modul 7 sem 1 & 2

24
MODUL MATA PELAJARAN SENI MUSIK SMP KALAM KUDUS PEKANBARU KELAS VII SEMESTER I &II TAHUN PELAJARAN 2013-2014 GURU BIDANG STUDI TITIK ESTRINI

Upload: alfino-dos-santos-aveiro

Post on 29-Nov-2015

140 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

MODUL MATA PELAJARAN SENI MUSIK

SMP KALAM KUDUS

PEKANBARU

KELAS VII SEMESTER I &II

TAHUN PELAJARAN

2013-2014

GURU BIDANG STUDI

TITIK ESTRINI

Standar Kompetensi: Mengapresiasi karya seni musikKompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis lagu daerah setempatIndikator : 1. Mengidentifikasi jenis-jenis lagu etnik dan daerah setempat. 2. Mengidentifikasi elemen-elemen musik, irama, tempo, nada, Dinamika, dari lagu daerah setempat

3. Mengidentifikasi lagu (permainan pergaulan) yang ada di daerah.

MENGAPA KITA BELAJAR SENI BUDAYA?

Manusia membutuhkan seni untuk memenuhi kebutuhan rasanya. Seni Budaya merupakan suatu keahlian untuk mengekspresikan ide-ide atau gagasan estetika dalam bentuk karya yang dapat mengungkapkan perasaan manusia.

Dalam pelajaran Seni Budaya siswa diberikan kesempatan untuk mengekspresikan gagasan berkreasi serta mengapresiasikan seni dengan cara mengilustrasikan pengalaman pribadi,menggali/mengeksplorasi rasa, dan melakukan pengamatan proses, dan teknik sesuai dengan nilai budaya dan keindahan yang ada di lingkungan masyarakat.

Dalam pelajaran Seni Budaya siswa diberikan kesempatan untuk mengekspresikan gagasan berkreasi serta mengapresiasikan seni dengan cara mengilustrasikan pengalaman pribadi,menggali/mengeksplorasi rasa, dan melakukan pengamatan proses, dan teknik sesuai dengan nilai budaya dan keindahan yang ada di lingkungan masyarakat.

A. RAGAM MUSIK TRADISI DAERAH

Menurut sifat dan keberadaannya musik tradisi daerah dibagi menjadi 2, yaitu: I. Musik Rakyat

musik daerah yang lahir dan diolah masyarakat pedesaan, yang disukai rakyat Biasa dan tersebat sampai ke rakyat jelata

musik dan lagunya meriah, dan melibatkan banyak orang dan pertunjukan atau Permainannya. memiliki bentuk dan etnik yang sederhana serta tidak dikenal penciptanya (NN). Musik rakyat menyebar secara alami dan disampaikan secara lisan dan turun

Temurun. Tema musik banyak mengambil dari kehidupan sehari-hari masyarakat

II. Musik Klasik Musik rakyat pilihan yang dikembangkan di pusat-puasat pemerintahan, ibukota,kerajaan. Memiliki pembawaan yang lebih agung Merupakan ciptaan komponis serta telah tertata dengan aturan-aturan yg baku

Seperti pemakaian notasi, aturan syair, gaya voal, ritme, dan instrument yg diDasarkan pada konsep tertentu menurut daerah

B. FUNGSI MUSIK DAERAH1. Upacara Adat: karena bunyi-bunyian seringkali dianggap punya kekuatan gaib

Contoh: -pengiring roh dalam upacara merapu di Sumatra Barat -musik angklung dalam upacara Seren Taun (panen padi) di Sunda

2. Pengiring tari dan pertunjukkanContoh: -Gamelan sebagai pengiring tari dan Wayang di pulau Jawa dan Bali -musik melayu pengiring tari melayu dan pertunjukan mak yong di Riau

3. Media BermainContoh: - Cublak-cublak suweng dari Jawa Tengah - Ampar-ampar pisang dari Kalimantan - Pok ame-ame dari Betawi

4. Media KomunikasiContoh: -Irama Kentongan, Bedug, Lonceng, alat musik sederhana sebagai Pertanda atau pemberitahuan khusus ke masyarakat akan bencana Alam, pencurian, atau pertemuan desa.

5. Media PeneranganContoh: - Lagu tentang Pemilu, imunisasi, lagu abernafaskan agama.

C. AKTIFITAS MUSIK Dalam aktifitas musik terdapat 3 peranan penting yang tidak dapat diabaikan/dipisah Kan yaitu:

Komponis Dalam tradisi musik daerah beberapa komponis yang bekerja sama yang disebut prinsip gotong royong. Meskipun ada system notasi tapi komponis menyampaikan lagunya secara lisan. Para pemain menghafalkan untuk latihan dan pertunjukan.

Hubungan Antarpemain Musik Beberapa istilah dalam pemain instrumen:

- Wiyaga (musikus): merupakan sebutan untuk orang yang memainkan musik.- Waditra(instrument musik): musik yang dimainkan.

Para pemain musik dibutuhkan kerjasama dan menguasai bidang musik yang Dimainkan, karena dlm permainan musik daerah tidak ada pemimpin khusus (conductor/dirigen). Hal ini merupakan lambing dari masyarakat yang saling Menjaga perasaan dan mengedepankan sikap tenggang rasa.

Penikmat Musik Dalam perbedaan antara musik rakyat dan musik tradisi klasik:- Dalam musik rakyat : penikmat/pendengar musik lebih aktif, ikut bernyanyi, bertepuk Tangan, bahkan menari serta menimpali peran pemain sandiwara rakyat.- Dalam musik tradisi klasik: Pendengar bersifat pasif, mendengarkan, memberi Apresiasi dan kritik setelah selesai pertunjukan.

