paper vaksin.docx

11
Mata kuliah : Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Ternak Dosen : Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu H.S., M.Si VAKSINASI PADA AYAM RAS PEDAGING Oleh : Andi Nurul Mukhlisah D151140441 Emafitriani Br Surbakti D151140251

Upload: cacha-nurul-mukhlisah

Post on 08-Nov-2015

216 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Mata kuliah: Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil TernakDosen : Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu H.S., M.Si

VAKSINASI PADA AYAM RAS PEDAGING

Oleh :

Andi Nurul MukhlisahD151140441Emafitriani Br Surbakti D151140251

SEKOLAH PASCASARJANAILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKANINSTITUT PERTANIAN BOGOR2015

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangIndonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Seiring dengan perkembangan teknologi dan pertambahan penduduk meningkatkan pendapatan perkapita penduduk Indonesia, selain itu juga mempengaruhi kebutuhan akan protein. Masyarakat menyadari akan pentingnya protein hewani bagi pertumbuhan jaringan tubuh. Salah satu sumber protein adalah daging ayam broiler. Ditinjau dari nilai gizinya, daging ayam broiler tidak kalah dibandingkan dengan daging ternak lain. Selain itu daging ayam broiler mudah didapatkan dan harganya relatif murah, karena pemeliharannya relatif singkat.Meskipun tingkat konsumsi daging ayam masyarakat Indonesia sudah tinggi, namun belum diiringi dengan kenaikan populasi dan produksi ayam broiler itu sendiri. Hal ini disebabkan karena manajemen pemeliharaan yang belum baik dan efektif. Salah satu kendala dalam pemeliharaan ayam pedaging adalah fluktuasi harga pakan yang tidak menentu. Faktor pakan tersebut tidak bisa diabaikan karena pakan dapat disebut sebagai faktor pembiayaan yang paling penting dalam suatu peternakan ayam pedaging.Manajemen pemeliharaan merupakan pengorganisasian operasi pemeliharaan untuk memberikan informasi mengenai peralatan produksi dan fasilitas industri. Pengorganisasian ini mencakup penerapan dari metode manajemen dan dan memerlukan perhatian yang sistematis. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler antara lain, perkandangan, pemilihan bibit, manajemen pakan, sanitasi dan kesehatan, serta rekording dan pemasaran. Namun pada kenyataannya hanya sebagian kecil dari peternakan rakyat yang sudah menerapkan manajemen pemeliharaan yang sesuai dan diikuti dengan penerapan teknologi. Ini merupakan salah satu hambatan dalam peningkatan populasi ayam broiler. Masalah kesehatan ayam masih merupakan hal utama dalam usaha berternak ayam. Sehingga manajemen sanitasi tetap menjadi syarat mutlak dalam kesehatan kandang yang merupakan kunci pengendalian penyakit. Pemberian vaksinasi semata tanpa dibarengi perbaikan biosekuriti dan sanitasi, tidak akan pernah mampu menekan kejadian dan keparahan suatu penyakit. Dengan demikian pemberian vaksin pada anak ayam harus juga diimbangi dengan pengelolaan biosekuriti dan sanitasi baik dan benar.

B. TujuanMengetahui penanggulangan penyakit pada ayam Broiler dengan menggunakan metode vaksinasi. PEMBAHASAN

A. Ayam BroilerAyam broiler di Indonesia baru dikenal menjelang periode 1980-an, sekalipun galur murninya sudah diketahui pada tahun 1960-an. Akan tetapi, ayam broiler komersial seperti sekarang ini baru populer pada tahun 1980-an ( Rasyaf, 2001). Ayam broiler merupakan hasil teknologi yaitu persilangan antara ayam Cornish dengan Plymouth Rock. Ayam ini memiliki karateristik ekonomis, pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging dengan serat lunak ( Murtidjo. 1987). Menurut Suprijatna et al (2005) Ayam broiler adalah ayam yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur rendah. Dijelaskan lebih lanjut oleh Siregat et al. (1980) bahwa ayam broiler dalam klasifikasinya ekonomi memiliki sifat-sifat antara lain : ukuran badan besar, penuh daging yang berlemak, temperamen tanang, pertumbuhan badan cepat serta efisiensi penggunaan ransum tinggi. Menurut Rasyat (1999) ayam broiler merupakan ayam pedaging yang mengalami pertumbuhan pesat pada umur pada umur 1 5 minggu. Selanjutnya dijelaskan bahwa ayam broiler yang berumur 6 minggu sudah sama besarnya dengan ayam kampung dewasa yang dipelihara selama 8 bulan. Keunggulan ayam broiler tersebut didukung oleh sifat genetic dan keadaan lingkungan yang meliputi makanan, temperatur lingkungan dan pemeliharaan. Ayam broiler merupakan jenis ayam jantan atau betina yang berumur 6 sampai 8 minggu yang dipelihara secara intensif untuk mendapatkan produksi daging yang optimal. Ayam broiler dipasarkan pada umur 6 sampai 7 minggu untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan permintaan daging. Ayam broiler merupakan jenis unggas yang pertumbuhannya cepat pada fase hidup awal, setelah itu pertumbuhan menurun dan akhirnya berhenti akibat pertumbuhan jaringan yang membentuk tubuh. Ayam broiler mempunyai kelebihan dalam pertumbuhan dibandingkan dengan jenis ayam piaraan dalam klasifikasinya, karena ayam broiler mempunyai kecepatan yang sangat tinggi dalam pertumbuhannya. Broiler merupakan jenis ternak yang banyak dikembangkan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan protein hewani, serta dapat menghasilkan daging yang cepat dibandingkan dengan unggas lainnya. Broiler memiliki kelemahan yaitu rentan sekali terhadap serangan penyakit, terutama penyakit yang disebabkan oleh virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini sangat merugikan bagi peternak karena tidak hanya menurunkan produktivitas, bahkan dapat menyebabkan kematian broiler.

