gas gangren

30
BAB I GAS GANGREN 1. ETIOLOGI Gas gangren adalah gas yang timbul akibat infeksi jaringan subkutan dan otot yang disebabkan toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Beberapa spesies penyebab gas gangren diantaranya adalah Streptococcus dan Staphylococcus (termasuk MRSA methicillin-resistant Staph aureus ) Hemophilus influenzae , Pneumococcus , dan spesies Clostridium . Clostridium perfringens adalah yang paling umum penyebab gas gangren. (80-90 %) spesies lain yang dapat menyebabkan gas gangren adalah Clostridium nouyi, Clostridium septikum, Clostridium hictolyticum, Clostridium bifermenstan dan Clostridium fallax. Spesies Clostridium banyak terdapat di tanah, terutama tanah yang telah ditanami. 3,4,5 Clostridium terutama Clostridium perfringens. Kuman ini merupakan flora normal usus, kulit dan saluran reproduksi wanita. Kuman ini bersifat anaerob, dan termasuk dalam golongan basil Gram positif. Kuman yang memberntuk spora keluar bersama tinja dan terdapat di kulit di seluruh bagian tubuh dan juga di tanah. Spora ini tahan kering, tahan beberapa desinfektan, dan tidak selalu mati dalam air mendidih. Infeksi dari kuman ini sangat berbahaya dan dapat mengancam kehidupan. 1,2 2. EPIDEMIOLOGI 1

Upload: rendygopal

Post on 03-Aug-2015

365 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Gas Gangren

BAB I

GAS GANGREN

1. ETIOLOGI

Gas gangren adalah gas yang timbul akibat infeksi jaringan subkutan dan otot yang

disebabkan toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Beberapa spesies penyebab gas

gangren diantaranya adalah Streptococcus dan Staphylococcus (termasuk MRSA methicillin-

resistant  Staph aureus ) Hemophilus influenzae, Pneumococcus, dan spesies Clostridium.

Clostridium perfringens adalah yang paling umum penyebab gas gangren. (80-90 %) spesies

lain yang dapat menyebabkan gas gangren adalah Clostridium nouyi, Clostridium septikum,

Clostridium hictolyticum, Clostridium bifermenstan dan Clostridium fallax.

Spesies Clostridium banyak terdapat di tanah, terutama tanah yang telah ditanami.3,4,5

Clostridium terutama Clostridium perfringens. Kuman ini merupakan flora normal usus, kulit

dan saluran reproduksi wanita. Kuman ini bersifat anaerob, dan termasuk dalam golongan

basil Gram positif. Kuman yang memberntuk spora keluar bersama tinja dan terdapat di kulit

di seluruh bagian tubuh dan juga di tanah. Spora ini tahan kering, tahan beberapa

desinfektan, dan tidak selalu mati dalam air mendidih. Infeksi dari kuman ini sangat

berbahaya dan dapat mengancam kehidupan.1,2

2. EPIDEMIOLOGI

Dari April hingga Juni tahun 2000, para pengguna obat-obat injeksi di Skotlandia,

Irlandia, dan Inggris diketahui menderita infeksi Clostridium yang serius. Dan sekitar lebih

dari 200.000 kasus sedot lemak di Jerman tahun 2003 juga dilaporkan terjadi komplikasi

berupa necrotizing fasciitis dan gas gangren.5

Tsunami yang terjadi di Indonesia pada Desember 2004 yang memakan korban lebih

dari 200.000 jiwa, juga berakibat buruk terhadap korban luka-luka. Air yang merendam

daerah bencana terkontaminasi oleh Clostridium yang menyebabkan korban luka terkena

tetanus dan gas gangren.5

Gempa di Cina, Mei 2008 mengakibatkan lebih dari 70.000 korban meninggal dan

sekitar 400.000 korban luka-luka. Beberapa korban luka ditemukan terkena gas gangren dan

1

Page 2: Gas Gangren

diamputasi. Sekitar 0.9% pasien di Rumah Sakit Umum daerah Sichuan ditemukan menderita

gas gangren.5

3. PATOGENESIS

Gas gangren biasanya disebabkan oleh kombinasi beberapa spesies Clostridium yang

menghasilkan eksotoksin kuat penyebab nekrosis jaringan. Clostridium ini menghasilkan

sedikitnya 12 eksotoksin dimana α,β ,ε dan θ adalah empat toksin utama yang dapat

menyebabkan kematian. Clostridium perfringens dibagi menjadi lima tipe yaitu A,B,C,D

dan E berdasarkan toksin utama yang dihasilkannya.2,6,7,8,9

Tabel 1. Hubungan antara Biotype Clostridium perfringens dengan Penyakit pada Manusia

dan Binatang6

Alfa toksin adalah toksin yang paling berperan dalam pembentukan gas gangren.

Toksin ini terdiri dari 370 residu zinc metalloenzim yang merupakan suatu Phospholipase- C

dan dapat berikatan dengan memban sel dengan bantuan ion kalsium. Phospholipase- C

adalah suatu enzim yang dapat mengkatalis hidrolisis dari phosphatidylcholine

(phospholipid lainnya) menjadi choline phosphate and 1,2- diacylglycerol dan dapat

menyebabkan kerusakan sel dengan jalan hidrolisis dari komponen utama membran sel.

