presus partus tak maju

43
PRESENTASI KASUS Partus Tak Maju (Arrest Disorders) Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi di RSUD Salatiga Diajukan Kepada: dr. Agung, S,Sp.OG Disusun oleh: Haqqi Pradipta Suganda 20090310051 SMF ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD MUNTILAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN i

Upload: muhammad-fikrie

Post on 26-Nov-2015

312 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

PRESENTASI KASUSPartus Tak Maju(Arrest Disorders)Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi di RSUD Salatiga

Diajukan Kepada:dr. Agung, S,Sp.OG

Disusun oleh:Haqqi Pradipta Suganda20090310051

SMF ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD MUNTILANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA201327

26

RSUD SALATIGA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2013

HALAMAN PENGESAHAN PRESENTASI KASUS

Partus Tak Maju(Arrest Disorders)

Telah disetujui dan dipresentasikan Pada tanggal

Menyetujui, Dokter Pembimbing

dr. Agung, S,Sp.OG

DAFTAR ISI

PRESENTASI KASUS1RSUD SALATIGA2DAFTAR ISI3

BAB I5A.IDENTITAS PASIEN5B.ANAMNESIS5C.PEMERIKSAAN FISIK6D.PEMERIKSAAN OBSTETRI9E.PEMERIKSAAN PENUNJANG9F.DIAGNOSIS10G.PENATALAKSANAAN10H.FOLLOW UP10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA13A.Partus Tak Maju131.Pengertian132.Etiologi dan Faktor Risiko133.Patofisiologi184.Diagnosis186.Pencegahan207.Penanganan Umum218.Penatalaksanaan219.Komplikasi2210.Prognosis25

BAB III PEMBAHASAN27KESIMPULAN30DAFTAR PUSTAKA31

BAB I

A. IDENTITAS PASIEN Nama Pasien: Ny. Fitri Usia: 24 tahun Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga Pendidikan terakhir: SMP Alamat: kentengaran Agama: Islam Masuk RS:8 Oktober 2013 jam.18.00 wibB. ANAMNESIS Keluhan utama : G2P1A0 datang dari IGD rujukan bidan S. merasa kencang-kencang sering sejak pukul.04.00 8/10/13. HPHT: 24 januari 2013HPL: 1 Oktober 2013 UK:41minggu RPS: pasien merasakan kencang-kencang sejak jam 04.00 wib 8/10/13, lendir/darah (-), keluar rembesan air ketuban (+), gerak janin dirasakan >10x sejak td malam, aktif (+). Sebelumnya pasien dibawa ke bidan setempat, dengan hasil pembukaan 7cm sejak pukul 15.30 wib 8/10/13. Dengan anjuran bidan untuk mengejan. Oleh bidan di rujuk ke RSUD Salatiga. Riwayat pijat perut (-), riwayat hubungan suami istri (+), riwayat trauma (-), riwayat minum obat-obatan (-), riwayat minum jamu-jamuan (-). BAB (+) normal, BAK (+) normal, warna BAK kekuningan jernih (+), nyeri punggung belakang (+), demam (-) RPD: HT (-), DM (-), alergi (-), asma (-) RPK: HT (-), DM (-), alergi (-), asma (-) Riw.menarkhe: usia 14 tahun, teratur, siklus 28 hari, lamanya 7 hari, 2-3x ganti pembalut/hari, dismenore (-). Riw.pernikahan: menikah 1x, 12 tahun Riw.Obstetri: hamil ini, kontrol ke bidan, ANC 4x, kontrol ke dokter (-), USG (-), suntik TT (-) Trimester awal: mual/muntah (+), pusing (-), trauma (-), flek2 (+)Trimester kedua: mual/muntah (-), pusing (-), ppv (-), trauma (-). Keluhan serupa (-).Hamil sebelumnya, 4 tahun yang lalu, tempat partus di bidan, umur kehamilan aterm, jenis persalinan spontan, penolong persalinan bidan, penyulit (-), BB bayi 2800 gr, wanita. Riw.Ginekologi: keputihan (-), kista ovarium (-), myoma uteri (-), operasi kandungan (-). Riw.KB: pil, berhenti bulan November 2012

C. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan Umum:Baik

Kesadaran:Compos Mentis

Vital Sign:T : 110/70 mmHg

RR : 26 x/menit

N : 84 x/menit, reguler.

