naskah publikasi, linda ok

14
PERBEDAAN PEMB PASIEN GAGAL G DI RSUD PANEM Karya Tulis Il KEMENTER POLITEKNIK NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH BERIAN EDUKASI TERHADAP KE GINJAL DENGAN HEMODIALISA R MBAHAN SENOPATI BANTUL YO lmiah ini disusun sebagai salah satu s memperoleh gelar Ahli Madya Gizi Diajukan oleh : Disusun Oleh: LINDA SUSILAWATI NIM : P07131109023 RIAN KESEHATAN REPUBLIK IN K KESEHATAN KEMENKES YOG JURUSAN GIZI 2012 EPATUHAN DIET RAWAT JALAN OGYAKARTA syarat untuk NDONESIA GYAKARTA

Upload: lindaoctarifin

Post on 28-Dec-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

naskah publikasi

TRANSCRIPT

Page 1: Naskah Publikasi, Linda Ok

PERBEDAAN PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP KEPATUHAN DIETPASIEN GAGAL GINJAL DENGAN HEMODIALISA RAWAT JALAN

DI RSUD PANEMBAHAN SEN

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat

KEMENTERIANPOLITEKNIK KESEHATAN

NASKAH PUBLIKASI

KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP KEPATUHAN DIETPASIEN GAGAL GINJAL DENGAN HEMODIALISA RAWAT JALAN

DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya Gizi

Diajukan oleh :

Disusun Oleh:

LINDA SUSILAWATINIM : P07131109023

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA

JURUSAN GIZI2012

PERBEDAAN PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP KEPATUHAN DIETPASIEN GAGAL GINJAL DENGAN HEMODIALISA RAWAT JALAN

PATI BANTUL YOGYAKARTA

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

SEHATAN REPUBLIK INDONESIAYOGYAKARTA

Page 2: Naskah Publikasi, Linda Ok

NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP KEPATUHAN DIETPASIEN GAGAL GINJAL DENGAN HEMODIALISA RAWAT JALAN

DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA

Disusun oleh:

LINDA SUSILAWATINIM : P07131109023

Diketahui

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Tjarono Sari, SKM, M.Kes Setyowati, SKM, M.Kes NIP. 196102031985012001 NIP. 196406211988032002

Ketua Jurusan Gizi

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Joko Susilo, SKM, M.KesNIP.19641224 198803 1 002

Page 3: Naskah Publikasi, Linda Ok

INTISARI

PERBEDAAN PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP KEPATUHAN DIETPASIEN GAGAL GINJAL DENGAN HEMODIALISA RAWAT JALAN DI RSUD

PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTALinda Susilawati1, Tjarono Sari, SKM, M.Kes2, Setyowati, SKM, M.Kes2

Latar Belakang : Pada penderita gagal ginjal dengan hemodialisa, sering dijumpai keadaan malnutrisi dan prevalensinya pun masih cukup tinggi, hal tersebut sebagian besar disebabkan karena pasien tidak patuh pada diet yang dianjurkan, asupan yang tidak sesuai dengan kebutuhan, sikap pasien serta pengetahuan pasien.

Tujuan Penelitian : Mengetahui perbedaan pemberian edukasi antara metode konsultasi dan metode penyuluhan terhadap kepatuhan diet pasien menurut asupan zat gizi dan sikap pasien.

Metode Penelitian : Studi Quasi experiment design dengan rancangan Posttest dengan kelompok control (Posttest Only Control Group Design). Lokasi penelitian di RSUD Panembahan Senopati bantul. Variabel bebas yaitu pemberian edukasi metode konsultasi dan metode penyuluhan, variabel terikat yaitu kepatuhan diet pasien. Pemilihan sampel yaitu dengan kriteria inklusi. Sampel penelitian dibagi kedalam dua kelompok, kelompok pertama diberi edukasi metode konsultasi dan kelompok kedua diberi edukasi metode penyuluhan, kemudian diukur kepatuhan dietnya untuk asupan zat gizi menggunakan food record 3 hari dan untuk sikap menggunakan kuisioner yang berisi pernyataan – pernyataan dengan pilihan jawaban bertingkat atau rating scale. Analisis data menggunakan uji statistik non parametrik dua sampel bebas Mann Whitney.

