documentok

30
I. IDENTITAS PASIEN Nama : By. Y Jenis Kelamin : Laki - laki Tanggal lahir : 19 Desember 2015 Usia : Hari Agama : Islam Alamat : KP. BOJONG No Rekam Medis : RSUS.00-68-41-36 II. ANAMNESIS Tanggal masuk rumah sakit : Sabtu, 12 Desember 2015 pukul 16.10 Tanggal pemeriksaan : Sabtu, 12 Desember 2015 pukul 19.15 Keluhan Utama Bayi cukup bulan sesuai masa kehamilan lahir secara Sectio Caesaria dari ibu atas indikasi polihidramnion, preeclampsia ringan dan ketuban pecah dini. Riwayat Penyakit Sekarang Bayi lahir secara Sectio Caesaria dari ibu dengan indikasi air ketuban berlebih (polihidramnion), preeclampsia ringan dan ketuban pecah dini 25 jam. Bayi lahir cukup bulan (37 – 38 minggu) dan sesuai masa kehamilan. Pada saat bayi dilahirkan air ketuban berwarna jernih, berkonsistensi encer dan tampak mengalir deras. Bayi lahir langsung menangis kencang , Halaman | 1

Upload: glennega

Post on 27-Jan-2016

217 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

Page 1: Documentok

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : By. Y

Jenis Kelamin : Laki - laki

Tanggal lahir : 19 Desember 2015

Usia : Hari

Agama : Islam

Alamat : KP. BOJONG

No Rekam Medis : RSUS.00-68-41-36

II. ANAMNESIS

Tanggal masuk rumah sakit : Sabtu, 12 Desember 2015 pukul 16.10

Tanggal pemeriksaan : Sabtu, 12 Desember 2015 pukul 19.15

Keluhan Utama

Bayi cukup bulan sesuai masa kehamilan lahir secara Sectio Caesaria dari ibu

atas indikasi polihidramnion, preeclampsia ringan dan ketuban pecah dini.

Riwayat Penyakit Sekarang

Bayi lahir secara Sectio Caesaria dari ibu dengan indikasi air ketuban berlebih

(polihidramnion), preeclampsia ringan dan ketuban pecah dini 25 jam. Bayi lahir

cukup bulan (37 – 38 minggu) dan sesuai masa kehamilan. Pada saat bayi

dilahirkan air ketuban berwarna jernih, berkonsistensi encer dan tampak mengalir

deras. Bayi lahir langsung menangis kencang , gerak aktif dan disertai dengan kulit

kemerahan. Saat pasien dipindahkan ke penghangat, pasien tampak terus menangis

dengan kencang, gerakan aktif dan tidak didapatkan adanya gangguan pernafasan

seperti tanda – tanda sianosis, nafas cuping hidung dan retraksi. Pada bayi tidak

dilakukan prosedur suction dikarenakan tidak didapatkan adanya kecurigaan

sumbatan pada saluran nafas. Pemeriksaan tanda – tanda vital dan pemeriksaan

fisik pada bayi tidak ditemukan adanya kelainan anatomi bawaan.

Setelah bayi dalam kondisi stabil dilakukan pemotongan tali pusat serta

penyuntikan vit K 1 mg secara intramuscular pada paha kiri pasien. Penilaian

APGAR menit pertama didapatkan nilai 9/10 dan pasien diberikan Cendofenikol

Halaman | 1

Page 2: Documentok

tetes mata sebelum dipindahkan ke Neonatus Intensife Care Unit (NICU).

Sebelumnya pihak orang tua pasien menyetujui bahwa setelah dilahirkan pasien

akan menjalani pemeriksaan terlebih dahulu di NICU hingga dapat dipastikan

kondisi pasien dapat dipastikan tidak terdapat adanya gangguan baik structural

maupun fungsional.

Pasien dipindahkan ke NICU untuk penanganan lebih lanjut dikarenakan

pasien dilahirkan dengan indikasi polihidramnion. Selama bayi dalam penanganan

pasca persalinan hingga akan dipindahkan ke NICU belum didapatkan adanya

tanda – tanda buang air besar dan kecil.

Riwayat Penyakit Dahulu

-

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga

Dikeluarga pasien tidak ada yang menderita sama seperti pasien. Riwayat

penyakit keturunan, penyakit kuning dan hepatitis disangkal Ayah dan Ibu pasien.

