proposal linda
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Taufiq serta
Hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelsaikan penelitian dengan judul “ Meningkatkan
Kemampuan Berhitung dengan Menggunakan Teknik Jarimatika di SD”.
Maksud dari penulisan laporan penelitian ini adalah untuk memenuhi persyaratan
dalam Ujian Akhir Semester (UAS). Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan
penelitian ini masih banyak kekurangan, namun berkat bimbingan dan pengarahan dari
Bapak/ Ibu dosen pada akhirnya penulisan Laporan ini dapat terselesaikan.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. M.IMAMUDDIN M.Pd selaku Dosen pembimbing yang mengarahkan dan
membimbing sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.
2. Kedua orang tuaku yang doanya senantiasa bersamaku.
3. Sahabat sejatiku yang menemani saat susah dan senang.
4. Teman-teman Prodi Matematika angkatan 2011.
5. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu.
Semoga amal kebaikan dari semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah
SWT.
Peneliti juga menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga
laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru maupun calon guru atau pihak yang
bersangkutan pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Bukittinggi, 20 desember 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 Bab 1,
pasal 1 menggariskan pendidikan: “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajardan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”
Matematika adalah salah satu pelajaran yang penting di sekolah dasar. Mata
pelajaran Matematika telah diperkenalkan sejak siswa menginjak kelas I Sekolah Dasar
(SD). Secara rinci pada Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
mata pelajaran Matematika SD/MI dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran Matematika di
SD adalah:
1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan.
2. Mengembangkan aktivitas kreatif.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan
gagasan.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah-
sekolah dengan frekuensi jam pelajaran yang lebih banyak dibandingkan dengan mata
pelajaran yang lainnya. Namun demikian banyak yang menganggap bahwa pelajaran
Matematika adalah pelajaran yang paling sulit, menakutkan, menjenuhkan dan tidak
menyenangkan. Siswa pada umumnya menganggap bahwa mata pelajaran Matematika
adalah “momok”. Pelajaran yang kerap dihindari seperti kerapnya untuk tidak dipelajari.
Berbicara mengenai Matematika itu sulit tentunya tidak lepas dari ketidaksenangan dari
peserta didik tentang mata pelajaran Matematika itu sendiri.
Dari hasil analisis ulangan harian yang pernah peneliti lakukan, menemukan
setidaknya 5 hal yang mengakibatkan mengapa Matematika sulit. Pertama, pemahaman
siswa tentang isi dan maksud soal relatif lemah. Kedua, sebagian siswa tidak bisa
mengawali jawaban atau dengan kata lain siswa tidak tahu harus mulai dari mana untuk
menemukan jawaban. Ketiga, siswa terkadang lupa dengan aturan-aturan matematis,
rumus-rumus dan terkadang terjebak dengan syarat-syarat yang tidak boleh dan harus
dipenuhi oleh suatu penyederhanaan kalimat matematika atau suatu persamaan. Keempat,
seringnya terjadi kesalahan kalkulasi dalam jawaban siswa yang tentunya mempengaruhi
hasil akhir jawaban. Kelima, ada kecenderungan siswa mengerjakan soal dengan satu cara
saja, tidak kreatif dalam mencari cara baru.
Persoalan matematika yang sering di hadapi anak adalah sering kali anak kurang
terampil mengoperasikan aritmatika. Walaupun mereka mampu, kebanyakan dari mereka
kurang cepat dan tepat untuk membantu persoalan mengalikan angka. Peneliti memiliki
pengalaman dalam membimbing anak dengan menyampaikan metode hitung perkalian
angka dengan jari tangan. Di sinilah kewajiban seorang guru untuk menanamkan rasa
senang terhadap materi pelajaran Matematika tentang perkalian dengan memberi
rangsangan atau dorongan agar siswa menyenangi pelajaran Matematika.
