askep lp osteoporosis

42
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOPOROSIS PADA LANSIA 1.1. Defenisi Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porousberarti berlubang- lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra, 2009). Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan resiko terjadinya patah tulang (Suryati, 2006). Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan 1

Upload: ssuu-lastri

Post on 17-Jul-2016

1.524 views

Category:

Documents


312 download

DESCRIPTION

tugas gerontologi

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Lp Osteoporosis

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOPOROSIS PADA LANSIA

1.1. Defenisi

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan

porousberarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang

yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya

rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan

kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra,

2009).

Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di

Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa

massa tulang yang rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan

penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada akhirnya menimbulkan akibat

meningkatnya kerapuhan tulang dengan resiko terjadinya patah tulang (Suryati,

2006).

Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah

kelainan kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang mengkhawatirkan dan

dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang

merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang

(Junaidi, 2007).

1.2. Epidemiologi

Insiden osteoporosis lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki dan

merupakan problem pada wanita pascamenopause. Osteoporosis di klinik menjadi

penting karena problem fraktur tulang, baik fraktur yang disertai trauma yang

jelas maupun fraktur yang terjadi tanpa disertai trauma yang jelas.

Diperkirakan lebih 200 juta orang diseluruh dunia terkena osteoporosis ,

sepertiganya terjadi pada usia 60-70 th, 2/3nya terjadi pada usia lebih 80 th.

1

Page 2: Askep Lp Osteoporosis

Diperkirakan 30% dari wanita di atas usia 50 th mendapat 1 atau lebih patah

tulang vertabra. Diperkirakan 1 dari 5 pria di atas 50 th mendapat patah tulang

akibat osteoporosis dalam hidupnya. Angka kematian 5 tahun pertama meningkat

sekitar 20 % pada patah tulang nertebra maupun panggul.

Di Amerika pada tahun 1995 pata tulang aibat osteoporosis menduduki

peringkat 1 dibanding penyakit lain, jumlah 1,5 juta pertahun dengan patah tulang

vertebra terbanyak (750 ribu),hip(250 ribu), wrist(250 ribu), fraktur lain ( 250

ribu),dengan anggaran meningkat sebesar 13,8 miliar dollarpertahun(kebanyakan

biaya untuk patah tulang hip sebesar 8,7 miliar dollar. Bahkan diperkirakan

insiden patah tulang hip meningkat bermakna 240% pada wanita dan 320% pada

pria. Perkiraan pada tahun 2050 menjadi 6,3 juta terbanyak di asia.

1.3. Etiologi

Beberapa penyebab osteoporosis dalam (Junaidi, 2007), yaitu:

1. Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurngnya hormon estrogen

(hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan

kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala timbul pada perempuan yang

berusia antara 51-75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih

lambat. Hormon estrogen produksinya menurun 2-3 tahun sebelum

menopause dan terus berlangsung 3-4 tahun setelah meopause. Hal ini

berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 1-3% dalam waktu 5-7

tahun pertama setelah menopause.

2. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan

kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidak seimbangan antara

kecepatan hancurnya tulang (osteoklas) dan pembentukan tulang

baru(osteoblast). Senilis berati bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia

lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang-orang berusia diatas 70

tahun dan 2 kali lebih sering wanita. Wanita sering kali menderita

osteoporosis senilis dan pasca menopause.

3. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis

sekunder yang disebakan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan.

2

Page 3: Askep Lp Osteoporosis

Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan

hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan

(mislnya kortikosteroid, barbiturat, anti kejang, dan hormon tiroid yang

berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dapat memperburuk

keadaan ini.

4. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang

penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa

muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin

yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang

1.4. Patofisiologi

Kartilago hialin adalah jaringan elastis yang 95% terdiri dari air dan

matrik ekstra selular, 5% sel konrosit. Fungsinya sebagai penyangga juga pelumas

sehingga tidak menimbulkan nyeri pada saat pergerakan sendi.

Apabila kerusakan jaringan rawan sendi lebih cepat dari kemampuannya

untuk memperbaiki diri, maka terjadi penipisan dan kehilangan pelumas sehingga

kedua tulang akan bersentuhan. Inilah yang menyebabkan rasa nyeri pada sendi

lutut. Setelah terjadi kerusakan tulang rawan, sendi dan tulang ikut berubah.

