bab i, ii sofi
DESCRIPTION
Contoh Bab IITRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Pondasi merupakan elemen bangunan bawah (substructure) yang menjadi
perantara dan berfungsi untuk mentransfer beban dari bangunan atas
(upperstructure) ke tanah dasar yang akan mendukung beban dari sebuah bangunan.
Kerusakan konstruksi yang di akibatkan perencanaan pondasi yang tidak memadai
umumnya karena di akibatkan oleh penurunan (settlement) yang berlebihan serta
terjadinya retakan jika lapisan tanah mengalami pembebanan. Konstruksi yang
didirikan pada tanah tersebut biasanya akan mengalami penurunan dan retakan yang
berbeda, disebabkan karena massa tanah dan beban yang menerima berbeda-beda.
Oleh karena itu, elemen-elemen pondasi harus direncanakan dengan baik,
pada tingkat kapasitas daya dukung yang aman dan batas penurunan sampai batas
penurunan yang dapat diterima. Walaupun demikian akibat perancangan yang
buruk, baik karena kecerobohan ataupun kurangnya kemampuan merekayasa, dapat
juga menimbulkan masalah pada konstruksi tersebut.
Dalam perencanaan ini, konstruksi yang menjadi tinjauan adalah “Jembatan
Lueng Ie, Sibreh”. Konstruksi bagian bawah tanah (substructure) yang direncanakan
adalah pondasi dalam (pondasi tiang pancang). Pemahaman yang mendalam
mengenai sifat fisis dan sifat mekanis tanah merupakan dasar dalam merancang
suatu pondasi.
Daya dukung dan penurunan harus diselidiki untuk setiap konstruksi,
penurunan akan menentukan daya dukung yang diijinkan. Ketidakpastian suatu daya
dukung tanah lebih besar dari pada kita menghitung kekuatan elemen bangunan atas
(upperstructure) di antara hal-hal ketidakpastian adalah:
sifat tanah yang heterogen,
kurangnya pemahaman terhadap masalah lingkungan,
kurangnya pengetahuan seseorang tentang kondisi tanah di daerah
permukaan,
analisis matematik yang tidak memadai pada saat perencanaan,
ketidakmampuan menentukan parameter tanah dengan tepat.
1
1
Data-data yang berkenaan dengan beban konstruksi harus ditentukan lebih
dahulu sebelum memulai perhitungan perancangan. Jenis dan bentuk pondasi yang
sesuai dengan lokasi.
Analisa yang dilakukan, adalah:
1. Analisa muatan-muatan yang bekerja.
2. Analisa terhadap abutment (Kestabilan terhadap penggunaan pengulingan,
pergeseran, daya dukung tanah dasar dan penurunan).
Peraturan-peraturan yang dipakai dalam analisa muatan-muatan adalah
berdasarkan PMUJJR No. 12/1971. Hasil analisa yang dilakukan tidak dapat
dibandingkan dengan perencana yang sebenarnya disebabkan penulis tidak
mengetahui asumsi-asumsi yang digunakan oleh perencana.
2
BAB II
BEBAN UNTUK PONDASI
Dalam menentukan kemampuan daya dukung pondasi digunakan metoda
yang dianggap cukup sesuai dan berhubungan dengan keadaan setempat dan
konstruksi yang direncanakan. Hal ini sangat berhubungan dengan gaya-gaya atau
beban yang bekerja pada konstruksi tersebut yang menentukan besarnya dimensi
daripada konstruksi yang akan direncanakan.
2.1 Analisa Beban
Beban yang dipakai untuk mengetahui kekuatan serta kestabilan konstruksi
jembatan di Indonesia umumnya didasarkan pada ketentuan yang ditetapkan oleh
Departemen Pekerjaan Umum dalam Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan
Jalan Raya (PPPJJR-1987). Beban-beban tersebut berupa beban primer, beban
sekunder dan beban khusus.
Perencanaan pada bagian kostruksi didasarkan pada kombinasi beban-beban
atau gaya-gaya yang bekerja sesuai dengan kemungkinan-kemungkinan dari beban
untuk setiap kombinasi. Berdasarkan kombinasi beban tersebut perhitungan selalu
didasarkan pada kombinasi beban yang menentukan.
Beban primer adalah beban utama dalam perhitungan tegangan untuk setiap
perencanaan jembatan, di antaranya beban mati, beban hidup dan beban kejut.
Beban sekunder merupakan beban sementara yang tidak selalu terjadi pada
jembatan, terdiri dari beban angin, gaya rem, traksi dan gaya akibat perubahan suhu.
Muatan khusus adalah muatan yang tidak langsung membebani jembatan tetapi
hanya mempengaruhi jembatan pada bagian tertentu yaitu pada pier dan abutment
yang terdiri dari beban gempa, beban aliran air dan benda-benda hanyut serta beban
akibat tekanan tanah.
