case report partus tak maju

26
Case Report P2A0 Post SC a/I Partus Tak Maju Dengan Janin Besar Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Pembimbing : dr. Ali Samhur, Sp.OG Disusun Oleh : Mufidatun Kasanah, S. Ked Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta 0

Upload: endang-rahayu-fuji-lestary

Post on 24-Dec-2015

102 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

PARTUS TAK MAJU

TRANSCRIPT

Page 1: Case Report Partus Tak Maju

Case Report

P2A0 Post SC a/I Partus Tak Maju Dengan Janin Besar

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Dokter Umum Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing : dr. Ali Samhur, Sp.OG

Disusun Oleh :

Mufidatun Kasanah, S. Ked

Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta

2014

TUGAS STASE OBSTETRI GINEKOLOGI

0

Page 2: Case Report Partus Tak Maju

Case Report

Kala II Memanjang

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter Umum Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh:

Mufidatun Kasanah, S. Ked

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing Stase Ilmu Bedah Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pembimbing :

dr. Ali Samhur, Sp.OG (……………………..)

Dipresentasikan dihadapan :

dr. Ali Samhur, Sp.OG (.................................)

Disahkan Ketua Program Profesi :

dr. Dona Dewi Nirlawati (……………………..)

BAB I

1

Page 3: Case Report Partus Tak Maju

CASE REPORT

A. Identitas pasien

Nama : Ny. P

Alamat : Tebon 2/5 Bakipandeyan, Baki, Sukoharjo

Usia : 36 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta

No RM : 238xxx

B. Kronologis

18 Maret 201 4

Jam 00 . 46 WIB

S/ Pasien datang ke IGD dengan G2P1A0 Hamil 39 minggu + 5 hari mengeluh terasa

kencang-kencang, lendir darah (+)

O/ KU : Cukup

VS : T : 130/80mmHg S : 36,6°C

N : 90x/menit R : 24x/menit

PF : TFU 40 cm

HIS teratur

DJJ 136x/menit

VT ɸ 8 cm,

P.Kep Hodge III-IV

Kk (-)

A/ G2P1A0 Hamil 39 minggu + 5 hari inpartu kala I tak maju

P/ Inf RL 20 tpm, SC Cito, cek lab, pasang DC

2

Page 4: Case Report Partus Tak Maju

Resume Kronologi

Pasien G2P1A0 datang ke puskesmas pukul 14.00 dengan keluhan perut kencang-

kencang IGD pukul 00.46 tanggal 18 Maret 2014 kiriman dari puskesmas dengan kala I

lama dan keluhan perut kencang-kencang, dengan keluhan kehamilan cukup bulan. Pada

pemeriksaan VT (00.46 WIB) didapatkan pembukaan 8, porsio melunak, pendataran

serviks >60%, kulit ketuban (-) dan penurunan kepala hodge III-IV dengan TFU 40cm,

HIS teratur dan DJJ 136x/menit. Kemudian pada pemeriksaan VT selanjutnya (14.30

WIB) didapatkan pembukaan lengkap, porsio lunak, kulit ketuban utuh dan penurunan

kepala hodge III dengan HIS 2x10detik/10menit dan DJJ 140x/menit. Karena pembukaan

sudah lengkap, maka bidan mencoba pimpin untuk mengejan hingga pukul 16.30WIB

ditambah dengan pacuan Oxytocin 5 IU/Drip tetapi tidak ada kemajuan dengan HIS

2x20detik/10menit. Kemudian lapor dr.Ali S ,Sp.OG dan mendapat adv ; persiapan SC

pukul 17.00.

C. Anamnesis

Pada tanggal 18 Februari 2013 pukul 00.46 pasien dating ke IGD RSUD Sukoharjo.

Dengan keluhan, perut kenceng-kenceng sejak pukul 12.00 siang sehari sebelumnya dan

terasa nyeri pada perut bagian bawah. Pasien tidak merasakan pusing, sesak nafas, mual

muntah, jantung berdebar debar atau pun nyeri tekan pada perut. Pasien juga mengaku

jika BAK dan BAB nya seperti biasa.