Pathway Osteoporosis

3

Page 4: Askep Lp Osteoporosis

1.5. Klasifikasi

Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu :

1. Osteoporosis Primer

Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang,

yang menyebabkan peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula

sehingga meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada usia

decade awal pasca menopause, wanita lebih sering terkena dari pada pria

dengan perbandingan 68:1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.

2. Osteoporosis Sekunder

Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain

diluar tulang

1.6. Manifestasi Klinis

Osteoporosis dimanifestasikan dengan :

1. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.

2. Nyeri timbul mendadak.

3. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang.

4. Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur.

5. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan

aktivitas.

6. Deformitas vertebra thorakalis (Penurunan tinggi badan)

1.7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengurangan Massa Tulang

Pada Usia Lanjut

1. Determinan Massa Tulang

a Faktor genetik

Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan

tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain

kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur

tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang

4

Page 5: Askep Lp Osteoporosis

mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap

fraktur karena osteoporosis.

b. Faktor mekanis

Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor

genetk. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya

beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Kedua hal tersebut

menunjukkan respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang berat akan

mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai

contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya

hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama pada lengan atau

tungkainya, sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai

pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang lama,

poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum

diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan

berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di sampihg faktor genetik.

c. Faktor makanan dan hormone

Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup

(protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai

dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang

berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa

pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi

kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan

kemampuan genetiknya.

2. Determinan penurunan Massa Tulang

a. Faktor genetik

Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat

risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini

tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal.

Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya

5

Page 6: Askep Lp Osteoporosis

serta beban mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang

yang besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis)

sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih

mempunyai tulang lebih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang

kecil pada usia yang sama.

b. Faktor mekanis

Faktor mekanis mungkin merupakan yang terpenting dalarn proses

penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun

demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis

dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun

dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi beban

mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya

usia.

c. Kalsium

Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses

penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya usia, terutama

pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat

penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan

kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan

keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan

kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan

kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause

ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan

kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan

kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta

eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan

estrogen pada masa menopause adalah pergeseran keseimbangan kalsium

yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.

6

Page 7: Askep Lp Osteoporosis

d. Protein

Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi

penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan

ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan

meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan secara

tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut

mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium

melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium

melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan

akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang

negative.

e. Estrogen

Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan

terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena

menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya

konservasi kalsium di ginjal.

f. Rokok dan kopi

Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan

mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan

kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan

massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi

kalsium melalui urin maupun tinja.

g. Alkohol

Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan.

Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium

rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang

jelas belum diketahui dengan pasti.

7

Page 8: Askep Lp Osteoporosis

1.8. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan radiologik

Dilakukan untuk menilai densitas massa tulang sangat tidak sensitif.

Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan

daerah trabekuler yang lebih lusen.Hal ini akan tampak pada tulang-tulang

vertebra yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.

b. Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri)

Densitometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat dan untuk

menilai densitas massa tulang, seseorang dikatakan menderita osteoporosis

apabila nilai BMD ( Bone Mineral Density ) berada dibawah -2,5 dan dikatakan

mengalami osteopenia (mulai menurunnya kepadatan tulang) bila nilai BMD

berada antara -2,5 dan -1 dan normal apabila nilai BMD berada diatas nilai -1.

Beberapa metode yang digunakan untuk menilai densitas massa tulang:

1. Single-Photon Absortiometry (SPA)

Pada SPA digunakan unsur radioisotop I yang mempunyai energi photon

rendah guna menghasilkan berkas radiasi kolimasi tinggi. SPA digunakan

hanya untuk bagian tulang yang mempunyai jaringan lunak yang tidak

tebalseperti distal radius dan kalkaneus.

2. Dual-Photon Absorptiometry (DPA)

Metode ini mempunyai cara yang sama dengan SPA. Perbedaannya berupa

sumber energi yang mempunyai photon dengan 2 tingkat energi yang berbeda

guna mengatasi tulang dan jaringan lunak yang cukup tebal sehingga dapat

dipakai untuk evaluasi bagian-bagian tubuh dan tulang yang mempunyai

struktur geometri komplek seperti pada daerah leher femur dan vetrebrata.

3. Quantitative Computer Tomography (QCT)

Merupakan densitometri yang paling ideal karena mengukur densitas

tulang secara volimetrik.

