makalah sofi kasus 2 sem.7

60
1 BAB I PENDAHULUAN KASUS 1 Kebakaran… Kebakaran… Jeri, 23 tahun masuk ke UGD RS Arifin Ahmad dalam keadaan pingsan dan pakaian hangus terbakar. Ia dievakuasi oleh tim penolong dari lokasi kejadian. Kompor gas dirumahnya meledak dan menghanguskan bagian belakang rumah kosnya. Dokter segera memeriksa keadaan korban. Airway paten, frekuensi nafas 45 kali/menit, nadi cepat dan lemah, tekanan darah 80/45 mmHg, SaO 2 75%, kesadaran somnolen, tampak luka bakar dikedua lengan, dada, dagu dan bibir bawah. Dokter segera melakukan tindakan gawat darurat untuk mempertahankan fungsi kardiovaskuler dan menangani luka bakar pasien. 1.1. STEP 1 - 1.2. STEP 2 1. Apa tindakan gawat darurat untuk mempertahankan fungsi kardiovaskuler dan penangan luka bakar pasien? 2. Sudah derajat berapa luka bakar yang dialami pasien?

Upload: shofie-rifka

Post on 14-Jul-2016

45 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

abab

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

1

BAB I

PENDAHULUAN

KASUS 1

Kebakaran… Kebakaran…

Jeri, 23 tahun masuk ke UGD RS Arifin Ahmad dalam keadaan pingsan dan

pakaian hangus terbakar. Ia dievakuasi oleh tim penolong dari lokasi kejadian.

Kompor gas dirumahnya meledak dan menghanguskan bagian belakang rumah

kosnya. Dokter segera memeriksa keadaan korban.

Airway paten, frekuensi nafas 45 kali/menit, nadi cepat dan lemah, tekanan

darah 80/45 mmHg, SaO2 75%, kesadaran somnolen, tampak luka bakar dikedua

lengan, dada, dagu dan bibir bawah. Dokter segera melakukan tindakan gawat darurat

untuk mempertahankan fungsi kardiovaskuler dan menangani luka bakar pasien.

1.1. STEP 1

-

1.2. STEP 2

1. Apa tindakan gawat darurat untuk mempertahankan fungsi kardiovaskuler dan

penangan luka bakar pasien?

2. Sudah derajat berapa luka bakar yang dialami pasien?

3. Kenapa SaO2 menurun?

4. Pertolongan pertama apa yang diakukan untuk pasien luka bakar?

5. Kapan pasien luka bakar harus dirujuk?

6. Bagaimana cara menghitung luas luka bakar?

7. Fase luka bakar?

8. Kapan kita memberikan cairan pada pasien luka bakar?

9. Komplikasi luka bakar?

10. Bagaimana prognosis pada kasus ini?

Page 2: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

11. Bagaimana cara mendiagnosa pasien luka bakar?

12. Apa yang menyebabkan hipotensi?

13. Apa terdapat perbedaan penanganan awal pada pasien luka bakar dengan luka

yang lain?

14. Apa saja kriteria pada luka bakar?

1.3. STEP 3

1. LO

2. LO

3. LO

4. LO

5. LO

6. LO

7. a. Fase Akut

b. Fase Subakut

c. Fase Lanjut

8. LO

9. a. Trauma inhalasi

b. Keracunan Karbon

c. Shock

10. Tergantung derajat luka bakar, Luas permukaan, Daerah, Kesehatan penderita,

Usia dan luas luka bakar

11. LO

12. LO

13. LO

14. a. Luka bakar ringan

b. Luka bakar sedang

c. Luka bakar berat

2

Page 3: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

Luka Bakar

Definisi

Etiologi

Epidemiologi

Manifestasi Klinis

Patofisiologi

KlasifikasiKlasifikasi

Rujukan

Prognnosis

FaseDerajatKriteria

Komplikasi

Klasifikasi

Trauma inhalasiKeracunan karbonShock

1.4. STEP 4

3

Page 4: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

STEP 5

Mahasiswa harus mampu untuk menjelaskan luka bakar:

1. Definisi

2. Epidemiologi

3. Etiologi

4. Patofisiolgi

5. Manifestasi Klinis

6. Klasifikasi

a. Fase

b. Derajat

c. Kriteria

7. Penatalaksanaan

8. Pemeriksaan penunjang

9. Komplikasi

4

Page 5: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

a. Trauma inhalasi

b. Keracunan karbon

c. Shock

10. Rujukan

11. Prognosis

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI

Luka bakar adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh panas, arus listrik

atau bahan kimia yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan lebih dalam.

2.2. ETIOLOGI

Berdasarkan penyebab luka bakar, luka bakar dibedakan atas beberapa jenis

penyebab, antara lain :

1. Luka bakar karena api

2. Luka bakar karena air panas

3. Luka bakar karena bahan kimia

5

Page 6: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

4. Luka bakar karena listrik, petir dan radiasi

Gambar 1. Luka bakar listrik

5. Luka bakar karena sengatan sinar matahari.

6. Luka bakar karena tungku panas/udara panas

7. Luka bakar karena ledakan bom.

6

Page 7: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

Gambar 2. Asam sulfat (H2SO4) salah satu penyebab luka bakar kimia

1.

2.

2.1.

2.2.

2.3. EPIDEMIOLOGI

Di Amerika Serikat, 500.000 orang dirawat di unit gawat darurat. 74.000

pasien perlu perawatan di rumah sakit akibat luka bakar. Lebih dari 20.000 pasien

mengalami luka bakar yang sangat hebat sehingga memerlukan perawatan pada suatu

pusat perawatan khusus luka bakar. 12.000 korban luka bakar akan meninggal karena

luka-luka nya.

Kelompok terbesar dengan luka bakar adalah anak-anak usia dibawah 6 tahun,

bahkan sebagian besar berusia 2 tahun. Puncak insiden kedua adalah luka bakar

akibat kerja, yaitu pada usia 25-35 tahun. Kendatipun jumlah pasien lanjut usia

dengan luka bakar cukup kecil, tetapi kelompok ini sering kali memerlukan

perawatan pada fasilitas khusus luka bakar. Pada tahun-tahun terakhir ini, daya tahan

hidup dimana penderita dapat kembali pada keadaan sebelum cedera pada penderita

usia lanjut, memiliki perbaikan yang lebih cepat dibandingkan dengan populasi

umum luka bakar lainnya.

