modul mekanika teknik [tm10]
DESCRIPTION
Mekanika Teknik modulTRANSCRIPT
MODUL PERKULIAHAN
MEKANIKA TEKNIK
Gesekan 2
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Teknik Teknik Industri
09Selamet Riadi, ST, MT
Abstract KompetensiGaya gesekan ada di seluruh alam dan banyak terdapat pada semua mesin, biarpun mesin tersebut sudah dibuat dan akurat atau dilumasi dengan baik. Dalam semua kasus nyata di mana gesekan menggelincir (sliding) antara dua bagian terjadi, gaya gesekan mengakibatkan kehilangan energi yang dikeluarkan dalam bentuk kalor.
Mahasiswa mampu memahami dengan baik pengertian gesekan Kering, dan penerapan gesekan pada struktur dan mesin.
Gesekan 2
PENERAPAN GESEKAN PADA MESIN
Dalam Bagian ini kita akan membahas aksi gesekan pada berbagai penerapan mesin.
Karena kondisi ini biasanya hanya merupakan salah satu dan gesekan statik atau kinetik
yang terbatas, maka kita akan menggunakan variabel (bukan s atau k) dalam.
pengembangan umum kita. Kemudian, bergantung pada apakah gerakan akan segera
terjadi atau benar-benar sedang terjadi, dapat ditafsirkan sebagai salah sam dan koefisien
gesekan statik atau kinetik.
BAJI
Baji adalah salah satu mesin yang paling sederhana dan paling berguna serta dipakai
sebagai alat untuk menghasilkan penyesuaian kecil posisi benda atau sebagai alat untuk
menerapkan gaya yang besar. Sebagian besar baji bergantung pada gesekan. Sewaktu
geseran baji, akan segera terjadi gaya resultan pada tiap permukaan geser baji akan
dimiringkan dan tegakiurus terhadap permukaan oleh sebuah besaran yang sama dengan
sudut gesekan. Komponen resultan sepanjang permukaan merupakan gaya gesekan, yang
selalu berada dalam arah yang berlawanan dan gesakan baji relatif terhadap permukaan
sentuh.
Gambar 8/3a memperlihatkan sebuah baji yang dipakai untuk menetapkan posisi atau
mengangkat benda yang bermassa besar m, di mana beban vertikalnya adalah mg.
Koefisien gesekan setiap pasang permukaan adalah = tan . Gaya P yang diperlukan
untuk mulai menggerakkan baji dihitung dan kesetimbangan segitiga gaya pada beban dan
pada baji. Diagram benda-bebasnya diperlihatkan dalam Gambar 8/3b, di mana reaksi-
reaksinya miring sebesar sudut dan normalnya masing-masing dan arahnya berlawanan dan
gerakan. Massa baji diabaikan. Dari diagram ini kita dapat menuliskan persamaan
kesetimbangan gaya di mana W = mg. Penyelesaian persamaan-persamaan ini
diperlihatkan dalam Gambar bagian c, di mana pertama-tama R2 dihitung dalam diagram
bagian atas dengan menggunakan nilai mg yang diketahui. Kemudian gaya P dihitung dari
segitiga bagian bawah begitu nilai R2 telah ditentukan.
‘14 2
Mekanika TeknikPusat Bahan Ajar dan eLearning
Selamet Riadi, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 8/3
W + R2 + R3 = 0 dan R1 + R2 + P = O
Jika P dihilangkan dan baji tetap di temp at, maka kesetimbangan mensyaratkan bahwa R1
dan R2 harus kolinear masing-masing membuat sudut sebesar /2 terhadap normal
permukaannya. Jadi, selama /2 < , gelinciran tidak akan terjadi, dan baji dikatakan
terkunci sendiri. Jika baji terkunci sendiri dan ingin dibuka, maka diperlukan sebuah tarikan
P pada baji tersebut Dalam kejadian ini reaksi R1 dan R2 akan beraksi pada sisi yang
berlawanan dan normalnya untuk melawan gerakan baru yang akan segera terjadi, dan
penyelesaian akan mengikuti tahap-tahap yang sama dengan yang telah digambarkan untuk
kasus menaikkan beban. Diagram benda bebas dan poligon véktor untuk kondisi ini
diperlihatkan dalam Gambar 8/4.
