osteoporosis
DESCRIPTION
osteoTRANSCRIPT
Osteoporosis (PBL Blok 5 - Sistem Muskuloskeletal) Ditulis Oleh eja putra Jakarta 23.10 Label: Blok 5, Fakultas Kedokteran Ukrida, PBL
OSTEOPOROSIS
Primus Etgal Putra
102011103Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Terusan Arjuna no. 6
Tanjung Duren Jakarta 11510
Fisiologis TulangTulang rangka tubuh manusia terdiri tulang kortikal 70-80% dan tulang trabekular 20-30%.
Pada keadaan normal tulang rangka, sebanyak 25% volume tulang anatomi yang spesifik
sebagai jaringan tulang. Dan 75 % merupakan sumsum tulang (bone marrow) dan lemak,
tetapi ini sangat bervariasi tergantung sebagaimana besar tulang skeletonnya. Pada jaring
tulang yang spesifik, hanya 60% berupa mineral tulang dan 40% merupakan jaringan
organik, berupa kolagen. Sumsum tulang mengandung stroma, jaringan mieloid, sel lemak,
pembuluh darah, sinusoid, dn beberapa jaringan limfe. Jaringan tulang sangat kompleks,
aktifitas metabolisme aktif pada tulang pada proses mineralisasi yang terdiri dari komposisi
esensial, yaitu garam kalsium dan fosfat. Garam tersebut merupakan 2/3 bagian dari berat
tulang kering dan merupakan unsur yang paling banyak kalsium dan fosfat dari seluruh
tubuh. Integritas tulang dipertahankan oleh kompartement ekstraselular Kalsium. Tubuh
mengandung 1000 gram ( 2500 mmol) Kalsium, terdiri dari 9 gram ( 225 mmol ) berada di
jaringan lunak, 1 gram ( 25 mmol) berada di cairan ekstraseluler dan sisanya berada pada
jaringan tulang. Seperti dikemukakan dalam pendahuluan bahwa aktivitas sel sel tulang
yaitu resorpsi dan pembentukan dikendalikan oleh faktor sistemik, salah satu faktor sistemik
tersebut adalah 1,25 dihydroksivitamin D. Selain vitamin D, faktor sistemik lain adalah
hormon paratiroid (PTH ), kalsitonin, insulin, estrogen/androgen, hormon pertumbuhan dan
hormon tiroid. Semua faktor tersebut saling terkait dalam proses metabolisme tulang.1
Columna VertebralisColumna vertebralis merupakan pilar utama tubuh, dan berfungsi menyanggah
cranium, gelang bahu, ekstremitas superior, dan dinding thorax serta melalui gelang panggul
meneruskan berat badan ke ekstremitas inferior. Di dalam rongganya terletak medula
spinalis, radix nervi spinals, dan lapisan penutup meningen, yang dilindungi oleh columna
vertebralis.2
Komposisi Columna Vertebralis
Columna vertebralis terdiri atas 33 vertebrae, yaitu 7 vertebra cervicales, 12 vertebra
thoracicus, 5 vertebra lumbalis, 5 vertebra sacralis (yang bersatu membentuk os sacrum), dan
4 vertebra coccygis. Struktur columna tersebut fleksibel, karena columna bersegmen-segmen
dan tersusun atas vertebrae, sendi-sendi, dan bantalan fibrocartilago yang disebut discus
intervertebralis membentuk kira-kira seperempat panjang columna.2
Ciri-Ciri Umum Vertebra
Semua vertebra mempunyai pola yang sama. Vertebra tipikal, terdiri atas corpus yang
bulat di interior dan arcus vertebrae di posterior. Keduanya melingkupi sebuah ruang disebut
foramen vertebralis, yang dilalui oleh medulla spinalis dan bungkus-bungkusnya. Arcus
vertebrae terdiri atas sepasang pediculus yang berbentuk silinder, yang membentuk sisi-sisi
arcus, dan sepasang lamina gepeng yang melengkapi arcus dari posterior. Arcus vertebrae
mempunyai 7 processus yaitu 1 processus spinosus, 2 processus transversus, dan 4 processus
articularis.2
Processus spinosus atau spina, menonjol ke posterior dari pertemuan kedua laminae.
