panduan penyusunan studi kasus program · pdf filediabetes melitus dengan luka gangren ......
TRANSCRIPT
1
1
PANDUAN PENYUSUNAN
STUDI KASUS
PROGRAM STUDI
DIPLOMA III KEPERAWATAN
Disusun oleh:
Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons)
2
2
4. Kerangka Penulisan
Kerangka penulisan naskah KTI Desain Studi Kasus adalah sebagai berikut :
BAGIAN AWAL
Bagian awal KTI desain studi kasus terdiri atas :
1) Sampul depan CONTOH JUDUL: ASUHAN KEPERAWATAN
DIABETES MELITUS DENGAN LUKA GANGREN ..................
DI RS .... 2) Sampul dalam
3) Surat Pernyataan
4) Lembar Persetujuan Pembimbing
5) Lembar Penetapan Penguji
6) Lembar Pengesahan Penguji
7) Kata Pengantar
8) Daftar Isi
9) Daftar Tabel
10) Daftar Gambar
11) Daftar Arti lambang, singkatan dan istilah
12) Daftar Lampiran
13) Abstrak
BAGIAN INTI
Bagian inti KTI desain studi kasus memuat hal sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Batasan Masalah
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4. Manfaat
1.4.1 Teoritis
1.4.2 Praktis
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan
3.2 Batasan istilah (Definisi operasional)
3.3 Unit Analisis (parisipan, minimal 2)
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.5 Pengumpulan Data
3.6 Uji Keabsahan Data
3.7 Analisa Data
3.8 Etik Penelitian
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian
4.1.2 Karakteristik Partisipan (identitas pasien)
4.1.3 Data Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
2) Diagnosis
3) Perencanaan
4) Pelaksanaan
5) Evaluasi
3
3
4.2 Pembahasan 1) Pengkajian
2) Diagnosis
3) Perencanaan
4) Pelaksanaan
5) Evaluasi
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
BAGIAN AKHIR
Bagian akhir terdiri dari:
1. Daftar Pustaka
2. Lampiran
4
4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berisi uraian tentang apa yang menjadi latar belakang masalah sehingga perlu
dipecahkan melalui studi kasus. Inti dari latar belakang adalah suatu keragu-raguan,
kesenjangan, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan investigasi. Masalah tersebut
harus didukung oleh fakta empiris sehingga jelas, memang ada masalah yang perlu diteliti.
Juga harus ditunjukkan letak masalah yang akan diteliti dalam konteks teori dengan
permasalahan yang lebih luas, serta peran penelitian tersebut dalam pemecahannya.
Dalam latar belakang ini ditulis secara berurutan introduksi masalah penelitian,
justifikasi/skala masalah, kronologi masalah dan konsep solusi (MSKS):
M - MASALAH
S- SKALA MASALAH
K- KRONOLOGIS
S- SOLUSI
1.2 Batasan Masalah
1) Aspek kasus yang dibatasi untuk diteliti oleh peneliti dalam KTI Desain Studi
Kasus.
2) Contoh : Pada studi kasus ini asuhan keperawatan pada pasien ...... dengan
gangguan .......
1.3 Rumusan Masalah
1) Rumusan masalah merupakan pertanyaan penelitian perlu dijawab dengan studi
kasus yang akan dilaksanakan
2) Contoh : Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien ............................
1.4 Tujuan Penelitian
1) Bagian ini mengemukakan tujuan yang ingin dicapai melalui proses penelitian.
2) Tujuan penelitian harus jelas dan tegas. Tujuan penelitian dapat dibagi menjadi :
Tujuan umum dan Tujuan khusus.
1.4.1 Tujuan umum
1) Tujuan umum merupakan tujuan penelitian secara keseluruhan yang ingin dicapai
melalui studi kasus.
2) Contoh: tujuan adalah Menggali / mempelajari asuhan keperawatan ........
1.4.2 Tujuan khusus
1) Tujuan khusus merupakan penjabaran atau pentahapan tujuan umum, sifatnya lebih
operasional dan spesifik dapat dilihat pada tahap-tahap asuhan keperawatan dan
analisis perbedaan dari tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus.
2) Apabila semua tujuan khusus tercapai, maka tujuan umum penelitian juga
terpenuhi.
3) Contoh tujuan Khusus :
(1) Mengggali pengkajian keperawatan ........
(2) ....... diagnosis .............
(3) ....... perencanaan ..................
(4) ....... pelaksanaan...................
(5) ........ evaluasi ......................