Pasien mengaku HPMT pada tanggal 13 Juni 2013 sehingga perkiraan HPL 20

Maret 2014 dan umur kehamilannya 40 minggu. Kehamilan sekarang adalah kehamilan

ke-2, dimana anak pertama laki-laki sekarang berusia 7 tahun dengan berat badan lahir

35000 gram lahir secara spontan. Pasien menikah 1 kali pada usia 27 tahun dan sekarang

Usia perkawinannya adalah 9 tahun. Pasien pertama kali mentruasi pada umur 16 tahun

dengan siklus 28 hari, durasi 7-8 hari dan banyaknya perdarahan 2-3 ganti pembalut/hari.

Pasien tidak pernah menggunakan KB dan tidak pernah dioperasi. Pasien selalu

memeriksakan kehamilannya rutin tiap bulan. Pada masa kehamilan pasien tidak pernah

mengkonsumsi jamu, alkohol atau merokok. Pasien mengaku tidak pernah menderita

penyakit hipertensi, diabetes, batuk yang lama ataupun sesak nafas. Dalam keluarga hanya

bapak yang menderita hipertensi.

D. Pemeriksaan Fisik ( 20 Maret 2014)

3

Page 5: Case Report Partus Tak Maju

I. Status Generalis

Keadaan Umum : Cukup

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 84x/menit

Suhu : 36,6°C

RR : 24x/menit

Tinggi badan : 150cm

Berat Badan : 65kg

Kepala : Normochepal, CA(-/-), SI(-/-), EP(-/-)

Leher : PKGB (-/-), Pembesaran Tonsil(-/-)

Torax : SDV(+/+), Rh(-/-), Wz(-/-), BJ I-II reguler.

Abdomen : TFU 40cm, DJJ 136x/menit

Ekstremitas : Simetris (+), Edema (-/-), Ikterik (-/-)

II. Status Obstetrik

a. Pemeriksaan Luar

Wajah : Cloasma gravidarum ( - )

Payudara : Pembesaran payudara(+),pengeluaran ASI(-),Hiperpigmentasi

Aereola mamae(+), Puting menonjol(+)

Abdomen :

- Inspeksi : Linea Nigrae (+), Striae lividae (-), Striae albicans (+)

- Palpasi :

L I ( TFU 1 jari dibawah PX, teraba bulat dan lunak )

LII ( Teraba bagian kecil di kiri, dan melengkung memanjang dikanan)

L III ( Teraba bagian bulat dan keras, sudah masuk PAP )

L IV ( Divergen )

∞ TFU ( 40 cm )

∞ TBJ ( 3565 gr )

- Auskultasi : DJJ 136x/menit

b. Pemeriksaan Dalam

Vagina Toucher:

- Portio >60%, lunak dan membuka 8 cm

4

Page 6: Case Report Partus Tak Maju

- Kulit ketuban ( - )

- Presentasi kepala

- Penurunan kepala pada hodge I-II

E. Pemeriksaan Penunjang

o Hasil Lab 19 Februari 2013

Hematologi

WBC 18.15 103/µL

RBC 3.57 106/µL

HGB 10.3 g/dL

HCT 30.1 %

MCV 84.3 fL

MCH 28.9 Pg

MCHC 34.2 g/dL

PLT 131 103/µL

LY 5.6 %

MO 4.7 %

NEUT 89.0 %

EO 0.1 103/µL

Golongan darah O

HbsAg -

USG tidak ada hasil tertulis/tercantum

F. Diagnosis Kerja

G3P2A0 H.40 minggu kala I lama susp. Bayi besar

Prognosis

Power : Pada pasien ini HIS yang ada bisa dibilang sudah memadai untuk

proses persalainan normal yaitu 3x35detik/10 menit yang pada

umunya dibutuhkan untuk proses persalinan normal adalah 3x 30-

40detik/10 menit.

Passage : Dengan tinggi badan 150 cm, diperkirakan panggul tidak sempit.

Passanger : Dengan TBJ 4495 gr diperkirakan bayi tidak dapat lewat jalan lahir

secara normal.