Toksin ini juga dapat menyebabkan lisis dari eritrosit, leukosit, platelet, fibroblast dan sel

otot.5,10

Infeksi gas gangren terjadi karena masuknya spora Clostridium kedalam luka. Luka

pada jaringan akan mengganggu suplai darah sehingga akan menyebabkan iskemia dan

penurunan potensial reaksi oksidasi reduksi di jaringan. Semua ini akan memudahkan spora

dari Clostridium untuk berkembang.5,7

2

Page 3: Gas Gangren

Bila infeksi terbatas pada jaringan subkutan, akan terjadi selulitis, radang jaringan,

terutama jaringan subkutan anaerob. Umumnya infeksi meluas ke jaringan otot, terjadi

nekrosis otot yang progresif oleh eksotoksin. Karbohidrat otot dihancurkan oleh enzim

sakarolitik sehingga terjadi gas hidrogen dan karbon dioksida, serta asam laktat. Komposisi

dari gas gangren adalah 5.9% hidrogen, 3.4% karbon dioksida, 74.5% nitrogen dan 16.1%

oksigen. Kemudian terjadi penyebaran infeksi sehingga tekanan ke dalam jaringan menjadi

lebih besar, ini memperberat iskemia yang menyebabkan nekrosis menjadi lebih luas lagi.

Pembengkakan makin hebat dengan cairan eksudat dan gas yang makin banyak.

Mionekrosis, atau nekrosis otot menjadi kunci diagnosis patologis.2,11

4. FAKTOR RISIKO

Faktor risiko terjadinya gas gangren antara lain11:

Konsumsi alkohol

Malnutrisi

Trauma

Diabetes Melitus

Raynaud Disease

Aterosklerosis

Pemakaian kortikisteroid

Keganasan pada Traktus Gastrointestinal

Penyakit hematologi yang disertai dengan imunosupresi

Injeksi intra muskular ataupun subkutan

Peripheral vascular disease

5. GAMBARAN KLINIS

Masa tunas dari Clostridium adalah satu sampai tiga hari sejak terjadinya luka.

Gambaran lokalnya mula-mula berupa tanda inflamasi akut yang sangat cepat menyebar,

membuat keadaan umum penderita sangat buruk. Nyeri, yang sudah jelas pada hari pertama,

merupakan tanda dini. Krepitasi, tanda adanya gas di jaringan, yang dapat diraba maupun

didengar dengan stetoskop, mungkin ada, tetapi kadang tidak nyata.

3

Page 4: Gas Gangren

Penderita tampak pucat, capai dan lemas, apatis, berkeringat dingin, tidak berdaya,

demam, dan sesak napas. Denyut nadi kecil dan cepat, dan suhu tidak terlalu tinggi, jarang

melewati 38,5ºC pada hari pertama. Pada tahap akhir suhu badan bisa mencapai 41ºC Cairan

yang keluar dari luka encer, berwarna merah muda sampai cokelat, dan biasanya berbau.2

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG1,2,3,5,12

Pemeriksaan Laboratorium

Leukosit normal tetapi dapat juga meningkat terutama yang imatur.

Peningkatan hasil tes fungsi hati yang mungkin disebabkan oleh kerusakan hati yang

progresif.

Peningkatan blood urea nitrogen dan kreatinin.

Mionekrosis dapat meningkatkan serum aldolase, kalium, laktat dehidroginase, dan

phospokinase.

Gas darah menunjukkan adanya asidosis metabolik.

DIC

Pada pewarnaan gram nampak adanya batang gram positif dan tidak ditemukan

adanya sel PMN. Organisme lain juga hadir hingga 75 % kasus. Tes ini sangat

penting untuk diagnosis cepat.

Pemeriksaan Phospholipase- C ( sialidase ) yang dihasilkan oleh Clostridium dapat

dilakukan pada serum dan cairan luka. Tes ini memberikan hasil yang cepat yaitu

dibawah 2 jam dan dapat digunakan sebagai konfirmasi dari hasil pewarnaan gram.

Pemeriksaan Penunjang Lainnya

Pemeriksaan radiologi : foto rontgen dapat memperlihatkan gambaran khas karena

adanya udara bebas dalam jaringan otot yang nampak seperti bulu burung.

Pemeriksaan kultur : Clostridium perfringens fosfolipase menyebabkan kekeruhan di

sekitar koloni pada media kuning telur (nagler plate).

Pemeriksaan histopatologi : Pemeriksaaan histologi menunjukkan adanya inflamasi

dan nekrosis otot.

7. PENATALAKSANAAN

Pemberian antibiotik3,5,11

4

Page 5: Gas Gangren

Antibiotik yang sering dipakai antara lain:

1. Penisilin G

Merupakan obat pilihan untuk infeksi dengan dosis 10- 20 juta unit/hari. Obat ini

menghambat sintesis dinding sel bakteri selama proses multipikasi.

2. Klindamisin

Obat ini menghambat sintesis protein bakteri. Dosis yang digunakan adalah 600-1200

mg/hari.

3. Metronidazol

Aktif terhadap bakteri anaerob dan protozoa dan pemakainnya tidak boleh lebih dari 4

gram/hari.