Insiden luka bakar terutama terjadi pada pria, oleh Karena dominasi pekerja

pria pada industri berat dan kehidupan pria yang lebih beresiko. Cedera luka bakar

terutama melibatkan kelompok social ekonomi yang kurang beruntung. Pemakaian

alat-alat pemanas terbuka yang dapat dipindah-pindah, sistem listrik dan pemanas

yang tidak benar, kondisi hidup yang penuh sesak, dan tidak adanya alat pendeteksi

asap merupakan penyebab dari meningkatnya resiko pada luka bakar. Meskipun

sebagian besar pasien luka bakar yang dirawat di rumah sakit menyalahgunakan obat-

obat terlarang dan etanol, tidaklah diketahui apakah kebiasaan ini memudahkan

terbentuknya cedera termal. Peralatan minum rumah tangga yang mengandung etanol

7

Page 8: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

merupakan resiko tinggi untuk terjadinya cedera luka bakar, oleh karena alat

demikian lebih mudah terbakar.

2.4. PATOFISIOLOGI

Respon inflamasi lokal dan sistemik terhadap luka bakar sangat kompleks,

sehingga baik kerusakan jaringan terbakar secara lokal dan efek sistemik terjadi pada

semua sistem organ lain yang jauh dari daerah terbakar itu sendiri. Meskipun

peradangan dimulai segera setelah terjadinya luka bakar, respon sistemik berlangsung

berkala, biasanya memuncak 5-7 hari setelah luka bakar. Sebagian besar perubahan

lokal dan tentu saja mayoritas perubahan luas disebabkan oleh mediator inflamasi.

Luka bakar yang menginisiasi reaksi inflamasi sistemik memproduksi racun

dan radikal oksigen dan akhirnya menyebabkan peroksidasi. Hubungan antara jumlah

produk dari metabolisme oksidatif dan pemulung alami dari radikal bebas

menentukan hasil kerusakan jaringan lokal dan jauh dan kegagalan organ lebih lanjut

dalam luka bakar. Jaringan terluka menginisiasi suatu inflammation induced

hyperdynamic, hipermetabolik yang dapat menyebabkan kegagalan organ progresif

yang parah.

Luka bakar mayor mengakibatkan trauma parah. Kebutuhan energi dapat

meningkat sebanyak 100% di atas pengeluaran energi istirahat (REE), tergantung

pada luas dan kedalaman cidera. Katabolisme protein berlebihan dan ekskresi

nitrogen urin meningkat seiring hipermetabolisme ini. Protein juga hilang melalui

luka bakar eksudat. Pasien luka bakar sangat rentan terhadap infeksi, dan secara nyata

meningkatkan kebutuhan energi dan protein. Karena pasien dengan luka bakar mayor

mungkin berkembang menjadi ileus dan anoreksia, dalam hal ini dukungan gizi

sangat diperlukan.

Fisiologi syok pada luka bakar akibat dari lolosnya cairan dalam sirkulasi

kapiler secara massive dan berpengaruh pada sistem kardiovaskuler karena hilangnya

atau rusaknya kapiler, yang menyebabkan cairan akan lolos atau hilang dari

compartment intravaskuler ke dalam jaringan interstisial. Eritrosit dan leukosit tetap

8

Page 9: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

dalam sirkulasi dan menyebakan peningkatan hematokrit dan leukosit. Darah dan

cairan akan hilang melalui evaporasi sehingga terjadi kekurangan cairan.

Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan maka tubuh mengadakan

respon dengan menurunkan sirkulasi sistem gastrointestinal yang mana dapat terjadi

ileus paralitik, takikardi dan takipnea merupakan kompensasi untuk menurunkan

volume vaskuler dengan meningkatkan kebutuhan oksigen terhadap luka jaringan dan

perubahan sistem. Kemudian menurunkan perfusi pada ginjal, dan terjadi

vasokonstriksi yang akan berakibat pada depresi filtrasi glomerulus dan oliguria.

Respon luka bakar juga akan meningkatkan aliran darah ke organ vital dan

menurunkan aliran darah ke perifer dan organ yang tidak vital.

Respon metabolik pada luka bakar adalah hipermetabolisme yang merupakan

hasil dari peningkatan sejumlah energi, peningkatan katekolamin; dimana terjadi

peningkatan temperatur dan metabolisme, hiperglikemi karena meningkatnya

pengeluaran glukosa untuk kebutuhan metabolik yang kemudian terjadi penipisan

glukosa, ketidakseimbangan nitrogen oleh karena status hipermetabolisme dan luka

jaringan. Selain itu, kerusakan pada sel darah merah dan hemolisis menimbulkan

anemia, yang kemudian akan meningkatkan curah jantung untuk mempertahankan

perfusi. Pertumbuhan dapat terhambat oleh depresi hormon pertumbuhan karena

terfokus pada penyembuhan jaringan yang rusak.

9

Page 10: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

Gambar 3. Patofisiologi luka bakar

Pembentukan edema karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan pada

saat yang sama terjadi vasodilatasi yang menyebabkan peningkatan tekanan

hidrostatik dalam kapiler. Terjadi pertukaran elektrolit yang abnormal antara sel dan

cairan interstisial dimana secara khusus natrium masuk ke dalam sel dan kalium

keluar dari dalam sel. Dengan demikian mengakibatkan kekurangan sodium dalam

intravaskuler. Skema berikut menyajikan mekanisme respon luka bakar terhadap luka

pada anak/orang dewasa dan perpindahan cairan setelah luka bakar :

Dalam 24 jam pertama

Luka bakar

Meningkatnya permeabilitas kapiler

10

Page 11: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

Hilangnya plasma, protein, cairan dan elektrolit dari volume sirkulasi ke dalam

rongga interstisial : hipoproteinemia, hiponatremia, hiperkalemia

Hipovolemi

Syok

Mobilisasi kembali cairan setelah 24 jam

Edema jaringan yang terkena luka bakar

Compartment intravaskular

Hipervolemia, hipokalemia, hipernatremia

Sjamsuhidajat R. De jong W. 2005. Buku ajar ilmu bedah. –ed 2-. Jakarta :

EGC.

