modul sertifikasi ok 29112013

Upload: ritti-piany-sangadji

Post on 07-Aug-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    1/78

    MODUL 

    MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL

    PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI

    PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI

    MATA PELAJARAN : KONSEP DASAR SERTIFIKASI

    `

    BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

    2013

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    2/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 2

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Deskripsi Singkat

    Dalam Modul ini dibahas 3 hal utama, yaitu

    1. Definisi

    2. Dasar Hukum

    3. Prosedur Sertifikasi Obat, Obat Tradisional, Kosmetika , Produk Komplemen dan

    Makanan dan Kemasan Pangan.

    B. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

    Setelah mempelajari modul ini para peserta diharapkan mampu mengetahui proses :

    1. Pelaksanaan Sertifikasi Obat, Kosmetika,Obat Tradisional, Makanan dan

    2. Pelaksanaan. Pengeluaran Surat Keterangan Impor (SKI) serta Pengeluaran Surat

    Keterangan Ekspor (SKE) untuk Obat, Obat Tradisional, Kosmetika , Produk

    Komplemen dan Makanan. 

    C. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

    Setelah mempelajari modul ini, para peserta Diklat diharapkan dapat :

    1. Memahami tentang definisi dan dasar hukum pelaksanaan sertifikasi Obat, Obat

    Tradisional, Kosmetika , dan Makanan.

    2. Memahami tentang definisi dan dasar hukum Pengeluaran Surat Keterangan Impor

    (SKI) dan Pengeluaran Surat Keterangan Ekspor (SKE) untuk Obat Tradisional,

    Kosmetika , Produk komplemen, dan Kemasan Pangan. 

    3. Mampu memahami prinsip-prinsip pembuatan obat yang baik. 

    4. Mampu memahami prinsip-prinsip pembuatan makanan yang baik. 

    5. Mampu memahami prinsip-prinsip pembuatan obat tradisional yang baik. 

    6. Mampu memahami prinsip-prinsip pembuatan kosmetik yang baik. 

    7. Memahami proses pelaksanaan sertifikasi Obat, Obat Tradisional, Kosmetika dan

    Makanan. 

    8. Memahami proses pelaksanaan Pengeluaran Surat Keterangan Impor (SKI) dan

    Pengeluaran Surat Keterangan Ekspor (SKE) untuk Obat, Obat Tradisional,

    Kosmetika, Produk Komplemen dan Makanan 

    D. Materi Bahasan

    Materi bahasan mata pelajaran ini terdiri dari 3 (tiga) kegiatan belajar:

    1. Definisi dan Dasar Hukum Sertifikasi Obat, Obat Tradisional, Kosmetika dan Makanan 

    2. Definisi dan Dasar Hukum definisi dan dasar hukum Pengeluaran Surat Keterangan

    Impor (SKI) dan Pengeluaran Surat Keterangan Ekspor (SKE) untuk Obat Tradisional,

    Kosmetika , produk komplemen dan Kemasan Pangan 

    3. Cara Produksi /Pembuatan Yang Baik : 

    a. Cara Pembuatan Obat Yang Baik 

    b. Cara Produksi Makanan yang Baik; 

    c. Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik; 

    d. Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik; 

    4. Prosedur Pelaksanaan Sertifikasi Obat, Obat Tradisional, Kosmetika dan Makanan

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    3/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 3

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    5. Prosedur Pengeluaran Surat Keterangan Impor (SKI) dan Pengeluaran Surat

    Keterangan Ekspor (SKE) untuk Obat Tradisional, Kosmetika , Produk

    Komplemen, dan Kemasan Pangan

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    4/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 4

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    BAB II

    DEFINISI DAN DASAR HUKUM PELAKSANAAN SERTIFIKASI OBAT, OBAT

    TRADISIONAL, KOSMETIK ,PRODUK KOMPLEMEN , MAKANAN DAN KEMASAN

    PANGAN

    A. Latar Belakang

    Pembangunan yang berkesinambungan melalui layanan importasi kepada para

    pengguna jasa, importir, distributor menjadi fokus Badan POM, sebagai wujud abdi

    kepada masyarakat usaha. Kemudahan importasi bagi dunia usaha, tentu mempunyai

    dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi pada umumnya. Kemudahan importasi obat,

    obat tradisional, kosmetika, produk komplemen dan pangan difasilitasi secara elektronik

    menggunakan aplikasi e-bpom. Kemudahan itu tidak mengorbankan hak masyarakat

    untuk memperoleh obat dan makanan yang berkhasiat, bermanfaat dan bermutu. Badan

    POM tetap konsekuen melakukan program kerja pengawasan sesuai misinya

    melindungi masyarakat dari obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan. Untuk

    menyeragamkan pengawasan pemasukan agar bahan baku obat, bahan tambahan

    obat, bahan baku PKRT, baku pembanding, bahan analisis laboratorium, bahan baku

    obat tradisional, bahan baku produk komplemen, bahan baku pangan, bahan tambahan

    pangan, obat jadi, vaksin, obat tradisional, kosmetika, produk komplemen, produk

    pangan serta bahan kimia/bahan baku peruntukan bukan untuk obat, obat tradisional,

    produk komplemen dan pangan (dengan lartas masuk Ke Badan POM) sesuai dengan

    ketentuan perundang-undangan yang berlaku maka dilakukan sertifikasi dengan

    penerbitan SKI oleh Badan POM.

    Untuk menjamin bahwa obat yang diproduksi dan kemudian di ekspor perlu juga dijamin

    mutu dan kualitasnya sehingga perlu ditetapkan acuan / pedoman dalam rangka

    melaksanakan Sertifikasi Surat Keterangan Ekspor (SKE) produk jadi obat, vaksin, obattradisional, kosmetika, produk komplemen, pangan olahan, bahan baku obat, bahan

    baku obat tradisional, bahan baku produk komplemen, bahan baku pangan, bahan

    tambahan pangan, dan kemasan pangan maka perlu ditetapkan.........

    B. DEFINISI

    a. Surat Keterangan Impor(SKI) elektronik 

    Surat keterangan yang diterbitkan oleh Badan POM atau Balai Besar/Balai POM

    dengan sistem NSW Badan POM yang dibutuhkan untuk mengeluarkan bahan baku

    obat, bahan tambahan obat, bahan baku PKRT, baku pembanding, bahan analisis

    laboratorium, bahan baku obat tradisional, bahan baku produk komplemen, bahanbaku pangan, bahan tambahan pangan, obat jadi, vaksin, obat tradisional,

    kosmetika, produk komplemen, produk pangan serta bahan kimia/bahan baku

    peruntukan bukan untuk obat, obat tradisional, produk komplemen dan pangan

    olahan (dengan lartas masuk Ke Badan POM) dari Pabean

    b. Surat Keterangan Impor(SKI) manual

    Surat keterangan yang diterbitkan oleh Badan POM atau Balai Besar/Balai POM

    secara manual yang dibutuhkan untuk mengeluarkan bahan baku obat, bahan

    tambahan obat, bahan baku PKRT, baku pembanding, bahan analisis laboratorium,

    bahan baku obat tradisional, bahan baku produk komplemen, bahan baku pangan,

    bahan tambahan pangan, obat jadi, vaksin, obat tradisional, kosmetika, produk

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    5/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 5

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    komplemen, produk pangan serta bahan kimia/bahan baku peruntukan bukan untuk

    obat, obat tradisional, produk komplemen dan pangan olahan (dengan lartas masuk

    Ke Badan POM) dari Pabean

    c. Surat Keterangan Ekspor(SKE) Surat keterangan yang diterbitkan oleh Badan POM atau Balai Besar/Balai POM

    yang dibutuhkan oleh industri untuk mengekspor produk jadi obat, vaksin, obat

    tradisional, kosmetika, produk komplemen, produk pangan, bahan baku obat,

    bahan baku obat tradisional, bahan baku kosmetika, bahan baku produk

    komplemen, bahan baku pangan, bahan tambahan pangan, dan kemasan pangan.

    d. Surat Persetujuan Import (SPI) dan Surat Persetujuan Eksport (SPE)

    Narkotika, Psikotropika dan Prekursor.

    (i) SPI dan SPE Narkotika

    Kegiatan Importasi dan eksportasi narkotika hanya dapat dilakukan oleh satu

    Pedagang Besar Farmasi milik negara yang telah memiliki izin khusus yang

    dikeluarkan oleh Menteri sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

    yang berlaku.

    Setiap kali melakukan impor narkotika harus dilengkapi dengan SPI yang

    dikeluarkan oleh Menteri. SPI sebagaimana dimaksud akan diberikan

    berdasarkan hasil audit Kepala Badan POM terhadap rencana kebutuhan dan

    realisasi produksi dan/atau penggunaan narkotika. SPI untuk narkotika

    golongan 1 dalam jumlah sangat terbatas hanya dapat diberikan untukkepentingan pengembangan IPTEK. SPI disampaikan kepada pemerintah

    negara pengekspor.

    Eksportir narkotika harus memiliki SPE dari Menteri untuk setiap kali

    melakukan ekspor narkotika dan untuk memperoleh SPE narkotika tersebut

    pemohon harus melampirkan surat persetujuan dari negara pengimpor.

    (ii) SPI dan SPE Psikotropika

    Kegiatan importasi psikotropika hanya dapat dilakukan oleh pabrik obat atau

    PBF yang telah memiliki izin sebagai importir sesuai peraturan perundang-

    undangan yang berlaku serta lembaga penelitia atau lembaga pendidikan;

    kegiatan eksportasi psikotropika hanya dapat dilakukan oleh pabrik obat atau

    PBF yang telah memiliki izin sebagai eksportir sesuai peraturan perundang-

    undangan yang berlaku. SPI psikotropika golongan 1 hanya dapat diberikan

    untuk kepentingan Ilmu Pengetahuan. Setiap kali melakukan kegiatan impor

    dan ekspor psikotropika harus memperoleh SPI atau SPE dari menteri.