Riwayat Kehamilan

Kehamilan pertama. Selama kehamilan Ibu pasien rutin memeriksakan kondisi

kesehatan kehamilannya di Siloam. Pada kehamilan yang pertama ini pasien

mengaku tidak terlalu banyak keluhan kecuali tekanan darah ibu pasien menjadi

sedikit tinggi menginjak kehamilan. Sebelumnya pasien menyagkal adanya riwayat

penyakit keluarga seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan alergi. Pasien juga

didiagnosis memiliki jumlah volume air ketuban yang terbilang lebih banyak jika

dibandingkan keadaan pada umumnya. Selama kehamilan ibu pasien mengatakan

rutin mengonsumsi vitamin untuk mendukung kehamilannya.

Kesan : Riwayat kehamilan baik

Riwayat Persalinan dan Masa Perinatal

Pasien merupakan anak pertama. Proses persalinan dilakukan secara Sectio

Caesaria dengan bantuan dokter spesialis kebidanan atas indikasi preeclampsia

ringan, polyhidrmnion dan ketuban pecah dini 25 jam. Usia persalian cukup bulan

(37-38 minggu), berat saat lahir : kurang lebih 2955 gram, panjang saat lahir : 48

cm. Tidak ada penyulit dalam proses persalinan, saat bayi keluar bayi langsung

menangis kencang, tidak ada tanda-tanda gangguan pernafasan dan bayi tidak

kuning sehingga bayi langsung dibawa menuju NICU untuk dilakukan penanganan

lebih lanjut.

Kesan : Riwayat persalinan baik.

Halaman | 2

Page 3: Documentok

Riwayat Nutrisi

Kesan : Riwayat nutrisi baik.

Riwayat Tumbuh Kembang

Kesan : Riwayat tumbuh kembang baik.

Riwayat Imunisasi

Jenis

Vaksin

Dasar Ulangan

I II III IV V VI

Hepatitis B

Polio

BCG

DPT

HiB

Campak

Kesan :Riwayat imunisasi tidak diketahui secara jelas.

Riwayat Sosial Ekonomi dan Kondisi Lingkungan

Kesan : Riwayat kondisi lingkungan baik

III. PEMERIKSAAN FISIK

Tanggalan pemeriksaan : Sabtu, 12 Desember 2015

Keadaan Umum : Baik, gerak aktif

Kesadaran : Kompos Mentis

Tanda-tanda Vital

Denyut Nadi : 146 x/menit isi cukup dan regular

Frekuensi Napas : 50 x/menit regular dan kedalaman cukup

Suhu

Saturasi Oksigen

: 37oC

: 95% Room air

Halaman | 3

Page 4: Documentok

Status gizi & antropometri

Berat badan = 2955 gram BB/U = 0>BB/U>-2 gizi baik

Tinggi badan = 48 Cm TB/U = 0>TB/U>-2 perawakan normal

Berat badan ideal = Kg BB/TB = -1>BB/TB>0 gizi baik

Lila = Cm

Halaman | 4

Page 5: Documentok

Halaman | 5

Page 6: Documentok

Kesan : Gizi baik, perawakan baik

Status Generalis

Sistem

Kulit Warna kream agak kemerahan

Tidak terdapat lesi

Tidak terdapat perdarahan

Tidak terdapat jaringan parut

Ikterus (-)

Kepala

Bentuk dan ukuran

Ubun-ubun besar

Rambut

Normosefali

Terbuka, datar

Hitam

Wajah Normal simetris

Mata Konjungtiva anemis -/-

Sklera ikterik -/-

Pupil isokor 3mm/3mm

Reflek cahaya langsung +/+, reflek cahaya tidak langsung +/+

Gerak bola mata bebas ke segala arah

Hidung Sekret -/-, napas cuping hidung (-)

Telinga

Mulut Mukosa bibir lembab, sianosis (-)

Lidah bersih

Tidak tampak peradangan maupun bengkak pada daerah gusi

Bau napas (-)

Tenggorokan Tonsil T1/T1, faring tenang

Leher Tidak teraba limfadenopati

Dada Bentuk normal simetris

Tidak terdapat retraksi epigastrium, intekostal, dan suprasternal

Precordial bulging (-)