S : 36O C

Status Gizi:Cukup

1.Kulit: Hiperpigmentasi (-), Ikterik (-), turgor baik

2.Pemeriksaan Kepala

-Bentuk Kepala:Bentuk dalam batas normal, simetris.

-Rambut:Warna hitam, tidak mudah rontok, distribusi merata

-Nyeri Tekan:Tidak ada

3.Pemeriksaan Mata

-Palpebra:Edema (-/-), ptosis (-/-)

-Konjunctiva:Anemis (-/-)

-Sklera:Ikterik (-/-)

-Pupil:Reflek cahaya (+/+)

4. Pemeriksaan Telinga:Otore (-/-), nyeri tekan (-/-),discharge (-)

5.Pemeriksaan Hidung:Nafas cuping hidung (-/-), epistaksis (-), deviasi septum (-)

6.Pemeriksaan Tenggorokan:Faring tidak hiperemis

7.Pemeriksaan Leher

-Trakea:Deviasi trakea (-), Struma (-).

-Kelenjar Tiroid:Membesar (-)

-Kelenjar lnn:Tidak membesar, nyeri (-)

-JVP:Tidak meningkat

8.Pemeriksaan Dada:Simetris, pembesaran kelenjar limfe aksila (-)

Paru-paru Dx/sn: inspeksi: simetris (+), sikatrik (-), ketinggalan gerak (-), retraksi dada (-).Palpasi: Nyeri tekan (-), massa (-), krepitasi (-), suara paru dx=sn.Perkusi: sonor +/+Auskultasi: vesikuler +/+, wheezing -/-, ronki -/-

Jantung: S1-S2 reguler, bising jantung (-).

9.Pemeriksaan Abdomen

-Inspeksi:Datar

-Auskultasi:Peristaltik usus (+) normal

-Palpasi:Supel, nyeri tekan (-), tidak ada pembesaran organ.

-Perkusi:Tymphani, undulasi (-), pekak sisi (-), nyeri ketok kostovertebra (-)

11.Pemeriksaan Ekstremitas

SuperiorInferior

Edema- / -- / -

Clubing finger- / -- / -

Eritem palmaris- / -- / -

Sianosis- / -- / -

AkralHangatHangat

D. PEMERIKSAAN OBSTETRI Leopod 1 : TFU 2 jari dibawah proc.xyphoideus, 32cm, bagian teratas teraba bokong. Leopod 2 : janin tunggal, memanjang, teraba tahanan memanjang di sebelah kanan kesan PUKA. Leopod 3 : presentasi kepala Leopod 4 :divergen DJJ: 105x/menit, irreguler HIS: jarang 2x/10/25detik. VT: vulva/uretra tenang, dinding vagina licin, servix oedem, posisi di depan, pembukaan 7cm, selaput ketuban (-), air ketuban (+), kepala H:II STLD (+). Taksiran berat janin 3255 grE. PEMERIKSAAN PENUNJANG Lab: Hematologi ParameterHasilSatuanHarga Normal

AL20,5X 103/uL4,5-10,0

AE4.04X 103/uL4-5

HB11.9g/dL12-16

HMT35,4%38-47

MCV87,5FL85-100

MCH29,4Pg28-31

MCHC33,6g/dL30-35

AT234X 103/uL150-450

HbsAg: negatifF. DIAGNOSIS Partus Tak MajuG. PENATALAKSANAAN Bedrest Obs.His dan DJJ Induksi oksitosin 1 amp drip Pospargin 1 amp Cefotaxim 1grH. FOLLOW UP08/10/2013 18:30SOAP