Hasil : Perbedaan pemberian edukasi membuat kepatuhan diet menurut sikap tidak berbeda dengan nilai p=0,455 (p>0,05). Perbedaan pemberian edukasi juga membuat kepatuhan diet menurut asupan karbohidrat dan natrium tidak berbeda dimana nilai p untuk asupan karbohidrat adalah 0,073 (p>0,05) dan nilai p untuk asupan natrium adalah 0,132 (p>0,05). Sedangkan kepatuhan diet menurut asupan energi, protein, lemak dan kalium adalah berbeda dengan nilai p untuk asupan energi adalah 0,018 (p<0,05), protein 0,001 (p<0,095), lemak 0,013 (p<0,05) dan kalium 0,023 (p<0,05).

Kesimpulan : Kepatuhan diet menurut asupan energi, protein, lemak dan kalium antara kedua metode pemberian edukasi adalah berbeda. Sedangkan kepatuhan diet menurut asupan karbohidrat, natrium dan sikap antara kedua metode pemberian edukasi adalah tidak berbeda.

Kata Kunci : Pemberian Edukasi Gizi, kepatuhan diet, pasien hemodialisa.1 Mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta2 Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Page 4: Naskah Publikasi, Linda Ok

ABSTRACT

DIFFERENCES IN THE PROVISION OF EDUCATION TO DIET ADHERENCEPATIENTS WITH KIDNEY FAILURE HEMODIALYSIS OUTPATIENT IN PANEMBAHAN

SENOPATI BANTUL DISTRICT HOSPITAL YOGYAKARTALinda Susilawati1, Tjarono Sari, SKM, M.Kes2, Setyowati, SKM, M.Kes2

Background: In patients with renal failure with hemodialysis, frequently encountered situation of malnutrition and its prevalence is still quite high, it is largely because patients do not adhere to recommended dietary intake is not in accordance with the needs, attitudes of patients and patient knowledge.

Objectives: To determine the difference between the provision of educational consultation methods and extension methods for dietary compliance of patients according to nutrient intake and attitudes of patients.

Methods: Quasi-experiment study design with posttest design with control groups (posttest Only Control Group Design). Research sites in Panembahan Senopati Bantul District Hospital. Independent variables, namely the provision of educational consultation methods and extension methods, the dependent variable patient obedience with diet. Sample selection is the inclusion criteria. The samples were divided into two groups, the first group were given educational consultation method and the second group were given educational extend method, and measured adherence to the diet of nutrient intake using a food record for 3 days and attitudes using a questionnaire that contains statements with multilevel response option or rating scale. Analysis of data using non-parametric statistical test Mann Whitney two free samples.

Results: Differences in the provision of education to made dietary obedience did not differ according to the attitude of the value of p = 0.455 (p> 0.05). Differences in the provision of education also made dietary obedience by carbohydrate and sodium intake did not differ in which the p value was 0.073 for carbohydrate intake (p> 0.05) and p values for sodium intake was 0.132 (p> 0.05). While the dietary obedience according to energy intake, protein, fat and potassium was in contrast to the p-value for energy intake was 0.018 (p <0.05), protein 0.001 (p <0.095), fat 0.013 (p <0.05) and potassium 0.023 (p <0.05).

Conclusion: Adherence by the intake of dietary energy, protein, fat and potassium between the two methods of giving education was different (p <0.05). While obedience with diet according to their intake of carbohydrates and sodium between the two methods of giving education was not different (p> 0.05). Diet according to the attitude of patient obedience in the provision of educational consultation method and extension method were not different (p> 0.05).

Keywords: Delivery of Nutrition Education, diet adherence, hemodialysis patients.

1 Student on Nutrition Departement Poltekkes Kemenkes Yogyakarta2 Lecturer on Nutrition Departement Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Page 5: Naskah Publikasi, Linda Ok

A. PENDAHULUAN

Ginjal merupakan salah satu organ vital dalam tubuh. Bila

seseorang mengalami penyakit ginjal kronik sampai pada stadium 5, atau

telah mengalami yang disebut dengan gagal ginjal, dimana laju filtrasi

glomerulus < 15 ml/menit, ginjal telah tidak mampu lagi menjalankan

seluruh fungsinya dengan baik, maka dibutuhkan terapi untuk

menggantikan fungsi ginjal yaitu dengan dialisis dan transplantasi ginjal.