2.5. MANIFESTASI KLINIS

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh

darah yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitasnya meningkat. Sel darah

yang ada didalam nya juga ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya

permeabilitas menyebabkan edema dan menimbulkan bulla yang mengandung

banyak elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume intravaskuler

berkurang.

Bila luka bakar lebih dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih

bias mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan

tanda yang khas seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat,

11

Page 12: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

tekanan darah menurun dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-

pelan dan maksimum terjadi setelah 8 jam.

Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila terjadi luka di wajah, dapat

terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap atau uap panas yang terhisap.

Udem laring yang ditimbulkan dapat menyebabkan hambatan jalan nafas dengan

gejala sesak nafas, takipnue, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap.

2.6. KLASIFIKASI

A. Fase

Dalam perjalanan penyakit, dapat dibedakan menjadi tiga fase pada luka bakar, yaitu:

1. Fase awal, fase akut, fase syok

Pada fase ini, masalah utama berkisar pada gangguan yang terjadi pada saluran

nafas yaitu gangguan mekanisme bernafas, hal ini dikarenakan adanya eskar

melingkar di dada atau trauma multipel di rongga toraks; dan gangguan sirkulasi

seperti keseimbangan cairan elektrolit, syok hipovolemia.

2. Fase setelah syok berakhir, fase sub akut

Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome

(SIRS) dan Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis. Hal

ini merupakan dampak dan atau perkembangan masalah yang timbul pada fase

pertama dan masalah yang bermula dari kerusakan jaringan (luka dan sepsis

luka)

3. Fase lanjut

Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi jaringan.

Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut hipertrofik,

kontraktur dan deformitas lain yang terjadi akibat kerapuhan jaringan atau

struktur tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan berlangsung lama

B. Derajat

12

Page 13: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

Kedalaman luka bakar dideskripsikan dalam derajat luka bakar, yaitu luka bakar

derajat I, II, atau III:

Derajat I

Pajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan banyak

jaringan untuk dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya

sembuh dalam 5-7 hari dan dapat sembuh secara sempurna. Luka biasanya

tampak sebagai eritema dan timbul dengan keluhan nyeri dan atau

hipersensitivitas lokal. Contoh luka bakar derajat I adalah sunburn.

Gambar 4. Luka bakar derajat pertama

Derajat II

Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun masih

terdapat epitel vital yang bisa menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi.

Jaringan tersebut misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat,

dan pangkal rambut. Dengan adanya jaringan yang masih “sehat” tersebut,

luka dapat sembuh dalam 2-3 minggu. Gambaran luka bakar berupa

gelembung atau bula yang berisi cairan eksudat dari pembuluh darah karena

perubahan permeabilitas dindingnya, disertai rasa nyeri. Apabila luka bakar

derajat II yang dalam tidak ditangani dengan baik, dapat timbul edema dan

penurunan aliran darah di jaringan, sehingga cedera berkembang menjadi full-

thickness burn atau luka bakar derajat III.

13

Page 14: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

Gambar 5. Luka bakar derajat kedua

Derajat III

Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ atau

jaringan yang lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel yang

dapat menjadi dasar regenerasi sel spontan, sehingga untuk menumbuhkan

kembali jaringan kulit harus dilakukan cangkok kulit. Gejala yang menyertai

justru tanpa nyeri maupun bula, karena pada dasarnya seluruh jaringan kulit

yang memiliki persarafan sudah tidak intak.

14

Page 15: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

Gambar 6. Luka bakar derajat ketiga

C. Kriteria

1. Luka bakar berat (major burn)

a. Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia

50 tahun

b. Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir

pertama

c. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum

d. Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas

luka bakar

e. Luka bakar listrik tegangan tinggi

f. Disertai trauma lainnya

g. Pasien-pasien dengan resiko tinggi

2. Luka bakar sedang (moderate burn)

a. Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III

kurang dari 10 %

b. Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa >

40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %

c. Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak

mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum

3. Luka bakar ringan

a. Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa

b. Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut

c. Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka,

tangan, kaki, dan perineum

D. Luas luka bakar

Berat luka bakar bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Usia dan

kesehatan pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Adanya trauma

15

Page 16: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

inhalasi juga akan mempengaruhi berat luka bakar. Jaringan lunak tubuh akan

terbakar bila terpapar pada suhu di atas 46oC. Luasnya kerusakan akan ditentukan

oleh suhu permukaan dan lamanya kontak. Luka bakar menyebabkan koagulasi

jaringan lunak. Seiring dengan peningkatan suhu jaringan lunak, permeabilitas kapiler

juga meningkat, terjadi kehilangan cairan, dan viskositas plasma meningkat dengan

resultan pembentukan mikrotrombus. Hilangnya cairan dapat menyebabkan

hipovolemi dan syok, tergantung banyaknya cairan yang hilang dan respon terhadap

resusitasi. Luka bakar juga menyebabkan peningkatan laju metabolik dan energi

metabolisme.

Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya

meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar

dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat

untuk menentukan luas luka bakar, yaitu:

Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas

telapak tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas luka bakar

hanya dihitung pada pasien dengan derajat luka II atau III.

Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa

Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’, yaitu luas kepala dan leher, dada,

punggung, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri,

paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri

masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu

menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak

jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan

luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan

rumus 10-15-20 untuk anak.

Metode Lund dan Browder

Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh di

kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas

16

Page 17: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

permukaan pada anak. Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas

permukaan tubuh pada anak dapat menggunakan ‘Rumus 9’ dan disesuaikan

dengan usia:

o Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%.

Torso dan lengan persentasenya sama dengan dewasa.

o Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap

tungkai dan turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai

nilai dewasa.

17

Page 18: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

Gambar 7. Penentuan luas luka bakar berdasarkan ”rule of nine”

2.7. PENATALAKSANAAN

a. Prinsip evakuasi korban kebakaran

Pertolongan pertama:

1. Jauhkan dari sumber trauma:

Api dipadamkan

Kulit yang panas disiram air

Bahan kimia disiram air mengalir

Cara mematikan api yaitu penderita dibaringkan dan ditutup kain basah atau

berguling-guling.

