morning poetry 210215
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 Morning Poetry 210215
1/1
Setelah pagi buta menitipkan kebeningan puisinya pada helaan napas
Sejalan dengan keributan dini hari
Di sudut bukit tua di antara hamparan permadani hijau memukau
Mengisi sebelah mata dengan asa dan penyesalan di sisi lainnya
Dan menghunjam keras bebalnya kelopak mata
Melalui gugahan berulang dari yang terkasih
Berat memang, namun lembar hari telah sempurna terbuka
Selalu seperti itu, menunggu untuk aku hiasi
Siap sedia demi goresan kuas bermakna rutinitas
Tidak seperti dua hari yang lalu
Saat mentari tersenyum menyapa wajah gembiraku
Dari arah yang sama, di tempat lain, yang pertama kali kusinggahi
Setelah lebih dari 11 tahun tak kulangkahkan lagi kaki meniru Rasul mencari
Gusti llah
Seandainya saja tidak ada ladang na!kah ini
Mungkin kebebasan waktu masih bisa aku genggamSekehendak hati, sebebas ayam hutan memilih untuk bersarang
Seperti angin belerang yang menari ke segala penjuru bibir kawah
"ni kehidupanku, yang menjadi jawaban dari hampir semua pertanyaan
#alaupun sesungguhnya yang aku inginkan bukan jalan ini
Tapi Gusti llah punya keindahan dibalik seluruh deritaku
$arenanya aku tidak pernah mengubur asa bahagia
Suatu saat, suatu tempat, suatu kondisi di mana bahagia sejati pasti kureguk
Satu hal yang menjadi cita%cita, yang mungkin tak mungkin
dalah melihat mendiang "bu tersenyum di sisi Gusti llah
Demi melihatku mencari apa yang hanya sedikit orang mencarinyaDemi melihatku menjauh dari apa yang banyak orang meniginginkannya
Demi melihatku berhasil di atas hamparan kegagalan khalayak
Demi Gusti llah, demi "bu tercinta, kaki ini akan terus berpayah%payah
&ntuk menapaki setiap jengkal jalan terjal di bukit takdir
$arena aku percaya, Gusti llah memberi coba yang lebih berat,
Bagi setiap diri yang lebih hebat menantang cabaran dunia