38942470 lapsus gangren

34
Laporan Kasus Diabetes Mellitus Tipe II dan Diabetic Foot Oleh Diah Nurul Hidayati, S.Ked I1A005037 Pembimbing dr. H. Djohan Sebastian, Sp.PD 1

Upload: ina-karania-widhi

Post on 01-Dec-2015

193 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Laporan Kasus

Diabetes Mellitus Tipe II dan Diabetic Foot

Oleh

Diah Nurul Hidayati, S.KedI1A005037

Pembimbing

dr. H. Djohan Sebastian, Sp.PD

BAGIAN/UPF ILMU PENYAKIT DALAMFK UNLAM – RSUD ULIN

BANJARMASIN

Maret, 2010

1

BAB I

PENDAHULUAN

Diantara penyakit degeneratif atau penyakit yang tidak menular yang akan

meningkat jumlahnya di masa kini bahkan masa yang akan datang, diabetes

adalah salah satu diantaranya yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini.

Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus di beberapa negara berkembang, akibat

peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan, akhir-akhir ini banyak

disoroti. Peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di

kota-kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif

termasuk diabetes mellitus (DM). Data epidemiologis di negara berkembang

memang masih belum banyak. Oleh karena itu angka prevalensi yang dapat

ditelusuri terutama berasal dari negara maju.1

Di Indonesia kekerapan diabetes mellitus tergantung insulin (DMTI) secara

pasti belum diketahui, tetapi diakui memang sangat jarang. Hal ini mungkin

disebabkan oleh karena Indonesia selain terletak di khatulistiwa barangkali juga

karena faktor genetiknya tidak menyokong. Disamping itu mungkin juga karena

pasien DMTI yang tidak terdiagnosis karena datangnya terlambat hingga pasien

sudah meninggal akibat komplikasi sebelum didiagnosis.1

Pada penderita diabetes mellitus dapat terjadi komplikasi, hal ini terjadi

akibat perjalanan penyakit yang berlangsung kronis. Komplikasi yang paling

sering pada penyakit ini adalah angiopati, neuropati dan imunopati yang

selanjutnya dapat menimbulkan berbagai kelainan lain sesuai organ yang terkena.

2

Salah satu kelainan yang timbul akibat komplikasi diabetes mellitus adalah ulkus

pedis atau kaki diabetik dan osteomyelitis.2,3

Ulkus pedis diabetik merupakan komplikasi serius diabetes mellitus. Lebih

dari 50% kasus amputasi nontrauma pada ekstremitas bawah disebabkan oleh

ulkus pedis diabetik. Selain itu kelainan ini merupakan salah satu faktor penyebab

menurunnya kualitas hidup dan kemampuan, serta meningkatkan angka

morbiditas pada pasien diabetes. Hal ini menunjukkan pentingnya pemahaman

mengenaoi faktor risiko, patogenesis, komplikasi serta penanganan ulkus pedis

diabetik.2,4

Pola pendekatan multidisiplin dalam penangan penderita ulkus pedis

diabetik harus didasarkan pada pengobatan dasar penyakit dasar penyakit

diabetes. Selain itu perlu juga dilakukan pengobatan adjuvant dan tindakan bedah

jika diperlukan, baik secara minimal maupun secara rekonstruktif dan invasive.5

Jadi penanganan ulkus pedis diabetik secara keseluruhan mencakup empat hal

penting yaitu terapi penyakit dasar, terapi simptomatis, terapi fisik dan psikoterapi

atau edukasi pasien.6

Berikut ini disampaikan laporan kasus Diabetes Mellitus tipe 2 dengan

gangren pedis pada seorang laki-laki berusia 54 tahun yang dirawat di bagian

Penyakit Dalam Pria RSUD Ulin Banjarmasin dari tanggal 2 Januari 2010 sampai

dengan 20 Januari 2010.

