bab i partus tak maju.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. latar belakang
Angka kematian di Indonesia masih tinggi bila dibandingkan dengan
negara di Asia Tenggara seperti Singapura, Thailand dan Malaysia. Banyak faktor
yang mempengaruhi tingginya angka kematian ibu dan bayi, diantaranya status
kesehatan ibu, keadaan sosial ekonomi dan budaya.
Menurut Saifudin, 90% kematian ibu terjadi disaat persalinan dan
penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetrik yang sering tidak dapat
diperkirakan sebelumnya, misalnya perdarahan, partus lama atau partus tak maju.
Deteksi dini pada tiap kemajuan persalinan dan pencegahan partus lama bermakna
dapat menurunkan resiko terjadinya sepsis, perdarahan pasca persalinan, ruptur
uteri dengan segala akibatnya.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih menjadi persoalan
yang sangat penting untuk dijadikan prioritas masalah. Berdasarkan data dari
Survey Kesehatan PropinsiJawa Tengah 2007, diperoleh data bahwa dalam setiap
jam terdapat 2 orang ibu meninggal dunia, karena kehamilan, persalinan, dan
nifas.
Kebijakan Depertemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan
AKI mengacu pada intervensi strategi 4 pilar safe motherhood, dimana pada pilar
ketiga adalah persalinan yang bersih dan aman.
Jenis Persalinan
Adapun menurut proses berlangsungnya persalinan dibedakan menjadi berikut:
Persalinan spontan, adalah bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri melalui jalan lahir ibu tersebut.
1
Persalinan buatan, adalah bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar
misalnya ekstraksi forcep, atau operasi section caesaria.
Persalinan anjuran, adalah persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi
baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, atau pemberian rangsangan.
Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Persalinan ditentukan oleh 5 faktor “P” utama, yaitu :
1. Power Kekuatan yang mendorong janin keluar yaitu: his, kontraksi
otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament, dengan
kerjasama yang baik dan sempurna selain itu juga tenaga meneran dari ibu.
2. Passage Keadaan jalan lahir meliputi: ukuran panggul, rentang SBR
(pembukaan), kapasitas regangan saluran vagina dan introitus vagina, dan
keadaan perineum dan dasar panggul
3. Passanger Keadaan janin atau factor janin yang meliputi: sikap janin,
letak janin, presentasi janin,bagian terbawah, dan posisi janin.
4. Psikis ibu Kesiapan ibu dalam menghadapi persalinan.
5. Penolong Keterampilan penolong dalam memberikan asuhan sesuai
dengan standard yang ada.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Partus Tak Maju
Partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat
yang tidak menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya
kepala, dan putar paksi dalam selama 2 jam terakhir. Partus tak maju dapat
disebabkan oleh kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan his,
pimpinan partus yang salah, janin besar, primitua, dan ketuban pecah dini.
(Mochtar, 1998)
Menurut American College of Obstetricians and Ginecologist, agar
dikatakan partus tak maju harus memenuhi syarat fase laten telah selesai,
dengan serviks membuka 4cm atau lebih, dan sudah terjadi pola kontraksi
uterus sebesar 200 satuan Montevideo atau lebih dalam periode 10 menit
selama 2 jam tanpa perubahan pada serviks.
2.2. Epidemiologi Partus Tak Maju
Penelitian Gessesssew dan Mesfin di RS Adigrat Zonal tahun 2001
diperoleh 195 kasus partus tak maju, 114 kasus terjadi pada wanita usia
20-34 tahun dengan proporsi 58,4%, 60 kasus terjadi pada wanita usia >
34 tahun dengan proporsi 30,8% dan 21 kasus terjadi pada wanita usia <
20 tahun dengan proporsi 10,8%.
3
2.3. Etiologi dan Faktor Risiko
Pada dasarnya, penyebab atau etiologi dari partus tak maju dapat
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu, kelainan kekuatan (power), kelainan
yang melibatkan janin (passenger) dan kelainan jalan lahir (passage).
a. Kelainan HIS
Kemajuan persalinan sangat dipengaruhi oleh kontraksi uterus,
dimana pada kala dua diperkuat oleh kerja otot volunteer dan involunter
dinding abdomen. Jika intensitas kedua factor ini kurang, maka persalinan
akan melambat atau terhenti. Kelainan HIS ditandai oleh kontraksi jarang
dengan intensitas rendah. Secara umum, kemajuan yang progresif dan
spontan menuju pembukaan lengkap menunjukkan bahwa pelahiran per
vaginam kemungkinan akan berhasil.
