bab i linda

45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalahsuatucara mengungkapkangagasan, ide,dan pemikiran dengan gambaran-gambaran pengalaman. Karya sastra merupakan has kegiatan kreatif, imajinatif, dan artistik Sebagai hasil kegiatan yang im menyuguhkan pengalaman batin yang pernah dialami pengarang kepada penikma karya yang dibuatnya. Karya sastra lahir sebagai perpaduan antara hasil renungan, pemiki dan perasaan seorang pengarang. Keberadaan karya sastra yang dihasilkan s pengarang di tengah-tengah masyarakat menjadi sesuatu yang sangat di karena merupakan cermin kehidupan yang memantulkan nilai-nilai yang ada d masyarakat. Hal tersebut yang membedakan karya sastra dengan tulisan bias Melalui karya sastra pengarang berusaha menunjukkan kemampuannya dalam menciptakandunia rekaan.Dalam hal ini Sugono (2003:164) mengemukakan: “Dalam mengapresiasikan sebuahsastra, seseorang akan mengalami sebagian kehidupan yang dialami pengarangnya yang tertuang karya ciptanya. Hal ini dapat terjadi karena adanya daya em memungkinkan pembaca terbawa dalam suasana dan gerak hati dalam karya itu.Kemampuan menghayatipengalaman pengarangyang dilukiskan dalam karyanya dapat menimbulkan rasanikmat pada pembaca.” Dengan demikian karya sastra bukanlah suatu uraian-uraian kosong a khayalan yang sifatnya sekedar menghibur pembaca saja tetapi melalui kary 1 1

Upload: aank-lahir-kembali

Post on 21-Jul-2015

110 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah suatu cara mengungkapkan gagasan, ide, dan pemikiran dengan gambaran-gambaran pengalaman. Karya sastra merupakan hasil kegiatan kreatif, imajinatif, dan artistik Sebagai hasil kegiatan yang imajinatif sastra menyuguhkan pengalaman batin yang pernah dialami pengarang kepada penikmat karya yang dibuatnya. Karya sastra lahir sebagai perpaduan antara hasil renungan, pemikiran, dan perasaan seorang pengarang. Keberadaan karya sastra yang dihasilkan seorang pengarang di tengah-tengah masyarakat menjadi sesuatu yang sangat diharapkan karena merupakan cermin kehidupan yang memantulkan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Hal tersebut yang membedakan karya sastra dengan tulisan biasa. Melalui karya sastra pengarang berusaha menunjukkan kemampuannya dalam menciptakan dunia rekaan. Dalam hal ini Sugono (2003:164)

mengemukakan: Dalam mengapresiasikan sebuah sastra, seseorang akan mengalami sebagian kehidupan yang dialami pengarangnya yang tertuang dalam karya ciptanya. Hal ini dapat terjadi karena adanya daya empati yang memungkinkan pembaca terbawa dalam suasana dan gerak hati dalam karya itu. Kemampuan menghayati pengalaman pengarang yang dilukiskan dalam karyanya dapat menimbulkan rasa nikmat pada pembaca. Dengan demikian karya sastra bukanlah suatu uraian-uraian kosong atau khayalan yang sifatnya sekedar menghibur pembaca saja tetapi melalui karya sastra

1

2

diharapkan pembaca lebih arif dan bijaksana dalam bertindak dan berpikir karena pada karya sastra selalu berisi masalah kehidupan manusia nyata. Jadi tidak salah dikatakan bahwa karya sastra adalah cermin kehidupan masyarakat. Sumardjo (1979:30) menyatakan "...Sastra adalah produk masyarakat yang mencerminkan masyarakatnya. Obsesi masyarakat adalah menjadi obsesi pengarang yang menjadi anggota masyarakat. Pengarang selalu mempergunakan tokoh-tokoh serta nilai sosial manusia yang dijumpai pada masyarakat. Melalui tokoh-tokoh dan nilai sosial inilah pengarang mengembangkan ide dan imajinasinya sehingga cerita tersebut kelihatan benar-benar ada. Keadaan sosial masyarakat dewasa ini, kemiskinan yang nyaris mengeringkan sumsum tulang, kebodohan yang merupakan sumber merajalelanya penipuan dan manipulasi, otoritas penguasa yang cenderung memuaskan kebuasan hati serta kebobrokan fatalis lainnya merupakan kondisi yang seharusnya diakrabi oleh para sastrawan. Lebih-lebih kemiskinan menduduki urutan pertama selain kebodohan yang mengakibatkan timbulnya ketimpangan sosial, hal ini yang membuat sastrawan mengungkapkannya ke dalam setiap karyanya, seperti dalam novel Laskar Pelangi diceritakan bahwa kahidupan sosial antar kampung yang berbeda namun masyarakat yang hidup dalam kemiskinan sangat ingin menyekolahkan anak-anaknya, sehingga sang anakpun semangat untuk belajar. Pada akhirnya mereka mampu mengharumkan nama sekolah mereka yang terletak di sebuah desa yang miskin. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti masalah nilainilai sosial yang terkandung di dalam novel laskar pelangi. Adapun judul penelitian

2

3

ini adalah dengan judul Analisis Nilai-Nilai Sosial Dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata.

1.2

Pembatasan Masalah Mencegah adanya kekaburan masalah dan untuk mengarahkan penelitian ini agar lebih intensif dan efisien dengan tujuan yang ingin dicapai, diperlukan pembatasan masalah. Penelitian ini dibatasi masalah nilai sosial yang terkait dengan kesenjangan perekonomian dan difokuskan pada masalah kemiskinan dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.

1.3

Rumusan Masalah Berpegang pada dasar pemikiran di atas dan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah

Bagaimanakah nilai-nilai sosial yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai sosial yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata

1.5

Manfaat Penelitian

3

4

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain; 1) membantu pembaca/penikmat sastra dalam memahami ada tidaknya nilainilai dan bentuk-bentuk sosial yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi karya Andre Hirata, dan 2) ikut memberi kontribusi kepada khasanah sosial pada umumnya.

4

5

BAB II LANDASAN TEORETIS

2.1

Pengertian Novel Novel merupakan salah satu karya sastra yang dapat diteliti secara ilmiah

yang di dalamnya melukiskan berbagai peristiwa yang dialami oleh pelakupelakunya. Pelaku yang ada dalam sebuah novel merupakan suatu proses kreatif dari pengarangnya. Jadi, hasil karya seorang pengarang pada dasarnya bersumber dari hasil imajinatif dan proses kreatifnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:788) disebutkan Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Sementara itu, menurut Rani (2004:85) Novel adalah karya

imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atau beberapa tokoh Berdasarkan pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa novel adalah rangkaian cerita berbentuk prosa yang mengisahkan kehidupan seseorang dengan orang-orang sekelilingnya yang mengandung unsur pelukis watak, sifat pelaku cerita, plot (alur cerita), suasana cerita dan setting cerita pada satu situasi dan waktu tertentu. Novel dalam arti umum berarti cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas yaitu cerita dengan plot dan tema yang kompleks, karakter yang banyak dan setting cerita yang beragam. Novel merenungkan dan melukiskan realitas yang dilihat, dirasakan dalam bentuk tertentu dengan pengaruh tertentu atau ikatan yang 5

6

dihubungkan

dengan

tercapainya

gerak-gerik

hasrat

manusia.