OBSERVASI POST PARTUM1 8 Maret 201 4

Jam 02 . 45 WIB

S/ Post SC, Flatus (-)

5

Page 7: Case Report Partus Tak Maju

O/ KU : Cukup

VS : T : 130/80mmHg S : 36,3°C

N : 90x/menit R : 24x/menit

PF : Kepala: Normochepal CA (-/-) SI (-/-) EP (-/-)

Leher : PKGB (-)

Torax : SDV (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-)

BJ I-II Regular, Sesak nafas ( - )

Abd : Peristaltik ( + ) lemah

NT ( + )

Ektre : Edema (-)

Abd : TFU : 2 jari di bawah pusat

Uterus : konsistensi keras

Genital : PPV (+) sedikit

A/ Post SC P3A0 H.39 mg+4hr a/i kala I tak maju dengan bayi besar H0

P/ RL-D5% 30tpm, Ceftriaxon 1gr/12jam, antalgin 1amp/12jam, observasi VS, Balance

cairan, Puasa

Jam 05.00 WIB

S/ flatus (+) 3x

O/ KU : baik, Compos Mentis

VS : T : 130/80mmHg S : 36,8°C

N : 76x/menit R : 20x/menit

PF : Kepala: Normochepal CA (-/-) SI (-/-) EP (-/-)

Leher : PKGB (-)

Torax : SDV (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-)

BJ I-II Regular, Sesak nafas ( - )

Abd : Peristaltik ( + ) sedang

NT ( + )

Ektre : Edema (-)

Abd : TFU : 2 jari di bawah pusat

Uterus : konsistensi keras

Genital : PPV (+) sedikit

6

Page 8: Case Report Partus Tak Maju

A/ Post SC P3A0 H.39 mg+4hr a/i kala I tak maju dengan bayi besar H0

P/ RL/D5% 20tpm, Ceftriaxon 1gr/12jam, antalgin 1amp/12jam, alinamin F 1 amp/8jam

Jam 14 . 00 WIB

S/ flatus (+)

O/ KU : Cukup

VS : T : 120/80mmHg S : 36,8°C

N : 82x/menit R : 20x/menit

Abd : Peristaltik ( + ) sedang

NT ( + )

TFU : 2 jari di bawah pusat

Uterus : konsistensi keras

Genital : PPV (+) sedikit

A/ Post SC P3A0 H.40 a/i kala I tak maju dengan bayi besar H0

Tanggal 19 Maret 2014Jam 05.00 WIB

S/ flatus (+)

O/ KU : baik, Compos Mentis

VS : T : 130/80mmHg S : 36,8°C

N : 80x/menit R : 20x/menit

Abd : Peristaltik ( + ) sedang

NT ( + )

TFU : 2 jari di bawah pusat

Uterus : konsistensi keras

Genital : PPV (+) sedikit

A/ Post SC P3A0 H.39 mg+4hr a/i kala I tak maju dengan bayi besar H1

P/ RL/D5% 20tpm, Ceftriaxon 1gr/12jam, diet TKTP

S/ Masih terasa nyeri pada daerah bekas jahitan.

O/ KU: Cukup

7

Page 9: Case Report Partus Tak Maju

VS : T : 120/80mmHg S : 36,3°C

N : 90x/menit R : 24x/menit

PF : Kepala: Normochepal CA (-/-) SI (-/-) EP (-/-)

Leher : PKGB (-)

Torax : SDV (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-)

BJ I-II Regular, Sesak nafas ( - )

Abd : Peristaltik ( + ) lemah

NT ( + )

Ektre : Edema (-)

A/ P1A2 Post SC a/i Kala II lama dan serotinus Hari ke I

P/ Inf RL 20 tpm, Cefotaxime 1 gr/8jam, Cek lab DL.

20 februari 2013

S/ Pasien mengaku sudah kentut.

O/ KU: Cukup

VS : T : 140/70mmHg S : 36,6°C

N : 84x/menit R : 24x/menit

PF : Kepala: Normochepal CA (-/-) SI (-/-) EP (-/-)

Leher : PKGB (-)

Torax : SDV (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-)

BJ I-II Regular, Sesak nafas ( - )

Abd : Peristaltik ( + )

NT ( + )

Ektre : Edema (-)

A/ P1A2 Post SC a/i Kala II lama dan serotinus Hari ke II

P/ Inf RL 20 tpm, Cefotaxime 1 gr/8jam, diet bubur nasi, latihan duduk.