Paru-paru

Jantung Iktus kordis tidak terlihat

Bunyi jantung : S1, S2 normal reguler

Halaman | 6

Page 7: Documentok

Murmur (-), gallop (-)

Abdomen Inspeksi : datar, tali pusat (+)

Auskultasi : bising usus normal

Perkusi : timpani pada semua regio abdomen

Palpasi : nyeri tekan (-), organomegali (-), turgor baik

Punggung Deformitas (-)

Ekstremitas Akral hangat, capillary refill time <3 detik, edema (-/-)

KGB Limfadenopati (-)

Pemeriksaan neurologis Refleks fisiologis (+) patella, biseps, triseps

Tanda rangsang meningeal :

Kernig (-)

Laseque (-)

Brudzinki I (-)

Brudzinki II (-)

Refleks patologis :

Babinski (+)

Status pubertas Pasien belum masuk dalam masa pubertas

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Full Blood Count (23 November 2015)

Test Result Unit Reference Range

Hemoglobin 13,50() g/dL 15,20 – 23,60

Hematokrit 38,20() % 44,00 – 72,00

Eritrosit 3,80 106/µL 3,60 – 4,30

Leukosit 13,30 103/µL 9,40 – 34,00

Differential Count

Basofil 0 % 0 – 1

Eosinofil 4 % 1 – 3

Netrofil batang 3 % 2 – 6

Netrofil segmen 63 % 50 – 70

Limfosit 24 % 25 – 40

Monosit 6 % 2 – 8

Halaman | 7

Page 8: Documentok

Platelet 270,00 103/µL 84.00 – 478.00

Laju endap darah 3 mm/jam 0 – 15

MCV, MCH, MCHC

MCV 100,50 fL 73,00 – 101,00

MCH 35,50 pg 23,00 – 31,00

MCHC 35,30() g/dL 26,00 – 34,00

Blood Group

Blood Group O

Rhesus (+) Positive

Blood Glucose POCT

Date 20/12/15

Performed at

Result 123,0 mg/dL 40,0 – 60,0

Thoracoabdominal (23 November 2015)

Hepar

Besar dan bentuk normal, permukaan rata, liver tip tajam, eko parenkim homogen dan tak

tampak lesi – lesi fokal. Struktur vascular dan biliaris intra / ekstrahepatik normal.

Vesica Fellea

Sulit dinilai (kurang puasa)

Renal Dextra

Ukuran, bentuk, dan permukaan normal, tak tampak tanda bendungan/ batu/ SOL Ratio

parenkim sentral reflex normal.

Renal Sinistra

Ukuran, bentuk, dan permukaan normal, tak tampak tanda bendungan/ batu/ SOL Ratio

parenkim sentral reflex normal.

Spleen

Besar dan bentuk normal, eko parenkim homogeny, tak tampak SOL

Vena lienalis dalam batas normal.

Halaman | 8

Page 9: Documentok

Pankreas

Besar, bentuk dan permukaan normal, eko parenkim homogeny, tak tampak SOL

Tak tampak pelebaran duktus pankreatikus mayor

Vesica Urinaria

Besar dan bentuk normal, dinding baik, tak tampak batu/SOL.

Trabekulasi dalam batas normal.

Tak tampak tanda kokarde patologik pada traktus digestivus

Kesan : Tak tampak kelainan pada USG Abdomen dan Pelvis saat ini

V. RESUME

VI. DIAGNOSIS KERJA

Bronkopneumonia DD tuberkulosis paru

Anemia mikrositik hipokrom DD/ anemia defisiensi besi

Gizi kurang

VII. TATA LAKSANA

Rawat inap

Oksigen dengan nasal kanul 2 lpm

Diet Susu FormulaEntramix 12x60 ml peroral

IVFD D5 ¼ NS 500 ml /24 jam

Cefotaxime 200 mg 3dd1 IV

Paracetamol drop 0,8 ml PRN (Setiap suhu >38oC) PO

Saran pemeriksaan konsul dokter THT,pemeriksaan urinalysis, Mantoux test dan

hapusan darah tepi

Observasi rutin tanda-tanda vital terutama saturasi oksigen target lebih dari 95%

