bab i partus tak maju.docx

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1. latar belakang Angka kematian di Indonesia masih tinggi bila dibandingkan dengan negara di Asia Tenggara seperti Singapura, Thailand dan Malaysia. Banyak faktor yang mempengaruhi tingginya angka kematian ibu dan bayi, diantaranya status kesehatan ibu, keadaan sosial ekonomi dan budaya. Menurut Saifudin, 90% kematian ibu terjadi disaat persalinan dan penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetrik yang sering tidak dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya perdarahan, partus lama atau partus tak maju. Deteksi dini pada tiap kemajuan persalinan dan pencegahan partus lama bermakna dapat menurunkan resiko terjadinya sepsis, perdarahan pasca persalinan, ruptur uteri dengan segala akibatnya. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih menjadi persoalan yang sangat penting untuk dijadikan prioritas masalah. Berdasarkan data dari Survey Kesehatan PropinsiJawa Tengah 2007, diperoleh data bahwa dalam setiap jam terdapat 2 orang ibu meninggal dunia, karena kehamilan, persalinan, dan nifas. 1

Upload: ayu-ayu-ayu

Post on 03-Feb-2016

61 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I partus tak maju.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. latar belakang

Angka kematian di Indonesia masih tinggi bila dibandingkan dengan

negara di Asia Tenggara seperti Singapura, Thailand dan Malaysia. Banyak faktor

yang mempengaruhi tingginya angka kematian ibu dan bayi, diantaranya status

kesehatan ibu, keadaan sosial ekonomi dan budaya.

Menurut Saifudin, 90% kematian ibu terjadi disaat persalinan dan

penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetrik yang sering tidak dapat

diperkirakan sebelumnya, misalnya perdarahan, partus lama atau partus tak maju.

Deteksi dini pada tiap kemajuan persalinan dan pencegahan partus lama bermakna

dapat menurunkan resiko terjadinya sepsis, perdarahan pasca persalinan, ruptur

uteri dengan segala akibatnya.

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih menjadi persoalan

yang sangat penting untuk dijadikan prioritas masalah. Berdasarkan data dari

Survey Kesehatan PropinsiJawa Tengah 2007, diperoleh data bahwa dalam setiap

jam terdapat 2 orang ibu meninggal dunia, karena kehamilan, persalinan, dan

nifas.

Kebijakan Depertemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan

AKI mengacu pada intervensi strategi 4 pilar safe motherhood, dimana pada pilar

ketiga adalah persalinan yang bersih dan aman.

Jenis Persalinan

Adapun menurut proses berlangsungnya persalinan dibedakan menjadi berikut:

Persalinan spontan, adalah bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan

kekuatan ibu sendiri melalui jalan lahir ibu tersebut.

1

Page 2: BAB I partus tak maju.docx

Persalinan buatan, adalah bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar

misalnya ekstraksi forcep, atau operasi section caesaria.

Persalinan anjuran, adalah persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi

baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, atau pemberian rangsangan.

Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Persalinan ditentukan oleh 5 faktor “P” utama, yaitu :

1. Power Kekuatan yang mendorong janin keluar yaitu: his, kontraksi

otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament, dengan

kerjasama yang baik dan sempurna selain itu juga tenaga meneran dari ibu.

2. Passage Keadaan jalan lahir meliputi: ukuran panggul, rentang SBR

(pembukaan),  kapasitas regangan saluran vagina dan introitus vagina, dan

keadaan perineum dan dasar panggul

3. Passanger Keadaan janin atau factor janin yang meliputi: sikap janin,

letak janin, presentasi janin,bagian terbawah, dan posisi janin.

4. Psikis ibu Kesiapan ibu dalam menghadapi persalinan.

5. Penolong Keterampilan penolong dalam memberikan asuhan sesuai

dengan standard yang ada.

2

Page 3: BAB I partus tak maju.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Partus Tak Maju

Partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat

yang tidak menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya

kepala, dan putar paksi dalam selama 2 jam terakhir. Partus tak maju dapat

disebabkan oleh kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan his,

pimpinan partus yang salah, janin besar, primitua, dan ketuban pecah dini.