2. Bebaskan jalan nafas:

Buka baju

Lendir dihisap

Trakeostomi dilakukan bila ada keraguan akan jalan nafas

3. Perbaiki pernafasan (resusitasi pernafasan)

4. Perbaiki sirkulasi (pasang infus NaCl/RL)

5. Terbakar diruangan tertutup, curiga keracunan Co berikan O2 murni

18

Page 19: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

6. Trauma asam/basa bilas dengan air terus menerus

7. Baju, alas dan penutup luka atau tubuh diganti dengan yang steril

Tindakan sebelum kerumah sakit untuk melindungi diri:

1. Isolasi luka dari sekitarnya

2. Jaga luka agar tidak terjadi dehidrasi

3. Jaga luka agar dalam keadaan istirahat

b. Primary Survey:

1. Airway

Perhatikan adanya riwayat terkurung api atau tanda-tanda trauma

nafas, periksa jalan nafas dan tindakan pemasangan jalan nafas

definitif

Trauma bakar faring, edema hebat jalan nafas bagian atas kemudian

bebaskan segera jalan nafas

Gambar 8. Intubasi endotrakeal pada korban luka bakar dengan trauma

inhalasi

Manifestasi trauma inhalasi muncul perlahan-lahan dan belum

tampakdalam 24 jam pertama, jika dibiarkan atau menunggu

mengakibatkan edema jalan nafas jika intubasi sulit dilakukan maka

dilkukan untuk pemasangan pipa endotrakeal.

19

Page 20: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

Gambar 9. Crikotiroidektomi bila terjadi edema saluran napas akibat trauma

inhalasi

2. Breathing

Penangan awal didasarkan atas tanda dan gejala yang ada, yang timbul akibat

trauma sebagai berikut :

Trauma bakar langsung Edema dan obstruksi jalan nafas bagian atas

Inhalasi hasil pembakaran (partikel karbon) dan asap beracun

Trakheobronkhilitis kimiawi, edema, dan pneumonia

Keracunan karbon monoksida (Co) berikan O2 konsentasi tinggi

Sebelum intubasi :

Beri oksigen dengan pelembab

Luka bakar dengan trauma jalan nafas: Bronkhoskopi

Analisa gas darah mengetahui fungsi paru

Pengukuran kadar karboksihemoglobin

3. Volume sirkulasi darah

Pengukuran produksi urin tiap jam

Pemberian cairan cukup dapat mempertahankan produksi urin 1,0

ml/kg BB/Jam pada anak-anak dengan BB 30 kg atau kurang dan 0,5-

1,0 ml/ kg BB/ jam pada orang dewasa.

20

Page 21: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

Pada 24 jam pertama derajat II dan III RL 2-4 ml/kg BB tiap persen

luka bakar untuk pertahankan volume darah sirkulasi dan fungsi ginjal

separuh cairan diberikan 8 jam pertama setelah trauma, separuhnya

diberikan dalam waktu 16 jam berikutnya (Baxter formula/ parkland

formula)

EKG perlu digunakan untuk menentukan gangguan irama jantung

tanda awal hipoksia, gangguan elektrolit dan keseeimbangan asam-

basa.

c. Secondary survey:

1. Pemeriksaan fisik

Tentukan luas dan dalamnya luka bakar

Pemeriksaan jika ada cedera penyerta

Timbang BB

21

Page 22: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

Table 1. Formula resusitasi cairan pada luka bakar

2. Dokumentasi

3. Pemeriksaan penunjang

4. Sirkulasi perifer pada luka bakar melingkar pada ekstremitas

Lepas seluruh perhiasan

Nilai keadaan sirkulasi distal (sianosis, penurunan pengisian kapiker

atau gangguan neurologis, denyut nadi perifer periksa dengan

Doppler flowmeter

Bila ada gangguan sirkulasi lakukan eskarotomi

Fisotomi untuk perbaiki sirkulasi dengan fraktur, crush injury, trauma

listrik tegangan tinggi, luka bakar yang mengenai jaringan dibawah

facia

5. Pemasangan pipa lambung

6. Narkotika, analgetik dan sedative

7. Perawatan luka

8. Pemberian anti tetanus

Pertolongaan korban kebakaran di lokasi kejadian :

1. Hentikan penyebab matikan sumber api

2. Periksa nafas dan pernafasan

3. Singkirkan benda-benda yang ikut panas (pakaian, cincin, arloji, perhiasan)

4. Bagi korban yang tidak sadar lakukan perawatan, atasi perdarahan, bersihkan

luka dengan air biasa atau dicuci dibawah air mengalir

5. Cari bantuan medis apabila bantuan medis lama datangnya tutupi luka yang

sudah dingin dengan kassa atau kain lembab jangan pkai kapas atau kain yang

berbulu. Jangan lepaskan kain yang melekat pada luka bakar

22

Page 23: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

6. Jika memungkinkan sambil menunggu bantuan medis tinggikan bagian yang

terluka atau pindahkan ketempat yang lebih nyaman

7. Beri korban minum jika korban dalam keadaan sadar

Pertolongan korban kebakaran di UGD (penanganan luka):

1. Pencucian dengan larutan detergen encer

2. Kulit compang-camping dibuang

3. Bila lika utuh >5 cm cairan dihisap, < 5 cc dibiarkan

4. Lika dikeringkan, diolesi mercurochrome/ silver sulfa diazine

5. Pasien dipindahkan keruangan steril

Perawatan diruangan:

1. Perawatan terbuka dengan krem SSD, merupakan obat yang dapat menembus

ester

2. Mandi 2 x sehari dengan air mengalir

3. Eskarotomi dilakukan bila ada penekanan saraf atau pembuluh darah

4. Skin Graft dilakukan setelah mulai ada granulasi

Pemberian antibiotic:

1. Disesuaikan dengan epidemiologi kuman di ruangan

2. Pemberian selanjutnya disesuaikan dengan hasil kultur

d. Escharotomy

Tindakan ini dilakukan pada pasien dengan luka bakar yang melingkar,

berupa penyayatan atau insisi pada eschar luka bakar. Luka bakar yang melingkar

pada tungkai akan timbul eschar yang melingkar. Secara signifikan akan ditemukan

sianosis pada daerah yang tidak terbakar distal dari luka bakar, adanya nyeri yang

terus menerus serta terjadi penurunan atau tidak teraba denyut nadi secara progresif.

23

Page 24: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

Dilakukan insisi eschar untuk limb saving pada daerah mid medial atau mid lateral

atau insisi kedua sisi bila perlu.