Pantau demam, sesak dan toleransi minum

VIII. PROGNOSIS

Halaman | 9

Page 10: Documentok

Ad vitam : Dubia Ad Bonam

Ad functionam : Dubia Ad Bonam

Ad sanactionam : Dubia Ad Bonam

IX. FOLLOW UP

26 November 2015

Immunology/Serology

Anti HBc Igm Non Reactive Non Reactive

STOOL (26 November 2015)

Faeces Feme

Macroscopic

Color Brown

Consistency Smooth

Mucus Negative Negative

Blood Negative Negative

Microscopic

Erythrocyte 0 - 1 /HPF 0 - 1

Leucocyte 2 - 3 /HPF 1 - 5

Amoeba Not Found

Egg Worm Negative Negative

Yeast Negative Negative

Digestive

Amylum Negative

Fat Negative

Fibers Positive

Stool Occult Blood Negative Negative

Halaman | 10

Page 11: Documentok

Biochemistry (24 November 2015)

Gamma GT 116() U/L 9,0 – 36,0

Total Cholestrol 118 mg/dL Kosensus Lipid 2004

< 200 Desirabble

200 – 239 Moderate

>= 240 High

Immunology/Serology (24 November 2015)

Anti HBc IgM Pending

HBeAg 0,29

Non Reactive

S/CO < 1,00 : Non Reactive

>= 1,00 : Reactive

Urinalysis (24 November 2015)

Test Result Unit Reference Range

Macroscopic

Color Yellow

Appearance Clear Clear

Specific Gravity 1.010 1.000 – 1.030

pH 6,00 4,50 – 8,00

Leucocyte Esterase Negative Cells/µL Negative

Nitrit Negative Negative

Protein Negative mg/Dl Negative

Glucose Negative mg/dL Negative

Keton Negative mg/Dl Negative

Urobilinogen 0,20 mg/Dl 0,10 – 1,00

Bilirubin *Duplo (1+) Negative

Occult blood Negative Cells/µL Negative

Microscopic

Erythrocyte 1 Cells/µL 0 - 3

Leucocyte 3 Cells/µL 0 - 10

Halaman | 11

Page 12: Documentok

Epithel (1+) (1+)

Casts Negative

Crystals Negative

Others Negative

Complete Abdominal US (26 November 2015)

Hepar

Besar dan bentuk normal, permukaan rata, liver tip tajam, eko parenkim homogen dan tak

tampak lesi – lesi fokal. Struktur vaskular dan biliaris intra / ekstrahepatik normal.

Vesica Fellea

Sulit dinilai (kurang puasa)

Renal Dextra et Sinistra

Ukuran, bentuk, dan permukaan normal, tak tampak tanda bendungan/ batu/ SOL

Ratio parenkim sentral reflex normal.

Spleen

Besar dan bentuk normal, eko parenkim homogeny, tak tampak SOL

Vena lienalis dalam batas normal.

Pankreas

Besar, bentuk dan permukaan normal, eko parenkim homogen, tak tampak SOL

Tak tampak pelebaran duktus pankreatikus mayor

Vesica Urinaria

Besar dan bentuk normal, dinding baik, tak tampak batu/SOL.

Trabekulasi dalam batas normal

Tak tampak tanda kokarde patologik pada traktus digestivus

Kesan : Tak tampak kelainan pada USG Abdomen dan Pelvis saat ini

Konfirmasi USG tanggal 26/11/2015 :

Pada keadaan puasa 12 jam :

Halaman | 12

Page 13: Documentok

Tampak gambaran vesica fellea dengan bentuk dan dinding normal, tidak tampak batu/SOL

pasca 2 jam pemberian makanan :

Tampak vesica fellea mengecil

X. ANALISA KASUS

Bronkopneumonia merupakan salah satu bentuk infeksi respiratorik bawah akut

(IRBA). Bronkopneumonia termasuk dalam salah satu jenis pneumonia atau yang sering kita

sebut dengan pneumonia lobaris. Bronkopneumonia adalah infeksi akut saluran pernafasan

yang terjadi pada bronkus sampai dengan alveolus. Pneumonia hingga sekarang masih

merupakan masalah terbesar di negara berkembang. Tidak ditemukan adanya data mengenai

prevalensi penderita bronkopneumonia secara spesifik di Indonesia namun, diketahui insidens

pneumonia pada anak <5 tahun di negara berkembang mencapai 10-20 kasus/100 anak/tahun

dan lebih dari 5 juta kematian per tahun pada anak balita di negara berkembang.