    (iii) SPI dan SPE Prekursor.

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    6/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 6

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    Kegiatan impor dan ekspor prekursor hanya dapat dilakukan oleh badan

    usaha yang memiliki izin usaha importir atau eksportir. Setiap melakukan

    kegiatan impor dan ekspor harus memperoleh SPI atau SPE dan dilengkapi

    dengan dokumen yang sah.

    (iv) Prosedur pelaksanaan penerbitan ANALISA HASIL PENGAWASAN (AHP)

    Berkas permohonan AHP untuk melakukan kegiatan impor dan ekspor

    diterima oleh Badan POM R.I dari Direktur Jenderal Binfar dan Alkes

    Kemenkes R.I untuk dievaluasi. Evaluasi dilakukan untuk berkas AHP yang

    sudah lengkap, apabila berkas AHP tidak lengkap akan dibuat surat

    pengembalian untuk melengkapi berkas kepada pemohon. Evaluasi terhadap

    kelengkapan berkas permohonan impor dan ekspor dilakukan dengan

    menggunakan format sesuai ketentuan dengan mempertimbangkan beberapa

    faktor a.l: kelengakapan dan keabsahan surat permohonan, fotocopy SPI atau

    SPE sebelumnya, fotokopi Nomor Izin Edar (NIE) atau surat Hasil Pra

    Registrasi untuk obat jadi yang sedang dalam proses registrasi, kopi surat

    penunjukan sebagai Importir Produsen atau Importir Terdaftar yang masih

    berlaku, estimasi kebutuhan bahan baku/obat jadi untuk 1 tahun kedepan,

    laporan realisasi impor sebelumnya, surat pernyataan disertai alasan yang

    mendukung apabila ada kenaikan estimasi kebutuhan 50% dibanding

    permintaan sebelumnya. Khusus untuk narkotika diberlakukan pengaturan

    yang lebih ketat dengan mengacu kepada kouta INCB, diperlukan

    persetujuan INCB untuk kuota yang melebihi kuota INCB. Permohonan AHP

    yang disetujui atau disetujui dengan pengurangan akan diterbitkan AHP yang

    ditandatangani oleh Ka Badan POM untuk diberikan kepada Dirjen Binfar dan

     Alkes Kemenkes R.I, kepada pemohon dan arsip. Berdasarkan AHP tersebut

    akan dikeluarkan SPI atau SPE oleh Kemenkes R.I. Apabila permohonan

    yang dajukan ditolak Badan POM R.I akan membuatkan surat pengembalian

     AHP kepada Dirjen Binfar dan Alkes Kemenkes R.I.

    Direktorat Pengawasan Napza menerima: copy SPI atau SPE dari DirjenBinfar dan Alkes Kemenkes R.I, laporan realisasi impor/ekspor dari

    importir/eksportir untuk setiap kali kegiatan impor/ekspor maksimal 14 hari

    setelah narkotika, psikotropika dan prekursor diterima/dikirim;

    Endorsement/dokumen ekspor dari negara pengekspor untuk dievaluasi

    kesesuaiannya dan dilakukan tindaklanjut apabila diperlukan.

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    7/78

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    8/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 8

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    3. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 2009 No. 1441, Tambahan Lembaran Negara No.

    5063)

    4. Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 1995 tentang Izin Usaha Industri

    5. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan GiziPangan

    6. Peraturan Pemerintah No. 48 tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis

    Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang Berlaku pada Badan Pengawas

    Obat dan Makanan

    7. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan

    8. Peraturan Pemerintah RI No. 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan

    Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998

    No. 138, Tambahan Lembaran Negara No. 3781)

    9. Keputusan Presiden No. 10 Tahun 2008 pasal 9 tentang Penggunaan Sistem

    elektronika dalam Kerangka INSW

    10. Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

    Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non

    Departeman sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

    Presiden No. 64 Tahun 2005

    11. Keputusan Presiden No. 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi Dan Tugas

    Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departeman sebagaimana telah beberapa

    kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden No. 11 Tahun 2004

    12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 152/Menkes/SK/II/1995

    tentang Makanan Iradiasi

    13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 246/Menkes/Per/V/1990

    Tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional

    14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 329/Menkes/Per/XII/1976

    tentang Produksi dan Peredaran Makanan15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 661/Menkes/SK/VII/1994

    Tentang Persyaratan Obat Tradisional

    16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang

    Bahan Tambahan Pangan

    17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1010/Menkes/Per/XI/2008

    tentang Registrasi Obat

    18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1175/Menkes/Per/VIII/2010

    Tentang Izin Produksi Kosmetika

    19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1176/Menkes/Per/VIII/2010

    Tentang Notifikasi Kosmetika

    20. Peraturan Menteri Kesehatan No.1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang IndustriFarmasi

    21. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

    Republik Indonesia No. 3/Kep/M.Pan/7/2003 tentang Pedoman Umum

    Penyelenggaraan Pelayanan Publik

    22. Keputusan Menko Perekonomian Republik Indonesia No. 5/2007 tentang Tim

    Persiapan National Single Window

    23. SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1978 tentang Cara

    Produksi yang Baik untuk Makanan

    24. SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 00474/B/II/87 tentang Keharusan

    Menyertakan Sertifikat Kesehatan dan Sertifikat Bebas radiasi Untuk makanan

    Impor

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    9/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 9

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    25. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.

    HK.00.05.1.42.0115 tentang Pengawasan Pemasukan Bahan Baku Obat

    Tradisional

    26. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.

    HK.00.05.4.1380 Tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional YangBaik

    27. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.

    HK.00.05.41.1381 Tentang Tata Laksana Pendaftaran Suplemen Makanan

    28. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.

    HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria Dan Tata Laksana Pendaftaran Obat

    Tradisional, Obat Herbal Terstandar Dan Fitofarmaka

    29. Keputusan Kepala Badan POM RI Nomor HK. 00.06.3.4658 tahun 2005 tentang

    Masa Berlaku Sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik

    30. Peraturan Kepala Badan POM No.HK.03.01.23.09.10.9030 tahun 2010 tentang

    revisi Peraturan Kepala Badan POM No.HK.00.05.3.0027 tahun 2006 tentang

    Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik tahun 2006

    31. Peraturan Kepala Badan POM No.HK.04.1.33.12.11.09937 tahun 2011 tentang

    Tata Cara Sertifikasi CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik).

    32. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.

    HK.00.05.3.1455 Tanggal 24 Maret 2008 tentang Pengawasan Pemasukan

    Pangan Olahan

    33. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.

    HK.00.05.42.2996 tentang Pengawasan Pemasukan Obat Tradisional

    34. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.

    HK.03.1.23.04.11.03724 Tentang Pengawasan Pemasukan Kosmetika

    35. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.

    HK.00.06.1.52.4011 tanggal 28 Oktober 2009 tentang Penetapan Batas

    Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan36. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.

    HK. 03.42.06.10.4556 Tentang Petunjuk Operasional Pedoman Cara Pembuatan

    Kosmetika Yang Baik

    37. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

    No. HK 00.05.55.6497 Tahun 2007 tentang Bahan Kemasan Pangan

    38. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.

    HK.03.1.23.12.10.11983 Tahun 2010 Tentang Kriteria Dan Tata Cara Pengajuan

    Notifikasi Kosmetika

    39. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.

    HK.03.1.23.12.10.12459 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Teknis Kosmetika

    40. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.00.05.3.1950 Tahun 2003 tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat

    41. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.

    HK.00.05.3.2522 Tahun 2003 tentang Penerapan Pedoman Cara Distribusi Obat

    yang Baik

    42. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.

    HK.00.05.1.3459 tentang Pengawasan Pemasukan Obat Impor

    43. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.

    HK.00.05.1.3460 tentang Pengawasan Pemasukan Bahan Baku Obat

    44. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.

    HK.00.05.4.3870 Tentang Pedoman Cara Pembuatan Kosmetika Yang Baik

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    10/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 10

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    45. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik IndonesiaNo.

    02001/SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat

    dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan

    Pengawa Peraturan Kepala Badan POM No. HK.00.05.23.4415 tahun 2008

    tentang Pemberlakuan Sistem Elektronik dalam Rangka National Single Window  46. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.

    HK.00.05.23.4416 Tahun 2008 tentang Penetapan Tingkat Layanan (Service

    Level Arrangement ) di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam

    Kerangka Indonesia National Single Window  

    47. SK Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.

    HK.00/05.1.2569 tentang Kriteria dan Tata Laksana Penilaian Produk Pangan

    SK Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.

    HK.00.05.23.3644 Tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Suplemen Makanan

    48. SK Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.

    HK.00.05.52.4040 tanggal 09 Oktober 2006 tentang Kategori Pangan

    49. SK Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.

    HK.00.05.5.1.4547 tanggal 21 Oktober 2004 tentang persyaratan penggunaan

    Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan dalam Produk Pangan

    50. SK Direktur Jenderal POM No. 02665/B/SK/VIII/1991 tentang Cara Produksi

    Makanan Bayi dan Anak

    51. WHO Certification Scheme on The Quality of Pharmaceutical Products Moving in

    International Commerce, WHO, 1997

    52. Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.00.05.55.6497 tahun 2007 tentang

    Bahan Kemasan Pangan;

    53. Peraturan Kepala Badan POM RI No.HK.03.1.23.07.11.6664 tahun 2011 tentang

    Pengawasan Kemasan Pangan

    54. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 006 TAHUN 2012 Tentang Industri dan

    usaha Obat Tradisional55. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 007 TAHUN 2012 Tentang registrasi Obat

    Tradisional

    b. CPOTB/CPKB

    Dasar hukur dari CPOTB dan CPKB adalah sebagai berikut

    1. Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2010 tentang Penerimaan Negara Bukan

    Pajak yang Berlaku pada Badan Pengawas Obat dan Makanan

    2. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1175/Menkes/Per/VIII/2010 Tentang Izin

    Produksi Kosmetika

    3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1176/MenKes/Per/VIII/2010 tentang

    Notifikasi Kosmetika4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 661/Menkes/SK/VII/1994

    Tentang Persyaratan Obat Tradisional

    5. Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK. 00.05.4.1380 Tahun 2005 tentang

    Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik

    6. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.