Di kelas, para siswa dituntut untuk segera menghafal perkalian dan pembagian,
karena jika tidak segera hafal, anak akan merasa kesulitan jika telah menginjak materi
Matematika di kelas berikutnya. Perkalian mungkin memang susah, tapi setidaknya
seorang guru bahkan orang tua dapat membuatnya menjadi lebih menyenangkan. Salah
satu hal yang bisa membuat anak-anak senang dengan Matematika adalah kebebasan
mereka bereksperimen dengan Matematika tersebut.
Saat ini telah berkembang macam-macam metode untuk berhitung. Pada intinya
semua metode adalah baik, semua anak berhak untuk mempelajari teknik-teknik yang
ada, sehingga mereka kaya akan suatu teknik. Salah satu metode yang telah berkembang
untuk pembelajaran Matematika khususnya dalam berhitung adalah pengajaran teknik
jarimatika.
“Jarimatika adalah teknik berhitung mudah dan menyenangkan dengan
menggunakan jari-jari tangan”. (Septi Peni, 2008: 17). Metode hitung dengan jari tangan
yang bertujuan untuk membantu siswa dalam mengoperasikan aritmatika terutama dalam
berhitung perkalian.
Tidak hanya guru yang dapat menggunakan teknik Jarimatika ini, akan tetapi
orang tua juga dapat menggunakannya dalam pembelajaran di rumah. Atas peran guru,
orang tua, dan tentunya niat dari siswa, teknik Jarimatika ini diharapkan dapat membantu
meningkatkan kemampuan siswa pada mata pelajaran Matematika, terutama dalam
berhitung perkalian.
Permasalahan pokok yang ingin Peneliti sampaikan dalam penelitian ini berjudul
“MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG DENGAN MENGGUNAKAN
JARIMATIKA DI SDN 09 LADANG PANJANG”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka dapat
diidentifikasikan masalah yang timbul antara lain:
1. Masih rendahnya keterampilan berhitung perkalian siswa
2. Masih kurangnya sosialisasi tentang pembelajaran berhitung matematika
menggunakan metode berhitung dengan alat bantu.
3. Pengaruh ketrampilan berhitung terhadap kemampuan siswa.
C. Batasan Masalah
Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan
dapat dikaji. Penelitian ini difokuskan pada hal-hal berikut:
1. Metode berhitung yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode jarimatika
dengan penggunaan alat bantu jari tangan.
2. Siswa-siswi SD
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
”Apakah dengan menggunakan teknik jarimatika dapat meningkatkan kemampuan
berhitung perkalian pada siswa SD”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan berhitung perkalian dengan menggunakan teknik jarimatika pada siswa
SD
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memiliki beberapa manfaat,
diantaranya yaitu :
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan masukan dan wawasan kepada guru dalam proses pembelajaran.
b. Memberikan solusi sebagai upaya perbaikan mutu proses pendidikan
khususnya kemampuan berhitung perkalian Matematika.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Meningkatnya kemampuan berhitung perkalian khususnya dapat menambah
kecepatan dan keakuratan dalam berhitung perkalian, sehingga peserta didik
lebih menyenangi pembelajaran berhitung.
b. Bagi Guru
Memberikan arahan dalam proses pembelajaran dan memberi solusi untuk
mengajarkan perkalian yang menyenangkan dalam mata pelajaran Matematika
yaitu dengan metode berhitung dengan jari tangan atau jarimatika.
c. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan pemikiran dalam meningkatnya kualitas
pembelajaran, karena dengan hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan
bagi sekolah dalam meningkatkan kemampuan berhitung perkalian.
G. Asumsi Penelitian
Asumsi adalah suatu pernyataan yang sudah pasti kebenarannya dan tidak perlu di
permasalahkan. Hal-hal yang peneliti asumsikan dalam penelitian ini adalah:
1. Tingkat Kemampuan siswa dalam menerima pelajaran di anggap sama.
2. Hasil yang di peroleh siswa benar-benar mencerminkan kemampuan menerapkan
jarimatika.