Bronkopneumonia pada anak sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme

(virus/bakteri/jamur) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dan lain-

lain). Diketahui penyebab tersering adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri terutama

Streptococcuspneumonia, haemophilus influenza, dan Staphylococcus aureus pada semua

kelompok umur namun, setiap kuman penyebab bronkopneumonia biasanya berbeda sesuai

dengan distribusi umur pasien. Infeksi virus sering menjadi penyebab pada anak kurang dari

5 tahun. Respiratory Syncytial Virus diketahui sering menjadi penyebab pada anak kurang

Halaman | 13

Page 14: Documentok

dari 3 tahun sedangkan adenovirus, parainfluenza virus dan influenza virus sering ditemukan

pada umur yang lebih muda. Pada anak lebih dari 10 tahun sering ditemukan penyebab

tersering adalah infeksi Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonia.

Pada pasien tidak diketahui penyebab pasti terjadinya bronkopneumonia

namun, berdasarkan anamnesis dan gejala fisis yang didapat kecurigaan terbesar

penyebab infeksi adalah bakteri. Dari anamnesis didapatkan pasien berumur 1 tahun,

awitan muncul secara mendadak 8 hari SMRS, tidak ada anggota keluarga selain

pasien yang sakit, batuk pada pasien bersifat produktif. Pemeriksaan fisis didapatkan

demam hingga 40oC disertai adanya ronkhi pada auskultasi paru.

Beberapa keadaan seperti gangguan nutrisi (malnutrisi), kelengkapan imunisasi, tidak

mendapatkan ASI yang cukup, gangguan imunologi, kepadatan hunian, defisiensi vitamin A,

defisiensi Zinc (Zn), dan riwayat perokok pasif. Penelitian meta analisi menunjukkan

pemberian vitamin A dan dapat menurunkan resiko terjadinya bronkopneumonia pada anak.

Pada pasien didapatkan faktor resiko berupa malnutrisi ringan, riwayat vaksin

tidak lengkap, dan diketahui pasien hampir setiap hari menjadi perokok pasif

dikarenakan ayah pasien selalu merokok seruangan dengan pasien.

Berdasarkan kepustakaan, manifestasi klinis bronkopneumonia sama dengan

manifestasi klinis pada pneumonia. Gejala dan tanda klinis bervariasi pada setiap penderita.

Gejala dan tanda klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian atas yang

kemudian diikuti dengan munculnya gejala umum infeksi seperti demam (bisa mencapai

40oC), menggigil, pilek, batuk (dahak purulent), sefalgia, resah dan gelisah. Beberapa pasien

mungkin mengalami gangguan gastrointestinal seperti muntah, kembung, diare atau sakit

perut. Setelah gejala awal timbul maka gejala lanjutan seperti sesak nafas, gejala napas

Halaman | 14

Page 15: Documentok

cuping hidung, takipnu, penggunaan otot bantu bernafas akan muncul sebagai gejala lanjutan.

Frekuensi napas dan munculnya penggunaan otot bantu napas ditetapkan WHO sebagai

diagnosis klinis tegaknya diagnosis pneumonia. Pada pemeriksaan fisis pertama kali

dilakukan penilaian keadaan umum yang meliputi frekuensi napas, nadi, dan suhu terlebih

dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan lanjutan yang dapat membuat anak gelisah atau

rewel. Penilaian selanjutnya dilakukan dengan menilai kesadaran dan kemampuan makan

atau minum pasien kemudian dilakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui adanya gejala

pada pernapasan seperti takipnu, adanya retraksi, suara redup pada perkusi biasanya karena

adanya efusi pleura dan pada auskultasi seringkali didapatkan adanya suara napas tambahan

berupa ronkhi basah halus yang khas. Berdasarkan WHO, manifestasi klinis yang ditemukan

pada pasien dapat digunakan untuk menentukan derajat infeksi menjadi :

Infeksi ringan : napas cepat

Infeksi berat : retraksi

Infeksi sangat berat : tidak dapat minum/makan, kejang, letargis, malnutrisi.