3
3
2.1.1 Beban primer
Beban primer merupakan beban utama dalam perhitungan tegangan pada
setiap perencanaan jembatan. Yang termasuk beban primer adalah:
1. Beban mati (M).
2. Beban hidup (H).
3. Beban kejut (D’).
4. Gaya akibat tekanan tanah (Ta).
Dalam perencanaan ini, akan dihitung ke semua beban primer ditambah gaya
tekanan tanah akibat gempa bumi (Tag), yang merupakan bagian dari gaya akibat
tekanan tanah (Ta).
2.1.1.1 Beban mati (M)
Menurut PPPJJR-1987, berat volume beton bertulang adalah 2500 kg/m3,
berat volume aspal 2220 kg/m3 dan berat volume air 1000 kg/m3.
Direncanakan dari gambar bestek, antara lain:
Jarak antar gelagar melintang : 185 cm
Jarak antar gelagar memanjang : 825 cm
Panjang bentang jembatan beton pratekan : 3360 cm
Lebar jembatan beton pratekan : 792 cm
Lebar lantai kendaraan : 600 cm
Lebar trotoar : 50 cm
Tinggi tiang sandaran : 100 cm
Tebal tiang sandaran : 16 cm
Tebal plat lantai beton bertulang : 20 cm
Tebal lapisan aspal : 5 cm
4
Gambar Rencana Bestek
POTONGAN MELINTANG
5
A. Muatan mati
a. Konstruksi sandaran.
Diameter pipa sandaran Ø 3 ” (7,62 cm) dan panjang pipa sandaran (L)
33,6 m. Bj baja tuang sebesar 7,85 t/m3 degan ketebalan pipa 2 mm (0,2
cm).
Jadi, D1 = 7,62 + 04 = 8,02 cm dan D2 = 7,62 cm.
Luas pipa sandaran (Aps) = L1 – L2
= -
=
= 4,911cm2 = 4,911 x 10-4 m2
Berat pipa sandaran (Qps)
(Qps) = npipa ×
= 4 ×
= 5,1802464 ton = 5180,2464 kg.
Lebar tiang sandaran (t) 10 cm, maka;
Luas tiang (Ats)1 =((16×55)-(2x ))
= 880 – 91,16
= 788,84 cm2.
Luas tiang (Ats)2 =(1/2(16+31)×70)
= 1645 cm2.
Luas tiang (Ats) = L1+ L2
= 788,84 + 1645
= 2433,84 cm2.
= 0,243 m2.
6
Berat tiang sandaran (Qts),
Qts = ntiang × Ats × t × Bj beton bertulang
= 36 × 0,243× 0,1 × 2,5
= 2,187 ton = 2187 kg.
Beban dianggap terbagi rata pada semua gelagar, yaitu:
b. Perkerasan aspal beton
Tebal aspal 5 cm = 0,05 m
γ aspal = 2220 kg/m3
Berat aspal beton = 0,05 m x 2220 kg/m3
= 111 kg/m2.
Berat pada gelagar dalam (Qgd)
Berat pada gelagar tepi (Qgt)
c. Lantai beton bertulang
Tebal plat lantai beton bertulang 20 cm = 0,20 m
γ beton bertulang = 2500 kg/m3
Berat lantai beton bertulang = 0,20 x 2500 kg/m3 = 500 kg/m2
Berat pada gelagar dalam
7
Berat pada gelagar tepi
d. Berat trotoar
Trotoar dengan lebar 50 cm dan tebal 25 cm
Berat trotoar = luas trotoar × Bj beton × L
= 2(0,5 × 0,25) × 2,5 × 33,6
= 10,5 ton
= 10500 kg
Beban dianggap terbagi rata pada setiap gelagar,
e. Gelagar beton pratekan dengan panjang bentang jembatan 15 m
Ukuran gelagar beton pratekan 45×105 cm
Luas gelagar dalam,
8
F1 = (0,15 x 0,5 ) = 0,075 m2
F2 = (2 x ½ x 0,1 x 0,7) = 0,07 m2
F3 = (0,3 x 1,3) = 0,39 m2
F4 = (2 x ½ x 0,1 x 0,13) = 0,013 m2
F5 = (0,25 x 0,56) = 0,14 m 2 +
Total = 0,688 m2
Berat gelagar (Qg)
Qgd = luas gelagar x panjang bentang x Bj beton x jumlah gelagar beton
= 0,688 m2 x 33,6 m x 2500 kg/m3 x 3
= 173376 kg/gelagar
f. Diafragma beton dengan lebar jembatan 6 m
Luas diafragma beton = 30 × 60
= 1800 cm2
= 0,18 m2
Berat diafragma
Qdf = Luas diafragma x jarak diafragma x Bj beton x jumlah diafragma
= 0,18 m2 x 1,85 m x 2500 kg/m3 x 8
= 6660 kg/gelagar
Total muatan mati bangunan atas
Qtotal = berat tiang sandaran + berat aspal beton + berat lantai beton + berat
trotoar + berat gelagar beton + berat diafragma
9
= 2187 + 8764,56 + 39480 + 10500+ 173376 + 6660
= 240967,56 kg = 240,967 ton
Distribusi beban mati bangunan atas terhadap abutment, yaitu:
2.1.1.2 Beban hidup (H)
Beban hidup adalah semua beban yang berasal dari berat kendaraan yang
bergerak/lalu lintas dan berat orang yang berjalan kaki yang dianggap bekerja
pada jembatan sesuai PMUJJR No. 12/70.