8

Page 9: Askep Lp Osteoporosis

c. Sonodensitometri

Sebuah metode yang digunakan untuk menilai densitas perifer dengan

menggunakan gelombang suara dan tanpa adanya resiko radiasi.

d. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI dalam menilai densitas tulang trabekula melalui dua langkah yaitu

pertama T2 sumsum tulang dapat digunakan untuk menilai densitas serta kualitas

jaringan tulang trabekula dan yang kedua untuk menilai arsitektur trabekula.

e. Biopsi tulang dan Histomorfometri

f. Merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk memeriksa kelainan

metabolisme tulang.

g. Radiologis

Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang

menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra

biasanya merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa korteks dan hilangnya

trabekula transfersal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya

korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nukleus

pulposus ke dalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.

h. CT-Scan

CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang

mempunyai nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra

diatas 110 mg/cm3baisanya tidak menimbulkan fraktur vetebra atau penonjolan,

sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada hampir semua klien

yang mengalami fraktur.

i. Pemeriksaan Laboratorium

1. Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata.

2. Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi

ekstrogen merangsang pembentukkan Ct)

9

Page 10: Askep Lp Osteoporosis

3. Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun.

4. Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.

1.9. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

Pengobatan:

1. Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan

pembentukan tulan adalah Na-fluorida dan steroid anabolik

2. Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat

resorbsi tulang adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat.

Penatalaksanaan keperawatan:

1. Membantu klien mengatasi nyeri.

2. Membantu klien dalam mobilitas.

3. Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita kepada klien.

4. Memfasilitasikan klien dalam beraktivitas agar tidak terjadi cedera.

1.10. Pencegahan

Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda,

hal ini bertujuan:

1. Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal

2. Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti:

a. Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)

b. Latihan teratur setiap hari

c. Hindari :

Makanan tinggi protein

Minum alkohol

Merokok

Minum kopi

Minum antasida yang mengandung aluminium

10

Page 11: Askep Lp Osteoporosis

1.11. Komplikasi

Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh

dan mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur

kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan

daerah trokhanter, dan frakturcolles pada pergelangan tangan

1.12. Prognosis

Kondisi kronis merupakan salah satu penyebab utama kecacatan pada pria dan

wanita. Kompresi fraktur pada tulang belakang menyebabkan rasa tidak nyaman

dan mengganggu pernafasan.

11

Page 12: Askep Lp Osteoporosis

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

2.1. Pengkajian

1. Identitas Pasien

Umur :

Jenis Kelamin :

a. Keluhan Utama:

Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada

keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk

menanggulanginya.

b. Riwayat Penyakit Dahulu :

Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit

kulit lainnya.

c. Riwayat Penyakit Keluarga :

Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau

penyakit kulit lainnya.

d. Riwayat Psikososial :

Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang

mengalami stress yang berkepanjangan.

e. Riwayat Pemakaian Obat :

Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit,

atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.

2. Pemeriksaan fisik

12

Page 13: Askep Lp Osteoporosis

a. B1 (breathing )

Inspeksi : ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang

Palpasi : traktil fremitus seimbang kanan dan kiri

Perkusi : cuaca resonan pada seluruh lapang paru

Auskultasi : pada usia lanjut biasanya didapatkan suara ronki

b. B2 (blood)

Pengisian kapiler kurang dari 1 detik sering terjadi keringat dingin dan

pusing, adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh

darah atau edema yang berkaitan dengan efek obat

c. B3 (brain)

Kesadaran biasanya kompos mentis, pada kasus yang lebih parah klien

dapat mengeluh pusing dan gelisah

d. B4 (Bladder)

Produksi urine dalam batas normal dan tidak ada keluhan padasistem

perkemihan

e. B5 (bowel)

Untuk kasus osteoporosis tidak ada gangguan eleminasi namun perlu

dikaji juga frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses

f. B6 (Bone)

Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien osteoporosis

sering menunjukkan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan

tinggi badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length

inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang terjadi adalah antara vertebra

torakalis 8 dan lumbalis 3

3. Pemeriksaan diagnostic/penunjang

13

Page 14: Askep Lp Osteoporosis

a. Pemeriksaan laboratorium (misalnya : kalsium serum, fosfat serum,

fosfatase alkali, eksresi kalsium urine,eksresi hidroksi prolin urine, LED)

b. Pemeriksaan x-ray

c. Pemeriksaan absorpsiometri

d. Pemeriksaan Computer Tomografi (CT)

e. Pemeriksaan biopsi

Diagnosis/kriteria diagnosis

Diagnosis osteoporosis dapat ditegakkan dari hasil pemeriksaan :

a. Radiology

b. Pengukuran massa tulang

c. Pemeriksaan lab kimiawi

d. Pengukuran densitas tulang

e. Pemeriksaan marker biokemis

f. Biospi

g. memperhatikan factor resiko (wanita, umur, ras, dsb)