3. Kemampuan guru dalam menjelaskan atau menerangkan di anggap sama.
H. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman antara yang dimaksud peneliti dengan persepsi
yang di tangkap oleh pembaca, maka peneliti memberikan definisi sebagi berikut:
1. Meningkatkan
Meningkatkan adalah menaikkan (derajat atau taraf dsb).(Depdiknas,2001:1198)
2. Kemampuan
Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau kekuatan untuk menguasai atau
mengerjakan sesuatu. ( kamus bergambar Nur Kasanah dan Didik Tuminto
(2007:423)
3. Berhitung
Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996:253)
berhitung berarti mengerjakan hitungan.
4. Perkalian
Pada prinsipnya, perkalian sama dengan penjumlahan secara berulang.
5. Jarimatika
“Jarimatika adalah teknik berhitung mudah dan menyenangkan dengan
menggunakan jari-jari tangan”. (Septi Peni, 2008: 17).
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembahasan Teori
1. Hakekat Kemampuan Berhitung Perkalian
Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
(1996:253) berhitung berarti mengerjakan hitungan. Berhitung adalah salah satu
keterampilan dasar yang perlu dikuasai.. Arimatika berasal dari bahasa Yunani
yang artinya angka atau dulu disebut dengan ilmu hitung yaitu cabang tertua
Matematika yang mempelajari operasi dasar bilangan. Operasi dasar tersebut
adalah penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
a. Kemampuan Berhitung
Nyimas Aisyah (2007: 6.5) “Kemampuan berhitung merupakan salah
satu kemampuan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, dapat dikatakan
bahwa semua aktivitas kehidupan manusia memerlukan kemampuan ini”.
Menurut Bismo dalam (http://rumahlaili.blogspot.com/ diakses tanggal
18 Mei 2010) kemampuan berhitung adalah kemampuan seseorang yang
digunakan untuk memformulasikan persoalan Matematika sehingga dapat
dipecahkan dengan operasi perhitungan atau aritmatika biasa yaitu tambah,
kurang, kali, dan bagi.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan berhitung adalah kemampuan yang memerlukan penalaran dan
keterampilan aljabar yang digunakan untuk memformulasikan persoalan
Matematika sehingga dapat dipecahkan dengan operasi hitung yang diperlukan
dalam semua aktivitas kehidupan manusia sehari-sehari. Untuk dapat
berhitung dengan baik diperlukan suatu proses:
1. Anak perlu untuk memahami bilangan dan proses membilang.
2. Kemudian mulai dikenalkan dengan lambang bilangan.
3. Setelah itu diajarkan konsep operasi hitung.
4. Baru kemudian dikenalkan aneka cara dan metode melakukan
penghitungan
b. Perkalian
Pada prinsipnya, perkalian sama dengan penjumlahan secara berulang.
Oleh karena itu, kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum
mempelajari perkalian adalah penguasaan penjumlahan.
Materi Perkalian Kelas II
1. Konsep Dasar Perkalian
Perkalian dengan penjumlahan berulang. Contoh: 4 x 2, cara menghitungnya adalah 2 + 2 + 2 + 2 hasilnya 8.
Jika menggunakan kaidah penulisan perkalian adalah sebagai berikut :
4 x 2 = 2 + 2 + 2 + 2 = 8.
2. SifatPerkalian
Jika A dan B adalah sebuah bilangan cacah, maka A x B = B x A.
Sifat perkalian ini disebut sifat komutatif.
Contoh: 4 x 2 = 2 + 2 + 2 + 2 = 8
2 x 4 = 4 + 4 = 8
4 x 2 hasilnya sama dengan 2 x 4, yaitu 8.
c. Pembelajaran Matematika
1. Pembelajaran
Corey dalam TIM Pendidikan Guru Sekolah Dasar (2007: 6)
menyatakan bahwa “Pembelajaran adalah suatu proses di mana
lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon
terhadap situasi tetentu”.
