osteoporosis lp

Upload: rhiirii-chiiechemonkk-gonjezz

Post on 16-Oct-2015

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

LP OSTEOPOROSIS WIRNA EKA HARAP

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangMenurut Gonta (1996) yang dikutip Lukman (2009;140) , salah satu masalah gangguan kesehatan yang menonjol pada usialanjut adalah gangguan muskuloskeletal terutama osteoartritis dan osteoporosis. Osteoporosis adalah suatu problem klimakterium yang serius. Di Amerika Serikat dijumpai satu kasus osteoporosis di antara dua samapi tiga wanita pascamenopause. Massa tulang pada manusia mencapai maksimum pada usia sekitar 35 tahun, kemudian terjadi penurunan massa tulang secara eksponensial. Penurunann massa tulang ini berkisar antara 3-5% setiap dekade, sesuai dengan kehilangan massa otot dan hal ini dialami baik pada pria maupun wanita. Pada massa klimakterium, penurunan pada wanita lebih mencolok dan dapat mencapai 2-3% setahun secara eksponensial. Pada usia 70 tahun kehilangan massa tulang pada wanita mencapai 50%, sedangkan pada pria usia 90 tahun kehilangan massa tulang mencapai 25%.Dikutip dari Kesehatan.us (2012), satu diantara tiga wanita di atas usia 50 tahun dan satu diantara lima pria di atas 50 tahun menderita osteoporosis. Penderita osteoporosis di Eropa, Jepang, Amerika sebanyak 75 juta penduduk, sedangkan China 84 juta penduduk. Ada 200 juta penderita osteoporosis di seluruh dunia. WHO menyebutkan sekitar 200 juta orang menderita Osteoporosis diseluruh dunia. Pada tahun 2050, diperkirakan angka patah tulang pinggul akan meningkat 2 kali lipat pada wanita dan 3 kali lipat pada pria. Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010, angka insiden patah tulang paha atas tercatat sekitar 200/100.000 kasus pada wanita dan pria diatas usia 40 tahun diakibatkan Osteoporosis. WHO menunjukkan bahwa 50% patah tulang paha atas ini akan menimbulkan kecacatan seumur hidup dan menyebabkan angka kematian mencapai 30% pada tahun pertama akibat komplikasi imobilisasi. Data ini belum termasuk patah tulang belakang dan lengan bawah serta yang tidak memperoleh perawatan medis di Rumah Sakit (Kemenkes RI, 2012).Di Indonesia, prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%. Satu dari tiga perempuan dan satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang. Sekitar 80% penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan resiko terkena osteoporosis.Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk membahas tentang osteoporosis pada lansia.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang menjadi fokus pembahasan dalam makalah ini yaitu tentang Bagaimana konsep dasar dan asuhan keperawatan pada klien dengan osteoporosis?.

1.3 Tujuan Penulisan1.3.1 Tujaun UmumTujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu agar para pembaca dapat mengetahui tentang konsep dasar osteoporosis dan asuhan keperawatan klien dengan osteoporosis.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.4 Manfaat PenulisanManfaat penulisan makalah ini yaitu selain untuk menambah pengetahuan tentang osteoporosis, tetapi juga dapat digunakan sebagai panduan tambahan dalam memahami lebih dalam tentang osteoporosis serta dapat memberikan asuhan keperawatan secara efektif dan efisien.

1.5 Metode PenulisanMetode penulisan makalah ini yaitu dengan studi kepustakaan dan menggunakan literatur-literatur pendukung dari internet.

BAB 2TINJAUAN TEORI2.1 Konsep Dasar2.1.1 DefinisiMenurut Lukman (2009;141), osteoporosis yang lebih dikenal dengan keropos tulang menurut WHO adalah penyakit skeletal sistemik dengan karakteristik massa tulang yang rendah dan perubahan mikroarsitektur dari jaringan tulang dengan akibat meningkatnya fragilitas tulang dan meningkatnya kerentanan terhadap patah tulang. osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang total.Osteoporosis adalah suatu keadaan penyakit yang ditandai dengan rendahnya massa tulang dan memburuknya mikrostruktural jaringan tulang, yang menyebabkan kerapuhan sehingga meningkatkan risiko terjadinya fraktur. Keadaann tersebut tidak memberikan keluhan klinis, kecuali apabila telah menjadi fraktur. Diantara semua patah tulang osteoporosis, yang paling memberikan masalah di bidang morbiditas, mortalitas, beban sosioekonomik, dan kualitas hidup adalah patah leher femur. Bila tidak diambil tindakan untuk mengatasi osteoporosis diperkirakan pada tahun 2050 jumlah patah tulang leher femur di seluruh dunia akan mencapai 6,26 juta dan lebih dari separuhnya di Asia. Frekuensi tertinggi osteoporosis postmenopause pada wanita adalah pada usia 50-70 tahun.Menurut Brashers (2007), osteoporosis adalah nilai densitas mineral 2,5 dari standar deviasi atau lebih di bawah rerata dewasa muda. Penyakit ini ditandai dengan masssa tulang yang rendah dan memburuknya mikro-arsitektur jaringan tulang, mengakibatkan peningkatan kerapuhan tulang dan tentu saja peningkatan risiko fraktur.

