morf acara iii

13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Geomorfologi mempelajari tentang bentuk bentang alam dan proses yang membentuknya. Dalam geomorfologi perlu diketahui kenapa sebuah bentang alam terlihat seperti telah ada. Sangat banyak bentang alam atau kenampakan permukaan bumi yang tercakup dalam geomorfologi. Salah satunya adalah lereng. Secara definisi bahasannya lereng merupakan bagian dari bentang alam yang memiliki sudut miring dan beda ketinggian pada tempat tertentu, sehingga dapat disimpulkan bahwa dari sudut (kemiringan) lereng merupakan suatu variabel beda tinggi antara dua tempat, yang dibandingkan dengan daerah yang relatif lebih rata atau datar. Keterampilan dan pemahaman dalam menganalisis kemiringan dari sebuah lereng perlu dimiliki oleh seorang geologis untuk mempermudah dalam mengetahui profil lahan suatu daerah. Oleh karena itu diadakan praktikum geomorfologi ini guna membantu dan mempermudah penyerapan teori yang telah dipelajari. 1.2 Maksud dan Tujuan

Upload: musdalifah-usman

Post on 06-Feb-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Geomorfologi

TRANSCRIPT

Page 1: Morf Acara III

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Geomorfologi mempelajari tentang bentuk bentang alam dan proses yang

membentuknya. Dalam geomorfologi perlu diketahui kenapa sebuah bentang alam

terlihat seperti telah ada. Sangat banyak bentang alam atau kenampakan

permukaan bumi yang tercakup dalam geomorfologi. Salah satunya adalah lereng.

Secara definisi bahasannya lereng merupakan bagian dari bentang alam

yang memiliki sudut miring dan beda ketinggian pada tempat tertentu, sehingga

dapat disimpulkan bahwa dari sudut (kemiringan) lereng merupakan suatu

variabel beda tinggi antara dua tempat, yang dibandingkan dengan daerah yang

relatif lebih rata atau datar.

Keterampilan dan pemahaman dalam menganalisis kemiringan dari sebuah

lereng perlu dimiliki oleh seorang geologis untuk mempermudah dalam

mengetahui profil lahan suatu daerah. Oleh karena itu diadakan praktikum

geomorfologi ini guna membantu dan mempermudah penyerapan teori yang telah

dipelajari.

1.2 Maksud dan Tujuan

Praktikum ini dimaksudkan agar mahasiswa mendapat pemahaman dalam

menganalisa kemiringan dari sebuah lereng.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini adalah :

1. Mahasiswa mengetahui pengertian dari kemiringan lereng.

2. Mahasiswa mengetahui cara menentukan persentase kemiringan lereng.

3. Mahasiswa mengetahui cara menganalisis kemiringan lereng.

Page 2: Morf Acara III

1.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini ialah :

1. Alat tulis

2. Pensil mekanik (ukuran 0,3 mm)

3. Pulpen mekanik (0.1-0.5 mm)

4. Peta dasar

5. Penghapus

6. Penggaris

7. Kertas grafik.

8. Kalkulator.

Page 3: Morf Acara III

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

2.1.1 Lereng

Lereng adalah penampakan alam yang disebabkan karena adanya beda

tinggi di dua tempat. Kemiringan lereng (Slope) merupakan salah satu unsur

topografi dan sebagai faktor terjadinya erosi melalui proses runoff. Semakin

curam lereng semakin besar laju dan jumlah aliran permukaan, semakin besar pula

erosi yang terjadi.

Bentuk lereng bergantung pada proses erosi juga gerakan tanah dan

pelapukan. Leeng merupakan parameter topografi yang terbagi dalam dua bagian

yaitu kemiringan lereng dan beda tinggi relatif, dimana kedua bagian tersebut

besar pengaruhnya terhadap penilaian suatu bahan kritis. Bila dimana suatu lahan

yang lahan dapat merusak lahan secara fisik, kimia dan biologi, sehingga akan

membahayakan hidrologi produksi pertanian dan pemukiman.

Salah satunya dengan menbuat peta Kemiringan Lereng (Peta Kelas

Lereng). Dengan pendekatan rumus “Went-Worth” yaitu pada peta topografi yang

menjaadi dasar pembuatan peta kemiringan lereng dengan dibuat grid atau jaring-

jaring berukuran 1 cm kemudian masing-masing bujur sangkar dibuat garis

horizontal.