Hingga saat ini dialisis dan transplantasi ginjal sebagai pilihan terapi

pengganti fungsi ginjal akan semakin luas digunakan seiring dengan

peningkatan jumlah penderita gagal ginjal. Usia dari populasi penduduk

dan adanya peningkatan prevalensi penyakit yang menjadi penyebab

penyakit ginjal kronik menggambarkan bahwa gagal ginjal dapat menjadi

masalah kesehatan masyarakat yang semakin berkembang dimasa

depan (Cahyaningsih, 2011).1

Pada penderita gagal ginjal sering dijumpai keadaan malnutrisi

kalori dan protein sehingga menyebabkan gangguan fungsi sistem imun

dan penyembuhan luka yang lambat sehingga akan meningkatkan

morbiditas dan mortalitas penderita gagal ginjal (Indrasti dan Parsudi

dalam Sastromidjojo dkk. (2000)).2

Untuk meningkatkan kepatuhan terhadap diet yang dianjurkan,

dapat diberikan intervensi gizi, yaitu melalui edukasi gizi seperti

pemberian penyuluhan atau konsultasi rutin kepada pasien. Intervensi gizi

yang diberikan adalah konseling gizi untuk meningkatkan asupan

makanan melalui pendidikan gizi kepada pasien. Pengaturan pasien pada

penyakit ginjal kronik hemodialisa demikian kompleks, pengaturan diit

sukar dipatuhi oleh pasien sehingga memberikan dampak terhadap status

gizi dan kualitas hidup penderita (Sidabutar, 1992).3

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan

studi Quasi experiment design dengan rancangan Posttest dengan

kelompok control (Posttest Only Control Group Design). Lokasi penelitian

di RSUD Panembahan Senopati bantul. Variabel bebas yaitu pemberian

edukasi metode konsultasi dan metode penyuluhan, variabel terikat yaitu

Page 6: Naskah Publikasi, Linda Ok

kepatuhan diet pasien. Pemilihan sampel yaitu dengan kriteria inklusi.

Sampel penelitian dibagi kedalam dua kelompok, kelompok pertama

diberi edukasi metode konsultasi dan kelompok kedua diberi edukasi

metode penyuluhan, kemudian diukur kepatuhan dietnya untuk asupan

zat gizi menggunakan food record 3 hari dan untuk sikap menggunakan

kuisioner yang berisi pernyataan – pernyataan dengan pilihan jawaban

bertingkat atau rating scale. Analisis data menggunakan uji statistik non

parametrik dua sampel bebas Mann Whitney.

C. Hasil dan Pembahasan

1. Karakteristik Sampel Penelitian

Sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 38 pasien, akan

tetapi 2 pasien meninggal sehingga besar sampel menjadi 36 pasien.

Selain itu banyak pasien yang tidak bersedia menjadi sampel

penelitian. Penelitian dilaksanakan selama 3 minggu dimulai pada

tanggal 21 Mei sampai pada tanggal 3 Juni 2012 di Unit Hemodialisa

RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Berikut disajikan

tabel karakteristik pasien berdasarkan pemberian edukasi.

Tabel 1. Karakteristik Sampel Penelitian Menurut Pemberian Edukasi

KarakteristikPemberian Edukasi

TotalKonsultasi Penyuluhann % n % n %

Jenis KelaminLaki – laki 6 33,3 12 66,4 18 100Perempuan 11 61,1 7 38,9 18 100

Jumlah 17 47,2 19 52,8 36 100Usia (tahun)

20 – 39 3 60 2 40 5 10040 – 59 10 47,6 11 52,4 21 10060 – 79 4 40 6 60 10 100

Jumlah 17 47,2 19 52,8 36 100Terakhir mendapat edukasi

5 – 12 bulan yang lalu 8 47,1 9 52,9 17 100>12 bulan yang lalu 4 30,8 9 69,2 13 100Belum pernah 5 83,3 1 16,7 6 100

Jumlah 17 47,2 19 52,8 36 100Penyakit Penyerta

Hipertensi 3 30 7 70 10 100DM 1 100 0 0 1 100

Page 7: Naskah Publikasi, Linda Ok

DM dan hipertensi 2 66,7 1 33,3 3 100Hipertensi dan hepatitis C 4 40 6 60 10 100Tanpa penyakit penyerta 7 58,3 5 41,7 12 100