Processus transversus menonjol ke lateral dari pertemuan lamina dan pediculus. Processus
spinosus dan processus ransversus berfungsi sebagai pengungkit dan menjadi tempat
melekatnya otot dan ligamentum.2
Processus articularis superior terletak vertical dan terdiri atas 2 processus articularis
superior dan 2 processus articularis inferior. Processus ini menonjol dari pertemuan antara
lamina dan pediculus, dan facies articularisnya diliputi oleh cartilago hyaline. Kedua
processus articularis superior dari sebuah arcus vertebrae bersendi dengan kedua processus
articularis, inferior dari arcus yang ada di atasnya membentuk sendi sinoval.2
Pediculus mempunyai lekuk pada pinggir atas dan bawahnya, membentuk incisura
vertebralis superior dan inferior. Pada masing-masing sisi, incisura vertebralis superior
sebuah vertebra dan incisura vertebralis inferior dari vertebra di atasnya membentuk foramen
intervertebrale. Foramina ini pada kerangka yang berartikulasi berfungsi sebagai tempat
lewatnya nervi spinals dan pembuluh darah. Radix anterior dan posterior nervus spinalis
bergabung di dalam foramina ini, bersama dengan pembungkusnya membentuk saraf spinalis
segmentalis.2
Estrogen dan OsteoporosisSelama perkembangannya tulang membutuhkan kalsium yang tinggi, dan setelah
mencapai massa pubertas kematangan hormon reproduksi estrogen pada wanita dan
testosteron pada laki-laki, karena pengaruh anabolik dan prekusor estrogen terjadilah proses
remodeling tulang. Peranan sel tulang osteoblas dalam membentuk formasi tulang dan
osteoklas meresorpsi tulang menyebabkan terjadinya remodeling tulang tampaknya
sederhana, tetapi di belakang proses remodeling ini terjadi proses yang rumit.
Secara tidak langsung, kadar estrogen yang rendah mempengaruhi asupan kalsium ke
dalam tubuh karena dihambatnya sekresi PTH dan menghambat sintesis kalsitriol. Jadi pada
osteoporosis pasca menopause primer, jelas akibat tidak adanya hormon estrogen
menurunnya fungsi osteoblas dan meningkatnya aktivitas osteoklas serta menurunnya
kualitas hidup yang meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis sehingga menyebabkan
massa tulang menurun dengan cepat.4
Pembentukan tulangTulang adalah jaringan ikat yang mengalami mineralisasi. Tulang mengandung materi
organik dan anorganik. Materi organiknya sebagian besar berupa protein. Tulang adalah
suatu struktur dinamik yang mengalami siklus remodeling terus menerus, berupa resorpsi
yang diikuti oleh pengendapan jaringan tulang baru. Remodeling ini memungkinkan tulang
beradaptasi terhadap sinyal fisik (seperti peningkatan beban yang harus disangga) dan
hormon.5
Jenis sel utama yang berperan dalam penyerapan dan pengendapan tulang adalah
osteoklas dan osteoblas. Osteoklas berkaitan dengan resorpsi dan osteoblas dengan
pengendapan tulang. Osteosit berasal dari osteoblas; sel ini juga tampaknya ikut serta dalam
pemeliharaan matriks tulang. Osteoklas adalah sel multinukleus yang berasal dari sel tunas
hematopoietic pluripoten. Osteoklas memiliki domain membran apikal, dan memperlihatkan
tepi bergelombang yang berperan utama dalam penyerapan tulang.5
Suatu ATPase pemindah proton mengeluarkan proton melalui tepi bergelombang ke
dalam area resorpsi, yang merupakan lingkungan mikro ber-pH rendah. Hal ini menurunkan
pH local menjadi 4,0 atau kurang sehingga hidroksiapatit lebih mudah larut dan
memungkinkan terjadinya demineralisasi. Osteoblas, sel mononukleus yang berasal dari
prekursor mesenkim pluripoten yang menyintesis sebagian besar protein yang ditemukan di
tulang serta berbagai faktor pertumbuhan dan sitokin. Sel ini bertanggung jawab bagi
pengendapan matriks tulang baru (osteoid) dan mineralisasi selanjutnya. Osteoblas
mengontrol mineralisasi dengan mengatur lewatnya ion kalsium dan fosfat melalui membran
permukaannya. Fosfat tersebut mengandung fosfatase alkali, yang digunakan untuk
menghasilkan ion fosfat dari fosfat organik. Banyak faktor yang berperan dalam regulasi
metabolisme tulang. Sebagian faktor merangsang osteoblas (misalnya hormone paratiroid dan
1,25-dihidroksikolekalsiferol) dan yang lain menghambatnya (misalnya kortikosteroid).