‘14 3
Mekanika TeknikPusat Bahan Ajar dan eLearning
Selamet Riadi, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 8/4
Masalah baji umumnya dapat diselesaikan secara grafis seperti ditunjukkan dalam kedua
gambar tersebut. Keakuratan sebuah penyelesaian grafis dengan mudah dapat
dipertahankan dalam toleransi yang konsisten dengan ketidakpastian koefisien gesekan.
Penyelesaian aljabar juga dapat diperoleh dan trigonometri poligon kesetimbangan.
SEKRUP
Sekrup dipakai untuk mengencangkan dan untuk mentransmisikan daya atau gerakan.
Dalam setiap kasus, gesekan yang terjadi pada ulir umumnya menentukan aksi sekrup.
Untuk mentransmisikan daya atau gerakan, ulir persegi lebih efisien daripada ulir-V, dan
analisis yang dilukiskan di sini dibatasi untuk ulir persegi saja.
‘14 4
Mekanika TeknikPusat Bahan Ajar dan eLearning
Selamet Riadi, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 8/5
Tinjaulah dongkrak-ulir-persegi, Gambar 8/5, yang dikenai aksi beban aksial W dan momen
M yang diterapkan terhadap sumbu sekrup. Sekrup mempunyai laju L (kemajuan tiap
putaran) dan sebuah jan-jan rata-rata r. Gaya R yang dikenakan oleh ulir kerangka dongkrak
pada bagian kecil dan ulir sekrup diperlihatkan pada diagram benda-bebas sekrup tersebut.
Reaksi yang sama terjadi pada seluruh ruas ulir yang bersentuhan dengan landasan ulir.
Jika M hanya cukup untuk memutar sekrup, maka ulir sekrup akan menggelincir dan
bergerak ke atas pada ulir tetap dan kerangka. Sudut antara R dan normal terhadap ulir
akan menjadi sudut gesekan, sehingga tan = . Momen R terhadap sumbu vertikal sekrup
adalah Rr sin ( + ), dan momen total yang disebabkan oleh semua reaksi pada ulir
adalah Rr.sin ( + ). Karena r sin ( + ) terdapat dalam tiap suku, maka kita dapat
memfaktorkannya ke luar. Persamaan kesetimbangan momen untuk sekrup menjadi
M = [r sin ( + )] R
Kesetimbangan gaya dalam arah aksial selanjutnya mensyaratkan
M = R cos ( + ) = [cos ( + )] R
Membagi M dengan W menghasilkan
M= W r tan ( + ) (8/3)
Kita dapat menentukan sudut heliks dengan memutar-lepas ulir sekrup untuk satu putaran
‘14 5
Mekanika TeknikPusat Bahan Ajar dan eLearning
Selamet Riadi, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
penuh di mana dapat kita lihat dengan segera bahwa = tan-1 (L/2r).
Kita dapat memakai ulir yang telah diputar-lepas dan sekrup sebagai model alternatif untuk
menirukan aksi keseluruhan sekrup, seperti diperlihatkan dalam Gambar 8/6a. Gaya setara
yang diperlukan untuk mendorong ulir bergerak ke atas bidang miring tetap adalah P = M/r,
dan segitiga vektor gaya mernberikan Persamaan 8/3.
Gambar 8/6
Jika momen M ditiadakan, maka arah gaya gesekan berubah sehingga . diukur terhadap
sisi
laii dan normal ulir. Sekrup akan tetap ditempatnya dan terkunci-sendiri selama < dan
akan hampir segera terputar-lepas jika = .