Jumlah 17 47,2 19 52,8 36 100

Berdasarkan Tabel 1, hasil penelitian terhadap 36 pasien

menunjukkan bahwa proporsi sampel penelitian berdasarkan jenis

kelamin adalah sama (50%), sebagian besar pasien berusia antara 40

– 59 tahun yaitu sebanyak 21 pasien dan terakhir kali mendapat

edukasi yaitu 5 – 12 bulan yang lalu yaitu sebanyak 17 pasien. Lebih

banyak sampel penelitian tanpa penyakit penyerta yaitu 12 pasien.

2. Perbedaan Pemberian Edukasi terhadap Kepatuhan Diet Pasien

menurut Asupan Zat Gizi

a. Kebutuhan zat gizi

Kebutuhan zat gizi pasien hemodialisa diketahui melalui

perhitungan yaitu berat badan kering dikalikan dengan kebutuhan

zat gizi pasien hemodialisa perhari.

Tabel 2. Rata – rata kebutuhan zat gizi pasien

Kebutuhan zat giziPemberian edukasi

Konsultasix ± SD

Penyuluhanx ± SD

Energi (Kcal) 1745,9 ± 359,2 1933,29 ± 355,32Protein (g) 53,76 ± 7,65 56,96 ± 7,97Lemak (g) 58,19 ± 11,98 64,44 ± 11,84Karbohidrat (g) 251,76 ± 55,87 281 ± 54,4Natrium (g) 2000 2000 Kalium (g) 2000 – 3000 2000 – 3000

Menurut Tabel 2, kebutuhan zat gizi pasien untuk zat gizi

energi, protein, lemak dan karbohidrat dihitung sesuai

penatalaksanaan diet hemodialisa menurut PERNEFRI (2003).

Untuk kebutuhan energi yaitu 35 kkal/kg/hari, kebutuhan protein 1

– 1,2 gr/kg/hari, lemak 30% dari total kalori, dan karbohidrat 55 –

60% total kalori.4 Sedangkan untuk kebutuhan natrium dan kalium

menggunakan standar yang telah ditetapkan oleh Leksaningrum,

dkk. (2011) yaitu kebutuhan natrium 2000 mg/hari dan kebutuhan

kalium yaitu 2000 – 3000 mg/hari.5

Page 8: Naskah Publikasi, Linda Ok

b. Asupan zat gizi

Asupan zat gizi diketahui dengan metode food record 3

hari yang meliputi zat gizi energi (kcal), protein (g), lemak (g),

karbohidrat (g), natrium (mg) dan kalium (mg). Asupan zat gizi

pasien dihitung menggunakan software Nutri2008.

Tabel 3. Rata – Rata Asupan Zat Gizi Pasien

Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi

Pemberian EdukasiKonsultasi Penyuluhan

x ± SD x ± SDEnergi (kcal) 1357,02 ± 265,7 1162,86 ± 379,88Protein (g) 48,09 ± 7,56 39,21 ± 14,35Lemak (g) 41,74 ± 12,159 46,63 ± 12,98Karbohidrat (g) 214,94 ± 57,485 179,47 ± 61,483Natrium (mg) 2039,35 ± 372,15 1921,61 ± 475,11Kalium (mg) 1153,97 ± 663,36 806,75 ± 245,71

Berdasarkan Tabel 3, rata – rata asupan zat gizi pasien

yang meliputi zat gizi energi, protein, lemak, karbohidrat, natrium

dan kalium sebagian besar kurang dari kebutuhan pasien, hal

tersebut disebabkan asupan makan yang kurang serta kurangnya

variasi makanan akibat faktor sosial ekonomi pasien.

c. Porsentase Asupan Zat Gizi terhadap Kebutuhan Zat Gizi

Porsentase asupan zat gizi pasien dihitung dengan cara

asupan zat gizi pasien dibagi dengan kebutuhan zat gizi pasien

kemudian dikalikan 100%.