    HK. 03.42.06.10.4556 Tentang Petunjuk Operasional Pedoman Cara

    Pembuatan Kosmetika Yang Baik

    7. Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.03.1.23.12.10.11983 Tahun 2010

    tentang Kriteria dan Tata cara Pengajuan Notifikasi Kosmetik

    8. Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.03.1.23.12.10.12123 Tahun 2010

    tentang Pedoman Dokumen Informasi Produk

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    11/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 11

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    9. Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.03.1.23.12.10.12459 Tahun 2010

    tentang Persyaratan Teknis Kosmetika

    10. Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.04.1.23.07.11.5682 tentang

    Pendelegasian Wewenang Penandatangan Pengesahan Denah Bangunan dan

    Surat Perintah Pemeriksaan dalam Proses Permohonan Izin Produksi Kosmetik11. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 006 TAHUN 2012 Tentang Industri dan

    usaha Obat Tradisional

    12. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 007 TAHUN 2012 Tentang registrasi Obat

    Tradisional

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    12/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 12

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    BAB III

    CARA PRODUKSI YANG BAIK

    A. CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK

    Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat dibuat

    secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan

    penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu.

    Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat esensial untuk

    menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Pembuatan secara

    sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk menyelamatkan jiwa, atau

    memulihkan atau memelihara kesehatan.

    Pemastian mutu suatu obat tidak hanya mengandalkan pada pelaksanaan pengujian

    tertentu saja; namun obat hendaklah dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau

    secara cermat.

    Terdapat 12 Aspek dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik, yaitu:

    1. MANAJEMEN MUTU

    Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan

    penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi)

    dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu

    rendah atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui

    suatu “Kebijakan Mutu”, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran disemua departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk

    mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu

    yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar.Unsur dasar manajemen mutu adalah :

     Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur,

    proses dan sumber daya; dan

     Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat

    kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan akan

    selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut

    disebut Pemastian Mutu.

    Semua bagian sistem Pemastian Mutu hendaklah didukung dengan tersedianya personil

    yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup dan memadai. Tambahan

    tanggung jawab hukum hendaklah diberikan kepada kepala bagian Manajemen Mutu

    (Pemastian Mutu).1. Konsep dasar Pemastian Mutu, CPOB dan Pengawasan Mutu adalah aspek manajemen

    mutu yang saling terkait. Konsep tersebut diuraikan di sini untuk menekankan hubungan

    dan betapa pentingnya unsur-unsur tersebut dalam produksi dan pengendalian obat.

    2. Pemastian Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik secara

    tersendiri maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat yang

    dihasilkan. Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan

    tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan

    pemakaiannya. Karena itu Pemastian Mutu mencakup CPOB ditambah dengan faktor

    lain di luar Pedoman ini, seperti desain dan pengembangan produk.

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    13/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 13

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    3. CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat dibuat dan

    dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan

    penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi produk.

    CPOB mencakup Produksi dan Pengawasan Mutu. 

    4. Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilansampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur

    pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah

    dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang

    belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan

    memenuhi syarat. Setiap industri farmasi hendaklah mempunyai fungsi Pengawasan

    Mutu yang independen dari bagian lain. 

    5. Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua obat

    terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi

    proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi, untuk

    melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses.

    Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya dilakukan tiap tahun dan

    didokumentasikan. 

    2. PERSONALIA

    Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian

    mutu pembuatan obat yang benar. Industri farmasi hendaklah memiliki struktur organisasi

    dan personil yang terkualifikasi dan dalam jumlah yang memadai. Personil hendaklah

    memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan.

    Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu dan

    kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi utama tersebut dijabat oleh

    personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan kepala bagian Manajemen Mutu

    (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap yang

    lain.

    Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil yang karena tugasnya

    harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk

    personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personil lain yang kegiatannya

    dapat berdampak pada mutu produk.

    Pelatihan bagi personil adalah berupa pelatihan dasar dalam teori dan praktik CPOB, serta

    pelatihan spesifik sesuai dengan pekerjaan yang berkaitan.

    3. BANGUNAN DAN FASILITAS

    PRINSIP  Memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan

    dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar.

      Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko

    terjadinya kekeliruan, pencemaran-silang dan kesalahan lain, dan memudahkan

    pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran-silang,

    penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat.

    UMUM

    1. Desain dan tata letak ruang hendaklah memastikan :

    a) kompatibilitas dengan kegiatan produksi lain yang mungkin dilakukan di dalam sarana

    yang sama atau sarana yang berdampingan; dan

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    14/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 14

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    b) pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi personil

    dan bahan atau produk, atau sebagai tempat penyimpanan bahan atau produk selain

    yang sedang diproses.

    2. Tindakan pencegahan hendaklah diambil untuk mencegah masuknya personil yang tidak

    berkepentingan. Area produksi, area penyimpanan dan area pengawasan mutu tidakboleh digunakan sebagai jalur lalu lintas bagi personil yang tidak bekerja di area tersebut.

    3. Kegiatan di bawah ini hendaklah dilakukan di area yang ditentukan:

     penerimaan bahan;

     karantina barang masuk;

     penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas;

     penimbangan dan penyerahan bahan atau produk;

      pengolahan;

     pencucian peralatan;

     penyimpanan peralatan;

     penyimpanan produk ruahan;

      pengemasan;

      karantina produk jadi sebelum memperoleh pelulusan akhir;

     pengiriman produk; dan

     laboratorium pengawasan mutu.

    a. Area Penimbangan

    Hendaklah suatu area terpisah yang didesain khusus untuk kegiatan

    penimbangan.

    b. Area Produksi

      Untuk memperkecil risiko bahaya medis yang serius akibat terjadinya

    pencemaran-silang, suatu sarana khusus dan self-contained   hendaklah

    disediakan untuk produksi obat tertentu seperti produk yang dapat

    menimbulkan sensitisasi tinggi. Produk lain seperti antibiotik tertentu (misal:

    penisilin), produk hormon seks, produk sitotoksik, produk tertentu dengan

    bahan aktif berpotensi tinggi, produk biologi (misal: yang berasal dari

    mikroorganisme hidup) dan produk non-obat hendaklah diproduksi di

    bangunan terpisah. Dalam kasus pengecualian, bagi produk tersebut di atas,

    prinsip memproduksi bets produk secara ‘campaign’ di dalam fasilitas yangsama dapat dibenarkan asal telah mengambil tindakan pencegahan yang

    spesifik dan validasi yang diperlukan telah dilakukan.

      Pembuatan produk yang diklasifikasikan sebagai racun seperti pestisida dan

    herbisida tidak boleh dilakukan di sarana produksi obat.

      Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air,permukaannya rata dan memungkinkan pembersihan yang cepat dan efisien

    apabila terjadi tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai di area

    pengolahan hendaklah berbentuk lengkungan.

      Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi sarana penunjang lain hendaklah

    dirancang dan dipasang sedemikian rupa agar mudah dibersihkan.

      Area di mana dilakukan kegiatan yang menimbulkan debu memer-lukan

    sarana penunjang khusus untuk mencegah pencemaran-silang dan

    memudahkan pembersihan.

      Tata letak ruang area pengemasan hendaklah dirancang khusus untuk

    mencegah campur baur atau pencemaran-silang.

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    15/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 15

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    c. Area Penyimpanan

      Area penyimpanan hendaklah didesain atau disesuaikan untuk menjamin

    kondisi penyimpanan yang baik; terutama area tersebut hendaklah bersih,

    kering, dan mendapat penerangan yang cukup serta dan dipelihara dalam

    batas suhu yang ditetapkan serta memeiliki kapasitas yang memadahi untukmenyimpan dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk

    seperti bahan awal dan bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan

    produk jadi, produk dalam status karantina, produk yang telah diluluskan,

    produk yang ditolak, produk yang dikembalikan atau produk yang ditarik dari

    peredaran.

    d. Area Pengawasan Mutu

      Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area produksi. Area

    pengujian biologi, mikrobiologi dan radioisotop hendaklah dipisahkan satu

    dengan yang lain.

      Hendaklah disediakan tempat penyimpanan dengan luas yang memadai

    untuk sampel, baku pembanding (bila perlu dengan kondisi suhu terkendali),

    pelarut, pereaksi dan catatan.

      3.39 Pasokan udara ke laboratorium hendaklah dipisahkan dari pasokan ke

    area produksi. Hendaklah dipasang unit pengendali udara yang terpisah

    untuk masing-masing laboratorium biologi, mikrobiologi dan radioisotop.

    e. Sarana Pendukung

      Ruang istirahat dan kantin hendaklah dipisahkan dari area produksi dan

    laboratorium pengawasan mutu. 

      Toilet dan bengkel perbaikan tidak boleh berhubungan langsung dengan area

    produksi atau area penyimpanan.

      Ruang ganti pakaian hendaklah berhubungan langsung dengan area

    produksi namun letaknya terpisah

    4. PERALATAN

    PRINSIP

    Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat,

    ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat

    terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan

    pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan

    debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu produk.

    DESAIN DAN KONSTRUKSI

    1. peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Peralatan

    tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta disimpan

    dalam keadaan bersih dan kering;

    2. peralatan yang digunakan hendaklah tidak berakibat buruk pada produk. Bagian alat

    yang bersentuhan dengan produk tidak boleh bersifat reaktif, aditif atau absorbtif

    yang dapat memengaruhi mutu dan berakibat buruk pada produk;

    3. semua peralatan khusus untuk pengolahan bahan mudah terbakar atau bahan kimia

    atau yang ditempatkan di area di mana digunakan bahan mudah terbakar, hendaklah

    dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang kedap eksplosi serta di bumikan

    dengan benar;

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    16/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 16

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    4. SANITASI DAN HIGIENE

    Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan, peralatan, bahan

    pembersih dan desinfeksi dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan

    segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumberpencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene

    yang menyeluruh dan terpadu.