4. Terapi/penatalaksanaan

a. Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi sepanjang hidup,

dengan peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan

dapat melindungi terhadap demineralisasi tulang

b. Pada menopause dapat diberikan terapi pengganti hormone dengan

estrogen dan progesterone untuk memperlambat kehilangan tulang dan

mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkan.

c. Medical treatment, oabt-obatan dapat diresepkan untuk menangani

osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etridonat

d. Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk mengurangi

nyeri punggung

2.2. Diagnosa Keperawatan

1. Risti injury: fraktur b.d kecelakaan ringan/jatuh

2. Nyeri b.d adanya fraktur

14

Page 15: Askep Lp Osteoporosis

3. Konstipasi b.d imobilitas

4. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi

2.3. Perencanaan

1. Risti injury: fraktur b.d kecelakaan ringan/jatuh

HYD: klien tidak mengalami jatuh atau fraktur akibat jatuh

Intervensi:

1) Ciptakan lingkungan yang aman dan bebas bahaya bagi klien.

R/. lingkungan yang bebas bahaya mengurangi risiko untuk jatuh dan

mengakibatkan fraktur

2) Beri support untuk kebutuhan ambulansi; mengunakan alat bantu jalan

atau tongkat.

R/. Memberi support ketika berjalan mencegah tidak jatuh pada lansia

3) Bantu klien penuhi ADL (activities daily living) dan cegah klien dari

pukulan yang tidak sengaja atau kebetulan.

R/. Benturan yang keras menyebabkan fraktur tulang, karena tulang

sudah rapuh, porus dan kehilangan kalsium.

4) Anjurkan klien untuk belok dan menunduk/bongkok secara perlahan dan

tidak mengangkat beban yang berat.

R/. Gerakan tubuh yang cepat dapat mempermudah fraktur compression

vertebral pada klien dengan osteoporosis

5) Ajarkan klien tentang pentingnya diet (tinggi kalsium, vitamin D) dalam

mencegah osteoporosis lebih lanjut.

R/ Diet kalsium memelihara tingkat kalsium dalam serum, mencegah

kehilangan kalsium ekstra dalam tulang.

6) Anjurkan klien untuk menguragi kafein dan alkohol.

R/. kafein m berlebihan meningkat pengeluaran kalsium berlebihan dalam

urine; alkohol berlebihan meningkatkan asidosis, meningkatkan

reabsorpsi tulang.

7) Ajarkan klien akan efek dari rokok dalam remodeling tulang.

R/. rokok meningkatkan asidosis

15

Page 16: Askep Lp Osteoporosis

2. Nyeri b.d adanya fraktur

HYD: Klien mampu melakukan tindakan mandiri untuk mengurangi nyeri,

dan nyeri berkurang sampai hilang.

Intervensi:

1) Kaji lokasi nyeri, tingkat nyeri, durasi, frekuensi dan intensitas nyeri.

R/. menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk klien

2) Anjurkan klien istirahat ditempat tidur dan anjurkan klien untuk

mengambil psosisi terlentang atau miring yang nyaman bagi kalien

R/. Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat

tidur dengan posisi telentang atau miring ke samping selama beberapa

hari.

3) Beri kasur padat dan tidak lentur.

R/. Memberikan rasa nyaman bagi klien

4) Ajarkan klien tehknik relaksasi dengan melakukan fleksi lutut.

R/. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot.

5) Berikan kompres hangat intermiten dan pijatan punggung.

R/. kompres hangan dan pijat pada punggung memperbaiki relaksasi otot.

6) Ajarkan dan anjurkan klien untuk menggerakkan batang tubuh sebagai

satu unit dan hindari gerakan memuntir.

R/. Gerakan tubuh memuntir dapat meningkatkan risiko cedera.

7) Bantu klien untuk turun dari tempat tidur.

R/Pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi

sementara, meskipun alat serupa kadang terasa tidak nyaman dan kurang

bisa ditoleransi oleh kebanyakan lansia.

8) Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar

tempat tidur perlu dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk

mengurangi rasa tak nyaman dan mengurangi stres akibat postur abnormal

pada otot yang melemah.

9) Opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan

nyeri punggung. Setelah beberapa hari, analgetika non – opoid dapat

mengurangi nyeri.