Tabel 4. Porsentase Rata – Rata Asupan Zat Gizi Pasien

Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi

Pemberian EdukasiKonsultasi Penyuluhanx ± SD (%) x ± SD (%)

Energi 81,45 ± 20,036 62,23 ± 23,17Protein 91,3 ± 20,68 68,91 ± 26,9Lemak 73,27 ± 28,96 49,94 ± 22,33Karbohidrat 87,1 ± 20,76 67,03 ± 27,62Natrium 101,97 ± 18.59 94,72 ± 23,75Kalium 52,99 ± 33,48 40,56 ± 12,27

Menurut Tabel 4, berdasarkan metode pemberian edukasi

yang diberikan, untuk metode konsultasi, porsentase rata – rata

untuk asupan zat gizi protein dan natrium termasuk dalam kategori

Page 9: Naskah Publikasi, Linda Ok

normal, asupan zat gizi energi dan karbohidrat dalam kategori

sedang, lemak dalam kategori defisit tingkat ringan dan kalium

dalam kategori defisit tingkat berat. Sedangkan untuk pemberian

edukasi metode penyuluhan, porsentase rata – rata asupan

energi, protein, lemak, karbohidrat dan kalium termasuk dalam

kategori defisit tingkat berat, sedangkan untuk natrium termasuk

dalam kategori normal. Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui

bahwa porsentase rata – rata asupan zat gizi pasien kurang dari

kebutuhan, banyak faktor yang menyebabkan asupan zat gizi

kurang, antara lain faktor sosial ekonomi dan pengetahuan yang

kurang mengenai bahan makanan yang menyebabkan kurangnya

variasi konsumsi bahan makanan, asupan makan yang kurang

disebabkan nafsu makan menurun.

Menurut Kamyar (2004) dalam Lestari (2007), nafsu makan

yang rendah mungkin menjadi salah satu faktor resiko pada

pasien PGK (Penyakit Ginjal Kronik) dengan hemodialisa.6 Hal ini

diperkuat oleh Masur (1981) dan Safarino (1990) dalam Umami

(2005), bahwa kepatuhan diet menurun karena terapi yang

diberikan lama dan terus – menerus.7

d. Perbedaan Kepatuhan Diet Menurut Asupan Zat Gizi

Kepatuhan diit adalah ketepatan dalam menepati anjuran

diit gagal ginjal dengan hemodialisa terhadap asupan zat gizi

energi, protein, lemak, karbohidrat, natrium dan kalium yang

didapat dari perhitungan asupan zat gizi dibagi dengan kebutuhan

zat gizi dikalikan 100%. Pasien dikatakan patuh jika porsentase

asupan zat gizi normal terhadap kebutuhan (90% - 119%) dan

tidak patuh jika asupan zat gizi defisit tingkat berat terhadap

kebutuhan (<70%), defisit tingkat ringan terhadap kebutuhan (71%

- 79%), sedang terhadap kebutuhan (80% - 89%) dan lebih

terhadap kebutuhan (>120).

Page 10: Naskah Publikasi, Linda Ok

Tabel 5. Perbedaan Pemberian Edukasi Terhadap Kepatuhan Diet

Menurut Asupan Zat Gizi

Kepatuhan menurut asupan zat gizi

Pemberian EdukasiTotal

pKonsultasi Penyuluhann % n % n %

Asupan Energi

0,018Patuh 7 70 3 30 10 100Tidak patuh 10 38,5 16 61,5 26 100

Jumlah 17 47,2 19 52,8 36 100Asupan Protein

Patuh 9 90 1 10 10 100

0,001Tidak patuh 8 30,8 18 69,2 26 100

Jumlah 17 47,2 19 52,8 36 100Asupan Lemak

Patuh 5 71,4 2 28,6 7 100

0,013Tidak patuh 12 41,4 17 58,6 29 100

Jumlah 17 47,2 19 52,8 36 100Asupan Karbohidrat

Patuh 9 81,8 2 18,2 11 100

0,073Tidak patuh 8 32 17 68 25 100

Jumlah 17 47,2 19 52,8 36 100Asupan Kalium

Patuh 12 46,2 14 53,8 26 100

0,132Tidak patuh 5 50 5 50 10 100

Jumlah 17 47,2 19 52,8 36 100Asupan Natrium

Patuh 1 0 0 100 1 100 0,023Tidak patuh 16 45,7 19 52,3 35 100

Jumlah 17 47,2 19 52,8 36 100

Berdasarkan Tabel 5, sebagian besar pasien patuh untuk

asupan zat gizi dengan pemberian edukasi metode konsultasi

dibandingkan dengan metode penyuluhan, hal tersebut

disebabkan karena pada pemberian edukasi metode konsultasi

lebih mendalam dibandingkan dengan pemberian edukasi metode

penyuluhan. Pasien dapat lebih terbuka menyampaikan

keluhannya pada konselor.

