optimasi fermentasi padat menggunakan rhizopus oryzae

65
OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae DALAM PEMBUATAN PAKAN IKAN APUNG TANPA PROSES STERILISASI Nabila Priska Mira Dewinta 1111095000014 PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M / 1439 H

Upload: others

Post on 30-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN

Rhizopus oryzae DALAM PEMBUATAN PAKAN IKAN APUNG

TANPA PROSES STERILISASI

Nabila Priska Mira Dewinta

1111095000014

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018 M / 1439 H

Page 2: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN

Rhizopus oryzae DALAM PEMBUATAN PAKAN IKAN APUNG

TANPA PROSES STERILISASI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

NABILA PRISKA MIRA DEWINTA

1111095000014

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018 M / 1439 H

Page 3: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae
Page 4: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae
Page 5: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae
Page 6: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

iv

ABSTRAK

NABILA PRISKA MIRA DEWINTA. Optimasi Fermentasi Padat Menggunakan

Rhizopus oryzae dalam Pembuatan Pakan Ikan Apung tanpa Proses Sterilisasi. Skripsi

ini di bawah bimbingan Dr. rer. nat. Catur Sriherwanto dan Etyn Yunita, M. Si. Program

Studi Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2018.

Pembudidaya ikan skala kecil dan menengah berupaya meningkatkan keuntungan

diantaranya dengan membuat pakan mandiri atau membeli pakan tenggelam komersial

yang lebih murah. Namun sifat tenggelamnya menyulitkan pengontrolan pemberian

pakan, yang jika tersisa akan mencemari air kolam. Teknologi tepat guna fermentasi

padat menggunakan Rhizopus oryzae yang telah dikembangkan berhasil memunculkan

sifat apung pada pakan fermentasi, namun belum dioptimasi. Penelitian ini bertujuan

mendapatkan kondisi optimum komposisi, sterilitas, ketebalan dan jarak pori penutup

substrat pada fermentasi padat tersebut. Penelitian meliputi: (i). seleksi kombinasi

pakan, (ii). perlakuan ketebalan substrat dan jarak pori penutup substrat, serta (iii).

penaikan nilai protein kasar. Seluruh substrat terdiri dari campuran pakan tenggelam

komersial, rumput bebek (Lemna minor), onggok, kulit ari kelapa, dan ampas kelapa,

dalam cawan petri berdiameter 9 cm serta kapang Rhizopus oryzae. Parameter optimum

didasarkan pada sterilitas, kehilangan berat kering, protein dan serat kasar. Hasil

menunjukkan kombinasi pakan B (pakan komersial tenggelam 20%, rumput bebek

20%, kulit ari kelapa 20%, dan ampas kelapa 20%) non-steril dengan ketebalan substrat

3cm dan jarak pori penutup 1 cm (KS3-JP1) adalah yang paling optimum. Dengan

menaikkan komponen pakan ikan tenggelam komersial hinggal 60% (kombinasi pakan

B1), pakan fermentasi yang dihasilkan memiliki nilai protein kasar 24,23% dan serat

kasar 9,14%, sehingga mendekati nilai acuan SNI untuk pakan ikan budidaya.

Kata kunci : fermentasi padat, optimasi, Rhizopus oryzae.

Page 7: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

v

ABSTRACT

NABILA PRISKA MIRA DEWINTA. Optimization of Solid Fermentation Using

Rhizopus oryzae in Making of Non-sterilized Floating Fish Feed. Undergraduate Thesis.

Under-guidance of Dr. rer. nat. Catur Sriherwanto and Etyn Yunita, M. Si. Biology

Under-Graduate Program. Faculty of Science and Technology. Syarif Hidayatullah

State Islamic University Jakarta. 2018.

Small and medium scale fish farmers increase their business profits by cheaper self-

made or commercial sinking feed. But the sinking property makes it difficult in

controlling the feeding, which, if not consumed, will pollute the pond water. The

appropriate solid fermentation technology using Rhizopus oryzae has been developed

and successfully given floating property to the fermented feed, but not yet optimized.

This study aimed to obtain the optimum conditions for the composition, sterility,

thickness, and pore spacing of substrate’s cover used in the solid fermentation. The

study consisted of; (i). selection of feed combination, (ii). treatment of substrate

thickness and pore spacing of the substrate’s cover, (iii). increasing the crude protein

content. The substrate consisted of commercial sinking feed, duckweed (Lemna minor),

cassava bagasse, coconut testa, and coconut bagasse, and the fungus Rhizopus oryzae,

contained in a 9 cm diameter petri dish. The optimum parameters were determined by

sterility, dry weight loss, crude protein and fibre content. The results showed that the

feed combination B (20% commercial sinking feed, 20% duckweed, 20% cassava

bagasse, 20% coconut testa and 20% coconut bagasse), non-sterilized, a substrate

thickness of 3 cm, and pore spacing of 1 cm (KS3-JP1) was the most optimum condition.

By increasing the percentage of commercial sinking feed component to 60% (feed

combination B1), the fermented floating fish produced contained 24,23% crude protein

and 9,14% crude fibre, thus being close to the SNI reference value for cultivated fish

feed.

Keywords: optimization, Rhizopus oryzae, solid-state fermentation.

Page 8: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh, Segala puji dan syukur

penulis panjatkan atas rahmat, hidayah, dan izin dari Allah SWT sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul, “Optimasi Fermentasi Padat Menggunakan

Rhizopus oryzae dalam Pembuatan Pakan Ikan Apung Tanpa Proses Sterilisasi”.

Shalawat serta salam tak lupa dipanjatkan penulis kepada Baginda Rasullulah SAW.

Penulis mengakui bahwa tidak akan mungkin skripsi ini akan terselesaikan tanpa

bantuan, bimbingan, dukungan dan do’a dari orang-orang terdekat penulis. Sehingga,

izinkanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua Orang Tua yang tercinta, Papa Sofyannis dan Mama Ismila, dan Adik

Achmed Owairan Al-Muqaddasi dengan kasih sayangnya tanpa lelah

mengingatkan penulis untuk tidak lengah dalam menjalankan tanggungjawab

sebagai mahasiswa, dukungan spiritual, dan dukungan materiil yang tidak henti-

hentinya.

2. Dr. rer. nat. Catur Sriherwanto selaku pembimbing I yang selalu membantu,

membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dengan kesabaran dan

ketulusan sehingga skripsi ini selesai.

3. Ibu Etyn Yunita, M. Si selaku pembimbing II yang telah memberikan dukungan

moril sejak penulis menjalankan PKL sampai sekarang, begitu pula kesediaannya

untuk meluangkan waktu dalam bimbingan serta selalu memberikan informasi dan

pengarahan serta bimbingan sehingga skripsi ini selesai.

Page 9: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

vii

4. Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dasumiati M. Si selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Imam Suja’i selaku pembimbing teknis yang selalu memberikan arahan,

bimbingan, ilmu, serta semangat sehingga skripsi ini selesai.

7. Asep Badruzaman dan Lia Nur Oktaviani, teman seperjuangan dalam penelitian ini,

yang saling menguatkan dan menyemangati satu sama lain.

8. Muhammad Arif Tanzil, Azkiya Banata, Rizki Amadinda GP, Zulmi Aprizal,

Keluarga Dapur Seni, dan teman-teman lainnya menjadi tempat berkeluh kesah dan

berbagi kebahagiaan penulis dalam masa-masa penyusunan skripsi ini.

9. Pihak-pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu atas dukungan-dukungan

yang membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis memohon maaf atas kesalahan-kesalahan yang diperbuat dalam

penyusunan skripsi ini seperti penulisan huruf, nama, gelar dan lainnya. Semoga skripsi

ini dapat dijadikan referensi pembelajaran dan bermanfaat bagi pembaca dan pejuang

skripsi lainnya. Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, Juli 2018

Penulis

Page 10: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

viii

DAFTAR ISI

hlm.

PENGESAHAN SKRIPSI…………………………………………………………i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN……………………………………………….ii

PERNYATAAN……………………………………………………………………iii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv

ABSTRAK……………………………………………………………………… vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2. Perumusan Masalah ................................................................................ 4

1.3. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 4

1.4. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5

1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5

1.6. Kerangka Berpikir ................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pakan Ikan .............................................................................................. 7

2.2. Kelapa (Cocos nucifera) ......................................................................... 8

2.3. Rumput Bebek (Lemna minor) ............................................................... 9

2.4. Onggok ................................................................................................... 10

2.5. Fermentasi .............................................................................................. 11

2.6. Jamur Tempe (Rhizopus oryzae) ............................................................ 12

2.7. Pengapungan Pakan Fermentatif Non-Ekstrusi ...................................... 13

Page 11: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

ix

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 15

3.2. Alat dan Bahan ....................................................................................... 15

3.3. Prosedur Kerja ........................................................................................ 16

3.4. Analisis Data ........................................................................................... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Seleksi Kombinasi Pakan ........................................................................ 25

4.2 Perlakuan Ketebalan Substrat dan Jarak Pori Plastik Penutup Substrat .. 33

4.3 Peningkatan Nilai Protein pada Fermentasi Kondisi Optimum .............. 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 38

5.2 Saran ........................................................................................................ 38

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

x

DAFTAR GAMBAR

hlm.

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian…………………………………………… 6

Gambar 2. Rumput bebek yang terdapat pada kolam pengembangbiakan rumput

bebek di Balai Pengkajian Bioteknologi, Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi, Puspiptek……………………………………….. 10

Gambar 3. Bagan alur penelitian................................................................................ 17

Gambar 4. A. Plastik penutup dengan jarak pori 0,5 cm, B. 1 cm dan C. 2 cm……. 20

Gambar 5. (A) Cawan petri, (B) plastik modifikasi ketebalan dan (C) cawan

dengan modifikasi ketebalan ……………………………....................... 21

Gambar 6. Kehilangan berat kering kombinasi pakan A, B, dan C ……………….. 26

Gambar 7. Hasil uji protein kasar kombinasi pakan A, B, dan C …………………. 29

Gambar 8. Hasil uji serat kasar kombinasi pakan A, B, dan C ……………………. 31

Gambar 9. Hasil uji protein kasar dan serat kasar pakan fermentasi kondisi

optimum………………………………………………………………… 37

Page 13: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

xi

DAFTAR TABEL

hlm.

Tabel 1. Kombinasi Pakan Percobaan Skala Cawan Petri Diameter 9 cm.......................... 18

Tabel 2. Susunan kombinasi pakan untuk peningkatan kadar protein……………... 22

Tabel 3. Hasil uji nutrisi perlakuan ketebalan substrat dan jarak pori plastik penutup

substrat…….................................................................................................

34

Tabel 4. Perbandingan kebutuhan protein dan serat kasar pada beberapa jenis ikan

budidaya dalam beragam tingkatan pertumbuhan sesuai dengan SNI........

35

Page 14: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

xii

xii

DAFTAR LAMPIRAN

hlm.