Novel memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) 2) 3) 4) 5) Menceritakan sebagian kehidupan yang luar biasa Terjadinya konflik hingga menimbulkan perubahan nasib Terdapat beberapa alur atau jalan cerita Terdapat beberapa insiden yang mempengaruhi jalan cerita Perwatakan atau penokohan dilukiskan secara mendalam Manfaat dari membaca novel adalah memberi kesadaran kepada pembaca tentang kebenaran-kebenaran hidup ini. Selain itu dapat memberikan kegembiraan dan kepuasan batin, memberikan penghayatan yang mendalam terhadap apa yang kita ketahui, serta dapat menolong pembacanya menjadi manusia yang berbudaya. Hasil cipta sastra akan selalu berbicara masalah manusia dengan segala permasalahan hidupnya, baik hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungannya maupun manusia dengan pencipta-Nya. Hasil karya sastra novel mengandung keindahan yang dapat menimbulkan rasa senang, nikmat, terharu, menarik perhatian, menyegarkan perasaan pembaca, pengalaman jiwa yang terdapat dalam karya sastra memperkaya kehidupan batin manusia khususnya pembaca

2.2

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel

6

7

Novel merupakan bagian dari karya sastra yang berbentuk prosa. Novel dibangun dengan dua unsur yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri. Seperti tradisi sastra, kebudayaan lingkungan, pembaca sastra serta kejiwaan mereka. 2.2.1 Unsur Intrinsik Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun cerita dari dalam seperti tema, tokoh dan watak tokoh, latar, alur, sudut pandang dan amanat. Aspek tersebut keberadaanya melekat pada karya sastra menjadi bagian yang sangat penting dan mutlak ada. Untuk lebih jelasnya, berikut ini unsur unsur intrinsik yang terdapat dalam novel: a. Tema Tema dapat menjalin rnagkaian cerita secara keseluruhan. Fananie (2004:84) menyatakan Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra. Sastra merupakan refleksi kehidupan masyarakat, maka tema yang bisa diungkapkan dalam karya sastra bisa sangat beragam. Tema bisa berupa persoalan moral, etika, agama, sosial budaya, teknologi, tradisi yang terkait erat dengan masalah kehidupan. Namun tema juga bisa berupa pandangan pengarang, ide atau keinginan pengarang dalam menyiasati persoalan yang muncul.

b. Tokoh dan Watak Tokoh

7

8

Budianta (2003:86) menyatakan Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peran yang berbeda-beda. Menurut fungsinya, tokoh dibagi menjadi 3 yaitu : 1. Tokoh Sentral adalah tokoh yang menentukan gerak dalam suatu cerita.

2. Tokoh Utama adalah tokoh yang mendukung suatu cerita baik tokoh protagonis maupun antagonis. 3. Tokoh Pembantu adalah tokoh yang hanya berfungsi melengkapi terjadinya suatu cerita. Menurut perannya, tokoh dibagi menjadi 3 yaitu : 1. Tokoh Protagonis adalah pelaku yang memiliki watak yang baik sehingga disenangi pembaca. 2. Tokoh Antagonis adalah pelaku yang tidak disenangi pembaca karena memiliki watak yang tidak sesuai dengan apa yang diidamkan oleh pembaca. 3. Tokoh Tritagonis adalah pelaku yang membantu dalam suatu cerita, baik tokoh protagonis maupun antagonis. Penyajian watak dan tokoh serta penciptaan citra tokoh terdapat beberapa metode, masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya. Ada kalanya Pengarang melalui penceritaan mengusahakan sifat-sifat tokoh, pikiran, hasrat dan perasaannya. Kadang menyisipkan komentar pernyataan setuju tidaknya akan sifatsifat tokoh itu.

8

9

Secara garis besar dapat mengenal watak para tokoh dalam sebuah cerita yaitu melalui apa yang diperbuatnya melalui ucapan-ucapannya, melalui penggambaran fisik seorang tokoh, melalui pikiran-pikirannya dan melalui penerangan langsung dari pengarang. Penokohan adalah penampilan watak atau karakter para tokoh oleh pengarang. Penampilan watak yang dilakukan oleh pengarang ada tiga macam cara yaitu : 1. Cara Analitik adalah pengarang secara langsung memaparkan watak

tokoh-tokohnya. Misalnya, pengarang menyebutkan watak tokoh yang pemarah, otoriter, sombong, kasar, dan sebagainya. 2. Cara Dramatik adalah watak tokoh dapat disimpulkan dari pikiran,

cakapan, perilaku tokoh, bahkan penampilan fisik, lingkungan atau tempat tokoh, cara berpakaian dan pilihan nama tokoh, dan sebagainya. 3. Cara Campuran adalah gambaran watak tokoh menggunakan cara Analitik dan Dramatik secara bergantian.

c. Latar/setting Latar adalah tempat suatu peristiwa dalam cerita yang bersifat fisikal biasanya berupa waktu, tempat dan suasana. Termasuk didalam unsur latar adalah waktu, hari, tahun, periode sejarah, dan lain-lain. Latar cerita mencakup keterangan-keterangan mengenai keadaan sosial dan tempat dimana peristiwa itu terjadi.

9

10

Fungsi latar selain memberi ruang gerak pada tokoh juga berfungsi untuk menghidupkan cerita. Dalam latar ini, pengarang menampilkan tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa yang selain berkaitan untuk membangun cerita yang utuh. Kemunculan latar dalam cerita disebabkan adanya peristiwa, kejadian, juga adanya tokoh. Tokoh dan peristiwa membutuhkan tempat berpijak, membutuhkan keadaan untuk menunjukkan kehadirannya.

d. Alur Alur adalah penceritaan rentetan peristiwa yang penekanannya ditumpukan kepada sebab-akibat. Untuk merangkai peristiwa-peristiwa menjadi kesatuan yang utuh, pengarang harus menyeleksi kejadian mana yang perlu dikaitkan serta mana yang kiranya harus dipenggal ditengah-tengah. Hal yang demikian berguna untuk lebih menghidupkan cerita menjadi menarik sehingga pembaca berambisi terus untuk menekuninya. Alur dalam cerita kadang sulit untuk dicari karena tersembunyi dibalik jalan cerita. Namun, jalan cerita bukanlah alur. Jalan cerita hanyalah manifestasi bentuk wadah, bentuk jasmaniah dari alur cerita. Dengan mengikuti jalan cerita maka dapat ditemukan alur. Alur bisa dengan jalan progresif (alur maju) yaitu dari awal, tengah, dan akhir terjadinya peristiwa. Tahap progresif bersifat linier. Jalan regresif (alur mundur) yaitu bertolak dari akhir cerita, menuju tahap tengah atau puncak dan

10

11

berakhir pada tahap awal. Tahap regresif bersifat nonlinier. Ada juga tehnik pengaluran flash back (sorot balik) yaitu tahapannya dibalik seperti halnya regresif. Flash back mengubah tehnik pengaluran dari progresif ke regresif. Selain yang tersebut di atas ada juga tehnik alur yang lain yaitu teknik tarik balik (back tracking) yang dalam tahap tertentu peristiwa ditarik ke belakang. Alur adalah kesinambungan jalan cerita peristiwa yang berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, tetapi yang lebih penting ialah menjelaskan mengapa hal itu terjadi, dengan adanya kesinambungan peristiwa ini terjadilah sebuah cerita. Sebuah cerita bermula dan berakhir. Antara awal dan akhir inilah terlaksana alur itu. Tentu sudah jelas, alur itu mempunyai pula bagian-bagiannya yang sederhana dapat dikenal sebagai permulaan, pertikaian dan akhir. Walaupun cerita rekaan berbagai macam contoh, ada pola-pola tertentu yang hampir selalu terdapat dalam sebuah cerita rekaan, yang disebut struktur umum alur, yang digambarkan sebagai berikut: (1) (2) (3) (4) (5) Awal; adalah pengarang mulai memperkenalkan tokoh-tokohnya Tikaian; adalah terjadi konflik di antara tokoh-tokoh pelaku Gawatan atau rumitan; yaitu konflik tokoh-toko semakin seru Puncak; adalah saat puncak konflik diantara tokoh-tokohnya Leraian; adalah saat peristiwa konflik semakin reda dan

perkembanagn alur mulai terungkap (6) Akhir; adalah seluruh peristiwa atau konflik telah terselesaikan.