Menurut Notoatmojo (1993), kontak antara klien dan

petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien

dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien

tersebut akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan

Page 11: Naskah Publikasi, Linda Ok

penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah

perilaku).8

3. Perbedaan Pemberian Edukasi terhadap Kepatuhan Diet menurut

Sikap

a. Sikap Pasien

Sikap pasien diketahui dari kuisioner dengan pilihan

jawaban bertingkat atau rating scale yang digunakan untuk

mengetahui sikap pasien melalui pernyataan – pernyataan dan

dinyatakan dalam skor kepatuhan.

Tabel 6. Rata – Rata Skor Kepatuhan Diet Pasien

Sikap Pemberian EdukasiKonsultasi Penyuluhan

x ± SD 67,82 ± 4,23 67,24 ± 4,98

Berdasarkan Tabel 6, rata – rata skor kepatuhan diet

hampir sama antara pemberian edukasi metode konsultasi dan

metode penyuluhan, walaupun untuk metode konsultasi rata – rata

skor kepatuhannya lebih tinggi yaitu 67,82, hal tersebut

menandakan bahwa kedua metode edukasi dapat digunakan

untuk meningkatkan kepatuhan diet menurut sikap.

b. Perbedaan Kepatuhan Diet menurut Sikap

Perbedaan kepatuhan diet menurut sikap pasien terhadap

pemberian edukasi metode konsultasi dan metode penyuluhan

dapat diketahui dengan menggunakan uji statistik dua sampel

bebas Mann - Whitney. Pasien dikatakan patuh jika skor

kepatuhan ≥60 dan dikatakan tidak patuh jika skor kepatuhan <60.

Tabel 7. Perbedaan Pemberian Edukasi Terhadap Kepatuhan Diet

Menurut Sikap

Sikap Pemberian EdukasiTotal

pKonsultasi Penyuluhann % n % n %

Patuh 17 48,6 18 51,4 35 100Tidak patuh 0 0 1 100 1 100 0,455

Jumlah 17 47,2 19 52,8 36 100

Page 12: Naskah Publikasi, Linda Ok

Menurut Tabel 7, berdasarkan uji statistik Mann whitney dapat

diketahui nilai p>0,05 (0,455) maka Ho diterima yaitu kepatuhan diet

yang dilihat dari sikap pasien adalah tidak berbeda untuk kedua

metode pemberian edukasi. Tidak adanya perbedaan kepatuhan diet

yang dilihat dari sikap, dimana dari kedua metode pemberian edukasi

tersebut sebagian besar pasien termasuk dalam kategori patuh, hal

tersebut disebabkan karena materi dari konsultasi dan penyuluhan

adalah sama serta menggunakan media leafleat yang sama, selain itu

pada metode penyuluhan juga digunakan media slide. Baik konsultasi

maupun penyuluhan merupakan metode pendidikan dimana dengan

pendidikan pasien dapat memperoleh informasi untuk meningkatkan

pengetahuannya.

Menurut Notoatmojo (2007) pendidikan kesehatan pada

hakikatnya adalah suatu kegiatan menyampaikan pesan kesehatan

kepada masyarakat, kelompok atau individu dengan harapan dapat

meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.9

Berdasarkan hasil penelitian, banyaknya sampel penelitian

yang diberi edukasi metode konsultasi dan metode penyuluhan tidak

sama, dimana untuk pemberian edukasi metode konsultasi hanya

terdapat 17 pasien karena 2 pasien meninggal dan food record pasien

belum sempat dikumpulkan sehingga pasien tidak termasuk dalam

sampel penelitian. Akan tetapi berdasarkan jawaban pada kuisioner

yang diberikan setelah pemberikan edukasi, kedua pasien tersebut

masuk dalam kategori patuh karena skor kepatuhannya ≥60.