3

BAB II

LAPORAN KASUS

1. DATA PRIBADI

Nama : Tn. AR MRS tanggal : 2 Januari 2010

No.RMK : 86 51 12 Ruangan : PD. Pria

Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 54 tahun

Bangsa : Indonesia Suku : Banjar

Agama : Islam Status : Menikah

Pekerjaan : Petani Alamat : Jl. A.Yani Km.14 RT 20

Banjarmasin

2. KELUHAN UTAMA : Luka di kaki yang tak sembuh-sembuh

3. ANAMNESA :

Anamnesa Khusus (Riwayat Penyakit Sekarang)

Sejak kurang lebih 3 minggu sebelum masuk Rumah Sakit, pasien

mengeluh kakinya melepuh dan bengkak setelah mencoba alat kesehatan

yang ditawarkan salesman. Dua hari kemudian luka tersebut bernanah.Oleh

pasien luka dibersihkan dengan rivanol dan diberikan ampicilin bubuk di

lukanya. Untuk mengurangi nyerinya dan menurunkan panas, pasien

mengaku mememinum paracetamol. Setelah lebih dari seminggu luka tak

kunjung sembuh lalu pasien berobat ke IGD Gambut, dan di sarankan untuk

berobat ke RS ULIN.

4

Pasien masih mengeluh nyeri di luka kakinya, pasien tidak mengeluh

adanya mual muntah. Keluhan juga tak didapatkan dari buang air besar

maupun buang air kecil pasien. Pasien juga tidak mengeluh adanya batuk,

sesak serta pusing. Kurang lebih 3 tahun yang lalu pasien mengeluh sering

haus dan sering kencing, kemudian pasien juga mengeluh berat badannya

terus menurun,lalu pasien memeriksakan diri ke puskesmas, dan di katakan

bahwa pasien punya penyakit gula dan rutin meminum obat.

Anamnesa Medik dan Penyakit Terdahulu

Pasien mengaku tidak ada riwayat hipertensi dan asma, tetapi pasien

mengaku memiliki riwayat diabetes mellitus.

Anamnesa Penyakit Keluarga

Keluarga pasien mengaku tidak ada riwayat hipertensi dan asma tetapi

pasien mengaku keluarganya punya riwayat penyakit diabetes mellitus.

4. PEMERIKSAAN UMUM

Keadaan Umum

Keadaan Sakit : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Komposmentis, GCS 4-5-6

Pernapasan : Thorakoabdominal

Gizi : Cukup

Kulit : Sawo matang

5

Tanda vital

TD : 130/60 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,3 oC

RR : 20 x/menit

Pemeriksaan Kepala dan Leher

Kepala : Bentuk mesosefali, simetris, tidak ada deformitas, rambut

berwarna hitam

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), tidak ada edema

pada kedua palpebra, pupil isokor diameter 3mm/3mm, refleks

cahaya (+/+)

Telinga : Bentuk normal dan simetris, tidak ada deformitas, sekret tidak

ada, serumen minimal

Hidung : Bentuk normal dan simetris

Mulut : Bentuk normal, mukosa tidak sianosis, lidah tidak kotor, tidak

tremor, perdarahan gusi tidak ada, trismus (-), tidak hiperemis

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, pernapasan cuping

hidung tidak ada, deformitas tidak ada, epistaksis tidak ada kanan

dan kiri, tekanan vena jugularis tidak meningkat, kaku kuduk

tidak ada, tidak ada deviasi trakea.

Pemeriksaan Umum Thorax

Bentuk : Simetris datar

Kulit : Tidak tampak kelainan

6

Aksila : Tidak tampak pembesaran kelenjar getah bening

Pemeriksaan Paru

Inspeksi : Gerak napas simetris

Palpasi : Fremitus fokal simetris normal, tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Sonor kanan dan kiri

Auskultasi : Suara napas vesikular, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

Pemeriksaan Jantung

Inspeksi : Tidak tampak iktus kordis

Palpasi : Iktus kordis teraba, thrill tidak ada

Perkusi : Batas kanan ICS II-V Linea Sternalis Dextra

Batas kiri ICS V ± 2 cm lateral Linea Midclavicularis Sinistra

Auskultasi : Murmur jantung (-)

Pemeriksaan Umum Abdomen

Inspeksi : Tampak datar dan supel

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Palpasi : Hepar , Lien dan massa tidak teraba.