Hormone paratiroid dan 1,25- dihidroksikolekalsiferol juga merangsang osteoklas, sementara
kalsitonin dan estrogen menghambatnya. Estrogen tampaknya berkaitan erat dengan
timbulnya osteoporosis.5
Proses terbentuknya tulang terjadi dengan 2 cara yaitu melalui osifikasi intra
membran dan osifikasi endokondral :6
1. Osifikasi intra membran
Proses pembentukan tulang dari jaringan mesenkim menjadi jaringan tulang, contohnya
pada proses pembentukan tulang pipih. Pada proses perkembangan hewan vertebrata terdapat
tiga lapisan lembaga yaitu ektoderm, medoderm, dan endoderm. Mesenkim merupakan
bagian dari lapisan mesoderm, yang kemudian berkembang menjadi jaringan ikat dan darah.
Tulang tengkorak berasal langsung dari sel-sel mesenkim melalui proses osifikasi
intramembran.
2. Osifikasi endokondral
Proses pembentukan tulang yang terjadi dimana sel-sel mesenkim berdiferensiasi lebih dulu
menjadi kartilago (jaringan rawan) lalu berubah menjadi jaringan tulang, misal proses
pembentukan tulang panjang, ruas tulang belakang, dan pelvis. Proses osifikasi ini
bertanggung jawab pada pembentukkan sebagian besar tulang manusia. Pada proses ini sel-
sel tulang (osteoblas) aktif membelah dan muncul dibagian tengah dari tulang rawan yang
disebut center osifikasi. Osteoblas selanjutnya berubah menjadi osteosit, sel-sel tulang
dewasa ini tertanam dengan kuat pada matriks tulang.
Pembentukan tulang rawan terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan (kartilago).
Mula-mula pembuluh darah menembus perichondrium di bagian tengah batang tulang rawan,
merangsang sel-sel perichondrium berubah menjadi osteoblas. Osteoblas ini akan membentuk
suatu lapisan tulang kompakta, perichondrium berubah menjadi periosteum. Bersamaan
dengan proses ini pada bagian dalam tulang rawan di daerah diafisis yang disebut juga pusat
osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar kemudian pecah sehingga terjadi kenaikan
pH (menjadi basa) akibatnya zat kapur didepositkan, dengan demikian terganggulah nutrisi
semua sel-sel tulang rawan dan menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan ini.6
Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi) dan pelarutan dari
zat-zat interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan dengan masuknya pembuluh darah ke
daerah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk sumsum tulang. Pada tahap selanjutnya
pembuluh darah akan memasuki daerah epiphise sehingga terjadi pusat osifikasi sekunder,
terbentuklah tulang spongiosa. Dengan demikian masih tersisa tulang rawan dikedua ujung
epifise yang berperan penting dalam pergerakan sendi dan satu tulang rawan di antara epifise
dan diafise yang disebut dengan cakram epifise.6
Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus- menerus membelah
kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di daerah diafise, dengan demikian
tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan
diameter (lebar) tulang, tulang didaerah rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga
rongga sumsum membesar, dan pada saat yang bersamaan osteoblas di periosteum
membentuk lapisan-lapisan tulang baru di daerah permukaan.6
Tulang Secara MikroTulang adalah jaringan ikat khusus yang terdiri atas materi antarsel berkapur, yaitu
matriks tulang, dan 3 jenis sel seperti: osteosit, yang terdapat di rongga-rongga di dalam
matriks; osteoblas, yang mensintesis unsure organic matriks, dan osteoklas yang merupakan
sel raksasa multinuklear yang terlibat dalam resorpsi dan remodeling jaringan tulang. Karena
metabolit tidak dapat berdifusi melalui matriks tulang yang telah mengapur, pertukaran zat
antara osteosit dan kapiler darah bergantung pada komunikasi melalui kanalikuli, yang
merupakan celah-celah silindris halus, yang menerobos matriks.7
Osteoblas
Osteoblas bertanggung jawab atas sintesis komponen organik matriks tulang (kolagen
tipe I, proteoglikan, dan glikoprotein). Deposisi komponen anorganik dari tulang juga
bergantung pada adanya osteoblas aktif. Osteoblas hanya terdapat pada permukaan tulang,
dan letaknya bersebelahan, mirip epitel selapis. Bila osteoblas aktif menyintesis matriks,
osteoblas memiliki bentuk kuboid sampai silindris dengan sitoplasma basofilik. Bila aktivitas
sintesisnya menurun, sel tersebut menjadi gepeng dan sifat basofilik pada sitoplasmanya akan
berkurang. Beberapa osteoblas secara berangsur dikelilingi oleh matriks yang baru terbentuk
dan menjadi osteosit. Selama proses ini, terbentuk rongga yang disebut lakuna. Lakuna
dihuni osteosit beserta juluran-julurannya, bersama sedikit matriks ekstrasel yang tidak
mengapur.7
Selama sintesis matriks berlangsung, osteoblas memiliki struktur ultra sel yang secara
aktif mensintesis protein untuk dikeluarkan. Osteoblas merupkan sel yang terpolarisasi.