Lampiran 1. Dokumentasi dan data mentah percobaan tahap I................................ 45

Lampiran 2. Dokumentasi dan data mentah percobaan tahap II………………….. 47

Lampiran 3. Dokumentasi dan data mentah percobaan tahap III............................. 51

Page 15: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nilai produksi ikan budidaya meningkat dari 4.584.004 ton pada tahun 2009

menjadi 6.277.923 ton pada tahun 2010, dan data terbaru tahun 2013 menunjukkan angka

yang jauh lebih tinggi, yaitu 13.313.838 ton (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya,

Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2014). Namun demikian keuntungan yang

diperoleh pembudidaya ikan belum maksimal dikarenakan sejumlah permasalahan yang

dihadapi oleh mereka. Diantara permasalahan tersebut adalah mayoritas pembudidaya

ikan di Indonesia masih dalam skala kecil dan menengah dengan sistem teknologi

produksi yang masih sederhana. Permasalahan lainnya adalah besarnya porsi biaya

pakan, keterbatasan modal, dan pengetahuan serta akses teknologi bagi pembudidaya

(Kemen. PPN/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2014).

Penggunaan pakan apung komersial yang cenderung mahal dalam tiap tahap

pembiakan (pembibitan, pembesaran dan pemeliharaan sebelum distribusi) berakibat

pada terbatasnya keuntungan yang diperoleh pembudidaya. Sementara itu penggunaan

pakan yang lebih murah seperti pakan tenggelam komersial menyulitkan pembudidaya

karena setelah ditebar ke dalam kolam, pakan jenis ini langsung tenggelam ke dasar

kolam dan membuat penggunaannya tidak efektif, seperti (i) sulit memantau apakah

pakan sudah cukup diberikan atau belum, (ii) pakan tenggelam yang tidak termakan di

dalam kolam dapat menyebabkan pencemaran. (Kemen. PPN/Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional, 2014). Berdasarkan kondisi tersebut maka dibutuhkan inovasi

Page 16: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

2

di bidang pembuatan pakan ikan apung yang diharapkan mempermudah serta membantu

pembudidaya ikan mendapatkan keuntungan yang lebih baik.

Salah satu teknologi yang dibutuhkan adalah fermentasi menggunakan mikroba

dengan memanfaatkan bahan baku pakan yang murah dan mudah didapat di lokasi

pembudidayaan ikan. Diantara bahan baku pakan tersebut adalah pakan komersial

tenggelam, onggok, rumput bebek (Lemna minor), kulit ari kelapa, dan ampas kelapa

yang merupakan hasil samping industri kelapa parut dan santan kelapa. Proses fermentasi

bahan baku tersebut memerlukan tahapan optimasi untuk mendapatkan hasil fermentasi

pakan dengan kandungan protein kasar dan serat kasar yang terbaik.

Pemanfaatan mikroba dalam proses pembuatan pakan ikan telah dikembangkan

oleh Balai Bioteknologi, BPPT, yang berlokasi di kawasan Puspiptek, Tangerang

Selatan, Banten. Teknologi sederhana berupa fermentasi dimanfaatkan untuk

menghasilkan inovasi dalam bidang produksi pakan ikan apung menggunakan kapang

Rhizopus oryzae.

Penggunaan kulit ari dan ampas kelapa serta bekatul melalui fermentasi

menggunakan R. oryzae telah dilakukan Balai Bioteknologi-BPPT. Miselia dari kapang

R. oryzae yang memiliki sifat hidrofobik akan memperlambat laju penyerapan air pada

pakan ikan buatan sehingga akan memperlama waktu mengapung. Selain itu,

pertumbuhan miselia R. oryzae ini dapat menyebabkan massa jenis dari pakan tenggelam

komersial lebih ringan dari massa jenis air (Sriherwanto dkk. 2017). Pembuatan pakan

apung sudah dilakukan sebelumnya dan menunjukkan bahwa perlakuan fermentasi

menggunakan substrat Rhizopus oryzae, onggok, dan rumput bebek, terbukti lebih

mudah, murah, dan efektif karena tidak memerlukan tambahan bahan perekat seperti

Page 17: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

3

tepung, serta dapat mengapung sampai 20 jam (Zaman dkk. 2017). Namun dalam proses

pembuatannya bahan baku tersebut masih harus melalui proses sterilisasi menggunakan

autoklaf sehingga kurang praktis dan ekonomis (Dzul Umam dkk. 2015 & Pradana dkk.

2017). Walaupun tahapan ini bisa disederhanakan dengan pengukusan oleh

pembudidaya ikan, namun akan lebih mudah dan mengurangi ongkos produksi jika

fermentasi dilakukan tanpa melalui tahap sterilisasi tersebut.

Penambahan rumput bebek (L. minor) dalam penelitian ini adalah sebagai sumber

nutrisi berupa protein yang mudah didapat dan mudah dibiakkan. Potensi protein yang

mencapai 25% (Leng dkk. 1995) pada rumput bebek dapat menjadi tambahan nutrisi

pada pakan buatan ini. Penambahan onggok dilakukan sebagai sumber pati bagi proses

metabolisme kapang R. oryzae karena potensi pati mencapai 40-70% (Sriherwanto,

2010).

Uji ketebalan dan jarak pori plastik penutup substrat akan dilakukan terkait

transfer panas dan sirkulasi udara pada pertumbuhan kapang untuk optimasi fermentasi.

Sejalan dengan Bhargav dkk (2008) yang menyatakan bahwa fermentasi dengan

ketebalan substrat yang minimal akan memudahkan transfer panas dan sirkulasi udara

sehingga pertumbuhan akan lebih baik. Adapun uji ketebalan substrat ini dimaksudkan

untuk mencari tahu pengaruh tebal pakan terhadap nilai protein kasar dan serat kasar.

Sementara uji jarak pori plastik penutup substrat dimaksudkan untuk mengetahui

pengaruh akses udara terhadap kualitas pakan yang dihasilkan (nilai protein kasar dan

serat kasar).

Fermentasi pembuatan pakan ikan apung selama ini dilakukan dalam kondisi

laboratorium dan skala kecil. Penyederhanaan perlakuan substrat, pembuatan pakan

Page 18: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

4

tanpa proses sterilisasi dan optimasi fermentasi belum dilakukan. Berdasarkan hal

tersebut, akan dilakukan penelitian tentang: “Optimasi Fermentasi Padat Menggunakan

Rhizopus oryzae dalam Pembuatan Pakan Ikan Apung Tanpa Proses Sterilisasi”.

1.2 Perumusan Masalah

a. Bagaimana mendapatkan kondisi optimum fermentasi padat menggunakan

R. oryzae pada substrat campuran (pakan tenggelam komersial, rumput

bebek, onggok, kulit ari dan ampas kelapa) dalam pembuatan pakan ikan

apung tanpa sterilisasi substrat?

b. Apakah perlakuan ketebalan substrat dan jarak pori plastik penutup

substrat berpengaruh pada kandungan protein dan serat kasar pakan

fermentasi?

1.3 Hipotesis Penelitian

a. Kondisi optimum fermentasi padat menggunakan R. oryzae pada substrat

campuran (pakan tenggelam komersial, rumput bebek, onggok, kulit ari

dan ampas kelapa) akan didapatkan dengan; (i) perlakuan tanpa sterilisasi

substrat, (ii) aplikasi ketebalan dan jarak pori plastik penutup substrat.

b. Perlakuan ketebalan substrat dan jarak pori plastik penutup akan

berpengaruh pada kandungan protein dan serat kasar pakan fermentasi

Page 19: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

5

1.4 Tujuan Penelitian

a. Mendapatkan kondisi optimum ketebalan substrat dan jarak pori plastik

penutup substrat dalam fermentasi padat menggunakan R. oryzae pada

substrat campuran (pakan tenggelam komersial, rumput bebek, onggok,

kulit ari dan ampas kelapa) dalam pembuatan pakan ikan apung tanpa

sterilisasi substrat.

b. Mencari pengaruh perlakuan ketebalan substrat dan jarak pori plastik

penutup substrat pada kandungan protein dan serat kasar pakan

fermentasi.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan solusi teknologi tepat

guna yang mudah, murah, dan efisien dalam pengapungan pakan ikan dengan

hasil pakan yang bernilai gizi baik.

Page 20: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

6

1.6 Kerangka Berpikir

Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian

Page 21: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pakan Ikan

Makanan merupakan kebutuhan primer bagi makhluk hidup. Makanan

diperlukan untuk tumbuh dan berkembang, serta untuk memenuhi kebutuhan akan

nutrisi pada makhluk hidup. Dalam praktek budidaya, ikan diberi makan dengan

pakan komersial buatan pabrik untuk mendapatkan hasil pertumbuhan dan

perkembangan yang baik dan optimal. Menurut Dani dkk. (2005), pakan yang

berkualitas memenuhi kebutuhan nutrisi ikan, antara lain protein, lemak, karbohidrat,

vitamin dan mineral.

Pakan terdiri dari dua kelompok, yakni pakan alami dan pakan buatan. Pakan

alami adalah pakan yang tersedia di alam secara natural. Salah satu pakan alami yang

dapat digunakan adalah cacing sutera (Tubifex sp.) yang baik untuk pertumbuhan

ikan air tawar karena kandungan gizinya tinggi yaitu protein sebesar 57%, lemak

13,30%, dan karbohidrat 2,04% (Subandiyah dkk. 2003). Pakan buatan ini biasanya

memanfaatkan bahan-bahan yang memang tersedia di lingkungan. Sebagai contoh

adalah pembuatan pakan ikan Tawes yang menggunakan tepung ikan, maizena,

jagung, dedak, tepung daun turi, kanji dan tambahan vitamin, (Dani dkk. 2005) dan

pemanfaatan tepung keong emas (Hidayat dkk. 2013). Pakan buatan ini digunakan

untuk pemenuhan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan agar tercapai pertumbuhan optimal

dari budidaya ikan yang dilakukan. Pemberian pakan buatan pada ikan, terkhusus

pada bidang perikanan budidaya, memiliki standar tertentu yang harus dipenuhi.

Page 22: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

8

Standar pakan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dan ikan patin

(Pangasius sp.) yang dianjurkan oleh SNI (BKIPM, 2006 & BKIPM, 2009b)

memiliki kadar protein minimal 25% dan kadar serat kasar sebesar 5-8%, sementara

pada jenis ikan budidaya lainnya seperti gurame (Osphronemus goramy, Lac.)

dibutuhkan kadar protein minimal sebesar 28-32% dan kadar serat kasar sebesar 6-

8% dalam pakan yang digunakan (BKIPM, 2009a).

2.2 Kelapa (Cocos nucifera)

Kelapa atau Cocos nucifera. merupakan tumbuhan monokotil atau berbiji

tunggal (kelas Liliopsida), subkelas Arecidae, ordo Arecales, yang termasuk dalam

famili Arecaceae atau palem (USDA, 2016). Hampir setiap bagian dari buah kelapa

dapat dimanfaatkan oleh manusia. Ampas kelapa merupakan limbah dari proses

pembuatan santan. Kandungan ampas kelapa ini antara lain air 13,35%, protein

17,09%, lemak 9,44%, karbohidrat 23,77%, abu 5,92%, dan serat kasar 30,4%

(Elyana, 2011). Ampas kelapa merupakan limbah yang potensial untuk dimanfaatkan

sebagai bahan pakan karena mudah didapat (Yamin, 2008). Selain itu ampas kelapa

memiliki kandungan serat galaktomanan (Purawisastra, 2001). Galaktomanan adalah

polisakarida yang tersusun dari rantai mannose dan galaktosa, sebuah senyawa yang

mengandung serat dan polisakarida, serta berperan untuk memicu pertumbuhan

bakteri usus yang membantu pencernaan (Sihombing, 2016). Sementara itu untuk

kulit ari kelapa memiliki kandungan air sebesar 8,59%, protein sejati 6,39%, serat

kasar 15,72%, kadar abu 2,05% dan lemak 41,92% berdasarkan uji proksimat yang

dilakukan pada penelitian di Laboratorium Bioteknologi Pakan, Balai Pengkajian

Bioteknologi-BPPT. Penelitian dengan menggunakan kulit ari kelapa dalam

Page 23: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

9

pembuatan pakan ikan nila (Oreochromis niloticus) pernah dilakukan oleh Sukarman

& Firdaus (2015).