4. Vancomisin

5. Kloramfenikol

6.Tetrasiklin

Sekarang kombinasi antara Penicillin dan Klindamisin sudah secara luas digunakan.

Kombinasi Klindamisin dan Metronidazol adalah pilihan apabila pasien alergi penisilin.

Studi terbaru menunjukkan obat penghambat sintesis protein (Klindamisin,

Kloramfenikol, Rifampisin, Tetrasiklin) lebih efektif karena menghambat sintesis

eksotoksin Clostridium dan mengurangi efek lokal ataupun sistemik dari toksin tersebut.5

Terapi hiperbarik oksigen

Secara umum, terapi oksigen hiperbarik merupakan suatu metode pengobatan

dimana pasien diberikan pernapasan oksigen murni (100%) pada tekanan udara dua

hingga tiga kali lebih besar daripada tekanan udara atmosfer normal (satu atmosfer).

Terapi Hiperbarik Oksigen (HBO) untuk pertama kalinya digunakan untuk menanggapi

penyakit dekompresi. Suatu penyakit yang dialami oleh penyelam dan pekerja tambang

bawah tanah akibat penurunan tekanan (naik ke permukaan) secara mendadak. Saat ini

terapi HBO selain untuk penyakit akibat penyelaman juga diindikasi untuk berbagai

penyakit klinis dan termasuk juga gas gangren.14,15

Perlu disadari bahwa terapi HBO yang bermanfaat bagi beberapa macam

penyakit, ternyata menjadi kontraindikasi bagi kondisi dan jenis penyakit tertentu, dan

dari beberapa penelitian rupanya HBO juga dapat menyebabkan beberapa komplikasi.

Prinsip yang dianut secara fisiologis adalah bahwa tidak adanya O2 pada tingkat seluler

5

Page 6: Gas Gangren

akan menyebabkan gangguan kehidupan pada semua organisme. Dengan kondisi tekanan

oksigen yang tinggi, diharapkan matriks seluler yang menopang kehidupan suatu

organisme mendapatkan kondisi yang optimal. 16,17

Terapi HBO memiliki mekanisme dengan memodulasi nitrit okside (NO) pada sel

endotel. Pada sel endotel ini HBO terapi juga meningkatkan intermediet vaskuler endotel

growth factor (VEGF). Melalui siklus Krebs terjadi peningkatan NADH yang memicu

peningkatan fibroblast. Fibroblast yang diperlukan untuk sintesis proteoglikan dan

bersama dengan VEGF akan memacu kolagen sintesis pada proses remodelling, salah

satu tahapan dalam penyembuhan luka.16,17

Mekanisme di atas berhubungan dengan salah satu manfaat utama terapi HBO

yaitu untuk wound healing. Pada bagian luka terdapat bagian tubuh yang mengalami

edema dan infeksi. Di bagian edema ini terdapat radikal bebas dalam jumlah yang besar.

Daerah edema ini mengalami kondisi hipo-oksigen karena hipoperfusi. Peningkatan

fibroblast sebagaimana telah disinggung sebelumnya akan mendorong terjadinya

vasodilatasi pada daerah edema tersebut. Jadilah kondisi daerah luka tersebut menjadi

hipervaskular, hiperseluler dan hiperoksia. Dengan pemaparan oksigen tekanan tinggi,

terjadi peningkatan IFN-γ, i-NOS dan VEGF. IFN- γ menyebabkan TH-1 meningkat

yang berpengaruh pada B-cell sehingga terjadi pengingkatan Ig-G. Dengan meningkatnya

Ig-G, efek fagositosis leukosit juga akan meningkat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

pada luka, HBO berfungsi menurunkan infeksi dan edema.16,17

Indikasi HBO di antaranya adalah embolisme gas dan udara, keracunan karbon

monoksida, cedera remuk (Crush Injury), keracunan gas sianida, penyakit dekompresi,

meningkatkan penyembuhan luka-luka pada: ulkus diabetikum; ulkus stasis venosus;

ulkus dekubitus; ulkus insufisiensi arterial, anemia (Exceptional blood loss), infeksi

jaringan lunak bernekrosis: selulitis anaerob krepitan; gangren bakterial progresif;

fasciitis nekrosis; Penyakit Fournier, gas gangren kuman Clostridium, osteomyelitis

refrakter, nekrosis karena radiasi, tandur kulit (skin grafts and flaps), luka bakar.16

Kontraindikasi HBO di antaranya adalah infeksi saluran nafas atas (ISNA),

gangguan kejang, emfisema dengan retensi C02, lesi asimtomatik pada paru, riwayat

pernah bedah thoraks dan telinga, demam tinggi, tumor, kehamilan (percobaan pada

hewan membuktikan peningkatan terjadinya cacat bawaan pada janin bila HBO diberikan