1. Inertia uteri
Inertia uteri adalah salah satu distosia oleh karena kelainan tenaga.
Dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
o Inertia uteri primer adalah his lemah dari permulaan persalinan
o Inertia uteri sekunder adalah mula-mula his baik tapi kemudian
menjadi lemas karena otot-otot rahim lelah sehingga kontraksi
rahim menjadi lemah, jarang serta tidak teratur dan dapat berhenti
sama sekali.
2. Kekuatan HIS yang tidak terkoordinasi
Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan
bawah, tidak adanya dominasi fundal akan membuat persalinan tidak
4
berjalan lancar. Dengan tidak adanya koordinasi seperti ini maka tonus
otot terus meningkat sehingga mengakibatkan rasa nyeri yang terus
menerus dan hipoksia janin.
Terkadang pada persalinan kala 1 fase aktif terdapat usaha-usaha
ibu untuk meneran tanpa sadar akibat adanya kontraksi uterus hal inilah
yang mengakibatkan terjadinya edema pada genitalia sehingga partus tak
maju dapat terjadi.
b. Disproporsi sefalopelvik
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan, tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul
ibu menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak.
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk
melewati panggul. Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan
kontraksi uterus yang efisien, letak, presentasi, kedudukan janin yang
menguntungkan dan kemampuan kepala janin untuk mengadakan molase.
Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek, kedudukan abnormal,
ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat menyebabkan
persalinan normal tidak mungkin.
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari
pelvis, hal ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin
melewati pelvis dengan selamat. Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit
dengan ukuran kepala janin normal, atau pelvis normal dengan janin besar
5
atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis sempit. Disproporsi
sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan 37 minggu
karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai ukuran
lahir normal.
Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi :
1. Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan,
relaksasi sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat
memungkinkan berlangsungnya kelahiran pervaginam).
2. Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok
lanjutan ini memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi).
3. Definit (ini berarti pelvis sempit, bentuk kepala abnormal atau
janin mempunyai ukuran besar yang abnormal, misalnya
hidrosefalus, operasi diperlukan pada kelahiran ini).
c. Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior
dan kepala yang sulit lahir pada presentasi bokong.
1. Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah
antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi
merupakan bagian terendah. Presentasi dahi terjadi karena
ketidakseimbangan kepala dengan panggul, saat persalinan kepala
janin tidak dapat turun ke dalam rongga panggul sehingga persalinan
6
menjadi lambat dan sulit. Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan
dengan kondisi normal kecuali bila bayi kecil atau pelvis luas,
persalinan dilakukan dengan tindakan caesarea.
2. Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung
melebar dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian
terbawah anak pada pintu atas panggul menjelang persalinan. Bila
pasien berada pada persalinan lanjut setelah ketuban pecah, bahu
dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau
lengan keluar dari vagina.
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak
lurus atau pada sudut akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang
terjadi pada letak melintang. Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi
dengan dinding abdomen dan otot uterus kendur, prematuritas,
obstruksi panggul.
3. Presentasi Muka
Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi sehingga
oksiput menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian
terendah. Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala, bila
pelvis sempit atau janin sangat besar. Pada wanita multipara,
terjadinya presentasi muka karena abdomen yang menggantung yang
menyebabkan punggung janin menggantung ke depan atau ke lateral,
seringkali mengarah kearah oksiput.
7
d. Analgesia epidural
Analgesia epidural dapat menyebabkan memanjangnya persalinan
kala satu dan kala dua serta memperlambat penurunan janin.
e. abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya :
Hidrosefalus, pertumbuhan janin lebih besar dari 4.000 gram, bahu
yang lebar dan kembar siam .
f. .Abnormalitas sistem reproduksi
sistem reproduksi misalnya tumor pelvis, stenosis vagina
kongenital, perineum kaku dan tumor vagina.Abnormalitas
2.4. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya partus lama, dapat diterangkan dengan
memahami proses yang terjadi pada jalan lahir saat akhir kehamilan dan
saat akhir persalinan. Dengan memahaminya, kita dapat mengetahui dan
memperkirakan faktor apa saja yang menyebabkan terhambatnya
persalinan. Pada akhir kehamilan, kepala janin akan melewati jalan lahir,
segmen bawah rahim yang cukup tebal dan serviks yang belum membuka.