21 februari 2013

S/ Tidak ada keluhan.

O/ KU: Cukup

VS : T : 140/80mmHg S : 36,6°C

N : 84x/menit R : 24x/menit

8

Page 10: Case Report Partus Tak Maju

PF : Kepala: Normochepal CA (-/-) SI (-/-) EP (-/-)

Leher : PKGB (-)

Torax : SDV (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-)

BJ I-II Regular, Sesak nafas ( - )

Abd : Peristaltik ( + )

NT ( + )

Ektre : Edema (-)

A/ P1A2 Post SC a/i Kala II lama dan serotinus Hari ke III

P/ Inf RL 20 tpm, Cefotaxime 1 gr/8jam, diet bubur nasi, latihan duduk.

22 februari 2013

S/ tidak ada keluhan.

O/ KU: Cukup

VS : T : 130/90mmHg S : 36,6°C

N : 90x/menit R : 24x/menit

PF : Kepala: Normochepal CA (-/-) SI (-/-) EP (-/-)

Leher : PKGB (-)

Torax : SDV (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-)

BJ I-II Regular, Sesak nafas ( - )

Abd : Peristaltik ( + )

NT ( + )

Ektre : Edema (-)

A/ P1A2 Post SC a/i Kala II lama dan serotinus Hari ke IV

P/ BLPL, Cifrofloxasin tab 500mg 3x1 hari.

9

Page 11: Case Report Partus Tak Maju

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kala II lama / memanjang

Partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak

menunjukkan kemajuan pada pembukaan servik, turunnya kepala dan putar paksi selama

2 jam terakhir. (Muctar R. 1998:384)

Partus tak maju adalah persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan servik

dalam 2 jam dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.

Partus tak maju adalah persalinan yang tidak berlangsung secara efektif pada

persalinan spontan/ dengan induksi dimana kemajuan dilatasi servik dan atau desensus

janin tidak terjadi atau berlangsung tidak normal. (dr. Bambang Widjanarko SpOG,

2009)

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa partus tak maju adalah

suatu persalinan dengan penyulit yang terjadi pada pembukaan lebih dari 4 cm atau pada

fase aktif kala I dimana servik tidak mengalami kemajuan dalam pembukaan dan tidak

adanya penurunan kepala selama 2 jam terakhir dengan his yang adekuat

Penyebab persalinan lama dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu disfungsi

uterus murni dan diproporsi fetoplevis.

Penyebab Partus Tak Maju Penyebab partus tak maju yaitu : a. Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan, tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak.27

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati panggul. Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang efisien, letak, presentasi, kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan kepala janin untuk mengadakan molase. Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek, kedudukan abnormal, ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat menyebabkan persalinan normal tidak mungkin.28 Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan < 145 cm dapat terjadi disproporsi sefalopelvik, kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi, sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi obstetri.31

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis, hal ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan selamat. Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal, atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis sempit. Disproporsi sefalopelvik tidak dapat

10

Page 12: Case Report Partus Tak Maju

didiagnosis sebelum usia kehamilan 37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai ukuran lahir normal. Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi :

i. Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan, relaksasi sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan berlangsungnya kelahiran pervaginam).

ii. Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi).

iii. Definit (ini berarti pelvis sempit, bentuk kepala abnormal atau janin mempunyai ukuran besar yang abnormal, misalnya hidrosefalus, operasi diperlukan pada kelahiran ini).

b. Presentasi yang abnormal Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior dan kepala yang sulit lahir pada presentasi bokong. b.1. Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan panggul, saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit.32

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali bila bayi kecil atau pelvis luas, persalinan dilakukan dengan tindakan caesarea. IR presentasi dahi 0,2% kelahiran pervaginam, lebih sering pada primigravida.33

b.2. Presentasi Bahu Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada pintu atas panggul menjelang persalinan. Bila pasien berada pada persalinan lanjut setelah ketuban pecah, bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina.27

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau pada sudut akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi pada letak melintang. Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen dan otot uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul. b.3. Presentasi Muka

Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah. Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala, bila pelvis sempit atau janin sangat besar. Pada wanita multipara, terjadinya presentasi muka karena abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung ke depan atau ke lateral, seringkali mengarah kearah oksiput. Presentasi muka tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal, mungkin terkait dengan paritas tinggi tetapi 34% presentasi muka terjadi pada primigravida.32

