paper ancylostomiosis.docx

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hewan ternak telah menjadi salah satu komoditas dalam sebuah negara, pengaruh banyaknya produksi hewan ternak dalam sebuah negara memiliki arti penting dalam kemajuan ekonomi sebuah negara. Tak lepas dari itu kesehatan hewan ternak menjadi faktor penentu tingkat produksi hewan ternak. Sehingga hewan ternak yang memiliki status kesahatan yang kurang baik akan mempengaruhi tingkat produksi yang mengakibatkan pada penurunan pendapatan sebuah negara. Peran penyakit yang disebabkan oleh agen parasit tidak lepas dari kesehatan hewan ternak dewasa ini. Banyaknya penyakit parasit yang mengganggu kesehatan hewan ternak seperti sapi, kambing, kerbau dan domba menjadi faktor penentu dalam tingginya tingkat produksi. Parasit yang berada didalam tubuh hewan yang terinfeksi akan menyebabkan defesiensi nutrisi pada hewan yang mengakibatkan pada penurunan hasil produksi ternak seperti penurunan produksi susu, karkas, dan kualitas bulu pada domba. Parasitosis pada hewan merupakan istilah keadaan dimana adanya peningkatan parasit patogenik pada tubuh hewan, serta batas toleransi hospes yang terlampaui. Kejadian parasitosis ini sering diikuti dengan adanya 1

Upload: wahyu-putra

Post on 24-Nov-2015

37 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakangHewan ternak telah menjadi salah satu komoditas dalam sebuah negara, pengaruh banyaknya produksi hewan ternak dalam sebuah negara memiliki arti penting dalam kemajuan ekonomi sebuah negara. Tak lepas dari itu kesehatan hewan ternak menjadi faktor penentu tingkat produksi hewan ternak. Sehingga hewan ternak yang memiliki status kesahatan yang kurang baik akan mempengaruhi tingkat produksi yang mengakibatkan pada penurunan pendapatan sebuah negara.Peran penyakit yang disebabkan oleh agen parasit tidak lepas dari kesehatan hewan ternak dewasa ini. Banyaknya penyakit parasit yang mengganggu kesehatan hewan ternak seperti sapi, kambing, kerbau dan domba menjadi faktor penentu dalam tingginya tingkat produksi. Parasit yang berada didalam tubuh hewan yang terinfeksi akan menyebabkan defesiensi nutrisi pada hewan yang mengakibatkan pada penurunan hasil produksi ternak seperti penurunan produksi susu, karkas, dan kualitas bulu pada domba.Parasitosis pada hewan merupakan istilah keadaan dimana adanya peningkatan parasit patogenik pada tubuh hewan, serta batas toleransi hospes yang terlampaui. Kejadian parasitosis ini sering diikuti dengan adanya gejala Minis. Dalam jumlah banyak, kadang-kadang kejadian ini menyebabkan obstruksi pada usus serta menyebabkan reaksi tubuh. Gangguan ini tidak langsung berakibat fatal (kematian). Pada umumnya, hewan muda hanya menunjukkan penurunan berat badan dikarenakan infeksi cacing parasitik yang berjalan kronis. Disamping itu ketahanan tubuh hewan yang menurun memungkinkan timbulnya infeksi sekunder, infeksi bakteri, virus, ataupun parasit lain. Salah satu gangguan atau infeksi disebabkan oleh cacing Ancylostoma sp. disebut Ancylostomiasis. Ancylostoma sp. merupakan cacing kait klas Nematoda yang umum ditemukan pada anjing dan kucing. (Anonim 1977)

1.2 Rumusan masalahBerdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya maka munculah rumusan masalah sebagai berikut.1.2.1 Bagaimana ciri-ciri morfologi ancylostomiosis?1.2.2 Bagaimana klasifikasi ancylostomiosis?1.2.3 Siapa saja hospes terinfeksi dan hospes definitif ancylostomiosis?1.2.4 Dimana tempat hidup (predileksi) ancylostomiosis?1.2.5 Bagaimana siklus hidup ancylostomiosis?1.2.6 Bagaimana patogenesis dari ancylostomiosis?1.2.7 Bagaimana gejala klinis penderita ancylostomiosis?1.2.8 Bagaimana cara mendiagnosa penyakit ancylostomiosis?1.2.9 Bagaimana penanganan mulai dari pencegahan, pengobatan, sampai pemberantasan penyakit ancylostomiosis?