11

12

e. Sudut pandang Sudut Pandang ialah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkan. Sudut Pandang merupakan hasil karya seorang pengarang sehingga terdapat pertalian yang erat antara pengarang dengan karyanya. Sudut Pandang/ Point Of View menyarankan pada cara sebuah cerita kisahan. Ia merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Sudut Pandang cerita itu sendiri secara garis besar dapat dibedakan ke dalam dua macam : orang pertama aku, dan orang ketiga dia.

f. Amanat Amanat adalah suatu ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan pengarang. Amanat dipakai pengarang untuk menyampaikan tanggung jawab masalah yang dihadapi pengarang lewat karya sastra. Amanat merupakan pesan atau gagasan yang mendasar yang dituangkan pengarang dalam karyanya untuk memecahkan peristiwa yang terjadi. Rani (2004:89) menyatakan Amanat merupakan ajaran moral atau pesan dikatis yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu. Istilah amanat berarti pesan. Amanat cerita merupakan pesan pengarang kepada pembaca atau publiknya. Pesan yang akan disampaikan mungkin tersurat. Tetapi mungkin juga tidak jelas, samar-samar atau tersirat.

12

13

2.2.2

Unsur Ekstrinsik Unsur Ekstrinsik novel adalah unsur yang berasal dari luar cerita. Meliputi

nilai religi, nilai susila atau nilai estetika serta nilai sosial dan sebagainya. Dalam karya sastra, nilai-nilai sosial yang disampaikan penciptaannya dimuat didalamnya. Hasil karya sastra, pengarang tidak hanya ingin

mengekspresikan pengalaman jiwanya saja tetapi secara implisit juga mempunyai maksud dorongan, mempengaruhi pembaca untuk memahami, menghayati dan menyadari masalah serta ide yang diungkapan termasuk nilai-nilai sosial yang terdapat didalam karya sastra tersebut. Pembaca bisa mengambil nilai-nilai sosial yang terdapat didalamnya. Pembaca karya sastra bisa mengambil pelajaran serta hikmah, nilai-nilai dan contoh-contoh dari karya sastra yang dibacanya dengan penuh kesadaran sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sosial di dalam karya sastra jika ditangani dengan bijaksana, akan membawa masyarakat ke dalam kesenjangan kehidupan bermasyarakat Unsur kepribadian dapat dilatih melalui pendidikan dan pengajaran sastra, meliputi :

1.

Penginderaan (Sensory). Dalam pengembangan aspek ini studi sastra dapat digunakan untuk

memperluas jangkauan dari semua unsur penginderaan klasik yaitu penglihatan, pedengaran, pengecap, pembau, sentuhan, perabaan, pembeban.

13

14

Kecerdasan (intellect) Bentuk pendidikan yang paling bernilai adalah yang telah mengajarkan para siswa untuk memecahkan masalah bagaimana memperoleh kebenaran-kebenaran yang memungkinkan. Untuk dapat menguji derajat atau peringkat keberhasilannya. Adapun sastra mengandung hal-hal yang menjadi tuntutan dalam dunia pendidikan tersebut. 3. Perasaan(feel) Sastra memberikan kepada kita sesuatu cakupan situasi dan kegawatan yang luas yang seakan-akan menstimulasi beberapa jenis respondensi emosional dan juga bahwa dalam keseluruhannya penulis sastra lazim menyajikan situasi-situasi itu dalam cara-cara yang memungkinkan kita untuk mengeksplorasi, mengkaji dalam perasaan kita dalam suatu cara kemanusiaan yang layak 4. Kesadaran Sosial Sastra berfungsi menghasilkan suatu kesadaran konprehensip terhadap orang lain. Penulis-penulis sastra modern, termasuk penulis sastra Indonesia, telah banyak berbuat untuk merangsang minat dan simpati pada masalah-masalah kegagalan, ketidak beruntungan, ketertindasan, ketidakberhasilan, pengucilan. Rasa hina dan sakit hati, yaitu mereka yang memerlukan protes. 5. Kesadaran Religius Baik suka maupun tidak suka, apakah kita tahu betul atau tidak, segala pikiran dan perbuatan kita secara rutin didasarkan beberapa asumsi positif dan semua kecerdasan manusia pada abad ini, termasuk manusia Indonesia akan selalu didasarkan pada pragmatisme kehidupan mereka yang lebih daripada diatas landasan rohaniah atau spiritual yang rapuh.

14

15

2.3 2.3.1

Nilai Sosial Pengertian Sosial Menurut Sulistiyo (2006:92) Sosial adalah segala sesuatu mengenai

masyarakat yang peduli terhadap kepentingan umum. Semua manusia hidup di lingkungan keluarga dan bermasyarakat secara normal, yang selalu saling membutuhkan dan berhubungan dengan orang lain, misalnya anak yang hidup di lingkungan keluarga, akan selalu berhubungan dengan orang tua atau saudaranya. Demkian pula dengan kehidupan bermasyarakat, seseorang tidak akan dapat hidup sendirian dan akan selalu membutuhkan orang lain. Hubungan ini disebut dengan interaksi sosial. Menurut Sulistiyo (2006:91) interaksi sosial adalah proses saling mempengaruhi dalam hubungan timbal balik antara individu dengan individu, antar individu dengan kelompok, antar kelompok dengan kelompok Kehidupan bersama antar makhluk sosial dapat terwujud dengan baik melalui proses sosalisasi. Contoh proses sosialisasi yang sederhana adalah seorang aak diajarkan untuk menghormati orang tua, meghormati bhak milik orang lain, berlaku jujur, rajin belajar, raji beribadah, dan lain-lain. Agar lebih jelas, Sulistiyo (2006:95) mengutip beberapa pendapat tentang pengertian proses sosialisasi: 1. Krathwohl (1981): Proses sosialisasi adalah proses yang mengusahakan seseorang menjadi peka terhadap rangsangan masyarakatnya dan menyesuaikan diri serta berperilaku seperti orang lain dalam masyarakat kelompoknya atau kebudayaannya. 2. Laurence (1988): Proses sosialisasi adalah proses pendidikan atau latihan

seseorang yang belum berpengalaman dalam suatu kebudayaan belajar dan dalam berusaha menguasai kebudayaan sebagai aspek perilakunya.

15

16

3. Guire (1974): Proses sosialisasi adalah proses penyajian kemungkinankemungkinan perilaku perorangan dengan sanksi positif atau negatif yang akan menyebabkan penerimaan atau penolakan oleh orang lain 4. Lawang Robert M.Z. (1985): Proses sosialisasi adalah proses mempelajari norma, nilai, peran, dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan partisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial. Dalam proses sosialisasi terdapat empat agen sosialisasi yaitu a. keluarga merupakan agen sosialisasi yang memiliki peranan utama dalam memberikan dasar-dasar bersosialisasi. b. teman bermain berfungsi sebagai media sosialisasi diluar lingkungan keluarga. c. Sekolah atau guru merupakan agen sosialisasi di sekolah yang berperan dalam memberikan berbagai hal baru yang belum di dapat di lingkungan keluarga. d. media massa merupakan salah satu agen sosialisasi yang memiliki pengaruh luas dan dipastikan membentuk opini maupun periaku umum yang dapar bersifat positif ataupun negatif.