Komponen matriks disekresi pada permukaan sel, yang berkontak dengan matriks tulang
yang lebih “tua”, dan menghasilkan lapisan matriks baru (belum berkapur) yang disebut
osteoid, diantara lapisan osteoblas dan tulang yang baru dibentuk. Proses ini, yaitu aposisi
tulang, dituntaskan dengan pengendapan garam-garam kalsium ke dalam matriks yang baru
terbentuk.7
Osteosit
Osteosit berasal dari osteoblas, terletak di dalam lakuna yang terletak di antara lamela-lamela
matriks. Hanya ada satu osteosit dalam satu lakuna. Bila dibandingkan dengan osteoblas,
osteosit yang gepeng dan berbentuk kenari tersebut memiliki sedikit retikulum endoplasma
kasar dan kompleks golgi serta kromatin inti yang lebih padat. Sel-sel ini secara aktif terlibat
untuk mempertahankan matriks tulang, dan kematiannya diikuti oleh resorpsi matriks
tersebut.7
Osteoklas
Osteoklas adalah sel motil bercabang yang sangat besar. Bagian badan sel yang melebar mengandung 5 sampai 50 inti (atau lebih). Pada daerah terjadinya resorpsi tulang, osteoklas terdapat di dalam lekukan yang terbentuk akibat kerja enzim pada matriks, yang dikenal sebagai lakuna Howship. Osteoklas berasal dari penggabungan sel-sel sumsung tulang. Pada osteoklas yang aktif, matriks tulang yang menghadap permukaan terlipat secara tak teratur, seringkali berupa tonjolan yang terbagi lagi, dan membentuk batas
“bergelombang”. Batas bergelombang ini dikelilingi oleh zona sitoplasma (zona terang) yang tidak mengandung organel, namun kaya akan filament aktin. Zona ini adalah tempat adhesi osteoklas pada matriks tulang dan menciptakan lingkungan mikro tempat terjadinya resorpsi tulang.7
Matriks Tulang
Berat kering matriks tulang 50% terdiri dari bahan anorganik. Bahan-bahan yang
ditemukan pada matriks tulang adalah berupa kalsium, fosfor, bikarbonat, sitrat, magnesium,
kalium, dan natrium.
Bahan organik dalam matriks tulang adalah kolagen tipe I dan substansi dasar, yang
mengandung agregat proteoglikan dan beberapa glikoprotein structural spesifik. Glikoprotein
tulang bertanggung jawab atas kelancaran kalsifikasi matriks tulang. Jaringan lain yang
mengandung kolagen tipe I biasanya tidak mengapur dan tidak mengandung glikoprotein
tersebut. Karena kandungan kolagennya tinggi, matriks tulang yang terdekalsifikasi terikat
kuat dengan pewarna serat kolagen. Gabungan mineral dengan serat kolagen memberikan
sifat keras dan ketahanan pada jaringan tulang. Setelah tulang mengalami dekalsifikasi,
bentuknya tetap terjaga, namun menjadi fleksibel mirip tendon.7
Jenis–Jenis Penyakit Tulang
Ada beberapa macam gangguan atau kerusakan yang menyebabkan terjadinya penyakit pada
tulang, seperti :9
1. Osteolisis
Hancurnya tulang yang mungkin disebabkan oleh trauma atau kecelakaan berat dan
juga mungkin disebabkan adanya kanker yang mengenai tulang.