2.3 Rumput Bebek (Lemna minor)

Rumput bebek adalah spesies monokotiledon dari famili Lemnaceae yang

telah beradaptasi sehingga dapat tumbuh di air pada suhu 6 sampai 33o C. Rumput

bebek yang dikenal dengan nama duckweed adalah tanaman yang tumbuh dengan

sangat baik pada permukaan air seperti pada kolam dan umumnya ditemukan di

negara tropis (My Tu, 2012).

Rumput bebek memiliki ciri berupa berdaun kecil yang panjangnya tidak

lebih dari 5 mm, berdaun tunggal pada jenis Lemna minuta dan Lemna gibba, serta

daun berkelompok 2-3 daun pada Lemna minor (Centre for Ecology & Hydrology,

2004). Rumput bebek yang digunakan pada penelitian ini bisa dilihat pada gambar

di bawah ini (Gambar 2).

Rumput bebek bereproduksi secara vegetatif primer. Massa rumput bebek

dapat berlipat ganda dalam kurun waktu 10 hari sampai beberapa minggu dalam

kondisi lingkungan yang optimal. Rumput bebek segar memiliki kandungan air

sebanyak 92-94%. Kandungan serat dan abu lebih tinggi dan proteinnya lebih

sedikit pada koloni yang tumbuh di kolam dengan kandungan nutrisi rendah. Jumlah

konsentrasi nutrisi bahan kering dari koloni liar rumput bebek yang tumbuh pada

kolam miskin nutrisi umumnya adalah protein dengan jumlah 15-25% dan serat 15-

30%. Sementara itu dalam keadaan lingkungan yang optimal dan panen teratur akan

Page 24: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

10

didapatkan nilai kandungan serat sebanyak 5-15%, protein kasar senilai 35-43% dan

kandungan lemak tidak jenuh sebesar 5% (Leng dkk. 1995).

2.4 Onggok

Onggok merupakan hasil sampingan industri pengolahan tepung tapioka.

Karena jumlahnya yang besar, pemanfaatan onggok singkong sebagai bahan baku

pakan pun menjadi alternatif pengganti bahan baku lainnya, seperti tepung jagung

(Antika dkk. 2014). Penggunaan tepung onggok sebagai pengganti tepung jagung

dalam pembuatan bahan pakan telah dilakukan oleh Yohanista dkk (2014).

Kandungan nutrisi yang rendah pada onggok (protein murni 1,10%, serat kasar

7,20%), mengharuskan adanya pengolahan pada onggok secara fermentatif

menggunakan kapang R. oligoporus dan Aspergillus niger (Yohanista dkk. 2014).

Kandungan pati yang mencapai 40-70% (Sriherwanto, 2010) membuatnya potensial

Gambar 2. Rumput bebek yang terdapat pada kolam pengembangbiakan

rumput bebek di Balai Pengkajian Bioteknologi, Badan

Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Puspiptek. (dok. Pribadi)

Page 25: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

11

sebagai bahan baku pembuatan pakan fermentasi karena dapat dimanfaatkan

sebagai sumber energi bagi kapang. Adapun fermentasi menggunakan R. oryzae

dalam pembuatan pakan fermentasi dengan campuran kulit ari kelapa juga sudah

dilakukan (Pradana dkk. 2017; Zaman dkk. 2017).

2.5 Fermentasi

Fermentasi adalah proses penyederhanaan kandungan gizi di dalam suatu

bahan makanan agar mudah dicerna dan memiliki kualitas yang lebih baik dari

sebelumnya (Yamin, 2008). Fermentasi biasanya menggunakan substrat yang

mengandung karbon. Sumber karbon adalah karbohidrat yang didapatkan dari

berbagai jenis sumber pati berupa, jagung, serealia, kentang, singkong, dan sagu.

(Pelczar and Chan, 2005).

Fermentasi dapat dibedakan menjadi dua, fermentasi padat dan cair.

Fermentasi padat atau surface fermentation/Solid-state fermentation adalah proses

fermentasi dengan memanfaatkan substrat padat seperti dedak, ampas dan bubur

kertas, secara perlahan-lahan dan terus-menerus. Jenis fermentasi ini efektif

digunakan untuk kapang dan mikroorganisme yang membutuhkan kelembaban

rendah. Sementara fermentasi cair adalah fermentasi yang menggunakan substrat

cairan seperti molases dan broth atau medium kultur cair dengan senyawa bioaktif

yang ditambahkan ke dalam cairan kultur. Substrat yang digunakan pada proses ini

dimanfaatkan secara cepat dan butuh penggantian dan suplementasi konstan. Teknik

ini cocok untuk mikroorganisme bakteri yang butuh kelembaban tinggi. Hasil

fermentasi dari teknik ini juga lebih mudah dipurifikasi karena biasanya digunakan

Page 26: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

12

untuk ekstraksi produk metabolit sekunder yang digunakan dalam bentuk cairan

(Subramaniyam & Vimala, 2012)

Fermentasi dapat juga dimanfaatkan dalam pembuatan pakan untuk hewan

budidaya. Fermentasi berguna untuk mengubah bahan organik kompleks (protein,

lemak, karbohidrat, dan nutrisi lainnya) menjadi molekul yang lebih sederhana

(Amri, 2007) dan mudah dicerna (Poesponegoro, 1975) oleh ikan budidaya. Nilai

gizi hasil fermentasi akan meningkat seiring dengan peningkatan kecernaan

sehingga penggunaannya akan lebih efektif dengan hasil yang lebih

menguntungkan.

Contoh penelitian yang telah memanfaatkan pembuatan pakan dengan metode

fermentasi adalah Pradana dkk. (2017) yang menggunakan campuran kulit ari

kelapa dan onggok singkong sebagai salah satu bahan penyusun pakan anakan ikan

Nila (Oreochromis niloticus L.) dengan bantuan fermentasi kapang R. oryzae dan

Dzul Umam dkk. (2015) menggunakan bantuan R. oryzae untuk pembuatan pakan

ikan mas (Cyprinus carpio L.) dengan menggunakan dedak padi dan ampas kelapa.

2.6 Kapang Rhizopus oryzae

Rhizopus oryzae berasal dari ordo Mucorales, dari kelas Zygomycota (Global

Biodiversity Information Facility, 2016). Kapang R. oryzae memiliki kemampuan

proteolitik (Ghosh & Ray, 2011; Endrawati & Kusumaningtyas, 2017; Purwoko &

Handajani, 2007) atau mampu memecah gugus protein menjadi gugus yang lebih

sederhana sehingga mudah dicerna tubuh. Keuntungan lain penggunaan R. oryzae

adalah dapat ditumbuhkan dalam substrat bernutrisi tinggi maupun limbah, tidak

memerlukan nutrisi yang spesifik, dan karena bentuknya yang berfilamen sehingga

Page 27: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

13

mudah dipisahkan dari campuran hasil (Soccol dkk. 1994). R. oryzae memiliki

karakteristik yang disebut selulolitik. R. oryzae mampu meningkatkan kandungan

protein kasar dan menurunkan kandungan serat kasar dengan enzim protease serta

selulase (Nuryana dkk. 2016).

Alasan utama penggunaan kapang R. oryzae dalam penelitian ini, selain karena

Kapang R. oryzae telah digunakan dalam fermentasi pakan ikan dan terbukti

memberikan hasil positif pada uji pengapungan pakan (Dzul Umam dkk. 2015;

Pradana dkk. 2017), juga karena tingkat aktivitas proteolitiknya yang lebih tinggi

daripada Rhizopus oligosporus (Purwoko & Handajani, 2007) sehingga

memungkinkan perombakan protein dari substrat yang lebih tinggi dibanding jenis

lainnya. Sementara itu kemampuan pemecahan pati (amilolitik) dari R. oryzae juga

paling tinggi dibanding R. oligosporus, R. arrhizus dan R. stolonifer (Widoyo,

2010).

2.7 Pengapungan Pakan Fermentatif Non-Ekstrusi

Pengapungan pakan fermentatif non-ekstrusi adalah proses pembuatan pakan

ikan yang dapat mengapung namun tidak menggunakan proses ekspansi. Alat yang

digunakan untuk melakukan ekstrusi adalah mesin ekstruder (Hasting dan Higgs,

1978). Tekniknya adalah menjadikan pakan mengembang pada suhu tinggi

sebagaimana pada proses penggorengan kerupuk di mana terbentuk rongga-rongga

udara di dalam pakan yang menjadikan berat jenis total pakan lebih rendah daripada

berat jenis air. Sebaliknya, proses pengapungan pakan non-ekstrusi dapat

menggunakan bantuan mikroorganisme seperti penelitian yang telah dilakukan oleh

Solomon dkk. (2011), yang memanfaatkan ragi roti dan pati mentah sebagai agen

Page 28: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

14

pengapung. Falayi dkk. (2005) juga menggunakan ragi dan pati gandum serta pati

singkong untuk membuat pakan apung untuk ikan lele dan Tilapia (ikan nila). Lalu

Adenkunle (2012) menggunakan ragi dan baking powder yang digunakan sebagai

katalis untuk mengapungkan pakan ikan. Sementara pada tahun 2016, Saputra

menggunakan Saccharomyces cerevisae dan proses deep-frying untuk

menghasilkan pakan apung yang ekonomis dan berdaya tahan baik. Lindasari

(2017) juga menggunakan Saccharomyces cerevisae dengan bantuan deep-frying

dan proses pengeringan oven untuk mengapungkan pakan. Namun semua proses

tersebut masih menggunakan bahan pengikat khusus, tahapan pemanasan yang

memerlukan input energi, dan penggunaan alat untuk memanaskan. Metode

fermentasi ini akan lebih murah, mudah, dan praktis jika tahapan pemanasan ini

ditiadakan.

Penelitian terdahulu mengenai pembuatan pakan apung fermentasi dengan

menggunakan R. oryzae juga telah dilakukan (Leiskayanti dkk. 2017; Sriherwanto

dkk. 2017) dan pengujian terhadap daya apung, meliputi stabilitas dalam air,

absorpsi air dan lama waktu pengapungan juga telah dilakukan oleh Zaman dkk,

2017). Penelitian tersebut dilakukan tanpa proses fermentasi substrat dengan hasil

yang tidak mengecewakan. Pakan fermentasi Zaman (2017) dapat mengapung

sampai 20 jam tanpa tenggelam dengan kemampuan penyerapan air hingga 4 kali

bobot awalnya akibat rongga-rongga yang terbentuk dari hifa-hifa kapang R. oryzae

dan hasil metabolisme senyawa mudah menguap (volatile compounds) yang juga

andil dalam munculnya rongga-rongga udara. Namun belum dilakukan pengujian

terhadap kandungan nutrisi terhadap hasil pakan fermentasi yang didapatkan.