Jaringan otot di fundus masih belum berkontraksi dengan kuat. Setelah
pembukaan lengkap, hubungan mekanis antara ukuran kepala janin, posisi
dan kapasitas pelvis yang disebut proporsi fetopelvik
( fetopelvic proportion) menjadi semakin nyata seraya janin turun.
Abnormalitas dalam proporsi fetopelvik, biasanya akan semakin nyata saat
kala II persalinan dimulai.
8
2.5. Diagnosis
Diagnosis partus lama dan partus macet menurut American College
of Obstricians and Gynecologist dapat dilihat dari table berikut:
Pola Persalinan Nulipara Multipara
Persalinan Lama
Pembukaan
Penurunan Kepala
< 1,2 cm/jam
<1,0 cm/jam
< 1,5 cm/jam
< 2,0 cm/jam
Persalinan Macet (Tak Maju)
Pembukaan
Penurunan Kepala
> 2 jam
> 1 jam
> 2 jam
> 1 jam
Pemeriksaan CTG guna menilai:
1) Kesejahteraan Janin
2) Frekuensi dan kekuatan kontraksi
Sebelum didiagnosis partus tak maju selama kala 1 harus memenuhi
kriteria sebagai berikut:
1. Dilatasi serviks sudah lebih dari 4 cm
2. His adekuat selama 2 jam tanpa diikuti dengan perubahan pada
serviks
3. Bagian terbawah tidak terdapat penurunan
2.6. Penilaian klinik
Pada kasus persalinan macet/tidak maju akan ditemukan tanda-
tanda kelelahan fisik dan mental yang dapat diobservasi dengan :
9
a. Dehidrasi dan Ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering)
b. Demam
c. Nyeri abdomen
d. Syok (nadi cepat, anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat, tekanan
darah rendah) syok dapat disebabkan oleh ruptur uterus atau
sepsis.Gejala diatas sangat mirip dengan kondisi normal yang sering
lolos dari kewaspadaan tenaga medis.
e. Edema serviks
f. Edema vulva
g. Cairan ketuban berbau
Kriteria partus tak maju dapat diketahui dengan menilai pembukaan
dan penurunan kepala pada saat proses persalinan dengan menggunakan
tabel American College of Obstricians and Gynecologist, yaitu jika tidak
terjadi pembukaan selama lebih dari 2 jam pada nulipara dan multipara,
atau jika tidak ada penurunan bagian bawah janin selama lebih dari 1 jam
pada nuli para dan multipara yang dapat dinilai dari pemeriksaan dalam
(vaginal touche).
2.7. Pencegahan
a. Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan teratur
b. Melakukan pemeriksaan USG untuk menilai presentasi bawah janin
dan kelainan janin yang mungkin terjadi sehingga penyulit persalinan
dapat diketahui secara dini.
10
c. Memberikan nasehat tentang gizi saat kehamilan, agar mengurangi
kemungkinan terjadinya kelainan janin.
d. Memberikan anjuran untuk tidak hamil terlalu muda atau terlalu tua.
e. Cegah infeksi saluran kencing
f. Berikan makanan ibu yang baik, cukup lemak , dan protein
2.8. Penanganan Umum
Prinsip penanganan partus tak maju dengan melakukan evaluasi
keadaan umum ibu, dan keadaan janin. Adapun hal yang perlu diketahui
dalam penanganan umum partus tak maju adalah :
a. Mengetahi kemungkinan ukuran panggul ibu (pintu atas panggul).
b. Keadaan umum ibu, kelelahan atau tidak, adanya tanda-tanda syok.