Perkusi : Timpani

7

Pemeriksaan Extremitas

Atas : Akral hangat, Edema (-/-), parese (-/-), refleks patologis (-/-),

refleks fisiologis (+/+), tanda-tanda perdarahan (-/-)

Bawah : Akral hangat, Edema (-/-), parese (-/-), refleks patologis (-/-),

refleks fisiologis (+/+), tanda-tanda perdarahan (-/-), gangren (+ /

+)

Pemeriksaan Tulang Belakang

Tidak ada kelainan kongenital, skoliosis (-), kifosis (-), gibbus (-)

8

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tabel 1. Hasil pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan 02.01.10 19.01.10Nilai

RujukanSatuan

HEMATOLOGIHemoglobin 12,4 11,3 14,0-18,0 g/dlLeukosit 8,4 5,8 4,0-10,5 ribu/ulEritrosit 4,04 3,58 4,50-6,00 Juta/ulHematokrit 36 32 40-50 Vol%Trombosit 430 289 150-450 Ribu/ulRDW-CV 11,7 13,5 11,5-14,7 %MCV-MCH-MCHCMCV 88,0 90,1 80,0-97,0 FlMCH 30,7 31,6 27,0-32,0 PgMCHC 34,8 35 32,0-38,0 %Hitung JenisNeutrofil % 57,6 28,4 50,0-70,0 %Limfosit % 35,5 62,1 25,0-40,0 %Basofil % - - 0,0-1,0 %Eosinofil % - - 1,0-3,0 %Monosit % - - 3,0-9,0 %MID % 6,9 9,5 4,0-11,0 %Neutrofil # 4,8 1,6 2,50-7,00 Ribu/ulLimfosit # 3,0 3,6 1,25-4,00 Ribu/ulBasofil # - - <0,1 Ribu/ulEosinofil # - - <0,3 Ribu/ulMonosit # - - 0,30-1,00 Ribu/ulMID # 0,6 0,5 - Ribu/ulKIMIAGULA DARAHGula Darah Sewaktu

591 197 <200 Mg/dL

GINJALUreum 21 - 10-45 mg/dlKreatinin 0,7 - 0.5-1.7 mg/dlELEKTROLITNatrium 128 - 135-146 Mmol/lKalium 4,6 - 3,4-5,4 Mmol/lClorida 100 - 95-100 Mmol/l

9

6. DIAGNOSIS KERJA

Diabetes Melillitus dengan gangren pedis dextra et sinistra

7. PENATALAKSANAAN

Tanggal 2 Januari 2010

- IVFD. NaCl 30 TPM

- Actravid 4x4 ui/ jam , kemudian Actrapid 3 x 8 ui

- Ceftriaxone 2 x1 g iv

- Metronidazole 3 x 500 mg IV

- Cek GDS / 8 jam

10

Follow upTabel 2. Follow up tanggal 3 Januari 2010 – 19 Januari 2010

11

EVALUASIHARI PERAWATAN

1 2 3 4 5 63/1/10 4/1/10 5/1/10 6/1/10 7/1/10 8/1/10

SPanasNyeri kakiNyeri sendiLuka basah

-+++

-+++

-+++

-+<+

-<<+

-<-+

OTD (mmHg)N (kali/menit)RR (kali/menit)T (0C)GDS

100/708224

37,8487

110/808024

37,5456

110/707822

36,8251

100/707820

36,5281

110/807820

36,1317

100/80742236196

A DM Tipe II + gangren pedis D et S

P

IVFD. NaCl 30 tpmActravid 3 x Ceftriaxone 2 x1 g iv Metronidazole 3 x 500 mg Grahabion tab 2 x 1Clindamisin 2x 300 mgInterhistin 1.0.1Ketokonazol 1x200 mgAspilet 1x80 mgAmitriptilin 0.0.1Semprot Gentamicin/ Metronidazole + Aqua Rawat gangren pagi & soreDiet DM

+8 iu++-------

-+

+12 iu

+++------

++

+12 iu

++++----G

++

+12 iu

++++----G

++

-12 iu

++++----G

++

-16 iu

++++----G

++

EVALUASIHARI PERAWATAN

7 8 9 10 11 129/1/10 10/1/10 11/1/10 12/1/10 13/1/10 14/1/10

S

PanasNyeri kakiNyeri sendiLuka basah

-+++

-+++

-+++

-+<+

-<<+

-<-+

OTD (mmHg)N (kali/menit)RR (kali/menit)T (0C)GDS

100/708224

37,8302

110/808024

37,5261

110/707822

36,8285

100/707820

36,5268

110/807820

36,1296

100/80742236235

A DM Tipe II + Gangren pedis D et S

P IVFD. NaCl 30 TPMActravid 3 x Ceftriaxone 2 x1 g iv Metronidazole 3 x 500 mg IV Grahabion tab 2 x 1Clindamisin 2 x 300 mgInterhistin 1.0.1Ketokonazol 1x200 mgAspilet 1x80 mg