Pasien kiriman bidan S, Kenceng2 (+), gerak janin (+). Rembes air ketuban (+), keluar lendir darah (+). Pembukaan 7 cm 15.30, pasien mengaku disuruh mengejan oleh bidan.Ku: CMTD: 110/70HR: 80x/mntRR: 20x/mntt: afebrispalpasi Abd: janin tunggal memanjang, preskep, Puka.Djj: 105x/mnt, VT: pembukaan 7 cm, portio oedem, kepala Hodge II His 2x/10 menit/25 detik.Persalinan Tak Maju, Hamil aterm Obs.his dan Djj Ind oksitosin 1 amp drip Inj cefotaxim 1 gr Pospargin 1 amp O2

08/10/2013 19.30SOAP

Kenceng2 (+), gerak janin (+) aktif.Ku:CMTD:110/80HR:88x/mntRR:24x/mntT:afebrisPalpasi Abd: janin tunggal memanjang, preskep, Puka.VT: pembukaan 7cm, oedem porsio.Djj: 164x/mnt, Persalinan Tak Maju, Fetal distressSC CITO

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Partus Tak Maju1. PengertianPartus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala, dan putar paksi dalam selama 2 jam terakhir. Partus tak maju dapat disebabkan oleh kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan his, pimpinan partus yang salah, janin besar, primitua, dan ketuban pecah dini. (Mochtar, 1998)Menurut American College of Obstetricians and Ginecologist, agar dikatakan partus tak maju harus memenuhi syarat fase laten telah selesai, dengan serviks membuka 4cm atau lebih, dan sudah terjadi pola kontraksi uterus sebesar 200 satuan Montevideo atau lebih dalam periode 10 menit selama 2 jam tanpa perubahan pada serviks.

2. Etiologi dan Faktor RisikoPada dasarnya, penyebab atau etiologi dari partus tak maju dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu, kelainan kekuatan (power), kelainan yang melibatkan janin (passenger) dan kelainan jalan lahir (passage).

a. Kelainan HISKemajuan persalinan sangat dipengaruhi oleh kontraksi uterus, dimana pada kala dua diperkuat oleh kerja otot volunteer dan involunter dinding abdomen. Jika intensitas kedua factor ini kurang, maka persalinan akan melambat atau terhenti. Kelainan HIS ditandai oleh kontraksi jarang dengan intensitas rendah. Secara umum, kemajuan yang progresif dan spontan menuju pembukaan lengkap menunjukkan bahwa pelahiran per vaginam kemungkinan akan berhasil.1. Inertia uteriInertia uteri adalah salah satu distosia oleh karena kelainan tenaga. Dapat dibagi menjadi 2 yaitu : Inertia uteri primer adalah his lemah dari permulaan persalinan Inertia uteri sekunder adalah mula-mula his baik tapi kemudian menjadi lemas karena otot-otot rahim lelah sehingga kontraksi rahim menjadi lemah, jarang serta tidak teratur dan dapat berhenti sama sekali.2. Kekuatan HIS yang tidak terkoordinasiTidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah, tidak adanya dominasi fundal akan membuat persalinan tidak berjalan lancar. Dengan tidak adanya koordinasi seperti ini maka tonus otot terus meningkat sehingga mengakibatkan rasa nyeri yang terus menerus dan hipoksia janin. Terkadang pada persalinan kala 1 fase aktif terdapat usaha-usaha ibu untuk meneran tanpa sadar akibat adanya kontraksi uterus hal inilah yang mengakibatkan terjadinya edema pada genitalia sehingga partus tak maju dapat terjadi.b. Disproporsi sefalopelvikKeadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan, tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak.Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati panggul. Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang efisien, letak, presentasi, kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan kepala janin untuk mengadakan molase. Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek, kedudukan abnormal, ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat menyebabkan persalinan normal tidak mungkin. Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis, hal ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan selamat. Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal, atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis sempit. Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan 37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai ukuran lahir normal. Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi : i. Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan, relaksasi sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan berlangsungnya kelahiran pervaginam). ii. Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi). iii. Definit (ini berarti pelvis sempit, bentuk kepala abnormal atau janin mempunyai ukuran besar yang abnormal, misalnya hidrosefalus, operasi diperlukan pada kelahiran ini).