6

Page 7: Gas Gangren

pada awal kehamilan. Namun jika nyawa si ibu terancam, keracunan gas CO misalnya,

terapi HBO harus diberikan), neuritis optikus.16

Komplikasi HBO di antaranya adalah barotrauma telinga, nyeri sinus, miopia dan

katarak, barotrauma paru, kejang, penyakit dekompresi, klaustrofobia.16

Manfaat terapi HBO pada kasus gas gangren adalah:

o Meningkatkan konsentrasi oksigen pada seluruh jaringan tubuh, bahkan pada

aliran darah yang berkurang

o Merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru untuk meningkatkan aliran darah

pada sirkulasi yang berkurang

o Mampu membunuh bakteri, terutama bakteri anaerob seperti Closteridium

perfingens

o Mampu menghambat produksi racun alfa toksin

o Meningkatkan viabilitas sel atau kemampuan sel untuk bertahan hidup

o Meningkatkan produksi antioksidan tubuh.14,15,16,17,18

Tindakan debrideman

Tindakan debrideman luka diperlukan untuk pengeluaran benda asing atau segala kotoran

yang ada pada luka disertai dengan pembuangan jaringan yang nekrosis sehingga yang

tinggal hanya jaringan yang baik peredaran darahnya. Dikarenakan proses penyakit dapat

terus melibatkan jaringan tambahan maka diperlukan explorasi dan debrideman yang

berulang. Debrideman pada penderita gas gangren merupakan operasi darurat. Amputasi

dilakukan apabila terdapat jaringan nekrosis yang luas serta melibatkan jaringan otot. 2,3,5

BAB II

STERILISASI DAN PERLINDUNGAN TENAGA KESEHATAN

DALAM TATALAKSANA GAS GANGREN

Sterilisasi dan perlindungan tenaga kesehatan dalam menangani kasus infeksi dalam hal

ini khususnya gas gangren pada dasarnya sama dengan perlindungan terhadap transmisi infeksi

7

Page 8: Gas Gangren

lainnya. Namun, keberadaan gas gangrene sebagai tanda adanya mikroorganisme pathogen dan

prosedur tatalaksana yang berisiko tinggi akan terpapar kontak langsung maupun terpercik

bahan infeksius dari tubuh penderita memerlukan upaya khusus. Ditambah lagi endospora

mikroorgasnisme penyebab gas gangrene belum tentu dapat dibasmi dengan prosedur sterilisai

biasa.

Upaya pencegahan infeksi di rumah sakit terdiri dari penerapan 2 tingkat kewaspadaan,

yaitu kewaspadaan universal dan kewaspadaan khusus.19

Kewaspadaan Universal :

Prinsip utama prosedur kewaspadaan universal pelayanan kesehatan adalah menjaga

higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip

tersebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu19 :

1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang

2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah

kontak dengan darah serta cairan infeksius yang lain

3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai

4. Pengelolaan jarum suntik dan alat tajam untuk mencegah perlukaan

5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan

Kewaspadaan khusus

1. Kewaspadaan terhadap penularan melalui udara (airborne)

Yaitu digunakan untuk menurunkan penularan penyakit melalui udara baik yang

berupa bintik percikan di udara (ukuran 5 μm atau lebih kecil) atau partikel kecil yang

berisi agen infeksi pada pasien yang diketahui atau diduga menderita penyakit serius

dengan penularan melalui percikan halus di udara. 19

2. Kewaspadaan terhadap penularan melalui percikan (droplet)

Kewaspadaan ini ditujukan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari pasien

yang diketahui atau diduga menderita penyakit serius dengan penularan percikan

partikel besar (diameter > 5 μm) dari orang yang terinfeksi mengenai lapisan mukosa

hidung, mulut atau konjungtiva mata orang yang rentan. Percikan dapat terjadi pada

waktu seseorang berbicara, batuk, bersin ataupun pada waktu pemeriksaan jalan nafas

seperti intubasi atau bronkoskopi. Transmisi melalui percikan besar berbeda dengan

transmisi penularan melalui udara karena pada transmisi percikan memerlukan kontak

8

Page 9: Gas Gangren

yang dekat antara sumber dengan penerima, karena percikan besar tidak dapat

bertahan lama di udara dan hanya dapat berpindah dari dan ke tempat yang dekat. 19

3. Kewaspadaan terhadap penularan melalui kontak.

Digunakan untuk mencegah penularan penyakit dari pasien yang diketahui atau

diduga menderita penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung (misalnya kontak

tangan atau kulit ke kulit) yang terjadi selama perawatan rutin, atau kontak tak

langsung (persinggungan) dengan benda di lingkungan pasien. Gas gangren dan ulkus

dapat menular melalui kontak dengan penderita. 19

Ketentuan Umum Pencegahan19 :

1) Tempatkan pasien pada tempat yang terpisah atau bersama pasien lain dengan infeksi aktif

organisme yang sama dan tanpa infeksi lain.

2) Melaksanakan kewaspadaan universal.

3) Perawatan lingkungan yaitu dengan membersihkan setiap hari peralatan dan permukaan lain

yang sering tersentuh oleh pasien.

4) Peralatan perawatan pasien gunakan terpisah satu sama lain, jika terpaksa harus digunakan

satu sama lain secara bersama maka peralatan tersebut harus selalu dibersihkan dan

didesinfeksi sebelum digunakan pada yang lain.

Tindakan yang harus dilakukan19 :

1) Tempatkan pasien pada ruang tersendiri atau bersama pasien lain dengan infeksi yang sama.

2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja pada air yang mengalir atau alcuta.

3) Menggunakan alat pelindung kerja seperti masker, gaun pelindung dan sarung tangan.