-16 iu

+STOP

+++--

-16 iu

+-+++--

-16 iu

+-+++--

-16 iu

+-+++--

-16 iu

+-+++--

-16 iu

+-+++--

12

Amitriptilin 0.0.1Semprot Gentamicin / Metronidazole + Aqua Rawat gangren pagi & soreDiet DM

-G

++

-M

++

-M

++

-M

++

-M

++

-M

++

EVALUASIHARI PERAWATAN

13 14 15 16 17 1815/1/10 16/1/10 17/1/10 18/1/10 19/1/10 20/1/10

S

PanasNyeri kakiNyeri sendiLuka basah

-+++

-+++

-+++

-+<+

-<<+

-<-+

OTD (mmHg)N (kali/menit)RR (kali/menit)T (0C)GDS

100/708224

37,8293

110/808024

37,5258

110/707822

36,8274

100/707820

36,5262

110/807820

36,1277

100/80742236183

A DM Tipe II + gangren pedis D et S

P

IVFD. NaCl 30 TPMActravid 3 x Ceftriaxone 2 x1 g iv Metronidazole 3 x 500 mg IV Grahabion tab 2 x 1Clindamisin 2 x 300 mgInterhistin 1.0.1 Ketokonazol 1x200 mgAspilet 1x80 mgRanitidin 2x 1 ampAmitriptilin 0.0.1Semprot Gentamicin / Metronidazole + Aqua Rawat gangren pagi & soreDiet DM

-18 iu

+-+++----

M

++

-20 iu

+-+++----

M

++

-20 iu

+-+++----

M

++

-20 iu

++++++++-

M

++

-20 iu

+++++++++M

++

-20 iuSTOP

+++

STOP++++M

++

13

Hasil Biakan : Enterobacter cloaceaJenis Obat Hasil

1234567891011121314151617

AmpicillinAmpicillin sulbactamCefazolinCefoperazone sulbactamCefotaximeCeftazidimeChepalexinChloramphenicolClindamycinFosfomycineGentamicinImipenemKanamycinNalidixid acidNetilmicinePiperacillineStreptomycine

RRRSRIRRRSRSRIIRR

R (Resisten); I (Intermediet); S (Sensitif)Hasil Pemeriksaan Kultur ResistensiTabel 3. Hasil Pemeriksaan Kultur Resistensi tanggal 13 Januari 2010

Grafik 1.Hasil Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 190

100

200

300

400

500

600

700

591

487456

251281

317

196

302261 285 268

296235

293258 274 262 277

183

Grafik Gula Darah Sewaktu (GDS)

GDS

BAB III

14

PEMBAHASAN

Diabetes mellitus adalah salah satu penyakit metabolik berupa gangguan

metabolisme karbohidrat, yakni penurunan penggunaan glukosa yang rendah

sehingga mengkibatkan adanya penumpukan glukosa di dalam darah

(hiperglikemia). Adapun penyebab terjadinya penimbunan kadar glukosa di dalam

darah tersebut ialah adanya gangguan berupa kurangnya sekresi enzim insulin

pada pancreas ( DM tipe 1), atau terjadin gangguan fungsi pada enzim insulin

tersebut dalam metabolisme glukosa ( DM tipe 2)7,8,9

Diagnosis DM umumnya akan dipikirkan dengan adanya gejala khas DM

berupa poliuria, polidipsia, lemas dan berat badan yang menurun. Gejala lain yang