5
5
1.5 Manfaat Penelitian
Dalam manfaat penelitian dijelaskan relevansi dan signifikansi asuhan keperawatan
untuk ilmu maupun penerapan yang bersifat praktis. Manfaat penelitian terdiri dari
Manfaat Teoritis dan Manfaat Praktis. Manfaat Teoritis ditujukan untuk pengembangan
ilmu keperawatan. Manfaat Praktis disampaikan bagi Perawat, Rumah Sakit, Institusi
Pendidikan dan Pasien
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka memuat uraian yang sistematik teori dasar yang relevan, fakta, hasil
penelitian sebelumnya, yang berasal dari pustaka muthakhir yang memuat teori, proposisi,
konsep atau pendekatan terbaru yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan.
Teori dan fakta yang digunakan seharusnya diambil dari sumber primer. Mencantumkan
nama sumbernya. Tata penulisan kepustakaan harus sesuai dengan ketentuan pada panduan
yang digunakan.
Tinjauan Pustaka terdiri dari definisi, konsep penyakit, patofisiologi, penatalaksanaan,
dan konsep asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi)
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode penelitian mencakup rancangan penelitian yang direncanakan untuk
melakukan studi kasus.
3.1 Pendekatan
Menguraikan desain penelitian yang dipakai pada penelitian (metode yang
digunakan dalam penulisan KTI adalah studi kasus) Penelitian studi kasus adalah studi
yang mengeksplorasi suatu masalah keperawatan dengan batasan terperinci, memiliki
pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi.
Penelitian studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari
berupa peristiwa, aktivitas atau individu .
Misalnya: Penelitian studi kasus ini adalah studi untuk meneksplorasi masalah
asuhan keperawatan dengan diagnosis DM + gangren. Pasien diobservasi selama ...
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Dijelaskan tentang deskriptif lokasi penelitian, jika di komunitas maka perlu
menuliskan alamat yang digunakan setingkat desa serta waktu yang digunakan dalam
penelitian. Misalnya,
(1) pada studi kasus di RS lama waktu sejak pasien pertama kali MRS sampai pulang
dan atau pasien yang dirwat minimal 3 hari. Jika sebelum 3 hari pasien sudah pulang,
maka perlu penggantian pasien lainnya yang sejenis.
(2) Pada studi kasus di komunitas, sasarannya adalah pasien dan keluarga. Lama
waktu bisa menyesuaikan sesuai dengan target keberhasilan dari tindakan, bisa 3 sd 4
minggu (dengan mengunjungi 3 x dalam seminggu)
3.3 Subyek Penelitian
Pada sub bab ini dideskripsikan tentang karakteristik subyek penelitian / kasus
yang akan diteliti. Subyek penelitian yang digunakan adalah 2 pasien (2 kasus)
dengan masalah keperawatan yang sama. Misalnya, pasien Diabetes Melitus dengan
luka gangren
6
6
3.4 Pengumpulan Data - WOD
Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang digunakan;
1) Wawancara (hasil anamnesis berisi ttg identitas pasien, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang – dahulu – keluarga dll). Sumber data dari pasien, keluarga,
perawat lainnya)
2) Observasi dan Pemeriksaan fisik (dengan pendekatan IPPA: inspeksi, palpasi,
perkusi, Asukultasi) pada sistem tubuh pasien
3) Studi dokumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain yg
relevan).
3.5 Analisis Data
Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data
sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara
mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan
selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan
dengan cara Menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil
interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah
penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi
dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti
dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam
intervensi tersebut. Urutan dalam analisis adalah:
1) Pengumpulan data.
Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen). Hasil ditulis
dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkrip.
2) Mereduksi data dengan membuat koding dan kategori.
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan
satu dalam bentuk transkrip. Data yang terkumpul kemudian dibuat koding yang
dibuat oleh peneliti dan mempunyai arti tertentu sesuai dengan topik penelitian
yang diterapkan. Data obyektif dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan
daiagnostik kemudian dibandingkan nilai normal
3) Penyajian data.
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif.
Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari
responden.
4) Kesimpulan.
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil-
hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan
kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.
Data yang dikumpulkan terkait dgn data pengkajian, diagnosis, prencanaan,
tindakan, dan evaluasi
3.6 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data/informasi yang
diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi.
Disamping integritas peneliti (karena peneliti menjadi instrumen utama), uji keabsahan
data dilakukan dengan: 1) memperpanjang waktu pengamatan / tindakan; dan 2)
sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data
utama yaitu pasien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti.