(Mochtar, 1998)

Menurut American College of Obstetricians and Ginecologist, agar

dikatakan partus tak maju harus memenuhi syarat fase laten telah selesai,

dengan serviks membuka 4cm atau lebih, dan sudah terjadi pola kontraksi

uterus sebesar 200 satuan Montevideo atau lebih dalam periode 10 menit

selama 2 jam tanpa perubahan pada serviks.

2.2. Epidemiologi Partus Tak Maju

Penelitian Gessesssew dan Mesfin di RS Adigrat Zonal tahun 2001

diperoleh 195 kasus partus tak maju, 114 kasus terjadi pada wanita usia

20-34 tahun dengan proporsi 58,4%, 60 kasus terjadi pada wanita usia >

34 tahun dengan proporsi 30,8% dan 21 kasus terjadi pada wanita usia <

20 tahun dengan proporsi 10,8%.

3

Page 4: BAB I partus tak maju.docx

2.3. Etiologi dan Faktor Risiko

Pada dasarnya, penyebab atau etiologi dari partus tak maju dapat

dibagi menjadi tiga kategori, yaitu, kelainan kekuatan (power), kelainan

yang melibatkan janin (passenger) dan kelainan jalan lahir (passage).

a. Kelainan HIS

Kemajuan persalinan sangat dipengaruhi oleh kontraksi uterus,

dimana pada kala dua diperkuat oleh kerja otot volunteer dan involunter

dinding abdomen. Jika intensitas kedua factor ini kurang, maka persalinan

akan melambat atau terhenti. Kelainan HIS ditandai oleh kontraksi jarang

dengan intensitas rendah. Secara umum, kemajuan yang progresif dan

spontan menuju pembukaan lengkap menunjukkan bahwa pelahiran per

vaginam kemungkinan akan berhasil.

1. Inertia uteri

Inertia uteri adalah salah satu distosia oleh karena kelainan tenaga.

Dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

o Inertia uteri primer adalah his lemah dari permulaan persalinan

o Inertia uteri sekunder adalah mula-mula his baik tapi kemudian

menjadi lemas karena otot-otot rahim lelah sehingga kontraksi

rahim menjadi lemah, jarang serta tidak teratur dan dapat berhenti

sama sekali.

2. Kekuatan HIS yang tidak terkoordinasi

Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan

bawah, tidak adanya dominasi fundal akan membuat persalinan tidak

4

Page 5: BAB I partus tak maju.docx

berjalan lancar. Dengan tidak adanya koordinasi seperti ini maka tonus

otot terus meningkat sehingga mengakibatkan rasa nyeri yang terus

menerus dan hipoksia janin.

Terkadang pada persalinan kala 1 fase aktif terdapat usaha-usaha

ibu untuk meneran tanpa sadar akibat adanya kontraksi uterus hal inilah

yang mengakibatkan terjadinya edema pada genitalia sehingga partus tak

maju dapat terjadi.

b. Disproporsi sefalopelvik

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan

persalinan, tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan

panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul

ibu menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak.

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk

melewati panggul. Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan

kontraksi uterus yang efisien, letak, presentasi, kedudukan janin yang

menguntungkan dan kemampuan kepala janin untuk mengadakan molase.

Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek, kedudukan abnormal,

ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat menyebabkan

persalinan normal tidak mungkin.

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari

pelvis, hal ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin

melewati pelvis dengan selamat. Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit

dengan ukuran kepala janin normal, atau pelvis normal dengan janin besar

5

Page 6: BAB I partus tak maju.docx

atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis sempit. Disproporsi

sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan 37 minggu

karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai ukuran

lahir normal.

Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi :

1. Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan,

relaksasi sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat

memungkinkan berlangsungnya kelahiran pervaginam).

2. Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok

lanjutan ini memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi).