4) Melakukan tindakan desinfeksi, dekontaminasi dan sterilisasi, terhadap berbagai peralatan

yang digunakan, meja kerja, lantai dan lain-lain terutama yang sering tersentuh oleh pasien.

5) Melaksanakan penanganan dan pengolahan limbah dengan cara yang benar, khususnya

limbah infeksi.

6) Memberikan pengobatan yang adekuat pada penderita.

CUCI TANGAN

Ada tiga cara cuci tangan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, yaitu19 :

9

Page 10: Gas Gangren

1) Cuci tangan higienik atau rutin: yaitu untuk mengurangi kotoran dan flora yang ada di

tangan dengan menggunakan sabun atau detergen.

2) Cuci tangan aseptik: dilakukan sebelum tindakan aseptik pada pasien atau melakukan

pekerjaan aseptik dengan menggunakan antiseptik.

3) Cuci tangan bedah : dilakukan sebelum melakukan tindakan bedah cara aseptik dengan

antiseptik dan sikat steril.

Contoh larutan antiseptik :

• Alkohol (60%- 90%)

• Setrimid/klorheksidin Glukonat (2-4%) contoh : Hibiscrub, Hibitane

• Klorheksidin Glukonat (2%), contoh : Savlon

• Heksaklorofen (3%), contoh : pHisoHex tidak boleh digunakan pada selaput lendir

seperti mukosa vagina

• Kloroksilenol (Para-kloro-metaksilenol atau PCMX), contoh : Dettol tidak bisa

digunakan untuk antisepsis vagina karena dapat membuat iritasi pada selaput lendir yang

akan mempercepat pertumbuhan mikroorganisme dan tidak boleh digunakan pada bayi

baru lahir

• Iodofor (7,5-10%), contoh : Betadine

• Larutan yang berbahan dasar alkohol (tingtur) seperti iodin , contoh : Yodium tinktur

• Triklosan (0,2-2%)

Sarana Cuci Tangan :

o air mengalir : dapat berupa kran atau dengan cara mengguyur dengan gayung, namun cara

mengguyur dengan gayung memiliki risiko cukup besar untuk terjadinya pencemaran, baik

melalui gagang gayung maupun percikan air bekas cucian kembali ke bak penampung air

bersih. Air kran bukan berarti harus dari PAM, namun diupayakan secara sederhana dengan

tangki berkran di ruang pelayanan agar mudah dijangkau oleh para petugas kesehatan yang

memerlukan. 19

10

Page 11: Gas Gangren

o sabun dan detergen : bahan tersebut tidak membunuh mikroorganisme tetapi menghambat

dan mengurangi jumlah mikroorganisme dengan tegangan permukaan sehingga

mikroorganisme terlepas dari permukaan kulit dan mudah terbawa air. 19

o larutan antiseptik : dipakai pada kulit atau jaringan hidup lainnya untuk menghambat

aktivitas atau membunuh mikroorganisme pada kulit.19

Prosedur Cuci Tangan :

Cuci Tangan Higienis/Rutin19 :

1) Basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan air mengalir

2) Taruh sabun dibagian telapak tangan yang telah basah. Buat busa secukupnya tanpa

percikan

3) Gerakan cuci tangan terdiri dari gosokan kedua telapak tangan, gosokan telapak tangan

kanan di atas punggung tangan kiri dan sebaliknya, gosok kedua telapak tangan dengan

jari saling mengait, gosok kedua ibu jari dengan menggenggam dan memutar, gosok

pergelangan tangan

4) Proses berlangsung selama 10-15 detik

5) Bilas kembali dengan air sampai bersih.

6) Keringkan tangan dengan handuk atau kertas yang bersih atau tisu atau handuk katun

sekali pakai

7) Matikan kran dengan kertas atau tisu

8) Pada cuci tangan aseptik/bedah diikuti larangan menyentuh permukaan yang tidak steril

Alternatif Cuci Tangan Higienis19

- Dilakukan bila tidak ada air mengalir.

- Yaitu buat campuran 100 ml alkohol 70% dengan 1-2 ml gliserin 10%

- Caranya : gosoklah kedua cairan pada kedua tangan secara merata.

Cuci Tangan Aseptik19 :

Prosedur sama dengan cuci tangan higienis hanya saja bahan deterjen atau sabun diganti dengan

antiseptik dan setelah mencuci tangan tidak boleh menyentuh bahan yang tidak steril

Cuci Tangan Bedah19:

1) Nyalakan kran

2) Basahi tangan dan lengan bawah dengan air

11

Page 12: Gas Gangren

3) Taruh sabun antiseptik dibagian telapak tangan yang telah basah. Buat busa secukupnya

tanpa percikan

4) Sikat bagian bawah kuku dengan sikat lembut

5) Buat gerakan mencuci tangan seperti cuci tangan biasa dengan waktu lebih lama. Gosok

tangan dan lengan satu persatu secara bergantian dengan gerakan melingkar

6) Sikat lembut hanya digunakan untuk membersihkan kuku saja bukan untuk menyikat

kulit yang lain oleh karena dapat melukainya. digunakan spons steril sekali pakai

7) Proses cuci tangan berlangsung 3 (tiga) hingga 5 (lima) menit dengan prinsip sependek

mungkin tapi cukup memadai untuk mengurangi jumlah bakteri yang menempel di

tangan

8) Selama cuci tangan jaga agar letak tangan lebih tinggi dari siku agar air mengalir dari

arah tangan ke wastafel

9) Jangan sentuh wastafel, kran, atau gaun pelindung

10) Keringkan tangan dengan lap steril

11) Gosok dengan alkohol 70% atau campuran alkohol 70% dengan klorheksedin 0,5 %

selama 5 (lima) menit dan keringkan kembali.