3.7 Etik Penelitian
Dicantumkan etika yang mendasari suatu penelitian, terdiri dari :
1) Informed Consent (persetujuan menjadi responden)
2) Anonimity (tanpa nama)
3) Confidentiality (kerahasiaan)
7
7
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Memuat keseluruhan hasil yang telah dilaksanakan dan selanjutnya dibuat pembahasan
sesuai dengan kaidah pembahasan :
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Pada sub-bab ini dijelaskan :
A. Pengkajian
Fokus pengkajian adalah
a. Identitas Pasien (1 dan 2), bisa berupa tabel / narasi
b. Keluhan utama dan Riwayat sakit (sekarang, dahulu, keluarga) dan
genogram jika diperlukan
c. Hasil pemeriksaan diagnostik: lab, foto, dll
Bisa berupa tabel atau narasi
Contoh tabel:
1) Identitas pasien dan Hasil Anamnesis
IDENTITAS PASIEN
Kasus 1 Kasus 2
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Status
Dst .....
Dx Medis
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat Penyakit dahulu
Riwayat Keluarga
dst
Diberi penjelasan dan maknanya???
8
8
2) Hasil Observasi, Pemeriksaan Fisik
Observasi
Kasus 1 Kasus 2
S
N
TD
P
GCS
Dll
Pemeriksaan Fisik (6 B)
B1. Breathing
B2. Bleeding
B3. Brain
B4. Bladder
B5. Bowel dan Reproduksi
B6. Bone - muskoloskeletal
Data Psiko - sosial - spiritual
Diberi penjelasan dan maknanya???
3) Hasil pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan
Kasus 1 Kasus 2
Lab
x-ray
Invasive dst
Diberi penjelasan dan maknanya???
ANALISIS MASALAH
Analisis Data
Penyebab Masalah
Kasus 1
Data Subyektif:
Data Obyektif
Kasus 2
Data Subyektif:
Data Obyektif
Dst
9
9
Diberi penjelasan maknanya???
CONTOH: ANALISIS DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
KASUS 1
DS:
Keluarga mengatakan
pasien batuk dan
mengeluarkan dahak
sedikit-sedikit
DO:
1. Suara nafas ronchi
2. RR 30 x/menit
3. Dyspnea
4. Pasien tampak gelisah
5. Xray Thorax AP (1 Juli
2014) pneumonia,
penebalan hilus
menandakan adanya
retensi sekret
Pneumonia
Inflamasi di alveoli
Peningkatan mediator
inflamasi
Peningkatan produksi
sputum
Sekret menumpuk di
saluran nafas
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
DS:
-
DO:
1. RR 30x/mnt
2. Dyspnea
3. Penggunaan otot bantu
nafas , yaitu otot Otot
intercostalis externi dan
otot
sternocleidomastrideus
Pneumonia
Penimbunan cairan di
alveoli
Penurunan compliance
paru
Sesak, peningkatan RR
Penggunaan otot bantu
nafas
Ketidakefektifan pola
nafas
DS:
-
DO:
1. RR 30x/mnt
2. Dyspnea
3. Pemeriksaan BGA
dengan NRM 12 lpm (7
Juli 2014)
pH 7,41, PCO2 25,1,
PO2 124, HCO3 15,8,
BE -7,1, Sat. O2 98,5%
Pneumonia
Penimbunan cairan di
alveoli
Perubahan membran
alveoli kapiler
Gangguan pertukaran
gas
KASUS 2
10
10
B. Diagnosis Keperawatan
Data
Problem (masalah) Etiologi (Penyebab +
tanda & gejala
Kasus 1
Data Subyektif:
Data Obyektif
Dst
Kasus 2
Data Subyektif:
Data Obyektif
Dst
Diberi penjelasan, maknanya???
C. Perencanaan
Dx Keperawatan
KRIERIA HASIL PERENCANAAN & RASIONAL
Kasus 1
1.
2.
Dst
Kasus 2
1.
2.
Dst
Diberi penjelasan, maknanya???
CONTOH: RENCANA INTERVENSI
DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
(Tujuan, Kriteria Hasil)
INTERVENSI (NIC) RASIONAL
KASUS 1
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas b.d akumulasi
sekret di saluran nafas
Setelah dilakukan
perawatan selama 4 x 24
jam, pasien menunjukkan
NOC
1. Tidak ada ronchi
2. RR normal (16-
1. Lakukan fisioterapi nafas
untuk
2. Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian
nebulizer
3. Lakukan suction apabila
pasien tidak dapat
melakukan batuk
4. Atur posisi pasien
semifowler, kecuali ada
kontraindikasi
1. Fisioterapi nafas
dapat memobilisasi
sekret ke saluran
nafas besar
2. Nebul dapat
mengencerkan
dahak
3. Suction dilakukan
untuk
mengeluarkan
sekret
11
11
20x/mnt)
3. Pasien dapat
mengeluarkan dahak
4. Saturasi oksigen >98%
5. Tidak ada dyspnea
5. Kolaborasi pemberian
oksigen
6. Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian
antibiotik
7. Evaluasi TTV, suara
nafas, dan saturasi
oksigen
4. Posisi semifowler
dapat
memaksimalkan
pengembangan
dada
5. Pemberian oksigen
dapat
meningkatkan
6. Pemberian
antibiotic dapat
mengurangi infeksi
pada paru
7. Evaluasi intervensi
yang telah
dilakukan
1.