B. Program Pencegahan PenyakitSelama pemeliharaan, ternak dapat terserang berbagai penyakit sehingga tidak mampu mencapai produktivitas yang optimal, bahkan dapat menyebabkan kematian. Penyakit yang menyerang ternak dapat disebabkan oleh virus bakteri atau parasit (cacing, cendawan, protozoa, serangga, dan akarid). Secara umum, menurut Surijatna et al. 2008, pencegahan penyakit pada ternak ayam dilakukan dengan enam cara yaitu : saniatsi, pemberian pakan yang cukup sesuai standar kebutuhan, menyediakan lingkungan yang nyaman, kontrol manajemen (tata laksana),program vaksinasi dan kontrol penyakit. Program pencegahan penyakit atau penggunaan obat-obatan/ vitamin, untuk tiap peternak berbeda-beda tergantung kepada jenis penyakit yang sering timbul di peternakan tersebut. Serangan penyakit ini dapat meningkatkan angka kematian. Angka kematian sekitar 5% dari mulai pemeliharaan DOC sampai dipasarkan, masih dianggap cukup berhasil.

C. Manajemen Vaksinasi pada Ayam BroilerVaksinasi merupakan suatu kegiatan memasukkan suatu bibit penyakit mikroorganisme tertentu yang telah dilemahkan ke dalam tubuh ternak dalam rangka menumbuhkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu ( Suprijatna et al. 2008.). Sementara yang dimaksud dengan vaksin adalah suatu produk yang mengandung sejumlah organisme (bibit penyakit) tertentu yang telah dilemahkan. Vaksin dapat mengandung mikroorganisme yang telah mati atau masih hidup. Industri peternakan ayam ras cukup pesat perkembangannya di Indonesia baik peternakan ayam petelur maupun pedaging. Sampai saat ini peternak cukup sulit untuk keluar dari masalah yang ditimbulkan oleh penyakit yang terjadi dalam setiap proses pemeliharaan ayam. Setiap penyakit ini secara ekonomis sangat merugikan karena dampaknya pada gangguan pertumbuhan, kurangnya efisiensi pakan dan kematian yang ditimbulkannya serta meningkatnya biaya pemakaian obat-obatan dan desinfektan. Penyakit yang disebabkan oleh virus yang dapat dikontrol dengan vaksinasi adalah sebagai berikut : Newcastle desease, Infectious bronchitis, Infectious laryngotracheitis, Fowl fox, Avian encephalomyelitis, Gumboro ( infectious bursal desease), Mareks desease ( Suprijatna et al. 2008 ).Sistem imunitas ( kekebalan) yang optimal pada ternak dapat diperoleh jika kegiatan vaksinasi diberikan pada kondisi yang optimal. Kondisi ini terjadi bila vaksin ditanggani, disimpan, dan digunakan secara benar, ayam yang divaksin dalam keadaan sehat, pakan yang tersedia cukup dan memenuhi standar serta terbebas dari parasit, selain itu kondisi lingkungan di dalam kandang juga baik dan nyaman untuk mendukung kehidupan ayam.

Tabel.1 Contoh Program Pencegahan Penyakit Terpadu Pada Pemeliharaan Ayam Pedaging ( Broiler)Umur ( hari )Obat/VaksinKeterangan