Beban yang ditinjau dinyatakan dalam dua (2) beban yaitu beban T dan D.
Beban T merupakan beban dari kendaraan truk yang mempunyai beban roda
ganda (dual wheel load) sebesar 10 ton. Beban D merupakan susunan beban pada
setiap jalur lalu lintas yang terdiri dari beban terpusat (P) sebesar 12 ton, dan
beban terbagi rata sebesar “ q ” (t/m) panjang jalur.
a. Beban hidup terbagi rata
Beban untuk jembatan dengan berbagai variasi panjang bentang, besarnya
harga “q” (t/m’) dapat ditentukan sebagai berikut (sesuai dengan PPPJJR-87):
q = 2,2 t/m’ → untuk L < 30 m
q = t/m’ → untuk 30 m < L < 60 m
q = t/m’ → untuk L > 60 m
Panjang bentang jembatan (L) untuk perencanaan ini adalah 33,6 m
(untuk 30 m < L < 60 m ), maka beban merata (q) adalah:
q = t/m’
q = 2,134 t/m’
10
- Beban hidup terbagi rata (jalur lalu lintas)
Beban hidup terbagi rata dihitung dengan menggunakan rumus:
qj =
dimana, l = lebar bentang jembatan = 6 m
qj =
= 4,462 ton.
- Beban hidup terbagi rata (trotoar)
Menurut PMUJJR beban hidup terbagi rata untuk trotoar sebesar 500 kg
dalam perhitungan untuk gelagar diambil 60%.
qt = 0,5 x 0,6 = 0,3 ton
qt = 2 x 0,5 x 0,6 x 33,6
= 20,16 ton
qtotal = 2,134 + 4,462+ 20,16
= 26,756 ton
Q untuk abutment =
= = 13,378 ton
b. Beban garis terpusat (P = 12 ton)
Beban garis total (P’) dengan menggunakan persamaan:
P’ =
di mana, l = panjang jembatan = 6 m
P’ =
= 27,273 ton.
Besarnya beban hidup yang diterima oleh gelagar, yaitu:
- Gelagar tepi,
11
Qgt
Qgt =
= 844,283 ton/gelagar.
- Gelagar dalam,
Qgd
Qgd
= 82,281 ton/gelagar.
Q beban garis = 2 Qgt + 3 Qgd
= 2 (844,283) + 3 (82,821)
= 1937,029 ton/gelagar
Q untuk abutment =
= = 968,514 ton
c. Beban roda (T)
Berdasarkan PMUJJR-71, besarnya beban roda (T) sebesar 10 ton.
Jembatan hydramood wilayah IV (pidie) merupakan jembatan kelas I,
dimana jembatan penghubung primer yang mengangkut alat-alat berat dan
lain-lain.
T = 100 % x 10 ton = 10 ton (muatan kelas I)
1. Melintang
Kedudukan beban untuk memperoleh reaksi maksimum, sebagai
berikut:
12
2. Memanjang
Kedudukan beban untuk memperoleh reaksi maksimum sebagai berikut:
RA =
= 139,613 ton
260 – ( RA + RB ) = 0
RB = 260 – 139,613
RB = 120,387 ton
Beban hidup = beban terbagi rata + beban terpusat + beban roda
= 13,378 + 968,514 + 139,613
13
= 1121,505 ton
Distribusi beban hidup (H) terhadap abutment, yaitu:
H =
H =
Momen (MH) = H x L
= 560,753x 33,6
= 18841,301 tm
2.1.1.3 Beban kejut
Untuk menghitung beban kejut, terlebih dahulu dihitung koefisien kejut
(K), dengan persamaan:
k =
di mana, L = panjang bentang = 33,6 m
k =
= 1,25
Besarnya beban kejut (D’),
D =
=
= 10,578 ton/gelagar
14
Beban kejut yang timbul dengan adanya koef. kejut (k),
D’ = D x k
= 10,578 x 1,25
= 13,225 ton/gelagar
Distribusi beban kejut (K) terhadap abutment, yaitu:
K =
K =
Momen beban kejut (MD’) = K x L
= 6,612 x 33,6
= 222,163 tm.