Page 29: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

15

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pakan, Balai

Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang bertempat

di Gedung 630 Kawasan Puspiptek, Tangerang Selatan, Banten. Waktu Penelitian

adalah 20 Desember 2015 – 20 Februari 2016.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri dengan kapasitas

20 g substrat, sendok, spatula, blender, nampan, timbangan analitik Mettler,

mikroskop, Laminar Air Flow Gelaire TC 60, inkubator Yamato IS 600 dan mangkuk

besar. Sementara bahan yang digunakan antara lain, pakan komersial tenggelam P.

99 (PT. Central Proteina Tbk.), onggok, Lemna minor, inokulum Rhizopus oryzae,

kulit ari dan ampas kelapa (Cocos nucifera) serta stok larutan mineral yang

mengandung unsur N, S, F, dan K.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit ari dan ampas

kelapa didapatkan dari limbah kelapa parut yang dijual pedagang di pasar Serpong.

Kulit ari dihaluskan menggunakan blender dan dimasukkan ke dalam wadah kedap

udara dan disimpan pada suhu 4oC. Prosedur yang sama dilakukan pada ampas

kelapa, namun tanpa penghalusan blender. Bahan lainnya adalah rumput bebek yang

didapatkan dari kolam pembiakan yang ada di BATAN (Badan Tenaga Atom

Nasional), Jl. Lebak Bulus Raya, Pasar Jum'at, Jakarta Selatan. Rumput bebek

Page 30: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

16

tersebut dibawa ke Balai Bioteknologi BPPT, untuk kemudian dibiakkan di kolam

berukuran 3 x 6 m2 dengan kedalaman 1 m. Onggok didapatkan dari pabrik tapioka

yang bertempat di desa Kedunghalang, Kecamatan Bogor Utara, Bogor, Jawa Barat.

Sementara itu pakan komersial tenggelam yang digunakan adalah produk P-99 dari

PT. Central Proteina Prima Tbk.

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan utama berupa

pembuatan inokulum, percobaan I (seleksi kombinasi bahan pakan) dengan dan tanpa

sterilisasi bahan pakan, percobaan II (perlakuan ketebalan substrat dan jarak pori)

dan percobaan III (penaikan nilai protein). Pada masing-masing tahapan percobaan

dilakukan analisis proksimat berupa uji protein kasar dan serat kasar. Penelitian

dengan tiga percobaan ini dilakukan menggunakan cawan petri berdiameter 9 cm

dengan kapasitas 20-25 g substrat basah per cawan petri. Pada percobaan kedua

cawan diberikan variasi ketebalan substrat (1; 2; 3 cm) dan jarak pori plastik penutup

substrat (0,5; 1; 2 cm). Percobaan III adalah proses penaikan nilai protein dengan

menggunakan kondisi optimal hasil percobaan II, di mana porsi pakan komersial

tenggelam dalam substrat dinaikkan. Seluruh percobaan diulang sebanyak tiga kali

(triplo). Alur pengerjaan dapat dilihat pada gambar 3 berikut;

Page 31: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

17

Gambar 3. Bagan alur penelitian.

Pembuatan inokulum

Tahap awal dari pembuatan inokulum adalah dicampurkannya bahan-bahan

kering berupa 20% (40 g) pakan komersial tenggelam, 20% (40 g) onggok, dan 4 g

inokulum R. oryzae starter yang merupakan stok inokulum dari Lab. Bioteknologi Pakan,

Balai Bioteknologi, BPPT. Setelah dicampurkan dengan baik, bahan-bahan basah seperti

20% (40 g) rumput bebek, 20% (40 g) ampas dan 20% (40 g) kulit ari kelapa

ditambahkan. Campuran diaduk rata dan kemudian ditambahkan 80 mL larutan mineral

(mengandung N, S, F, dan K.). Selanjutnya, bahan campuran ini dimasukkan ke dalam

cawan petri lalu diinkubasi selama 48 jam pada suhu 30-33o C.

Jika hasil fermentasi sudah berwarna putih kapas

(Lampiran 1), maka inkubasi diteruskan hingga muncul spora yang berwarna kehitaman

(Lampiran 1). Spora kehitaman ini adalah yang nantinya akan menjadi bakal inokulum

Page 32: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

18

yang akan digunakan dalam proses fermentasi selanjutnya. Setelah spora kehitaman

menutupi permukaan substrat tersebut, maka dilakukan pengeringan di dalam oven pada

suhu 70oC selama 24 jam. Hasil pengeringan dihaluskan menggunakan blender

kemudian dimasukkan ke dalam kantung plastik untuk disimpan dalam kulkas pada suhu

3o C.

Percobaan I

Percobaan I bertujuan untuk menyeleksi 3 kombinasi pakan melalui proses

fermentasi padat menggunakan R. oryzae. Proses fermentasi pakan dilakukan dengan

prosedur yang sama dengan pembuatan inokulum yang telah dijelaskan sebelumnya.

Tujuan percobaan I adalah untuk mendapatkan kombinasi substrat paling optimum

dengan atau tanpa sterilisasi substrat. Variasi kombinasi substrat (bahan pakan) yang

dimaksud ada di dalam Tabel 1,

Tabel 1. Kombinasi Pakan Percobaan Skala Cawan Petri Diameter 9 cm

No.

Nama Substrat

(Bahan Pakan)

Kombinasi Pakan

A B C

1 Kulit ari kelapa 10% (5 g) 20% (10 g) 30% (15 g)

2 Ampas kelapa 10% (5 g) 20% (10 g) 30% (15 g)

3

Pakan komersial

tenggelam 30% (15 g) 20% (10 g) 10% (5 g)

4 Onggok 30% (15 g) 20% (10 g) 10% (5 g)

5 Rumput bebek 20% (10 g) 20% (10 g) 20% (10 g)

6 Inokulum 1 g 1 g 1 g

7 Larutan mineral 20 mL 20 mL 20 mL

Page 33: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

19

Kombinasi bahan-bahan tersebut difermentasi menggunakan kapang R. oryzae,

dilakukan dalam dua perlakuan yaitu, dengan dan tanpa sterilisasi, dan hasil

fermentasinya dianalisis proksimat untuk mengetahui kandungan serat kasar dan protein

kasar. Sterilisasi bahan dengan menggunakan autoklaf dilakukan pada suhu 121oC

selama 30 menit dan prosedur pembuatan pakan dilakukan pada laminar air flow

(Gelaire TC 60), dan perlakuan dengan sterilisasi bahan pakan diinkubasi dalam

inkubator (Yamato IS 600). Perlakuan dengan sterilisasi bahan digunakan sebagai

perlakuan kontrol. Perlakuan tanpa sterilisasi bahan pakan dilakukan pada ruangan lab

dan diinkubasi pada suhu ruang 27oC. Uji kuantitatif meliputi pengamatan terhadap

berat kering hasil fermentasi, hasil uji protein kasar dan nilai serat kasar. Kombinasi

pakan yang menghasilkan nilai protein kasar tertinggi dan nilai serat kasar terendah

digunakan dalam percobaan kedua. `

Percobaan II

Tujuan dari percobaan II ini adalah mengetahui pengaruh faktor ketebalan

substrat dan jarak pori plastik penutup substrat terhadap kualitas pertumbuha R. oryzae.

Parameter yang diamati adalah kemampuan pertumbuhan R. oryzae berdasarkan nilai

protein kasar dan serat kasar pada hasil seleksi percobaan I.. Media fermentasi yang

digunakan adalah cawan petri dengan ukuran diameter 9 cm yang diberikan variasi

ketebalan dan jarak pori seperti yang terlampir pada Gambar 4 dan 5. Prosedur penyiapan

substrat dan proses fermentasi adalah sebagaimana telah dijelaskan dalam pembuatan

inokulum. Perlakuan jarak pori dan ketebalan substrat masing-masing membutuhkan

lembaran plastik tipis berpori dan plastik laminasi tebal kaku yang dapat membantu

Page 34: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

20

menentukan ketebalan substrat yang dimaksud. Cara pembuatan keduanya sebagaimana

berikut;

a. Plastik penutup berpori terbuat dari plastik kiloan dengan merk Bawang.

Kantung plastik ini berukuran 15 x 30 cm

Gambar 4. A. Plastik penutup dengan jarak pori 0,5 cm, B. 1 cm dan C. 2 cm.

(dok. Pribadi)

Plastik yang tersedia digunting pangkal dan salah satu sisinya, sehingga dapat

dibuka lipatannya dan menjadi lapisan plastik besar berukuran 30 x 30 cm.

Kemudian millimeter block dibentangkan di bawah plastik tersebut, dan dengan

menggunakan kawat tajam, plastik dilubangi dengan cara ditusuk sesuai dengan

jarak yang dibutuhkan (per 0,5; 1; dan 2 cm).

b. Modifikasi Cawan Petri

Modifikasi ketebalan cawan petri dilakukan dengan melakukan

penambahan plastik laminasi atau dikenal dengan nama laminating film yang dibeli

di Toko Sinar Pamulang, Pamulang Barat, Tangerang Selatan. Plastik laminasi ini

diukur sesuai dengan ketebalan yang dibutuhkan (2 dan 3 cm) menggunakan

penggaris 30 cm, kemudian dipotong sesuai dengan ketebalannya. Setelah itu

dilapisi dengan lakban kuning (Lakban 2 inch) dan dibentuk seukuran keliling

petri. Contoh gambar tersaji pada Gambar 5.

A B C 2 cm 1 cm

0,5 cm

Page 35: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

21

Gambar 5. (A) Cawan petri, (B) plastik modifikasi ketebalan dan (C)

cawan dengan modifikasi ketebalan (Dok. Pribadi)

Percobaan III

Tahap III penelitian ini bertujuan untuk menaikkan nilai protein kasar dengan

menggunakan kondisi optimum fermentasi yang didapatkan pada percobaan II. Penaikan

nilai protein kasar dilakukan dengan menaikkan porsi pakan tenggelam komersial pada

kombinasi pakan yang baru, yakni 60% (60 gram) dari sebelumnya 20% (20 gram).

Kombinasi pakan yang dimaksud tersaji pada Tabel 2. Prosedur fermentasi selebihnya

dan pengukuran parameter pertumbuhan kapang dilakukan sebagaimana pada percobaan

I dan II. Pada kombinasi pakan B2 tidak dilakukan proses fermentasi karena tidak ada

penambahan kapang Rhizopus oryzae yang dilakukan. Kombinasi pakan B2 merupakan

kontrol dari percobaan ini.

A B

C

Page 36: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

22

Tabel 2. Susunan kombinasi pakan untuk penaikan kadar protein

Komponen pakan B B1 B2 (kontrol)

Pakan Tenggelam 20 g (20%) 60 g (60%) 100 g (100%)

Rumput bebek 20 g 10 g 0 g

Kulit ari kelapa 20 g 10 g 0 g

Ampas kelapa 20 g 10 g 0 g

Onggok 20 g 10 g 0 g

Air 30 mL 40 mL 0 mL

Inokulum 4 g 4 g 0 g

Analisis proksimat

Proses Analisis Proksimat dilakukan di Laboratorium Analisa Kimia Balai

Bioteknologi BPPT dengan rincian langkah-langkah sebagai berikut;

Analisis serat kasar

Sampel sebanyak 2-4 gr ditimbang dan dihilangkan lemaknya menggunakan

soxhlet atau dengan diaduk dan dituangkan di dalam pelarut organik sebanyak 3 kali.

Kemudian sampel dikeringkan dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500 ml.