D. TOKOH MUSIK DAN KOMPOSISI DAERAH Contoh beberapa tokoh musik daerah:

Raden Mahyar Angga Koessoemadinata, Mengkuko (koko Koeswoyo)Mengembangkan musik gamelan Sunda dengan system notasi da, mi, na, ti, la

Daeng Soetikna dan Imam Sukayat mengembangkan angklung Sunda dengan system tangga nada Diatonis (do re mi fa sol la si )Udjo Ngalagena paling banyak memberi perhatian dalam pelesterian danPendidikan musik angklung untuk generasi muda.

K.H. Dewantara dan Ki Nartosabdo sebagai tokoh pembaharu dalam lagu-lagu gamelan yang dikenal dengan system Wandali (Jawa, Sunda, Bali).

E. BENTUK INSTRUMEN Alat musik bentuk Tabung merupakan alat musik yang memakai bahan dasar bamboo, Atau bisa dari

kayu atau logam.Misalnya: Calung, angklung, kentongan/kulkul, suling/saluang, dan guntang.

Alat musik bentuk Bilah Yaitu kekuatan bunyinya perlu didukung oleh wadah gema sebagai resonator.Contoh: Gambang, Kolintang, Saron, Gender.

Alat musik bentuk PenconMemiliki pencu/tumpuan pukulan yaitu bagian yang menonjol dari suatu bidang datar. Pada umumnya alat musik ini terbuat dari logam. Contoh: Bonang (Jawa dan Sunda), Trompong (Bali), Kromong (Betawi), Talempong(Minang), Totobuang (Ambon), Kangkanong (Banjar).

Udjo Ngalagena menyebut system angklung yang dilatihnya sebagai angklung Sunda dan angklung

Indonesia. Musik angklung Sunda menggunakan tangga nada Pentatonis Musik angklung Indonesia selanjutnya dikembangkan dengan menggunakan tangga nada Diatonis.

STRUKTUR FORMAL MUSIK DAERAHStruktur formal musik merupakan unsure-unsur yg mendukung terbentuknya sebuah musik. Musik

terbentuk dari Irama, Syair, dan Instrumen.

A. IRAMA Irama musik suatu daerah ditentukan oleh: Panjang pendek dan tinggi rendah nada serta pola-pola dalam birama. Berikut ini kita akan mempelajari tentang Nada, Tangga nada, Birama, dan Pola irama.

A. Sifat Nada 1. Tinggi nada (Pitch)2. Panjang Nada (Durasi)

Contoh Panjang Nada/Durasi:

3. Intensitas Nada (Dinamika)Yaitu keras lembutnya bunyi suatu nada.Misalnya: f = forte artinya keras ff= fortissimo artinya sangat keras mf= meso forte artinya agak keras p= piano artinya lembut pp=pianissimo artinya sangat lembut mp= mezzo piano artinya agak lembut < = crescendo artinya makin lama makin keras > = decrescendo artinya makin lama makin lembut

4. Warna Nada ( Timbre) Yaitu jenis suara yang dihasilkan

B. Tangga NadaYaitu ada dua : Diatonis (terdiri dari tujuh nada )

- Diatonis mayor dimuai dari nada I- Diatonis minor dimulai dari nada 6

Pentatonis ( terdiri dari lima nada)

Kata “penta”= lima, dan “tone”=nada. Tangga nada pentatonic terbagi dua: 1. pelog

2. slendro

Missal: Slendro ( 1 2 3 5 7 i ) Pelog ( 1 2 3 5 6 i )

Perbedaan tonalitas pelog dan slendro terdengar jelas perbedaannya bila dipakai dalam musik. Pentatonis pelog memberikan perasaan: tenang, hormat, dan memuju. Slendro memberikan perasaan: gembira, bersemangat, dan fantastic.

C. Pulsa dan Pola Irama Pulsa artinya ketukan dasar lagu dengan panjang durasi tetap. Irama adalah ketukan yang durasinya tidak sama tetapi konsisten

dan berulang-ulang dengan pola tertentu.

Irama dirasakan lewat bunyi alat musik ritmis, sehingga irama musik tetap masih terasa meskipun melodi lagunya diam/tidak berbunyi.

D. BiramaBirama adalah pengelompokan ketukan menjadi beberapa unit hitungan.

Pengelompokan itu menggunakan tanda birama ( 2/4, 3/4, 4/4, 6/8 ) dan sebagainya.Tanda birama tersebut masing-masing memiliki nilai:2/4 artinya dalam satu ruas birama terdapat dua ketuk not seperempat

3/4 artinya dalam satu ruas birama terdapat tiga ketuk not seperempat 6/8 artinya dalam satu ruas birama terdapat enam ketuk not seperdelapan Dalam penulisannya, tiap kelompok diberi garis pembatas yang disebut garis birama (bar line).

B. SYAIR

Syair adalah symbol bahasa yang digunakan komponis(pencipta lagu) dalam mengekspresikan perasaanuntuk mempermudah pendengar dalam mencerna karya musiknya. Misal; lagu daerah biasanya memakai bahasa daerah.