c. Presentasi yang abnormalHal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior dan kepala yang sulit lahir pada presentasi bokong. i. Presentasi Dahi Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan panggul, saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit. Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali bila bayi kecil atau pelvis luas, persalinan dilakukan dengan tindakan caesarea. ii. Presentasi Bahu Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada pintu atas panggul menjelang persalinan. Bila pasien berada pada persalinan lanjut setelah ketuban pecah, bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina. Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau pada sudut akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi pada letak melintang. Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen dan otot uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul. iii. Presentasi Muka Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah. Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala, bila pelvis sempit atau janin sangat besar. Pada wanita multipara, terjadinya presentasi muka karena abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung ke depan atau ke lateral, seringkali mengarah kearah oksiput. d. Analgesia epiduralAnalgesia epidural dapat menyebabkan memanjangnya persalinan kala satu dan kala dua serta memperlambat penurunan janin.3. PatofisiologiPatofisiologi terjadinya partus lama, dapatditerangkan dengan memahami proses yang terjadi pada jalan lahir saat akhir kehamilan dan saat akhir persalinan. Dengan memahaminya, kitadapat mengetahui dan memperkirakan faktor apa saja yang menyebabkan terhambatnya persalinan. Pada akhir kehamilan, kepala janin akan melewati jalan lahir, segmen bawah rahim yang cukup tebal dan serviks yang belum membuka. Jaringan otot di fundus masih belum berkontraksi dengan kuat. Setelah pembukaan lengkap, hubungan mekanis antara ukuran kepala janin, posisi dan kapasitas pelvis yang disebut proporsi fetopelvik (fetopelvicproportion) menjadi semakin nyata seraya janin turun. Abnormalitas dalam proporsi fetopelvik, biasanya akan semakin nyata saat kala II persalinan dimulai.. 4. DiagnosisDiagnosis partus lama dan partus macet menurut American College of Obstricians and Gynecologist dapat dilihat dari table berikut:Pola PersalinanNuliparaMultipara

Persalinan LamaPembukaanPenurunan Kepala< 1,2 cm/jam 2 jam> 1 jam> 2 jam> 1 jam

Pemeriksaan CTG guna menilai:1) Kesejahteraan Janin2) Frekuensi dan kekuatan kontraksiSebelum didiagnosis partus tak maju selama kala 1 harus memenuhi criteria sebagai berikut:1. Dilatasi serviks sudah lebih dari 4 cm2. His adekuat selama 2 jam tanpa diikuti dengan perubahan pada serviks3. Bagian terbawah tidak terdapat penurunan