Gambar 10. Garis insisi pada escharotomi

Luka bakar melingkar pada daerah dada akan membuat dada tidak memungkinkan

untuk mengembang secara adekuat saat bernafas, sehingga terjadi pernafasan cepat

dan dangkal. Bila dibiarkan akan berakibat buruk. Dilakukan escharotomy untuk life

saving berupa insisi eschar pada garis linea aksilaris anterior bilateral. Bila luka bakar

meluas sampai daerah perut insisi dilanjutkan transversal sepanjang batas costae.

24

Page 25: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

Gambar 11. Escharoktomi

e. Escharectomy (Early Excision)

Tindakan escharectomy atau tindakan eksisi eschar ini diperkenalkan oleh

Janzekovic, 1970 dengan teknik eksisi tangensial berupa eksisi lapis demi lapis

jaringan nekrotik (eschar) sampai didapatkan permukaan yang berdarah biasanya

dilakukan dengan humby knife atau dermatome. Prosedur tindakan ini mirip dengan

teknik pengambilan donor skin grafting. Membuang eschar adalah evolusi perawatan

pembedahan luka bakar yang agresif. Teknik eksisi tangensial dilandasi atas tidak

perlunya pembuangan jaringan yang masih vital pada eksisi primer kasus luka bakar.

Eksisi lapis demi lapis sampai didapatkan bintik-bintik perdarahan merupakan tanda

telah mencapai jaringan yang vital. Teknik ini diterima sebagai penilaian yang akurat

saat intraoperatif. Tindakan ini membuat dapat dilakukannya tindakan yang definitif

untuk menutup luka. Indikasi escharectomy adalah luka bakar dalam yang

diperkirakan tidak sembuh dalam 3 minggu. Permukaan luka bakar berwarna putih,

merah, coklat atau hitam dan tidak ada capillary refill maupun sensibilitas. Bintik-

bintik perdarahan adalah suatu tanda yang dapat dipercaya sehubungan dengan

adekuatnya eksisi tangensial. Kerugian eksisi tangensial adalah banyak darah yang

keluar akibat eksisi. Jouglard, 1999 melaporkan rata-rata darah yang keluar saat

eksisi tangensial adalah 114-134 ml/%.1 Sauer, 1997 menyarankan eksisi luka bakar

untuk setiap tindakan terbatas hanya 20% dari TBSA untuk mencegah terjadinya

perdarahan yang banyak selama operasi.6 Bila eksisi dilakukan hari pertama setelah

trauma rata-rata perdarahan 100 ml/%, bila dilakukan hari ke 4 perdarahan 200 ml/%.

Direkomendasikan untuk menyimpan 500 ml darah untuk tiap 5% eksisi permukaan.

Penulis lain menyatakan jumlah total eksisi tiap operasi bisa sampai 25% dari TBSA,

dengan anggapan bahwa eksisi yang lebih agresif pada luka bakar akan mempercepat

penyembuhan luka dan mengurangi pembentukan parut.

25

Page 26: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

Gambar 12. Escharectomy (Tangential Excision)

Menggunakan pisau (humby, dermatome) untuk eksisi tangensial dapat dilakukan

dengan baik pada daerah tubuh yang datar dan luas tetapi sulit untuk daerah yang

sempit disertai struktur yang berlekuk. Saat ini telah ada alat eksisi tangensial

menggunakan Versajet hydrosurgery system yang dapat dilakukan eksisi pada daerah

yang sempit dan berlekuk. Alat ini merupakan kombinasi eksisi cleansing dan

aspirasi.

f. Skin Grafting

Secara umum skin grafting termasuk salah satu tindakan transplantasi yaitu

pemindahan suatu organ ke tempat lain yang membutuhkannya. Skin grafting adalah

tindakan memindahkan sebagian atau seluruh tebalnya kulit dari satu tempat ke

tempat lain supaya hidup di tempat yang baru tersebut, yang dibutuhkan suplai darah

baru untuk menjamin kehidupan kulit yang dipindahkan tersebut. Bagian kulit yang

diangkat pada tindakan ini adalah epidermis beserta sebagian atau seluruh lapisan

dermis tergantung pada ketebalan kulit yang dibutuhkan. Skin grafting bertujuan

untuk menutup luka. Skin grafting terbagi dua :

26

Page 27: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

1. Split thickness skin grafting, graft ini mengandung epidermis dan sebagian dermis.

Daerah donor diharapkan dapat sembuh sendiri / epitelialisasi.

2. Full thickness skin grafting, graft meliputi epidermis dan seluruh ketebalan dermis.

Daerah donor perlu dilakukan penutupan. Pada kasus luka bakar jenis skin grafting

yang digunakan adalah split thickness karena umumnya area yang perlu ditutup relatif

luas dan kondisi vaskularisasi bed luka tidak begitu baik akibat trauma panas. Split

thickness skin grafting dapat merupakan tindakan yang definitif sebagai penutup

defek yang permanen atau hanya sebagai tindakan yang sementara sambil menunggu

tindakan definitif. Pada luka bakar Split thickness skin grafting merupakan tindakan

definitif sebagai penutup luka yang luas. Luka bakar yang luas ada batasan dalam

melakukan eksisi tangensial membuang eschar yaitu kurang lebih sekitar 20%, untuk

itu diperlukan skin grafting untuk menutup defek sekitar 20%. Masalah yang ada,

kulit sehat yang akan digunakan sebagai donor belum tentu cukup tersedia, sehingga

diperlukan metode tambahan untuk memperluas kulit dari donor. Metode tersebut

adalah Mesh Grafting. Metode ini digunakan untuk memperluas skin graft dengan

alat skin mesher, prinsipnya adalah membuat insisi kecil multipel dengan jarak yang

teratur. Tindakan ini membuat kulit seperti jala dan bertambah luas sekitar 1,5-9 kali

tergantung dermacarrier yang digunakan. Metode ini memungkinkan menutup defek

yang luas dengan 1 kali operasi.

27

Page 28: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

Gambar 13. Skin grafting dengan metode mesh

Penutupan luka dengan skin grafting pada luka bakar dapat dilakukan secara

immediate atau delayed.

Immediate Skin Graft

Suatu tindakan skin grafting untuk menutup defek luka yang dilakukan segera setelah

eksisi tangensial. Prinsip tindakan adalah segera, eksisi yang agresif dan adekuat.

Cara ini punya keuntungan lama perawatan lebih singkat, angka infeksi lebih rendah.