1. Sajak SyairSyair lagu pada musik daerah dapat bervariasi. Syair bersajak sama : aaaa, bbbbBersajak selang : ababBersajak peluk : abbaBersajak pasang : aabbccBersajak patah : abcb, aaba

2. Bentuk Syaira. Syair terikat

Syair lagu daerah klasik biasanya terikat oleh aturan tertentu. Beberapa daerah syairnya berbentuk pantun dan berbeda-beda di tiap daerah.Misalnya: - panton (Aceh dan Ambon)- Umpama (Batak Toba)- Ende-ende (Mandailing)- Rejong (Bengkulu)- Parikan dan lagu ludrug (Jawa)- Sesindiran,sesuwalan, lagu doger (Sunda)

b. Syair bebas artinya tidak memiliki pedoman dalam penyusunannyac. Instrumen Musik

Instrumen musik daerah dapat kita kelompokkan berdasarkan fungsi dalam pergelaran musik.1. Instrumen melodis: fungsinya untuk memainkan rangkaian nada- nada /melodis sebuah lagu. Contoh: rebab, angklung, kolintang, gambang, talempong, sasando, kecapi, sitar, serunai,dan seruling.

C. INSTRUMEN MUSIK

Untuk lebih mengenal lebih dekat musik tradisional kita dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok yaitu :

1. Instrumen Musik Perkusi.

Perkusi adalah sebutan bagi semua instrumen musik yang teknik permainannya di pukul, baik menggunakan

tangan maupun stik. Dalam hal ini beberapa instrumen musik yang tergolong dalam alat musik perkusi adalah

Gamelan, Kendang, Kecapi, Arumba, Talempong, Sampek dan Kolintang, Rebana, Bedung, Jimbe dan lain

sebagainya.

a. Gamelan adalah alat musik yang terbuat dari bahan logam, gamelan berasal dari daerah Jawa tengah,

Yogyakarta, Jawa Timur juga di Jawa Barat disebut dengan Degung dan di Bali disebut Gamelan Bali. Satu

perangkat gamelan terdiri dari instrumen saron, demung, gong, kenong, slentem, bonang, peking, gender dan

beberapa instrumen lainnya. Disamping itu gamelan mempunyai nada pentatonis/pentatonic.

b. Kendang adalah sejenis alat musik perkusi yang membrannya berasal dari kulit hewan (kambing). Kendang

atau gendang dapat dijumpai di banyak wilayah Indonesia. Di daerah Jawa Barat kendang mempunyai peranan

penting dalam tarian Jaipong. Di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali kendang selalu digunakan

dalam permainan gamelan baik untuk mengiringi tarian, wayang dan ketoprak. Tifa adalah alat musik sejenis

kendang yang dapat di jumpai di daerah Papua, Maluku dan Nias. Rebana adalah jenis alat musik yang biasa di

gunakan dalam kesenian yang bernafaskan Islam. rebana dapat dijumpai hampir di sebagian wilayah Indonesia.

c. Kecapi adalah alat musik petik yang berasal dari daerh Jawa Barat. Bentuk organologi kecapi adalah sebuah

kotak kayu yang diatasnya berjajar dawai/senar, kotak kayu tersebut berguna sebagai resonatornya. Alat musik

yang menyerupai kecapi adalah siter dari Jawa Tengah.

d. Arumba (alunan rumpun bambu) berasal dari daereah Jawa Barat. Arumba adalah alat musik yang terbuat

dari bahan bambu yang di mainkan dengan melodis dan ritmis. Pad awalnya arumba menggunakan tangga nada

pentatonis namun dalam perkembangannya menggunakan tangga nada diatonis.

e. Talempong adalah seni musik tradisi dari Minangkabau. Talempong adalah alat musik bernada diatonis (do,

re, mi, fa, sol, la, si, do).

f. Sampek (sampe/sapek) adlah alat musik yang bentuknya menyerupai gitar berasal dari daerah Kalimantan.

Alat musik ini terbuat dari bahan kayu yang dipenuhi dengan ornamen/ukiran yang indah. Alat musik petik

lainnya yang bentuknya menyerupai sampek adalah Hapetan dari daerah Tapanuli, Jungga dari Sulawesi Selatan.

g. Kolintang atau kulintang berasal dari daerah Minahasa. Alat musik ini mempunyai tangga nada diatonis yang

semua instrumennya terdiri dari bas, melodis dan ritmis. Bahan dasar dibuat dari kayu dan cara untuk memainkan

alat musik ini di pukul dengan menggunakan stik.

h. Sasando adalah alat musik petik berasal dari daerah Nusa Tenggara Timur, kecapi ini terbuat dari bambu

dengan diberi dawai/senar sedangkan untuk resonasinya di buat dari anyaman daun lontar yang mempunyai

bentuk setengah bulatan.

2. Instrumen Musik Gesek.

Instrumen musik tradisional yang menggunakan teknik permainan digesek adalah Rebab. Rebab berasal dari

daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jakarta (kesenian betawi). Rebab terbuat dari bahan kayu dan resonatornya

ditutup dengan kulit tipis, mempunyai dua buah senar/dawai dan mempunyai tangga nada pentatonis. Instrumen

musik tradisional lainnya yang mempunyai bentuk seperti rebab adalah Ohyan yang resonatornya terbuat dari

tempurung kelapa. Rebab jenis ini dapat dijumpai di Bali, Jawa dan Kalimantan Selatan.

3. Instrumen Musik Tiup.

Suling adalah instrumen musik tiup yang terbuat dari bambu hampir semua daerah di Indonesia dapat dijumpai

alat musik ini. Saluang adalah alat musik tiup dari Sumatera Barat, serunai dapat dijumpai di Sumatera Utara,

Kalimantan. Suling Lembang berasal dari daerah Toraja yang mempunyai panjang antara 40 – 100 cm dengan

garis tengah 2 cm.