1.3 TujuanAdapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.1.3.1Untuk mengetahui ciri-ciri morfologi ancylostomiosis.1.3.2Untuk mengetahui klasifikasi ancylostomiosis.1.3.3Untuk mengetahui hospes terinfeksi dan hospes defnitif ancylostomiosis1.3.4Untuk mengetahui tempat hidup (predileksi) ancylostomiosis.1.3.5untuk mengetahui siklus hidup ancylostomiosis.1.3.6 untuk mengetehui patogenesis dari ancylostomiosis.1.3.7untuk mengetahui gejala klinis penderita ancylostomiosis.1.3.8untuk mengetaahui cara mendiagnosis penyakit ancylostomiosis.1.3.9untuk mengetahui penanganan mulai dari pencegahan, pengobatan, sampai pemberantasan penyakit ancylostomiosis.

1.3 ManfaatAdapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.1.3.1 Menambah pengetahuan pembaca akan ilmu parasitologi khususnya mengenai ancylostomiosisBAB IIPEMBAHASAN

2.1 Ciri-ciri morfologi ancylostomiosisPenyakit cacingan oleh cacing tambang (ancylostoma caninum), sering ditemukan di daerah yang lembab. Ancylostomiasis pada anjing : meskipun ada cacingan disebabkan oleh cacing kait dan penyebabnya bukan ancylostoma tetap disebut ancylostomiasis (subronto, 2006)Cacing ancylostoma berukuran 10-20 mm dan yang dewasa biasanya ditemukan melekat pada mukosa usus halus anjing. TeLurnya termasuk tipe stongyloid yaitu berdinding tipis, oval, dan bila dikeluarkan dari tubuh biasanya memiliki 2-8 gelembung dalam stadium blastomer. Ukuran cacing dan telur cacing tembang pada anjing dan kucing adalah sebagai berikut :spesiesUkuran cacing dewasa (mm)Ukuran telur ()Fecundity (epg tinja/cacing )

A. caninum : 10-12 : 15-18(56-75) x (34-47)844

A. braziliense : 6-8 : 7-10(75-95) x (41-45)-

U. stenophala : 5-8 : 7-12(63-76) x (32-38)468

A. tubaeforme : 9,5-11 : 12-15(55-75) x (34,4-44,7)-

Sumber : Kelly (1997)Anjing dapat terinfeksi oleh ketiga spesies tersebut, kecuali A. tubaeforme (yang hanya dapat menginfeksi kucing (subronto, 2006).

2.2 Klasifikasi AancylostomiosisAncylostomiasis merupakan suatu gangguan atau infeksi yang disebabkan oleh cacing Ancylostoma sp. Cacing tersebut termasuk ke dalamPhylum : NemathelminthesClass : Nematoda (Round Worms)Subclass: SecernenteaOrdo: AncylostomatoideaFamili: Ancylostomatidae Genus : AncylostomaAncylostoma sp. merupakan cacing kait klas Nematoda yang umum ditemukan pada anjing dan kucing. Ada lima species Ancylostoma yang umum menyerang pada saluran pencernaan, yaitu antara lain : Ancylostoma caninum, Ancylostoma braziliense, Ancylostoma ceylanicum, Ancylostoma tubaeformae dan Ancylostoma duodenale.

2.3 Hospes Terinfeksi Dan Hospes Definitif AncylostomiosisManusia merupakan hospes terinfeksi utama cacing ini. Parasit ini dapat menyebabkan penyakit ancylostomiosisHospes definitif dari ancylostoma caninum adalah anjing, rubah, srigala, anjing hutan dan karnivora liar lainnya diseluruh dunia. Hospes definitif ancylostoma braziliense adalah anjing, kucing dan berbagai karnivora liar lainnya. Hospes definitif ancylostoma ceylanicum adalah anjing, kucing, dan karnivora lain bahkan pada manusia. Hospes definitif ancylostoma tubaeformae adalah kucing. Hospes definitif ancylostoma duodenale adalah manusia, primata tingkat rendah dan kadang-kadang pada babi

