presus gangren
DESCRIPTION
presus gangrenTRANSCRIPT
1
HALAMAN PENGESAHAN
Diajukan Oleh:
Syahnaz Yasmine Sissarian
20080310191
Telah dipresentasikan dan disetujui Presus dengan judul:
Gangren cruris sinistra ec oclusi A. femoralis
Disahkan Oleh:
Dosen Pembimbing
(dr. Syamsul Sp. B)
2
Bab I
Laporan Kasus
A. Identitas
Nama : Bp. Hartojo
Umur : 72 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Banjarejo RT.02 RW.03, Bayan, Purworejo
Pekerjaan : Pensiunan
Masuk IGD : 6 Januari 2013 Jam : 11.45
B. Anamnesis
Diambil dari: autoanamnesis, tanggal: 6 Januari 2013, jam: 11.45
1. Keluhan utama : kaki menghitam
2. Riwayat penyakit sekarang
Kaki menghitam dan luka mulai hari senin tanggal 31 Januari 2013 dari di bawah
lutut kaki kiri ke bawah sampai ujung jari kaki. Demam (-), bau (+), tidak teraba
denyut nadi di a. poplitea. Hiperestesia bagian proksimal (+), parestesia di kaki
menghitam (+). Sebelumnya sudah disarankan ke sardjito tetapi pasien menolak lalu
dipijat tapi kaki tambah menghitam. Awalnya kaki berwarna merah dari bagian jari
kaki, lama-lama mulai menghitam dan mulai menjalar sampai di bawah lutut.
3. Riwayat penyakit dahulu
3
- Pasien tidak memiliki riwayat sakit seperti ini sebelumnya
- Pasien tidak mempunyai riwayat trauma
- Pasien menyangkal mempunyai DM, HT, hiperlipidemia.
- Pasien hanya datang ke dokter bila sakit. Tidak punya riwayat kontrol kesehatan.
- Pasien perokok berat selama > 50 tahun sampai sekarang. 1 hari habis 1 bungkus,
waktu muda > 1 bungkus/ hari.
4. Riwayat penyakit keluarga
- Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : sedang
2. Kesadaran : compos mentis
3. Vital Sign : TD = 190/110
N = 80x/mnt
RR = 24x/mnt
S = 36,5oC
4. Status generalisata
- Pemeriksaan Kepala : Mesochepal, tidak ada bekas luka.
- Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
- Telinga/Hidung : Discharge (-), deviasi septum (-)
- Mulut : Caries (-), bibir kering (-)
- Pemeriksaan Leher
Kelenjar tiroid dan kelenjar limfe tidak teraba.
4
- Pemeriksaan Thorax
Paru-paru : Suara dasar vesukuler (+/+), ronchi (-), wheezing (-)
Jantung : S1 > S2 reguler, bising (-).
- Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Datar, sikatrik (-).
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Palpasi : Nyeri tekan (-), supel.
Perkusi : Timpani diseluruh lapang abdomen.
5. Status lokalis
- Regio cruris
Inspeksi : gangren setinggi ± 5 cm below knee, bula (+), hiperemis (-), pus (-)
Palpasi : NT (+) pulsasi a. poplitea sinistra tidak teraba
D. Diagnosis Kerja
- Gangren cruris sinistra ec oclusi arteri akut 1/3 distal femoral
- HT
E. Diagnosis Banding
- Ulkus DM
- DVT
F. Usulan pemeriksaan
DL, GDS, Ur, Cr, SGOT, SGPT, HbsAg, Koles Tot., TGL, HDL, LDL
5
G. Hasil pemeriksaan
WBC : 14,00. 103/uL
RBC : 4,20. 106/uL
Hb : 13,00 g/dL
Hct : 38,5 %
AT : 381 103/uL
GDS : 129 mg/dL
Ur : 142 mg/dL
Cr : 5,94 mg/dL
Choles : 143 mg/dL
TGL : 127 mg/dL
SGOT : 76 u/L
SGPT : 93 u/L
HbsAg (-)
H. Terapi
- Diet uremia
- Infus RL 20 tpm
- Inj Ceftriaxone 2x1 gr
- Inj Metronidazol 3x500 mg
- Inj Torasic 3x30 mg
- Inj Panzo 1x1A
6
I. Follow up
6 Januari 2013
IGD
S : Kaki menghitam dan luka mulai hari senin tanggal 31 Januari 2013 dari di bawah
lutut kaki kiri ke bawah sampai ujung jari kaki. Demam (-), bau (+), tidak teraba
denyut nadi di a. poplitea. Hiperestesia bagian proksimal (+), parestesia di kaki
menghitam (+).