3. Definit (ini berarti pelvis sempit, bentuk kepala abnormal atau

janin mempunyai ukuran besar yang abnormal, misalnya

hidrosefalus, operasi diperlukan pada kelahiran ini).

c. Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior

dan kepala yang sulit lahir pada presentasi bokong.

1. Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah

antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi

merupakan bagian terendah. Presentasi dahi terjadi karena

ketidakseimbangan kepala dengan panggul, saat persalinan kepala

janin tidak dapat turun ke dalam rongga panggul sehingga persalinan

6

Page 7: BAB I partus tak maju.docx

menjadi lambat dan sulit. Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan

dengan kondisi normal kecuali bila bayi kecil atau pelvis luas,

persalinan dilakukan dengan tindakan caesarea.

2. Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung

melebar dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian

terbawah anak pada pintu atas panggul menjelang persalinan. Bila

pasien berada pada persalinan lanjut setelah ketuban pecah, bahu

dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau

lengan keluar dari vagina.

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak

lurus atau pada sudut akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang

terjadi pada letak melintang. Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi

dengan dinding abdomen dan otot uterus kendur, prematuritas,

obstruksi panggul.

3. Presentasi Muka

Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi sehingga

oksiput menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian

terendah. Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala, bila

pelvis sempit atau janin sangat besar. Pada wanita multipara,

terjadinya presentasi muka karena abdomen yang menggantung yang

menyebabkan punggung janin menggantung ke depan atau ke lateral,

seringkali mengarah kearah oksiput.

7

Page 8: BAB I partus tak maju.docx

d. Analgesia epidural

Analgesia epidural dapat menyebabkan memanjangnya persalinan

kala satu dan kala dua serta memperlambat penurunan janin.

e. abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya :

Hidrosefalus, pertumbuhan janin lebih besar dari 4.000 gram, bahu

yang lebar dan kembar siam .

f. .Abnormalitas sistem reproduksi

sistem reproduksi misalnya tumor pelvis, stenosis vagina

kongenital, perineum kaku dan tumor vagina.Abnormalitas

2.4. Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya partus lama, dapat diterangkan dengan

memahami proses yang terjadi pada jalan lahir saat akhir kehamilan dan

saat akhir persalinan. Dengan memahaminya, kita dapat mengetahui dan

memperkirakan faktor apa saja yang menyebabkan terhambatnya

persalinan. Pada akhir kehamilan, kepala janin akan melewati jalan lahir,

segmen bawah rahim yang cukup tebal dan serviks yang belum membuka.

Jaringan otot di fundus masih belum berkontraksi dengan kuat. Setelah

pembukaan lengkap, hubungan mekanis antara ukuran kepala janin, posisi

dan kapasitas pelvis yang disebut proporsi fetopelvik

( fetopelvic proportion) menjadi semakin nyata seraya janin turun.

Abnormalitas dalam proporsi fetopelvik, biasanya akan semakin nyata saat

kala II persalinan dimulai.

8

Page 9: BAB I partus tak maju.docx

2.5. Diagnosis

Diagnosis partus lama dan partus macet menurut American College

of Obstricians and Gynecologist dapat dilihat dari table berikut:

Pola Persalinan Nulipara Multipara

Persalinan Lama

Pembukaan

Penurunan Kepala

< 1,2 cm/jam

<1,0 cm/jam

< 1,5 cm/jam

< 2,0 cm/jam

Persalinan Macet (Tak Maju)

Pembukaan

Penurunan Kepala

> 2 jam

> 1 jam

> 2 jam

> 1 jam

Pemeriksaan CTG guna menilai:

1)        Kesejahteraan Janin

2)        Frekuensi dan kekuatan kontraksi

Sebelum didiagnosis partus tak maju selama kala 1 harus memenuhi

kriteria sebagai berikut:

1. Dilatasi serviks sudah lebih dari 4 cm

2. His adekuat selama 2 jam tanpa diikuti dengan perubahan pada

serviks

3. Bagian terbawah tidak terdapat penurunan

2.6. Penilaian klinik

Pada kasus persalinan macet/tidak maju akan ditemukan tanda-

tanda kelelahan fisik dan mental yang dapat diobservasi dengan :