KASUS 2
D. Pelaksanaan (DISAJIKAN - berdasarkan catatan terintegrasi, disesuaikan waktu
tindakan)
Pelaksanaan
Hari 1 Hari 2 .... dst
Kasus 1
Jam
Jam
DST
Kasus 2
Jam
Jam
dst
DST
Diberi penjelasan, maknanya???
Diagnosa
Keperaw
atan
HARI 1
4 Juli 2014
HARI 2
5 Juli 2014
HARI 3
6 Juli 2014
HARI 4
7 Juli 2014
HARI 5
8 Juli 2014
KASUS 1
Implementasi (24
JAM)
Implementasi Implementasi Implementasi Implementasi
08.
00
10.
Memberika
n cefotaxim
1 gr dalam
pz 100
cc/drip
mempertaha
nkan O2
simple
mask 8 lpm
08.
30
Mempertaha
nkan O2
NRM 10
lpm
Memberika
n cefotaxim
1 gr dalam
pz 100
cc/drip
08.
00
08.
45
Mempertaha
nkan O2
NRM 12
lpm
Memberika
n cefotaxim
1 gr dalam
pz 100
cc/drip
08.
00
12.
Memberi
kan
cefotaxi
m 1 gr
dalam pz
100
cc/drip
Memberi
kan
08.
00
Memberi
kan
cefotaxi
m 1 gr
dalam pz
100
cc/drip
Memberi
kan
12
12
00
13.
00
13.
30
Visite dr.
Pras,
S: Batuk
dahak +
O: paru
bronco ves/
bronkoves,
rhonchi +/+,
wh _/_
A: terapi
cefotaxim
3x1 gr,
levofloxaci
n 1x750
mg, nebul
dengan
ventolin dan
bisolvon/ 6
jam, dan
fisioterapi
dada
Melakukan
auskultasi
suara nafas
: ronchi di
lapang paru
Memberika
n nebul
bisolvon
1cc dan
ventolin 1cc
Melakukan
clapping
Mengganti
O2 masker
8 lpm
menjadi O2
NRM 10
lpm
09.
00
09.
30
11.
30
11.
40
12.
00
Memberika
n
levofloxacin
750 mg
Melakukan
auskultasi
suara nafas :
ronchi di
lapang paru
Memberika
n nebul
bisolvon
1cc dan
ventolin 1cc
Melakukan
suction
sekret
kental
Visite dr
Pras.
S: batuk
dahak +
O: paru
bronco ves/
bronkoves,
rhonchi +/+,
wh -/-
A:
Pneumonia
+retensi
sputum
P: terapi
tetap dan
posisikan
semifowler
Memberika
n posisi
semifowler
Observasi
TTV
SpO2 91%
Menaikkan
flow NRM
menjadi 12
lpm
16.
00
24.
00
Melakukan
clapping
Memberika
n nebul
bisolvon
1cc dan
ventolin 1cc
Visite dr.
Pras pro
CXR cito
bed, terapi
tetap
Memberika
n cefotaxim
1 gr dalam
pz 100
cc/drip
Nebul tidak
diberikan
Memberika
n cefotaxim
1 gr dalam
pz 100
cc/drip
00
16.
00
24.
00
levoflox
acin 750
mg
Menguk
ur SpO2
99=100
%
Memberi
kan
cefotaxi
m 1 gr
dalam pz
100
cc/drip
Memberi
kan
cefotaxi
m 1 gr
dalam pz
100
cc/drip
levoflox
acin 750
mg
Auskulta
si suara
nafas:
ronchi di
apek dan
lobus
atas
Melakuk
an
suction
dahak
sedikit
Menguk
ur SpO2
95-98%
Memberi
kan
cefotaxi
m 1 gr
dalam pz
100
cc/drip
Menguk
ur SpO2
68%
Menaikk
an O2
NRM 15
lpm
SpO2
100%,
menurun
kan O2
NRM
menjadi
12 lpm
SpO2
98%,
SpO2
81%
menaikk
an O2 15
lpm
Memberi
kan
cefotaxi
m 1 gr
dalam pz
100
cc/drip
Menguk
ur SpO2
91-92%
KASUS 2
13
13
E. Evaluasi
EVALUASI
Hari 1 Hari 2 .... dst
Kasus 1
1.Diagnosis 1
2. dx ........