Larutan H2SO4 1,25% ditambahkan kemudian didihkan selama 30 menit menggunakan

pendingin tegak. Setelah ditambahkan NaOH 3,25% dan dididihkan lagi selama 30

menit, dalam keadaan panas sampel disaring dengan corong Buchner yang berisi kertas

saring tak berabu Whatman 54,41 atau 541 yang telah dikeringkan dan diketahui

bobotnya. Endapan dicuci dengan H2SO4 1,25% panas, air panas dan etanol 96% secara

berurutan. Kertas saring diangkat dan dimasukkan ke dalam kotak timbang yang telah

diketahui bobotnya dan dikeringkan dalam suhu 105oC, lalu didinginkan dan ditimbang

sampai bobotnya tetap. Bila ternyata kadar serat lebih besar dari 1%, kertas saring beserta

Page 37: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

23

isinya diabukan kemudian ditimbang sampai bobot tetap. (Kemenperin, 1992).

Perhitungan:

a. Serat kasar ≤ 1%

Serat kasar (%) = 𝑤

𝑤2 𝑋 100%

b. Serat kasar ≥ 1%

Serat kasar (%) = 𝑤−𝑤1

𝑏𝑤2 𝑋 100%

Keterangan:

W : bobot cuplikan dalam gram

W1 : bobot abu dalam gram

W2 : bobot endapan pada kertas saring dalam gram.

Analisis kadar protein kasar

Satu gram sampel dimasukkan dalam labu Kjedahl, ditambahkan 2 – 2.5 g

Selenium Mixture dan Asam Sulfat pekat (15 mL). Dipanaskan pada api kecil dalam

ruang asam sampai tidak berubah. Pemanasan dilanjutkan sampai cairan dalam labu

berwarna jernih kemudian didinginkan.

Tahap kedua uji adalah proses destilasi. Larutan dalam labu Kjedahl dipindahkan

ke dalam labu didih dan dibilas dengan menggunakan aquadest sehingga larutan pada

labu kjedahl tidak tersisa. Pemasangan labu didih berisi larutan pada alat destilasi, dalam

Erlenmeyer ditambahkan Asam Borat 5%. Destilasi selesai bila dua pertiga larutan dalam

labu sudah menguap dan tertampung di Erlenmeyer.

Tahap ketiga proses ini adalah titrasi. Labu Erlenmeyer berisi supernatant

dititrasi dengan HCl 1N, kandungan protein kasar dapat dihitung dengan rumus

perhitungan sebagai berikut:

Protein Kasar (%) =mlHCl x NHCl x 0.014 x 6,25

Berat Sampel dalam gram X 100%

Page 38: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

24

3.5 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Data-data yang didapatkan

dari percobaan I (seleksi kombinasi pakan) akan diamati secara deskriptif pada

pengamatan terhadap berat sisa pengeringan, hasil uji protein kasar dan serat kasar.

Percobaan II terhadap faktor penelitian ketebalan substrat (1; 2; dan 3 cm) dan jarak pori

pada plastik penutup (0,5; 1,0; dan 2,0 cm) dengan jumlah perlakuan 3 x 3 x 3: 27. Data-

data yang didapatkan dari percobaan II (penerapan perlakuan KS dan JP) seperti

pertumbuhan miselium lewat hasil foto dan data hasil uji proksimat (protein dan serat

kasar) dianalisis secara kualitatif. Percobaan III dianalisis secara kualitatif pada data

pertumbuhan R. oryzae dan uji lanjutan berupa uji protein kasar dan serat kasar.

Page 39: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Seleksi Kombinasi Pakan

Kehilangan berat kering

Kehilangan berat kering adalah pengamatan terhadap degradasi lignin, selulosa

dan hemiselulosa pada hasil fermentasi yang berhubungan dengan kelembaban substrat

(Ashton, 2010) dan kaitannya dengan aktivitas metabolik mikroorganisme yang

digunakan. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar reduksi pada

keseluruhan kandungan bahan yang diakibatkan oleh aktivitas metabolik

mikroorganisme.

Proses fermentasi Percobaan I dilakukan terhadap tiga kombinasi pakan (A, B,

dan C) dengan perlakuan dengan dan tanpa sterilisasi bahan pakan. Hasilnya kapang

Rhizopus oryzae mampu tumbuh dengan baik pada kombinasi pakan A, B, maupun C

(Tabel 1). Akan tetapi di bagian tengah cawan terdapat zona substrat yang tidak

ditumbuhi kapang (Lampiran 1, No. 3, kolom 2-3). Hal ini kemungkinan dikarenakan

oleh suhu tinggi panas metabolik saat fermentasi berlangsung yang menghambat

pertumbuhan jamur di bagian tengah substrat (Han dkk. 1999).

Pengamatan terhadap berat kering (Gambar 6) menampilkan kehilangan pada 3

jenis kombinasi pakan yang berbeda. Kombinasi pakan A, B, dan C pada perlakuan tanpa

fermentasi dan non-steril tidak menunjukkan nilai kehilangan berat kering karena tidak

terdapat proses metabolisme oleh kapang R. oryzae. Menggunakan proses sterilisasi

bahan pakan, kombinasi pakan A menunjukkan nilai kehilangan berat kering tertinggi

Page 40: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

26

sedangkan kombinasi pakan B menunjukkan nilai terendah. Hasil yang sama ditunjukkan

pada fermentasi tanpa sterilisasi bahan pakan, di mana kombinasi pakan A yang

difermentasi mengalami kehilangan berat kering yang paling tinggi di antara perlakuan

lainnya.

Gambar 6. Kehilangan berat kering kombinasi pakan A, B, dan C

Hal ini kemungkinan karena kombinasi pakan A mengandung sumber

karbohidrat terbesar berupa onggok 30% dibandingkan dengan dua kombinasi pakan

lainnya, yakni B dan C yang masing-masing mengandung onggok yang lebih rendah

sebesar 20 dan 10%. Onggok diketahui mengandung karbohidrat berupa zat pati

(Sriherwanto, 2010) yang dapat digunakan kapang Rhizopus sebagai sumber energi.

Proses biokimia pembentukan energi ini menghasilkan produk samping karbon dioksida

dan air yang dilepaskan ke udara saat fermentasi berlangsung dan saat pengeringan hasil

fermentasi. Inilah salah satu mekanisme kehilangan berat kering tersebut, sehingga

0,00 0,00 0,00

39,70

31,2833,67

51,65

4,13

23,12

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

A B C

Keh

ila

ng

an

ber

at

ker

ing

(%

)

Kode kombinasi pakan

non-steril, tanpa fermentasi non steril, fermentasi steril, fermentasi

Page 41: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

27

lumrah apabila pada perlakuan tanpa fermentasi dan non-steril tidak menunjukkan nilai

kehilangan berat kering sama sekali.

Dalam penelitian ini kehilangan berat kering untuk semua perlakuan berkisar

antara 4,13-51,65% selama 48 jam fermentasi. Peneliti lain, Leiskayanti dkk. (2017) juga

melaporkan kehilangan berat kering sebesar 10,0-14,1% selama fermentasi 22-34 jam

menggunakan kapang Rhizopus sp. pada substrat pakan komersial tenggelam merk

Buana Mas, PT Balqis Sejahtera, Bandung Barat. Demikian pula Sriherwanto dkk.

(2017), yang melaporkan kehilangan berat kering sebesar 16-24% untuk fermentasi

selama 24 jam menggunakan substrat dan kapang yang sama sebagaimana yang

digunakan Leiskayanti (2017). Kehilangan berat kering maksimal dalam penelitian ini

(51,65%) jauh lebih tinggi dibandingkan kehilangan berat kering maksimal dua

penelitian terdahulu tersebut (14,1% dan 24%). Hal ini kemungkinan dikarenakan

penelitian ini menggunakan durasi fermentasi yang lebih panjang (48 jam) dibandingkan

penelitian sebelumnya tersebut (maksimal 34 jam).

Perbedaan kehilangan berat kering ini kemungkinan juga disebabkan oleh

perbedaan strain Rhizopus dan substrat fermentasi. Perbedaan ini mengakibatkan

perbedaan dalam jumlah senyawa mudah menguap yang dihasilkan selama fermentasi,

sehingga akhirnya berujung pada kehilangan berat kering yang berbeda-beda pula.

Christen, dkk. (2000) melakukan fermentasi menggunakan 4 strain Rhizopus pada 8

campuran substrat yang berbeda (yang terdiri atas kombinasi onggok, ampas perasan jus

apel, kedelai, butir amaranth, dan minyak kedelai). Selama fermentasi, kedelapan

substrat tersebut menghasilkan beragam senyawa mudah menguap yang berbeda dengan

Page 42: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

28

kuantitas yang berbeda pula. Di antara senyawa tersebut adalah asetaldehid, etanol, 1-

propanol, etil asetat, etil propionat, dan 3 metil butanol.

Ditinjau dari sisi perlakuan dengan sterilisasi, kehilangan berat kering pada pakan

A dan C menunjukkan nilai yang lebih tinggi. Hal ini kemungkinan diakibatkan oleh

tidak adanya kontaminan berupa pertumbuhan mikroba jenis lain yang terdapat pada

komponen penyusun pakan jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa sterilisasi (pakan

kombinasi B). Tidak adanya kontaminan ini membuat proses kehilangan berat kering

oleh kapan R. oryzae lebih terfokus. Selain itu nilai kehilangan berat kering yang tinggi

(kombinasi pakan A dan C) juga berarti massa pakan yang didapat akan lebih sedikit

ketimbang dengan pakan yang memiliki nilai kehilangan berat kering yang lebih rendah

(kombinasi pakan B). Pertimbangan lainnya adalah akan lebih mudahnya pembudidaya

dalam melakukan proses pembuatan pakan fermentasi. Peniadaan proses sterilisasi (pada

kombinasi pakan B) ini mengurangi investasi peralatan sterilisasi dan waktu sterilisasi

sehingga lebih menghemat biaya, waktu dan tenaga. Pertimbangan ini yang membuat

dipilihnya kombinasi pakan B untuk diujikan pada percobaan II.

Protein kasar

Pengamatan terhadap kandungan protein kasar dilakukan guna mengamati

kualitas dari pakan buatan yang didapatkan dari proses fermentasi. Tingginya kadar

protein kasar berpengaruh pada kualitas pakan fermentasi yang dibuat. Sesuai dengan

standar SNI pakan ikan budidaya, kandungan protein kasar pada pakan haruslah berada

pada kisaran 25-30% (BKIPM, 2006; BKIPM, 2009a; BKIPM 2009b) untuk memenuhi

Page 43: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

29

kebutuhan nutrisi ikan budidaya pada tiap tahap pemeliharaannya. Hal ini menjadi dasar

dilakukannya pengamatan terhadap nilai protein kasar pada penelitian ini.

Grafik nilai protein kasar (Gambar 7) menunjukkan keadaan yang serupa pada tiga

kombinasi pakan A, B dan C, yaitu kandungan protein yang cenderung meningkat karena

fermentasi kapang R. oryzae. Nilai tertinggi protein kasar dicapai kombinasi pakan A

steril, sedangkan yang terendah dicapai kombinasi pakan B steril. Nilai protein kasar

tertinggi untuk fermentasi tanpa sterilisasi substrat terdapat pada kombinasi pakan B, dan

yang terendah adalah kombinasi pakan C.