2.1.1.4 Tekanan tanah aktif (Pa) dan Tekanan tanah pasif (Pp)
Tekanan tanah yang timbul, yaitu:
Pa = ½ x γ x h1 + Ka x L
Pp =½ x γ x h2 + Ka x L
di mana :
γ = Berat jenis tanah (1,6 ton/m3)
q = muatan jalur terbagi rata (2,134 ton/m’)
h1 = tinggi abutment (5,97 m)
Ka = tg2 (45˚ -½ Ø) = tg2(45˚ -½ (30)) = 0,333
Kp = tg2 (45˚ + ½ Ø) = 3
Ø = sudut lereng alam (30˚)
L = lebar jembatan (7,92 m)
maka:
Pa = ½ x 1,6 x 5,972 + 0,333 x 7,92
= 31,15 t/m
Pp =½ x 1,6 x 32 + 3x 7,92
= 30,96 t/m
15
Gaya yang bejerja pada abutment
Pa = 31,150 t/m
Pp = 30,96 t/m
P = F x Bj beton x lebar jembatan
P1 = 0,060 x 2,5 x 7,92 = 1,188 ton
P2 = 0,608 x 2,5 x 7,92 = 12,038 ton
P3 = 0,150 x 2,5 x 7,92 = 2,97 ton
P4 = 0,632 x 2,5 x 7,92 = 12,513 ton
P5 = 0,940 x 2,5 x 7,92 =18,612 ton
16
P6 = 0,670 x 2,5 x 7,92 = 13,266 ton
P7 = 1,200 x 2,5 x 7,92 = 23,76 ton
P8 = 0,402 x 2,5 x 7,92 = 7,959 ton
P9 = 2100 x 2,5 x 7,92 = 41,58 ton
Y1 = 5,82 m
Y2 = 4,91 m
Y3 = 4,025 m
Y4 = 3,7 m
Y5 = 3,25 m
Y6 = 2,75 m
Y7 = 1,75 m
Y8 = 0,85 m
Y9 = 0,35 m
Ya = 1/3 ( 5,97 ) = 1,99 m
Yp = 1/3 (3) = 1 m
2.1.1.5 Kestabilan guling dititik A
Momen guling
Memon guling dihitung dengan mengalikan gaya-gaya yang bekerja
dibelakang dinding dengan jarak terhadap dasar turap.
Besarnya Momen Guling (MG)
MG = P1 Y1 + P2 Y2 + P3 Y3 ........
Maka :
MG = Pa Ya + P1 Y1 + P2 Y2 + P3 Y3 + P4 Y4 + P5 Y5 + P6 Y6 + P7 Y7
+P8 Y8 + P9 Y 9
= ( 31,150 x 1,99 ) + ( 1,188 x 5,82 ) + ( 12,038 x 4,91 ) + ( 2,97 x 4,025 ) +
( 12,513 x 3,7 ) + ( 18,612 x 3,25 ) + ( 13,266 x 2,75 ) + ( 23,76 x 1,75 ) +
( 7,959 x 0,85 ) + ( 41,58 x 0,35 )
= 346,249 tm
17
Momen Penahan Guling
Momen guling turap adalah gaya tekanan tanah pasif dikalikan dengan
jarak terhadap dasar turap
MPG = Pp x Yp
MPG = 30,96 x 1
= 30,96 tm
Angka Keamanan ( Fs )
Angka keamanan diperoleh antara perbandingan antara momen tahanan
dengan momen guling
Fs = MPG / MG
Fs ≥ Fs izin = 1,5 .............. (aman)
Maka:
Fs = 30,96 / 346,249 = 0,0894 tm ≤ Fs izin = 1,5 .............. ( tidak aman)
2.1.1.6 Gaya tekanan tanah akibat gempa bumi (Tag)
Pag = E x P total
E = koefisien gempa daerah Aceh = 0,8 ( SNI-1726-2002)
Pag = 0,8 x 62,11 = 49,688 ton
2.1.2 Beban sekunder
Beban sekunder adalah beban pada jembatan, yang merupakan beban
sementara, yang selalu bekerja untuk perhitungan tegangan-tegangan pada setiap
perencanaan jembatan. Pada umumnya beban ini mengakibatkan tegangan-
tegangan yang relatif lebih kecil dari pada tegangan akibat beban primer dan
biasanya tergantung dari bentang, sistem jembatan, bahan, dan keadaan setempat.