Abnormalitas pada janin Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya : Hidrosefalus, pertumbuhan janin lebih besar dari 4.000 gram, bahu yang lebar dan kembar siam. d. Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis, stenosis vagina kongenital, perineum kaku dan tumor vagina.10

11

Page 13: Case Report Partus Tak Maju

2.8.2. Komplikasi Persalinan yang Terjadi Pada Partus Tak Maju

a. Ketuban pecah dini Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh janin ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil.27 Bila kepala tertahan pada pintu atas panggul, seluruh tenaga dari uterus diarahkan ke bagian membran yang menyentuh os internal, akibatnya ketuban pecah dini lebih mudah terjadi. b. Pembukaan serviks yang abnormal

Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama sekali karena kepala janin tidak dapat turun dan menekan serviks. Pada saat yang sama, dapat terjadi edema serviks sehingga kala satu persalinan menjadi lama. Namun demikian kala satu dapat juga normal atau singkat, jika kemacetan persalinan terjadi hanya pada pintu bawah panggul. Dalam kasus ini hanya kala dua yang menjadi lama. Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami ketoasidosis dan dehidrasi. Seksio caesarea perlu dilakukan jika serviks tidak berdilatasi. Sebaliknya, jika serviks berdilatasi secara memuaskan, maka ini biasanya menunjukan bahwa kemacetan persalinan telah teratasi dan kelahiran pervaginam mungkin bisa dilaksanakan (bila tidak ada kemacetan pada pintu bawah panggul).10

c. Bahaya ruptur uterus

Ruptur uterus, terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu dari kedaruratan obstetrik yang berbahaya dan hasil akhir dari partus tak majuyang tidak dilakukan intervensi. Ruptur uterus menyebabkan angka kematian ibu berkisar 3-15% dan angka kematian bayi berkisar 50%.23

Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir keluar, janin akan didorong ke segmen bawah rahim melalui kontraksi. Jika kontraksi berlanjut, segmen bawah rahim akan merengang sehingga menjadi berbahaya menipis dan mudah ruptur. Namun demikian kelelahan uterus dapat terjadi sebelum segmen bawah rahim meregang, yang menyebabkan kontraksi menjadi lemah atau berhenti sehingga ruptur uterus berkurang. Ruptur uterus lebih sering terjadi pada multipara jarang terjadi, pada nulipara terutama jika uterus melemah karena jaringan parut akibat riwayat seksio caesarea. Ruptur uterus menyebabkan hemoragi dan syok, bila tidak dilakukan penanganan dapat berakibat fatal.

d. Fistula Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka sebagian kandung kemih, serviks, vagina, rektum terperangkap diantara kepala janin dan tulang-tulang pelvis mendapat tekanan yang berlebihan. Akibat kerusakan sirkulasi, oksigenisasi pada jaringan-jaringan ini menjadi tidak adekuat sehingga terjadi nekrosis, yang dalam beberapa hari diikuti dengan pembentukan fistula. Fistula dapat berubah vesiko-vaginal (diantara kandung kemih dan vagina), vesiko-servikal (diantara kandung kemih dan serviks) atau rekto-vaginal (berada diantara rektum dan vagina). Fistula umumnya terbentuk setelah kala II persalinan yang sangat lama dan biasanya terjadipada nulipara, terutama di negara-negara yang kehamilan para wanitanya dimulai pada usia dini.10

e. Sepsis puerferalis

Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis, demam 38,50c atau lebih yang diukur melalui

12

Page 14: Case Report Partus Tak Maju

oral kapan saja cairan vagina yang abnormal, berbau busuk dan keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus.34

Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya pada kasus partus lama dan partu tak maju terutama karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya infeksi akan meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang-ulang.10