2.3.2

Pengertian Nilai sosial Nilai sosial adalah sebuah konsep abstrak dalam diri manusia mengenai apa

yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk, indah atau tidak indah, dan benar atau salah. Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menanggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. 16

17

Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai. Contoh, masyarakat yang tinggal di perkotaan lebih menyukai persaingan karena dalam persaingan akan muncul pembaharuan-pembaharuan. Sementara pada masyarakat tradisional lebih cenderung menghindari persaingan karena dalam persaingan akan mengganggu keharmonisan dan tradisi yang turun-temurun. Nilai-nilai sosial memiliki fungsi umum dalam masyarakat. Di antaranya nilai-nilai dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku. Selain itu, nilai sosial juga berfungsi sebagai penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi peranan-peranan sosial. Nilai sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan harapan sesuai dengan peranannya. Contohnya ketika menghadapi konflik, biasanya keputusan akan diambil berdasarkan pertimbangan nilai sosial yang lebih tinggi. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan anggota kelompok masyarakat. Dengan nilai tertentu anggota kelompok akan merasa sebagai satu kesatuan. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat pengawas (kontrol) perilaku manusia dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu agar orang berprilaku sesuai dengan nilai yang dianutnya.

2.3.3

Ciri-ciri nilai sosial

17

18

Ciri nilai sosial di antaranya sebagai berikut.

Merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antarwarga masyarakat.

Disebarkan diantara warga masyarakat (bukan bawaan lahir). Terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar) Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia.

Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain. Dapat mempengaruhi pengembangan diri sosial Memiliki pengaruh yang berbeda antarwarga masyarakat. Cenderung berkaitan satu sama lain Klasifikasi Nilai Sosial Berdasarkan ciri-cirinya, nilai sosial dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu

2.3.4

nilai dominan dan nilai mendarah daging. a. Nilai dominan Nilai dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai lainnya. Ukuran dominan tidaknya suatu nilai didasarkan pada hal-hal berikut.

Banyak orang yang menganut nilai tersebut. Contoh, sebagian besar anggota masyarakat menghendaki perubahan ke arah yang lebih baik di segala bidang, seperti politik, ekonomi, hukum, dan sosial.

Berapa lama nilai tersebut telah dianut oleh anggota masyarakat.

18

19

Tinggi rendahnya usaha orang untuk dapat melaksanakan nilai tersebut. Contoh, orang Indonesia pada umumnya berusaha pulang kampung (mudik) di hari-hari besar keagamaan, seperti Lebaran.

Prestasi atau kebanggaan bagi orang yang melaksanakan nilai tersebut. Contoh, memiliki mobil dengan merek terkenal dapat memberikan kebanggaan atau prestasi tersendiri.

b. Nilai mendarah daging Nilai mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui proses berpikir atau pertimbangan lagi (bawah sadar). Biasanya nilai ini telah tersosialisasi sejak seseorang masih kecil. Umumnya bila nilai ini tidak dilakukan, ia akan merasa malu, bahkan merasa sangat bersalah. Contoh, seorang kepala keluarga yang belum mampu memberi nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala keluarga yang tidak bertanggung jawab. Demikian pula, guru yang melihat siswanya gagal dalam ujian akan merasa gagal dalam mendidik anak tersebut. Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup seseorang dalam masyarakat. 2.3.5 Jenis-jenis Nilai Sosial Nilai sosial dibedakan menjadi tiga macam yaitu: 1. Nilai Material

Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia. 2. Nilai Vital

19

20

Niai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia dalam melaksanakan berbagai aktivitas. 3. Nilai Kerohanian

Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi kebutuhan rohani manusia, seperti:

1) nilai kebenaran, yaitu nilai yang bersumber pada akal manusia (cipta) 2) nilai keindahan, yaitu nilai yang bersumber pada unsur perasaan (estetika) 3) nilai moral, yaitu nilai yang bersumber pada unsur kehendak (karsa) 4) nilai keagamaan, yaitu nilai yang bersumber pada relevansi (wahyu) dari Tuhan 2.3.6 Fungsi Nilai Sosial Fungsi nilai sosial antara lain: a. sebagai faktor pendorong berkaitan dengan nilai-nilai yang berhubungan dengan cita-cita atau harapan b. c. d. e. sebagai petunjuk arah dari cara berpikir, berperasaan, dan bertindak. Sebagai alat pengawas dengan daya tekan dan pengikat tertentu Sebagai alat solidaritas kelompok atau masyarakat. Sebagai benteng perlindungan atau penjaga stabilitas budaya kelompok atau masyarakat.

2.3.7

Sumber-sumber Nilai Sosial Sumber-sumber nilai sosial:

20

21

1. 2.

internal (individu): Pengalaman eksternal: Masyarakat, agama ilmu pengetahuan, dll.

21

22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode dan Teknik Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian Metode merupakan cara utama yang digunakan dalam penelitian untuk mencapai suatu tujuan. Berhasil atau tidaknya suatu penelitian untuk mancapai suatu tujuan sangat ditentukan oleh metode yang digunakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Surakhmad (1990 : 131) yang menyatakan: Metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menngkaji suatu rangkaian hipotesis dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama itu dipergunakan setelah penyidik memperhitungkan kewajaran ditinjau dari tujuan penyelidikan serta dari suatu penyelidikan. Sehubungan dengan pendapat tersebut, maka untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atas kejadian secara objektif, riil, dan temporer. Metode ini penulis gunakan untuk mendeskripsikan nilai sosial yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.

3.1.2

Teknik Penelitian

3.1.2.1 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi. Penulis membaca novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan menentukan kata, kalimat, dan ungkapan dalam setiap paragraf dalam novel Laskar

22

23

Pelangi Karya Andrea Hirata yang mengandung dimensi sosial terkait dengan kesenjangan sosial dan nilai-nilai sosial yang terkandung pada novel tersebut. Selanjutnya klaimat atau ungkapan ungkapan ersebut dijadikan sebagai data penelitian ini.

3.1.2.2 Teknik Pengolahan Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik kualitatif. Teknik ini penulis gunakan untuk mengolah nilai-nilai sosial yang terkandung pada novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Adapun langkah langkah yang digunakan dalam proses pelaksanaanya adalah sebagai berikut: 1) mendaftarkan setiap kata, kalimat, dan ungkapan yang mengandung nilai sosial pada novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata 2) mengklasifikasikan jenis nilai sosial yang terdapat pada novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata 3) menganalisis nilai sosial yang terdapat pada novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata

3.2 Sumber Data Data penelitian berasal dari dua sumber, yaitu data primer dan sekunder. Data primer (Data pokok) bersumber dari novel Laskar Pelangi karya Andre Hirata. Sedangkan data sekunder diperoleh dari literature yang berisikan pendapat para ahli yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