2. Osteomalacia
Gangguan pembentukan tulang sehingga tulang lembek dan melunak. Orang yang
terkena biasanya mempunyai cirri-ciri kaki bengkok, tulang punggung memendek dan
tulang pinggul pipih. Gangguan ini disebabkan oleh kurangnya asupan kalsium dan
vit.D3 serta kurangnya berjemur di sinar matahari.
3. Osteoarthritis
Gangguan yang ditandai dengan menipisnya tulang rawan yang ada di persendian,
sehingga menggangu gerak persendian.
4. Rhematoid Arthritis
Penyakit rematik yang juga bisa menyerang tulang dan persendian.
5. Osteopenia
Suatu keadaan dimana terjadi penurunan massa tulang, suatu keadaan atau gezala
awal terjadinya osteoporosis.
6. Osteoporosis
Suatu penyakit kelainan pada tulang yang ditandai dengan menurunnya massa tulang,
kerusakan tubuh atau arsitektur tulang sehingga tulang mudah patah.
KesimpulanOsteoporosis merupakan penyakit tulang yang paling sering dijumpai, dan sering menyerang
tulang belakang (columna vertebralis). Columna vertebralis merupakan pilar utama tubuh,
dan berfungsi menyanggah cranium, gelang bahu, ekstremitas superior, dan dinding thorax
serta melalui gelang panggul meneruskan berat badan ke ekstremitas inferior. Osteoporosis
ada hubungannya dengan estrogen dalam pembentukan matriks. Secara tidak langsung, kadar
estrogen yang rendah mempengaruhi asupan kalsium ke dalam tubuh karena dihambatnya
sekresi PTH dan menghambat sintesis kalsitriol. Jadi pada osteoporosis pasca menopause
primer, jelas akibat tidak adanya hormon estrogen menurunnya fungsi osteoblas dan
meningkatnya aktivitas osteoklas serta menurunnya kualitas hidup yang meningkatkan resiko
terjadinya osteoporosis sehingga menyebabkan massa tulang menurun dengan cepat. Tulang
juga akan menjadi rapuh dan mudah patah.
Daftar Pustaka
1. Unpad. Patofisiologi primary osteoporosis. Post at 2006. Diunduh dari
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/patofisiologi_primary_osteoporosis_
metabolisme_vitamin_d.pdf, 25 Maret 2011.
2. Snell Richard S. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;
2006.h.881-4.
3. Srapper. Columna vertebralis. Post at 2008. Diunduh dari http://kr.blog.yahoo.com/sysrapper
/yblog.html, 25 Maret 2011.
4. Suherman Suharti K, Tobing Dohar A.L. Osteoporosis. Edisi ke-1. Jakarta: Perosi; 2006.h.3-
6.
5. Murray Robert K, Granner Daryl K, Rodwell Victor W. Biokimia harper. Edisi ke-27.
Jakarta: EGC; 2009.h.575-7.
6. Universitas Jember. Mekanisme pembentukan tulang. Post at 2010. Diunduh dari
http://www.scribd.com/doc/29426430/MEKANISME-PEMBENTUKAN-TULANG, 25
Maret 2011.
7. Tambayong Jan. Histologi dasar: teks dan atlas. Edisi ke-10. Jakarta: EGC; 2007.h.134-7.
8. Vanderbilt. Komposisi tulang. Post at 2008. Diunduh dari http://mc.vanderbilt.edu, 25 Maret
2011.
9. Alovell. Struktur dan penyakit tulang. Post at 2009. Diunduh dari
http://medicastore.com/alovell/isi.php?isi=tulang, 25 Maret 2011.
Tanggapan Kalian: 0 Komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Okt 12
Sistem Muskuloskeletal (PBL Blok 5) Ditulis Oleh eja putra Jakarta 02.06 Label: Blok 5, Fakultas Kedokteran Ukrida, PBL
DAFTAR ISI
Daftar isi………………………………………………………………………………2
Pendahuluan…………………………………………………………..…….…………3
Isi………………………………………………………………………………..…….4
Penutup………………………………………………………………………………12
Daftar pusaka…………………………………………………………..…………….13
PENDAHULUAN
Otot adalah sebuah jaringan konektif dalam tubuh yang tugas utamanya kontraksi.