    Sanitasi dan Higiene meliputi:

    1. Higiene Perorangan

      Personil yang masuk ke area pembuatan hendaklah mengenakan pakaian

    pelindung yang sesuai.

      Program higiene hendaklah diadaptasikan terhadap berbagai kebutuhan di

    dalam area pembuatan.

      Semua personil hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat

    direkrut dan dilakukan pemeriksaan secara berkala.

      Personil yang mengidap penyakit atau menderita luka terbuka dilarangmenangani bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses dan

    obat jadi sampai dia sembuh kembali.

      Hendaklah dihindarkan persentuhan langsung antara tangan operator dengan

    bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang terbuka dan juga dengan

    bagian peralatan yang bersentuhan dengan produk.

      Merokok, makan, minum, mengunyah, memelihara tanaman, menyimpan

    makanan, minuman, bahan untuk merokok atau obat pribadi hanya

    diperbolehkan di area tertentu dan dilarang dalam area produksi, laboratorium,

    area gudang dan area lain yang mungkin berdampak terhadap mutu produk.

    2. Sanitasi Bangunan Dan Fasilitas

      Tersedia dalam jumlah yang cukup sarana toilet dengan ventilasi yang baik

    dan tempat cuci bagi personil.

      Tersedia ruang ganti dan tempat menyimpan makanan (kantin).

      Sampah dikumpulkan di dalam wadah yang sesuai untuk dipindahkan ke

    tempat penampungan di luar bangunan dan dibuang secara teratur dan berkala

    dengan meng-indahkan persyaratan saniter.

      Rodentisida, insektisida, agens fumigasi dan bahan sanitasi tidak boleh

    menimbulkan pencemaran.

    3. Pembersihan dan Sanitasi Peralatan

      Tersedia prosedur tertulis untuk pembersihan dan sanitasi peralatan yang

    sudah tervalidasi.

      Tersedia tempat pencucian dan penyimpanan alat.

    4. Validasi Prosedur Pembersihan Dan Sanitasi

      Prosedur pembersihan, sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi dan

    dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitas prosedur meme-nuhi

    persyaratan.

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    17/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 17

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    5. PRODUKSI

    PRINSIP

    Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan; danmemenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang

    memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar

    (registrasi).

    Meliputi:

    1. Ketentuan Umum

      Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina,

    pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan,

    pengemasan dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur dan

    didokumentasikan.

      Penyimpanan vahan dan produk jadi pada kondisi yang disarankan oleh pabrik

    pembuatnya.

      Pengolahan produk yang berbeda hendaklah tidak dilakukan secara

    bersamaan atau bergantian dalam ruang kerja yang sama kecuali tidak ada

    risiko terjadinya campur baur ataupun kontaminasi silang.

      Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau

    mesin produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi label

    atau penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan (bila

    ada) dan nomor bets.

    2. Penanganan Bahan Awal

      Penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaklah dicatat. Catatan

    hendaklah berisi keterangan mengenai pasokan, nomor bets/lot, tanggal

    penerimaan atau penyerahan, tanggal pelulusan dan tanggal daluwarsa bila

    ada.

      Hanya bahan yang telah diluluskan yang dapat digunakan untuk proses

    produksi.

    3. Validasi Proses

      Sebelum suatu Prosedur Pengolahan Induk diterapkan, hendaklah diambil

    langkah untuk membuktikan prosedur tersebut cocok untuk pelaksanaan

    produksi rutin, dan bahwa proses yang telah ditetapkan dengan menggunakan

    bahan dan peralatan yang telah ditentukan, akan senantiasa menghasilkan

    produk yang memenuhi persyaratan mutu.

    4. Pencegahan Pencemaran Silang

      Tiap tahap proses, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap

    pencemaran mikroba dan pencemaran lain.

      Pencemaran silang hendaklah dihindari dengan tindakan teknis atau

    pengaturan yang tepat, misalnya:

      produksi di dalam gedung terpisah (diperlukan untuk produk seperti

    penisilin, hormon seks, sitotoksik tertentu, vaksin hidup, dan sediaan yang

    mengandung bakteri hidup dan produk biologi lain serta produk darah);

      memakai pakaian pelindung yang sesuai di area di mana produk yang

    berisiko tinggi terhadap pencemaran silang diproses;

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    18/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 18

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

      melaksanakan prosedur pembersihan dan dekontaminasi yang terbukti

    efektif, karena pembersihan alat yang tidak efektif umumnya merupakan

    sumber pencemaran silang;

      menggunakan sistem self-contained ;

    5. Sistem Penomoran Bets/Lot

      Sistem yang menjelaskan secara rinci penomoran bets/lot dengan tujuan untuk

    memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara, produk ruahan atau produk jadi

    dapat diidentifikasi.

    6. Penimbangan dan Penyerahan

      Cara penanganan, penimbangan, penghitungan dan penyerahan bahan awal,

    bahan pengemas, produk antara, dan produk ruahan hendaklah tercakup

    dalam prosedur tertulis dan didokumentasikan.

      Hanya bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang

    telah diluluskan oleh Pengawasan Mutu dan masih belum daluwarsa yang

    boleh diserahkan.

    7. Pengembalian

      Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang

    dikembalikan ke gudang penyimpanan hendaklah didokumentasikan dengan

    benar dan direkonsiliasi.

    8. Pengolahan

      Kondisi lingkungan di area pengolahan hendaklah dipantau dan dikendalikan

    agar selalu berada pada tingkat yang dipersyaratkan untuk kegiatan

    pengolahan.

      Semua kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur yang

    tertulis.

      Semua pengawasan-selama-proses yang dipersyaratkan hendaklah dicatat

    dengan akurat pada saat pelaksanaannya.

    9. Kegiatan Pengemasan

      Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan

    menjadi produk jadi.

    10.Pengawasan-Selama-Proses

      Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis

    yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang

    harus dilakukan selama proses dari tiap bets produk.

    11.Karantina Dan Penyerahan Produk Jadi

      Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum

    penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan. Sebelum diluluskan

    untuk diserahkan ke gudang, pengawasan yang ketat dilaksanakan untuk

    memastikan produk dan catatan pengemasan bets memenuhi semua

    spesifikasi yang ditentukan.

      Pelulusan akhir produk hendaklah didahului dengan penyelesaian dari:

      produk memenuhi persyaratan mutu dalam semua spesifikasi pengolahan

    dan pengemasan;

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    19/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 19

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

      sampel pertinggal dari kemasan yang dipasarkan dalam jumlah yang

    mencukupi untuk pengujian di masa mendatang;

      pengemasan dan penandaan memenuhi semua persyaratan sesuai hasil

    pemeriksaan oleh bagian Pengawasan Mutu;

      rekonsiliasi bahan pengemas cetak dan bahan cetak dapat diterima; dan

      produk jadi yang diterima di area karantina sesuai dengan jumlah yang

    tertera pada dokumen penyerahan barang.

    12.Catatan Pengendalian Pengiriman Obat

      Sistem distribusi hendaklah dapat memastikan produk yang pertama masuk

    didistri-busikan lebih dahulu dan distribusi tiap bets/lot obat dapat segera

    diketahui untuk mempermudah penyelidikan atau penarikan kembali jika

    diperlukan.

    13.Penyimpanan Bahan Awal, Bahan Pengemas, Produk Antara, Produk Ruahan

    Dan Produk Jadi

      Penyimpanan secara rapi dan teratur untuk mencegah risiko campur baur atau

    pencemaran serta memudahkan pemeriksaan dan pemeliharaan.

      Kondisi penyimpanan obat dan bahan hendaklah sesuai dengan yang tertera

    pada penandaan.

    6. PENGAWASAN MUTU

    Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan Obat yang Baik

    untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai

    dengan tujuan pemakaiannya.

    Meliputi:

    1. Ketentuan Umum

      Tiap pemegang izin pembuatan harus mempunyai Bagian Pengawasan Mutu. Bagian

    ini harus independen dari bagian lain.

      Mencakup semua kegiatan analitis yang dilakukan di laboratorium, termasuk

    pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk

    ruahan dan produk jadi. Kegiatan ini mencakup juga uji stabilitas, program

    pemantauan lingkungan, pengujian yang dilakukan dalam rangka validasi,

    penanganan sampel pertinggal, menyusun dan memperbaharui spesifikasi bahan

    dan produk serta metode pengujiannya.

    2. Cara Berlaboratorium Pengawasan Mutu Yang Baik

      Bangunan dan Fasilitas

      Laboratorium hendaklah terpisah secara fisik dari ruang produksi.

      Laboratorium biologi, mikrobiologi dan kimia hendaklah terpisah satu dari yang

    lain.

      Ruangan terpisah untuk instrumen mungkin diperlukan untuk memberikan

    perlindungan terhadap interferensi elektris, getaran, kelembaban yang berlebihan

    serta pengaruh luar lain atau, bila perlu untuk mengisolasi instrumen tersebut.

      Desain laboratorium hendaklah mempertimbangkan kesesuaian bahan

    konstruksi, perlindungan personil terhadap asap dan ventilasi. Unit penanganan

    udara yang terpisah diperlukan untuk laboratorium biologi, mikrobiologi dan

    radioisotop.

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    20/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 20

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

      Personil

      Hendaklah memakai pakaian pelindung dan alat pengaman seperti respirator

    atau masker, kaca mata pelindung dan sarung tangan tahan asam atau basa

    sesuai tugas yang dilaksanakan.

      Peralatan  Peralatan dan instrumen laboratorium hendaklah sesuai dengan prosedur

    pengujian yang dilakukan dan dikalibrasi.