Tarompet, serompet, selompret adalah jenis alat musik tiup yang mempunyai 4 – 6 lubang nada dan bagian untuk

meniupnya berbentuk corong. Seni musik tradisional yang menggunakan alat musik seperti ini adalah kesenian

rakyat Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura dan Papua.

MUSIK TRADISIONAL DI INDONESIA

NKRI adalah sebuah negara yang meliputi ribuan pulau yang terbentang dari Sabang hingga Merauke,

dimana dari sekian banyaknya kepulauan beserta masyarakatnya tersebut lahir, tumbuh dan berkembang berbagai

budaya daerah. Seni tradisional yang merupakan jati diri, identitas dan media ekspresi dari masyarakat

pendukungnya.

Hampir seluruh wilayah NKRI mempunyai seni musik tradisional yang khusus dan khas. Dari keunikan tersebut

bisa nampak terlihat dari teknik permainannya, penyajiannya maupun bentuk/organologi instrumen musiknya.

Seni tradisonal itu sendiri mempunyai semangat kolektivitas yang tinggi, sehingga dapat dikenali karakter dan

ciri khas masyarakat Indonesia, yaitu yang terkenal ramah dan santun.

Untuk lebih mengenal lebih dekat musik tradisional kita dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok yaitu :

1. Instrumen Musik Perkusi.

Perkusi adalah sebutan bagi semua instrumen musik yang teknik permainannya di pukul, baik menggunakan

tangan maupun stik. Dalam hal ini beberapa instrumen musik yang tergolong dalam alat musik perkusi adalah

Gamelan, Kendang, Kecapi, Arumba, Talempong, Sampek dan Kolintang, Rebana, Bedug, Jimbe dan lain

sebagainya.

a. Gamelan adalah alat musik yang terbuat dari bahan logam, gamelan berasal dari daerah Jawa tengah,

Yogyakarta, Jawa Timur juga di Jawa Barat disebut dengan Degung dan di Bali disebut Gamelan Bali. Satu

perangkat gamelan terdiri dari instrumen saron, demung, gong, kenong, slentem, bonang, peking, gender dan

beberapa instrumen lainnya. Disamping itu gamelan mempunyai nada pentatonis/pentatonic.

b. Kendang adalah sejenis alat musik perkusi yang membrannya berasal dari kulit hewan (kambing).

Kendang atau gendang dapat dijumpai di banyak wilayah Indonesia. Di daerah Jawa Barat kendang mempunyai

peranan penting dalam tarian Jaipong. Di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali kendang selalu

digunakan dalam permainan gamelan baik untuk mengiringi tarian, wayang dan ketoprak. Tifa adalah alat musik

sejenis kendang yang dapat di jumpai di daerah Papua, Maluku dan Nias. Rebana adalah jenis alat musik yang

biasa di gunakan dalam kesenian yang bernafaskan Islam. rebana dapat dijumpai hampir di sebagian wilayah

Indonesia.

c. Kecapi adalah alat musik petik yang berasal dari daerh Jawa Barat. Bentuk organologi kecapi adalah

sebuah kotak kayu yang diatasnya berjajar dawai/senar, kotak kayu tersebut berguna sebagai resonatornya. Alat

musik yang menyerupai kecapi adalah siter dari Jawa Tengah.

d. Arumba (alunan rumpun bambu) berasal dari daereah Jawa Barat. Arumba adalah alat musik yang

terbuat dari bahan bambu yang di mainkan dengan melodis dan ritmis. Pad awalnya arumba menggunakan tangga

nada pentatonis namun dalam perkembangannya menggunakan tangga nada diatonis.

e. Talempong adalah seni musik tradisi dari Minangkabau. Talempong adalah alat musik bernada diatonis

(do, re, mi, fa, sol, la, si, do).

f. Sampek (sampe/sapek) adlah alat musik yang bentuknya menyerupai gitar berasal dari daerah

Kalimantan. Alat musik ini terbuat dari bahan kayu yang dipenuhi dengan ornamen/ukiran yang indah. Alat

musik petik lainnya yang bentuknya menyerupai sampek adalah Hapetan dari daerah Tapanuli, Jungga dari

Sulawesi Selatan.

g. Kolintang atau kulintang berasal dari daerah Minahasa. Alat musik ini mempunyai tangga nada diatonis

yang semua instrumennya terdiri dari bas, melodis dan ritmis. Bahan dasar dibuat dari kayu dan cara untuk

memainkan alat musik ini di pukul dengan menggunakan stik.

h. Sasando adalah alat musik petik berasal dari daerah Nusa Tenggara Timur, kecapi ini terbuat dari

bambu dengan diberi dawai/senar sedangkan untuk resonasinya di buat dari anyaman daun lontar yang

mempunyai bentuk setengah bulatan.

2. Instrumen Musik Gesek.

Instrumen musik tradisional yang menggunakan teknik permainan digesek adalah Rebab. Rebab berasal

dari daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jakarta (kesenian betawi). Rebab terbuat dari bahan kayu dan resonatornya

ditutup dengan kulit tipis, mempunyai dua buah senar/dawai dan mempunyai tangga nada pentatonis. Instrumen

musik tradisional lainnya yang mempunyai bentuk seperti rebab adalah Ohyan yang resonatornya terbuat dari

tempurung kelapa. Rebab jenis ini dapat dijumpai di Bali, Jawa dan Kalimantan Selatan.

3. Instrumen Musik Tiup.

Suling adalah instrumen musik tiup yang terbuat dari bambu hampir semua daerah di Indonesia dapat dijumpai

alat musik ini. Saluang adalah alat musik tiup dari Sumatera Barat, serunai dapat dijumpai di Sumatera Utara,

Kalimantan. Suling Lembang berasal dari daerah Toraja yang mempunyai panjang antara 40 – 100 cm dengan

garis tengah 2 cm.