S
O
A
P
Kasus 2
1. dx 1
2. dx 2...........
S
O
A
P
Diberi penjelasan, maknanya???
Contoh: Evaluasi
Dx Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 dst
Kasus 1 S: -
O:
GCS 314,
kesadaran
stupor, tidak
ada
perdarahan di
otak, PTIK
tidak ada,
tekanan darah
100/60
mmHg, N:
98x/mnt, RR:
32x/mnt, T:
37,20 C
A:
Masalah
teratasi
sebagian
P
lanjutkan
intervensi 1,
2, 3, 5
S: -
O:
GCS 213,
kesadaran
stupor, tidak
ada
perdarahan di
otak, PTIK
tidak ada,
tekanan darah
110/70
mmHg, N:
95x/mnt, RR:
33x/mnt, T:
370 C
A:
Masalah
teratasi
sebagian
P
lanjutkan
intervensi 1,
2, 3, 5
S: -
O:
GCS 314,
kesadaran
stupor, tidak
ada perdarahan
di otak, PTIK
tidak ada,
tekanan darah
80/60 mmHg,
N: 78x/mnt,
RR: 28x/mnt,
T: 36,70 C
A:
Masalah
teratasi
sebagian
P
lanjutkan
intervensi 1, 2,
3, 5
S: -
O:
GCS 314,
kesadaran
stupor, tidak
ada
perdarahan di
otak, PTIK
tidak ada,
tekanan
darah 100/60
mmHg, N:
75x/mnt, RR:
32x/mnt, T:
370 C
A:
Masalah
teratasi
sebagian
P
lanjutkan
intervensi 1,
2, 3, 5
S: -
O:
Pasien
meninggal
pukul 03.40
WIB
A:
Masalah
tidak teratasi
P
-
Kasus 2
4.2 PEMBAHASAN
Berisi perbandingan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus yang disajikan untuk
menjawab tujuan khusus dari penelitian. Setiap temuan perbedaan diuraikan dengan
konsep. Pembahasan disusun sesuai dengan tujuan khusus. Pembahasan berisi tentang
14
14
mengapa (why) dan How (bagaimana). Urutan penulisan berdasarkan paragraph adalah F-
T-O (Fakta - Teori - Opini). Dapat menggunakan alur P-I-C-O-T (P: patient,
karakteristik pasien; I: Implementasi; C: comparation; O: Outcome; dan T - Theory
(dikaitkan dgn teori yang ada).
Isi Pembahasan sesuai dgn tujuan khusus penelitian
4.2.1 Pengkajian
4.2.2 Diagnosis Keperawatan
4.2.3 Perencanaan
4.2.4 Tindakan
4.2.5 Evaluasi
CONTOH ANALISIS BERBASIS P-I-C-O-T
Phlebitis Assessment – RESEARCH BASED
Tabel: Review Jurnal Kejadian Plebitis
Populasi Intervensi Comparasio
n Outcome
Time /
Lama
Penelitian Jurnal
317 pasien yang
terpasang infus
dan dirawat di
bangsal rumah
sakit pusat di
Portugal
Menggunaka
n 139
instrumen
VIP
35 orang
dari 317
pasien
mengalami
plebitis
Data
dikumpulka
n selama 6
minggu (30
Januari –
12 Maret
2010)
Incidence of
phlebitis in
patients with
peripheral
catheters: The
influence of some
risk factors 427 pasien yang
terpasang infus
dan dirawat di
rumah sakit Italia
Menggunaka
n instrumen
VIP
276 dari
317 pasien
mengalami
plebitis
Data
dikumpulka
n tahun
2007.