c. Kondisi janin (jumlahnya, letak / presentasi, taksiran berat janin,
hidup/gawat janin/mati, kelainan kongenital dan sebagainya dengan
USG)
d. Letak plasenta perlu diketahui untuk mengantisipasi irisan sectio
cesarea
2.9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan partus tak maju tergantung pada etiologi yang
menyebabkanya,
a. Pemanjangan fase laten akibat pemberian sedasi atau analgesik yang
berlebihan dan terlampau dini akan berakhir setelah efek obat mereda
11
b. Partus tak maju akibat dari disproporsi kepala panggul harus segera
dilakukan tindakan seksio sesarea karena jika dipaksa dengan partus
normal akan terjadi cedera otot dasar panggul, dan cedera kepala janin.
c. Partus tak maju akibat dari kelainan his dapat dibantu dengan induksi
persalinan seperti pemberian infuse oksitosin untuk membantu
memperkuat his, namun harus dipantai keadaan janinya, jika terjadi
fetal distress harus segera dilakukan tindakan seksio sesarea.
2.10. Komplikasi
a. Ketuban pecah dini
Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup
dengan sempurna oleh janin ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil.
Bila kepala tertahan pada pintu atas panggul, seluruh tenaga dari uterus
diarahkan ke bagian membran yang menyentuh os internal, akibatnya
ketuban pecah dini lebih mudah terjadi.
b. Pembukaan serviks yang abnormal
Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama sekali
karena kepala janin tidak dapat turun dan menekan serviks. Pada saat yang
sama, dapat terjadi edema serviks sehingga kala satu persalinan menjadi
lama. Namun demikian kala satu dapat juga normal atau singkat, jika
kemacetan persalinan terjadi hanya pada pintu bawah panggul. Dalam
kasus ini hanya kala dua yang menjadi lama. Persalinan yang lama
menyebabkan ibu mengalami ketoasidosis dan dehidrasi.
12
Seksio caesaria perlu dilakukan jika serviks tidak berdilatasi.
Sebaliknya, jika serviks berdilatasi secara memuaskan, maka ini biasanya
menunjukan bahwa kemacetan persalinan telah teratasi dan kelahiran
pervaginam mungkin bisa dilaksanakan (bila tidak ada kemacetan pada
pintu bawah panggul).
c. Bahaya ruptur uterus
Ruptur uterus, terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan
salah satu dari kedaruratan obstetrik yang berbahaya dan hasil akhir dari
partus tak maju yang tidak dilakukan intervensi. Ruptur uterus
menyebabkan angka kematian ibu berkisar 3-15% dan angka kematian
bayi berkisar 50%. Bila membran amnion pecah dan cairan amnion
mengalir keluar, janin akan didorong ke segmen bawah rahim melalui
kontraksi. Jika kontraksi berlanjut, segmen bawah rahim akan merengang
sehingga menjadi berbahaya menipis dan mudah ruptur. Namun demikian
kelelahan uterus dapat terjadi sebelum segmen bawah rahim meregang,
yang menyebabkan kontraksi menjadi lemah atau berhenti sehingga ruptur
uterus berkurang.
Ruptur uterus lebih sering terjadi pada multipara jarang terjadi,
pada nulipara terutama jika uterus melemah karena jaringan parut akibat
riwayat seksio caesarea. Ruptur uterus menyebabkan hemoragi dan syok,
bila tidak dilakukan penanganan dapat berakibat fatal.
13
d. Fistula
Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka
sebagian kandung kemih, serviks, vagina, rektum terperangkap diantara
kepala janin dan tulang-tulang pelvis mendapat tekanan yang berlebihan.
Akibat kerusakan sirkulasi, oksigenisasi pada jaringan-jaringan ini
menjadi tidak adekuat sehingga terjadi nekrosis, yang dalam beberapa hari
diikuti dengan pembentukan fistula. Fistula dapat berubah vesiko-vaginal
(diantara kandung kemih dan vagina), vesiko-servikal (diantara kandung
kemih dan serviks) atau rekto-vaginal (berada diantara rektum dan
vagina). Fistula umumnya terbentuk setelah kala II persalinan yang sangat
lama dan biasanya terjadi yang tidak dilakukan intervensi. Ruptur uterus
menyebabkan angka kematian ibu berkisar 3-15% dan angka kematian
bayi berkisar 50%.
Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir
keluar, janin akan didorong ke segmen bawah rahim melalui kontraksi.