Menurut Oemar Hamalik (2009:57) ”Pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur–unsur manusia, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur manusia terlibat dalam sistem pengajaran yang
terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya”.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata pembelajaran adalah kata
benda yang diartikan sebagai proses, cara menjadikan orang atau makluk
hidup belajar.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses interaksi peserta didik dan pendidik dan
sumber belajar yang sengaja dirancang untuk membuat siswa belajar secara
aktif di suatu lingkungan belajar untuk pencapaian tujuan belajar tertentu.
Ciri - ciri Pembelajaran
Oemar Hamalik dalam M. Sobry Sutikno (2009: 34) memaparkan tiga
ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, yaitu rencana,
kesalingtergantungan dan tujuan sistem pembelajaran.
KomponenPembelajaran
Dalam pembelajaran terdapat bermacam-macam komponen atau
unsur. Menurut Oemar Hamalik (2009: 66) Unsur-unsur minimal yang ada
dalam sistem pembelajaran adalah seorang siswa/peserta didik, suatu tujuan
dan suatu prosedur kerja untuk mencapai tujuan..
Udin S Winata Putra (2007:1.21) berpendapat bahwa komponen-
komponen pembelajaran saling berkaitan satu sama lain. Komponen
tersebut antara lain: tujuan, kegiatan dan evaluasi pembelajaran. .
Nana Sudjana (2005: 30) berpendapat bahwa komponen-komponen
yang harus ada dalam suatu pembelajaran adalah tujuan yang hendak
dicapai dalam pembelajaran, bahan atau materi yang akan disampaikan,
metode dan alat yang digunakan, dan penilaian dalam proses pengajaran.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa komponen-
komponen pembelajaran antara lain: siswa, tujuan, materi,
kegiatan/prosedur, metode, media, sumber belajar, evaluasi dan tindak
lanjut pembelajaran.
2. Matematika
Lerner dikutip Mulyono Abdurrahman (2003: 252) Matematika di
samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang
memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan
ide mengenai elemen dan kualitas.
Matematika menurut Soedjadi (2000: 13) yaitu memiliki objek
tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang disusun dengan
meggunakan bahasa simbol untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif
dan ke ruangan yang mengkaji benda abstrak untuk mendasari
perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia,
serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Fungsi Matematika
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendididkan Kelas II
Tahun 2007, fungsi Matematika adalah untuk membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif
serta kemampuan bekerja sama.
Dapat disimpulkan bahwa Matematika sangat besar fungsinya
dalam kehidupan sehari-hari yaitu: dapat memberikan bekal kepada
peserta didik untuk berpikir logis, analitis, kritis dan mengembangkan
kreativitas, meningkatkan kemampuan dalam usaha memecahkan
masalah yang menantang.
3. Pembelajaran Matematika
Menurut Bruner yang dikutip Nyimas Aisyah dkk (2007:1.5)
Pembelajaran Matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan
struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam materi yang
dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep struktur-
struktur Matematika itu.
Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007:1.4) Pembelajaran
Matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk
menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan
kegiatan siswa belajar Matematika di sekolah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
Matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk
menciptakan suasana yang memungkinkan kegiatan siswa mempelajari
hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika di
sekolah.
Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk mata
pelajaran Matematika di SD sebagai berikut:
1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan.
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi,
intuisi, dan penemuan.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi.
Oleh karena itu hasil dari pembelajaran Matematika akan
nampak pada kemampuan berpikir yang matematis dalam diri siswa,
yang bermuara pada kemampuan menggunakan Matematika sebagai
bahasa dan alat dalam menyelesaikan masalah masalah yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari.
Tahap Penguasaan Matematika dalam Pembelajaran
Secara umum terdapat 4 tahapan aktivitas dalam rangka penguasaan
materi pelajaran Matematika di dalam pembelajaran,
yaitu:penanaman konsep, pemahaman konsep, pembinaan
ketrampilan dan penerapan konsep.