16

Page 17: Askep Lp Osteoporosis

3. Konstipasi b.d imobilitas atau ileus obstruksi

HYD: Klien tidak mengalami konstipasi, klien dapat bab 2-3 kali dalam

seminggu, konsistensi feces lunak, dan tidak ada kolaps pada T10-L2

Intervensi:

1) Kaji pola elimeinasi bab klien

R/. menentukan intervensi bila ada gangguan pada eliminasi bab

2) Berikan diet tinggi serat.

R/. Tinggi serat membantu proses pengosongan usus dan meminimalkan

kostipasi

3) Anjurkan klien minum 1,5-2 liter/hari bila tidak ada kontraindikasi.

R/. Pemenuhan cairan yang adekuat dapat membantu atau meminimalkan

konstipasi.

4) Pantau asupan pasien, bising usus dan aktivitas usus karena bila terjadi

kolaps vertebra pada T10-L2, maka pasien dapat mengalami ileus.

5) Kolaborasi untuk pemberian pelunak tinja dan berikan pelunak tinja sesuai

ketentuan

R/. Membantu meminimalkan konstipasi

4. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi

HYD: meningkatkan pengetahuan klien tentang osteoporosis, cara pencegahan

dan program tindakan

Intervensi:

1) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang osteoporosis.

R/ Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

terjadinya oeteoporosis.

2) Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai.

3) Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup seperti

Pengurangan kafein, rokok dan alkohol.

R/. Hal ini dapat membantu mempertahankan massa tulang.

4) Anjurkan dan ajarka cara latihan aktivitas fisik sesuai kemampuan klien.

R/. Latihan aktivitas merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang

dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya oestoeporosis.

17

Page 18: Askep Lp Osteoporosis

5) Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar

matahari.

R/. Kebutuhan kalsium, vitamin D, terpapar sinar matahari pagi yang

memadai dapat meminimalkan efek oesteoporosis.

6) Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat.

Karena nyeri lambung dan distensi abdomen merupakan efek samping

yang sering terjadi pada suplemen kalsium, maka pasien sebaiknya

meminum suplemen kalsium bersama makanan untuk mengurangi

terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan cairan yang memadai

dapat menurunkan risiko pembentukan batu ginjal.

18

Page 19: Askep Lp Osteoporosis

DAFTAR PUSTAKA

Junaidi, I, 2007. Osteoporosis - Seri Kesehatan Populer. Cetakan Kedua, Penerbit

PT Bhuana Ilmu Populer.

Lippincott dkk. 2011. Nursing Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta :

PT Indeks.

Lukman & Nurna Ningsih.2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

Gangguan Sistem Muskolokeletal. Jakarta : Salemba Medika.

Sudoyo, Aru dkk. 2009. Buku Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3 Edisi 5. Jakarta :

Internal Publishing.

Suryati, A, Nuraini, S. 2006. Faktor Spesifik Penyebab Penyakit Osteoporosis

Pada Sekelompok Osteoporosis Di RSIJ, 2005. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan,

Vol.2, No.2, Juli 2006:107-126

Tandra, H. 2009. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Osteoporosis

Mengenal, Mengatasi dan Mencegah Tulang Keropos. Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama.

http://nursingawesome.blogspot.com/2014/03/laporan-pendahuluan-

osteoporosis.html

19

Page 20: Askep Lp Osteoporosis

SAP OSTEOPOROSIS

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Muskuloskeletal

Pokok Bahasan : Osteoporosis

Sasaran : Klien yang berusia diatas 50 tahun

Tempat : Posbindu Melati Ciputat

Tanggal : 29 Desamber 2009

Waktu : 20 menit

Media : leafleat, Infocus dan Laptop

Penyaji : Umayra Maulida sabatiyah

Metode : Ceramah, Tanya Jawab

I. Latar Belakang

Penuaan sering di ikuti dngan penurunan kualitas hidup sehingga status

lansia dalam kondisi sehat atau sakit. Lansia bukan suatu penyakit, namun

merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan

kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan.Penurunan

kemampuan berbagai organ, fungsi, dan system tubuh ada umumnya tanda proses

menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada

usia sekitar 60 tahun.

Menurut WHO, osteoporosis menduduki peringkat kedua, di bawah

penyakit jantung sebagai masalah kesehatan utama dunia. Menurut data

internasional Osteoporosis Foundation, lebih dari 30% wanita diseluruh dunia

mengalami resiko seumur hidup untuk patah tulang akibat osteoporosis, bahkan

mendekati 40%. Sedangkan pada pria, resikonya berada pada angka 13%.