Jika kontraksi berlanjut, segmen bawah rahim akan merengang sehingga
menjadi berbahaya menipis dan mudah ruptur. Namun demikian kelelahan
uterus dapat terjadi sebelum segmen bawah rahim meregang, yang
menyebabkan kontraksi menjadi lemah atau berhenti sehingga ruptur
uterus berkurang.
Ruptur uterus lebih sering terjadi pada multipara jarang terjadi,
pada nulipara terutama jika uterus melemah karena jaringan parut akibat
14
riwayat seksio caesarea. Ruptur uterus menyebabkan hemoragi dan syok,
bila tidak dilakukan penanganan dapat berakibat fatal.
e. Perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit kepala
bayi
Akibat tekanan dari tulang-tulang pelvis, kaput suksedaneum
yang besar atau pembengkakan kulit kepala sering kali terbentuk pada
bagian kepala yang paling dependen dan molase (tumpang tindih tulang-
tulang kranium) pada kranium janin mengakibatkan perubahan pada
bentuk kepala.
Selain itu dapat terjadi sefalhematoma atau penggumpalan darah
di bawah batas tulang kranium, terjadi setelah lahir dan dapat membesar
setelah lahir.
f. Kematian Janin
Jika partus tak maju dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam
maka dapat mengakibatkan kematian janin yang disebabkan oleh tekanan
yang berlebihan pada plasenta dan korda umbilikus. Janin yang mati,
belum keluar dari rahim selama 4-5 minggu mengakibatkan pembusukan
sehingga dapat mencetuskan terjadinya koagulasi intravaskuler diseminata
(KID) keadaan ini dapat mengakibatkan hemoragi, syok dan kematian
pada maternal.
15
2.11. Prognosis
prognosis ibu dan bayi yang mengalami partus tak maju akan
lebih baik jika dilakukan tindakan sedini mungkin setelah terdiagnosis
partus tak maju, seperti seksio sesarea, agar mengurangi kemungkinan
fetal death dan penurunan keadaan umum ibu.
16
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : N
Umur : 25 tahun
Suku bangsa : Banten
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : jln kapten tandean, bandar sakti.
Tanggal masuk: 08 Sept 2015
3.2 Anamnesis
Keluhan utama : Tidak kuat mengedan
Telaah : Os datang dengan keadaan lemas (+), pucat (+).
3 hari sebelumnya (5 - 9 - 2015) keluar lendir dari vagina.
6 – 9 – 15 perut os terasa mules – mules selama kurang
lebih 1 jam.
7 – 9 – 2015 keluar darah berwarna merah segar dari
kemaluan.
8 – 9 – 2015 Os pergi ke RSUD dr. H Kumpulan Pane
untuk melakukan USG dan hasilnya post date.
Os di beri obat perangsang yaitu gastrul ½ tablet dan inj.
Sintosinon ½ ampul (IM).
Jam 4 sore perut os mules – mules, keluar darah banyak dan
air ketuban lalu di tolong oleh bidan, di VT pembukaan 9,
kepala sudah turun, tetapi bayi tidak keluar.
Keadaan os sudah lemas dan pucat kemudian di larikan ke
RS diantar oleh bidan dan keluarga.
17
Riwayat Penyakit Terdahulu : Hipertensi (-), DM (-), Jantung (-), Asma (-),
Tumor (-)
Riwayat Penyakit Keluarga : Hipertensi (+), DM (-), Jantung (-), Asma (-),
Tumor (-)
Riwayat Pemakaian Obat : (-)
Riwayat Obstetri
Riwayat Kehamilan : G2P1A0
HPHT : 29 - 11 - 2014
TTP : 06 - 09 – 2015
Riwayat kehamilan
Kehamilan Persalinan Ditolong
oleh
Aterm Berat
Bayi
Lahir
Jenis
Kelamin
ANC
1 PSP Bidan + 3000 gram perempuan Bidan
Hamil ini
Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus haid : 28 hari, teratur
Lama haid : 7 hari dengan 3 kali ganti pembalut
Dismenorrhea : (+)
Riwayat Kontrasepsi
Os menggunakan kontrasepsi pil KB setelah kehamilan pertama, tetapi
nama obat tidak jelas
Riwayat Pernikahan
Perkawinan pertama, umur menikah 20 tahun, dan lama menikah 5 tahun.