Beban sekunder dalam suatu konstruksi jembatan meliputi, antara lain:
1. Beban angin.
2. Gaya akibat perbedaan suhu.
18
3. Gaya akibat rangkak dan susut.
4. Gaya rem dan traksi.
5. Gaya akibat gempa bumi.
6. Gaya akibat gesekan pada tumpuan-tumpuan bergerak.
2.1.2.1 Beban angin
Pengaruh tekanan angin sebesar 150 kg/m2 bekerja 2 meter di atas lantai
jembatan ditinjau berdasarkan bekerjanya beban angin horizontal terbagi rata pada
bidang vertikal jembatan dalam arah tegak lurus () sumbu memanjang jembatan.
Jumlah luas bidang vertikal jembatan yang dianggap terkena oleh angin
ditetapkan sebesar 1,5 kali (150%) jumlah luas bagian sisi jembatan. Hal tersebut
di atas berdasarkan peraturan yang terdapat di dalam PUMJJR.
Beban angin yang ditinjau dalam perhitungan ini ialah beban angin yang
bekerja pada abutment dan pilar jembatan.
Beban angin pada abutment
19
F1 = 0,2 x 0,3 = 0,060 m2
F2 = 0,4 x1,52 = 0,608 m2
F3 = 0,6 x 0,25 = 0,150 m2
F4 = 1,58 x 0,4 = 0,632 m2
F5 = 1,88 x 0,5 = 0,940 m2
F6 = ½ (0,8 + 1,88) x 0,5 = 0,670 m2
F7 = 0,8 x 1,5 = 1,200 m2
F8 = ½ (0,8 + 1,88) x 0,3 = 0,402 m2
F9 = 4 x 0,8 = 2,100 m2
Luas abutment,
Ftotal = F1 + F2 + F3 + F4 + F5 + F6 + F7 + F8
= 0,060 + 0,608 + 0,150 + 0,632 + 0,940 + 0,670 + 1,200 + 0,402 + 2,100
= 6,762m2
Berat abutment,
GA = Ftotal x BJ beton x Lebar jembatan
= 6,762 x 2,5 x 7,92
= 133,887 ton.
Beban angin yang bekerja pada abutment,
KA = P x GA
= 0,015 x 133,887
= 2,008 ton
Letak titik berat abutment
o Statis momen terhadap sisi terbawah
20
Y = 2,122 m
o Statis momen terhadap sisi terkanan
X = 1,399 m
Momen angin yang timbul akibat gaya horizontal ( KA )
MgY = KA x Y
= 2,008 x 2,122
= 4,261 tm
2.1.2.2 Beban rem dan traksi (Rm)
Beban rem dan traksi dihitung sebesar 5% dari beban jalur (D), tanpa
faktor kejut.
Besarnya beban rem dan traksi,
Gaya rem (Rm) = 5% × muatan (D) tanpa kejut
= 5 % x 13,225
= 0,661 ton.
21
Momen yang bekerja pada abutment,
MRm = Rm x Y
= 0,661 x 2,122
= 1,403 tm
2.1.2.3 Beban gempa
Beban gempa pada perhitungan ini ditinjau terhadap abutment dan pilar
jembatan. Beban gempa dihitung dengan rumus,
KG = E x GA
di mana:
KG = gaya horizontal,
E = koefisien gempa yang ditentukan menurut PMUJJR,
GA = berat sendiri abutment yang ditinjau.
Beban gempa pada abutment
Berat abutment (GA) = 133,887 ton
Beban gempa yang bekerja pada abutment,
KG = E x GA
= 0,8 x 133,887
= 107,1096 ton
Momen gempa yang timbul akibat gaya horizontal (KG)
MG = KG x Y
= 107,1096 x 2,122
= 227,286 tm
2.1.3 Beban khusus
Beban khusus merupakan beban yang tidak membebani kontruksi bagian
atas jembatan, seperti pilar dan abutment. Beban khusus terdiri dari, antara lain:
- Gaya sentrifugal,
22
- Gaya tumbuk pada jembatan layang,
- Beban dan gaya selama pelaksanaan,
- Beban aliran air dan benda-benda hanyutan, dan
- Gaya angkat.
-
2.1.3.1 Gaya aliran air dan tumbukan benda-benda hanyutan (ΔH)
Gaya aliran air dan tumbukan benda-benda hanyutan dapat dihitung
dengan persamaan:
p = k x V2
ΔH = p x bp
di mana :
p = tekanan aliran air,
k = koefisien aliran (k = 0,025),
V = kecepatan aliran air (V diambil = 3 m/detik),
ba = luas bidang pengaruh pada suatu abutment.