2.1.2 KlasifikasiMenurut Lukman (2009;141), klasifikasi osteoporosis dibagi ke dalam dua kelompok yaitu osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer terdapat pada wanita postmenopause (postmenopause osteoporosis) dan pada laki-laki usia lanjut usia (senile osteoporosis). Penyebab osteoporosis belum diketahui secara pasti. Sedangkan osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan Cushings disease, hipertiroidisme, hiperparatiroidisme, hipogonadisme, kelainan hepar, gagal ginjal kronis, kurang gerak, kebiasaan minum alkohol, pemakaian obat-obatan kortikosteroid, kelebihan kafein, dan merokok.Menurut Djuwantoro D. (1996) yang dikutip dalam Lukman (2009;141), membagi osteoporosis menjadi beberapa kelompok yaitu.1. Osteoporosis postmenopause (tipe I)Merupakan bentuk yang paling sering ditemukan pada wanita kulit putih dan Asia. Bentuk osteoporosis ini disebabkan oleh percepatan resorpsi tulang yang berlebihan dan lama setelah penurunan sekresi hormon estrogen pada masa menopause.2. Osteoporosis involutional (tipe II)Terjadi pada usia di atas 75 tahun pada perempuan maupun laki-laki. Tipe ini diakibatkan oleh ketidakseimbangan yang samar dan lama antara kecepatan resorpsi tulang dengan kecepatan pembentukan tulang.3. Osteoporosis idiopatikMerupakan tipe osteoporosis primer yang jarang terjadi pada wanita premenopause dan pada laki-laki yang berusia di bawah 75 tahun. Tipe ini tidak berkaitan dengan penyebab sekunder atau faktor resiko yang mempermudah timbulnya penurunan densitas tulang.4. Osteoporosis juvenilMerupakan bentuk yang jarang terjadi dan bentuk osteoporosis yang terjadi pada anak-anak prepubertas.5. Osteoporosis sekunder Penurunan densitas tulang yang cukup berat untuk menyebabkan fraktur atraumatik akibat faktor ekstrinsik seperti kelebihan kortikosteroid, artritis reumatoid, kelainan hati/ginjal kronis, sindrom malabsorbsi, hipertiroidisme, hiperparatiroidisme, dan lain-lain.