2.4 Tempat hidup (predileksi) ancylostomiosisAncylostoma sp. berpredileksi di usus halus.

2.5 Siklus hidup ancylostomiosisDaur hidup cacing tambang bersifat langsung, tanpa hospes antara. Hospes paratenik, yaitu hewan bukan spesies utama, misalnya mencit, yang mengandung larva cacing bila terkonsumsi oleh hospes utama, tidak dianggap sebagai hospes antara (intermediate-host) (subronto, 2006).Cacing dewasa hidup dari menghisap darah di usus halus. Cacing selalu berpindah-pindah dalam menusuk mukosa usus hingga meninggalkan luka-luka yang perdarahannya berlangsug lama, karena cacing tersebut menghasilkan toksin anti koagulasi darah. Cacing betina menghasilkan telur dalam jumlah besar, bahkan seekor cacing diperkirakan mampu bertelur sebanyak 10-30.000 telur perhari (Sousby, 1977). Diperkirakan seekor anak anjing yang terinfeksi berat dalam tinjanya mengandung 5 juta telur per hari, selama satu bulan. Jumlah tersebut setara dengan 250 ekor cacing betina yang masing-masing membebaskan 20.000 telur per hari (Levine, 1994).Satu sampai dua hari setelah dibebaskan di dalam tinja di tempat yang lembab atau basah, telur akan menetas dan terbebaslah larva stadium pertama. Setelah lebih kurang satu minggu akan terbentuk larva infektif atau stadium ketiga dan siap menginfeksi hewan yang rentan. Kondisi sekitar telur yang kering atau sebaliknya membeku seperti yang biasas terdapat di pegunungan atau di daerah empat musim, akan memperpanjang waktu perkembangan larva atau malah mematikannya. Biasanya factor-faktor suhu dan kelembaban di suatu daerah menetukan kelangsungan hidup larva dan cacing di daerah tersebut (Levine, 1994).Proses infeksi ke dalam tubuh hospes dapat berlangsung melalui berbagai cara yaitu :1. infeksi melalui kulit ( per kutan )Larva stadium ketiga yang infektif, lngsung menembus kulit yang segera diikuti proses migrasi larva ke dalam pembuluh darah atau limfe, langsung ke jantung, paru-paru, dan selanjutnya menuju pangkal tekak, kerongkongan, dan lambung. Selanjutnya larva akan berubah (moulting)menjadi cacing dewasa muda di dalam usus halus. Pada anak anjing yang rentan, waktu atau periode prepaten yaitu sejak larva menembus kulit sampai dewasa di dalam usus halus, adalah 14-17 hari. Infeksi per kutan lebih banyak terjadi pada cacing A. caninum, A braziliense, dan A. tubaeforme daripada U. stenocephala, yang lebih banyak mengambil cara per oral.2. infeksi secara per oralLarva stadium ketiga yang infektif memasuki tubuh melalui mulut. Bersama makanan atau cairan (air susu), yang dikonsumsi. Larva tersebut bermigrasi ke dalam lapisan atas dari mukosa usus halus dalam beberapa hari setelah tertelan kemudian kembali ke lumen usus halus. Di dalam lumen berkembang menjadi dewasa setelah mengalami dua kali moulting.Pada anak anjing dan kucing yang rentan periode prepaten minimum adalah 14-17 hari, sama dengan cara infeksi perkutan setelah larva terkonsumsi. Sebagian kecil larva yang menembus mukosa usus mungkin menembus dinding usus dan memasuki pembuluh darah dan mencapai dewasa setela melalui paru-paru, kerongkongan, lambung dan akhirnya usus seperti larva yang masuk per kutan.3. infeksi trans mamaria dan intra uterusDalam migrasinya larva dapat mencapai uterus, menmbus selaput janin hingga anak anjing yang baru dilahirkan pun telah mengandung larva di dalam tubuhnya. Larva tersebut dapat juga mencapai kelenjar susu dan dapat terlarut dalam air susu hingga anak anjing yang masih menyusu pun dapat terinfeksi melalui air susu yang diminum. Larva stadium ketiga dapat diisolasi dari kelenjar susu induk pada hari ke-20 pasca lahir. Larva tersebut tidak hanya dapat diisolasi dari kolostrum tetapi sudah diekskresikan sejak dua sampai dengan sepuluh hari pasca lahir (sampai periode laktasi berakhir).Periode prepten cacing A. caninum yang lewat uterus atau kelenjar susu (kolostrum) biasanya 14-16 hari hingga anak anjing yang baru berumur beberapa hari telah dapat mengandung cacing dewasa dalam ususnya. Perlu ditambahkan bahwa cacing A. braziliense dan U. stenocephala tidak biasa menjalani daur hidup trans mamaria dan intra uterus. Alasan adanya fenomena tersebut tidak diketahui.Infeksi lewat plasenta belum pernah dibuktikan terjainya pada kucing. Anak kucing yang menderita ancylostomiasis sebelum disapih di duga terjadi karena terinfeksi memlaui air susu yang tercemar larva. Merupakan kenyataan di praktek bahwa kejadian cacingan oleh cacing tambang pada anak kucing tidak setinggi di bandingkan dengan anak anjing.4. infeksi melalui hospes paratenik (paratenic host)Larva yang bermukim di dalam tubuh hewan yang bertindak sebagai hospes paratenik misalnya mencit dapat menginfeksi anjing dan kucing atau spesies lain yang rentan cacing tambang, bila binatang hospes paratenik tersebut dikonsumsi olehnya. Larva tersebut mungkin telah berbulan-bulan tinggal di dalam jaringan tubuh binatang hospes dimaksud.Seperti halnya perkembangan larva intra uterus dan transmamaria di dalam jaringan saluran percernakan pun ada kalanya larva tidak sepenuhnya aktif berkemban, mirip istirahat yang dikenal sebagai arrested developing larvae. Adanya periode inaktif tersebut menyebabkan diperpanjangnya waktu untuk mencapai stadium infektif. Perkembangan larva demikian ditemukan apabila suhu disekitar tempat larva mengalami penurunan tajam misalnya sampai 5 0 C, sepetti yng sering dialami di daerah yang mengalami empat musim hingga sebagian besar larva stadium ketiga masih dapat ditemukan 21 hari setelah infeksi batan pad anak anjing yang rentan.Adanya arrested-larvae di dalam salurn pencernakan makanan maupun jaringan tubuh lainnya memiliki beberapa implikasi, antara lain sebagai berikut :1. adanya arrested-larvae menyebabkan pengendalian dan pengobatan cacing tidak berhasil maksimal2. dalam pengobatan cacingan diutuhkan obat yang memiliki spectrum luas hingga dapat mencakup larvae inaktif3. dalam pemeriksaan laboratorium dengan metode apung maupun sediment, larva inaktif tersebut tidak dapat ditemukan.(subronto, 2006).