Teori-teori Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah dkk (2007: 1.4) pembelajaran Matematika
merupakan proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk
menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang
memungkinkan kegiatan siswa belajar Matematika di sekolah.
Brunner dalam Nyimas Aisyah dkk (2007:1.6-7) manyatakan bahwa
dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu : Tahap Enaktif
atau Tahap Kegiatan, Tahap Ikonik atau Tahap Gambar Bayangan,
Tahap Simbolik.
Pembelajaran Matematika hendaknya dikembangkan dari yang
mudah ke yang sukar, sehingga dalam memberikan contoh guru juga
harus memperhatikan tentang tingkat kesukaran dari materi yang
disampaikan. Dengan demikian dalam pembelajaran Matematika
contoh-contoh yang diberikan harus bervariasi dan tidak cukup
hanya satu contoh.
2. Hakekat Teknik Jarimatika
a. Pengertian Jarimatika
Septi Peni Wulandari (2008: 2 ) Jarimatika adalah cara berhitung
(operasi kalibagi- tambah-kurang) dengan menggunakan jari-jari tangan.
Jarimatika adalah sebuah cara sederhana dan menyenangkan mengajarkan
berhitung dasar kepada anak-anak menurut kaidah
Sedangkan menurut Dwi Sunar Prasetyono, dkk (2009: 19)
“Jarimatika adalah suatu cara menghitung Matematika dengan
menggunakan alat bantu jari”.
Dari kedua pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa jarimatika
adalah suatu cara berhitung (operasi kali-bagi-tambah-kurang) dengan
menggunakan alat bantu jari-jari tangan. Menurut (Wulandari, 2009)
Kelebihan jarimatika sebagai media pembelajaran di antaranya adalah:
a. Jarimatika memberikan visualisasi proses berhitung.
b. Gerakan jari-jari tangan akan menari minat anak.
c. Jarimatika relatif tidak memberatkan memori otak saat di gunakan.
d. Alat yang digunakan tidak perlu di beli.
b. Formasi Jarimatika Perkalian
Dalam perkembangan konsep matematika dengan menggunakan
jarimatika, alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah jari
tangan yang dimiliki siswa dan peneliti. Dibawah ini merupakan langkah-
langkah pembelajaran perkalian kelompok dasar (bilangan 6-10):
1. Siswa terlebih dahulu perlu memahami angka atau lambang bilangan.
2. Siswa mengenali konsep operasi perkalian.
3. Siswa sebelumnya diajak bergembira, bisa dengan bernyanyi.
4. Mengenal lambang-lambang yang digunakan di dalam jarimatika.
5. Siswa diajarkan cara-cara menghitung dengan jarimatika dengan
ketentuan sebagai berikut:
Rumus: (T1 + T2) + (B1 x B2)
Keterangan:
T1 = jari tangan kanan yang ditutup (puluhan)
T2 = jari tangan kiri yang ditutup (puluhan)
B1 = jari tangan kanan yang dibuka (satuan)
B2 = jari tangan kiri yang dibuka (satuan)
6. Guru dan siswa melakukan operasi perkalian dengan
mendemonstrasikan menggunakan jari tangan.
Contoh:
Tangan kanan (7) : kelingking dan jari manis ditutup (dilipat).
Tangan kiri (8) : kelingking, jari manis, dan jari tengah ditutup (dilipat).
7 x 8 dapat diselesaikan sebagai berikut. Jari yang ditutup bernilai puluhan,
dijumlahkan. Jari yang terbuka bernilai satuan, dikalikan.
Formasi Jarimatikanya adalah sebagai berikut:
Contoh
7 x 8 = (T1 + T2) + (B1 x B2)
= (20 + 30) + (3 x 2)
= 50 + 6
= 56
B. Penelitian yang Relevan
Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
Gunawan Ari Saputro. 2009. Mahasiswa FKIP Universitas Sebelas Maret dalam
skripsinya yang berjudul “Efektifitas Pengajaran Sempoa dan Jarimatika untuk
Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas I SDN Candirejo kab.