Menurut Departemen Kesehatan RI, dampak osteoporosis di Indonesia

sudah dalam tingkat yang patut diwaspadai, yaitu mencapai 19,7% dari populasi.

20

Page 21: Askep Lp Osteoporosis

Hasil studi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Bogor,

yang melakukan penelitian dari tahun 1999 – 2002 pada beberapa Propinsi di

Indonesia didapatkan bahwa satu dari lima perempuan mengalami osteoporosis

pada usia memasuki 50 tahun. Dan pada laki-laki umur 55 tahun. Kejadian

osteoporosis lebih tinggi pada wanita ( 21,74 % ) dibandingkan dengan laki-laki

(14,8 %). ( Siswono, 2003 )

Lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan

fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan

memperbaiki kerusakan yang diderita. (Nugroho, 2000).

Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya

daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh.

Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang

sering menghinggapi kaum lanjut usia.

Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia

dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan tulang, jaringan pada

otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit.

Penyebab osteoporosis dipengaruhi oleh berbagai faktor dan pada individu

bersifat multifaktoral seperti gaya hidup tidak sehat, kurang gerak/tidak berolah

raga serta pengetahuan mencegah osteoporosis yang kurang akibat kurangnya

akibat akti vitas fisik yang dilakukan sehari-hari mulai anak-anak sampai dewasa,

serta kurangnya asupan kalsium, maka kepadatan tulang menjadi rendah sampai

terjadinya osteoporosis.

Persoalan osteoporosis pada lansia erat sekali hubungannya dengan

kemunduran produksi beberapa hormone pengendali remodeling tulang, seperti

Kalsitonim dan hormone seks. Dengan bertambahnya usia, produksi beberapa

hormone tersebut akan merosot, hanya saja penurunan produksi beberapa

osteoblast, sehingga memungkinkan terjadinya pembentukan tulang, akan

mengendur aktivitasnya setelah seseorang menginjak usia ke 50 disusul tahun

terakhir adalah testosterone pada kurun waktu usia 48 – 52. Persoalan besar akan

21

Page 22: Askep Lp Osteoporosis

muncul juga jika terjadi gangguan dalam keseimbangan kedua proses itu, seperti

yang terjadi pada osteoporosis. Dalam osteoporosis proses demineralisasi lebih

cepat dan lebih tinggi dibandingkan dengan proses meneralisasi. Resikonya

terjadilah pengeroposan tulang. Tulang akan kehilangan masa dalam jumlah besar

sehingga kekuatannya pun merosot drastis. Kondisi ini tentu tidak bisa diabaikan

begitu saja penurunan sepersepuluh kepadatan tulang saja menimbulkan resiko

patah tulang 2 – 3 kali lebih sering, jika kondisi ini dibiarkan resiko terjadi patah

tulang sulit dihindari. Proses tidak seimbang bisa muncul secara alamiah seperti

akibat pengaruh usia lanjut, menopause, gangguan hormonal, dan ketidak aktifan

tubuh.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami tertarik untuk memberikan

penyuluhan atau pendidikan kesehatan mengenai Osteoporosis yang meliputi :

Pengertian Osteoporisis, Penyebab Osteoporosis, Tanda dan Gejala Osteoporosis,

Pencegahan Osteoporosis dan Penatalaksanaan Osteoporosis

II. Tujuan Umum :

setelah dilakukan penyuluhan klien dan berada di ruang Mawar PSTW

Budi Mulya, diharapkan mampu memahami tentang penyakit osteoporosois dan

penanganannya.

III. Tujuan Khusus :

Setelah dilakukan tindakan penyuluhan;

1. Klien dapat memahami pengertian Osteoporosis.

2. Klien dapat mengenal tanda – tanda dan gejala Osteoporosis

3. Klien dapat mengetahui penyebab Osteoporosis

4. Klien memahami pencegahannya pada Osteoporosis

5. memahami penatalaksanaan pada Osteoporosis

IV. Pokok Materi

1. Pengertian Osteoporosis

2. Tanda dan gejala Osteoporosis

3. Penyebab Osteoporosis

22

Page 23: Askep Lp Osteoporosis

4. Pencegahan Osteoporosis

5. Penatalaksanaan pada Osteoporosis

V. Kegiatan Penyuluhan

Tahap Kegiatan Kegiatan penyaji Kegiatan peserta Media

1. Pembukaan (5 menit)

• Salam pembuka

• Pekenalan

• Menjelaskan maksud dan tujuan penyuluhan.