      Penanganan terhadap Pereaksi dan media perbenihan; baku pembanding; sampel

    pertinggal.

    7. INSPEKSI DIRI DAN AUDIT MUTU

    Inspeksi Diri

      Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi danpengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Obat

    yang Baik (CPOB).

      Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam

    pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.

      Inspeksi diri dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten

    dari perusahaan.

      Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat

    program tindak lanjut yang efektif.

    Audit Mutu

      Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu

    meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen

    mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu umumnya

    dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau tim yang dibentuk

    khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas

    terhadap pemasok dan penerima kontrak.

    8. PENANGANAN KELUHAN TERHADAP PRODUK, PENARIKAN KEMBALI PRODUK

    DAN PRODUK KEMBALIAN

      Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi

    kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.

      Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem,

    bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat

    dari peredaran secara cepat dan efektif.

      Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu atau

    beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran.

      Penarikan kembali produk dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu

    atau bila ada laporan mengenai reaksi yang merugikan yang serius serta berisiko

    terhadap kesehatan.

      Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian

    dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa,

    atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan

    keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan.

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    21/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 21

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    9. DOKUMENTASI

    Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang baik

    merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.

    Dokumen Yang Diperlukan  Spesifikasi 

      Hendaklah tersedia spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi,

    produk antara dan produk ruahan.

      Dokumen Produksi 

    Dokumen yang esensial dalam produksi adalah:

      Dokumen Produksi Induk yang berisi formula produksi dari suatu produk dalam

    bentuk sediaan dan kekuatan tertentu, tidak tergantung dari ukuran bets;

      Prosedur Produksi Induk, terdiri dari Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur

    Pengemasan Induk, yang masing-masing berisi prosedur pengolahan dan prosedur

    pengemasan yang rinci untuk suatu produk dengan bentuk sediaan, kekuatan dan

    ukuran bets spesifik. Prosedur Produksi Induk dipersyaratkan divalidasi sebelum

    mendapat pengesahan untuk digunakan; dan

      Catatan Produksi Bets, terdiri dari Catatan Pengolahan Bets dan Catatan

    Pengemasan Bets, yang merupakan reproduksi dari masing-masing Prosedur

    Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk, dan berisi semua data dan

    informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan produksi dari suatu bets produk.

      Prosedur dan Catatan

      Penerimaan

      Pengambilan Sampel

      Pengujian 

      Lain-lain 

    10. PEMBUATAN DAN ANALISIS BERDASARKAN KONTRAK

    Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan

    dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau

    pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan

    Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban

    masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets

    produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu

    (Pemastian Mutu).

    Meliputi:

    1. Ketentuan Umum  Hendaklah dibuat kontrak tertulis yang meliputi pembuatan dan/atau analisis obat

    yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait.

      Semua pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak termasuk usul

    perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain hendaklah sesuai dengan

    izin edar untuk produk bersangkutan.

      Kontrak hendaklah mengizinkan Pemberi Kontrak untuk mengaudit sarana dari

    Penerima Kontrak

      Dalam hal analisis berdasarkan kontrak, pelulusan akhir harus diberikan oleh

    kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) Pemberi Kontrak.

    2. Pemberi Kontrak

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    22/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 22

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

      Bertanggung jawab untuk menilai kompetensi Penerima Kontrak dalam

    melaksanakan pekerjaan atau pengujian yang diperlukan dan memastikan bahwa

    prinsip dan pedoman CPOB diikuti.

      Menyediakan semua informasi yang diperlukan kepada Penerima Kontrak untuk

    melaksanakan pekerjaan kontrak secara benar sesuai izin edar dan persyaratan legallain. Pemberi Kontrak hendaklah memastikan bahwa Penerima Kontrak memahami

    sepenuhnya masalah yang berkaitan dengan produk atau pekerjaan atau pengujian

    yang dapat membaha-yakan gedung, peralatan, personil, bahan atau produk lain.

      Pemberi Kontrak hendaklah memastikan bahwa semua produk yang diproses dan

    bahan yang dikirimkan oleh Penerima Kontrak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan

    atau produk telah diluluskan oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)

    3. Penerima Kontrak

      Penerima Kontrak harus mempunyai gedung dan peralatan yang cukup,

    pengetahuan dan pengalaman, dan personil yang kompeten untuk melakukan

    pekerjaan yang diberikan oleh Pemberi Kontrak dengan memuaskan. Pembuatanobat berdasarkan kontrak hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi yang memiliki

    sertifikat CPOB yang diterbitkan oleh Otoritas Pengawasan Obat (OPO).

      Penerima Kontrak hendaklah tidak mengalihkan pekerjaan atau pengujian apapun

    yang dipercayakan kepadanya sesuai kontrak kepada pihak ketiga tanpa terlebih

    dahulu dievaluasi dan disetujui oleh Pemberi Kontrak. Pengaturan antara Penerima

    Kontrak dan pihak ketiga manapun hendaklah memastikan bahwa informasi

    pembuatan dan analisis disediakan kepada pihak ketiga dengan cara yang sama

    seperti yang dilakukan pada awalnya antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak.

    4. Kontrak 

      Kontrak dibuat antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak dengan menetapkan

    tanggung jawab masing-masing pihak yang berhubungan dengan produksi dan

    pengendalian mutu produk. Aspek teknis dari kontrak hendaklah dibuat oleh personil

    yang kompeten yang mempunyai pengetahuan yang sesuai di bidang teknologi

    farmasi, analisis dan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Semua pengaturan

    pembuatan dan analisis harus sesuai dengan izin edar dan disetujui oleh kedua belah

    pihak.

    11. KUALIFIKASI DAN VALIDASI

    CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan

    sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan

    signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat memengaruhi mutu produk

    hendaklah divalidasi.

    Meliputi:

    1. Perencanaan Validasi

      Program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam

    Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara.

    2. Dokumentasi

      Protokol validasi tertulis hendaklah dibuat untuk merinci kualifikasi dan validasi yang

    akan dilakukan. Protokol validasi hendaklah merinci langkah kritis dan kriteria

    penerimaan.

      Setelah kualifikasi selesai dilaksanakan hendaklah dibuat laporan yang mengacu

    pada protokol kualifikasi dan/atau protokol validasi dan memuat ringkasan hasil yang

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    23/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 23

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    diperoleh, tanggapan terhadap penyimpangan yang terjadi, kesimpulan dan

    rekomendasi perbaikan.

    3. Kualifikasi

      Kualifikasi Desain (KD), Kualifikasi Instalasi (KI), Kualifikasi Operasional (KO) dan

    Kualifikasi Kinerja (KK)4. Validasi Proses

      Pada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan (validasi

    prospektif). Dalam keadaan tertentu, jika hal di atas tidak memungkinkan, validasi

    dapat juga dilakukan selama proses produksi rutin dilakukan (validasi konkuren).

    Proses yang sudah berjalan hendaklah juga divalidasi (validasi retrospektif).

    5. Validasi Pembersihan

      Validasi pembersihan hendaklah dilakukan untuk konfirmasi efektivitas prosedur

    pembersihan. Penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan pembersih

    dan pencemaran mikroba, secara rasional hendaklah didasarkan pada bahan yang

    terkait dengan proses pembersihan. Batas tersebut hendaklah dapat dicapai dan

    diverifikasi.

    6. Validasi Metode Analisis

      Tujuan validasi metode analisis adalah untuk mengetahui bahwa metode analisis

    sesuai tujuan penggunaannya.

    Selain 12 Aspek tersebut di atas, CPOB juga terdapat 14 Aneks sbb:

    1. Aneks 1 Pembuatan Produk Steril

    2. Aneks 2 Pembuatan Produk Biologi

    3. Aneks 3 Pembuatan Gas Medisinal

    4. Aneks 4 Pembuatan Inhalasi Dosis Terukur Bertekanan (Aerosol)

    5. Aneks 5 Pembuatan Produk Darah atau Plasma Manusia

    6. Aneks 6 Pembuatan Obat Investigasi untuk Uji Klinis

    7. Aneks 7 Sistem Komputerisasi

    8. Aneks 8 Cara Pembuatan Bahan Baku Aktif Obat yang Baik

    9. Aneks 9 Pembuatan Radiofarmaka

    10. Aneks 10 Penggunaan Radiasi Pengion Dalam Pembuatan Obat

    11. Aneks 11 Sampel Pembanding dan Sampel Pertinggal

    12. Aneks 12 Cara Penyimpanan dan Pengiriman Obat Yang Baik

    13. Aneks 13 Pelulusan Parametris

    14. Aneks 14 Manajemen Risiko Mutu

    B. CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK

    Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) diatur dalam Peraturan Kepala

    Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011 tentang

    Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB)

    Industri Obat tradisional harus membuat Obat Tradisional sedemikian rupa agar sesuai

    dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin

    edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena

    tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen puncak bertanggung jawab untuk

    pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”, yang memerlukan partisipasi dan

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    24/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 24

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    komitmen dari semua jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok

    dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan,

    diperlukan sistem Pemastian Mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara

    benar serta menginkorporasi Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB)

    termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu.

    Unsur dasar Manajemen Mutu adalah :

    Suatu infrastruktur atau Sistem Mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur,

    proses dan sumber daya;tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian

    dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang

    dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan

    tersebut disebut Pemastian Mutu.

    Semua bagian sistem Pemastian Mutu hendaklah didukung dengan ketersediaan personil

    yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup dan memadai.

    Tambahan tanggung jawab legal hendaklah diberikan kepada Kepala Manajemen Mutu

    (Pemastian Mutu).

