zaire tahun 1971-1975, Ibu yang memiliki

riwayat persalinan yang buruk kemungkinan 10 kali lebih besar untuk

Page 9: LP Partus Tak Maju

mengalami persalinan macet dari pada ibu yang tidak memiliki riwayat

persalinan buruk.

d. Anatomi Tubuh Ibu Melahirkan

Ibu bertubuh pendek < 150 cm yang biasanya berkaitan dengan malnutrisi

dan terjadinya deformitas panggul merupakan risiko tinggi dalam

persalinan, tinggi badan < 150 cm berkaitan dengan kemungkinan

panggul sempit. Tinggi badan Ibu < 145 cm terjadi ketidakseimbangan

antara luas panggul dan besar kepala janin.

Sebagian besar kasus partus tak maju disebabkan oleh tulang panggul ibu

terlalu sempit sehingga tidak mudah dilintasi kepala bayi waktu bersalin.

Proporsi wanita dengan rongga panggul yang sempit menurun dengan

meningkatnya tinggi badan, persalinan macet yang disebabkan panggul

sempit jarang terjadi pada wanita tinggi. Penelitian di Nigeria Utara dari

seluruh ibu yang mengalami persalinan macet, proporsi wanita dengan

panggul sempit memiliki tinggi badan < 145 cm sebesar 40%, tinggi

badan 150 cm sebesar 14% dan tinggi badan 160 cm sebesar 1%.

e. Pendidikan

Ibu dengan pendidikan yang lebih tinggi lebih memperhatikan

kesehatannya selama kehamilan dibandingkan dengan ibu yang tingkat

pendidikannya rendah. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor

penting dalam usaha menjaga kesehatan ibu, anak dan juga keluarga.

Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu semakin meningkat juga

pengetahuan dan kesadarannya dalam mengantisipasi kesulitan kehamilan

dan persalinan sehingga termotivasi untuk melakukan pengawasan

kehamilan secara berkala dan teratur.

2. Agent

Partus tak maju disebabkan faktor mekanik pada persalinan yaitu

terhambatnya jalan lahir janin. Terhambatnya jalan lahir disebabkan

Page 10: LP Partus Tak Maju

ketidakseimbangan bentuk dan ukuran panggul (passage), besarnya janin

(passenger) dan kontraksi uterus (power). Bentuk dan ukuran panggul yang

sempit menghambat jalan lahir janin, panggul yang sempit dipengaruhi

faktor nutrisi dalam pembentukan tulang panggul, penyakit dan cedera pada

tulang panggul.36

3. Enviroment

a. Keadaan Sosial ekonomi

Derajat sosial ekonomi masyarakat akan menunjukan tingkat

kesejahteraan dan kesempatannya dalam menggunakan pelayanan

kesehatan. Jenis pekerjaan ibu maupun suaminya akan mencerminkan

keadaan sosial ekonomi keluarga. Berdasarkan jenis pekerjaan tersebut

dapat dilihat kemampuan mereka terutama dalam pemenuhan makanan

bergizi, khususnya bagi ibu hamil, pemenuhan kebutuhan makanan

bergizi sangat berpengaruh terhadap kehamilannya. Kekurangan gizi

dapat berakibat buruk pada ibu dan anak, misalnya terjadi anemia,

keguguran, perdarahan saat hamil. sesudah hamil, infeksi dan partus

macet.

Perbedaan pemukiman antara daerah perkotaan dan pedesaan ternyata

mempengaruhi tinggi rendahnya kematian maternal. Kemiskinan,

ketidaktahuan, kebodohan, transportasi yang sulit, ketidakmampuan

membayar pelayanan yang baik, kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan,

jarak rumah yang jauh untuk mendapatkan bantuan tenaga ahli juga

mempengaruhi persalinan, kebiasaan kawin muda, kepercayaan

masyarakat dan praktik tradisional, pantangan makanan tertentu pada

wanita hamil merupakan faktor ikut berperan.

b. Ketersediaan Tenaga Ahli dan Rujukan

Angka kematian maternal yang tinggi disuatu negara sesungguhnya

mencerminkan rendahnya mutu pelayanan. Pelayanan kesehatan

Page 11: LP Partus Tak Maju

mempunyai peran yang sangat besar dalam kematian materal. Faktor

tersebut meliputi : kurangnya kemudahan untuk pelayanan kesehatan

maternal, asuhan medik yang kurang dan kurangnya tenaga yang terlatih.

Petugas kesehatan yang tidak terlatih untuk mengenali persalinan macet

(partograf tidak digunakan). Kegagalan dalam bertindak terhadap faktor

risiko dan penundaan dalam merujuk ke tingkat pelayanan yang lebih

tinggi (misalnya untuk seksio caesarea) merupakan fakor partus tak maju.

G. Pencegahan

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang

sehat agar tetap sehat atau tidak sakit.

Untuk menghindari risiko partus tak maju dapat dilakukan dengan :

a. Memberikan informasi bagi ibu dan suaminya tentang tanda bahaya

selama kehamilan dan persalinan.

b. Pendidikan kesehatan reproduksi sedini mungkin kepada wanita usia

reproduksi pra-nikah.

c. Meningkatkan program keluarga berencana bagi ibu usia reproduksi yang

sudah berkeluarga.1

d. Memperbaiki perilaku diet dan peningkatan gizi.

e. Antenatal Care dengan yang teratur untuk mendeteksi dini kelainan pada

ibu hamil terutama risiko tinggi

f. Mengukur tinggi badan dan melakukan pemeriksaan panggul pada

primigravida.

g. Mengajurkan untuk melakukan senam hamil.

h. Peningkatan pelayanan medik gawat darurat.

i. Menyediakan sarana transportasi dan komunikasi bagi ibu-ibu yang

melahirkan dirumah (Maternity Waiting Home) apabila terjadi komplikasi,

sehingga harus di rujuk ke fasilitas yang lebih baik.