Masing-
masing
diteliti
selama 12-
96 jam
Position of
peripheral venous
cannulae and the
incidence of
thrombophlebitis
an observasional
study
12 pasien dengan
aritmia di ICU
yang menerima
aminoderon
melalui IV
Infusion
nursing
standards of
practise /
INS 0 : tanpa
sign and
syptomp 4 : ada sign
and
symptomp
12 x
kejadian
plebitis
dari 24x
pemasanga
n infus
Penelitian
dilakukan
selama 6
bulan
(2009)
Incidence and
severity of
phlebitis in
patients receiving
peripherally
infused
amiodaron
105 pasien aritmia
di CCU di
Stanford Hospital
Infusion
nursing
standard
42 pasien
dnegan
plebitis
Penelitian
dilakukan
selama 9
bulan
(April 2008
– Januari
2009)
Phlebitis in
amiodaron
administration
93 pasien ICU
Center
Hospitalier
Lipman’s
nursing
scale
Perlakuan
1 : 22% Perlakuan
1 tahun
(1989) Incidence of
phlebitis in
perhiperalporenat
15
15
Universitaire
Vandosis in
Lauranne dengan
parenteral nutrisi
terbagi atas
beberapa
perlakuan 1 : amino acid 4%
dan dextrose 8%
(AA+Dx)+intralip
id (IL) 10% 2. AA+Dx+IL
20% 3. AA+Dx 4. control
0 : tanpa
tanda 1 : ½ tanda 1 : 3 tanda
2 :
tromboli
sis
purulen
plebitis
2 : 48% Perlakuan
3 : 44% Perlakuan
4 : 26%
al nutrition :
effective of
different nutrient
solutions
CLINICAL BASED AND PATIENT VALUES
Intervensi Keperawatan pencegahan plebitis dengan Transparant Dressing di IRNA Lantai 3 RS X Tanggal 22 Desember 2014-4 Januari 2015
No Pasien Intervensi Comparasion Outcome Teori
1 Ny. K (P/ 57
tahun) 1. DMND +
DCFC IV
2. Mobilisasi:
bebas
3. Nutrisi: cukup
4. Personal
Hygiene: baik
5. IV cath taka no
22
6. NaCl 0,9 %
500 cc/24 jam
Dopamin 3
mikro/24 jam
stand by
Furosemid 3 x
40 mg
Penggantian
balutan insersi
intravena dengan
transparan
dressing
Pemasangan
tanggal
01/01/2015
jam 19.30
WIB penggantian
pada hari ke 4,
dan kemudian
tiap 3 hari
Tidak
ada
tanda
plebitis
The Centers
for Disease
Control and
Prevention
menganjurkan
penggantian
katheter stiap
72-96 jam
untuk
membatasi
potensi
infeksi
(Darmawan,
2008)
2 Ny. F (P/ 40
tahun) 1. Gastritis akut +
DM (40 tahun)
Mobilisasi:
bebas
2. Nutrisi: cukup
3. Personal
Hygiene: baik
4. IV taki no 22
5. Antrain 2x
1000 mg
Asering 500 cc
/24 jam
Primperan 3
x 10 mg
Penggantian
balutan insersi
intravena dengan
transparan
dressing
Pemasangan
tanggal
01/01/2015
jam 12.15
WIB penggantian
pada hari ke 3
Tidak
ada
tanda
plebitis
The Centers
for Disease
Control and
Prevention
menganjurkan
penggantian
katheter stiap
72-96 jam
untuk
membatasi
potensi
infeksi
(Darmawan,
2008)
3
16
16
No Pasien Intervensi Comparasion Outcome Teori
DST
Intervensi Keperawatan pencegahan plebitis dengan Kassa Steril di IRNA Lantai 3 RS
X Tanggal 22 Desember 2014-4 Januari 2015
No Pasien Intervensi Comparasion Outcome Teori
1 Tn. A (L/74
tahun) 1. TB + Tu.Paru
dekstra
2. Mobilisasi:
bebas
3. Nutrisi:
cukup
4. Personal
Hygiene:
baik
5. IV cath taka
no 20
6. Asering 1000
cc /24 jam
Ranitidin 2 x
50 mg
Antrain 3 x
1000 mg
Penggantian
balutan
insersi
intravena
dengan
kassa steril
Pemasangan tanggal
26/12/2014 jam 09.00
WIB
selama 3 hari
penggantian kassa 2
kali karena kassa basah
dan kotor
Tidak
ada
tanda
phlebitis
The Centers for
Disease
Control and
Prevention
menganjurkan
penggantian
katheter stiap
72-96 jam
untuk
membatasi
potensi infeksi
(Darmawan,
2008)
2 Ny. Rn (P/ 56
tahun) 1. DM +
karbunkel
type 2
2. Mobilisasi:
bebas
3. Nutrisi:
cukup
4. Personal
Hygiene:
baik
5. IV cath taka
no 24
6. Asering 1000
cc / 24 jam
Metronidazol
500 mg
Ciprofloxacin
200 mg
DST
Penggantian
balutan
insersi
intravena
dengan
kassa steril
Pemasangan tanggal
13/12/2014 jam 11.25
WIB
selama 3 hari
pergantian kassa 3 kali
karena kassa basah
Ada
tanda
phlebitis
Kondisi
hiperglikemi
tidak terkontrol
menyebabkan
penumpukan
glukosa dalam
pembuluh
darah yang
dapat melukai
tunika intima,
sehingga
pembuluh
darah
mengalami
perlukaan
(Dermawan,
2008)
17
17
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan merupakan jawabau dari masalah dalam studi kasus.