12) Kenakan gaun pelindung dan sarung tangan steril.

ALAT PELINDUNG

Digunakan untuk melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari risiko pajanan darah, semua

jenis cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien. 19

Macam-macam alat pelindung19 :

a. Sarung tangan

b. Pelindung wajah/Masker/Kaca mata

c. Penutup kepala. Gaun pelindung (baju kerja/ celemek)

e. Sepatu pelindung (sturdy foot wear)

a. Sarung Tangan

Sarung tangan harus selalu dipakai pada saat melakukan tindakan yang kontak atau

diperkirakan akan terjadi kontak dengan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang

tidak utuh, selaput lender pasien dan benda yang terkontaminasi. Hal harus diperhatikan pada

12

Page 13: Gas Gangren

penggunaan sarung tangan yaitu cuci tangan harus selalu dilakukan pada saat sebelum

memakai dan sesudah melepas sarung tangan. Dikenal tiga jenis sarung tangan19 :

Sarung tangan bersih : digunakan sebelum tindakan rutin pada kulit dan selaput lendir

dan sekali pakai harus dibuang.

Sarung tangan steril : digunakan jika akan melakukan tindakan steril, sarung tangan ini

bisa disterilisasi ulang.

Sarung tangan rumah tangga : dipakai pada waktu akan membersihkan alat kesehatan,

permukaan meja kerja dll. Sarung tangan ini dapat digunakan lagi setelah dicuci dan

dibilas bersih.

Prosedur Pemakaian dan Pelepasan Sarung Tangan Pemakaian Sarung Tangan Steril19 :

a) Cuci tangan

b) Siapkan area yang cukup luas, bersih dan kering untuk membuka paket sarung tangan.

Perhatikan tempat menaruhnya (Steril atau minimal DDT)

c) Buka pembungkus sarung tangan, minta bantuan petugas lain untuk membuka

pembungkus sarung tangan, letakkan sarung tangan dengan bagian telapak tangan

menghadap ke atas.

d) Ambil salah satu sarung tangan dengan memegang pada sisi sebelah dalam lipatannya,

yaitu bagian yang akan bersentuhan dengan kulit tangan saat dipakai.

e) Posisikan sarung tangan setinggi pinggang dan menggantung ke lantai, sehingga bagian

lubang jari tangannya terbuka. Masukkan tangan. Jaga sarung tangan supaya tetap tidak

menyentuh permukaan.

f) Ambil sarung tangan ke dua dengan cara menyelipkan jari-jari tangan yang sudah

memakai sarung tangan ke bagian lipatan, yaitu bagian yang tidak akan bersentuhan

dengan kulit tangan saat dipakai.

g) Pasang sarung tangan yang ke dua dengan cara memasukkan jari-jari tangan yang belum

memakai sarung tangan, kemudian luruskan lipatan, dan atur posisi sarung tangan,

sehingga terasa pas dan enak di tangan . 19

Pelepasan Sarung Tangan19 :

a) Masukkan sarung tangan yang masih dipakai ke dalam larutan klorin, gosokkan untuk

mengangkat bercak darah atau cairan tubuh lainnya, atau kotoran-kotoran lainnya yang

menempel.

13

Page 14: Gas Gangren

b) Pegang salah satu sarung tangan pada lipatan lalu tarik ke arah ujung jari-jari tangan

sehingga bagian dalam dari sarung tangan pertama menjadi sisi luar.

c) Jangan dibuka sampai terlepas sama sekali, biarkan sebagian masih berada pada tangan

sebelum melepas sarung tangan yang ke dua. Hal ini penting untuk mencegah

terpajannya kulit tangan yang terbuka dengan permukaan sebelah luar sarung tangan.

d) Biarkan sarung tangan yang pertama sampai sekitar jari-jari, lalu pegang sarung tangan

yang ke dua pada lipatannya lalu tarik ke arah ujung jari hingga bagian dalam sarung

tangan menjadi sisi luar.

e) Demikian dilakukan secara bergantian. Pada akhir setelah hampir di ujung jari, maka

secara bersamaan dan dengan sangat hati-hati sarung tangan tadi dilepas.

f) Perlu diperhatikan bahwa tangan yang terbuka hanya boleh menyentuh bagian dalam

sarung tangan.

g) Cuci tangan setelah sarung tangan dilepas, ada kemungkinan sarung tangan berlubang

namun sangat kecil dan tidak terlihat. Tindakan mencuci tangan setelah melepas sarung

tangan ini akan memperkecil risiko terpajan. 19

b. Pelindung wajah

Pelindung wajah terdiri dari masker dan kaca mata Pelindung wajah ini digunakan

untuk maksud19 :

Untuk melindungi selaput lendir hidung, mulut dan mata selama melakukan tindakan

atau perawatan pasien yang memungkinkan terjadi percikan darah dan cairan tubuh

lain, termasuk tindakan bedah ortopedi atau perawatan gigi.