Pengaruh Partus tak maju Pada Bayi

a. Perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit kepala Akibat tekanan dari tulang-tulang pelvis, kaput suksedaneum yang besar atau pembengkakan kulit kepala sering kali terbentuk pada bagian kepala yang paling dependen dan molase (tumpang tindih tulang-tulang kranium) pada kranium janin mengakibatkan perubahan pada bentuk kepala.10 Selain itu dapat terjadi sefalhematoma atau penggumpalan darah di bawah batas tulang kranium, terjadi setelah lahir dan dapat membesar setelah lahir.35

b. Kematian Janin Jika partus tak maju dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam maka dapat mengakibatkan kematian janin yang disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada plasenta dan korda umbilikus. Janin yang mati, belum keluar dari rahim selama 4-5 minggu mengakibatkan pembusukan sehingga dapat mencetuskan terjadinya koagulasi intravaskuler diseminata (KID) keadaan ini dapat mengakibatkan hemoragi, syok dan kematian pada maternal.10

Tanda Partus tak maju Pada kasus persalinan macet/tidak maju akan ditemukan tanda-tanda kelelahan fisik dan mental yang dapat diobservasi dengan : a. Dehidrasi dan Ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering)

b. Demam

c. Nyeri abdomen

d. Syok (nadi cepat, anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat, tekanan darah rendah) syok dapat disebabkan oleh ruptur uterus atau sepsis.10

Determinan dari Partus Tak Maju a. Host a.1. Usia

Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun karena pada usia ini secara fisik dan psikologi ibu sudah cukup matang dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Usia <20 tahun organ-organ reproduksi belum sempurna secara keseluruhan dan perkembangan kejiwaan belum matang sehingga belum siap menjadi ibu dan menerima kehamilannya. Usia >35 tahun organ reproduksi mengalami perubahan yang terjadi karena proses menuanya organ kandungan dan jalan lahir kaku atau tidak lentur lagi. Selain itu peningkatn umur seseorang akan mempengaruhi organ yang vital seperti sistim kardiovaskuler, ginjal dll (pada umur tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu yang akan memperberat tugas organ-organ tersebut sehingga berisiko mengalami komplikasi pada ibu dan janin).44

Riwayat Persalinan Persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan persalinan prematur, seksio caesarea, bayi lahir mati, persalinan lama, persalinan dengan induksi serta semua persalinan tidak normal yang dialami ibu merupakan risiko tinggi pada persalinan berikutnya.10

13

Page 15: Case Report Partus Tak Maju

a.4. Anatomi Tubuh Ibu Melahirkan Ibu bertubuh pendek < 150 cm yang biasanya berkaitan dengan malnutrisi dan terjadinya deformitas panggul merupakan risiko tinggi dalam persalinan, tinggi badan < 150 cm berkaitan dengan kemungkinan panggul sempit. Tinggi badan Ibu < 145 cm terjadi ketidakseimbangan antara luas panggul dan besar kepala janin.1,10

a) Disfungsi Uterus Murni

Inersia Uteri

Merupakan kontraksi (HIS) yang berlangsung lemah, pendek dan jarang.

Inersia uteri primer

Abnormalitas HIS terjadi dari awal kehamilan.

Inersia uteri sekunder

Terjadi penurunan HIS yang sebelumnya kuat berangsur-angsur melemah.

Tetania uteri

Merupakan HIS yang terjadi terlalu kuat dan terlalu sering sehingga tidak

memberikan kesempatan relaksasi otot rahim.

b) Diproporsi fetoplevis

Cephalopelvic disproportion/CPD

Merupakan kondisi ketidakseimbangan antara perbandingan passage (jalan

lahir) dan pasangger (bayi). Hal ini biasanya terjadi pada ibu hamil yang

berperawakan pendek (< 150cm) atau yang mempunyai kelainan bentuk

punggul.

B. Penatalaksanaan Kala II lama / memanjang

Pada kondisi Kala II memanjang, perlu segera dilakukan upaya pengeluaran

janin. Hal ini dikarenakan upaya pengeluaran janin tidak segera dilakukan oleh ibu, akan

meningkatkan risiko berkurangnya aliran darah ke plasenta. Yang pertama kali harus

dipastikan pada kondisi kala II memanjang antara lain;

a. Tidak terjadi malpresentasi

b. Tidak ada obstruksi jalan lahir.

Jika kedua hal tersebut tidak ada, maka dapat dilakukan percepatan persalinan

dangan oksitosin. Bila percepatan dengan oksitosin tidak mempengaruhi penurunan

janin, maka dilakukan upaya pelahiran janin lain.