0DesinfeksiSuci hama peralatan dan kandang

1 3AntistressMenghilangkan stress perjalanan

3Vaksinasi ND IMencegah ND

4 7Vita mineralMemacu pertumbuhan

8 10KoksidiostatMencegah koksidiosis

11 13AntistressPersiapan vaksinasi

13Vaksinasi CRDMencegah CRD

16 22MultivitaminMemacu Pertumbuhan

23 25KoksidiostatMencegah koksidiosis

26 -28AntistressPersiapan vaksinasi

27Vaksinasi ND IIMencegah ND

28Vaksinasi CRDMencegah CRD

29 panenMultivitaminMemacu Pertumbuhan

Sumber : Suprijatna et al.2008. Dalam upaya kegiatan vaksinasi untuk mencegah suatu penyakit pada ternak, perlu dilakukan pengamatan ataupun penelitian terlebih dahulu. Karena ada beberapa vaksin yang digunakan untuk mencegah suatu penyakit justru akan mendatangkan penyakit yang baru lagi . Sebagai contoh penyakit gumboro dikenal pula dengan sebutan penyakit bursitis menular (Infectious bursal disease/), merupakan penyakit sistemik yang bersifat akut disertai dengan penekanan respon imun humoral dengan cara perusakan pada organ bursa fabrisius. Cara yang paling efektif untuk mengendalikan penyakit gumboro adalah melalui vaksinasi. Terdapat berbagai jenis vaksin gumboro aktif, baik yang mengandung virus lemah, sedang, dan virus yang relatif masih .Vaksin-vaksin aktif tersebut umumnya bersifat imonosupresif sehingga dapat merugikan peternak dalam upaya vaksinasi terhadap penyakit unggas yang lain, termasuk penyakit yang penting yaitu penyakit tetelo. Vaksin gumboro yang digunakan pada penelitian yang dilakukan oleh Kencana et al. (2011) menyebabkan penekanan respons imun (imunosupresif) terhadap respons primer vaksinasi tetelo pada ayam pedaging. Titer antibodi terhadap vaksinasi tetelo pada ayam yang tidak divaksin gumboro lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang divaksin gumboro pada minggu pertama dan minggu kedua setelah vaksinasi tetelo.Dalam hal pemberian vaksin pada ayam broiler, faktor umur juga harus diperhatikan. Sebagai contoh tindakan vaksinasi terhadap penyakit avian influeanza yang merupakan metode pencegahan yang telah dipraktekkan secara luas untuk menggurangi kejadian alvian inflenza. Keuntungan vaksinasi yang utama adalah berkurangnya shedding virus pada unggas yang terinfeksi, mengurangi kontaminasi lingkungan akibat penyebaran virus dan menurunkan resiko infeksi. Rata-rata antibodi ayam broiler yang diperoleh dari vaksinasi dengan menggunakan vaksin AI homolog subtipe H5N2 pada saat umur 7 hari berturut-turut : 1,54: 15,92 : 6,58 HI unit, sedangkan titer antibodi kelompok ayam broiler yang divaksin 14 hari adalah : 1,29: 7,38 : dan 15 HI unit. Sehingga dapat dilihat bahwa vaksinasi pada umur 7 hari lebih baik karena menghasilkan titer lebih tingi daripada vaksinasi 14 hari ( Susetyo dan Wibowo. 2008). Penyataan ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri et al ( 2012) yang menyatakan bahwa Titer antibodi terhadap AI dan ND yang paling tinggi, yaitu pada pelaksanaan vaksinasi AI saat ayam berumur 7 hari dan vaksinasi ND saat ayam berumur 5 hari. Titer antibodi terhadap AI dan ND pada kelompok ayam yang mendapatkan vaksin AI dan ND (3-5 ; 5-5; 7-5) lebih rendah daripada kelompok ayam yang mendapatkan vaksinasi AI atau ND secara tunggal. Titer antibodi pada vaksinasi AI dan ND yang pertama belum mampu menghasilkan titer antibodi protektif tehadap AI dan atau ND.Beberapa metode vaksinasi yang dilakukan pada ayam adalah sebagai berikut: metode spray, dipping, air minum, tetes mata dan hidung serta suntik. Pada setiap metode memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Penyakit Metapneumovirus Avian (aMPV) merupakan penyakit pada ternak ayam akibat virus yang menginfeksi pernafasan. Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa vaksin aMPV secara akurat baik diterapkan pada anak ayam dengan metode semprot atau melalui air minum, kedua metode ini mampu memberikan perlindungan terhadap penyakit klinis sama dengan yang diinduksi pada anak ayam yang divaksinasi secara individual melalui rute ocule oral ( Ganapathy et al.2010).Pemberian priming vaksin pada umur satu hari dengan menggunakan gabungan vaksin ND livekilled dan dilakukan booster menggunakan ND live dapat memberikan proteksi terhadap ayam hingga 70%, sedangkan pemberian priming pada umur satu hari dengan vaksin ND live dan booster menggunakan ND live secara tetes mata tidak menimbulkan proteksi terhadap ayam broiler yang ditantang dengan virus ND velogenik yang berasal dari isolat lapangan ( Wibowo et al. 2013). Penelitian tentang pengaruh cara pemberian vaksin ND yang menghasilkan respon imun terbaik belum diketahui, untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian vaksin ND live terhadap titer ND. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian vaksin (P1: tetes mata, P2: tetes hidung, P3: tetes mulut, P4: suntik) berpengaruh tidak nyata (P