9

Page 10: BAB I partus tak maju.docx

a. Dehidrasi dan Ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering)

b. Demam

c. Nyeri abdomen

d. Syok (nadi cepat, anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat, tekanan

darah rendah) syok dapat disebabkan oleh ruptur uterus atau

sepsis.Gejala diatas sangat mirip dengan kondisi normal yang sering

lolos dari kewaspadaan tenaga medis.

e. Edema serviks

f. Edema vulva

g. Cairan ketuban berbau

Kriteria partus tak maju dapat diketahui dengan menilai pembukaan

dan penurunan kepala pada saat proses persalinan dengan menggunakan

tabel American College of Obstricians and Gynecologist, yaitu jika tidak

terjadi pembukaan selama lebih dari 2 jam pada nulipara dan multipara,

atau jika tidak ada penurunan bagian bawah janin selama lebih dari 1 jam

pada nuli para dan multipara yang dapat dinilai dari pemeriksaan dalam

(vaginal touche).

2.7. Pencegahan

a.       Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan teratur

b.      Melakukan pemeriksaan USG untuk menilai presentasi bawah janin

dan kelainan janin yang mungkin terjadi sehingga penyulit persalinan

dapat diketahui secara dini.

10

Page 11: BAB I partus tak maju.docx

c.       Memberikan nasehat tentang gizi saat kehamilan, agar mengurangi

kemungkinan terjadinya kelainan janin.

d. Memberikan anjuran untuk tidak hamil terlalu muda atau terlalu tua.

e. Cegah infeksi saluran kencing

f. Berikan makanan ibu yang baik, cukup lemak , dan protein

2.8. Penanganan Umum

Prinsip penanganan partus tak maju dengan melakukan evaluasi

keadaan umum ibu, dan keadaan janin. Adapun  hal yang perlu diketahui

dalam penanganan  umum partus tak maju adalah :

a. Mengetahi kemungkinan ukuran panggul ibu (pintu atas panggul).

b. Keadaan umum ibu, kelelahan atau tidak, adanya tanda-tanda syok.

c. Kondisi janin (jumlahnya, letak / presentasi, taksiran berat janin,

hidup/gawat janin/mati, kelainan kongenital dan sebagainya dengan

USG)

d. Letak plasenta perlu diketahui untuk mengantisipasi irisan sectio

cesarea

2.9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan partus tak maju tergantung pada etiologi yang

menyebabkanya,

a. Pemanjangan fase laten akibat pemberian sedasi atau analgesik yang

berlebihan dan terlampau dini akan berakhir setelah efek obat mereda

11

Page 12: BAB I partus tak maju.docx

b. Partus tak maju akibat dari disproporsi kepala panggul harus segera

dilakukan tindakan seksio sesarea karena jika dipaksa dengan partus

normal akan terjadi cedera otot dasar panggul, dan cedera kepala janin.

c. Partus tak maju akibat dari kelainan his dapat dibantu dengan induksi

persalinan seperti pemberian infuse oksitosin untuk membantu

memperkuat his, namun harus dipantai keadaan janinya, jika terjadi

fetal distress harus segera dilakukan tindakan seksio sesarea.

2.10. Komplikasi

a. Ketuban pecah dini

Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup

dengan sempurna oleh janin ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil.

Bila kepala tertahan pada pintu atas panggul, seluruh tenaga dari uterus

diarahkan ke bagian membran yang menyentuh os internal, akibatnya

ketuban pecah dini lebih mudah terjadi.

b. Pembukaan serviks yang abnormal

Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama sekali

karena kepala janin tidak dapat turun dan menekan serviks. Pada saat yang

sama, dapat terjadi edema serviks sehingga kala satu persalinan menjadi

lama. Namun demikian kala satu dapat juga normal atau singkat, jika

kemacetan persalinan terjadi hanya pada pintu bawah panggul. Dalam

kasus ini hanya kala dua yang menjadi lama. Persalinan yang lama

menyebabkan ibu mengalami ketoasidosis dan dehidrasi.