Gaya aliran air yang bekerja pada muka air normal, yaitu:
ΔH = k x V2 x ba
ΔH = 0,025 x 32 x 6,762
ΔH = 1,521 ton
Momen akibat aliran air pada muka air normal (Ma),
Ma = ΔH x lebar abutment
Ma = 1,521 x 3
= 4,563 tm
Pada jembatan Hydramood wilayah IV Pidie tidak terdapat pilar pada
bentang jembatan, maka gaya aliran air dan tumbukan benda-benda hanyutan
tidak mempengaruhi pada perhitungan kombinasi pembebanan dan gaya.
Perhitungan gaya aliran air dan tumbukan benda-benda hanyutan pada Bab II
tersebut hanya sebagai pengetahuan.
23
2.1.3.2 Gaya aliran air dan tumbukan benda-benda hanyutan (ΔHg)
Gaya aliran air pada saat muka air banjir yang bekerja pada konstruksi
(ΔHg), yaitu:
ΔHg = E x ΔH
ΔHg = 0,8 x 1,521
= 1,216 ton
Momen akibat aliran air pada muka air banjir,
MΔHg = ΔHg x lebar abutment
MΔHg = 1,216 x 3
= 3,648 tm
Tabel 2.1 Kombinasi Pembebanan dan Gaya
No. Kombinasi Pembebanan dan Gaya
Tegangan yang digunakan
(%) terhadap tegangan izin
keadaan Elastis
I
II
III
IV
V
M + H + K + Ta + Tu
M + Ta + Δh + Gg + A + SR + Tm
Komb.1 + Rm + Gg + A + SR + Tm + S
M + Gh + Tag + Gg + ΔHg + TU
M + P1
100 %
125 %
140 %
150 %
130%
Keterangan :
A : beban angin
Δh : gaya akibat aliran dan hanyutan
ΔHg : gaya akibat aliran dan hanyutan pada waktu gempa
24
Gg : gaya geser pada tumpuan bergerak
Gh : gaya horizontal ekivalen akibat gempa bumi
H : beban hidup
K : beban kejut
M : beban mati
P1 : gaya-gaya pada waktu pelaksanaan
Rm : gaya rem
S : gaya sentrifugal
SR : gaya akibat susut dan bergerak
Ta : gaya tekanan tanah
Tb : gaya tumbuk
Tm : gaya akibat perubahan suhu
Tag : gaya tekanan tanah akibat gempa bumi
Tu : gaya angkat
Tabel 2.2 Beban dan Momen
No. Jenis Muatan P (ton) MY (tm)
25
I.
1.
2.
3.
4.
5.
II.
1.
2.
3.
III.
1.
2.
Beban Primer
Beban Mati (M)
Beban Hidup (H)
Beban Kejut (K)
Gaya Akibat Tekanan Tanah
(Ta)
Pa (gaya aktif)
Pp (gaya pasif)
Gaya Tekanan Tanah Akibat
Gempa Bumi (Tag)
Beban Sekunder
Beban Angin (KA)
Beban Rem dan Traksi (Rm)
Beban Gempa (KG)
Beban Khusus
Gaya Aliran Air dan
Tumbukan Benda-benda
Hanyutan (ΔH)
Gaya Aliran Air dan
Tumbukan Benda-benda
Hanyutan Saat Banjir (ΔHg)
361,451
560,753
5,086
31,150
30,96
49,688
2,008
0,661
107,1096
1,521
1,216
18841,301
169,8816
4,261
1,403
227,286
4,563
3,648
26
Tabel 2.3 Perhitungan Kombinasi Pembebanan dan Gaya (Abutment)
No. Kombinasi Pembebanan dan Gaya x Tegangan Hasil (ton)
I
II
III
IV
V
M + H + K + Ta + Tu
(361,451+ 560,753+ 5,086 + 66,779 + 0) x 100%
M + Ta + Δh + Gg + A + SR + Tm
(361,451+ 66,779 + 0 + 0 + 2,008 + 0 + 0) x 125%
Komb.1 + Rm + Gg + A + SR + Tm + S
(994,069 + 0,661 + 0 + 2,008 + 0 + 0 + 0) x 140%
M + Gh + Tag + Gg + ΔHg + TU
(361,451+ 107,109 + 53,423 + 0 + 1,216+ 0) x 150%
M + P1
(361,451+ 0) x 130%
994,069
430,74
1395,433
784,799
469,886
Beban yang paling besar adalah 1395,433 ton (kombinasi nomor III).
Beban vertikal yang bekerja pada superstruktur jembatan Hydramood
wilayah IV Pidie adalah 1395,433 ton. Beban vertikal tersebut bekerja pada setiap
konstruksi abutment jembatan.