2.6 Patogenesis ancylostomiosisPerjalanan penyakit cacingan dengan perubahan patologi yang teramati sangat ditentukan oleh proses infeksi cacing (larva) ke dalam tubuh dan perkembangannya terkait dengan daur hidupnya.1. penetrasi larva per kutanGambaran radang kulit sebagai akibat penetrasi larva cacing A duodenale melalui kulit pada manusia, yang dikenal sebagai creeping eruption oleh larva migrns, gambaran patologinya pada anjing dan kucing tidak sejelas pada manusia. Dilaporkan bahwa radang kulit pada anjing terdapat di rongga antar jari-jari, kaki dan kadang-kadang pada kulit perut. Meskipun gejala klinisnya kurang jelas dari yang terlihat pada manusia, gejala pada anjing dapat berupa rasa gatal, kemerahan, dan terjadinya papulae di daerah yang menderita. Dalam keadan tertentu lesi kulit mirip radang kulit oleh tungau demodex (terbatas) atau mirip dermatitis atopik. Rasa gatal terlihat dari usaha menjilati sebagai ganti menggaruk daerah yang gatal. Membesarnya kaki ataupun terjadinya deformitas pangkal kuku dan kukunya juga mungkin diamati. Infeksi yang meluas juga dapat mencapai sendi-sendi pada jari-jari kaki.2. larva migransApabila jumlah larva yang bermigrasi melalui paru-paru cukup banyak dapat terjadiiritasi jaringan paru-paru termasuk saluran nafas hingga terjadi batuk yang sifatnya ringan sampai dengan sedang. Dalam pemeriksaan pascamati, maupun pemeriksaan histopatologi sering ditemukan larva cacing dalam jumlah besar.3. infeksi cacing dalam usus halusOleh adanya cacing dalam mukosa usus halus beberapa perubahan patologi dan faali dapat terjadi. Perubahan-perubaha patologik dan fail tersebut meliputi anemia, radang usus ringan sampai berat, hipoproteinemia, erjadinya gangguan penyerapan makanan dan terjadinya penekana terhadap respon imunitas dari anjing (subronto, 2006).Oleh gigitan cacing, yang sekaligus melekat pada mukosa, segera terjadi perdarahan yang tidak segera membeku karena toksin yang dihasilkan oleh cacing. Cacing dewasa biasa berpindah-pindah tempat gigitannya hingga terjadilah luka-luka yang mengucurkan darah segar. Tiap ekor cacing dewasa A caninum dapat menyebabkan kehilangan darah 0,05-0,2 ml/hari, A braziliense 0,001 ml, dan Ustenocephala 0,0003 ml. darah yang mengucur ke dalam luen akan keluar bersama tinja dank karena adanya darah tersebut tinja menjadi berwarna hitam. Pengeluaran tinja bercampur darah tersebut biasa disebut melena (Levine, 1994).Cacing A tubaeforme termasuk dalam kategori pengisap darah sedang yang akibat akhirnya berupa anemia berat. Anemia yang timbul pada awalnya bersifat normositik normokromik, yang kemudian oleh hilangnya zat besi anemianya akan berubah menjadi hipokromik mikrositik.Anak anjing muda maupun anak kucing sangat rentan terhadap infeksi oleh cacing tambang karena pada umur 2-4 minggu persediaan Fe akan merosot yang disebabkan makanan utama anak anjing adalah air susu yang memang sangat kecil kandungan Fe nya. Anak anjing yang terinfeksi berat, segera mengalami anemia akut. Perdarahan usus terjadi pada hari ke 8 pasca infeksi dan pada akhir minggu ke 3 pasca infeksi penderita kehilangan darah setiap harinya setara dengan 20 % dari total volume eritrositnya. Pada anjing dan kucing dewasa hilangnya darah sebagian terkompensasi oleh kegiatan eritropoesis.Infeksi anjing oleh A braziliense dan U stenocephala tidak megakibatkan perdarahan hebat seperti pada infeksi oleh A caninum. Infeksi kedua spesies tersebut cenderung lebih banyak ditandai oleh hipoproteinemia, radang usus, dan atrofi parsial villi intestinales. Hilangnya vili usus halus juga dialami oleh anjing yang terinfeksi A caninum dan mengakbatkan gangguan absorbsi makanan.Adanya parasit dewasa dalam jumlah kecil sampai sedang mampu menimbulkan kekebalan (imunitas terbatas) hingga penderita tahan terhadap infeksi larva selanjutnya. Infeksi larva dalam jumlah besar akan melampaui ketahanan tubuh dan hewan akan mengalami parasitosis. Oleh adanya self cure, penderita sembuh dengan sendirinya dan tidak menimbulkan gejala anemia. Pada umur tertentu, sekitr 8 bulan, terbukti bahwa anjing mampu mengatasi tantangan infeksi larva infektif. Di daerah endemic, penggunaan obat cacing sebagai pengobatan rutin, misalnya setiap 3-6 bulan sekali sangat dianjurkan.