    Konsep dasar Pemastian Mutu

    CPOTB, Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu adalah aspek Manajemen Mutu

    yang saling terkait. Ada 11 Aspek CPOTB yang harus dipenuhi yaitu :

    1. MANAJEMEN MUTU

    PRINSIP 

    -  Penetapan Kebijakan Mutu (“QUALITY POLICY”) oleh pimpinan manajemen

    perusahaan yang didukung dengan partisipasi dan komitmen dari semua jajarandi masing-masing separtemen

    -  Memerlukan adanya suatu Sistem Manajemen Mutu yang mencantumkan CPOB

    termasuk Pemastian Mutu dan Pengawasan Mutu untuk menjabarkan Kebijakan

    Mutu yang ditetapkan perusahaan

    MEMUAT: 

    -  Uraian tentang fungsi bagian Pemastian Mutu dan Pengawasan Mutu

    -  Penerapan Pengkajian Mutu Produk secara periodik untuk memastikan konsistensi

    dan kapabilitas mutu produk yang dihasilkan

    -  Penerapan Manajemen Risiko Mutu secara sistematis untuk menilai, mengendalikan

    dan mengkaji risiko terhadap mutu suatu produk

    2. PERSONALIA

    PRINSIP 

    -  Personalia yang handal merupakan kunci keberhasilan dalam penerapan sistem

    mutu

    -  Personil hendaklah mengetahui prinsip CPOTB termasuk penerapan higiene

    terkait dengan tugas yang dikerjakan

    MEMUAT: 

    -  Ketentuan pengadaan hendaklah menyediakan personil yang terampil, terlatih dan

    terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan tugas yang

    ditetapkan

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    25/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 25

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    -  Ketentuan memiliki Struktur Organisasi yang merefleksikan Sistem Manajemen

    Mutu yang diterapkan dan mencantumkan kualifikasi dan tanggungjawab terutama

    bagi Personil Kunci (Key Personnel)

    -  Memiliki Job Description tertulis, otorita jabatan serta kondisi pendelegasian jabatan,

    bila perlu. -  Ketentuan mengenai pelatihan yang disesuaikan dengan tugas yang diemban

    masing-masing personil di area berbeda.

    3. BANGUNAN , FASILITAS DAN PERALATAN

    PRINSIP 

    -  Desain, konstruksi yang sesuai serta memudahkan pelaksanaan kegiatan dan

    perawatan yang benar.

    -  Hindarkan risiko terjadinya kontaminasi, kekeliruan operasional dan campur baur

    -  Bangunan dan fasilitas serta peralatan kritis hendaklah dikualifikasi untuk menjamin

    reprodusibilitas produk dari bets ke bets

    MEMUAT:

    Ketentuan Umum 

    -  Lokasi bangunan - hindarkan pencemaran dari lingkungan sekelilingnya.

    Proteksi terhadap infestasi hama , serangga, binatang pengerat.

    -  Tersedia program perawatan, termasuk pembersihan dan sanitasi bangunan

    dan fasilitas agar tidak berdampak merugikan terhadap mutu produk

    -  Desain dan tata letak ruang yang kompatibel dengan jenis kegiatan produksi yang

    dilakukan di sarana yang sama atau berdampingan.

    -  Sarana penunjang seperti pencahayaan, ventilasi, listrik, suhu, kelembaban agar

    tidak berdampak merugikan secara langsung atau tidak langsung selama proses

    atau selama penyimpanan atau terhadap fungsi sistem / peralatan

    -  Ketentuan tentang pemisahan area kerja, misal:a. Area penyimpanan

    -  rapi dan bersih, minimalkan risiko pencemaran silang

    -  area karantina terpisah untuk barang yang baru datang

    -  rotasi stok.

    -  Konsep sistem FIFO untuk pemakaian bahan.

    -  pemberian batas durasi penyimpanan bahan yang tidak terbungkus untuk

    meminimalkan risiko serangan hama

    -  Ketentuan khusus untuk penyimpanan :

      Kondisi temperatur / kelembaban / cahaya

      Bahan segar (2O  – 8OC)

      Ekstrak, tingtur•  Tidak diletakkan langsung di lantai. Tidak menempel ke dinding.Meskipun dimasukkan ke dalam tong fiber, kantong atau kotak  

    •  Area terpisah dan terkunciUntuk penyimpanan bahan / produk yang ditolak, ditarik kembali atau yang

    dikembalikan,Label tercetak  

    b. Area penimbangan

    -  Ruangan terpisah dengan desain khusus untuk penimbangan

    c. Area produksi

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    26/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 26

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    -  Desain area produksi hendaklah dapat mencegah pengumpulan debu sehingga sulit

    dibersihkan

    -  Sifat alamiah yang khas dari produksi obat tradisional membutuhkan perhatian

    khusus pada pemrosesan produk :

    •  yang menimbulkan debu•  yang memerlukan pemanasan (mis. dimasak)-  Kebutuhan sarana penunjang untuk mencegah kontaminasi /silang saat proses

    pengambilan sampel, penggilingan, pencampuran dan pengolahan

    Gunakan sistem penghisap debu dan sistem penanganan udara untuk memperoleh

     perbedaan tekanan dan aliran udara yang diinginkan 

    d. Area Lab Pengawasan Mutu

    -  Didesain sesuai kegiatan yang dilakukan dengan pemisahan ruang dan

    sistem pengendali udara untuk lab fisika-kimia dan lab mikrobiologi.

    -  Tersedia tempat penyimpanan sampel, baku pembanding ( bila perlu dengan

    kondisi suhu terkendali) pelarut/pereaksi dan dokumen

    Peralatan 

    Ketentuan Umum

    -  Desain dan konstruksi yang memadai Kemudahan pembersihan dan

    perawatan

    -  Dikualifikasi

    Desain dan Konstruksi

    -  Permukaan peralatan tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi dan absorpsi yang

    dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian

    -  Penggunaan alat tradisional (perkakas kayu, periuk tanah liat, dll) hendaklahdiperuntukkan khusus (‘dedicated’) karena dapat meresap bau, mudah berubahwarna dan mudah terkontaminasi

    - Peralatan khusus untuk pengolahan bahan mudah terbakar hendaklah dilengkapi

    komponen kedap eksplosi

    -  Filter cairan tidak melepaskan serat. Tidak boleh mengandung asbes

    Pemasangan dan penempatan

    -  Peralatan utama hendaklah diberi nomor/tanda identitas

    -  Ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindari kesesakan, dan

    menghindarkan terjadi kekeliruan dan campur baur produk

    -  PerawatanPeralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau

    pencemaran

    4. SANITASI DAN HIGIENE

    PRINSIP 

    -  Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan, peralatan serta bahan

    produksi berikut wadahnya

    -  Sumber bahan obat tradisional mengandung cemaran mikrobiologis, disamping proses

    panen / pengumpulan bahan dan proses produksi, sehingga memerlukan penerapan

    sanitasi dan higiene berstandar tinggi

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    27/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 27

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    MEMUAT: 

    Higiene perorangan 

    -  Personil menggunakan pakaian pelindung (sarung tangan,penutup kepala, masker,

    pakaian dan sepatu kerja) selama proses produksi untuk menghindarkan kontakdengan bahan yang berpotensi menimbulkan alergi

    -  Pemeriksaan kesehatan karyawan saat direkrut dan secara berkala

    -  Pelatihan higiene perorangan

    -  Merokok, makan-minum, menyimpan makanan, memelihara tanaman hanya

    diperbolehkan di area tertentu

    Sanitasi Bangunan dan fasilitas 

    -  Sarana memadai untuk kebutuhan pribadi karyawan:

    •  toilet dan tempat cuci dengan ventilasi yang baik  •  ruang ganti dan tempat penyimpanan pakaian 

    -  Pengumpulan dan pembuangan sampah hendaklah dengan cara saniter

    -  Penanganan rodentisida, insektisida, agens fumigasi untuk pengendalian hama

    Pembersihan dan Sanitasi Peralatan 

    -  Tersedia prosedur tertulis yang rinci untu pembersihan dan sanitasi peralatan

    -  Tersedia ruang pencucian alat yang terpisah dari ruang pengolahan bagi alat atau

    bagian alat yang dapat dipindahkan

    -  Penggunaan disinfektan dan deterjen hendaklah dipantau terhadap pencemaran

    mikroba

    5. DOKUMENTASI

    PRINSIP -  Adalah bagian dari sistem informasi manajemen

    -  Merupakan bagian esensial dari pemastian mutu

    MEMUAT 

    Dokumen yang diperlukan 

    -  Spesifikasi 

    •  Spesifikasi bahan mentah (‘Crude materials’) dan Bahan Awal •  Spesifikasi Produk Antara dan Produk Ruahan•  Spesifikasi Produk Jadi

    -  Dokumen Produksi

    Menyatakan seluruh bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan serta menguraikan

    semua proses pengolahan dan pengemasan

    -  Prosedur Pengolahan Induk - Catatan Pengolahan Bets

    -  Prosedur Pengemasan Induk - Catatan Pengemasan Bets

    -  Prosedur dan Catatan

    Prosedur berisi cara untuk melaksanakan kegiatan atau proses tertentu, misal: 

    -  Prosedur untuk pembuatan prosedur  

    -  Penerimaan 

    -  Pengambilan sampel  

    -  Pengujian 

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    28/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 28

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    -  Lain-lain mis. pengoperasian alat, pembersihan alat,

    -   pengendalian lingkungan, ganti pakaian kerja 

    - Catatan memuat riwayat dari tiap bets produk termasuk distribusinya, dan semua

    keadaan relevan selama pembuatan bets yang berpengaruh pada mutu produk akhir  

    Ketentuan Umum 

    -  Diperiksa, disetujui dan diberi tanggal oleh petugas/pejabat berwenang

    -  Dikaji ulang secara berkala

    -  Perubahan yang dilakukan terhadap isi dokumen hendaklah ditandatangani dan

    diberi tanggal. Perubahan hendaklah memungkinkan pembacaan informasi semula.

    -  Pencatatan data dapat menggunakan sistem elektronis, cara fotografis atau cara lain

    asalkan akurasi catatan diteliti.