3.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit, lemas (+), pucat (+)
Kesadaran : Compos mentis
18
Tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmHg
HR: 80 x/menit, regular
RR: 24 x/menit, torakoabdominal
T : 36,50C
Antropometri : BB : 55 kg
TB : 157 cm
Status Generalisata
Kepala : Normochepali
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-), reflex
cahaya (+/+)
Hidung : Deviasi septum nasi (-)
Telinga : Gangguan pendengaran (-)
Mulut : Bibir sianosis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Thorax :
Inspeksi : Fusiformis, pergerakan dada simetris
Palpasi : Stem Fremitus lapangan paru atas kanan=kiri
Stem Fremitus lapangan paru tengah kanan=kiri
Stem Fremitus lapangan paru bawah kanan=kiri
Perkusi : Lapangan paru atas sonor kanan=kiri
Lapangan paru tengah sonor kanan, kiri beda
Lapangan paru bawah sonor kanan, kiri beda
Auskultasi : Lapangan paru atas vesikuler kanan=kiri
Lapangan paru tengah vesikuler kanan=kiri
Lapangan paru bawah vesikuler kanan=kiri
Suara tambahan : ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : Batas jantung kanan : Linea parasternalis dextra
19
Batas jantung atas : ICR III linea midclavicula sinistra
Batas jantung kiri : 1 jari medial mid clavicula sinistra
Auskultasi : Regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Inspeksi : Perut membesar
Palpasi : Nyeri tekan (+)
Perkusi : TDP
Auskultasi : TDP
Ektremitas : Akral hangat, edema (-)
Status Obstetri
Inspeksi
o Abdomen : membuncit sesuai usia kehamilan
o Vagina ; keluar lendir dan flek darah.
Palpasi
o Leopold I : Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah proc.
xypoideus, teraba bagian lunak janin
o Leopold II : Punggung janin terletak di kiri
o Leopold III : Presentasi janin letak kepala
o Leopold IV : Bagian terbawah janin yang masuk PAP 4/5
o Taksiran Berat Janin : ( 32 cm – 11 ) x 155 gram = 3255 gram
o His : 1x10’10”
o DJJ : 133 x/i
Pemeriksaan dalam
o Inspeksi : keluar lender dan flek darah dari vagina
o Vagina Toucher : Pembukaan 9 cm
o Inspekulo : Tidak dilakukan
3.4 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Darah Rutin
20
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Stuan
Haemoglobin 10,7 11-15 g/dL
Hematokrit 33,0 37-47 %
Leukosit 10.2 4-10 10^9/L
Trombosit 224 150-450 10^9/L
Tes Kehamilan +
3.5 Terapi
Pembedahan : Sectio Caesaria
Medikamentosa :
IVFD RL 20 gtt/menit
Inf. Metronidazole 1 fls/8jam
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12jam
Inj. Kalnex 1 amp/8jam
Inj. Ranitidin 1 amp/8jam
Inj. Ketorolac 1 amp/8jam
Inj. Ondansetron 1 x
3.6 Diagnosis
Partus tak maju + secondarygravida
3.7 Laporan Pembedahan
Tanggal operasi : 08 September 2015
Diagnosa pra bedah : PTM + SG + KDR (post date) + AH + LK
Diagnosa pasca bedah : PTM + SG + KDR (post date) + AH + LK
Tindakan : Sectio Caesaria
21
Uraian Pembedahan
Pasien dibaringkan dimeja operasi dengan kateter dan infus terpasang dengan
baik. Dilakukan asepsis antiseptic dilapangan anastesi dan dilakukan spinal
anatesi. Dilakukan asepsis antiseptic dilapangan operasi kemudian ditutup dengan
doek steril kecuali lapangan operasi. Dilakukan insisi fanenstiel lapis demi lapis
(kutis, subkutis, fascia, otot dan peritoneum). Dimasukkan 2 doek steril,
ditemukan uterus gravida. Ditemukan kepala dan tubuh bayi, dilahirkan bayi
dengan ;
Jenis Kelamin Berat Badan Panjang Badan APGAR Score
Laki-laki 3.200 gr 49 cm 7 – 8
Kemudian dikeluarkan plasenta dengan cara manual, disuntikkan oksitosin secara
intra mural. Uterus dijahit secara two layers dan 2 doek steril dikeluarkan. Cavum
abdomen di cuci dan dibersihkan, kemudian dilakukan jahit lapis demi lapis
(kutis, subkutis, fascia, otot dan peritoneum). Bekas luka dibersihkan dengan
antiseptic dan di tutup dengan kassa steril dan hipafix.