Tarompet, serompet, selompret adalah jenis alat musik tiup yang mempunyai 4 – 6 lubang nada dan bagian untuk

meniupnya berbentuk corong. Seni musik tradisional yang menggunakan alat musik seperti ini adalah kesenian

rakyat Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura dan Papua.

Berkreasi Musik Daerah

Beberapa langkah dalam membuat lagu:

1. Menentukan Tema

Ada banyak sekali hal yang bisa dijadikan tema lagu, misalnya: Keindahan alam, puji-pujian kepada Tuhan,

pahlawan, karakter binatang, pengalaman berkesan, cerita tradisi, atau juga kegiatan sehari-hari.

2. Mendahulukan Syair

Dalam membuat syair harus memiliki maksud yang jelas dan focus serta memikat hati. Setelah mendapatkan

aksen syair, baru membuat melodi lagunya.Untuk memperoleh melodi yang selaras dengan syair, perlu

memperhatikan letak tesis (tekanan kras) dan arsis (tekanan lemah) dalam baris tersebut.

3. Membuat Motif dan Frase Musik

Motif merupakan rangkaian dari tiga buah nada atau lebih yang telah mampu mengekspresikan suatu perasaan

musical.

Frase diartikan sebagai rangkaian dari beberapa motif melodi yang membentuk hubungan secara fungsional.

/ 0 i 7 I / 3 . . 4 / 5 4 3 I / 3 . . . /

A. Pembentukan Frase Lagu

a. Frase Beraturan

b. Frase tidak beraturan

c. Frase sejajar beraturan

B. Pengembangan Frase lagu

a. Teknik Repetisi

b. Teknik Variasi

c. Teknik kontras

4. Mengubah melodi

5. Membentuk Lagu

Melodi selingan terdiri dari: Prelude/introduksi, interlude, dan postlude/coda

Berikut ini adalah daftar lagu daerah di Indonesia yang telah disusun menurut abjad.

Ambon Manise (Maluku)

Ampar-Ampar Pisang

Anak Kambing Saya

Angin Mamiri

Anju Ahu

Apuse Papua

Ayam Den Lapeh

Ayo Mama Maluku )

Bapak Pucung

Barek Solok )

Batanghari Jambi )

Batti'batti

Bolelebo

Bubuy Bulan

Buka Pintu Maluku

Huhatee Maluku

Ilir-Ilir

Bungong Jeumpa (Aceh)

Burung Kakatua (Maluku)

Burung Tantina (Maluku)

Butet (Sumatera Utara)

Cikala Le Pongpong (Sumatera Utara)

Cik-Cik Periuk (Kalimantan Barat)

Cing Cangkeling (Jawa Barat)

Cuk Mak Ilang (Sumatera Selatan)

Dago Inang Sarge (Sumatera Utara)

Dayung Palinggam (Sumatera Barat)

Dayung Sampan (Banten)

Dek Sangke (Sumatera Selatan)

Desaku (Nusa Tenggara Timur)

Dewa Ayu (Bali)

Es Lilin (Jawa Barat)

Esa Mokan (Sulawesi Utara)

Gai Bintang (Jawa Timur)

Gambang Suling (Jawa Tengah)

Indung-Indung

Injit-Injit Semut Jambi

Jali-Jali Jakarta )

Jamuran

Ka Parak Tingga

Kabile-Bile )

Kalayar )

Kambanglah Bungo )

Kampuang Nan Jauh Di Mato

Kembang Malathe )

Keraban Sape )

Keroncong Kemayoran Jakarta )

Kicir-Kicir Jakarta )

Kole-Kole Maluku

Kutang Barendo Riau )

Lalan Belek Bengkulu )

Lancang Kuning Riau )

Lembah Alas (Aceh )

Lembe-lembe (Maluku )

Lenggang Kangkong)

Lerang Wutun )

Lisoi )

Ma Rencong )

Macepet Cepetan (Bali )

Madekdek Magambiri )

Mak Inang )

Malam Baiko )

Ganrang Pakarena (Sulawesi Selatan)

Gek Kepriye (Jawa Tengah)

Goro-Gorone (Maluku)

Gundul Pacul (Jawa Tengah)

Gunung Salahatu (Maluku)

Helele U Ala De Teang (Nusa Tenggara Barat)

Mande-Mande (Maluku)

Manuk Dadali (Jawa Barat)

Mariam Tomong (Sumatera Utara)

Mejangeran (Bali)

Meyong-Meyong (Bali)

Moree (Nusa Tenggara Barat)

Naik-Naik Ke Puncak Gunung (Maluku)

Nasonang Dohita Nadua (Sumatera Utara)

Nuusak Asik (Bali)

O Ina Ni Keke (Sulawesi Utara)

O Ulate (Maluku)

Ole Sioh (Maluku)

Orlen-Orlen (Nusa Tenggara Barat)

Pai Mura Rame (Nusa Tenggara Barat)

Pakarena (Sulawesi Selatan)

Paku Gelang (Sumatera Barat)

Panon Hideung (Jawa Barat)

Paris Barantai (Kalimantan Selatan)

Peia Tawa-Tawa (Sulawesi Tenggara)

Pileuleuyan (Jawa Barat)

Pinang Muda (Jambi)

Piso Surit (Sumatera Utara(Karo))

Pitik Tukung (Yogyakarta)

Rambadia (Sumatera Utara)