5. Penilaian klinikPada kasus persalinan macet/tidak maju akan ditemukan tanda-tanda kelelahan fisik dan mental yang dapat diobservasi dengan : a. Dehidrasi dan Ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering) b. Demam c. Nyeri abdomen d. Syok (nadi cepat, anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat, tekanan darah rendah) syok dapat disebabkan oleh ruptur uterus atau sepsis.Gejala diatas sangat mirip dengan kondisi normal yang sering lolos dari kewaspadaan tenaga medis.e. Edema serviksf.Edema vulvag. Cairan ketuban berbauKriteria partus tak maju dapat diketahui dengan menilai pembukaan dan penurunan kepala pada saat proses persalinan dengan menggunakan tabel American College of Obstricians and Gynecologist, yaitu jika tidak terjadi pembukaan selama lebih dari 2 jam pada nulipara dan multipara, atau jika tidak ada penurunan bagian bawah janin selama lebih dari 1 jam pada nuli para dan multipara yang dapat dinilai dari pemeriksaan dalam (vaginal touche). 6. Pencegahana. Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan teratur b.Melakukan pemeriksaan USG untuk menilai presentasi bawah janin dan kelainan janin yang mungkin terjadi sehingga penyulit persalinan dapat diketahui secara dini.c.Memberikan nasehat tentang gizi saat kehamilan, agar mengurangi kemungkinan terjadinya kelainan janin.d. Memberikan anjuran untuk tidak hamil terlalu muda atau terlalu tua. e.Cegah infeksi saluran kencing f.Berikan makanan ibu yang baik, cukup lemak , dan protein 7. Penanganan Umum Prinsip penanganan partus tak maju dengan melakukan evaluasi keadaan umum ibu, dan keadaan janin. Adapun hal yang perlu diketahui dalam penanganan umum partus tak maju adalah : a. Mengetahi kemungkinan ukuran panggul ibu (pintu atas panggul).b. Keadaan umum ibu, kelelahan atau tidak, adanya tanda-tanda syok.c. Kondisi janin (jumlahnya, letak / presentasi, taksiran berat janin, hidup/gawat janin/mati, kelainan kongenital dan sebagainya dengan USG)d. Letak plasenta perlu diketahui untuk mengantisipasi irisan sectio cesarea8. PenatalaksanaanPenatalaksanaan partus tak maju tergantung pada etiologi yang menyebabkanya,a. Pemanjangan fase laten akibat pemberian sedasi atau analgesik yang berlebihan dan terlampau dini akan berakhir setelah efek obat meredab. Partus tak maju akibat dari disproporsi kepala panggul harus segera dilakukan tindakan seksio sesarea karena jika dipaksa dengan partus normal akan terjadi cedera otot dasar panggul, dan cedera kepala janin.c. Partus tak maju akibat dari kelainan his dapat dibantu dengan induksi persalinan seperti pemberian infuse oksitosin untuk membantu memperkuat his, namun harus dipantai keadaan janinya, jika terjadi fetal distress harus segera dilakukan tindakan seksio sesarea.