Semarang Tahun Ajaran 2008/2009”.
Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa dengan kedua pengajaran
yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu sempoa dan jarimatika. Masing-masing
mengungkapkan bahwa penggunaan media jarimatika maupun sempoa mampu
meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian tersebut terbukti bahwa baik
pengajaran dengan menggunakan media sempoa maupun media jarimatika
keduanya mampu meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-sama
mengkaji pembelajaran yang menggunakan teknik jarimatika.
C. Penjelasan Variabel Yang Terkait
Dalam menyampaikan konsep perkalian, para guru banyak yang
menggunakan cara konvensional yaitu dengan memaksa anak untuk
menghafal secara mencongak, karena jika tidak segera hafal anak akan merasa
kesulitan jika telah menginjak materi Matematika di kelas berikutnya.
Sedangkan siswa sendiri sulit untuk menghafal perkalian dan merasa malas
untuk menghafal yang memberatkan otak mereka.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru menerapkan teknik
jarimatika yaitu salah satu metode yang telah berkembang untuk pembelajaran
Matematika khususnya dalam berhitung mudah dan menyenangkan dengan
menggunakan jari-jari tangan. Kelebihan dari pengajaran dengan
menggunakan teknik jarimatika yaitu sederhana, alatnya selalu tersedia dan
tidak perlu dibeli, alatnya tidak akan pernahketinggalan atau disita saat ujian,
tidak memberatkan otak dengan bayangan, dan tenyata juga mudah untuk
dilakukan. Pada kondisi akhir kemampuan berhitung siswa terhadap materi
perkalian meningkat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus dengan menerapkan teknik jarimatika pada siswa kelas II semester 2 MI Sunan
Giri tahun pelajaran 2010/2011 dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan teknik jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung perkalian
siswa kelas II semester 2 MI Sunan Giri. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum
dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 59,25 dengan persentase ketuntasan
klasikal sebesar 45%, siklus I nilai rata-rata kelas 69,70 dengan persentase ketuntasan
klasikal sebesar 70% dan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 79,6 dengan
persentase ketuntasan klasikal sebesar 80%. Dengan demikian secara klasikal,
pembelajaran telah mencapai ketuntasan belajar.
B. Saran
1. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah mengupayakan pelatihan bagi guru untuk dapat
mendukung pelaksanaan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai
dengan harapan.
2. BagiGuru
a. Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan
merancang proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga siswa menjadi
lebih tertarik dan pembelajaran akan menjadi lebih kondusif dan bermakna.
b. Guru hendaknya mengupayakan tindak lanjut terhadap penerapan teknik
jarimatika pada pembelajaran yang dilaksanakan.
3. Bagi Siswa
Siswa harus lebih mengembangkan inisiatif, kreativitas, keaktifan, motivasi
belajar dan mengembangkan keberanian untuk bertanya kepada guru terhadap materi
yang belum jelas, sehingga apa yang belum dipahami akan dijelaskan oleh guru.
4. Bagi Peneliti
Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya lebih
cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan dengan
pembelajaran menggunakan teknik jarimatika guna melengkapi kekurangan yang ada
serta sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan berhitung siswa
yang belum tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Sudjana, Nana.2006.Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung:PT Remaja
Rosdakarya
Budyono, Tri.2008.Mahir Berhitung dengan Jari Tangan.Jakarta:CV Sinar Jaya Abadi
Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo
Suharsimi Arikunto.2001.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: PT Bumi Aksara.2002.
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta
Septi Peni Wulandari. 2008. Jarimatika Perkalian dan Pembagian. Tangerang: PT Kawan
Pustaka
Gunawan Ari Saputro.2009. Efektifitas Pengajaran Sempoa dan Jarimatika untuk Mengatasi
Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas I SDN Candirejo kab. Semarang Tahun Ajaran
2008/2009. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta:UNS.