2.7 Gejala klinis penderita ancylostomiosisBentuk gejala klinis ancylostomiasis dibedakan menjadi a. perakut : terjadi pada anak anjing baru lahir dimana infeksinya melalui colostrum. pada keadaan ini anjing dengan gejala mukosa pucat, diarhe berdarah dan terjadi kematian secara mendadak. Telur cacing belum bisa ditemuka pada feses.b. Akut : terjadi infeksi larva infektif secara tiba-tiba dalam jumlah besar. Beberapa telur ditemukan pada feses tetapi gejala klinis muncul sebelum telur cacing nampak dalam feses.c. Khronik : tanpa gejala klinis yang khas. Diagnosis berdasarkan telur yang ditemukan dalam feses. Terjadi penurunan jumlah erythrocyte, Hb dan PCV. Gejala klinis tidak selalu menyertai setiap infeksi dari ancylostoma sp. dan biasanya erat hubungannya aktivitas dan habitat dari parasit yang bersangkutan. Diarhe berdarah yang disertai cairan lendir sebagai akibat adanya cacing pada usus halus disertai infeksi sekender dari bakteri. Dermatitis akibat penetrasi larva pada kulit disertai infeksi sekender. Bila larva berdiam dalam saluran pernafasan dan paru-paru maka timbul gejala sesak nafas sebagai akibat radang saluran pernafasan dan paru-paru. Bila penyakti berlangsung kronis maka induk semang mengalami dehidrasi, lemah, kurus, dan konjungtiva pucat karena anemi.