Masker tanpa kacamata hanya digunakan pada saat tertentu misalnya merawat pasien

tuberkulosis terbuka tanpa luka dibagian kulit/pendarahan.

Masker digunakan bila berada dalam jarak 1 meter dari pasien. 19

c. Penutup Kepala

Untuk mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit petugas

terhadap alat-alat/daerah steril juga sebaiknya untuk melindungi kepala/rambut petugas dari

percikan bahan-bahan dari pasien. 19

d. Gaun/Baja Pelindung

14

Page 15: Gas Gangren

Tujuannya yaitu untuk melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan

darah atau cairan tubuh lain yang dapat mencemari baju atau seragam. Gaun pelindung harus

dipakai apabila ada indikasi , misalnya pada saat membersihkan luka, melakukan irigasi,

melakukan tindakan drainase, menuangkan cairan terkontaminasi ke dalam lubang

pembuangan atau wc atau toilet. 19

e. Sepatu Pelindung

Tujuannya adalah melindungi kaki petugas dari tumpahan/percikan darah atau cairan

tubuh lainnya dan bahan berbahaya lainnya dan mencegah dari kemungkinan tusukan benda

tajam atau kejatuhan alat kesehatan. Sepatu harus menutupi seluruh ujung dan telapak kaki

dan tidak dianjurkan untuk menggunakan sandal atau sepatu terbuka. Sepatu khusus

sebaiknya terbuat dari bahan yang mudah dicuci dan tahan tusukan misalnya karet atau

plastik. 19

PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN

Tjuannya adalah untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan, atau untuk

menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap pakai. Proses penatalaksanaan peralatan

dilakukan melalui 4 (empat) tahap kegiatan19 :

a. Dekontaminasi

b. Pencucian

c. Sterilisasi atau DTT

d. Penyimpanan

a. Dekontaminasi

Yaitu menghilangkan mikroorganisme patogen dan kotoran dari suatu benda sehingga

aman untuk pengelolaan selanjutnya dan dilakukan sebagai langkah pertama bagi

pengelolaan alat kesehatan bekas pakai. Tujuannya untuk mencegah infeksi melalui alat

kesehatan atau permukaan benda, mis HIV, HBV atau kotoran lain yang tidak tampak

sehingga dapat melindungi petugas atau pasien. 19

Prosedur Dekontaminasi Alkes 19

Kenakan sarung tangan rumah tangga, celemek kedap air atau pelindung wajah kalau

perlu

15

Page 16: Gas Gangren

Rendam alat kesehatan segera setelah dipakai dalam larutan klorin 0,5 % selama 10

menit (bila lebih, dapat memudahkan korosi alat). Seluruh alat harus terendam larutan

klorin

Segera bilas dengan air hingga bersih dan lanjutkan dengan pembersihan. Apabila alat

kesehatan tidak langsung dicuci, rendam dalam ember atau wadah plastik berisi air

bersih setelah dikontaminasi.

Buka sarung tangan, masukkan dalam wadah sementara menunggu dekontaminasi dan

proses selanjutnya

Cuci tangan

Prosedur Dekontaminasi Tumpahan Darah/Cairan Tubuh19

Pakai sarung tangan rumah tangga (masker kacamata/pelindung wajah bila perlu).

Serap darah/cairan tubuh sebanyak-banyaknya dengan kertas/koran bekas/tisu

Buang kertas penyerap bersama sampah medis dalam kantong yang kedap cairan

Tuangi atau semprot area bekas tumpahan darah dengan natrium hipoklorit 0,5 %

biarkan 10 menit kemudian bersihkan.

Bilas dengan lap basah yang bersih hingga klorin terangkat.

Buka sarung tangan, masukkan dalam wadah sementara menunggu dekontaminasi

sarung tangan dan proses selanjutnya.

Cuci tangan.

b. Pencucian

Tujuannya yaitu menghilangkan segala kotoran yang kasat mata dari benda dan

permukaan benda dengan sabun atau detergen , air, sikat; menurunkan jumlah

mikroorganisme yang potensial menjadi penyebab infeksi melalui alat kesehatan atau

suatu permukaan benda. 19

c. Desinfeksi dan Sterilisasi :

Desinfeksi merupakan suatu proses untuk menghilangkan sebagian atau semua

mikroorganisme dari alat kesehatan kecuali endospora bakteri. Macam dan cara

desinfeksi19 :

1. Desinfektan Kimiawi : alkohol, klorin dan ikatan klorin, formaldehid, glutardehid,

hydrogen peroksida, yodifora, asam parasetat, fenol, ikatan ammonium kuartener.

16

Page 17: Gas Gangren

2. Cara desinfeksi lainnya : radiasi sinar ultraviolet, pasteurisasi, mesin pencuci.

3. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) yaitu dilakukan apabila sterilisator tidak tersedia

atau tidak mungkin dilaksanakan. DTT dapat membunuh semua mikroorganisme

termasuk hepatitis B dan HIV, namun tidak dapat membunuh endospora dengan

sempurna seperti tetanus atau gas gangren.