23

24

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Data Dalam novel Laskar Pelani karya Andrea Hirata merupakan Novel yangbertemakan Pendidikan dan kehidupan social yang berbeda. Status social yang berbeda itu amat sangat jelas dan tampak dan diberi pembatas dengan didirikannya sebuah tembok tinggi dan kokoh. Perbedaan status social dipengaruhi oleh pandapatan ekonomi. novel remaja Dreams Comes True karya Nazaruddin sebagai berikut: Data yang telah penulis dapat akan dianalisis sebagai berikut: 1 Aku tau beliau sedang gugup dan aku maklum bahwa tak mudah bagi seorang pria berusia empat puluh tujuh tahun, seorang buruh tambang yang beranak banyak untuk menyerahkan anak laki-lakinya kesekolah lebih mudah menyerahkanya pada tauke pasar pagi untuk menjadi tukang parut atau pada juraagan pantai untuk menjadi kuli kopra agar dapat membantu ekomomi keluarga. 2 kami adalah orang-orang Melayu Belitong dari sebuah komunitas yang paling miskin di pulau itu. 3 sekolah Muhammadiyah tidak menetapkan iuran dalam bentuk apapun, para orang tua hanya menyumbang suka rela semampu mereka. 4 sedangkan aku dan agaknya juga anak-anak yang lain merasa amat pedih, pedih pada orang tua kami yang tak mampu, pedih menyaksikan detik-detik terakhir sebuah sekolah tua yang tutup justru pada hari pertama kami ingin

24

25

sekolah, dan pedih niat kuat kami untuk belajar tapi tinggal selangkah lagi harus terhenti hanya karena kekurangan satu murid. 5 Lima tahun pengabdiannya di sekolah melarat yang amat ia cintai dan tiga

puluh dua tahun pengabdian tampa pamrih pada pak Harfan, Pamannya akan berakhir di pagi yang sendu ini. 6 Agaknya selama turun temurun keluarga laki-laki cemara angin itu tak mampu terangkat dari endemik kemiskinan komunitas Melayu yang menjadi nelayan. 7 Jika panggilan nasibnya memang harus manjadi nelayan maka biarkan jalan kerikil batu merah empat puluh kilometer mematahkan semagatnya. 8 karena nanti ia-seorang anak miskin pesisir akan menerangi nebula yang melingkupi sekolah miskin ini sebab ia akan berkembang menjadi manusia paling genius yang pernah kujumpai seumur hidupku. 9 ia mengesankan sebagai pria yang kenyang akan pahit getir perjuangan dan kesusahan hidup, berpengetahuan seluas samudra, bijak, berani mengambil risiko, dan menikmati daya tarik dalam mencari-cari bagaimana cara

menjelaskan sesuatu agar setiap orang mengerti. 10 Ini dia orang yang tak hanya mentranfer sebuah pelajaran, tapi juga secara pribadi menjadi sahabat dan pembibing spiritual bagi muridnya. 11 Beliau menorehkan benang merah keberadaan hidup yang sederhana melalui kata-katanya yang ringan namun bertenaga seumpama titik-titik air hujan.

25

26

12 Pak Harfan memberi kami pelajaran pertama tentang keteguhan pendirian, tentang kekuatan, tentang keiginan kuat untuk mencapai cita-cita. Beliau meyakinkan kami bahwa hidup bisa demikian bahagia dalam keterbatasan jika di maknai dengan keiklasan berkorban untuk sesama. 13 Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya. 14 Aku merasa sangat beruntung didaftarkan orangtuaku di sekolah miskin Muhammadiyah. 15 Di sekolah Muhammadiyah setiap hari aku membaca keberanian berkorban semacam itu di wajah wanita muda ini bu N.A Muslimah Hafsari Hamid binti K.A.Abdul Hamid, atau kami memangilnya bu Mus. 16 karna di sekolah kami kekurangan guru lagi pula siapa yang rela di upah beras 15 kilo setiap bulan dan beliau mengajar semua pelajaran serta beliau melanjutkan berkerja menerima jahitan sampai jauh malam untuk mencari nafkah, menopong hidup dirinya dan adik-adiknya. 17 bu mus mengajarkan kepada kami sejak dini pandanganpandangan dasar moral, demokrasi, hukum, keadilan dan hak-hak asasijauh hari sebelum orang-orang sekarang meributkan soal materialisme. 18 kami di ajarkan mengali nilai moral dan nilai luhur di dalam diri sendiri agar berprilaku baik karena kesadaran pribadi. 19 Bagi kami pak Harfan dan Bu Mus adalah pahlawan tampa tanda jasa yang sesunguhnya. Mereka adalah ksatria tanpa pamrih, pangeran keiklasan, dan sumur jernih ilmu pengetahuan di ladang yang di tinggalkan.

26

27

20 Meskipun terpisah dari akar budayanya namun mereka senantiasa memelihara adat istiadatnya, dan di Belitong karna mereka tak perlu pergi jauh-jauh datang ke Jinchanying kalau hanya ingin melihat Tembok Besar Cina. Namun, tidak tidak seperti Tembok Besar Cina yang melindungi berbagai dinasti dari sebuah suku-suku Mongol dari utara, di Belitong tembok yang angkuh dan berkelak-kelok sepanjang kilo meter ini adalah pengukuhan sebuah dominasi dan perbedaan status sosial. 21 Kami adalah buruh-buruh tambang yang bangga, padi tak tumbuh di atas tanah-tanah kami yang kaya material tambang. 22 Semua ini sangat kontradiktif dengan kemiskinan turun temurun penduduk asli Melayu Belitong yang hidup berserakan di atasnya. Kami seperti sekawanan tikus yang paceklik di lumbung padi. 23 Feodalisme di Belitong adalah sesuatu yng unik, karena ia merupakan konsekuensi dari adanya budaya korporasi, bukan karena tradisi paternalistik dari silsilah, subkultur, atau privilese yang di anugrahkan oleh penguasaan seperti biasa terjadi berbagai tempat lain. 24 Berlebihan jika di sebut daerah kumuh tapi tak keliru jika di umpamakan kota yang dilanda gerhana berkepanjangan sejak era pecerahan revolusi industri. 25 Disana, di luar lingkar tembok Gedung hidup komunitas Melayu Belitong yang jika belum punya enam anak belum berhenti beranak pinak. 26 Tak ada orang kaya disana, yang ada kerumunan toko miskin di pasar tradisional dan rumah-rumah panggung yang rendah dalam berbagai ukuran.

27

28

rumah-rumah asli Melayu ini sudah di tingalkan zaman keemasan nya. pemiliknya tak ingin merubuhkanya karena tak ingin terpisah dengan kenangan masa jaya, atau karna tak punya uang. 27 Keseharian orang pinggiran ini amat monoton. Agar lebih praktis tak jarang baskom kecil nasi langsung di gunakan sebagai piring yaitu masakan tradisional dengan bumbu kunir. 28 Oang-orang perdesaan ini hidup bersahaja, umumnya berkebun, menggali hasil hutan, dan mengambil hasil hutan dan mendapat bonus musiman dari siklus buah-buahan, lebah madu dan ikan air tawar. 29 Mereka adalah para pegawai kantor desa, karyawan relawan rendahan PN, pencari madu dan nira, para pemain organ tunggal yang hidup di pesisir. 30 Gerak geriknya diatur sedemikian rupa sebagai penegasan sosialnya. Didekatnya siapapun akan merasa terintiminasi. 31 Bagi kami yang masih kecil, masih berpandangan hitam putih, beliau adalah seorang tokoh antagonis. 32 Yang dimaksud dengan sekolah kampung tentu saja adalah perguruan Muhammadiyah dan beberapa sekolah swasta miskin lainnya di Belitong. Selain sekolah miskin itu memang terdapat pula beberapa sekolah negeri tentu lebih baik karena mereka disokong oleh negara. Sementara sekolah kampung adalah sekolah swadaya yang kelelahan menyokong dirinya sendiri. 33 Dunia baginya hitam putih dan hidup adalah sekeping jembatan papan lurus yang harus dititi. Namun, meskipun wajahnya horor, hatinya baik luar biasa. Ia penolong dan ramah.