Sebagian besar pasien patuh menurut sikap yang dilihat dari

kuesioner disebabkan karena pelaksanaan edukasi menggunakan

media lefleat yang sama serta untuk metode penyuluhan juga

digunakan media atau alat bantu slide.

Menurut Notoatmojo (2007), agar dicapai suatu hasil yang

optimal maka faktor – faktor yang mempengaruhi proses pendidikan

harus bekerjasama secara harmonis hal ini berarti bahwa masukan

(sasaran pendidikan) tertentu harus menggunakan cara tertentu pula,

Page 13: Naskah Publikasi, Linda Ok

materi juga harus disesuaikan dengan sasaran, demikian juga alat

bantu pendidikan disesuaikan.9

Selain itu juga sebagian besar pasien telah mengetahui

mengenai diet hemodialisa akan tetapi untuk pelaksanaannya sendiri

masih banyak yang kurang patuh jika dilihat dari asupan zat gizi

pasien, hal tersebut sesuai dengan teori yang dikatakan oleh Bensley

(2003) bahwa tugas yang paling sulit bagi pendidik kesehatan adalah

membantu individu atau kelompok mempertahankan perilaku ketika

sudah berubah.10

D. Kesimpulan

1. Karakteristik pasien hemodialisa di RSUD Panembahan Senopati

Bantul lebih banyak yang berjenis kelamin laki – laki dengan umur

berkisar antara 40 – 59 tahun.

2. Kepatuhan diet menurut asupan energi, protein, lemak dan kalium

antara metode konsultasi dan metode penyuluhan adalah berbeda

sedangkan menurut asupan karbohidrat dan natrium adalah tidak

berbeda.

3. Kepatuhan diet menurut sikap pasien pada pemberian edukasi

metode konsultasi dan metode penyuluhan adalah tidak berbeda.

E. Saran

1. Bagi RSUD Panembahan Senopati Bantul

Pemberian edukasi gizi bagi pasien hemodialisa perlu lebih

divariasikan lagi, selain mengunakan metode konsultasi dan metode

penyuluhan, dapat juga diadakan diskusi kepada pasien. Media yang

digunakanpun sebaiknya lebih lengkap misalnya menggunakan food

model, slide juga diberikan standar porsi pemberian makan sehari

untuk pasien, hal tersebut dilakukan untuk menghindari kebosanan

pasien.

2. Bagi peneliti lain

Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut untuk menyempurnakan

penelitian ini, yaitu perbedaan pemberian edukasi terhadap

kepatuhan diet dengan memperhatikan faktor – faktor lain yang

Page 14: Naskah Publikasi, Linda Ok

mempengaruhi kepatuhan diet seperti sosial ekonomi, pendidikan

dan lama hemodialisa.

F. Daftar Pustaka

1. Cahyaningsih, N. D. 2011. Hemodialisis (cuci darah) panduan praktis perawatan gagal ginjal. Yogyakarta : Mitra Cendekia.

2. Sastromidjojo, dkk. 2000. Pegangan Penatalaksanaan Nutrisi Pasien. Jakarta : Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia.

3. Sidabutar, R. P. ed. 1992. Gizi pada Gagal Ginjal Kronik. Beberapa Aspek Penatalaksanaan. Jakarta : Pernefri.

4. Perhimpunan Nefrologi Indonesia. 2003. Konsensus Dialisis. Jakarta: Pernefri.

5. Leksaningrum, Nawangsari, dkk., 2011. Perhitungan Kebutuhan Gizi Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang. Malang : QCC Sehati Risalah 5.

6. Lestari, Fitri. 2007. Hubungan Antara Status Gizi dan Asupan Makan dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik dengan Hemodialisis Rutin di Instalasi Dialisis RSUP Dr, Sardjito Yogyakarta. Skripsi Program Studi S-1 Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2007.

7. Umami, Anisah. 2005. Hubungan Frekuensi Hemodialisa dengan Kepatuhan Diet Penderita Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisa Di RS Sardjito Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 2005.

8. Notoatmojo, Soekidjo, 1993. Pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku kesehatan. Yogyakarta : Andi Offset.

9. Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Yogyakarta : Rineka Cipta.

10. Bensley, Robert dan Fisher, Jodi Brookins. 2003. Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat, Ed. 2. Jakarta : Penerbit buku Kedokteran EGC.