12

Page 13: BAB I partus tak maju.docx

Seksio caesaria perlu dilakukan jika serviks tidak berdilatasi.

Sebaliknya, jika serviks berdilatasi secara memuaskan, maka ini biasanya

menunjukan bahwa kemacetan persalinan telah teratasi dan kelahiran

pervaginam mungkin bisa dilaksanakan (bila tidak ada kemacetan pada

pintu bawah panggul).

c. Bahaya ruptur uterus

Ruptur uterus, terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan

salah satu dari kedaruratan obstetrik yang berbahaya dan hasil akhir dari

partus tak maju yang tidak dilakukan intervensi. Ruptur uterus

menyebabkan angka kematian ibu berkisar 3-15% dan angka kematian

bayi berkisar 50%. Bila membran amnion pecah dan cairan amnion

mengalir keluar, janin akan didorong ke segmen bawah rahim melalui

kontraksi. Jika kontraksi berlanjut, segmen bawah rahim akan merengang

sehingga menjadi berbahaya menipis dan mudah ruptur. Namun demikian

kelelahan uterus dapat terjadi sebelum segmen bawah rahim meregang,

yang menyebabkan kontraksi menjadi lemah atau berhenti sehingga ruptur

uterus berkurang.

Ruptur uterus lebih sering terjadi pada multipara jarang terjadi,

pada nulipara terutama jika uterus melemah karena jaringan parut akibat

riwayat seksio caesarea. Ruptur uterus menyebabkan hemoragi dan syok,

bila tidak dilakukan penanganan dapat berakibat fatal.

13

Page 14: BAB I partus tak maju.docx

d. Fistula

Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka

sebagian kandung kemih, serviks, vagina, rektum terperangkap diantara

kepala janin dan tulang-tulang pelvis mendapat tekanan yang berlebihan.

Akibat kerusakan sirkulasi, oksigenisasi pada jaringan-jaringan ini

menjadi tidak adekuat sehingga terjadi nekrosis, yang dalam beberapa hari

diikuti dengan pembentukan fistula. Fistula dapat berubah vesiko-vaginal

(diantara kandung kemih dan vagina), vesiko-servikal (diantara kandung

kemih dan serviks) atau rekto-vaginal (berada diantara rektum dan

vagina). Fistula umumnya terbentuk setelah kala II persalinan yang sangat

lama dan biasanya terjadi yang tidak dilakukan intervensi. Ruptur uterus

menyebabkan angka kematian ibu berkisar 3-15% dan angka kematian

bayi berkisar 50%.

Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir

keluar, janin akan didorong ke segmen bawah rahim melalui kontraksi.

Jika kontraksi berlanjut, segmen bawah rahim akan merengang sehingga

menjadi berbahaya menipis dan mudah ruptur. Namun demikian kelelahan

uterus dapat terjadi sebelum segmen bawah rahim meregang, yang

menyebabkan kontraksi menjadi lemah atau berhenti sehingga ruptur

uterus berkurang.

Ruptur uterus lebih sering terjadi pada multipara jarang terjadi,

pada nulipara terutama jika uterus melemah karena jaringan parut akibat

14

Page 15: BAB I partus tak maju.docx

riwayat seksio caesarea. Ruptur uterus menyebabkan hemoragi dan syok,

bila tidak dilakukan penanganan dapat berakibat fatal.

e. Perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit kepala

bayi

Akibat tekanan dari tulang-tulang pelvis, kaput suksedaneum

yang besar atau pembengkakan kulit kepala sering kali terbentuk pada

bagian kepala yang paling dependen dan molase (tumpang tindih tulang-

tulang kranium) pada kranium janin mengakibatkan perubahan pada

bentuk kepala.