27
2.2 Kestabilan Pondasi
2.2.1 Kestabilan pondasi pada abutment
a. Analisa kestabilan dengan titik referensi kanan - bawah
Analisa momen yang bekerja pada tubuh abutment,
No. VariabelGaya
(ton)
Momen
M+ M-
1 Berat sendiri 226.818 443.617
2 Gaya gempa 25.4036 41.2538
3 Berat tanah 133.029 98.5105
4 Tekanan tanah lateral
Aktif 1.81406 1.9991
Pasif 5.68681 6.60807
Diagram momen pada abutment,
28
Analisa akibat berat konstruksi abutment,
Ukuran Gaya
(Ton)
Lengan
Momen
Momen
Lebar Tinggi Panjang Bj Beton M+ M-
G1 0.8 4 13 2.5 104 2 208
G2 1.65 0.3 13 2.5 8.04375 2.9 23.3269
G3 0.7 0.3 13 2.5 6.825 2 13.65
G4 1.65 0.3 13 2.5 8.04375 1.1 8.84813
G5 2 0.7 13 2.5 45.5 2 91
G6 0.5 0.3 13 2.5 2.4375 2.45 5.97188
G7 0.7 0.5 13 2.5 11.375 2 22.75
G8 0.5 0.3 13 2.5 2.4375 1.48 3.6075
G9 1.5 0.5 13 2.5 24.375 1.9 46.3125
G10 0.8 0.08 13 2.5 2.08 2 4.16
G11 0.75 0.4 13 2.5 9.75 1.35 13.1625
G12 0.3 0.2 13 2.5 1.95 1.45 2.8275
Total 226.818 443.617
Analisa akibat berat tanah,
Ukuran Gaya
(Ton)
Lengan
Momen
Momen
Lebar Tinggi Panjang Bj Tanah M+ M-
Ws1 1.75 1.15 13 1.8 47.0925 0.58 27.3137
Ws2 0.5 0.5 13 1.8 2.925 1.32 3.861
Ws3 2 1.65 13 1.8 77.22 0.83 64.0926
Ws4 1.65 0.3 13 1.8 5.7915 0.56 3.24324
Total 133.029 98.5105
29
Analisa akibat gempa,
Ukuran Gaya
(Ton)
Lengan
Momen
Momen
Lebar Tinggi Panjang Bj Beton M+ M-
K1 0.8 4 13 0.28 11.648 0.4 4.6592
K2 1.65 0.3 13 0.28 0.9009 0.9 0.81081
K3 0.7 0.3 13 0.28 0.7644 0.95 0.72618
K4 1.65 0.3 13 0.28 0.9009 0.9 0.81081
K5 2 0.7 13 0.28 5.096 2.1 10.7016
K6 0.5 0.3 13 0.28 0.273 3.43 0.93639
K7 0.7 0.5 13 0.28 1.274 3.35 4.2679
K8 0.5 0.3 13 0.28 0.273 3.43 0.93639
K9 1.5 0.5 13 0.28 2.73 3.83 10.4559
K10 0.8 0.08 13 0.28 0.23296 4.14 0.96445
K11 0.75 0.4 13 0.28 1.092 4.48 4.89216
K12 0.3 0.2 13 0.28 0.2184 5 1.092
Total 25.4036 41.2538
Analisa akibat tekanan lateral tanah,
Analisa Koef. Gaya (Ton)Lengan
Momen
Momen
M+ M-
Pa 5.0251 0.361 1.81406 1.102 1.9991
Pp 2.053 2.77 5.68681 1.162 6.60807
Total 7.50087 6.60807 1.9991
Koef. tekanan aktif (Ka) = tan2 (45 – 28/2) = 0,361
Koef. tekanan pasif (Kp) = tan2 (45 + 28/2) = 2,77
Pa = (14-9,81)/2 x 4,8522 = 49,28 kN = 5,0251 ton
Pp = (14-9,81)/2 x 3,12 = 20,133 kN = 2,053 ton
30
Di dapat:
ΣM+ = momen gempa + momen tekanan pasif
= 41,2538 + 6,60807
= 47,86187 tm
ΣM- = momen berat sendiri + momen berat tanah + momen tekanan aktif
= 443,617 + 98,5105 + 1,9991
= 544,1266 tm
ΣV = berat sendiri + berat tanah
= 226,818 + 133,029
= 359,847 ton
ΣH = gaya gempa + tekanan tanah lateral aktif
= 25,4036 + 1,81406
= 27,21766 ton
Kestabilan abutment dapat berdasarkan:
1. Tinjauan terhadap gaya guling
≥ 1,5
≥ 1,5 ......... (aman)
2. Tinjauan terhadap gaya geser