Gambar 7. Hasil uji protein kasar kombinasi pakan A, B, dan C

Peningkatan kadar protein kasar melalui fermentasi menggunakan Rhizopus

dialami juga oleh Dzul Umam dkk. (2015). Dengan menggunakan campuran dedak padi

dan ampas kelapa dengan 4 rasio yang berbeda, peneliti tersebut berhasil meningkatkan

kandungan protein kasar dari 1,96-5,85% sebelum fermentasi menjadi 4,89-9,57%

11,02

14,13

12,10

17,0418,09

15,71

18,65

16,4217,36

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

A B C

Nil

ai

pro

tein

ka

sar

(%)

Kode kombinasi pakan

non-steril, tanpa fermentasi non-steril, fermentasi steril, fermentasi

Page 44: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

30

setelah fermentasi selama 24 jam. Kenaikan tertinggi sebesar 428% dicapai dengan

perlakuan campuran substrat 50% dedak padi dan 50% ampas kelapa. Peningkatan

protein yang cukup besar oleh Dzul Umam dkk. (2015) tersebut tidak diperoleh pada

penelitian ini, yang maksimal peningkatannya hanya mencapai 169% pada kombinasi

pakan A steril. Perbedaan peningkatan kadar protein kasar ini kemungkinan disebabkan

oleh lamanya fermentasi dan perbedaan komposisi substrat.

Seperti diketahui bahwa kapang R. oryzae memiliki kemampuan (Ghosh & Ray,

2011; Endrawati & Kusumaningtyas, 2017; Purwoko & Handajani, 2007) yang akan

aktif jika terdapat bahan baku substrat yang mengandung protein. Kandungan substrat

berupa rumput bebek, pakan tenggelam komersial, kulit ari dan ampas kelapa membantu

kapang R. oryzae untuk melakukan pemecahan protein. Hal ini yang mengakibatkan

adanya perbedaan nilai protein kasar pada pakan tanpa fermentasi pada tiap kombinasi

pakan yang diujikan (Gambar 7).

Nilai protein kasar yang tinggi pada kombinasi pakan B non-steril (Gambar 7),

dan nilai kehilangan berat keringnya yang rendah menjadi alasan digunakannya

kombinasi pakan tersebut dalam eksperimen (Percobaan II) berikutnya yaitu optimasi

ketebalan substrat dan jarak pori plastik penutup substrat fermentasi. Selain

pertimbangan ekonomis, tidak dilakukannya proses sterilisasi pada substrat dan alat

fermentasi bertujuan untuk meminimalisir kerusakan zat-zat nutrisi yang mudah rusak

oleh panas.

Page 45: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

31

Serat Kasar

Uji serat kasar pada pakan buatan dilakukan untuk menentukan kualitas pakan

yang dibuat. Sesuai dengan SNI, nilai serat kasar pada pakan haruslah berada pada

kisaran 5-8% (BKIPM, 2006; BKIPM, 2009a; BKIPM 2009b) guna memenuhi

kebutuhan nutrisi bagi ikan budidaya pada tiap tahapan pemeliharaannya. Hal ini

menjadi alasan dilakukannya pengamatan terhadap nilai serat kasar pada penelitian ini.

Gambar 8. Hasil uji serat kasar kombinasi pakan A, B, dan C.

Secara garis besar kombinasi pakan B dan C (Gambar 8 mengalami penurunan

nilai serat kasar, baik pada perlakuan steril maupun non-steril. Fenomena sebaliknya

dijumpai pada pakan A dimana fermentasi menjadikan nilai serat kasar cenderung tetap

atau bahkan meningkat. Nilai serat kasar pada kombinasi pakan A non-steril mengalami

kenaikan setelah fermentasi, yakni 14,92% dibandingkan sebelumnya (11,19%),

11,19

15,44

13,9014,92

11,2812,16

11,19 11,49 11,33

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

A B C

Nil

ai s

erat

kas

ar (

%)

Kode kombinasi pakan

non steril, tanpa fermentasi non-steril, fermentasi steril, fermentasi

Page 46: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

32

sedangkan kombinasi pakan A steril tidak mengalami perubahan kadar serat kasar

setelah fermentasi.

Hasil serupa didapatkan Dzul Umam dkk. (2015). Pada penelitian tersebut,

fermentasi substrat campuran dedak padi dan ampas kelapa pada semua rasio yang

digunakan mengalami penurunan nilai serat kasar setelah difermentasi menggunakan R.

oryzae. Namun hal sebaliknya terjadi pada substrat 100% ampas kelapa, yang mengalami

kenaikan nilai serat kasar setelah fermentasi. Menurut Dzul Umam dkk. (2015),

peningkatan nilai serat kasar tersebut mungkin dikarenakan besarnya kehilangan berat

kering akibat fermentasi. Sebagaimana diketahui, dalam penelitian ini (Gambar 6)

kombinasi pakan A mengalami kehilangan berat kering terbesar akibat fermentasi

dibandingkan kombinasi pakan B dan C, sehingga pakan A terlihat mengalami

peningkatan nilai serat kasar setelah fermentasi.

Kemampuan amilolitik dan selulolitik dari kapang R. oryzae (Nuryana dkk. 2016

dan Hidayat, 2008 dalam Widoyo, 2010) memungkinkan terjadinya perubahan nilai serat

kasar pada ketiga kombinasi pakan yang diujikan. Bahan kombinasi pakan berupa

onggok memungkinkan terjadinya pengaktifan enzim tersebut sehingga dapat

disimpulkan terdapat kegiatan kapang R. oryzae pada proses fermentasi pakan ini.

Hasil yang didapatkan ini masih belum mencapai acuan standar serat kasar pada

pakan ikan budidaya, yaitu sebesar 5-8% (BKIPM, 2006a; BKIPM, 2006b; & BKIPM,

2009). Namun hasil sudah menunjukkan bahwa terjadi penurunan serat kasar yang

diakibatkan proses fermentasi kapang R. oryzae. Hasil uji serat kasar paling mendekati

yang didapatkan pada percobaan ini (Kombinasi pakan B nonsteril) akan digunakan pada

Page 47: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

33

percobaan selanjutnya (Percobaan perlakuan ketebalan substrat dan jarak pori plastik

penutup substrat.

4.2. Perlakuan Ketebalan Substrat dan Jarak Pori Plastik Penutup Substrat

Tahapan lanjutan penelitian ini adalah optimasi ketebalan substrat fermentasi (1,

2, dan 3 cm) dan jarak pori plastik penutup substrat (0, 0,5, 1, dan 2 cm) dengan total 3

x 4 = 12 perlakuan yang masing-masing diulang tiga kali (triplo) dan didapatkan nilai

rata-rata masing-masing perlakuan (Tabel 3). Tahap ini menggunakan kombinasi pakan

B non-steril hasil dari Percobaan I (Pembahasan Subbab 4.1). Pasca fermentasi,

dilakukan uji protein kasar dan serat kasar. Kandungan protein dan serat kasar termasuk

kriteria yang menentukan apakah pakan ikan yang dibuat berkualitas baik atau tidak.

Nilai protein kasar berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan budidaya. Asupan

protein yang tinggi akan memaksimalkan pertumbuhan dan kesehatan ikan budidaya.

Kandungan serat kasar yang sedikit akan memaksimalkan konsumsi pakan sehingga ikan

budidaya mendapat asupan gizi yang maksimal. Pakan ikan yang baik mengandung

kadar protein yang tinggi dan kadar serat yang rendah (nilai rasio protein kasar/serat

kasar yang tinggi) yaitu protein kasar sebesar 25-30% dan serat kasar sebesar 5-8%

(BKIPM, 2006a; BKIPM, 2006b; & BKIPM, 2009).

Berdasarkan rasio protein kasar/serat kasar ini, didapatkan dua perlakuan yang

menunjukkan hasil paling baik, yakni perlakuan KS1-JP2 dan KS3-JP1. Dua perlakuan

ini menunjukkan nilai perbandingan antara hasil uji protein dan serat kasar yang lebih

tinggi dibandingkan perlakuan-perlakuan lain. Nilai perbandingan yang tinggi ini

mengindikasikan protein yang tinggi dan nilai serat kasar yang rendah. Hasil perlakuan

Page 48: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

34

KS3-JP1 memiliki ketebalan substrat yang lebih tinggi dibanding KS1-JP2, sehingga

memungkinkan volume produksi pakan yang lebih tinggi per cawan petri.

Tabel 3. Hasil uji nutrisi perlakuan ketebalan substrat dan jarak pori plastik penutup

substrat

Sampel

No. Kode

Perlakuan Berat Sisa

Setelah

Pengeringan

(%)

Protein

Kasar

(%)

Serat

Kasar

(%)

Rasio

Protein:

Serat

Ketebalan

substrat

(cm)

Jarak

pori

(cm)

1

bahan

kering

(kontrol)

- - - 14,13 15,44 0,92

2 KS1-JP0 1 0 55,27 19,97 14,72 1,36

3 KS1-JP0,5 1 0,5 66,55 19,18 14,44 1,33

4 KS1-JP1 1 1 61,20 18,08 14,75 1,23

5 KS1-JP2 1 2 77,19 16,61 10,82 1,54

6 KS2-JP0 2 0 58,63 19,18 13,79 1,39

7 KS2-JP0,5 2 0,5 38,94 17,58 14,87 1,18

8 KS2-JP1 2 1 38,15 15,87 13,59 1,17

9 KS2-JP2 2 2 39,16 16,37 12,79 1,28

10 KS3-JP0 3 0 66,81 17,46 13,98 1,25

11 KS3-JP0,5 3 0,5 38,76 16,50 14,86 1,11

12 KS3-JP1 3 1 37,78 17,47 11,67 1,50

13 KS3-JP2 3 2 68,22 9,99 7,93 1,26

Pertumbuhan kapang R. oryzae tidak terlepas dari kebutuhan udaranya. Kapang

R. oryzae merupakan mikroorganisme aerob (Skory dkk. 1998; Cantabrana dkk. 2015)

dan memiliki karakteristik berupa sifat mikroaerofilik (Lin & Wang, 1991). Kebutuhan

akan udara bagi pertumbuhan kapang R. oryzae bukan merupakan sebuah kebutuhan

absolut, namun jika berada pada kondisi sepenuhnya anaerobik, kapang tidak dapat

tumbuh dengan baik (Lin & Wang, 1991). Pernyataan ini menandakan pentingnya aliran

udara bagi keberlangsungan pertumbuhan kapang R. oryzae. Pada penelitian ini beragam

Page 49: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

35

ketebalan substrat dan jarak pori plastik penutup digunakan dalam proses fermentasi

untuk mendapatkan kondisi aerasi yang optimum bagi pertumbuhan kapang.

4.3. Peningkatan Nilai Protein Pada Fermentasi Kondisi Optimum

Percobaan III ini untuk menaikkan kandungan protein. Hal ini dilakukan karena

pada percobaan II sebelumnya nilai protein kasar tertinggi 19,97%. Nilai ini belum

memenuhi kecukupan protein pakan ikan budidaya yang disyaratkan SNI (Tabel 4). Oleh

karenanya pada percobaan III ini sumber protein, yakni pakan tenggelam komersial pada

substrat dinaikkan dari 20% atau 20 gram (Kombinasi Pakan B) menjadi 60% atau 60

gram (Kombinasi Pakan B1), dan kemudian difermentasi menggunakan kondisi

optimum ketebalan substrat dan jarak pori penutup substrat KS3-JP1.