Selain itu dapat terjadi sefalhematoma atau penggumpalan darah

di bawah batas tulang kranium, terjadi setelah lahir dan dapat membesar

setelah lahir.

f. Kematian Janin

Jika partus tak maju dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam

maka dapat mengakibatkan kematian janin yang disebabkan oleh tekanan

yang berlebihan pada plasenta dan korda umbilikus. Janin yang mati,

belum keluar dari rahim selama 4-5 minggu mengakibatkan pembusukan

sehingga dapat mencetuskan terjadinya koagulasi intravaskuler diseminata

(KID) keadaan ini dapat mengakibatkan hemoragi, syok dan kematian

pada maternal.

15

Page 16: BAB I partus tak maju.docx

2.11. Prognosis

prognosis ibu dan bayi yang mengalami partus tak maju akan

lebih baik jika dilakukan tindakan sedini mungkin setelah terdiagnosis

partus tak maju, seperti seksio sesarea, agar mengurangi kemungkinan

fetal death dan penurunan keadaan umum ibu.

16

Page 17: BAB I partus tak maju.docx

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : N

Umur : 25 tahun

Suku bangsa : Banten

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : jln kapten tandean, bandar sakti.

Tanggal masuk: 08 Sept 2015

3.2 Anamnesis

Keluhan utama : Tidak kuat mengedan

Telaah : Os datang dengan keadaan lemas (+), pucat (+).

3 hari sebelumnya (5 - 9 - 2015) keluar lendir dari vagina.

6 – 9 – 15 perut os terasa mules – mules selama kurang

lebih 1 jam.

7 – 9 – 2015 keluar darah berwarna merah segar dari

kemaluan.

8 – 9 – 2015 Os pergi ke RSUD dr. H Kumpulan Pane

untuk melakukan USG dan hasilnya post date.

Os di beri obat perangsang yaitu gastrul ½ tablet dan inj.

Sintosinon ½ ampul (IM).

Jam 4 sore perut os mules – mules, keluar darah banyak dan

air ketuban lalu di tolong oleh bidan, di VT pembukaan 9,

kepala sudah turun, tetapi bayi tidak keluar.

Keadaan os sudah lemas dan pucat kemudian di larikan ke

RS diantar oleh bidan dan keluarga.

17

Page 18: BAB I partus tak maju.docx

Riwayat Penyakit Terdahulu : Hipertensi (-), DM (-), Jantung (-), Asma (-),

Tumor (-)

Riwayat Penyakit Keluarga : Hipertensi (+), DM (-), Jantung (-), Asma (-),

Tumor (-)

Riwayat Pemakaian Obat : (-)

Riwayat Obstetri

Riwayat Kehamilan : G2P1A0

HPHT : 29 - 11 - 2014

TTP : 06 - 09 – 2015

Riwayat kehamilan

Kehamilan Persalinan Ditolong

oleh

Aterm Berat

Bayi

Lahir

Jenis

Kelamin

ANC

1 PSP Bidan + 3000 gram perempuan Bidan

Hamil ini

Riwayat Menstruasi

Menarche : 13 tahun

Siklus haid : 28 hari, teratur

Lama haid : 7 hari dengan 3 kali ganti pembalut

Dismenorrhea : (+)

Riwayat Kontrasepsi

Os menggunakan kontrasepsi pil KB setelah kehamilan pertama, tetapi

nama obat tidak jelas

Riwayat Pernikahan

Perkawinan pertama, umur menikah 20 tahun, dan lama menikah 5 tahun.

3.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit, lemas (+), pucat (+)

Kesadaran : Compos mentis

18

Page 19: BAB I partus tak maju.docx

Tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmHg

HR: 80 x/menit, regular

RR: 24 x/menit, torakoabdominal

T : 36,50C

Antropometri : BB : 55 kg

TB : 157 cm

Status Generalisata

Kepala : Normochepali

Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-), reflex

cahaya (+/+)

Hidung : Deviasi septum nasi (-)

Telinga : Gangguan pendengaran (-)

Mulut : Bibir sianosis (-)

Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)

Thorax :