2.1.3 EtiologiMenurut Lukman (2009;142).Osteoporosis postmenopause terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pa wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia diantara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopause, pada wanita kuit putih dan aderah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.Osteoporosis senilis merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan di antara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis yaitu keadaan penurunan massa tulang yang hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia di atas 70 tahun dan dua kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopause.Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal, dan obat-obatan, pemakaian alkohol yang berlebihan dan kebiasaan merokok dapat memperburuk keadaan ini.Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Penyebab primer dari osteoporosis adalah defisiensi estrogen dan perubahan yang berhubungan dengan penuaan, sedangkan penyebab sekundernya terdapat beberapa presdiposisi, yaitu sebagai berkut:1. Sejarah keluarga. Sejarah keluarga juga dapat mempengaruhi penyakit ini, pada keluarga yang mempunyai sejarah osteoporosis, anak-anak yang dilahirkan cenderung akan mempunyai penyakit yang sama.2. Gangguan endokrin, meliputi : hiperparatoidism, hipogonadism, hipertiroidism, diabetes melitus, penyakit Cushing, prolaktinoma, akromegali, infusiensi adrenal.3. Ganggaun nutrisi dan gastrointestinal, meliputi: penyakit inflamasi usus besar (inflammatory bowel disease), celiac disease, malnutrisi, perubahan pembedahan gastric bypass, penyakit hati kronis, anoorteksia nervosa, vitamin D atau kalsium defisiensi. 4. Penyakit ginjal, meliputi: gagal ginjal kronik (GGK), dan idiopatik hiperkalsiura.5. Penyakit rematik, meliputi: reumatoid artritis, ankylosing spondylitis, lupus, eritematus sistemik. 6. Ganggaun hematologi, meliputi: multipel myeloma, talasemia, leukemia, limfoma, hemofilia, dan mastositosis sistemik.7. Ganggaun genetik, meliputi: cystic fibrosis, osteogenesis imperfekta, homocysttinuria, sindrom Ehlers-Danlos, sindrom Marfan, hemokromatosis, hipofosfatasia.8. Gangguan lainnya, melipuuti: porfiria, sarcoid, imobilisasi, kehamilan/laktasi, chronic obstructive pulmonary disease (COPD), nutrii parenteral, HIV/ AIDS.9. Obat-obatan. Beberapa golongn =an obat yang meningkatkan kehilangan matriks tulang, meliputi sebagai berikut ini.a. Kortikosteroid : prednison ( 5 mg/ hari minimal pemberian 3 bulan).b. Antikonvulsan : phenytoin, barbiturates, karbamazepine (agen-agen ini berhubungan dengan defisiensi vitamin D).c. Heparin (penggunaan jangka panjang).d. Kemoterapetik/ obat-obatan transplantasi : cylosporine, tacrolimus, platinum, compunds, cyclohosphamidee, ifosfamide, methotrexate.e. Hormanal/ terapi endokrin : Gonadotropin_ Relaxing Hormone (GnRH) agonist, Luteinizing Hormon-Releasing Hormon (LHRH) analogs, depomedroxyprogesterone, excessive thyroid supplementation.f. Lithiumg. Aromatase inhibitors : exemestane, anastrozole.2.1.4 Manifestasi KlinisMenurut Lukman (2009;144), kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis senilis), sehingga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala pada beberapa penderita. Jika kepadatan tulang sangat berkurang yang menyebabkan tulang menjadi kolaps atau hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Tulang-tulang yang terutama terpengaruh pada osteoporosis adalah radius distal, korpus vertebra terutama mengenai T8-L4, dan kollum femoris. 2.1.5 PatofisiologiMenurut Lukman (2009;140), kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukna tulang sehingga dapat menurunkan massa tulang total. Osteoporosis adalah penyakit yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa tulang yng rendah, disertai mikoarsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang. tulang secara progresif menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang menjadi mudah patah dengan stres, yang pada tulang normal tidak menimbulkan pengaruh.Menurut Sherwood (2001) yang dikutip Lukman (2009;140), mengatakan bahwa selama dua dekade pertama kehidupan, saat terjadi pertumbuhan, pengendapan tulang melebihi resorpsi tulang di bawah pengaruh hormon pertumbuhan. Sebaliknya pada usia 50-60 tahun, resorpsi tulang melebihi pembentukan tulang. Kalsitonin yang menghambat resorpsi tulang dan merangsang pembentukan tulang mengalami penurunan. Hormon paratiroid meningkat bersama bertambahnya usia dan meningkatkan resorpsi tulang. Hormon estrogen yang menghambat pemecahan tulang, juga berkurang bersama berambahnya usia.Menurut Ganong (2003) yang dikutip oleh Lukman (2009;140), perempuan dewasa memiliki massa tulang yang lebih sedikit daripada pria dewasa, dan setelah menopause mereka mulai kehilangan tulang lebih cepat daripada pria. Akibatnya perempuan lebih rentan menderita osteoporosis serius. Penyebab utama berkurangnya tulang setelah menopause adalah defisiensi hormon estrogen. Pada osteoporosis, matriks dan mineral tulang hilang, hilang massa dan kekuatan tulang, dengan peningkatan fraktur.Osteoporosis adalah abnormalitas pada proses remodeling tulang dimana resorpsi tulang melebihi formasi tulang menyebabkan hilangnya massa tulang. Mineralisasi tulang tetap terjadi. Remodelling tulang digambarkan dengan keseimbangan fungsi osteoblast dan osteoklas. Meskipun pertumbuhan terhenti, remodeling tulang berlanjut. Proses dinamik ini meliputi resorpsi pada satu permukaan tulang dan deposisi pembentukan tulang pada tempat yang berlawanan. Hal ini dipengaruhi oleh beban berat badan dan gravitasi, sama halnya dnegan masalah seperti penyakit sistemik. Proses seluler dilaksanakan oleh sel tulang spesifik dan dimodulasi oleh hormon lokal dan sistemik, seperti peptida. Remodelling tulang terjadi pada tiap permukaan tulang dan berlanjut sepanjang hidup. Jika massa tulang tetap pada dewasa, menimbulkan terjadinya keseimbangan antara formasi dan resorpsi tulang. Keseimbangan ini dilaksanakan oleh osteoblas dan osteoklas pada unit remodeling tulang. Remodeling dibutuhkan untuk menjaga kekuatan tulang.Kondisi osteoporosis merupakan suatu hasil interaksi yang kompleks menahun antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Berbagai faktor terlibat dalam interaksi ini dengan menghasilkan suatu kondisi penyerapan tulang lebih banyak dibandingkan dengan pebentukan yangg baru. Kondisi ini memberikan manifestasi penurunan massa tulang total. Kondisi osteoporosis yang tidak mendapatkan intervensi akan memberikan dua manifestasi penting, di mana tulang menjadi rapuh dan terjadinya kolaps tulang (terutama area vertebra yang mendapat tekanan tinggi pada saat berdiri). Hal ini akan berlanjut pada berbagai kondisi dan masalah pada pasien dengan osteoporosis. Diet kalsium dan vitamin D yang sesuai harus mencukupi untuk mempertahankan remodelling tulang dan fungsi tubuh. Asupan kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun mengaibatkan pengurangan massa tulang dan oertumbuhan osteoporosis. Asupan harian kalsium yang dianjurkan (RDA : recommended daily allowance) meningkat pada usia 11-24 tahun (adolesen dan dewasa muda) hingga 1200 mg per hari, untuk memaksimalkan puncak massa tulang. RDA untul orang dewasa tetap 800 mg, tetapi pada perempuan pascamenopause 1000-1500 mg per hari. Sedangkan pada lansia dianjurkan mengonsumsi kalsium dalam jumlah tidak terbatas, karena penyerapan kalsium kurang efisien dan cepat diekskresikan melalui ginjal.