mungkin dikemukakan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan

impotensia pada pasien pria serta pruritus vulvae pada pasien wanita.10

Pada kasus ini, seorang laki-laki dengan usia 54 tahun yang dirawat di

bangsal penyakit dalam RSUD Ulin Banjarmasin di diagnosa gangren pedis akibat

diabetes mellitus. Diketahui kurang lebih 3 tahun pasien telah menderita kencing

manis. Sebelum didiagnosa terkena kencing manis, pasien mengaku sering buang

air kecil selain itu pasien juga merasakan sering haus. Keluhan lain yang

dirasakan adalah nafsu makan pasien berkurang, badan lemas dan sering merasa

pusing. Dengan keluhan tersebut pasien berobat ke puskesmas terdekat kemudian

didiagnosis dengan kencing manis. Dari anamnesa memang mengarah ke

diagnosis diabetes mellitus, karena terdapat keluhan poliuri dan polidipsi,

walaupun nafsu makan pasien berkurang. Kurang lebih 3 minggu sebelum masuk

15

rumah sakit pasien menggunakan alat kesehatan (pemanas) yang dijual oleh

salesman. Setelah itu pasien mengeluh kakinya melepuh dan nyeri. Selain itu

pasien juga mengeluh badannya demam. Luka sempat di obati sendiri dengan

rivanol dan pemberian bubuk ampicilin, untuk demam pasien meminum

paracetamol, tetapi luka di kaki juga tidak sembuh-sembuh. Demam yang

dirasakan pasien sangat mungkin terjadi karena proses infeksi dari luka di kaki

pasien, hal ini dikuatkan dengan tidak ada gejala batuk ataupun nyari kencing dari

pasien, yang membuang diagnosis banding bahwa pasien terkena infeksi saluran

nafas atau saluran kencing.

Gambar 1. Algoritma diagnosis Diabetes Mellitus.

16

Hasil laboratorium didapatkan kadar glukosa darah sewaktu pasien 591

mg/dL. Kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan timbulnya gejala-

gejala khas, seperti frekwensi kencing meningkat, rasa haus, banyak makan , serta

mudah terkena penyakit infeksi. Diagnosis Diabete Mellitus dapat ditegakkan

jika11:

1. Kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dL pada orang yang memiliki

tanda klinis diabetes mellitus, atau

2. Kadar gula darah puasa >126 mg/dL. Puasa berarti tidak ada asupan

kalori selama 10 jam sebelum pengambilan sampel darah vena, atau

3. Kadar glukosa plasma >200 mg/dL, pada 2 jam sesudah pemberian

beban glukosa oral 75g

Pada pasien juga ditemukan luka pada kaki yang tak kunjung sembuh.

Gambaran luka berupa adanya gangren diabetik pada kaki kanan dan kiri. Pada

gangren diabetik penderita tidak disertai dengan osteomyelitis sekunder. Sehingga

kaki diabetik pada penderita ini dapat dimasukkan pada derajat II klasifikasi kaki

diabetik menurut Wagner.

Klasifikasi kaki diabetik menurut Wagner adalah sebagai berikut 12,13

- Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masi utuh

- Derajat I : Ulkus superficial, tanpa infeksi, terbatas pada kulit

- Derajat II : Ulkus dalam disertai selulitis tanpa abses atau kehilangan

tulang

17

- Derajat III : Ulkus dalam disertai kelainan kulit dan abses luas yang

dalam hingga mencapai tendon dan tulang, dengan atau tanpa

osteomyelitis

- Derajat IV : gangren terbatas, yaitu pada ibu jari kaki atau tumit

- Derajat V : gangren seluruh kaki

Berdasarkan klasifikasi Wagner, dapat ditentukan tindakan yang tepat

sesuai denganderajat ulkus yang ada. Tindakan tersebut yaitu 2,13

- Derajat 0 : tidak ada perawatan lokal secara khusus

- Derajat I-IV : pengelolaan medik dan tindakan bedah minor

- Derajat V : tindakan bedah minor, bila gagal dilanjutkan dengan

bedah mayor misalnya amputasi

Pada pemeriksaan radiologis, ditemukan gambaran soft tissue swelling dan

gas bebas, namun belum terdapat tanda-tanda osteomyelitis. Soft tissue swelling

menunjukkan jaringan di daerah cruris pasien mengalami proses peradangan

kronik dan akumulasi cairan akibat buruknya sirkulasi di daerah tersebut.

Meskipun osteomyelitis merupakan komplikasi lanjutan dari ulkus pedis, namun

pada pasiem ini, ulkus masih berada di superfisial dan belum ada destruksi tulang.

Sehingga, menurut klasifikasi Wagner, pasien ini masih berada pada derajat II

ulkus pedis diabetik 14

Berdasarkan patogenesisnya, maka langkah pertama yang harus dilakukan

pada pasien diabetes mellitus adalah pengendalian glukosa darah. Tiga studi

epidemiologi besar, Diabetes Control and Complication Trial (DCCT) dan United

Kingdom Prospective Study (UKPDS) membuktikan bahwa dengan

18

mengendalikan glukosa darah, komplikasi kronik diabetes dapat dikurangi6.