Pada pasien tidak didapatkan adanya keterangan jelas mengenai adanya tanda-

tanda infeksi saluran pernapasan atas sebelum pasien datang namun, pasien datang ke

RSUS dengan keluhan utama sesak nafas, takipnu (45 x/menit) dan adanya penggunaan

otot-otot bantu pernapasan disertai dengan adanya demam (38,3oC). Demam pada

pasien muncul sejak 8 hari SMRS kemudian diikuti dengan adanya batuk berdahak

dan pilek hingga 2 hari SMRS munculnya adanya sesak diikuti dengan napas cuping

hidung dan adanya retraksi. Demam pada pasien sempat mencapai 40oC tanpa disertai

adanya kejang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya retraksi intercostals diikuti

dengan terdengarnya ronkhi terutama di basal paru sinistra pada pemeriksaan

auskultasi.

Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi digunakan sebagai penunjang

diagnosis bronkopneumonia. Pada pemeriksaan laboratorium dilakukan pemeriksaan jumlah

leukosit dan hitung jenis leukosit, pemeriksaan C-reactive protein (CRP), laju endap darah

dan pemeriksaan kultur darah dan sputum direkomendasikan pada pasien dengan pneumonia

berat. Pemeriksaan uji tuberculin selalu dipertimbangkan pada anak dengan kecurigaan

adanya infeksi TBC. Pemeriksaan radiologi dilakukan jika tanda klinis yang ditemukan tidak

begitu jelas, tidak didapatkan perbaikan dengan pengobatan antibiotic, adanya perburukan

dan jika dicurigai adanya komplikasi. Corakan bercak-bercak infiltrat (patchy) yang dapat

meluas hingga daerah perifer paru merupakan gambaran khas pada infeksi bronkopneumonia.

Halaman | 15

Page 16: Documentok

Corakan sering kali melibatkan kedua paru (bilateral) dan terkadang diikuti dengan penebalan

hilus.

Pada pasien dilakukan pemeriksaan laboratorium darah, urinalysis, dan foto

thorax x-ray AP dan lateral. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan

kadar hemoglobin dan hematokrit disertai dengan peningkatan laju endap darah.

Pemeriksaan urinalysis tidak didapatkan adanya kelainan namun pada pemeriksaan

foto thorax didapatkan kesan infiltrat kasar pada suprahiler, parahiler dan paracardial

bilateral serta retrocardia Suspect TB paru DD/ Pneumonia. Disarankan dilakukan

pemeriksaan kultur bakteri untuk tata laksana yang tepat.

Pasien bronkopneumonia mempunyai indikasi untuk perawatan di rumah sakit.

Infeksi serta sesak yang timbul harus ditangani sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya

perburukan ataupun munculnya komplikasi. Kriteria rawat inap pada pasien dengan

kecurigaan bronkopneumonia adalah

Bayi

Saturasi oksigen < 92%, sianosis

Frekuensi napas < 60 x/menit

Distres pernapasan, apnea intermiten atau grunting

Tidak mau minum/menetek

Halaman | 16

Page 17: Documentok

Keterbatasan keluarga dalam merawat pasien di rumah

Anak

Saturasi oksigen < 92%, sianosis

Frekuensi napas >50 x/menit

Distres pernapasan

Grunting

Terdapat tanda dehidrasi

Keterbatasan keluarga dalam merawat pasien di rumah

Pada pasien didapatkaan adanya sesak napas dan retraksi tanpa diikuti adanya

sianosis dan gangguan pada saturasi oksigen. Keadaan pasien semenjak demam muncul

8 hari SMRS jadi sulit makan.

Tata laksana pada pasien dengan bronkopneumonia terbagi menjadi dua yaitu terapi

suportif atau umum dan terapi etiologi atau antibiotik. Terapi suportif berupa pemberian

makanan atau cairan serta koreksi asam-basa dan elektrolit sesuai kebutuhan. Terapi oksigen

diberikan secara rutin dan harus diobservasi kurang lebih setiap 4 jam sekali, termasuk

pemeriksaan saturasi oksigen. Pada pasien dapat juga diberikan antipiretik dan analgetik

untuk menjaga kenyamanan pasien dan untuk mengontrol batuk. Nebulisasi dengan beta 2

agonis dan NaCl dapat diberikan untuk memperbaiki mucocilliary clearance.