2.1.6 Pathoflow Osteoporosis

Hasil interaksi kompleks yang menahun antara faktor genetik dan faktor lingkungan.Faktor usia, jenis kelamin, ras, keluarga, bentuk tubuhMelemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang.Peningkatan pengeluaran kalsium bersama urine.Tidak tercapainya massa tulang yang maksimal.Resorpsi tulang menjadi lebih cepat\Merokok, alkohol, kopi, defisiensi vitamin dan gizi, gaya hidup (imobilitas), anoreksia nervosa, dan penggunaan oabt-obatanPenyerapan tulang lebih banyak daripada pembenttukan tulang baruPenurunan massa tulang totalOsteoporosis Tulang menjadi rapuh dan mudah patah.Fraktur CollesFraktur femurFraktur kompresi vertebra lumbalisKolaps terhadap tulang vertebraFraktur kompresi vertebra torakalisGangguan fungsi ekstremitas atas dan bawah.Pergerakan fragmen tulang, spasme ototKompresi saraf pencernaan ileus paralisKonstipasi Perubahan posturalDeformitas skeletalKifosis progresifPenurunan tinggi badanPerubahan postural

2.1.7 Pemeriksaan PenunjangMenurut , pemeriksaan penunjang pada osteoporosis yaitu.1. Laboratoriuma. Pemeriksaan darah rutin.b. Pemeriksaan kimia darah.c. Pemeriksaan hormone tiroid.d. Pemeriksaan 25-hydroxyvitamin D [25(OH)D].e. Urinalisis untuk mendeteksi adanya hiperkalsiuria.f. Kadar testoteron.g. Biopsi tulang.

2. RadiologiDari berbagai beberapa metode pengukuran densitas tulang yang digunakan saat ini, metode yang berdasarkan x-ray (khususnya dual energy x-ray absorptiometry (DXA)) adalah yang terbanyak digunakan. Teknik ini secara bertahap menggantikan teknik ionisasi lain yang menggunakan radiasi gamma. DXA terbukti merupakan teknologi yang paling luas diterima untuk mengetahui hubungan antara densitas tulang dengan risiko fraktur. DXA juga merupakan teknik dengan akurasi dan presisi baik, serta paparan radiasi yang rendah. Oleh karena itu, alat ini dijasikan sebagai gold standard pemeriksaan massa tulang oleh WHO karena merupakan pemeriksaan yang validasinya paling luas dalam menilai faktur.