Pengendalian kadar glukosa darah dapat dilakukan antara lain dengan cara

mengatur pola makan, latihan fisik teratur, serat dengan obat-obatan

antihiperglikemi. Salah satu obat antihiperglikemi yang diberikan pada pasien ini

adalah insulin. Pemberian secara regular insulin yaitu actravid pada pasien ini

dikarenakan pasien ini menderita DM yang disertai infeksi pada kedua kakinya.

Menurut Tjokroprawiro (1992), indikasi penggunaan insulin antara lain : 1

1. DM tipe I

2. DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD

3. DM dengan kehamilan

4. Nefropati diabetic tipe B3(stadium III) dan Bc (stadium IV)

5. DM dengan gangguan faal hati yang berat

6. DM dan TB paru yang berat

7. DM dengan infeksi akut (sellulitis, gangren)

8. Ketoasidosis diabetik dan koma lain pada DM

9. DM dan operasi

10. DM dengan patah tulang

11. DM dengan underweight

12. DM dan penyakit gravid

Pada pasien ini untuk perawatan luka infeksi dilakukan dengan dressing

menggunakan NaCl untuk membersihkan dan membilas lalu menggunakan

semprotan gentamycine atau metronidazole sebagai antibiotika topikal.

Penanganan infeksi secara sistemik diberikan antibiotika broad spectrum dan

19

narrow spectrum yang diberi secara kombinasi antara oral maupun secara injeksi

seperti ceftriaxone, dan clindamycin. Menurut adam (1998) pada keadaan infeksi

berat, penggunaan antibiotika harus dilakukan semaksimal mungkin, dengan

pemikiran bahwa infeksi berat umumnya disebabkan oleh lebih dari satu jenis

kuman, disamping itu juga sering disertai kuman anaerob12

Selain pemberian antibiotika , penderita juga diberikan aspilet dan

interhistin. Aspilet yang diberikan bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi perifer,

oleh karena pada penderita kaki diabetes sering disertai dengan penyakit

pembuluh darah perifer yang akan memperburuk iskemik kaki 12. Sedangkan

interhistin bertujuan sebagai antihistamin untuk mengurangi reaksi alergi dari

pasien. Ketokonazole yang diberikan kepada pasien bertujuan untuk menurunkan

resiko terjadi infeksi jamur. Pada pasien ini juga diberikan obat-obat untuk

menghilangkan gejala yang ada seperti ranitidine, grahabion, dan

amitripthyline.Terapi simptomatik pada pasien dengan ulkus pedis diabetik

meliputi semua tindakan medis yang bertujuan menghilangkan atau mengurangi

gejala sekunder akibat peningkatan glukosa darah.Pada pasien diabetes melitus

dengan ulkus pedis, seringkali ditemukan penyebaran infeksi melalui ulkus,

demam, nyeri dan gangguan pencernaan.14,15,16

Eradikasi total diabetik foot jarang terjadi. Meskipun dapat mengering,

resiko timbulnya ulkus berulang tetap tinggi jika glukosa sarah tidak terkendali.

Oleh karena itu, edukasi pasien untuk beradaptasi dengan situasi tersebut menjadi

sangat penting dalam pengelolaan diabetes mellitus dengan ulkus. Ward et al 17

meneliti bahwa kepuasan pasien paska perawatan ulkus pedis diabetikum lenih

20

tinggi pada mereka yang sebelumnya diberikan edukasi dan psikoterapi. Perlu

penjelasan terhadap pasien tentang bahaya kurang atau hilangnya sensasi rasa di

kaki, perlunya pemeriksaan kaki pada setiap pertemuan dengan dokter, dan

perlunya evakuasi secara teratur terhadap kemungkinan timbulnya kembali ulkus

pedis paska perawatan sebelumnya 6.