Jenis upaya pelahiran tersebut tergantung pada posisi kepala janin. Antara lain;

14

Page 16: Case Report Partus Tak Maju

a. Bila kepala janin teraba tidak lebih dari 1/5 diatas simfisis pubis atau ujung

penonjolan kepala janin berada di bawah station 0, maka janin dapat

dilahirkan dengan ekstraksi vakum atau dengan forseps.

b. Bila kepala janin teraba diantara 1/5 dan 3/5 diatas simfisi pubis atau ujung

penonjolan tulang kepala janin berada diantara station 0 dan station -2,

maka janin dilahirkan dengan ekstraksi vakum dan simfisiotomi.

c. Bila kepala janin teraba lebih dari 3/5 diatas simfisi pubis atau ujung

penonjolan tulang kepala janin berada diatas station -2, maka janin

dilahirkan secara Sectio Cesaria.

15

Page 17: Case Report Partus Tak Maju

BAB III

PEMBAHASAN

Pasien datang ke IGD dengan G2P1A0 Hamil 39 minggu + 5 hari mengeluh

terasa kencang-kencang, lendir darah (+).

Pada pasien tersebut menurut teori seperti dibawah ini:

Pada pasien diatas ditegakkan diagnosis G3P0A2 Hamil 41 minggu + 4 hari

inpartu kala II lama / memanjang, berdasarkan lamanya kala II yang berlangsung dari

awal pembukaan lengkap yaitu pukul 14.30WIB hingga 16.30WIB tanpa terjadi

kemajuan persalinan. Pada umunya rata-rata persalinan normal kala II berlangsung

paling lama 50 menit. Dan apa bila kala II berlangsung hingga 120 menit (2 jam)

maka dapat dikatakan kala II memanjang.

Pada pasien ini tidak terjadi kemajuan persalinan, kepala janin teraba lebih

dari 3/5 diatas simfisi pubis atau ujung penonjolan tulang kepala janin berada diatas

station -2, walaupun telah dilakukan pacuan oxcytocin 10 IU/drip dan his yang kurang

memadai yaitu 2X20 detik/10 menit. Apabila keadaaan tersebut dibiarkan lebih lama

maka akan mengakibatkan berkuranganya aliran darah ke plasenta sehingga bisa

terjadi fetal distres atau bahkan terjadi kematian janin. Dengan adanya keadaan

tersebut maka dilakukan Sectio Cecaria.

16

Page 18: Case Report Partus Tak Maju

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

a. Pada pasien diatas ditegakkan diagnosis G3P0A2 Hamil 41 minggu + 4 hari inpartu

kala II lama / memanjang, berdasarkan lamanya kala II yang berlangsung dari

awal pembukaan lengkap yaitu pukul 14.30WIB hingga 16.30WIB tidak terjadi

kemajuan persalinan.Pada umunya rata-rata persalinan normal kala II berlangsung

paling lama 50 menit.

b. Prinsip penatalaksanaan Kala II lama atau memanjang adalah perlu segera

dilakukan upaya pengeluaran janin dengan cara induksi, ekstraksi vacum atau

Sectio Sesaria. Hal ini dikarenakan upaya pengeluaran janin tidak segera

dilakukan oleh ibu, akan meningkatkan risiko berkurangnya aliran darah ke

plasenta.

B. Saran

a. Ibu hamil sebaiknya memeriksakan kehamilannya secara rutin kepusat pelayanan

kesehatan yang tersedia agar dapat mendeteksi secara dini apabila ada kelainan

pada kehamilan.

b. Ibu hamil sebaiknya melakukan olahraga khusus untuk ibu hamil agar dapat

mempermudah ibu pada saat persalinan.

17

Page 19: Case Report Partus Tak Maju

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, F.G, et al. 2010. Williams Obstetric, 23rd edition. Mc GrawHill: New

York

2. Mose, J.C dan Alamsyah, M. 2010. Persalinan Lama dalam Ilmu Kebidanan Sarwono

Prawirohardjo, edisi keempat. PT Bina PustakaSarwono Prawiroharjo: Jakarta

3. Yulianti, D. 2006. Buku Saku Manajemen dan Komplikasi Kehamilan danPersalinan.

EGC: Jakarta

18