2.1.8 Penatalaksanaan MedisMenurut , penatalaksanaan pada osteoporosis yaitu.1. KonservatifPengobatan osteoporosis difokuskan pada usaha memperlambat atau menghentikan kehilangan mineral, meningkatkan kepadatan tulang, dan mengontrol nyeri sesui dengan penyakitnya. Intervensi tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut.a. Diet: dewasa muda harus mencapai kepadatan tulang yang normal dengan mendapatkan cukup kalsium (1000 mg/hari) dalam dietnya (minum susu atau makan makanan tinggi kalsium seperti salmon), berolahraga seperti jalan kaki atau aerobic dan menjaga berat badan normal.b. Spesialis: orang dengan fraktur tulang belakang, pinggang atau pergelangan tangan harus dirujuk ke spesialis ortopedi untuk manajemen selanjutnya.c. Olahraga: olahraga yang teratur akan mengurangi patah tulang akibat osteoporosis. Olahraga yang direkomandasikan termasuk di antaranya adalah jalan kaki, bersepeda, dan jogging.

2. Medikamentosa a. Estrogen: untuk perempuan yang baru menopause, penggantian estrogen merupakan salah satu cara untuk mencegah osteoporosis. Estrogen dapat mengurangi atau menghentikan kehilangan jaringan tulang. Apabila pengobatan esterogen dimulai pada saat menopause, maka akan mengurangi kejadian fraktur pinggang sampai 55%. Estrogen dapat diberikan melalui oral atau ditempelkan pada kulit.

b. Kalsium: kalsium dan vitamin D diperlukan untuk meningkatkan kepadatan tulang. Konsumsi per hari sebanyak 1200-1.00 mg (melaui makanan dan suplemen). Konsumsi vitamin D sebanyak 600-800 IU diperlukan untuk meningkatkan kepadatan tulang.c. Bisorfonat: pengobatan lain selain estrogen yang ada: alendronate, risedonate, dan etidronate. Obat-obatan ini memperlambat kehilangan jaringan tulang dan dalam beberapa kasus meningkatkan kepadatan tulang. Pengobatan ini dipantau dengan memeriksa DXAs setiap 1 sampai 2 tahun. d. Kalsitonin.e. Teriparatide.

3. Intervensi BedahIntervensi bedah dilakukan untuk penatalaksanaan osteoporosis dengan fraktur melalui imobilitas ketat dan pengembalian fungsi dan aktivitas tulang.

2.1.9 PencegahanMenurut Lukman (2009;145), pencegahan osteoporosis meliputi.1. Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengonsumsi jumlah kalsium yang cukup. Mengonsumsi kalsium sangat efektif terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Minum dua gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya semua wanita minum tablet kalsium setiap hari, dosis harian yang dianjurkan adalah 1,5 gr kalsium. 2. Melakukan olahraga dengan beban sesuai kemampuan. Olahraga beban misalnya berjalan dan menaiki tangga akan meningkatkan kepadatan tulang.3. Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai dalam 4-6 tahun setelah menopause, tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah menopause masih bisa memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah tulang. Umtuk mencegah osteopororsis, bisfosfonat (contohnya alendronat) bisa digunakan sendiri atau bersamaan dengan terapi sulih hormon.

2.2 Asuhan Keperawatan2.2.1 PengkajianMenurut Lukman (2009;148), dasar pengkajian keperawatan meliputi promosi kesehatan, identifikasi individu dengan resiko mengalami osteoporosis, dan penemuan masalah yang berhubungan dengan osteoporosis. Wawancara meliputi pertanyaan mengenai terjadinya osteoporosis dalam keluarga, terjadi fraktur sebelumnya, diet konsumsi kalsium harian, pola aktivitas latihan harian, awitan menopause, penggunaan obat kortikosteroid, asupan alkohol, rokok, dan kafein. Perawat perlu mengkaji gejala yang dialami klien, seperti sakit pinggang, konstipasi, dan gangguan citra diri. Pada pemeriksaan fisik sering ditemukan adanya fraktur, kifosis vertebra torakalis atau penurunan tinggi badan. Masalah mobilitas dan pernapasan dapat terjadi akibat perubahan postur dan kelemahan otot. Inaktivitas dapat menyebabkan terjadinya konstipasi.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan1. Resiko terjadi cedera : fraktur berhubungan dengan tulang osteoporosis.2. Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus.3. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot.4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses osteoporosis dan program terapi.