Kontraksi otot digunakan untuk memindahkan bagian-bagian tubuh & substansi dalam tubuh.
Ada tiga macam otot secara umum yaitu oto lurik, otot polos, dan juga otot jantung.
Otot manusia bekerja dengan cara berkontraksi sehingga otot akan memendek,
mengeras dan bagian tengahnya menggelembung (membesar). Karena memendek maka
tulang yang dilekati oleh otot tersebut akan tertarik atau terangkat. Kontraksi satu macam otot
hanya mampu untuk menggerakkan tulang kesatu arah tertentu. Agar tulang dapat kembali ke
posisi semula, otot tersebut harus mengadakan relaksasi dan tulang harus ditarik ke posisi
semula. Untuk itu harus ada otot lain yang berkontraksi yang merupakan kebalikan dari kerja
otot pertama. Jadi, untuk menggerakkan tulang dari satu posisi ke posisi yang lain, kemudian
kembali ke posisi semula diperlukan paling sedikit dua macam otot dengan kerja yang
berbeda.
ISI
Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuan berkontraksi . otot memendek jika
sedang berkontraksi dan memanjang jika berelaksasi. Kontraksi otot terjadi jika otot sedang
melakukan kegiatan , sedangkan relaksasi otot terjadi jika otot sedang beristirahat.
Dengan demikian otot memiliki 3 karakter, yaitu:
Kontraksibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memendek dan lebih pendek dari ukuran
semula, hal ini teriadi jika otot sedang melakukan kegiatan.
Ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih panjang dari ukuran
semula.
Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula.
Otot tersusun atas dua macam filamen dasar, yaitu filament aktin dan filament miosin.
Filamen aktin tipis dan filament miosin tebal. Kedua filamen ini menyusun miofibril.
Miofibril menyusun serabut otot dan serabut otot-serabut otot menyusun satu otot.
JENIS – JENIS OTOT
Berdasarkan bentuk morfologi, sistem kerja dan lokasinya dalam tubuh, otot dibedakan
menjadi tiga, yaitu otot lurik, otot polos, dan otot jantung.
OTOT LURIK (OTOT RANGKA)
Otot lurik disebut juga otot rangka atau otot serat lintang. Otot ini bekerja di bawah
kesadaran. Pada otot lurik, fibril-fibrilnya mempunvai jalur-jalur melintang gelap (anisotrop)
dan terang (isotrop) yang tersusun berselang-selang. Sel-selnya berbentuk silindris dan
mempunvai banvak inti. Otot rangka dapat berkontraksi dengan cepat dan mempunyai
periode istirahat berkali - kali. Otot rangka ini memiliki kumpulan serabut yang dibungkus
oleh fasia super fasialis.
Gabungan otot berbentuk kumparan dan terdiri dari bagian:
1. ventrikel(empal), merupakan bagian tengah yang menggembung.
2. Urat otot (tendon), merupakan kedua ujung yang mengecil. Urat otot (tendon) tersusun
dari jaringan ikat dan bersifat keras serta liat.
Berdasarkan cara melekatnya pada tulang, tendon dibedakan sebagai berikut ini:
1. Origo merupakan tendon yang melekat pada tulang yang tidak berubah kedudukannya
ketika otot berkontraksi.
2. Insersio merupakan tendon yang melekat pada tulang yang bergerak ketika otot
berkontraksi.
Otot yang dilatih terus menerus akan membesar atau mengalami hipertrofi,
Sebaliknya jika otot tidak digunakan (tidak ada aktivitas) akan menjadi
kisut atau mengalami atrofi.
OTOT POLOS
Otot polos disebut juga otot tak sadar atau otot alat dalam (otot viseral). Otot polos
tersusun dari sel – sel yang berbentuk kumparan halus. Masing – masing sel memiliki satu
inti yang letaknya di tengah. Kontraksi otot polos
tidak menurut kehendak, tetapi dipersarafi oleh saraf otonom. Otot polos terdapat pada alat-
alat dalam tubuh, misalnya pada:
1. Dinding saluran pencernaan
2. Saluran-saluran pernapasan
3. Pembuluh darah
4. Saluran kencing dan kelamin\
OTOT JANTUNG
Otot jantung mempunyai struktur yang sama dengan otot lurik hanya saja serabut –
serabutnya bercabang - cabang dan saling beranyaman serta dipersarafi oleh saraf otonom.