Kerugiannya bila eksisi yang dilakukan kurang adekuat akan menyebabkan kegagalan

skin graft.

Delayed Skin Graft

Suatu tindakan skin grafting yang ditunda, istilah ini mempunyai dua pengertian :

1. Menunda tindakan skin grafting.

2. Menunda penempelan skin grafting.

Istilah delayed skin graft pengertian yang pertama untuk luka-luka trauma

yang terkontaminasi dan diragukan vitalitas jaringannya. Ditunggu sampai kondisi

tenang atau sampai terbentuk jaringan granulasi karena dianggap kemungkinan

sukses atau take tindakan ini lebih besar. Kerugian dari tindakan ini adalah waktu

rawat lebih lama. Anggapan bahwa menunggu sampai kondisi tenang atau terbentuk

28

Page 29: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

granulasi kesuksesan tindakan skin graft lebih tinggi adalah kurang benar karena

kondisi yang memungkinkan untuk tindakan skin grafting dapat dibuat/dikondisikan

jadi tidak perlu menunggu, misalnya dengan melakukan eksisi yang adekuat dengan

membuang jaringan non vital sampai ke bagian yang benar-benar vital. Perlu

diketahui bahwa setiap jaringan yang potensi terbentuk jaringan granulasi dapat

dilakukan skin grafting tanpa perlu menunggu sampai terbentuk granulasi, kecuali

daerah yang tidak vaskuler seperti tulang perlu dilakukan chipping sampai ada bintik-

bintik perdarahan atau dibuat lubang-lubang dengan bor agar terbentuk granulasi

yang memungkinkan untuk dilakukan skin grafting. Pengertian yang kedua yaitu

menunda penempelan skin graft. Setelah skin graft diambil dari daerah donor, kulit

disimpan dalam lemari es dengan suhu 4oC. Resipien dipersiapkan untuk penempelan

yang akan dilakukan beberapa hari kemudian. Tindakan ini dilakukan pada keadaan :

Dikhawatirkan saat evakuasi dari kamar operasi karena posisi

penderita atau karena gerakan gerakan dalam keadaan tidak sadar/efek

narkose akan merusak penempelan. Ditunggu sampai penderita sadar

kemudian dilakukan penempelan.

Kondisi luka resipien masih banyak rembesan-rembesan darah yang

diduga akan mengganggu proses take. Penempelan dilakukan

kemudian setelah keadaan resipien relatif bersih tampaktidak ada

bekuan darah.

Luka resipien kotor/terinfeksi, penempelan dilakukan setelah keadaan

terkendali,

Adanya keraguan pada jaringan yang saat ini tampak vital tetapi masih

ada kemungkinanberubah menjadi non vital, misalnya luka bakar

akibat listrik dimana proses nekrosis masih berjalan.

Janzekovic menyatakan sebaiknya pembedahan dini pada luka bakar

dilakukan sekitar hari ke 3 atau hari ke 5. Pada periode ini belum ada koloni

mikroorganisme dan jaringan mati sudah definitive establish. Jika operasi ditunda

akan terjadi hyperemia disekitar luka yang akan menyebabkan perdarahan saat

29

Page 30: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

operasi. Bila menunggu lebih dari lima hari koloni kuman akan menghambat take

skin grafting dan eschar menjadi lunak sehingga membuat sukar untuk di eksisi.

Gambar 13. Prosedur skin grafting

2.8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan :

1. Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah

2. Urinalisis

3. Pemeriksaan keseimbangan elektrolit

4. Analisis gas darah

5. Radiologi – jika ada indikasi ARDS

6. Pemeriksaan lain yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis SIRS dan

MODS

7. Pemeriksaan darah lengkap

a. Golongan darah

b. Crossmatch

c. Kadar karboksi Hb

d. Gula darah

e. Elektrolit

30

Page 31: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

2.9. KOMPLIKASI

Luka bakar dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang bila tidak diatasi akan

mengakibatkan kecacatan dan bahkan kematian. Berikut adalah kompikasi pada luka

bakar :

A. Trauma Inhalasi

Luka bakar dengan trauma inhalasi :

Pada kebakaran dalam ruangan tertutup (in door)

Luka bakar mengenai daerah muka / wajah

Dapat merusak mukosa jalan napas

Edema laring

Hambatan jalan napas.

Gejala :

Sesak napas

Takipnea

Stridor

Suara serak

Dahak berwarna gelap (jelaga

Mekanisme kerusakan saluran napas:

1. Trauma panas langsung

Terhirupnya sesuatu yang panas, produk dari bahan yang terbakar, seperti

jelaga dan bahan khusus menyebabkan kerusakan mukosa langsung pada

percabangan trakeobronkial.

2. Keracunan asap yang toksik

Akibat termodegradasi material alamiah dan material yang diproduksi

terbentuk gas toksik (beracun), misalnya hydrogen sianida, nitrogen dioksida,

nitrogen klorida, akreolin menyebabkan iritasi dan bronkokonstriksi saluran

31

Page 32: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

napas. Obstruksi jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat trakealbronkitis

dan edema.

Gambar 14. Gas toksik yang bersifat iritatif bagi paru- paru

B. Intoksikasi karbon monoksida (CO)

Intoksikasi CO adalah hipoksia jaringan. Gas CO memiliki afinitas cukup

kuat terhadap pengikatan hemoglobin (210-240 kali lebih kuat di banding dengan O2)

CO akan memisahkan O2 dari Hb maka terjadi hipoksia jaringan. Peningkatan kadar

karboksihemoglobin (COHb) dapat dipakai untuk evaluasi berat / ringannya

intoksikasi CO.