2.8 Cara mendiagnosa penyakit ancylostomiosisDiagnosis ditegakkan dengan menemukan telur di dalam tinja segar manusia dan larva pada tinja yang sudah lama. Telur kedua spesies ini tidak dapat dibedakan, untuk membedakan spesies, telur dibiakkan menjadi larva dengan salah satu cara, yaitu Harada Mori. Selain itu, dapat dilihat dari gejala klinis.

2.9 Penanganan mulai dari pencegahan, pengobatan, sampai pemberantasan penyakit ancylostomiosis a. PencegahanPencegahan dapat dilakukan dengan cara Sanitasi lingkungan, diantaranya1. Hindari berjalan keluar rumah tanpa memakai alas kaki. Kebiasaan tidak memakai alas kaki merupakan factor resiko yang kuat untuk terjadinya infeksi cacing tambang. 2. Cuci tangan sebelum makan cuci tangan, pekerjaan ini adalah Awal yang terpokok jika anda ingin tetap sehat. Dimanapun dan kapanpun selalau ada bakteri atau mikroorganisme yang siap masuk melawan tubuh kita 70 % perantara yang tepat adalah dari tangan, untuk itu cuci tangan adalah salah satu tindakan preventif yang sangat tepat.3. Hindari pemakaian feces manusia sebagai pupuk pada sayuranJika sayuran yang dimakan tidak bersih maka larva cacing akan ikut termakan karena sayuran dipupuk menggunakan feces manusia yang telah terinfeksi. 4. Jika anda Ibu, awasi dan jaga anak anda main di Tanah Dari sifat hidupnya, cacing tambang hidup pada tanah, sangat cepat menular melalui kulit, melewati epidermis kulit teratas hingga terakhir, anak anak tentulah sangat mudah untuk dijadikan media untuk hidup si cacing tambang. Untuk itu perlu awasi anak anda saat bermain di tanah atau di halaman rumah yang memungkinkan adanya cacing tambang. Jika terlanjur memanjakan anak anda, lakukan kegiatan prefentif yaitu bersihkan seluruh badan anak dari tanah sehabis main.5. Bersih Pakaian dan tempat.Mikroba penyebab infeksi ada dimana mana, bahkan tempat maupun pakaian kita yang terlihat bersihpun bisa saja terdapat kuman kuman yang membahayakan kesehatan. Dengan demikian Kebersihan atau sanitasi dan higienis tempat anda sangat diperlukan untuk mempertahankan kesehatan anda dan keluarga.b. PengobatanObat cacing dipasaran dalam dua dekade ini terbukti mempunyai efesensi yang cukup tinggi. Tidak hanya satu spesies cacing yang dapat diobati namun beberapa spesies dapat diobati dengan satu jenis obat cacing. Biasanya abat cacing berasal dari satu golongan obat ataupun berasal dari beberapa golongan obat. Pengobatan ancylostoma cacinum dapat digunakan misal dengan Canex atau Telmin biasanya dilakukan pada umur 6-12 minggu, pengobatan dilakukan setiap 2-4 bulan. Anjing betina dewasa diobati 2 kali, dengan antara 2 minnggu, pada saat bunting dan menyusui masing-masing dilakukan satu kali.Berdasarkan periode prepaten cacing yang berlangsung sekitar 3 minggu, pengobatan cacing sebaiknya dilakukan sebagai berikut. pengobatan pertama baiknya dilakukan umur 2-4 minggu, diulang 2-3 bulan kemudian. Pada umur 3-6 bulan diobati lagi, dan selanjutnya diobati secara teratur tiap 3-6 bulan sekali.Umur anjingPengobatan keketerangan