Untuk menurunkan beban dengan memutar-lepas sekrup yang bersangkutan, kita harus
membalik arah M selama < . Kondisi ini dilukiskan dalam Gambar 8/6b untuk ulir simulasi
pada bidang miring tetap, dan akan terlihat bahwa suatu gaya setara P = M/r harus
diterapkan pada ulir tersebut untuk menaniknya ke bawah bidang miring. Oleh karena itu,
dan segitiga vektor kita mendapatkan momen yang diperlukan untuk menurunkan sekrup,
yang besarnya adalah
M= W r tan ( - ) (8/3a)
Jika > , sekrup akan terputar-lepas olehnya sendini, dan dapat kita lihat dan Gambar
8/6c bahwa momen yang diperlukan untuk mencegah keadaan terputar-lepas ini akan
menjadi
M= W r tan ( - ) (8/3b)
Rem Blok
‘14 6
Mekanika TeknikPusat Bahan Ajar dan eLearning
Selamet Riadi, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Rem (brake) adalah komponen mesin yang berfungsi untuk menghentikan putaran poros,
mengatur putaran poros dan mencegah putaran yang tidak dikehendaki.
Efek pengereman diperoleh dari :
- gesekan jika secara mekanik
- serbuk magnet, arus pusar, fasa yang dibalik, arus searah yang dibalik,
penukaran kutup jika secara listrik.
Secara umum jenis rem yang biasa digunakan :
• Rem blok (Block or Shoe Brake)
• Rem pita (Band Brake)
• Rem drum/tromol (Internal Expanding Brake)
• Rem cakram (Disc Brake)
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam desain rem :
• Gaya penggerak rem
• Daya yang dipindahkan
• Energi yang hilang
• Kenaikan suhu
Prosedur analisis :
• Mencari distribusi tekanan pada permukaan gesek.
• Mencari hubungan tekanan maksimum dan tekanan pada setiap titik.
• Gunakan keseimbangan statis untuk : gaya gesek, daya, reaksi.
Konstruksi dari rem blok secara umum dapat dibedakan dalam tiga kondisi berdasarkan
desain tumpuan handel penggerak rem. Rumus umum yang digunakan dalam perhitungan
adalah :
• Gaya tangensial : Ft = . Fn
• Torsi (T) = Ft . r = . Fn .r
F : gaya untuk pengereman
Fn : gaya normal
Ft : gaya tangensial
: koefisien gesek
r : jari-jari roda
Rem Pita
‘14 7
Mekanika TeknikPusat Bahan Ajar dan eLearning
Selamet Riadi, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Rem pita (band brake) merupakan rem dengan bidang gesek untuk proses
pengereman berupa pita atau tali. Bahan dasar dari pita antara lain
terbuat dari : kulit, kain dan baja.
Gambar 8/7. Konstruksi Rem Pita Tipe I
R : jari-jari drum
t : tabel pita
Re : jari-jari efektif dari drum
Re = R + t/2
P : gaya untuk mengerem
Gambar 8/8. Konstruksi Rem Pita Tipe II
‘14 8
Mekanika TeknikPusat Bahan Ajar dan eLearning
Selamet Riadi, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 8/9. Konstruksi Rem Pita Tipe III
‘14 9
Mekanika TeknikPusat Bahan Ajar dan eLearning
Selamet Riadi, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
PERUMUSAN PERSOALAN DAN TINJAUAN ULANG
Dalam pelajaran mengenai gesekan kita telah memusatkan perhatian kita pada gesekan
kering atau gesekan CouIomb di mana sebuah model mekanis sederhana dan
ketidakteraturan permukaan antara benda-benda yang bersentuhan, Gambar 8/1, cukup
berperan dalam menerangkan gejala-gejala. bagi kebanyakan tujuan teknik. Dengan
memahami model ini secara jelas kita dengan mudah dapat membayangkan tiga jenis
masalah gesekan-kering yang dihadapi. Ketiga kategori ini ialah:
1. Gesekan statik lebih kecil dan nilai maksimum yang mungkin dan ditentukan .dengan
persamaan kesetimbangan. (Biasanya diperrukan suatu pemeriksaan untuk
mengetahui bahwaF < s N).