Gambar 15. Gejala keracunan gas CO

32

Page 33: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

C. Syok

Syok merupakan suatu keadaan patofisiologik dinamik yang mengakibatkan

hipoksia jaringan. Jenis syok sebagai berikut :

a. Syok neurogenik

Syok neurogenik terjadi karena reaksi vasovagal berlebihan yang

mengakibatkan vasodilatasi menyeluruh di regio splanknikus, sehingga

perdarahan otak berkurang. Reaksi vasovagal umumnya disebabkan oleh

suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut atau nyeri. Penderita merasa

pusing dan biasanya jatuh pingsan. Denyut nadi lambat tapi umumnya

cukup besar dan berisi.

b. Syok hipovolemik

Syok hipovolemik disebabkan oleh perdarahan yang terlihat atau yang

tidak terlihat. Perdarahan yang terlihat misalnya perdarahan dari luka atau

hematemesis dari tukak lambung. Perdarahan yang tidak tampak

misalnya perdarahan dari saluran cerna seperti tukak duodenum, cedera

limpa, kehamilan diluar uterus dan patah tulang pelvis.

c. Syok kardiogenik

Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan faal pompa jantung yang

mengakibatkan curah jantung menjadi kecil atau berhenti sama sekali.

d. Syok septik

Syok septik disebabkan oleh septikimia. Infeksi sistemik ini biasanya

timbul karena kuman gram negatif yang menyebabkan kolaps

kardiovaskuler. Endotoksin basil gram negatif ini menyebabkan

vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas arteriovena perifer.

Peningkatan kapasitas vaskuler karena vasodilatasi perifer menyebabkan

hipovolemia relatif sedangkan peningkatan permeabilitas

kapilermenyebabkan kehilangan cairan intravaskuler yang terlihat sebagai

udem.

33

Page 34: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

e. Syok anafilaktik

Sering disebabkan oleh obat, terutama yang diberikan intravena seperti

antibiotik atau media kontras. Sengatan seranggan seperti lebah juga

dapat menimbulkan syok pada orang yang rentan.

Syok pada luka bakar terjadi akibat pembuluh kapiler yang terpajan suhu

tinggi rusak dan permeabilitas meninggi sehingga menyebabkan keluarnya

cairan dari compartment intravaskuler kedalam jaringan interstisial hal ini

disebut sebagai SIRS(Systemic Inflamation Response Syndrom ) dimana akibat

luka bakar menyebabkan dilepaskannya mediator-mediator inflamasi baik

bersifat local maupun sistemik. Eritrosit dan leukosit tetap dalam sirkulasi dan

menyebabkan peningkatan hematokrit dan leukosit. Sel darah yang ada di

dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas

menyebabkan edema dan menimbulkan bula yang mengandung banyak

elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler.

Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat

penguapan (evaporasi) yang berlebihan yaitu sekitar 3-5 liter (10 kali nilai

normal), masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat II, dan

pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat III. Selain itu saat

seseorang mengalami lika bakar berat nyeri akibat luka bakar juga dapat

menyebankan syok neurogenik, stok neurogenik terjadi akibat aktivasi respon

vasovagal akibat nyeri yang amat sangat, respon vasovagal akan menyebabkan

pembuluh darah seluruh tubuh mengalami vasodilatasi sehingga meurunkan

tekanan darah hingga meneyebabkan penurunan perfusi ke otak dan berujung

pada penurunan kesadaran.

D. Ileus paralitik

Darah dan cairan akan hilang melalui evaporasi sehingga terjadi

kekurangan cairan. Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan maka

34

Page 35: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

tubuh dengan menurunkan sirkulasi sistem gastrointestinal yang menyebabkan

ileus paralitik akibat penurunan aliran darah ke saluran cerna selain ileus

paralitik gangguan saluran cerna lain yang dapat muncul adalah ulkus curling

yang patofisiologinya juga disebabkan karena penurunan perfusi ke saluran

cerna. Selain menyebabkan ulkus, penurunan perfusi ke gaster juga akan

menyebabkan gastroparesis sehingga pasien luka bakar asupan makanan harus

dibantu dengan selang post pilori atau TPN (Total Parenteral Nutrition). Asupan

nutrisi sangat penting pada pasien yang mengalami luka bakar karena pasien

luka bakar mengalami kondisi hipermetaboisme yang mengakibatkan

peningkatan kebutuhan nutrisi.

E. Gagal ginjal akut

Selain menurunnya perfusi ke saluran cerna tubuh juga akan

menurunkan perfusi ke ginjal yang bertujuan untuk meningkatkan aliran darah

ke otak dan juga menghentikan atau menekan pengekuaran cairan lewat ginjal,

melalui rangsangan saraf simpatis aliran darah ke ginjal dihentikan dan

berakibat depresi filtrasi glomerulus dan oliguri. Pada kasus luka bakar akibat

sengatan listrik gagal ginjal akut juga dapat terjadi akibat rhabdomiolisis,

dimana terjadi pelepasan myoglobin dalam jumlah besar kedalam darah dan

kemudian akan diekskresikan melalui ginjal atau myoglobinuria, hal ini akan

menyebabkan urin berwarna gelap karena mengandung hemokhromogens yang

bersifat toksik terhadap ginjal dan mengakibatkan gagal ginjal akut. Kondisi ini

ditangangi dengan pemberian cairan 100cc/jam serta pemberian manitol 25gr

bila urin belum juga menjadi jernih sambil melakukan koreksi bila terjadi

asidosis metabolik.

35

Page 36: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

Gambar 16. Myoglobinuria pada pasien tersengat listrik

F. Gagal hepar

Respon metabolik pada luka bakar adalah hipermetabolisme yang

merupakan hasil dari peningkatan produksi energi, peningkatan katekolamin,

yang megakibatkan peningkatan temperature tubuh serta kondisi hiperglikemia

dimana untuk memenuhi kebutuhan glukosa tubuh akan memecah cadangan

glukosa (glikogen), lemak dan protein. Fase permulaan luka bakar merupakan

fase katabolisme sehingga keseimbangan protein menjadi negatif. Protein tubuh

banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi dan infeksi. Penguapan

berlebihan dari kulit yang rusak juga memerluka kalori tambahan. Tenaga yang

diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat dari pembakaran protein dari

otot skelet. Oleh karena itu, penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil, dan

berat badan menurun. Dengan demikian, korban luka bakar menderita penyakit

berat yang disebut penyakit luka bakar. Pada proses lipolisis atau pemecahan

lemak, sel lemak yang dipecah gagal mengalami metabolisme sehingga tetap

dalam bentuk triglyserida yang kemudian akan menumpuk di hepar dan

menyebabkan perlemakan hepar (steatosis) dan berujung pada kerusakan

hepar.