Tabel 4. Perbandingan kebutuhan protein dan serat kasar pada beberapa jenis ikan

budidaya dalam beragam tingkatan pertumbuhan sesuai dengan SNI (BKIPM, 2006;

BKIPM, 2009a; BKIPM 2009b)

No Jenis Ikan

Budidaya Tingkat pertumbuhan ikan

Nilai Standar (%)

Protein kasar Serat kasar

1 Lele dumbo

(SNI 01-4087-

2006)

Benih 30 5

Pembesaran grower/finisher 28/25 5/5

Induk 30 5

2 Patin (SNI

7548:2009)

Benih 30 8

Pembesaran 25 8

Induk 35 8

3 Gurami (SNI

7473:2009)

Ukuran 3-5 cm 38 5

Ukuran 5-15 cm 32 6

Ukuran >15 cm 28 8

Page 50: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

36

Prosedur pembuatan pakan ini sedikit berbeda karena ditiadakannya penggunaan

larutan mineral. Larutan mineral yang ditambahkan pada pembuatan pakan dalam

tahapan percobaan I dan II dilakukan atas dasar penambahan kandungan mineral pada

bahan-bahan yang dirasa kurang memiliki kandungan nutrisi sehingga dapat menjadi

booster dalam pertumbuhan kapang R. oryzae. namun setelah melewati rangkaian

percobaan ini, pertumbuhan kapang dirasa cukup baik dengan asumsi kandungan nutrisi

dari bahan-bahan yang digunakan dan hasil uji protein kasar dan serat kasar yang didapat

menunjukkan nilai yang potensial untuk ditingkatkan. Sehingga larutan mineral

digantikan dengan air biasa.

Hasil fermentasi menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan pakan tenggelam

komersial dari 20% menjadi 60% berakibat pada nilai protein kasar yang meningkat dan

serat kasar yang menurun. Akan tetapi penggunaan pakan komersial tenggelam sebesar

60% dalam substrat ini belum bisa menaikkan protein kasarnya hingga setara dengan

pakan komersial tenggelam 100%. pada kombinasi pakan B1 kemudian naik sedikit pada

kombinasi pakan B2 (kontrol).

Page 51: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

37

Gambar 9. Hasil uji protein kasar dan serat kasar pakan fermentasi kondisi optimum

Dengan mengacu pada SNI untuk pakan ikan budidaya lele dumbo, patin dan

gurami (Tabel 4), pakan ikan yang baik memiliki kandungan protein kasar antara 25-

38% dan serat kasar 5-8%. Hasil yang mendekati acuan SNI pada penelitian ini dicapai

dengan menaikkan persentase pakan ikan tenggelam komersial sebesar 60% pada

kombinasi pakan B1, di mana setelah fermentasi diperoleh kadar protein kasar sebesar

24,23% dan serat kasar sebesar 9,14%.

Berdasarkan pembuatan pakan ikan apung fermentasi pada penelitian Zaman

dkk. (2017), yang menggunakan bahan-bahan komposisi yang nyaris sama (minus kulit

ari dan ampas kelapa) hasil uji apung yang didapatkan mencapai 20 jam. Pengujian

ekstensif terhadap kemampuan apung pakan fermentasi yang dibuat dalam penelitian ini

belum dilakukan, namun dalam prosesnya, hasil fermentasi diberikan pada ikan yang

dipelihara pada kolam pemijahan rumput bebek dan menunjukkan sifat mengapung.

16,50

24,23

36,74

15,12

9,14 9,85

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20% 60% 100%

Ka

da

r S

era

t a

tau

Pro

tein

Ka

sar

Persentase penggunaan jumlah pakan tenggelam komersial kombinasi

pakan B

Kadar Protein (%)

Kadar Serat (%)

(B) (B1) (B2 kontrol)

Page 52: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

38

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian tentang optimasi fermentasi padat menggunakan Rhizopus oryzae

dalam pembuatan pakan ikan apung telah dilakukan dengan hasil berupa kombinasi

pakan B non-steril, dengan perlakuan dengan ketebalan substrat 3 cm dan jarak pori

plastik penutup substrat 1 cm dianggap sebagai perlakuan yang paling optimum dengan

nilai protein kasar mencapai 24,23% dan serat kasar 9,14% setelah dilakukan optimasi

jumlah pakan dari 20 gram (20%) menjadi 60 gram (60%).

5.2 Saran

Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan penaikan massa fermentasi (scale up),

agar dapat memproduksi pakan apung fermentasi dengan kapasitas yang lebih besar.

Selain itu perlu dilakukan Analisa proksimat kandungan nutrisi selain protein dan serat

kasar, seperti kadar air, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan asam amino.

Page 53: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

39

Daftar Pustaka

Adekunle, H. L., Sadiku, S. O. E., & Orire, A. M. (2012). Development of farm made

floating feed for aquaculture species. International Journal of Advanced Biological

Research (I.J.A.B.R.), 2(4), 579-583.

Amri, M. (2007). Pengaruh bungkil inti sawit fermentasi dalam pakan terhadap

pertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio L.). Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian

Indonesia, 9(1), 71- 76.

Antika, R., Hudaidah S., & Santoso L. (2014). Penggunaan tepung onggok singkong

yang difermentasi dengan Rhizopus sp. .sebagai bahan baku pakan ikan nila merah

(Oreochromis niloticus). E-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan.

2(2), 279 – 284.

Ashton, S. (2010). Dry-matter loss. Retrieved from:

http://articles.extension.org/pages/26565/dry-matter-loss.

Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM).

(2006). SNI. 01-4087-2006. Pakan buatan untuk ikan lele dumbo (Clarias

gariepinus) pada budidaya ikan intensif. Badan Standarisasi Nasional. Retrieved

from:

http://www.bkipm.kkp.go.id/bkipm/en/sni/SNI%20%20PERIKANAN%20%20B

UDIDAYA

Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM).

(2009a). SNI. 7473:2009. Pakan buatan untuk ikan gurami (Osphronemus goramy,

Lac.). Badan Standarisasi Nasional. Retrieved from:

http://www.bkipm.kkp.go.id/bkipm/en/sni/SNI%20%20PERIKANAN%20%20B

UDIDAYA

Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM).

(2009b). SNI. 7548:2009. Pakan buatan untuk ikan patin (Pangasius. sp). Badan

Standarisasi Nasional. Retrieved from: http://www.bkipm.kkp.go.id/ bkipm/en/

sni/ SNI%20%20PERIKANAN%20%20BUDIDAYA

Bhargav, S., Panda B. P., Ali M., & Javed. S. (2008). Solid-state fermentation: n

overview. Chemical and Biochemical Engineering Quarterly, 22(1), 49-70.

Cantabrana, I., Perise R., & I. Hernandez. (2015). Uses of Rhizopus oryzae in the kitchen.

International Journal of Gastronomy and Food Science, 2(2), 103-111.

https://doi.org/10.1016/j.ijgfs.2015.01.001.

Page 54: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

40

Centre for Ecology & Hydrology. (2014). Information Sheet Lemna Species

(Duckweeds). Natural Environment Research Council. Retrieved from

http://www.ceh.ac.uk/sci_programmes/documents/ duckweeds.pdf.

Christen, P. A., Bramorski, S. Revah, & C. R. Soccol. (2000). Characterization of volatile

compounds produced by Rhizopus strains grown on agro-industrial solid wastes.

Bioresource Technology, 71(3), 211-215. Retrieved from:

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S096085249900084X.

CP Prima. 2016. Pakan P 99. Retrieved from: http://www.cpp.co.id/id/our-

business/feed-business/fish/p-99-pakan-ikan-bawal-nila.

Dani, Ning P., Budiharjo A., & Listyawati S. (2005). Komposisi pakan buatan untuk

meningkatkan pertumbuhan dan kandungan protein ikan tawes (Puntius javanicus

Blkr.). Jurnal. BioSMART, 7(2), 83-90. ISBN 1411- 321X.

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Perikanan dan Kelautan RI.

(2009-2013). Data Produksi Perikanan Budidaya. Retrieved from:

http://www.djpb.kkp.go.id/

Dzul Umam, R., Sriherwanto C., Yunita E., & Suja’i I. (2015). Growth of carp (Cyprinus

carpio L.) fed with rice bran-coconut bagasse mixed with substrate fermented using

Rhizopus oryzae. Jurnal Bioteknologi dan Biosains Indonesia, 2(2). ISSN 2442 –

2606. DOI: 10.29122/jbbi.v2i2.512

Elyana, P. (2011). Pengaruh penambahan ampas kelapa hasil fermentasi Aspergillus

oryzae dalam pakan komersial terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis

niloticus Linn.). (Skripsi). Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Endrawati, Dwi & E. Kusumaningtyas. (2017). Beberapa fungsi Rhizopus sp dalam

meningkatkan nilai nutrisi bahan pakan. Jurnal. WARTAZOA 27(2), 081-088. doi:

http://dx.doi.org/10.14334/wartazoa.v27i2.1181

Falaye, B. A., Sadiku, S. O. E., Okaeme, A. N., & Eyo, A. A. (2005). Preliminary

investigation into implication of a single cell organism in fish feed bouyancy and

flotation. In: 19th Annual Conference of the Fisheries Society of Nigeria (FISON),

29 Nov - 03 Dec 2004, Ilorin, Nigeria, 493-499.

Ghosh, B. & Ray, R. R.. (2011). Current commercial perspective of Rhizopus oryzae : A

Review. Journal Applied Sciences, 11(14), 2470-2486.

Global Biodiversity Information Facility. Rhizopus oryzae Went & Prints. Geerl. (1895).

Retrieved from: http://www.gbif.org/species/100539652/classification.

Page 55: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

41

Han, M., Yule Kim, Youngran Kim, B. Chung, & Gi-Wook Choi. (2011). Bioethanol

production from optimized pretreatment of sassava stem. Korean Journal Chem.

Eng, 28(1), 119-125.

Hasting, W. H. & D. Higgs. (1978). Subsection: Feed Manufacturing Technology,

Chapter 18. Feed Milling Processes. Lectures presented at the FAO/UNDP

Training Course in Fish Feed Technology. University of Washington, Seattle,

Washington. U.S.A., 9 October-15 December 1978.

http://www.fao.org/docrep/x5738e/x5738e0j.htm#chapter%2018.%20feed%20mi

lling%20processes. Diakses 28 Desember 2017

Hidayat D., Ade D. S., Yulisman. (2013). Kelangsungan hidup, pertumbuhan dan

efisiensi pakan ikan gabus (Channa striata) yang diberi pakan berbahan baku

tepung keong emas (Pomacea sp). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(2), 161 -

172. ISSN: 2303 – 2960

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin). (1992). SNI. 01-2891-

1992. Cara uji makanan dan minuman. Badan Standarisasi Nasional. Retrieved

from: http://lib.kemenperin.go.id/neo/detail.php?id=226303

Kementerian PPN/Bappenas Direktorat Kelautan dan Perikanan. (2014). Kajian Strategi

Berkelanjutan Pengelolaan Perikanan. http://www.bappenas.go.id/files/

7614/4401/4206/Strategi_Pengelolaan_Perikanan_Berkelanjutan.pdf. Diakses 26

September 2016.

Leiskayanti, Y., Sriherwanto C., & Suja’I I. (2017). Fermentasi Menggunakan ragi tempe

sebagai cara biologis pengapungan pakan ikan. Jurnal Bioteknologi dan Biosains

Indonesia. Vol. 4 No. 2. ISSN: 2548- 611X. pg: 54 – 63.