Alat yang dapat digunakan untuk mengukur sudut kemiringan lereng

disebut clinometer. Alat ini juga dapat dapat digunakan untuk mengukur

ketinggian benda.

Beberapa faktor kemiringan lereng yang mempengaruhi terjadinya erosi,

yaitu :

1. Panjang lereng dengan faktor pendukung : intensitas hujan. Jika intensitas

hujan tinggi, panjang lereng meningkat disertai dengan meningkatnya

erosi.

Page 4: Morf Acara III

2. Arah lereng. Erosi lebih besar pada lereng yang menghadap ke arah selatan

karena  tanahnya mudah terdispersi secara langsung terkena sinar

matahari.

3. Konfigurasi lereng (cembung → erosi lembar, cekung → erosi alur dan

parit).

4. Keseragaman lereng (bentuk kecuraman). Erosi akan lebih besar pada

lereng yang seragam.

Derajat kemiringan lereng dan panjang lereng merupakan sifat tofografi

yang dapat mempengaruhi besarnya erosi tanah. Semakin curam dan semakin

panjang lereng maka makin besar pula aliran permukaan dan bahaya erosi

semakin tinggi.

2.1.2 Klasifikasi Kemiringan Lereng

Peta kelas lereng diperoleh melalui interpetasi pet rupa bumi Indonesia

( RBI ) dengan metode pembuatan peta lereng yang dikemukakan oleh

Wenthworth dengan rumus sebagai berikut :

(n-1) x ki S = --------------------------------- x 100% a x penyebut skala peta

Keterangan :

S = Besar sudut lereng

n = Jumlah kontur yang memotong tiap diagonal jarring

ki = kontur interval

a = panjang diagonal jarng dengan panjang rusuk 1 cm

Page 5: Morf Acara III

Tabel 2.1 Pembagian kemiringan lereng berdasarkan klasifikasi USSSM dan USLE

Kemiringan lereng (°)

Kemiringanlereng (%)

KeteranganKlasifikasi

USSSM* (%)

Klasifikasi

USLE* (%)

< 1 0 - 2 Datar – hampir datar 0 - 2 1 - 2

1 – 3 3 - 7 Sangat landai 2 - 6 2 - 7

3 – 6 8 - 13 Landai 6 - 13 7 - 12

6 – 9 14 - 20 Agak curam 13 - 25 12 - 18

9 – 25 21 - 55 Curam 25 - 55 18 - 24

25 – 26 56 - 140 Sangat curam > 55 > 24

> 65 > 140 Terjal

*USSSM = United Stated Soil System Management

USLE = Universal Soil Loss Equation

Tabel 2.2 Ukuran panjang lereng

PANJANG LERENG (M) KLASIFIKASI

< 15 Lereng sangat pendek

15 - 50 Lereng pendek

50 - 250 Lereng sedang

250 - 500 Lereng panjang

> 500 Lereng sangat panjang

Page 6: Morf Acara III

Terlihat di atas pembagian kemiringan lereng dan bentuk lahan secara

kuantitatif, melalui perhitungan dikelompokkan berdasarkan jumlah persen dan

besar sudut lereng, untuk mengetahui jumlah tersebut melalui perhitungan dari

perbandingan perbedaan ketinggian dengan jarak datar yang terbentuk.

Tabel 2.3 Hubungan ketinggian absolut dengan morfografi

(sumber : Van Zuidam, 1985)

KETINGGIAN ABSOLUT UNSUR MORFOGRAFI

< 50 meter Dataran rendah

50 meter - 100 meter Dataran rendah pedalaman

100 meter - 200 meter Perbukitan rendah

200 meter - 500 meter Perbukitan

500 meter - 1.500 meter Perbukitan tinggi

1.500 meter - 3.000 meter Pegunungan

> 3.000 meter Pegunungan tinggi

Page 7: Morf Acara III

Tabel 2.4 Hubungan kelas relief - kemiringan lereng dan perbedaan ketinggian. (sumber: Van Zuidam,1985)

KELAS RELIEFKEMIRINGAN LERENG ( % )

PERBEDAAN

KETINGGIAN (m)