Letak inti sel di tengah. Dengan demikian, otot jantung disebut juga otot lurik yang bekerja
tidak menurut kehendak.
FUNGSI OTOT Otot dapat berkontraksi karena adanya rangsangan. Umumnya otot berkontraksi bukan
karena satu rangsangan, melainkan karena suatu rangkaian rangsangan berurutan.rangsangan
kedua memperkuat rangsangan pertama dan rangsangan ketiga memeprkuat rangsangan
kedua . dengan demikian terjadilah ketegangan atau tonus yang maksimum . tonus yang
maksimum terus – menerus disebut tetanus.
SIFAT KERJA OTOT
Sifat kerja otot dibedakan atas antagonis dan sinergis seperti berikut ini:
Antagonis
Antagonis adalah kerja otot yang kontraksinya menimbulkan efek gerak berlawanan,
contohnya adalah:
1. Ekstensor( meluruskan) dan fleksor (membengkokkan), misalnya otot trisep dan otot bisep.
2. Abduktor (menjauhi badan) dan adductor (mendekati badan) misalnya gerak tangan sejajar
bahu dan sikap sempurna.
3. Depresor (ke bawah) dan adduktor ( ke atas), misalnya gerak kepala merunduk dan
menengadah.
4. Supinator (menengadah) dan pronator (menelungkup), misalnya gerak telapak tangan
menengadah dan gerak telapak tangan menelungkup.
Sinergis
Sinergis adalah otot-otot yang kontraksinya menimbulkan gerak searah. Contohnya
pronator teres dan pronator kuadratus.
MEKANISME KERJA OTOT
Dari hasil penelitian dan pengamatan dengan mikroskop elektron dan difraksi sinar X,
Hansen dan Huxly (l955) mengemukkan teori kontraksi otot yang disebut model sliding
filaments.
Model ini menyatakan bahwa kontraksi didasarkan adanya dua set filamen di dalam sel
otot kontraktil yang berupa filament aktin dan filamen miosin.. Rangsangan yang diterima
oleh asetilkolin menyebabkan aktomiosin mengerut (kontraksi). Kontraksi ini memerlukan
energi.
Pada waktu kontraksi, filamen aktin meluncur di antara miosin ke dalam zona H (zona H
adalah bagian terang di antara 2 pita gelap). Dengan demikian serabut otot menjadi
memendek yang tetap panjangnya ialah ban A (pita gelap), sedangkan ban I (pita terang) dan
zona H bertambah pendek waktu kontraksi.
Ujung miosin dapat mengikat ATP dan menghidrolisisnya menjadi ADP. Beberapa energi
dilepaskan dengan cara memotong pemindahan ATP ke miosin yang berubah bentuk ke
konfigurasi energi tinggi. Miosin yang berenergi tinggi ini kemudian mengikatkan diri
dengan kedudukan khusus pada aktin membentuk jembatan silang. Kemudian simpanan
energi miosin dilepaskan, dan ujung miosin lalu beristirahat dengan energi rendah, pada saat
inilah terjadi relaksasi. Relaksasi ini mengubah sudut perlekatan ujung myosin menjadi
miosin ekor. Ikatan antara miosin energi rendah dan aktin terpecah ketika molekul baru ATP
bergabung dengan ujung miosin. Kemudian siklus tadi berulang Iagi.
SUMBER ENERGI UNTUK KERJA OTOT
ATP (Adenosht Tri Phosphat) merupakan sumber energi utama untuk kontraksi otot.
ATP berasal dari oksidasi karbohidrat dan lemak. Kontraksi otot merupakan interaksi antara
aktin dan miosin yang memerlukan ATP.