1. DTT dengan merebus

Mulai menghitung waktu saat air mulai mendidih

Merebus 20‘ dalam panci tertutup

Seluruh alat harus terendam

Jangan menambah alat apapun ke air mendidih

Pakai alat sesegera mungkin atau simpan wadah tertutup dan kering yang telah

di DTT, maksimal 1 minggu

2. DTT dengan mengukus

Selalu kukus 20‘ dalam kukusan

Kecilkan api sehingga air tetap mendidih

Waktu dihitung mulai saat keluarnya uap

Jangan pakai lebih dari 3 panci uap

Keringkan dalam kontainer DTT

3. DTT dengan kimia :

Desinfektan kimia untuk DTT

klorin 0,1%, Formaldehid 8%, Glutaraldehid 2%

Langkah-langkah DTT Kimia :

DEkontaminasi Cuci+bilas keringkan

Rendam semua alat dalam larutan desinfektan selama 20‘

Bilas dengan air yang telah direbus dan dikeringkan di udara

Segera dipakai atau disimpan dalam kontainer yang kering dan telah di DTT

Sterilisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan seluruh mikroorganisme dari

alat kesehatan termasuk endospora bakteri. Macam-macam sterilisasi19 :

1. Fisik, seperti pemanasan atau radiasi, filtrasi

17

Page 18: Gas Gangren

2. Kimiawi, menggunakan bahan kimia dengan cara merendam (mis: dalam larutan

glutardehid) dan menguapi dengan gas kimia (diantaranya dengan gas etilen oksida)

Berikut ini contoh aplikasi teknik-teknik sterilisasi:

1. STERILISASI UAP

121 ˚C , tekanan pada 106 kPa

20 ' untuk alat tidak terbungkus

30 ' untuk alat yang dibungkus

2. STERILISASI PANAS KERING (OVEN)

170 ˚C selama 1 jam. Waktu penghitungan dimulai setelah suhu yang diinginkan

tercapai

160 ˚C untuk alat tajam (gunting, jarum) selama 2 jam

3. STERILISASI KIMIA

Glutaraldehid 2-4 %(cydex), Direndam sekurang-kurangnya 10 jam

Formaldehid 8 %, direndam 24 jam

Bilas dengan air steril sebelum digunakan kembali atau sebelum disimpan

DAFTAR PUSTAKA

1. Sande M A. 1998. Gas gangrene. In: Internal Medicine. Ed. Stein JH et al, 5th edition.

Missouri: Mosby Inc. pp.1422-1423.

18

Page 19: Gas Gangren

2. Ridad AM. 2004. Infeksi. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed. de Jong W, Sjamsuhidajat R,

edisi 2. Jakarta: EGC. pp.18-20.

3. Revis DR. 2012. Clostridial gas gangrene. http://emedicine.medscape.com. (4 Mei 2012).

4. Kluwer W. 2009. Gas gangrene. In: Professional Guide to Disease. Ed. Holmes et al, 9th

edition. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. pp.930-932.

5. Hoi H. Gas gangrene. 2011. http://emedicine.medscape.com/217943-overview. (4 Mei

2012).

6. Titball RW. 2005. Gas gangrene: an open and closed case. Microbiology. 151:2821-2828

7. Baron S. 2010. Gas gangren and related clostridial wound infections.

http://www.ncbi.nlm. nih.gov/bookshelf. (3 Mei 2012).

8. Stevens DL. 1997. Necrotizing clostridial soft tissue infections. In: The Cloctridia. Ed.

Rood JI el al. Sandiago: Academic Press. pp.141-152.

9. Correa AG. Anaerobic bacteria. In: Textbook of Pediatric Infections Disease. Ed Feigin

RD, 5th edition. Philadelpia: Elsevier Inc. pp.1751-1758.

10. Phospholipase-C. 2010. http:/www.absoluteastronomy.com. (3 Mei 2012).

11. Rull G. 2009. http://www.patient.co.uk/doctor/Gangrene.htm. (4 Mei 2012).

12. Chi CH, Chen KW, Huang JJ, Chuang YC, Wu MH. 1995. Gas composition in

Clostridium septicum gas gangrene . J Formos Med Assoc 94 (12): 757–9. PMID 8541740.

13. Neubauer RA. 1998. Using HBOT to threat Infection. In: Hyperbaric

Oxigen Therapy. Ed James L. New York: Penguin Putnan.Inc. pp.65-74.

14. Oktaria S. 2010. Terapi oksigen hiperbarik. http://www.klikdokter.com. (3 Mei

2012).

15. Dana D. 2011. Manfaat, pantangan dan efek lanjutan terapi oksigen

hiperbaik. http://beta.tnial.mil.id. (3 Mei 2012).

16. Farmasia. 2009. Sinergi antara radioterapi dengan terapi oksigen

hiperbarik. http://www.majalah-farmasia.com. (4 Mei 2012).

17. Wiyono H. 2010. Pemanfaatan Hiperbarik.

http://penyakitdalamonline.com. (4 Mei 2012).

18. Sonavane A. 2008. Gas gangrene at tertiary care centre. Bombay

hospital journals. 50:10-13.

19

Page 20: Gas Gangren

19. Depkes RI. 2006. Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja Instalasi

Farmasi Rumah Sakit.

20