Datar - Hampir datar 0 - 2 < 5

Berombak 3 - 7 5 – 50

Berombak - Bergelombang 8 – 13 25 – 75

Bergelombang – Berbukit 14 - 20 75 – 200

Berbukit – Pegunungan 21 - 55 200 – 500

Pegunungan curam 55 - 140 500 - 1.000

pegunungan sangat curam > 140 > 1.000

Tabel 2.5 Kerapatan aliran (rata - rata jarak percabangan dengan Ordo pertama aliran,

Van Zuidam, 1985)

JENIS KERAPATAN

MEMILIKI KERAPATAN

KARAKTERISTIK

HALUS Kurang dari 0,5 cmTingkat limpasan air permukaan tinggi, batuan memiliki porositas buruk

SEDANG 0,5 cm - 5 cmTingkat limpasan air permukaan sedang, batuan memiliki porositas sedang

KASAR Lebih besar dari 5 cm

Tingkat limpasan air permukaan rendah, batuan memiliki porositas baik dan tahan terhadap erosi.

Page 8: Morf Acara III

BAB III

PEMBAHASAN

Peta merupakan gambaran umum (konvensional) permukaan bumi pada

bidang datar yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi dengan tulisan

serta simbol sebagai keterangan. Salah satu jenis peta ialah peta topografi yang

memuat informasi mengenai keadaan topografi permukaan bumi di suatu daerah,

baik mengenai unsur alami maupun unsur buatan manusia. Kenampakan bentang

alam dan topografi pada sebuah peta dapat diproyeksikan dalam bentuk

penampang tiga dimensi. Proyeksi tiga dimensi ini akan menggambarkan

kenampakan topografi dan perbedaan ketinggian yang lebih nyata yang disajikan

oleh peta.

Pembuatan proyeksi tiga dimensi diawali dengan menentukan dan menarik

garis sayatan pada peta. Penarikan garis sayatan ini dilakukan sebanyak tiga kali

dan saling terhubung (A ke B, B ke C, dan C ke A) dengan memperhatikan

beberapa hal, salah satunya garis sayatan harus memotong semua garis kontur

yang ada pada peta. Lalu memproyeksikan masing-masing sayatan tersebut

dengan memperhatikan titik-titik ketinggian di tiap kontur, hingga membentuk

sebuah penampang. Ketiga penampang yang telah dibuat (A ke B, B ke C, dan C

ke A) selanjutnya dihubungkan yang akhirnya akan terbentuk sebuah proyeksi

tiga dimensi dari peta yang dibatasi oleh masing-masing penampang. Kemudian

melengkapi proyeksi tersebut dengan garis kontur.

Page 9: Morf Acara III

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari praktikum pembuatan peta topgrafi, maka dapat ditarik

suatu kesimpulan bahwa :

1. Proyeksi peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan

sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran

berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit

mungkin.

2. Pembuatan garis penampang dan sayatan perlu memperhatikan beberapa

hal, seperti garis penampang harus memotong semua garis kontur yang ada

di peta (tiap garis kontur haru terwakili).

3. Proyeksi tiga dimensi dari suatu peta dapat dibuat dengan menghubungkan

minimal tiga buah penampang yang kemudian dilengkapi dengan kontur-

konturnya.

4.2 Saran

4.2.1 Saran untuk Asisten

Sabar dalam membimbing dan mengarahkan praktikan.

4.2.2 Saran untuk Laboratorium

Sarana dan prasarana seperti ruangan, kursi dan meja perlu ditingkatkan

kualitasnya, demi membantu kelancaran praktikum.

Page 10: Morf Acara III

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Pengyukuran Kemiringan Lereng. Diambil dari website :

cloudsskyriu.blogspot.com/2013/05/laporan-prngukuran-kemiringan-

lereng.html. Pada tanggal 18 November 2014.

Dony, P,. 2012. Klasifikasi Kemiringan Lereng. Diambil dari website :

pinterdw.blogspot.com/2012/03/klasifikasi-kemiringan-lereng.html.

Pada tanggal 18 November 2014.

Yusuf, K,. 2012. Pengertian Kontur dan Kemiringan Lereng. Diambil dari

website : kasmatyusufgeo10.blogspot.com/2012/11/pengertian-kontur-

dan-kemiringan-lereng.html. Pada tanggal 18 November 2014.