O : sedang, cm
TD: 190/110
CA(+), Pulmo/Cor/Abd: dbn, parastesi (+), bula (+), hiperstesia (+), a. poplitea tidak
teraba.
A : gangren pedis sinistra susp buerger syndrome DD raymond syndrome
P : - Infus RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
- Inj. Metronidazol 3x500 mg
- Inj. Torasic 3x30 mg
- Inj. Panzo 1x1A
- Medikasi Luka
Bedah
S : kaki kiri menghitam
O : KU sedang, cm
TD: 170/100
7
St. Lokalis R. Cruris sinistra
I : gangren/nekrotik ± 5 cm below knee s/d end distal pedis
P : NT (+) a. femoralis (+/+), a. poplitea (+/-), a. tibia pedis (+/-), a. dorsalis pedis
(+/-)
A : - necrosis/gangren cruris sinistra ec oclusi arteri akut 1/3 distal femoral
- HT stage II
P : - Awasi KU/VS/BC
- IVFD RL 20 tpm
- Pasang DC
- Inj. Cefotaxim 2x1 gr
- Inj. Metronidazol 3x500 mg
- Inj. Torasic 3x30 mg
- Konsul UPD cito u HT stage II dan Ur Cr ↑
UPD
Konsul via telpon
P : - Infus KAEN 1B
- Diet uremi
- Aminoral 3x2 tab
7 Januari 2013
Bedah
S :kaki kiri menghitam, pasien menolak di pasang DC
8
O : KU sedang, cm
TD: 170/100
St. Lokalis R. Cruris sinistra
I : gangren/nekrotik ± 5 cm below knee s/d end distal pedis
P : NT (+) a. femoralis (+/+), a. poplitea (+/-), a. tibia pedis (+/-), a. dorsalis pedis
(+/-)
A : - necrosis/gangren cruris sinistra ec oclusi arteri akut 1/3 distal femoral
- HT stage II
- Insufisiensi Renal
P : - Diet Uremia
- IVFD KAEN 1B
- Aminoral 3x2 tab
- Inj. Bifotic 2x1 gr
- Inj. Metronidazol 3x500 mg
- Inj. Torasic 3x30 mg
- Motivasi amputasi below knee
- Pasang kondom kateter
- Balance cairan
UPD
Konsul via telpon
P : - Tab Irtensa 1x300 mg
- Inj. Farsix 2x1
9
Bedah
Pasien menolak di pasang condom kateter
Lapor dr. Syamsul
P : - Balance cairan ditunda
10
Bab II
Tinjauan Pustaka
A. Pendahuluan
Penyakit arteri perifer (PAD) adalah semua penyakit yang terjadi pada pembuluh
darah setelah keluar dari jantung dan aortailika meliputi ke empat ekstremitas, arteri
karotis, arteri renalis, arteri mesenterika dan semua percabangan setelah keluar dari
aortailiaka, hal ini disebabkan oleh perubahan struktur dan fungsi arteri-arteri yang
menyuplai darah ke daerah-daerah tersebut. Namun demkian dalam referat pembahasan
dibatasu hanya pada penyakit arteri perifer ekstremitas bawah. Penyakit arteri perifer
ekstremitas bawah merupakan suatu kondisi dimana terjadi deposit lemak di dinding
arteri yang membawa darah ke tungkai. Kondisi ini disebut juga sebagai atherosklerosis
atau pengerasan arteri. Arteri-arteri ini lambat laun menyempit bahkan memblok
sirkulasi darah khususnya pada tungkai dan kaki. Prevelensi PAD sekitar 8 juta laki-laki
dan perempuan di US, laki-laki lebih banyak dari perempuan, 12% populasi dewasa dan
sampai 20% pada orang lanjut usia.