2.2.3 Intervensi Keperawatan1. Resiko terjadi cedera : fraktur berhubungan dengan tulang osteoporosis.Tindakan

1. Dorong klien untuk latihan memperkuat otot, mencegah atrofi, dan menghambat demineralisasi tulang progresif.2. Latihan isometrik, untuk memperkuat otot batang tubuh.3. Jelaskan kepada klien pentingnya menghindari membunguk mendadak, melenggok, dan mengangkat beban lama.4. Berikan informasi bahwa aktivitas di luar rumah penting untuk memperbaiki kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D.Kriteria Evaluasi:Klien tidak mengalami fraktur baru:1. Mempertahankan postur tubuh yang bagus.2. Mempergunakan mekanika tubuh yang baik.3. Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D.4. Rajin menjalankan latihan pembebanan berat badan (berjalan-jalan setiap hari).5. Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehari.6. Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah.7. Menciptakan lingkungan rumah yang nyaman.8. Menerima bantuan dan supervisi keburtuhan.

2. Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus.Tindakan

1. Berikan diet tinggi serat.2. Anjurkan banyak minum sesuai kebutuhan.3. Berikan obat pelunak feses sesuia older.4. Pantau asupan klien, bising usus, dan aktivitas usus.Kriteria Evaluasi:Klien menunjukan pengosongan usus yang normal.1. Bising usus aktif.2. Gerakan usus teratur.

3. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot.Tindakan

1. Anjurkan klien istirahat di tempat tidur dengan posisi terlentang atau miring kesamping.2. Fleksikan lutut selama istirahat.3. Berikan kompres hangat dan pijatan punggung.4. Anjurkan klien untuk mengerakkan ekstremitasnya, namun tidak boleh melakukan gerakan memuntir.5. Pasang korset lumbosakral, untuk menyokong dan imobilisasi sementara klien turun dari tempat tidur.6. Berikan opioid oral pada hari-hari pertama setelah nyeri punggung.Kriteria Evaluasi Klien menunjukan peredaan nyeri:1. Mengatakan nyeri reda saat istirahat.2. Rasa ketidaknyamanan minimal selama aktivitas sehari-hari.3. Menunjukan berkurangnya nyeri tekan pada tempat fraktur.

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses osteoporosis dan program terapi.Tindakan

1. Jelasakan kepada klien tentang faktoe yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis, intervensi, dan upaya mengurangi gejala.2. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk pemberian kalsium yang cukup.3. Menjelaskan manfaat asupan kalsium. 4. Konsultasikan latihan pembebanan teratur.5. Ajnjurkan gaya modifikasi gaya hidup seperti mengurangi kafein, berhenti merokok, dan alkohol.

6. Jelaskan efek samping konsumsi kalsium, yaitu nyeri lambung dan distensi abdomen.7. Minum obat: kalsium sesuai older (misal bersama makanan lain).8. Anjurkan banyak minum untuk penvegahan pembentukan batu ginjal.9. Jelaskan pentingnya pemeriksaan berkala terhadap indikasi kanker payudara dan endometrium, bila mengkonsumsi HRT.Kreteria Evaluasi:Klien menunjukan pemahaman terhadap program terapi:1. Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa tulang.2. Mengkonsumsi diet kalsium dengan jumlah yang mencukupi.3. Meningkatan tingkat latihan.4. Menggunakan terapi hormon yang diresepkan.5. Menjalani prosedur skrining sesuai anjuran.

BAB 3PENUTUP3.1 SimpulanOsteoporosis adalah suatu keadaan penyakit yang ditandai dengan rendahnya massa tulang dan memburuknya mikrostruktural jaringan tulang, yang menyebabkan kerapuhan sehingga meningkatkan risiko terjadinya fraktur.Osteoporosis senilis merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan di antara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis yaitu keadaan penurunan massa tulang yang hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia di atas 70 tahun dan dua kali lebih sering menyerang wanita. Jika kepadatan tulang sangat berkurang yang menyebabkan tulang menjadi kolaps atau hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk.

3.2 Saran Diharapkan setelah membaca makalah ini, mahasiswa dapat memahami pengertian, etiologi, manifestasi, dan asuhan keperawatan dari osteoporosis. Serta pembaca dapat lebih menjaga kekuatan dan kesehatan tulang, agar tidak terjadi kerapuhan atau osteoporosis.