Terapi etiologi yang sangat penting adalah pemberian antibiotik. Idealnya tata laksana

pneumonia sesuai dengan kuman penyebabnya namun, karena berbagai kendala diagnostik

etiologi, untuk semua pasien pneumonia diberikan antibiotik spektrum luas. Pneumonia viral

seharusnya tidak diberikan antibiotik, namun pasien dapat diberi antibiotik apabila terdapat

kesulitan membedakan infeksi virus dengan bakteri di samping kemungkinan infeksi bakteri

sekunder tidak dapat disingkirkan. Penggunaan antibiotik dengan spektrum luas digunakan

sebagai pengobatan lini pertama hingga hasil kultur bakteri didapatkan. Pengobatan lini

pertama ditujukan untuk melawan mikroorganisem tersering penyebab pneumonia oleh

karena itu, penggunaan ampisilin diketahui memiliki efektivitas yang bagus dalam melawan

kuman gram positif seperti streptokokus dan pneumokokus, sedangkan hemofilus sebagai

kuman negative dapat digunakan ampisilin dan kloramfenikol sebagai lini pertama.Ampisillin

sering digunakan sebagai pilihan lini pertama pada anak <5 tahun dikarenakan efektif

melawan sebagian besar patogen penyebab pneumonia tanpa komplikasi pada anak. Selain itu

ampisillin juga memiliki harga yang cukup murah. Pada pasien yang dicurigai community

Halaman | 17

Page 18: Documentok

acquired, umumnya ampisillin dan kloramfenikol masih terbilang efektif. Pilihan berikutnya

jika tidak terdapat adanya perbaikan maka pilihan selanjutnya dapat digunakan obat golongan

sefalosporin. Setiap pemberian antibiotik awal harus kita evaluasi dalam 48 – 72 jam. Bila

tidak ada perubahan klinis maka harus dilakukan perubahan antibiotik. Secara umum

pengobatan antibiotik diberikan dalam 5-10 hari, namun dapat sampai 14 hari. Pedoman lain

pemberian antibiotik sampai 2-3 hari bebas demam.

Mengenai penggunaan makrolid pada pneumonia telah banyak dilaporkan. Penggunaan

azitromisin dan klaritromisin pada IRBA sama efektifnya dengan pemberian co-amoksiklav.

Pemberian azitromisin tolerabilitasnya cukup baik serta efek sampingnya minimal bila

dibandingkan dengan co-amoksiklav. Pemberian azitromisin sekali sehari selama 3 hari

efektifitasnya setara dengan pemberian co-amoksiklav selama 10 hari. Penggunaan

klaritromisin secara multisenter pada pneumonia mendapatkan hasil yang cukup baik dalam

hal efektifitas dan efek sampingnya. Efek samping gangguan gastrointestinal seperti mual,

nyeri abdomen didapatkan pada sebagian kecil pasien yang tidak berbeda bermakna dengan

antibiotik lain.

Pada pasien diberikan tatalaksana suportif yaitu

Oksigen dengan nasal kanul 2 lpm saturasi 98%

Diet Susu Formula Entramix 12x60 ml perNGT

IVFD D5 ¼ NS 500 ml /24 jam

Paracetamol drop 0,8 ml PRN (Setiap suhu >38oC) PO

Pantau demam, sesak dan toleransi minum

Disertai dengan tatalaksana etiologi

Cefotaxime 200 mg 3dd1 IV

Perlu disingkirkan pula diagnosis banding bronkopneumonia yaitu tuberkulosis paru

mengingat negara Indonesia merupakan negara endemis kuman TB. Dapat dilakukan

pemeriksaan secara klinis dengan melihat dari parameter TB scoring yang terdiri dari

Halaman | 18

Page 19: Documentok

Dengan menggunakan parameter ini, dengan skor yang melebihi 6 sudah dapat

membantu menegakkan diagnosa TB positif.

Pada pasien ditemukan adanya riwayat kontak dengan pasien TB on OAT 3

bulan, didapatkan penurunan berat badan sebanyak 2 Kg dalam sebulan, didapatkan

adanya status gizi pasien kurang, foto dada yang mengarah ke TB dan uji Mantoux test

dengan hasi indurasi 0 mm sehingga skor pada pasien adalah 5. Skor 5 merupakan

indikasi seorang balita untuk dirawat agar mendapat pemeriksaan lebih lanjut.