PAD merupakan marker ateroskleorosis sistemik dan sering ditemukan diantara
orang-orang dengan faktor resiko kardiovaskuler yang jelas, khususnya usia tua (> 40
tahun), merokok, diabetes melitus, dislipidemia, hipertensi, hiperhomosistemia. Pasien
yang menderita penyakit ini mungkin memiliki gejala tetapi juga bisa asimptomatik.
Namun sebagian besar PAD sekitar 70-80% asimptomatik. PAD somptomatik, gejala
yang paling sering adalah klaudikasio intermitten ditandai oleh nyeri dan kelemahan
11
sewaktu berjalan atau melakukan aktivitas dan berkurang bila istirahat. Pasien dengan
klaudikasio dapat menurunkan kualitas hidup disebabkan terbatasnya pergerakan atau
mobilisasi. Pasien dengan PAD menunjukkan 2 sampai 6 kali lipat meningkatkan resiko
kematian akibat penyebab vaskuler dan resiko besar amputasi ekstremitas daripada
pasien-pasien tanpa PAD. Individu dengan PAD juga memiliki angka kematian pertahun
akibat kardiovaskuler sekitar 2,5% dan peristiwa kardiovaskuler mayor (21,1%)
disebabkan oleh menigkanya kejadian aterotrombu dibandingkan pasien dengan penyakit
arteri koroner (1,9% dan 15,2%) atau dengan beberapa penyakit serebrovaskuler (2,1%
dan 14,5%). Meskipun demikian berhubungan dengan beratnya resiko kesehatan, PAD
masih belum dikenal oleh dokter dan populasi umum, hal ini karen sebagian pasien PAD
tidak menunjukkan gejala. Oleh sebab itu diharapkan para klinisi memiliki kemampuan
mengenal PAD lebih jauh.
B. Definisi
Penyakit arteri perifer merupakan gangguan sirkulasi umum di mana arteri yang
menyempit mengurangi aliran darah ke anggota badan. Ketika mengembangkan penyakit
arteri perifer, ekstremitas (biasanya daerah kaki) tidak menerima aliran darah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan.
Penyakit ini menyebabkan gejala, terutama nyeri kaki saat berjalan (kaludikasio
intermitten). Penyakit arteri perifer juga mungkiin menjadi tanda akumulasi yang lebih
luas dari deposito lemak di arteri (aterosklerosis). Kondisi ini bisa mengurangi aliran
darah ke jantung dan otal, serta kaki. Sering kali berhasil mengobati penyakot arteri
perifer engan berhenti merokoo, berolahraga dan makan makanan yang sehat.
12
C. Anatomi
Pembuluh darah terdiri atas 3 jenis, yaitu:
1. Arteri
Arteri membawa darah dari jatung dan disebarkan ke berbagai jaringan tubuh
melalui cabang-cabangnya. Arteri yang terkecil, diameternya kurang dari 0,1 mm,
dinamakan arteriol. Persatuan cabang-cabang asteri dinamakan anastomosis. Pada
arteri tidak terdapat katup. End arteri anatomik merupakan pembuluh darah yang
cabang-cabang terminalnya tidak mengadakan anastomisis dengan cabang-cabang
arteri yang memperdarahi daerah yang berdekatan. End arteri fungsional adalah
pembuluh darah yang cabang-cabang terminalnya mengadakan anastomosis dengan
cabang-cabang terminal arteri yang berdekatan, tetapi besarnya anastomosis tidak
cukup untuk mempertahankan jaringan tetap hidup bila salah satu arteri tersumbat.
2. Vena
Vena adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah kembali ke jantung; banyak
vena mempunyai katup. Vena yang terkecil dinamakan venula. Vena yang lebih
kecil atau cabang-cabangnya, bersatu membentuk vena yang lebih besar, yang
seringkali bersatu sama lain membentuk pleksus vena. Arteri profunda tipe sedang
sering diikuti oleh dua vena masing-masing pada sisi-sisinya, dan dinamakan venae
cominantes.
3. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah mikroskopis yang membentuk jalinan yang
menghubungkan arteriol dengan venula. Pada beberapa daerah tubuh, terutama pada
ujung-ujung jari dan ibu jari, terdapat hubungan langsung antara arteri dan vena
13
tanpa diperantai kapiler. Tempat hubungan seperti ini dinamakan anastomosis
arteriovenosa.