•Memberi pertanyaan perihal yang akan disampaikan Memperhatikan

mendengarkan dan menjawab pertanyaan

2. Ceramah dan tanya jawab

3. Penyajian (10 menit )

Menyampaikan materi :

Menjelaskan pengertian osteoporosis

Menjelaskan penyebab dari osteoporosis

Menjelaskan tanda dan gejala osteoporosis

Menjelaskan faktor resiko terkena osteoporosis

Menjelaskan pencegahan osteoporosis

Menjelaskan penatalaksanaan bagi penderita osteoporosis

Memperhatikan dan mendengarkan keterangan

4. Ceramah membagikan leafleat

5. Penutup ( 5 menit )

• Memberikan kesempatan bertanya pada Audience

• Merangkum Materi

• Salam Penutup Bertanya

23

Page 24: Askep Lp Osteoporosis

6. Menjawab pertanyaan penyuluhan Tanya jawab

VI. Evaluasi

– Prosedur : Tanya Jawab

– jenis test : pertanyaan secara lisan

butir-butir soal :

1. sebutkan pengertian osteoporosis ?

2. sebutkan penyebab osteoporosis ?

3. sebutkan tanda dan gejala osteoporosis ?

4. Sebutkan faktor resiko terkena osteoporosis?

5. sebutkan cara pencegahan osteoporosis?

6. Sebutkan penatalaksanaan Osteoporosis

MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian Osteoporosis

Penelitian di Amerika, pada usia 50 tahun, 1 dari 4 wanita, 1 dari 8 pria

menderita Osteoporosis. Sejak meningkatnya angka harapan hidup manusia di

Indonesia, semakin banyak kasus osteoporosis pada manusia usia lanjut.

Osteoporosis adalah penyakit dengan ciri khas berupa rendahnya massa

tulang yang disertai perubahan-perubahan mikro arsitektur tulang dan penurunan

kualitas jaringan tulang, yang akhirnya meningkatkan kerapuhan tulang dengan

risiko terjadinya patah tulang. (WHO, International Consensus Development

Conference, Roma Italia 1992).

24

Page 25: Askep Lp Osteoporosis

Osteoporosis atau pengeroposan tulang merupakan penyakit yang

disebabkan karena penyusutan massa dan kemerosotan struktur tulang, sehingga

tulang rapuh dan rawan patah. (Suryadi, 2000).

Osteoporosis, atau tulang keropos, terjadi jika terlalu banyak zat mineral

dihilangkan dari kerangka tulang. Tulang menjadi rapuh dan lebih mudah patah.

Patah tulang yang paling umum adalah tulang pinggul, tulang belakang dan tulang

pergelangan tangan

2. Penyebab Osteoporosis

Faktor-faktor yang menyebabkan osteoporosis yaitu:

1. Peningkatan usia

Di atas usia sekitar 35 tahun, kepadatan tulang menurun. Osteoporosis

terutama di alami oleh pria dan wanita di atas 50 tahun. Saat kadar estrogen

menurun setelah menopause, kepadatan tulang juga menurun. Wanita

pascamenopause mewakili kelompok terbesar orang dengan osteoporosis. Hal

ini dikaitkan dengan masa menopause pada wanita. Ketika wanita memasuki

masa menopause, fungsi ovariumnya menurun akibatnya produksi hormon

estrogen dan progesteron berkurang. Jika kadar estrogen dalam darah turun,

maka siklus remodeling tulang berubah dan pengurangan jaringan tulang

mulai terjadi. Salah satu fungsi estrogen adalah mempertahankan tingkat

remodeling tulang yang normal. Yang sangat terpengaruh dengan keadaan ini

adalah tulang trabekular, karena tingkat turun overnya tinggi.( Lane, 2001).

2. Kadar testosteron rendah

Pada pria, hormon testosteron memperlambat resorpsi tulang dengan cara

yang sama seperti estrogen pada wanita.

3. Kecenderungan genetik

Riwayat keluarga dan kelompok etnik dapat meningkatkan risiko

terjadinya osteoporosis.

25

Page 26: Askep Lp Osteoporosis

4. Penyakit lain

Beberapa penyakit dapat mempengaruhi regenerasi tulang normal

5. Obat-obatan

Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati kondisi lain juga dapat

mempengaruhi regenerasi tulang

6. Berat badan rendah

7. Pola makan buruk

Kurang mengkonsumsi makanan yang kaya kalsium dan vitamin D dalam

pola makan.