Dikarenakan pasien memiliki skoring TB 5 dan didapatkan adanya informasi bahwa

pasien sudah sebulan terdapat keringat malam maka disarankan untuk dilakukan

pemeriksaan IGRA jika biaya memungkinkan untuk mengantisipasi adanya hasil

negative palsu dikarenakan adanya malnutrisi pada pasien.

Anemia merupakan suatu keadaan rendahnya kadar hemoglobin di dalam darah. Pada

anak usia 1 hingga 5 tahun anemia ditegakkan jika kadar hemoglobin dalam darah kurang

dari 11 g/dL. Penyebab anemia sangatlah banyak oleh karena itu, melalui manifestasi klini

dan darah lengkap kita dapat memperkirakan penyebab timbulnya anemia. Gejala klinis yang

sering timbul pada pasien dengan anemia adalah pasien tampak lemas dan pucat serta nafas

menjadi berat ketika pasien melakukan aktivitas berlebih. Pada pemeriksaan fisik dapat

ditemukan adanya tachycardia, takipnu, konjungtiva pucat, jaundice, glossitis, dan adanya

kelainan pada kuku (kuku sendok pada anemia defisiensi besi). Pemeriksaan darah lengkap

dapat digunakan untuk mengetahui nilai dari Mean Corpuscular Volume (MCV) dan Mean

Corpuscular Hemoglobin (MCH).

Halaman | 19

Page 20: Documentok

Pada pasien ini didapatkan adanya takipnu, konjungtiva pucat pada kedua mata

tanpa disertai adanya abnormalitas fisik yang lain dengan kadar hemoglobin 9,60 g/dL

dan MCV 68,00 fL dan MCH 21,50 pg, oleh karena itu pasien didiagnosa dengan

anemia mikrositik hipokrom dengan diagnosis banding penyebab terjadinya anemia

adalah defisiensi besi atau anemia dikarenakan penyakit kronis. Diagnosis lebih

mengarah ke defisiensi besi dikarenakan riwayat nutrisi pasien yang sangat jarang

mengonsumsi daging dan ditemukan adanya status gizi kurang pada antropometri.

Namun untuk diagnosis pasti disarankan untuk dilakukan pemeriksaan hapusan darah

tepi serta pemeriksaan serum Fe dan ferritin.

Otitis media supuratif akut (OMSA) adalah infeksi akut telinga tengah dalam waktu

yang singkat (kurang dari 3 minggu). Bakteri yang sering dijumpai pada OMSA dapat

diidentifikasi dengan jelas dari banyak penelitian yang telah dilakukan, yaitu adalah

Streptokokus pneumoni dan Hemofilus influenza. Pada anak seringkali timbulnya OMSA

didahului dengan adanya riwayat batuk diiringi dengan suhu tubuh yang tinggi. Pada OMSA

didapatkan keadaan edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel

superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan

membran timpani menonjol (bulging) ke arah telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak

sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, setra rasa nyeri di telinga berambah hebat. Apabila

tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia akibat tekanan pada

kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan

submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang berwarna

kekuningan dan lebih lembek. Di tempat ini akan terjadi ruptur dan nanah keluar ke liang

telinga luar. Gejala klinis yang sering timbul yaitu rasa nyeri hebat hingga pasien tidak dapat

tidur, suhu tubuh tinggi dapat sampai 39,5oC, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare,

kejang, dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran

timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tertidur tenang.

Halaman | 20

Page 21: Documentok

TINJAUAN PUSTAKA

Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED.

Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia Jilid 1. Jakarta: IDAI;

2010.

Supriyanto B. Infeksi Respiratorik Bawah Akut pada Anak. Sari Pediatri September

2006; Edisi 8: 100-6

Said M. Pneumonia Atipik pada Anak. Sari Pediatri Desember 2001; Edisi 3: 141-6

Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto,

Soedjatmiko. Pedoman Imunisasi Di Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Badan Penerbit

Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008. h. 232-40

Inoue S, Arceci RJ. Pediatric Acute Anemia. Medscape Druugs & Diseases. 2015

October. Tersedia dari: http://emedicine.medscape.com/article/954506-overview

Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. 2007. Kelainan Telinga Tengah Dalam: Soepardi,

A.A., ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.

Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit Fakulras Kedokteran Universitas Indonesia, 64-86

Halaman | 21