Inspeksi : Fusiformis, pergerakan dada simetris

Palpasi : Stem Fremitus lapangan paru atas kanan=kiri

Stem Fremitus lapangan paru tengah kanan=kiri

Stem Fremitus lapangan paru bawah kanan=kiri

Perkusi : Lapangan paru atas sonor kanan=kiri

Lapangan paru tengah sonor kanan, kiri beda

Lapangan paru bawah sonor kanan, kiri beda

Auskultasi : Lapangan paru atas vesikuler kanan=kiri

Lapangan paru tengah vesikuler kanan=kiri

Lapangan paru bawah vesikuler kanan=kiri

Suara tambahan : ronkhi (-), wheezing (-)

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba

Perkusi : Batas jantung kanan : Linea parasternalis dextra

19

Page 20: BAB I partus tak maju.docx

Batas jantung atas : ICR III linea midclavicula sinistra

Batas jantung kiri : 1 jari medial mid clavicula sinistra

Auskultasi : Regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Inspeksi : Perut membesar

Palpasi : Nyeri tekan (+)

Perkusi : TDP

Auskultasi : TDP

Ektremitas : Akral hangat, edema (-)

Status Obstetri

Inspeksi

o Abdomen : membuncit sesuai usia kehamilan

o Vagina ; keluar lendir dan flek darah.

Palpasi

o Leopold I : Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah proc.

xypoideus, teraba bagian lunak janin

o Leopold II : Punggung janin terletak di kiri

o Leopold III : Presentasi janin letak kepala

o Leopold IV : Bagian terbawah janin yang masuk PAP 4/5

o Taksiran Berat Janin : ( 32 cm – 11 ) x 155 gram = 3255 gram

o His : 1x10’10”

o DJJ : 133 x/i

Pemeriksaan dalam

o Inspeksi : keluar lender dan flek darah dari vagina

o Vagina Toucher : Pembukaan 9 cm

o Inspekulo : Tidak dilakukan

3.4 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Darah Rutin

20

Page 21: BAB I partus tak maju.docx

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Stuan

Haemoglobin 10,7 11-15 g/dL

Hematokrit 33,0 37-47 %

Leukosit 10.2 4-10 10^9/L

Trombosit 224 150-450 10^9/L

Tes Kehamilan +

3.5 Terapi

Pembedahan : Sectio Caesaria

Medikamentosa :

IVFD RL 20 gtt/menit

Inf. Metronidazole 1 fls/8jam

Inj. Ceftriaxone 1 gr/12jam

Inj. Kalnex 1 amp/8jam

Inj. Ranitidin 1 amp/8jam

Inj. Ketorolac 1 amp/8jam

Inj. Ondansetron 1 x

3.6 Diagnosis

Partus tak maju + secondarygravida

3.7 Laporan Pembedahan

Tanggal operasi : 08 September 2015

Diagnosa pra bedah : PTM + SG + KDR (post date) + AH + LK

Diagnosa pasca bedah : PTM + SG + KDR (post date) + AH + LK

Tindakan : Sectio Caesaria

21

Page 22: BAB I partus tak maju.docx

Uraian Pembedahan

Pasien dibaringkan dimeja operasi dengan kateter dan infus terpasang dengan

baik. Dilakukan asepsis antiseptic dilapangan anastesi dan dilakukan spinal

anatesi. Dilakukan asepsis antiseptic dilapangan operasi kemudian ditutup dengan

doek steril kecuali lapangan operasi. Dilakukan insisi fanenstiel lapis demi lapis

(kutis, subkutis, fascia, otot dan peritoneum). Dimasukkan 2 doek steril,

ditemukan uterus gravida. Ditemukan kepala dan tubuh bayi, dilahirkan bayi

dengan ;

Jenis Kelamin Berat Badan Panjang Badan APGAR Score

Laki-laki 3.200 gr 49 cm 7 – 8

Kemudian dikeluarkan plasenta dengan cara manual, disuntikkan oksitosin secara

intra mural. Uterus dijahit secara two layers dan 2 doek steril dikeluarkan. Cavum

abdomen di cuci dan dibersihkan, kemudian dilakukan jahit lapis demi lapis

(kutis, subkutis, fascia, otot dan peritoneum). Bekas luka dibersihkan dengan

antiseptic dan di tutup dengan kassa steril dan hipafix.