Struktur histologi pembuluh darah secara umum adalah sebagai berikut:
1. Tunica intima
Merupakan lapisan yang kontak langsung dengan darah. Lapisan ini dibentuk
terutama oleh sel endotel.
2. Tunica media
Lapisan yang berada diantara tunika intima dan adventitia, disebut juga lapisan
media. Lapisan ini terutama dibentuk oleh sel otot polos dan jaringan elastis.
3. Tunica adventitia
Merupakan lapisan yang paling luar yang tersusun oleh jaringan ikat.
D. Etiologi
Penyakit arteri perifer sering disebabkan oleh arterosklerosis. Pada aterosklerosis,
timbunan lemak (plak) menumpuk did inding arteri dan mengurangi aliran darah.
Meskipun jantung biasanya yang paling terkena dampak aterosklerosis, namun penyakit
ini dapat mempengaruhi arteri di seluruh tubuh. Ketika hal tersebut terjadi di arteri
memasok darah ke anggota badan, maka dapat menyebabkan penyakit arteri perifer.
Penyebab penyakit arteri perifer mungkin peradangan pembuluh darah, cedera pada
anggota badan, anatomi yang tidak biasa pada ligamen atau otot, atau paparan radiasi.
14
E. Patofisiologi
Atherogenesis merupakan suatu proses pembentukan plak atheroma yang
selanjutnya menyebabkan atherosklerosis. Atherosklerosis melibatkan proses
penumpukan kolesterol yang akan menjadi plak dan remodelling arteri yang kedua-
duanya berjalan pada saat yang bersamaan. Selain kedua proses ini, terdapat satu teori
baru yang mengatakan bahwa leukosit seperti monosit dan basofil, akan menyerang dan
merusak endothel arteri oleh sebab-sebab yang tidak diketahui. Reaksi inflamasi yang
disebabkan oleh penyerangan ini akan menyebabkan pembentukan plak atheroma di
tunika intima arteri.
Langkah pertama atherogenesis melibatkan pembentukan fatty streak yang
merupakan pengendapan kolesterol-kolesterol yang telah dioksidasi dan makrofag di
bawah endothelium arteri. Low Density Lipoprotein (LDL) dalam darah akan menyerang
endothel dan dioksidadi oleh radikal-radikal bebas pada permukaan endothel. Reaksi
inflamasi yang disebabkan oleh kerusakan endothel ini akan mengeluarkan sinyal-sinyak
yang akan menarik monosit memasuki dinding arteri dari darah. Proses ini disertai juga
oleh perlekatan platelet ke bagian pembuluh darahyang cedera ini. Monosit-monosit yang
telah memasuki dinding arteri ini akan berubah mejadi makrofag dan memakan LDL
yang telah dioksidasi dan menjadi “foam cell” oleh vesikel-vesikel dalam bentuk
sitoplasma makrofag.
“foam cell” ini akhirnya akan mati dan akan memperparah lagi proses inflamasi pada
dinding arteri. Selain itu, juga terdapat penambahan otot polos (smooth muscle) yang
akan bergerak dari tunika media ke tunika intima apabila dirangsang oleh sitokin yang
dilepaskan oleh sel endothel yang rusak. Proses ini akan menyebabkan pembentukan
15
kapsul yang terdiri daripada jaringan fibrous dan kapsul ini akan menutup celah berlemak
pada dinding arteri.
Langkah selanjutnya akan menyebabkan kalsifikasi pada otot polos pembuluh darah
terutama otot-otot di sebelah plak atheroma. Kematian sel-sel pembuluh darah juga akan
menyebabkan kalsium yang berada di luar sel bergerak ke dalam otot-otot polos ini akan
mengendap.
Selain itu, LDL juga akan membawa kolesterol-kolesterol ini akan dilepaskan dan
dioksidasi untuk menarik makrofag ke bagian pembuluh darah.
Keadaan ini akan menjadi lebih parah jika tubuh hanya mempunyai HDL yang
sedikit untuk membawa kolesterol di sel kembali ke hati. “Foam cell” dan platelet akan
memicu proliferasi dan migrasi otot polos ke tunica intima. Otot-otot polos ini akan
memakan lipid dan menjadi “Foam cell”. Setelah itu, mereka akan diganti oleh kolagen.