28

29

34 Kekurangannya secara fisik tak sedikitpun membuatnya minder. Sebaiknya, ia memiliki kepribadian populis, oportunis, bermulut besar, banyak teori dan sok tahu. 35 Seperti kebanyakan politisi jika ia bicara tatapan matanya dan gayanya sangat menyakinkan walaupun dungunya minta ampun. 36 Rupanya Bu Mus geram dengan korupsi yang meraja lela di negeri ini dan beliau menyambung dengan lantang Kata-kata itu mengajarkan arti penting memegang amanah sebagai pemimpin dan Al-Quran mengigatkan bahwa kepemimpinan pertangung jawabkan nanti di akhirat.... 37 Ibunda Guru, Ibunda mesti tahu bahwa anak-anak kuli ini kelakuannya seperti setan. Sama sekali tak bisa di suruh diam, terutama Borek, kalau tak ada guru ulahnya ibarat pasien rumah sakit jiwa yang buas. Aku sudah tak tahan, ibunda aku menuntut pemungutan suara yang demokratis untuk memilih ketua kelas baru. 38 Buk Mus menggigatkan betapa mulia nya menjadi seorang pemimpin, kucai pun luluh dengan terpaksa bersedia menjabat lagi. 39 Memprediksi perilaku hewan yang telah bertahun hidup jutaan tahun adalah tindakan bodoh nan sombong. 40 Lintang dapat mengeluarkan mereka dari lingkaran kemiskinan yang telah lama mengikat mereka hingga sulit bernapas. 41 Jika benar kecerdasan bersifat genetik maka kecerdasan Lintang pasti mengalir dari keturunan nenek moyang ibunya. seseorang akan di

29

30

42 Belajar adalah hiburan yang membuatnya lupa pada seluruh penat dan kesulitan hidup. 43 Beliau adalah orang yang mencari nafkah dengan menjual tenaga. 44 pilihan menjadi yang seharusnya menentukan perilaku dalam menghargai hidup ini. 45 Bisa dipastikan bahwa Belitong tidak mampu menghidupi dirinya sendiri. Di sisi lain, efek rumah kaca yang demikian tinggi mengakibatkan ekologi di sana tidak seimbang, permukaan air laut naik, dan suhu menjadi terlalu panas. 46 Hal itu dibuktikan oleh sekolah Muhammadiyah yang mampu mematahkan mitos bahwa sekolah kampung tidak mungkin menang melawan sekolah PN dalam karnaval. 47 Mengapa anak cantik kaya raya yang hidup di rumah seperti istana ,dari keluarga terhormat, tampa trauma masa kecil, dan yang memiliki limpahan kasih sayang semua orang, serta lingkungan seperti taman eden, harus berakhir di tempat yang ganas ini? Aku tak sanggup membayangkan lebih jauh perasaan orang tuanya. 48 Hari ini aku belajar bahwa setiap orang, bagaimanapun terbatas keadaannya, berhak memiliki cita-cita, dan keingginan yang kuat untuk mencapai cita-cita itu mampu menimbulkan cita-cita sesunguhnya tercapai. 49 Dan kata-kata itu semakin menghancurkan hatiku, maka sekarang aku marah, aku kecewa pada kenyataan begitu banyak anak pintar yang harus berhenti sekolah karena alasan ekonomi.

30

31

50 Saat itu aku menyadari bahwa kami sesungguhnya adalah kumpulan persaudaraan cahaya dan api. Kami berjanji setia di bawah halilintar yang menyambar-yambar dan agin topan yang menerbangkan gunung-gunug. Janji kami tertulis pada tujuh tingkatan langit, disaksikan naga-naga siluman yang menguasai Laut Cina Selatan. Kami adalah lapisan-lapisan pelagi terindah yang pernah diciptakan Tuhan.

4.2 Analisis Data Data yang telah penulis dapat akan dianalisis sebagai berikut: 1. Aku tau beliau sedang gugup dan aku maklum bahwa tak mudah bagi seorang pria berusia empat puluh tujuh tahun ,seorang buruh tambang yang beranak banyak untuk menyerahkan anak laki-lakinya kesekolah lebih mudah menyerahkanya pada tauke pasar pagi untuk menjadi tukang parut atau pada juraagan pantai untuk menjadi kuli kopra agar dapat membantu ekomomi keluarga. Nilai sosial yang terkandung pada petikan paragraf di atas adalah meskipun dalam keadaan terpaksa menyerahkan anaknya ke sekolah untuk belajar, tetapi sosok laki-laki yang seorang buruh tambang ini tetap menyekolahkan anaknya. Pendidikan lebih penting karena pendidikan mampu merubah status sosial menjadi lebih baik.

2. kami adalah orang-orang Melayu Belitong dari sebuah komunitas yang paling miskin di pulau itu.

31

32

Karena ekonomi di Beulitong hanya baik bagi mereka yang hidup sebagai pegawai PN dari pada buruh Tambang. Dan masyarakat belitong rata-rata bekerja sebagai buruh tambang dan nelayan. Perbedaan ststua sosial yang jauh berbeda dalam suatu pulau.

3. sekolah Muhammadiyah tidak menetapkan iuran dalam bentuk apapun, para orang tua hanya menyumbang suka rela semampu mereka. Agar sekolah Muhammadiyah tetap berdiri dan ada anak yang mau bersekolah, maka sekolah Muhammadiyah tidak ingin memberatkan para orang tua murid. Tenggang rasa dan toleransi yang tinggi yang diterapkan di dalam masyarakat beulitong.

4. sedangkan aku dan agaknya juga anak-anak yang lain merasa amat pedih, pedih pada orang tua kami yang tak mampu, pedih menyaksikan detik-detik terakhir sebuah sekolah tua yang tutup justru pada hari pertama kami ingin sekolah, dan pedih niat kuat kami untuk belajar tapi tinggal selangkah lagi harus terhenti hanya karena kekurangan satu murid. Pemikiran anak-anak yang ingin bersekolah dan menyalahkan keadaan yang mereka terima. Keinginan kuat untuk bersekolah akan pupus jika murid yang masuk pada tahun ajaran ini tidak memenuhi kriteria.

32

33

5.

Lima tahun pengabdiannya di sekolah melarat yang amat ia cintai dan tiga

puluh dua tahun pengabdian tampa pamrih pada pak Harfan, Pamannya akan berakhir di pagi yang sendu ini. Dikisahkan seorang Guru yang tetap mengabdi walaupun ia tidak mendapatkan apa-apa dari sekolah tersebut. Perasaannya sedih jika sekolah tidak mampu mengumpulkan 10 orang murid.

6. Agaknya selama turun temurun keluarga laki-laki cemara angin itu tak mampu terangkat dari endemik kemiskinan komunitas Melayu yang menjadi nelayan. Kemiskinan masyarakat melayu bisa berubah jika para generasi penerus mau belajar dan memperoleh pendidikan.

7. Jika panggilan nasibnya memang harus manjadi nelayan maka biarkan jalan kerikil batu merah empat puluh kilometer mematahkan semagatnya. Keinginan yang kuat pada sesorang yang tidak ingin nasibnya menjadi nelayan seperti ayahnya dan merubah nasib.