2-4 minggu5-8 minggu9-12 minggu3-6 bulan7-12 bulan12345PyrantelDiikuti vaksinDisapihDiikuti vaksin 2-

Pengobatan selanjutnya dilakukan setelah setiap3 -6 bulan dengan obat yang mempunyai spektrum luas ,misalnya mebendasol. Pencegahan yang dilakukan dengan penyuntikan disophenol dipandang tidak efektif lagi terutama didaerah yang lembab panas, dengan suhu udara antara 20-30oC dosis obat yang biasa dilakukan antara lain sebagai berikut.Obat cacingDosisSpektrum Obat

Pyrantel pamoat, ctrat emboat5-12 mg/kgUntuk sesemua umur,inhibitor cholinesterase,hati-hati untuk hewan lemah dan kurus.

Dihlorphos27-33mg/kg(dewasa)11mg/kg (anak)Dosis dibagi 2X untuk hewan yang lemah.

Mebendazole22mg/kg selama 5 hari

Fenbendasol5mg/kg selama 3 hari

Disophenol10mg/kg sub kutaninjeksi

Thenium closylate500mg/kg BB

Drontal-plus-Srerdiri dari Fenbantel 37,5g0,5-2kg BB : tab2-5kg BB: tabFDiberikan sekali

(subronto, 2006)BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanAncylostoma sp. merupakan cacing kait klas Nematoda yang umum ditemukan pada anjing dan kucing. Penyakit cacingan oleh cacing tambang (ancylostoma caninum), sering ditemukan di daerah yang lembab. Ancylostomiasis pada anjing meskipun ada cacingan disebabkan oleh cacing kait dan penyebabnya bukan ancylostoma tetap disebut ancylostomiasis (subronto, 2006). Proses infeksi ke dalam tubuh hospes dapat berlangsung melalui berbagai cara yaitu :1. infeksi melalui kulit ( per kutan )2. infeksi secara per oral3. infeksi trans mamaria dan intra uterus4. infeksi melalui hospes paratenik (paratenic host) Gejala klinis tidak selalu menyertai setiap infeksi dari ancylostoma sp. dan biasanya erat hubungannya aktivitas dan habitat dari parasit yang bersangkutan. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara Sanitasi lingkungan. Obat cacing dipasaran dalam dua dekade ini terbukti mempunyai efesensi yang cukup tinggi. Tidak hanya satu spesies cacing yang dapat diobati namun beberapa spesies dapat diobati dengan satu jenis obat cacing. Biasanya abat cacing berasal dari satu golongan obat ataupun berasal dari beberapa golongan obat.

3.2 Saran1. Menjaga pola hidup bersih agar terhindar dari penyakit. 2. Segera berobat jika timbul gejala awal, karena penyakit yang sudah kronis akan sulit untuk disembuhkan.3. Hindari faktor resiko terinfeksi.

Daftar pustaka

Diemert DJ. Intestinal nematode infections. In: Goldman L, Schafer AI, eds. Goldman's Cecil Medicine . 24th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2011: chap 365

Levine, Norman D. 1994. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Safar, Rosdiana. 2010. Parasitologi Kedokteran. Yrama Widya: Bandung

Staf Pengajar Departemen Parasitologi, FKUI. 1998. Parasitologi Kedokteran, edisi keempat. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Subronto. 2006. Penyakit Infeksi Parasit dan Mikroba Pada Anjing dan Kucing. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Anonim.2012.Ancylostomiosis.http://Ancylostomiosis/ANCYLOSTOMIASIS/AllizzwellVetClinicDiakses tanggal 14 Oktober 2013

Anonim. 2012. Ciri-ciri cacing tambang dan cara pencegahan infeksi.http://Ancylostomiosis/Ciri Ciri Cacing Tambang _ Cara Mencegah.Diakses tanggal 15 Oktober 2013

Anonim. 2011. Ancylotomiosis. http://kuliah-bhn.blogspot.com/2011/06/ancylostomiosis.html. Diakses tanggal 14 Oktober 2013.

12