Penulisan Kesimpulan dengan menggunakan kalimat (Subyek Predikat obyek
Keterangan)
Isi Kesimpulan
1. Pengkajian
2. Diagnosis
3. Perencanaan
4. Tindakan
5. Evaluasi
5.2 Saran
Saran merupakan implikasi hasil penelitian terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan dan penggunaan praktis. Sekurang-kurangnya memberi saran bagi peneliti
selanjutnya, sebagai hasil hasil pemikiran penelitian atas keterbatasan penelitian yang
dilakukan. Saran diharapkan spesifik mengacu pada hasil penelitian dan operasional
dalam pelaksanaannya (kapan, siapa, dan dimana)
BAGIAN AKHIR
Bagian akhir usulan penelitian meliputi :
1. Daftar pustaka (lihat cara penulisan kepustakaan)
2. Lampiran
18
18
Contoh: CLINICAL PATHWAYS
DIABETES MELITUS
Nama Pasien: ……………………………………………………
Umur: ………………
Berat Badan: ……………..kg
Tinggi Badan: …………..cm
Nomor Rekam Medis: …………………………….
Diagnosis Awal: ………………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : …… hari
Aktivitas Pelayanan R. Rawat
……………. Tgl/Jam masuk: ……………….
Tgl/Jam keluar: ……………….
Lama Rwt ……... hari
Kelas: ……..
Tarif/hr (Rp): ………….
Biaya (Rp) ……………
Hari Rawat 1 Hari Rawat 2 Hari Rawat 3 Hari Rawat 4 Hari Rawat 5 Hari Rawat 6 Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: …
Diagnosis:
Penyakit Utama Diabetes Melitus
Penyakit Penyerta Hipertensi Dislipidemia Congective heart failure
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
Komplikasi Ketoasidosis metabolik
Status hipergliemia
hyperosmolar
Hipoglikemia
Makroangiopati
pembuluh darah koroner
Makroangiopati
pembuluh darah tepi
Makroangiopati
pembuluh darah otak
Retinopati diabetik
Nefropati diabetik
Neuropati
Kaki diabetik
Disfungsi ereksi
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
Asessmen Klinis:
Pemeriksaan dokter (+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-) (+)/(-) (+)/(-) (+)/(-) …………..
Konsultasi Interna
Cardio
Bedah
Syaraf
Anestesi
Gizi
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
…………..
Pemeriksaan Penunjang: Darah rutin
GDS GDP/GD2JPP HbA1C
Profile lipid,
Ureum/Creatinin
SGOT/SGPT
Serum ekeltrolit
Blood gas analysis
EKG
Ro Thorax
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
…………..
19
19
Tindakan: Oksigenasi
Pasang IV line
Hidrasi cairan
Pasang kateter
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
Aff iv line
Aff kateter
…………..
Obat obatan: Drip insulin sesuai
algoritme ……. Unit/jam Drip bicnat …..meq
dalam NaCl 0,9%500 cc Drip kalium …..meq
dalam NaCl 0,9% 500 cc Insulin short acting 3 x …
unit sub cutan Insulin long acting 0 – 0 –
0 - … unit subcutan Antihipertensi Statin 1 x …. mg Obat antidiabetik oral D40% bolus …………………………..
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
Rencana pulang : Obat oral
………………. ……………… ……………….
Nutrisi: Diet DM 25-30 kcal/kgBB/hari + factor penyesuaian (usia > 40 tahun,
status gizi, stress metabolic, hamil)
Diet sesuai
anjuran gizi …………..
Mobilisasi: Semi fowler Duduk Aktif
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
…………..
Hasil (Outcome): Klinis : Penurunan kesadaran Hipertensi Sesak Nyeri dada Hipoglikemia Kaki diabetic
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
Pendidikan/Rencana Pemulangan: Perjalanan penyakit dan
rencana terapi Penjelasan diet makanan Penjelasan untuk kontrol
rutin
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
(+)/(-)
Varians:
Jumlah Biaya ………….. Perawat (PPJP)
……………………
Diagnosis Akhir: Kode ICD 10 Jenis Tindakan: Kode ICD 9 – CM
PPDU: …………… Utama Diabetes Melitus ……….. Pasang infus ……………….
PPDS: …………… Penyerta Hipertensi ……….. Oksigenasi ……………….
Dokter
Penanggung
Jawab Pasien
(DPJP):
Dislipidemia ……….. Pemasangan kateter ………………. CHF ……….. ……………………………………… ……………….
Komplikasi Ketoasidosis
metabolik
……….. ……………………………………… ……………….
20
20
............................. Status hiperglikemia
hyperosmolar ……………………………………… ……………….
Hipoglikemia
……….. ……………………………………… ……………….