≥ 1,5
n = 7,03 ≥ 1,5 ...... (aman)
b. Analisa kestabilan dengan titik referensi kiri - bawah
31
Analisa momen yang bekerja pada tubuh abutment,
No. VariabelGaya
(ton)
Momen
M+ M-
1 Berat sendiri 226.82 455.32
2 Gaya gempa 25.404 41.254
3 Berat tanah 133.029 434.91
4 Tekanan tanah lateral
Aktif 1.81406 1.9991
Pasif 5.68681 6.6081
Diagram momen pada abutment,
Analisa akibat berat konstruksi abutment,
32
UkuranBj Beton
Gaya
(Ton)
Lengan
Momen
Momen
Lebar Tinggi Panjang M+ M-
G1 0.8 4 13 2.5 104 2 208
G2 1.65 0.3 13 2.5 8.04375 1.1 8.84813
G3 0.7 0.3 13 2.5 6.825 2.9 19.7925
G4 1.65 0.3 13 2.5 8.04375 1.1 8.84813
G5 2 0.7 13 2.5 45.5 2 91
G6 0.5 0.3 13 2.5 2.4375 1.55 3.77813
G7 0.7 0.5 13 2.5 11.375 2 22.75
G8 0.5 0.3 13 2.5 2.4375 2.52 6.1425
G9 1.5 0.5 13 2.5 24.375 2.1 51.1875
G10 0.8 0.08 13 2.5 2.08 2 4.16
G11 0.75 0.4 13 2.5 9.75 2.65 25.8375
G12 0.3 0.2 13 2.5 1.95 2.55 4.9725
Total 226.818 455.317
Analisa akibat berat tanah,
Ukuran Bj
Tanah
Gaya
(Ton)
Lengan
Momen
Momen
Lebar Tinggi Panjang M+ M-
Ws1 1.75 1.15 13 1.8 47.0925 3.43 161.527
Ws2 0.5 0.5 13 1.8 2.925 2.68 7.839
Ws3 2 1.65 13 1.8 77.22 3.18 245.56
Ws4 1.65 0.3 13 1.8 5.7915 3.45 19.9807
Total 133.029 434.907
Analisa akibat gempa,
33
Ukuran Bj
Beton
Gaya
(Ton)
Lengan
Momen
Momen
Lebar Tinggi Panjang M+ M-
K1 0.8 4 13 0.28 11.648 0.4 4.6592
K2 1.65 0.3 13 0.28 0.9009 0.9 0.81081
K3 0.7 0.3 13 0.28 0.7644 0.95 0.72618
K4 1.65 0.3 13 0.28 0.9009 0.9 0.81081
K5 2 0.7 13 0.28 5.096 2.1 10.7016
K6 0.5 0.3 13 0.28 0.273 3.43 0.93639
K7 0.7 0.5 13 0.28 1.274 3.35 4.2679
K8 0.5 0.3 13 0.28 0.273 3.43 0.93639
K9 1.5 0.5 13 0.28 2.73 3.83 10.4559
K10 0.8 0.08 13 0.28 0.23296 4.14 0.96445
K11 0.75 0.4 13 0.28 1.092 4.48 4.89216
K12 0.3 0.2 13 0.28 0.2184 5 1.092
Total 25.4036 41.2538
Analisa akibat tekanan lateral tanah,
Analisa Koef. Gaya (Ton)Lengan
Momen
Momen
M+ M-
Pa 5.0251 0.361 1.81406 1.102 1.9991Pp 2.053 2.77 5.68681 1.162 6.60807
Total 7.50087 6.60807 1.9991
Koef. tekanan aktif (Ka) = tan2 (45 – 28/2) = 0,361
Koef. tekanan pasif (Kp) = tan2 (45 + 28/2) = 2,77
Pa = (14-9,81)/2 x 4,8522 = 49,28 kN = 5,0251 ton
Pp = (14-9,81)/2 x 3,12 = 20,133 kN = 2,053 ton
Di dapat:
34
ΣM+ = momen sendiri + momen tanah + momen tekanan pasif
= 455,32 + 434,91 + 6,6081
= 896,8381 tm
ΣM- = momen gempa + momen tekanan aktif
= 41,254 + 1,9991
= 43,2531 tm
ΣV = berat sendiri + berat tanah
= 226,82 + 133,029
= 359,849 ton
ΣH = gaya gempa + tekanan tanah lateral aktif
= 25,404 + 1,81406
= 27,21806 ton
Kestabilan abutment dapat berdasarkan:
1. Tinjauan terhadap gaya guling
≥ 1,5
≥ 1,5 ......... (tidak aman)
2. Tinjauan terhadap gaya geser
≥ 1,5
n = 7,03 ≥ 1,5 ...... (aman)
35