9. Komplikasia. Ketuban pecah dini Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh janin ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil. Bila kepala tertahan pada pintu atas panggul, seluruh tenaga dari uterus diarahkan ke bagian membran yang menyentuh os internal, akibatnya ketuban pecah dini lebih mudah terjadi. b. Pembukaan serviks yang abnormal Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama sekali karena kepala janin tidak dapat turun dan menekan serviks. Pada saat yang sama, dapat terjadi edema serviks sehingga kala satu persalinan menjadi lama. Namun demikian kala satu dapat juga normal atau singkat, jika kemacetan persalinan terjadi hanya pada pintu bawah panggul. Dalam kasus ini hanya kala dua yang menjadi lama. Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami ketoasidosis dan dehidrasi. Seksio caesarea perlu dilakukan jika serviks tidak berdilatasi. Sebaliknya, jika serviks berdilatasi secara memuaskan, maka ini biasanya menunjukan bahwa kemacetan persalinan telah teratasi dan kelahiran pervaginam mungkin bisa dilaksanakan (bila tidak ada kemacetan pada pintu bawah panggul).c. Bahaya ruptur uterus Ruptur uterus, terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu dari kedaruratan obstetrik yang berbahaya dan hasil akhir dari partus tak maju yang tidak dilakukan intervensi. Ruptur uterus menyebabkan angka kematian ibu berkisar 3-15% dan angka kematian bayi berkisar 50%. Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir keluar, janin akan didorong ke segmen bawah rahim melalui kontraksi. Jika kontraksi berlanjut, segmen bawah rahim akan merengang sehingga menjadi berbahaya menipis dan mudah ruptur. Namun demikian kelelahan uterus dapat terjadi sebelum segmen bawah rahim meregang, yang menyebabkan kontraksi menjadi lemah atau berhenti sehingga ruptur uterus berkurang. Ruptur uterus lebih sering terjadi pada multipara jarang terjadi, pada nulipara terutama jika uterus melemah karena jaringan parut akibat riwayat seksio caesarea. Ruptur uterus menyebabkan hemoragi dan syok, bila tidak dilakukan penanganan dapat berakibat fatal. d. Fistula Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka sebagian kandung kemih, serviks, vagina, rektum terperangkap diantara kepala janin dan tulang-tulang pelvis mendapat tekanan yang berlebihan. Akibat kerusakan sirkulasi, oksigenisasi pada jaringan-jaringan ini menjadi tidak adekuat sehingga terjadi nekrosis, yang dalam beberapa hari diikuti dengan pembentukan fistula. Fistula dapat berubah vesiko-vaginal (diantara kandung kemih dan vagina), vesiko-servikal (diantara kandung kemih dan serviks) atau rekto-vaginal (berada diantara rektum dan vagina). Fistula umumnya terbentuk setelah kala II persalinan yang sangat lama dan biasanya terjadi yang tidak dilakukan intervensi. Ruptur uterus menyebabkan angka kematian ibu berkisar 3-15% dan angka kematian bayi berkisar 50%. Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir keluar, janin akan didorong ke segmen bawah rahim melalui kontraksi. Jika kontraksi berlanjut, segmen bawah rahim akan merengang sehingga menjadi berbahaya menipis dan mudah ruptur. Namun demikian kelelahan uterus dapat terjadi sebelum segmen bawah rahim meregang, yang menyebabkan kontraksi menjadi lemah atau berhenti sehingga ruptur uterus berkurang. Ruptur uterus lebih sering terjadi pada multipara jarang terjadi, pada nulipara terutama jika uterus melemah karena jaringan parut akibat riwayat seksio caesarea. Ruptur uterus menyebabkan hemoragi dan syok, bila tidak dilakukan penanganan dapat berakibat fatal. e. Perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit kepala bayiAkibat tekanan dari tulang-tulang pelvis, kaput suksedaneum yang besar atau pembengkakan kulit kepala sering kali terbentuk pada bagian kepala yang paling dependen dan molase (tumpang tindih tulang-tulang kranium) pada kranium janin mengakibatkan perubahan pada bentuk kepala. Selain itu dapat terjadi sefalhematoma atau penggumpalan darah di bawah batas tulang kranium, terjadi setelah lahir dan dapat membesar setelah lahir.f. Kematian Janin Jika partus tak maju dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam maka dapat mengakibatkan kematian janin yang disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada plasenta dan korda umbilikus. Janin yang mati, belum keluar dari rahim selama 4-5 minggu mengakibatkan pembusukan sehingga dapat mencetuskan terjadinya koagulasi intravaskuler diseminata (KID) keadaan ini dapat mengakibatkan hemoragi, syok dan kematian pada maternal.10. Prognosisprognosis ibu dan bayi yang mengalami partus tak maju akan lebih baik jika dilakukan tindakan sedini mungkin setelah terdiagnosis partus tak maju, seperti seksio sesarea, agar mengurangi kemungkinan fetal death dan penurunan keadaan umum ibu.