G. Kontraktur

Kontraktur adalah gangguan yang terjadi jika jaringan parut luka bakar

menebal dan memendek, sehingga membatasi gerakan kedua arah (ekstensi

36

Page 37: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

atau fleksi). Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat II dapat

sembuh dengan meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai

dari sisa elemen epitel yang masih vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal,

sel kelenjar keringat, atau sel pangkal rambut. Luka bakar derajat II yang dalam

mungkin meninggalkan parut hipertrofik yang nyeri, gatal, kaku dan secara

estetik jelek. Luka bakar derajat III yang dibiarkan sembuh sendiri akan

mengalami kontraktur. Bila terjadi di persendian, fungsi sendi dapat berkurang

atau hilang. Penyembuhan yang memakan waktu lama, sehingga menimbulkan

kekakuan (kontraktur) akibat dari organisasi bahan-bahan inflamasi. Parut yang

berlebihan / tebal, sehingga mengganggu gerakan. Maturasi jaringan parut yang

disertai proses pengerutan, sehingga timbul kontraktur.

Beberapa hal yang bisa meminimalkan terbentuknya jaringan parut dan

mencegah kontraktur, antara lain

Bidai

bidai terutama pada persendiannya berguna untuk menjaga agar sendi

tetap lurus dan mencegah terjadi kontraktur.

Melatih Range Of Motion (jarak pergerakan)

Latihan Range of motion (ROM) membantu untuk menjaga agar otot dan

sendi yang mengalami luka bakar menjadi lebih fleksibel.

Kemandirian

usahakan pasien dibiarkan melakukan aktivitasnya secara mandiri.

Walaupun biasanya ada kesulitan kecil, biarkan mereka melakukannya

dan hindari untuk segera membantunya. Pergerakan yang timbul pada

kegiatan sehari-hari akan membantu daerah jaringan parut teregang.

37

Page 38: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

Gambar 17. Kontraktur

H. Infeksi

Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang

merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah

infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh

kapiler yang mengalami trombosis. Padahal, pembuluh ini membawa sistem

pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar,

selain berasal dari dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman

saluran napas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi

nosokomial ini biasanya sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah

resisten terhadap berbagai antibiotik.

Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang

berasal dari kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian dapat terjadi

invasi kuman Gram negatif, Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan

eksotoksin protease dari toksin lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif

dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi pseudomonas dapat dilihat dari warna

hijau pada kasa penutup luka bakar. Kuman memproduksi enzim penghancur

keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan granulasi membentuk

nanah.

38

Page 39: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

Infeksi ringan dan noninvasif ditandai dengan keropeng yang mudah

terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan

keropeng yang kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-

mula sehat menadi nekrotik; akibatnya, luka bakar yang mula-mula derajat II

menjadi derajat III. Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh

kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis sehingga jaringan

yang didarahinya nanti.

2.10. RUJUKAN

1.

2.

2.1.

2.2.

2.3.

2.4.

2.5.

2.6.

2.7.

2.8.

2.9.

Menurut American burn association, luka bakar yang perlu dirujuk ke pusat luka

bakar adalah :

1. Luka bakar derajat II dan III lebih dari 10% luas permukaan tubuh pada usia

kurang dari 10 tahun atau lebih dari 50 tahun.

2. Luka bakar derajat II dan III lebih dari 20% diluar usia tersebut.

39

Page 40: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

3. Luka bakar derajat II dan III yang mengenai daerah wajah, mata, telinga,

tangan, kaki, genitalia atau perineum dan kulit sendi-sendi utama.

4. Luka bakar derajat III lebih dari 5% luas permukaan tubuh.

5. Luka bakar listrik, termasuk tersambar petir ( kerusakan jaringan bawah kulit

hebat dan menyebabkan gagal ginjal akut dan komplikasi lain).

6. Luka bekas kimia.

7. Trauma inhalasi.

8. Luka bakar pada pasien yang karena penyakit yang dideritanya dapat

mempersulit penanganan, memperpanjang memulihan, atau dapat

mengakibatkan kematian.

9. Luka bakar dengan cedera penyerta yang menambah resiko morbiditas dan

mortalitas, ditangani dahulu di UGD sampai stabil, baru dirujuk ke pusat luka

bakar.

10. Anak-anak dengan luka bakar yang dirawat di rumah sakit tanpa petugas dan

peralatan yang memadai, dirujuk ke pusat luka bakar.

11. Pasien luka bakar yang memerlukan penanganan khusus seperti masalah

social, emosional atau yang rehabilitasinya lama , termasuk adanya tindakan

kekerasan pada anak atau anak yang ditelantarkan.

2.11. PROGNOSIS

Prognosis bergantung pada :

1. Tergantung derajat luka bakar

2. Luas permukaan

3. Daerah yang terkena, perineum, ketiak, leher dan tangan karena sulit

perawatan dan mudah kontraktur

4. Keadaan kesehatan penderita

5. Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien. Penyulit yang timbul pada

luka bakar antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis,

serta parut hipertrofik dan kontraktur.

40

Page 41: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

6. Usia dengan luas bakar

Persentase kematian dihitung dengan R_Baux :

Rumus : Umur + Persentase luas luka bakar

No R_Baux Death %

1 10-20 0

2 20-30 0

3 30-40 0

4 40-50 0

5 50-60 2.90

6 60-70 16.67

7 70-80 47.83

8 80-90 82.35

9 90-100 76.92

10 100-110 100

11 110-120 100

12 120-130 100

Table 2. Baux score

BAB III

PENUTUP

41

Page 42: Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7

Luka bakar adalah jenis trauma yang memerlukan perawatan yang telti serta intesif

karena luka bakar bersifat kommpleks dan bila tidak ditangani dengan baik akan

menimbulkan kecacatan seumur hidup.luka bakar dapat disebabkan langsung oleh

api atau kontak dengan benda cair, padat atau gas (uap), listrik, radiasi listrik dan

sebagainya.bearat ringan nya luka bakar seseorang ditentukan oleh luas luka bakar,

derajat luka bakar dan letak luka bakar. Primsip utama dari tindakan gawat darurat

luka bakar adalah menghentikan proses kerusakan akibat panas yamg diteruskan

dengan resusitasi cairan karena resiko syok hipovolemik pada kasus luka bakar yang

dapat mengakibatkan multi organ failure dan berujung ke kematian. Dari segi.

Kosmetik terdapat prosedur skin gtaft yang dapat memperbaiki kerusakan akibat luka

bakar dengan autograft, dan menghasilkan kesembuhan yang lebih baik dengan

perbaikan lapisan kulit yang terbakar.

DAFTAR PUSTAKA

42