8. Merokok / mengkonsumsi alkohol secara berlebihan

9. Kurang olahraga. ( R ebecca, 2007 )

3. Tanda dan Gejala Osteoporosis

Osteoporosis disebut silent disease karena proses kepadatan tulang

berkurang secara perlahan dan berlangsung secara progresif selama bertahun-

tahun tanpa disadari dan tanpa disertai adanya gejala.

Penyakit osteoporosis sulit untuk di deteksi karena proses kepadatan

tulang berkurang secara perlahan dan berlangsung secara progresif selama

bertahun-tahun tanpa kita sadari dan tanpa di sertai adanya gejala. Gejala-gejala

baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut seperti:

– patah tulang

– Punggung yang semakin memburuk

– hilangnya tinggi badan

– nyeri punggung

26

Page 27: Askep Lp Osteoporosis

4. Faktor Resiko terkena osteoporosis

a. Kurang aktivitas fisik dan olahraga

b. Mengalami menopause Iebih cepat (praecox)

c. Kebiasaan merokok/minum alcohol

d. Berat badan dibawah normal/kurang gizi

e. Memiliki riwayat osteoporosis dalam keluarga

f. Pernah menggunakan obat-obatan steroid dalam waktu lama, atau

menggunakan obat antitiroid secara berlebihan.

g. Kegemukan/obesitas

5. Pencegahan pada penyakit Osteoporosis

Tindakan yang dilakukan untuk mencegah osteoporosis yaitu :

1. Asupan kalsium cukup

Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang yang dapat

dilakukan dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup.

2. Paparan sinar UV B matahari (pagi dan sore)

Sinar matahari UV B membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang

dibutuhkan tubuh dalam pembentukan massa tulang.

3. Melakukan olah raga

Gaya hidup sehat. Menghindari rokok dan alkohol , kurangi konsumsi

kopi, minuman bersoda, daging merah.

4. Mengkonsumsi obat. (Ferdinand, 2008)

Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan

sering diminum bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling

efektif dimulai dalam 4-6 tahun setelah menopause; tetapi jika baru dimulai

lebih dari 6 tahun setelah menopause, masih bisa memperlambat kerapuhan

tulang dan mengurangi resiko patah tulang. Raloksifen merupakan obat

menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang efektif daripada

27

Page 28: Askep Lp Osteoporosis

estrogen dalam mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek

terhadap payudara atau rahim. Untuk mencegah osteroporosis, bisfosfonat

(contohnya alendronat), bisa digunakan sendiri atau bersamaan dengan terapi

sulih hormon.

6. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan adalah meningkatkan kepadatan tulang. Semua wanita,

terutama yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi kalsium dan vitamin

D dalam jumlah yang mencukupi. Wanita pasca menopause yang menderita

osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan

progesteron) atau alendronat, yang bisa memperlambat atau menghentikan

penyakitnya. Bifosfonat juga digunakan untuk mengobati osteoporosis.

Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan

tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa

tubuhnya tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi. Jika kadar

testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron.

Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulang panggul

biasanya diatasi dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya

digips atau diperbaiki dengan pembedahan. Pada kolaps tulang belakang disertai

nyeri punggung yang hebat, diberikan obat pereda nyeri, dipasang supportive back

brace dan dilakukan terapi fisik.

Penanganan yang dapat di lakukan pada klien osteoporosis meliputi :

1. Diet

2. Pemberian kalsium dosis tinggi

3. Pemberian vitamin D dosis tinggi

4. Pemasangan penyangga tulang belakang (spina brace) untuk mengurangi

nyeri punggung.

5. Pencegahan dengan menghindari faktor resiko osteoporosis (mis. Rokok,

mengurangi konsumsi alkohol, berhati-hati dalam aktifitas fisik).

6. Penanganan terhadap deformitas serta fraktur yang terjadi.

28

Page 29: Askep Lp Osteoporosis

Referensi :

Mansjoer, Ariep, 2001, Kapita Selekta Kedokteran, EGC, Jakarta

Sylvia A. Price. 2000. Patofisiologi. EGC. Jakarta.

http://ilmukeperawatanstikesfaletehancom.blogspot.com/2009/02/sap-

hipertensi_27.html?zx=fd72297fddeab593

http://wayanpuja.blinxer.com/?page_id=239

Sumber: https://umayra.wordpress.com/2010/01/04/sap-osteoporosis/

29