BAB IIIPEMBAHASAN

Pasien diatas didiagnosis partus tak maju. Karena pada observasi menunjukkan bahwa sejak pukul 15.30 hingga pukul 19.30 atau selama 4 jam tidak menunjukkan penambahan pembukaan serviks. Partus tak maju dapat disebabkan karena disproporsi kepala panggul, kelainan presentasi, analgesia epidural, atau kelainan HIS. Namun pada pasien ini, kemungkinan penyebab dari disproporsi kepala panggul, kelainan presentasi, analgesia epidural dapat dihilangkan karena pada kehamilan pertama pasien dapat melahirkan secara spontan, presentasi janin kepala bagian belakang, dan pasien tidak sedang dalam pengobatan analgesia. Partus tak maju pada pasien ini kemungkinan dikarenakan oleh kelainan HIS, dimana kekuatan yang mendorong janin keluar terganggu. Pada kasus ini terdapat gangguan pada kontraksi uterus diman frekuensi hanya 2-3 x dan durasinya hanya 20-30 detik dalam 10 menit.His yang sempurna mempunyai kejang otot yang paling tinggi di fundus uteri dan puncak kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian uterus. Sesudah tiap his, otot-otot uters mengadakan retraksi. Oleh karena serviks kurang mengandung otot maka servik tertarik dan dibuka, lebih-lebih jika ada tekanan oleh bagian besar janin yang keras. Pada kasus ini his yang tidak adekuat menyebabkan servik tidak dapat membuka dengan baik, hal ini dapat saja berhubungan dengan pecahnya ketuban sebelum dimulainya persalinan. Oleh karena fungsi air ketuban sebagai perata tekanan intra uterin tidak terpenuhi sehingga pada saat kontraksi tidak terjadi penyebaran kontraksi ke seluruh otot uterus, sehingga his tidak adekuat untuk membuka serviks.Pasien mengaku juga melakukan kesalahan pola HIS akubat pimpinan persalinan yang salah. Pasien mengaku meneran pada saat belum pembukaan total karena disuruh oleh bidan. Hal itu menyebabkan kelelahan kontraksi uterus dan menyebabkan portio dapat terjepit antara bagian terbawah janin dan panggul sehingga terjadi edema portio.Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini adalah: Bedrest Obs. DJJ, hal ini dilakukan untuk memantau keadaan janin apakah terjadi fetal distress atau tidak, jika terjadi fetal distress maka harus segera dilakukan tindakan seksio sesarea. Induksi piton-s 1 amp drip, piton-s mengandung oksitosin dimana oksitosin adalah hormonpada manusia yang berfungsi untuk merangsang kontraksi yang kuat pada dinding rahim/uterussehingga mempermudah dalam membantu proses kelahiran.Dalam kasus ini bertujuan untuk membantu memperkuat HIS, agar partus kembali normal dan terjadi partus spontan. Pospargin 1 amp, pospargin mengandung metilergometrina maleat yang merupakan amina dengan efek uterotonik yang menimbulkan kontraksi otot uterus dengan cara meningkatkan frekuensi dan amplitudo kontraksi pada dosis rendah dan meningkatkan tonus uterus basal pada dosis tinggi. Mekanisme kerjanya merangsang kontraksi otot uterus dengan cepat dan poten melalui reseptor adrenergik sehingga menghentikan perdarahan uterus. Cefotaxim 1gr Cefotaxime adalah antibiotic golongan sefalosporin generasi ketiga yang mempunyai khasiat bakterisidal dan bekerja dengan menghambat sintesis mukopeptida pada dinding sel bakteri. Cefotaxime digunakan sebagai alternatif lini pertama pada bakteri yang resisten terhadap Penisilin. Cefotaxime memiliki aktivitas spectrum luas terhadap organisme gram positif dan gram negatif. Hal ini diinjeksikan agar tidak terjadi infeksi maternal karena pada kasus ini sudah terjadi ketuban pecah dini. Seksio sesarea, tindakan ini dilakukan karena sudah terjadi fetal distress , agar tidak terjadi kematian janin.

KESIMPULANPada kasus ini pasien post seksio sesarea, atas indikasi partus tak maju, P2A0. dengan komplikasi pada Ibu oudem porsio, dan kondisi bayi dengan apgar score 3-4-6 dalam perawatan ruang perinatal. DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, R. (1998). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.American College of Obstetricians and Gynecologist. Distocia. Technical Bulletin No. 137, Desember 1989Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu Kebidanan, Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono PrawirohardjoCunningham, F.G. (2005). Obstetri Williams. Jakarta: EGC. Edisi: 21World Health Organization. Partographic management of labour. Lancet 1994; 343; 1399Fiedman, E.A. An objective approach to the diagnosis and management of abnormal labor. Bull Ny Acad Med 1972; 48; 842