Follow Up
Tanggal 9
september 2015
Sens : Compos
Mentis
TD : 120/80 mmHg
HR : 88 x/i
RR : 24 x/i
T : 36,5 c
KU :
- Nyeri post op
(+)
- Keluar darah
dari vagina (+)
- TFU sejajar
umbilicus
- Flatus (+)
- Peristaltik (+)
- BAK (+)
- BAB (-)
Th :
IVFD RL 20 gtt/i
Inf. Metronidazole 1
fls
Inj. Ceftriaxone 1
gr / 12j
Inj. Gentamicin 1
amp / 12 j
Inj. Ranitidine 1 amp
/ 8 j
Inj. Kalnex 1 amp / 8
22
j
Inj. Ketorolac 1
amp / 8 j
Inj. Ondansetron 1 x
Tanggal 10
september 2015
Sens : Compos
Mentis
TD : 120/70 mmHg
HR : 80x/i
RR : 24x/i
T : 36,4 c
KU :
- Nyeri post op
(+)
- Keluar darah
dari vagina (+)
- TFU sejajar
umbilicus
- Flatus (+)
- Peristaltik (+)
- BAK (+)
- BAB (-)
Th :
IVFD RL 20 gtt/i
Inf. Metronidazole 1
fls
Inj. Ceftriaxone 1
gr / 12j
Inj. Gentamicin 1
amp / 12 j
Inj. Ranitidine 1 amp
/ 8 j
Inj. Kalnex 1 amp / 8
j
Inj. Ketorolac 1
amp / 8 j
Tanggal 11
september 2015
Sens : Compos
Mentis
TD : 120/80 mmHg
HR : 80x/i
RR : 20x/i
T : 36,6 c
KU :
- Nyeri post op
(+)
- Keluar darah
dari vagina (+)
- TFU 2 jari
dibawah
umbilicus
- Flatus (+)
- Peristaltik (+)
Th :
IVFD RL 20 gtt/i
Inf. Metronidazole 1
fls
Inj. Ceftriaxone 1
gr / 12j
Inj. Gentamicin 1
amp / 12 j
Inj. Ranitidine 1 amp
/ 8 j
23
- BAK (+)
- BAB (-)
Inj. Kalnex 1 amp / 8
j
Inj. Ketorolac 1
amp / 8 j
KESIMPULAN
Persalinan adalah proses fisiologik dimana uterus mengeluarkan atau berupaya
mengeluarkan janin dan plasenta setelah masa kehamilan 20 minggu atau lebih
dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan
atau tanpa bantuan.
Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Persalinan ditentukan oleh 5 faktor “P” utama, yaitu :
1. Power
2. Passage
3. Passanger
24
4. Psikis ibu
5. Penolong
Partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak
menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala, dan putar paksi
dalam selama 2 jam terakhir. Partus tak maju dapat disebabkan oleh kelainan letak
janin, kelainan panggul, kelainan his, pimpinan partus yang salah, janin besar,
primitua, dan ketuban pecah dini. (Mochtar, 1998).
Penyebab Partus Tak Maju :
1. Kelainan his
2. Disproporsi sefalopelvic
3. Persentasi yang abnormal
4. Analgesia epidural
5. Abnormalitas pada janin
6. Abnormalitas pada janin
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Mochtar, R. (1998). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
2. American College of Obstetricians and Gynecologist. Distocia. Technical Bulletin No. 137, Desember 1989
3. Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu Kebidanan, Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
4. Cunningham, F.G. (2005). Obstetri Williams. Jakarta: EGC. Edisi: 215. World Health Organization. Partographic management of labour. Lancet
1994; 343; 13996. https://ml.scribd.com/doc/150374273/partus-tak-maju
26