ATP ---- ADP + P
AktiN + Miosin
Aktomiosin
ATPase
Fosfokreatin merupakan persenyawaan fosfat berenergi tinggi yang terdapat dalam
konsentrasi tinggi pada otot. Fosfokreatin tidak dapat dipakai langsung sebagai sumber
energi, tetapi fosfokreatin dapat memberikan energinya kepada ADP.
kreatin
Fosfokreatin + ADP ----------------------- keratin + ATP
Fosfokinase
Pada otot lurik jumlah fosfokreatin lebih dari lima kali jumlah ATP. Pemecahan ATP
dan fosfokreatin untuk menghasilkan energy tidak memerlukan oksigen bebas. Oleh sebab itu
, fase kontraksi otot sering disebut fase anaerob.
RADIOLOGI
Modalitas pemeriksaan radiologi :
1. Radiografi konvensional
2. CT scan
3. MRI
4. Nuclear Medicine
5. Ultrasonografi
Foto – foto dibuat dengan berbagai posisi proyeksi:
AP – PA – Lateral – Oblik
Waters, towner, Stenven, Shuller, dll.
Rheese
Eishler
Dll.
1. Radiografi Konvensional
Posisi yang digunakan adalah Axial, Sagital, Coronal, dan 3D untuk CT Scan.
Menggunakan pancaran sinar X untuk menggambar struktur dada, abdomen, tulang dan
sebagainya.
Bagian dari spectrum elektromagnetik, dipancarkan akibat pengeboman anoda wolfram oleh
electron – electron bebas dari suatu katoda.
Keuntungan radiografi digital :
o pengurangan yang signifikan terhadap pajanan radiasi
o perbaikan dengan mengunakan digital memastikan semua citra dalam kualitas yang baik
o pengiriman citra antar tempat di luar bagian radiologi
o tidak ada film yang hilang
o kemudahan pemeriksaan bagi klinisi.
2. CT Scan
Menggunakan pancaran sinar X yang terkolimasi pada pasien untuk mendapatkan citra
potongan melintang yang tipis dari kepela ke tubuh pasien.
Setiap bagian tubuh dapat dipindai : otak, leher, abdomen, pelvis, dan tungkai.
Mendapatkan detail anatomis yang tepat jika tidak berhasil dengan ulrasonografi.
Keuntungan :
o revolusi yang baik
o detail anatomis yang tepat
o teknik pemeriksaan yang cepat
o citra diagnosis tidak terpengaruh terhadap lemak.
Kerugian :
o Biaya tinggi
o Artefak tulang menurunkan kualitas citra
o terbatas pada pemindaian transversal
o menimulkan radiasi ionisasi yang tinggi.
3. MRI
Digunakan untuk SSP, muskuloskeletal, jantung, toraks, abdomen, pelvis.
Potongan axial, sagital, coronal.
Keuntungan :
o aman
o tidak terdapat artefak
o detail anatomis sangat baik
o dapat memperlihatkan pembuluh darah
Kerugian :
o mahal
o kuang baik untuk lapangan paru
o tidak mampu menunjukan kalsifikasi
o waktu pemeriksaan lebih lama
4. Nuklear Medicine
SPECT (Single Photon Emission Computted Tomography).
o Suatu potongan tomografik planar yang diemisikan oleh radioisotope.
o Menampilkan distribusi radionukleotida dengan jelas.
PET (Positron Emission Tomography)
o Menggunakan isotop emisi positron.
PENUTUP
Sel-sel otot dirancang khusus untuk berkontraksi. Terdapat tiga jenis otot: rangka,
polos, dan jantung.
Otot rangka terdiri dari berkas sel-sel otot yang panjang dan silindris yang dikenal
sebagai serat otot dan dibungkus oleh jaringan ikat. Serat otot penuh dengan miofibril,
dengan setiap miofibril terdiri dari rangkaian filamen tebal dan tipis yang bertumpuk dan
sedikit bertumpang tindih. Susunan seperti ini menyebabkan serat otot rangka tampak
bergaris-garis pada pemeriksaan di bawah mikroskop. Filamen tebal terdiri dari protein
miosin. Jembatan silang dibentuk dari ujung-ujung globuler molekul miosin yang menonjol
dari setiap filamen tebal. Filamen tipis terutama terdiri dari protein aktin, yang memiliki
kemampuan berikatan dan berinteraksi dengan jembatan silang miosin untuk menghasilkan
kontraksi. Akan tetapi, dua protein lain yakni troponin dan tropomiosin, terletak melintang di
permukaan filamen tipis untuk mencegah interaksi jembatan silang ini dalam keadaan
istirahat.