Follow Up

Tanggal 9

september 2015

Sens : Compos

Mentis

TD : 120/80 mmHg

HR : 88 x/i

RR : 24 x/i

T : 36,5 c

KU :

- Nyeri post op

(+)

- Keluar darah

dari vagina (+)

- TFU sejajar

umbilicus

- Flatus (+)

- Peristaltik (+)

- BAK (+)

- BAB (-)

Th :

IVFD RL 20 gtt/i

Inf. Metronidazole 1

fls

Inj. Ceftriaxone 1

gr / 12j

Inj. Gentamicin 1

amp / 12 j

Inj. Ranitidine 1 amp

/ 8 j

Inj. Kalnex 1 amp / 8

22

Page 23: BAB I partus tak maju.docx

j

Inj. Ketorolac 1

amp / 8 j

Inj. Ondansetron 1 x

Tanggal 10

september 2015

Sens : Compos

Mentis

TD : 120/70 mmHg

HR : 80x/i

RR : 24x/i

T : 36,4 c

KU :

- Nyeri post op

(+)

- Keluar darah

dari vagina (+)

- TFU sejajar

umbilicus

- Flatus (+)

- Peristaltik (+)

- BAK (+)

- BAB (-)

Th :

IVFD RL 20 gtt/i

Inf. Metronidazole 1

fls

Inj. Ceftriaxone 1

gr / 12j

Inj. Gentamicin 1

amp / 12 j

Inj. Ranitidine 1 amp

/ 8 j

Inj. Kalnex 1 amp / 8

j

Inj. Ketorolac 1

amp / 8 j

Tanggal 11

september 2015

Sens : Compos

Mentis

TD : 120/80 mmHg

HR : 80x/i

RR : 20x/i

T : 36,6 c

KU :

- Nyeri post op

(+)

- Keluar darah

dari vagina (+)

- TFU 2 jari

dibawah

umbilicus

- Flatus (+)

- Peristaltik (+)

Th :

IVFD RL 20 gtt/i

Inf. Metronidazole 1

fls

Inj. Ceftriaxone 1

gr / 12j

Inj. Gentamicin 1

amp / 12 j

Inj. Ranitidine 1 amp

/ 8 j

23

Page 24: BAB I partus tak maju.docx

- BAK (+)

- BAB (-)

Inj. Kalnex 1 amp / 8

j

Inj. Ketorolac 1

amp / 8 j

KESIMPULAN

Persalinan adalah proses fisiologik dimana uterus mengeluarkan atau berupaya

mengeluarkan janin dan plasenta setelah masa kehamilan 20 minggu atau lebih

dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan

atau tanpa bantuan.

Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Persalinan ditentukan oleh 5 faktor “P” utama, yaitu :

1. Power

2. Passage

3. Passanger

24

Page 25: BAB I partus tak maju.docx

4. Psikis ibu

5. Penolong

Partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak

menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala, dan putar paksi

dalam selama 2 jam terakhir. Partus tak maju dapat disebabkan oleh kelainan letak

janin, kelainan panggul, kelainan his, pimpinan partus yang salah, janin besar,

primitua, dan ketuban pecah dini. (Mochtar, 1998).

Penyebab Partus Tak Maju :

1. Kelainan his

2. Disproporsi sefalopelvic

3. Persentasi yang abnormal

4. Analgesia epidural

5. Abnormalitas pada janin

6. Abnormalitas pada janin

25

Page 26: BAB I partus tak maju.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Mochtar, R. (1998). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.

2. American College of Obstetricians and Gynecologist. Distocia. Technical Bulletin No. 137, Desember 1989

3. Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu Kebidanan, Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

4. Cunningham, F.G. (2005). Obstetri Williams. Jakarta: EGC. Edisi: 215. World Health Organization. Partographic management of labour. Lancet

1994; 343; 13996. https://ml.scribd.com/doc/150374273/partus-tak-maju

26