Leng R. A., Stambolie J. H., & Bell R. (1995). Duckweed - a potential high-protein feed

resource for domestic animals and fish. Livestock Research for Rural Development.

Vol. 7, Article #5. Retrieved from: http://www.lrrd.org/lrrd7/1/3.htm

Lin M. S. & Wang H. H. (1991). Anaerobic growth and oxygen toxicity of Rhizopus

cultures isolated from starters made by solid state fermentation. Zhonghua Min Guo

Wei Sheng Wu Ji Mian Yi Xue Za Zhi. (2), 229-39. PubMed PMID: 1855404.

Lindasari, A. (2017). Pembuatan pakan terapung terfermentasi Saccharomyces

cerevisiae melalui proses non-ekstrusi. (Skripsi). Departemen Ilmu Nutrisi dan

Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Retrieved from:

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/87722/D17ali.pdf?sequenc

e=1&isAllowed=y.

Page 56: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

42

Muryanto. (2012). Enkapsulasi Rhizopus oryzae dalam kalsium-alginat untuk roduksi

bioetanol dari tandan kosong kelapa sawit dengan sakarifikasi dan fermentasi

serentak. (Tesis). Universitas Indonesia, Depok.

My Tu, D. T. (2012). Manipulation of the nutritive value of duckweed (Lemna minor) as

a feed resource for local muscovy ducks. (Master’s thesis). Ministry of Education

and Training Can Tho University, Vietnam.

Nuryana, R. S., Rachmat W., & Denny R.. (2016). Pengaruh dosis dan waktu fermentasi

kulit kopi (Coffea arabica) menggunakan Rhizopus oryzae dan Saccharomyces

cereviseae terhadap kandungan protein kasar dan serat kasar. Student E-journals

UNPAD. 5 (3).

Pelczar, M. J., & Chan, E. C. S. (2005). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jilid I. Universitas

Indonesia Press.

Poesponegoro, M. (1975). Makanan hasil fermentasi. Ceramah Ilmiah LKN-LIPI-

Bandung. 4,1-9.

Pradana, Y. W., Sriherwanto C., Yunita E., & Suja’I I. (2017). Growth Of Nile Tilapia

(Oreochormis niloticus) Fry Fed With Coconut Testa Cassava Baggasse Mixed

Substrate Fermented Using Rhizopus oryzae. Jurnal Bioteknologi dan Biosains

Indonesia (JBBI) 4 (1), 1-9. DOI: http://dx.doi.org/10.29122/jbbi.v4i1.1799

Purawisastra, S. (2001). Penelitian Pengaruh isolat galaktomannan kelapa terhadap

penurunan kadar kolesterol serum kelinci. Article. Retrieved from: Warta Litbang

Kesehatan. http://repository.litbang.kemkes.go.id/id/eprint/969

Purwoko, T. & Noor S. H. (2007). Kandungan protein kecap manis tanpa fermentasi

moromi hasil fermentasi Rhizopus oryzae dan R. oligosporus. Biodiversitas 8(2),

223-227.

Ratledge, C. & Kristiansen B. (2001). Basic Biotechnology. hlm 5-17. Cambridge

University Pr.

Saputra, R. A. (2016). Uji kualitas fisik pakan terapung terfermentasi Saccharomyces

cerevisiae melalui proses non-ekstrusi dan deep-frying. (Skripsi). Departemen

ILMU Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/86021. UT – Nutritiona Sciences and

Feed Technology 2016.

Skory. C. D. & Shelby N. F. Rodney J. B. (1998). Production of L-lactic acid by Rhizopus

oryzae under oxygen limiting condition. Biotechnology Letter. 20(2), 191-194.

Page 57: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

43

Sihombing, Rislima. (2016). Pengujian sifat antioksidan galaktomanan yang diekstraksi

dari ampas kelapa. (Master tesis). http:// repository. usu.ac.id/ handle/

123456789/57521

Soccol, C. R., Stonoga, V. I., & Raimbault, M. (1994). Production of (L)-lactic acid by

Rhizopus species. World Journal Microbioliology Biotechnology. 10(1994), 433-

435.

Solomon, S. G., G. A. Ataguba, & A. Abeje. (2011). Water stability and floatation test

of fish pellets using local starch sources and yeast (Saccahromyces cerevisae).

International Journal Latest Trends Agricultural Food Science (IJLTAFS). 1(1), 1-

5.

Sriherwanto C., Suja’i I., & Soraya. (2017). Pemanfaatan kapang Rhizopus sp. sebagai

agen hayati pengapung pakan ikan. Jurnal Mikologi Indonesia online. e-ISSN:

2579-8766 1(2), 70 – 81.

Sriherwanto C. (2010). Studies on the Solid State Fermentation of Cassava Bagasse for

Animal Feed. (Dissertation). Department of Chemistry, Faculty of Mathematics,

Informatics, and Natural Sciences. University of Hamburg.

Subandiyah, S., Satyani D., & Aliyah. (2003). Pengaruh substitusi pakan alami (Tubifex)

dan buatan terhadap pertumbuhan ikan tilan lurik merah (Mastacembelus

erythrotaenia Bleeker, 1850). Jurnal Iktiologi Indonesia. 3(2), 67 – 72.

Subramaniyam, R & Vimala R. Solid state and submerged fermentation for the

production of bioactive substances: A comparative study. International Journal of

Science and Nature (IJSN), 3(3), 480-486.

Sukarman & Ramadhan, F. (2015). Pemanfaatan kulit ari kelapa sebagai alternative

bahan pakan untuk ikan nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Biologi Al-Kauniyah,

8(1), 15-20.

USDA (United States Department of Agriculture) National Resource Conservation

Service. Classification for kingdom Plantae down to species Cocos nucifera L.

Retrieved from: https://plants.usda.gov /java/ ClassificationServlet? source=

profile&symbol=CONU&display=31#.

Widoyo, S. (2010). Pengaruh lama fermentasi terhadap kadar serat kasar dan aktivitas

antioksidan tempe beberapa varietas kedelai (Glycine sp.). Skripsi. Fakultas

Pertanian. Universitas Sebelas Maret.

Yamin, Moh. (2008). Pemanfaatan ampas kelapa dan ampas kelapa fermentasi dalam

ransum terhadap efisiensi ransum dan income over feed cost ayam pedaging. J.

Agroland 15 (2), 135 – 139.

Page 58: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

44

Yohanista, M., O. Sofjan, & E. Widodo. (2014). Evaluasi nutrisi campuran onggok dan

ampas tahu terfermentasi Aspergillus niger, Rhizopus oligoporus, dan kombinasi

sebagai bahan pakan pengganti tepung jagung. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan,

24(2), 72 – 83.

Zaman, A. B., Sriherwanto C., Yunita E. & Suja’i I. (2017). Karakteristik fisik pakan

ikan apung non-ekstrusi yang dibuat melalui fermentasi Rhizopus oryzae. Jurnal

Bioteknologi dan Biosains Indonesia. 5(1), 29-37. DOI:

http://dx.doi.org/10.29122/jbbi.v5i1.2793

Page 59: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

45

Lampiran 1

Dokumentasi dan data mentah percobaan tahap I

No

.

Foto

1

Kulit ari kelapa

yang belum dihaluskan

Proses penghalusan kulit ari

kelapa dengan menggunakan

blender

Kulit ari kelapa yang sudah

dihaluskan

2

Proses pencampuran bahan

kombinasi pakan berupa,

pakan tenggelam yang

sudah dihaluskan, onggok,

kulit ari kelapa, ampas

kelapa, dan lemna minor.

Pakan yang telah dimasukkan

dalam cawan disimpan dalam

inkubator untuk memulai

proses fermentasi

Hasil fermentasi putih

bersih.

3

Contoh tampilan spora

kehitaman

Hasil fermentasi percobaan I

A

B C

Page 60: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

46

Tabel Data Berat Kering

Kombinasi bahan pakan non steril,

fermentasi steril, fermentasi

non-steril,

tanpa

fermentasi

A 39,695 51,649 0,00

B 31,276 4,126 0,00

C 33,666 23,121 0,00

Tabel Data Protein Kasar

Kombinasi bahan pakan

non-steril,

tanpa

fermentasi

non-steril,

fermentasi

steril,

fermentasi

A 11,02 17,04 18,65

B 14,13 18,09 16,42

C 12,1 15,71 17,36

Tabel Data Serat Kasar

Kombinasi bahan pakan

non steril,

tanpa

fermentasi

non-steril,

fermentasi

steril,

fermentasi

A 11,19 14,92 11,19

B 15,44 11,28 11,49

C 13,9 12,16 11,33

Page 61: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

47

Lampiran II

Dokumentasi dan data mentah percobaan tahap II

No. Foto

1

KS 2 JP 0.5

KS 2 JP 0.5

KS 2 JP 0.5 irisan miring

perbesaran 4x

2

KS 2 JP 1

KS 2 JP 1

KS 2 JP 1 irisan miring

Perbesaran 4x

3

KS 2 JP 2

KS 2 JP 2

KS 2 JP 2 irisan miring

perbesaran 4x

4

KS 3 JP 0,5

KS 3 JP 0,5

KS 3 JP 0,5 irisan miring

perbesaran 4x

Page 62: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

48

5

KS 3 JP 1

KS 3 JP 1

KS 3 JP 1 irisan miring

perbesaran 4x

6

KS 3 JP 2

KS 3 JP 2

KS 3 JP 2 irisan miring

perbesaran 4x

7

KS 1 JP 0,5

KS 1 JP 1

KS 1 JP 2

Page 63: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

49

DATA MENTAH

Berat Kering

Perlakuan Berat sisa setelah

pengeringan (%)

KS1-JP0 55,272

KS1-JP0.5 66,554

KS1-JP1 61,203

KS1-JP2 77,194

KS2-JP0 58,628

KS2-JP0.5 38,939

KS2-JP1 38,145

KS2-JP2 39,155

KS3-JP0 66,807

KS3-JP0.5 38,761

KS3-JP1 37,779

KS3-JP2 68,219

Page 64: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

50

Protein Kasar Serat Kasar

Sampel (cm) Serat Kasar (%)

Bahan Kering B 15,44

KS1-JP0 14,72

KS1-JP0,5 14,44

KS1-JP1 14,75

KS1-JP2 10,82

KS2-JP0 13,79

KS2-JP0.5 14,87

KS2-JP1 13,59

KS2-JP2 12,79

KS3-JP0 13,98

KS3-JP0.5 14,86

KS3-JP1 11,67

Sampel (cm)

Protein

Kasar(%)

Bahan Kering B 14,13

KS1-JP0 19,97

KS1-JP0,5 19,18

KS1-JP1 18,08

KS1-JP2 16,61

KS2-JP0 19,18

KS2-JP0.5 17,58

KS2-JP1 15,87

KS2-JP2 16,37

KS3-JP0 17,46

KS3-JP0.5 16,5

KS3-JP1 17,47

KS3-JP2 9,99

Page 65: OPTIMASI FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae

51

LAMPIRAN 3

Dokumentasi dan data mentah percobaan tahap III

Keterangan : Percobaan penaikan protein dengan menggunakan cawan 20-25 g

DATA MENTAH

Protein Kasar Serat Kasar

Kombinasi

pakan

Kadar protein

(%)

B 16,5

B1 24,23

B2 36,74

Kombinasi

pakan

Kadar serat

kasar (%)

B 15,12

B1 9,14

B2 9,85

B B1 B2