8. karena nanti ia-seorang anak miskin pesisir akan menerangi nebula yang melingkupi sekolah miskin ini sebab ia akan berkembang menjadi manusia paling genius yang pernah kujumpai seumur hidupku. Kejeniusan yang sudah tampak sejak dini.

33

34

9. ia mengesankan sebagai pria yang kenyang akan pahit getir perjuangan dan kesusahan hidup, berpengetahuan seluas samudra, bijak, berani mengambil risiko, dan menikmati daya tarik dalam mencari-cari bagaimana cara

menjelaskan sesuatu agar setiap orang mengerti. Rasa rendah hati dan tidak ingin menyakiti perasaan orang lain meskipun dia seorang yang penting di sekolah ini.

10. Ini dia orang yang tak hanya mentranfer sebuah pelajaran, tapi juga secara pribadi menjadi sahabat dan pembibing spiritual bagi muridnya. Rasa kasih sayang yang dimiliki seorang guru kepada muridnya. 11. Beliau menorehkan benang merah keberadaan hidup yang sederhana melalui kata-katanya yang ringan namun bertenaga seumpama titik-titik air hujan. Kesederhanan tidak akan merendahkan seseorang.

12. Pak Harfan memberi kami pelajaran pertama tentang keteguhan pendirian, tentang kekuatan, tentang keiginan kuat untuk mencapai cita-cita. Beliau meyakinkan kami bahwa hidup bisa demikian bahagia dalam keterbatasan jika di maknai dengan keiklasan berkorban untuk sesama. Pelajaran yang diberikan tidak hanya tentang pelajaran umum saja, pelajaran tentang kehidupan dan menghadapi kehidupan juga di berikan.

34

35

13. Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya. Pelajaran hidup bersosial yang sangat berharga.

14. Aku merasa sangat beruntung didaftarkan orangtuaku di sekolah miskin Muhammadiyah. Keputusan yang tidak sia-sia. Meskipun tampak dari luar sangat miskin, tetapi jiwa yang ada didalam sekolah ini sangat kaya.

15.

Di sekolah Muhammadiyah setiap hari aku membaca keberanian

berkorban semacam itu di wajah wanita muda ini bu N.A Muslimah Hafsari Hamid binti K.A.Abdul Hamid, atau kami memangilnya bu Mus. Seorang guru wanita yang sangat berani dan rela berkorban demi memajukan dan memberikan hak-hak pendidikan bagi anak-anak muridnya.

16.

karna di sekolah kami kekurangan guru lagi pula siapa yang rela di

upah beras 15 kilo setiap bulan dan beliau mengajar semua pelajaran serta beliau melanjutkan berkerja menerima jahitan sampai jauh malam untuk mencari nafkah, menopong hidup dirinya dan adik-adiknya. Dia harus bekerja banting tulang untuk menghidupi keluarganya, meskipun demikian dia tetap semangat dia tetap semangat.

35

36

17.

bu mus mengajarkan kepada kami sejak dini pandanganpandangan

dasar moral, demokrasi, hukum, keadilan dan hak-hak asasijauh hari sebelum orang-orang sekarang meributkan soal materialisme. Pelajaran bersosial yang selalu diajarkan kepada murid-muridnya.

18.

kami di ajarkan mengali nilai moral dan nilai luhur di dalam diri

sendiri agar berprilaku baik karena kesadaran pribadi. Moral dan nilai luhur tetap menjadi bahasan pokok dalam pembelajaran di sekolah ini.

19.

Bagi kami pak Harfan dan Bu Mus adalah pahlawan tampa tanda

jasa yang sesunguhnya. Mereka adalah ksatria tanpa pamrih, pangeran keiklasan, dan sumur jernih ilmu pengetahuan di ladang yang di tinggalkan. Guru yang menjadi contoh teladan bagi murid-muridnya.

20.

Meskipun terpisah dari akar budayanya namun mereka senantiasa

memelihara adat istiadatnya, dan di Belitong karna mereka tak perlu pergi jauhjauh datang ke Jinchanying kalau hanya ingin melihat Tembok Besar Cina. Namun, tidak tidak seperti Tembok Besar Cina yang melindungi berbagai dinasti dari sebuah suku-suku Mongol dari utara, di Belitong tembok yang angkuh dan berkelak-kelok sepanjang kilo meter ini adalah pengukuhan sebuah dominasi dan perbedaan status sosial.

36

37

Status sosial yang sangat berbeda. Kehidupan sosial yang dibatasi oleh masyarakat yang lebih kaya terhadap masyarakat yang miskin.

21.

Kami adalah buruh-buruh tambang yang bangga, padi tak tumbuh di

atas tanah-tanah kami yang kaya material tambang. Kabanggaan masyarakat pada tanah kelahirannya, meski hanya sebagai masyarakat buruh.

22.

Semua ini sangat kontradiktif dengan kemiskinan turun temurun

penduduk asli Melayu Belitong yang hidup berserakan di atasnya. Kami seperti sekawanan tikus yang paceklik di lumbung padi. Kemiskinan yang telah turun temurun dan tidak bisa berubah jika masyarakatnya tidak mengubahnya.

23.

Feodalisme di Belitong adalah sesuatu yng unik, karena ia

merupakan konsekuensi dari adanya budaya korporasi, bukan karena tradisi paternalistik dari silsilah, subkultur, atau privilese yang di anugrahkan oleh penguasaan seperti biasa terjadi berbagai tempat lain. Kehidupan para penguasa yang angkuh.

24.

Berlebihan jika di sebut daerah kumuh tapi tak keliru jika di

umpamakan kota yang dilanda gerhana berkepanjangan sejak era pecerahan revolusi industri.

37

38

Kehidupan ekonomi yang tidak berubah.

25.

Disana, di luar lingkar tembok Gedung hidup komunitas Melayu

Belitong yang jika belum punya enam anak belum berhenti beranak pinak. Kehidupan masyrakat miskin dengan jumlah anggota keluarga yang sangat tinggi. 26. Tak ada orang kaya disana, yang ada kerumunan toko miskin di

pasar tradisional dan rumah-rumah panggung yang rendah dalam berbagai ukuran. rumah-rumah asli Melayu ini sudah di tingalkan zaman keemasan nya. pemiliknya tak ingin merubuhkanya karena tak ingin terpisah dengan kenangan masa jaya, atau karna tak punya uang. Masa kejayaan pada kehidupan yang tidak mungkin terulang kembali dan menjadi kenangan.

27.

Keseharian orang pinggiran ini amat monoton. Agar lebih praktis

tak jarang baskom kecil nasi langsung di gunakan sebagai piring yaitu masakan tradisional dengan bumbu kunir. Aktivitas kehidupan yang tidak berubah.

28.

Oang-orang perdesaan ini hidup bersahaja, umumnya berkebun,

menggali hasil hutan, dan mengambil hasil hutan dan mendapat bonus musiman dari siklus buah-buahan, lebah madu dan ikan air tawar. Kehidupan masyarakat desa yang sederhana dan bersahaja.

38

39

29.

Mereka adalah para pegawai kantor desa, karyawan relawan

rendahan PN, pencari madu dan nira, para pemain organ tunggal yang hidup di pesisir. Berbagai macam aktivitas kehidupan masyarakat belitong.

30.

Gerak geriknya diatur sedemikian rupa sebagai penegasan sosialnya.

Didekatnya siapapun akan merasa terintiminasi. Keangkuhan para orang kaya yang suka mengintimidasi masyarakat kecil. 31. Bagi kami yang masih kecil, masih berpandangan hitam putih,

beliau adalah seorang tokoh antagonis. Meskipun masih kecil, mereka sudah bisa menebak mana yang baik dan mana yang buruk perangainya.