Page 12: LP Partus Tak Maju

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan

yang tepat untuk mencegah timbulnya komplikasi, yaitu :

a. Diagnosis dini partus tak maju meliputi

1) Pemeriksaan Abdomen

Tanda-tanda partus tak maju dapat diketahui melalui pemeriksaan

abdomen sebagai berikut :

a) Kepala janin dapat diraba diatas rongga pelviss karena kepala tidak

dapat turun

b) Kontraksi uterus sering dan kuat (tetapi jika seorang ibu mengalami

kontraksi yang lama dalam persalinanya maka kontraksi dapat

berhenti karena kelelahan uterus)

c) Uterus dapat mengalami kontraksi tetanik dan bermolase (kontraksi

uterus bertumpang tindih) ketat disekeliling janin.

d) Cincin Band/Bandles ring ; cincin ini ialah nama yang diberikan pada

daerah diantara segmen atas dan segmen bawah uterus yang dapat

dilihat dan diraba selama persalinan. Dalam persalinan normal,

daerah ini disebut cincin retraksi. Secara normal daerah ini

seharusnya tidak terlihat atau teraba pada pemeriksaan abdomen,

cincin bandl adalah tanda akhir dari persalinan tidak maju. Bentuk

uterus seperti kulit kacang dan palpasi akan memastikan tanda-tanda

yang terlihat pada waktu observasi.

2) Pemeriksaan Vagina

Tanda-tandanya sebagai berikut :

a) Bau busuk dari drainase mekonium

b) Cairan amniotik sudah keluar

c) Kateterisasi akan menghasilkan urine pekat yang dapt mengandung

mekonium atau darah

Page 13: LP Partus Tak Maju

d) Pemeriksaan vagina : edema vulva (terutama jika ibu telah lama

mengedan), vagina panas dan mengering karena dehidrasi,

pembukaan serviks tidak komplit. Kaput suksedaneum yang besar

dapat diraba dan penyebab persalinan macet antara lain kepala sulit

bermolase akibat terhambat di pelvis, presentasi bahu dan lengan

prolaps.

3) Pencatatan Partograf

Persalinan macet dapat juga diketahui jika pencatatan pada partograf

menunjukan :

a) Kala I persalinan lama (fase aktif) disertai kemacetan sekunder

b) Kala II yang lama

c) Gawat janin (frekuensi jantung janin < dari 120 permenit, bau busuk

dari drainase mekonium sedangkan frekuensi jantung janin normal

120-160 permenit)

d) Pembukaan serviks yang buruk walaupun kontraksi uterus yang kuat.

b. Melakukan penanganan secepat mungkin untuk mencegah terjadinya

komplikasi, partus tak maju berisiko mengalami infeksi sampai ruptur

uterus dan biasanya ditangani dengan tindakan bedah, seksio caesarea,

ekstraksi cunam atau vacum oleh sebab itu harus dirujuk kerumah sakit.

3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier dilakukan dengan mencegah terjadinya komplikasi yang

lebih berat dan kematian, yaitu :

a. Rehidrasikan pasien untuk mempertahankan volume plasma normal dan

menangani dehidrasi, ketosis dengan memberikan natrium laktat 1 liter dan

dekstrosa 5% 1-2 liter dalam 6 jam.

b. Pemberiaan antibiotik untuk mencegah sepsis puerperalis dan perawatan

intensif setelah melahirkan.

Page 14: LP Partus Tak Maju

H. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputus kontinuitas

jaringan sekunder terhadap pembedahan

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik sekunder

terhadap efek anestesi

3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post op sectio caesarea

I. Intervensi Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputus kontinuitas

jaringan sekunder terhadap pembedahan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 x 24 jam nyeri

berkurang.

Kriteria hasil : Klien menyatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 0 – 2,

klien dapat istirahat dengan tenang

Kaji skala nyeri dan karakteristik nyeri ( lokasi, durasi)

monitor tanda-tanda vital (TD, nadi)

ajarkan klien tekinik relaksasi dengan tarik napas panjang dan dalam

ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang dengan membatasi jumlah

pengunjung kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik sekunder

terhadap efek anestesi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien

dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemapuan tanpa disertai nyeri.

Kriteria hasil : Klien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang

menurunkan

Kaji respon klien terhadap aktivitas,

catat tipe anestesi,

anjurkan klien untuk ambulasi dini dengan miring ke kanan dan ke kiri,

anjurkan untuk melakukan gerakan ringan seperti pada tangan dan kaki,

Page 15: LP Partus Tak Maju

bantu klien dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan,

tingkatkan aktivitas secara bertahap,

libatkan keluarga dalam aktivitas klien.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post op sectio caesarea.

Tujuan  : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam

Kriteria hasil  : Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (dolor, rubor, color,

tumor, fungsiolaesa), tanda-tanda vital dalam batas normal terutama suhu

(36 – 37°C), luka bersih dan kering.

Monitor tanda-tanda vital terutama suhu tiap 4 jam sekali,

kaji luka pada abdomen dan balutan serta jumlah lochea,

jaga kebersihan si sekitar luka dan lingkungan klien,

Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptic dan steril,

lakukan perawatan DC dan vulva,

kolaborasi pemberian antibiotic sesuai indikasi.

J. Daftar Pustaka

Situs web :

- http://farihaalthafunnisa-midwifery.blogspot.com/2011/08/partus-tak-

maju.html

- http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/4/Chapter%20II.pdf