21

BAB IV

KESIMPULAN

Telah dilaporkan sebuah kasus Diabetes mellitus Tipe 2 dan gangren pedis

D et S pada seorang pria (54 tahun) yang dirawat di bagian Penyakit Dalam Pria

dengan keluhan utama luka yang tidak sembuh-sembuh. Selama perawatan di

bangsal penyakit dalam pria RSUD ULIN Banjarmasin telah diberikan terapi

yaitu IVFD. NaCl 30 tpm, Actravid , Ceftriaxone 2 x1 g ,Metronidazole 3 x 500 mg

,Grahabion tab 2 x 1, Clindamisin 2 x 300 mg, Interhistin 1.0.1 , Ketokonazol 1x200 mg,

Aspilet 1x80 mg, Ranitidin 2x 1 amp, Amitriptilin 0.0.1, Semprot Gentamicin /

Metronidazole + Aqua , Rawat gangren pagi & sore dan Diet DM. Setelah 19 hari

perawatan, kondisi pasien telah menunjukkan perbaikan, gangrene mengering dan

tertutup jaringan yang mulai tumbuh, pasien tidak mengeluh adanya demam lagi, serta

sudah mulai dapat berjalan. Pasien diperbolehkan pulang atas izin dokter dengan anjuran

kontrol ke Poli Penyakit Dalam dan diberikan obat hipoglikemik oral tambahan yaitu

metformin 2x500mg dan actrapid 3x20ui.

DAFTAR PUSTAKA

22

1. Tjokroprawiro,H.Askandar. Diabetes melliitus.Ilmu penyakit dalam jilid II. Balai penerbit fkui, Jakarta

2. Waspadji S. Telaah mengenai hubungan faktor metabolik dan respons imun pada pasien diabetes mellitus tipe 2 : kaitannya dengan ulkus atau gangren diabetes. Badan Litbang Kesehatan Universitas Indonesia 2000

3. Sanusi H. Penyakit vascular perifer diabetik.Dexamedia 2004;17;24. Watkins PJ.ABC of diabetes :the diabetic foot. Br Med J 2003 ; 326:977-95. Puruhito.Surgical management of diabetic foot. Bagian Ilmu Pengetahuan

Teknologi Kedokteran Fakultas Universitas Airlangga, Surabaya.6. Subekti I.Pengelolaan nyeri neuropati diabetic. Dalam naskah lengkap

penyakit dalam. Pertemuan Ilmiah tahunan 2006. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

7. Soegono S. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus terkini. Dalam Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadi. Balai Penerbit FKUI. Jakarta 2004:17-28

8. Frykberg RG, Armstrong DG, Giurini J et al. Diabetic foot Disorders: A clinical Practice Guide. Data trace USA 2004

9. Levy J,gavin JR, sowers JR.Diabetes Mellitus : A disease of abnormal cellular calcium metabolism? The american journal of medicine 1994;96:260-273

10. Anonim, Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus di Indonesia PERKENI, Jakarta, 2006

11. Kadri .Konsensus Pengelolaan diabetes mellitus terpadu.Subbagian Endokrinologi-matabolik dan diabetes, Bagian Ilmu penyakit Dalam fakultaskedokteran universitas Indonesia/RS Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM) dalam buku penatalaksanaan diabetes melitus terpadu. Jakarta; FKUI 2002: h 161-167

12. Adam,John MF.Pengobatan Medik Kaki Diabetes dalam Kumpulan Makalah Kongres Nasional IV.Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADI) Konfrensi kerja perkumpulan endokrinologi Indonesia (PERKENI), Denpasar 22-25 Oktober 1998 Hal 241-242.1998

13. R.Boedisantoso A.etiopatogenesis dan klasifikasi kaki diabetik dalam kumpulan Makalah Kongrea Nasional IV. Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADI) Konfrensi kerja perkumpulan endokrinologi Indonesia (PERKENI), Denpasar 22-25 Oktober 1998 Hal 9-11.1998

14. Chen NT.Diabetic foot. Disampaikan pada One day Seminar for Diabetes Mellitus.FK UNLAM/RSUD Ulin Banjarmasin pada tanggal 25 November 2005

15. Yates,John.Kelainan Metabolisme. Dalam Panduan klinik Ilmu penyakit dalam. Alih bahasa oleh nugroho. EGC.Jakarta.2001

16. Ortegon MA, Redekop WK, Niessen LW. Cost-effectiveness of prevention and treatment of the diabetic foot.Diabetes care 2004;27:901-7

23

17. Ward A,Metz L, Oddone EZ, Edelman D. Foot Education Improves Knowledge and satisfication among patient at high risk for diabetic foot ulcer.The diabetes educator 199;25(4):560-7

24