    6. PRODUKSI

    PRINSIP 

    -  Produksi hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur yang termuat dalam Prosedur

    Induk,tervalidasi dan memenuhi ketentuan CPOTB agar dijamin senantiasa memenuhi

    persyaratan mutu dan ketentuan izin edar

    -  Pemberlakuan penerapan CPOTB dalam produksi obat tradisional

    MEMUAT: 

    Ketentuan Umum 

    -  Klasifikasi kebutuhan area terkendali dengan mempertimbangkan kemungkinan tingkat

    kontaminasi mikroba yang tinggi pada awalnya dari bahan alamiah.

    -  Dibutuhkan metode pembersihan yang sesuai dengan karakteristik bahan yang

    diproses.-  Pemakaian bahan hanya yang diluluskan QC untuk kebutuhan produksi. Bahan/produk

    disimpan di area karantina sampai dinyatakan lulus untuk pemakaian atau distribusi.

    Ketentuan untuk :

    -  Penanganan bahan awal

    -  Penggunaan air untuk produksi : air bersih vs ‘treated water’  

    -  Pencegahan kontaminasi silang dan kontaminasi mikroba

    -  Sistem penomoran Bets atau Lot

    -  Penimbangan dan pengeluaran bahan/produk (‘Dispensing’) -  Proses pengolahan

    -  Penanganan bahan dan produk kering-  Proses pencetakan dan penyalutan tablet

    -  Proses pembuatan cairan, krim dan salep

    Ketentuan untuk :

    -  Penanganan bahan pengemas

    -  Proses pengemasan

    •  Pre-kodifikasi bahan pengemas•  Penyelesaian proses pengemasan

    -  Pengawasan selama-proses

    -  Karantina dan Penyerahan Produk Jadi

    -  Pengiriman dan Pengangkutan

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    29/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 29

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    7. PENGAWASAN MUTU

    PRINSIP Pengawasan Mutu berkepentingan atas pengambilan sampel, spesifikasi pengujian

    bahan/produk, serta organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan

    bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan dilaksanakan, dan bahwa tidak ada bahan

    yang diizinkan untuk digunakan produksi atau produk jadi diizinkan untuk dijual atau

    `didistribusikan sebelum kualitasnya dinilai memenuhi syarat.

    MEMUAT

    Ketentuan Umum 

    -  Memiliki Sistem Pengawasan Mutu terhadap bahan awal, bahan pengemas, proses

    pembuatan produk antara, produk ruahan dan produk jadi

    GQCLP (Cara Berlaboratorium -Pengawasan Mutu- yang baik)

    -  Dokumentasi

    -  Pengambilan sampel

    -  Pengujian

    -  Melaksanakan uji stabiltas pasca pemasaran

    -  Pengendalian lingkungan

    -  Proses ulang

    8. PEMBUATAN OBAT DAN ANALISIS BERDASARKAN KONTRAK

    PRINSIPPembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,disetujui dan

    dikendalikan untuk menghindarkan kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau

    pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.

    Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas

    menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak.

    Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk

    diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian

    Mutu)

    MEMUAT

    Ketentuan Umum 

    -  Hendaklah dibuat kontrak tertulis yang meliputi pembuatan dan/atau analisis obat yang

    dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait.

    -  Semua pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak termasuk usul

    perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain hendaklah sesuai dengan izin

    edar untuk produk bersangkutan.

    -  Kontrak hendaklah mengizinkan Pemberi Kontrak untuk nmengaudit sarana dari

    Penerima Kontrak.

    -  Dalam hal analisis berdasarkan kontrak, pelulusan akhir hendaklah diberikan oleh

    kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) PemberiKontrak.

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    30/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 30

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    PEMBERI KONTRAK

    -  Pemberi Kontrak bertanggung jawab untuk menilai kompetensi Penerima Kontrak

    dalam melaksanakan pekerjaan atau pengujian yang diperlukan dan memastikan

    bahwa prinsip dan CPOTB diikuti.-  Pemberi Kontrak hendaklah menyediakan semua informasi yang diperlukan kepada

    Penerima Kontrak untuk melaksanakan pekerjaan kontrak secara benar sesuai izin

    edar dan persyaratan legal lain.

    -  Pemberi Kontrak hendaklah memastikan bahwa semua produk yang diproses dan

    bahan yang dikirimkan oleh Penerima Kontrak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan

    atau produk telah diluluskan oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).

    PENERIMA KONTRAK

    -  Penerima Kontrak harus mempunyai gedung dan peralatan yang cukup,pengetahuan

    dan pengalaman, dan personil yang kompeten untuk melakukan pekerjaan yang

    diberikan oleh Pemberi Kontrak dengan memuaskan. Pembuatan obat berdasarkan

    kontrak hanya dapat dilakukan oleh industri obat tradisional yang memiliki sertifikat

    CPOTB yang diterbitkan oleh Badan POM.

    -  Penerima Kontrak hendaklah memastikan bahwa semua produk dan bahan yang

    diterima sesuai dengan tujuan penggunaannya.

    -  Penerima Kontrak hendaklah tidak mengalihkan pekerjaan atau pengujian apa pun

    yang dipercayakan kepadanya sesuai kontrak kepada pihak ketiga tanpa terlebih

    dahulu dievaluasi dan disetujui oleh Pemberi Kontrak.

    -  Pengaturan antara Penerima Kontrak dan pihak ketiga mana pun

    hendaklah dipastikan bahwa informasi pembuatan dan analisis diberikan kepada pihak

    ketiga dengan cara yang sama seperti yang dilakukan pada awalnya antara Pemberi

    Kontrak dan Penerima Kontrak.-  Penerima Kontrak hendaklah membatasi diri dari segala aktifitas yang dapat

    berpengaruh buruk pada mutu produk yang dibuat dan/atau dianalisis untuk Pemberi

    Kontrak.

    KONTRAK

    -  Kontrak hendaklah dibuat antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak dengan

    menetapkan tanggung jawab masing-masing pihak terkait dengan produksi dan

    pengendalian mutu produk. Aspek teknis dari kontrak hendaklah dibuat oleh personil

    yang kompeten yang mempunyai pengetahuan yang sesuai di bidang teknologi untuk

    obat tradisional, analisis dan CPOTB. Semua pengaturan pembuatan dan analisis

    harus sesuai dengan izin edar dan disetujui oleh kedua belah pihak.-  Kontrak hendaklah menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk

    diedarkan dan memastikan bahwa tiap bets telah dibuat dan diperiksa pemenuhannya

    terhadap persyaratan izin edar yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian

    Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).

    -  Kontrak hendaklah menguraikan secara jelas penanggung jawab pengadaan, pengujian

    dan pelulusan bahan, produksi dan pengawasan mutu, termasuk pengawasan selama-

    proses, dan penanggung jawab pengambilan sampel dan fungsi analisis. Dalam hal

    analisis berdasarkan kontrak, kontrak hendaklah menyatakan apakah Penerima

    Kontrak mengambil atau tidak mengambil sampel di fasilitas pembuat obat tradisional

    -  Catatan pembuatan, analisis dan distribusi, dan sampel rujukan hendaklah disimpan

    oleh, atau disediakan untuk, Pemberi Kontrak. Semua catatan relevan untuk penilaian

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    31/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 31

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    mutu produk, bila terjadi keluhan terhadap produk atau produk dicurigai cacat, harus

    dapat diakses dan ditetapkan dalam prosedur penanganan produk cacat dan penarikan

    kembali obat yang dibuat oleh Pemberi Kontrak.

    -  Dalam hal analisis berdasarkan kontrak, Penerima Kontrak hendaklah memahami

    bahwa dia merupakan subjek untuk diinspeksi oleh Badan POM.

    9. CARA PENYIMPANAN DAN PENGIRIMAN YANG BAIK

    PRINSIP

    Penyimpanan dan pengiriman adalah bagian yang penting dalam kegiatan dan manajemen

    rantai pemasokan produk yang terintegrasi. Dokumen ini

    menetapkan langkah yang tepat untuk membantu pemenuhan tanggung jawab bagi semua

    yang terlibat dalam kegiatan pengiriman dan penyimpanan produk.

    Dokumen ini memberikan pedoman bagi penyimpanan dan pengiriman produk jadi dari

    pabrik ke distributor.

    UMUM

    -  Mutu produk dapat dipengaruhi oleh kekurangan pengendalian yang diperlukan

    terhadap kegiatan selama proses penyimpanan dan pengiriman.

    -  Untuk menjaga mutu awal produk, semua kegiatan dalam penyimpanan dan

    pengirimannya hendaklah dilaksanakan sesuai prinsip CPOTB.

    10. PENANGANAN KELUHAN TERHADAP PRODUK,

    PENARIKAN KEMBALI PRODUK DAN PRODUK KEMBALIAN

    PRINSIP

    Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi kerusakan

    obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu

    sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau

    diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif.

    KELUHAN

    -  Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk menangani keluhan dan

    memutuskan tindakan yang hendak dilakukan bersama staf pendukung yang cukup.

    -  Laporan dan keluhan mengenai produk

    -  Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang merinci penyelidikan, evaluasi,tindak lanjut

    yang sesuai, termasuk pertimbangan untuk penarikankembali produk dalam

    menanggapi keluhan terhadap obat yang diduga cacat. Tiap laporan dan keluhanhendaklah diselidiki dan dievaluasi secara menyeluruh dan mendalam

    -  Penanganan keluhan dan laporan suatu produk termasuk hasil evaluasi dari

    penyelidikan serta tindak lanjut yang dilakukan hendaklah dicatat dan dilaporkan

    kepada manajemen atau bagian yang terkait.

    PENARIKAN KEMBALI PRODUK

    -  Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk melaksanakan dan

    mengoordinasikan penarikan kembali produk dan hendaklah ditunjang oleh staf yang

    memadai untuk menangani semua aspek penarikan kembali sesuai dengan tingkat

    urgensinya.