Makroangiopati
pembuluh darah
koroner
……….. ……………………………………… ……………….
Verifikator: ……………………
Makroangiopati
pembuluh darah otak
……….. ……………………………………… ……………….
Makroangiopati
pembuluh darah tepi
……….. ……………………………………… ……………….
Nefropati Diabetik ……….. ……………………………………… ………………. Retinopati diabetik
……….. ……………………………………… ……………….
Neuropati
……….. ……………………………………… ……………….
Kaki diabetik ……….. ……………………………………… ……………….
21
21
Panduan Praktik Klinis
SMF : Penyakit Dalam
RS Universitas Airlangga Surabaya
DIABETES MELITUS
1. Pengertian
(Definisi)
Penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia akibat defek pada :
1. Kerja insulin (resistensi insulin) di hati (peningkatan produksi gula
hepatic) dan di jaringan perifer (otot dan lemak).
2. Sekresi insulin oleh sel beta pancreas
3. Atau keduanya.
Klasifikasi Diabetes Melitus (DM) :
1. DM tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya diikuti defisiensi insulin
absolut)
2. DM tipe 2 (umumnya mulai dari resistensi insulin)
3. DM tipe lain (defek genetic pada fungsi sel beta, defek genetic pada
kerja insulin, penyakit eksokrin pancreas, endokrinopati, diindusi obat,
infeksi, bentuk lain immune mediated DM, sindrom genetic lain)
4. DM gestasional
2. Anamnesis Keluhan klasik : poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Keluhan lain berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.
3. Pemeriksa
an Fisik
Tinggi badan, berat badan, tekanan darah, lingkar pinggang
Tanda neuropati.
Mata (visus, lensa mata dan retina).
Gigi mulut.
Keadaan kaki (termasuk rabaan nadi kaki), kulit dan kuku.
4. Kriteria
Diagnosis
1. Keluhan klasik ditemukan dengan gula darah sewaktu > 200 mg/dl.
2. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl dengan keluhan klasik.
3. Kadar gula plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa oral (TTGO) ≥ 200
mg/dl (TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban
glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan
dalam air).
4. Pemeriksaan HBA1c ≥ 6,5%, jika dilakukan pada sarana laboratorium
yang terstandarisasi dengan baik.
5. …………………………………………………………………………….........................
5. Diagnosis ……………………………………………………………………………………………….
6. Diagnosis
Banding
1. Hiperglikemia reaktif
2. Toleransi glukosa terganggu
3. Toleransi glukosa puasa terganggu
7. Pemeriksa
an
Penunjang
1. Gula darah puasa dan 2 jam post prandial
2. HbA1C
3. Profile lipid pada keadaan puasa (kolesterol total, HDL, LDL, dan
trigliserida)
4. Kreatinin serum
5. Urinalisa : proteinuria, keton, sedimen
6. Elektrokardiogram
7. Foto sinar –X dada
22
22
8. Terapi 1. Terapi nutrisi medis (diet DM sesuai anjuran ahli gizi)
2. Latihan jasmani aerobic (jalan kaki, bersepeda, jogging, dan renang)
secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit)
3. Obat hipoglikemik oral
Pemicu sekresi insulin : sulfonylurea dan glinid
Peningkatan sensitivitas terhadap insulin : metformin dan
tiazolidindion.
Penghambat gluconeogenesis (metformin)
Penghambat absorpsi glukosa : penghambat glukosidase alfa.
DPP-IV (enzim dipeptidyl peptidase-IV) inhibitor
4. Insulin
Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
Insulin kerja pendek (short acting insulin)
Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)
Insulin kerja panjang (long acting insulin)
Insulin campuran (premixed insulin)
5. Kombinasi obat antidiabetik oral dan insulin
9. Edukasi 1. Promosi perilaku sehat
2. Edukasi pola diet DM sesuai anjuran ahli gizi
3. Edukasi kontrol rutin dan penggunaan obat diabetic secara teratur
4. Edukasi penyulit akut dan kronik DM
5. Edukasi deteksi dini kelainan kaki risiko tinggi
6. Edukasi penyakit penyerta DM
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat
Evidens
IV
12. Tingkat
Rekomend
asi
C
13. Penelaah
Kritis
1.
2.
14. Indikator
Medis
Evaluasi gula darah plasma dan komplikasi
15. Kepustaka
an
1. Konsensus Pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus di Indonesia,
PERKENI, 2011
2. Panduan pelayanan medik, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit
Dalam Indonesia, 2006
Surabaya ………………………………….2015
Ketua Komite Medik Ketua SMF...............................................
.................................... ......................................
Direktur RS Universitas Airlangga Surabaya,
.......................................................