Satu fibrous cap akan terbentuk di tengah endapan lemak dan tunika intima. Atheroma
ini akan menghasilkan enzim yang akan menyebabkan pembesaran arteri. Pembesaran
lumen arteri ini akan menurunkan frekuensi penyempitan saluran darah tetapi apabila
pembesaran lumen ini melebihi batas ketebalan dinding arteri, ia akan menyebabkan
aneurisma.
F. Faktor resiko
Faktor-faktor yang menigkatkan resiko anda terkena penyakit arteri perifer
meliputi:
1. Merokok
2. Diabetes mellitus
16
3. Obesitas (indeks massa tubuh lebih dari 30)
4. Tekanan darah tinggi (140/90 mmHg atau lebih tinggi)
5. Kolesterol tinggi (darah kolesterol total lebih dari 240 mg/dL atau 6,2 mmol/L)
6. Bertambah usia, terutama setelah mencapai usia 50 tahun.
7. Riwayat keluarga penyakit arteri perifer, penyakit jantung atau stroke
8. Kelebihan kadar homosistein, komponen protein yang membantu membangun dan
mempertahankan jaringan.
Orang-orang yang merokok atau menderita diabetes mellitus memiliki resiko
terbesar terkena penyakit arteri perifer akibat aliran darah yang berkurang.
G. Manifestasi Klinis
Keluhan biasanya berhubungan dengan derajat insufisiensi aliran darah arteri ke
tungkai bawah dan sesuai dengan pola Fontaine. Keluhan di antaranya kaludikasio
intermitten, rasa dingin di akral, paresthesi ibu jari kaki disertai nekrosis di bagian
distalnya, denyut nadi a. pooplitea serta bagian distalnya hilang. Keluhan klaudikasio
umumnya unilateral (>50%) karena ateroskelrosis bukan kelainan simetris. Akan tetapi,
sering tidak terdapat keluhan kaludikasio intermitten di satu sisi walaupun ada oklusi
yang cukup besar karena penderita sudah terpaksa berhenti berjalan akibat oklusi berat di
sisi yang lebih parah.
Gejala penyakit arteri perifer meliputi:
1. Kaki mati rasa atau terasa lemah
2. Perubahan warna kaki
3. Kulit pada kaki lebih mengkilat
17
4. Luka pada jari kaki atau kaki yang tidak akan sembuh
5. Tidak ada denyut di kaki atau denyutnya lemah
6. Disfungsi ereksi pada pria
7. Pertumbuhan kuku kaki lebih lambat
8. Kulit pada daerah kaki berwarna pucat
9. Rambut rontok atau pertumbuhan rambut lebih lambat pada kaki
10. Dingin di kaki atau kaki bagian bawah, terutama bila dibandingkan dengan kaki lain
11. Nyeri atau kram di paha, pinggul atau otot betis setelah aktivitas, seperti berjalan
atau naik tangga (klaudikasio intermitten).
H. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan keluhan (pola Fontaine), palpasi arteri,
auskultasi vaskuler dengan doppler, dan pemeriksaan tambahan seperti osilografi dan
arteriografi.
Fontaine adalah penentuan beratnya insufisiensi aliran darah di arteri ekstremitas
bawah, yaitu:
1. Stadium I
Perfusi jaringan masih cukup, walaupun terdapat penyempitan arteri. Pada stadium
ini gejalanya bisa asimptomatik atau gejala tidak khas (semutan, geringingan).
2. Stadium II
Perfusi ke otot tidak memadai oada aktivitas tertentu. Timbul gejala klaudikasio
intermitten, yaitu nyeri pada otot ekstremitas bawah yang timbul ketika berjalan dan
18
memaksa penderita berhenti berjalan, gejala berkurang bila penderita istirahat. Hal ini
menyebabkan jarak tempuh penderita berkurang atau terbatas.
3. Stadium III
Perfusi sudah tidak memadai saat istirahat. Pasien merasakan nyeri bahkan saat
beristirahat.
4. Stadium IV
Telah terjadi iskemia yang mengakibatkan nekrosis, kelainan trofik kulit, gangguan
penyembuhan luka, atau bisa sampai gangren akibat anoksia.
I. Penatalaksanaan
Yang terpenting ialah tindakan mencegah bertambahnya proses aterosklerosis.