Rang Talu (Sumatera Barat)

Rasa Sayang-Sayange (Maluku)

Ratu Anom (Bali)

Ronggeng (Jakarta)

Sajojo (Papua)

Sapu Nyere Pegat Simpai (Jawa Barat)

Saputangan Bapuncu Ampat (Kalimantan Selatan)

Sarinande (Maluku)

Saule (Maluku)

Sayang Kene (Maluku)

Selendang Mayang (Jambi)

Sengko-Sengko (Sumatera Utara)

Si Patokaan (Sulawesi Utara)

Sinanggar Tulo (Sumatera Utara)

Sing Sing So (Sumatera Utara)

Sinom (Yogyakarta)

Sitara Tillo (Sulawesi Utara)

Soleram (Riau)

Sudah Berlayar (Maluku)

Sungai Suci (Bengkulu)

Surilang (Jakarta)

Potong Bebek Angsa (Nusa Tenggara Timur)

Tanduk Majeng (Jawa Timur)

Tari Tanggai (Sumatera Selatan)

Te Kate Dipanah (Yogyakarta)

Tebe Onana (Nusa Tenggara Barat)

Timang-Timang Anakku Sayang (Jambi)

Tokecang (Jawa Barat)

Tondok Kadadingku (Sulawesi Tengah)

Tope Gugu (Sulawesi Tengah)

Tumpi Wayu (Kalimantan Tengah)

Tutu Koda (Nusa Tenggara Barat)

Umang-umang (Bengkulu))

Waktu Hujan Sore-Sore (Maluku)

Yamko Rambe Yamko (Papua)

Zapin Laksmana Raja di Laut (Riau)

Zapin Pantai Solop (Riau)

Suwe Ora Jamu (Yogyakarta)

Tahanusangkara (Sulawesi Utara)

Tan Mahurang (Sulawesi Utara)

Tana Wolio (Sulawesi Tenggara)

Tanase (Maluku)

Contoh Lagu Daerah

Gambang Suling

MACAM-MACAM ALAT MUSIK TRADISIONAL INDONESIA

1 Gamelan, okestranya orang jawa ....

Gamelan jelas bukan musik yang asing. Popularitasnya telah merambah berbagai benua dan telah memunculkan paduan musik baru jazz-gamelan, melahirkan institusi sebagai ruang belajar dan ekspresi musik gamelan, hingga menghasilkan pemusik gamelan ternama. Pagelaran musik gamelan kini bisa dinikmati di berbagai belahan dunia, namun Yogyakarta adalah tempat yang paling tepat untuk menikmati gamelan karena di kota inilah anda bisa menikmati versi aslinya.Gamelan yang berkembang di Yogyakarta adalah Gamelan Jawa, sebuah bentuk gamelan yang berbeda dengan Gamelan Bali ataupun Gamelan Sunda. Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih lembut dan slow, berbeda dengan Gamelan Bali yang rancak dan Gamelan Sunda yang sangat mendayu-dayu dan didominasi suara seruling. Perbedaan itu wajar, karena Jawa memiliki pandangan hidup tersendiri yang diungkapkan dalam irama musik gamelannya.Pandangan hidup Jawa yang diungkapkan dalam musik gamelannya adalah keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, keselarasan dalam berbicara dan bertindak sehingga tidak memunculkan ekspresi yang meledak-ledak serta mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud nyata dalam musiknya adalah tarikan tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.

Tidak ada kejelasan tentang sejarah munculnya gamelan. Perkembangan musik gamelan diperkirakan sejak kemunculan kentongan, rebab, tepukan ke mulut, gesekan pada tali atau bambu tipis hingga dikenalnya alat musik dari logam. Perkembangan selanjutnya setelah dinamai gamelan, musik ini dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang, dan tarian. Barulah pada beberapa waktu sesudahnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara para sinden.Seperangkat gamelan terdiri dari beberapa alat musik, diantaranya satu set alat musik serupa drum yang disebut kendang, rebab dan celempung, gambang, gong dan seruling bambu. Komponen utama yang menyusun alat-alat musik gamelan adalah bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan, misalnya gong berperan menutup sebuah irama musik yang panjang dan memberi keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama gending.Gamelan Jawa adalah musik dengan nada pentatonis. Satu permainan gamelan komplit terdiri dari dua putaran, yaitu slendro dan pelog. Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan perbedaan interval kecil. Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A B] dengan perbedaan interval yang besar. Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yaitu terdiri dari beberapa putaran dan pathet, dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada.Anda bisa melihat gamelan sebagai sebuah pertunjukan musik tersendiri maupun sebagai pengiring tarian atau seni pertunjukan seperti wayang kulit dan ketoprak. Sebagai sebuah pertunjukan tersendiri, musik gamelan biasanya dipadukan dengan suara para penyanyi Jawa (penyanyi pria disebut wiraswara dan penyanyi wanita disebut waranggana). Pertunjukan musik gamelan yang digelar kini bisa merupakan gamelan klasik ataupun kontemporer. Salah satu bentuk gamelan kontemporer adalah jazz-gamelan yang merupakan paduan paduan musik bernada pentatonis dan diatonis.Salah satu tempat di Yogyakarta dimana anda bisa melihat pertunjukan gamelan adalah Kraton Yogyakarta. Pada hari Kamis pukul 10.00 - 12.00 WIB digelar gamelan sebagai sebuah pertunjukan musik tersendiri. Hari Sabtu pada waktu yang sama digelar musik gamelan sebagai pengiring wayang kulit, sementara hari Minggu pada waktu yang sama digelar musik gamelan sebagai pengiring tari tradisional Jawa. Untuk melihat pertunjukannya, anda bisa menuju Bangsal Sri Maganti. Sementara untuk melihat perangkat gamelan tua, anda bisa menuju bangsal kraton lain yang terletak lebih ke belakang.