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    32/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 32

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    -  Hendaklah tersedia prosedur tertulis, yang diperiksa secara berkala dan dimutakhirkan

     jika perlu, untuk mengatur segala tindakan penarikan kembali.

    -  Kegiatan penarikan kembali hendaklah mampu untuk dilakukan segera dan pada tiap

    saat.

    -  Catatan distribusi hendaklah tersedia bagi personil yang bertanggung jawab terhadappenarikan kembali. Catatan distribusi hendaklah berisi informasi yang lengkap

    mengenai distributor dan pelanggan yang dipasok secara langsung (dengan alamat,

    nomor telepon, dan/atau nomor fax pada saat jam kerja dan di luar jam kerja, nomor

    bets dan jumlah yang dikirim), termasuk distributor di luar negeri untuk produk dan

    sampel yang diekspor.

    -  Produk yang ditarik hendaklah diidentifikasi dan disimpan secara terpisah dalam area

    aman sementara menunggu keputusan akhir

    -  Perkembangan proses penarikan hendaklah dicatat dan laporan akhir diterbitkan,

    termasuk rekonsiliasi antara jumlah yang didistribusikan dengan jumlah yang

    dikembalikan

    PRODUK KEMBALIAN

    -  Industri obat tradisional hendaklah menyiapkan prosedur untuk pengamanan,

    penyelidikan dan pemeriksaan produk kembalian serta pengambilan keputusan apakah

    produk tersebut dapat diproses ulang atau dimusnahkan setelah dilakukan evaluasi

    secara kritis.

    -  Produk kembalian yang tidak dapat diproses ulang hendaklah dimusnahkan. Prosedur

    pemusnahan bahan atau pemusnahan produk yang ditolak hendaklah disiapkan.

    11. INSPEKSI DIRI

    PRINSIPTujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan

    pengawasan mutu industri obat tradisional memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Obat

    Tradisional yang Baik (CPOTB).

    Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam

    pelaksanaan CPOTB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.Inspeksi

    diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari

    perusahaan.

    Semua inspeksi diri hendaklah dicatat.Laporan hendaklah mencantumkan semua observasi

    selama inspeksi dan usul untuk tindakan korektif yang diperlukan.Laporan tindak lanjut

    hendaklah dicatat juga.

    C. CARA PEMBUATAN KOSMETIK YANG BAIK (CPKB)

    Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) merupakan salah satu faktor penting

    untuk dapat menghasilkan produk kosmetik yang memenuhi standar mutu dan keamanan.

    Mengingat pentingnya penerapan CPKB maka pemerintah secara terus menerus

    memfasilitasi industri kosmetik baik skala besar maupun kecil untuk dapat menerapkan

    CPKB melalui langkah-langkah dan pentahapan yang terprogram.

    Penerapan CPKB merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk menerapkan sistem

     jaminan mutu dan keamanan yang diakui dunia internasional. Terlebih lagi untuk

    mengantisipasi pasar bebas di era globalisasi maka penerapan CPKB merupakan nilai

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    33/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 33

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    tambah bagi produk kosmetik Indonesia untuk bersaing dengan produk sejenis dari negara

    lain baik di pasar dalam negeri maupu internasional.

    Dalam pembuatan kosmetik, pengawasan yang menyeluruh disertai pemantauan

    sangat penting untuk menjamin agar konsumen memperoleh produk yang memenuhi

    persyaratan mutu yang ditetapkan. Mutu produk tergantung dari bahan awal, prosesproduksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia yang menangani. Hal

    ini berkaitan dengan seluruh aspek produksi dan pemeriksaan mutu.

    Tujuan Umum :

    a. Melindungi masyarakat terhadap hal-hal yang merugikan dari penggunaan

    kosmetik yang tidak memenuhi persyaratan standar mutu dan keamanan.

    b. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk kosmetik Indonesia dalam

    era pasar bebas.

    Tujuan khusus :

    1. Dipahaminya penerapan CPKB oleh para pelaku usaha industri kosmetik sehingga

    bermanfaat bagi perkembangan industri kosmetik.

    2. Diterapkannya CPKB secara konsisten oleh industri kosmetik.

    Yang perlu diperhatikan pada penerapan Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik :

    I. PERSONALIA

    Personalia harus mempunyai pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan kemampuan

    yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan tersedia dalam jumlah yang cukup. Mereka

    harus dalam keadaan sehat dan mampu menangani tugas yang dibebankan kepadanya.

    1.Organisasi, kualifikasi dan Tanggung jawab1.1. Dalam struktur organisasi perusahaan, bagian produksi dan pengawasan

    mutu hendaklah dipimpin oleh orang yang berbeda dan tidak ada

    keterkaitan tanggung jawab satu sama lain.

    1.2. Kepala bagian produksi harus memperoleh pelatihan yang memadai dan

    berpengalaman dalam pembuatan kosmetik. Ia harus mempunyai

    kewenangan dan tanggung jawab dalam manajemen produksi yang meliputi

    semua pelaksanaan kegiatan, peralatan, personalia produksi, area produksi

    dan pencatatan.

    1.3. Kepala bagian pengawasan mutu harus memperoleh pelatihan yang

    memadai dan berpengalaman dalam bidang pengawasan mutu. Ia harus

    diberi kewenangan penuh dan tanggung jawab dalam semua tugaspengawasan mutu meliputi penyusunan, verifikasi dan penerapan semua

    prosedur pengawasan mutu. Ia mempunyai kewenangan menetapkan

    persetujuan atas bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi

    yang telah memenuhi spesifikasi, atau menolaknya apabila tidak memenuhi

    spesifikasi, atau yang dibuat tidak sesuai perosedur dan kondisi yang telah

    ditetapkan.

    1.4. Hendaknya dijabarkan kewenangan dan tanggung jawab personil-personil

    lain yang ditunjuk untuk menjalankan Pedoman CPKB dengan baik.

    1.5. Hendaknya tersedia personil yang terlatih dalam jumlah yang memadai,

    untuk melaksanakan supervisi langsung di setiap bagian produksi dan unit

    permeriksaan mutu.

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    34/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 34

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    2. Pelatihan

    2.1. Semua personil yang langsung terlibat dalam kegiatan pembuatan harus

    dilatih dalam pelaksanaan pembuatan sesuai dengan prinsip-prinsip Cara

    Pembuatan yang Baik. Perhatian khusus harus diberikan untuk melatihpersonil yang bekerja dengan material berbahaya.

    2.2. Pelatihan CPKB harus dilakukan secara berkelanjutan.

    2.3. Catatan hasil pelatihan harus dipelihara dan keefektifannya harus dievaluasi

    secara periodik.

    II. BANGUNAN DAN FASILITAS

    Bangunan dan fasilitas harus dipilih pada lokasi yang sesuai, dirancang, dibangun,

    dan dipelihara sesuai kaidah.

    1. Upaya yang efektif harus dilakukan untuk mencegah kontaminasi dari lingkungan

    sekitar dan hama.

    2. Produk kosmetik dan produk perbekalan kesehatan rumah tangga yang

    mengandung bahan yang tidak berbahaya dapat menggunakan sarana dan

    peralatan yang sama secara bergilir asalkan dilakukan usaha pembersihan dan

    perawatan untuk menjamin agar tidak terjadi kontaminasi silang dan risiko campur

    baur.

    3. Garis pembatas, tirai plastik, penyekat yang fleksibel berupa tali atau pita dapat

    digunakan untuk mencegah terjadinya campur baur.

    4. Hendaknya disediakan ruang ganti pakaian dan fasilitasnya. Toilet harus terpisah

    dari area produksi guna mencegah terjadinya kontaminasi.

    5. Apabila memungkinkan hendaklah disediakan area tertentu, antara lain :

      Penerimaan material;

      Pengambilan contoh material;

      Penyimpanan barang datang dan karantina;

      Gudang bahan awal;

      Penimbangan dan penyerahan;

      Pengolahan;

      Penyimpanan produk ruahan;

      Pengemasan;

      Karantina sebelum produk dinyatakan lulus;

      Gudang produk jadi;

      Tempat bongkar muat;

      Laboraorium;

      Tempat pencucian peralatan.

    6. Permukaan dinding dan langit-langit hendaknya halus dan rata serta mudah

    dirawat dan dibersihkan. Lantai di area pengolahan harus mempunyai permukaan

    yang mudah dibersihkan dan disanitasi.

    7. Saluran pembuangan air (drainase) harus mempunyai ukuran memadai dan

    dilengkapi dengan bak kontrol serta dapat mengalir dengan baik. Saluran terbuka

    harus dihindari, tetapi apabila diperlukan harus mudah dibersihkan dan disanitasi.

    8. Lubang untuk pemasukan dan pengeluaran udara dan pipa-pipa salurannya

    hendaknya dipasang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah timbulnya

    pencemaran terhadap produk.

    9. Bangunan hendaknya mendapat penerangan yang efektif dan mempunyai

    ventilasi yang sesuai untuk kegiatan dalam bangunan.

  • 8/20/2019 Modul Sertifikasi Ok 29112013

    35/78

     

    Konsep Dasar Sertifikasi 35

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    10.Pipa, fitting lampu, lubang ventilasi dan perlengkapan lain di area produksi harus

    dipasang sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya ceruk yang sukar

    dibersihkan dan sebaiknya dipasang di luar area pengolahan.

    11.Laboratorium hendaknya terpisah secara fisik dari area produksi.

    12.Area gudang hendaknya mempunyai luas yang memadai dengan penerangan yangsesuai, diatur dan diberi perlengkapan sedemikian rupa sehingga memungkinkan

    penyimpanan bahan dan produk dalam keadaan kering, bersih dan rapi.

    12.1. Area gudang hendaknya harus memungkinkan pemisahan antara

    kelompok material dan produk yang dikarantina. Area khusus dan terpisah

    hendaklah tersedia untuk pen