Penangan konservatif maupun tindakan bedah tidak berguna jika proses arterosklerosis
terus menerus meluas ke arteri seluruh sistem. Seluruh faktor penyebab arterosklerosis,
kecuali usia, dapat dihilangkan atau dikurangi, sehingga pasien harus mengubah gaya
hidupnya secara radikal yang berarti berhenti merokok, mengubah diet, mengurangi
asupan kalori, dan melakukan olahraga secara teratur dan terarah. Jika rekonstruksi
vaskuler dilakukan tanpa menghilangkan faktor penyebab, aterosklerosis tetap akan
meluas terus ke sistem arteri lain, termasuk arteri otak, jantung, ginjal dan ekstremitas
bawah.
Pembentukan kolateral dari percabangan di proksimal oklusi dan ke cabang distal
oklusi akan berkembang terus, tetapi ini memerlukan waktu. Dengan demikian, keluhan
dan tanda akan membaik, asal kebiasaan merokok dihentikan dan gaya hidup diubah.
19
Terdapat 3 cara untuk menghilangkan obstruksi pembuluh, yaitu
tromboendarteriektomi, angioplasti, dan reseksi bagian pembuluh darah yang patologis.
Rekonstruksi pascareseksi dilakukan dengan pemasangan prostesis pembuluh secara
interposisi. Pada bedah pintas dengan protesis pembuluh, bagian yang mengalami oklusi
dibiarkan saja.
Bila secara klinik dan pada aortoarteriografi terdapat kontraindikasi untuk
melakukan rekonstruksi vaskuler, dapat dikerjakan simpatektomi lumbal sebagai
tindakan paliatif. Bila sudah terjadi nekrosis, pilihannya hanya tindakan bedah amputasi.
J. Komplikasi
1. Chronic Limb Ischemia (CLI). Kondisi ini dimulai dengan luka terbuka yang tidak
kunjung sembuh, cedera, atau infeksi tungkai atau kaki. CLI terjadi ketika cedera
atau infeksi berkembang dan dapat menyebabkan kematian jaringan (gangren),
kadang-kadang membutuhkan amputasi ekstremitas yang terkena.
2. Stroke dan serangan jantung. Arterosklerosis yang menyebabkan tanda dan gejala
penyakit arteri perifer tidak terbatas pada kaki anda. Timbunan lemak juga terjadi di
arteri yang mensuplai jantung dan otak.
K. Pencegahan
Seseorang yang memiliki aliran darah yang buruk ke kaki, hendaknya melakukan
beberapa tindakan pencegahan berikut:
1. Sering periksa kaki apakah terdapat retakan, luka terbuka, kutil atau kapalan
20
2. Setiap hari mencuci kaki dengan air hangat dan sabun yang ringan, lalu
mengeringkannya
3. Untuk kulit yang kering, gunakan pelumas (misalnya lanolin)
4. Untuk menjaga agar kaki tetap kering, gunakan bedak bubuk yang tidak
mengandung obat
5. Guntinglah selalu kuku-kuku ibu jari, tetapi jangan terlalu pendek
6. Obati kutil dan kapalan
7. Jangan menggunakan bahan kimia yang lengket maupun yang terlalu keras
8. Gantilah kaos kaki atau stoking yang ujungnya terlalu ketat
9. Untuk menjaga agar kaki tetap hangat, gunakanlah kaos kaki wol yang longgar
10. Jangan gunakan botol air panas atau bantalan pemanas
11. Gunakan sepatu yang nyaman dan memiliki ruang yang cukup untuk jari-jari kaki
12. Jika kaki memiliki kelainan bentuk, gunakan sepatu khusus
13. Jangan menggunakan sepatu terbuka atau berjalan tanpa alas kaki
21
Daftar Pustaka
Liapis C.D. et al. European Manual of Medicine: Vascular Surgery, Sringer-Verlag, Berlin Heidelberg, 2007.
Hobson II R.W., Wilson S.E., Veith F.J.. Vascular Surgery Principles and Practice 3rd edition. Marcel Dekker, Inc.. New York. 2004.
Wim de Jong, Sjamsuhidayat R. (2007). Jantung, Pembuluh darah dan Limf dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. P 529-591. Jakarta: EGC.