2.Kecapi

kacapiKacapi merupakan alat musik petik yang berasal dari Jawa Barat, biasa digunakan sebagai pengiring suling sunda atau dalam musik lengkap, sampai saat ini masih terus dilestarikan dan dijadikan kekayaan seni Sunda yang sangat bernilai bagi masyarakat asli Jawa Barat.Membutuhkan latihan khusus untuk dapat memainkan alat musik ini dengan penuh penghayatan, tak jarang latihan dilakukan di alam terbuka agar dapat menyatukan rasa dan jiwa sang pemetik Kacapi, lebih dari itu semua suara yang dihasilkan dari alat musik ini akan menenangkan jiwa para pendengarnya, dan mampu membawa suasana alam Pasundan di tengah-tengah pendengar yang mulai terhanyut dengan buaian nada-nada yang indah dari Kacapi.

3 Angklung.

Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat berbahasa Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Laras (nada) alat musik angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan adalah salendro dan pelog.Tidak ada petunjuk sejak kapan angklung digunakan, tetapi diduga bentuk primitifnya telah digunakan dalam kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal penanggalan modern, sehingga angklung merupakan bagian dari relik pra-Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara.

Catatan mengenai angklung baru muncul merujuk pada masa Kerajaan Sunda (abad ke-12 sampai abad ke-16). Asal usul terciptanya musik bambu, seperti angklung berdasarkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi (pare) sebagai makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi kehidupan (hirup-hurip). Masyarakat Baduy, yang dianggap sebagai sisa-sisa masyarakat Sunda asli, menerapkan angklung sebagai bagian dari ritual mengawali penanaman padi. Permainan angklung gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berawal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan

untuk memikat Dewi Sri turun ke bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur.Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah bambu hitam (awi wulung) dan bambu putih (awi temen). Tiap nada (laras) dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk bilah (wilahan) setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.Dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa kerajaan Sunda, di antaranya sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, itu sebabnya pemerintah Hindia Belanda sempat melarang masyarakat menggunakan angklung, pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung menurun dan hanya di mainkan oleh anak- anak pada waktu itu.[rujukan?]

Selanjutnya lagu-lagu persembahan terhadap Dewi Sri tersebut disertai dengan pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang-batang bambu yang dikemas sederhana yang kemudian lahirlah struktur alat musik bambu yang kita kenal sekarang bernama angklung. Demikian pula pada saat pesta panen dan seren taun dipersembahkan permainan angklung. Terutama pada penyajian Angklung yang berkaitan dengan upacara padi, kesenian ini menjadi sebuah pertunjukan yang sifatnya arak-arakan atau helaran, bahkan di sebagian tempat menjadi iring-iringan Rengkong dan Dongdang serta Jampana (usungan pangan) dan sebagainya.Dalam perkembangannya, angklung berkembang dan menyebar ke seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatera. Pada 1908 tercatat sebuah misi kebudayaan dari Indonesia ke Thailand, antara lain ditandai penyerahan angklung, lalu permainan musik bambu ini pun sempat menyebar di sana.Bahkan, sejak 1966, Udjo Ngalagena —tokoh angklung yang mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog, salendro, dan madenda— mulai mengajarkan bagaimana bermain angklung kepada banyak orang dari berbagai komunitas.

4 Calung.Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa) dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan memukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih).Pengertian calung selain sebagai alat musik juga melekat dengan sebutan seni pertunjukan. Ada dua bentuk calung Sunda yang dikenal, yakni calung rantay dan calung jinjing.

Perkembangan

 Jenis calung yang sekarang berkembang dan dikenal secara umum yaitu calung jinjing. Calung jinjing adalah

jenis alat musik yang sudah lama dikenal oleh masyarakat Sunda, misalnya pada masyarakat Sunda di daerah

Sindang Heula - Brebes, Jawa tengah, dan bisa jadi merupakan pengembangan dari bentuk calung rantay. Namun

di Jawa Barat, bentuk kesenian ini dirintis popularitasnya ketika para mahasiswa Universitas Padjadjaran

(UNPAD) yang tergabung dalam Departemen Kesenian Dewan Mahasiswa (Lembaga kesenian UNPAD)

mengembangkan bentuk calung ini melalui kreativitasnya pada tahun 1961. Menurut salah seorang perintisnya,

Ekik Barkah, bahwa pengkemasan calung jinjing dengan pertunjukannya diilhami oleh bentuk permainan pada

pertunjukan reog yang memadukan unsur tabuh, gerak dan lagu dipadukan. Kemudian pada tahun 1963 bentuk

permainan dan tabuh calung lebih dikembangkan lagi oleh kawan-kawan dari Studiklub Teater Bandung (STB;

Koswara Sumaamijaya dkk), dan antara tahun 1964 - 1965 calung lebih dimasyarakatkan lagi oleh kawan-kawan

di UNPAD sebagai seni pertunjukan yang bersifat hiburan dan informasi (penyuluhan (Oman Suparman, Ia

Ruchiyat, Eppi K., Enip Sukanda, Edi, Zahir, dan kawan-kawan), dan grup calung SMAN 4 Bandung

(Abdurohman dkk). Selanjutnya bermunculan grup-grup calung di masyarakat Bandung, misalnya Layung Sari,

Ria Buana, dan Glamor (1970) dan lain-lain, hingga dewasa ini bermunculan nama-nama idola pemain calung

antara lain Tajudin Nirwan, Odo, Uko Hendarto, Adang Cengos, dan Hendarso.