32.

Yang dimaksud dengan sekolah kampung tentu saja adalah

perguruan Muhammadiyah dan beberapa sekolah swasta miskin lainnya di Belitong. Selain sekolah miskin itu memang terdapat pula beberapa sekolah negeri tentu lebih baik karena mereka disokong oleh negara. Sementara sekolah kampung adalah sekolah swadaya yang kelelahan menyokong dirinya sendiri. Sekolah-sekolah swasta yang tetap berdiri tegar meski lelah pada keadaan yang tidak membaik.

39

40

33.

Dunia baginya hitam putih dan hidup adalah sekeping jembatan

papan lurus yang harus dititi. Namun, meskipun wajahnya horor, hatinya baik luar biasa. Ia penolong dan ramah. Menilai seseorang tidak bisa hanya dari luarnya saja. 34. Kekurangannya secara fisik tak sedikitpun membuatnya minder.

Sebaiknya, ia memiliki kepribadian populis, oportunis, bermulut besar, banyak teori dan sok tahu. Seseorang yang menganggap dirinya telah sempurna dengan lagaknya yang seakan-akan hanya dia yang tahu segalanya.

35.

Seperti kebanyakan politisi jika ia bicara tatapan matanya dan

gayanya sangat menyakinkan walaupun dungunya minta ampun. Penampilan yang tidak sesuai dengan isi kepalanya.

36.

Rupanya Bu Mus geram dengan korupsi yang meraja lela di negeri

ini dan beliau menyambung dengan lantang Kata-kata itu mengajarkan arti penting memegang amanah sebagai pemimpin dan Al-Quran mengigatkan bahwa kepemimpinan pertangung jawabkan nanti di akhirat.... Para pemimpin ingkar janji yang telah membuat keadaan sosial bertambah tidak baik. 37. Ibunda Guru, Ibunda mesti tahu bahwa anak-anak kuli ini seseorang akan di

kelakuannya seperti setan. Sama sekali tak bisa di suruh diam, terutama Borek,

40

41

kalau tak ada guru ulahnya ibarat pasien rumah sakit jiwa yang buas. Aku sudah tak tahan, ibunda aku menuntut pemungutan suara yang demokratis untuk memilih ketua kelas baru. Sang ketua kelas yang merasa sudah gagal dalam memimpin kelas kecil. Putus asa dalam menghadapi teman sekelas.

38.

Buk Mus menggigatkan betapa mulia nya menjadi seorang

pemimpin, kucai pun luluh dengan terpaksa bersedia menjabat lagi. Kepemimpinan yang sungguh mulia jika pemimpinnya jujur dan adil.

39.

Memprediksi perilaku hewan yang telah bertahun hidup jutaan tahun

adalah tindakan bodoh nan sombong. Penilaian tentang para arkeolog yang meneliti fosil.

40.

Lintang dapat mengeluarkan mereka dari lingkaran kemiskinan yang

telah lama mengikat mereka hingga sulit bernapas. Kemiskinan yang membuat seorang anak bertekad ingin memperbaiki keadaan menjadi lebih baik.

41.

Jika benar kecerdasan bersifat genetik maka kecerdasan Lintang

pasti mengalir dari keturunan nenek moyang ibunya. Kecerdasan Lintang yang menjadio kebanggaan teman-teman sekelas yang merasa takjub.

41

42

42.

Belajar adalah hiburan yang membuatnya lupa pada seluruh penat

dan kesulitan hidup. Meski dengan sarana yang tidak mendukung, Lintang tetap belajar untuk melepas semua beban.

43.

Beliau adalah orang yang mencari nafkah dengan menjual tenaga. Hanya bermodalkan tenaga untuk membiayai kehidupan.

44.

pilihan menjadi yang seharusnya menentukan perilaku dalam

menghargai hidup ini. Perilaku yang baik dalam kehidupan sosial.

45.

Bisa dipastikan bahwa Belitong tidak mampu menghidupi dirinya

sendiri. Di sisi lain, efek rumah kaca yang demikian tinggi mengakibatkan ekologi di sana tidak seimbang, permukaan air laut naik, dan suhu menjadi terlalu panas. Keadaan cuaca yang tidak seimbang sehingga membuat Belitong harus bergantung pada orang lain.

46.

Hal itu dibuktikan oleh sekolah Muhammadiyah yang mampu

mematahkan mitos bahwa sekolah kampung tidak mungkin menang melawan sekolah PN dalam karnaval.

42

43

Kemenangan karnaval membawa perubahan besar bagi masyarakat yang memandang sebelah mata pada sekolah Muhammadiyah. 47. Mengapa anak cantik kaya raya yang hidup di rumah seperti

istana ,dari keluarga terhormat, tampa trauma masa kecil, dan yang memiliki limpahan kasih sayang semua orang, serta lingkungan seperti taman eden, harus berakhir di tempat yang ganas ini? Aku tak sanggup membayangkan lebih jauh perasaan orang tuanya. Mereka tidak percaya ketika datang murid sekolah PN ingin bersekolah di Sekolah Muhammadiyah karena status sosial yang berbeda.

48.

Hari ini aku belajar bahwa setiap orang, bagaimanapun terbatas

keadaannya, berhak memiliki cita-cita, dan keingginan yang kuat untuk mencapai cita-cita itu mampu menimbulkan cita-cita sesunguhnya tercapai. Cita-cita yang tinggi dan keinginan yang kuat akan membuat anganangan akan cita-cita tersebut tercapai.

49.

Dan kata-kata itu semakin menghancurkan hatiku, maka sekarang

aku marah, aku kecewa pada kenyataan begitu banyak anak pintar yang harus berhenti sekolah karena alasan ekonomi. Alasan ekonomi menjadi penghalang dalam memperoleh pendidikan yang layak.

43

44

50.

Saat itu aku menyadari bahwa kami sesungguhnya adalah kumpulan

persaudaraan cahaya dan api. Kami berjanji setia di bawah halilintar yang menyambar-yambar dan agin topan yang menerbangkan gunung-gunug. Janji kami tertulis pada tujuh tingkatan langit, disaksikan naga-naga siluman yang menguasai Laut Cina Selatan. Kami adalah lapisan-lapisan pelagi terindah yang pernah diciptakan Tuhan. Laskar pelangi, itulah julukan untuk persahabatan yang tak terpisahkan.

44

45

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Novel merupakan salah satu bagian sastra berbentuk prosa. Cerita yang dikisahkan dalam novel pun beragam. Ada yang bertema pendidikan, percintaan, social dan lain sebagainya. Dalam novel Laskar Pelani karya Andrea Hirata merupakan Novel yangbertemakan Pendidikan dan kehidupan social yang berbeda. Status social yang berbeda itu amat sangat jelas dan tampak dan diberi pembatas dengan didirikannya sebuah tembok tinggi dan kokoh. Masyarakat yang berstatus social yang baik digolongkan ke dalam masyarakat Gedong. Masyarakat yang berstatuis social yang kurang baik digolongkan ke dalam masyarakat Melayu. Masyarakat Melayu sering dipandang sebelah mata oleh masyarakat Gedong. Hal ini membuat seorang guru danpamannya ingin memajukan masyarakat Belitong dalam hal pendidikan. Karena pendidikan mampu membawa dan merubah kehidupan seseorang. Sangat banyak nilai social yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.

5.2

Saran Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata merupakaan contoh teladan

dalam kehidupan dan membantu dalam membentuk pemikiran anak-anak untuk menggapai cita-cita.

45