2. Gesekan statik batas dengan gerakan yang akan terjadi (F = s N).
3. Gesekan kinetik di mana gerakan gelincir (sliding) terjadi di antara permukaan-
permukaan yang bersentuhan (F = k N).
Sebuah koefisien gesekan diterapkan pada pasangan permukaan yang bersentuhan.
Adalah tak ada artinya bila kita menyatakan koefisien gesekan untuk suatu permukaan
tunggal. Koefisien gesekan statik s untuk suatu pasangan permukaan biasanya sedikit
lebih besar daripada koefisien gesekan kinetik k. Gaya gesekan yang beraksi pada benda
selalu berada dalam arah yang berlawanan dengan arah gelinciran benda yang terjadi atau
gelinciran yang akan terjadi apabila tak ada gesekan.
Apabila kita menjumpai gaya gesekan yang terdistribusi dengan cara yang sudah ditetapkan
pada suatu permukaan atau sepanjang suatu garis, sebaiknya kita memiih elemen
permukaan atau garis yang dapat mewakili dan menghitung gaya dan pengaruh momen
akibat gaya gesekan elemental yang beraksi pada elemen tersebut. Kemudian kita
mengintegrasi pengaruh mi pada seluruh permukaan atau ganis tersebut di atas.
Koefisien gesekan merupakan suatu’ hal yang sangat bervariasi tergantung pada kondisi
pasti dan permukaan yang bersentuhan. Perhitungan koefisien gesekan sampai tiga angka
adalah guna menggambarkan keakuratan yang sulit ditirukan oleh eksperimen dan bila
disebutkan dicantumkan hanya untuk tujuan pemeriksaan perhitungan saja. Untuk
perhitungan rancangan dalam praktek teknik, penggunaan nilai dan buku pegangan untuk
koefisien gesekan statik atau kinetik harus ditinjau sebagai pendekatan saja.
‘14 10
Mekanika TeknikPusat Bahan Ajar dan eLearning
Selamet Riadi, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Dalam meninjau ulang pengantar soal-soal gesekan, para pembaca harus menyadari
terdapatnya bentuk-bentuk lain dan gesekan yang disebutkan dalam pasal pendahuluan bab
ini. Soal-soal yang menyangkut gesekan fluida, misalnya, adalah salah satu di antara
masalah-masalah terpenting dalam gesekan yang dijumpai dalam teknik, dan suatu studi
mengenai gejala ini dimasukkan dalam mata kuliah mekanika fluida.
‘14 11
Mekanika TeknikPusat Bahan Ajar dan eLearning
Selamet Riadi, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka1. Sutjiatmo, B. Statika untuk Teknik Mesin. ITB, Bandung. 1990.
2. Frick. H. Mekanika Teknik I (statika dan kegunaannya) Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.2006.
3. Irawan, A.P. Diktat Kuliah Mekanika Teknik. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Tarumanagara, Jakarta. 2007.
4. Gunawan, T., Margaret, S. Teori dan soal penyelesaian Mekanika Teknik I. Delta
Teknik Group. Jakarta. 1999.
5. Kamarwan, Sidharta S. STATIKA Bagian Dari Mekanika Teknik. edisi ke-2. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta. 1995.
6. Meriam, J.L. dan L.G. Kraige, Mekanika Teknik: Statika. Jakarta : Erlangga. 1996.
7. Popov, E.P. Mekanika Teknik. Terjemahan Zainul Astamar. Penerbit Erlangga.
Jakarta. 1984.
8. Timoshenko, S.,D.H. Young. Mekanika Teknik. Terjemahan, edisi ke-4, Penerbit
Erlangga. Jakarta. 1996.
‘14 12
Mekanika TeknikPusat Bahan Ajar dan eLearning
Selamet Riadi, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id