Perkembangan kesenian calung begitu pesat di Jawa Barat, hingga ada penambahan beberapa alat musik dalam

calung, misalnya kosrek, kacapi, piul (biola) dan bahkan ada yang melengkapi dengan keyboard dan gitar. Unsur

vokal menjadi sangat dominan, sehingga banyak bermunculan vokalis calung terkenal, seperti Adang Cengos,

dan Hendarso.

5 Saron.

Saron (atau disebut juga ricik) adalah salah satu instrumen gamelan yang termasuk keluarga balungan.

Dalam satu set gamelan biasanya punya 4 saron, dan kesemuanya memiliki versi pelog dan slendro. Saron

menghasilkan nada satu oktaf lebih tinggi daripada demung, dengan ukuran fisik yang lebih kecil. Tabuh saron

biasanya terbuat dari kayu, dengan bentuk seperti palu.

Seni Musik Dayak

Suku Dayak memiliki bermacam-macam alat musik, baik berupa alat musik petik, pukul dan tiup. Dalam kehidupan sehari-hari suku di pedalaman ini, musik juga merupakan sarana yang tidak kalah pentingnya untuk penyampaian maksud-maksud serta puja dan puji kepada yang berkuasa, baik terhadap roh-roh maupun manusia biasa. Selain itu musik alat-alat musik ini digunakan untuk mengiringi bermacam-macam tarian.

Seperti halnya dalam seni tari, pada seni musik pun mereka memiliki beberapa bentuk ritme, serta lagu-lagu tertentu untuk mengiringi suatu tarian dan upacara-upacara tertentu. Masing-masing suku memiliki kekhasannya sendiri-sendiri.

Alat Musik Suku Dayak:

Alat Musik Keterangan

Gendang Ada beberapa jenis Gendang yang dikenal oleh suku Dayak Tunjung:

Prahi Gimar Tuukng Tuat

Pampong

Genikng Sebuah gong besar yang juga digantungkan pada sebuah standar (tempat gantungan) seperti halnya gong di Jawa.

Gong Sama seperti gong di Jawa, dengan diameter 50-60 cm

Glunikng Sejenis alat musik pukul yang bilah-bilahnya terbuat dari kayu ulin. Mirip alat musik saron di Jawa.

Jatung Tutup Gendang besar dengan ukuran panjang 3 m dan diameter 50 cm

Jatung Utang Sejenis alat musik pukul dari kayu yang berbentuk gambang. Memiliki 12 kunci, tergantung dari atas sampai bawah dan dimainkan dengan kedua belah tangan.

Kadire Alat musik tiup yang terbuat dari pelepah batang pisang dan memiliki 5 buah pipa bambu yang dibunyikan dengan mempermainkan udara pada rongga mulut untuk menghasilkan suara dengung.

Klentangan Alat musik pukul yang terdiri dari enam

Alat Musik Sampe

buah gong kecil tersusun menurut nada-nada tertentu pada sebuah tempat dudukan berbentuk semacam kotak persegi panjang (rancak). Bentuk alat musik ini mirip dengan bonang di Jawa. Gong-gong kecil terbuat dari logam sedangkan tempat dudukannya terbuat dari kayu.

Sampe Sejenis gitar atau alat musik petik dengan dawai berjumlah 3 atau 4. Biasanya diberi hiasan atau ukiran khas suku Dayak.

Suliikng Alat musik tiup yang terbuat dari bambu. Ada beberapa jenis suliikng:

Bangsi / Serunai Suliikng Dewa Kelaii

Tompong

Taraai Sebuah gong kecil yang digantungkan pada sebuah standar (tempat gantungan). Alat pemukul terbuat dari kayu yang agak lunak.

Uding (Uring) Sebuah kecapi yang terbuat dari bambu atau batang kelapa. Alat musik ini dikenal juga sebagai Genggong (Bali) atau Karinding (Jawa Barat).

Seni Musik Kutai

Seni Suara/Musik Kutai banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu dan Islam. Diantaranya adalah:

1. Musik Tingkilan

Seni musik khas suku Kutai adalah musik Tingkilan, kesenian ini memiliki kesamaan dengan kesenian rumpun Melayu. Alat musik yang digunakan adalah Gambus (sejenis gitar berdawai 6), ketipung (semacam kendang kecil), kendang (sejenis rebana yang berkulit sebidang dan besar) dan biola.Musik Tingkilan disertai pula dengan nyanyian yang disebut betingkilan. Betingkilan sendiri berarti bertingkah-tingkahan atau bersahut-sahutan. Dahulu sering dibawakan oleh dua orang penyanyi pria dan wanita sambil bersahut-sahutan dengan isi lagu berupa nasihat-nasihat, percintaan, saling memuji, atau bahkan saling menyindir atau saling mengejek dengan kata-kata yang lucu. Musik Tingkilan ini sering digunakan untuk mengiringi tari pergaulan rakyat Kutai, yakni Tari Jepen.

2. HadrahKesenian ini mempergunakan alat musik terbang atau rebana. Kesenian ini dibawakan sambil menabuh

terbang tersebut disertai nyanyian dalam bahasa Arab yang diambil dari kitab Barjanji. Kesenian ini umumnya ditampilkan untuk mengarak pengantin pria menuju ke rumah mempelai wanita, selain itu juga sering ditampilkan pada perayaan hari-hari besar Islam.

Pemain musik tingkilan KutaiPhoto: Agri, 2002